halaqah tadabbur al quran 5 (al baqarah 25 - 29). dr saiful bahri

9
32 Halaqah Tadabbur Qur`an 5 (QS Al-Baqarah 25-29) Dr. Saiful Bahri, MA ﺳﻠﻢ ﺻﻞﻟﻠ .ﻟﺒ ﻟﻌﻠﻢ ﺑﺘﻌﻠﻟﺨﻠﻘ ﺳﺎء ﻋﻠﻰ ﻓﻀﻠﻨﺎ ﻟﻘﺮ ﻧﺰ ﻟﺬ B ﻟﺤﻤﺪ B ﻟﺤﻤﺪ ﺑﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺻﺤﺎﺑ ﻋﻠﻲ ﺳﻠﻢ ﻋﻠ ﺻﻞ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﻮﻻﻧﺎ ﺪﻧﺎﻻﻧﺎ ﺑﻌﺪﻣﺎ ﻟﺪ ﻟﻰ ﺗﺒﻌAlhamdulillah pada pagi subuh kesempatan kali ini kita bertemu kembali dalam halaqah tadabbur qur`an yang insya Allah kita akan melanjutkan pertemuan yang kemarin. Allah subhanahu wa ta’ala menantang semua manusia, orang-orang kafir di antaranya untuk membuat Al Qur`an dan itu tidak mungkin terjadi. Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas yang sebaliknya. Allah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Serta nanti ditutup dengan apa yang dilakukan Allah sebagai konsekuensi memberikan ancaman kepada orang-orang yang tadinya meragukan atau bahkan mendustakan. Sekadar review dari pertemuan kemarin, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala setelah menyebutkan tiga kategori manusia, yang beriman, kafir, kemudian yang munafiq bagian paling besar, karena dia terombang-ambing yang sejatinya bukan karena sekadar bisikan syaitan. Karena kita mempersepsikan syaitan itu mengerikan, padahal syaitan itu yang membuat kita terlena. Syaitan itu punya daya tarik. Pada kesempatan kali ini kita akan mulai tadabbur ayat 25, Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Upload: halaqahtafsir

Post on 23-Jul-2016

267 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Transcribed by Adhe Purwanto

TRANSCRIPT

Page 1: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  32  

Halaqah Tadabbur Qur`an 5 (QS Al-Baqarah 25-29) Dr. Saiful Bahri, MA

سيید على وو بارركك االحمد ٬B، االحمد B االذيي اانزلل االقرآآنن وو فضلنا على ساءرر االخلقهھ بتعليیم االعلم وواالبيیانن. االلهھم صل وو سلمتبعهھ االى يیومم االديین ااما بعدااالنامم سيیدنا زز موالنا محمد صل هللا عليیهھ وو سلم وو علي االهھ وو ااصحابهھ وو من

Alhamdulillah pada pagi subuh kesempatan kali ini kita bertemu kembali dalam halaqah tadabbur qur`an yang insya Allah kita akan melanjutkan pertemuan yang kemarin. Allah subhanahu wa ta’ala menantang semua manusia, orang-orang kafir di antaranya untuk membuat Al Qur`an dan itu tidak mungkin terjadi. Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas yang sebaliknya. Allah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Serta nanti ditutup dengan apa yang dilakukan Allah sebagai konsekuensi memberikan ancaman kepada orang-orang yang tadinya meragukan atau bahkan mendustakan. Sekadar review dari pertemuan kemarin, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala setelah menyebutkan tiga kategori manusia, yang beriman, kafir, kemudian yang munafiq bagian paling besar, karena dia terombang-ambing yang sejatinya bukan karena sekadar bisikan syaitan. Karena kita mempersepsikan syaitan itu mengerikan, padahal syaitan itu yang membuat kita terlena. Syaitan itu punya daya tarik. Pada kesempatan kali ini kita akan mulai tadabbur ayat 25,

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Page 2: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  33  

