hadits mutawattir (without background)
TRANSCRIPT
Hadits Mutawatir
Anggota:1. Angelika Rizki N. P. (06/XIA2)2. Fatimah Azzahra (10/XIA2)3. Nida Iftina Majida (14/XIA2)4. Roisatul Khoiriyyati (19/XIA2)5. Sabila Ainun Hasan (20/XIA2)6. Ummu Khonsa (23/XIA2)
Ditinjau dari segi jumlah perawi yang meriwayatkan maka hadits terbagi dalam
dua bagian
1. Hadits Mutawatir2. Hadits Ahad
HADITS MUTAWATTIR
Pengertian
Bahasa
Istilah
Macam
Mutawatir Lafdhy
Mutawatir Ma’nawy
Mutawatir AmaliHukum
Nilai
Pendapat ulama
Korelasi
Kitab-kitab
Syarat / Kriteria
PENGERTIAN
~BAHASA : mutawatir isim fa’il dari at-tawatur memilki makna yang sama dengan mutataabi’ yang artinya beriringan, berturut-turut atau (المتتابع)beruntun.~ISTILAH :
مارواه جمع تحيل الءعادة تواطؤهم على الكذب عن مثلهم من اول المسند الى منتهاه
Hadits mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang menurut adat, mustahil mereka sepakat untuk berdusta, mulai awal sampai akhir mata rantai sanad,pada setiap tabaqat (generasi).
Mahmud at-Tahhan dalam bukunya Tafsir fii Mustalah al-Hadits, menyatakan:مارواه عدد كثر تحيل العادة توا طؤهم
على الكذب“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara tradisi”Menurut Abuu Ya’laa al-Muusilli at-Tamimi, hadits mutawatir adalah:فالخير المتوا تر هو خبر عن محسوس أخبر به جماعة بلغوا في الكثيرة مبلغا تحيل العادة تواطؤهم على الكذب فيه
“Suatu hadits hasil tanggapan dari panca indera, yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta”
Dalam ilmu Hadits maksudnya ialah hadits yang diriwayatkan dengan banyak sanad yang
berlainan rawi-rawinya serta mustahil mereka itu dapat berkumpul jadi satu untuk berdusta
mengadakan hadits itu.
1.Diriwayatkan Oleh Banyak Perawi
Para perawi hadits mutawatir syaratnya harus berjumlah banyak. Para ulama hadits mempunyai perbedaan pendapat tentang menentukan seberapa banyak perawi yang harus meriwayatkan sebuah hadits sehingga dikatakan sebagai hadits mutawatir. Dalam hal ini para ulama’ berbeda pendapat tentang berapa jumlah perawi minimalnya, ada yang mengatakan minimal 4, 5, 10, 12, 20, 40, dan ada yang mengatakan minimal 70 orang. Imam As-Suyuthi memilih yang pertama, yakni 10 orang.
SYARAT/KRITERIA
• Abu Bakar al-Sairy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 40 sahabat secara marfu’
• Ibnu Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 62 sahabat, termasuk didalamnya adalah 10 sahabat yang dijamin masuk Surga.
• Ibrahim al-Haraby dan Abu Bakar al-Bazariy berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 450 sahabat.
• Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh) sahabat.
• Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 100 (seratus) bahkan 200 (duaratus) sahabat.
• Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi.
2.Adanya Keseimbangan Antar Perawi Pada Thabaqat Pertama Dengan Thabaqat Berikutnya
Artinya jika salah satu dari tingkatan tersebut ada yang tidak mencapai jumlah minimal yang ditetapkan, maka sanad tersebut tidak dikatagorikan sanad mutawatir, tetapi disebut sanad ahad.
3.Mustahil Bersepakat Bohong
Berdasarkan jumlah perawi yang banyak, maka periwayatan suatu hadits ini secara logika sangat sulit untuk bersepakat berbohong dalam periwayatannya, karena mengingat bahwa hadits yang diriwayatkan tersebut dalam jumlah yang banyak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kuantitas bukan merupakan suatu hal yang mutlak ketika hadits dikatakan mutawatir atau bukan, karena realitas yang ada sekarang ini para periwayat haditspun masih ada kemungkinan untuk berbohong dalam periwayatannya.
