fukuyama swa - organisasi

8
SWA-ORGANISASI Biologi manusia menciptakan sebuah predisposisi untuk memecahkan persoalan-persoalan tindakan kolektif, tetapi norma-norma dan metanorma-metanorma pertikular yang dipilih oleh kelompok individu tertentu adalah pilihan kultural, bukan produk dari alam. Oleh karnanya, adalah penting untuk bergerak melampaui struktur kognitif dan emosional yang bersifat universal bagi seluruh umat manusia, menuju norma-norma aktual yang telah lama dimunculkan dan diubah oleh masyarakat manusia. Norma-norma itu mungkin muncul sebagai akibat dari pilihan rasional, hierarkis, seperti dalam kasus konstitusi Amerika; norma-norma itu mungkin berasal dari sumber-sumber hierarkis irasional, seperti ketika musa menyampaikan sepuluh perintah dari gunung sinai; norma-norma itu juga mungkin merupakan hasil dari negosiasi rasional dan spontan, seperti dalam kasus slug atau hukum umum dalam tradisi legal Anglo- Saxon; atau norma-norma itu juga mungkin muncul secara spontan dari sumber-sumber irasional, seperti dalam kasus larangan inses atau agama rakyat (folk religion). Dengan sedikit menyederhanakan, kita mungkin menggambarkan kuadran-kuadran ini sebagai norma-norma yang secara alternatif bersifat politis,relijius, swatur, atau alami. Adalah mungkin untuk membuat hipotesis, seperti sering dilakukan, bahwa ketika masyarakat mengalami modernisasi, norma-norma cenderung diciptakan lebih sedikit dalam kuadran bawah ketimbang dalam kuadran atas, dan secara partikular di kuadran kiri atas (melalui otoritas pemerintahan). Semuanya mengisyaratkan bahwa otoritas legal formal dan rasional, yang sering ditetapkan dalam negara, menjadi sumber utama dari tatanan dalam masyarakat modern. Namun, ketika setiap orang berusaha untuk melampaui tiket dari aturan-aturan tak tertulis yang berkaitan dengan hubungan-hubungan jender di tempat kerja Amerika modern atau sekolah mengetahui bahwa norma-norma

Upload: agus-friady-saputra-zalukhu

Post on 02-Feb-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Swaorganisasi menurut pandangan fukuyama

TRANSCRIPT

Page 1: Fukuyama Swa - Organisasi

SWA-ORGANISASI

Biologi manusia menciptakan sebuah predisposisi untuk memecahkan persoalan-persoalan tindakan kolektif, tetapi norma-norma dan metanorma-metanorma pertikular yang dipilih oleh kelompok individu tertentu adalah pilihan kultural, bukan produk dari alam. Oleh karnanya, adalah penting untuk bergerak melampaui struktur kognitif dan emosional yang bersifat universal bagi seluruh umat manusia, menuju norma-norma aktual yang telah lama dimunculkan dan diubah oleh masyarakat manusia.

Norma-norma itu mungkin muncul sebagai akibat dari pilihan rasional, hierarkis, seperti dalam kasus konstitusi Amerika; norma-norma itu mungkin berasal dari sumber-sumber hierarkis irasional, seperti ketika musa menyampaikan sepuluh perintah dari gunung sinai; norma-norma itu juga mungkin merupakan hasil dari negosiasi rasional dan spontan, seperti dalam kasus slug atau hukum umum dalam tradisi legal Anglo-Saxon; atau norma-norma itu juga mungkin muncul secara spontan dari sumber-sumber irasional, seperti dalam kasus larangan inses atau agama rakyat (folk religion). Dengan sedikit menyederhanakan, kita mungkin menggambarkan kuadran-kuadran ini sebagai norma-norma yang secara alternatif bersifat politis,relijius, swatur, atau alami.