Basyir atau al bisyarah itu adalah kabar yang menyebabakan seseorang gembira. Jadi kalau memberikan kabar biasa saja tidak bisa dikatakan al bisyarah, Kalau an naba itu berita besar, kalalu al khabar itu berita biasa, berita yang hanya sekadar tahu saja. Tetapi basyir itu berita yang menyebabkan seseorang gembira. Atau sebaliknya, bisa juga digunakan untuk kabar buruk yang menakutkan. Sesuatu yang di luar prediksi itu juga bisa disebut dengan al bisyarah, tetapi umumnya penggunaan aslinya untuk sesuatu yang sangat menggembirakan. Maka di sini, basysyirilladzina amanu, berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. Maksudnya apa? Kasihlah kabar gembira orang-orang yang sudah beramal. Bukan hanya cukup beriman, wa ‘amilush shalihat, dan orang-orang yang berbuat baik. Anna lahum jannat, bahwa mereka akan disediakan taman-taman. Jannat adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang rindang. Dalam bahasa Arab ada istilah yang serupa, disebut dengan hadiqah atau bustan. Jadi kalau di depan kita ada pertamanan itu tidak bisa disebut jannah. Itu baru disebut hadiqah atau bustan. Jannat itu kumpulan dari taman-taman, taman yang sangat luas sekali, yang seseorang jika ada di dalamnya tidak bisa dilihat dari luar. Tajri min tahtihal anhar, itu selalu diulang. Allah tidak pernah menyebutkan tajri min tahtihan nahr, selalu anhar. Karena sungai-sungai yang mengalir di bawah taman-taman itu tidak satu. Ada sungai dari air yang jernih yang tidak berubah, ada sungai dari arak, ada sungai dari susu, ada sungai dari madu, dan sebagainya. Segala bentuk minuman itu digambarkannya sungai. Tetapi ingat, surga itu sesuatu yang tidak bisa dibayangkan. Tidak bisa dilihat, tidak bisa didengar, tidak juga terbetik di dalam hati. Ini hanya sekadar visualisasi. Sejatinya kita tidak tahu. Pasti lebih dahsyat dari itu. Kita visualisasikan surga itu ada taman, kemudian di atasnya ada istana dan di bawahnya ada sungai-sungai yang mengalir. Silakan kita bayangkan seperti apa. Itu yang disebut dengan mu’jizat visualisasi. Kita disuruh membayangkan, seolah-olah kita menonton film. Jadi surga itu seperti apa, inilah bayangan yang diberikan Allah. Pada hakikatnya kita tidak tahu, dan lebih dari itu. Yang menarik, Allah memberikan sifat seperti ini. Kullama ruziqu minha min tsamaratin rizqa, setiap mereka dikasih buah-buahan, mereka mengatakan hadzalladzi ruziqna min qablu. Pada saat siang hari kita makan nanas, makan jeruk, lho ini buah sepertinya sudah kemarin kita makan. Tetapi begitu mereka coba, rasanya lain. Itu nikmat surga. Karena manusia itu biasanya sebelum buka puasa semuanya dia inginkan, tapi begitu tersentuh yang pertama, minat untuk yang lainnya jadi berkurang. Itu manusiawi, di dunia. Tetapi kalau di surga tidak. Ini kolak yang saya minum kemarin juga, tapi rasanya lain. Sudah ada secara fisik di hari-hari sebelumnya, tetapi rasanya lain. Itu adalah kenikmatan nonfisik. Fisiknya sama, tetapi kenikmatan nonfisiknya lebih dari itu. Dan itu bisa terjadi di dunia. Orang yang bisa seperti itu adalah orang-orang yang bersyukur. Kita hari ini bekerja, masuk kerja yang sama, tetapi lebih bersemangat, itu pada hakikatnya spirit penduduk surga. Kita hari ini berinteraksi dengan keluarga kita, seolah-olah lain dengan kemarin. Itu spiritnya orang-orang yang beriman. Harinya lebih baik dari sebelumnya. Kalau dia ketika di dunia spiritnya seperti itu, Allah ingin memberinya balasannya juga demikian. Allah menginginkan bahwa, kamu sudah berusaha setiap hari memperbaiki hari-harimu. Maka balasannya adalah sekarang (di surga) diberikan nikmat yang seperti itu.

