filename: ibnu khaldun.doc
DESCRIPTION
Filename: ibnu khaldun.docTRANSCRIPT
Disediakan oleh: Wazi bin Othman Pensyarah KIAS
Nama beliau ialah Waliuddin Abu Zaid Abdul Rahman ibn Khalid ibn al-Khattab yang dikenali sebagai ibn Khaldun adalah seorang tokoh besar yang lahir pada abad ke 8H yang menjadi pencetus kepada perkembangan pelbagai sumber ilmu pengetahuan. Beliau dilahirkan dalam keluarga yang berlatarbelakangkan ulama' dan umara' pada tahun 1332 M di Tunisia.
Beliau memulakan pengajian di bawah seliaan bapanya sendiri dengan pelbagai cabang disiplin ilmu. Kemudian beliau beralih pula kepada disiplin ilmu logik dan falsafah. Selepas itu beliau mula terjun dalam kancah politik secara langsung berdasarkan hubungan yang sangat erat dengan keluarga Sultan Maghribi. Selepas tiga tahun belau memegang jawatan dalam kerajaan beliau telah berpondah ke Bandar Fes Tunisia dan ke Granada . Selepas lama merantau beliau memilih untuk mengasingkan diri di maghiribi dengan bani al-Arif. Di sinilah beliau mula menghasilkam karyanya yang agung “ Mukaddimah ” yang menjadi rujukan sarjana Timur dan Barat.
Mukaddimah merupakan juzuk pertama dari karyanya “ al-Ibar “ yang membincangkan sejarah tamadun manusia serta perkembangannya. Buku ini menunjukkan kepada kita betapa luasnya ilmu yang dimilikinya di mana karya Mukaddimah ini diadun dengan pengalamannya semasa memegang jawatan dalam kerajaan dalam pelbagai jurusan dan pengembaraan ilmu. Sebab itulah kita dapati karya ini sangat teliti penulisannya. Beliau amat dikenali sebagai pengasas kepada ilmu sosial yang masih dikaji oleh para interlektual hingga ke hari ini. Menurut pandangannya, masyarakat yang kurang maju dari sudut sosio masyarakatnya lebih bersifat fanatik perkauman berbanding masyarakat yang maju yang jarang kedengaran berlakunya sentimen perkauman. Begitu juga dalam soal pendidikan yang dapat membentuk peribadi masyarakat madani boleh dibentuk dengan banyak mencontohi tokoh-tokoh ilmuan yang terkenal sebagai sumber inspirasi dan motivasi diri.
Beliau boleh dianggap sebagai sarjana penamat yang lahir pada zaman klasik. Sumbangannya dalam bidang kemasyarakatan tiada tolak bandingnya. Beliau wafat pada tahun 807 H/1406 M di Kaherah Mesir.
Maklumat Penulis:
Wazi bin OthmanB.A. Hons (Usuluddin), Uni. al-Bait, Jordan.
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin
Khaldun. Nama kecilnya Abdurrahman. Nama panggilnya Abu Zaid; gelarnya
Waliuddin, dan nama populernya Ibnu Khaldun. (Ali Abdul Wahid Wafi’, 1985:5)
Ibnu Khaldun dikenal dengan Ibnu Khaldun karena dihubungkan dengan garis
keturunan kepada kakeknya yang kesembilan, yaitu Khalid bin Utsman, dan dia
adalah orang pertama dari marga ini yang memasuki negeri Andalusia bersama
para penakluk berkebangsaan Arab. Dia dikenal dengan nama Khaldun sesuai
dengan kebiasaan orang-orang Andalusia dan orang-orang Maghribi, yang
terbiasa menambahkan huruf wawu dan nun di belakang nama-nama orang
terkemuka sebagai penghormatan dan takzim, seperti Khalid menjadi Khaldun.
Ibnu Khaldun di lahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan tahun 732 H, atau
tepatnya pada 27 Mei 1333. Rumah tempat kelahirannya masih utuh hingga
sekarang yang terletak di jalan Turbah Bay. Dalam beberapa tahun terakhir ini
rumah tersebut menjadi pusat sekolah Idarah ‘Ulya, yang pada pintu masuknya
terpampang sebuah batu manner berukirkan nama dan tanggal kelahiran Ibnu
Khaldun.
