gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel …
TRANSCRIPT
i
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN
PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA:
PERSPEKTIF STILISTIKA PRAGMATIK
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh
Meylina Br Barus
151224088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai
sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan
kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur.”
(Filipi 4:6-7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Segala ucapan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati
dan memberi restu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini hingga selesai, karya
ini saya persembahankan bagi:
Secara khusus kedua orang tua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting
yang selalu ada memberi motivasi dan dukungan baik berupa moril maupun
materi selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.
Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br Bangun.
Terima kasih karena selalu meyakinkan saya untuk mampu menjadi kakak yang
baik dan jadi panutan untuk kalian serta memberi semangat dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
Bagi teman-teman saya Emiya Hartantan Simarmata, Lusiana Meliani H.,
Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia Pratiwi. Terima
kasih karena selalu memberi semangat dan selalu ada saat saya membutuhkan
sesuatu.
Bagi teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari
kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Barus, Meylina Br. 2019. Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika
Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua masalah utama, yakni (1)
Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Dan (2) Apa saja makna pragmatik gaya
bahasa dalam majas perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata dalam presfektif stilistika pragmatik?. Data dalam penelitian ini berupa
kutipan yang mengandung gaya bahasa dan makna gaya bahasa berdasarkan
konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata. Peneliti mencoba untuk mengkaji novel tersebut dengan kajian baru yaitu
Stilistika Pragmatik dan terfokus pada narasi-narasi yang digunakan penulis
novel untuk menceritakan isi novelnya tersebut.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan dipadukan dengan
teknik catat. Langkah awal penelitian ini adalah mengumpulkan percakapan
antartokoh yang ada dalam novel dan mengklasifikasikan setiap penggunaan gaya
bahasa yang ditemukan. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, peneliti
menganalisis percakapan yang mengandung gaya bahasa dan menganalisis makna
pragmatik gaya bahasa.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya
bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa
hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa
simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian
ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan
menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa
berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna
pragmatik ‘menjelaskan kepribadian seseorang’, (2) makna pragmatik
‘menggambarkan karakter seseorang’, (3) makna pragmatik ‘membandingkan’,
(4) makna pragmatik ‘menegaskan sauatu kejadian’, (5) makna pragmatik
‘menunjukkan keadaan para pekerja’.
Kata kunci: tuturan, gaya bahasa, konteks situasi, dan makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Barus, Meylina Br. 2019. The Language Styles in the Comparison Figure of
Speech in Laskar Pelangi Novel by Andrea Hirata: the Pragmatic
Stylistic Perspective. Thesis.Yogyakarta: Indonesian Literature Language
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University
This study aims to delve into two main problems, namely (1) What kinds of
language style can be found in the similes contained in Laskar Pelangi by Andrea
Hirata? And (2) What are the pragmatic meanings of the language styles in the
similes of Laskar Pelangi by Andrea Hirata when examined from the perspective
of pragmatic stylistics? The data in this study are presented in the form of quotes
containing the relevant language styles and their meanings based on the
pragmatic contexts contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The
author of this study will attempt to examine the novel from a new approach,
namely Pragmatic Stylistics and subsequently will focus on the narrations utilized
by the novel's author to recite the story within the novel.
This research is qualitative in nature. The data collection method used in
this study is the listening method and will be combined with the note-taking
method. The initial step of this research is to gather conversations between
characters in the novel and classify each of the uses of language style found
among them. Based on the results of these classifications, the author will attempt
to analyze conversations containing the language styles and analyze their
pragmatic meanings.
There are several sentences that contain language styles based on a
pragmatic context in this study. The types of said language styles are as follows:
(1) allegory, (2) hyperbole, (3) metaphor, (4) metonym, (5) simile, (6)
personification, and (7) imagery. This study also examines the meanings that
emerge from the uses of the aforementioned language styles and consequently
discovered some of the meanings that emerge from their uses, contextually based
on quotations contained in the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata. The
meanings found are as follows. (1) pragmatic meaning that 'describes someone's
personality', (2) pragmatic meaning that 'describes a person's character', (3)
pragmatic meaning that 'creates a comparison', (4) pragmatic meaning that
'confirms an event', and (5) pragmatic meaning that 'indicates the state of the
doer'.
Keywords: speech, language style, situational context, and meaning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan penyertaanNya dalam proses penyelesaian skripsi yang berjudul
Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik. Peneliti juga berterima kasih atas
kesempatan yang diberikan oleh Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tak lepas dari
bantuan banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan lancar. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi,
dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Kaprodi PBSI yang telah
memberi motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran dan motivasi selama
membimbing penulis.
4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan
wawasan kepada penulis selama belajar di prodi PBSI, sehingga penulis
memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis dan profesional.
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.
6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat PBSI yang telah
membantu penulis dalam hal menyelesaikan skripsi.
7. Kedua orangtua, Bapak Bentol Barus dan Ibu Esmiati Br Ginting yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan baik moril maupun materi
selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir ini.
8. Adik-adik saya Belki Surmana Barus, Clara Br Bangun dan Eka Br
Bangun. Terima kasih karena selalu memberikan semangat dan motivasi
dalam menyelesaikan tugas akhir ini, saya mengasihi kalian.
9. Kakak saya Junita Br Ginting, S.Pd. dan Helena Tombeg, Amd.. Terima
kasih karena sudah mendukung dan memberi saya semangat dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
10. Teman-teman PBSI angkatan 2015 kelas B terima kasih sudah menemani
proses belajar saya selama 4 tahun di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
11. Sahabat dan teman seperjuangan saya Emiya Hartanta Simarmata, Lusiana
Meliani H., Nawang Bening Kusworo, Theresia Alvincia E., dan Theresia
M. Pratiwi. Terima kasih karena selalu memberi semangat dan motivasi
selama proses belajar dan penyelesaian tugas akhir.
12. Sahabat saya Evi Valona Br Sembiring, Nasaretta Br Tarigan, dan Ore
Windi Kibana Br Tarigan. Terima kasih karena selalu memberi saya
semangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan saya mengasihi kalian.
13. Ade Sinurat, Dwi Jawak, Dedo Barus, Friska Br Tarigan , Indah Br
Ginting, Jolly Tarigan, Olin, Silvi Br Sembiring, Nana Br Ginting, Nani Br
Ginting, Rosella Br Barus, Febri Br Sitepu dan Agresia Br Tarigan.
Keluarga baru saya di Yogyakarta.
14. Carlos De Mello Perangin-angin. Terima kasih karena sudah menjadi
saudara yang baik dan bersedia saya repotkan setiap saat.
15. Teman-teman UKPM natas. Terima kasih karena sudah menjadi bagian
dari kisah saya selama di Universitas Sanata Dharma dan memberikan
banyak pembelajaran kepada saya.
16. Kuta Kemulihen Kubucolia. Agape, Markus, Bang Nugrah, Bang Alan,
Nantri, Risa, Putri, Dora, Harla dan Alan TSN. Terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan selama saya berada di Yogyakarta.
17. GSM The Grace Kids Hartono Mall. Terima kasih sudah menjadi bagian
dan tempat berbagi dari kisah saya di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................... 4
BAB 11 LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 6
2.2 Kajian Teori ........................................................................................... 8
2.2.1 Pragmatik ................................................................................................ 8
2.2.2 Konteks dalam Pragmatik ....................................................................... 10
2.2.3 Stilistika Pragmatik ................................................................................. 15
2.2.4 Majas dan Gaya Bahasa .......................................................................... 18
2.2.4.1 Gaya Bahasa Hiperbola ........................................................................ 19
2.2.4.2 Gaya Bahasa Metonimia ...................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2.2.4.3 Gaya Bahasa Personifikasi .................................................................. 21
2.2.4.4. Gaya Bahasa Pleonasme ..................................................................... 22
2.2.4.5 Gaya Bahasa Metafora ......................................................................... 23
2.2.4.6 Gaya Bahasa Simile/Perumpamaan ..................................................... 24
2.2.4.7 Gaya Bahasa Asosiasi .......................................................................... 25
2.2.4.8 Gaya Bahasa Eufemisme...................................................................... 25
2.2.4.9 Gaya Bahasa Epitet .............................................................................. 26
2.2.4.10 Gaya Bahasa Alegori.......................................................................... 26
2.2.4.11 Gaya Bahasa Hipalase ........................................................................ 27
2.2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 31
3.2 Sumber Data dan Data .............................................................................. 31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 31
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 32
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 33
3.6 Trianggulasi data ....................................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 35
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 35
4.2 Analisis ....................................................................................................... 37
4.2.1 Wujud Gaya Bahasa ................................................................................ 37
4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola ........................................................................ 38
4.2.1.2 Gaya Bahasa Metonimia ...................................................................... 43
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................... 45
4.2.1.4 Gaya Bahasa Metafora ......................................................................... 50
4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile Perumpamaan ..................................................... 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori............................................................................ 60
4.2.2 Makna Pragmatik/Maksud Gaya Bahasa ................................................ 65
4.2.2.1 Makna Pragmatik Menjelaskan Kepribadian Seseorang...................... 66
4.2.2.2 Makna Pragmatik Menggambarkan Karakter Seseorang ..................... 69
4.2.2.3 Makna Pragmatik Membandingkan ..................................................... 70
4.2.2.4 Makna Pragmatik Menegaskan Suatu Kejadian .................................. 71
4.2.2.5 Makna Pragmatik Menunjukkan Keadaan Para Pekerja ...................... 73
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 76
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 76
5.2 Saran ........................................................................................................... 77
KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 78
LAMPIRAN .................................................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi dengan tujuan untuk menyampaikan pesan
atau informasi dari satu orang kepada yang lain. Bahasa menurut kamus besar
bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi arbiter, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berintraksi, dan
mengidentifikasikan diri, jadi bahasa merupakan suatu yang penting bagi
manusia. Manusia mengenal bahasa dan menggunakan bahasa setiap hari. Melalui
bahasa, seseorang bisa berkomunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan dengan baik. Dalam hal ini, sejalan dengan pendapat Chaer (2004:12)
yang menyebutkan bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau untuk
berkomunikasi dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan.
Dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdapat banyak
perbedaan dengan novel lainnya karena settingan di pulau Belitung Kepulauan
Bangka Belitung. Novel Laskar Pelangi merupakan novel yang inspiratif, selain
telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa novel ini juga sudah difilmkan.
Laskar Pelangi diperankan oleh sepuluh orang anak. Peran Ikal diperankan oleh
Zulfanny, peran Lintang diperankan oleh Ferdian, peran Mahar diperankan oleh
diperankan oleh Veris Yamarno, peran A Kiong diperankan oleh Suhendri, peran
Kucai diperankan oleh Yogi Nugroho, peran Sahara diperankan oleh Dewi Ratih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Ayu Safitri, peran Harus diperankan oleh Jefffry Yanuar, peran Syahdan
diperankan oleh M. Syukur Ramadan, peran Borek diperankan oleh Febriansyah,
dan peran Trapani diperankan oleh Suharyadi.
Setiap individu memiliki karakter berbahasa tersendiri dalam
menyampaikan ide, gagasan, konsep atau perasaan. Gaya bahasa yaitu
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri
bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Gaya bahasa tidak hanya terdapat
dalam sebuah karya sastra tetapi seringkali kita gunakan dalam berkomunikasi di
kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaan gaya bahasa seorang penutur juga
harus terlebih dahulu memperhatikan tindak tutur dalam menyampaikan maksud
yang hendak disampaikan.
Tindak tutur dan gaya bahasa erat kaitannya dalam stilistika pragmatik.
Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum
sebagaimana akan dibicarakan secara lebih luas pada bagian berikut adalah cara-
cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu,
sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal (Ratna, 2009:
3). Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi (Wijana, 1996:1). Jadi, stilistika pragmatik dapat diartikan kajian
terhadap bahasa dalam penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
unsur dasar yang penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya
wacana sastra (Black, 2011:1-2)
Gaya bahasa dalam suatu penuturan di sebuah karya sastra ataupun di
kehidupan sehari-hari seringkali salah diartikan oleh orang lain. Maka dengan
adanya penelitian ini peneliti berharap untuk pembaca dapat mengetahui secara
rinci dan teliti bagaimana tata cara atau struktur yang benar dalam berkomunikasi
dengan mitra tutur agar tidak terjadi kesenjangan antara penutur dan mitra tutur.
Selain itu, dapat juga mengetahui fungsi dari gaya bahasa yang kita gunakan
dalam berkomunikasi secara tepat dan benar sehingga dapat diterima dan
dipahami oleh mitra tutur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa hal yang sudah diuraikan di latar belakang, rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Apa saja wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang terdapat di
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
b. Apa saja makna pragmatik gaya bahasa dalam majas perbandingan dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam perspektif stilistika
pragmatik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa dalam majas perbandingan yang
terdapat di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b. Mendeskripsikan makna pragmatik gaya bahasa dalam majas
perbandingan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dalam
perspektif stilistika pragmatik.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara
teoritis.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk lebih
memahami stilistika dan gaya bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari.
Selain itu, menjadi sumber acuan dalam penelitian sejenis dan dapat
memberikan kontribusi dalam mengembangkan teori ilmu pragmatik
stilistika.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat dari penelitian ini untuk memberikan wawasan kepada
para pembaca untuk dapat lebih memahami penggunaan gaya bahasa yang
diungkapkan dalam berkomunikasi. Selain itu, bagi guru bahasa Indonesia
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penunjang
dalam pembelajaran khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia tentang
gaya bahasa.
1.5 Batasan istilah
a. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Stilistika Pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan
wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya
adalah wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan
linguistik umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi,
orientasi teorinya adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian
stilistika memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan
dunia tekstual secara sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).
c. Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest
sense, that enable the participans in the communication process to
interact, and that make lingusitic expression of their interaction
intelliegible (lingkungan sekitar dalam arti luas sesuatu yang
memungkinkan peserta tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat
membuat tuturan mereka dapat dipahami).
d. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
jalan memperkenalkan serta memperbandingkan sesuatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata
penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1985:5).
e. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya
dalam bentuk cerita (Mihardja, Ratih:39).
f. Majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau
pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna,2009:164).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah
Ade Henta Hermawan (2014) yang berjudul “Kajian Parodi Dalam Novel
Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini Hari )
karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika Pragmatik)”. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah berdasarkan analisis data, peneliti mendapatkan dua
puluh lima percakapan antartokoh yang mengandung parodi, peneliti
mengklasifikasikan melalui lima bentuk klasifikasi. Lima bentuk klasifikasi
tersebut adalah parodi yang mengungkapkan sindiran, parodi yang berupa
kritik, parodi yang mengungkapkan perasaan tidak puas, parodi yang
mengungkapkan lelucon, dan parodi yang mengungkapkan perasaan tidak
nyaman.
Parodi yang terkandung pada percakapan antartokoh dalam novel Lintang
Kemukus Dini Hari ini merupakan salah satu bentuk ciri khas kebahasaan
untuk menyamarkan maksud, gagasan, kritik, kecaman yang ingin
disampaikan oleh Ahmad Tohari. Hal ini dilakukan oleh Ahmad Tohari
karena ia merasa bahwa inspirasinya bila diungkapkan secara langsung maka
tidak akan pernah didengarkan. Oleh karena itu Ahmad Tohari
mengungkapkan gagasan dan inspirasinya menggunakan novel dengan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bahasa yang bermacam-macam dalam percakapan antartokohnya, salah
satunya ditemukan gaya parodi dalam percakapan antartokoh.
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian Martha Ria Hanesti
(2014) yang berjudul “Analisis Kesopanan Dan Ketidaksopanan Level
Narator Dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) Karya
Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika Pragmatik). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh
peneliti didapat enam bentuk kesopanan dalam narasi-narasi Ahmad Tohari
yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak),
yaitu. (1) kesopanan yang sesuai dengan maksim kearifan, (2) kesopanan yang
sesuai dengan maksim kedermawanan, (3) kesopanan yang sesuai dengan
maksim pujian, (4) kesopanan yang sesuai dengan maksim kerendahan hati,
(5) kesopanan yang sesuai dengan maksim kesepakatan, (6) kesopanan yang
sesuai dengan maksim simpati. Bentuk-bentuk kesopanan tersebut digunakan
peneliti untuk menunjukkan bagaimana cara menyampaikan narasi oleh
narator novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) yaitu Ahmad
Tohari.
Peneliti juga akan meneliti penggunaan gaya bahasa yang digunakan oleh
pengarang dalam percakapan antartokoh. Relevansi terletak pada objeknya
yaitu novel dan kajian ilmu yang digunakan adalah cabang ilmu bahasa
pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2.2 Kajian Teori
Sebuah penelitian sangat erat kaitannya dengan teori, penelitian tersebut
harus didukung dengan teori yang ada. Dalam kajian teori ini peneliti akan
membahas tentang pragmatik, stilistika pragmatik, konteks dalam pragmatik,
majas dan gaya bahasa, dan kerangka berpikir.
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu kebahasaan yang berkaitan
dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Wijana (1996:1)
mengungkapkan perbedaan pragmatik dengan cabang ilmu bahasa yang
lainnya. Berbeda dengan fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis yang
mempelajari struktur bahasa internal, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa
yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu
kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).
Pragmatik adalah studi tentang hubungan anatara bentuk-bentuk
linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Sebagai topik yang melingkupi
deiksis, presuposisi dan implikatur percakapan, pragmatik lazim diberikan
definisi sebagai „ telaah mengenai hubungan di anatar lambang dengan
penafsiran” (Purwo 1990 :15). Heatherington (dalam Rahardi, 2016 : 17)
menyebutkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi
khusus, terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang
merupakan wadah aneka konteks sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pragmatik adalah studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan
konteksnya. Konteks yang dimaksud telah tergramatisasi dan terkodefikasi
sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari struktur bahasanya (Levinson
dalam Rahardi, 2009 :20).