Page 3: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  34  

Wa lahum fiha azwajun muthahharah, bagi mereka pasangan yang suci. Ini kalau tafsiran letterlijk nya, seolah-olah surga itu yang dibahas laki-laki saja, padahal lebih dari itu. Secara arti bahasa, azwaj itu pasangan, jadi tidak ditentukan jenis kelaminnya. Orang-orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan, mereka akan mendapatkan balasan yang sama. Pasangan hidup. Yang punya pasangan di dunia ataupun yang tidak, yang cerai hidup atau yang cerai mati, nanti semuanya tidak ada yang tidak punya pasangan. Dan kata azwaj itu mahal harganya di dalam Al Qur`an. Seseorang dikatakan zauj itu kalau sudah betul-betul ada keserasian di semua aspek. Lihat Nabi Nuh, lihat Nabi Luth, itu istrinya tidak disebut zauj, tapi imra`ah. Zauj dan imra`ah sama-sama artinya istri, tetapi imra`ah Nuh dan Luth itu tidak ideal dari sisi akhlaq. Fir’aun dan istrinya itu juga tidak sesuai, tidak ada keserasian. Kalau laki-lakinya tidak baik, perempuannya juga tidak baik, itu juga tidak disebut zauj. Karena pasangan yang sama-sama tidak baik secara kasat mata harmonis, tetapi itu bukan pasangan yang ideal. Contohnya Abu Lahab dan istrinya, tidak disebut zauj tapi imra`ah. Contoh yang sering dibahas adalah Nabi Zakaria. Baik dalam surah Ali Imran ataupun dalam surah Maryam. Ketika dia mengasuh Maryam, terinspirasi ingin punya anak, dikabulkan oleh Allah dia kaget dan berkata Wamra`ati ‘aqir. Imra`ati, bukan zauji. Memang, meskipun suami istri dua-duanya baik tapi belum diberikan keturunan, itu juga belum ideal. Lalu lihat dalam surah Al Anbiya ayat 90: Wa ashlahna lahu zaujahu. Jadi setelah dia punya anak baru disebut ideal. Bahkan keluarga Imran tidak disebut ideal juga. Istrinya Imran disebut imra`ah juga. Padahal istrinya orang baik-baik, punya anak seperti Maryam juga baik, bapaknya juga baik-baik. Kenapa disebut imra`ah? Karena Imran sudah meninggal. Jadi yang paling ideal, seorang suami yang baik menikahi perempuan yang baik, punya anak baik-baik, dan bisa menebarkan rekayasa kebaikan. Tetapi hidup di dunia sedikit sekali yang bisa ideal. Dalam kehidupan berumahtangga kita sulit mencari yang ideal. Artinya apa? Dalam kondisi apapun seseorang bisa berdakwah. Entah kondisinya seperti Nabi Nuh, na’udzubillahi min dzalik, kendala dari istri dan anaknya, dia bisa berdakwah. Kondisi seperti Nabi Ibrahim, ada kendala dari orangtuanya, dia bisa berdakwah. Kondisi seperti Nabi Yusuf, terusir, dia bisa berdakwah. Di penjara, bisa berdakwah. Ketika jadi orang (pembesar) kerajaan, bisa berdakwah. Dalam semua kondisi apapun. Dan nanti Allah berikan ganjarannya di surga, wa lahum fiha azwajun muthahharah, jumhur mufassirin mengartikannya dan mereka diberikan istri-istri dari bidadari yang suci, suci secara fisik dan secara nonfisik. Secara fisik tidak ada orang capek. Suami kalau mau berhubungan dengan istrinya, kan tidak selamanya bisa. Kadang datang bulanannya, kadang capek. Di surga tidak ada istilah itu. Kapan saja mau, silakan. Dan secara nonfisik, dia terjaga pendengarannya, penglihatannya, mulutnya tidak bicara yang macam-macam. Di dunia sulit cari yang seperti itu. Kata Kahlil Gibran, perempuan yang sempurna bagi seorang laki-laki cuma dua: Satu belum dilahirkan ibunya, yang kedua hanya ada di dalam khayalan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Laki-laki sempurna bagi perempuan juga dua: Belum dilahirkan ibunya, atau hanya ada di dalam khayalan perempuan.

Page 4: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  35  

Di dunia, kita kumpulan manusia-manusia terbatas. Tetapi kalau idealismenya seperti tadi, seperti penduduk surga, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Shalat subuhnya sama, dua rakaat juga, tetapi kualitasnya beda dengan hari kemarin. Itu spirit ahli surga. Nanti dibalas Allah juga demikian. Maka di sini dikatakan, hum fiha khalidun. Meskipun kekekalan itu milik Allah, tapi Allah janjikan, begitu seseorang masuk surga dan diridhai, tidak akan keluar lagi. Sampai kapan? Tidak ada istilah sampai kapan. Selama-lamanya.

Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan." Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, Allah tidak ‘malu’, ini bukan kata-kata sesungguhnya. Seandainya pun bahasanya ‘malu’, malunya beda dengan kita. Dalam bahasa Arab sendiri, al haya` itu beda dengan al khajal. Al khajal itu malu yang kurang bagus, menyebabkan rendah diri dan tidak berbuat, sementara al haya` itu malu yang mendatangkan kebaikan. Al haya`u minal iman. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Diantara pesan nubuwwah yang pertama ialah, idza lam tastahyi fashna’ ma syi`ta, jika sudah tidak punya malu silakan lakukan apa saja. Karena al haya` itu adalah bagian dari iman. Sementara di sini, ‘Allah tidak malu’ itu lain. Kita tidak bisa membuat visualisasi karena ini adalah Khaliq, Pencipta. Allah memberikan permisalan ba’udhah, nyamuk. Kecil dia. Bahkan dikatakan di sini, fa ma fauqaha. Fa ma fauqaha ada dua pendapat. Ada yang mengatakan ‘atau lebih di atasnya’, maksudnya lebih kecil dari itu, atau lebih besar dari itu.

Page 5: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  36  

Nyamuk, lebih besar lagi lalat, kecoa, dan seterusnya, serangga yang selama ini kita anggap mengganggu. Fa ammalladzina amanu fa ya’lamuna. Kalau orang kafir, fa ammalladzina kafaru fa yaquluna. Karena orang yang beriman itu tidak perlu ngomong. Begitu mereka tahu, mereka tunduk. Makanya orang-orang kafir itu, lihatlah Namrudz, yang mengaku tuhan, yang dia bicara dalam juz 3 nanti qala ana uhyi wa umit, ‘kalau Tuhanmu bisa menghidupkan dan mematikan, aku juga bisa menghidupkan dan mematikan’. Tetapi begitu dijawab Nabi Ibrahim, ‘Tuhanku menerbitkan matahari dari timur, sekarang fa`ti biha minal maghrib, terbitkan dia dari barat’. Dia tidak bisa jawab, karena itu sesuatu yang sulit. Di luar dia. Maka di sini, Allah tidak malu. Sekarang siapa di antara kita, seluruh manusia berkumpul, ada yang bisa menciptakan seekor nyamuk? Tidak ada. Nyamuk itu kan ada perangkat kehidupan. Kalau manusia bisa dioperasi. Kalau nyamuknya sakit, bisa tidak ditransplantasi jantung misalnya? Tidak ada. Itu permisalan yang sangat luar biasa. Nabi Muhamad shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, Ittaqusy syirka, kalian jauhi perbuatan syirik. Fa innahu akhfa min dabibin naml, dia lebih kecil daripada kotoran semut. Maaf, bapak-bapak pernah lihat semut buang air? Tidak ada. Permisalan-permisalan seperti itu tidak membuat Allah ‘malu’. Kenapa? Karena itu untuk menunjukkan kekuasaan Allah. Luar biasa. Fa ya’lamuna annahul haqqa min rabbihim. Orang yang beriman cukup tahu, dia tidak perlu mengatakan apa-apa. Tapi lihat bagi orang-orang yang kafir, wa ammalladzina kafaru fa yaquluna ma aradallahu bi hadza matsala, Allah ngapain sih membuat nyamuk? Jadi hati-hati meskipun kita bergurau, ngapain Allah membuat nyamuk, banyak orang kena DBD, banyak orang kena malaria, ngapain Allah membuat makhluk seperti ini? Kalau ucapan itu mempertanyakan atau mengingkari ciptaan Allah, kita masuk yang kedua. Kalau hanya sekadar keluh kesah, itu memang sifat manusia. Dikasih musim hujan berkeluh kesah, dikasih panas berkeluh kesah. Maka jangan sampai kita bergeser. Yang mengeluhkan sifat Allah memberikan permisalan nyamuk itu merubah kita menjadi yang kedua, yaitu orang yang mempertanyakan ‘apaan Allah menciptakan nyamuk’? Di sini Allah memberikan penekanan, yudhillu bihi, Allah menyesatkan orang dengan nyamuk itu, katsiran, tidak sedikit. Dan Allah memberi petunjuk dengan sarana itu juga banyak. Kenapa yang didahulukan adalah penyesatan, bukan petunjuk? Karena konteksnya membicarakan orang-orang yang mendustakan. Padahal sebenarnya rahmat Allah itu lebih besar daripada siksaan-Nya. Di sini konteksnya, kalau kita berbicara pada orang-orang yang memprotes kita, biasanya kita secara manusiawi mengeluarkan hal-hal yang menyebabkan orang yakin. Maka di sini kalau maafnya yang didahulukan, orang-orang yang berbuat dosa tadi tidak berasa. Yudhillu bihi, Allah sesatkan, bukan berarti Allah tidak berikan petunjuk. Karena Allah sudah buatkan Al Qur`an, hudan lin nas. Peta itu sudah disebar oleh Allah. Tetapi yang mau mengambil hanya sedikit. Maka disini bukan Allah yang menghendaki kita sesat, tetapi kalau itu pilihannya ya Allah kasih. Kita minta rizqi yang halal, dikasih. Tetapi karena kita tidak mau berusaha mencari yang halal, minta yang haram, Allah kasih tidak? Ya