Bani Khalduniyah di Andalusia memainkan peran yang cukup menonjol, baik
dalam bidang ilmu pengetahuan maupun politik. Setelah menetap di Carmona,
kemudian mereka pindah ke Sevilla, dikarenakan situasi politik di Andalusia
yang mengalami kekacauan, baik karena perpecahan di kalangan Muslim
maupun karena serangan pihak Kristen di Utara, maka Banu Khaldun pindah lagi
ke Afiika Utara. Al- Hasan Ibn Jabir adalah nenek moyang Ibnu Khaldun yang
mula-mula datang ke Afiika Utara, di mana Ceuta merupakan kota pertama kali
yang mereka pijak, sebelum pindah ke Tunis pada tahun 1223. (Toto Suharto,
2003:33)
Di Tunis, di tempat barunya, Banu Khaldun tetap memainkan peran penting.
Muhammad Ibn Muhammad, kakek Ibnu Khaldun, adalah seorang ‘hajib’, kepala
rumah tangga istana dinasti Hafsh. la sangat dikagumi dan disegani di kalangan
istana, berkali-kali Amir Abu Yahya al-Lihyani (711 H), pemimpin dinasti al-
Muwahhidun yang telah menguasai bani Hafz di Tunis, menawarkan kedudukan
yang lebih tinggi kepada Muhammad Ibn Muhammad, tetapi tawaran itu
ditolaknya, pada akhir hayatnya, kakek Ibnu suka menekuni ilmu-ilmu
keagamaan hingga wafatnya pada 1337 M.
Dari latar belakang keluarganya yang banyak bergerak dalam bidang politik dan
pengetahuan seperti inilah Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal
Ramadhan 732 H. Menurut perhitungan para sejarawan, hal ini bertepatan
dengan 27 Mei 1333 M. Kondisi keluarga seperti itu kiranya telah berperan
dominan dalam membentuk kehidupan Ibnu Khaldun. Dunia politik dan ilmu
pengetahuan telah begitu menyatu dalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lag!
kecerdasan otaknya juga berperan bagi pengembangan karirnya. (Toto Suharto,
2003:34)
Secara detail perjalanan hidup Ibnu Khaldun akan dipaparkan dalam tiga fase,
yaitu:
Fase pertama; Masa Pendidikan
Fase pertama ini dilalui Ibnu Khaldun di Tunis dalam jangka waktu 18 tahun,
yaitu antara tahun 1332-1350 M. Seperti halnya tradisi kaum Muslim pada
waktu itu, ayahnya adalah guru pertamanya yang telah mendidiknya secara
tradisional, mengajarkan dasar-dasar agama Islam. Di samping ayahnya, Ibnu
Khaldun juga mempelajari berbagai disiplin ilmu pengetahuan dari para gurunya
di Tunis. Tunis pada waktu itu merupakan pusat para ulama dan sastrawan,
tempat berkumpulnya para ulama Andalusia yang lari menuju Tunis akibat
berbagai peristiwa politik.
Seperti halnya Toto Suharto, menukilkan dari Fathiyah Hasan Slaiman bahwa
disebutkan beberapa gurunya yang berjasa dalam perkembangan
intelektualnya. Di antaranya adalah Abu Abdillah Muhrnas Ibn Sa’ad al-Anshari
dan Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad al-Bathani dalam qira’at; Abu Abdillah
Ibn al-Qashar dalam ilmu gramatika Arab; Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Bahr
dan Abu Abdillah Ibn Jabir al-Wadiyasyi dalam sastra; Abu Abdillah al-Jayyani
dan Abu Abdillah ibn Abd al-Salam dalam ilmu fiqh; dan masih banyak lagi
gurunya. Walaupun dia mempunyai banyak guru dan mempelajari berbagai
disiplin ilmu, pendidikan yang diperoleh Ibnu Khaldun sangatlah mendalam dan
terkesan dalam dirinya.
Dilihat dengan banyaknya disiplin ilmu yang dipelajari oleh Ibnu Khaldun pada
masa mudanya, dapat diketahui bahwa beliau memiliki kecerdasan otak yang
luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun adalah orang yang memiliki
ambisi tinggi, yang tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja. Pengetahuan
begitu luas dan bervariasi. Hal ini merupakan kelebihan yang sekaligus juga
merupakan kekurangannya.
