halaqah tadabbur quran 13 (al baqarah 84-88). dr saiful bahri

12
121 Halaqah Tadabbur Qur`an 13 (QS Al-Baqarah 84-88) Dr. Saiful Bahri, MA ! ﻟﺤﻤﺪ ! ﻟﺤﻤﺪ ﻟﻘﺮ ﻧﺰ ﻟﺬ ﻟﺒ ﻟﻌﻠﻢ ﺑﺘﻌﻠﻟﺨﻠﻘ ﺳﺎء ﻋﻠﻰ ﻓﻀﻠﻨﺎ . ﺑﺎ ﺳﻠﻢ ﺻﻠﻰﻟﻠ ﻋﻠﻰﻻﻧﺎ ﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪﺳﻠﻢ ﻋﻠ ﺻﻞ ﺑﻌﺪBapak-bapak dan Ibu-ibu kaum muslimin dan muslimat yang dicintai Allah. Bersyukur kepada Allah di hari yang mulia ini, di sayyidul ayyam ini, kita dapat kembali bertemu di sini setelah melakukan salah satu fardhu yang diwajibkan Allah kepada kita, yaitu shalat subuh. Mudah-mudahan Allah berikan keistiqamahan kepada kita untuk senantiasa memelihara kebaikan demi kebaikan, dan kita dimudahkan untuk meningkatkan kualitas kebaiakan tersebut. Pada pagi hari ini insya Allah kita melanjutkan tadabbur kita. Masih berkenaan dengan tema bani Israil. Flashback singkat pekan lalu, bahwa ketika bani Israil mengatakan qalu lan tamassanan nar, kami sekali-kali tidak akan disiksa Allah, illa ayyaman ma’dudat, kecuali hanya sehari dua hari. Mereka begitu yakin. Mereka kemudian ditanya apakah mereka sudah punya perjanjian dengan Allah. Karena perjanjian yang sesungguhnya bukan itu. Tidak ada jaminan bahwa mereka itu adalah kaum yang dipilih Allah sehingga tidak akan disiksa oleh Allah. Tapi perjanjian yang sesungguhnya adalah, di akhir pertemuan pekan lalu telah kita sebutkan beberapa isi dari perjanjian mereka dengan Allah. Yaitu larangan syirik, kemudian birrul walidain, menyayangi fakir miskin, kerabat, dan lain sebagainya, mendirikan shalat. Pada kesempatan kali ini ada hal lain yang Allah ingin sebutkan bahwa Allah juga telah memberikan janji kepada mereka di dalam Taurat yang diberikan kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Kita insya Allah akan memulai pada kesempatan kali ini, tadabbur ayat 84 sampai 88. Dan yang penting, di sini Allah akan tunjukkan kepada kita bahwa kelihatannya mereka itu adalah orang-orang yang kompak dalam berbuat kerusakan, atau dalam membela diri, atau dalam melakukan apa saja, padahal sesungguhnya tidak demikian. Kita akan membaca pada ayat 84 Allah berfirman: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.

Upload: halaqahtafsir

Post on 25-Jul-2016

310 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

Transcribed by Adhe Purwanto

TRANSCRIPT

Page 1: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  121  

Halaqah Tadabbur Qur`an 13 (QS Al-Baqarah 84-88) Dr. Saiful Bahri, MA

سيید على االلهھم صلى وو سلم وو بارركك . وو فضلنا على ساءرر االخلقهھ بتعليیم االعلم وواالبيیانن ٬، االذيي اانزلل االقراانن ٬، االحمد ! االحمد ! بعد اامم صل هللا عليیهھ ووسلم محمد سيیدنا ااالنامم

