geopol review asdos

35
Perang, Geoekonomi, dan Geopolitik Minyak: ASISTENSI 10 Apr Rate This BAB V PERANG, GEOEKONOMI, DAN GEOPOLITIK MINYAK Minyak Sebagai Salah Satu Penyebab Perang Minyak sebagai Perebutan Penguasaan Ekonomi Antarnegara Akibat Perang terhadap Situasi Geoekonomi Kawasan Oleh: RENNY CANDRADEWI 070810532 BAB V PERANG, GEOEKONOM, DAN GEOPOLITIK MINYAK Pertemuan kelima, 7 April 2011 Pendahuluan: Dinamika politik, utamanya tatanan dunia, tidak bersifat statis. Hal ini selaras denganpernyataan kaum liberal yang mengusulkan bahwa tatanan dunia merupakan proses yang melibatkan interaksi aktor hubngan itneransional satu sama lain dan prposisi Realis yang mengatakan bahwa setiap aktor mesti bertindak mengkuti kepentingan nasional masing-masing (Mingst, 2009: 82). Perubahan dalam tatanan dunia tersebut dipengaruhi oleh berbagai isu dan aspekyang memungkinkan munculnya aktor baru yang menggantikan aktor lama. Oleh karena itu, meneliti dinamika tatanan dunia dalam konsep geopolitik artinya meneliti perkembangan agennya yakni kerajaan (‘empire’), negara, negara-bangsa, dan kota polis. Tujuan: Menjelaskan arti strategis minyak bagi negara dan strategi negara dalam memenuhi kebutuhan minyaknya

Upload: chriscahyanti-sophie

Post on 04-Jul-2015

252 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Geopol Review Asdos

Perang, Geoekonomi, dan Geopolitik Minyak:   ASISTENSI 10 Apr  Rate This

BAB V

PERANG, GEOEKONOMI, DAN GEOPOLITIK MINYAK

Minyak Sebagai Salah Satu Penyebab Perang Minyak sebagai Perebutan Penguasaan Ekonomi Antarnegara Akibat Perang terhadap Situasi Geoekonomi Kawasan

Oleh: RENNY CANDRADEWI 070810532

BAB V

PERANG, GEOEKONOM, DAN GEOPOLITIK MINYAK

Pertemuan kelima, 7 April 2011

Pendahuluan:

Dinamika politik, utamanya tatanan dunia, tidak bersifat statis. Hal ini selaras denganpernyataan kaum liberal yang mengusulkan bahwa tatanan dunia merupakan proses yang melibatkan interaksi aktor hubngan itneransional satu sama lain dan prposisi Realis yang mengatakan bahwa setiap aktor mesti bertindak mengkuti kepentingan nasional masing-masing (Mingst, 2009: 82). Perubahan dalam tatanan dunia tersebut dipengaruhi oleh berbagai isu dan aspekyang memungkinkan munculnya aktor baru yang menggantikan aktor lama. Oleh karena itu, meneliti dinamika tatanan dunia dalam konsep geopolitik artinya meneliti perkembangan agennya yakni kerajaan (‘empire’), negara, negara-bangsa, dan kota polis.

Tujuan:

Menjelaskan arti strategis minyak bagi negara dan strategi negara dalam memenuhi kebutuhan minyaknya

Pembahasan Materi

Persoalan utama minyak menjadi komoditas strategis negara-negara sehingga menjadi perebutan negara-negara berkepentingan dikarenakan industri berjalan dengan menggunakan minyak sebab harganya murah dan pengolahannya mudah.

Struktur geopolitik minyak melibatkan hubungan antara produsen,yakni negara maju yang selalu mengendalikan harga, dengan negara penghasil yang notabene ialah negara-negara

Page 2: Geopol Review Asdos

berkembang. Relasi struktur diatas terletak pada kapabilitas negara maju yang selalu mengendalikan harga. Harga minyak tidak lagi ditentukan secara oligopolistik oleh OPEC dan institusi internasional lainnya, tetapi dituntut untuk mengikuti mekanisme pasar melalui supply and demand mechanism. Oleh karena itu, negara berkembang selalu dalam posisi: (1) membeli harga minyak mahal, (2) konsumsi besar, (3) mendapat nilai rugi (bukannya nilai tambah), (4) ketidakstabilan (politik, ekonomi, lingkungan) baik internal dan eksternal dengan kekuatan2 di sekitarnya. Walaupun demikian, salah satu negara penghasil minyak terbesar di Arab Saudi, akhirnya berperan sebagai stabilitator harga minyak dunia. Arab Saudi akan memproduk lebih banyak minyak apabila harga minyak mulai tinggi, dan menekan kuota produksi apabila harga minyak cukup rendah. Sebenarnya, hal ini bertentangan denga prinsip keanggotaan negara produsen minyak di seluruh dunia. Oleh karena itu, tidak salah apabila keanggotaan dianggap mengalami anomali karena OPEC sendiri sering melanggar regulasi yang dibuat oleh mereka sendiri. Dengan demikian, untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak dikarenakan minyak bukan merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaiki dalam waktu singkat, negara-negara tersebut sekarang terdorong untuk merintis penemuan energi alternatif dalam usaha menemukan substitusi minyak, meskipun masih terbatas pada tahap penelitian saja dengan kemungkinan energi alternatif tersebut akan: (1) murah, (2) mahal (membutuhkan inovasi pengolahan teknologi yang lebih maju), dan (3) belum banyak didistribusi di banyak negara lainnya, utamanya negara berkembang yang tingkat konsumsi minyak di berbagai sektor seperti industri, transportasi, dan rumah tangga, masih sangat tinggi.

Ptensi minyak, tidak hanya di masa sebelumnya tetapi juga sekarang, sudah tidak lagi terbatas sebagai komoditas ekonomi, tetapi juga komoditas politik antarnegara berkepentingan. Esensi paling jelas dicontohkan oleh Amerika Serikat yang pernah membekukan seluruh aset milik Irak dan Iran yang ditanamkan di Amerika. Sebagai respons kemampuan Amerika yang demikian, beberapa negara minyak besar seperti Uni Emirat Arab, Brunei Darussalam, Malaysia, dan lainnya merintis untuk membeli surat utang Amerika dengan investasi-investasi yang ditanamkan perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat. Hal tersebut dispekulasikan dapat mengurangi ketergantungan politis Amerika Serikat terkait isu-isu krusial berhubungan dengan beberapa negara tersebut. Respon kedua dari negara maju terkait kebijakan kemandirian politik dari dampak tersebut ialah mendukung: (1) kebijakan yang sifatnya efisiensi (pemerintah tidak terbebani dengan kenaikan harga minyak: Irak-tdk diandalkan krn bnyk infrastruktur yg rusak, penghasil minyak terlibat konflik internal dan instabilitas politik shg mengganggu produksi minyak mereka), (2) melakukan pembatasan (penjatahan konsumsi minyak: (1) austerity, (2) efisiensi, dan lainnya).

Perebutan minyak antarnegara berkepentingan di masa mendatang. Merujuk pada semakin berkurangnya cadangan minyak dunia tanpa instrumen teknologi untuk menemukan energi alternatif membuat harga minyak naik secara bertahap, muncul kebutuhan untuk mendorong efisiensi antara lain mendorong inovasi industri juga didorong untuk tidak/ (meminimalisasi) konsumsi minyak.

Studi kasus. Pengeluaran Resolusi PBB terhadap Lybia (Resolusi xxxx). Resolusi PBB terhadap Lybia turun dalam hitungan hari, daripada turunnya Resolusi PBB terhadap Birma. Masih menjadi perdebatan apakah hal tersebut disebabkan Lybia merupakan lima besar penghasil minyak dunia, dan utamanya Perancis yang memiliki hubungan ekstraksi minyak Libia. Adapun problematikanya ialah persoalan tersebut tidak cukup transparan, meskipun pelanggaran HAM oleh Rezim Qadaffi dijadikan entry point intervensi Barat untuk melakukan agresi ke Libia. Sebagai rujukan, barangkali bisa ditemukan jawabannya dengan

Page 3: Geopol Review Asdos

meneliti variabel antara (intervening variables) antara rezim dengan minyak tadi dalam kasus Libia.

KESIMPULAN

Kata Kunci : kerajaan, negara, negara-bangsa, kota polis

Guiding Question:

1. ‘Empires’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kerajaan? Jelaskan beserta contoh ‘empire’ era klasik dan ‘empire’ modern saat ini!

2. 2. ‘Cities as Polis’ : bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kota polis? Berikan contohnya!

3. 3. The State and The World Order’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu negara dan berkontribusi terhadap perubahan tatanan dunia? Berikan contohnya!

4. 4. ‘Nation-State and State as Spatial Entity’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu keruangan suatu negara dan lokasi? Berikan contohnya!

Referensi

Cohen, Saul Bernard. 2002. “Geopolitics of The World System”. London: Rowman and Littlefield Publishers

Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”.. London: Routledge

Marieke, Peters. 2006. “Geopolitics: From European Supremacy to Western Hegemony”.

