hand out pendidikan masyarakat new

Upload: anon64177335

Post on 08-Jul-2015

3.148 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Tentang Istilah Dewasa ini pendidikan untuk masyarakat yang dilakukan diluar pengajaran sekolah biasa telah menunjukkan suatu segi baru dalam perkembangan pendidikan pada umumnya. Pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat telah dirasakan pula dibanyak bagian-bagian dunia. Juga di Indonesia, dimana gerakan usaha dalam lapangan ini lazim disebut Pendidikan Masyarakat telah banyak kita dengar. Agaknya telah banyak pula kita jumpai dalam penerbitan-penerbitan terutama yang berasal dari luar negeri, bermacam-macam istilah pemberi nama bagi usaha pendidikan diluar pengajaran sekolah biasa. Oleh karena istilah Pendidikan Masyarakat ini lahir di Indonesia dan dipakai untuk mengartikan usahausaha pendidikan dan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan itu, serta dengan sifat-sifatnya yang khas pula di Indonesia, maka wajib untuk mendapat pembahasan yang cukup. Pendidikan Masyarakat dapat memberi makna yang cukup luas, namun yang dituju oleh Pendidikan Masyarakat adalah masyarakat orang dewasa termasuk pemuda diluar batas umur tertinggi kewajiban belajar dan dilakukan diluar lingkungan dan sistem pengajaran-pengajaran sekolah-sekolah. Sedangkan makna secara konsepsi, Pendidikan Masyarakat adalah masyarakat yang memberi kesempatan kepada tiap-tiap individu untuk mengembangkan bakatnya, guna disumbangkan kembali kepada masyarakatnya. Pada dasarnya usaha-usaha untuk melahirkan Pendidikan Masyarakat oleh Jawatan Pendidikan adalah masalah kemelarataan dan kesengsaraan, masalahmasalah tersebut disebabkan karena:1. Perkembangan dan penggunaan yang tidak seimbang dari ilmu pengetahuan

dengan hasil-hasilnya diberbagai tempat dan bagian-bagian tertentu daripada dunia. Hal ini menyebabkan pula adanya daerah-daerah atau kantong yang masih terbelakang ditengah-tengah kemajuan.

Handout Pendidikan Masyarakat

1

2. Ilmu pengetahuan dan hasil-hasilnya tidak dipergunakan untuk kesejahteraan

dan kebahagiaan semua umat tetapi justru untuk menindas komunitas lain. Pendidikan masyarakat juga dikenal sebagai pendidikan berbasis masyarakat atau belajar masyarakat dan pengembangan. Pendidikan masyarakat adalah suatu gagasan berupa konsep, hasil penelitian dan penerapan pengembangan di masyarakat. Di negara Skotlandia pendidikan masyarakat ini didefinisikan oleh pemerintahannya sebagai pembelajaraan dan pengembangan sosial dengan individu dan kelompok dalam masyarakat dengan menggunakan berbagai metode informal dan nonformal.

B. Sejarah Pendidikan Masyarakat Pada masa ini pendidikan masyarakat dilakukan informal keluarga yakni oleh orang tua kepada anaknya baik sebagai tuntutan upacara adat maupun menanamkan pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja mencari nafkah. Biasanya ini dilaksanakan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai pekerjaan orang tua seperti bercocok tanam, berkebun, nelayan, dan berburu. Pada masa penjajahan Portugis pendidikan masyarakat diberikan bagi warga yang mau memeluk agama Roma Khatolik. Pendidikan itu berupa pendidikan tentang keagamaan atau pendidikan umum yang terkait dengan kehidupan. Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan masyarakat diberikan melalui pengajaran dan pelatihan yang mengandung materi keagamaan, materi pendidikan umum dan keterampilan. Tujuan itu diarahkan untuk mencetak pekerja, baik di perkebunan maupun pembuatan jalan baru. Pada masa penjajahan Jepang, pendidikan masyarakat diberikan untuk menyiapkan tenaga kerja dan para prajurit yang tangguh guna membantu Jepang memperoleh kemenangan dalam peperangan. Pendidikan ini terorganisir secara baik walaupun pada waktu itu kondisi Negara Indonesia dalam situasi peperangan. Pada awal kemerdekaan, banyak diadakan berbagai pendidikan dan kursus untuk pengetahuan umum, kepemudaan dan keolahragaan. Bahkan kursus dan pelatihan yang menjangkau bidang dan sasaran lebih luas yaitu pelatihan keprajuritan, pelatihan orang dewasa, dan pelatihan untuk para ibu-ibu. Berbagai macam kursus dan pelatihan tersebut dilaksanakan oleh para relawan pejuangHandout Pendidikan Masyarakat

2

kemerdekaan dan oleh pimpinan negara. Tujuanya adalah untuk membantu para pejuang dalam peperangan dan sekaligus untuk ikut serta mencerdaskan masyarakat. Kondisi pendidikan tersebut semakin jelas terorganisir dan berlangsung secara baik, dengan bukti adanya Pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat tanggal 14 Nopember 1949 Nomor 423/A dengan tugas yang berat tetapi mulia yakni: 1) membangunkan, menyadarkan, menginsafkan dan mengisi masyarakat di luar dunia sekolah agar tiap warga negara menjadi anggota masyarakat untuk sadar, hidup, berguna, dan berharga bagi negara, nusa, bangsa dan dunia. 2) pendidikan masyarakat harus mempercepat revolusi jiwa masyarakat Dengan pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat terlihat jelas bahwa ada pengakuan dari pemerintah tentang kegiatan kursus dan pelatihan menjadi bagian penting dalam rangka ikut serta menjadi bagian dari pembangunan bangsa Indonesia. Pembentukan Jawatan Pendidikan Masyarakat semakin memberi peluang yang luas untuk penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dengan bermacammacam kegiatan bagi masyarakat. Adapun bentuk-bentuk kegiatan Jawatan Pendidikan Masyarakat meliputi:1. Kursus dan Pelatihan

Kegiatan kursus dan pelatihan ini dapat menggunakan waktu penuh dan waktu tidak penuh/paruh waktu. 2. Kumpulan Belajar Kumpulan belajar ini biasanya kumpulan dari orang-orang yang ingin belajar membaca-menulis dan pelatihan keterampilan tertentu. 3. Kelas Bebas Kelas bebas merupakan kumpulan belajar yang diadakan pada waktu yang tidak tertentu dan pesertanya adalah mereka yang punya waktu luang atau mereka yang tertarik pada isi kelas bebas tersebut. 4. Pama dan Pami Pama singkatan dari Pakempalan maos, artinya perkumpulan membaca dan Pami singkatan dari Pakempalan mirengaken, artinya perkumpulan mendengarkan.Handout Pendidikan Masyarakat

3

5. Sekolah Keliling Sekolah keliling ditujukan kepada anak-anak, pemuda dan orang dewasa, pria dan wanita yang materinya meliputi: yaitu:-

Pengetahuan umum, termasuk PBH Pertanian dan perkebunan Peternakan dan perikanan Pertenunan, pemintalan, dan jahit menjahit Makanan sehat Kesehatan Kerajinan

Pada tahun 1960 di tingkat pusat terjadi perubahan yang bersifat kelembagaan Tahun 1966, Jawatan Pendidikan Masyarakat digabungkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar P dan K Tahun 1969, Jawatan Pendidikan Masyarakat dialihfungsikan kepada Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda dan menjadi Direktorat Pendidikan Masyarakat -

Tahun 1974, Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda disempurnakan menjadi Ditjen PLSOR. Tahun 1978, Ditjen PLSOR disempurnakan menjadi Diklusepora Berganti nama menjadi Dirjen PNFI dan selanjutnya tahun 2010 menjadi nama lagi PAUNI. Pada tahun 1983 kegiatan Pendidikan Nonformal yang terkait dengan

pembangunan desa semakin mencuat. Diantaranya pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf fungsional, pendidikan perluasan, pelatihan keterampilan pertanian, pelatihan kader koperasi, pendidikan kependudukan, keluarga berencana, pendidikan gizi keluarga, pelatihan keterampilan produktif, pendidikan dan pelatihan kepemudaan, organisasi pramuka dan pelatihan kader pembangunan masyarakat. Selain itu, kelompok belajar Paket A dintegrasikan dengan pendidikan mata pencaharian yang disebut dengan istilah Kejar Usaha atau Upajiwa.

Handout Pendidikan Masyarakat

4

Sementara itu, pendidikan masyarakat yang berbentuk pelatihan dilakukan juga oleh Departemen-Departemen lain di luar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, seperti: Departemen Pertanian Departemen Pertanian merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang berhubungan dengan penyebarluasan pertanian, kursus dan pelatihan pertanian dan pertukangan, demonstrasi pertanian lapangan dan bimbingan Sapta Usaha Tani. Departemen Kesehatan Departemen Kesehatan merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang berkenaan dengan Posyandu, bimbingan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi keluarga (UPGK), Puskesmas, pelatihan bagi dukun bayi, pencegahan penyakit menular dan keluarga berencana.-

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Departemen Tenaga Kerja merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja baik bidang industri (BLKI), jasa maupun pertanian (BLKP), Mobile Training Unit, magang, dan pelatihan di perusahaan atau industri.