Bapak-bapak dan Ibu-ibu kaum muslimin dan muslimat yang dicintai Allah. Bersyukur kepada Allah di hari yang mulia ini, di sayyidul ayyam ini, kita dapat kembali bertemu di sini setelah melakukan salah satu fardhu yang diwajibkan Allah kepada kita, yaitu shalat subuh. Mudah-mudahan Allah berikan keistiqamahan kepada kita untuk senantiasa memelihara kebaikan demi kebaikan, dan kita dimudahkan untuk meningkatkan kualitas kebaiakan tersebut. Pada pagi hari ini insya Allah kita melanjutkan tadabbur kita. Masih berkenaan dengan tema bani Israil. Flashback singkat pekan lalu, bahwa ketika bani Israil mengatakan qalu lan tamassanan nar, kami sekali-kali tidak akan disiksa Allah, illa ayyaman ma’dudat, kecuali hanya sehari dua hari. Mereka begitu yakin. Mereka kemudian ditanya apakah mereka sudah punya perjanjian dengan Allah. Karena perjanjian yang sesungguhnya bukan itu. Tidak ada jaminan bahwa mereka itu adalah kaum yang dipilih Allah sehingga tidak akan disiksa oleh Allah. Tapi perjanjian yang sesungguhnya adalah, di akhir pertemuan pekan lalu telah kita sebutkan beberapa isi dari perjanjian mereka dengan Allah. Yaitu larangan syirik, kemudian birrul walidain, menyayangi fakir miskin, kerabat, dan lain sebagainya, mendirikan shalat. Pada kesempatan kali ini ada hal lain yang Allah ingin sebutkan bahwa Allah juga telah memberikan janji kepada mereka di dalam Taurat yang diberikan kepada nabi Musa ‘alaihissalam. Kita insya Allah akan memulai pada kesempatan kali ini, tadabbur ayat 84 sampai 88. Dan yang penting, di sini Allah akan tunjukkan kepada kita bahwa kelihatannya mereka itu adalah orang-orang yang kompak dalam berbuat kerusakan, atau dalam membela diri, atau dalam melakukan apa saja, padahal sesungguhnya tidak demikian. Kita akan membaca pada ayat 84 Allah berfirman:

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu (yaitu): kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan kamu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.

Page 2: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  122  

Dan ketika Allah mengambil janji, mitsaq, sama dengan yang kita baca pekan lalu. Apa isi perjanjian yang diambil Allah dari mereka? La tasfikuna dima`akum wa la tukhrijuna anfusakum min diyarikum. Yaitu larangan untuk membunuh. Dan bahasa membunuh di sini biasa dibahasakan safkud dima`, yaitu mengalirkan darah. Yang kedua, la tukhrijuna anfusakum min diyarikum, larangan mengeluarkan diri mereka dari rumah mereka. Jadi di sini uslub yang dipakai adalah uslub al mukhathabah. Jadi seolah-olah langsung Allah berbicara dengan mereka. Dalam studi kebahasaan ada yang menarik di sini. Saya akan memulainya dengan studi kebahasaan. Yang pertama, la tasfikuna dima`akum, jangan kalian alirkan darah kalian. Kalau dari sisi bahasa ini mustahil. Tidak ada orang yang menginginkan membunuh diri mereka sendiri. Yang kedua, jangan kalian keluarkan diri kalian dari rumah kalian. Ini sesuatu yang kalau dilihat secara letterlijk bahasa, itu mustahil. Kenapa Allah memilih kata ini? Karena sesungguhnya ini terjadi di antara mereka. Jadi arti la tasfikuna dima`akum itu jangan melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan darah kalian mengalir atau terbunuh. Jadi kalau kita membunuh orang itu sama dengan membunuh diri sendiri. Ada hadits juga, tempo hari pernah kita tadabburi, “Jangan kalian caci maki bapak kalian.” Sahabat heran, bagaimana kita mencaci bapak kita? Dengan mencaci orang lain, orang tersebut akan mencaci maki orangtua kita. Orangtua kita tidak terlibat, tiba-tiba kita libatkan di dalam perdebatan yang tidak penting. Maka di sini la tasfikuna dima`akum itu artinya jangan melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan darah kalian mengalir. Yang kedua, maksud mengeluarkan diri dari rumah itu apa? Mengusir. Mengusir diri sendiri itu juga mengusir orang lain. Ini dari tinjauan salah satu pakar bahasa. Tinjauan yang lainnya adalah bahwa ini dilakukan dengan orang sedarah daging mereka, sebangsa mereka, orang yang sangat dekat dengan mereka. Di sini baik Ibnu Katsir ataupun Imam Al Alusi, Imam Ath Thabari, juga para mufassirin yang lainnya yang menulis dalam buku tafsirnya, bahwa ini ingin dikabarkan. Dulu, sebelum Islam datang, ada dua suku besar yang cukup penting di Madinah, yaitu suku Aus dan suku Khazraj. Suku Aus dan Khazraj ini masing-masing memiliki khulafa, memiliki koalisi dengan suku-suku lainnya, termasuk kaum pendatang. Di antara kaum pendatang yang memiliki koalisi dengan suku Aus adalah bani Nadzir dan bani Qainuqa. Sementara suku Khazraj berkoalisi dengan bani Quraizhah. Bani Nadzir, bani Quraizhah, dan bani Qainuqa adalah di antara suku-suku orang Yahudi. Mereka tidak semuanya kompak. Jadi, ketika terjadi peperangan antara Aus dan Khazraj, secara otomatis bani Nadzir bermusuhan dengan bani Quraizhah. Ketika mereka berperang itu, mereka saling