Fase kedua; Aktifitas Politik Praktis
Fase kedua dilalui Ibnu Khaldun dalam berbagai tempat seperti di Fez, Granada,
Baugie, Biskara dan lain-lain, dalam jangka waktu 32 tahun antara 1350-1382
M. Karir pertama Ibnu Khaldun dalam bidang pemerintahan adalah sebagai
Sahib al-Alamah (penyimpan tanda tangan), pada pemerintahan Abu
Muhammad Ibn Tafrakhtn di Tunis dalam usia 20 tahun. (Mukti Ali, 1970:17)
Awal karir ini hanya dijalani Ibnu Khaldun selama kurang lebih 2 tahun,
kemudian ia berkelana menuju Biskara karena pada tahun 1352 M Tunis
diserang dan dikuasai oleh Amir Abu Za’id, penguasa Konstantin sekaligus cucu
Sultan Abu Yahya al-Hafsh. Pada waktu Abu Inan menjadi raja Maroko, Ibnu
Khaldun mencoba mendekatinya demi mempromosikan dirinya ke posisi yang
lebih tinggi. Sultan Abu Inan bahkan beliau mengangkatnya sebagai sekretaris
kesultanan di Fez, Maroko. Di kota inilah Ibnu Khaldun memulai karirnya dalam
dunia politik praktis, yaitu pada tahun 1354 M.
Selama 8 tahun tinggal di Fez, banyak perilakuperilaku politik yang dia lakukan.
Sehingga belum lama menjabat sebagai sekretaris kesultanan, ia dicurigai oleh
Abu ‘Inan sebagai pengkhianat bersama pangeran Abu ‘Abdillah Muhammad
dari bani Hafsh yang berusaha melakukan satu komplotan politik. Iklim politik
yang penuh intrik menyebabkan Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika Utara dan
demi karirnya sebagai politikus dan pengamat, akhirnya ia memantapkan pergi
ke Spanyol dan sampai di Granada pada tanggal 26 Desember 1362 M.
Ibnu Khaldun diterima baik oleh raja Granada, Abu Abdillah Muhammad ibn
Yusuf. Setahun setelah itu Ibnu Khaldun diangkat menjadi duta ke istana raja
Pedro El Cruel, raja Kristen Castilla di Sevilla, sebagai seorang diplomat yang
ditugaskan untuk mengadakan perjanjian perdamaian antara Granada dan
Sevilla. Karena keberhasilannya, raja V memberi Ibnu Khaldun tempat dan
kedudukan yang semakin penting di Granada. Hal ini menimbulkan
kecemburuan di lingkungan kerajaan, akhirnya beliau memutuskan untuk
kembali ke Afrika Utara.
Setelah malang-melintang dalam kehidupan politik praktis, naluri
kesarjanaannya memaksanya memasuki tahapan baru dari kehidupannya yaitu
ber-khalwat. Dalam masa khalwat dari tahun 1374-1378 itu, beliau
menyelesaikan karya al-Muqaddimah yang populer dengan sebutan Muqadimah
Ibnu Khaldun, sebuah karya yang seluruhnya berdasarkan penelitian yang baik.
Pada tahun 178 M, selanjutnya beliau meninggalkan Qal’at menuju Tunis. Di
Tunis beliau mendapatkan tugas menuju Makkah 24 Oktober 1382 untuk ibadah
haji dan singgah di Kairo. Sampai di sini, berakhirlah petualangan Ibnu Khaldun
dalam intrik-intrik politik yang kadang membuatnya menjadi seorang oportunis.
Fase ketiga: Aktivitas Akademis dan Kehakiman
Masa mi merupakan fase terakhir dari tahapan perjalanan Ibnu Khaldun, fase ini
dihabiskan di Mesir kurang lebih 20 tahun antara 1382-1406 M. Tiba di Kairo,
Mesir pada 06 Januari 1983. Pada masa ini dinasti Mamluk sedang berkuasa.
Kemajuan peradaban dan stabilitas politik saat itu menjadikan Ibnu Khaldun
lebih tertarik dan karyanya al-Muqaddimah merupakan magnum opus atau
kedatangan karyanya lebih dahulu daripada pengarangnya sehingga
kedatangannya disambut gembira dikalarigan akademisi, disinilah tugas
barunya sebagai seorang pengajar dilakukan Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun
memberi kuliah di lembaga-lembaga pendidikan Mesir, seperti Universitas al-
Azhar, Sekolah Tinggi Hukum Qamhiyah, Sekolah Tinggi Zhahiriyyah dan
sekolah tinggi Sharghat Musyiyyah.