-

Departemen Penerangan (sekarang sudah dimerger ke departemen lain) Departemen Penerangan merupakan penyelenggara kegiatan PNF terutama yang berkaitan dengan berbagai penyuluhan kepada masyarakat, seperti Siaran Pedesaan, Kelompencapir dan Asah Terampil

-

Departemen Sosial Departemen Sosial merupakan penyelenggara PNF yang menyangkut bimbingan dan penyuluhan sosial, karang taruna, bimbingan keterampilan praktis, pembinaan rehabilitasi kesejahteraan sosial seperti panti asuhan dan lembaga pengentasan kemiskinan.

-

Departemen Dalam Negeri Departemen Dalam Negeri merupakan penyelenggara kegiatan PNF yang dilaksanakan di berbagai organisasi, seperti kelompok pembangunan, teknologi pedesaan, LKMD, PKK, Pramuka, dan pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan.

Handout Pendidikan Masyarakat

5

-

Departemen Agama Departemen Agama merupakan penyelenggara kegiatan PNF melalui dakwah, bimbingan kehidupan keluarga, pembinaan umat beragama, pembinaan pondok pesantren, kursus keagamaan, dan pembinaan organisasi keagamaan.

-

Departemen Koperasi Departemen Koperasi merupakan penyelenggara kegiatan PNF dalam bentuk penyuluhan, kursus koperasi, pendidikan koperasi, KUD, dan pembinaan organisasi perkoperasian. Kegiatan pendidikan masyarakat yang juga penting adalah kegiatan pelatihan

yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, pondok pesantren, dan sekolah menengah, seperti:1. Kuliah Kerja Nyata

Kuliah Kerja Nyata sangat erat hubungannya dengan pengembangan dan peningkatan kemampuan masyarakat, pembinaan pribadi mahasiswa serta untuk pengembangan kurikulum perguruan tinggi yang sesuai dengan tuntutan pembangunan.2. Program Kerja Mahasiswa (PKM)

Program Kerja Mahaiswa merupakan wujud aktivitas turun ke desa yang dilakukan oleh para mahasiswa. 3. Pondok Pesantren Darul Falah dan Pondok Pesantren Pabelan Kedua pondok pesantren tersebut tidak hanya ditujukan pada civil effect tetapi juga social effect yakni kepada para santri diberikan bekal bagaimana nantinya ia berfungsi dalam masyarakat, mampu membawa kemajuan dalam masyarakatnya. 4. Pendidikan Kedesaan Model Sekolah Farming Menengah AtasPada kurikulum SFMA yang baru berorientasi pada learning by doing, artinya setiap siswa harus menunjukkan kerja nyata yang merupakan pelaksanaan dari teori yang didapatinya. (Oong Komar (2006); Joesoef (1993); Faisal, S dan Abdilah Hanafi (1979)

C. Mengapa Pendidikan PentingHandout Pendidikan Masyarakat

6

Bangsa yang melek pendidikan (education minded) adalah bangsa yang orientasi terpenting dalam hidupnya tertuju pada dunia pendidikan. Bangsa dengan kultur seperti ini akan mengukur kesuksesan dari kesuksesannya dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan penghormatannya, diukur pula dari prestasi orang dalam bidang pendidikan. Contohnya adalah masyarakat jepang, sejak dicanangkannya Restorasi Meiji Tahun 1880, masyarakat Jepang telah menjadi masyarakat yang begitu menghargai pendidikan, lebih dari negara manapun di dunia ini. Salah satunya dalam hal menghormati sosok guru. Dampaknya pun sungguh luar biasa, kini Jepang termasuk salah satu negara maju dan berpengaruh di dunia. Dengan demikian, jika bangsa Indonesia mampu menyelenggarakan pendidikan secara baik tentu akan membawa bangsa ini ke taraf pengetahuan keilmuan yang memadai untuk menjadikan bangsa kita produktif dan sejahtera. Hanya bangsa yang memiliki pengetahuan memadailah yang bisa produktif dan dengan produktivitas inilah pada akhirnya akan menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.D. Landasan Konsep Pendidikan Masyarakat

1. Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS), yaitu :1) Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan

anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan kurang beruntung.2) Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak

perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses dan menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas baik.3) Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang

dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai4) Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa

menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.Handout Pendidikan Masyarakat

7

5) Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2005 dan mencapai persamaan gender dalam pendidikan menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada presentasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.6) Memperbaiki

semua

aspek

kualitas

pendidikan

dan

menjamin

keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua terutama dalam keasaraan, angka dan kecakapan hidup (life skill) yang penting Pendidikan untuk semua merupakan perwujudan demokratisasi bidang pendidikan dengan memberikan akses seluas-luasnya kepada setiap warga negara, termasuk penyandang cacat atau mereka yang berkebutuhan khusus. Masyarakat miskin, komunitas minoritas, terisolir atau daerah tertinggal semuannya pada dasarnya memiliki hak yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan yang memadai. 2. Amanat Konstutusi 1). Pembukaan UUD 1945 ....melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kesejahteraan sosial 2). Pasal 28 ayat (1) UUD 1945 3). Pasal 31 UUD 1945 4). UUSPN No 20 Tahun 2003, Pasal 13 dan 26 3. Landasan Filosofi Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Handout Pendidikan Masyarakat

8

4. Sosial Budaya a. Nilai sosial budaya digali, dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan guna memperkuat kepribadian bangsa. b. Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global. c. Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi dan politik sehingga memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki posisinya di dalam kehidupan masyarakat. 5. Psikologis a. Proses pendidikan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya. b. Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan lainnya, sehingga membutuhkan berbagai nilai-nilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. 6. Landasan Agama Walaupun begitu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pendidikan masih menjadi suatu hal yang eksklusif. Hanya golongan masyarakat tertentu saja yang menikmati pendidikan secara memadai, yaitu masyarakat yang memang punya biaya untuk keperluan pendidikan, sedangkan golongan miskin, masyarakat terisolir, penyandang cacat atau orang yang berkebutuhan khusus sangat sulit untuk mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.

E. Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi 1. Arah Pandangan Dasar Pendidikan Nasional Peran pendidikan mesti dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik yang dilayani melalui proses interaksi pendidikan)Handout Pendidikan Masyarakat

9

melainkan juga dalam konteks makro yaitu kepentingan masyarakat yang dalam hal ini termasuk masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan pada umumnya. Brubacher (1978), memulai pembahasannya tentang hubungan pendidikan dan masyarakat yang mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Oleh karena itu, pendidikan terjadi di masyarakat, maka pendidikan dituntut untuk mampu memperhitungkan dan melakukan antisipasi terhadap perkembangan sosial, ekonomi, politik dan kenegaraan secara simultan. Di samping itu, secara mikro, pendidikan juga senantiasa harus memperhitungkan individualitas atau karaktersitik perbedaan antar individu peserta didik. Dengan demikian, acuan pemikiran dalam penataan dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus mampu mengakomodasikan berbagai pandangan secara selektif sehingga terdapat keterpaduan dalam konsep.1)

Membangun prinsip kesetaraan antara sektor pendidikan dengan

sektor-sektor lainnya. Keberadaan sistem pendidikan nasional harus senantiasa dimaknai sebagai adanya keharusan untuk bersama-sama dengan sistem lain dalam mewujudkan cita-cita masyarakatnya. Hakikat eksistensi adalah ko-eksistensi. Pendidikan bukan sesuatu yang secara eksklusif terpisah dari sistem sosialnya. Pendidikan sebagai sistem merupakan sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.2)

Pendidikan

adalah

wahana

pemberdayaan

bangsa

dengan

mengutamakan penciptaan dan pemeliharaan konfigurasi komponen-komponen sumber pengaruh secara dinamik, misalnya keluarga, sekolah, media massa, dan dunia usaha.3)

Prinsip pemberdayaan masyarakat dengan segenap institusi sosial

yang ada di dalamnya, terutama institusi yang dilekatkan dengan fungsi mendidik generasi penerus bangsa. Institusi pendidikan tradisional seperti pesantren, keluarga, dan berbagai wadah organisasi pemuda bukan hanyaHandout Pendidikan Masyarakat

10

diberdayakan sehingga dapat mengembangkan fungsi pendidikan dengan lebih baik, melainkan juga diupayakan untuk menjadi bagian yang terpadu dari pendidikan nasional.4)

Prinsip kemandirian dalam pendidikan dan prinsip pemerataan

menuntut warga negara secara individual maupun kolektif untuk memiliki kemampuan bersaing dan sekaligus kemampuan bekerja sama.5)

Dalam kondisi masyarakat yang pluralistik diperlukan prinsip mengutamakan penciptaan, dan pemeliharaan konfigurasi

toleransi dan konsensus. Pendidikan adalah wahana pemberdayaan bangsa dengan komponen-komponen sumber pengaruh secara dinamik.6)

Prinsip perencanaan pendidikan, oleh karena manusia dan

masyarakat senantiasa berubah, baik mengalami perubahan yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, baik yang dapat diterima maupun yang harus ditolak, maka pendidikan juga dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dan melakukan upaya yang tepat serta normatif sesuai dengan cita-cita masyarakatnya. Pendidikan bersifat progresif, tidak resisten terhadap perubahan, tetapi mampu mengendalikan arah perubahan itu.7)

Prinsip

rekonstruksionis.