(Tarigan dalam Rahardi, 2016 : 18) mengatakan bahwa telah umum
mengenai bagaimana konteks memengaruhi cara kita menafsirkan kalimat yang
disebut pragmatik. Teori tindak ujar adalah bagain dari pragmatik, dan
pragmatik sendiri merupakan bagian dari perfomansi linguistik. Pengetahuan
mengenai dunia adalah bagain dari konteks, dan dengan demikian pragnatik
mencakupi bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetauan dunia
untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan.
Pragmatik mengkaji kemampuan pemakai bahasa dalam mengaitkan
kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu
(Nababan, 1987 : 2). Dari berbagai pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa prgamtik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa atau
bukan hanya bagian dari linguistik saja, tetapi prgamtik juga ilmu
menggunakan tuturan pada saat berkomunikasi yang sesuai dengan konteks
dan situasi dengan tujuan agar dapat menggunakan ujran atau tuturan dalam
berkomunikasi yang baik dengan lawan biacara.
Ruang lingkup pragmatik, yaitu Dieksis, praanggapan, tindak tutur
dan impilkatur. Dieksis adalah gelaja semantik yang terdapat pada kata atau
konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan mempertimbangkan
konteks pembicaraan. Dieksis dapat di bagi menjadi lima kategori, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dieksis orang, dieksis wakru, dieksis tempat, dieksis wacana dan dieksis sosial
(Levinson dalam Nadar 2009:53). Praanggapan adalah apa yang digunakan
penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan (Brown dan Yule,
1996). Tindak tutur merupakan bagian dari kajian pragmtik. Leech (1993)
menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran, menanyakan apa
yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur dan mengaitkan makna
dengan siapa berbicara, kepada siapa, dimana dan bagaimana. Implikatur
percakapan menurut Levinson (dalam Nadar, 2009:61) menyebutkan
implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam
pragmatik. Salah satu alasan pentingnya adalah bahwa implikatur memberikan
penjelasan eksplisit mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan.
2.2.2 Konteks dalam Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca) (Yule, 2016:3).
Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana
dan situasi dari para partisipan (Brown dan Yule, 1983:35-67). Werth (1999)
telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang
konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah
dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang
dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan,
yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang
berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku
baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)
Sperber dan Wilson (1986/1995), mereka menyatakan bahwa konteks
adalah tanggung jawab dari pendengar, yang akan mengakses informasi apa
pun yang akan diperlukan agar bisa mengolah sebuah ucapan, dengan
didasarkan pada asumsi bahwa penutur dari ucapan itu telah berusaha sedapat
mungkin untuk membuat ucapannya itu menjadi relevan. Mereka tetap
memahami pentingnya hal-hal yang sudah disampaikan di atas, namun mereka
menekankan bahwa pengetahuan ensiklopedik (pengetahuan umum-pent) juga
memegang peran penting. Maka orang yang satu bisa jadi akan menafsirkan
sebuah ucapan secara berbeda dari orang lain tergantung pada informasi apa
yang mereka milik, apa yang mereka anggap relevan dan sejauh mana
pengetahuan mereka tentang konvensi sosial.
Menurut Mey (1993:38) konteks sebagai the surrounding, in the widest
sense, that enable the participans in the communication process to interact,
and that make lingusitic expression of their interaction intelliegible
(lingkungan sekitar dalam arti luas sesuatu yang memungkinkan peserta
tuturan dapat berinteraksi, dan yang dapat membuat tuturan mereka dapat
dipahami). Pragmatik adalah studi bahasa yang berkaitan dengan konteks.
Artinya, konteks tidak bisa tidak harus dilibatkan dan diperhitungkan dalam
memaknai bahasa, baik bahasa dalam pengertian antitas kebahasaan sebagai
elemen, maupun bahasa dalam pengertian umum yang jauh lebih holistik dan
lebih luas. Malinowsky (dalam Verschueren, 1998: 75) telah mencatat tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perlunya konteks situasi atau „context of situation‟, yang selengkapnya
berbunyi, “... in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no
meaning except in the context of situation.” Jadi jelas sekali bahwa kehadiran
konteks situasi adalah sebuah keharusan, terutama sekali di dalam penuturan
lisan.
Aspek-aspek konteks situasi tutur yang membentuk konteks pragmatik,
yaitu penyapa dan pesapa, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai
bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penyapa dan pesapa
yang disebut juga „penutur‟ dan „mitra tutur‟. Terdapat beberapa dimensi yang
harus diperhatikan oleh penyapa atau pesapa, misalnya: umurnya, jenis
kelaminnya, latar belakang pendidikannya, latar belakang ekonominya, latar
belakang sosial dan budayanya, latar belakang etnisnya dan masih banyak lagi
latar bekalang lainnya (Rahardi, dkk, 2018:38). Dimensi lain yang sangat
menentukan bentuk kebahasaan adalah ihwal status sosial dan tingkat sosial.
Orang yang berstatus rendah dalam masyarakat, atau orang yang berperingkat
sosial rendah (low level society), lazimnya menggunakan bentuk-bentuk
hormat kepada mereka yang berstatus sosial menengah (medial level society),
apalagi dengan mereka yang berstatus sosial tinggi (high level society).
Tujuan tuturan adalah salah satu penentu utama dari makna pragmatik.
Tanpa tindakan-tindakan verbal yang berorientasi pada tujuan itu, interpretasi
pragmatik mustahil dapat dilakukan (Rahardi, dkk, 2018:44). Tuturan sebagai
bentuk tindakan, dengan memperhatikan secara cermat kejatian konteks yang
mewadahi bentuk tuturan itu akan dapat ditentukan apakah tuturan itu hadir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalam situasi nomal-normal saja, situasi yang menekan atau memaksa, atau
mungkin pula yang lainnya. Jadi, memaknai sebuah bentuk tuturan tidak dapat
serta merta dipisahkan dari konteks yang melingkungi dan mewadahinya.
Peniadaan atau penelanjangan konteks di dalam menginterpretasi sebuah
tuturan, justru dapat menyesatkan pemaknaan dari entitas kebahasaan itu
sendiri (Rahardi, dkk, 2018:45)
Tuturan sebagai produk tindak verbal, bahwa tuturan yang dikaji di
dalam studi pragmatik merupakan entitas-entitas yang benar-benar ada dalam
masyarakat. Tuturan itu merupakan tindak-tindak verbal, ternyata dalam
tataran yang lain juga harus dikatakan bahwa tuturan itu merupakan produk
dari tindak verbal itu sendiri. Tuturan sebagai tindak verbal dapat dilihat secara
jelas pada bentuk seperti , “tanganku gatal” sebagai kalimat, dengan melihat
konstruksinya saja, bentuk kebahasaan yang demikian itu dapat dikatakan
sebagai sebuah deklarasi atau tuturan bermodus deklaratif (Rahardi, dkk,
2018:45).
Setiap tuturan yang diutarakan oleh penutur pasti mengandung makna
dan maksud. Makna dan maksud dalam tiap-tiap tuturan itu berbeda, untuk
emahami makna dan maksud disetiap tuturan ada baiknya jika memahami
definisi dari makna dan maksud. Makna adalah bagian yang tak terpisahkan
dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian
dari makna sendiri sangat beragam. Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa
istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna
tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus
dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Leech
(2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang dimaksudkan
pesannya. Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009:215)
menjelaskan bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur
kepada mitra tutur mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Pragmatik pada
hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson
dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks
yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Putrayasa (2014:24) menjelaskan bahwa untuk memahami maksud
pemakaian bahasa seseorang dituntut harus memahami pula konteks yang
mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Wijan dan Rohmadi (2011:10)
menjelaskan bahwa maksud adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari
pembicara. Maksud bersifat subyektif. Sejalan dengan hal itu, Chaer (2009:35)
menjelaskan maksud dapat dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara,
atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu
ujaran entah berupa kalimat maupun frase, tetapi yang dimaksudnya tidak sama
dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2.3 Stilistika Pragmatik
Stilistika pragmatik adalah kajian kekhasan bahasa dalam penggunaan
wacana tertentu. Misalnya: wacana sastra, wacana nonsastra. Semuanya adalah
wacana nonsastra, maka acuan teorinya tidak harus menggunakan linguistik
umum (linguistik sintaksis), tetapi linguistik terapan. Jadi, orientasi teorinya
adalah linguistik terapan Stilistika Pragmatik. Kajian stilistika memiliki
anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual secara
sempurna (Fasold dalam Black, 2011:1).
Kajian stilistika pragmatik dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dari
teori-teori pragmatik agar bisa menjelaskan aspek-aspek dari teks sastra yang
membuat teori-teori pragmatik menjadi menarik untuk digunakan sebagai
sarana penafsiran (Black, 2011:336). Teori ini dikembangkan oleh Elizabeth
Black. Ia berpandangan bahwa kajian linguistik yang berorientasi pragmatik
terhadap bahasa ternyata berguna bagi pemahaman teks fiksi atau karya sastra.
Stilistika pragmatik lebih menekankan hubungannya dengan bahasa dalam
praktek penggunaannya.
Kridalaksana dalam Wicaksono (2014:4) membeberkan pengertian
stilistika, yaitu: (1) Ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam
karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesustraan. (2)
Penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Sudjiman dalam Wicaksono
(2014:12) menguraikan pusat perhatian stilistika adalah style, yaitu cara yang
digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menggunakan bahaha sebagai sarana style dapat diterjemahkan sebagai gaya
bahasa.
Ratna (2009 : 13-14) mengatakan bahwa dominasi penggunaan bahasa
khas dalam karya sastra diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) Karya sastra
mementingkan unsur keindahan. (2) Dalam menyampaikan pesan karya sastra
menggunakan cara-cara tak langsung, seperti: refleksi, refraksi, proyeksi,
manifestasi, dan refresentasi. (3) Karya sastra adalah curahan emosi, bukan
intelektual. Dengan stilistika dapat dijelaskan intraksi yang rumit antara bentuk
dan makna yang sering luput dari perhatian dan pengamatan para kritikus
sastra (Sudjiman, 1993:VII). Pradopo (2013:10) menguraikan ruang lingkup
stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi
intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, bunyi, gaya
kata dan gaya kalimat
Black (2011:1) memberikan suatu pandangan tentang stilistika
pragmatik, pragmatik menurut Black adalah kajian terhadap bahasa dalam
penggunaannya. Black mempunyai ketertarikan tersendiri untuk
menggabungkan dua kajian tersebut. Jika berbicara konteks maka kita lebih
dekat dengan penafsiran berbeda atau makna lain oleh pembaca dari suatu teks.
Seperti yang diungkapkan Black dalam bukunya, sebuah kajian linguistik
bertujuan untuk mengungkapkan maknanya. Sekarang orang memiliki
kecenderungan (yang mungkin memang lebih akurat) untuk memandang
bahwa makna adalah hasil dari proses penafsiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Shipley dalam Ratna (2008:8) mengatakan stilistika (stylistic) adalah
ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari kata stilus
(Latin), semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di
atas bidang berlapis lilin. Dalam bidang bahasa dan sastra style dan stylistic
berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek
tertentu (Ratna, 2008:9). Tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan
aspek keindahan. Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa sebagai sistem model pertama, dalam ruang lingkup linguistik, maupun
sistem model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra. Meskipun
demikian menurut Wellek dan Werren dalam Ratna (2008:67) kualitas estetis
menjadi pokok permasalahan pada tataran bahasa kedua sebab dalam sastralah,
melalui metode dan teknik diungkapkan secara rinci ciri-ciri bahasa yang
disebut indah, sebagai stilistika.
Setiap karya sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, dsd bisa saja
disebut bacaan multitafsir. Setiap karya sastra tersebut kebanyakan pengarang
membuat makna yang tersirat, pengarang tidak secara terus terang menuliskan
makna atau pesan yang ingin disampaikan. Pengarang ingin pembaca seakan
masuk dalam karya sastra tersebut dan memahami maksud yang hendak
disampaikan pengarang.
Menurut peneliti, bidang ilmu stilistika pragmatik merupakan gabungan
antara ilmu dalam kajian sastra dan kajian pragmatik. Suatu kajian yang
mengamati karya sastra dan menganalisisnya dari satu sudut pandang ilmu
bahasa disebut pragmatik. Namun peneliti mengambil teori tentang stilistika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pragmatik ini agar dapat membantu peneliti untuk mengkaji novel yang ingin
dianalisis. Peneliti akan mendeskripsikan gaya bahasa dan makna gaya bahasa
yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : perspektif
stilistika pragmatik.
2.2.4 Majas dan Gaya Bahasa
Pengarang suatu karya sastra memiliki ciri khas tersendiri dalam
menuturkan maksud yang hendak disampaikan. Penggunaan bahasa kiasan
sering kali terdapat dalam sebuah karya sastra. Penggunaan bahasa kiasan
tersebut juga mampu menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah karya.
Adapun bahasa kiasan atau sering disebut sebagai majas memiliki banyak
sekali ragam.
Permajasan (figure of thought) merupakan teknik pengungkapan
bahasa, pengayabahasaan, maknanya tidak menunjuk pada makna harafiah
kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan,
makna yang tersirat (Wicaksono, 2014:29). Majas (figure of speech) adalah
pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam
rangka memperoleh aspek keindahan (Ratna, 2009:164). Pada umumnya majas
dibedakan empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) majas perbandingan, c)
majas pertentangan, dan d) majas sindiran. Secara tradisional jenis majas yang
dibagi menjadi subjenis dengan cirinya masing-masing disebut gaya bahasa.
Gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu
untuk mengefektifkan komunikasi (Pranowo, 2014:195)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pada penelitian ini peneliti akan membahas lebih dalam tentang majas
perbandingan. Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat
bahwa gaya bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu
hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti:
bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata
pembanding lain. Adapun majas perbandingan ini meliputi gaya bahasa:
hiperbola, metinimia, personifikasi, pleonasme, metafora, sinekdoke, alusio,
simile, asosiasi, eufemisme, epitet, eponim, dan hipalase.
Gaya bahasa merupakan bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau
hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Penggunaan gaya bahasa
dapat merubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan,
1984:5). Gaya bahasa dalam stilistika pragmatik merupakan gaya bahasa yang
didasari oleh sebuah konteks. Setiap manusia ketika bertututr kata pasti
memiliki gaya bahasa tersendiri dan setiap kata yang dituturkan pasti memiliki
latar belakang tertentu. Maksudnya setiap tuturan yang dituturkan pasti
memiliki makna dan konteks karena konteks adalah sesuatu yang sudah ada
sebelum tuturan itu dan situasi dari partisipan.
2.2.4.1 Hiperbola
Hiperbola yaitu sepatah kata yang diganti dengan kata lain yang
memberikan pengertian lebih hebat dari pada kata. Hiperbola adalah jenis gaya
bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya,
ukurannya dan sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya.
Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan,
2009:55). Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya
bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan
membesar-besarkan suatu hal. Perhatikan contoh berikut:
Jika tersenyum, lesung pipinya akan menyihir siapa saja yang
melihatnya. Aliran darah di sekujur tubuhku menjadi dingin,
jantungku berhenti berdetak sebentar kemudian berdegub kencang
sekali dengan ritme yang kacau.
Menurut peneliti, gaya bahasa hiperbola adalah penggunaan kata yang
secara berlebihan dalam suatu karya agar karya tersebut terlihat lebih
menarik. Gaya bahasa hiperbola sering kali digunakan, walaupun kata-
katanya tidak masuk akal. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas
yaitu, kata “menyihir” yang di mana penggunaan kata tersebut seolah-olah
membuat suatu senyuman mempunyai kekuatan ajaib atau ilmu gaib saat
orang lain melihatnya.
2.2.4.2 Metonimia
Aminudin (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa
metonimia adalah pengganti kata yang satu dengan kata yang lain dalam
suatu konstruksi akibat terdapatnya ciri yang bersifat tetap. Keraf
(2007:142) berpendapat bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena
mempunyai pertalian yang sangat dekat. Sedangkan, Altenberd (dalam
pradopo, 2013:77) mengatakan bahwa metonimia adalah penggunaan
bahasa sebagai sebuah objek atau pengunaan sesuatu yang sangat dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Perhatikan
contoh berikut:
Aku telah membantu ibu menjual telur dengan mengendarai
honda bebek kami.
Menurut peneliti, gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa yang
menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan merek atau pembuat
benda/dagangan tersebut. Berdasarkan contoh di atas dapat kita lihat pada
penggunaan kata “honda” yang di mana honda merupakan kendaraan roda
dua yang digunakan untuk menjual telur. Kata honda itu sendiri
merupakan sebuah nama perusahaan transportasi.
2.2.4.3 Personifikasi
Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam
gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-
barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat
manusia terhadap benda mati. Menurut KBBI, personifikasi adalah
pengumpamaan benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk
pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia.
Perhatikan contoh berikut:
Dinding-dinding kamarnya seakan hendak menggenjetnya
Menurut peneliti, gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang
digunakan oleh penulis dalam mengibartakan benda-benda mati menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
seakan-akan hidup layaknya manusia. Berdasarkan contoh di atas dapat
dilihat kata “dinding-dinding kamar yang hendak menggenjet” kata
“menggenjet” di sini memiliki artian yang sama dengan kata menekan
atau menghimpit. Dinding kamar digambarkan seolah-olah mempunyai
kekuatan untuk berpindah tempat dan mampu menekan seseorang
layaknya seorang makhluk hidup seperti manusia.
2.2.4.4. Pleonasme
Keraf (2009:133) berpendapat bahwa pleinasme adalah semacam acuan
yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan
untuk menyatakan satu gagasan atau pikiran. Apabila kata yang
berlebihan tersebut dihilangkan maka tidak mengubah makna/arti. Gaya
bahasa pleonasme dapat disimpulkan menggunakan dua kata yang sama
arti sekaligus, tetapi sebenarnya tidak perlu, baik untuk penegas arti
maupun hanya sebagai gaya. Contohnya,
Ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang kebersihan.