Mingst, Karen. 2009. The Essentials of International Relations. London: W.W. Norman Publishing

Short, Jhon Rennie. 1993. “An Introduction to Geographical Politics”.  London: Routledge

 

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 10, 2011 in Uncategorized

 

Teori-Teori Geopolitik:   ASISTENSI

10 Apr  

Page 4: Geopol Review Asdos

Rate This

BAB II

TEORI-TEORI GEOPOLITIK

Awal mula Scientism dan Darwinism Halford Mackinder: Teori Heartland Alfred Thayer Mahan: Sea-Power Nicholas Spykman: Teori Rimland James Burnham: Geopolitik Anti-Komunisme Friedrich Ratzel: Lebensraum Karl Hauschofer: Teori Geopolitik Alexander de Seversky: Air-power Immanuel Wallerstein: Teori Tatanan Dunia Baru Saul Bernard Cohen: Teori Dependensi

Oleh: RENNY CANDRADEWI

070810532

ASISTENSI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI A-303

BAB II

TEORI-TEORI GEOPOLITIK

Pertemuan kedua, 17 Maret 2011

Pendahuluan:

Pemetaan dunia secara geopolitik sangat ditentukan di Eropa. Geopolitik pertama kali berkembang di Eropa sejak era merkantilisme. Aspek utama signifkasi geopolitiks saat itu ialah ekspansi ekonomi dan pengusaan militer di tempat-tempat strategis tertentu di Eurasia. Transformasi pemikiran geopolitik klasik sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Eropa saat itu yang mana identik dengan kompetisi, kebijakan luar negeri yang spekulatif, perkembangan teknologi darat, laut, dan udara, dan perspektif kewilayahan yang cenderung digunakan oleh elit politik seperti Hitler, Henry Truman, Stalin, sebagai justifikasi kebijakan luar negeri negara masing-masing yang cenderung ekspansif. Oleh karena itu, untuk memahami pemikiran teoritisi geopolitik dan geostrategi masing-masing pemikirannya diperlukan pemahaman terkait dengan aspek lokasi, keruangan, dan historis masing-masing negara supaya diperoleh pemahaman karakteristik utama dan fitur-fitur yang mempengaruhi transformasi geopolitik saat itu dan proyeksi pemikiran geopolitik masa mendatang.

Tujuan:

Memahami para teoritisi geopolitik dan gestrategi dan memahami pemikirannya

Page 5: Geopol Review Asdos

Pembahasan Materi

Indonesia tidak termasuk dalam Teori Heartland. Teori Heartland mengambil lokasi di dataran luas Eurasia karena tempat tersebut sangat strategis untuk dikuasai. Hal ini semata-mata karena kenyataan dan perkembangan yang mengakibatkan angkatan darat Eropa semakin menguat dengan ditemukannya kemudahan dalam mobilisasi dan transportasi.

Pemetaan dunia saat itu, di masa teori geopolitik klasik, sangat ditentukan di Eropa. Teori geopolitik klasik dari awal pertama kali dikemukakan telah mengalami perkembangan. Berawal dari ambisi inggris yang menguasai kekuatan laut dunia, Mahan memiliki pemikiran bahwa ‘kekuatan daratan’ tidak akan mampu diselenggarakan apabila mobilisasinya dihalangi oleh laut. Selain itu, Mahan juga mengamati bahwa kuantitas laut lebih besar daripada daratan sesungguhnya, hal ini tentunya akan mempermudah angkatan laut untuk mengepung kekuatan darat karena mobilisasinya lebih bagus. Contoh kedua, perkembangan teknologi angkatan udara pasca perang dunia menjadi signifikasi penting teori geopolitik milik Seversky yang mengatakan konsentrasi baru strategi geopolitik negara mestinya mengedepankan kekuatan udara. Selanjutnya, masa depan teori geopolitik akan merambah hingga ke luar angkasa.

Geopolitik Jerman dilihat sebagai suatu dogma politik (Hasuchofer dan ratzel) yang mana dipakai sebagai suatu pembenaran terhadap aksip olitik penguasa, misal Hitler, dalam berbagai kebijakan ekspansi wilayah. ‘Lebensraum’ salah satunya, yang menegaskan bahwa negara itu tumbuh dan berkembang seperti organisme. Paham ini jgua dianut oleh jepang dalam menjajah beberapa negara dalam rangka mendapatkan kekayaan alam negara-negara disekitarnya.

Skenario Geopolitik kedua ialah geopolitik pada perang dingin yang mengangkat tema gerakan anti-komunisme. Salah satu teori geopolitik berkembang saat itu ialah prinsip ‘Domino Theory’. Untuk mencegah meluasnya teori Domino tersebut maka salah satu elit pemerintahan Amerika Serikat saat itu, George F Kennan, mengusulkan suatu kebijakan ‘Containment’ yang bertujuan untuk menghalau satu persatu negara jatuh ke dalam Komunisme. Selain itu, wujud strategi nyata Amerika Serikat dalam membendung arus Komunisme ialah membentuk pakta pertahanan dan keamanan di berbagai kawasan, salah satunya SEATO di Asia tenggara, dan NATO. Sedangkan melalui kekuatan ekonomi, Amerika Serikat mencangankan strategi Marshall Plan agar negara-negara pasca Perang Dunia II tidak jatuh ke dalam Komunisme Uni Soviet. Selama perang Dingin, tampak sekali peran teknologi dalam pertahanan dan keamanan negara yang mengijinkan persaingan persenjataan dan informasi dan teknologi antardua negara berlangsung sangat intens. Misal Uni Soviet berinovasi dengan menerbangkan pesawat ulang alik pertamanya bernama Sputnik, sedangkan Amerika Serikat mengejar persaingan melalui teknologi Apollo. Sementara Uni Soviet telah berhasil mendaratkan astronotnya ke Planet Mars, Amerika Serikat hanya mampu mengimbangi menjangkau bulan. Itu pun kemudian disinyalir sebagai suatu ‘hoax’.

Kesimpulan

Geopolitik dan geostrategi klasik sangat dipengaruhi oleh konteks situasi dan kondisi saat itu yang identik dengan kompetisi antarnegara, perkembangan teknologi transportasi—utamanya, dan ambisi negara untuk memperoleh titik strategis di kawasan tertentu di dunia. Setiap negara memiliki ambisi, dan saat itu teori geopolitik memiliki fitur yang mendukung

Page 6: Geopol Review Asdos

ambisi setiap negara (asal) masing-masing. Fitur tersebut ialah: (1) konsentris dunia saat itu terkonsentrasi pada Eropa dan Amerika (pada perkembangan selanjutnya), dengan kata lain, ‘Euro-sentris’), (2) geopolitik saat itu tersituasi dari tiga elemen: sejarah, spasial, lokasi, dan strategis, (3) geopolitik saat itu cenderung menjustifikasi kebijakan luar negeri negara saat itu, misal ekspansi Hitler ke negara Eropa Timur dan Eropa Tengah, (4) Negara ialah aktor tunggal geopolitik saat itu, (5) perkembangan teknologi menjadi faktor pendorong utama kontruksi strategis geopolitik saat itu, dan (6) agensi geopolitik selalu diperuntukkan untuk membentuk Pan-regionalisme di kawasan tertentu.

Kata Kunci : air-power, land-power, water-power, heartland, lebensraum, organism geopolics

Guiding Question:

1. “Time”à Bagaimana aspek historis saat itu dan karakteristik masing-masing negara asal pemikir geopolitik tersebut?

2. “Space”à Bagaimana situasi dan kondisi yang mempengaruhi pemikir geopolitik tersebut mengeluarkan konsep teoritisnya masing-masing?

3. 3. “How”à Bagaimana masing-masing pemikir geopolitik tersebut mengutarakan ‘technique secara politis dan strategis (baik secara kekuatan militer (land, sea, dan air force)) untuk mendukung teorinya?

4. Simpulan à Bagaimana evolusi dan transformasi apa yang dibawa oleh masing-masing pemikiran geopolitik tersebut? Bagaimana hubungan kelebihan dan kelemahan masing-masing terhadap perkembangan geopolitik sekarang ini?

Referensi

Cohen, Saul Bernard. 2002. “Geopolitics of The World System”. London: Rowman and Littlefield Publishers

Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”.. London: Routledge

 

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 10, 2011 in Uncategorized

 

Dinamika Empires, States, Nation-States, dan Cities:   ASISTENSi

10 Apr  Rate This

Page 7: Geopol Review Asdos

BAB IV

Empires Cities as polis State and New World Order Nation-State and State as Spatial Entity

Oleh: RENNY CANDRADEWI 070810532 ASISTENSI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI A-303

BAB IV

DINAMIKA KERAJAAN, NEGARA, BANGSA, DAN KOTA

 

Pertemuan keempat, 31 Maret 2011

Pendahuluan:

Dinamika politik, utamanya tatanan dunia, tidak bersifat statis. Hal ini selaras denganpernyataan kaum liberal yang mengusulkan bahwa tatanan dunia merupakan proses yang melibatkan interaksi aktor hubngan itneransional satu sama lain dan prposisi Realis yang mengatakan bahwa setiap aktor mesti bertindak mengkuti kepentingan nasional masing-masing (Mingst, 2009: 82). Perubahan dalam tatanan dunia tersebut dipengaruhi oleh berbagai isu dan aspekyang memungkinkan munculnya aktor baru yang menggantikan aktor lama. Oleh karena itu, meneliti dinamika tatanan dunia dalam konsep geopolitik artinya meneliti perkembangan agennya yakni kerajaan (‘empire’), negara, negara-bangsa, dan kota polis.