Dalam

kondisi

masyarakat

yang

menghendaki perubahan mendasar, artinya juga perubahan berskala besar berdasarkan gagasan besar, maka pendidikan juga harus mampu menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan oleh perubahan besar tersebut. Paham rekonstruksionis mengkritik pandangan pragmatis sebagai suatu pandangan yang cocok untuk kondisi yang relatif stabil. Pendekatan pemecahan masalah bersifat lebih berorientasi masa kini, sedangkan pendekatan rekonstruksionis lebih berorientasi masa depan dengan tetap berpijak pada kondisi sekarang.8)

Prinsip pendidikan berorientasi pada peserta didik. Dalam

memberikan pelayanan pendidikan, baik sifat-sifat peserta didik yang bersifat umum maupun spesifik harus menjadi pertimbangan. LayananHandout Pendidikan Masyarakat

11

pendidikan untuk kelompok usia anak berbeda dengan untuk remaja dan dewasa. Pendekatan pendidikan untuk anak-anak di daerah terpencil tidak dapat disamakan dengan anak-anak perkotaan. Termasuk dalam hal ini adalah perlunya perlakuan khusus untuk kelompok ekonomi lemah, kelainan fisik, atau kelainan mental.9)

Prinsip pendidikan multikultural. Sistem pendidikan nasional harus

memahami bahwa masyarakat yang dilayaninya bersifat plural. Oleh karena itu, pluralisme perlu menjadi acuan yang tidak kalah penting dengan acuan-acuan lain. Pluralisme merupakan paham yang menghargai perbedaan dan akan lebih baik bila pendidikan dapat mendayagunakan perbedaan tersebut sebagai sumber dinamika yang bersifat positif dan konstruktif.10)

Pendidikan dengan prinsip global. Pendidikan harus mampu

berperan dan menyiapkan peserta didik dalam korelasi masyarakat global. Namun ada yang perlu diingat dalam pendidikan berwawasan global ini, yaitu pada waktu bersamaan pendidikan memiliki kewajiban untuk melestarikan karakter nasional. Meskipun konsep skala nasional diganti dengan masyarakat global yang tidak lagi mengenal tapal batas karena kemajuan teknologi informasi, pembinaan karakter nasional tetap relevan dan bahkan harus dilakukan. Jepang merupakan satu contoh bangsa yang mengglobal dengan tanpa kehilangan karakternya sebagai suatu bangsa. Negara kebangsaan seharusnyalah menjadi negara yang menyesuaikan kesejahteraan bagi warganya, dan disinilah peran pendidikan sangatlah sentral. Pendidikan mempunyai peran dalam membentuk karakter suatu bangsa, karena pendidikan merupakan landasan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang andal.

2. Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional

a. Visi Pendidikan NasionalHandout Pendidikan Masyarakat

12

Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dalam rangka mendukung transformasi menuju masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan nasional diharapkan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Indonesia yang demokratis, religius yang berjiwa mandiri, bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan keunggulan, sehingga tercapai kemajuan dan kemakmuran. Tujuan yang demikian mulia ini mempersyaratkan kepedulian keluarga, masyarakat bersama-sama dengan organisasi, institusi pendidikan nasional yang mandiri, mampu untuk selalu melakukan inovasi menuju ke suatu sistem pendidikan nasional yang unggul. Pengertian mandiri dalam rumusan tersebut mengandung sejumlah unsur penting yaitu kemampuan (abilitas), sifat-sifat demokratis, toleran, kreatif, kompetitif, estetis, kritis, bijaksana, dan moral. Dengan sejumlah sifat tersebut, kemandirian harus diartikan pula dimilikinya kemampuan untuk berperan dalam tata hubungan sistemik dan sinergik, baik pada skala nasional maupun global. Penerapan prinsip keunggulan juga dikandung maksud bahwa keunggulan tersebut hanya dapat dilakukan secara selektif, dengan urutan prioritas, karena tidak mungkin semua sektor diunggulkan. Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa sistem pendidikan nasional (tetap) mengacu kepada nilai-nilai Pancasila yang menjunjung tinggi ke-Tuhanan, kemandirian, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pendidikan nasional memberikan perhatian terhadap kelompok-kelompok khusus yang apabila tidak diperhatikan akan mengalami keterlantaran dan merugikan bangsa. Kelompok khusus yang bila diabaikan akan menimbulkan kerugian pada bangsa adalah kelompok anak-anak berkemampuan luar biasa (anakHandout Pendidikan Masyarakat

13

berbakat), wanita, dan kelompok usia produktif. Kelompok khusus lain yang bisa semakin telantar bila diabaikan meliputi mereka yang secara ekonomi tertinggal, hidup di daerah terpencil, serta penyandang cacat dan kelainan fisik atau mental. Terhadap kelompok-kelompok khusus ini, dibutuhkan perlakuan khusus secara kelembagaan sehingga terjamin keberlanjutannya. Sementara itu, kapasitas dan kapabilitas organisasi dan manajemen kelembagaan pendidikan di semua tataran perlu ditingkatkan, termasuk di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi pengelolaan pendidikan. Tidak kalah pentingnya adalah pemantapan organisasi dan manajemen di pusat yang diperlukan untuk pengendalian mutu sesuai dengan kecenderungan globalisasi, dan juga untuk pengaturan hal-hal yang menjadi kepentingan nasional, misalnya pembinaan persatuan nasional dan subsidi silang bagi wilayah yang mengalami keterbatasan sumber daya. Demikianlah, konsekuensi mendasar dari karakteristik sosio kultural bangsa Indonesia adalah bahwa semangat menjunjung tinggi dan mempertahankan persatuan juga harus berpijak pada sifat bangsa Indonesia yang sangat pluralistik. b. Misi Pendidikan Nasional Dengan visi pendidikan tersebut diatas, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 3. 4. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai dan pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;

Handout Pendidikan Masyarakat

14

5.

memberdayakan RI.

peran

serta

masyarakat

dalam

penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Mengingat luasnya cakupan perbaikan sistem pendidikan nasional, maka perumusan misi pendidikan nasional dibedakan ke dalam tiga misi, yaitu misi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sasaran misi jangka pendek adalah pemulihan dari krisis (crisis recovery). Sasaran misi jangka menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, sehingga terwujud kehidupan manusia dan masyarakat yang cerdas sebagai prasyarat bagi terciptanya masyarakat madani. Sasaran misi jangka panjang adalah terciptanya masyarakat Indonesia baru, yaitu masyarakat madani. Perumusan misi pendidikan nasional tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Misi jangka pendek Misi jangka pendek pendidikan nasional adalah:a.

melakukan penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar yang bermutu; mengembangkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pendidikan sesuai dengan asas desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah; dan melakukan perintisan program-program pengayaan dan

b. c.

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah aktual yang sangat mendesak untuk diatasi adalah membangkitkan kesadaran akan krisis yang melanda bangsa ini, melakukan program-program tindakan nyata untuk mengatasi krisis kepercayaan diri, dan memberdayakan masyarakat melalui pembinaan keterampilan baru yang berbasis kebudayaan dan tradisi lokal. Dampak krisis yang berlangsung sejak Juli 1997 masih sangat terasa hingga saat ini, sementara tanda-tanda ke arah terjadinya pemulihan belum tampak benar. Oleh karena itu, prioritas jangka pendek adalah menanggulangi dampak krisis. Diyakini bahwa tanpa ada upaya-upaya penanggulangan secara cepat dan tepat, dikhawatirkan akan terjadi pembodohan masal pada bangsa Indonesia yang pada gilirannya akan mengakibatkan apa yang sering disebut sebagai "hilangnya satu generasi". Salah satu dampak krisisHandout Pendidikan Masyarakat

15

yang paling terasa dalam pendidikan adalah terganggunya program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Program ini perlu diselamatkan, dan untuk itu berbagai upaya mesti dilakukan untuk mencegah agar program ini tetap berada pada momentumnya sebagaimana pada saat sebelum krisis. Oleh sebab itu, prioritas pertama misi jangka pendek adalah melanjutkan usaha pelaksanaan wajib belajar. Otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan harus diarahkan pada upaya memperkuat komitmen dan kapasitas daerah dalam menuntaskan program wajib belajar. Peningkatan kemampuan kelembagaan merupakan prioritas kedua dalam misi jangka pendek. Reorganisasi jelas diperlukan sehubungan dengan terjadinya pergeseran dalam pengelolaan pendidikan dari pola yang sentralistik menjadi desentralistik. Dalam konteks perubahan ini, organisasi pendidikan di daerah, dalam hal ini kabupaten dan kota, dengan kewenangannya yang sangat luas harus siap menangani urusan-urusan pendidikan yang selama ini ditangani oleh pusat atau provinsi. Tanpa penataan kelembagaan dan manajemen yang baik, otonomi daerah dalam pengelolaan pendidikan hanya akan menghasilkan kemacetan dan bahkan mungkin sekali kemunduran pendidikan. Dalam misi jangka pendek juga disebut tentang perlunya penguasaan iptek. Hal ini dapat dipahami karena penguasaan iptek merupakan proses yang berkelanjutan. Iptek juga dapat mendukung peningkatan efektivitas, mutu, efisiensi, dan akuntabilitas kinerja system pendidikan. 2) Misi jangka menengah Misi jangka menengah pendidikan nasional adalah menciptakan sistem, iklim, dan proses pendidikan yang demokratis dan mengutamakan mutu, mampu mengembangkan manusia dan kehidupan masyarakat Indonesia yang cerdas, berakhlak mulia, berwawasan kebangsaan, kreatif, inovatif, sehat, berdisiplin, bertanggung jawab, terampil, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Penekanan misi pendidikan jangka menengah adalah memantapkan, mengembangkan dan melembagakan secara berkelanjutan apa yang telahHandout Pendidikan Masyarakat