Page 3: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  123  

membunuh. Dan ketika mereka saling membunuh, juga mereka mengusir, jadi mengeluarkan dari rumah mereka. Jadi fungsinya sama dengan pelaku utama. Sebenarnya mereka itu bukan pelaku utamanya. Pelaku utamanya adalah suku Aus dan Khazraj, dua suku besar yang bertikai bertahun-tahun. Dan ketika Aus dan Khazraj masuk Islam, maka yang diingatkan Allah itu wadzkuru ni’matallahi ‘alaikum idz kuntum a’da`an. Jadi Aus dan Khazraj itu tadinya adalah a’da`an, saling bermusuhan. Sementara mereka tetap seperti itu. Lihat Allah perjelas di ayat berikutnya:

Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. Dan kalian setelah diambil sumpahnya oleh Allah, yang terjadi kalian adalah mereka. Tsumma antum ha`ula`. Jadi di satu waktu digabungkan antara uslub al mukhathabah dan uslub al hikayah. Itu akan ada titik poin lagi. Kalian adalah mereka. Mereka siapa ini? Mereka yang tidak menepati janji. Taqtuluna anfusakum, kalian bunuh diri kalian. Jadi membunuh saudara itu sama dengan membunuh diri sendiri. Itu sesama bangsa Yahudi, mereka ikut-ikutan. Karena mereka melihat koalisi yang dibangun antara bani Nadzir dengan Aus ataupun sebaliknya bani

Page 4: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  124  

Quraizhah dengan Khazraj, itu basisnya bukan aqidah atau bukan juga kebangsaan mereka sebagai keturunan bani Israil, tapi di situ kemanfaatan. Mereka melihat ada manfaatnya, bergabung. Dan ini turun temurun, berlangsung cukup lama. Makanya kemudian Allah perjelas lagi. Bukankah Allah telah memberikan janji, kemudian janji itu kalian langgar. Tazhaharuna ‘alaihim bil itsmi wal ‘udwan. Di sini Allah tambah lagi. Ada satu hal yang tidak diperbolehkan. Wa in ya`tukum usara tufaduhum wa huwa muharramun ‘alaikum ikhrajukum, dan ketika di antara orang-orang itu ada yang menjadi tawanan maka mereka itu membayar fidyah, tebusan. Tebusan itu tadinya tidak diperbolehkan. Kalau seandainya ada di antara keluarga kita ditawan oleh bangsa sebelah yang berperang, kemudian ingin kita bebaskan, di antara syaratnya adalah berikan rumahnya, atau membayar tebusan, atau keluar/dikeluarkan. Ini kan perampasan yang tidak baik. Dan itu termaktub di dalam Taurat tidak diperbolehkan. Jadi yang tidak diperbolehkan selain membunuh, adalah ikhrajuhum minad diyar, mengeluarkan mereka dari rumah. Mengeluarkan dari rumah itu caranya banyak. Diusir itu caranya banyak. Entah diusir begitu saja, kalah perang. Orang yang kalah perang dia harus tunduk. Yang kedua, ketika ditawan, tebusannya adalah diusir. Rumahnya diambil sebagai jaminan. Afatu`minuna bi ba’dhil kitab wa takfuruna bi ba’dh. Sebenarnya ini inti dari yang ingin disampaikan Allah. Kalau tadi itu case, contoh saja. Yang ingin disampaikan Allah ini, apakah kalian hanya mau beriman dengan sebagian kitab, kemudian kalian mengingkari sebagian yang lainnya. Fa ma jaza`u yaf’alu dzalika minkum, siapa yang melakukan itu di antara kalian, illa khizyun fil hayatid dunya, kehinaan, kerendahan, tidak ada kehormatan baginya di dunia, wa yaumal qiyamati yuradduna ila asyaddil ‘adzab wamallahu bighafilin ‘amma ta’malun. Ini keras. Setelah intinya disampaikan, apakah kalian hanya mau beriman sebagian dan tidak mau beriman kepada sebagian yang lainnya, atau bahasa di sini langsung, mengingkari sebagian yang lainnya. Dan itu disebut dengan ‘berbuat baik kalau mood’. Dipilih-pilih. Saya mau shalat kalau lagi banyak untung. Atau sebaliknya. Ada orang yang berbuat baik kalau dia sedang enak hatinya, atau ada juga orang mau ke masjid kalau sedang bangkrut, sudah pensiun, posisinya dibalik. Kedua-duanya tidak bagus. Meskipun masih mending ke masjid. Kalau ke tempat lain na’udzu billah. Tetapi ini sindiran buat mereka. Bahwa mereka itu yang diambil, yang dikritik oleh Allah di sini pola hidup materialistik. Mereka mengambil manfaat bahkan dari saudaranya sendiri. Karena itu bani Nadzir, bani Qainuqa dan bani Quraizhah nanti masing-masing satu per satu di antara mereka akan terusir karena perbuatan mereka. Makanya sebenarnya di sini la tasfikuna dima`akum, jangan lakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya pembunuhan di antara mereka. Itu tafsiran yang dipakai banyak mufassirin. Jadi di sini adalah melakukan sebabnya itu. Seperti tadi kita contohkan, jangan kalian caci orangtua kalian, itu maksudnya jangan lakukan hal-hal yang menyebabkan orangtua kalian dicacimaki oleh orang lain.