Mata kuliah yang disampaikan adalah fiqih, hadis dan beberapa teori tentang
sejarah sosiologi yang telah ditulisnya dalam Muqadimah. Selain berjuang dalam
dunia akademik, Ibnu Khaldun juga melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
dunia hukum. ( Munawir Syadzali, 1993:97)
Pada tanggal 8 Agustus 1384 M, Ibnu Khaldun diangkat oleh Sultan Mesir, al-
Zhahir Barqa, sebagai hakim Agung Madzab Maliki pada mahkamah Mesir,
jabatan yang diemban dengan penuh antusias ini dimanfaatkan oleh Ibnu
Khaldun untuk melakukan reformasi hukum. la berupaya membasmi tindak
korupsi dan hal-hal yang tidak beres lainnya di Mahkamah tersebut. Akan tetapi,
reformasi ini ternyata membuat orang-orang yang merasa dirugikan menjadi
marah dan dengki. Mereka kemudian berusaha memfitnah Ibnu Khaldun dengan
berbagai tuduhan, sehingga ia dicopot dari jabatan ini setelah satu tahun
memangkunya. Fitnah yang dialamatkan kepada Ibnu Khaldun sebenarnya tidak
dapat dibuktikan, tetapi ia tetap bersikeras untuk mengundurkan diri dari
jabatan tersebut Pada tahun 1387 M Ibnu Khaldun melaksanakan ibadah haji
kemudian dia diangkat lagi sebagai hakim agung Mahkamah Mesir oleh Sultan
Mesir Nashir Faraj, putera Sultan Burquq.
Pada masa ini, Ibnu Khaldun sempat berkunjung ke Damaskus dan Palestina
dalam rangka mempertahankan Mesir dari serangan Mongol. Dan pertemuan
selama 35 hari di Damaskus, Syria merupakan peristiwa penting terakhir bagi
Ibnu Khaldun dalam perjalanan hidupnya yang penuh ketegangan, penderitaan
di balik kesuksesanya. Setelah itu ia melanjutkan profesinyasebagai hakim
Agung Madzab Maliki hingga wafatnya pad tanggal 16 Maret 1406 M (26
Ramadhan 808 H) dalam usia 74 tahun di Mesir, jenazahnya dimakamkan di
pemakaman para sufi di luar Bab al-Nashir, Kairo. ( Munawir Syadzali, 1993:95).
Kita awali tulisan ini dengan merenungkan makna ucapan Ibn Khaldun dalam kalimat-kalimat terakhir kitabnya yang termasyhur, Muqaddimah: …Sekarang kami bermaksud menyudahi pembicaraan dalam buku pertama ini tentang hakikat peradaban dan peristiwa-peristiwa yang menyertainya. Kami telah menggarap secara memadai masalah-masalah yang bersangkutan dengan hal itu. Barangkali (sarjana) yang akan datang yang mendapat keteguhan dari Allah dengan karunia pikiran sehat dan pengetahuan yang jelas, akan mampu menembus persoalan ini lebih banyak daripada yang telah kami tulis. Seseorang yang menciptakan suatu disiplin baru tidaklah harus menggarap keseluruhan persoalan yang terkait dengan secara berangsur-angsur menambah persoalan-persoalan baru, sehingga disiplin itu kelak menjadi sempurna.
Muqaddimah setiap sarjana ilmu sosial yang serius tentu telah mengetahuinya sebagai sebuah karya ilmiah dari dunia kesarjanaan Islam klasik yang tak habis-habisnya
mengundang kekaguman dan penghargaan para ilmuwan sampai sekarang. Kalimat penutupan itu sudah tentu bukanlah sebuah ramalan, melainkan sebuah ungkapan harapan yang tulus.
Ibn Khaldun adalah seorang sarjana yang di zamannya ibarat menara yang menjulang tinggi di atas hamparan rata tingkat ilmu pengetahuan umat manusia saat itu. Namun begitu, ia tetap menunjukkan kerendahan hati dengan tidak mengaku bahwa apa yang ia garap itu telah sempurna. Jauh dari menuntut agar orang banyak mengikuti saja apa yang telah disajikan, ia justru mengharap supaya para sarjana generasi berikutnya mengambil bagian dalam usaha mengembangkan disiplin itu.
Ibn Khaldun mengharap bahwa disiplin ilmiah (al-fann) yang baru ia rintis, yaitu filsafat sejarah yang memiliki kaitan erat dengan seluruh cabang ilmu-ilmu sosial, akan dikembangkan oleh para sarjana generasi berikutnya. Dengan begitu akan terjadi akumulasi bahan dan informasi, serta pengalaman dan kemampuan ilmiah menuju kesempurnaan bangunaan disiplin itu.