16

dirintis dalam misi jangka pendek, baik berupa masyarakat dan sistem pendidikan yang lebih berdaya, perbaikan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun perbaikan substansi yang terkandung dalam sistem pendidikan nasional. Diharapkan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kehidupan bangsa telah kembali normal. Peserta didik tidak lagi dihadapkan pada lingkungan yang penuh potensi konflik, membingungkan, dan juga mengkhawatirkan. Dalam kondisi normal, sistem pendidikan dapat berfungsi lebih baik, yang dengan itu bukan saja dapat dihasilkan manusia yang bermutu, melainkan juga mampu mengembangkan Iptek yang bermanfaat bagi kehidupan dalam skala lokal, nasional, dan bahkan internasional. 3) Misi jangka panjang Misi jangka panjang pendidikan nasional adalah melakukan pembudayaan dan pemberdayaan sistem, iklim, dan proses pendidikan nasional yang demokratis dan mengutamakan mutu dalam perspektif nasional dan global. Penekanan misi jangka panjang adalah pembudayaan bagi terbenhrknya nilai-nilai baru dalam keseimbangan yang baru dan dalam konteks struktur masyarakat baru. Perubahan kebudayaan membutuhkan waktu, dan oleh karena itu pembudayaan sebagai hasil pemberdayaan sistem pendidikan nasional dituangkan sebagai misi jangka panjang. Pembudayaan mengimplikasikan bahwa yang terjadi bukan hanya konservasi budaya, melainkan sebuah proses yang bersifat aktif-kreatif dan berkelanjutan, selaras dengan perkembangan lingkungan. Pada waktunya, manusia dan masyarakat Indonesia mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai demokratis dan religius dalam kehidupan keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat, dan juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehidupan yang cerdas dan mandiri tercermin dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik, dan hukum. Keunggulan menjadi suatu kebutuhan, dan persaingan dan kerja sama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam konteks perkembangan global, aktualisasi diri

Handout Pendidikan Masyarakat

17

menuntut adanya penguasaan iptek, karena itu melek iptek menjadi kebutuhan nyata dalam masyarakat c. Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multidimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan:1) Kepribadian kuat, religius, dan menjunjung tinggi budaya luhur bangsa; 2) Kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan

bernegara;3) Kesadaran moral hukum yang tinggi; dan 4) Kehidupan yang makmur dan sejahtera.

UNESCO (1996) mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be), dan bclajar menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Dalam konteks Indonesia, penerapan konsep pilar-pilar pendidikan ini adalah bahwa sistem pendidikan nasional berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sektor kehidupan guna mewujudkan kehidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan mengutamakan persatuan danHandout Pendidikan Masyarakat

18

kesatuan. Satu hal perlu dicatat bahwa proses pendidikan tidak terbatas hanya berlangsung di lembaga pendidikan, melainkan sesuai dengan prinsip pendidikan sepanjang hayat terjadi di manapun misalnya dalam keluarga, di tengah masyarakat, dan bahkan dalam lingkungan kerja. Misi pendidikan yang diemban oleh lembaga-lembaga tersebut sama pentingnya dengan proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah atau institusi pendidikan lainnya di luar sekolah. 3. Demokratisasi Pendidikan Untuk terwujudnya masyarakat madani yang memiliki kesiapan dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi, maka dunia pendidikan dituntut untuk melakukan pembenahan yang mengarah pada terciptanya pendidikan yang lebih demokratis, akuntabel, dan bermutu. Dalam konsep masyarakat berbasis komunitas mengandung pengertian bahwa pendidikan harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi arah perubahan masyarakatnya, dan tugas pendidikan adalah membantu masyarakat menuju perubahan yang diinginkan itu. Dengan konsep masyarakat berbasis komunitas, pendidikan juga diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas sebagai tahap menuju masyarakat Indonesia baru yang terbuka, demokratis, atau populer disebut sebagai masyarakat madani (civil society). Menurut Tilaar (2000), upaya yang dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan adalah sebagai berikut. a. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan Upaya perluasan dan pemerataan pendidikan telah ada secara formal sejak tahun 1984 untuk tingkat SD, dilanjutkan pada tahun 1994 untuk pendidikan dasar sembilan tahun. Hasil yang telah dicapai cukup memuaskan yang ditunjukkan dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Masyarakat (APM). Namun, akibat terjadinya krisis ekonomi dan terjadinya konflik sosial di berbagai daerah yang mengganggu program-program pendidikan, angka partisipasi pendidikan menjadi terganggu. Untuk dapat menyelamatkan generasi mendatang dari ancaman

Handout Pendidikan Masyarakat

19

kebodohan dan kemunduran, peningkatan partisipasi pendidikan merupakan agenda yang tidak dapat diabaikan. Adapun strategi yang dapat dilakukan adalah pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas di wilayah terpencil, pemantapan peran SD Kecil dan SLTP Terbuka, penggalakan-Kejar Paket A dan B, pemantapan sistem terpadu untuk anak berkelainan, dan peningkatan keterlibatan masyarakat untuk menunjang pendidikan untuk semua (education for all). Demikian pula agar lebih bermakna, pemerataan pendidikan tidak hanya bernuansa kuantitatif, melainkan juga kualitatif. Termasuk dalam strategi perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan ini adalah pengembangan pendidikan alternatif sebagai wahana untuk aktualisasi asas pendidikan sepanjang hayat. Tidak kalah pentingnya adalah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam perlu diposisikan kembali sehingga tidak kehilangan karakternya sebagai wahana pendidikan yang populis yang berperan besar dalam memperkaya pendidikan nasional.b. Pendidikan untuk semua (education for all)

Ada kecenderungan bahwa program pendidikan hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan yang diklaim oleh masyarakat sebagai sekolah "favorit". Pada sekolah ini tidak cukup ruang bagi kelompok lain untuk mengakses pendidikan tersebut. Apabila dibiarkan, maka kondisi ini dapat berdampak pada perlakuan yang diskriminatif terhadap anak bangsa. Di samping itu, masih banyak anak usia sekolah yang belum terjangkau oleh pendidikan; atau kalaupun sekolah tersedia dalam jarak yang terjangkau, kendalakendala psikologis dan budaya masih menghalangi mereka untuk memasuki sekolah. Untuk memecahkan masalah ini, maka perlu diakomodasi ide-ide "pendidikan untuk semua", yang antara lain membuka kesempatan bagi semua siswa untuk mengakses pendidikan di mana pun dan kapan pun. Di samping itu, diciptakan suasana belajar yang dapat mengakomodasi kebutuhan anak dari berbagai strata dan latar belakang sosial budaya. c. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi masyarakat

Handout Pendidikan Masyarakat

20

Upaya mencapai sasaran pendidikan selama ini masih banyak bergantung pada lembaga pendidikan formal yang konvensional atau sejumlah lembaga pendidikan nonformal, baik yang langsung di bawah tanggung jawab pemerintah maupun swasta. Padahal untuk menjangkau semua peserta didik, kemampuan lembaga tersebut terbatas mengingat beragamnya kondisi geografis dan budaya masyarakat Indonesia. Untuk itu, dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar dan untuk membelajarkan lebih banyak warga negara, perlu terus diupayakan pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan untuk menjadi wahana pendidikan dan pembelajaran. d. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan Selama ini ada anggapan bahwa pendidikan belum dirasakan sebagai hak asasi yang harus dipenuhi sehingga sebagian masyarakat dan orang tua masih kurang peduli terhadap pendidikan anak-anak, Sikap yang demikian tidak dapat dibiarkan secara terus menerus, karena dapat menurunkan martabat anak, orang tua, masyarakat, dan bahkan pemerintah. Untuk masa mendatang, pengakuan hak pendidikan bagi semua anak perlu disosialisasikan ke tengah masyarakat luas. e. Kerja sama dengan dunia usaha usaha dan industri Sejumlah industri dewasa ini telah menaruh perhatian positif terhadap pendidikan. Perhatian itu diwujudkan dengan pemberian beasiswa, orang . tua asuh, dan bentuk partisipasi lainnya. Untuk dapat menunjukkan tanggung jawabnya yang lebih tinggi, semua industri besar maupun kecil diharapkan dapat menyediakan jumlah tertentu dari pengeluarannya untuk pendidikan. Bentuknya bisa berupa dana khusus untuk pendidikan atau pemberian kesempatan kepada siswa/sekolah untuk menggunakan misalnya; untuk kepentingan praktek. Sebaliknya, fasilitas industri, kepada dunia

usaha/industri yang berperan aktif dalam mendidikan perlu diberikan insentif dalam bentuk, misal , kemudahan perizinan pemberian penghargaan, dan sebagai BAB II KOMPONEN DAN PEMBERDAYAANHandout Pendidikan Masyarakat

21

PENDIDIKAN MASYARAKAT

A. Komponen Kegiatan Belajar Dalam sistem pembelajaraan terdiri dari beberapa komponen yang meliputi masukan mentah (raw input), masukan sarana (instrumental input), masukan lingkungan (enviromental input), masukan lain (other input) dan pengaruh (impact)1. Raw Input (Masukan mentah)