Page 6: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  37  

dikasih saja, wong milihnya itu. Itu berarti pilihan kita. Yudhillu bihi katsiran, wa yahdi bihi katsiran. Wa ma yudhillu bihi illal fasiqin. Ditekankan lagi, sebenarnya yang Allah sesatkan itu hanya orang-orang fasiq. Orang fasiq adalah orang yang membiasakan diri berbuat maksiat. Istilah di dalam Al Qur`an itu ada khati`, ada fasiq, ada zhalim, ada mukhti. Kalau mukhti, orang berbuat salah tetapi tidak sengaja, atau dia sengaja tapi diikuti taubat. Zhalim juga bisa demikian. Tapi kalau fasiq dan khati`, khati` itu berbuat salah dan dia malu untuk mundur. ‘Ini saya lakukan sudah dari sananya begini’. Ditegur tidak mau. Dia terus berada dalam kesalahan. Fasiq itu orang yang di luar jalur. Dia keluar dari ketaatan. Apa saja kalau judulnya taat, maka kefasikan itu adalah tidak berada dalam track ketaatan itu. Maka, nyamuk yang tidak seberapa itu bisa menyebabkan orang tersesat. Tapi tenang, yang tersesat karena nyamuk itu hanya orang-orang yang fasiq. Jadi kalau kita ada nyamuk bukan berarti tidak ditepuk. Kalau kita melihat nyamuk, masya Allah, nyamuk ini yang sebentar lagi saya tepuk, diciptakan Allah. Dan kita tidak akan tersesat selama kita track-nya bukan orang-orang yang berbuat maksiat. Tapi kalau kita fasiq, maka kita akan termasuk di dalam sini, na’udzubillah min dzalik.

(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Siapa mereka? Disebutkan orang yang menyelisihi janjinya. Dalam surah Al A’raf ayat 170-an akhadza rabbuka min bani Adama, Allah mengambil janji keturunan Adam, alastu bi rabbikum? Aku Tuhan kalian kan? Qalu bala syahidna. Di dalam surah Yasin juga, a lam a’had ilaikum ya bani Adama an la ta’budusy syaithan. Jangan kalian sembah syaitan. Dan ingat, persepsi kita tentang syaitan harus diperjelas. Syaitan itu tidak menyeramkan. Syaitan itu membuat kita terlena. Syaitan itu membuat kita senang. Karena kalau tidak senang tidak mungkin orang berbondong-bondong menuju syaitan. Jadi orang itu yang mendatangi syaitan. Tapi namanya manusia, yang sering disalahkan itu syaitan. “Ini gara-gara syaitan,” padahal dia yang mendekati syaitan sesungguhnya. Dan syaitan didekati kenapa? Karena menarik. Karena membuat orang terlena. Maka a lam a’had, sudah Aku janji, jangan sekali-kali kamu mendekati syaitan. Kenapa? Innahu lakum ‘aduwwun mubin, dia musuh yang sangat jelas. Ini al ‘ahd pada waktu sebelum lahir ditiupkan ruh, dia bilang, “Iya, ya Rabb,

