fl penyuluhan pms b1 fix

23
PENYULUHAN PENYAKIT : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) PUSKESMAS EROMOKO I WONOGIRI DISUSUN OLEH : KELOMPOK 11 1. AFIFAH NOVITA Y (G0011006) 2. ARAFI AFRA LINDA P (G0011032) 3. AULIA KHOIRUNNISA (G0011044) 4. FIRDAUSUL MA`RIFAH (G0011094) 5. FITRI IKA SURYANI (G0011096) 6. MIFTAH NURIZZAHID P (G0011138) 7. MUHAMMAD HANIF NUR R (G0011144) 8. PIETER REINALDO (G0011158) 9. SAFITRI DWI MARTANTI (G0011188) 10. SELVIA ANGGRAENI (G0011194) 11. ISMAEL (G0011217) PENDIDIKAN DOKTER

Upload: fitri-ika-suryani

Post on 17-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

laporan field lab

TRANSCRIPT

PENYULUHAN PENYAKIT :PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)PUSKESMAS EROMOKO IWONOGIRI

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 111. AFIFAH NOVITA Y(G0011006)2. ARAFI AFRA LINDA P(G0011032)3. AULIA KHOIRUNNISA(G0011044)4. FIRDAUSUL MA`RIFAH(G0011094)5. FITRI IKA SURYANI(G0011096)6. MIFTAH NURIZZAHID P(G0011138)7. MUHAMMAD HANIF NUR R(G0011144)8. PIETER REINALDO(G0011158)9. SAFITRI DWI MARTANTI(G0011188)10. SELVIA ANGGRAENI(G0011194)11. ISMAEL(G0011217)

PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA2013BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPenyakit Menular Seksual (PMS) atau bisa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit yang termasuk dalam PMS adalah Syphillis, Gonorhoe, jengger ayam, herpes, HIV/AIDS, dan lain-lain. Maskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara berkembang seperti Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan bahwa penyakit menular seksual semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala penyakit yang datangnya secara lambat/menahaan/kronis (seperti TBC) dan dapat untuk keperluan Survailans, yaitu kelompok umur anak (dibawah 12 tahun) dan kelompok umur dewasa (diatas 12 tahun).Penyebab utama meningkatnya PMS di negara-negara berkembang seperti di Indonesia antara lain adalah:a. Kemiskinan dan kebodohanb. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi di kalangan remajac. Masih dianggap tabu pendidikan seksual sejak dinid. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan perubahan struktur pendudukCakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh kabupaten diIndonesiapada tahun 2005-2007 adalah 68,64%, padahal target SPM 100%. Menurut data tersebut maka dapat disimpulkan masih sangat diperlukan promosi kesehatan tentang PMS. Promosi kesehatan sangat penting mengingat tingginya prevalensi penyebaran penyakit dan kurangnya kesadaran akan bahaya dari PMS tersebut.Oleh karena itu sangat diperlukan adanya promosi kesehatan dalam bidang Penyakit Menular Seksual khususnya HIV/AIDS, meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan yang lainnya. Promosi kesehatan tersebut dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, sebagai contoh adalah penyuluhan kepada SMA atau sederajat yang merupakan usia resiko penularan. (Penyakit Menular Seksual, Modul Field Lab FK UNS)B. TUJUAN PEMBELAJARANSetelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa mampu:1.Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS.2.Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya HIV/AIDS.3.Memahami tatalaksana HIV/AIDS.4.Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tertular HIV/AIDS.