Adalah mungkin untuk membuat hipotesis, seperti sering dilakukan, bahwa ketika masyarakat mengalami modernisasi, norma-norma cenderung diciptakan lebih sedikit dalam kuadran bawah ketimbang dalam kuadran atas, dan secara partikular di kuadran kiri atas (melalui otoritas pemerintahan). Semuanya mengisyaratkan bahwa otoritas legal formal dan rasional, yang sering ditetapkan dalam negara, menjadi sumber utama dari tatanan dalam masyarakat modern. Namun, ketika setiap orang berusaha untuk melampaui tiket dari aturan-aturan tak tertulis yang berkaitan dengan hubungan-hubungan jender di tempat kerja Amerika modern atau sekolah mengetahui bahwa norma-norma informal tidek lenyap ndari kehidupan modern dan tidak mungkin akan hilang di masa mendatang.

Apakah hukum-hukum formal hanya mengkodifikasikan praktik-praktik sosial yang telah eksis, atau hukum-hukum itu memainkan peran tertentu dalam bentuk moralitas ? Teoritisi hukum Robert Ellickson memberi nama “kaum pinggiran hukum (legal peripheralists) pada mereka yang menganggap hukum formal sebagi refleksi dari norma-norma informal, dan mereka yang menganggap hukum sebagai hal penting bagi pembentukan norma-norma “kaum sentaralis hukum (legal centralists).” Analisis mengenai dari mana norma-norma itu berasal diwarnai oleh prefensi-prefensi ideologis kuat yang dimiliki oleh masyarakat seperti dari mana seharusnya norma-norma itu berasal. Mimpi yang paling diidam-idamkan secara umum oleh kaum anarkis abad ke-19, kaum hippies dari tahun 1960-an, kaum libertarian antipemerintah kanan, dan teknolibertarian Kini adalah bahwa negara akan lenyap, tidak digantikan oleh perang semua melawan semua hobbessian, tetapi oleh

Page 2: Fukuyama Swa - Organisasi

koeksistensi damai berdasarkan kesetiaan norma-norma sosial informal. Tipe tatanan terbaik, dengan kata lain, adalah tatanan spontan. Sebaliknya, ada banyak orang dikalangan kaum Kiri yang menganggap norma-norma informal sebagai sisa-sisa (vestiges) masa lalu elitis, borjuis, rasis, atau eksis dan ingin menggunakan kekuatan hierarkis formal dari negara membentuk kembali individu-individu menurut citra dambaan mereka (yakni, “manusia Soviet baru” atau laki-laki yang terfeminimkan, peduli, dan kontemporer). Para pesaing mereka dikalangan Kanan menyerukan agama hierarkis untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama.

Oleh karna masyarakat cenderung lebih menyadari norma-norma yang berasal dari otoritas hierarkis ketimbang dari “tatanan luas kerja sama manusia”-nya Hayek, mungkin berguna untuk melihat lebih dekat pada dua kuadran disisi kanan untuk mulai memahami luas dan batas-batas dari tatanan spontan. Swa-organisasi telah menjadi kata kunci (buzzword) bukan hanya dikalangan ekonom dan biolog, tetapi juga dikalangan para guru teknologi informasi, konsultan manajemen, dan para guru besar sekolah bisnis, banyak diantaranya yang telah mendirikan organisasi-organisasi penasehat kehidupan untuk melepaskan hierarki dan mengorganisasi diri mereka sendiri “secara biologis’ yaitu melalui bentuk-bentuk kerja sama sukarela yang sangat terdesentralisasi. Namun, sementara swaorganisasi merupakan sumber penting dari tatanan sosial, ia hanya bisa berada dalam kondisi-kondisi tertentu yang berbeda dan bukan merupakan formula universal untuk mencapai koordinasi dalam kelompok-kelompok manusia.

Kita berasumsi bahwa banyak adat-istiadat rakyat yang tidak dimandatkan secaram hierarkis maupun tidak dinegosiasikan secara rasional, tetapi dimulai begitu saja karena sebagian wiraswastawan budaya (cultural enterpreneur) sudah memutuskan, misalnya, untuk mengangga batu setempat sebagai sumber keuntungan dalam berburu, hanya untuk melihat batu sesembahan diseluruh komunitas itu. Bahkan dalam ekonomi modern, ia tidak harus mengasumsikan bahwa organisasi-organisasi berinovasi secara rasional; organisasi-organisasi itu seringkali menyalahi teknologi mereka atau organisasi internal mereka atas dasar pertimbangan yang acak dan harapan untuk memperoleh yang terbaik. Kompetisi dalam jangka panjang secara otomatis menyingkirkan alternatif-alternatif inferior.