Page 5: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  125  

Ini yang menarik adalah ketika Allah bukan tanyakan, di sini ancaman. Apa balasan orang yang melakukan itu dari kalian, kecuali kehinaan di dunia. Di akhirat juga luar biasa bahasanya, wa yaumal qiyamati yuraddun. Bahasa yuraddun itu dikembalikan. Berarti kalau dikembalikan, itu aslinya. Dan nanti di hari kiamat itu tidak ada istilah jeda, break. Hanya beberapa orang yang dikasih. Menurut sebagian riwayat misalkan Abu Thalib. Beliau tidak beriman tetapi membantu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ada momentum tertentu siksanya diringankan. Berbeda dengan Abu Jahal misalnya. Abu Jahal yang memusuhi sepanjang hidupnya. Tetapi beliau (Abu Thalib) mendapat keringanan setiap hari Senin. Karena di hari Senin itu beliau berbahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi bukan di-break tidak mendapatkan siksa, tapi diringankan siksanya. Itu menurut sebagian riwayat. Maka di sini yuraddun itu artinya dikembalikan, ila asyaddil ‘adzab. Apa artinya asyaddil ‘adzab? Adzab yang paling pedih. Kita konteksnya masih ingat, mempelajari surah Al Baqarah. Awalnya mempelajari orang-orang beriman, setelah itu mempelajari orang-orang yang berkarakter sebaliknya, kafir, kemudian kita mempelajari karakter orang-orang yang munafiq. Dan setelah karakter orang munafiq itu Allah sebutkan sampai saat ini kita tadabburi adalah kisah tentang bani Israil. Jadi tipis bedanya antara orang-orang munafiq dengan orang-orang bani Israil. Dan, kalau yang tahu bahasa Arab, ini bahasanya sangat seram, horor. Wa yaumal qiyamati yuraddun. Yuraddun artinya dikembalikan. Aslinya memang di sana. Na’udzu billahi min dzalik. Kita juga jangan sampai seperti orang-orang Yahudi. “Yang penting iman. Kalau iman, insya Allah masuk surga, disiksa cuma beberapa hari,” itu sama juga dengan orang Yahudi. Kita tidak ada jaminan. Benar kata Allah, bahwa yang akan kekal di dalam neraka adalah orang-orang yang menyekutukan-Nya. Tapi kita tidak boleh sombong. “Yang penting iman saja, tidak usah shalat yang penting iman sama Allah. Kalaupun nanti disiksa ya gosong-gosong sedikit, nanti akan ditarik ke surga.” Itu kan sama dengan orang Yahudi yang mengatakan lan tamassanan naru illa ayyaman ma’dudat, “Kita disiksa sebentar saja, karena kita hamba pilihan-Nya.” Kita jangan melakukan sama seperti apa yang dikatakan oleh orang Yahudi itu. Maka yuraddun itu aslinya, ini sangat seram sekali. Kalau kita baca ancamannya berat. Jadi inti dari poin tadi, setelah kasusnya di sebut, sebenarnya larangannya bukan itu, larangannya adalah afatu`minuna bi ba’dhil kitab. Jadi kalau kita beriman, melakukan kebaikan, itu totalitas. Jangan tanggung-tanggung. Totalitas istijabah kita terhadap panggilan Allah. Labbaik yaa Rabb itu artinya total. Sama seperti halnya kalau kita setiap pagi ada ‘panggilan’ harus ke belakang, perut kita sakit. Itu apapun yang kita lakukan insya Allah kita tinggal. Mau menghitung duit, kemungkinan besar ditinggal. Kalaupun ada tamu, pasti mohon izin. Itu sebenarnya dalam fenomena sunnatullah yang terjadi setiap hari ada contohnya. Maka jika