 

Tujuan:

Menjelaskan dinamika politik dan strategi ‘empire’, negara, negara-bangsa, bangsa, dan kota dalam sebuah dunia yang terus berubah dalam konsep geopolitik

Pembahasan Materi

Seringkali konteks geopolitik berkaitan erat dengan akhir abad kesembilan beals yakni masa persaingan antara ‘empires’ (Inggris Raya, Belanda, Spanyol, Portugis, dan Perancis) sedang meningkat. Fokus analisa pada chapter ini membicarakan bagaimana struktur seperti kota, negara-negara, bangsa-bangsa, dan ‘empires’ berinteraksi satu sama lain dan dinamika apa yang mereka bawa dalam konsep geopolitik dan geostrategi.

‘Empire’ dibangun berdasarkan luas pengaruh terhadap wilayahnya. Contoh ‘empire’ saat ini ialah Perserikatan Bangsa-bangsa dan Uni Eropa dengan asumsi nilai-nilai demokrasi sebagai ‘sphere influence’ untuk memelihara kekuasaan. Pengertian tradisional suatu ‘empire’ selalu identik dengan penaklukan suatu wilayah. Akan tetapi konteks tersebut telah mengalami

Page 8: Geopol Review Asdos

perubahan dan memperoleh definisi yang lebih modern, yakni berdasarkan pengakuan ideologis seperti demokrasi vis a vis komunisme. Aspek struktural suatu ‘empire’ ialah adanya penguasa (emperor), raja, dan gubernur yang dipilih, serta adanya suatu perluasan teritori (ekspansi).

Negara dibangun melalui pengakuan terhadap batas-batas wilayahnya secara hukum dan yurisdiksi masing-masing. Struktur yang dimiliki oleh banyak negara ialah adanya pemimpin yang terpilih, kedaulatan yang diakui, dan batas-batas teritorial.

Bangsa, pemahaman secara geopolitik diperoleh dari keberadaan aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi penggambaran geografis batas-batasnya. Prinsip kebangsaan ini muncul karena adanya perasaan memiliki (sense of belonging).

Kota, strukturnya ialah melakukan satu fungsi dominan misal sebagai kota perdagangan saja, sebagai kota pelabuhan, sebagai kota finansial dan lainnya. Ukurannya yang relatif kecil tidak membatasi kapabilitasnya. Artinya,  biarpun kecil tapi berperan penting dan sangat kuat dan berpengaruh. Perkembangan suatu kota sangat bergantung pada jaringan-jaringan yang dimanfaatan di sekitarnya.

Dicontohkan sebagai suatu ‘empire’ tradisional ialah Inggris, Belanda, Spanyol, Rusia Tsar, dan lainnya. Sedangkan ‘empire’ modern ialah Perserikatan Bangsa-bangsa dan Uni Eropa. Contho negara ialah Amerika Serikat, Swis, Indonesia, Malaysia, dan lainnya. Contoh bangsa yakni Kurdi, Tibet, Jawa, dan lainnya. Contoh bangsa-negara ialah Italia dan Perancis. Contoh kota pada era klasik ialah Athena, Sparta. Contoh kota saat ini ialah Singapura dan Hong Kong.

Konsep geopolitik pada era ‘empires’ yang melibatkan kekuatan ‘Old World’ (Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda, dan Portugis) identik dengan ekspansi wilayah demi mendapatkan pasar rempah-rempah dunia dan sumber daya alam, utamanya Emas (Short, 1993).

Inggris Raya pada abad kesembilan belas menjajah dan menduduki wilayah teritori yang luas dan signifikan di daerah yang mengelilingi daratan besar Eurasia. Ambisi Inggris Raya yang demikian tidak lepas dari keinginan Inggris Raya untuk mendominasi kekuatan Maritim dunia guna bersaing dengan kekuatan daratan Jerman dan Rusia di wilayah Eurasia. Sehingga pengaruh Inggris Raya mendirikan kota-kota pelabuhan menjadikannya sebagai negara Maritim terkuat (Flint, 2007).

Jerman sebagai suksesor ‘Empire of Holy Roman Habsburgh’ juga melalkukan tindakan politik serupa dengan melakukan ekspansi ke wilayah di sekitarnya hingga ke Eropa Tengah. Selain itu beberapa negara yang memiliki karakter ‘empire’ yang demikian di era Modern anatara lainialah Amerika Serikat (melalui nilai demokrasi dan neoliberalisme), Uni Soviet (melalui nilai komunisme dan sosialisme), Jepang pada era kekaisaran Hirohito dan saat ini melalui dominasi partisipasi perekonomian di Asia Timur, dan China (melalui dominasi partisipasi pengaruh politik dan perekonomian di Asia).

Uraian di atas berbicara tentang dinamika yang terjadi pada aktor-aktor geopolitiknya mempengaruhi tatanan dunia yang diidentikkan dengan jatuh bangunnya ‘empire’. Konteks dinamika berdasarkan kekuatan ekonomi, persebarang pengaruh juga berperan merubah tatanan dunia yang ada. Salah satunya ialah Jhon R Short (1993) melandaskan tatanan dunia

Page 9: Geopol Review Asdos

pada kelompok negara yakni ‘superpower, major power, dan minor power; Alfred T Mayhan (Flint, 2007) melandaskan pemikirannya pada tatanan dunia yang dibentuk oleh dua kekuatan, yakni kekuatan Maritim dan kekuatan Daratan; Spykman menambahkan dengan adanya kekuatan Udara (Flint, 2007), Mackinder membagi secara struktural dua kekuatan dunia yakni kekuatan yang menduduki daratan utama (‘Pivotal Area), pinggiran (Crescent Area), dan ‘Old World’-‘New World’ milik Seversky (Flint, 2007). Sedangkan tananan dunia saat ini memanfaatkan variabel ekonomi (di luar konsep geopolitik, melainkan ‘geopolitics’) contohnya ialah Tatanan Dunia menurut Imanuel Wallerstein yang mengelompokkan negara: ‘core’, ‘semiperipherial’ dan ‘pheripherial’.

Kesimpulan

Dinamika tatanan dunia secara geografi dan politik menunjukkan fluktuasi akibat fenomena negara yang terus berkembang seiring dengan kemajuan di teknologi, informasi, dan aspek multidimenasional yang lain. Hal tersebut menuntut aktor geopolitik memainkan peran yang lebih spesifik. Kekuasaan tidak lagi terpusat pada konsep power semata akan tetapi juga melibatkan variabel penyebaran pengaruh (sphere of influence).

 

Kata Kunci : kerajaan, negara, negara-bangsa, kota polis

Guiding Question:

1. ‘Empires’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kerajaan? Jelaskan beserta contoh ‘empire’ era klasik dan ‘empire’ modern saat ini!

2. 2. ‘Cities as Polis’ : bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kota polis? Berikan contohnya!

3. 3. The State and The World Order’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu negara dan berkontribusi terhadap perubahan tatanan dunia? Berikan contohnya!

4. 4. ‘Nation-State and State as Spatial Entity’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu keruangan suatu negara dan lokasi? Berikan contohnya!

Referensi

Cohen, Saul Bernard. 2002. “Geopolitics of The World System”. London: Rowman and Littlefield Publishers

Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”.. London: Routledge

Marieke, Peters. 2006. “Geopolitics: From European Supremacy to Western Hegemony”.

Mingst, Karen. 2009. The Essentials of International Relations. London: W.W. Norman Publishing

Short, Jhon Rennie. 1993. “An Introduction to Geographical Politics”.  London: Routledge

Page 10: Geopol Review Asdos

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 10, 2011 in Uncategorized

 

Geopolitik, Geostrategi, dan Tatanan Dunia Baru:   ASISTENSI

10 Apr  Rate This

BAB III

GEOPOLITIK, GEOSTRATEGI, DAN TATANAN DUNIA BARU

Hubungan Struktural Utara-Selatan: Uneven Development Jatuh Bangun Supremasi Dunia: Hubungan Struktural Barat-Timur Dunia Multipolar Akhir Geopolitik dan Awal Geopolitics

Oleh: RENNY CANDRADEWI 070810532 ASISTENSI GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI A-303

BAB III

GEOPOLITIK, GEOSTRATEGI, DAN TATANAN DUNIA BARU

Pertemuan ketiga, 24 Maret 2011

Pendahuluan:

Refleksi perkembangan konteks dunia terkait dengan sejarah, struktur kemasyarakatan suatu negara dalam situasi dan kondisi tertentu sangat menentukan konstelasi geopolitik dan geostrategi kebijakan politik suatu negara dalam suatu interaksi tatanan dunia yang sangat kompleks. Interaksi banyak negara tersebut memiliki hubungan struktural dan hierarkis yang kompleks, misalnya hubungan Utara-Selatan terkait dengan pertumbuhan yang tidak seimbang yang mana mayoritas negara-negara Utara ialah negara maju yang unggul dalam bidang informasi, penguasaan teknologi, dengan struktur masyarakat yang mudah menerima perubahan (dinamis dan terbuka). Sedangkan sebagian besar negara di belahan Selatan ialah negara berkembang dan terbelakang baik dalam aspek ekonomi, teknologi, informasi, dengan struktur masyarakatnya yang cenderung tertutup (isolasionis). Dalam perkembangan negara yang demikian, negara yang lebih unggul cenderung menggantikan negara yang mengalami kemerosotan sehingga selalu terdapat kecenderungan jatuh bangunnya suatu supremasi, dicontohkan jatuhnya supremasi Inggris Raya bersamaan dengan diakuinya hegemoni

Page 11: Geopol Review Asdos

Amerika Serikat, hingga sekarang dikenal dengan kebangkitan Asia melalui perekonomian Chna dan India yang menyaingin Amerika Serikat dan Jepang. Peran perekonomian yang menggnati secara parsial konsep hardpower militer, angkatan laut yang mendominasi pasca Revolusi Industri Inggris dan pasca Perang Dingin, menjadikan tatanan dunia lebih bersifat multipolar daripada bipolar maupun unipolar. Peranana ekonomi dan munculnya isu-siu baru yang menarik perhatian negara-negara secara keseluruhan seperti isu lingkungan dan pemanasan global, mengakibatkan peranan aktor lain seperti organisasi internasional, rezim internasional, serta perusahaan internasional mutlak diperlukan untuk melengkapi fungsional peranan negara. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi “Geopolitik” yang sarat dengan perlombaan militer, politik ekspansi, dan kewilayahan kehilangan esensi, meskipun tidak sepenuhnya, digantikan oleh konseptualisasi “Geopolitics’ yang lebih luas dalam beragam aspek.

Tujuan:

Mengetahui perkembangan dunia dalam konteks geopolitik dengan menggunakan teori-teori yang telah dipahami

Pembahasan Materi

Pemahaman geopolitik dan geostrategi dalam merefleksikan perkembangan konteks dunia dapat diperoleh melalui pengetahuan mendalam dasar sejarah dan struktur suatu negara dalam situasi dan kondisi tertentu. Misalnya kemampuan dalam menjelaskan proses jatuh bangunnya supremasi dunia dan bentuk tatanan dunia baru sekarang bisa diperoleh melalui pemahaman terhadap konteks ‘struktur’, ‘sejarah’, dan konsekuensi suatu peristiwa.

Dua hal tersebut, yakni sejarah dan struktur, membantu menjelaskan siklus stabilitas, perpecahan, trauma, dan serangkaian kondisi secara holistik. Sedangkan ‘struktur’ membantu menjelaskan hubungan yang terjadi dalam perkembangan tidak seimbang ‘uneven development’, komunitas terbuka ataukah tertutup, dan rezim politik yang saat itu berpengaruh. Secara garis besar, yang diperlukan dalam merefleksikan situasi dan kondisi perkembangan negara-negara dalam konteks geopolitik ialah ‘sekumpulan data’.

Contoh konkretnya yakni China. China terlahir dari suatu komunitas, bahkan peradaban paling tua di dunia dalam proses menjadi bangsa besar ‘building nationa process’ yang mana China selalu tidak lepas dari tradisi berperang dan ledakan jumlah penduduk. Teritori yang terbatas dan jumlah penduduk yang besar mengakibatkan terjadinya kompetisi yang berujung pada invasi dan perang antardinasti. Konsekuensinya ialah, China terbentuk sebagai komunitas yang terisolasi dan tertutup, artinya sangat takut terhadap orang asing. Salah satu implementasi dari nilai-nilai isolasi tersebut ialah dibangunnya tembok China sebagai usaha untuk membentengi kultur budaya China agar tidak tercampur oleh bangsa asing ‘invasi mongolia’ saat itu. Kedua, ialah kebijakan Mao Zedong melakukan reformasi internal daripada menjalin hubungan (ketergantungan ‘interdependensi’) dengan pihak asing saat itu.

Contoh lain yang menjelaskan ‘instabilitas’ pada negara-negara di suatu wilayah ialah instabilitas di Timur tengah. Instabilitas tersebut berasal dari sejarah Timur Tengah yang: (1) berada di antara kerajaan Roma dan Kerajaan Persia, (2) berada di tengah-tengah Kerajaan Bizantium Roma dan Dinasti Arab, (3) di tengah-tengah kebudayaan Barat dan Islam. Sebagaimana wilayah Asia Tengah yang cenderung diliputi ketidakstabilan sebagai konsekuensi di tengah-tengah Rusia dan Eropa. Teritori tersebut di atas menjadi obyek

Page 12: Geopol Review Asdos

kepentingan banyak hegemoni dan proteksi. Stabilitas dan ketidakstabilan berkontribusi terhadap konfigurasi dimensi yang terlibat di dalamnya baik politik, sosial, demografis, etnis, budaya, ekonomi dan lainnya. Dimensi ini terus menerus mengalami dinamika dan kemudian menjadi data utama dalam memahami tatanan geopolitik. Oleh karena itu, terus menerus ditekankan untuk melandaskan unit eksplanasi pada serangkaian data tersebut dan tidak membatasi penjalasan pada konsep teoritis semata.

Rise and Fall of Supremacy. Disebutkan bahwa jatuh bangunnya kekuatan hegemoni secara historis melalui suatu siklus logis yang sama. Dicontohkan supremasi yang mengalami kolaps yakni Roma, Inggris, Uni Soviet, dan Amerika Serikat (secara ekonomi, tapi tidak secara keseluruhan peranannya), dan yang mengalami kemunculan sebagai supremasi baru ialah India, China (secara ekonomi dan politis), Saudi Arabia, Brazil dan Iran.

Siklus keruntuhan suatu supremasi melalui tahap yang tidak diduga. Keruntuhan, secara geopolitik, didefinisikan sebagai peristiwa setelah melalui proses yang panjang di antara komunitas dan sistem politik. Seringsekali yang lebih kuat membawa tatanan baru. Misal pada abad ketujuhbelas (1789) terdpat perubahan tatanan politik dan sosial yang berkontribusi terhadap perubahan geopolitik yaitu berakhirnya era monarkis dan kerajaan-kerajaan. Kedua, pada 1914, Perang Dunia I mengakibatkan perubahan geopolitik yang mana muncul dua kekuatan bipolar yakni Uni Soviet dan rezim autoritarian. Ketiga, pada 1989-1991, berakhirnya perang dingin berkonsekuensi terhadap perubahan geopolitik yang bersifat unipolar yang mana Amerika Serikat muncul sebagai hegemoni baru. Keempat, pada 2001 globalisasi dan pelanggaran internasioal membawa tatanan geopolitik baru yang lebih multipolar dengan keterlibatan aktor negara dan munculnya isu-isu geopolitik baru seperti minyak metnah, energi, kultur, ekonomi dan lingkungan.

Secara struktur, disampaikan terdapat dua dimensi tatanan dunia yakni ‘kemiskinan’ dan ‘wealth’, dalam kata lain ‘inequality’ yang terjadi akibat ‘uneven development’.

Kesimpulan

Rise and Fall of World Supremacy to Western Hegemony and The End of Geopolitics (?)

Macam-macam geopolitik dan fasenya dapat diringkas sebagai berikut: (1) masa geopolitik klasik, (2) geopolitik perang dunia II, dan (3) geopolitik perang dingin. Pasca berakhirnya perang dingin, bukan berarti geopolitik telah mati. Teritori secara fisik masih berperan penting dalam perpolitikan internasional dan strategisnya.Uneven Development: hubungan antara ‘Utara dan Selatan’ terkait dengan kepemilikan sumber daya alam dan ‘inequality’ yang mana sejak tahun 1950 telah makar suatu gagasan bahwa untuk menciptakan dunia yang damai, maka negara miskin (Selatan) perlu untuk ‘berkembang’ dan ‘modern(isasi)’, baik dalam konteks ‘human security’, memelihara dan mendukung hegemoni, untuk kepentingan ekonomi Barat, atau untuk aliansi melawan komunisme (Slater, 2004: 57-79); Arts, 1994). Pasca perang dingin, persoalan ‘underdevelopment’ antara Utara-Selatan ini menjadi subyek utama dalam pemikiran geopolitik.