Penciptaan norma manusia, bagaimanapun, seringkali merupakan niat baik yang lebih kompleks dan bertujuan ketimbang mutasi genetik acak. Meskipun norma-norma itu acapkali merupakan produk dari negosiasi dan tawar-menawar eksplisit. Jumlah terbesar dari kajian teoritis dan empiris mengenai tatanan spontan telah melahirkan , selama generasi yang lalu, ekonomi dan bidang-bidang terkait seperti Hukum dan Ekonomi serta Pilihan Publik. Banyak kajian awal dalam genre ini membahas asal-usul norma yang berkaitan dengan hak-hak kepemilikan. Yang disebut sumber daya umum adalah yang dibagi dalam komunitas-komunitas sumber-sumber daya seperti padang rumput, perikanan, hutan, air bawah tanah, udara yang kita hirup secara khusus memunculkan persoalan-persoalan yang sulit mengenai kerja sama karena sumber-sumber daya tersebut tunduk pada apa yang

Page 3: Fukuyama Swa - Organisasi

dirujuk Garret hardin sebagai “tragedi dari hal-hal bersama (tragedy of the commons).” Sumber-sumber daya bersama ini merupakan barang-barang publik yang bisa dinikmati di antara sekelompok orang tanpa mempertimbangkan upaya individual yang dilakukan untuk menciptakan atau memeliharanya, atau yang lain tunduk pada eksternalitas-eksternalitas positif dan negatif (seseorang individu yang memelihara arus untuk air tawar tidak hanya menguntungkan dirinya, tetapi menguntungkan setiap orang yang memancing di tempat tersebut; sebaliknya, ia bisa mencemari air aliran itu dan memaksakan biaya sosial terhadap orang lain dalam komunitas tersebut).

Tragedi dari hal-hal bersama sebenarnya tidak lain dari sebuah permainan dilema tahanan yang diperluas, dengan banyak pemain, di mana masing-masing peserta memiliki sebuah pilihan antara memberi kontribusi untuk meningkatkan sumber daya bersama (bekerja sama) atau menyingkirkan (menipu). Tidak seperti dilema tahanan ber-sisi dua, persoalan free-rider tidak bisa dipecahkan seketika melalui pengulangan sederhana, terutama ketika ukuran dari kelompok orang-orang yang bekerja sama tumbuh semakin besar. Dalam kelompok-kelompok yang lebih besar, free-riding menjadi lebih sulit untuk dideteksi. Persoalan free-rider telah lama menjadi sumber perhatian luar biasa oleh para ekonom dan ilmuwan sosial lain selama generasi yang lalu sebagai kunci untuk memecahkan persoalan yang lebih luas mengenai asal-muasal kerja sama manusia.

Hardin menyatakan bahwa tragedi dari hal-hal bersama mengarah pada kehancuran sosial seperti laut yang terlalu banyak diambil ikannya dan padang rumput yang terlalu sering dibabat. Persoalan membagi sumber daya bersama bisa dipecahkan, menurut dia, hanya melalui otoritas hierarkis, yaitu oleh sebuah negara koersif atau bahkan lembaga hukum supranasional. Contoh yang ia berikan adalah kelebihan penduduk, di mana perhatian orang tua dalam mengasuh anak-anaknya secara kolektif menghabiskan sumber daya planet ini dan harus dibatasi melalui ukuran-ukuran pengendalian penduduk yang kuat. Ekonomi Mancur Olson menyatakan dalam karya klasiknya mengenai subjek itu bahwa persoalan provisi barang-barang publik bisa dipecahkan bahkan melalui metode hierarkis Hardin (sebuah negara koersif yang, misalnya, memaksa masyarakat untuk membayar pajak penghasilan) atau oleh pengguna tunggal dari barang publik itu yang jauh lebih besar ketimbang orang-orang lain yang bersedia memberikannya secara unilateral dan menerima free-riding karena barang itu memang penting.