Page 6: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  126  

itu panggilan Allah, kalamullah, kita bicara dengan Allah, harus ada totalitas dalam memenuhi panggilan itu. Maka orang-orang yang hanya memenuhi sebagian kemudian sisanya tidak dipenuhi, itu balasannya adalah kehinaan di dunia. Karena orang yang ingkar, yang tidak jujur itu tidak ada harganya. Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya, apakah orang beriman itu mungkin mencuri? Bisa jadi. Orang beriman itu bisa jadi berzina, bisa melakukan banyak di situ disebut. Ketika ditanya apakah seorang mu`min itu berdusta? Rasul mengatakan la, tidak mungkin dia berdusta. Maka ada totalitas dalam kita jujur mengambil sikap dalam memenuhi panggilan Allah subhanahu wa ta’ala. Berikutnya, setelah Allah sebutkan karakteristiknya, Allah mengatakan:

Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. Ini konfirmasi yang lebih keras lagi. Mereka, orang-orang yang melakukan tadi itu, yang saling membunuhi, saling menebus, saling tega melakukan seperti itu, bayangannya kalau sesama bangsa sendiri seperti itu, apalagi kepada orang lain. Maka di sini, ula`ikalladzina isytarawul hayatad dunya bil akhirah. Itu adalah orang-orang yang, yasytaru itu apa bahasanya? Membeli. Mereka yang membeli dunia dengan akhirat. Jadi akhirat itu digadaikan. Dan ini sudah pernah kita bahas di awal-awal dulu. Membeli dengan sesuatu yang mahal, yang dibeli itu murah. Jadi misalkan kita beli barang yang harusnya harganya seratus, kita membeli itu dengan harga sepuluh ribu. Orang tersebut sangat rugi dan akan menyesal. Kalau barang sepuluh ribu dibeli seratus itu untungnya minta ampun. Ini terbalik. Mereka membeli sesuatu yang murah dengan sesuatu yang mahal. Untuk hanya sekadar kita mendapatkan jabatan, kita gadaikan agama kita. Agama itu yang sangat mahal. Untuk mendapatkan harta, kehormatannya digadaikan, itu yang sangat mahal. Dunia itu tidak ada harganya. Makanya untuk menikmati dunia, tidak perlu sampai kita gadaikan sesuatu yang sangat mahal. Dan itu telah mereka lakukan. Apa itu? Mitsaq tadi itu. Janji kita dengan Allah itu mahal. Ketepatan kita pada Allah, amanah, itu tinggi. Maka perintah-Nya, lakukan amanah. Aufu bil ‘uqud. Pegang janji itu kuat-kuat. Ini dijual oleh

Page 7: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  127  

mereka. Kalau sudah urusannya duit, harta, popularitas, pengaruh, persaingan politik, kekuasaan, menjadi murah semua. Boleh dinego. Padahal itu kecil dan murah sekali. Maka di sini bahasanya fa la yukhaffaf. Ini akibatnya. Tadi juga sama, ketika hanya beriman sebagian, di dunia kehinaan, di akhirat yuraddun. Itu kan seram. Dikembalikan itu istilahnya hukuman aslinya itu dipentungin malaikat, dipukuli sampai berdarah-darah, nanti ketika diringankan, tadinya satu menit tujuh puluh pukulan, menjadi lima puluh kali. Yuradduna ila asyaddil ‘adzab, dibalikin lagi ke hukuman aslinya. Jadi ketika mereka divonis, masuk neraka A, karena paling ringan hukuman di neraka itu adalah bara api ditaruh di telapak kaki, ubun-ubun itu mendidih. Mungkin ketika mendapat keringanan seperti itu. Ada yang misalkan perutnya besar kemudian meletus, ada yang diinjak-injak hewan yang sangat mengerikan. Ada banyak hadits yang menceritakan tentang jenis-jenis siksaan di neraka. Yang menjadi inti adalah, variasi hukuman itu terjadi di hari kiamat. Tetapi yuradduna ila asyaddil ‘adzab itu mengerikan. Di sini, fa la yukhaffaf, tidak ada grasi. Tidak ada istilah kelakuan baik dibebaskan. Itu di dunia, karena ada kemungkinan jadi baik lagi. Di akhirat tidak ada. Sudah divonis A, A. Khalidina fiha abadan. Khalidina fiha itu kekal di dalamnya. Abadan, selama-lamanya. Kekal saja sudah selama-lamanya, ditambah abadan. Di sini Fa la yukhaffafu ‘anhumul ‘adzab itu sudah seram. Wa la hum yunsharun, tidak ada yang menolong. Karena tidak ada yang berbelas kasihan. Kalau orang di sini dipenjara, dari sekian orang yang menyiksa di penjara pasti ada satu dua orang yang punya rasa kasihan. Tetapi nanti di akhirat tidak ada itu, mau babak belur, mau benyok-benyok. Di dalam Al Qur`an bahasanya apa? Kullama nadhijat juluduhum baddalnahum juludan ghairaha. Nanti di hari kiamat, setiap kulit mereka gosong, dikembalikan lagi. Setelah diteliti, ternyata yang merasakan sakit itu kulit. Nanti setelah dibakar habis, tidak ada istilah pingsan. Mereka mendapatkan siksaan itu dengan benar-benar merasakan, dan kalau sudah kulitnya hilang, baddalnahum juludan ghairaha, kulitnya dipulihkan kembali. Itu bukan seperti kita lihat visualisasi dalam film-film itu. Tetapi untuk merasakan betapa sakitnya itu. Dan di sini fa la yukhaffaf, tidak ada keringanan. Yang kedua wa la hum yunsharun, tidak ada yang menolong sama sekali. Karena malaikat itu memang diprogram seperti itu. Malaikat kalau tugasnya mencabut nyawa, ya mencabut nyawa. Ada dua, wannazi’ati gharqa, wannasyithati nasytha. Ada yang spesialisasinya mencabut nyawa orang-orang baik, ada yang spesialisasinya mencabut nyawa orang-orang yang bengal, bajingan, penjahat. Dia tidak diprogram untuk kasihan. Kalau yang dikirim itu malaikat yang keras, ya dicabut begitu saja. Dan itu sakit luar biasa. Yang pelan-pelan saja sakit. Kata baginda Rasulullah, sakitnya melebihi berapa bacokan pedang? Tiga ratus kali bacokan pedang.