Page 7: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  38  

nanti saya akan menyembah-Mu”, tetapi kenyataanya mereka tidak mau. Itu disebut dengan mitsaq dalam surah Al A’raf. Wa yaqtha’una ma amarallahu bihi an yushal, mereka memutuskan sesuatu yang diperintahkan Allah untuk disambung. Ini diterjemahkannya silaturrahim. Orang-orang yang memutuskan silaturrahim. Silaturrahim itu sesuatu yang sudah disambungkan Allah. Memang berat, kalau sudah bicara silaturrahim itu kompleks urusannya. Saudara itu kalau dia akrab, luar biasa. Tapi begitu bermusuhan, bermusuhannya juga luar biasa. Dikatakan al arham karena dalam satu rahim. Yang paling dekat itu saudara kakak-adik yang satu bapak satu ibu, setelah itu yang seibu atau yang sebapak. Setelah itu biasanya sepupu. Setelah itu terus, yang induknya sama, entah itu dari kakeknya atau dari neneknya. Itu semuanya kita disuruh menyambung. Bahkan kepada mereka yang memutuskan, kita disuruh menyambung. Bahkan seandainya kita sudah berbuat baik, mereka masih memutus, kita disuruh bersabar. Orang yang sudah baik-baik diputus sama mereka. Makanya shilatul arham itu di dalam Al Qur`an ditegaskan, di dalam hadits juga ditegaskan. Silaturrahim itu. Karena terkadang kita enjoy menebar kebaikan di luar orbit rahim ini, tetapi kita lupa orang-orang yang dekat dengan kita. Mereka sebenarnya lebih berhak atas kebaikan yang ingin kita rekayasa bersama. Sifat yang pertama tadi tidak tepat janji, sifat yang kedua memutus silaturrahim, sifat yang ketiga wa yufsiduna fil ardh, berbuat kerusakan. Kerusakan itu bentuknya fisik dan nonfisik. Kerusakan fisik, mengeksplorasi bumi dengan berlebihan sehingga menyebabkan tidak ada keseimbangan. Membakar hutan, membuat eksplorasi sehingga lingkungannya rusak. Ataupun yang bentuknya nonfisik, dengan maksiat, dengan berbuat kezhaliman. Kezhaliman yang diharamkan Allah itu luas. Maka di sini, tiga sifat ini, bukan berarti hanya ini. Ini konteksnya adalah Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang meremehkan ciptaan Allah sekecil apapun, dan bahkan Allah menyesatkan mereka, yaitu orang-orang yang tiga itu, tidak menepati janji, memutus silaturrahim, dan berbuat kerusakan di bumi. Ula`ika humul khasirun, mereka adalah orang-orang yang rugi.

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?