BAB IIKEGIATAN YANG DILAKUKANPada hari pertama field lab, kegiatan yang kami lakukan yaitu melakukan penyuluhan Penyakit Menular Seksual yang dilaksanakan di SMP Pancasila yang bertepatan dengan tanggal 1 April 2013. Kami tiba di Puskesmas Eromoko 1 Wonogiri pukul 07.50 WIB. Setelah menunggu beberapa saat ternyata kami sudah ditunggu oleh Bapak Moko di SMP Pancasila. Segera kami menyusul kesana untuk melakukan kegiatan yang telah dijadwalkan.Sesampainya di SMP Pancasila, kami disambut oleh staf dari pihak sekolah dan dipersilakan menuju aula dengan didampingi staf dari Puskesmas. Setelah peserta siap dan persiapan selesai, kami mulai penyuluhan yang diawali dengan memberi questioner kepada peserta untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta penyuluhan tentang reproduksi pria dan wanita. Penyuluhan dimulai dari memberikan materi reproduksi pria dan wanita yang diisi oleh saudara Miftah, kemudian dilanjutkan materi penyakit menular seksual oleh saudara Afifah. Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar, peserta sangat antusias menerima materi dan aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari kami. Setelah kegiatan penyuluhan PMS selesai, kami disambut hangat di ruang kepala sekolah SMP Pancasila oleh bapak Kepala Sekolah dan bapak Wakil Kepala Sekolah. Setelah dirasa cukup, kami undur diri dan kembali ke Puskesmas Eromoko 1 dan meminta data-data yang diperlukan untuk laporan. Pada pukul 11.40 kami kembali ke kampus UNS.

BAB IIISTUDI PUSTAKAA. PROGRAM PENANGGULANGAN PENULARAN PMSSegmen Sasaran Penyuluhan

1. Sasaran PrimerYaitu individu atau kelompok yang : (a) terkena masalah, (b) diharapkan akan berperilaku seperti yang diharapkan, (c) akan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku. Sasaran primer dibagi dalam beberapa segmen: Umur : remaja, wanita usia subur Jenis kelamin (seks) : pria dan wanita Pendidikan : tingkat SLTP, SLTA, akademi, perguruan tinggi Status sosial ekonomi : orang miskin, orang kaya2. Sasaran SekunderSasaran sekunder adalah individu atau kalompok individu yang berpengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada sasaran primer.3. Sasaran TersierIni mencakup para pengambil keputusan, para penyandang dana, dan pihak lain yang berpengaruh.

Upaya program pencegahan PMS

1. Pengobatan IMS a. Advokasib. Meningkatkan KIE pencegahan IMS, pemeriksaan IMS, dan pengobatan secara dinic. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita IMSd. Mengembangkan klinik IMS di lokasi/lokalisasi penjaja sekse. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di lokasi, lokalisasi, BAR, karaoke, panti pijat2. Peningkatan gaya hidup sehata. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda, dan remaja khususnya anak perempuanb. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life skill education. Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk yang menghadapi masalah sosial. Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk KIE pada masyarakat umum KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas 3. Promosi dan distribusi kondom, melakukan social marketing, dan meningkatkan akses kondom kepada WPS dan pelanggannyaa. Melakukan social-marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WTS dan pelangggannyab. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring distribusinya melalui swasta, LSM, dan pemerintahc. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunanan kondom4. Promosi perilaku seksual amana. Advokasi pada desicion makerb. Mengembangkan proyek-proyek panduan penggunaan kondom 100%c. Melaksanaan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang penggunaan kondom dan hubungan seksual non-penetratifd. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada kelompok beresiko