4. Berdasarkan Tanggapan PancainderaMaksudnya adalah berita yang disampaikan itu merupakan hasil dari sesuatu yang didengar dengan telinga, dilihat dengan mata, dan bukan merupakan hasil yang disandarkan pada logika atau akal belaka. Sehingga, apabila berita tersebut merupakan hasil dari pemikiran atau logika suatu peristiwa dan bukan merupakan hasil istinbath, maka hadits tersebut tidak dapat dikatakatan sebagai hadits mutawatir. Hadits itu berdasarkan tanggapan pancaindera, misalnya ungkapan periwayatan : Kami mendengar (dari Rasulullah =سمعناbersabda begini) Kami sentuh atau Kami =راين�ا او لمسناmelihat (Rasulullah melakukan begini dan seterusnya)
Mutawatir Lafdhy1Yang dimaksud dengan hadits mutawatir lafdzhi menurut Mahmud at-Tahhan ialah :
ما تواترت روايته على لفظ واحد“Hadits mutawatir lafzhi ialah hadits yang kemutawatiran perawinya masih dalam satu lafal”
Menurut Ibnu Sholah yang pendapatnya diikuti Imam An-Nawawi bahwa hadits mutawatir lafdzi sedikit sekali jumlahnya dan sulit diberikan
MACAM
Menurut Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi.
Jadi jika ditemukan sejumlah besar perawi hadits berkumpul untuk meriwayatkan dengan berbagai jalan, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berbuat dusta, maka nilai yang terkandung di dalamnya termasuk “ilmu yakin” artinya meyakinkan bagi kita bahwa hadits tersebut telah di sandarkan kepada yang menyabdakannya, yaitu Rasulullah saw.
Keterangan:1) Hadits ini diriwayatkan orang dari jalan seratus sahabat Nabi SAW.Dalam men-sikapi hadits ini, para ahli berbeda-beda dalam memberikan komentar, diantaranya ialah:• Abu Bakar al-Sairy menyatakan
bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 40 sahabat secara marfu’
• Ibnu Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 62 sahabat, termasuk didalamnya adalah 10 sahabat yang dijamin masuk Surga.
• Ibrahim al-Haraby dan Abu Bakar al-Bazariy berpendapat bahwa hadit ini diriwayatkan oleh 450 sahabat.
• Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh) sahabat.
• Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 100 (seratus) bahkan 200 (duaratus) sahabat.
2) Lafadz yang orang ceritakan hampir semua bersamaan dengan contoh tersebut tersebut, diantaranya ada yang berbunyi begini :
(Ibnu Majah )
Dan ada lagi begini :
(Hakim)
Maknanya semua sama. Perbedaan lafadz itu timbulnya boleh jadi karena Nabi mengucapkannya beberapa kali.
3) Dari ketiga contoh itu, tahulah kita bahwa yang dinamakan Mutawatir Lafdzi tidak mesti lafadznya semua sama betul-betul.
4) Hadits tersebut diriwayatkan oleh berpuluh-puluh imam ahli hadits, diantaranya: Bukhari, Muslim, Darimy, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tarmidzi, Ath-Tajalisy, Abu Hanifah, Thabarani dan Hakim.
Gambaran sanadnya dari 10 imam yang tersebut, kalau kita susun akan terdapat begini :
Al-bukhari(1)Musa
Abu ‘AwanahAbu HushainAbu ShalihAbu Hurairah
Muslim(2)
‘Ali Ibn Al-hidjr
‘Ali Ibn MusirMuhammad Ibn
Qais‘Ali Ibn
Rabi’ah Al-mughirah
Ad-Darimy(3)
Muhammad Ibn Isa
HaitsamAbu Zubair
Zabir
Abu Dawud(4)
‘Amr Ibn ‘AunMusaddadWabrah‘Amir
‘Abdullah Ibn Az-zubairAz-zubair
Ibnu Majah(5)
Muhammad Ibn Ramh
Al-laitsIbnu Shihab
Anas
At-Tirmidzi(6)
Abu HisyamAbu Bakar Ibn
Ajjaz‘AshimZirr
Ibnu Mas’ud
Ath-Thajalisy(7)
AbdurrahmanAbi Zinad
Amir Ibn Sa’iedUtsman
Abu Hanifah(8)
‘AthijahAbi Sa’ied Al-
khudri
Ath-Thabarani(9)
Abu IshaqIbrahim
Nubaith Ibn Syarieth
Al-hakim(10)
Abul Fad-l Ibn Al-husain
Muhammad Ibn A. Wahhab
Ja’far Ibn ‘AunAbu HajjanJazid Ibn Hajjan
Zaid Ibn Arqam
5) Cobalah perhatikan 10 gambaran sanad di atas, diantara rawi-rawinya tidak ada seorang pun yang sama, semua berlainan.