Raw input yaitu pembelajar dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, termasuk ciri ciri yang berhubungan dengan faktor internal yang meliputi struktur kognitif, pengalaman, sikap, minat, kebutuhan belajar, keterampilan serta ciri-ciri yang berkaitan dengan faktor eksternal seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi, pendidikan, status sosial, budaya, biaya dan sarana belajar serta cara kebiasaan belajar.2. Enviromental input (MasukanLingkungan)

Masukan lingkungan yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pendidikan, meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan daerah dan lingkungan internasional.3. Instrumental input (masukan sarana)

Meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi warga belajar dapat melakukan kegiatan belajar. Misalnya berbagai fasilitas belajar meliputi tempat belajar, metode belajar, pendidik(tutor) materi dan kurikulum dan media belajar. 4. Proses pendidikan Menyangkut interaksi antara sumber belajar dengan pembelajar yang didalamnya terjadi proses pembelajaraan. Pada hakikatnya proses belajarHandout Pendidikan Masyarakat

22

mengajar

adalah

kegiatan

membelajarkan,

mendidik,

melatih

dan

membimbing pembelajar. Dimana proses tersebut dilakukan secara mandiri dan berkelompok.5. Out Put (keluaran)

Keluaran yaitu hasil belajar berupa lulusan yang disertai kualitas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dialami oleh pembelajar sebagai akibat proses pembelajaraan.6. Other Input (masukan lain)

Merupakan sumber daya pendukung lainnya yang memberikan kesempatan pada lulusan untuk dapat mengaplikasikan kemampuan yang telah didapatkan atau dimilikinya. Masukan ini meliputi dana atau modal, lapangan kerja atau usaha, informasi, alat dan fasilitas pemasaran, pekerjaan, koperasi, paguyupan pembelajar, latihan lanjutan, bantuan eksternal dan lain sebagainya.7. Impact (Pengaruh)

Menyangkut hasil yang dicapai, pembelajar diharapkan setelah program selesai adalah mampu memanfaatkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari, dapat memecahklan masalah kehidupan dan lingkungannya, serta meningkatkan kesejahteraan pengetahuannya sebagai sarana untuk memiliki akses diberbagai bidang kehidupan. Pada gilirannya diharapkan mereka mampu untuk memberdayakan diri sendiri, keluarga dan menjadi masyarakat yang gemar belajar (learning society).

Kebutuhan Belajar Sumber Belajar

Agen/Pembi na/Fasilitator

SISTEM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Handout Pendidikan MasyarakatKelompok Belajar/Wad ah Pembelajara n

23

Program Pembelajara n

Gambar 2.1 Komponen kegiatan belajar B. Pendidikan NonFormal Sebagai Jalan Menuju Masyarakat Gemar Belajar Kita sadari bahwa pendidikan meruapakan usaha sadar agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal, melalui proses pembelajaraan. Jalur pendidikan nonformal sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Amanat Undang-undang tersebut secara otomatis telah menjamin eksistensi pendidikan nonformal seperti yang tertuang pada pasal 13 dan 26. Pasal 13 memuat kedudukan pendidikan informal, nonformal dan formal yang saling melengkapi dan memperkaya sedangkan pada pasal 26 mengatur teknis penyelenggaraannya. Pada pasal ini ditekankan pentingnya pendidikan nonformal untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, mengembangkan diri, bekerja dan usaha mandiri.Handout Pendidikan Masyarakat

24

C. Sepuluh Patokan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) 1. Warga Belajar a). Melarat karea terlantar pendidikannya, b). Mempunyai kemampuan belajar (educable, trainable) c). Jelas kemauan (hasrat belajarnya, jelas, pengetahuan, pengertian, pengalaman, keterampilan dan kemahiran serta budi pekerti, budi bahasa dan akal) yang mau dipelajarinya, dan d). Telah tergerak hatinya untuk belajar.2. Ragi Belajar, yaitu zat yang dapat menumbuhkan proses belajar spontan

yang mendatangkan hasil dan menghasilkan ragi baru untuk belajar lebih lanjut.3. Adanya Sumber Belajar yaitu warga masyarakat yang memiliki ilmu dan

kemampuan serta skill, yang bersedia dipelajari, digurui dan dimagangi oleh siapa saja yang memerlukannya dengan syarat yang ringan atau kalau mungkin tanpa syarat.4. Terbentuknya Paguyuban Belajar. Rukun belajar atau kelompok belajar,

yaitu para warga belajar yang menghimbun diri dalam kelompok karena sama-sama memiliki hasrat belajar, sama-sama ingin belajar, ingin belajar bersama atau ingin saling belajar.5. Terbentuknya pamong kegiatan belajar (Pamong) yaitu sebuah organisasi

yang warganya terdiri dari warga masyarakat sendiri yang mempunyai tekad dan itikad meningkatkan taraf pendidikan sesamanya melalui proses belajar, Pamong adalah sutradara belajar.6. Tersedianya PANTI Kegiatan Belajar, yaitu tempat yang memenuhi

persyaratan minimal untuk bisa berfungsi sebagai dan atau dapat menampung kegiatan belajar warga masyarakat atau warga belajar.Handout Pendidikan Masyarakat

25

7. Tersedianya Sarana Belajar, yaitu bahan, alat, perkakas, perabot dan

kelengkapan minimal lainnya yang mutlak diperlukan agar ragi belajar dapat berproses.8. Tersediannya Dana Belajar yaitu barang, uang atau jasa yang secara minimal

diperlukan untuk menjamin kelestarian atau menjalankan kegiatan atau proses beajar yang murah tapi bermanfaat bagi warga belajar dan warga masyarakat sekitarnya.9. Adanya Program kegiatan belajar yaitu serangkaian usaha atau acara

belajar yang disusun bersama dalam musyawarah warga belajar atau warga masyarakat.10. Dinikmatinya HASIL BELAJAR atau produk kegiatan belajar, yaitu hasil

belajar sebagai proses belajar.

D. Masyarakat Pembelajar Melalui Pendidikan Berbasis Luas.

Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas di masyarakat. Wardiman (1998:73) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar (fondasi yang kuat). Dengan demikian broad-based education diartilkan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih luas, kuat dan mendasar, sehingga memungkinkan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terladi pada dirinya baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaannya.

Handout Pendidikan Masyarakat

26

Gambar 2.2Belajar tidak bertumpu pada sekolah, tetapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

a) Landasan konsep pendidikan berbasis luas l. Filosofi Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. 2. Sosial budaya a. b. Nilai sosial dan budaya digali, dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan guna memperkuat kepribadian bangsa. Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsifungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global.c.

Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonorni dan politik sehingga memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memperbaiki posisinya di dalam kehidupan masyarakat.

3. Psikologisa.

Proses

pendidikan

diarahkan

untuk

mengoptimalkan

karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya.Handout Pendidikan Masyarakat

27

b. Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan

lainnya, sehingga membutuhkan berbagai nila-inilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. b) Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup dengan pendekatan pendidikan berbasis luas pada jalur luar sekolah. 1. Adanya penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang berbasis sempit (narrow-based curriculum) menjadi berbasis mendasar, kuat dan luas (broad-based curriculum). 2. 3. Pelaksanaan evaluasi difokuskan kepetensi warga belajar yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement Warga belajar dilatih mencapai tingkat keberhasilan tertentu, dituntut untuk tidak mudah puas, sehingga tetap didorong untuk mencapai keberhasilan yang lebih tinggi (optimal). 4. 5. Peningkatan mutu dan pembentukan bekal menghadapi berbagai perubahan yang berkembang semakin cepat. Membuka wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat sehingga mampu mengoptimal-kan potensi yang ada, merubah tantangan menjadi peluang bagi kehidupannya. 6. Membentuk dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program keterampilan hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap progam sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. 7. 8. Memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan didalam rangka mendukung program keterampilan hidup. Mengoptimalkan peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan dan mengembangkan program keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah/lokal.

Handout Pendidikan Masyarakat

28

9.

Meningkatkan kerjasama dengan unit kerja terkait, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya dalam mendukung pelaksanaan program keterampilan hidup.

Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas di atas diperkuat dengan gagasan dari UNESCO berkaitan dengan Pengembangan Sumber Daya Manusia sebagai proses memperluas pilihan masyarakat. Secara konseptual hal ini dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Pendidikan Berbasis LuasSumber: UNESCO Principal regional Office For Asia and The Pacifik, ATLP-CE Volume I, Continuing Education: New Plicies and directions, Bangkok 1995

Pada Gambar 2.3, tampak ada perubahan paradigma konsep pendekatan pengembangan sumber daya manusia. Sekolah hanyalah bagian kecil lembaga pendidikan di masyarakat sebagai wahana untuk meningkatkan berbagai kemampuan dan keterampilan anggota masyarakat. Perubahan yang paling mendasar adalah pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada dalam masyarakat, baik itu lembaga pendidikan nonformal, lembaga yang didirikan oleh individu, sekolah, lembaga swadaya rnasyarakat yang bergerak dalam bidang pendidikan, ataupun lembaga swasta yang mempelopori aktivitas pengembangan sumber daya manusia. Pendekatan pendidikan berbasis luas dalarn program pendidikan keterampilan untuk hidup mendasarkan konsep atau gagasan secara menyeluruh tentang pendidikan untuk pengembangan manusia secara utuh.