Pusat persoalan Utara-Selatan terletak pada akses tidak seimbang terhadap sumber daya, sebagaimana juga bentuk dari dominasi Barat, terkait reformasi dan regulasi ekonomi yan gmegarah pada perbedaan teori tentang dependensi dan neo-kolonialisme (slater, 2004: 128). Misalnya beberapa aktivitas Amerika Serikat di wilayah Teluk Persia secara langsung berkaitan dengan tatanan geopolitik tersebut, yang mana kebijakan ditujukan untuk

Page 13: Geopol Review Asdos

mengamankan ekonomi minyak mentah (milik) Barat (Slater, 2004: 191; Agnew, 2002: 158). Geopolitics dan Globalisasi. Konteks geopolitik dalam globalisasi terkait dengan menurunya kapabilitas negara berkaitan dengan munculnya beragam aktor internaisonal, organisasi dan perusahaan—MNC dan TNC (De Pater, Groote, dan Terlouw, 2002: 1680). Contoh realnya ialah ‘Banana Republics’. The Rise of new great powers and New Forms of Government. Terkait dengan konteks ini, terdapat China yang muncul sebagai ‘challenger’ hegemoni baik secara ekonomi dan militer. Terlihat sekali dalam beberapa kasus misalnya ‘Google Security Breached’, propaganda ‘The Internet Freeedom’, kasus Nobel 2010 Liu Xiaobo, dan upaya AS untuk memaksa China mengapresiasi Yuan, menunjukkan bahwa masing-masing blok, utamanya Barat melakukan pendekatan yang sangat hati-hati terhadap China.

Kata Kunci : struktur, supremasi, hegemoni, geopolitik, geopolitics, dunia multipolar

Guiding Question:

1. ‘Uneven Development’: jelaskan bagaimana perkembangan tiap-tiap negara menyebabkan ketidakseimbangan perkembangan sistem politik dunia karena perbedaan berbagai unsur seperti berikut: sumber daya, geografi, sumber daya alam, dll.

2. ‘Rise and fall of the Supremacy’ : Utarakan situasi dan kondisi jatuh bangun fase hegemoni di dunia misal Inggris, Amerika, Jerman, dan Rusia (titik beratkan pada historis faktor ekonomi sejak revolusi industri hingga sekarang, dan kemajuan industri dan perekonomian mereka masing-masing.

3. “The Multipolar World”: jelaskan munculnya (a) aktor2 baru atau (b) negara yang di luar hegemoni Amerika dan Rusia serta negara2 lain dengan sekuriti yang kuat seperti Jerman dan Jepang (jelaskan dengan mengikutsertakan variabel peran teknologi)

4. ‘The End of Geopolitics or Geopolitik’? apakah situasi dan kondisi di atas mengakhiri ‘konsep geopolitik’ dan merupakan awal terhadap ‘geopolitics’?

Referensi

Cohen, Saul Bernard. 2002. “Geopolitics of The World System”. London: Rowman and Littlefield Publishers

Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”.. London: Routledge

Marieke, Peters. 2006. “Geopolitics: From European Supremacy to Western Hegemony”.

Short, Jhon Rennie. 2002. “An Introduction to Geographical Politics”.

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 10, 2011 in Uncategorized

 

Page 14: Geopol Review Asdos

Pengantar Geopolitik dan Geostrategi:   ASISTENSI

10 Apr  Rate This

PENGANTAR GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI

Pertemuan pertama, 7 Maret 2011

Pendahuluan:

Geopolitik ialah studi mengenai metode mengenai interaksi yang terjadi antara waktu (sejarah), ruang, dan politik. Perkembangan suatu kota yang berfungsi sebagai tempat, menjadi entitas bangsa dan selanjutnya tumbuh menjadi negara semuanya dapat dikaji melalui perspektif geopolitik. Sedangkan ‘Geostrategi’ ialah studi tentang pengaruh keruangan terhadap hubungan kekuasaan. Geostrategi merupakan cara untuk menemukan rencana dalam menghadapi batasan maupun pilihan keruangan dimaksud.

Tujuan

Mahasiswa memahami arti konsep geopolitik dan geostrategi serta sejarah perkembangannya

Pembahasan Materi

Hal terpenting dalam pemahaman geopolitik ialah keterlibatan catatan sejumlah data terkait dengan studi kewilayahan, studi sumber daya alam, studi keruangan dalam kontes jarak, dan kebutuhan masing-masing negara. Elemen utama kajian geopolitik ialah memahami konsep waktu dalam hal ini ialah sejarah, keruangan, dan dinamika politis yang mempengaruhi evolusi dan tranformasi suatu agen geopolitik. Agen geopolitik dalam konteks ini diperluas sebagai aktor dan subjek geopolitik seperti negara (dalam konteks geopolitik klasik), organisasi pemerintah, maupun organisasi nonpemerintah, perusahaan internasional, kelompok marginal, kelompok bangsa bahkan kelompok terorisme (dalam konteks geopolitik kritis) (Flint, 2007).

Bukti adanya evolusi suatu ‘city’, ‘nation’, dan ‘state’ dicontohkan dengan baik oleh evolusi teritori Inggris pada tahun pada jauh sebelum era westphalia, era revolusi industri (abad kesembilanbelas) dan era saat ini.

Selain itu studi geopolitik juga melibatkan sejumlah pemahaman terkait latar belakang kejadian dan sejarahnya, waktu, dan tempat. Dan inti dari studi geopolitik ialah memahami perubahan dan dinamika konsep keseimbangan kekuatan di suatu daerah, waktu, dan tempat tertentu.

Tidak hanya manusia yang berusaha untuk bertahan hidup, begitu pula negara. Dalam konsep geopolitik, diutarakan terjadi interaksi antara faktor dependen dan faktor independen, situasi, dan dinamika tak terduga. Disebutkan faktor independen meliputi kualitas wilayah, iklim,

Page 15: Geopol Review Asdos

sumber daya manusia, dan kualitas sekaligus kuantitas demografi. Sedangkan faktor dependen meliputi peran elit politik, struktur ekonomi, struktur sosial, dan lainnya.

Kesimpulan

Geopolitik ialah komponen geografi manusia yang mampu mempengaruhi perilaku negara, misalnya bagaimana lokasi, iklim, sumberdaya alam, populasi, relief dataran menentukan pilihan maupun batasan politik luar negeri suatu negara terkait dengan posisinya dalam struktur negara-negara (Griffitfhs dan O’callaghan, 2002: 120). Dapat juga diringkas bahwa fitur-fitur geografi juga turut membentuk identitas, karakter, dan sejarah negara-bangsa atau menghambat perkembangan sosial, politik, dan ekonomi mereka. Oleh karena itu, konsep integrasi geografi dan politik ini menjadi perihal persoalan kajian hubungan internasional.

Kata Kunci : geopolitik, geostrategi, faktor dependen geopolitik, faktor independen geopolitik

Guiding Question:

1. Apa itu ‘Geopolitik’?2. Apa itu ‘Geostrategi’?3. Apa kunci pemahaman geopolitik dan geostrategi?4. Bagaimana interaksi kunci pemahaman tersebut dalam merumuskan konsep

geopolitik suatu negara-bangsa?

Referensi

Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”. London: Routledge Publishing Company

Griffiths, Martin dan Terry O’callaghan. 2002. “The Key Concepts: International Relations”. London: Routledge

Guttinger, Anne. 2011. “Geopolitik dan Geostrategi” dalam perkuliahan 10 Amret 2011 di ruang A303

 

Gestrategi AS:   asistensi

24 Apr

Page 16: Geopol Review Asdos

 Rate This

BAB VII

GEOSTRATEGI AMERIKA SERIKAT

Pertemuan  ketujuh, 21 April 2011

Pendahuluan:

Geopolitik suatu kawasan selalu mengalami dinamika dan fluktuasi melalui fase jatuh bangunnya rezim dan supremasi. Perang Dingin menandai jatuhnya sistem bipolar sekaligus jatuhnya supremasi Uni Soviet sehingga tatanan dunia internasional menjadi unipolar dengan sentral power terletak pada Amerika Serikat. Amerika Serikat selaku aktor unipolar dengan kapabilitas strategis militer, ekonomi (melalui Sistem Breton Wood sekaligus Dolar AS) memiliki kepentingan nasional yang kompleks sekaligus komprehensif demi menjamin proyeksi sphere of influence di berbagai daerah. Aspek penting yang menjadi fokus kajian strategi Amerika Serikat terkait dengan beberapa sektor penting seperti: (1) deposit minyak di Timur Tengah, (2) ideologis demokratisasi Amerika Serikat, (3) konflik Israel-Palestina, dan (4) menegakkan perdamaian selaku Polisi Dunia.

Tujuan:

Mampu  menjelaskan strategi AS dalam menguasai wilayah-wilayah dunia

 

Pembahasan Materi

Geostrategi Amerika Serikat (Amerika Serikat) dari waktu ke waktu mengalami perubahan menyesuaikan dengan perubahan geopolitik di kawasan yang mana AS memiliki sejumlah kepentingan. Strategi AS dari setiap era, sejak Perang Dunia I, pasca Perang Dunia II, Perang Dingin, dan era kontemporer pasca Perang Dingin selalu mengalami perubahan karena kontesk geopolitik dan geostrategi di seluruh dunia mengalami perkembangan dan perubahan yang secara signifikan juga mempengaruhi proyeksi pengaruh AS di beberapa negara dan kawasan tertentu. Perubahan kebijakan strategis AS  tersebut bukan merupakan proses yang singkat tanpa kalkulasi yang teliti. Kalkulasi terkait dengan geografis suatu wilayah dan rezim yang memerintah menjadi faktor utama yang menentukan kebijakan strategisnya. Adapun  dalam pembahasan topik pertemuan ketujuh, fokus geostrategi AS di kawasan Timur Tengah dan di negara Irak, Afghanistan, dan China.