6) Selain dari hadits tersebut, ada banyak lagi yang temasuk dalam mutawatir lafdzi, sebagaimana kata imam SayutiBerikut ini disebutkan enam haditst :نضر الله امرا سمع مقالتي فوعاها وحفظها وبلغها
(رواه الترميذي)Artinya : Mudah-mudahan Allah akan berbuat baik kepada orang yang mendengar sabdaku, lalu ia peliharanya dan menjaganya serta menyampaikannya (kepada manusia) (HR. Turmudzi)
(HR. Nasai)
Lanjutan arti
(HR. Thabarani)
إن االسالم غريبا وسيعوده غريبا (رواه الدارمي )Artinya : Sesungguhnya agama Islam itu timbul dengan keadaan asing dan akan kembali dengan asing (juga) (HR. Darimi)
ر لما خلق له (رواه البخاري ) كل ميسArtinya : Tiap-tiap orang dimudahkan kepada apa yang sudah ditakdirkan baginya (HR. Bukhari)
7) Mutawatir Lafdzi ini sebenarnya tidak termasuk dalam pembelajaran ilmu haditst, karena rawi-rawi yang menceritakan haditst itu tidak perlu diperiksa dan dibahas lagi, sebab tida syarat Mutawatir 37 sudah memadai untuk menetapkan keyakinan kita akan benarnya dari Nabi SAW.
2 Mutawatir Ma’nawy
ماتواترمعنه دون لفظه“hadits yang mutawatir maknanya, bukan
lafalnya”.Hadits mutawatir yang berasal dari beberapa hadits yang diriwayatkan dengan lafadz berbeda tetapi apabila dikumpulkan mempunyai makna umum yang sama.
Ada pula yang mengatakan :
هوأن ينقل جماعة يستحيل تواطؤهم على الكذب ووقوعه منهم مصادفة فينتقلوا
ن هن فى أمر معي وقائع مختلفة تشترك كل“hadits yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil mereka sepakat berdusta atau karena kebetulan. Mereka menukilkan dalam berbagai bentuk, tetapi dalam satu masalah atau mempunyai titik persamaan”
Contoh(1):Hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdoa:
(HR. Bukhari Muslim)
(H.R. Bukhari)
Menurut penelitian al-Syuyuti Hadits yang semakna dengan hadits ini telah diriwayatkan dari Nabi sekitar 100 macam hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a dalam berbagai kesempatan. Dan setiap hadits tersebut berbeda kasusnya dari hadits yang lain. Sedangkan setiap kasus belum mencapai derajat mutawatir. Namun bisa menjadi mutawatir karena adanya beberapa jalan dan persamaan antara hadits-hadits tersebut, yaitu tentang mengangkat tangan ketika berdo’a.
3 Mutawatir Amaly Perbuatan dan pengamalan syari’ah islamiyah yang dilakukan Nabi SAW secara terbuka atau terang-terangan yang kemudian disaksikan dan diikuti oleh para sahabat. Pendapat para ulama yang mengatakan bahwa:
ما علم من الدين باالضرورةوتواتربين المسلمين أن النبي صلى الله عليه وسلم
فعله أو أمربه أو غير ذلك“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah mutawatir dikalangan umat muslim (orang islam) bahwa Nabi SAW mengajarkannya atau menyuruhnya atau selain itu”.
Contoh:
Hadits yang menjelaskan tentang shalat baik waktu maupun rakaatnya, tentang haji, tentang zakat dan lain-lain.
Contoh(2):Salat maghrib tiga rakaat.
Keterangan :1. Satu riwayat menerangkan, bahwa dalam
hadlar (negeri sendiri) nabi sembahyang tiga rakaat.
2. Satu riwayat menunjukkan, bahwa dalam safar nabi sembahyang maghrib tiga rakaat.
3. Satu riwayat membayangkan bahwa di Mekkah nabi sembahyang maghrib tiga rakaat.
4. Satu riwayat mengatakan nabi sembahyang maghrib di Madinah tiga rakaat.5. Satu riwayat mengabarkan, bahwa sahabat sembahyang maghrib tiga rakaat., diketahui oleh nabi. Dll.~Semua cerita tersebut ceritanya berlainan, tetapi maksudnya satu yakni menunjukkan dan menetapkan bahwa sembahyang maghrib itu tiga rakaat~
Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa keyakinan yang diperoleh dari hadits mutawatir, sama kedudukannya dengan keyakinan yang diperoleh melalui kesaksian langsung dengan panca indra. , oleh karena itu ia berfaidah sebagai ilmu dharuri (pengetahuan yang mesti diterima), sehingga membawa keyakinan yang qat’i. oleh karena itu petunjuk yang diperoleh dari hadits mutawatir wajib dilaksanakan.