Handout Pendidikan Masyarakat

29

E. Masyarakat Pembelajar Sebagai Proses Pemberdayaan

Mewujudkan masyarakat pembelajar adalah juga sebuah proses pemberdayaan yang harus terus menerus dilakukan. Proses pemberdayaan tersebut rnencakup proses merubah sikap dan perilaku budaya dari masyarakat yang tidak gemar belajar menjadi masyarakat yang gemar belajar (learning society). Belajar merupakan proses interaksi terus-menerus antara pembelajar dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajar yang berhasil, dapat dikatakan bahwa ia telah sukses memberdayakan dirinya menjadi lebih unggul dibanding sebelumnya. Secara umum, pemberdayaan merupakan konsep yang berasal dari kata empowerment sebagai bentuk kata dari kata power yang bermakna sebagai "daya". Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam, tetapi dapat diperkuat dengan unsur-unsur penguatan yang diserap dari luar. Pemberdayaan dapat dimaknai dalam dua pengertian. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi dan keterbelakangan dari kebodohan melalui penyelenggaraan pendidikan. Kedua, memperkuat lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan pemerintahan maupun budaya. Kindervatter (1979: 62) mengemukakan "People, gaining an understanding of and control over social, economic, and/or political forces in order to improve their standing in society". Jadi, pemberdayaan adalah tercapainya kemampuan seseorang untuk memahami dan mengontrol kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atau politik yang mungkin diperankannaya sehingga dapat memperbaiki kedudukannya (status) dan perannya (role) dalam masyarakat. Dalam makna ini, pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan potensi dan kemampuan manusia berkenaan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bereksistensi diri dan pada gilirannya dapat berpartisipasi serta memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Faktor yang menentukan dalam proses pemberdayaan adalah pada tahap pengembanganHandout Pendidikan Masyarakat

30

kesadaran diri dan potensi diri yang dimiliki, sehingga dapat siap untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan rasa percaya diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Apabila rasa kesadaran telah dimiliki maka langkah selanjutnya adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri untuk melakukan tindakan, belajar dan melatih keterampilan yang dibutuhkannya untuk kehidupannya. (Kindervatter, 1979). Dalam pemahaman demikian, pada proses pemberdayaan aspek penguatan dan keyakinan diri dari individu merupakan faktor utama. Pemberdayaan akan berkaitan dengan perasaan individu, harga diri dan keyakinan diri dan tidak dapat dipisahkan dari segenap aspek kehidupan manusia secara sosial, psikologis, ekonomi maupun politik. Pemberdayaan merupakan proses yang diarahkan bagi penguatan kemampuan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kedudukannya dalarn masyarakat. Oleh karena itu, proses pemberdayaan akan menyangkut pula nilai-nilai budaya seperti kerja keras, hidup hemat, keterbukaan dan bertanggung jawab. PotensiSDM Nilai Sosial-budaya Pranata Sosial SDA Kebutuhan/Masalah

HARAPAN / TUJUAN

PROSES PEMBANGUN AN

RASA MEMILIKI KEMANDIRIAN KEPERCAYAAN DIRI

TUJUAN

Gambar 2.4 Kerangka pikir pemberdayaan masyarakat Konsep pemberdayaan dalam kaitan dengan masyarakat pembelajar rnerupakan konsep yang terkandung pula nilai-nilai sosial di samping nilai ekonomi. Konsep pemberdayaan ini lebih luas dari sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep pertumbuhan ekonomi pada masa lalu. Konsep pemberdayaan bertitik tolakHandout Pendidikan Masyarakat

31

dari pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Pernberdayan melalui perwujudan masyarakat pembelajar secara otomatis menurnbuhkan daya keunggulan seorang pembelajar melalui pengetahuan yang diserapnya selama proses pembelajaran. Dalam kerangka pemikiran demikian, upaya pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat gemar belajar dapat dilihat dari tiga sisi (Kartasasmita, 1997: 5), yakni: (a) menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya membangun daya dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. (b) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif, selain menciptakan iklim dan suasana. Langkah tersebut antara lain; menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Adanya program khusus bagi individu, masyarakat yang kurang berdaya sangat diperlukan. (c) memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dapat dicegah yang lemah semakin lemah, tetapi diberi dorongan agar yang lemah mempunyai kekuatan. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi diri dari interaksi dengan lingkungan baik internal maupun eksternal. Kata melindungi harus dapat dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat dan tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalain proses pemberdayaan, upaya memperoleh pengetahuan dan kemnampuan oleh individu, kelompok, maupun masyarakat bertujuan untuk rnemahami dan mengendalikan aspekaspek kehidupan untuk meningkatkan derajat kehidupan. Oleh karena itu, aspek perolehan pengetahuandan keterampilan serta kemampuan diri bukan tujuan akhir dari suatu proses pemberdayaan. Penting diperhatikan adalahHandout Pendidikan Masyarakat

32

upaya memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perwujudan masyarakat pembelajar dalam konteks pendidikan sepanjang hayat maka pelaksanaan pemberdayaan yang diarahkan untuk kepentingan kehidupan ekonomi masyarakat menjadi penting dilakukan. Konsep pemberdayaan dilihat dari pendekatan dalam proses pemberdayaan antara lain: melalui self reliance yaitu pendekatan dengan berorientasi pada terciptanya rasa mampu diri, percaya pada diri sendiri dan mandiri. Kindervatter (1979:46) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan nonformal sebagai proses pemberdayaan meliputi; pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented), pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan berdasarkan rasa terciptanya percaya diri dan kemandirian (self reliant), pendekatan yang mengutamakan aspek lingkungan (ecological sound), pendekatan yang berorientasi transformasi structural (based on structural transformation). Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang menjelaskan berbagai upaya untuk memperkuat posisi seseorang untuk melalui penumbuhan kesadaran dan kemampuan individu yang bersangkutan untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah mengatasinya. Inti dari kegiatan pemberdayaan adalah motivasi untuk memahami kondisi dan situasi kerja sehari-hari serta menumbuhkan kemampuan dan keberanian mereka untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang mereka hadapi, sehingga kuncinya adalah membangun partisipasi. Dalam posisi ini, pemberdayaan masyarakat melalui perwujudan masrakat pembelajar adalah proses mengangkat harkat dan martabat seseorang atau kelompok masyarakat menjadi memiliki pengetahuan yang didapatnya melalui proses pembelajaran. Pengetahuan ini kemudian mengubah perilakunya dan difungsionalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mewujudkan masyarakat gemar belajar merupakan suatu bentuk kegiatan budaya maka untuk mengubah perilaku masyarakst gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari

Handout Pendidikan Masyarakat

33

anggota masyarakat kita. Perubahan budaya tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan nonformal.

BAB III SATUAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

A. Pendahuluan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pada ketentuan umum pasal 1 ayat (10) tercantum bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan bagi seseorang tidak hanya diperoleh yang lebih cenderung dilaksanakan pada lingkungan masyarakat. Satuan dan program pendidikan masyarakat banyak sekali jenisnya, sehingga dengan mempelajarinya dapat memahami dan membuka wawasan cakrawala bagi seorang pendidik bahwa proses pembelajaraan tidak hanya dapat diselenggarakan berbagai program pendidikan yang dapat berperan sebagai komplemen, suplemen dan substitusi terhadap pendidikan formal.

B. Satuan Pendidikan di Masyarakat Dengan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.1.

Kursus 34

Handout Pendidikan Masyarakat

Istilah kursus merupakan terjemahan dari course dalam bahasa Inggris, yang secara harfiah berarti mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran. Dalam PP No 73 tahun 1991 dijelaskan bahwa kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Menurut Artasasmita (1985), kursus adalah sebagai mata kegiatan pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat yang dilakukan secara sengaja, terorganisir dan sistematik untuk memberikan materi pelajaran tertentu kepada orang dewasa atau remaja dalam kurun waktu yang relatif singkat agar mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dari dan masyarakat. Contoh : Kursus menjahit, kursus komputer, kursus kecantikan.2.

Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan, pelatihan berkaitan dengan pekerjaan. Adanya program pelatihan yang terencana dengan baik dan sistematis merupakan cara utama untuk membiasakan atau memberikan kecakapan kepada individu agar dia terampil mengerjakan pekerjaannya. Menurut artasasmita (1985), pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja, terorganisir dan sistematis diluar sistem persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan mengutamakan praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisiensi dan efektif. Contoh pelatihan kepemimpinan, pelatihan tutor, pelatihan metode pembelajaraan.

3.

Kelompok Belajar

Handout Pendidikan Masyarakat

35

Kelompok belajar yiatu salah satu wadah dalam rangka membelajarkan masyarakat. Menurut Zaenudin (1985), kelompok belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja dan belajar dalam kelompok untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sekarang. Contoh : Kelompok belajar paket A, Kelompok Belajar Paket B dan Kelompok Belajar Usaha.4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Dengan mengacu kepada pendapat sihombing (2001), PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap hoby dan bakat warga masyarakat.5.

Majelis Taklim Majelis taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan dari kebutuhan masyarakat (bottom up approach), dengan kegiatannya lebih berorientasi pada keagamaan, khususnya agama islam. Melalui majelis taklim dibahas berbagai aspek yang ditinjau dari sudut pandang agama islam.

6.

Satuan Pendidikan yang sejenis Satuan pendidikan yang sejenis adalah satuan yang tidak termasuk pada luar satuan yang sudah dijelaskan terdahulu. Satuan lainnya di antaranya pesantren, sanggar seni, TKA/TPA. Pesantren adalah lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan keagamaan. Pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan yang mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam. Sanggar seni lebih ditujukan pada tempat kegiatan khusus dalam seni yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa.

Handout Pendidikan Masyarakat

36

Sementara agama islam.

itu,

'I'KA/TPA

yaitu

lembaga

pendidikan

khusus

diperuntukkan hagi anak usia dini dalam bidang keagamaan, khususnya

C. Program Pendidikan Di Masyarakat Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada pasal 26 ayat (3), tercantum program pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan pemberdaya-an perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 1. Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan kecakapan hidup adalah kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi diyakini sebagai unsur penting untuk lebih mandiri. Pendidikan kecakapan hidup berpegang pada prinsip belajar untuk memperoleh pengetahuan (learning to know), belajar untuk dapat berbuat/bekerja (learning to do) belajar untuk menjadi orang yang berguna (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama dengan orang lain (learning to live together). Berdasarkan prinsip di atas, pada dasarnya pendidikan kecakapan hidup bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja danl berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. 1). Ciri pembelajaran life skill Ciri pembelajaran life skill menurut Depdiknas (2003) sebagai berikut: a.b.

Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. Terjadi proses penyadaran untuk bersama. Terjadi keselarasan kegiatan belajar unuk mengembangkan diri belajar, usaha mandiri, usaha bersama.

c.

Handout Pendidikan Masyarakat

37

d. e. f. g. h.

Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu. Terjadi proses interaksi saling belajar para ahli. Terjadi proses penilaian kompetensi. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

2). Prinsip life skill Beberapa prinsip menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002), sebagai berikut: a. Etika sosio religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat diintegrasikan.b. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to

do, learning to be, learning to live together, and learning to cooperate. c. Pengembangkan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan. d. Menetapkan manajemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait yang ada dalam masyarakat.e. Paradigm learning to life dan school for work dapat menjadi dasar

kegiatan pendidikan, sehingga memiliki pertautan dengan dunia kerja. f. Penyelenggaraan pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik. 2. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini (0-6 tahun) yang dilakukan pemberian berbagai rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Secara umum tujuan dari program PAUD adalah memberikan dukungan bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya anak usia dini serta

Handout Pendidikan Masyarakat

38

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran orang tua dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Berorientasi pada kebutuhan anak Berpusat pada anak Dilaksanakan dalam suasana bermain Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang Merangsang semua indranya Mengembangkan semua aspek kecerdasannya Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media

pembelajaraan Menggunakan pembelajaraan tematik dan terpadu

3. Pendidikan Kepemudaan Pendidikan kepemudaan adalah program pendidikan yang sasarannya khusus pemuda. Program kepemudaan yang dikembangkan di Indonesia ini contohnya adalah dengan dibentuknya Kelompok Usia Pemuda Produktif (KUPP). Melalui program KUPP diharapkan para pemuda melalui kemampuan tertentu dalam bidang usaha sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. 4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Pendidikan pemberdayaan perempuan diperuntukkan khusus untuk perempuan. Hal ini didasarkan bahwa masih banyak perempuan yang belum berdaya, padahal mereka memiliki potensi yang perlu dikembangkan.

5. Pendidikan Keaksaraan Pendidikan keaksaraan yang dikembangkan saat ini adalah program keaksaraan fungsional yang pada dasarnya merupakan suatu pengembangan dari program keaksaraan sebelumnya. Program keaksaraan fungsional pada dasarnya memiliki tujuan:Handout Pendidikan Masyarakat

39

a.

meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan juga keterampilan berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat;

b. memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaannya

dalam membaca, menulis, berhitung dan berbuat;c.

menemukan jalan untuk mendapatkan sumber-sumber kehidupan sehari hari warga belajar;

d. meningkatkan keberanian warga masyarakat untuk berhubungan dengan

lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan belajarnya;e.

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat berpartisipasi dalam perubahan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimasyarakat;

f.

meningkatkan

kesejahteraan

keluarga

melalui

keterampilan

dan

kebudayaan di masyarakat. 6. Pendidikan Keterampilan Program pendidikan keterampilan ditu,jukan untuk membekali warga belajar dalam bidang keterampilan yang dapat dijadikan bekal usaha. Dengan keterampilan yang dimiliki diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan dirinya untuk peningkatan kesejahteraan hidupnya. Program pendidikan keterampilan yang dapat dikembangkan dalam masyarakat adalah a. keterampilan dalam bidang kemampuan bahasa; b. keterampilan dalam bidang berumah tangga; c. keterampilan dalam bidang penampilan diri; d. keterampilan dalam bidang usaha; dan c. keterampilan dalam bidang pekerjaan jasa.

7. Pendidikan Kesetaraan Dalam menyukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun, pendidikan kesetaraan melalui pendidikan nonformal mendapat perhatian cukup tinggi. Hal ini terjadi karena program wajar dikdas 9 tahun tidak hanya bisa ditangani melalui pendidikan formal saja.Handout Pendidikan Masyarakat

40

Banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pendidikan karena berbagai alasan, di antaranya tidak ada biaya, harus bekerja membantu orang tua. Mereka terpaksa putus sekolah baik pada tingkat SD, SLP maupun SLTA. Program Kesetaraan yang ada di masyarakat yaitu mencakup: Kelompok ; Belajar (Kejar) Paket A, Kejar Paket B, dan Kejar Paket C. Menurut Zaenudin (2005), Kejar Paket A yaitu suatu upaya belajar dan bekerja secara sadar dan berencana dalam organisasi kelompok untuk meningkatkan pendidikan warga belajar, sehingga setara dengan Sekolah Dasar melalui Paket A sebagai media/bahan belajarnya. Menurut PP No. 73 tahun 1991, Kelompok Belajar Paket B diselenggarakan membelajarkan atas pendidikan bagi warga dasar sekumpulan masyarakat umum dan warga belajar untuk memperoleh dengan untuk pendidikan setara SLTP. Program Kejar Paket B, yaitu suatu kegiatan melalui proses belajar menggunakan buku Paket B sebagai sarana belajar utama, yang isinya terdiri pendidikan keterampilan mengusahakan mata pencaharian, yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) (Juklak Paket B, 1993). Sementara itu, Kejar Paket C, yaitu suatu kegiatan membelajarkan warga masyarakat melalui proses belajar yang setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. (SLTA).

BAB IV PENDEKATAN PEMBELAJARAAN DALAM BERBAGAI SATUAN PENDIDIKAN di MASYARAKAT

Handout Pendidikan Masyarakat

41

A. Pendekatan Pedagogi Dalam Pembelajaran

Istilah pedagogi ini berasal dari bahasa Yunani paid artinya anak dan agogos artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children) Di dalam model pedagogi, guru bertanggung jawab penuh untuk menentukan segala keputusan mengenai hal-hal yang akan dipelajari bagaimana dipelajarinya, kapan dipelajarinya, dan kapan berakhirnya. Di dalam model ini guru yang memiliki peranan dalam pembelajaran, karena didasari oleh beberapa asumsi mengenai peserta didik yaitu sebagai berikut.1. Kebutuhan untuk mengetahui (The need to know)

Peserta didik diasumsikan hanya butuh mengetahui tentang segala sesuatu yang diajarkan guru jika mereka menginginkan kelulusan dari mendapatkan peningkatan.2. Konsep diri peserta didik (The leaners self konsep).

Konsep guru mengenai peserta didik bergantung pada kepribadian, oleh karena itu konsep diri peserta didik juga bergantung pada kepribadiannya tersebut.3. Peran pengalaman (The role of experience)

Pengalaman peserta didik merupakan sumber belajar sehingga teknik pemindahan informasi merupakan yang paling dominan dalam pendekatan pedagogik.4. Kesiapan untuk belajar (Readiness to learn)

Peserta didik disiapkan untuk mempelajari sesuatu hal yang disampaika pada mereka oleh seorang guru.5. Berorientasi belajar (Orientation to learning)

Peserta didik berpusat pada orientasi mata pelajaran untuk dipelajari. Peserta belajar melaksanakan belajar selama mereka mempelajari isi mata pelajaran, sehingga pengalaman belajar diorganisasikan menerima kandungan mata pelajaran yang logis.6. Motivasi (Motivation)

Peserta belajar dimotivasi untuk belajar oleh guru, sehingga sifatnya ekstrinsik.Handout Pendidikan Masyarakat

42

Pembelajaran sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

dengan

menggunakan

pendekatan

pedagogi,

proses

pembelajarannya cenderung teacher centerd. Hal ini dilandasi dengan ciri-ciri adanya dominasi guru dalam pembelajaran; bahan belajar terdiri dari konsep-konsep yang datangnya dari guru; materi lebih cenderung bersifat informasi; peserta didik tinggal menerima instruksi yang ditentukan oleh guru.