Menurut peneliti gaya bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang
menggunakan kata-kata yang lebih banyak namun jika sebagian dari kata
tersebut dihilangkan makna dari kata-kata tersebut tidak akan mengalami
perubahan. Dapat dilihat dari contoh di atas penggunaan kata “ingin dan
ingin lagi” pada kata “ingin dan ingin lagi mendedahkan nasihat tentang
kebersihan” jika kata “dan ingin lagi” dihilangkan dan menjadi kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
“ingin mendedahkan nasihat tentang kebersihan” hal itu tidak akan
merubah makna kata-kata yang lainnya.
2.2.4.5 Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal
yang secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Metafora adalah
gaya bahasa yang membandingkan tetapi tidak menggunakan kata
perbandingan, jadi bagaimana melihat suatu dengan perantara benda lain
(Pradopo, 1997:66). Metafora juga dapat diartikan dengan majas yang
memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda yang
diperbandingkan itu mempunyai sifat yang sama. Pengungkapannya berupa
perbandingan analogis dengan menghilangkan kata bagaikan, umpama,
serupa, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metafora
adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun
singkat, padat, dan rapi (Keraf, 2009:139). Contoh sebagai berikut:
Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka
sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali
datang.
Menurut peneliti, gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang
membandingakan dua hal tidak secara terang-terangan dalam bentuk yang
singkat dan padat. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan
kata “masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali datang” di mana
“masa kanak-kanak” dibandingkan dengan “surga”. Masa kanak-kanak
adalah masa di mana seorang hanya tahu bermain, berkejaran, bahagia
berkumpul bersama teman-teman dan mengalami proses perkembangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.2.4.6 Simile/ Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Perumpamaan adalah gaya bahasa
perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang
berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama. Keraf (2009:138)
berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau
langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Sementara itu,
simile atau perumpamaan dapat diartikan suatu majas yang
membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung,
terdapat kata laksana, ibarat, serupa, bagai, umpama, seperti, layaknya,
bak, dan sebagainya yang dijadikan sebagai penghubung kata yang
diperbandingkan. Simile atau perumpamaan merupakan gaya bahasa yang
menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata
perbandingan seperti: semisal, bak, laksana, bagai, seumpama, dan
sebagainya (Pradopo, 1997:62). Perhatikan contoh berikut:
Namun tampak di situ papan catur telah berubah serupa
pembantaian di Padang Karbala.
Menurut peneliti, gaya bahasa similie/perumpamaan adalah gaya bahasa
yang dengan sengaja menganggap dua hal yang berbeda terlihat sama.
Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “papan catur” digambarkan
serupa dengan “Padang Karbala”. Papan catur adalah sebuah alat yang
digunakan dalam sebuah permainan, sedangkan Padang Karbala adalah
sebuah nama kota yang terdapat di Irak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.2.4.7 Asosiasi
Asosiasi adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat
memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan
keadaan yang dilukiskan. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa asosiasi
adalah gaya bahasa yang berusaha membandingkan sesuatu dengan hal
lain yang sesuai dengan keadaan yang digambarkan (Andri Wicaksono,
2014:37). Perhatikan contoh berikut:
Mukanya bagai bulan penuh.
Menurut peneliti, gaya bahasa asosiasi adalah gaya bahasa yang
menggunakan perbandingan keadaan nyata yang sesuai dengan keadaan
yang dilukiskan. Berdasarkan contoh di atas penggunaan kata “bulan
penuh” menggambarkan bahwa bentuk mukanya itu bulat seperti bulan
penuh yang bulat.
2.2.4.8 Eufemisme
Eufemisme adalah suatu dasar ungkapan yang halus untuk
menggantikan ungkapan yang mungkin dirasakan menghina,
menyinggung perasaan atau menyugestikan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Eufemisme adalah gaya bahasa perbandingan yang
bersifat menggantikan satu pengertian dengan kata lain yang hampir sama
untuk menghaluskan maksud (Andri Wicaksono, 2014:37-38). Perhatikan
contoh berikut:
Istrinya yang memiliki masalah dengan rahim dan kesuburan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Menurut peneliti, gaya bahasa eufemisme adalah gaya bahasa yang
memperhalus sebuah kata supaya tidak menyinggung perasaan.
Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “memiliki
masalah dengan rahim dan kesuburan” sebagai ungkapan yang diperhalus
dari kata tidak bisa memiliki anak atau mandul. Mandul merupakan kata
yang kasar dan dapat menyinggung perasaan orang yang mendengar
maupun yang mengalaminya.
2.2.4.9 Epitet
Gaya bahasa epitet merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk
mengganti nama benda ataupun nama orang dengan sebutan lain. Tarigan
(dalam Andri Wicaksono, 2014:38) berpendapat bahwa keterangan ini
suatu frasa deskriptif yang memberikan atau menggantikan nama suatu
benda dan nama seseorang, seperti raja rimba, putri malam, sepasang
merpati, buaya darat, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut:
Cinta A Ling adalah jasad renik di seberang lautan yang selalu
tampak olehku, cinta Ayah sebesar lapangan sepak bola,
menari-nari di pelupuk mataku sering tidak ku lihat.
Menurut peneliti, gaya bahasa epitet adalah gaya bahasa yang
menggantikan kata sesungguhnya seperti nama benda ataupun nama orang
dengan kata lain. Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat nama “Cinta A
Ling” digantikan dengan kata “Jasad renik”.
2.2.4.10 Alegori
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan
yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140). Majas Alegori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dapat diartikan majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan
atau penggambaran (Sadikin, 2011:32). Dengan demikian, alegori adalah
majas perbandingan yang memperlihatkan satu perbandingan utuh;
perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh. Perhatikan
contoh berikut:
Lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam,
maka bijaklah dalam menggunakannya.
Menurut peneliti, gaya bahasa alegori adalah gaya bahasa yang
menggunakan suatu lambang untuk menjelaskan sesuatu. Berdasarkan
contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata “ lidah manusia bagaikan
sebuah pedang yang sangat tajam” makna dari kiasan tersebut adalah
bijaklah dalam menjaga tutur kata karena dengannya kita bisa menjadi
manusia yang bermanfaat dan dengan pula kita bisa celaka jika tak pandai
mengendalikannya
2.2.4.11 Hipalase
Gaya bahasa hipalase adalah semacam gaya bahasa yang
mempergunakan sebuah kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata
yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain (Keraf, 2009:142).
Maksud pendapat di atas adalah hipalase merupakan gaya bahasa yang
menerangkan sebuah kata tetapi sebenarnya kata tersebut untuk
menjelaskan kata yang lain. Perhatikan contoh berikut:
Nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Menurut peneliti, gaya bahasa hipalase adalah gaya bahasa yang
menggunakan kata tertentu untuk menjelaskan suatu kata tetapi kata
tersebut sebenarnya digunakan untuk menjelaskan kata yang lainnya.
Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat kata “nenek tidur di atas sebuah
kasur yang nyenyak” kata tersebut ingin menjelaskan bahwa yang tidur
nyenyak tersebut adalah nenek bukan kasur.
2.2.5 Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir ini, peneliti akan memberi gambaran
secara singkat terkait dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni mendeskripsikan
wujud gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang terdapat di novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya
bahasa dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka
peneliti:
1. Memahami penggunaan stilistika pragmatik dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata.
2. Mengidentifikasi gaya bahasa dan konteks pragmatik dalam dialog
antartokoh yang terdapat di novel.
3. Mengkasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh
4. Mendeskrispikan gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam
percakapan antartokoh
5. Memaknai gaya bahasa dan konteks yang terdapat dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Penelitian ini juga menggunakan beberapa teori stilistika pragmatik
yang mendukung dalam menguraikan tuturan stilistika pragmatik dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pertama, Pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal,
yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi
(Wijana, 1996:1).
Kedua, Stilistika Pragmatik adalah kajian terhadap bahasa dalam
penggunaannya dengan mempertimbangkan beberapa unsur dasar yang
penting bagi penafsiran terhadap wacana tertulis, khususnya wacana sastra
(Black, 2011:1-2). Ketiga, Konteks adalah aspek-aspek lingkungan fisik
atau sosial yang kait mengait dengan ujaran tertentu, pengetahuan yang
sama-sama memiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham
apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 2011:134). Keempat,
Pradopo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 32) berpendapat bahwa gaya
bahasa perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal
dengan yang lain dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti:
bagai, sabagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata
pembanding lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kerangka berpikikir sebagai berikut :
Gaya Bahasa dalam majas
perbandingan pada Novel
Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata
Majas
Perbandingan
Gaya Bahasa
Novel Laskar
Pelangi karya
Andrea Hirata
Pragmatik
Konteks Pragmatik
Stilistika Pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian keputakaan. Menurut
Whitney (dalam Andi Prastowo, 2016:201) metode deskriptif merupakan
pencarian fakta dengan interprestasi tertentu. Penelitian kualitatif metode yang
biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode
pemanfaatan dokumen. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan oleh
peneliti adalah mendeskripsikan pemanfaatan gaya bahasa dalam novel Laskar
Pelangi karya Adrea Hiarata.
3.2 Sumber Data dan Data
Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2006 : 157) mengatakan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam
penenlitian ini sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hiarata, sedangkan data yang didapatkan oleh peneliti
adalah melalui kata-kata yang dituturkan dalam novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hiarata.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan data yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2014 : 375). Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
diterapkan; teknik adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode
(Sudaryanto, 2015:9). Menurut Mahsun (2007:92) metode adalah cara yang
digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimak
penggunaan bahasa dan teknik dasar dalam metode ini adalah teknik sadap.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik catat, yaitu untuk mencatat
data-data yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.
Peneliti meneliti dengan cara mencatat atau memberi tanda tuturan yang
terdapat gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
menggunakan laptop serta novel itu sendiri. peneliti terlebih dahulu membaca
dengan cermat dan teliti novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Kemudian
mencatat hal-hal yang penting, misalnya percakapan antar tokoh yang
mengandung gaya bahasa. Jadi, metode dan teknik yang baik digunakan dalam
menganalisis Gaya Bahasa dalam Majas Perbandingan pada Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata: Persfektif Stilistika Pragmatik adalah metode
simak dan dipadukan dengan teknik catat yang akan mempermudah peneliti
mengumpulkan dan menganalisis data
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen nontes
yaitu pengamatan (observasi). Metode simak (Pengamatan/Observasi)
merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara peneliti
melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial, metode ini
dapat di sejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi (Mahsun,
2007:242). Peneliti akan melakukan pengamatan terhadap tuturan yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
di novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata. Peneliti melakukan pengamatan
dengan berbekal ilmu pragmatik, stilistika pragmatik dan pengetahuan tentang
novel.
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi,
mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,
menyamakan data yang sama dan membedakan data yang memang berbeda
serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama
(Mahsun, 2007:253). Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni
mendeskripsikan gaya bahasa dan makna pragmatik stilistika yang terdapat di
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hiarata, maka ada beberapa langkah untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan berbekal beberpa teori tentang gaya bahasa
dan pragmatik stilistika beserta dengan contoh-contohnya, maka peneliti
menggunakan cara analisis data sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi gaya bahasa dalam dialog antartokoh yang
terdapat di novel, kemudian data tersebut dijadikan satu.
2. Mengklasifikasi setiap penggunaan gaya bahasa dialog anatartokoh
3. Mendeskrispikan gaya bahasa yang terdapat dalam percakapan
antartokoh
4. Memaknai gaya bahasa yang terdapat dalam novel
5. Memasukkan data ke dalam tabel atau tabulasi data
6. Menunjukkan bukti untuk memperjelas keriteria suatu elemen yang
menunjukkan gaya bahasa berdasarkan perspektif stilistika
pragmatik dalam novel tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.6 Triangulasi Data
Terianggulasi data adalah teknik pemeriksaan kesalahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data lain (Moleong, 2006:330). Menurut
(Sugiyono, 2012 : 241) mengatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data. Trianggulasi data akan dilakukan oleh orang yang ahli
dalam bidang stilistika pragmatik. Trianggulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah trianggulasi penyidik. Dalam tringgulasi penyidik ini
adanya penyidik yang ikut memeriksa hasil pengumpulan data dan tabulasi data
yang telah diperoleh serta telah dianalisis oleh peneliti. Peneliti mempercayakan
Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. sebagai penyidik dalam trianggulasi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama deskripsi data
penelitian gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi
karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian kedua adalah
analisis data gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel laskar pelangi
karya Andrea Hirata:persfektif stilistikan pragmatik. Bagian ketiga adalah
pembahasan hasil analisis yang akan mendeskripsikan gaya bahasa dalam majas
perbandingan pada novel laskar pelangi karya Andrea Hirata:persfektif
stilistikan pragmatik.
4.1 Deskripsi Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata. Gaya bahasa dalam majas perbadingan berdasarkan konteks
dalam pragmatik yang digunakan dalam novel ini berjumlah 7 gaya bahasa.
Konteks merupakan hal yang sangat penting dalam kajian bidang pragmatik
karena dari konteks diketahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari
tuturan tersebut sehingga dituturkan demikian. Mey (dalam Rahardi 2003:15)
mendefinisikan pragmatik sebagai studi mengenai kondisi-kondisi penggunaan
bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat. Kalimat yang
mengandung gaya bahasa dalam majas perbandingan berdasarkan konteks
dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis
gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya
bahasa simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan.
Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa
dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa
berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna
pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) makna pragmatik
„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) makna pragmatik „membandingkan‟,
(4) makna pragmatik „menegaskan sauatu kejadian‟, (5) makna pragmatik
„menunjukkan keadaan para pekerja‟.
Gaya bahasa hiperbola, misalnya Aku kembali melayang menembus
bintang gemerlapan menari-nari di atas awan, menyanyikan lagu nostalgia
“Have I Told You Lately That I Love You”. Kalimat tersebut merupakan gaya
bahasa hiperbola hal tersebut terlihat dari kata “melayang menembus bintang
gemerlapan menari-nari di atas awan” yang memiliki makna si Aku sedang
merasakan kebahagiaan dan membuat dia merasa seolah-olah melayang.
Konteks dari kalimat tersebut saat si Aku baru saja bertemu dengan wanita
impiannya.
Gaya bahasa metonimia, misalnya Ayahnya diam-diam maklum dan
mendukung Lintang dengan cara lain, yakni memberikan padanya sebuah
sepeda laki bermerek Rally Robinson, made in England. Kalimat tersebut
merupakan gaya bahasa metonimia hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
“made in England”. Made in England merupakan kata yang menggangtikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
atribut objek sebuah sepeda yang bermerek Rally Robinson yang merupakan
sepeda buatan Inggris. Konteks dari kalimat tersebut saat Lintang meminta
bantuan kepada ayahnya tetapi ayahnya salah memberi jawaban. Sejak saat itu
Lintang tidak pernah meminta bantuan lagi pada ayahnya dan ayahnya
memberikan Lintang sebuah sepeda sebagai bentuk dukungnya kepada Lintang
yang ingin menjadi orang pintar.
4.2 Analisis Data
Subbab ini membahas hasil analisis gaya bahasa dalam majas perbandingan
pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata: Perspektif Stilistika Pragmatik.
Analisis gaya bahasa dilakukan untuk menemukan gaya bahasa berdasarkan
konteksnya dalam pragmatik. Pragmatik pada hakikatnya adalah cabang ilmu
bahasa yang memperlajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana
satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana, 1996:1).
Jadi yang akan dipaparkan dalam analisis ini adalah gaya bahasa dalam
konteks pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata: Prespektif Stilistika Pragmatik sehingga menginterpretasikan makna
oleh peneliti menggunakan gaya bahasa jenis tertentu dalam novelnya. Berikut
ini akan dipaparkan analisis lengkapnya.
4.2.1 Wujud Gaya Bahasa
Dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis
peneliti, peneliti menemukan 7 gaya bahasa berdasarkan konteksnya yang
meliputi gaya bahasa hiperbola, metonimia, personifikasi, metafora,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
simile/perumpamaan, dan alegori. Berikut ini akan diberikan masing-masing
contoh analisis.
4.2.1.1 Gaya Bahasa Hiperbola
Kalimat yang mengandung gaya bahasa hiperbola dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 9 buah. Berikut ini
akan dipaparkan 4 dari data tersebut.
Data A1. “Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin
panas. Berada di toko ini serasa direbus dalam
panci sayur lodeh yang mendidih.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur tulis di SD
Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk
mengambil kapur tulis tersebut ke toko Sinar Harapan. Saat itu
sudah hampir tengah hari di mana kondisi kondisi toko juga
dipenuhi dengan berbagai macam barang-barang membuat
toko terasa semakin sempit dan membuat suasana semakin
panas.
Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang
menggunakan kata serasa direbus dalam panci sayur lodeh. Kalimat ini dirasa
terlalu melebih-lebihkan keadaan artinya bahwa kalimat tersebut dipakai untuk
menjelaskan keadaan yang sangat panas di toko Sinar Harapan. Keraf
(2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan
suatu hal.
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah saat kapur tulis
yang biasanya digunakan untuk proses belajar mengajar di SD Muhammadiyah
telah habis dan Ikal ditugaskan untuk meminta kepada A Miauw pemilik toko
Sinar Harapan. SD Muhammadiyah selalu berhutang di toko itu untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
keperluan kapur tulis dan pemilik toko yang kurang ramah membuat Ikal
sedikit malas untuk mengambil kapur tersebut. Saat itu tengah hari matahari
sangat terik sehingga membuat toko Sinar Harapan yang dipenuhi dengan
berbagai jenis barang semakin panas. Konteks biasanya dipahami sebagai
sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan
Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang
melatarbelakangi sebuah tuturan yang terjadi.