Namun harapan dan antisipasi Ibn Khaldun itulah yang justru tidak terjadi di kalangan Islam. Dari kalangan barat memang terjadi perintisan dan perkembangan filsafat sejarah dan ilmu-ilmu sosial di zaman modern ini. Tetapi, berbeda dengan hampir semua cabang ilmu yang lain di barat, filsafat sejarah dan ilmu-ilmu sosial modern itu tidak ada kaitannya dengan suatu cabang ilmu dalam peradaban Islam, dalam hal ini pikiran-pikiran Ibn Khaldun. Philip K. Hitti menyajikan keterangan menarik tentang hal ini:
Kenyataannya ialah bahwa failasuf (Ibn khaldun) ini dilahirkan pada zaman yang salah dan di tempat yang salah. Ia tampil terlalu lambat untuk bisa membangkitkan respons di kalangan umatnya sendiri diri yang tidur nyenyak dalam abad tengahnya, atau untuk menemukan calon penerjemah kalangan Eropa. Ia tidak mempunyai pendahulu dekat dan tidak pula punya penerus. Tidak ada aliran pikiran yang dapat dinamakan Khulduni. Kariernya yang melejit itu menyorot sepanjang cakrawala Afrika Utara hampir tanpa meninggalkan berkas cahaya di belakangnya.
Ibn Khaldun yang lahir pada 1332 M dan wafat 1406 M, atau sekira 3 abad setelah Al-Ghazali (1508 M – 1111 M) memang hidup dalam suasana dan masyarakat intelektual yang tidak mendukung. Dunia Islam amat terlambat mulai mengenal dan menghargainya. Penghargaan yang kemudian tumbuh adalah berkat tertariknya pemerintah dan para sarjana Turki Utsmani yang mendapatkan banyak petunjuk praktis dalam teori-teori Muqaddimah bagi kepentingan politik mereka. Tetapi ketertarikan secara intelektual tetap nihil, bahkan justru sempat muncul prasangka-prasangka yang amat keliru dan zalim terhadap Ibn Khaldun karena ia mengemukkan berbagi ungkapan yang ditafsirkan secara salah sebagai bersemangat anti-Arab (meskipun ia sendiri seorang Arab Cordova di Andalusia keturunan asal dari Hadramaut).
SUMBANGAN IBNU KHALDUN DALAM BIDANG KEILMUAN ISLAM
LATAR BELAKANG IBNU KHALDUN
Nama sebenar Ibnu Khaldun ialah Abdul al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami.
Nama Khaldun berasai dari keturunan Khalid bin Uthman iaitu seorang tentera Yaman yang
pernah bergabung dengan tentera Andalusia. Semasa di Andalusia, nama Khalid bertukar
kepada Khaldun.
Dilahirkan di Tunisia pada tahun 732H/1332M dan meninggal dunia di Kaherah, Mesir pada
808H/1404M. Ayahnya seorang ulama, ahli bahasa dan seorang pemerintah tentera. Beliau
telah kehilangan ibu dan ayahnya akibat wabak kusta yang melanda kampungnya.
Berketurunan Arab dari Yaman yang berhijrah ke Andalus. Berpindah ke beberapa tempat iaitu
Algeria, Fez, Granada, Bougie dan Mesir apabila Tunisia dilanda wabak taun.
Beliau merupakan seorang yang tekun dalam menuntut ilmu walaupun sibuk menjalankan tugas
pentadbiran. Beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama seperti fikah, tafsir, hadis dan ilmu-ilmu
naqli seperti logik, falsafah, matematik dan bahasa Arab.
Beliau juga merupakan pemikir Islam terulung dalam bidang sejarah, sosiologi, politik dan
agama. Semasa kecil beliau dididik oleh ayahnya dan dihantar berguru dengan ramai sarjana
Islam yang hebat di Tunisia.
Ketika muda beliau suka merantau, bekerja dan menyertai bidang politik sehingga pernah
dipenjarakan akibat fitnah oleh orang yang cemburu melihat beliau sering berdamping dengan
pemimpin.
Ibnu Khaldun pernah memegang beberapa jawatan penting seperti pernah dilantik sebagai Ahli
Persuratan di Istana Faz, menjadi Hajib (sama taraf Perdana Menteri), menjadi kadi dan khatib,
menjadi orang tengah antara perang perebutan kuasa kerabat diraja dan menjadi Hakim
Mahkamah Raja di Mesir.
Ibnu Khaldun dianggap oleh sarjana Barat sebagai tokoh dan ahli fikir yang tiada bandingannya
dan memberi sumbangan besar kepada manusia di dunia seperti mana yang dinyatakan oleh
Toynbee.
Ibnu Khaldun dianggap seorang ahli falsafah sejarah dan sarjana teragung sepanjang zaman.
Beliau menggunakan kaedah penyelidikan yang mirip kepada kaedah sosiologi di mana beliau
menekankan sifat-sifat semula jadi dan sebab-sebab peristiwa sejarah berlaku. Beliau
membahagikan sejarah kepada 2 iaitu sejarah am dan sejarah khas.
Ibnu Khaldun menekankan aspek-aspek dalaman bagi sesuatu peristiwa kerana sejarah
berhubung rapat dengan latar belakang masyarakat, tidak seperti ahli sejarah sebelumnya.
SUMBANGAN OLEH IBNU KHALDUM
1. Penglibatan dalam aktiviti Sosial dan Politik
Beliau pernah menyandang beberapa jawatan dan pernah berkhidmat dengan beberapa orang
pemerintah di Utara Afrika dan di Andalus.
Banyak menyandang jawatan penting seperti Setiausaha Negara di istana Sultan Abu Ishaq bin
Abi Yahya dan Sultan Abu Annan; Anggota Majlis Ilmiah; Anggota Jabatan Setiausaha Sulit
Sultan Abu Salim bin Abi Al-Hasan di Fez, Maghribi; Duta Granada; Perdana Menteri (Hajib)
Bougie dan Ketua Hakim (Qadhi Al-Dudhah).
Jawatan tersebut memberi peluang untuk berkhidmat kepada negara dengan lebih berkesan.
2. Bidang ilmu dan pemikiran Islam
Berjaya menganalisis sejarah dari aspek kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan pendidikan.
Memberi panduan yang terbaik kepada manusia tentang asas pembinaan sesebuah tamadun.
Berpendapat bahawa sesebuah tamadun tertegak hasil dari keunggulan rohani dengan
jasmani.
Merupakan pelopor kepada pemikiran-pemikiran moden khususnya dalam bidang sejarah,
politik, ekonomi, sosiologi dan pendidikan.
Para sarjana mengiktiraf karya beliau sebagai bahan kajian dan rujukan. Pemikiran beliau
sering dijadikan wacana, tema-tema seminar, bengkel, persidangan ilmiah, judul-judul buku dan
tesis di peringkat pengajian tinggi.
Sebuah anugerah ilmiah yang berprestij dinamakan sempena nama beliau iaitu Ibnu Khaldun
Chair of Islamic Studies di Universiti Amerika. Namanya diabdikan di dalam sebuah universiti di
Jakarta, Indonesia iaitu Universiti Ibnu Khaldun.
3. Karya Agung Ibnu Khaldun
Al-Muqaddimah merupakan karya agung Ibnu Khaldun dalam bidang pensejarahan. Mengikut
B. Lewis, buku ini merupakan ensiklopedia sintesis mengenai metadologi sains kebudayaan
yang penting dan buku ini dapat membantu ahli sejarah dalam penghasilan kajian yang benar
dan ilmiah.
Buku ini membahaskan secara terperinci tentang sejarah dan persejarahan. Buku ini setebal
lebih kurang 700 helai muka surat.
Buku Muqaddimah ini dibahagikan kepada enam bab. Kandungannya ialah:
Bab satu - risalah umum tentang masyarakat dan pertumbuhan umat manusia
Bab dua - kehidupan desa masyarakat badwi atau primitif
Bab tiga - mengenai negara, pemerintahan raja dan institusi khalifah
Bab empat - tentang perkembangan kota-kota dan negeri-negeri serta cara membezakan
antara satu kota dgn kota
Bab lima - ekonomi penduduk sesuatu tempat
Bab enam - cara mempelajari ilmu pengetahuan dan pendidikan
Isi kandungan buku ini juga terbahagi kepada bahagian asasi dan tidak asasi:
Bahagian asasi - disiplin falsafah, falsafah sejarah dan falsafah sains sosial
Bahagian tidak asasi - geografi, kebudayaan, politik, agama, peradaban dan ilmu pengetahuan
Muqaddimah ialah sumbangan yang agung dalam bidang pensejarahan yang merupakan
percubaan awal ahli sejarah untuk memahami perubahan yang berlaku pada organisasi politik
dan sosial manusia.
Buku ini merupakan percubaan awal ahli sejarah untuk memahami pola perubahan yang
berlaku kepada organisasi politik dan sosial manusia. Buku ini juga menjadi suatu bahan kajian
yang menarik kerana pendekatan yang rasional, kaedah serta perbahasan yang analitikal dan
terperinci.
4. Pengasas falsafah sejarah
Ibnu Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai catatan atau maklumat tentang masyarakat
manusia, iaitu perubahan-perubahan yang berlaku pada sifat-sifat manusia seperti kemarahan,
kebiadaban, revolusi, perasaan setia kawan dan pemberontakan sehingga mengakibatkan
terbentuknya kerajaan, negara dan rakyat, wujudnya pelbagai kegiatan dan pekerjaan mansuia,
pelbagai aspek ilmu pengetahaun dan pertukangan, dan secara umumnya berkenaan semua
perubahan yang dialami oleh manusia.
Secara ringkas daripada definisi di atas, sejarah dan masyarakat adalah satu kesatuan yang
mempunyai kesamaan realiti yang berhubung kait antara satu sama lain.
Konsep ini berbeza dengan pendapat Herodotus, seorang ahli sejarah Yunani yang
mengatakan bahawa Tuhan telah campur tangan secara langsung dalam menentukan sejarah
manusia dan bukan manusia itu sendiri yang menentukan sejarahnya.
Ibnu Khaldun telah menetapkan beberapa prinsip untuk sejarah. Contohnya, apabila mengkaji
sesuatu peristiwa kebangkitan dan kejatuhan sesebuah kerajaan, seseorang individu perlu
memastikan penglibatan sebab dan akibat kejadian itu berlaku.Keadaan ini menunjukkan
hubungan secara langsung antara sebab dan akibat.
Menurut beliau, manusia sendiri yang menentukan sejarahnya kecuali mereka yang melanggar
hukum Allah sama ada hukum tersurat dalam wahyu atau tersirat dalam hukum alam akan
ditentukan Allah.
Berjaya memurnikan ilmu sejarah dengan menjadikan rasional sebagai kayu ukur fakta sejarah
tanpa fanatik kepada sesuatu laporan yang tidak terbukti kebenarannya.
Menggariskan empat perkara yang perlu dilakukan sejarawan dalam penelitian dan analisis
laporan sejarah:
Membandingkan antara peristiwa-peristiwa dengan berdasarkan kaedah sebab dan
musabab.
Mengkaji peristiwa-peristiwa lalu untuk dijadikan iktibar kepada peristiwa-peristiwa yang
sedang berlaku.
Mengambil kira pengaruh iklim dan alam sekitar terhadap apa yang berlaku.
Mengambil kira kedudukan ekonomi dan budaya terhadap peristiwa yang berlaku.
5. Sebagai Budayawan
Merupakan penggiat budaya dan kesusasteraan Arab. Pengajian kesusasteraannya dengan
Syeikh Muhammad Bahr di Tunisia dimanfaatkan untuk menajamkan kemahirannya dalam
bersyair.
Banyak menghasilkan syair semenjak kanak-kanak lagi. Kemahiran Ibnu Khaldun dalam bidang
syair jelas kelihatan dalam karyanya al-Muqaddimah apabila beliau membahaskan tentang syair
Arab.
6. Bapa Ekonomi Islam
Ibnu Khaldun dikenali juga sebagai “Bapa Ekonomi Islam” kerana pemikirannya tentang teori
ekonomi yang logik dan realistik.
Teori yang dikemukakannya jauh lebih terdahulu daripada teori-teori ekonomi yang
dikemukakan oleh pakar ekonomi Barat spt Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-
1823).
Ibnu Khaldun telah mengutarakan beberapa prinsip dan falsafah ekonomi spt keadilan,
hardworking, kerjasama, kesederhanan dan fairness. Beliau menegaskan bahawa keadilan
merupakan tulang belakang dan asas kekuatan sesebuah ekonomi.
Ibnu Khaldun melihat manusia sebagai memerlukan pengetahuan ekonomi utk memenuhi
misinya di ats muka bumi. Manusia perlu menjauhi perbuatan jahat sebaliknya perlu mengikut
ajaran Islam dan mesti memberikan keutamaan kpd kehidupan akhirat.
Beliau juga mengemukakan teori bahawa perekonomian sentiasa berada dlm keseimbangan
antara penawaran dan permintaan. Menurut beliau faktor pengeluaran spt tanah telah tersedia,
faktor buruh masih dianggap faktor terpenting dlm proses pengeluaran.
Ibnu Khaldun juga berpendapat bahawa kenaikan paras harga barangan yang tetap amat perlu
utk mengawal tahap produktiviti.
KESIMPULAN
Ibnu Khaldun merupakan seorang sarjana Islam yang terkemuka dan mempunyai pengetahuan
yang luas tentang kajian beliau. Beliau sangat disegani oleh sarjana Islam dan Barat.
Buku beliau yang terkenal iaitu Muqaddimah dianggap sebagai pengasas ilmu kepada
masyakarat atau ketamadunan. Selain itu pandangan dan teori-teori yang dikemukakan oleh
beliau telah banyak menyumbang kepada masyarakat sehingga ke hari ini.
Abdul Al-Rahman Ibn Muhammad Ibn KhaldunDaripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
Abdul Al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun
Tokoh Abd Al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun ( الحضرمي خلدون بن محمد بن الرحمن ataupun lebih (عبد
dikenali dengan Ibn Khaldun merupakan salah seorang pakar sains Islam yang hidup antara tahun 1332 -
1395.
Nama penuhnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn al-
Hasan Ibn Khaldun lahir pada 27 Mei 1332 diTunisia dan meninggal 17 Mac 1406 di Kaherah, Mesir.
Keluarga Ibn Khaldun merupakan orang berada yang memberikan pendidikan terbaik kepadanya. Ibn Khaldun
merupakan salah seorang pakar sejarah Arab teragung, juga dikenali sebagai bapa kepada sejarah
kebudayaan dan sains sosial moden. Ibn Khaldun turut mengembangkan falsafah tidak berasaskan
keagamaan paling awal, terkandung dalam karyanya Muqaddimah (“Pengenalan”). Ibn Khaldun juga menulis
sejarah Muslim di Afrika Utara yang terulung.
Ibn Khaldun menjawat beberapa jawatan di bawah pemerintah Tinisia dan Morocco dan pada tahun 1363
bertindak sebagai duta raja Moor di Granada, kepada Pedro Kejam Castile "the Cruel of Castile".
Ibn Khaldun belayar ke Alexandria pada Oktober 1382, dimana beliau menghabiskan riwayatnya sebagai guru
dan pensyarah di Al-Azhar dan universiti lain. Ibn Khaldun juga pernah dilantik sebagai Hakim Diraja oleh
Sultan Abul Abbas, Cairo dan mengerjakan haji pada 1387.
Ibn Khaldun menyertai orang-orang Mesir dalam kempen mereka memerangi Tamerlane, pemerintah Mongol,
dan bertanggung jawab mengatur penyerahan diri bandar Damsyik semasa ketiadaan Sultan Faraj.
Karya teragungnya iaitu Muqaddimah bermula sebagai penulisan mengenai sejarah orang-orang Arab dan
Barber, tetapi mengandungi pendekatan saintifik mengenai pemahaman sejarah, politik, dan ekonomi. Ibn
Khaldun juga mempercayai bahawa perkara yang di kurniakan Allah boleh dibuktikan secara empirikal (secara
pengalaman dan kajian).
Ibn Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan dan kebebasan. Ibn Khaldun membangunkan
idea bahawa tugas kerajaan hanya terhad kepada mempertahankan rakyatnya dari keganasan, melindungi
harta persendirian, menghalang penipuan dalam perdagangan, mencetak dan menguruskan penghasilan
wang, dan melaksanakan kepimpinan politik bijaksana dengan perpaduan sosial dan kuasa tanpa paksaan.
Dalam segi ekonomi, Ibn Khaldun memajukan teori nilai dan hubungkaitnya dengan tenaga buruh,
memperkenalkan pembahagian tenaga kerja, menyokong pasaran terbuka, menyedari kesan dinamik
permintaan dan bekalan keatas harga dan keuntungan, menolak cukai yang tinggi, menyokong perdagangan
bebas dengan orang asing, dan percaya kepada kebebasan memilih bagi membenarkan rakyat bekerja keras
untuk diri mereka sendiri.
Tambahan lagi, Ibn Khaldun terkenal kerana hasil kerjanya dalam sosiologi, astronomi, numerologi, kimia,
dan sejarah. Secara berseorangan, Ibn Khaldun telah meletakkan titik mula bagi tradisi intelelek pemikiran
bebas Islam dan Arab, kerajaan bertanggung jawab, pasaran efficent, penyiasatan sains empirikal, pengkajian
sosialogi, dan penyelidikan sejarah.
"Sesiapa jua yang mengambil harta orang lain, atau menggunakannya untuk kerja paksa, atau
membuat tuduhan yang tidak wajar hendaklah ingat bahawa ini adalah apa yang Pemberi Hukum
maksudkan apabila melarang ketidakadilan."
- Ibn Khaldun