Page 8: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  128  

Maka Allah ingin close di situ. Dan ini sudah selesai. Ada masalah lain lagi:  

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu'jizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? Dan Kami telah memberikan Musa kitab Taurat, wa qaffaina min ba’dihi bir rusul, dan setelah Musa kami kirim para utusan itu dengan status yang sama. Diberikan bekal syariat, dan di antara mereka ada yang diberi shuhuf, ada diberi kitab. Wa ataina, dan Kami berikan, ‘Isa ibnu Maryam, al bayyinat. Kalau tadi kitab, juga ada bayyinat. Bayyinat itu mukjizat. Wa ayyadnahu biruhil qudus, dan Kami berikan dukungan Isa dengan ruhul qudus, Jibril. Itu adalah mukjizat nabi Isa yang pertama. Dia lahirnya tidak melalui proses seperti manusia biasa. Allah kirim Jibril, ditiupkan ruh ke dalam rahim ibunya, Maryam. Makanya Isa itu ibnu Maryam. Satu-satunya orang yang tidak memiliki bapak, selain nabi Adam tentunya. Kalau nabi Adam tidak punya bapak, tidak punya ibu, tidak punya mertua. Nabi Isa tidak punya bapak, tapi punya ibu. Makanya, inna matsala ‘Isa ‘indallahi kamatsali Adam. Nabi Isa itu, kalau orang “oh keren sekali, ajaib sekali,’ Dia kamatsali Adam. Adam lebih keren. Bukan hanya tidak punya bapak, tapi juga tidak punya ibu. Kalau Hawwa, istrinya, dia tidak punya ibu. Kan dia diambilnya dari Adam. Kalau istilah secara biologis, Adam itu bapaknya. Tetapi tidak mungkin orang punya bapak saja, tidak punya ibu. Makanya sebab penciptaan itu bisa dibalik oleh Allah. Kalau api itu normalnya panas, tapi kalau Allah menginginkan dingin, terjadi. Ya naru kuni bardan wa salaman ‘ala Ibrahim. Air

Page 9: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  129  

itu bermanfaat, tapi kalau kata Allah air itu adalah tentara Allah yang menggulung orang-orang yang kafir, maka dia bisa seperti di kisah nabi Nuh. Air itu sifatnya cair, tetapi bisa mengeras ketika Allah titahkan menolong nabi Musa ‘alaihissalam. Angin juga demikian. Dan sebagainya, ada banyak. Di sini kita membahas tentang nabi Musa diberikan kitab. Setelah nabi Musa ada rasul-rasul. Dan di antara rasul bani Israil ditutup nabi Isa. Nabi Isa adalah nabi bani Israil yang terakhir. Karena setelah itu bukan keturunan Israil, tapi keturunan Ismail. Dan ada maksudnya di sini. Lihat kata Allah, afakullama ja`akum rasulun, apakah setiap datang kepada kalian utusan-Ku, bi ma la tahwa anfusukum, dengan sesuatu yang tidak cocok dengan selera kalian, istakbartum, kalian sombong, fa fariqan kadzdzabtum, sebagian mereka didustakan. Dan lebih kejam lagi, wa fariqan taqtulun, sebagian lagi dibunuhi. Kalau seandainya nabi, orang yang mereka paling agungkan dibunuh, apalagi orang biasa. Ada mubalaghah. Kalau kita berbicara, kita ini siapa, nabi bukan, keturunan nabi juga bukan, kecuali keturunan nabi Adam. Kalau kita head to head dengan bani Israil, dengan orang-orang keturunan Israil, atau yang sekarang kita sebut Yahudi, apa yang bisa kita pegang? Kalau seandainya nabi mereka bunuh, kita orang biasa dibunuh ya dibunuh saja. Maka di sini ketika Allah maksudkan Musa, itu nabi yang fenomenal bagi bani Israil. Bukan yang pertama, karena mereka adalah keturunan Ya’qub, terus Yusuf dan seterusnya. Dan Musa ini paling fenomenal. Setelah Musa pun ada nabi-nabi. Dan nabi-nabi setelah Musa itu juga nasibnya sama dengan nabi Isa. Ada yang dibunuhi, ada yang dikejar-kejar ketika mereka tidak cocok. “Wah ini tidak cocok dengan bisnis kita, dibunuh saja. Ini tidak cocok dengan kepentingan politik kita, dibunuh saja.” Atau didustakan.