B. TATALAKSANA HIV/ AIDS1. Pengobatan pada penderita HIV/ AIDS, meliputi:a. Pengobatan suportifb. Penanggulangan penyakit opurtunistikc. Pemberian obat antivirusd. Penanggulangan dampak psikososial2. Pencegahan penyakit HIV/ AIDS, meliputi:a. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS.b. Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.c. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.d. Melarang orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi untuk melakukan donor darah.e. Memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan.f. Memastikan sterilitas alat suntik.3. Obat antivirus HIV/ AIDS adalah:a. Didanosin (ddl)Dosis:2 x 100 mg, setiap 12 jam (BB 60 kg)b. Zidovudin (ZDV)Dosis:500-600 mg/hari, pemberian setiap 4 jam sebanyak 100 mg, pada saat penderita tidak tidur.c. Lamivudin (3TC)d. Stavudin (d4T)Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) tahun 2006 menentukan kebijakan penanggulan penyakit HIV/ AIDS secara nasional.1. Arah Kebijakana. Peningkatan upaya pencegahan Pengurangan dampak buruk (harm reduction) penasun (pengguna NAPZA suntik) Peningkatan program pemakaian kondom 100% pada setiap hubungan seksual yang berisiko Pencegahan penularan ibu ke bayi (PMTCT, prevention of mother-to-child transmission) Transfusi darah yang aman Kewaspadaan universal (UP, universal precaution)b. Peningkatan jumlah dan mutu Pelayanan pengobatan IMS (infeksi menular seksual) Peningkatan jumlah dan fungsi klinik VCT Perawatan, dukungan, dan pengobatan (CST, care, support, and treatment) pada ODHA (orang dengan HIV/ AIDS)c. Penguatan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di semua tingkatd. Peningkatan peraturan perundang-undangan dan anggarane. Peningkatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)f. Memperkuat monitoring dan evalusi2. KegiatanKegiatan disesuaikan dengan 8 kegiatan yang tercantum dalam SPM (Standard Pelayanan Minimal) yang sudah ditetapkan KPAN, meliputi:1. Behavioral change communication (BCC) atau komunikasi perubahan perilaku (KPP)2. Promosi pemakaian kondom (PPK) 100%3. Klinik IMS4. VCT (Voluntary Counseling and Testing)5. Harm reduction6. CST (Care, Support, and Treatment)7. PMTCT (Prevention of Mother-To-Child Transmission)8. Komunikasi publikC. RUJUKAN PASIEN PMS TERUTAMA HIV AIDSKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT RUJUKAN BAGI ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA).Dalam memberikan pelayanan kesehatan rumah sakit rujukan sebagaimana dimaksud Diktum Pertama mempunyai tugas antara lain sebagai berikut: 1. Menyusun Standar Prosedur Operasional 2. Menjamin ketersediaan obat ARV yang secara langsung didistribusikan oleh PT Kimia Farma (sesuai dengan prosedur khusus yang berlaku) dan obat infeksi oportunistik tertentu. 3. Menyiapkan sarana, prasarana, dan fasilitas yang sesuai dengan pedoman. 4. Menyiapkan tenaga kesehatan yang terdiri dokter ahli, dokter/dokter gigi, perawat, apoteker, analis laboratorium, konselor dan manajer kasus; 5. Membentuk tim kelompok kerja/pokja khusus HIV dan AIDS yang terdiri dari tenaga medis dan non medis yang telah dilatih melalui pelatihan khusus HIV dan AIDS.6. Melaporkan pelaksanaan pemberian pelayanan bagi orang dengan HIV dan AIDS.Rumah sakit rujukan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dan wajib menyampaikan laporan secara berkala melalui Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.Monitoring dan evaluasi sehubungan dengan pemberian pelayanan kesehatan bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) akan dilakukan oleh tim yang terdiri dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Direktorat Jendral P2 dan PL, dan stakeholder terkait. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan secara berkala (1 tahun sekali). Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Rumah sakit rujukan wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Kesehatan RI melalui Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. Hal-hal yang bersifat teknis selanjutnya diatur dengan Surat Keputusan Dirjen Bina Pelayanan Medik.

BAB IVPEMBAHASANA. ANALISA PROGRAM PENANGGULANGAN PENULARAN PMS PUSKESMAS EROMOKO I1.Menentukan SasaranIsue-isue strategis dalam pelaksanaan respon pengendalian HIV AIDS & IMS di Indonesia membahas mengenai kejadian penyakit menular seksual terutama HIV-AIDS dan PMS lainnya. Kasus HIV AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hingga Desember 2008 penderita AIDS yang dilaporkan berjumlah 16.110 orang dan pengidap HIV positif sebanyak 6.015 orang. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1999-2008) terjadi peningkatan kasus penemuan AIDS lebih dari 52,9 kali. Kasus AIDS di atas lebih banyak terjadi pada laki-laki (74,9%) dibandingkan wanita (24,6%) serta didominasi oleh kelompok usia produktif 20-39 tahun (80,18%). ( PP & PL, 2009 )Menurut data diatas, dominasi penderita penyakit menular seksual adalah pada usia produktif ( 20-39 tahun ). Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat usia tersebut mengenai penyakit menular seksual dan penularannya di usia yang lebih dini. Hal itu masih dianggap tabu pada usia-usia tersebut. Maka dari itu, penanggulangan efektif yang bisa dilakukan adalah pada usia-usia produktif tersebut.

2.Metode PenanggulanganJenis penaggulangan penularan PMS yang dapat digunakan antara lain pengobatan dan promosi kesehatan, dalam bentuk promosi tentang gaya hidup sehat maupun pemberian informasi tentang penyakit menular seksual beserta kerugiannya. Maka dari itu, metode yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah dengan promosi. Jika dengan pengobatan, maka sasarannya adalah penderita PMS. Padahal jika tujuan disini adalah pencegahan maka, sebisa mungkin bagaimana mencegah sasaran pencegahan agar terhindar dari penyakit menular seksual. Promosi dalam hal pencegahan penyakit menular seksual antara lain mengenai kesehatan reproduksi remaja dan informasi mengenai penyakit menular seksual itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, dalam bentuk penyuluhan, games maupun diskusi dengan sasaran.

3.Penanggulangan Penyakit Menular SeksualBeberapa upaya dapat dilakukan untuk penanggulangan penyakit menular seksual.Beberapa upaya tersebut antara lain:a. Penyuluhan KRR,PMS,NAPZA pada kelompok sasaran (siswa SMP/SMA ,karangtaruna,PSK,dll)b. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT(Prevention Mother to Child Transmission)c. Mengembangkan klinik VCTd. Peningkatan gaya hidup sehatUpaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh puskesmas eromoko 1 untuk menanggulangi penyakit menular seksual diantaranya adalah dengan diadakan penyuluhan dengan sasaran para pelajar SMP Pancasila yang berada di Kecamatan Eromoko.Kegiatan penyuluhan berisikan mengenai penyakit-penyakit yang paling sering ditemui pada kasus Penyakit Menular Seksual yang sebelumnya didahului dengan pengenalan kesehatan reproduksi dan cara-cara hidup sehat agar dapat terhindar dari penyakit tersebut.Pada kegiatan penyuluhan tersebut diadakan juga pengambilan data kuisioner terhadapa siswa-siswi SMP sebelum diberikannya penyuluhan mengenai Penyakit Menular Seksual .Pemberian kuisioner ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh tingkat pengetahuan siswa-siswi SMP.Sehingga apabila data kuisioner sudah didapatkan maka dapat menjadi salah satu acuan dalam menetukan kebijakan selanjutnya terkait masalah Penyakit Menular Seksual.Namun perlu diketahui tingkat pengetahuan yang baik belum tentu menjamin keberhasilan mengenai penurunan tingkat penularan Penyakit Menular Seksual .Pada hasil survey yang dilakukan pada siswa-siswi SMP didapatkan hasil survey tingkat pengetahuan siswa SMP tersebut ssebanyak 55,24% sehinggan dapat dikatakan tingkat pengetahuan siswa SMP Pancasila sebelum penyuluhan berada ditingkat menegah dimana lebih dari sebagian siswa sudah memahami mengenai penyakit menular seksual .Diharapkan pula setelah diberikan mengenai penyuluhan mengenai penyakit menular seksual tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa dapat bertambah.Penyuluhan mengenai penyakit menular seksual pada siswa SMP diharapkan dapat memberikan pengertian sedini mungkin mengenai bahaya dan cara pencegahan dari penyakit menular seksual .Karena semakin hari semakin banyak kasus penyakit menular seksual yang terjadi terutama pada kalangan remaja dan pelajar yang melakukan tindakan yang beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual4.Pencapaian Program pada PuskesmasKecenderungan yang terjadi saat ini dimana kasus penyakit menular seksual semakin meningkat berdasarkan data lapangan namun pada kenyataannya kecenderungan peningkatan penyakit menular seksual ini seperti fenomena gunung es ,dimana memang banyak data menyebutkan peningkatan jumlah pasien penyakit menular seksual namun pada beberapa fasilitas kesehatan seperti Puskesmas Eromoko ini pasien yang diketahui mengidap penyakit menular seksual hanya 1 orang saja namun mungkin saja jumlah orang yang terkena penyakit menular seksual banyak tetapi ada faktor lain seperti takut atau cenderung tidak mau melaporkan diri dan tidak mendapat penanganan yang sesuai dan adekuat menjadi sedikitnya pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan.Pandangan masyarakat dan kurangnya tingkat pengetahuan mengenai penyakit menular seksual terkadang membuat seseorang yang mengidap penyakit menular seksual baik yang sadar maupun tidak membuat pasien ini cenderung untuk menutup diri dan bahkan bila tidak sadar terkena penyakit ini maka orang tersebut dapat menularkan ke lebih banyak orang apabila tidak mendapat perhatian.Perhatian yang dapat diberikan antara lain adalah penyuluhan dan klinik VCT selain itu pula data yang bersifat pribadi seperti alamat dan nama pasien dapat dirahasiakan atau disamarkan sehingga pasien merasa lebih nyaman dalam mendapatkan pengobatan .Selain itu pula perlu adanya bimbingan psikis dan rohani terhadap pasien penyakit menular seksual tanpa menghakimi pasien tersebut sehingga pasien dapat kembali ke kehidupan normal.5. Evaluasi Program Penanggulangan Penyakit Menular SeksualNamun kesulitan-kesulitan dilapangan dalam menangani dan memberikan pengobatan ataupun layanan yang memadai pada pasien penyakit menular seksual masih cukup besar diantaranya seperti yang telah disebutkan diatas seperti ketakutan ,tingkat pengetahuan yang buruk(tidak sadar apabila terkena),ataupun faktor ekonomi,geografis dan sosiobudaya pada pasien.Sehingga fenomana gunung es pada penyakit menular seksual ini dikhawatirkan dapat berlanjut dan masih banyak orang dengan resiko ataupun pengidap tidak mendapatkan kesadaran yang baik.Tingkat pengetahuan yang baik diharapkan dapat menurunkan kejadian penyakit menular seksual dan semakin sedikitnya pasien yang terlambat ditangani.Namun tingkat pengetahuan yang baik ini belum tentu dapat mengurangi pula perilaku beresiko pada masyarakat karena mungkin ada beberapa faktor yang memicu seseorang untuk melakukan kegiatan yang beresiko dengan penyakit menular seksual meskipun sudah mengerti bahaya dan resiko-resiko yang ditimbulkan.