B. Pendekatan Andragogi Dalam Pembelajaran Andragogi berasal dari kata andr dan agogos. Dalam bahasa yunani, andr berarti orang dewasa, sedangkan agogos berarti memimpin, mengamong atau membimbing. Dengan demikian, andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Knowles (1980), memberi makna andragogi Aner bermaksud man atau adult dan agogus bermaksud leader of. Yang mempunyai makna berlainan dengan pembelajaran anak-anak. Andragogi adalah seni dan sains bagi membantu pembelajaran orang dewasa. Walaupun begitu, kedua-duanya saling berkaitan antara satu sama lain. Andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran penerapan model. Andragogi tidak hanya ketika menghadapi peserta didik yang sudah dewasa, tetapi dapat juga diterapkan ketika menghadapi anak-anak dan remaja. Dengan menerapkan model andragogi dalam pembelajaran, maka prose pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik yang digunakan dapat melibatkan peserta didik secara maksimal. Keterlibatan peserta didik merupakan kunci keberhasilan dalam penggunaan pendekatan andragogi. Menurut pandangan andragogi, setiap pendidik harus mampu membantu peserta didik dalam Penyelenggaraan Pendidikan:1. menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerja sama dalam

merencanakan program pembelajaran; 2. menemukan kebutuhan belajar;Handout Pendidikan Masyarakat

43

3. merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar; 4. merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik; 5. melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat; dan6. menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk

kegiatan pernbelajaran selanjutnya. Teori andragogi yang telah dikembangkan oleh Knowles banyak memperoleh dukungan dari para pakar pendidikan lainnya, seperti Darkenwald dan Meriam (1982), Patricia Gross (1985), serta Jarvis (1985). Inti teori andragogi adalah teknologi keteriibatan diri (ego) peserta didik. Artinya bahwa kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran peserta didik terletak pada keterlibatan diri mereka dalam proses pembelajaran. Asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dalam teori andragogi adalah sebagai berikut. 1. Orang Dewasa Mempunyai Konsep Diri Orang dewasa memandang bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk membuat suatu keputusan, dapat menghadapi segala risiko dari keputusan yang diambil, serta dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri adalah hal yang arnat penting bagi orang dewasa. Seorang yang dewasa memerlukan perilaku orang lain yang menghargai terhadap dirinya, misalnya, dalam hal penghargaan terhadap pengambilan keputusan yang menyangkut, kehidupan dirinya dan lingkungannya. Sikap yang terkesan menggurui orang dewasa cenderung akan ditanggapi negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peserta didik yang dewasa cenderung akan menghindari menolak, dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak-anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sebaliknya, jika mereka diperlakukan dengan penuh penghargaan dalam situasi pembelajaran, maka, mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam proses pembelajaran. Karakteristik orang dewasa ini memberikan implikasi praktis dalam prosesHandout Pendidikan Masyarakat

44

pembelajaran. Mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam mendiagnosis kebutuhan belajar dan dalam merancang program pembelajaran. Kegiatan belajar hendaknya bercorak antisipatif dan partisipatif. Pendidik hendaknya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan/atau narasumber bagi peserta didik orang dewasa. 2. Orang Dewasa Mempunyai Akumulasi Pengalaman Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda dengan orang dewasa lainnya sebagai akibat dari perbedaan latar belakang kehidupan sebelumnya dan perbedaan lingkungannya. Makin bertambah usianya makin bertambah pula pengalamannya. Makin bertambah pengalamannya makin berbeda pula dengan pengalaman orang lain. Orang dewasa memiliki pengalaman situasi, pengalaman interaksi, dan pengalaman diri. Pengalaman situasi merupakan sederetan situasi orang dewasa di masa lalu yang dapat digunakan untuk merespons situasi masa kini. Pengalaman interaksi menunjukkan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat dirinya dari sisi pandangan, orang lain. Pengalaman diri adalah kemahiran orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi pada masa lalu. Dalam kegiatan belajar, orang dewasa mampu memberikan masukan berdasarkan berbagai pengalamannya. Mereka dapat menjadi sumber yang kaya untuk digunakan dalam pembelajaran. Belajar sesuatu yang baru mempunyai kecenderungan mengambil makna dari pengalamannya yang lama. Implikasi praktis dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah bahwa mereka perlu dilibatkan untuk berperan sebagai narasumber. Pengenalan konsep-konsep baru dan penerapannya dalam kehidupan seharihari akan lebih tepat apabila berangkat dari pengalaman mereka sendiri (experiental learning).

3.

Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan untuk Belajar Kesiapan belajar orang dewasa seirama dengan keberadaan peranan sosial yang ia tampilkan. Peran sosial ini akan berubah sejalan dengan

Handout Pendidikan Masyarakat

45

perubahan usia sehingga kesiapan belajar orang dewasa akan ikut berubah pula. Apabila ia telah siap melakukan peran sebagai seorang petani, maka tugas perkembangan pertamanya adalah memperoleh pekerjaan dalam bidang pertanian. Pada saat itu orang dewasa telah siap untuk belajar sesuatu yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya dalam bidang pertanian walaupun ia belum siap untuk belajar peran sosial lainnya. Dengan demikian, implikasi praktis dalam proses pembelajaran adalah bahwa urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas perkembangan untuk melaksanakan peranannya, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Dengan demikian, penyesuaian materi dan kegiatan belajar dengan kebutuhan belajar yang relevan dengan tugas perkembangan peranan orang dewasa perlu diutamakan.4. Orang Dewasa Berharap dapat Segera Menerapkan Perolehan Belajarnya

Orang dewasa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran karena ia sedang merespons hal-hal yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan belajar, orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran orang dewasa perlu menekankan pada peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Implikasi dalam proses pembelajaran adalah bahwa program pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah bagi kehidupan orang dewasa. Dengan demikian pengalaman belajar harus dirancang berdasarkan masalah yang dihadapi oleh orang dewasa dalam kehidupannya yang menyangkut pekerjaan, peranan sosial, dan lain sebagainya. 5. Orang Dewasa Memiliki Kemampuan untuk Belajar Knowles (1980) menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih tua usianya dapat belajar hal-hal yang baru. Oleh karena itu, mereka dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, maka hal itu mungkin disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan faktor fisiologik, seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga, sehingga kemampuan fisik orang dewasa akan mempengaruhi kecepatan belajar. Implikasi terhadap proses pembelajaranHandout Pendidikan Masyarakat

46

adalah bahwa pendidik perlu mendorong dan membantu orang dewasa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan oleh mereka sendiri.a. Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri orang dewasa

Setiap peserta didik akan mengontrol langsung proses belajarnya sendiri dengan melibatkan semua potensi dirinya, termasuk potensi berpikir, emosi, dan fisiknya. Belajar mengarah pada proses pemenuhan kebutuhan belajar dan pencapaian tujuan belajar. Orang dewasa merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya akan dapat tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi antara dirinya dengan lingkungannya. Kualitas belajar akan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, seni membelajarkan orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan interaksinya dengan peserta didik melalui proses pembelajaran. Implikasi dalam proses pembelajaran adalah perlunya penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara intensif di dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, merangsang dan melaksanakan kegiatan belajar, serta menilai proses, hasil, dan dampak pembelajaran. b. Perbedaan kondisi belajar memerlukan prinsip pembelajaran yang berbeda Dalam proses belajar orang dewasa ditemukan adanya kondisi-kondisi belajar tertentu yang terungkap melalui transaksi pembelajaran. Kondisikondisi itu antara lain adalah peserta didik merasakan kebutuhan belajar dan lingkungan belajar yang menyenangkan. Peserta didik memandang tujuan belajar sebagai tujuan dirinya sendiri, la sepakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan belajar. Peserta didik pun menjadi partisipan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memanfaatkan pengalaman. peserta didik, dan peserta didik merasakan kemajuan dalam pencapaian tujuan belajarnya. Kondisi-kondisi belajar ini berkaitan dengan prinsipprinsip membelajarkan orang dewasa. Jika kondisi belajar itu, misalnya peserta didik menjadi partisipan dalam proses belajar, maka pendidik perlu membantu mereka mengorganisir dirinya untuk turut bertanggung jawabHandout Pendidikan Masyarakat

47

dalam proses belajarnya. Menurut pandangan ini, implikasi praktis dalam proses pembelajaran orang dewasa adalah kegiatan pembelajaran berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Keberhasilan proses pembelajaran orang dewasa akan ditentukan oleh keterlibatan sedirian (ego) dalam tahap-tahap sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) menciptakan iklim belajar yang cocok untuk mereka; menciptakan situasi perencanaan partisipatif; mendiagnosis kebutuhan belajar; merumuskan tujuan belajar; merancang kegiatan belajar; melaksanakan kegiatan belajar; dan menilai proses dan perolehan dalam memenuhi kebutuhan belajar.

Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan bimbingan pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator dan narasumber. Model pendekatan andragogi tidak selamanya hanya digunakan ketika menghadapi orang dewasa, sebab pada peserta didik anak-anak dapat juga diterapkan. Hal ini didasarkan bahwa anak-anak juga sudah memiliki pengalaman walaupun masih terbatas, sehingga pengalaman tersebut perlu dikembangkan dengan tidak mengondisikan seperti orang dewasa.C. ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Konsep Diri Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagiHandout Pendidikan Masyarakat

48

seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak lain. 2. Pengalaman Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai. Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya). 3. Kesiapan Belajar Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusunHandout Pendidikan Masyarakat

49

menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik. 4. Orientasi Terhadap Belajar. Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh bahan pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap hanya akan berguna di kemudian hari. Karena itu kurikulum seharusnya diatur menjadi satuan-satuan pelajaran yang mengikuti urutan logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran. Sebaliknya dalam andragogi, para peserta didik memandang pendidikan sebagai suatu proses pengembangan kemampuan untuk mencapai potensi kehidupan yang paripurna. Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan apapun yang mereka peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar seharusnya disusun menurut kategori-kategori pengembangan kemampuan. Jadi