Strategi AS di Irak. Irak terkenal sebagai negara dengan cadangan minyak dan saat itu Irak disinyalir sebagai sumber inspirasi negara-negara untuk menentang dominansi dan hegemoni AS pasca Perang Dingin sehingga masuknya intervensi AS di Irak diprioritaskan untuk menekan simbol insipirator gerakan anti-Amerika dan anti-Barat, dalam hal ini Saddam Husein. Dalam usaha menghadapi Sadam Husein di Irak, Amerika Serikat memunculkan isu Weapon Mass Destruction (WMD) di Irak dalam usaha untuk menjatuhkan Rezim Saddam Husein sekaligus melancarkan agresi untuk mengokupasi Irak dengan justifikasi menegakkan

Page 17: Geopol Review Asdos

hak asasi manusia dan pemerintahan demokrasi. Konsekuensi logis dari geostrategi yang demkian  ialah: (1) adanya proyek rekonstruksi yang dinisiasi oleh AS, (2) anggaran pembiayaan perang AS meningkat, dan (3) resko politik “kepentingan nasional” yang berhadapan dengan “tuntutan domestik” pada periode Obama. Pasca kejatuhan Sadam Husein, AS memprediksi kemudahan-kemudahan dalam mengimplementasikan strateginya lebih jauh ke Timur Tengah, selain di Arab Saudi, Kuwait, dan Yaman. Sebaliknya, AS berhadapan dengan kelompok-kelompok anti-Amerika Serikat dan anti-Barat yang dalam tulisan Samuel Hutington diilustrasikan sebagai awal terjadinya “clash of civilization” yang mana Barat berhadapan dengan kebudayaan Islam.

Strategi AS di China selalu terkait dengan isu jangka panjang perseteruan China-daratan dengan China-Taiwan. Perkembangan geopolitik China dan Taiwan selalu menjadi isu sentral perubahan geopolitik China dan Asia Timur pada umumnya. China selalu mengklaim wilayah laut China Selatan sebagai bagian dari sphere of influence-nya. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan ambisi China guna mengukuhkan kekuatan maritimnya atas selat Taiwan dan perairan Indochina. Terkait dengan hal tersebut, AS bersikap persuasif dan terus menerus melancarkan pendekatan hati-hati secara diplomatis dan softpower salah satunya dengan mengajukan proposal keanggotaan China di WTO yang disetujui pada 2001 diterimanya China sebagai anggota WTO sejak 11 Desember 2001 .

Strategi AS di Afganistan ditentukan oleh kondisi dan situasi geopolitik Afganistan antara lain: (1) mengingat Afganistan berbatasan dengan banyak negara yang sangat efektif untuk mengamankan jalur pasokan dan transportasi minyak Amerika Serikat dengan mengalihkan jalurnya melewati Turki dan negara-negara lain yang masih berada dalam pengaruh Amerika Serikat sehingga kepentingan utama AS di Afganistan ialah terkait dengan deposit minyak dan jalur minyak di kawasan Asia, (2) Afganistan secara geografis berpeluang sebagai celah masuk (entry point) Amerika Serikat ke wilayah Asia Tengah, dan berhadapan langsung dengan Rusia di wilayah penyangganya (buffer zone). Konsekuensi terhadap dua hal di atas ialah untuk menjamin jalur strategis minyak dan gas AS sampai ke Turki.

Strategi Amerika Serikat, secara keseluruhan di Timur Tengah, Irak, Iran, Lybia, dan Afganistian dan seluruh Timur tengah lainnya semata-mata untuk menjamin keamanan kepentingan terkait dengan isu Palestina dan Israel. Selain itu, kepentingan utama AS dan  keterkaitannya dengan hubungan dan pengaruh rezim di Timur Tengah terletak pada minyak sebagai bahan dasar utama bahan bakar industri Amerika Serikat.  Akan tetapi, pernyataan diplomatis pentingnya pengaruh AS di Timur Tengah selalu ditujukan untuk menegakkan demokrasi dan menjamin pemerintahan yang lebih demokratis sebagai ganti terhadap rezim otoritarianisme yang diyakini AS hanya mengakibatkan lebih banyak pelanggaran hak asasi manusia di kawasan tersebut, misal pengukuhan pemerintahan demokratis melalui pemilihan umum di Irak pada 2008 lalu.

Proyeksi strategi AS di beberapa wilayah  merupakan manifestasi kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat. Adapun hal tersebut ditunjang oleh kapabilitas strategis AS yang unggul sebagai negara maritim power. AS dikenal sebagai salah satu negara maritime power karena Amerika Serikat melengkapi dan menjamin keamanan pengaruhnya melalui penempatan basis-basis armadanya di beberapa tempat strategis seperti di Arab Saudi dan Kuwait.  Penempatan armada dan angkatan laut di tempat-tempat strategis tersebut juga berguna untuk mengamankan jalur suplai minyak ke Amerika Serikat, yang selama ini masih dilakukan sebagian besar melalui jalur laut. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa masing-

Page 18: Geopol Review Asdos

masing kawasan di Timur Tengah dan China menjadi kunci Strategis AS, utamanya di negara-negara yang memiliki akses terhadap Teluk Persia dan Samudra Hindia.

Tantangan dan resiko strategi AS. Adapun terkait strategi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya di beberapa kawasan tersebut, seperti China, dan Timur Tengah menuai sejumlah kontroversi dari konstituen domestiknya. Rakyat Amerika Serikat selalu menuntut penarikan pasukan di beberapa daerah konflik seperti Irak dan Afganistan. Tidak hanya itu, tuntutan serupa diutarakan oleh internasional seperti negara-negara Islam dan mayoritas Islam (Indonesia) yang  menyebut keberadaan tentara Amerika Serikat di Irak dan Afganistan sebagai bentuk “invasi”, “okupasi”, dan “imperialisme”. Tantangan kedua strategi Amerika Serikat di kawasan-kawasan tersebut terletak pada pemerintahan Obama yang dikenal mengedepankan reformasi struktural di dalam batas internal negaranya, yang berkonsekuensi berkurangnya animo pemerintahan Amerika Serikat untuk terlibat dengan sejumlah isu-isu dan persoalan internasional. Kondisi dan situasi politik Amerika Serikat yang demikian mengakibatkan munculnya kekhawatiran bahwa suatu saat anggaran militer Amerika Serikat mengalami pemotongan anggaran berkaitan dengan kondisi finansialnya yang masih belum pulih secara optimal dari krisis keuangan pada 2008 lalu. Walaupun demikian, tidak bisa dielakkan bahwa kepentingan Amerika Serikat yang tampak jelas ialah mengedepankan strategi yang bertujuan menjamin perlindungan kepentingan Israel dari isu pembebasan Palestina dan cadangan minyak di Timur Tengah.

KESIMPULAN

Sejak berakhirnya Perang Dingin, proyeksi geogstrategi AS selalu mengalami perubahan sebagai konsekuensi terhadap dinamika politik, ekonomi, dan geografi politik di beberapa kawasan, utamanya di Timur Tengah, Irak, Afganistan dan China sebagai fokus kajian geopolitik dan geostrategi. Perubahan proyeksi geostrategis tersebut tidak melalui proses singkat tanpa kalkulasi teliti terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi seperti tipe rezim, kondisi masyarakatnya, dan kultur politik. Strategi AS di Irak, misalnya, disinyalir untuk menekan sumber inspirasi negara-negara yang menentang dominansi dan hegemoni AS pasca Perang Dingin dan menekan persepsi anti-Amerika dan anti-Barat. Konsekuensi logis dari geostrategi yang demkian ialah adanya proyek rekonstruksi yang dinisiasi oleh AS sehingga membuka peluang investasi asing leluasa masuk di Irak yang bertujuan untuk mencipatakan ketergantungan struktural pada AS. Strategi AS di China selalu terkait dengan isu jangka panjang perseteruan China-daratan dengan China-Taiwan. Perkembagnan geopolitik China dan Taiwan selalu menjadi isu sentral perubahan geopolitik China dan Asia Timur pada umumnya. Menyaksikan usaha China untuk mewujudkan tidak hanya hegemoni ekonomi tetapi sekaligus ambisi imperial di kawasan Asia Timur, AS bersikap persuasif dan terus menerus melancarkan pendekatan hati-hati secara diplomatis dan softpower salah satunya dengan mengajukan proposal keanggotaan China di WTO yang disetujui pada 2001 diterimanya China sebagai anggota WTO sejak 11 Desember 2001. Melalui kekuatan ekonomi dan otoritatif AS dalam tubuh WTO, AS dapat dengan leluasa meletakkan China berada di sudut pengawasannya dan memiliki kendali terhadap aktivitas perekonomian dan kebijakannya. Strategi AS di Afganistan ditentukan oleh kondisi dan situasi geopolitik Afganistan antara lain: (1) mengingat Afganistan berbatasan dengan banyak negara yang sangat efektif untuk mengamankan jalur pasokan dan transportasi minyak Amerika (2) Afganistan secara geografis berpeluang sebagai celah masuk (entry point) AS ke wilayah Asia Tengah. Dalam usaha untuk mengaktualisasikan strateginya, AS melakukan pendekatan diplomasi yang dikenal dengan “diplomasi Opium” yang mana AS menjaga agar penduduk Afganistan tetap diijinkan untuk melakukan penanaman Opium sebagai kekuatan ekonomi