Data A2. “ Mata kami bertatapan dengan perasaan yang tak
dapat dilukiskan dengan kata-kata.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur yang diberikan A
Ling kepada Ikal terlepas dan terjatuh ke lantai sehingga A
Ling dan Ikal harus memunguti kapur tersebut. A Ling yang
awalnya hanya memunguti dari balik tirai akhirnya membuka
tirai tersebut dan memperlihatkan paras A Ling yang
sesungguhnya. A ling dan Ikal saling bertatapan dalam suasana
hening dan membuat Ikal sangat terpana dengan parasnya A
Ling.
Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang
menggunakan kata tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kalimat ini terasa
terlalu melebih-lebihkan suasana, artinya saat mata Ikal dan A Ling saling
bertatapan dan tidak ada kata yang bisa diucapkan oleh mereka karena Ikal
terpana melihat paras yang selama ini sangat ingin dia lihat, sedangkan A Ling
merasa terkejut melihat Ikal dan menyebabkan kapur yang telah dikumpulkan
A Ling terjath kembali ke lantai. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan
sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
untuk memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini
melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55).
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah seperti biasanya
jika Ikal datang ke toko Sinar Harapan A Miauw sang pemilik toko pasti
meminta putrinya yang bernama A Ling untuk memberikan kapurnya kepada
Ikal. Biasanya A Ling memberikan kapur itu kepada Ikal melalui sebuah
lubang kecil sehingga wajah A Ling tidak pernah terlihat. Hari itu saat A Ling
memberikan kapur kepada Ikal, genggaman Ikal tidak kuat dan membuat kotak
kapur tulis tersebut terjatuh dari genggaman mereka berdua. A Ling dan Ikal
harus memungutui kapur tulis yang telah keluar dari kotaknya dan jatuh
berserakan di lantai. A Ling yang awalnya hanya memunguti kapur dari balik
tirai akhirnya membuka tirai tersebut dan untuk pertama kalinya Ikal melihat
wajahnya A Ling. Mata A Ling dan Ikal saling bertatapan untuk pertama
kalinya dan membuat suasana sangat hening. Pragmatik pada hakikatnya
adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam
Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang
dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat
satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data A3. “Ia tak peduli dengan kapur-kapur itu dan tak peduli
padaku yang masih hilang dalam waktu dan
tempat.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena A Ling tersadarkan oleh
keadaan di mana dia dan Ikal saling bertatapan yang
menyebabkan pipinya yang putih menjadi merah merona
karena merasa malu. A Ling kemudian bangkit dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
membanting pintu dengan cepat tanpa mempedulikan Ikal
yang masih terdiam di sana.
Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang
menggunakan kata masih hilang dalam waktu dan tempat. Kalimat ini terasa
terlalu melebih-lebihkan keadaan artinya Ikal masih memandangi wajah A
Ling yang baru pertama kali dilihatnya dan membuatnya terapana akan paras
cantiknya A Ling. Ikal tak memperhatikan hal lainnya kecuali wajah A Ling.
Keraf (2009:135) berpendapat bahwa hiperbola yaitu semacam gaya bahasa
yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-
besarkan suatu hal.
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah kotak kapur tulis
yang terjatuh dari genggaman A Ling dan Ikal membuat kapur tulis jatuh
berserakan di lantai. A Ling dan Ikal memunguti kapur tersebut, A Ling
memunguti kapur tersebut dari balik tirai. A Ling membuka tirai tersebut,
itulah saat pertama kalinya Ikal dan A Ling bertatapan mata. A Ling yang
menyadari tatapan mata itu langsung tersipu malu dan beranjak dari tempat itu
tanpa mempedulikan kapur tulis yang masih berserakan dan Ikal yang masih
memperhatikannya. A Ling pergi dan kemudian membanting pintu karena
merasa malu. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari
pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam
studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis
dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang
lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data A4. “Aku berbalik meninggalkan toko dan merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban
hidupku.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena Ikal yang awalnya tidak
suka dengan toko Sinar Harapan dan pemiliknya A Miauw
sehingga merasa berat saat pergi ke toko tersebut. Setelah
bertemu dengan A Ling anak dari pemilik toko tersebut
keadaan seakan berbalik. Toko menjadi terlihat indah dan
beraroma wangi, karena bahagianya Ikal tidak peduli dengan
kotak kapur dengan isi setengah yang dibawanya kembali ke
sekolah.
Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut adalah kalimat yang
menggunakan kata kehilangan seluruh bobot tubuh dan beban hidupku.
Kalimat ini terasa terlalu melebih-lebihkan artinya Ikal merasa bahagia karena
dapat melihat wajah A Ling secara langsung dan membuat dia lupa dengan
masalah yang ada pada dirinya. Ikal merasa tubuhnya sangat ringan saat
melangkah keluar dari toko tersebut itu dikarenakan kebahagiaan yang
dirasakannya. Hiperbola adalah jenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang melebih-lebihkan jumlahnya, ukurannya dan sifatnya dengan
maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan
kata-kata, frase, atau kalimat (Guntur Tarigan, 2009:55).
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah saat kapur tulis
yang biasanya digunakan untuk proses belajar mengajar di SD Muhammadiyah
telah habis dan Ikal ditugaskan untuk meminta kepada A Miauw pemilik toko
Sinar Harapan. SD Muhammadiyah selalu berhutang di toko itu untuk
keperluan kapur tulis dan pemilik toko yang kurang ramah membuat Ikal
sedikit malas untuk mengambil kapur tersebut. Saat itu tengah hari matahari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sangat terik sehingga membuat toko Sinar Harapan yang dipenuhi dengan
berbagai jenis barang semakin panas. Awalnya Ikal merasa toko itu sangat
sesak tetapi setelah tanpa sengaja dia melihat wajah anak dari pemilik toko
tersebut pemikirannya tentang toko itiu berubah. Dia merasa toko itu menjadi
wangi dan tidak mempedulikan kotak kapur yang isinya hanya setengah.
Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana
dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi,
konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi sebuah tuturan yang terjadi.
4.2.1.2 Gaya Bahasa Metonimia
Kalimat yang mengandung gaya bahasa metonimia dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 2 buah. Berikut ini
akan dipaparkan data tersebut.
Data B1. “Pada pil itu ada tulisan besar APC.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat ada siswa yang sakit
di SD Muhammadiyah maka dengan otomatis akan diberikan
pil yang berbentuk bulat besar berwarna putih bertuliskan
APC. Pil APC adalah obat legendaris buat kalangan menengah
kebawah, pil tersebut juga mampu mengobati berbagai jenis
penyakit.
Penunjuk gaya bahasa metonimia pada kutipan tersebut adalah kalimat
yang menggunakan kata APC. Kata tersebut adalah kata yang dipakai untuk
mengganti atribut objek yaitu obat. Pil yang bertuliskan APC yaitu obat yang
bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Keraf (2007:142) berpendapat
bahwa metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata
untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat
dekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah jika ada siswa
yang sakit di SD Muhammadiyah maka dengan otomatis akan diberikan pil
yang berbentuk bulat besar berwarna putih bertuliskan APC. Pil APC adalah
obat legendaris buat kalangan menengah kebawah, pil tersebut juga mampu
mengobati berbagai jenis penyakit. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi
bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo,
2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai
oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu
dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya
Data B2. “Ia bercelana jeans, kaos oblong, dan membuang anting-
anting yang dibelikan ibunya.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena Flo lebih suka berpenampilan
layaknya seorang anak laki-laki karena ia tak suka menerima
dirinya perempuan. Flo memiliki saudara laki-laki namun tak
memiliki saudara perempuan, hal tersebutlah yang membuatnya
menjadi wanita yang tomboy.
Penunjuk gaya bahasa metonimia pada kutipan tersebut adalah kalimat
yang menggunakan kata jeans. Kata tersebut adalah kata yang dipakai untuk
mengganti atribut objek yaitu celana, celana yang biasanya digunakan anak
laki-laki, karena pada umumnya anak perempuan menggunakan rok. Ia di atas
menggambarkan tokoh Flo yang sangat tomboy karena memiliki beberapa
kakak laki-laki, ia satu-satunya anak perempuan. Altenberd (dalam pradopo,
2013:77) mengatakan bahwa metonimia adalah penggunaan bahasa sebagai
sebuah objek atau pengunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
dengannya untuk menggantikan objek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah Flo lebih suka
berpenampilan layaknya seorang anak laki-laki karena ia tak suka menerima
dirinya perempuan. Flo memiliki saudara laki-laki namun tak memiliki saudara
perempuan, hal tersebutlah yang membuatnya menjadi wanita yang tomboy.
Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus
dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
4.2.1.3 Gaya Bahasa Personifikasi
Kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 4 buah. Berikut ini akan
dipaparkan data tersebut.
Data C1. “Kadang-kadang mereka hinggap di jendela kelas
sambil menjerit sejadi-jadinya, menimbulkan suara
bising yang musingkan bagi perut-perut yang
keroncongan.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena siswa di SD
Muhammadiyah sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi
belum saatnya pulang sekolah. Waktu pulang sekolah masih
sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang kepada
Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka
dengan senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci.
Mereka semakin sulit berkonsentrasi karena kicauan burung
prenjek yang sangat bising.
Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena
menganggap burung prenjek menjerit-jerit, seakan-akan burung prenjak yang
hinggap di jendela berperilaku layaknya seperti manusia. Kicauan burung prenjek
yang dianggap sebagai jeritan dan mampu mengganggu konsentrasi saat mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
merasa lapar. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam
gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga
dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah saat hari sudah
siang dan sudah hampir waktunya pulang sekolah. Siswa di SD Muhammadiyah
sudah lapar, lelah, dan mengantuk tetapi belum saatnya pulang sekolah. Waktu
pulang sekolah masih sekitar 5 menit lagi mereka meminta izin untuk pulang
kepada Bu Mus tapi mereka tak diizinkan. Bu Mus menatap mereka dengan
senyuman tapi mereka menatap Bu Mus dengan benci. Mereka semakin sulit
berkonsentrasi karena kicauan burung prenjek yang sangat bising. Yule (2006:3)
menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud
sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang
apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks
itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
Data C2. “Tapi harus diakui bahwa pesan ini mengandung
sebuah tenaga.”
Konteks : tuturan itu terjadi Ikal dan teman-temannya pergi ke
rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka menceritakan
maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan
memberikan gulungan kertas kepada mereka dan
mengisyaratkan agar mereka segera pulang dan hanya
membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya
mengandung sebuah makna yang cukup mendalam.
Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena
menganggap sebuah pesan memiliki tenaga layaknya manusia. pesan yang mampu
membuat cara pandang seseorang menjadi berbeda terhadap suatu hal. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
KBBI, personifikasi adalah pengumpamaan benda mati sebagai orang atau
manusia. Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat
manusia terhadap benda mati.
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut Ikal dan teman-
temannya pergi ke rumah Tuk Bayan, sesampainya di sana mereka
menceritakan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Tuk Bayan memberikan
gulungan kertas kepada mereka dan mengisyaratkan agar mereka segera pulang
dan hanya membuka tulisan tersebut setelah sampai di sini. Isi pesannya
mengandung sebuah makna yang cukup mendalam. Pragmatik pada hakikatnya
adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam
Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang
dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat
satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data C3. “Kalau ada siswanya yang sakit maka ia akan
langsung mendapatkan pertolongan cepat secara
professional atau segera dijemput oleh mobil
ambulans yang meraung-raung.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat ada siswa yang sakit dari
sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana
akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan
menggunakan ambulans. Fasilitas yang sediakan oleh sekolah
PN sangat lengkap terhadap siswa yang bersekolah di sana.
Penunjuk gaya bahasa personifikasi pada kutipan tersebut karena
menganggap mobil ambulans meraung-raung layaknya makhluk hidup. saat ada
siswa yang sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana
akan membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan
ambulans. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah semacam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi juga
dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia terhadap benda mati.
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah fasilitas yang
didapatkan siswa yang sekolah di PN Timah sangat lengkap. Jika ada siswa yang
sakit dari sekolah PN Timah maka dengan cepat guru dan staf di sana akan
membawa siswa yang sakit itu ke rumah sakit dengan menggunakan ambulans.
Fasilitas yang sediakan oleh sekolah PN sangat lengkap terhadap siswa yang
bersekolah di sana berbeda dengan SD Muhammadiyah yang jika siswanya sakit
hanya akan diberikan PIL APC yang berukuran sebesar kancing baju. Yule
(2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran
tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana
konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
Data C4. “Wanita anggun itu tersentak kaget karena
pertanyaannya secara mendadak dipotong oleh
suara sebuah tombol meraung-raung tak sabar.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat seorang wanita sedang
membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara
rebutan oleh beberapa kelompok siswa yang mengikuti
pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang dilontarkan
tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari
SD Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat
menjawab pertanyaan tersebut.
Penunjuk gaya bahasa hiperbola pada kutipan tersebut karena menganggap
tombol meraung-raung layakya seperti manusia, jadi tombol seakan-akan benda
hidup. wanita yang kaget karena mendengar suara tombol berbunyi saat dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sedang bertanya. Keraf (2009: 140) berpendapat bahwa personifikasi adalah
semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Personifikasi juga dapat diartikan majas yang menerapkan sifat-sifat manusia
terhadap benda mati.
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah siswa-siswi SD
dari beberapa sekolah sedang mengikuti lomba olimpiade cerdas cermat. Siswa
dari SD Muhammadiyah mendapatkan nilai yang sama dengan salah satu SD yang
mengikuti lomba tersebut. Juri membuat keputusan dengan memberikan
pertanyaan rebutan untuk mendapatkan nilai tambahan dan bagi yang bisa
menjawab benar nilai kelompoknya akan ditambah tetapi jika menjawab salah
maka secara otomatis nilai akan dikurangi. Moderator seorang wanita sedang
membacakan sebuah pertanyaan yang akan dijawab secara rebutan oleh beberapa
kelompok siswa yang mengikuti pertandingan tersebut. Disaat pertanyaan sedang
dilontarkan tiba-tiba dengan cepatnya regu f yang merupakan siswa dari SD
Muhammadiyah membunyikan tombol agar segera dapat menjawab pertanyaan
tersebut. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci
dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari
teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan
yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan,
yang se kaligus juga memberikan makna terhadap wacana yang sedang
berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik
untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan)
4.2.1.4 Gaya Bahasa Metafora
Kalimat yang mengandung gaya bahasa metafora dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 5 buah. Berikut ini akan
dipaparkan data tersebut.
Data D1. “IBU Muslimah yang beberapa menit lalu sembap,
gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi
sekuntum Crinum giganteum.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu bu Muslimah
sangat cemas dan takut jika SD Muhammadiyah ditutup.
Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD
Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah
mencapai 10 orang sesuai kesepakatannya dengan Dinas.
Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena
membandingkan Bu Mus dengan Crinum gigateum. Bu Mus yag sebelumnya
sangat cemas namun berubah menjadi bunga crinum giganteum yaitu bunga yang
memancarkan keindahan, sebelum siswa genap berjumlah sepuluh orang Bu Mus
sangat cemas, namun dengan kedatangan Harun sekolah Muhammadiyah tidak
jadi ditutup. Bu Mus yang awalnya cemas kini menjadi ceria. Metafora adalah
gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat,
dan rapi (Keraf, 2009:139).
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah tahun ajaran baru
akan dimulai, bagi beberapa sekolah hal tersebut terlihat sangat menyenangkan
tetapi tidak bagi sekolah SD Muhammadiyah. SD Muhammadiyah hampir ditutup
karena sangat kurangnya siswa yang mau bersekolah ke sana. Dinas Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memberika kesempatan trakhir kepada SD Muhammadiyah untuk tetap berdiri
dengan syarat harus memenuhi sepuluh jumlah siswa. Hari sudah siang tetapi
jumlah siswa yang mendaftar di SD Muhammadiyah masih sembilan orang, jika
tidak genap sepuluh orang maka sekolah itu akan ditutup. Pak Harfan dan Bu Mus
sangat gelisah dan cemas menunggu siswa yang akan datang ke sekolah tersebut,
mereka sangat tidak ingin jika sekolah itu ditutup.
Pak Harfan hendak memberikan pidato penyambutan kepada orangtua
siswa dan siswa baru yang ingin sekolah di sana. Pak Harfan tidak ingin sekali
membuat mereka kecewa karena keputusan sekolah itu harus ditutup karena
jumlah siswanya yang tidak memenuhi. Pak Harfan ingin memulai pidatonya ada
seorang anak laki-laki yang datang dan ingin bersekolah di sana, sehingga jumlah
siswanya genap sepuluh. Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD
Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah mencapai 10 orang
sesuai kesepakatannya dengan Dinas. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi
bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo,
2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh
penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data D2. “Konon hanya mereka yang bertangan dingin,
berhati lembut putih bersih yang mampu
membiakkannya, ialah Bu Muslimah, guru kami.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Muslimah mampu
mengembangbiakkan tanaman bunga stripped canna beauty.
Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional
sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang
bisa menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang
mampu menumbuhkan dan merawatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena
membandingkan Bu Mus dengan tangan yang dingin. Tangan dingin yang
dimaksudkan adalah ketelitian seseorang dalam merawat sesuatu. Bu Mus dikenal
sebagai guru yang bertangan dingin, yaitu beliau sangat teliti dalam merawat
tanaman dan tanaman yang ditanamnya selalu tumbuh dengan subur. Metafora
adalah gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat,
padat, dan rapi (Keraf, 2009:139).
Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut adalah Bu Muslimah
merupakan guru yang sangat teliti dan telaten dalam menjalankan sesuatu. Bunga
yang susah tumbuh dan dirawat bagi beberapa orang tapi bagi Bu Mus itu tidak
terlihat sulit.Bu Muslimah mampu mengembangbiakkan tanaman bunga stripped
canna beauty. Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional
sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang bisa
menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang mampu menumbuhkan
dan merawatnya. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi
tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis.
Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu
konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan.