HUKUM
Haditst mutawatir itu mengandung nilai “dlaruriy”. Yakni suatu keharusan bagi manusia untuk mengakui kapasitas kebenaran suatu haditst, seperti halnya seseorang yang telah menyaksikan suatu kejadian dengan mata kepala sendiri. Semua haditst mutawatir bernilai maqbul (dapat diterima sebagai dasar hukum) dan tidak perlu lagi diselidiki keadaan perawinya.
NILAI
Contoh Secara Umum
Di kalangan para ulama’ terdapat berbagai macam pendapat mengenai hadits mutawatir ini.
Mereka berbeda-beda dalam memberikan tanggapan, sesuai dengan disiplin ilmu yang
mereka miliki, diantaranya adalah :1.Ahli hadits mutaqaddimin, tidak terlalu
mendalam dalam memberikan bahasan, sebab hadits mutawatir itu pada hakikatnya tidak
dimasukkan ke dalam pembahasan masalah-masalah, seperti:
a.Ilmu Isnad yaitu ilmu matarantai sanad, artinya sebuah disiplin ilmu yang hanya membahas
masalah shahih dan tidaknya, diamalkan dan tidaknya suatu hadits.
b.Ilmu Rijal Al-Hadits, artinya semua pihak yang terkait dengan persoalan periwayatan hadits dan
metode penyampaiannya.
PENDAPAT ULAMA
Oleh sebab itu, jika status hadits itu mutawatir, maka kebenaran didalamnya wajib diyakini dan semua isi yang terkandung didalamnya wajib diamalkan, sekalipun diantara para perawinya orang kafir.2. Ahli hadits mutaakhirin dan ahli Ushul berpendapat bahwa hadits dapat disebut dengan mutawatir jika memiliki kriteria-kriteria atau syarat-syarat sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.
Korelasi hadits Mutawatir dengan kualitas haditsSebagian ulama mengatakan bahwa hadits mutawatir hanya dikaji dari segi jumlah perawinya saja dan tidak tertuju pada kajian kualitas dari perawi tersebut. Sehingga hadits mutawatir tidak termasuk ke dalam pembahasan ilmu hadits, ini disebabkan bahwa ilmu hadits menilai shahih atau tidaknya suatu hadits dilihat dari para perawi dan cara penyampaian periwayatannya. Sedangkan dalam hadits mutawatir, kualitas pribadi para perawinya tidak dijadikan acuan atau sasaran pembahasan. Dengan demikian, maka hadits mutawatir tidak membutuhkan kajian tentang isnad dikarenakan yang dibutuhkan hadits mutawatir hanya jumlah atau kuantitas bukan kualitas perawinya.
KORELASI
Ada beberapa riwayat yang ditunjukkan untuk membuktikan bahwa hadits mutawatir tidak berdasarkan pada kualitas perawi, yaitu riwayat tentang hadits berdusta atas nama Nabi :
وحدثنا محمد بن عبيد الغبري حدثنا أبو عوانة عن أبي حصين عن ابي صالح عن
أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كذب علي متعمدا فليتبوأ
ار مقعده من الن“Imam Muslim menyatakan, telah menyampaikan kepada kami (dengan menggunakan metode sama) dari Muhammad bin Ubaid al-Ghobiri, telah menyampaikan kepada kami dari Abu ‘Awanah dari Husain dari Abi Salih dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka bersiap-siaplah menduduki kedudukannya di dalam neraka” (HR. Muslim)Hadits tersebut merupakan hadits mutawatir dan berstatus shahih.
Sebagian ulama telah mengumpulkan hadits-hadits mutawatir dalam sebuah kitab tersendiri. Diantara kitab-kitab tersebut adalah :• Al-Azhar Al-Mutanatsirah fi Al-Akbar Al-Mutawatirah, karya
As-Suyuthi. Dalam kitab tersebut, As Suyuthi menyusun bab demi bab dan setiap hadits diterangkan sanad-sanadnya yang dipakai oleh pentakhrijnya.
• Qathf Al-Azhar, karya As-Suyuthi, ringkasan dari kitab diatas.• Al-La’ali’ Al-Mutanasirah fi Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya
Abu Abdillah Muhammad bin Thulun Ad-Dimasyqi.
KITAB
• Nazm Al-Mutanasirah min Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya Muhammad bin Ja’far Al-Kattani.
• thaf Dzawil Fadha’il al-Musythahirah bi Maa Waqaa’ min Ziyadah ‘Alaa al-AzharAl-Mutanasirah min Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya ustadz Syeikh Abdul ‘Aziz al-Ghammari.
• Luqt al-Liaalii Al-Mutanasirah fi Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya Abii al-Faidh Muhammad Murtadhaa al-Husainii az-Zubaidii al-Misri.