BAB VKESIMPULANDari serangkaian kegiatan laboratorium lapangan yang sudah kami laksanakan, dapat disimpulkan bahwa:1. Penyuluhan mengenai Infeksi Menular Seksual penting dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.2. Penyuluhan dapat dilakukan di berbagai kalangan dan usia dengan menyesuaikan kondisi target sasaran penyuluhan.3. Edukasi mengenai penyakit menular seksual dapat dilakukan dengan berbagai macam media.

BAB VISARANA. Saran kepada Puskesmas1. Karena sulitnya menjumpai kasus penyakit menular seksual di masyarakat, maka perlu adanya suatu pengkajian khusus jika suatu saat ditemukan kasus yang berhubungan dengan penyakit menular seksual.2. Peningkatan penyuluhan mengenai penyakit menular seksual sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat umum mengenai penyakit menular seksual.B. Saran kepada Mahasiswa dalam Pelaksanaan Field Lab1. Karena penyakit menular seksual merupakan suatu topik yang penting, maka hendaknya setiap mahasiswa memiliki kemampuan yang cukup mengenainya, sehingga dapat melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang penyakit menular seksual, memahami program pencegahan, pengobatan, tatalaksana, dan proses rujukan kasus penyakit menular seksual.2. Dalam memberikan penyuluhan hendaknya yang menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat umum, tentunya dengan cara yang mendidik dan menghibur sehingga masyarakat paham akan maksud yang disampaikan dan tidak bosan.

DAFTAR PUSTAKATim Field Lab UNS. 2013. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi. Surakarta: FK UNS.Tim Field Lab UNS. 2013. Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular Seksualitas. Surakarta: FK UNS.Widoyono. 2008. PENYAKIT TROPIS: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.