Data D3. “Mahar tetap sedingin es, eskpresinya datar.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Mahar dan teman-temannya
pergi ke rumah Tuk Bayan Tula dan mendapatkan gulungan
kertas yang berisikan sebuah pesan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena
membandingkan eskpresi Mahar dengan dinginnya es. Mahar berekspresi sangat
datar dan dingin, sikapnya tersebut terjadi ketika semua orang tidak mempercayai
pesan Tuk Bayan Tula sedangkan ia percaya bahwa pesan Tuk benar. Ekspresinya
datar dan ia hanya diam ketika orang mulai merendahkannya. Metafora adalah
gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat,
dan rapi (Keraf, 2009:139).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Mahar dan
teman-temannya pergi ke rumah Tuk Bayan Tula. Sampai di rumah Tuk Bayan
Tula Mahar dan teman-temannya menjelaskan maksud dari kedatangan mereka.
Tuk Bayan paham dengan maksud kedatangan Mahar dan teman-temannya
kemudian, Tuk Bayan memberikan gulungan kertas yang berisikan sebuah pesan.
Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud
penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan
bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
Data D4. “ Itulah panggilan untuk Bang Arsyad orang Melayu,
tangan kanan A Miauw sang juragan toko Sinar
Harapan.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal ditugaskan untuk
mengambil sekotak kapur tulis ke toko Sinar Harapan tetapi
harus menunggu pemilik toko melayani pelanggan yang
lainnya terlebih dahulu. Para pelanggan itu tidak tertarik basa-
basi dengan masyarakat melayu disekitarnya kecuali dengan
bang Arsyad.
Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena
membandingkan Bang Arsyad dengan tangan kanan. Arti kiasan dari tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tersebut adalah orang kepercayaan. Jadi, A Miauw menaruh rasa percaya yang
begitu dalam kepada Bang Arsyad. Metafora adalah gaya bahasa yang
membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi (Keraf,
2009:139).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah ketika kapur
tulis di SD Muhammadiyah sudah habis maka, Ikal ditugaskan untuk
mengambil sekotak kapur tulis ke toko Sinar Harapan. Sampainya di toko Sinar
Harapan Ikal harus menunggu pemilik toko melayani pelanggan yang lainnya
terlebih dahulu. Para pelanggan itu tidak tertarik basa-basi dengan masyarakat
melayu disekitarnya kecuali dengan bang Arsyad. Pelanggan toko itu juga jika
berbicara dengan bang Arsyad hanya seperlunya saja. Pragmatik pada
hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in use) (Levinson
dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks
yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan
kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data D5. “Ia adalah kambing hitam tempat tumpahan semua
kesahalan, dia tak pernah sekalipun dimintai
pertimbangan jika Laskar Pelangi mengambil
keputusan, lalu dalam lomba apa pun dia selalu
kalah.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena setiap rencana maupun
keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak
pernah meminta pendapat dari Syahdan. Saat keputusan yang
mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan yang
akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak
tahu apa-apa akan kesalahan itu.
Penunjuk gaya bahasa metafora pada kutipan tersebut karena
membandingkan sosok ia (Syahdan) dengan kambing hitam. Kambing hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
artinya orang yang akan selalu disalahkan pada setiap kesalahan sedangkan orang
tersebut tidak mengerti akan kesalahan itu. Metafora adalah gaya bahasa yang
membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi (Keraf,
2009:139).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah ketika sepuluh
siswa SD Muhammadiyah yang mereka sebut dengan laskar pelangi sedang
merencakan sesuatu mereka tidak pernah meminta pendapat dari Syahdan. Setiap
rencana maupun keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak
pernah meminta pendapat dari Syahdan dan Syahdan tidak pernah protes akan hal
itu. Saat keputusan yang mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan
yang akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak tahu apa-apa
akan kesalahan itu. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi
tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna pragmatis.
Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di dalam suatu
konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan.
4.2.1.5 Gaya Bahasa Simile/ Perumpamaan
Kalimat yang mengandung ga ya bahasa simile/perumpamaan dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 18 buah. Berikut
ini akan dipaparkan 5 dari data tersebut
Data E1. “Di bangku itu ia seumpama balita yang dinaikkan ke
atas tank, girang tak alang kepalang, tak mau turun
lagi.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Mus membagi teman
sebangku kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
teman sebangku Lintang setelah mendengar hal itu Lintang
sangat bahagia dan segera bergegas masuk ke dalam ruang
kelas.
Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan
kata seumpama. Artinya ketika Lintang duduk di bangku kelas ia tampak sangat
bahagia bagaikan anak balita yang dinaikkan ke atas tank sangat senang dan tak
mau turun lagi. Lintang sangat bahagia karena akhirnya dia bisa bersekolah.
Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat
eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah sebelum
dimulainya pembelajaran Bu Mus terlebih dahulu membagi teman sebangku
kepada siswa yang hadir saat itu. Ikal mendapat teman sebangku Lintang,
setelah mendengar hal itu Lintang sangat bahagia dan segera bergegas masuk
ke dalam ruang kelas. Lintang sangat bersemangat di hari pertamanya sekolah
dan dia juga terlihat sangat bahagia karena akhirnya bisa belajar dan
bersekolah. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya
(language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa
pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan
tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya
yang terlepas dari konteksnya.
Data E2. “Karena penampilan Pak Harfan agak seperti
beruang madu maka ketika pertama kali melihatnya
kami merasa takut.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Pak Harfan pertama kali
mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para
siswa tersebut ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
menjalankan proses belajar mengajar para siswa menyukai
cara mengajar pak Harfan.
Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan
kata seperti dan menganggap penampilan pak Harfan sama dengan beruang madu.
Artinya penampilan pak Harfan sama seperti beruang madu, penampilan Pak
Harfan memiliki jenggot yang lebat sehingga seperti beruang madu. Keraf
(2009:138) berpendapat bahwa simile adalah pebandingan yang bersifat eksplisit
atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama
pembelajaran di SD Muhammadiyah dimulai dan Pak Harfan pertama kali
mengajar di kelas tersebut. Sebelum pak Harfan mengajar para siswa tersebut
ketakutan melihat tampilannya tetapi setelah menjalankan proses belajar mengajar
para siswa menyukai cara mengajar pak Harfan. Mereka sangat mudah memahami
materi-materi yang disampaikan pak Harfan kepada mereka. Yule (2006:3)
menjelaskan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud
sama halnya dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang
apa yang dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks
itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
Data E3. “ Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas, ia
menyalamiku dengan kuat seperti pegangan tangan
calon mertua yang menerima pinangan.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat pertemuan pertama kalinya
Ikal dan Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang
sangat bahagia karena bisa sekolah dan mendapatkan teman
baru. Ikal dan Lintang menjadi teman sebangku karena sudah
diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan menjadi
sahabat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Penunjuk gaya bahasa simile pada kutipan tersebut karena menggunakan
kata seperti dan menganggap Lintang menyalaminya layaknya seorang mertua.
Artinya Lintang menyalami seperti pegangan tangan calon mertua yang
menggambarkan bahwa Lintang memiliki nilai persaudaraan yang tinggi. Lintang
sangat bahagia karena bisa sekolah. Keraf (2009:138) berpendapat bahwa simile
adalah pebandingan yang bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain.
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah hari pertama
sekolah di SD Muhammadiyah Ibu guru Muslimah mengatur teman sebangku
dari setiap siswa. SD Muhammadiyah lah pertemuan pertama kalinya Ikal dan
Lintang di SD Muhammadiyah di mana Lintang sangat bahagia karena bisa
sekolah dan mendapatkan teman baru. Ikal dan Lintang menjadi teman
sebangku karena sudah diatur oleh bu Mus. Ikal dn Lintang berkenalan dan
menjadi sahabat. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari
pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam
studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis
dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang
lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data E4. “Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut
hitam yang sarangnya terbakar, lebih tergesa
dibanding waktu berangkat pagi tadi.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat jam 12 siang yang di mana
merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para
karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk
kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang
bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan
memenuhi jalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena
menggunakan kata seperti. Artinya mengibaratkan karyawan PN Timah
kelaparan seperti semut-semut hitam yang sarangnya kebakaran, dapat dimaknai
bahwa mereka sangat laparsehingga mereka pulang ke rumah mereka dengan
berjalan tergesa-gesa. Perumpamaan adalah gaya bahasa perbandingan yang pada
hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja kita
anggap sama (Keraf, 2009:138).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah karyawan PN
saat jam istrirahat yang digunakan untuk makan siang mereka diperbolehkan
pulang ke rumah. Jam 12 siang yang di mana merupakan jam istirahat para
karyawan dari PN. Para karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk
kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang bersama keluarga, maka
dengan cepat mereka berjalan memenuhi jalanan. Waktu istirahat yang tidak lama
sangat mereka manfaatkan untuk makan di rumah. Yule (2006:3) menjelaskan
bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya
dengan makna pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang
dimaksud orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu
berpengaruh terhadap apa yang dikatakan
Data E5. “Asap itu membuat penghuni rumah batuk-batuk,
namun ia amat diperlukan guna menyalakan gemuk
sapi yang dibeli bulan sebelumnya dan digantungkan
berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat subuh para istri meniup
potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar.
Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah bahkan
hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Penunjuk gaya bahasa perumpamaan pada kutipan tersebut karena
menggunakan kata seperti. Artinya mengibartkan gemuk sapi yang digantung
berjuntai-juntai seperti cucian di atas perapian dapat diketahui bahwa gemuk sapi
tersebut digantung di atas tungku seperti menjemur pakaian. Perumpamaan adalah
gaya bahasa perbandingan yang pada hakikatnya membandingkan dua hal yang
berlainan dan yang dengan sengaja kita anggap sama (Keraf, 2009:138).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah setiap subuh
para istri meniup potongan bambu untuk menghidupkan tumpukan kayu bakar
untuk digunakan memasak. Asap tersebut mampu membangunkan seisi rumah
bahkan hewan ternak yang tinggal di sekitar rumah. Werth (1999) telah
mengembangkan sebuah konsep yang sangat terinci dan akurat tentang konteks.
Konteks di mana sebuah wacana sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks
ini memunculkan pengetahuan dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di
mana ini didapatkan lewat negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga
memberikan makna terhadap wacana yang sedang berlangsung. Werth
memandang bahwa konteks adalah sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan
bersama-sama oleh para peran dari wacana. (ini berlaku baik untuk wacana
tertulis maupun untuk wacana lisan)
4.2.1.6 Gaya Bahasa Alegori
Kalimat yang mengandung gaya bahasa alegori dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata yang dianalisis berjumlah 6 buah. Berikut ini akan
dipaparkan 4 dari data tersebut
Data F1. “Merekalah mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
guru spiritual.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat para siswa SD
Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak
Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh
pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga
mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu
Mus.
Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai
pertauatan antara kata mentor, penjaga, sahabat, pengajar, dan guru spiritual.
Artinya Seseorang yang sabar dalam mendidik dan menjaga orang lain. Kata
mereka dimaksudkan di sini adalah Pak Harfan dan Bu Mus yang penuh dengan
keikhlasan dan kesabaran dalam mengasuh sepuluh anggota Laskar Pelangi.
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang
lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Bu Mus dan Pak
Harfan guru SD Muhammadiyah yang rela bekerja mendidik anak bangsa tanpa
harus di gaji. Siswa SD Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan
pak Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh pak Harfan dan
Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga mereka telah disambut hangat oleh
senyum pak Harfan da Bu Mus. Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik
adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
yang dikatakan
Data F2. “Di balik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin,
serta berbau hangus, dia memiliki an absolutely
beautiful mind.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Konteks : tuturan itu terjadi karena Lintang merupakan siswa
pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus
menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan
menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh
dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu
sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya.
Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai
pertautan antara kata tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus. Artinya
kondisi fisik seseorang tak menentukan kualiatas dari orang tersebut.
Penggambaran tersebut merupakan gambaran fisik Lintang walaupun ia terlihat
apa adanya tetapi ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Alegori adalah gaya
bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan
yang utuh (Keraf, 2007:140).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Lintang
berpenampilan apa adanya, karena menurut dia ilmu pendidikan itu sangat
penting. Lintang merupakan siswa pintar yang sangat rajin ke sekolah
meskipun dia harus menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan
menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh dibandingkan
dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu sampai paling awal ke sekolah
daripada siswa yang lainnya. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa
dari pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137).
Dalam studi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh
penutur/penulis dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan
kalimat yang lainnya yang terlepas dari konteksnya.
Data F3. “Maka jika ditanyakan kepadanya bagaimana seekor
cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis,
terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerja
rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai
saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu
di punggung pacarnya, ia akan membuat analogi
buang hajat cacing itu pada sistem ekskresin
protozoa dengan anatomi vakula kontraktil yang
rumit itu, bahkan jika tidak di stop, ia akan dengan
senang hati menjelaskan fungsi-fungsi korteks,
simpai bowman,medulla, lapisan malpigi, dan
dermis dalam sistem ekskresi manusia.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang menjelaskan sesuatu
kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah
dipahami oleh teman-temannya. Lintang juga bereksperimen
merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada
pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran
biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme
dengan cara yang mudah dipahami.
Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai
pertautan antara penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci, dan sangat cerdas.
Artinya Seseorang yang jika menjelaskan sesuatu kepada orang lain akan
menjelaskan dengan sangat jelas dan mudah dipahami oleh lawan bicaranya.
Kalimat tersebut menggambarkan cara Lintang menjelaskan sesuatu kepada
teman-temannya dengan penjelasan yang sangat jelas dan mudah dimengerti oleh
teman-temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu
dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah jika salah satu dari
teman Lintang tidak memahami pembelajaran yang telah berlangsung dan
meminta kepadanya untuk dijelaskan ulang. Lintang akan dengan senang hati
membantu teman-temannya. Lintang menjelaskan sesuatu kepada teman-
temannya dengan sangat detail sehingga mudah dipahami oleh teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lintang juga bereksperimen merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan
pada pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran biologi. Ia
menciptakan konfigurasi belajar metabolisme dengan cara yang mudah dipahami.
Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari pemakaiannya (language in
use) (Levinson dalam Pranowo, 2014:137). Dalam studi bahasa pragmatik
melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan
pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lainnya yang terlepas dari
konteksnya.
Data F4. “ Aku terus menerus memanggil-manggil nama
Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa,
Syahdan telah mati.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal dan teman-temannya
sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari
permainan mereka adalah saat para penarik pelepah yang
bertenaga kuat berbelok mendadak serta dengan sengaja
menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan
tersebut menyebabkan para penumpang terjatuh dari
pelepah. Saat Syahdan mengambil peran sebagai co-pilot
tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya terlentang, tergeletak
tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya di dalam
parit, dan dia tak bergerak.
Penunjuk gaya bahasa alegori pada kutipan tersebut karena mempunyai
pertautan antara diam, kaku, dan tidak bernyawa. kaku, tak bernyawa, telah mati
ketiga hal tersebut memiliki arti yang sama menandakan kalau Syahdan
meninggal, padahal Syahdan hanya berpura-pura untuk mengelabui teman-
temannya. Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang bertautan satu dengan
yang lainnya dalam kesatuan yang utuh (Keraf, 2007:140).
Adapun konteks pragmatik dalam kalimat tersebut adalah Ikal dan teman-
temannya sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat berbelok mendadak serta
dengan sengaja menambah kekuatan tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut
menyebabkan para penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil
peran sebagai co-pilot dan Ikal sebagai pilotnya tiba-tiba Syahdan terjatuh
tubuhnya terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian tubuhnya
di dalam parit, dan dia tak bergerak. Syahdan membuat semua temannya menjerit
takut, takut jika Syahdan benar-benar meninggal. Syahdan menahan napas selama
yang dia bisa demi mengelabui teman-temannya yang sudah panik melihatnya
terlentang tak berdaya. Werth (1999) telah mengembangkan sebuah konsep yang
sangat terinci dan akurat tentang konteks. Konteks di mana sebuah wacana
sementara topik dari teks adalah dunia teks. Teks ini memunculkan pengetahuan
dan menjadi landasan yang dipahami bersama, di mana ini didapatkan lewat
negosiasi antar partisipan, yang se kaligus juga memberikan makna terhadap
wacana yang sedang berlangsung. Werth memandang bahwa konteks adalah
sesuatu yang diciptakan secara dinamis dan bersama-sama oleh para peran dari
wacana. (ini berlaku baik untuk wacana tertulis maupun untuk wacana lisan).
4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang memperlajari struktur bahasa
secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi (Wijana, 1996:1). Yule (2006:3) menjelaskan bahwa pragmatik
adalah studi tentang maksud penutur. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatis. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksud orang di
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang dikatakan. Leech (2003:34) menyatakan bahwa maksud yaitu makna yang
dimaksudkan pesannya. Studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang
dimaksudkan orang dalam suatu konteks khusus untuk memberi pengaruh
terhadap apa yang dikatakan orang tersebut. Diperlukan suatu pertimbangan
tentang bagaimana penutur mengatur apa yang ingin dikatakannya dan
disesuaikan dengan orang yang penutur ajak dibacara (mitra tutur), di mana,
kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik merupakan studi makna kontekstual.
Makna gaya bahasa dalam penelitian ini akan diiterpretasikan oleh peneliti
berdasarkan penggunaan gaya bahasa jenis tertentu dalam kutipan novelnya.
Peneliti menemukan beberapa makna dari gaya bahasa yang digunakan dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Berikut ini akan dipaparkan makna
dari gaya bahasa tersebut.