Page 8: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  39  

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Di sini ditutup dengan dua ayat tantangan. Kaifa takfurun, bagaimana anda bisa kafir/tidak beriman kepada Allah. Wa kuntum amwata, dan kalian dalam kondisi mati, fa ahyakum tsumma yumitukum tsumma yuhyikum tsumma ilaihi turja’un.Jadi pertama kalian itu mati, kemudian dihidupkan, dimatikan, dihidupkan, dan dikumpulkan lagi kepada Allah. Allah sebenarnya sanggup menciptakan apa saja seperti sulap. Tetapi fa ahyakum di situ meskipun tidak pakai jarak, tidak pakai jeda, tapi Allah tetap berproses. Kenapa di dalam Al Qur`an dijelaskan Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Kenapa orang diciptakan sampai harus mengandung sembilan bulan, kasihan ibu-ibu. Kenapa tidak hari ini hamil besok lahir. Nanti juga orang bakal mengeluh, kasihan rumah sakitnya. Kita mengambil hikmah, proses itu mendidik supaya manusia tidak terburu-buru. Makanya kata fa yang pertama itu prosesnya cepat, kadang tidak disadari, dan campur tangan manusia sangat sedikit sekali. Makanya di dalam penciptaan Adam itu Allah yang menciptakan langsung, tetapi penciptaan manusia setelah Adam, ada campur tangan manusia, supaya manusia merasakan. Kalau dia dikasih, dikasih, tidak merasa dia. Adapun kata tsumma, itu untuk tartib. Dari mati, tidak ada, dihidupkan, dimatikan, dihidupkan lagi, dan dikumpulkan menuju Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk apa? Yaitu untuk mempertanggungjawabkan. Huwalladzi khalaqa lakum ma fil ardhi jami’an, Dia yang menjadikan semua yang di bumi bagi kamu semua manusia. Binatang untuk manusia. Sebagian dimakan, sebagian untuk manfaat yang lain. Tumbuh-tumbuhan untuk manusia. Untuk obat, buah, sayur, semuanya untuk manusia. Yang dihasilkan dari tambang, untuk manusia juga. Tidak ada semua yang ada di bumi kecuali untuk manusia. Yang di laut dimakan manusia, di sungai dimakan juga, di empang dimakan juga. Bahkan yang terbang, burung, dimakan juga sama dia. Dan boleh. Kenapa bisa kalian kafir? Ini konteksnya bersyukur. Tsummastawa ilas sama`. Setelah sebelumnya menciptakan bumi, kemudian Allah ke langit. Sawwa as sama` itu artinya menciptakan langit dengan bagus dan kokoh. Dalam surah Ar Ra’d dijelaskan bighairi ‘amadin taraunaha, langit diciptakan Allah tanpa tiang. Meskipun bumi bukan satu-satunya hamparan. Para fisikawan mengatakan dunia ini dipenuhi planet-planet dan bintang-bintang yang kita tidak tahu jumlahnya. Sedangkan langit juga wujudnya tidak kelihatan tapi ada. Yang kita lihat itu adalah batas tertinggi kemampuan manusia melihat. Luasnya ini, supaya kita tahu bahwa kita dihidupkan di bumi, semua untuk kita. Langit diciptakan Allah, semuanya juga untuk kita.

Page 9: Halaqah Tadabbur Al Quran 5 (Al Baqarah 25 - 29). Dr Saiful Bahri

  40  

Dan ujungnya coba lihat, wa huwa bikulli syai`in ‘alim. Jadi seluas yang tadi itu, Allah yang tahu. Allah yang memberikan kita ilmu. Allah adalah Pencipta yang tidak ada batasnya. Konklusi dari yang kita tadabburi tadi, yang pertama, al bisyarah bagi orang-orang beriman, lawan dari orang-orang yang kafir yang dibahas pekan lalu. Yang kedua, Allah memberikan permisalan untuk menunjukkan kekuatan-Nya dari yang kecil, nyamuk, sampai yang besar, menciptakan bumi dan langit. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui berapa luasnya langit, berapa luasnya alam semesta. Itu kesimpulan yang pernah kita tadabburi juga dalam surah Al Waqiah, fa la uqsimu bi mawaqi’in nujum. Allah bersumpah demi tempat-tempat bintang. Kenapa tempat bintang? kenapa tidak bintang yang menjadi sumpah? Di ayat lain ya.Tapi dalam konteks di ayat ini karena yang kita lihat kelap-kelip itu ternyata bukan bintang. Itu adalah tempat bintang. Bintangnya sudah pergi ke tempat yang lainnya. Yang kita lihat baru setelah 40 bulan, 50 bulan yang akan datang, ada yang 100 tahun, 200 tahun, ada yang seumur hidup kita tidak pernah melihat bintang yang diciptakan Allah. Untuk menandakan keluasannya. Allah tidak pernah malu memberikan kita teguran dari yang kecil sampai yang besar. Jangan sampai teguran Allah ketika besar datang kita kafir. Allah akan murka. Bagaimana kalian bisa kafir? Allah yang menjadikan langit, Allah yang menjadikan bumi. Itu adalah teguran yang sudah sangat besar. Makanya kalau kita ditegur sakit ringan, itu artinya Allah masih sayang. Itu bagaikan Allah menegur kita dengan nyamuk. Tapi begitu kita dapat musibah yang sangat besar, kita introspeksi dulu, musibah ini teguran atau cobaan. Kalau cobaan, siap Ya Rabb. Kalau teguran, segera kita harus bertaubat kepada Allah. Ini yang bisa al faqir sampaikan dalam tadabbur kesempatan kali ini.