Dan mereka berkata : "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. Apa kata mereka? Qalu qulubuna ghulfun, hati kami ini tertutup. Itu bahasa letterlijk. Masih ingat ya dulu, hati yang tertutup itu karena apa? Bisa karena sombong tadi. Kemudian tertutup itu menyebabkan orang tidak mau paham. Jadi orang yang tidak paham itu bukan berarti dia tidak bisa. Ghulf di sini Kami tutup. Ketika dibacakan nasihat, qulubuna ghulfun, pintu hati kami tidak terbuka sama sekali. Bal la’anahumullahu bi kufrihim fa qalilan ma yu`minun. Dan tertutup itu adalah bukti, “kami tidak bisa memahami apa yang kamu katakan.” Kenapa? Karena rasionalisasi mereka itu materialistik. Kalau ada di zaman sekarang perempuan yang

Page 10: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  130  

menutup aurat, menjadi aneh. Mereka katakan “hati kami tidak bisa memahami, hari gini masih menutup aurat?” Ghulfun, tidak bisa kami terima. Itu karena memang hidup mereka tidak seperti itu. Itu satu. Yang kedua, karena sombong. Menerima kebenaran dari orang lain, tidak mau mereka. Maunya, kebenaran harus datang dari mereka sendiri. Ada satu kisah yang menarik. Dikisahkan, Abdullah bin Salam salah satu pendeta Yahudi yang sangat pakar menguasai kitab Taurat. Dan bapaknya juga pakar. Satu ketika setelah beliau masuk Islam, beliau menawarkan kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai baginda, apakah Anda ingin mengetahui betapa kerasnya kaumku? Panggillah mereka ke sini, tapi jangan beritahu kalau saya sudah masuk Islam.” Diundanglah itu Yahudi ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian ditanya, “Bagaimana pendapat kalian tentang Abdullah bin Salam?” Mereka menjawab, “Abdullah bin Salam itu adalah orang pintar, orang terhormat, pandai sekali menguasai kitab kami, orang yang sangat luar biasa, bapaknya juga demikian. Dia keturunan orang mulia.” Banyak dipuji. Lalu Abdullah bin Salam yang di belakang kemudian keluar. Padahal tadinya tidak ada rencana keluar. Dia keluar, “Wahai kaumku. Kalau kalian mengatakan aku adalah seperti yang kalian sebut, maka aku saat ini bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Namanya ada di dalam Taurat.” Apa responnya? Tiba-tiba di saat itu juga mereka langsung berbalik. “Ketahuilah wahai Muhammad, bahwa Abdullah bin Salam ini orang yang dungu, orang yang bodoh, orang yang terpedaya, dan bapaknya juga sama saja.” Jadi ibaratnya belum satu menit yang lalu dia puji, kemudian berbalik arah. Itu sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sebelum menyampaikan wahyu pertama kali kepada kaumnya kan begitu. “Wahai kaumku, apakah kalian percaya kalau seandainya saya katakan di balik bukit itu ada pasukan yang datang menyerang kalian? Apakah kalian percaya?” “Kami percaya.” Ada yang mengatakan “Kami belum pernah melihatmu berdusta.” “Anda adalah orang yang paling bisa kami pegang omongannya.” Tapi begitu “Saksikanlah bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan-Nya,” langsung “Gara-gara ini kami engkau kumpulkan?” disebut “Oh ini orang gila, oh ini orang yang kena sihir, oh ini orang yang terobsesi kekuasaan.” Padahal semenit yang lalu dibilang apa? “Engkau orang yang bisa dipercaya, orang yang jujur, bla bla bla....” tapi dibalik. Itu karena apa? Sombong.

Page 11: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  131  

Jadi ada dua. Qalu qulubuna ghulf. Sombong, atau memang dia tidak paham karena kehidupannya tadi, “Hari gini ada orang masih rajin shalat?” karena dia bergaulnya dengan orang-orang yang tidak shalat. “Hari gini ditawari narkoba tidak mau?” jadi dia tidak paham. Qulubuna ghulf itu tidak pahamnya hati, tertutupnya hati itu karena dua. Karena sombong, dan karena dia berada di luar orbit kebaikan. Orang yang diluar orbit kebaikan menganggap aneh suatu kebaikan yang dilakukan. Kita ringan shalat subuh karena kita hidup di lingkungan itu. Kalau seandainya kita di kos-kosan, yang malamnya begadang, baru tidur jam dua atau setengah empat, shalat subuh sangat berat sekali. Tapi bagi orang-orang yang tidurnya lebih awal, dia tidak punya masalah dengan itu. Shalat subuh ringan. Dan sama seperti di bulan Ramadhan, sudah direkasaya secara sosial oleh Allah. Maka qulubuna ghulf itu kita hati-hati. Kita buka hati kita dengan apa? Dengan semakin merekayasa lingkungan kita dengan kebaikan supaya kita tidak mengatakan “saya tidak nyambung.” Ketika diajak kebaikan, kita tidak perlu berpikir. Labbaik ya Rabb. Langsung dilaksanakan, bukannya “Kayaknya tidak masuk akal ini.” Ada orang keluarkan zakat 2,5 persen. “Itu kan uang dia cari siang dan malam, kok tiba-tiba dikasihkan?” Tidak nyambung. Karena di luar orbit itu dia bergaul. Makanya hatinya tertutup. Entah itu puasa, “Panas-panas kayak gini puasa?” Entah itu dia menjaga kehormatan, “Hari gini ada laki-laki yang jujur tidak selingkuh?” karena dia selalu guyonannya dengan kawan-kawannya tentang selingkuh. Maka menjadi aneh ketika dia menjadi orang jujur. Demikian juga yang perempuan. “Eh ada orang perempuan tidak mau ghibah?” Ada anekdot, kalau perempuan menangis yang ditutup mulutnya. Kalau laki-laki, yang ditutup matanya. Itu menunjukkan yang paling sering dilakukan dua jenis kelamin itu. Kalau perempuan yang sulit dijaga mulutnya, kalau laki-laki yang sulit dijaga adalah matanya. Itu sekadar tinjauan sosiologis saja. Dan di sini kita akan tutup, bal la’anahumullahu bi kufrihim. La’anahumullah itu fi’il madhi, sudah past tense tetapi ini untuk masa depan. Fa qalilan ma yu`minun. Ini uslub hikayah. Kalau tadi itu mukhathabah, langsung berbicara, yang terakhir tidak. Ketika mereka mengatakan qalu qulubuna ghulfun, ditutup di situ. Selesai. Harusnya kan bal la’anakumullah, Allah laknat kalian. Allah tidak sampai hati melakukan itu. Bal la’anahumullahu bi kufrihim, fa qalilan ma bukan tu`minun tetapi yu`minun. Itu juga kita ada cara berbicara yang baik. Kita jangan katakan “Anda itu tidak benar!” tapi “Orang yang melakukan begini begini, itu tidak benar, itu salah, itu kurang layak.” Itu secara tidak langsung menyindir orang tersebut, dan kalau dia masih punya nurani akan kembali. Ini yang mungkin bisa kita bahas, dan kedepan kita akan membahas lebih seru lagi, yaitu bahasan tentang isi kitab Taurat dan Injil yang mengakibatkan mereka kenapa sampai mereka melakukan jauh di luar orbit isi kitab suci mereka. Itu ada hal-hal yang tadi sudah disebut,

Page 12: Halaqah Tadabbur Quran 13 (Al Baqarah 84-88). Dr Saiful Bahri

  132  

keduniaan. Keduniaannya selain hal-hal materialistik, tentu ada yang sifatnya mental, yaitu sombong dan tidak mau mengakui orang lain. Ini yang bisa kita tadabburi pagi hari ini. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan yang tadi disebut, sifat-sifat kerasnya hati, sifat hanya mau mengimani sesuatu yang bermanfaat bagi kita secara duniawi saja. Mudah-mudahan Allah jaga keistiqamahan kita, dan insya Allah bahasan berikutnya kita bahas pada pertemuan yang akan datang jika Allah memberikan izin dan kesempatan.