4.2.2.1 Makna Pragmatik Menjelaskan Kepribadian Seseorang
Berikut akan dipaparkan analisis makna menjelaskan yang muncul dari
gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 1. “Dibalik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin,
serta berbau hangus, dia memiliki an absolutely
beautiful mind”
Konteks : tuturan itu terjadi karena Lintang merupakan siswa
pintar yang sangat rajin ke sekolah meskipun dia harus
menempuh jarak yang sangat jauh ke sekolah dengan
menggunakan sepeda. Jarak rumah Lintang berada paling jauh
dibandingkan dengan anak yang lainnya tetapi dia selalu
sampai paling awal ke sekolah daripada siswa yang lainnya.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menjelaskan sosok Lintang ,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yaitu Dibalik tubuhnya yang tak terawat, kotor, miskin, serta berbau hangus, dia
memiliki an absolutely beautiful mind. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa
Lintang merupakan anak yang sangat pintar meskipun penampilannya terlihat
tidak terawat dan kotor. KBBI menjabarkan bahwa kata menjelaskan berarti
menerangkan secara jelas atau secara terang.
Data 2. “laki-laki cemara angin itu pontang-panting sederas
pelanduk untuk meminta bantuan orang-orang di kantor
desa. Lalu secepat kilap pula ia menyelinap ke dalam
rumah dan tiba-tiba sudah berada di depan Lintang.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang sedang belajar dan
bertanya kepada ayahnya empat kali empat berapa, karena
ayahnya tidak tahu jawabannya maka saat Lintang lengah
ayahnya diam-diam pergi ke luar rumah dan meminta bantuan
kepada orang yang ada di kantor desa.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu laki-laki cemara angin itu pontang-
panting sederas pelanduk untuk meminta bantuan orang-orang di kantor desa.
Lalu secepat kilap pula ia menyelinap ke dalam rumah dan tiba-tiba sudah
berada di depan Lintang. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perjuangan
ayah Lintang dalam membantu anaknya belajar ia rela lari dengan sangat terburu-
buru meminta bantuan kepada orang-orang yang berada di kantor desa untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan Lintang kepadanya. Jadi,
makna di atas diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan
caranya dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.
Data 3. “Konon hanya mereka yang bertangan dingin, berhati
lembut putih bersih yang mampu membiakkannya,
ialah Bu Muslimah, guru kami.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Bu Muslimah mampu
mengembangbiakkan tanaman bunga stripped canna beauty.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Stripped canna beauty merupakan tanaman yang emosional
sehingga menyiramnya harus hati-hati dan tidak semua orang
bisa menumbuhkannya. Orang-orang bertangan dinginlah yang
mampu menumbuhkan dan merawatnya.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu Konon hanya mereka yang
bertangan dingin, berhati lembut putih bersih yang mampu membiakkannya, ialah
Bu Muslimah, guru kami. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Bu Mus adalah
orang yang sabar dalam mendidik maupun merawat sesuatu serta teliti dan tekun
dalam mengerjakan sesuatu. Jadi, makna di atas diketahui melalui tuturan yang
disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh pendengar atau
pembaca.
Data 4. “Ia adalah kambing hitam tempat tumpahan semua
kesahalan, dia tak pernah sekalipun dimintai
pertimbangan jika Laskar Pelangi mengambil
keputusan, lalu dalam lomba apa pun dia selalu kalah.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena setiap rencana maupun
keputusan yang diambil oleh tim laskar pelangi mereka tidak
pernah meminta pendapat dari Syahdan. Saat keputusan yang
mereka ambil adalah sebuah kesalahan maka Syahdan yang
akan menanggung setiap kesalahan tersebut padahal dia tidak
tahu apa-apa akan kesalahan itu.
Pada pernyataan di atas mengandung makna „menjelaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan penulis, yaitu Ia adalah kambing hitam tempat
tumpahan semua kesahalan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Syahdan
selalu disalahkan dalam setiap kejadian padahal ia tidak tahu apapun tentang hal
tersebut. Syahdan tidak diminta pendapat dan saran saat anak-anak yang lainnya
membuat suatu rencana tetapi jika renaca mereka mendapatkan masalah maka
Syahdanlah orangnya yang pasti akan langsung disalahkan. Jadi, makna di atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan
ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.
4.2.2.2 Makna Pragmatik Menggambarkan Karakter Seseorang
Berikut akan dipaparkan analisis makna menggambarkan yang muncul
dari gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data
tersebut.
Data 5. “Merekalah mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan
guru spiritual.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat para siswa SD
Muhammadiyah pertama kalinya belajar bersama dengan pak
Harfan dan Bu Mus di mana mereka diajari dengan sabar oleh
pak Harfan dan Bu Mus. Awal pendaftaran sekolah juga
mereka telah disambut hangat oleh senyum pak Harfan da Bu
Mus.
Dari pernyataan di atas terkandung makna „menggambarkan‟. Hal ini
terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menggambarkan
sosok Bu Mus dan Pak Harfan dalam menjaga dan didik mereka, yaitu Merekalah
mentor, penjaga, sahabat pengajar, dan guru spiritual. Pernyataan tersebut
menggambarkan Bu Mus dan Pak Harfan yang penuh dengan keikhlasan dan
kesabaran dalam menjaga, mengajari dan mengasuh anak-anak Laskar Pelangi.
Data 6. “Maka jika ditanyakan kepadanya bagaimana seekor
cacing melakukan hajat kecilnya, siap-siap saja
mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis,
terperinci, dan sangat cerdas mengenai cara kerja
rambut getar di dalam sel-sel api, lalu dengan santai
saja, seumpama seekor monyet sedang mencari kutu
di punggung pacarnya, ia akan membuat analogi
buang hajat cacing itu pada sistem ekskresin protozoa
dengan anatomi vakula kontraktil yang rumit itu,
bahkan jika tidak di stop, ia akan dengan senang hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menjelaskan fungsi-fungsi korteks, simpai bowman,
medulla, lapisan malpigi, dan dermis dalam sistem
ekskresi manusia.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Lintang menjelaskan sesuatu
kepada teman-temannya dengan sangat detail sehingga mudah
dipahami oleh teman-temannya. Lintang juga bereksperimen
merumuskan metode jembatan keledai untuk hafalan pada
pelajaran-pelajaran yang dipelajarinya misalnya pelajaran
biologi. Ia menciptakan konfigurasi belajar metabolisme
dengan cara yang mudah dipahami.
Dari pernyataan di atas terkandung makna „menggambarkan‟. Hal ini
terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) menggambarkan sosok
Lintang dalam memberi penjelasan kepada teman-temannya yaitu Maka jika
ditanyakan kepadanya bagaimana seekor cacing melakukan hajat kecilnya, siap-
siap saja mendengarkan penjelasan yang rapi, kronologis, terperinci. Pernyataan
tersebut menggambarkan Lintang yang jika menjelaskan seseuatu kepada teman-
temannya akan sangat jelas dan terperinci sehingga teman-temannya dapat dengan
mudah memahami apa yang telah disampaikan oleh Lintang. Jadi, makna di atas
diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan
ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.
4.2.2.3 Makna Pragmatik Membandingkan
Berikut akan dipaparkan analisis makna membandingkan yang muncul
dari gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data
tersebut.
Data 7. “IBU Muslimah yang beberapa menit lalu sembap,
gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi
sekuntum Crinum giganteum.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu bu Muslimah
sangat cemas dan takut jika SD Muhammadiyah ditutup.
Seketika bu Mus menjadi tenang dan tidak takut lagi SD
Muhammadiyah akan ditutup karena jumlah siswanya sudah
mencapai 10 orang sesuai kesepakatannya dengan Dinas.
Dari pernyataan di atas terkandung makna „membandingkan‟. Hal ini
terlihat dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam membuat
perbandingan sosok Bu Muslimah, yaitu Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu
sembap, gelisah, dan coreng-moreng kini menjelma menjadi sekuntum crinum
giganteuml. Pernyataan tersebut membandingkan perubahan sikap Bu Muslimah
hanya dalam beberapa menit saja. Perubahan sikap Bu Muslimah saat jumlah
siswa SD Muhammadiyah 9 orang terlihat sangat sembap , gelisah dan coreng-
moreng tetapi saat jumlah siswa sudah tergenapi 10 orang Bu Muslimah terlihat
bahagia dan berseri yang diibaratkan dengan bunga Crinum giganteum.
4.2.2.4 Maksud Menegaskan Suatu Kejadian
Berikut akan dipaparkan analisis makna menegaskan yang muncul dari
gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 8. “ Aku terus menerus memanggil-manggil nama
Syahdan, tapi ia diam saja, kaku, tak bernyawa,
Syahdan telah mati.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat Ikal dan teman-temannya
sedang bermain menggunakan pelepah. Puncak dari permainan
mereka adalah saat para penarik pelepah yang bertenaga kuat
berbelok mendadak serta dengan sengaja menambah kekuatan
tarikannya. Tarikan dan belokan tersebut menyebabkan para
penumpang terjatuh dari pelepah. Saat Syahdan mengambil
peran sebagai co-pilot tiba-tiba Syahdan terjatuh tubuhnya
terlentang, tergeletak tak berdaya, air menggenangi sebagian
tubuhnya di dalam parit, dan dia tak bergerak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Dari pernyataan di atas terkandung makna „menegaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menegaskan keadaan Syahdan
setelah terjatuh, yaitu Aku terus menerus memanggil-manggil nama Syahdan, tapi
ia diam saja, kaku, tak bernyawa, Syahdan telah mati. Pernyataan tersebut
menegaskan bahwa tubuh Syahdan kaku dan tidak memberi respon apapun saat
teman-temannya memanggil-manggil namanya dengan panik dan penuh rasa
takut.
Data 9. “Sekarang sudah hampir tengah hari, udara semakin
panas. Berada di toko ini serasa direbus dalam panci
sayur lodeh yang mendidih.”
Konteks : tuturan itu terjadi karena kapur tulis di SD
Muhammadiyah telah habis dan Ikal ditugaskan untuk
mengambil kapur tulis tersebut ke toko Sinar Harapan. Saat itu
sudah hampir tengah hari di mana kondisi kondisi toko juga
dipenuhi dengan berbagai macam barang-barang membuat
toko terasa semakin sempit dan membuat suasana semakin
panas.
Dari pernyataan di atas terkandung makna „menegaskan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) menegaskan keadaan cuaca pada saat
itu yaitu udara semakin panas berada di toko ini serasa direbus dalam panci
sayur lodeh yang mendidih. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pada saat itu
sudah tengah hari, cucaa sangat panas terik. Toko Sinar Harapan menjadi terasa
lebih panas karena barang-barang yang menumpuk dan membuat udara semakin
sedikit memasuki ruangan tersebut. Jadi, makna di atas diketahui melalui tuturan
yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh pendengar
atau pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
4.2.2.5 Makna Pragmatik Menunjukkan Keadaan Para Pekerja
Berikut akan dipaparkan analisis makna menunjukkan yang muncul dari
gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata: prespektif stilistika pragmatik. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.
Data 10. “Lapar membuat mereka tampak seperti semut-semut
hitam yang sarangnya terbakar, lebih tergesa dibanding
waktu berangkat pagi tadi.”
Konteks : tuturan itu terjadi saat jam 12 siang yang di mana
merupakan jam istirahat para karyawan dari PN. Para
karyawan menyempatkan waktu istirahat tersebut untuk
kembali ke rumah mereka masing-masing makan siang
bersama keluarga, maka dengan cepat mereka berjalan
memenuhi jalanan.
Dari pernyataan di atas terkandung makna „menunjukkan‟. Hal ini terlihat
dari kata-kata yang digunakan Ikal (penutur) dalam menunjukkan sikap dari
karyawan PN, yaitu lebih tergesa dibanding waktu berangkat pagi tadi.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa karyawan PN berangkat pada pagi hari
akan terlihat lebih santai, sedangkan pada saat jam istirahat kerja mereka dengan
sangat terburu-buru untuk pulang ke rumah untuk makan siang. Dalam KBBI
menjabarkan bahwa kata “menunjukkan” adalah memperlihatkan, ,menyatakan,
dan menerangkan sesuatu.
4.3 Pembahasan
Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskan temuan data-data hasil
penelitian yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya bahasa dalam majas
perbandingan berdasarkan konteks dan makna pragmatik yang terdapat dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata perspektif stilistika pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa jenis gaya bahasa dalam majas
perbandingan yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Secara keseluruhan gaya bahasa dalam majas perbandingan berdasarkan konteks
dalam pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis
gaya bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa
hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa
simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan.
Tuturan dalam novel dominan menggunakan gaya bahasa perumpamaan,
disebabkan karena gaya bahasa perumpamaan merupakan perbandingan yang
pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dan yang dengan sengaja
kita anggap sama. Dengan menggunakan gaya bahasa perumpamaan penutur
dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang lebih halus maupun lebih kasar
dengan pengibaratan. Peneliti juga menemukan gaya bahasa hiperbola yang
merupakan semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. Hal tersebut bertujuan untuk
menarik perhatian para pembaca.
Penelitian ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya
bahasa dan menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya
bahasa berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna
pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) Makna pragmatik
„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) Makna pragmatik „membandingkan‟,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(4) Makna pragmatik „menegaskan suatu kejadian‟, (5) Makna pragmatik
„menunjukkan keadaan para pekerja‟.
Makna yang paling banyak ditemukan adalah makna pragmatik
menjelaskan kepribadian seseorang. Hal ini dapat dilihat dari Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana
seseorang bersikap, berperilaku dan diperlakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bagaimana gaya bahasa dalam majas perbandingan pada novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Berikut ini disimpulkan gaya bahasa dan makna berdasarkan
konteks dalam pragmatik yang terdapat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea
Hirata.
Kalimat yang mengandung gaya bahasa berdasarkan konteks dalam
pragmatik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis gaya
bahasa tersebut sebagai berikut. (1) gaya bahasa alegori, (2) gaya bahasa
hiperbola, (3) gaya bahasa metafora, (4) gaya bahasa metonimia, (5) gaya bahasa
simile, (6) gaya bahasa personifikasi, (7) gaya bahasa perumpamaan. Penelitian
ini juga meneliti makna yang muncul dari pemanfaatan gaya bahasa dan
menemukan beberapa makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa
berdasarkan konteks dalam kutipan yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Makna yang ditemukan sebagai berikut. (1) Makna
pragmatik „menjelaskan kepribadian seseorang‟, (2) Makna pragmatik
„menggambarkan karakter seseorang‟, (3) Makna pragmatik „membandingkan‟,
(4) Makna pragmatik „menegaskan suatu kejadian‟, (5) Makna pragmatik
„menunjukkan keadaan para pekerja‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
5.2 SARAN
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti
memberikan saran mengenai penelitian sejenis. Berikut akan dipaparkan saran
dari peneliti.
1. Hasil penelitian tentang gaya bahasa dalam majas perbandingan pada
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini dapat dijadikan salah satu
sumber pembaca dalam menganalisis hal yang berkaitan dengan
penelitiannya.
2. Penelitian ini membahas tentang gaya bahasa pada novel Laskar Pelangi,
peneliti ini mengkaji gaya bahasa berdasarkan konteks dalam pragmatik.
Diharapkan bagi peneliti yang akan meneliti terkait dengan novel Laskar
Pelangi agar dapat mengidentifikasi dengan lebih akurat dan dapat lebih
dikembangkan lagi.
3. Bagi penelitian lain, penelitian tentang penggunaan ilmu kebahasaan
dalam suatu karya sastra lebih dikembangkan lagi. Diharapkan penelitian
terhadap karya sastra akan lebih bervariasi dengan memperhatikan
berbagai aspek ilmu kebahasaan seperti pragmatik, semantik,
sosiolinguistik dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
KAJIAN PUSTAKA
Black, Elisabeth. 2011. Stlistika Pragmatik. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hanesti, Martha Ria. 2014. Analisis Kesopanan dan Ketidaksopanan
Level Narator dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan
Buat Emak) Karya Ahmad Tohari (Sebuah Kajian Stilistika
Pragmatik). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Universitas Sanata Dharma.
Hermawan, Ade Henta. 2014. Kajian Parodi dalam Novel Trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk Buku ke ll (Lintang Kemukus Dini
Hari) Karya Ahmad Tohari (Suatu Tinjauan Stilistika
Pragmatik). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan:
Universitas Sanata Dharma.
Hirata, Andrea. 2017. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kunjana dkk. 2016. Pragmatik Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.
Jakarta:Erlangga
Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode
dan Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prastowo, Andi. 2016. Memahami Metode-Metode Penelitian Suatu
Tinjauan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa:
Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Yogyakarta:Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika, Bahasa, Sastra,
dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Angkasa.
Bandung.
Wicaksono, Andri. 2014. Catatan Ringkas Stilistika. Garudhawaca.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DATA PENELITIAN
GAYA BAHASA DALAM MAJAS PERBANDINGAN PADA NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA:
PERSPEKTIF STILISTIKA PRAGMATIK
Oleh: Meylina Br Barus (151224088)
Pembimbing Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum
Petunjuk trianggulasi
1. Trianggulator diminta untuk memberi tanda (V) pada kolom ya atau tidak untuk menggambarkan penilaian anda.
2. Kemudian trianggulator diminta untuk memberi catatan pada kolom komentar untuk membantu kebenaran dari hasil analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No. Data Konteks Wujud Gaya Bahasa
Makna Gaya Bahasa Setuju Komentar
Ya Tidak
1. “Merekalah mentor, penjaga,
sahabat pengajar, dan guru
spiritual.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 32.
Penutur: seorang anak
laki-laki berusia 6 tahun
Tempat: di sekolah
Tujuan tuturan: penutur
ingin menjelaskan
peran gurunya di
sekolah.
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin memperlihatkan
sosok gurunya di
sekolah.
Alegori
Keterangan: termasuk
dalam gaya bahasa
alegori karena
mempunyai pertauatan
antara kata mentor,
penjaga, sahabat,
pengajar, dan guru
spiritual.
Makna: kesabaran
Keterangan: Seseorang
yang sabar dalam
mendidik dan menjaga
orang lain.
Kata mereka
dimaksudkan di sini
adalah Pak Harfan dan
Bu Mus yang penuh
dengan keikhlasan dan
kesabaran dalam
mengasuh sepuluh
anggota Laskar
Pelangi.
