presentasi fl tb b4
DESCRIPTION
field lab presentation about tuberculosisTRANSCRIPT
FIELD LABPENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR TUBERKULOSISDI PUSKESMAS EROMOKO 1KABUPATEN WONOGIRI
KELOMPOK XIV ALEXANDER N S W G0013016ARUM CAHYANING PEKERTI G0013040AYU LUH RATRI WENING G0013052BEBY TALISA SALAFI G0013056DWITIA AYU ISWARI MADE G0013078GYANITA WINDY HERFINA G0013104HARIADI G0013108JEA AYU YOGATAMA G0013124NADYA RAHMA INDARTI G0013168NATASHA NINDA PRAMALISTA G0013172REZA SATRIA NUGRAHA G0013198RIZKA RAHMA DIANI G0013204
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Indonesia masih menjadi negara ke-3 terbanyak kasus TB setelah India dan China.
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan standar diagnostik TB yang mengacu International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
2. Menjelaskan penatalaksanaan TB yang mengacu International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
3. Mendemonstrasikan cara penemuan suspek dan kasus TB dengan strategi DOTS
4. Mendemonstrasikan cara pencatatan dan pelaporan kasus TB dengan strategi DOTS
5. Melakukan perhitungan angka keberhasilan pengobatan kasus TB
6. Mendemonstrasikan cara monitoring dan evaluasi pengobatan kasus TB dengan strategi DOTS
PELAKSANAANKEGIATAN
Kegiatan Lapangan 1 Sabtu, 8 November 2014
1. Pengenalan penyakit TB di Puskesmas Eromoko 1
2. Penjelasan tentang DOTS
3. Penjelasan tentang OAT
4. Strategi Penanggulangan TB di Pusat Pelayanan Kesehatan
5. Penjelasan mengenai PMO
6. Persipan dan Pembekalan terhadap kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya (Penjaringan suspek/Survey Kontak ke rumah warga)
Kegiatan Lapangan 2
Senin, 10 November 2014Serkunjung ke rumah ibu S, pasien BTA(+) di wilayah Balekarto, Sumberharjo, Eromoko.Melakukan wawancara seputar perjalanan penyakit Melakukan pemantauan terhadap OAT atau PMO
Kegiatan Lapangan 3 Senin, 17 November 2014 Pengumpulan laporan hasil kegiatan
field lab, Presentasi Hasil Kegiatan Field Lab bertempat di Puskesmas Eromoko 1.
Hasil Kegiatan 2 dan Pendataan
Identitas
Nama : Ibu S
Alamat : Balekarto, Sumberharjo, Eromoko
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bertani & Ibu Rumah Tangga
Tanggal mulai dirawat di Puskesmas : 15 September 2014
Keluhan sekarang : Setelah minum OAT biasanya mual, saat pagi hari pasti batuk.
Pemeriksaan fisik : BB= 45 kg ; TB =169 cm ; IMT/BMI = 15,7 kg/m2
Riwayat
Kondisi awal : Pasien pertama kali diduga terkena TB saat kehamilan trimester 1 namun baru dikonfirmasi TB setelah persalinan.
Pemeriksaan BTA : +3 ( tes pertama)
Jenis OAT : OAT Kategori 1
Asal : Wonogiri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat keluarga : (-)
Riwayat lingkungan : (-)
Kontak serumah
Pak Sarno ( 41 Tahun )
Marfuah ( 4 tahun )
Amirudin Faqih ( 2 bulan )
Kondisi Lingkungan Rumah
Ventilasi rumah penderita cukup baik ditandai dengan lancarnya aliran udara dalam rumah penderia terutama pada siang hari. Namun ventilasi di atas jendela pasien bersifat permanen yang tidak bisa dibuka sehingga pertukaran udara pada malam hari hanya berasal dari lubang di antara dinding dan atap. Pada kamar pasien, ventilasi kurang karena pada malam hari ditutup.
Lantai rumah pasien sudah disemen sehingga tidak langsung berhubungan dengan tanah sehingga kelembaban dalam rumah pasien turun.
Pencahayaan rumah penderita baik ditandai dengan adanya cahaya masuk melalui genting pasien dan jendela di rumah pasien.
Pengawasan minum obat Obat rajin diminum pasien ditandai
dengan jumlah obat yang habis sesuai dengan tanggal pasien mengambil obat di puskesmas. Menurut hasil pengawasan, pada malam hari pasien sering mengalami menggigil dan sering kencing di malam hari, dicuragai pasien menderita DM, sehingga dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika pasien memang menderita DM, maka akan dilakukan pengoibatan jauh yang lebih kompleks.
Bulan Suspek BTA +
Januari – Maret 59 7
April-Juni 24 2
Juli-September 32 4
Oktober-
Desember
21 2
Bagan hasil pemeriksaan 2011
Bulan Suspek BTA +
Januari 6 1
Februari 10 2
Maret 9 1
April 15 1
Mei 7 0
Juni 8 0
Juli 10 3
Agustus 5 0
September 5 1
Oktober 6 0
November 3 0
Desember 7 0
Bagan hasil pemeriksaan 2013
Bulan Suspek BTA +
Januari 5 0
Februari 3 0
Maret 2 0
April 2 0
Mei 1 1
Juni 2 0
Juli 3 1
Agustus 2 0
September 1 2
Oktober 2 0
Bagan hasil pemeriksaaan 2014
PEMBAHASAN
LETAK GEOGRAFIS PUSKESMAS EROMOKO
Puskesmas Eromoko 1 termasuk Wilayah
Kecamatan Eromoko. Puskesmas Eromoko terletak
sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan
Pracimantoro, sedang sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Wuryantoro & Manyaran. Kecamatan
Eromoko terdiri dari 13 Desa dan 2 Kelurahan, Yang
termasuk wilayah kerja dari Puskesmas Eromoko 1 ada 8
Desa dan 2 Kelurahan, yaitu : Kelurahan Puloharjo,
Kelurahan Ngadirejo,Desa Baleharjo ,Desa Minggarharjo,
Desa Ngandong,Desa Ngunggahan, Desa Panekan , Desa
Sindukarto, Desa Sumberharjo, Desa Tegalharjo.
Kecamatan Eromoko berdasarkan hasil pencatatan data keluarga tingkat Kecamatan dari 10 Desa/Kelurahan di Wilayah Kerja dari Puskesmas Eromoko 1 memiliki penduduk sekitar 32.000 jiwa.
CARA/METODE PENEMUAN PENDERITA TB PARU
DEWASA Passive promotive case
finding (penemuan pasen secara pasif dengan promosi yang aktif)
Aktif (Kontak serumah pasen TB baru dengan gejala yang sama)
ANAK (termasuk sulit) Gambaran klinis
Radiologis
Uji tuberkulin (mantoux tes)
Data terkait Penanggulangan TB sebagai berikut:
Jumlah pasien BTA Positif
2011 = 15 orang
2013 = 9 orang
2014 = 3 orang
Jumlah pasien TB Anak
2013 = 0 orang
2014 = 0 orang
Jumlah suspek
2013 = 91 orang
hingga Oktober 2014 = 23 orang
DIAGNOSA TB PADA ORANG DEWASA
Pemeriksaan dahak mikroskopis - Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)
Foto toraks danpertimbangan dokter
Antibiotik Non-OAT
ulangi pemeriksaan dahak mikroskopis
periksa röntgen danpertimbangan dokter
Suspek TB Paru
Hasil BTA+ + ++ + -+ - -
Hasil BTA
- - -
Hasil BTA+ + ++ + -
Hasil BTA- - -
Tidak adaperbaikan
Adaperbaikan
TB BUKAN TB
Hasil BTA+ - -
ALUR
DIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU
Kriteria Tuberkulosis Anak
Sistem skoring diagnosis TB anak (IDAI, 2005)
Catatan: Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh
dokter
Jika dijumpai skrofuloderma langsung didiagnosis TB
Berat badan dinilai saat datang
Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Foto rontgen bukan alat diagnosis utama pada TB anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan system skorinh TB anak
Didiagnosis TB jika jumlah skor ≥6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat tentatif/sementara, nilai definitive menunggu hasil penelitian yang sedang dikerjakan.
(IDAI, 2005)
REKAPITULASI PASEN TB BTA + 4 TAHUN TERAKHIR
NO Bulan 2011 2013 2014
1 Januari7
1 0
2 Pebruari 2 0
3 Maret 1 0
4 April2
1 0
5 Mei 0 1
6 Juni 0 0
7 Juli4
3 1
8 Agustus 0 0
9 September 1 2
10 Oktober2
0 0
11 Nopember 0
12 Desember 0
JUMLAH 15 9 4
INDIKATOR YANG DAPAT DIGUNAKAN DI BERBAGAI TINGKATAN
1. Angka Penjaringan Suspek
2. Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
3. Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua PasenTB Paru Tercatat/diobati
4. Proporsi Pasien TB Paru Anak diantara Semua PasenTB Paru Tercatat/diobati
5. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate)
6. Angka notifikasi Kasus (Case Notification Rate )
7. Angka Konversi (Convertion Rate )
8. Angka kesembuhan ( Cure Rate )
9. Angka keberhasilan pengobatan
Perkiraan Jumlah Pasen TB Paru BTA +
107 x Jumlah penduduk
100.000
I.Angka Penjaringan SuspekAngka Penjaringan
Suspek(1,3/1000 penduduk ) Jumlah Suspek Diperiksa
X 100.000 =
Jumlah penduduk 23 X 100.000 =
32.000 71,875 → 72 orang
II.Proporsi Pasien TB BTA Positif diantara Suspek
III.Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua PasenTB Paru Tercatat/diobatiProporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua
PasenTB Paru Tercatat/diobati (Jangan sampai kurang 65%)
Jumlah Pasen TB BTA positip yang Tercatat X
100% Jumlah seluruh Pasen TB Paru yang Tercatat
IV.Proporsi Pasien TB Paru Anak diantara Semua PasenTB Paru Tercatat/diobati
V.Angka Penemuan Kasus (CDR)
VI.Angka notifikasi Kasus (Case Notification Rate )
VII.Angka Konversi(Convertion Rate)
VIII.Angka kesembuhan ( Cure Rate )
IX.Angka keberhasilan pengobatan
Form – form untuk pasien TB
Form TB-01
Form TB-02
Form TB-03
Form TB-04
Form TB-05
Form TB- 06
Form TB - 01 Berisi rekap data dan
pengobatan pasien
Dipegang oleh instansi kesehatan yang merawat
Form TB – 02
Digunakan sebagai kartu kontrol pasien
Dibawa pasien setiap pengambilan obat
Form TB – 03
Digunakan untuk register ke DKK
Berisi catatan jumlah suspek TB per trimester
Form TB - 04
Digunakan untuk register laboratorium
Berisi data pemeriksaan spesimen dahak oleh laboratorium
Form TB – 05
Digunakan untuk mengajukan permohonan pemeriksaan laboratorium
Form TB - 06
Berisi daftar suspek TB yang telah diperiksa dahak S – P – S
Simpulan
Jumlah pasien BTA positif yang tercatat di Puskesmas Eromoko 1, Wonogiri adalah 4 orang pada tahun 2014 hingga bulan November .
Kegiatan penemuan pasien TB terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Dari hasil kunjungan ke pasien BTA (+) yaitu rumah Ibu S, didapatkan bahwa pasien telah mengikuti pengobatan di Puskesmas Eromoko 1 dengan baik, termasuk rutin dalam meminum obat. Namun dari lingkungan sekitar, belum ditemukan penjaringan suspek. Lingkungan rumah dari Ibu Sutini juga sudah cukup memenuhi kriteria rumah sehat.
Dari tahun 2012 hingga 2014, baik jumlah suspek maupun jumlah pasien BTA(+) di wilayah Puskesmas Eromoko 1 mengalami penurunan.
Penghitungan angka keberhasilan pengobatan TB dilakukan sebagai evaluasi terhadap pengobatan TB yang telah dilakukan.
Pengobatan pasien TB memiliki beberapa katagori sesuai dengan tipe kasus dan tipe pasien.
OAT yang ada di Puskesmas Jaten II berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) atau FDC (Fixed Dossage Combination).
Pengawas Minum Obat (PMO) dibutuhkan untuk memantau, mengingatkan, serta memberikan dorongan kepada pasien untuk dapat terus menjalani pengobatan hingga akhir.
Saran
Dalam hal meningkatkan angka indikator keberhasilan TB di wilayah Puskesmas Eromoko 1, perlu dilakukan beberapa hal:
1.Perlu dilakukan edukasi intensif kepada masyarakat yang dititik beratkan pada gejala klinis yang mengarah pada diagnosis TB, sehingga saat masyarakat mendapati kerabatnya dengan gejala tersebut bisa langsung menyarankan untuk dibawa ke pelayanan kesehatan.
2.Perlu ditingkatkan kordinasi dengan dokter praktik swasta atau pelayanan kesehatan lain tentang informasi pasien tuberkulosis. Setiap pasien TB terutama BTA (+) harus dilaporkan kepada puskesmas untuk didata dan dilakukan upaya tindak lanjut. Upaya tindak lanjut berupa penjaringan suspek ditujukan untuk menjaring sebanyak mungkin suspek pasien TB sehingga akan berdampak pula pada angka penemuan kasus.
Masyarakat diharapkan lebih peduli mengenai penyakit tuberkulosis, cara penularan, serta dampak yang ditimbulkannya agar dapat segera melapor dan bisa segera ditangani dengan baik, untuk menghindari penanganan yang terlambat.
Pasien TB diharapkan minum obat dengan teratur serta tidak putus berobat hingga status pengobatan lengkap telah terpenuhi.
Untuk bagian Field Lab di FK UNS, kegiatan Field Lab ini mungkin akan lebih baik lagi jika dilaksanakan lebih dari 2 pertemuan untuk pemantauan ke lapangan, karena waktu yang sempit menjadikan mahasiswa kurang maksimal dalam melaksanakan kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Tuberkulosis karena mengingat cukup banyaknya kegiatan yang bisa untuk mahasiswa pahami dari pemantauan penanggulang TB di puskesmas-puskesmas.
FOTO KEGIATAN
Mahasiswa bersama Instruktur berkunjung ke rumah pasien TB BTA(+) sambil melakukan wawancara dan diberi penjelasan oleh Instruktur
Tampak Depan Kediaman Pasien TB BTA(+) yang dikunjungi oleh kami
Sebelah kanan adalah pasien TB BTA(+) dengan suaminya , saat kami melakukan kunjungan ke kediamannya
OAT KDT yang diminum oleh pasien , pengawasan PMO juga dilakukan oleh petugas puskesmas
Terimakasih