Page 19: Geopol Review Asdos

lokal dan mata pencaharian penduduknya agar mereka tidak beralih mendukung Taliban sebab bergabungnya kekuatan penduduk dengan Taliban akan berkonskuensi untuk memaksa pengaruh AS keluar dari Afganistan. Selain itu, AS selalu mengedepankan manifesto politik untuk menciptakan rezim Afganistan yang selalu kooperatif dengan kepentingan AS di sana. Strategi Amerika Serikat, secara keseluruhan di Timur Tengah, Irak, Iran, Lybia, dan Afganistian dan seluruh Timur tengah lainnya semata-mata untuk menjamin keamanan kepentingan terkait dengan isu Palestina dan Israel. Selain itu, kepentingan utama AS dan  keterkaitannya dengan hubungan dan pengaruh rezim di Timur Tengah terletak pada strategi AS untuk menciptakan ketergantungan rezim-rezim Timur Tengah, yang kaya minyak.  Akan tetapi, pernyataan diplomatis pentingnya pengaruh AS di Timur Tengah selalu ditujukan untuk menegakkan demokrasi dan menjamin pemerintahan yang lebih demokratis sebagai ganti terhadap rezim otoritarianisme demi penegakan hak asasi manusia dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Proyeksi strategi AS di beberapa wilayah  merupakan manifestasi kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat. Ditunjang oleh kapabilitas strategis AS yang unggul sebagai negara maritim power. Penempatan basis-basis angkatan militer dan armada lautnya di beberapa tempat strategis seperti di Arab Saudi dan Kuwait semata-mata untuk mengamankan jalur suplai minyak ke Amerika Serikat, yang selama ini masih dilakukan sebagian besar melalui jalur laut. Tantangan dan resiko strategi AS. Adapun terkait strategi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya di beberapa kawasan tersebut, seperti China, dan Timur Tengah menuai sejumlah kontroversi dari konstituennya. Selain itu, tidak bisa dielakkan bahwa kepentingan Amerika Serikat yang tampak jelas ialah mengedepankan strategi yang bertujuan menjamin perlindungan kepentingan Israel dari isu pembebasan Palestina dan cadangan minyak di Timur Tengah.

Kata Kunci : geostrategi Amerika Serikat, geopolitik Timur Tengah, geopolitik Irak, geopolitik China, Geopolitik Afganistan

 

Guiding Question:

1. Apakah yang menjadi tantangan strategis geopolitik Amerika Serikat di masing-masing wilayah tersebut?

2. Bagian mana yang menjadi resiko dan faktor yang menentukan strategi AS di masing-masing wilayah tersebut?

3. Aspek apakah yang menjadi strategi AS dalam menguasai masing-masing wilayah tersebut?

 

 

 

 

 

Referensi

Page 20: Geopol Review Asdos

Jakub G Grygiel.2006. Lessons for The United States dalam “Great Powers and Geopolitical Change”. Baltimore: The Johns Hopkins University Press., p.164-178.

——————-.2006. The Geostrategy of Ming China (1364-1644)  dalam “Great Powers and Geopolitical Change”. Baltimore: The Johns Hopkins University Press., p.123-163

William H Overholt. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 263-293

——————. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 63-168

——————. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 223-260

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 24, 2011 in Uncategorized

 

Geopolitik dan Geostrategi Abad 21:   Asistensi

18 Apr  Rate This

Pertemuan  keenam, 15 April 2011

Pendahuluan:

Perkembangan geopolitik dan geostrategi di abad ke-21 serta kelangsungan kajian geopolitik dan geostrategi di masa mendatang terletak pada dinamika yang terjadi pada area geopolitik saat itu, tantangannya, resiko dan faktor stabilitas situasi dan kondisi, serta strategi yang diterapkan dalam konteks geopolitik yang demikian. Area geopolitik di abad ke-21 meluas hingga ke perkembangan terbaru perspektif geopolitik yang melibatkan: (1) benturan antarperadaban, (2) green geopolitics terkait dengan besarnya signifikasi lingkungan dalam hubungan antarnegara, dan (3) adanya wacana baru yakni anti-geopolitics.

Tujuan:

Menjelaskan perkembangan geopolitik dan geostrategi di abad ke-21 serta kelangsungan kajian geopolitik dan geostrategi ke depan

 

Pembahasan Materi

Page 21: Geopol Review Asdos

Awal abad 21 ditandai dengan berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang mana perang dingin diakhiri dengan runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Keadaan setelah perang dingin pun bervariasi pada negara-negara besar seperti Uni Soviet yang saat itu kemudian menjadi Rusia, Jerman..

Rusia. Situasi pasca runtuhnya empire Uni Soviet ditandai dengan berakhirnya pengaruh kerjaan Soviet di Eropa Timur dan Eropa tengah. Empire  Uni Soviet secara internal kemudian bertransformasi sebagai akibat dari kekacauan politik, konflik etnis dan bangsa, serta depresi ekonomi. Negara-negara Balkan adalah yang pertama kali mendekralasikan kemerdekaannya dan memperoleh pengakuan diplomatis dari banyak negara barat. Sedangkan beberapa negara pecahan Soviet kemudian membentuk CIS (Commonwealth of Independent States).

Jerman, bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur, di lain pihak tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru di semenanjung Eropa Utara. Jepang berada dalam fase pertumbuhan ekonomi yang pesat dan mencari celah untuk lebih perperan dalam persaingan global. China berusaha untuk menggunakan strategi mencampurkan tekanan politis dengan desentralisasi ekonomi, sedangkan negara-negara Dunia Ketiga berusaha melengkapi diri dengan persenjataan yang diperoleh dari negara-negara Dunia Pertama (Sempa, 2002).

China. Runtuhnya Soviet mengakibatkan meningkatnya tuntutan akan peran China di wilayah. Pasca 1970, China berperan sebagai sekutu strategis Amerika Serikat dalam menjadi daerah penyangga (buffer zone) berhadapan dengan Rusia di Asia. Runtuhnya Rusia dan meningkatnya antogonisme (terhadap) Barat, menghasilkan tragedi di Tiananmen square.

Jepang, meskipun memiliki arti strategis untuk tumbuh sebagai kekuatan maritim di ASIA (dengan kapabilitas gegografi yang cukup strategis, yakni rantai kepulauan yang terpisah terisolasi dari daratan besar Asia). Akan tetapi Jepang memilih untuk memfokuskan perannya di perekonomian saja. Dengan runtuhnya Rusia, Amerika Serikat bersedia untuk terus menjamin keamanan di Jepang (Sempa, 2002).

Sebelum abad ke-21, runtuhnya kerajaan romawi belum memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan dinasti-dinasti di Timur Jauh, yakni China. Saat ini, runtuhnya pemerintahan suatu negara berdampak signifikan hampir di seluruh bagian dunia, dicontohkan dengan baik dengan runtuhnya Soviet di tahun 1991, menandai akhirnya perang dingin dan berdampak terhadap negara-negara lain di Eropa hingga Asia dan benua Amerika. Hal ini mengindikasikan bahwa dunia tidak lagi berada dalam suatu sistem tertutup seperti yang diungkapkan oleh Mackinder, sebaliknya tatanan dunia menjadi suatu sistem yang terbuka, dimana suatu peristiwa juga berdampak terhadap wilayah lain di sekitarnya.

Sistem yang terbuka tersebut selalu berkonflik, dan konflik tersebut salalu berkutat antara persaiangan dan perseteruan antara kekuatan daratan dengan kekuatan maritim. Rusia dan Jerman, muncul sebagai kekuatan daratan. Sedankan Perancis, India, dan China meskipun sebagain besar wilayahnya ialah daratan, tetapi negara-negara tersebut dilengkapi oleh akses terhadap laut (Sempa, 2002).

Berakhirnya Perang Dingin mengakibatkan negara-negara di Eropa secara ekonomi dan militer kolaps sehingga muncul kekhawatiran bahwa seluruh Eropa akan jatuh ke Soviet. Amerika Serikat melihat kondisi tersebut sangat berbahaya sehingga muncul strategi “Containment Policy” sebagai strategi ofensif menghadapi meluasnya komunisme di

Page 22: Geopol Review Asdos

beberapa daerah di sekitarnya. Strategi tersebut diimplementasikan dalam instrumen-instrumen baru Amerika Serikat yakni pakta pertahanan seperti NATO dan SEATO yang berhadapan dengan pakta Warsawa milik Soviet.

Dengan adanya “Containment Policy” yang efektif mengkonter Komunisme Soviet, menegaskan bahwa pemikiran Mackinder, tidak sepenuhnya terbukti karena akan sealalu ada yang mengimbangi. Konsekuensi logis terhadap strategi tersebut yakni peningkatanan anggaran pertahanan dua blok yang semakin meningkat; tidak hany itu, persaingan dan kompetisi pun merambah pada aspek luar angkasa yang mana Soviet meluncurkan program Sputnik, sementara Amerika Serikat mengimbangi dengan proyeknya Apollo.

Geostrategi di masa mendatang. Persaingan Amerika Serikat dan Soviet merupakan perpanjangan Balance of Power (BoP) di Eropa dan Balance of Terror (BoT) sekaligus. Pertama, Instrumen Nuklir diyakini sebagai bentuk teror di seluruh dunia. BoT berkonsekuensi terhadap keamanan dan kestabilan dunia sekaligus yang mana dua blok berusaha maksimal menga agar Nuklir tersebut tidak diluncurkan mengingat kedua negara meyakini dampak destruktifnya. Upaya tersebut diimplementasikan dalam periode Detente. Kedua, perdagangan sebagai instrumen kedua stabilitas keamanan, (4) proxy wars di beberapa tempat yang diinisiasi oleh Soviet dan Amerika Serikat seperti Perang Afganistan dan Perang Viet Nam. Ketiga, melalui Strategic Arms Amerika Serikat lantas memodernisasi seluruh persenjataannya dengan teknologi paling maju. Keempat, Amerika Serikat dan Soviet menjalin persetujuan untuk sepakat mengurangi angkatan perangnya dalam Strategic Arms Reduction. Kelima, menempuh strategi Star Wars, yakni menginisiasi teknologi luar angkasa seperti satelit untuk melumpuhkan lawan di daratan.

Runtuhnya BoP di Eropa Timur menyebabkan: (1) Pecahnya Uni Soviet menjadi Rusia, negara-negara Balkan dan CIS, (2) Bubarnya Pakta Warsawa, (3) adanya Vacuum of Power di Eropa, (4) Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu muncul sebagai kekuatan ekonomi baru di Eropa begitupula Jepang sebagai motor ekonomi di Asia, dan (5) BoP seluruh dunia, tidak hanya di Eropa saja, terancam.

Asumsi mendatang terkait hal tersebut ialah runtuhnya Soviet menyebabkan tatanan dunia menjadi Uniopolar dengan Amerika Serikat sebagai aktor tunggal. Strategi Amerika Serikat dalam menghadapi konsekuensi runtuhnya Soviet ialah meminimalisasi atau mengatasi ancaman rusaknya BoP. Salah satu strategi yang ditempuh Amerika Serikat ialah menawarkan bantuan ekonomi kepada negara-negara bekas pecahan Soviet, sekaligus menawarkan bantuan serupa kepada Rusia.

Konteks Geopolitik di masa mendatang pasca runtuhnya Soviet ialah (1) berakhirnya Perang Dingin, (2), munculnya persaiangan dan perebutan sumber daya minyak dan gas di negara-negara Balkan, (3) wilayah strategis bergesar dari Rusia ke daerah-daerah pinggirannya yang kaya akan minyak dan gas seperti Asia tengah, Negara-negara di Balkan, Georgia, dan Ukraina), hal ini menegaskan bahwa teori Heartland Mackinder tidak lagi konsisten dengan perkembangan konteks geopolitik abada 21, sehingga dapat dikatakan (4) percaturan politik Eurasi (Mackinder-Heartland) belum berubah secara total tetapi hanya parsial.

Strategi Amerika Serikat dalam menghadapi kondisi diatas ialah menjalin hubungan baik dengan negara-negara di eropa Timur, Asia Tengah, dan Balkan supaya pasokan komoditas strategis tersebut (minyak dan gas, utamanya) tetap lancar. Implementasi strategisnya terletak pada penyerangan Rusia terhadap Georgia yang mana Amerika Serikat mengungkapkan sikap

Page 23: Geopol Review Asdos

tegasnya, sedangkan Uni Eropa bertindak hati-hati. Hal ini dikarenakan Uni Eropa memiliki ketergantungan akan distribusi minyak dan gas yang dikontrol Rusia sebagai distributor utama minyak, gas, dan listrik Eropa. Oleh karena itu, strategi Uni Eropa menghadapi hubungan struktural yang demikian ailaah mengupayakan agar Georgia tidak jatuh dalam rezim Rusia sekaligus menempatkan hubungan diplomatis Rusia dan Eropa tetap terjaga sebagai prioritas utama.

Hal yang perlu dipelajari dari penjelasan di atas ialah Komoditas ekonomi seringkali menjadi isu utama hubungan negara-negara seperti Eropa, Rusia, Amerika Serikat dan lainnya. Arena geopolitik baru melibatkan benturan peradaban clash of civilization terkait keberadaan komoditas minyak yang sebagian besar dimiliki oleh negara-negara Islam sehingga menmbulkan antagonisme Barat dan Amerika (Huntington dalam Fransis Sempa, 2002).

Yang menjadi Resiko dan tantangan ialah (1) Clash of Civilization menghasilkan ancaman dari terorisme dan gerakan-gerakan radikal, batas-batas keagaamaan seperti United Kingdom: Catholic Christianity, North Europeans (Protestant Christianity), Eastern Europeans (Catholic Orthodox), dan Timur Tengah (Islam and radical movement). Hal ini menimbulkan perspektif geopolitik baru yakni: (1) anti-geopolitics dalam aspek tananan dunia baru, (2) dekolonisasi, (3) gerakan non blok. Contoh manifestasi antigeopolitik ialah Gerakan Non Blok (GNB). GNB masuk menjadi forum PBB dan menghasilkan forum G-77 yang bergerak di aspek ekonomi, meskipun ideologinya ialah menyikapi arogansi negara-negara maju dan Superpower. GNB sebagai manifestasi pergerakan antigeopolitik menegaskan ide “The Power of Powerless” vis a vis superpower dan major powers. Kedua, contoh gerakan antigeopolitik ialah pengakuan terhadap munculnya aktor-aktor baru dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, geopolitik setelah Perang Dingin menunjukkan berkurangnya keseimbangan kekuatan di daratan Eurasia yang berpengaruh terhadap wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Jerman di Eropa dengan peranan ekonomi dan teknologinya mendominasi Eropa, China dan Jepang sebagai dua negara yang berperan menentukan di Asia. China tidak hanya memiliki kapbilitas ekonomi untuk memaksakan pengaruhnya di negara-negara asia, juga memiliki ambisi imperial yang tidak dimiliki Jepang. Runtuhnya Soviet di Eropa Timur mengakibatkan kekosongan kekuatan (power vacuum) di Eropa. Sedangkan di China, efek berakhirnya perang dingin terhadap perubahan perimbangan kekuatan meliputi negara-negara yang terpecah dengan haluan politik yang berbeda2 dan saling bertentangan satu sama lain, misalnya India dan China, China dan Vietnam, Pakistan dan India). Di wilayah dunia yang lain, berakhirnya Perang Dingin mewariskan pakta-pakta pertahanan seperti SEATO, NATO, dan aliansi non movement lainnya yang masih esensial hingga sekarang(Sempa, 2002).

Yang menjadi area geopolitik saat itu ialah konflik yang tercipta karena adanya benturan antara kekuatan daratan dengan kekuatan maritim. Strategi kekuatan-kekuatan tersebut terletak, pertama, pada koalisi antara sesama kekuatan maritim, dan antar sesama kekuatan daratan. Kedua¸terletak pada usaha masing-masing untuk menyebarkan pengaruhnya dengan mengkolonisasi, menduduki, banyak daerah (ekspansi). Ketiga, melalui persaingan dan perebutan sumber daya penting dunia seperti minyak sebagai komoditas strategis. Misalnya China berhadapan dengan Amerika Serikat di wilayah Asia. AS dan China memiliki hubgungan rival antara superpower maritim dan kepengitnan global dengan kepentingan dominan China sebagai kekuatan daratan dan ambisi untuk memperoleh akses laut sebesar-

Page 24: Geopol Review Asdos

besarnya. Dalam aspek geopolitik mendatang, China akan menempuh strategi untuk memaksa pengaruh AS keluar dari semenanjung Korea dan Jepang serta Taiwan. (Sempa, 2002: 116).

 

Kata Kunci : arti strategis minyak, minyak penyebab perang, geoekonomi minyak

 

Guiding Question:

1. Apa yang menjadi area geopolitik baru saat itu?2. Apakah yang menjadi tantangan Geopolitiknya?3. Bagian mana yang menjadi resiko atau faktor terhadap stabilitas situasi dan kondisi

saat itu?4. Apa yang menjadi strategi dalam arena geopolitik yang demikian?

 

Referensi

Francis Sempa. 2002.. The Geopolitics of the Post-Cold War World dalam “Geopolitics, from Cold War to the 21st Century”., p. 87-102

———.2002. Geopolitics in the Twenty-First Century dalam “Geopolitics, from Cold War to the 21st Century”., p. 109-119

EDWARD N.LUTTWAK . 1990. “From Geopolitics to Geo-Economics: Logic 125 of Conflict, Grammar of Commerce” from The National Interest., p. 125 dalam Geopolitics Reader.

SAMUEL P.HUNTINGTON 1993 “The Clash of Civilizations?” from Foreign Affairs., p. 159

 Leave a comment

Posted by Renny Candradewi on April 18, 2011 in Uncategorized