√
2. “Di balik tubuhnya yang tak
terawat, kotor, miskin, serta
berbau hangus, dia memiliki
an absolutely beautiful
mind.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 109.
Penutur: seorang anak
lelaki yang berusia 6
tahun.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menjelaskan
keadaan dan
kemampuan dari
temannya.
Alegori
Keterangan: termasuk
dalam gaya bahasa
alegori karena
mempunyai pertautan
antara kata tak
terawat, kotor, miskin,
serta berbau hangus.
Makna: jangan
memandang seseorang
dari fisiknya.
Keterangan: kondisi
fisik seseorang tak
menentukan kualiatas
dari orang tersebut.
Penggambaran tersebut
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin memperlihatkan
keadaan dari temannya.
merupakan gambaran
fisik Lintang walaupun
ia terlihat apa adanya
tetapi ia memiliki
kecerdasan yang luar
biasa.
3. “Maka jika ditanyakan
kepadanya bagaimana
seekor cacing melakukan
hajat kecilnya, siap-siap saja
mendengarkan penjelasan
yang rapi, kronologis,
terperinci, dan sangat cerdas
mengenai cara kerja rambut
getar di dalam sel-sel api,
lalu dengan santai saja,
seumpama seekor monyet
sedang mencari kutu di
punggung pacarnya, ia akan
membuat analogi buang
hajat cacing itu pada sistem
ekskresin protozoa dengan
anatomi vakula kontraktil
yang rumit itu, bahkan jika
tidak di stop, ia akan dengan
senang hati menjelaskan
fungsi-fungsi korteks,
simpai bowman,medulla,
Penutur: seorang anak
yang bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin
menggambarkankan
bagaimana cara
temannya yang
bernama Lintang jika
menjelaskan sesuatu
kepada mereka.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur
mendeskrisikan setiap
detail cara temannya
yang bernama Lintang
dalam menjelaskan
sesuatu.
Alegori
Keterangan: termasuk
gaya bahasa alegori
karena mempunyai
pertautan antara
penjelasan yang rapi,
kronologis, terperinci,
dan sangat cerdas.
Makna: kepintaran
Keterangan: Seseorang
yang jika menjelaskan
sesuatu kepada orang
lain akan menjelaskan
dengan sangat jelas dan
mudah dipahami oleh
lawan bicaranya.
Kalimat tersebut
menggambarkan cara
Lintang menjelaskan
sesuatu kepada teman-
temannya dengan
penjelasan yang sangat
jelas dan mudah
dimengerti oleh teman-
temannya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
lapisan malpigi, dan dermis
dalam sistem ekskresi
manusia.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 120 dan 121.
4. “ Aku terus menerus
memanggil-manggil nama
Syahdan, tapi ia diam saja,
kaku, tak bernyawa,
Syahdan telah mati.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 174.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin memastikan
keadaan dari temannya
yang bernama Syahdan
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur
memanggil temannya
dan berusaha
memastikan keadaan
temanya yang bernama
Syahdan.
Alegori
Keterangan: termasuk
gaya bahasa alegori
karena mempunyai
pertautan antara diam,
kaku, dan tidak
bernyawa.
Makna: kebohongan
Keterangan: kaku, tak
bernyawa, telah mati
ketiga hal tersebut
memiliki arti yang
sama menandakan
kalau Syahdan
meninggal, padahal
Syahdan hanya
berpura-pura untuk
mengelabui teman-
temannya.
√
5. “Aku terpana dan merasa
seperti melayang, mati suri
dan mau pingsan dalam
ekstase.”
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
Alegori
Keterangan: termasuk
gaya bahasa alegori
karena mempunyai
Makna: perasaan
Keterangan:perasaan
seakan-akan mati suri,
melayang dan mau
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Novel Laskar Pelangi
halaman 209.
gambaran suasana
perasaan yang sedang
dia rasakan.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan:penutur ingin
mendeskrisikan suasana
setelah pertemuannya
dengan A Ling di toko
Sinar Harapan.
pertautan antara
melayang, mati suri,
dan pingsan yang di
alami oleh Ikal.
pingsan hal tersebut
dialami Ikal saat ia
bertatapan mata
langsung dengan A
Ling gadis misterius
yang sebelumnya tak
pernah dilihatnya.
6. “Aku limbung, kepalaku
pening, dan pandangan
mataku berkunang-kunang
karena syok berat”
Novel Laskar Pelangi
halaman 211
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran suasana
perasaan yang sedang
dia rasakan
Alegori
Keterangan: termasuk
gaya bahasa alegori
karena mempunyai
pertautan antara
limbung, kepala
pening, dan
pandangan mata
berkunang-kunang.
Makna: terkejut
Keterangan: Ikal
dikejutkan dengan
suara keras bantingan
pintu dan menyadari
dia telah jatuh cinta
kemudian dia merasa
seperti kurang sehat
kepalanya pening dan
pandangannya
berkunang-kunang.
√
7. “Ada rasa kemurtadan,
pengkhianatan, dan
pembangkangan pada
Tuhan.”
Novel Laskar Pelangi
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
adanya perubahan
Alegori
Keterangan: termasuk
gaya bahasa alegori
karena mempunya
pertautan antara
Makna: kepercayaan
Keterangan: hal
tersebut menandakan
bahwa anggota
Societeit de Limpai
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
halaman 414 kemurtadan,
pengkhianatan, dan
pembangkangan
telah musrik, karesna
mempunyai
kepercayaan selain
memercayai Tuhan.
8. “Sekarang sudah hampir
tengah hari, udara semakin
panas. Berada di toko ini
serasa direbus dalam panci
sayur lodeh yang mendidih.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 207.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberitahukan
keadaan dalam toko
tersebut.
Tempat: toko sinar
harapan
Suasana: panas terik
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata serasa direbus
dalam panci sayur
lodeh
Makna: keadaan cuaca
Keterangan:
penggunaan kata udara
semakin panas, berada
di toko ini serasa
direbus dalam panci
sayur lodeh
menunjukkan bahwa
suasana di sana sangat
panas terik.
√
9. “ Mata kami bertatapan
dengan perasaan yang tak
dapat dilukiskan dengan
kata-kata.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 209.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
suasana pertemuannya
dengan A Ling yang
merupakan anak dari
pemilik toko
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
krena menggunakan
kata yang tak dapat
dilukiskan dengan
kata-kata
Makna: perasaan
Keterangan:saat mata
Ikal dan A Ling
bertatapan dan tidak
ada kata yang bisa
diucapkan oleh mereka
karena perasaan yang
tidak menentu.
√
10. “Ia tak peduli dengan kapur-
kapur itu dan tak peduli
padaku yang masih hilang
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Hiperbola
Keterangan: termasuk
Makna: perasaan
bahagia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dalam waktu dan tempat.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 211.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
keadaan yang sedang ia
rasakan setelah bertemu
dengan A Ling yang
merupakan anak dari
pemilik toko
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata hilang dalam
waktu dan tempat
Keterangan: ikal yang
awalnya merasa toko
itu panas setelah
bertemu dengan A Ling
dia sudah tidak peduli
dengan kapur tulis itu
dan merasa toko itu
menjadi indah, harum
dan pemilik toko
menjadi ramah
padanya
√
11. “Aku berbalik meninggalkan
toko dan merasa kehilangan
seluruh bobot tubuh dan
beban hidupku.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 212
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata merasa
kehilangan seluruh
bobot tubuh dan beban
hidupku
Makna: kebahagiaan
Keterangan: Ikal
merasa badannya
sangat ringan dan
seperti tidak memiliki
masalah dalam
kehidupan, ia sangat
bahagia, bahagia yang
belum ia pernah
rasakan.
√
12. “Aku kembali melayang
menembus bintang
gemerlapan menari-nari di
atas awan, menyayikan lagu
nostalgia “have l told you
lately that i love you.”
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran saat
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata melayang
Makna: perasaan
seseorang
Keterangan: Ikal
merasa saat dia
menyanyikan lagu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Novel laskar pelangi
halaman 213.
seseorang sedang
bahagia
Konteks: saat Ikal
pertama kalinya jatuh
cinta
menembus bintang
gemerlapan menari-
nari di atas awan.
“have i told you lately
that i love you” seperti
melayang di udara
karena dia merasa
sangat bahagia
13. “Dan rinduku terlanjur
berdarah-darah”
Novel Laskar Pelangi
halaman 265.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat Ikal
merasakan rindu
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran perasaan Ikal
saat merasakan rindu
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata rinduku terlanjur
berdarah-darah
Rinduku berdarah-
darah mempunyai
kesan jika Ikal
memendam rasa rindu
yang sangat berat
kepada A Ling.
√
14. “ Matanya sayu tapi
meradang, seperti telah
mengalami cobaan hidup
yang mahadahsyat.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 20.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin menjelaskan
sebuah poster Rhoma
Irama.
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin mendeskripsikan
poster Rhoma Irama
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena kata meradang
hanya
menggambarkan
keadaan mata dan kata
mahadahsyat
menggambarkan
sesuatu yang luar
biasa atau dilebih-
Makna: perjalanan
hidup
Keterangan: poster
Rhoma Irama yang
menempel di dinding
papan seakan-akan
menggambarkan
sebuah perjalanan
kehidupan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
yang di tempelkan pada
bagian yang bolong di
dinding papan.
lebihkan.
15. “ Kami ternganga karena
suara Pak Harfan yang berat
menggetarkan benang-
benang halus dalam kalbu
kami.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 22 dan 23.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menunjukkan rasa
bangga pada pak
Harfan dengan
pengajaran yang dia
berikan.
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur ingin
memberi gambaran saat
pak Harfan melakukan
pembelajaran yang
mampu membuat para
siswa bangga dan
memaknai setiap kata
dari pak Harfan.
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena menggunakan
kata suara yang
menggetarkan benang-
benang kalbu
seseorang, seakan-
akan suara memiliki
kekuatan untuk
menggetarkan.
Makna: kekaguman
Keterangan: suara Pak
Harfan yang berat telah
mampu menggetarkan
hati murid-muridnya.
pak Harfan berhasil
membuat murid-
muridnya kagum atas
ceritanya
√
16. “ Laki-laki cemara angin itu
berlari pontang-panting
sederas pelanduk untuk
minta bantuan orang-orang
di kantor desa. Lalu secepat
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
Hiperbola
Keterangan: termasuk
gaya bahasa hiperbola
karena kata berlari
Makna: tergesa-gesa
Keterangan: berlari
potang-panting kalimat
tersebut
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kilat pula ia menyelinap ke
dalam rumah dan tiba-tiba
sudah berbeda di depan
Lintang.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 96.
ingin mengutarakan
ayah Lintang berlari
dengan sangat terburu-
buru
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur ingin
menggambarkan bahwa
ayah Lintang berlari
dengan sangat cepat
untuk pergi ke kantor
desa.
pontang-panting
sederas pelanduk
merupakan kata yang
dilebih-lebihkan.
menggambarkan bahwa
ayah Lintang berlari
dengan sangat cepat
dan kata secepat kilat
juga merupakan kata
yang dilebih-lebihkan
karena kata kilat han ya
terlihat dalam waktu
yang singkat.
17. “IBU Muslimah yang
beberapa menit lalu sembap,
gelisah, dan coreng-moreng
kini menjelma menjadi
sekuntum Crinum
giganteum.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 9.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
perubahan sikap dari
IBU Muslimah.
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur
menggambarkan
keadaan awal Bu
Muslimah yang gelisah
karena kecemasan
terhapad sekolah yang
Metafora
Keterangan: termasuk
gaya bahasa metafora
karena
membandingkan Bu
Mus dengan Crinum
gigateum.
Makna: perubahan
sikap
Keterangan: Bu Mus
yag sebelumnya sangat
cemas namun berubah
menjadi bunga crinum
giganteum yaitu bunga
yang memancarkan
keindahan, sebelum
siswa genap berjumlah
sepuluh orang Bu Mus
sangat cemas, namun
dengan kedatangan
Harun sekolah
Muhammadiyah tidak
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
harus ditutup hanya
karena kekurangan 1
oarng siswa, kemudia
berubah menjadi ceria
dan berseri saat seorang
siswa datang dan
menjadi penyelamat
sekolah tersebut tidak
jadi tutup.
jadi ditutup. Bu Mus
yang awalnya cemas
kini menjadi ceria.
18. “Konon hanya mereka yang
bertangan dingin, berhati
lembut putih bersih yang
mampu membiakkannya,
ialah Bu Muslimah, guru
kami.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 193.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
sikap dari seorang guru
yang mereka panggil
Bu Muslimah
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur
menggambarkan sosok
seorang Bu Mus.
Metafora
Keterangan: termasuk
gaya bahasa metafora
karena
membandingkan Bu
Mus dengan tangan
dingin.
Makna: ketelitian
Keterangan: Bu Mus
dikenal sebagai guru
yang bertangan dingin,
yaitu beliau sangat
teliti dalam merawat
tanaman dan tanaman
yang ditanamnya selalu
tumbuh dengan subur.
√
19. “Mahar tetap sedingin es,
eskpresinya datar.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 193.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
Metafora
Keterangan: termasuk
gaya bahasa metafora
karena
Makna: sikap dan
prilaku
Keterangan: Mahar
berekspresi sangat
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
gambaran bagaimana
Mahar menanggapi
sebuah pernyataan.
Konteks: saat Mahar
dan teman-temannya
pergi ke rumah Tuk
Bayan Tula
Tempat: di rumah Tuk
Bayan Tula
membandingkan
eskpresi Mahar
dengan dinginnya es
datar dan dingin,
sikapnya tersebut
terjadi ketika semua
orang tidak
mempercayai pesan
Tuk Bayan Tula
sedangkan ia percaya
bahwa pesan Tuk
benar. Ekspresinya
datar dan ia hanya
diam ketika orang
mulai merendahkannya
20. “ Itulah panggilan untuk
Bang Arsyad orang Melayu,
tangan kanan A Miauw sang
juragan toko Sinar
Harapan.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 200
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran bagaimana
cara kerja Bang Arsyad
di toko Sinar Harapan
Konteks: saat Bang
Arsyad mampu menjadi
kepercayaan A Miauw
Tempat: di Toko Sinar
Harapan
Metafora
Keterangan: termasuk
gaya bahasa metafora
karena
membandingkan Bang
Arsyad dengan tangan
kanan.
Makna: kepercayaan
Keterangan: karena
kata tangan kanan
merupakan penanda
kepercayaan seseorang
terhadap orang lain.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
21. “Ia adalah kambing hitam
tempat tumpahan semua
kesahalan, dia tak pernah
sekalipun dimintai
pertimbangan jika Laskar
Pelangi mengambil
keputusan, lalu dalam lomba
apa pun dia selalu kalah.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 477.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat Syahdan
menjadi pelampiasan
dari kelakuan teman-
temannya
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberikan
gambaran bagaimana
cara teman-temannya
memperlakukan
Syahdan
Metafora
Keterangan: termasuk
gaya bahasa metafora
karena
membandingkan
sosok ia (Syahdan)
dengan kambing
hitam.
kata kambing hitam
merupakan ungkapan
orang yang selalu
disalahkan sedangkan
dia tidak mengerti hal
itu.
√
22. “Pada pil itu ada tulisan
besar APC.”
Novel Laskar Pelangi 18.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: pnutur
ingin menyampaikan
jenis obat yang sering
mereka konsumsi saat
sakit.
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: karena
penutur menyebutkan
hal yang dapat dilihat
secara jelas bentuknya
Metonimia
Keterangan:
Termasuk gaya bahasa
metonimia karena
menggunakan kata
APC dipakai untuk
mengganti atribut
objek yaitu obat
Makna: obat
Keterangan: pil yang
bertuliskan APC yaitu
obat yang bisa
menyembuhkan
berbagai macam
penyakit.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
seperti apa.
23. “Ia bercelana jeans, kaos
oblong, dan membuang
anting-anting yang dibelikan
ibunya.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 48.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
penampilan fisik
temannya
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin mendeskrispikan
penampilan dari
temannya.
Metonimia
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
metonimia karena
menggunakan kata
jeans yang dipakai
untuk mengganti
atribut objek yaitu
celana
Makna: penampilan
Keterangan: Ia
menggunakan celana
yang biasanya
digunakan anak laki-
laki, karena pada
umumnya anak
perempuan
menggunakan rok. Ia di
atas menggambarkan
tokoh Flo yang sangat
tomboy karena
memiliki beberapa
kakak laki-laki, ia satu-
satunya anak
perempuan.
√
24.. “Kosen pintu itu miring
karena seluruh bangunan
sekolah sudah doyong
seolah akan roboh.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 1.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
gambaran keadaan
sekolah tempat mereka
akan belajar.
Simile
Keterangan: termasuk
gaya bahasa simile
karena menggunakan
kata seolah
Makna: bangunan tua
Keterangan: bangunan
sekolah sudah goyang
seperti akan roboh
yang menggambarkan
keadaan sekolah yang
memperihatikan karena
bangunnya sudah tidak
berdiri tegak.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
memberi gambaran
suasana sekolah dan
bangunan yang akan
mereka gunakan selama
belajar dan bersekolah
di SD Muhammadiyah.
Bangunan tua sekolah
yang terbuat dari kayu,
kayu sudah mulai
rapuh, kosen pintu
miring dan bagunan
yang seakan-akan saat
datang angin akan
segera roboh.
25. “ Ketika aku menyusul
Lintang ke dalam kelas, ia
menyalamiku dengan kuat
seperti pegangan tangan
calon mertua yang menerima
pinangan.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 12.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
awal perkenalannya
dengan Lintang
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
menggambarkan
Simile
Keterangan: termasuk
gaya bahasa simile
karena menggunakan
kata seperti dan
menganggap Lintang
menyalaminya
layaknya seorang
mertua
Makna: kebahagiaan
Keterangan: Lintang
menyalami seperti
pegangan tangan calon
mertua yang
menggambarkan bahwa
Lintang memiliki nilai
persaudaraan yang
tinggi. Lintang sangat
bahagia karena bisa
sekolah.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
bagaimana ia pertama
kali berkenalan dengan
Lintang dan kesan
pertama yang dia
dapatkan di awal
perkenalan itu.