Berkebalikan dengan pendekatan hierarkis terhadap kemunculan norma ini, sejumlah ekonom menyarankan pendekatan-pendekatan yang lebih spontan. Satu solusi sederhana ialah mengubah sumber-sumber daya bersama menjadi kepemilikan pribadi. Ekonom Howard Demsetz menyatakan bahwa dengan “menginternalisasikan berbagai eksternalitas” yaitu, dengan mengubah kepemilikan publik menjadi kepemilikan pribadi, para pemilik individual kemudian akan memiliki keinginan untuk melindunginya. Ini menurutnya, merupakan pola historis aktual di kalangan kaum indian semenanjung Labrador pada permulaan abad ke-18. Douglas

Page 4: Fukuyama Swa - Organisasi

North dan Robert Thomas mengembangkan argumen ini untuk menjelaskan munculnya hak-hak kepemilikan di eropa selama periode yang sangat panjang, dari 1000 M hingga 1800 M. Persoalan dengan pendekatan ini adalah bahwa banyak sumber-sumber daya bersama, barang-barang publik, eksternalitas-eksternalitas tidak bisa begitu saja diubah menjadi kepemilikan pribadi, karena sumber-sumber daya itu selalu bergerak (seperti udara dan ikan) atau tidak bisa dibagi begitu saj (seperti kapal induk dan senjata nuklir).

Asal-muasal dari bidang hukum dan ekonomi utuh adalah artikel yang sering dikutip dari ekonom Universitas Chicago, Ronald Coase, “The Problem of Social Change, ” di mana ia menyatakan bahwa ketika biaya-biaya transaksi berada pada angka nol, perubahan dalam aturan-aturan formal tentang pertanggungjawaban (liability) tidak akan memiliki pengaruh terhadap alokasi sumber daya. Ditetapkan secar berbeda, jika berbagai negosiasi antara kelompok-kelompok pribadi tanpa biaya, maka tidak perlu bagi pemerintah untuk mengintervensi guna menentukan kebijakan-kebijakan bagi para pencemar atau produsen dari berbagai eksternalitas negatif, karena kelompok-kelompok yang dpengaruhi secara negatif akan memiliki insentif rasional untuk mengorganisasi dan menyingkirkan perusuh. Contoh yang digunakan Coase untuk menggambarkan persoalan ini adalah konflik antara para peternak dan petani akibat ternak yang memasuki bidang pertanian dan menyebabkan kerusakan. Negara bisa ikut campur untuk membuat para peternak agar mencegah ternak mereka melakukan kerusakan. Norma-norma kebijakan sosial, akan muncul dari interaksi-interaksi swakepentingan agen-agen individual dan tidak dimandatkan melalui hukum atau lembaga-lembaga formal.

Persoalan menerapkan teori Coase pada berbagai situasi dunia riil adalah bahwa biaya transaksi nyaris tidak pernah nol. Ia biasanya menuntut individu-individu pribadi untuk melakukan berbagai persetujuan yang fair satu sama lain, terutama ketika salah satunya secara substansial lebih kaya atau lebih berkuasa dibanding yang lain. Di sisi lain, biaya-biaya transaksi sudah lama cukup rendah dalam banyak kasus yang mampu diidentifikasi oleh para ekonom dari sejumlah kasus swaorganisasi yang menonjol, di mana norma-norma sosial diciptakan melalui proses dari bawah ke atas (bottom-up). Robert Sugden menggambarkan aturan-aturan untuk membagi pelambung-pelambung dipantai Inggris, di mana yang datang dulu dilayani dulu tetapi hanya jika mereka menerima sejumlah yang moderat. Robert Ellickson memberikan banyak contoh mengenai aturan-aturan ekonomi spontan. Para penangkap ikan Amerika abad ke-19, misalnya, seringkali menghadapi konflik-konflik potensial alat penangkap ikan akan diseruit oleh sebuah kapal yang melaju bebas dan ditangkap serta dijual oleh kapal lain yang tidak menghabiskan waktu dan melakukan upaya untuk menangkapnya. Para penangkap ikan mengembangkan serangkaian aturan-aturan formal ekstensif untuk mengatur berbagai situasi ini dan membagi hasil tangkapan secara adil. Riset bidang yang rinci dari Ellickson sendiri menunjukkan bahwa para peternak dan petani di Shanta Country, California, pada kenyataannya telah menetapkan serangkaian norma

Page 5: Fukuyama Swa - Organisasi

informal untuk melindungi kepentingan mereka masing-masing, sebagaimana yang diprediksikan Coase akan terjadi.

Banyak dari literatur tatanan spontan cenderung anekdotal dan tidak memberikan sense yang baik mengenai betapa seringnya norma-norma baru diciptakan secara aktual dengan cara yang terdesentralisasi. Satu pengecualian adalah karya dari ilmuwan politik Elinor Ostorm, yang telah mengoleksi lima ribu kasus kajian mengenai sumber daya bersama, jumlah yang cukup untuk memungkinkannya memulai membuat berbagai generalisasi lapangan secara empiris tentang fenomena tersebut. Konklusinya yang luas adalah bahwa komunitas-komunitas manusia di berbagai tempat dan zaman telah menemukan berbagai solusi untuk tragedi dari hal-hal bersama jauh lebih sering ketimbang yang diprediksikan secara umum. Banyak dari solusi-solusi ini tidak melibatkan privatisasi sumber-sumber daya bersama (solusi yang didukung oleh banyak ekonom ) maupun regulasi oleh negara (solusi yang sering didukung oleh para nonekonom). Namun, komunitas-komunitas itu mampu menciptakan aturan-aturan informal dan kadang-kadang formal untuk pembagian sumber-sumber daya bersama dengan cara yang adil dan tidak mengarah pada penyingkiran atau pengurasan prematur berbagai sumber daya tersebut. Solusi-solusi ini difasilitasi oleh kondisi yang sama yang membuat dilema tahanan bersisi dua bisa dipecahkan: pengulangan. Yaitu, jika orang-orang mengetahui bahwa mereka harus terus hidup dengan orang lain dalam komunitas-komunitas yang terikat di mana kerja sama berkelanjutan akan beroleh balasan, mereka mengembangkan kepentingan dalam berbagai reputasi mereka sendiri, dan juga dalam memantau dan menghukum mereka yang melanggar aturan-aturan komunitas.

Banyak dari contoh Ostorm mengenai aturan-aturan yang berkaitan dengan pembagian sumber daya bersama melibatkan komunitas-komunitas tradisional dalam masyarakat praindustri. Swaorganisasi juga terjadi dalam komunitas-komunitas maju. Salah satu dari contohnya berkaitan dengan pembagian sumber daya air bawah tanah oleh berbagai komunitas di California selatan. Sumber-sumber daya ini bisa dialokasikan oleh otoritas hierarkis tingkat tinggi seperti pemerintah federal, tetapi Ostorm menunjukkan bahwa wilayah-wilayah dan kota-kota stempat yang bernogosiasi satu sama lain melalui sitem pengadilan mempu menciptakan aturan-aturan yang fair untuk membagi sumber daya itu tanpa harus menyingkirkannya. Tidak semua wilayah California selatan mampu mencapai jenis persetujuan ini yang menunjukkan bahwa swa-organisasi tidak bisa selalu diandalkan.

Selain contoh-contoh tersebar mengenai petani, peternak, nelayan dan komunitas-komunitas lain yang berbagi sumber daya bersama, kita juga menemukan perilaku swa-organisasi yang muncul di jantung tempat kerja modern berteknologi tinggi. Korporasi, perusahaan-perusahaan, dan kantor-kantor di awal abad ke-20 yang diciptakannya merupakan benteng-benteng pertahanan dari otoritas hierarkis, yang mengontrol ribuan pekerja melalui sistem aturan yang kaku

Page 6: Fukuyama Swa - Organisasi

dengan cara yang sangat otoritarian. Yang kita saksikan di banyak tempat kerja kontemporer adalah sesuatu yang bertentangan: hubungan formal, diikat aturan, hierarkis tengah digantikan oleh aturan-aturan yang flatter yang memberikan lingkup otoritas lebih luas pada para bawahan, dan didasarkan pada norma-norma atau nilai-nilai bersama yang memungkinkan individu untuk bekerja bersama demi tujuan-tujuan bersama tanpa arahan formal. Dengan kata lain, ia didasarkan pada social capital, yang menjadi lebih dari sekedar kurang penting seperti kompleksitas dan intensitas teknologis dari peningkatan ekonomi.