26. “Anak ini berbau hangus
seperti karet terbakar.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 10
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
keadaan dari temannya
yang bernama Lintang.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
memberi gammbaran
tentang temannya yang
harus menempuh jarak
yang jauh dengan
mengayuh sepeda di
bawah trik sinar
matahari sehingga
membuat dia berbau
seperti karet terbakar.
Simile
Keterangan: termasuk
gaya bahasa simile
karena menggunakan
kata seperti dan
menganggap aroma
tubuh Lintang sama
dengan karet terbakar.
Makna: perjuangan
Keterangan: Lintang
yang harus mengayuh
sepeda di bawah trik
sinar matahari menjadi
bau hangus seperti
karet terbakar.
√
27. “Di bangku itu ia seumpama
balita yang dinaikkan ke atas
tank, girang tak alang
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Simile
Keterangan: termasuk
Makna: kebahagiaan
Keterangan: ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kepalang, tak mau turun
lagi.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 10.
Tujuan penutur: penutur
ingin memperlihatkan
kebahagiaan yang
dirasakan oleh
temannya.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
menggambarkan
suasana saat pertama
kali masuk sekolah SD
dan bertemu dengan
seorang anak yang
bernama Lintang.
Lintang terlihat sangat
bahagia saat bisa
bersekolah dan tak
ingin jika sekolah itu
harus tutup karena
kekurangan 1 orang
murid.
gaya bahasa simile
karena menggunakan
kata seumpama
Lintang duduk di
bangku kelas ia tampak
sangat bahagia
bagaikan anak balita
yang dinaikkan ke atas
tank sangat senang dan
tak mau turun lagi.
√
28. “Karena penampilan Pak
Harfan agak seperti beruang
madu maka ketika pertama
kali melihatnya kami merasa
takut.”
Novel Laskar Pelangi
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
kesan pertamanya saat
bertemu dengan pak
Simile
Keterangan: termasuk
gaya bahasa simile
karena menggunakan
kata seperti dan
menganggap
Makna: jangan menilai
orang lain dari
penampilan
Keterangan:
penampilan pak Harfan
sama seperti beruang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
halaman 21 Harfan. Pak Harfan
merupakan salah satu
guru yang ada di
sekolah SD
Muhammadiyah
Belitong.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
menggambarkan
suasana kelas dan
persaan para siswa saat
pertama kali bertemu
dan diajar oleh pak
Harfan. Susana kelas
yang menegangkan
karena para siswa
merasa takut melihat
penampilan pak Harfan.
penampilan pak
Harfan sama dengan
beruang madu
madu, penampilan Pak
Harfan memiliki
jenggot yang lebat
sehingga seperti
beruang madu.
29. “Toko yang tadi berbau
busuk memusingkan
sekarang menjadi harum
semerbak seperti minyak
kesturi dalam botol-botol
liliput yang dijual pria-pria
berjanggut lebat seusai
shalat Jumat.”
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
perubahan sikap
seseorang jika sedang
bahagia.
Simile
Keterangan: termasuk
gaya bahasa simile
akrena menggunakan
kata seperti
Makna: semua dapat
berubah jika kamu
merasa bahagia
Keterangan: harum
semerbak seperti
minyak kesturi yang
menggambarkan
suasana
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Novel Laskar Pelangi
halaman 212.
Tuturan sebagai suatu
tindakan: penutur
menggambarkan
suasana toko Sinar
Harapan yang tadinya
berbau tidak sedap
membuat pusing
seketika berubah
menjadi wangi saat Ikal
melihat sosok A Ling
untuk pertama kalinya.
Ikal yang merasa
bahagia dan jatuh cinta
melihat A Ling sudah
tak menghiraukan
bebauan yang ada di
toko tersebut, bagi Ikal
semua sudah seperti
wangi bunga.
menyenangkan.
30. “Kadang-kadang mereka
hinggap di jendela kelas
sambil menjerit sejadi-
jadinya, menimbulkan suara
bising yang musingkan bagi
perut-perut yang
keroncongan.”
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat burung
berkicau di tepian
jendela
Tempat: di Sekolah
Personifikasi
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
personifikasi karena
menganggap burung
prenjek menjerit-jerit,
seakan-akan burung
Kicauan burung yang
dianggap sebagai
jeritan dan mampu
mengganggu
konsentrasi saat
mereka merasa lapar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Novel Laskar Pelangi
halaman 133.
Muhammadiyah
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran bagaimana
burung-burung tersebut
berperilaku
prenjak yang hinggap
di jendela berperilaku
layaknya seperti
manusia.
31. “Ketika Mahar bernyanyi
seluruh alam diam
menyimak.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 138.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: ketika Mahar
bernyanyi
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
bagaimana Ikal
bernyanyi
Personifikasi
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
personifikasi karena
menganggap Mahar
bernyanyi seluruh
alam diam menyimak
seakan-akan alam
makhluk hidup atau
manusia yang dapat
menyimak
Saat Mahar bernyanyi
suasana menjadi
hening seakan-akan
alam dapat menyimak
nyanyiannya
√
32. “Sinar merah lampu sirine
mobil ambulans yang
berputar-putar menjilati sisi
pohon-pohon besar,
menciptakan suasana
mencekam seperti ada
kematian.”
Novel Laskar Pelangi
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat mobil
ambulans datang dan
lampu sirine dihidupkan
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
Personifikasi
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
personifiksi karena
menganggap
ambulans memiliki
lidah seperti manusia
sehingga bisa
Ambulans datang
dengan cepat dan
membunyikan suara
sirine saat ada siswa
dari PT. PN yang sakit
serta langsung
membawanya ke
rumah sakit.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
halaman 310. gambaran bagaimana
tindak sekolah saat ada
siswa yang sakit.
Tempat: sekolah PT.
PN
menjilati.
33. “Tapi harus diakui bahwa
pesan ini mengandung
sebuah tenaga.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 318.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran seseorang
saat dia mendapatkan
pesan dari orang yang
dicintainya
Konteks: saat penutur
mendapat pesan dari
orang yang dicintainya
Personifikasi
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
personifikasi karena
menganggap sebuah
pesan memiliki tenaga
layaknya manusia.
Makna: sebuah isi
pesan yang mampu
merubah seseorang
Keterangan: pesan
yang mampu membuat
cara pandang seseorang
menjadi berbeda
terhadap suatu hal.
√
34. “Kalau ada siswanya yang
sakit maka ia akan langsung
mendapatkan pertolongan
cepat secara profesional atau
segera dijemput oleh mobil
ambulans yang meraung-
raung.”
Novel Laskar Pelangi
Penutur: seoarng anak
laki-laki yang bernama
Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin membuat sebuah
perbandingan antara
sekolahnya dengan
sekolah lainnya.
Personifikasi
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
personifikasi karena
menganggap mobil
ambulans meraung-
raung layaknya
makhluk hidup.
Makna: kelengkapan
fasilitas sekolah
Keterangan: saat ada
siswa yang sakit dari
sekolah PN Timah
maka dengan cepat
guru dan staf di sana
akan membawa siswa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
halaman 58.
Tuturan sebagai pruduk
tindak verbal: penutur
39ingin menjelaskan
fasilitas yang ada di
sekolah PN Timah jika
ada siswanya yang
sakit.
yang sakit itu ke rumah
sakit dengan
menggunakan
ambulans.
35. “Wanita anggun itu
tersentak kaget karena
pertanyaannya secara
mendadak dipotong oleh
suara sebuah tombol
meraung-raung tak sabar.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 369.
Penutur: seorang anak
laki-laki yang bernama
Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
seseorang yang kaget
karena mendengar
bunyi telepon.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur
menggambarkan
suasana di mana
terdapat seorang wanita
sedang bertanya dan
pertanyaanya terhenti
karena bunyi telepon.
Personifikasi
Keterangan:
Termasuk gaya bahasa
personifikasi karena
menganggap tombol
meraung-raung
layakya seperti
manusia, jadi tombol
seakan-akan benda
hidup.
Makna: konsentrasi
Keterangan: wanita
yang kaget karena
mendengar suara
tombol berbunyi saat
dia sedang bertanya.
√
36. “Sebaliknya, bagiku pagi itu
adalah pagi yang tak
Penutur: seorang anak
bernama Ikal
Perumpanaan
Makna: kesan pertama
masuk sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
terlupakan sampai puluhan
tahun mendatang karena
pagi 3itu aku melihat
Lintang dengan canggung
menggemgam sebuah pensil
yang belum diserut seperti
memegang sebilah belati.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 14.
Tujuan tuturan: penutur
ingin mendeskripsikan
kesan awalnya saat
bertemu dengan
Lintang.
Tujuan tuturan sebagai
produk tindak verbal:
penutur ingin
menyampaikan
informasi tentang
pertemuan pertamanya
dengan Lintang
Keterangan:
Termasuk gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti.
Keterangan: ketika
Lintang memegang
pensil diibaratkan sama
seperti memegang
pisau belati, yang
berarti memegang
dengan menggunakan
kelima jarinya.
√
37. “Jika kami sakit, sakit apa
pun- diare, bengkak, batuk,
flu, atau gatal-gatal-maka
guru kami akan memberikan
sebuah pil berwarna putihm
berukuran besar bulat
seperti kancing jas hujan,
yang rasanya sangat pahit.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 18.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran saat salah ada
siswa yang mengalami
sakit di sekolah.
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin menyampaikan
informasi terkait
dengan keadaan di
Perumpamaan
Keterangan:
Termasuk gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti.
Makna: obat
Keterangan: Pil APC
yang berwarma putih,
berukuran besar
diibaratkan sama
seperti kancing jas
hujan yang memiliki
ukuran cukup besar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
sekolahnya jika salah
satu siswa di sekolah itu
sakit.
38. “Yang rutin berkunjung
hanyalah seorang pria hanya
berpakaian seperti ninja.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 18.
Penutur: seoang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin mempertegas
tentang kedatangan
seorang petugas dari
dinas kesehatan secara
rutin.
Tuturan sebagai produk
tindak verbal: penutur
ingin memberi
informasi tentang
kedatangan rutin
seorang pria dari dinas
kesehatan
menggunakan pakaian
tertutup
Perumpamaan
Keterangan:
Termasuk gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti.
Makna: pentingnya
menjaga kesehatan
Keterangan: karena
pria yang rutin
berkunjung merupakan
petugas dinas
kesehatan yang
menyemprot sarang
nyamuk dengan DDT
maka ia berpakaian
seperti ninja
menggunaka masker
karena bau zat pestisida
bisa menggangu
pernafasannya.
√
39. “Lapar membuat mereka
tampak seperti semut-semut
hitam yang sarangnya
terbakar, lebih tergesa
dibanding waktu berangkat
pagi tadi.”
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
suasana pekerja setelah
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
Makna: kelaparan
Keterangan:
mengibaratkan
karyawan PN Timah
kelaparan seperti
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Novel Laskar Pelangi
halaman 52.
pulang bekerja.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
mendeskripsikan
suasana saat pekerja
dari PN Timah pulang
kerja yang sudah
kelaparan dan segera
pulang ke rumah untuk
menyantap makanan
yang ada.
seperti. semut-semut hitam
yang sarangnya
kebakaran, dapat
dimaknai bahwa
mereka sangat lapar
sehingga mereka
pulang ke rumah
mereka dengan
berjalan tergesa-gesa.
40. “Asap itu membuat
penghuni rumah batuk-
batuk, namun ia amat
diperlukan guna menyalakan
gemuk sapi yang dibeli
bulan sebelumnya dan
digantungkan berjuntai-
juntai seperti cucian di atas
perapian.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 53.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tempat: di rumah
Konteks: rumah
dipenuhi asap yang
digunakan untuk
menyalakan gemuk sapi
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti.
Makna: manfaat
Keterangan:
mengibartkan gemuk
sapi yang digantung
berjuntai-juntai seperti
cucian di atas perapian
dapat diketahui bahwa
gemuk sapi tersebut
digantung di atas
tungku seperti
menjemur pakaian
√
41. “Ibunda Guru, Ibunda mesti
tahu bahwa anak-anak kuli
ini kelakuannya seperti
Penutur: seorang anak
laki-laki
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
Makna: sikap dan
perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
setan. Sama sekali tak bisa
disuruh diam, terutama
Borek, kalau tak ada guru
ulahnya ibarat pasien rumah
sakit jiwa yang buas.’
Novel Laskar Pelangi
halaman 71.
Tempat: Sekolah
Muhammadiyah
Konteks: sikap anak-
anak saat guru yang
mengajar di kelas tidak
hadir
Tujuan tuturan: penutur
ingin memberi
gambaran suasana kelas
saat gurunya tidak ada.
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti
Keterangan: teman-
teman kelas Kucai
diibaratkan seperti
setan karena mereka
sangat sulit untuk
diatur dan diberitahu.
√
42. “Nona penuh rahasia ini
seperti pengenjawantahan
makhluk asing dari negeri
antah berantah dan ia dengan
konsisten menjaga jarak
denganku.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 206.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat A Ling
tidak pernah
memperlihatkan
wajahnya
Tujuan tuturan:penutur
ingin memperlihatkan
bagaimana cara A Ling
dengan konsisten tidak
memperlihatkan
wajahnya kepada Ikal
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti
A Ling diibaratkan
seperti pengejawatahan
makhluk asing, di
mana A Ling tidak
diketahui paras
maupun identitasnya.
√
43. “kapur-kapur yang telah ia
kumpulkan terlepas dari
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Perumpamaan
Makna: perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
genggamannya, jatuh
berserakan, sedangkan
kapur-kapur yang ada di
genggamanku terasa dingin
membeku seperti aku sedang
mencekram batangan-
batangan es lilin.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 209.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menggambarkan
suasana saat kapur
terjatuh ke lantai dan
harus dikumpulkan satu
persatu
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti
Keterangan: Ikal
seketika menjadi kaku
setelah melihat sosok A
Ling dan merasa bahwa
kapur tulis yang
dipegangnya menjadi
sangat dingin karena ia
terlalu fokus dan
terpesona kepada A
Ling
√
44. “Aku menghampiri sepeda
reyot Pak Harfan yang
sekarang terlihat seperti
sepeda keranjang baru.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 212.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujun tuturan: penutur
ingin menggambarkan
keadaan sepeda pak
Harfan
Suasana:
menyenangkan
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti
Makna: kebahagiaan
Keterangan: Ikal
seakan melihat sepeda
pak Harfan yang sudah
reyot menjadi sepeda
keranjang baru, itu
karena Ikal sedang
bahagia dan jatuh cinta
√
45. “Tiupan puluhan trombon
laksana sangkakala hari
kiamat dan dentuman
timpani menggetarkan
dadaku.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 218.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menunjukkan
kekuatan dari tiupan
trombon
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
laksana
Makna: bunyi tiupan
Keterangan: tiupan
trombon diibaratkan
seperti sangkakala
ketika hari kiamat
dapat disimpulkan
bahwa tiupan trombon
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Suasana: ramai karena
sedang berada di
sebuah karnaval
tersebut sangat
kencang bahkan
memekakkan telinga.
46. “Kotak kapur yang ada
tulisan pesan A Ling itu
kusimpan di kamarku
seperti benda koleksi yang
bernilai tinggi.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 258.
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Tujuan tuturan: penutur
ingin menyampaikan
betapa berharganya
segala sesuatu yang
didapatkan dari orang
yang kita cintai.
Tuturan sebagai bentuk
tindakan: penutur ingin
memperlihatkan betapa
bahagianya dia saat
mendapat tulisan dari
orang yang dia cintai
walaupun hanya di
kotak kapur.
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
seperti.
Makna: berharga atau
sangat penting
Keterangan: pesan A
Ling diibaratkan
seperti benda koleksi
yang bernilai tinggi.
Ikal sangat menjaganya
dengan baik seperti
barang bernilai sangat
tinggi karena pesan
tersebut dari orang
yang penting dalam
hidupnya.
√
47. “Gambar di kaleng itu
memperlihatkan seorang pria
bercelana dalam marah,
berbadan tinggi besar,
berotot kawat tulang besi
dan laksana seekor gorila
Penutur: seorang anak
laki-laki bernama Ikal.
Konteks: saat Samson
memperlihatkan tubuh
besarnya yang berotot
Perumpamaan
Keterangan: termasuk
gaya bahasa
perumpamaan karena
menggunakan kata
Gambar Samson
tersebut diibaratkan
seperti gorilla diketahui
bahwa Samson
memiliki tubuh yang
besar dan berotot.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
jantan.”
Novel Laskar Pelangi
halaman 78
Tujuan tuturan: penutur
ingin memperlihatkan
bagaimana cara
pandang orang terhadap
orang lain.
laksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Meylina Br Barus lahir di Berastagi pada tanggal 17
Mei 1997. Pendidikan Dasar ditempuh di SD Negeri
044849 Kubucolia, Sumatera Utara, pada tahun 2003-2009.
Pendidikan Menengah Pertama ditempuh di SMP Negeri 1
Barusjahe, Sumatera Utara, pada tahun 2009-2012. Sekolah
Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Tiga Panah, Sumatera Utara, pada
tahun 2012-2013. Melanjutkan studi di SMA Negeri 2 Kabanjahe, Sumatera
Utara, pada tahun 2013-2015.
Seusai menempuh jenjang SMA pada tahun 2015 tercatat sebagai
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa
pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai
tugas akhir dengan judul Gaya Bahasa dalam Majas Perbadingan pada Novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata : Perspektif Stilistika Pragmatik. Skripsi ini
disusun sebagai syarat yang harus ditempuh untuk mendapatkan gelar sarjana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI