fenomena al quran - malik ben nabi

348

Upload: priyo-djatmiko

Post on 19-May-2015

2.205 views

Category:

Education


141 download

DESCRIPTION

Fenomena Al Quran (terjemah) - Prof. Dr. Malik Ben Nabi

TRANSCRIPT

Page 1: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi
Page 2: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

t ,--~--'--_._-~---

1

FENOMENA AL.QUR'AN

Page 3: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

MALIK BIN NABI

FENOMENAAL-QUR'AN

Diterjemahkan oleh:

SALEH MAHFOED

PT ALMA'ARIF. )ALAN: TAMIlLCNJ. NO:48-50

TEJ...EP(lI.I: 5OiUl· 57177. 58332 BANOOl'lKJ

Page 4: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Judul asliDalam bahasa PerancisLe Phenomine CoraniqueEssai dune theorle surte Coran

Oleh : Malik bin Nabi

Oiterjemahkan ke dalam bahasa ArabAzh-Zhahirah-al-Qur'anOleh : Abdus-shaboor-Shaheen

Di IndonesiakanOleh : Saleh MahfoedDengan judul

Fenomena AI-Qur'anRisalat tentang teori mengenai AI-Qur'an

Cetakan pertama 19H3Unruk penerhuan lrahasa Indonesia

Oleh Pcnerbit P.T. Alma'arit

Bandung - Indonesia

Page 5: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim,dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pemurahlagi Maha Penyayang.

Persembahan

* Kepada arwah ibuku,* kepada ayahku,* kedua orang tua yang memberikan padaku, .

sejak aku dalam buaian* hadiah yang sangat tinggi nilainya:* hadiah iman.

Malik

5

Page 6: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

DAFTAR lSIHalaman

PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 5INTRODUKSI 9

Dari penyalin 9Dari pengarang Olch Mahmood Mohammad Shakir 57

GERBANG MASUK KE STUDI TENTANG FENOME-NA AL-QUR'AN 57FENOMENA KEAGAMAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79- Fenomena Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80- Aliran Materialisme 84- A1iran Metafisika 91GERAKAN KENABIAN 95

Gerakan kenabian , . " . . . . . . . . . . . . . . . . 96Permulaan kenabian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98Pengakuan palsu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 101Nabi .. .. .. .. 105Irmia ' ' , ., , 106Fenomena psikologis 108Ciri-ciri khas kenabian 112

SUMBER-SUMBER POKOK ISLAM. . . . . . . . . . . . . . . .. 115- Sumber-sumber pokok Islam •.... ' , 116RASULULLAH SAW. 121- Rasulullah 8 a w .• " : . . . . . . • . . . . . . .. 122- Masa sebelum kerasulan 12.5- Perkawinan dan isolasi ...•.........•......... ; 130MASA PEWAHYUAN ...............•........... 139- Masa pewahyuan. 140- Periode Makkah 14c.--: Periode Madinah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . .. 152'KAIFIATPEWAHYUAN •........................ 165- Kaifiat pewahyuan, '. • . . . . . . . . . . .. 166-KEY AKINAN DIRINY A . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . .. . .. fC73- Keyakinan dirinya 174- UkuIan lahiriahnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 176- UkuIan rasionalnya •......................... 18ilKEDunUKAN DIRI MUHAMMAD SAW. DI DALAMFENOMENA KEWAHYUAN '.' . . .. 191

Kedudukan diri Muhammad 8,a.W. di dalam fenomenakewahyuan . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 19'1

,"

r

Page 7: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

DAFTAR lSIHalaman

PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5INTRODUKSI 9

Dari penyalin 9Dari pengarang Oleh Mahmood Mohammad Shakir 57

GERBANG MASUK KE STUDI TENTANG FENOME-NA AL-QUR'AN 57FENOMENA KEAGAMAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 79- Fenomena Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80- Aliran Materialisme 84- Aliran Metafisika 91GERAKAN KENABIAN 95

Gerakan kenabian '. . . . . . . . . . . . . . . . . 96Permulaan kenabian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98Pengakuan pa.lsu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 101Nabi .. .. .. .. 105Irmia 106Fenomena psikologis 108Ciri-ciri khas kenabian 112

SUMBER-SUMBER POKOK ISLAM. . . . . . . . . . . . . . . .. 115- Sumber-sumber pokok Islam •.................•. usRASULULLAH SAW. 121- Rasulullah saw •. " - . . . . . . • . . . . . . .. 122- Masa sebelum kerasulan 12,5- Perkawinan dan isolasi ; 130MASA PEWAHYUAN ...............•........... 139- Masa pewahyuan 140- Periode Makkah 14e-: Periode Madinah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • . . . . . •. 152'KAlFIAT PEWAHYUAN • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .165- J{aifiat pewahyuan " 166KEY AKIN AN DIRINY A . . . . . . . . . . . . . . . • . . . • . . . .. 1'3- Keyakinan dirinya 174- Ukuran lahiriahnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 176- Ukuran rasionalnya •............•............ 18kKEDUOUKAN DIRI MUHAMMAD SAW. DI DALAMFENOMENA KEWAHYUAN '.' . . .. 19:1

Kedudukan diri Muhammad s.a.w. di dalam fenomenakewahyuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 19'1

."I

Page 8: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

INTRODUKSI

BAH TENTANG "I'JAZUL QUR'AN" 1)

oleh Mahmood Mohammad Shakir

Segala puji bagi Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, denganpujian yang mendekatkan kami kepada keridhoan-Nya. Shala-wat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammadyang terpilih dari keturunan kedua rasul Allah, Ibrahim danIsmail. Shalawat yang mengiring kami ke syurga-Nya.

Inilah buku:

"FENOMENA AL-QUR' AN"

Cukup tepat kiranya nama buku ini, sebab tidaklah adil un-tuk memperkenalkan sebuah kitab yang ia sendiri telah mem-perkenalkan isinya langsung kepada pembacanya. Nama AI-Ustadz Malik bin Nabi telah cukup tersohor, sehingga sulitbagi kami untuk memperkenalkan kembali sebuah buku yangansich merupakan metode tersendiri, yang kami kira belumpernah ada hasil karya yang memadai yang diterbitkan sebe-lumnya. Dalam buku ini tercakup metode lengkap yang telahdiinterpretasi pada penetrapan pokok-pokoknya, serta dibukti-kan oleh hasrat pembacanya merenungkan segi-seginya. Kamitidak mengemukakan hal ini sebagai sanjungan kepada penga-rangnya, .karena kami mengetahui dati sebuah Hadits bahwasa-nya ada seorang memuji seorang lain di majelis Rasulullah s.a,w.maka beliau bersabda kepadapemuji itu: "Celaka engkau!Seolah-olah telah kau potong leher temanmu ini?", hal ini dika-takan oleh beliau sampai tiga kali. Sungguh saya lebih menya-yangi pengarang buku ini (Malik) daripada saya harus memo-tong lehernya dengan pujian, atau membinasakannya dengansanjungan.

1) Penyalin sengaja tidak menterjemahkan kata-kata "I'jazul Qur'an",sebab kata-kata ini sudah lazim dipakai oleh para ulama sebagaiistilah,

yang maksudnya: "Kejelasan dan kefasihan, serta kesempurnaan SU8unanpuitia yang dikandung oleh Al-Qur'an membuat lawan-lawannya, yaitukaum musyrikin; tidak berdaya· untuk menandinginya, PIldahal merekaadalah pujang'p·pujangga sya'ir, sajak, puisi dan prosa. Ketidak mampuanmereka itu adalah bukti nyata bahwa Al-Qur'an bukan huil karanganmanusia, melainkan KaIamTu~ru semeeta aIam".

Page 9: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan saya kira, sayalah orang yang paling mengetahui ten-tang pentingnya buku ini, karen a penulis telah menulis denganketerangan sebab-sebab yang jelas untuk satu tujuan yang pasti.

Aku telah ditempa oleh cobaan-cobaan yang berat dalamwaktu yang lama, setelah aku melalui jalan-jalan yang seramdan menakutkan, aku telah sadar akan sebah-sebab yang men-dorong pengarang buku ini mengambil suatu metode tertentudalam penulisannya sampai aku menghayati tujuan yang dike-hendakinya.

Aku telah membaca buku ini dan mendalaminya. Malta seti-ap kali aku membaca satu bab daripadanya, aku .mendapatkandiriku laksana seorang yang berjalan di lorong yang sudah lamaaku mengenalnya, sehingga terbayang padaku bahwa Malik ti-dak mengarang bukuini, melainkan setelah ia jatuh ke dalamcobaan-coba8n seperti yang aku alami sebelumnya, kemudiania dibangunkan oleh Allah dari kejatuhannya dengan jalan hida-yah. Malta jalan kepada aliran yang benar itulah yang dihimpundalam bukunya, antara lain; pengukuhan dalil-dalil tentangI'jazul Qur'an, bahwasanya Al-Qur'an adalah kitab yang ditu-runkan oleh Tuhan yang mengetahui segala sesuatu yang tersem-bunyi di langit dan di bumi, bahwasanya penyampainya kepadamanusia adalah seorang Rasul yang benar, yang menyampaikanapa yang diperintahkan oleh Tuhannya untuk disampaikannya;bahwasanya antara Rasul yang menyampaikan dan Kalamullahyq disampaikan itu terdapat pagar pemisah; bahwasanya pagarpemisah antara Al-Qur'an dan penyampajnya adalah rialitasyang jelas, tidak dapat disalahkan oleh orang yang mempelajariseraya mendalami dan merenungi perikehidupan Rasulullahdengan akal pikiran yang sadar, tidak lengah.

Metode yang ditempuh oleh Malik ini, adalah metode yangdasar-dasamya bersumber dari renungan yang lama sekali ten-tang tabiat jiwa insani; tentang naluri beragama dalam fitrahmanusia, dan tentang sejarah aliran-aliran dan kepercayaan-kepercayaan yang kadang-kadang melukiskan antagonisme,akan tetapi dalam pada itu mengungkapkan pula rasa beragamapada setiap insan, kemudian ia memperoleh kebenaran dari pe-nyelidikan yangterus-menerus tentang sejarah kenabian danciri-cirinya serta perikehidupan Rasulullah sejak kecilnyasampai ia wafat. Selanjutnya tentang penyampaiannya, yangmenjadi dalil atas kebenaran apa yang disampailw\ itu bahwa-4J8JlyaKalamullah berbeda jauh dati kalam' manusia di segala

10

Page 10: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

seginya. Dari sela-sela metode ini nampak pada anda cobaanyang pemah diderita oleh Malik, seperti yang pemah sayaalami, dan seperti pula yang diderita oleh segenerasi muslimdalam abad ini.

Cobaan yang diderita oleh Malik bahkan nampak di hadapananda pada bab "Gerbang masuk ke studi tentang Fenomena AI-Qur'an" yang merupakan bab pembukaan bukunya ini dimanaMalik melukiskan kepada anda problem generasi muda terpela-jlU'muslim pada masa ini, serta kesukaran yang telah dan sedangdialami oleh generasi ini untuk dapat memahami soal "I'jazulQur'an" dengan pengertian yang dapat memberi mereka ke-puasan dan ketenteraman hati.

Selanjutnya soal aka! pikiran modem yang juga menjadipembahasan dalam buku ini, oleh generasi muda muslim dijadi-kan alat "berpikir" primer untuk mencapai penyelesaian soalI'jazul Qur'an dalil-dalil yang dapat memberikan kepuasan danketenteraman hati; rasio atau a.kal inilah sebenarnya inti pro.blem, sebab akal adalah anugerah Allah kepada setiap mahlukinsani. Akan tetapi cara-cara menggunakan pikiran harus diha-silkan dari pengalaman, dan diperoleh dari hasil penjajakan danpenyelidikan, dari hasil pendidikan (education) dan ketrampilanserta dari hasil beribu-ribu pengalaman yang dialami oleh sese-orang dalam hidupnya di atas bumi ini. Maka sudah selayaknyabagi kita, sebe1um menulis segala sesuatunya, memperhatikankedudukan aka! yang menentukan pada kita jalan serta metodedalam setiap studi dengan cara yang benar, yang kita inginmengemukakannya hingga orang tentram dan puas dengannya.

Sejak permulaan Islam, tentara muslimin telah berjuangdi medan-medan perang di semua penjuru bumi, dan besertanyatelah berjuang pula "rasio" Islam dalam pertempuran lebih dah-syat daripada perang fisik, dimana saja insan muslim menancap-kan kakinya. Dalam peperangan-peperangan itu sendi-sendi ber-bagai negara yang diperangi. telah berjatuhan di bawah kakitentara yang menang itu dan bersamaan dengan itu berantakan-lah sendi-sendi peradaban yang beraneka ragam di bawah sinarcahaya rasio muslim yang memperoleh kemenangan. Pertem-puran-pertempuran itu sampai berabad-abad lamanya berkeca-muk secara terus-menerus di semua lapangan, baik di medan-medan peperangan, maupun di lapangan-lapangan peradabandan kebudayaan.

Bangkitlah sementara itu peradaban Barat, kemudian ber-gerak maiu dengan segala macam seniata yang dimilikinya,

11

Page 11: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

untuk metancarkan serangan terhadap jantung dunia Islam dimedan pertempuran yang terbesar dalam sejarah Islam dansejarah mereka. Perang yang dilanearkan ini tak seorangpundapat mengetahui taktiknya dan lapangannya selain umatIslam sendiri. Tak seorang pun yang mengusut bekas-bekasnyapengaruh dari jejak umat Islam, dan tak seorang pun memilikikemampuan untuk mempelajarinya mau menyatakan kesediaan-nya untuk melakukan studi tentang perang yang dilanearkanitu dari segalaseginya. Saya tidak mengatakan bahwa, saya akanmembahasnya di sini, akan tetapi hanya akan menunjukkan se-bagian keeil saja daripadanya, mudah-mudahan dapat diambilmanfaatnya oleh pembaca buku ini, bila ia bemiat dengansungguh-sungguh akan mempelajari hal tersebut dalam suatustudi yang dilakukan dengan sangat teliti.

Pertempuran bam yang berlangsung antara dunia Kristenbarat dan dunia Islam tidak terjadi di satu medan dan lapangansaja, melainkan di beberapa lapangan;yakni di medan peperang-an dan di lapangan kebudayaan dan peradaban.

Adapun di medanpeperangan fisik dunia Islam telah mele-takkan senjata, menyerah kalah, sebagai kenyataan yang telahdiketahui, akan tetapi di medan perang kebudayaan dan per-adaban, pertempuran berkesinambungan, generasi demi genera-si, tahun demi tahun, bahkan hari demi hari. Dari kedua pepe-rangan di atas, perang yang terahir inilah yang paling dahsyat,dan paling jauh akibatnya serta paling berat kerusakannya bagikehidupan Islam dan rasio Islam.

Dalam medan peperangan ini, musuh kita mengetahui apayang tidak kita ketahui. Musuh mengetahui bahwa peperanganini merupakan yang menentukan antara kita dan dia. Dia me-ngetahui hal-hal yang tersembunyi dari siasat peperangan yangkita tidak mengetahuinya. Dia mengetahui rahasia-rahasia dansarana-sarananya, yang kita tidak ketahui. Dia mengenal medan-medannya yang kita tidak mengenalnya. Dia membuat persenja-taan untuk peperangan ini yang kita tidak mampu membuatnya.Dia meneari bermacam-maeam sebab dan alasan yang menjuruske kebinasaan kita, sedang kita tidak memberikan perhatianpadanya dan tidak memperdulikannya. Posisi musuh yangdemikian ini ditunjang dan diperkuat oleh kekalahan yangdiderita oleh negeri-negeri Islam di semua bidang kehidupan,sehingga musuh menguasai politik, ekonomi dan pers negeri-negeri Islam, hal mana berarti telah jatuh pula ke tangan musuh,

Page 12: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

penentuan arab sepenuhnya dalam kehidupan Islam dan rasioatau alam pikiran Islam.

Adapun pertempuran-pertempuran di medan kebudayaandan pikiran (rasio) tidak terhitung banyaknya, dan perang inimelanda di segenap aspek kehidupan masyarakat Islam secaramenyeluruh, dalam bidang-bidang kehiduparmya, pendidikan-nya, tata ekonominya, cara berfikirnya, aqidahnya, tata keso-panannya, ilmu pengetahuannya, sosial politiknya, bahkansemua yang menyangkut peri kehidupan sosial, yang dikenaloleh manusia sejak ia berada di atas bumi ini. Dalam melancar-kan pertempuran di medan perang kebudayaan dan pikiran inisiasat-siasat yang digunakan oleh musuh tak terhitung banyakmacam ragamnya, sebab taktik melancarkan serangan ini her-ubah-ubah dan berganti-ganti sesuai dengan kondisi dan situasimedan.

Senjata yang digunakan oleh musuh dalam peperangan iniadalah senjata-senjata yang sangat halus (dibanding dengansenjata-senjata perang fisik), sebab akal dan pikiran orang-orangyang intelek membentuk inteligensinya pada setiap waktu dankeadaan.

Ia menerima bentuk inteligensinya dengan jalan pendidikan,studi, pergaulan, sedang hal ini diperoleh dengan jalan keakrab-an yang berlangsung lama, serta penampilan yang berkesinam-bungan dengan jalan tipu muslihat yang halus, perdebatan yangmenyesatkan, dengan berlaku ria' (mengambil muka) secaramembungkam mengumpankan hawa nafsu, pendek kata de-ngan penggunaan segalamacam tipu muslihat yang bekerja aktipuntuk menghancurkan bangunan hidup yang ada, agar musuhberhasil mendirikan di atas puing-puing bangunan yang hancuritu, bangunan menurut kehendaknya dan sesuai dengan harap-annya.

Maka terjadilah apa yang dikehendaki Allah, terjadinya ke-kalahan dunia Islam beruntun-untun di medan perang kebuda-yaan dan pikiran, generasi denu generasi. Dan sebagaimanaper-tempuran-pertempuran itu berkecamuk secara terus-menerus,secara diam-diam dan tersembunyi, hingga masa kini hal itutanpa dipelajari oleh pemimpin-pemimpin dan tentara Islam.Begitulah pula pertempuran di medan perang kebudayaan tetapberlangsung secara samar-samar dan halustanpa dipelajari olehpemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh kebudayaan dan per-adaban Islam, bahkan telah terjadi lebih dari itu, yakni bahwa

13

Page 13: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kebanyakan tokoh-tokoh dan barisan laskar kebl1dayaan danperadaban Islam telah menjadi pengikut kebudayaan musuh,mengikuti apa yang diperintahkan kepada mereka oleh tokoh-tokoh musuh, sehingga dengan demikian mereka sadar atau ti-dak, telah berobah menjadi musuh-musuh akal pikiran Islampada saat mereka masih menganggap diri mereka pengikutaliran pikiran Islam, bahkan mereka kadang-kadang membelaaliran ini baik karena kecemburuan atau karena keikhlasan.

Bukanlah tujuan musuh mempertentangkan kebudayaandengan kebudayaan, atau memerangi kesesatan dengan kelu-huran hidayah, atau memukul kebathilan dengan kebenaran,atau faktor kelemahan dengan faktor-faktor kekuatan, akantetapi maksud dan tujuannya semata-mata ialah melemahkanumat Islam, dengan jalan meninggalkan kebudayaan duniaIslam suatu penderitaan luka serta pelumpuhan yang takdapat bangun lagi, kemudian mendirikan di segenap penjurualam Islami akal pikiran yang tidak dapat memahami sesuatuselain apa yang dikehendaki oleh musuh; tidak pula dapatmengerti sesuatu, selainapa yang dikehendaki oleh musuh; dantidak dapat memaklumi sesuatu selainapa yang dikehendakioleh musuh. Maka -kejahatan musuh dalam aksi penghancuranyang ia lakukan terh,adap sesuatu peradaban insani yang terbesaryang pemah dikenal oleh sejarahmanusia sampai hari ini sarnadengan kejahatannya dalam perang penghancuran yang ia Ian-carkan terhadap negeri-negeri Islam. Jadilah apa yang dikehen-daki Allah untuk terjadi, dan berhasillah musuh memperolehkemenangan atas kita sebagai yang sudah semestinya dan yangia kehendaki.

Dalam bab "Gerbang masuk studi tentang fenomena AI-Qur'an, Malik telah memaparkan bencana "Akal pikiran" mo-dem yang melanda dunia Islam dan yang disebarkan oleh prak-tek jahil musuh-musuh Islam, dengan menggunakan senjata yangpaling ampuh dari segi-segi terpenting peradaban Islam, yaknisenjata "Orientalisme", suatu senjata yang belum pemah dise-lidiki bahayanya oleh kaum muslimin, dan belum pemah puladipelajari sejarahnya, tipu muslihatnya, serta penyesatannya.Lagi pula belum pemah diadakan penelaahan terhadap rahasia-rahasia senjata itu, juga belum pemah diadakan penjafakanterhadap jejak-jejak yang ditinggalkan olehnya, pada segi-segikehidupan intelektual mereka, bahkan bahaya senjata tersebutsudah merambat sampai pada kehidupan insani mereka. Bagai-mana caranya? Lihat! Bahaya orientalisme mendatangkan apa

14

Page 14: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

yang sebenarnya tidak boleh terjadi dalam dunia Islam. Kauminteligensia Islam begitu saja menerima sebagai pelajaran apayang diberikan oleh para orientalis. Kaum intelektual itu mene-Ian begitu saja apa yang diajarkan oleh profesor-profesor orien-talis sebagai suatu ilmu yang harus diterima sebagai kebenarandan sebagai edukasi yang harus dimiliki, serta sebagai teori danpandangan yang harus dijadikan pangkal bertolak pikirannya.Dalam hubungan ini Malik berkata: "Pekerjaan kaum orientalisdalam bidang edukasi sedemikian kuat penyinarannya, sehinggakita silau, tidak lagi dapat menggambarkannya, sebab ia telahmemadati semua segi kehidupan kita, baik yang menyangkutsejarah kita, sosial politik kita, maupun yang mengenai aqidahkita, isi kitab dan buku kita, juga yang menyangkut agamadan moral kita, bahkan segala hal ihwal kita. Tidak seorang pundapat menggambarkan bahwa "Penyinaran" (istiIah yang dipa-kai oleh Malik) ini adalah hal yang paling berbahaya terhadapalam pikiran modem, yang berhasrat mencari dalil dan buktitentang kebenaran "I'jazul Qur'an"· secara memuaskan panmenentramkan hati. Hal ini pulalah yang menamakan skeptis-isme (sikap ragu) terhadap dasar-dasar lama yang menjadi tulangpunggung dalil-dalil tentang kebenaran "I'jazul Qur'an".

Penyinaran ini membawa cara-cara yang dilakukan denganpenuh kecerdikan dan sangat samar-samar dalam mengerjalalntaktik penghancuran metode yang benar, yang harus digunakanoleh siapa saja yang berhasrat mempelajari naskah edukatifnya,sehingga dengan demikian, ia dapat menetapkan pendapatnyabenar atau tidaknya naskah itu, selain ia akan menemukan ke-indahan bahasanya dan I'jazulnya.

Dalam bab "Gerbang masuk studi tentang I'jazul Qur'an,Malik membawakan persoalan yang aneh itu, yang terkenal de-ngan sebutan "Sya'ir pra Islam", yang oleh orientalist Margel-youth dijadikan bahan untuk mengabarkan persoalan ini, dibeherapa majalah kaum orientalist, kemudian diungkapkan se-cara luas oleh Dr. Toha Hasain Mahaguru di Universitas Mesirpada Fakultas Sastra dalam bukunya tentang syair pra Islam.Di sini saya tidak akan mengulangi menerangkan soal perseng-ketaan yang berkobar ketika itu, tentang isi kitab "Sya'ir praIslam" itu, akan tetapi saya hanya akan menyebutkan apa yangdisebutkan oleh Malik bahwa persoalan ini dengan segala dalil-dali1 dan metode-metodenya, teIah meninggalkan hekas padarasio dunia Islam yang tidak dapat dihapuskan, mfi!lainkansete-lab melalui pekerjaan yang sangat berat, yang mengherankan

15

Page 15: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

bahwa Margelyouth dalam pembahasannya telah membawakanbanyak kepalsuan; Kepalsuan ini kemudian menjadi dasar pem-bangunan akal pikiran modem.

Beratus-ratus ahli pikir telah berusaha memalsu dalil-dalildan metode-metode, tetapi kepalsuan Margelyouth ini tetapmerupakan ciri khusus, dari segala yang disiarkan oleh parapengajar dan guru-guru sampai pada masa sekarang ini. Jangan-Jab anda menghukum Margelyouth dan kawan-kawannya me-nurut pendapat dan pandangan anda, melainkan serahkanlahsoal vonis ini kepada seorang orientalist lain, yang bernamaArbary yang mengatakan pada penghujung bukunya yang ber-judul: "Tujuh sya'ir-sya'ir pilihan pra Islam" Ia mensitir per-kataan-perkataan Margelyouth, dan kemudian mengatakanbahwasanya sophisme dan saya akan menamakannya: "peni-puan" dalam beberapa dalil, yang dibawakan oleh Prof. Margel-youth. Soal yang jelas sekali "tidaklah layak samasekali bagisiapapun, apalagi bagi seorang tokoh paling besar di masanya,seperti Prof. Margelyouth". Ini adalah suatu vonis yang palingberat, tidak saja terhadap Margelyouth, melainkan juga terhadappikiran-pikiran rusak yang mereka bawa.

Akan tetapi yang lebih mengherankan lagi ialah bahwa Ma-lik telah berpijak atas teori ini dalam pembahasannya dan yangtelah meninggalkan bekas terhadap pikiran modern, dan kemu-dian ia sampai pada kesimpulan lain. Ia berkata; "Berdasarkanini maka luas problem sebagaimana sekarang ini telah melampauiruang lingkup kesusasteraan dan sejarah, ia secara langsung men-jadi kepentingan berbagai metode lama tentang penafsiran AI.Qur'an. Ia adalah suatu metode yang berdiri atas perbandinganantar gaya-gaya bahasa dengan bersendi pada gaya Sya'ir praIslam (jahiliah) yang harus diterimanya sebagai suatu realitasyang tidak dapat lagi didiskusikan dalam keadaan bagaimana-pun jua, Oleh sebab itu adalah mungkin problem ini, menjadipersoalan sesuai dengan perkembangan baru dalam pikiranIslam, tetapi dalam bentuk tidak terlalu revolusioner. Makawajarlah bahwa metode lama tentang penafsiran Al-Qur'an ha-ruB mengalami perobahan dengan cara yang bijaksana dan per-timbangan matang, agar dapat disesuaikandengan jalannyapikiran-pikiran modem.

Selanjutnya Malik berkata: "I'jazul Qur'an sampai sekarangberdiri atas dasar bukti ySllg jelas tentang keluhuran KalamuUaheli atas semua kalam manusia, maka bersendinya metode penaf.sinn Al-Qur'an pada studi gaya bahasa, ialah tidak lain hanya

16

Page 16: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

untuk memberi dasar rasional terhadap I'jazul Qur'an. Sekira-nya kita menerapkan kesimpulan-kesimpulan yang diambiloleh Margelyouth pasti dasar tersebut di atas akan berantakansamasekali, dengan ini problem penafsiran AI-Qur'an telahditempatkan di atas dasar terpenting sesuai dengan aqidahmuslim, yakni kebenaran dalil mengenai I'jazul Qur'an menu-rut pandangannya".

Malik kemudian meneruskan thesisnya sampai kepada ke-simpulan sebagai berikut: "Sesungguhnya tidak terdapat se-orang muslim, terutama di negeri-negeri non Arab dapat mem-bandingkan suatu ayat Qur'an dengan suatu versi atau suatu baitsya'ir Arab atau dengan kesusasteraan pra Islam. Soalnya ialahbahwa kita sejak waktu lama sudah tidak memiliki rasa kele-zatan dalam merasakan balaghah atau keindahan bahasa Arabuntuk dapat menggunakannya mengambil kesimpulan dari hasilperbandingan secara adil dan bijaksana". .

Saya ingin mendiskusikan thesis ini agar saya dapat mem-bantu pembaca dalam menempatkan kitab fenomena AI-Qur'anpada tempat yang wajar baginya, sehingga menjadi jelas bagipembaca tanda-tanda jalan yang dilaluinya, ketika ia membacakitab ini, sehingga ia memperoleh dalil-dalil dan bukti-buktiyang dibawakan, kemampuan untuk membuat dasar bagi aki-dahnya dan kepercayaannya.

Saya tidak mengetahui apa yang mendorong Malik membuatthesis tentang asal dan metode lama mengenai penafsiran AI-Qur'an dalam hubungan ini. Perbuatannya ini adalah penerjang-an terhadap ilmu-ilmu Islam yang berdiri sendiri, tidak menyen-tuh teori Margelyouth dari dekat maupun dari jauh.

Adapun ilmu tafsir Qur'an seperti yang disusun oleh ulama-ulama lama sekali-kali tidak berdiri atas perbandingan-perban-dingan gaya bahasa yang bersendi pada puisi pra Islam ataupunpuisi bukan pra Islam. Jadi apabila kita hendak memasukkanperobahan pada sistim tafsir lama maka perobahan itu tidak adahubungannya dengan puisi pra Islam, tiada dari sudut keraguanakan kebenarannya dan tiada dari segi perbandingan antaragaya bahasa pra Islam dan gaya bahasa AI-Qur'an. Apa yangdilakukan oleh ulama ahli tafsir lama dalam menyebut-nyebutgaya bahasa pra Islam dalam kitab-kitab tafsir mereka, tidak lainhanya untuk mengambil dalil daripadanya mengenai huruf po-tongan, atau penjelasan khusus dari kekhususan-kekhususanta'bir Arab, seperti mendahulukan atau membelakangkan, atau

17

Page 17: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

menghapuskan dan lain sebagainya. Untuk hal seperti ini dapatsaja dipakai sebagai dalil baik puisi pra Islam sebagaimana baikjugalpuisiIIslam. Tujuan tafsir Qur'an ialah sebagai yang patutdiketahui ialah penjelasan tentang arti lafazh-lafazhnya, baiksecara tersendiri-tersendiri atau sebagai kalimat, dan petunjukiafazh-lafazh dan kalimat menurut ilmu nahwunya, baik menge-nai ayat-ayat pengkhabaran, atau ayat-ayat kisah dan ayat-ayathukum, dan semua yang meliputi ayat-ayat Qur'an. Dan hal initidak mempunyai hubungan dengan I'jazul Qur'an.

Adapun soal yang berhubungan dengan soal puisi pra Islamatau dengan perkara-perkara puisi semuanya dan yang berkaitandengan gaya-gaya bahasa pra Islam dan lain-lainnya, dan dengangaya-gaya bahasa pra Islam dan lain-lainnya, dan dengan gaya-gaya bahasa Arab dan bukan Arab, dan membandingkannyadengan gaya bahasa Qur'an, itulah yang dinamakan ilmu I'ja-zul Qur'an, kemudian ilmu "Balaghah" (Ilmu yang membahasgaya dan keindahan bahasa), dan tidak dapat tidak bagi orangyang membicarakan soal I'jazul Qur'an untuk mengetahui de-ngan jelas dan kenyataan benar sebelum membicarakan soal ini.Ia harus dapat memisahkan antara keduanya dengan sejelas-jelasnya tanpa keraguan, dan hendaklah ia membedakan seda-lam-dalamnya antara hal yang bersamaan dari keduanya.

Pertama: bahwasanya I'jazul Qur'an, seperti yang ditun-jukkan oleh lafazh dan sejarahnya merupakan da1ilNabi s.a.w.tentang kebenaran kenabiannya, bahwa ia adalah pesuruh yangdiutus oleh Allah bahwa kepadanya diwahyukan Al-Qur'an inidan bahwa Nabi s.a.w, telah mengerti soal I'jazul Qur'an sepertiyang diketahui oleh mereka yang beriman kepadanya dari selu-ruh bangsa Arab dan sesungguhnya tantangan sebagai yang ter-muat dalam ayat-ayat penantang seperti antara lain firman Allahdalam surat Hud ayat 13/14 yang terjemahannya dalam bahasaIndonesia sebagai berikut: "Atau mereka mengatakan; Dialahyang mengada-adakan itu, Katakan kepada mereka; Kemuka-kanlah sepuluh surat seumpama yang diadakan itu, dan panggil-lah orang yang mungkin kamu - dapatkan bantuannya - selaindari Tuhan, kaJau kamu memang orang-orang yang benar, dankalau mereka tidak memperkenankan kamu, ketahuilah bahwa-Al-Qur'an - itu diturunkan dengan pengetahuan Tuhan, dantidak ada Tuhan selain daripada-Nya, maukah kamu menjadiorang-orang yang patuh?" dan firman Allah dalam surat Al-Isra' ayat 88, yang terjemahannya dalam bahasa Indonesiasebagai berikut: "katakan, sesungguhnya kalau manusia dan jin

18

Page 18: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

itu berkumpul untuk mengadakan yang serupa Qur'an ini, nis-caya tiadalah mereka dapat membuat serupa dengan (Qur'an)itu, biar pun mereka salingbantu-membantu ~

Penantangan ayat-ayat tersebut hanya menyangkut hal-halyang berhubungan dengan lafazh AI-Qur'an, gaya puitisnya, dankejelasannya, lain tidak. Maka ia bukanlah tantangan yangmenyangkut ilmu gaib yang tersembunyi, dan tidak menyang-kut hal-hal yang gaib yang kebenarannya baru datang sesudahmasa yang lama setelah diturunkan AI-Qur'an, dan tidak pulamenyangkut suatu ilmu yang tidak dijangkau oleh ilmu orang-orang bangsa Arab yang diajak bicara oleh Al-Qur'an, atau tan-tangan yang menyangkut suatu apa pun yang tidak mempunyaisangkut-paut dengan puisi dan balaghah.

Yang kedua: bahwasanya pengokohan dalil kenabian dankebenaran dalil tentang benamya wahyu dan sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan dari sisi Allah, sebagaimana diturunkanTaurat, Injll dan Zabur dan lainnya dari kitab-kitab Allah, kese-muanya itu tidak menunjuk kepada fakta bahwasanya Al-Qur'an itu beri'jaz, dan saya kira tidak ada seorang pun dapatmengatakan bahwasanya Taurat, Injll dan Zabur adalah kitab-kitab yang beri'jaz, dalam arti yang sesuai dengan makna yangtelah dikenal mengenai I'jazul Qur'an hanya karena kitab-kitabitu diturunkan dari sisi Allah.

Adalah terang bahwa bangsa Arab telah dituntut untuk me-ngenali bukti kenabian Rasulullah dan mengenali bukti kebe-naran wahyu yang diturunkan kepadanya. Yah, mereka dituntutmengenali itu semua hanya dengan jalan mendengarkan Al-Qur-'an itu sendiri, tidak dengan jalan perbantahan yang disampai-kan kepada mereka, sampai mereka terpaksa menerima buktijelas tentang ke-ESAAN ALLAH, atau tentang kebenaran kena-biannya juga tidak dengan jalan suatu mu'jizat sebagai yang di-berikan kepada para Nabi sebelumnya, yang denpnnya manu-sia dapat beriman. Allah telah menerangkan dalam Al-Qur'an,dalam banyak ayat, bahwa mendengarkan Al-Qur'an pasti mem-bawa mereka kepada keharusan mengetahui perbedaannya apayang mereka dengarkan itu dengan kalammereka, dan bahwakalam yang mereka dengarkan itu sekali-kali bukan kalam ma-nusia, melainkan Kalam Tuhan semesta alam, Oleh karena itu,datanglah perintah Allah kepada Rasul s.a.w.

19

Page 19: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

".'"ft..,.",.",./.,,, \J.,I .........•..... _",...,.".1 ' "",.*u~ '1 r"; ~~.~..i ~t ~I ;:.: ....JJI r)t!

'1 : ~~l )

"Dan jika salahseorangdari orang-orang musyrik itu memintaperlindungan kepada engkau, berilab perlin dungan sampai me-reka mendengar Kalam Allah, kemudian sampaikanlah merekake tempat yang aman untuknya, hal itu disebabhan mereka itukaum yang tidak mengetahui". (Surat At-Taubat ayat 6).

Maka AI-Qur'an yang mengi'jazkan ini, ialah bukti yang ti-dak dapat ditentang atas kebenarannya, terhadap kenabian Ra-suI Allah, dan sebaliknya, yakni bukanlah kebenaran kenabianitu yang menjadi bukti atas keabsahan I'jazul Qur'an. Makapengacauan dan pencampuradukan antara kedua realitas ini, danpengabaian untuk memisahkan kedua realitas tersebut dalammenyesuaikan pendapat, serta dalam studi tentang I'jazul Qur-'an, telah mengakibatkan penyampuradukan yang sangat da1amtentang studi ini, pada waktu dulu mau pun sekarang. Kehan-curan dalam hal ini telah membawa kepada kemunduran dalammempelajari ilmu I'jazul Qur'an dan ilmu balaghah (ilmu ten-tangkeindahan bahasa), yang semestinya dapat menyampaikankepada maksud studi itu,

Maka baik kiranya kalau saya sekarang menyisihkan hal-hal yang mungkin dapat mengaburkan pandangan pembacakitab fenomena AI-Qur'an ini, agar ia tidak terjerumus didalamnya. Dalam bab "Gerbang masuk ke studi tentang feno-mena AI-Qur'an" dan dalam beberapa bab Iainnya, terdapathal-hal yang memberi kesan kepada pembaca bahwa maksud-maksud menetapkan kaidah-kaidah tentang ilmu I'jazulQur'an bahwa, itulah yang dimaksud dengan "I'jaz'~ Fahamyang demikian ini adalah keliru. Sebenarnya metode Malik da-lam menulis kitabnya adalah bukti yang sejelas-jelasnyabahwa/ia hauya membuktikan kemantapan kebenaran kenabian, danbenarnya dalil tentang wahyu dan sesungguhnya AI-Qur'an ada-lah kitab yang diturunkan dari sisi Allah, bahwa AI-Qur'an Ka-lam Allah bukan kalam manusia. Ini semua bukanlah I'jazulQur'an, seperti yang dikatakan di atas, melainkan ia Iebih dekatuhtuk suatu bab tentang ilmu Tauhid (Ke-Esaan Tuhan), dandengan ini Malik telah berhasil mencapai tujuan yang jauh, yangtidak dicapai oleh kitab-kitab ulama baru dan lama. Maka semo-

20

Page 20: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ga Allah dan Rasul-Nya memberikan ganjaran sebaik-baik gan-jaran.

Adapun masalah "I'jazul Qur'an" tetap berada di luar pem-bahasan kitab ini. Masalahini menurut hemat saya adalah masa-lah yang paling sulit yang dapat dicerna oleh "Akal modem",meskipun akal sudah berhasil menghunjamkan tiang-tiang pe-ngokoh bangunan iman tentang kebenaran kenabian Rasulullahs.a.w., tentang kebenaran turunnya Al:Qur'an. Masalahdi atasmerupakan juga masalah yang berkaitan erat dengan persoalan"Sya'ir pra Islam" dan berkaitan erat pula dengan tipu musli-hat yang halus, samar-samar yang meliputi masalah ini. Bahkankaitan yang erat itu tak dapat ditembus lagi dengan peradabandan edukasi kita semua, dan dengan cobaan yang menimpabangsa Arab dalam semua bidang ilmu, dan dalam menetapkanjalan yang kosong dalam setiap kebajikan dalam memberikanpelajaran bahasa dan kesusasteraan. Bahkan pula ia meliputiyang lebih luas lagi, yakni ia meliputi pembinaan manusia Arabatau manusia muslim, dari segi ia sebagai seorang insan yangmampu merasakan kelezatan dan keindahan dalam bentuk lahirdan pikiran.

Adapun ma'rifat tentang arti I'jazul Qur'an, apakah dan ba-gaimanakah ia, adalah soal yang harus dimiliki oleh seorangmuslim yang berpendidikan. Persoalan iniadalah lebih agungdaripada sekedar membicarakannya tanpa mene1iti akan mak-nanya, dan mendalami sejarahnya, serta mengikuti ayat-ayatyang menunjuk pada hakekatnya. Saya tidak mengatakan bah-wa saya akan membahasnya di sini secara mendalam, akantetapi saya dengan memohon pertolongan Allah, akan memba-wakan sekelumit tentang ma'rifat - makna I'jazul Qur'an.

Kejadiannya: Ketika wahyu pertama datang kepada Ra-suIullah yang sedang beribadah di gua Hira. Berkatalah Jibril:"Bacalah" yang dijawab oleh Rasulullah "Aku tidak pandaimembaca". Maka terulang kata Jibril dua tiga kali "Bacalah" •dan terulang pula jawaban "Aku tidak pandai membaca",sampai Jibril mengatakan kepadanya;

21

Page 21: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

0_\ : 0-LJ1 )"Bacalah dengan nama Tuhanmu, yang menjadikan, yang men-jadikan manusia dari segumpai darah. Bacalah, dan Tuhanmu ituMaha Pemurah yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan ke-pada manusia apa yang belum diketahuinya".

Rasulullah segera pulang ke rumahnya, badannya menggigildan jantungnya berdebar-debar. Ia masuk menghampiri istrinya(Khadijah) sambil berkata; "Selimutilah aku, selimutilah aku!"Maka ditutupnya badannya dengan selimut, hingga rasa keta-kutannya dan kecemasannya hilang". Soalnya beliau telah me-nerima suatu tugas, yang ia tidak sanggup memikulnya. Beliaumendengar kata-kata yang tidak pemah didengar sebelumnyaseperti kata-kata yang beliau dengar itu, Nabi Muhammad ada-lah seorang Arab asli, beliau mengerti bahasa Arab, sebagaimanabangsa Arab mengertinya, serta menolak kata-kata yang ber-tentangan dengan kefasihan bahasa, sebagaimana orang-orangArab lain menolaknya. Maka ketakutan yang mencekamnya itutidak lain, melainkan perasaan pertama yang pemah dialamisejarah manusia disebabkan perbedaan apa yang ia dengar itu,dengan apa yang ia selalu mendengar dati bahasa kaumnya,dari bahasa yang ia kuasai (bahasa Arab fasih). Kemudian wah-yu turun berturut-turut, Rasulullah disuruh oleh Tuhan-Nyaagar ia membacakan kepada manusia apa yang diturunkan ke-padanya, secara berangsur-angsur. Beliau mengundang beberapaorang dati sanak keluarga-Nya dan kaum-Nya untuk memba-cakan kepada mereka wahyu yang turun. Nabi tidak memaksa-kan diskusi dengan kaumnya, baik dengan membawakan suatubukti lahir yang jelas, maupun dengan apa yang diturunkan ke-padanya, sampai mereka mau berimanbahwa tiada Tuhan sela-in Allah, bahwa beliau seorang Nabi, pesuruh Allah. Tidak! Apayang dilakukan oleh Nabi hanya meminta kepada kaumnya agarmereka, suka percaya pada apa yang mereka diajak untuk mem-percayainya, dan agar mereka mengetahui beliau sebagai Nabi.Nabi melakukan da'wahnya itu hanya menggunakan satu buktisaja, yakni: Al-Qur'an yang dibacakan ayat-ayatnya kepada me-reka. Sungguh tidak akan ada artinya, permintaan Nabi kepadakaumnya agar mereka suka beriman kepada Allah dan sukamengakui kenabiannya, hanya dengan sekedar membacakansemata-mata, akan tetapi yang memberi bobot kepada da'-wahnya; ialah bahwa yang dibacakan kepada mereka itu ansichtelah merupakan bukti yang nyata, bukti bahwa apa yang diba-

22

Page 22: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

cakan itu bukan kata-kata Nabi dan bukan perkataan manusia.Juga tidak akan ada artinya apa yang Nabi bacakan itu, kecualiapabila pendengar-pendengarnya dengan selintas-pintas mampumembedakan dengan jelas dan terang antara perkataan-perkata-an manusia dan perkataan yang tidak sama dengan perkataanmanusia.

Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi secara teratur, dan yangturun kepadanya pada permulaan kerasulannya hanya sedikitsaja, sebagaimana anda mengetahui (dari sejarah). Maka yangsedikit dari ayat-ayat yang diturunkan kepadanya itu, itulahyang menjadi bukti satu-satunya atas kenabiannya.

Maka tersimpullah bahwa ayat-ayat yang terbilang tidakbesar yang diwahyukan kepadanya, pada permulaan kerasulan-nya itu - ayat-ayat yang kemudian bertambah. besar jumlah-nya sehingga pada akhimya terhimpun menjadi Al-Qur'an yanglengkap, seperti yang kita baca sekarang ini, nyatalah bahwaayat-ayat yang pada permulaannya hanya sedikit yang diturun-kan, dan yang sedikit pula makna-makna yang dikandungnya,telah mengandung bukti yang terang dan jelas lagi perkasa,bahwa sekali-kali bukan hasil kalam manusia. Dari bukti ini la-hirlah pembaca ayat-ayat, kepada pendengar-pendengarnya se-dang ia seorang manusia seperti para pendengarnya, justru iaadalah benar-benar seorang Nabi, diutus oleh Allah.

Bila hal di atas itu benar, dan ia memang demikian, tiadalahkeraguan padanya, maka benarlah apa yang kami katakan diatas bahwa ayat-ayat yang pada permulaannya, turun dalamjumlah yang sedikit kemudian turun menjadi jumlah yang besar,sampai terhimpun menjadi Qur'an lengkap. Sewaktu dibacakankepada pendengar-pendengarnya dari bangsa Arab, menunjuk-kan suatu kenyataan bahwa kalam yang dibacakan oleh Nabiitu berbeda dengan kalam manusia hanya dari satu segi, yaknisegi kejelasannya dan susunan kata-katanya. Apabila benarbahwa ayat-ayat Qur'an yang sedikit jumlahnya, (pada per-mulaan turunnya) dan jumlah yang besar (yang turun kemu-dian), SaDU1 saj~ dalam segi ini, maka jelaslah bahwa apa yangterdapat di dalam Al-Qur'an, dari sejarah pengkhabaran ten-tang umat-umat yang terdahulu, tentang berita-berita gaib,tentang ketentuan-ketentuan yang mantap mengenai hukumdan tentang hal-hal yangmenakjubkan yang tidak pemah dike-tahui oleh manusia seperti rahasia-rahasia alam yang maknanya,tidak dapat dipecahkan, kecuali setelah berlalu beberapa abaddari turunnya ayat-ayat bersangkutan, kesemuanya itu tidak ada

23

Page 23: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sangkut pautnya dengan apa yang diminta kepada bangsa Arabyaitu agar mereka memperoleh kejelasan dari susunan kata-kata Qur'an yang jelas gamblang, dalam hal mana jauh berbedadari puisi yang disusun oleh manusia dengan kejelasan dan ke-fasihan yang dibuat oleh mereka, hal mana memberi suatuketentuan mutlak bahwa Al-Qur'an adalah Kalam Tuhan serusemesta alamo Dengan ini timbul tuntutan, sebagai akibat pe-ngakuan di atas, sebab bila mereka telah mengakui denganbukti di atas bahwa Al-Qur'an adalah Kalam Tuhan seru semestaalam, maka sudah barangtentu dituntut agar mereka benar-benar yakin bahwa apa yang dibawa oleh Al-Qur'an mengenaiberita-berita umat-umat terdahulu dan berita-berita yang gaibdan segala ketentuan hukum serta hal-hal yang menunjukkanrahasia-rahasia alam, kesemuanya itu pasti benar, tiada kera-guan baginya; sekalipun kesemuanya itu bertentangan denganapa yang mereka ketahui, atau sekalipun sesuai dengan apayang mereka setujui, bahwa hal-hal itu dalam pandangan danpikiran mereka atau orang-orang lain, adalah benar, tiada kera-guan baginya. Jelasnya pengakuan mereka bahwa Al-Qur'anKalam Tuhan seru semesta alam menurut susunan kata-katanyadan kejelasannya melahirkan kesimpulan tentang keharusanmengimani kebenaran segala apa yang dituturkan oleh Al-Qur'an. Jadi tidak sebaliknya, pengakuan terhadap apa yangdibawakan oleh Al-Qur'an mengharuskan pengakuan ataskebenaran Al-Qur'an adalah Kalam Allah sehubungan dengansusunan kata-katanya dan kejelasannya yang berbeda dengankalam manusia. Kesimpulan ini kiranya sudah sangat jelas danterang.

Dari segi inilah, sebagaimana anda ketahui, bangsa Arab di-minta agar mengakui dan menerima baik. Dari segi ini pula,bangsa Arab terhadap yang mendengar kalam, yang dibacakanoleh seseorang dari kalangan mereka, dan yang berbunyi sepertiyang mereka dapati dalam bahasa mereka; (sebab memang Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab yang fasih dan jelas),tetapi yang mereka dapati berbeda dengan perkataan-perkataan(kalam) mereka, sehingga mereka benar-benar tidak mengetahui,apa yang mereka katakan 'sebagai tanggapan langsung mereka,yang berisikan kedengkian dan permusuhan terhadap Al-Qur'anini. Kejadian terse but sudah dikenal (dalam sejarah), yakniantara lain kebingungan sekelompok orang suku Quraisy, ter-utama Walid ibnul Mughirah dalam menghadapi kata-kata Al-Qur'an. Kaum Quraisy bersepakat, ketika datang musim hajji,

24

Page 24: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

untuk mengatakan perkataan yang sama, dan mereka tidak bo-leh berbeda-beda dalam apa yang akan dikatakan, terhadapkalam yang dibacakan di hadapan mereka dan di hadapan ma-nusia lainnya. Mereka bermusyawarah antara sesama merekatentang apa yang mereka harus katakan, terhadap Nabi yangmembacakan ayat-ayat Al-Qur'an di hadapan kabilah-kabilahArab yang datang berhajji. Mereka bersepakat untuk mengata-kan terhadap Nabi bahwa ia adalah seorang dukun, atau se-orang gila atau pen yair , atau tukang sihir. Setelah hasil musya-warah diserahkan kepada tokoh mereka yaitu Walid ibnulMughirah, maka ia menolak keputusan musyawarah mereka itudengan penjelasan: "Demi Allah sungguh apa yang dibacakanoleh Muhammad lezat didengar. Akar, tandan dan cabangnyaberbuah segar. Bila kamu mengatakan sesuatu dari hal-halyang kamu putuskan itu, maka akan diketahuilah oleh kabilah-kabilah Arab bahwa kamu telah mengucapkan kebohongan dankebatilan.

Paling bisa yang dapat mendekati kepercayaan mereka ialah,katakan saja bahwa ia (Muhammad) adalah tukang sihir, datangmembawa kalam yang memecah-belah antara seseorang denganayahnya, memecah-belah antara seseorang dengan saudaranya,dengan istrinya, dan antara seseorang dengan sanak keluarganya.

Kegelapan yang membingungkan itu meliputi mereka danmengakibatkan kemarahan dan yang membawa Walid untukmenamakannya dengan tepat, bahwa apa yang mereka akantuduhkan dengan batil kepada Nabi itu tidak akan diterima olehkabilah-kabilah Arab, kebingungan mereka ini tidak lain hanyakebingungan atas apa yang' -mereka dengar-tentang susunankatanya dan kejelasannya sekali-kali bukan tentang masalahhukum atau hal-hal yang gaib, atau tentang berita-berita gaibyang tidak dapat mereka percayai, serta bukan ten tang umat-umat terdahulu yang tidak mereka ketahui.

Sementara itu wahyu Makin banyak turun dan diturunkanberturut-turut, tahun demi tahun. Dalam pada itu Nabi s.a.w.berda'wah secara terang-terangan, membacakan Al-Qur'an ke-pada mereka dari kabilah Quraisy dan dari kebilah-kabilah Arablainnya yang berada di Mekah dan yang mendatangi Mekah padamusih-musim haji dan pasaran. Bangunlah Quraisy dengan segalakemampuan dan potensi yang dimiliki menentang dan memu-suhi Nabi s.a.w. dan bersikeras dalam kedengkian dan kebencianterhadap beliau serta mengingkari dan mendustakan beliau de-

25

Page 25: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ngan jalan mengganggu dan memusuhi. Setelah pengingkarandan pendustaan mereka terhadap Nabi dan wahyu yang diturun-kan kepadanya berjalan lama, sedang dari perbuatan mereka itu,mereka tidak memperoleh suatu hasil, selain apa yang dijelaskanoleh Walid dan selain bertambahnya jumlah orang-orang yangberiman dan wahyu yang turun kepadanya, baik dati kabilahQuraisy sendiri, maupun dari kabilah-kabilah Arab lainnya,lalu Allah menurunkan wahyu berisikan ayat-ayat penganeamterhadap mereka, yang membuat mereka eemas dan gelisah,bertambahlah kebingungan mereka menghadapi ayat-ayatQur'an yang dibaeakan kepada mereka. Sementara itu Rasulul-lah s.a.w. tetap tinggal di Mekah selama tiga helas tahun (sejakkerasulannya), sedang kaum muslimin yang masih keeil jum-lahnya, bersembunyi-sembunyi di tanah Mekah. Sementara ituwahyu terns turun berturut-turut menantang agar mereka mem-bawakan serupa Qur'an ini, dan setelah mereka tidak mampumembawakannya, mereka ditantang terus supaya merekamendatangkan sepuluh buah surat saja sekali pun surat-suratyang bohong.

Setelah turun gengsi mereka karena tiada kemampuan me-reka menjawab .tantangan Al-Qur'an, maka ditutup sekali olehAllah segala lubang keeaman dan pembangkangan mereka, bah-kan seluruh manusia dan jin dengan firman-Nya yang terjemah-annya dalam bahasa Indonesia antara lain: "Katakanlah: sekira-nya manusia dan jin berkumpul untuk mengadakan serupa Al-Qur'an ini, niscaya tiadalah mereha dapat membuat serupa(Al-Qur'an ini), sekalipun mereha saling membantu". (SuratAl-Isra' ayat 88). Memang begitulah jadinya.

Pemyataan yang menentukan tersebut yang tak dapat dito-lak oleh siapapun, itu pun Al-Qur'an ketengahkan persolannyadan persoalan sengketa dengannya, bukan saja antara Rasulullahdan kaumnya dari bangsa Arab, melainkan juga antara Rasulul-lah dan umat manusia seluruhnya dati segala lapisan dan de-ngan segala eiri-eiri khasnya, serta perbedaan bahasa dan wamakulitnya. Bukan dengan manusia saja bahkan dengan semua ma-nusia dan jin bersama-sama sekalipun mereka saling membantuInilah pemyataan yang tidak dapat ditentang dati segi danjurusan mana pun, pemyataan yang demikian inilah yangkemudian kita sepakati istilahnya, yakni I'jazul Qur'an.

Apa yang saya usut untuk anda ini, adalah sejarah ringkasyang seringkas-ringkasnya, akan tetapi eukup mendetail da-lam memberikan indikasi akan pembatasan makna I'jaz sebagai

26

Page 26: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

yang dimaksud oleh lafal "I'jazul Qur'an" menurut makna yanglazim difahami dari kata "I'jaz" itu, sekali kata ini mempunyaipengertian luas. Ia juga eukup mendetail dalam memberikandalil akan adanya I'jaz ini, sebab ditinjau dari segi mana pun,apa yang disebut I'jaz, ia tetap I'jaz. Apa yang tersebut inimengungkapkan hal-hal yang tidak dapat tidak harus diketahuioleh setiap pembahas, yakni:

Pertarna: Sedikitnya ayat-ayat AI-Qur'an atau banyaknyaadalah sama saja dalam hal I'jaz.

Kedua: I'jaz itu tersimpul dalam susunan AI-Qur'an, dalamkejelasan dan gaya pensajakannya serta dalam perbedaannyamengenai eiri-eiri khasnya yang biasa terdapat pada puisi dankefasihan dalam bahasa Arab, bahkan yang terdapat padasemua bahasa-bahasa umat manusia, bahkan pula bahasa-bahasamanusia dan jin, sekali pun mereka saling membantu.

Ketiga: Mereka yang ditantang oleh AI-Qur'an itu adalahorang-orang yang memiliki kemampuan dan keeerdasan untukmembedakan antara kalam manusia dan kalam yang bukandari mereka.

Keempat: Orang-orang yang ditantang oleh AI-Qur'an itumenyadari bahwa apa yang dituntut pada mereka untuk mem-bawakan kalam serupa dengan ayat-ayat AI-Qur'an atau seti-dak-tidaknya membawakan sepuluh surat saja sekalipun suratbohong, itu hanyalah sejenis kejelasan yang mereka dapatkandalam diri mereka sendiri, bahwa ia samasekali di luar jeniskefasihan kalam yang dibuat oleh manusia.

Kelima: Tantangan ini tidak dimaksudkan agar merekamembawakan ayat-ayat serupa dengan AI-Qur'an, denganmenyamai rnakna-makna yang dikandung oleh AI-Qur'an,Tidak! Mereka hanya dituntut untuk membawakan apa yangmereka mampu mengada-adakan dan membuat-buatnya, terse-rah tentang makna dan rnaksud apa saja yang biasa terlintasda1am hati manusia.

Keenam: Tantangan yang dikeluarkan oleh AI-Qur'an ter-hadap semua jenis manusia dan jin bersama-sama, adalah tan-tangan yang terus berlaku sampai hari kiamat.

Ketujuh: Apa yang dikandung oleh Al-Qur'an seperti raha-sia-rahasia alam yang gaib, hukum-hukum yang kokoh, tanda-tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan kepada rnakhluknya,semua ini samasekali tidak masuk dalam bidang tantangan yang

27

Page 27: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

menjurus kepada yang dimaksud 'dengan I'jaz, sekalipun apayang terkandung dalam isf AI-Qur'an itu masuk sebagai buktinyata bahwa Al-Qur'an diturunkan dari sisi Allah, sungguh punapa yang dikandung oleh Al-Qur'an itu tidak merupakan buktibahwa susunan kata-katanya dan kejelasannya berbeda sama-sekali dengan puisi dan kata-kata mencela, perbedaan manamenunjukkan bahwa AI-Qur'an adalah kalam Tuhan seru seka-lian alam, bukan kalam manusia.

Inilah persoalan-persoalan yang kesimpulannya ditarik darihasil studi tentang sejarah turunnya Al-Qur'an, dengan mem-pelajari sejarah perbantahan yang dilakukan oleh kaum musyri-kin bangsa Arab tentang kebenaran ayat-ayat yang turun darilangit, sebagaimana tanda-tanda kebenaran para Nabi lainnyadan mujizat-mujizat yang dibekalkan kepada mereka, jugadatang dari langit. Cukuplah kiranya bagi anda, mengenai halini, ingat sabda Rasulullah s.a.w.: "Tiada seorang Nabi pun me-lainkan diberikan oleh Tuhan mu'jizat yang dengannya manusiadidorong untuk percaya kepada-Nya. Akan tetapi yang diberi-kan kepadaku hanyalah, wahyu yang diwahyukan kepadaku.Maka aku berharap untuk mempunyai pengikut terbanyak kelakdi hari kiamat.

Maka AI-Qur'an adalah tanda-tanda kekuasaan Allah di mu-ka bumi, yakni ayat-ayat yang meng-I'jazkan menurut apa yangberupa mukjizat bagi bangsa Arab, kemudian bagi seluruh ma-nusia, kemudian bagi manusia dan jin bersama-sama. Tetapi ke-semuanya itu tidak tergolong ke dalam kategori I'jaz sebagaiyang dimaksud oleh istilahnya. Oleh karena itu setiap kekeliru-an dalam membedakan makna I'jaz itu dan dalam membatasi-nya menurut akal dan pikiran, menjadi sebab pengacauan dankekeliruan dalam memahami arti istilah I'jazul Qur'an, yangtelah menjadikan Al-Qur'an mu'jiz (tidak dapat ditiru) baikbagi bangsa Arab, mau pun bagi semua manusia dengan berane-ka-ragam bahasanya, maupun bagi manusia dan jin bersama-sama dengan saling bantu-membantu.

Inilah sebagian dari apa yang dicapai oleh visi yang obyektif(apa adanya) dalam mengambil intisari makna yang menjadipegangan tantangan Al-Qur'an dengan dan sendi I'jaznya.

Saya berharap, telah dapat menyampaikan pengungkapanini secara memuaskan. Sungguhpun demikian, rasanya masihada satu soal lagi yang masih tertinggal yang perlu dibicarakanyakni mengambil kesimpulan dengan menggunakan metode

28

Page 28: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

obyektif mumi (apa adanya) ini mengenai sifat kaum Arab,yang ditantang oleh Al-Qur'an, dan karakter bahasanya.

Maka bila sudah benar bahwa I'jazul Qur'an itu tersimpuldalam susunan dan rangkaian kata dari isi Al-Qur'an, serta gayapenyajiannya dan kejelasan yang dikandung olehnya, yang di-turunkan dengan bahasa Arab yang fasih lagi terang, dan bahwaciri-ciri khususnya berlainan dengan ciri-ciri khusus yang biasaterdapat dalam syair dan puisi yang dapat dikarang oleh manu-sia dengan segala potensi kefasihan mereka; bila semua ini su-dah benar, maka kiranya persaingan mereka dengan Al-Qur'anitu, tidak ada maknanya samasekali, kecuali dengan adanyafakta, yaitu terdapatnya sifat dan karakter mereka denganapa yang terdapat dalam Al-Qur'an antara lain:

Pertama: Bahasa, yang dengannya AI-Qur'an diturunkan,meng-I'jazkan dan menurut pembawaannya memiliki potensimaha dahsyat mengadakan perbedaan di antara dua kalam,yaitu di satu fihak kalam yang dapat mencapai puncak kefasih-annya, yang dapat diciptakan oleh kekuatan suatu bahasa.

Di fihak lain, kalam yang mematahkan kekuatan ini dengansuatu kejelasan dan kefasihan yang nampak terang perbedaan-nya dengan kalam yang pertama.

Kedua: Orang-orang yang bersangkutan akan mampu untukmenyadari dinding pemisah antara kedua kalam itu. Kesadaranini membuktikan bahwa mereka telah dianugerahi dalam ukuranyang besar kehalusan rasa, untuk menikmati kefasihan dan keje-lasan suatu kalam; mereka dianugerahi pula pengetahuan ten-tang rahasia-rahasia dan citra-citra kefasihan dan kejelasan ka-lam itu. Dengan demikian wajarlah bahwa terhadap mereka di-lakukan penantangan dengan AI-Qur'an, dan mereka dituntutketika mendengamya, bahwasanya pembacanya kepada merekaitu seorang Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah s.w.t,

Ketiga: Kejelasan dan kefasihan adalah lebih tinggi dan lebihmulya kedudukannya dalam pandangan mereka, daripada harusmengkhianati amanat ini, atau menyimpang dari keadilan dalammemberikan keputusan, mengenai hal tersebut. Al-Qur'an telahmencerca dan mencela mereka, serta membodoh-bodohkanimpian-impian dan kepercayaan-kepercayaan mereka sehinggadengan demikian Al-Qur'an menimbulkan permusuhan kesumatyang hebat pada fihak mereka. Sekalipun demikian, Al-Qur'anterus menantang mereka. Tetapi amanat yang mereka pikul un-tuk menjunjung tinggi kefasihan dan kejelasan kalam, mencegah

29

Page 29: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

mereka untuk menandingi atau melakukan perdebatan menge-nai kefasihan dan kejelasan yang tersirat di dalam AI-Qur'an.

Maka sejauh yang dapat mereka katakan tentang AI-Qur'anhanyalah "Kami telah mendengar AI-Qur'an itu. Kalau kamiberkehendak, kami pun dapat mengatakan seperti itu". Akantetapi kenyataannya, mereka tetap membungkam, tidak per-nah mampu membawakan seayat pun yang serupa dengan isiAI-Qur'an. Ini fakta pertama.

Adapun fakta kedua ialah AI-Qur'an tidak pemah menun-tut dari mereka untuk memberikan keputusan, melainkan AI-Qur'an membiarkan saja mereka, dengan oposisi mereka terha-dap AI-Qur'an, percaya bahwa mereka akan bersikap jujur da-lam memberikan pendapat mengenai kejelasan dan kefasihankalam. Maka dibiarkannya mereka itu oleh AI-Qur'an, fakta inimenunjukkan keadilan dan semangat yang tinggi nilainya darifihak AI-Qur'an.

Keempat: Orang-orang bangsa Arab yang menguasai kefa-sihan bahasa Arab, serta mempunyai rasa tinggi untuk merasa-kan keindahan bahasa, memiliki pengetahuan tentang rahasia-rahasia bahasa, dan memiliki kejujuran dalam memberikan pen-dapat tentang bahasa, serta tidak berkhianat dalam memberikanpendapat terhadap AI-Qur'an, sebagaimana aka! sehat mewajib-kan mereka bersikap demikian, mereka itu (dengan sikap mere-ka) telah mencapai tingkat yang jauh sekali, tiada taranya, da-lam menyatakan posisi diri dengan bahasa yang menerangkankedudukan diri mereka.

Sifat-sifat sebagai yang tersebut di atas mendorong kitauntuk mencari sifat apa yang patut menjadi karakter bahasamereka, sekiranya masih ada hal-hal yang perlu dibicarakanmengenai bahasa. Penilaian yang obyektif mengharuskan duahal penguraian atas peninggalan mereka.

Pertama: Yang masih tertinggal dari kalam mereka hamsmenjadi saksi atas keIuhuran bahasa mereka, yang mencapaitingkat tinggi tentang kelengkapannya, kesempumaannya dankeharusannya, sehingga tidak membuatnya tak cakap untukmenyatakan apa saja yang terlintas di hati setiap orang, yangpandai menjelaskan segala sesuatu, dari mereka.

Kedua: Bahwa kalam-kalam mereka terkumpul dari her-aneka ragam bentuk, kejelasan dan kefasihan, tidak dapattidak melaiflkan menunjukkan akan keluasan dan kesempur-naan, bahkan kewajaran penyusunan bahasa mereka, sehingga

30

Page 30: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

cukup memiliki keharusan terhadap setiap kejelasan yangdengan bahasa-bahasa .mereka, berbeda-beda mereka ciptakan.

Masihkah ada lagi yang pantas menjadi saksi, dan buktiatas kebenaran hal-hal tersebut? Ya, masih ada, yaitu "Sya'irpra Islam". Bila demikian, maka kita hams mengadakan re-konstruksi problemanya dan mengulangi pelukisannya, sebabvisi yang murni, logika yang terpadu dan penilaian yang terus-menerus, kesemuanya itu telah menjuruskan kita kepadakaharusan melepaskan makna I'jazul Qur' an dari segala yangmengeruhkannya dan yang dilihatkan padanya, sehinggatersisa bersih bagi kita satu fakta, yakni bahwa I'jazul Qur-'an itu hanyalah berkaitan dengan soal pensajakan dan keje-lasan, kemudian penunjuk ini menuntun kita untuk memberibatasan kepada sifat kaum yang ditantang oleh AI-Qur'an,serta sifat bahasanya. Hal ini membawa kita, untuk mencaripenyifatan kalam mereka, kemudian kita mencari saksi danbukti tentang hal yang kepadanya kita dibawa oleh visi ter-sebut. Ternyata bahwa hal termaksud itu adalah "Sya'ir praIslam".

Jadi Sya'ir pra Islam itulah asas problem I'jazul Qur'an yangharus dihadapi oleh akal pikiran modern, dan bukan metodelama yang digunakan dalam menafsirkan AI-Qur'an, seperti yangdisangka oleh saudara Malik, dan yang seperti menjadi opinisebagian besar orang-orang yang membahas soal I'jazul Qur'andengan metode apapun. Namun perlu dicatat bahwa "Sya'ir praIslam" telah dilanda oleh cobaan banyak; Yang terakhir danyang paling dalam dan pengrusakan padanya, ialah metode yangdiciptakan oleh Margelyouth untuk menghancurkan kepercaya-an terhadap Sya'ir pra Islam itu, dengan mengatakan bahwaSya'ir pra Islam itu dibuat sesudah Islam datang. Inilah tipuanjahat yang dibuat oleh Margelyouth dengan kawan-kawannyadan "nabi-nabinya", berikut Sophisme, pemalsuan dan kebo-hongan yang dilakukan oleh Margelyouth d.k.k. itu sebagaimanadisaksikan oleh salah seorang orientalis sesamanya, yakni Prof.Arby; kesemuanya yang dilakukan oleh Margelyouth itu menye-linap di balik dalil-dalil yang dibawakan, cara-cara pembahasanyang dibuat dan argumen-argumen yang dikemukakannya, suatupengertian tentang kedudukan Sya'ir pra Islam dalam kaitannyadengan soal I'jazul Qur'an bukan pengertian yang· benar danterang, bercampur dengan kebencian yang mendalam terhadapbangsa Arab dan Islam.

31

Page 31: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Orientalis (Margelyouth) ini beserta kawan-kawannya dan •ramalan-ramalannya sebenarnya persoalannya teramat remeh,untuk dapat memperoleh banyak kepercayaan, dati cara-carayang mereka lakukan dan argumen-argumen yang mereka .saji-kan, disebabkan keraguan yang mereka timbulkan itu dasarnyaialah pemalsuan dan penipuan.

Akantetapi mereka berhasil mencapai sejauh-jauhnya pele-barluasan penipuan mereka, penyusupan ke dalam perguruanperguruan tinggi kita dan ke dalam alam pikiran modern didunia Islam dengan sarana-sarana yang membantu keberhasilanitu, sekali-kali bukanlah dasarnya ilmu pengetahuan dan visiyang benar. Dalam pada itu beberapa tokoh dan ahli pengetahu-an telah berhasil menetapkan kebenaran Sya'ir pra Islam itu de-ngan menempuh jalan yang tiada keraguan baginya tentangkebenaran dan kemurniannya, tanpa pemalsuan dalam mencaridalil dan bukti dan tanpa penipuan dalam mengadakan pene-rapan, serta tanpa kontradiksi dengan hal-hal yang sudahdapat diterima oleh akal sehat, naql (nukilan) yang sahih,Namun mereka belum memiliki sarana-sarana yang memung-kinkan mereka mencapai kebenaran yang mereka punyai ituseperti yang dicapai oleh Margelyouth d.k.k. dengan kebatilan-nya.

Saya sendiri telah tertimpa cobaan dalam soal "Sya'ir praIslam" ketika fitnah tentang soal itu berkobar sewaktu sayamasih Mahasiswa di Universitas Mesir. Waktu berlalu: Dalampada itu saya telah .sampai pacta macam metode lain untukmemperoleh bukti atas keabsahan Sya'ir pra Islam, bukandati dalil periwayatannya saja, melainkan juga dari jalan lain,jalan yang paling lekat dengan soal I'jazul Qur'an". Saya telahmeneliti sedalam-dalamnya "Sya'ir pra Islam" sehingga, sayamendapatkan di dalamnya fakta bahwa ia, mengandung dalamdirinya sendiri bukti-bukti kebenaran dan keabsahannya sebabsaya telah mendapatinya memiliki daya yang luar biasa untukmengungkapkan kejelasan. Ia mengungkapkan pada saya kein-dahan-keindahan tak terbatas yang mempersonakan. Ternyatabahwa "Sya'ir pra Islam" itu adalah ilmu pengetahuan tersendiriyang berdiri tegak, tidak saja di bidang kesusasteraan Arab, me-lainkan juga kesusasteraan-kesusasteraan umat sebelum dan se-sudah Islam. Kedudukkan tersendiri yang dihaki oleh Sya'irpra Islam secara mutlak ini, terutama kesendiriannya denganciri-ciri khasnya, yang membedakannya dari setiap syair daripuisi-puisi Arab yang datang sesudahnya, ini saja sudah mem-

32

Page 32: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

IDerikan bukti atas kebeniltan~ya·dan keabsahmUiya.Problem1',ja2:ulQur'an telah menyibukkan diri saya, sebagaimana iamenyibukkan juga akal pikiDn modern. Namun yang berkenaandengan diri saya, saya telah disibukkan oleh Sya'ir pra IsIamdan pengarang-perangarangnga,dengan kesudahar; bahwa pene-titian dan penyelidikan serta studi yang lama telah rhebyampai-kan saya kepada aliran yang saya anut sekarang ini, sampalsaya memperoleh dalil yang cukup kuat atas kesahihan dankebenaran Sya'ir pra Islam itu.

Para pengarangnya yang telah pergi untuk selama-lamanyasedangpendekar-pendekarnya yang jasadnya telah terserak-serak di dalam tanah, kadang-kadang terbayang pada saya dalamsyair ini seolah-olah mereka datang dan pergi. Saya seolah-olahmenyaksikan pemudanya dimabuk rindu oleh kebodohannya,sedang yang berusia lanjut terbawa oleh kearifannya. Terba-yang pada saya, yang bersukahati dari mereka wajahnya ber-seri-seri sehingga bersinar, sedang yang murka dan marahwajahnya bermuram-durja sehingga gelap. Seakan-akan kelihat-an di hadapan saya seorang laki dengan temannya, pula seoranglaki dengan kawanperempuannya, dan sampah masyarakat tan-pa kawan. Saya seolah-olah melihat pengendara kuda di ataspunggung kudanya dan pejalan kaki. Terbayang pada saya ke-lompok-kelompok masyarakat di tempat kediamannya di peda-laman dan pemukimannya di kota-kota lalu saya seolah-olahmendengar rayuan mereka yang sedang asyik dimabuk cinta,dan kemanjaan -gadis-gadismereka. Seolah-olah kelihatan padasaya api unggun mereka, yang sekelilingnya mereka berkumpuluntuk memanaskan diri. Saya seakan-akan mendengar ratapantangis mereka pada saat perpisahan. Kesemuanya itu seolah-olah saya lihat dan saya dengar dari sela-sela kata-kata yangdikandung oleh syair ini, sehingga saya, seolah-olah mendengarpada setiap kata dalam syair ini bisikan orang yang berbisik,isakan orang yang menangis, tarikan napas panjang orang yangsedang dilanda rindu asmara, dan teriakan karena ketakutan.Bahkan seakan-akan mereka mendeklamasikan syair merekadihadapan saya, sehinggaseolah-olahsaya tidak pernah meninggal-kan mereka sedetik pun, dan tidak pernah pula meninggalkanrumah-rumah kediaman mereka dan tempat-tempat pertemuanmereka. Seakan-akan tidak pernah hilang dari pemandangankukepergian mereka di muka bumi, dan apa yang mereka amatidan dapati, apa yang mereka dengar dan ketahui dan apa yanKmereka derita dan rasakan. Seakan-akan.bagi saya tiada sesuatu

33

Page 33: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

pun yang tersembunyi yang oleh sebab itu orang yang hidupdapat disebut hidup di bumi ini, yang di dalam sejarah tetapterkenal dengan sebutan"Jazirah Arabia".

Apa yang saya sampaikan kepadanya dari sifat Sya'ir pra Is-lam sebagai yang saya memakrifatinya adalah suatu hal yang da-pat dieapai oleh orang yang suka menempuh jalan-jalan bagi ke-makrifatan, tanpa menggunakan cara-cara yang menjurus kepa-da pengaeauan dan pencampuradukan, serta tidak aeuh tak aeuhdan tidak jemu. Memakrifati adalah jalan awal untuk mempela-jari Sya'ir pra Islam dari jurusan yang memungkinkan kita mem-peroleh bukti, daripadanya bahwa Sya'ir pra Islam memilikicara tersendiri, ciri-eiri khasnya berbeda dari setiap syair yangdatang sesudahnya yang dibuat oleh penyair-penyair Islam.Apabila yang demikian ini benar dan saya sedikit pun tidakmeragukan kebenarannya maka haruslah kita mempelajarisyair ini seeara mendalam untuk meneari di dalamnya potensiyang dikandung olehnya dalam mengungkapkan kejelasan dankefasihan, yang merupakan kelebihan, yang menonjolkan pe-nyair-penyair pra Islam itu di atas penyair-penyair yang datangsesudah mereka, pula untuk menarik banyak pelajaran tentanganeka ragam kejelasan dan kefasihan yang dapat dieapai dengankekuatan bahasa dan kalam mereka. Apabila kita telah selesaimelakukan itu semua, maka pada saat itu sangat imungkinbagi kita untuk meneari di dalam AI-Qur'an, yang kejelasan-nya dan kefasihannya mengi'jazkan mereka itu, eiri-eiri khaskejelasan dan kefasihan ini yang mengungguli segala kejelasandan kefasihan manusia.

Di sinilah terdapat hal yang mempunyai makna besar. Ja-nganlah mengira bahwa persoalan mempelajari sya'ir.pra Islamitu, semata-mata menyangkut makna-makna persoalannya, ataugambaran-gambaran yang dikandungnya, atau bahasa yang di-pergunakan dalam hal kefasihannya, kelezatannya dan sebagai-nya. Tidak demikian. Persoalannya adalah lebih jauh, lebihdalam dan lebih sulit. Persoalannya ialah membedakan sya'ir praIslam mengenai kemampuannya yang besar untuk mengungkap-kan kejelasan, mengeksposir berbagai jenis kejelasan yang ber-lain-lainan satu dengan yang lain, serta mengambil intisariciri-ciri khusus yang terdapat pada bahasa mereka, eiri-eiri yangmemberi bahasa ini kemungkinan untuk menjadi sumber ke-agungan dan ketinggian dengan jalan menerangkan perasaan-perasaan dalam, dari lubuk hati, demikian agung dan tinggisehingga ia dapat membuat kalam mereka hidup, laksana pe-

34

Page 34: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

niupan roh di dalam jasad yang mati, laksana kemampuanmelihat pada mata yang tak bergerak dan laksana kebiasaanberbicara yang terkandung dalam segumpal daging yang ber-getar yang disebut "lidah".

Maka apabila kita mengadakan persiapan sungguh-sungguhuntuk studi ini, dan menggunakan kesabaran, kesungguhan danberhati-hati, Yang diperlukan untuk berhasilnya studi ini, se-dang bahasa adalah bahasa kita, dan kaum itu adalah nenekmoyang kita, dan tabiat-tabiat mereka tertanam dalam karakterdan watak kita - kemudian kita menetapkan untuk studi inimetode-metode yang menunjangnya, serta mengambil untuknyagaya bahasa yang sebanding.

Maka yang semula terasa jauh menjadi dekat; yang semulakelihatannya tidak nyata menjadi terang, dan "Sya'ir pra Islam"akan mengungkapkannya pada kita keindahannya yang palinggemilang serta mempesona dan membuka mata kita terhadaphal-hal yang terpendam dan bersembunyi dari dasar-dasar kecer-dasan insani dalam menjelaskan sesuatu, tanpa mengkhususkan-nya bagi bahasa Arab saja,maka akanlkita dapati studi itu mem-perlihatkan sya'ir pra Islam dalam bentuknya yang paling pelikdan wajahnya yang paling suram; dan dalam gambaran yangpaling sempuma dan lengkap.

Apa yang saya uraikan dengan panjang lebar tentang sya'irpra Islam ini dan apa yang saya dapati dalam hati saya adalahsuatu pintu yang besar dan lebar. Saya bermohon kepada Allahagar Dia berkenan menolong saya, dengan kekuasaan-Nya dankekuatan-Nya, supaya saya dapat mengungkapkannya dan me-nerangkan perihal sya'ir pra Islam, dan supaya saya dapat mem-perkuatnya dengan segala argumen yang menentukan tentangkeunggulannya atas setiap sya'ir Arab yang dikarang sesudah-nya, sehingga ia sendiri akan dapat menjadi bukti yang mutlakatas keabsahan periwayatannya, dan bahwa paraperawi itutidak .mengarang-ngarang untuknya penyair-penyair yang sebe-ilamya tidak ada wujudnya.

Adalah kenyataan bahwa yang sampai pada kita hingga saatini dari Sya'ir pra Islam itu hanya sedikit yang diriwayatkanoleh rawi-rawinya. Sedang para perawi yang terdahulu pun Sya-'ir pra Islam tidak sampai kepada mereka, kecuali sekedar seba-pi yang dikatakan oleh Abu 'Amr ibnu Al'Ala pada pangkalabad kedua Hijryah: "Apa yang sampai kepada kamu dari kalamArab jahiliyah sedikit sekali. Sekiranya sampai kepadamu dalamkadar yang besar niscaya sampai kepadamu ilmu dan syair ba-

35

Page 35: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

nyak". Sekali pun demikian yang sedikit dari Sya'ir pra Islamyang sampai kepada kita itu, insya Allah, cukup sebagai petun-juk bagi apa yang kami kehendaki, untuk menjelaskan tentangkelebihan syair mereka atas syair yang datang sesudah mereka,dan dalam syair itu terdapat dalam kadar yang besar ciri-eirikhusus kejelasan dan kefasihan yang merupakan keahlian kaumjahiliyah (pra Islam).

Namun bagaimana sya'ir pra Islam ini dapat terus hidupsampai pada masa sekarang ini? Ia tetap hidup untuk menjadibahan bagi bahasa Arab, menjadi dalil atas setiap huruf abjadbahasa Arab, atas setiap bab tentang tata bahasa Arab, dan atassetiap kata sindiran dalam ilmu kafasihan bahasa. Ia tetap hidupsebagai sumber bagi para perawi, sebagai perbendaharaan yangpopuler padanya, para penyair Islam mengambil materi bagisyair-syair mereka dan sebagai sumber sejarah umat Arab praIslam. Ia bahkan menjadi pusaka bagi semua ilmu-ilmu penge-tahuan bangsa Arab; Setiap ilmu mempunyai bagian daripada-nya, menurut kadarnya. Namun tidak terpikirkan oleh kita sua-tu hal yang sangat besar yang ditinggalkan oleh Sya'ir pra Islam,yaitu bahwa ia menjadi bahan studi tentang keeerdasan menje-laskan sesuatu, suatu pembawaan instinktif manusia denganmemperbandingkannya dengan kejelasan yang potensi orang-orang yang paling fasih habis tanpa mampu menandingi keje-wan tersebut yang memiliki eiri-ciri khusus yang terang demi-kian rupa untuk menjadikan setiap orang yang eakap, yangfasih, yang jelas kalamnya, dan setiap orang yang mempunyaikemampuan merasakan kelezatan kefasihan dan kejelasan baha-sa, tidak mempunyai altematif lain, .selain mengakui keunggu-1an kejelasan yang bereiri khusus tersebut, bahwa ia tidak sejeniskejelasan dan kefasihan yang biasa didengar dan dirasakan olehorang, bahwa penyampainya kepada manusia adalah seorangnabi yang diutus, bahwa nabi ini tidaklah mampu mengarang-nya sendiri atau mengada-adakannya sebab ia tidak lain hanyaseorang manusia yang tidak memiliki kemampuan selain ke-mampuan yang dimiliki orang lain yangsejenis dengan dia,dan bahwa sekiranya dia mengada-adakan selain dari apa yangdiperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya dan mem-baeakannya, pasti, pasti akanterbuka kedustaannya kepadamanusia, sehingga dia layak memperoleh hukuman dengan fir-man Tuhan yang menurunkan kalam itu dari langit:

./ ••••••••••• ., .." "., "" Ct ,. ".. "''''''' ,. •••••;"'.",. G "" ••••

\..;.i>)' (, J:Jt;)'1 ~ ~ J';.i; .,JJ-- .--

36

Page 36: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Dan sekiranya dia mengada-adaka" sedikit saja perkataan-perkataan atas nama Kami, niscaya Kami pasti menanghaptangan kanannya; lalu Kami akan putuskan urat nadi jan tung-nya. Maka tiada seorang pun dari kamu yang dapat memper-tahanhannya". (Surat AI-Haaqqah: 44-47).

Orang berhak bertanya: "Bila demikian, coba ceritakanpada saya mengapa sya'ir pra Islam tetap begitu kedudukannya,tidak melampauinya? dan mengapa hal-hal yang anda katakantentang syair itu tidak terpikirkan juga oleh ulama-ulama sebe-lum anda? Mengapa sya'ir ini luput dari pikiran ulama-ulamabalaghah (kejelasan, kefasihan dan keindahan bahasa), sedangmereka bertujuan dengan ilmu Balaghah mereka itu justruuntuk menerangkan soal "I'jazul Qur'an", sedang mereka ber-ada dalam zaman yang lebih dekat .dengan turunnya AI-Qur'andaripada zaman kami dan anda? Apakah yang mencegah aka! pi-kiran orang-orang yang fasih bahaSanya itu, untuk menjalanimetode seperti yang anda lakukan, sedang akal pikiran merekaitu tidak berbangkit, melainkan dengan tujuan mencapai sasaransoal I'jazul Qur'an, baik pada zaman dahulu maupun zamansekarang?"

Adalah kewajiban saya menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Namun untuk memberikan jawaban itu saya merasa perlumenceriterakan suatu kisah lain. Saya tidakakan memperpan-janglebarkan ceritera itu, dan saya akan mempeningkatnya sajadengan berusaha menyingkirkan celah-celah daripadanya se-mampu saya, sedang pendengarnya sedapat mungkin menying-kirkan kekurangperhatian dirinya semampu-mampunya,

Kaum Arab jahiliah (pra Islam) adalah sebagai yang telahsaya lukiskan kepada anda keahliannya dalam soal kefasihanbahasa dan kepandaiannya dalam menggunakan kefasihan itudalam kalam mereka serta kemampuan mereka untuk dapatmerasakan kelezatan kefasihan itu dengan indera yang palinghalus dalam sanubari dan jiwa mereka, pula pengetahuan me-reka tentang rahasia-rahasianya, serta mendalamnya kesadaranmereka mengenai adanya dinding pemisah antara jenis kefasihanyang dibakati oleh manusia dan yang bukan termasuk jeniskefasihan mereka. Kaum jahiliahinilah yang didatangi Kitab

37

Page 37: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dari langit dengan bahasa mereka, Kitab yang dalam kumpulantanda-tanda kekuasaan Allah, sederajat dengan tongkat Musa,dan dengan mukjizat orang buta dan penyembuhan orang butadan penderita kusta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yangdianugerahkan kepada para nabi-Nya, Kitab ini datang kepadamereka, agar pembacaaannya dibawa pendengaran merekamenjadi bukti yang perkasa yang memaksa mereka mengakuikebenaran diturunkannya Kitab ini dari langit ke dalam salah-seorang dari kalangan mereka, dan bahwa orang iniadalahsalahseorang Nabi yang diutus oleh Allah; maka wajiblah mere-ka mengikutinya serta menerima baik apa yang diserukan oleh-nya. Oleh sebab itu maka setelah mereka mendustakannya danmengingkari kenabiannya, ia menantang mereka agar merekamembawakan serupa dengan apa yang mereka dengar mengenaisusunan penyajakannya dan kejelasannya. Ia mendesak kepadamereka menantang mereka dalam banyak ayat dari Kitab yangdiwahyukan kepadanya. 'Namun mereka menyadari keberlainankejelasan kalam Kitab itu dengan kefasihan kalam manusia.Kesadaran ini memaksa mereka untuk meninggalkan tantangansebagai sikap yang jujur untuk tidak membenarkan suatu keje-lasan dan kefasihan diperlukan secara tidak adil, dan untukmenjauhkannya dari pengecilan kedudukan kejelasan dalamKitab itu oleh perlakuan tidak adil dari fihak mereka.

Adapun orang yang mereka hadapi, dengan kesengitan da-lam permusuhan dan pembangkangan itu, tidak lama kemudiansekelompok demi sekelompok datang padanya menerima seru-annya dengan pengakuan dan penerimaan baik bahwasanya Ki-tab itu adalah kalam Allah, dan bahwasanya orang (yang semulamereka musuhi itu) adalah nabi Allah. Kemudian berturut-turutdatang orang-orang yang beriman dari mereka menyatakankeimanan mereka, sehingga tiada satu rumah pun di kampungmereka melainkan telah dimasuki oleh Islam atau keseluruhanpenghuninya memeluk Islam. Mereka menyerahkan pimpinankepadanya, karena keyakinan bahwasanya tidaklah sempumaiman seseorang dari mereka sebelum lelaki ini dijadikan sem-puma iman seseorang dari mereka sebelum lelaki ini dijadikanseseorang yang dicintai oleh seseorang lebih daripada kecinta-annya terhadap keluarganya dan anaknya. Amal perbuatanmereka telah membenarkan kesemuanya itu. Maka setiaporang yang fasih dan pandai berbicara dari mereka, dan setiaporang yang ahli dalam merasakan kelezatan bahasa yang fasihdan jelas menjadi penyelidik dari firman-firman Allah dengansangat teliti, menghafalkanayat-ayat Al-Qur'an yang teJah

38

Page 38: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

turon, membacanya dan berta'abbud dengan pembacaan ayat-ayat itu. Ia mengikuti turunnya Al-Qur'an dengan penuh per-hatian dan keinginan yang sangat besar. Ia menc!lengardan mem-perhatikan pada waktu Al-Qur'an dibaca dalam shalat, dan diatas mimbar hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demitahun. Masing-masing orang tunduk dan khusu pada Dzikrullah(mengingat Tuhan), dan kebenaran yang turun kepadanya. Ke-tundukan dan kekhusuan mereka membenarkan apa yang di-firmankan oleh Allah:

I~ ;',/, ~ ./ 0 /" Q ,/./ () ,/ ./ •••••••_..... JJ '"'" /"

-i L:.. ~ L::.. ~ 1::.; ~ /..l.>J I ~ I J y .J.J I.--

d .)..1 .J1.7 ..P III ,./ /.., ~ 0" c::-..... ,/ 0 ./ «>: ./ 0 •••• ~.".J' "" ~~..l* ~ ~ j"H.J 0~-= u::/..i..J1 ..lp ~

,,-.......... • .... -:,,;' ~ .....,.,,, I ~ P ') C'I' .9 .., III -' .1 ..••.

0L:., o- .--a.-~~/.J...r=.--.J.J I ~..l.Jl>~~j .--dJ'! ~ ul~ rr:..,.J.9), I " .,./ 0 "' ",.... n/ .

( ~i : .r) I ) lIE ..lL~ lr .J W .J.JI JJ...a: lr)~...... "",., /'

"Allah telah menurunkan firman yang sebaik-baiknya, yakniKitab Al-Our'an yang isinya serupa dan berulang-ulang. Bangunbulu roma orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka karenanya kemudian menjadi lemah-lembut kulit dan hati mereka da-lam mengingati Allah. Itulah pimpinan Allah. Dipimpin-Nyadengan AI-Qur'an ini orang yang dihehendahi-Nya. Tetapiorang yang dibiarkan oleh Allah dalam kesesatan, tidaklah akanmendapatkan orang yang memimpinnya.

(Surat Az-Zumar: 23).Sementara itu Al-Qur'an bergema di Jazirah Arabia laksana

suara lebah-lebah, maka sekarang tunduklah telinga-telinga yangsebelumnya dalam kejahiliahan, mendengarkan seruan orangyang membacakan kepada mereka ayat-ayat dari firman Allah,yang menciptakan mereka, serta mengadakan untuk merekapendengaran, penglihatan dan perasaan serta pikiran. Merendah-lah sekarang lidah-lidah yang sebelumnya dalam kejahiliahan,kepada Al-Qur'an untuk menghambakan diri kepadanya, seba-gaimana mereka juga telah mengakui penghambaan mereka ke-pada Allah s.w.t. yang telah memilih bahasa mereka untuk men.jadi bahasa Kalam-Nya. Maka terjadilah di Jazirah Arabia gelom-bang kaum muslimin yang bertahlil menyebut nama Allah,mengagungkan-Nya dan mensucikan nama-Nya setiap waktu.

:'9

Page 39: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Mereka bermukim membaca AI-Qur'an pada waktu pagi danpetang, dan pada waktu Malam dan fajar. Mereka berjalan meng-ikuti dan menangkap sunnah Nabi mereka. Mereka menanggal-kan kegelapan jahiliah (laku adat istiadat buruk pada masa praIslam) dari kalbu, aka} pikiran, jiwa dan lidah mereka, danmereka masuk ke dalam nur cahaya Islam dengan lidah, akalpikiran, jiwa dan kalbu mereka.

Kemudian Al-Qur'an membawa mereka ke segala penjuruuntuk mengajak manusia, baik yang berkulit hitam atau merah,kepada kesaksian bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, danbahwasanya Muhammad pesuruh dan utusan Allah. Merekamembawa kepada mereka Kitab ini, yang kejelasannya mengi'-jazkan kejelasan dan kefasihan manusia untuk menandinginya,yakni Al-Qur'an yang turun dengan bahasa mereka sebagai buktinyata terhadap manusia, serta sebagai petunjuk untuk menge-luarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Maka keadaanmereka pada waktu itu adalah seperti yang dilukiskan olehIbnu Salam dalam bukunya: "Tingkatan-tingkatan penyair-penyair yang termasyhur" ketika ia menyebutkan apa yangdikatakan oleh Umar Ibnul Khattab tentang bangsa Arab zamanjahiliah (sebelum Islam) yakni: "Syair adalah satu-satunya ilmuyang mereka banggakan, mereka tidak menyukai ilmu selain-nya" , maka berkata Ibnu Salam mengomentari: "KemudianIslam datang, bangsa Arab mengabaikan syair, dan sibuk mela-kukan jihad dan peperangan dengan negeri Persia dan negeriRum. Mereka melupakan syair dan periwayatannya. Setelahdaerah Islam meluas dan banyak negeri ditaklukkan, merekatenang lagi, lalu mulai lagi meriwayatkan syair, akan tetapi un-tuk itu mereka tidak mempunyai sumber-sumber, baik dalambentuk kumpulan-kumpulan syair yang dicatat maupun dalambentuk buku-buku yang ditulis. Kemudian mereka menulissyair-syair itu, sedang dalam pada itu sudah banyak dari bangsaArab yang telah tewas karen a maut atau terbunuh. Maka yangmereka hafal dari syair pra Islam hanya sangat sedikit, sedangyang hilang banyak sekali.

Janganlah anda teperdaya oleh apa yang dikatakan olehIbnu Salam seperti yang terse but di atas, lalu anda mengira bah-wa orang-orang jahiliah yang telah memperoleh petunjuk Allahmasuk ke dalam Islam itu benar-benar telah meninggalkan dibelakang mereka sya'ir pra Islam, dan berpaling daripadanya,tidak memperdengarkannya dan tidak mengucapkannya lagi,serta menanggalkannya dati pikiran dan lidah mereka, sebagai-

40

Page 40: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

mana mereka telah menanggalkan keiahiliahan mereka. Ini.se-muanya tidak benar. Keterangan Ibnu 8alam itu didustakanoleh khabar-khabar tentang mereka, dan pula tidak dibenarkanoleh logika dan tabiat lIlanusia, serta oleh sejarah kehidupenmereka. Bahkan perlakuan yang tidak adil yang paling besaryang diderita oleh sya'irpra Islam ialah: bahwa Al-Qur'an telahmerebut perhatian mereka agar perhatian mereka hanya dituju-kan kepada Al-Qur'an. Akibatnya pendekJamasian syair danpenyusunan sajak-sajak lebihkurang daripada di zaman sebelumIslam. Sekanpun demikian Sya'ir pra Islam tetap menjadi tem-pat yang mereka tuju, apabila pikiran mereka eapai karena me-nelaah Al-Qur'an terus-menerus. Sya'ir pra Islam itulah tempatmereka .beristir~at apabila mereka telah selesai melakukan iba-dat yang difardukan oleh Allah atas mereka dan yang disunat-kan oleh Nabi s.a.w. kepada mereka. Demikianlah kebiasaanmereka selalu pada awal keislaman mereka. Anak-anak merekasejak keeil mendengar (dari orang-orang tuanya) syair-syairpada zaman jahiliah, serta mendengarkan kefasihan bahasa yangtersimpul dalam kalam mereka. Mereka menanamltan juga kefa-sihan bahasa itu pada watak anak-anaktersebut. Hal ini berpin-dah seperti penyakit menWar sampai kepada orang-orang Islambukan Arab serta anak-anak mereka.

Dimana saja kaum jahiliah yang telah masuk Islam itu da-tang, ikut datang pula bersama mereka Al-Qur'anul Hakim, danikut datang juga sya'ir pra Islam. Mereka bersama-sama mene-laahnya dan saling mendeklamasikannya. Dengan syair itu mere-ka telah dapat meluruskan lidah orang-orang Islam bUkan Arabuntuk berbahasa Arab dengan fasih. Dan yang menjadi bekalbagi orang yang menuntut pengetahuan untuk mendapat tahutentang makna-makna Kitab Tuhannya, ialah mempelajari de-ngan tekun sya'ir pra Islam, sebab tiada seorang dapat mema-hami sendiri makna-makna Al-Qur'an, sebelum ia dapat merna-hami sendiri sya'ir pra Islam. Cukuplah kiranya bagi an9,ll, un-tuk mengetahui kebenaran hal di atas, apa yang dikatakaH olenImam Syafi'i sesudah itu, pada abad kedua Hijriabt"Tidaklahdiperbolehkan bagi seseorang untuk memberikan. fatwateniaDgagama Allah, keeuali orang yang arif benar-benar mengenai Ki-tab Allah, mengetahui daripadanya yang nasikh danmansukh,mengetahui ayat-ayat muhkamat (yang mantap,je4ls dan terangmaksud dan maknanya)dan ayat-ayat mutasyabihat (yang samar-samar maknanya), mengerti ta'wilnya dan tahu sejarah turon-nya, serta ayat~yat Makkiah danayat-ayat Madaniah, dan arif

41

Page 41: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tentang apa yang dikehendaki oleh ayat demi ayat dalam AI-Qur'an itu, Kemudian orang itu harus faham benar-benar akanHadits Rasulullah sca.w., tahu mana yang nasikh dan mana yangmansukh. Ia harus mengerti tentang Hadits, sama pengertiannyatentang AI-Qur'an. Ia harus mengerti bahasa dan faham akansyair, serta tahu apa yang diperlukan untuk memahami HaditsNabi s.a.w. dan AI-Qur'an. "Tidaklah cukup hanya sekedarmengenal syair saja, melainkan seorang yang akan memberikanfatwa itu harus mengetahui dan menguasai &yair,sebagai yangdikatakan oleh Imam Syafi'i r .a, Apa yang dikatakan oleh ImamSyafi'i setelah berlalu satu abad (dari datangnya Islam) itulahyang berlaku pula pada permulaan Islam.

Kemenangan-kemenangan yang diperoleh kaum muslimin da-tang bertubi-tubi, dengan ditaklukkannya banyak negeri-negeri.Bersama dengan kedatangan mereka menyebar luas syair PfIlIslam. Banpa-bangsa bukan Arab berduyun-duyun memelukIslam; berasimilasi dengan kearaban sebagaimana mereka masukke dalam Islam. Dengan kejadian ini malta kejelasan dan kefa-sihan AI-Qur'an -tercurah laksana hujan lebat atas fitrah baru,yaitu fitrah-lidah bangsa-bangsa bukan Arab, setelah cukupmenghirup kefasihan jahiliah yang terkandung dalam sya'ir ptaIslam. Bangsa Arab dari kaum sahabat dan tabi'in serta anak-8Dak mereka bercampur dengan orang-orang bukan Arab yangbahasanya telah berasimilasi dengan bahasa Arab. Dari :campur-an ini tumbuh kemudian model kefssihan baru, Yang gayanyabera1ih-alih, berubah-ubah dan berganti-gB!;lti generasi demigenerasi. Namun orang-orang ini tetap memeliharakemampuan •yang selalu sedia dan hadir untuk merasakan keIezatan kela- 'sihan dengan penuh kecerdasan, hal mana dapat membantulI1ereka dalam membedakan kefasihan kalam manusia sepertiyang biasa dikenal oleh tabiat dan pembawaan mereka, dengankejelasan AI-Qur'an yang jauh sangat dari ciri-ciri khusua kefa-sihan kalam mereka, ditinjau dari segala segi.

Bumi seolah-olah membara dalam menerima Islam sebingabatas daerahnya mencapai .Cina di timur dan Andalusia (Spa-nyol) di barat. Di utara daerahnya bertapal batas di negeri Rum,sedang di selatan batasnya menyusup ke da1am negeri ~.Gema M-Qur'an yang berbahasa Arab terdengu di semua pen-juru bumi yang didiami manusia. Masjid-masjid berdiri di setiapdesa dan setiap kota, dan di ruangan-mangan masjid-masjidberjejalan barisan-barisan bamba-bamba Allah Yang Maha Pe-murah. Mimbar-mimbamya dinaiki Qleh penyeru-penyeruke-

42

Page 42: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

pada kebenaran. Di setiap masjid manusia berkumpul dalamlingkaran-lingkaran (halaqah). Penuntut-penuntut ilmu ber-datangan di masjid-masjid, sekelompok dari mereka belajartilawatil Qur'an dari para qari'nya, sekelompok lain belajarperiwayatan hadits dari para huffazhnya, sekelompok lainbelajar bahasa Arab dari guru-gurunya dan sekelompok lainmengambil pelajaran tentang sya'ir pra Islam dan syair sesudahIslam dari para perawinya. Kelompok demi kelompok terda-pat di segala penjuru masjid-masjid yang letaknya tidak ber-jauhan, Kelompok-kelompok manusia dari bermacam-macamwarna kulit bangsa dan bahasa. Masing-masing penuntut ilmudan masing-masing berpindah-pindah untuk itu dari majllsseorang guru ke majlis guru lain. Semua yang dituntut adalahilmu pengetahuan yang tak dapat ditinggalkan oleh setiaporang muslim pembaca Al-Qur'an. Ya, bahkan sampai-sampai dipasar-pasar mereka pun para penyair datang mendeklamasikansyair-syair mereka, atau saling berdebat, atau saling menyindirdengan syair mereka. Para perawi menghafalkan apa yang di-bawakan dari syair-syair itu, sedang massa datang mendengar-kannya, lalu berbalik saling berdekat. Segala penjuru bumimemperdengarkan dengan gemuruhnya suara membaca Al-Qur'an, dan di mana-mana terdengar bahasa Arab tidak adabedanya baik di rumah-rumah yang dihuni oleh orang ~ang du-lunya bukan Arab, maupun di rumah-rumah kediaman orang-orang Arab asli,

Setelah satu abad berlalu sejak Islam datang, mulai tumbuhtunas syaitan pada pemeluk agama. Mereka membawa perteng-karan dan perdebatan; perpecahan dan permusuhan. ,Merekamemecah-belah kalam dengan bermacam-macam pendapat dankehendak hawa nafsu. Sebagai akibat dari itu, timbullah per-mulaan gerakan untuk memberikan visi pada setiap ilmu agama.Pada saat itu perselisihan timbul. Perselisihan akhirnya menjuruskepada keberanian terhadap agama, sehingga pada tahun-tahunterakhir kedaulatan Bani Umayah ada seorang bernama "Ja'ad

.bin Darham" yang menunjukkan kelancangan terhadap Al-Qur'an. Orang ini benar-benar seorang syaitan yang jahat danberaliran jahat. Ia memperoleh alirannya dari seorang berke-turunan Yahudi bernama "Thalut"; Dengan alirannya itu iaberani mendustakan AI-Qur'an dalam soal "diambilnya NabiIbrahim oleh Allah sebagai ternan" dan dalam soal "bercakap-cakapnya Allah dengan Nabi Musa" dan lain sebagainya. Di-antara perkataannya ia menerangkan bahwasanya: "Kefasihan

43

Page 43: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Al-Qur'an sekali-kali tidak meng-i'jazkan. Manusia dapat sajamengarang yang serupa, bahkan lebih baik daripadanya".Sebagai tindakan atas keberaniannya itu ia oleh Khalid binAbdullah Al-Qisri dijadikan "hewan kurban pada hari RayalCurban, kim-kim pada taboo 124 H.

Perkataan Ja'd di atas, sebagaimana anda lihat, adalahkeberanian seorang yang lancang lidah serta buruk asal-usul-nya. Ia melemparkan perkataannya begitu saja tanpa mern-bawakan bukti dari sejarah atau akal pikiran yang sehat.

Tidak lama kemudian setelah baru saja dinasti Bani Abbasmenancapkan kedaulatannya, muncul beberapa tokoh ahlipikir untuk menyelidiki masalah "I'jazul Qur'an" dari jalanbukan jalan kebodohan dan kelancangan. Dalam masalah initelah maju ke muka pemuka kaum Mu'tazilah dan penyam-bung lidahnya, yaitu Abu Ishak Ibrahim ibnu Sayarun Nazami.Ia mengemukakan teorinya dari jurusan pikiran dan pandangan,dengan mengatakan bahwasanya Allah telah memalingkanbangsa Arab dari aksi menandingi Al-Qur'an, padahal merekasanggup melakukannya. Maka palingan Allah ini dialah mu'ji-zat. Adapun I'jaz Al-Qur'an sendiri tersimpul dari pemberitaanhal-hal yang gaib yang telah lalu atau yang akan datang. Per-kataan semacam ini tidak mempunyai dasar samasekali danyang hanya dilakukan oleh kebingungan dan kekaguman terha-dap Kitab yang mengi'jazkan kaum jahiliah serta yang menjadi-kan mereka membungkam. Bangkitlah beberapa orang menen-tangnya dan mendebatnya, a.I. kawannya sendiri yaitu Abu Us-man Al-jahizh yang telah mengarang kitabnya yang berjudul"Susunan puitis Al-Our'an itu kefasihannya tiada bandingannya.Aljahizh, dan lainnya serta mereka yang datang sesudahnya, rna-sing-masing telah mengemukakan pendapatnya. Namun persoal-an yang dikemukakan tetap terbatas pada membenarkan atautidak membenarkan soal "Palingan Allah" itu, dan pada pe_nyampaian bukti -atas kejelasan dan kefasihan Al-Qur'an, ber-sihnya dari hal-hal yang merusak lafalnya dan ketiadaan hal-halyang saling bertentangan di dalamnya, kandungannya yangmeliputi segala makna dan maksud yang pelik dan yang berisipemberitaan segala perkara yang gaib, dan lain sebagainya yangumumnya kita dapati terbentang dalam kitab-kitab karanganmeroka, sebagaimana anda telah mengetahuinya dari keterangansaya di muka.

Terjadilah hanyak perrnainan kata di antara golongan-go-longan ini yang ierkenal denaan nama: "golongan mutakallimin,

Page 44: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Adapun persoalan yang mereka tanganiadalah perdebatan, me-ngadu lidah, be~ggul-unggulan bukti, serta beradu dalil de-ngan dalil. Setelah masalah "I'jazul Qur'an ini sudah sampaikepada puncaknya dimana diperlukan adanya seorang yangbersungguh-sungguh lagi jujur untuk membelanya, maka da-tanglah seorang menghadapi golongan Mutakallimin itu, yakni:Abubakar Albaqlani (yang wafat pada tahun 403 H),sedangmanusia pada waktu itu, sebagai yang ia sendiri mengatakanterbagi dalam dua kelompok, yakni orang yang menjauh darikebenaran, lengah dati petunjuk yang benar. Yang lain ia1ahorang yang takut membela kebenaran, dan merasa berat dalamberbuat kebenaran. Hal ini telah berakibat bahwa kaum at heisturut melibatkan diri dalam pembahasan soal ushuluddin(ilmu Tauhid) dan dalam menanamkan keraguan dalam hatiorang-orang yang lemah imannya tentang segala yang su-dah yakin akan kebenarannya.

Ia menyebutkantentang sebagian orang-orangyang bodohdari kalangankaum atheis itu bahwa mereka mempersama-sama-kan ayat-ayat Al-Qur'an dengan beberapa syair, serta mem-banding-bandingkan Al-Qur'an dengan kalam lain. Belummerasa puas dengan yang demikian itu, ia bahkan sampaimelebihkan kalam yang lain itu daripada Al-Qur'an. Apa yangdilakukan oleh kaum atheis ini bukanlah suatu hal yang baru.Apa yang mereka katakan dan perbuat itu telah didahuluioleh kawan-kawan mereka, yakni kaum atheis Quraisy danlain-lainnya, yang mengeluarkan perkataan-perkataan yangamat besar kedurhakaannya. (Baca kitab I'jazul Qur'an ka-'rangan Al-Baqlanihalaman 5-6). Hal inilah yang membangkit-kan dan menggerakkan Albaqlani untuk mengarang kitabnyayang terkenal itu, yakni kitab "I'jazul Qur'an".

Ketika Albaqlanimenulis kitabnya itu masyarakatnya masihitu-itu juga, dan kemampuannya merasakan kelezatan dan kefa-sihan bahasa masihtetap seperti yang saya lukiskan pada anda.Kekuatan merasakan keindahan dan kefasihan bahasa yang me-reka miliki itu tertanam dalam naluri mereka, dan konsekwensidari pembawaan mereka serta hasil asuhan studi penelaahansyair, mendengarkan syair dan meriwayatkan syair. Namunorang-orang yang memiliki naluri dan pembawaan itu tidaktei'halang sedikit pun bagi meluasnya dan merajalelanya per-debatan di antara mereka, serta terjadinya keadaan dimanasetiap golongan membuat-buat teori, dengan teorinya itu mem-bela pendapatnya dan menjatuhkan' argumentasi lawannya.

45

Page 45: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kesemuanya itu hanya bertujuan mencari kemenangan, bUkanuntuk meneliti pendapat dan mencari kebenaran.

Semoga Allah melimpahkan keridhoannya kepada AbubakarAIbaqlani. Ia telah menzhimpun dalam kitabnya banyak ke-baikan. Ia telah membuka. dengan pembawaannya yang her-akarkan kebaikan, banyak pintu-pintu yang semula t.erkuncisebelum dia. Ia telah menyingkap citra-citra balaghah (keindah-an, kejelasan dan kefasihan·bahasa dan kalam) yang sebelumnyamerupakan tabir yang tertutup. Akan tetapi ia telah tergelincirsecara serius, yang mengakibatkan lahirnya yang bersinam-bungan, sekalipun ia sebenamya tidak hermaksud menimbul-kan akibat karena tergelincirnya dia itu.

Dalam kitabnya, semestinya AIbaqIani menempuh jalanyang didekatkan kepadanya oleh penelitian problem "I'jazulQur'an. Dalam hal ini AIbaqlani semestinya menjadikan sya'irpra Islam dasar bagi studi tentang soal kefasihan Arab pra Islamditinjau dari segi persamaannya dengan ciri-ciri khusus kefasihanbahasa-bahasa bangsa-bangsa manusia lainnya. SebenarhyaAI-baqlani merasakan sungguh-sungguh berlainannya ciri-ciri khaskefasihan kalam manusia. Ia telah menyinggungsoal ini dalamkitabnya sebagaimana disinggung pula oleh ulama sebelumnyajAkan tetapi perdebatan-perdebatan yang dilakukan oleh bummutakallimin sebelumnya dan pada zamannya, turutnya bumatheis melibatkan diri dalam soal UlhWUddin (ilmu Tauhid),sebagai yang ia katakan, kemudian metoae mereka dalam per-mainan kata-kata untuk mencari kemenangan, kesemuanya itutidak memberinya kesempatan melainkan iahams menghabis-tan waktunya untuk menjawab, menolak kekeliruan dan ke-salahan mereka, aengan menggunakan metode sama denganmetode mereka dalam memberikan pendapat.

Ia seolah-olah pusing ketika sampai kepadanya bahwa bebe-rapa orang yang dungu di antara mereb te1ah mempersama-aamakan AI-Qur'an dengan syair-syair, serta memperbandingkanAI-Qur'an dengan kalam lainnya.

Anda dapat membaca kitabnya bab demi bab untuk menda-patkan kebenaran apa yang saya katakan ini pada anda, hinggaketika ia sampai kepada masalah yang membuatnya bangun,yaitu soal dibanding-bandingkannya AI-Qur'an dengan bebera-pa syair, maka bangkitlahia mendwl~kan perbuatan memper-banding-bandingkan AI-Qur'an dengan syair. Da1am kitabnyaia mengajak anda untuk be1'S8Il14ia mengambil syair Imruulqais,

46

Page 46: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

yang anda samasekali tidak meragukan ketinggian mutunya,tidak menyangsikan kepandaian penyairnya, serta tidak me-nyangkal kefasihannya, sebagai yang dikatakan sendiri oleh Al-baqlani dalam kitabnya (halaman 241). Ia meletakkan syairImruulqais di hadapan anda. Kemudian ia memerincinya, me-ngeritiknya, menghapuskan keindahan kata-katanya atau me-ngokohkannya. Ia berhenti di tempat-tempat yang kurangsempurna ia memba~ anda ke tempat-tempat kelemahannya.Begitulah ia menelanjangi syair itu, hingga menyingkap yangtersembunyi daripada cacat-cacatnya, kemudian ia menutupketerangaIl itu dengan mengatakan: "Kami telah menjelaskanpada anda b~wasanya.syair ini dan lain sejenisnya terdapat didalamnya kontradiksi (perbedaan-perbedaan) di antara bait-baitnya, yaitu kontradiksi antara yang permutu tinggi denganyang rendah mutunya, antara yang lancar dan yang ruwet, anta-ra yang utuh dan yang rusak, antara yang mantap dan yangsukar (dimengerti), antara yang cekak (singkat) dan yangpanjang-lebar, antara yang canggung~engan yang kurang me-nyenangkan.Imruulqais mempunyai teman-ternan yang seirama dalam pem-buatan syair-syair semacam itu. Ia mempunyai juga penentang-penentang mengenai kebaikan-kebaikan syair-syaimya, sertamempunyai lawan-lawan dalam soal keindahan-keindahan kali-mat-kalimat syairnya.

Setelah selesai mengupas itu semua, Albaqlani membukasuatu bab yang mulia dan terhormat, di dalamnya ia menyebut-kan ayat-ayat dari AI-Qur'an. Ia berusaha menunjukkan padaanda keindahan-keindahan susunan puitisnya serta kejelasandan kefasihan kata-katanya. Bab ini merupakan bukti yangsenyata-nyatanya, yakni sekiranya Albaqlani menegakkanmetode pembahasannya sebagai yang kami telah utarakan padaanda di muka, pasti ia mencapai martabat tinggi dengan metode-nya yang melampaui metode orang-orang terdahulu, dan sukardikejar orang-orang yang datang kemudian. Akan tetapi ia da-lam bab tersebut di atas tidak lebih daripada membawa andakepada penjelasan tentang kemuliaan ayat-ayat Al-Qur'an, baityang mengenai kata-katanya, mau pun yang berkaitan denpnmaknanya. Dijelaskan bahwa kisah-kisahdalam Al-Qur'an"sedapdidengar, kata-katanya tersusun secara harmonis, susunan pui-tisnya berpadu baik dan bahwa susunan Al-Qur'an tiada kontra-diksi sedikit pun dalam soal-soal yang dibawakannya dan tidakada kepincangan dalam masalah-masalah yang disajikannya.

47

Page 47: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Al-Qur'an maIah memiliki keidea1an yang sangat luhur, sertalrebajikan yang amat tinggi martabatnya (Kitabnya haJaman802-305). Ia menyebutkan adanya keharmonisan ayat-ayatAl-Qur'an mengenai kefasihannya dan keindahan kata-katanya,dan keserasiannya tentang kelancarannya ~an pengutaraannya,serta pemilikannya sendiri akan gaya yang indah, dan kekhusu-sannya dalam .berurut-urutan susunannxa.

Adapun kalam yang selain Al-Qur'an, kalam tersebut [alanpenguraianya goyah - kandungan maknanya pincang, ia banyakberubah warna, selalu berubah-ubah tidak tetap tujuannya. Iamembawa anda pada hal yang indah dan baik, kemudianmenyusulnya dengan hal yang buruk dan tercela. Ia menampil-kan suatu kata yang tidak disukai orang di antara kata-kata yangbaik laksana mutiara yang cemerlang. (Kitabnya halaman 313-314). ~mikianlah uraian AIbaqlani, hingga ia sampai pada urai-annya tentang AI-Qur'an, dan ia mengatakan; berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perbandingkanlah kalam tersebut denganpembahasanmu tentang kalam yang mulia_ (AI-Qur'an) yangbermartabat tinggi, tidak mencari pemecahan suatu problemmelainkan terbuka baginya,· tidak menusuk hati seseorang,melainkan menjadi lapang hati. Tidak menjalani suatu [alan,melainkan jalan itu bersinar dan bercahaya. Tidak mengambilsuatu perumpamaan, melainkan perumpamaan itu mencapailangit. Anda tidak memperoleh suatu kemanfaatan dari AI-Qur'an, lalu anda mengira bahwa itu adalah sebesar-besar man-faat yang dapat diperoleh, melainkan anda masih banyak keku-rangan dalam mengadakan penilaian. Tidaklah anda memper-oleh hikmah dari AI-Qur'an, lalu anda menyangka bahwa apayang anda peroleh itu adalah sari dari hikmat-hikmat yangdikandung oleh AI-Qur'an , melainkan anda masih belum sem- .puma dalam penilaian anda. Orang yang menandingi AI-Qur'andengan syair Imrulqais adalah lebih, sesat daripada seekor kele-dai yang bodoh, dan lebih dungu daripada orang perempuanyang naif pikiran dan pandangannya. (Kitabnya halaman821-322).

AIbaqlani benar dalam segala ucapannya itu, hanya ia tidak1ebih daripada menerangkan tidak terdapatnya di dalam AI-Qur'an hal-hal yang bertentangan, dan bersihnya AI-Qur'an darisetiap cacat dan kekeliruan yang lazim terdapat dalam kalammanusia, sekalipun kekuatan mereka teguh dan mantap , dandari segala y~ menunjuk pada kebutaan mereka terhadapkebenaran, sekalipun akal p~ mereka terang. Demi Allah,

48

Page 48: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

semua yang diterangkan itu, Itulankebenaran yang tidak dicam-purl sedikit pun oleh kebatilan. Akan tetapi kesemuannya itubukanlah yang kita carl tentang pengungkapan pokok-pokokkejela.s~, yang karenanya kejelasan AI-Qur'an berbeda dengankejelasan dan kefasihan kalam manusia, ditinjau darl segi yangtelah kami terangkan.

Namun bukan ini yang menjadi pembahasan kita sekarang:Pembahasan kita adalah masalah Sya,'irpra Islam dan apa yangmenjadi persoalannya. Dilakukannya perbandingan antara AI-Qur'an dengan sya'ir pra Islam, suatu hal yang membuat AIbaq-lani kemarahannya bangkit, itulah sebagai yang disebutkan sen-diri olehnya, yang membuatnya bertindak syair Imruulqais un-tuk menyingkapkan keaiban dan kepincangannya kepada manu-sia semata-mata, dan tidak bertujuan untuk mengambil intisariciri-ciri khusus kefasihannya, dan bagaimana ciri-ciri khusus inidapat berbeda dengan kejelasan dan, kefasihan AI-Qur'an.Setelah AIbaqlani tergelincir dan salah jalan, maka ulama vangdatang sesudahnya turut tergelincir dan salah jalan. Meeekatelah memperlakukan sya'ir pra Islam sebagaimana AIbaqilanimemperlakukannya. Akan tetapi yang mengherankan ialahbahwa sya'ir pra Islam tetap menjadi pegangan bagi ulama-ulama balaghah (keindahan, kejelasan dan keindahan bahasa)bahkan bagi orang-orang bukan ulama; bagi mereka semuanyasya'ir pra Islam tetap menjadi media pemfasih bahasa, sertamenjadi hujjah bagi bahasa, bukti pembenar bagi suatu soaldalam nahwu (tata bahasa) dan lain sebagainya. Akan tetapibila mereka mempersoalkan AI-Qur'an dan I'jaznya, merekajadikan Sya'ir pra Islam sasaran bagi pengeritikan dan pembenci-an, serta untuk membuka-buka keaibannya dan menjelas-jelas-kan kepincangannya, dihadapkan pada kalam yang bersih darisetiap keaiban dan kepincangan. Maka persoalannya lalu men-jadi persoalan perbandingan dengan car.ayang tidak adil. Sebe-narnya sudah cukup bagi mereka adanya bukti bahwa orang-orang jahiliah (sebelum Islam) dengan aksi menandingi AI-Qur'an dengan syair atau kalam mereka, pada hakekatnyaorang-orang jahiliah itu telah mengikrarkan dan mengakuidengan jelas kelebihan AI-Qur'an atas syair dan kalam mereka.Maka AIbaqilani tidaklah perlu melakukan cara yang ia lakukanterhadap sya'ir pra Islam; kecuali sekedar melakukan apa yangmenjadi tugasnya berkenaan dengan berkokoknya salahseorangdungu dari kaum atheis yang memperbandingkan antara duakalam dengan kesudahan melebihkan kef~ihan sya'ir pra Islamatas kefasihan dan kejel:~ AI-Qur'atl,.

49.

Page 49: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Keadaan yang menimpa sya'ir pra Islam sebagaimana terlu-Ids di atas, disaingi oleh keadaan lain dalam bentuk perdebatansekeliling sya'ir pra Islam dan syair angkatan baru dari penyair-penyair Islam. Perdebatan mengenai di antara kedua syairitu yang mempunyai kelebihan atas yang lain, memberi pintuuntuk diterjang oleh lidah-lidah tajam dengan tujuan mencarikemenangan dan popularitas. Hal ini menyebabkan lebih besarlagi pencemoohan dan pengaiban terhadap sya'ir pra Islam. Halini membuat pula orang berpaling dari mempelajari sya'ir praIslam menurut sistem yang kami utarakan dalam pembahasanini. Dalam pada itu kekeliruan dan kesalah-pengertian yangsangat serius telah bertimbun-timbun dalam memahami sya'irpra Islam. Kekeliruan-kekeliruan serius itu menutupi hakekatsya'ir pra Islam dengan selubung kegelapan yang tebal. Keada-an ini tambah diperburuk oleh tercerai-berainya dan hilang-nya sebagian besar syair pra Islam, serta musibah lain yang di-alaminya dalam bentuk kepincangan dan ketidakmantapanperiwayatannya, dengan jalan dilakukannya penambahanatau pengurangan, mendahulukan dan membelakangkan,sehingga kadang-kadang pengertiannya bercampur-baur, yangmemberi jalan pada pencelanya untuk mengadakan celaansesuka hatinya. Namun syair pra Islam tetap juga: menjadiedukator bahasa, dan sumber bagi batu-uji untuk bahasa,tata bahasa dan kefasihan serta keindahan dan kejelasanbahasa.

Aduh! Cobaan apa saja yang tidak menimpa sya'ir praIslam! Sepanjang masa, sya'ir pra Islam menerima cobaan-cobaan itu, bahkan lebih buruk lagi, hingga sampai pada abadmodem ini kita menyaksikan keadaan yang seburuk-buruknya,ketika penjajahan barat yang memerangi kita, memaksakanatas sekolah-sekolah kita suatu metode pelajaran yang tidakberpijak atas dasar yang benar, dan yang bertujuan melemahkanstudi bahasa Arab secara mengaibkan, yang tiada tandingannya,bila dibandingkan dengan pelajaran bahasa-bahasa lain, yangditerima oleh para pemuda pelajar di tempat-tempat sekolahyang berlainan tingkatannya. Kemudian, setelah berlalu bebe-rapa tahun, keburukan itu telah melampaui batas, ketika bahasaArab dipisahkan samasekali dan dengan sengaja dari setiap matapelajaran ilmu pengetahuan maka para pemuda itu sekarangmempelajari bahasanya sendiri sebagaisuatu pelajaran yangterbatas, yang dengan pembatasan yang jahat ini, pelajaranitu menjadi berat dirasakan oleh setiap pelajar, terutama oleh

50

Page 50: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

para remaja. Setelah Universitas Mesir didirikan, dan dimasukioleh para pemuda itu, yang berada dalam keadaan jemu terha-dap bahasanya sendiri dan memandang rendah terhadap segalasesuatu yang menyangkut masalah bahasa Arab, maka muncul-lah syaitan membawa fitnah ("Sya'ir pra Islam"), dan menyang-sikan keabsahan periwayatannya. Kejahatan ini berpindahkepada pers, yang menjadikan bahasa Arab lama (sebelum is-lam), bukan sya'ir pra Islam saja, bahkan cemoohan dan ejekan,Berta bahan sindiran dan peremehan, bahkan mereka mengejekletiap orang yang nampaknya masih tetap mempertahankanJremurnian bahasa, hanya sekedar untuk menyampaikan ama-_t, tidak lebih dan tidak kurang.

Inilah sejarah ringkas tentang sebab musabab yang memba-wa syaeir pra Islam kepada posisi sebagaimana ia berada dahulu.Maka oleh karena sebab-sebab itu ulama-ulama balaghah (ahliilmu kefasihan dan keindahan bahasa) terhalang untuk menem-pub metode seperti yang saya telah ungkapkan dan terangkan,'yakni metode yang harus mereka, mau pun kita menempuhnya1IIltuk kepentingan studi tentang I'jazul Qur'an dengan jalanJUg benar serta selamat dari segala bencana. Sejarah fui amatdngkas bagi orang yang mengikuti metode yang dimaksud di

"... pada masa modern sekarang ini, apalagi setelah Syair pra'Illam menjadi permainan dipermainkan oleh orang-orang .JIIDI memiliki lidah untuk berbicara, sehingga kesemuanya

, Bu mendatangkan suasana sedih dan suram pada studi-studi-.gkatan baru baik di dalam mau pun di luar universitas, ketikala1ahseorang dari mereka ini mempelajari syaeir pra Islam ini,Yah, syaeir pra Islam ini, yang pada waktu Allah menurunkanAl-Qur'an kepada Nabi-Nya s.a.w., syair itu masih menjadi ea-IIaya yang menerangi kegelapan jahiliyah, sedang kaum jahiliyahlt11 berdiam diri terhadap kefasihannya seperti bersemedinyaIIOl'BDg penyembah berhala kepada patungnya. Mereka menun-dukkan diri kepada kejelasan-kejelasannya dengan khusyuknyaJ8Dgtidak pernah mereka lakukan kepada berhala-berhala mere-b, sebab kaum jahiliyah itu adalah penyembah-penyembah ke-faihan dan kejelasan bahasa, sebelum mereka menjadi penyem-bah-penyembah berhala. Kami pemah mendengar adanya orangde mereka yang meremehkan berhala-berhala mereka, namunbmi tidak pemah mendengar seorang yang meremehkan kefa-lIIhan kalam mereka.

Patutlah kiranya bagi anda mengetahui bahwasanya sesuatuJiang saya minta, mencari hujjahbaginya, serta berusaha mengp

51

'.

Page 51: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ungkapkan metodenya dart jalannya, adalah semata-mata halyang berkaitan dengan ciri-ciri khusus kejelasan di dalam AI-Qur'an, dan ciri-ciri khusus kefasihan kalam manusiadengan se-gala jenis logatnya yang berlain-lainan;bahwa jalan keluar keje-lasan di dalam AI-Qur'an.lain dari jalan keluar kefasihan kalammanusia, dan bahwasanya sya'ir pra Islam itu hanyalah materipertama 'bagi studi : sebab AI-Qur'an turun kepada merekadalam bahasa Arab yang tinggi, dan menantang mereka agarmembuat syair untuk menandinginya, akan tetapi mereka tidakberdaya. Ini adalah pintu bukan yang dibuka oleh Albaqilani,kemudian dibedah sumbernya oleh tokoh ulama balaghah yakniAbdulqadir AIjurjani (wafat pada tahun 474) dalam kedua buahkitabnya : "Petunjuk-petunjuk I'jaz" dan "Rahasia-rahasia Ba-laghah". Kemudian datang ulama-ulama lain membubuhipetsoalan ini menurut apa yang mereka kehendaki, sertamenambah dan mengurangi. Hal ini terjadi setelah pintu yangkami uraikan di atas telah ditutup. Pintu inilah yang seharusnyadibuka oleh Albaqilanidan Abdulqadir Aljurjani.

Apabila hal ini, kami ajak kepada persoalan orang-orangyang berbahasa Arab itu dapat terlaksana pada suatu hari, danmudah-mudahan hal ini akan dapat terlaksana dengan taufikAllah s.w.t., maka kejadian ini akan merupakan kemenanganyang nyata, bukan saja bagi sejarah balaghah, kefasihan dankeindahan bahasa Arab, melainkan bagi sejarah balaghah umatmanusia semuanya, dan kejadian itu akan menjadi juga halyang memberi kepuasan dan ketenteraman hati bagi rasio(akalpikiran) modem, yang menuntut dalam memakrifatiI'jazul Qur'an, suatu kemakrifatan yang hati akan puas dantentram, terhadap apa yang ia dapatkan itu. Bukan itu sajayang dapat diberikan oleh kejadian itu, ada yang lain lagi,yaitu bahwa orang-orang menuntut kebenaran dari umat Islam,pada saat itu akan mendapatkan sarana yang tiada tandingan-nya, yang memudahkan kepada mereka untuk membuka apayang semula terkurici, .mengenai da'wah mengajak manusia ke-pada Kitab Allah yang di dalamnya bangsa Arab, memperolehkekhususan serta di dalamnya pula mereka disebut-sebut untukselama-lamanyaketika Al-Qur'an irii diturunkan dengan bahasamereka, namun Allah menjadikan Al-Qur'an ini petunjuk bagimanusia semuanya, baik bagi bangsa Arab maupun bagi bangsa-bangsa lain bukan :Arab.. Pada saat ituakansirna fitnah"menterjemahkan Al-Qur'an" dari akar..akarnya, sebab y~gjelas, walaupun mereka sanggup menciptakan pwsi dan prosa

52

Page 52: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dengan bahasa mereka, namun demikian mereka tetap tidak·mampu memberikan kefasihan dan kejelasan yang serupa Al-Qur'an, maka pembacaan Kitab ini menunjukkan bahwakefasihan dan kejelasannya berlainan samasekali dengan kefasih-an kalam manusia. Maka adalah kebodohan dan kedunguan yangsangat sekali, kalau seseorang mengaku-ngaku bahwa dia dapatmenterjemahkan AI-Qur'an, dan dalam terjemahannya itu iamampu membawakan kefasihan dan kejelasan yang berlainandengan kefasihan kalam manusia. Apabila hal ini tidak mungkinterwujud dalam kemampuan siapa pun jua, maka jelas bahwaterjemahan itu tidak mempunyai arti samasekali, bahkan terje-mahan Al-Qur'an akan merupakan penjauhan dan kemunduran,sehingga ia menjadikan AI-Qur'an tidak berbeda dengan kalammanusia, tidak lagi terdapat di dalamnya tanda-tanda yang me-nunjukkan bahwa kitaib. itu kalam Allah, dan tidak pula berwu-jud sebagai bukti akan kebenarannya bagi manusia. TerjemahanAl-Qur'an tidak akan dapat mewajibkan atas. siapa pun untukberiman kepada isinya, sekali pun hal ini bertentangan dengankelaziman.keyakinannya dan pengetahuannya, kecuali kalau iasebelumnya sudah beriman bahwa kitab itu adalah Kitab yangditurunkan dari langit. Hal ini adalah kebalikan dari tanda kebe-naran Al-Qur'an, bahwa kejelasan dan kefasihan Al-Qur'an itulahbukti yang memastikan pertanda ia bukan dari kalam manusia,akan tetapi Kitab yang diturunkan dari langit dan merupakanfirman Tuhan semesta alamo Didalam membaca Al-Qur'antermasuk ibadat kepada Allah swt. sesuai dengan sabda Ra-sulullah : "Orang yang mahir membaca Al-Qur'an, kelak bersa-ma-sama dengan malaikat, penulis-penulis yang mulia serta baik,sedang orang yang tersendat-sendat dalam pembacaannya pada-hal ia sudah bersusah-payah, maka baginya dua pahala". Beliaubersabda pula: "Barang siapa membaca satu huruf dari KitabAllah, ia memperoleh kebaikan dengan pembacaannya itu,sedang satu kebaikan dinilai dengan sepuluh kali serupa. Akutidak mengatakan "alif-lam-mim" sebagai satu huruf, melainkan,"alif" satu huruf, "lam" satu huruf, dan "mim" satu huruf.

Kemudian dari itu, mudah-mudahan Allah swt. melimpahkanrahmat kepada umat penerus (yang sekarang ini]. Berkat jasaumat yang ..terdahulu, umat. penerusini dapat memblika telinga-telinga yang tuli, mata yang buta, dal\. hati yang tertutup, serta

53

Page 53: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

mengeluarkan manusia dengan petunjuk Al-Qur'an dari kesesatanmereka, menjauhkan mereka daripada mengikuti jejak-jejak syai-tan, guna mengikuti jalan yang lurus. Allah swt. berfirmankepada Nabi-Nya

.: >. 0/ ~ /.: .JI ~I: * ~~ .b I'~ ~ I ~;:;; ~I;u J-- >= LY- u~J I -~ ~ .r :: -" r . -'/' ..•. ~ ..•.." .J _/,/ ././_0

( Y t _ Y r : ',-":"c:.. .11) * u"· .<LJ .b~ I Lr' ;; ~ \' ~(..).",1 -~ ~ /' »: .....• ./ ./ ./

"Dan engkau sesungguhnya mengajak mereha ke ialan yang lu-rus, sedang orang-orang yang tidak percaya pada Hari Kemudiansesungguhnya menyimpang dari jalan yang lurus itu ".

(SuratAlmu 'minun: ,73-74).Mudah-mudahan akan terbuka bagi umat sekarang ini hal-hal

yang oleh Allah disembunyikan dari umat yang terdahulu. Semo-ga hal itu tersembunyi dalam pemisahan, yang kita rasakan dalamhati, antara kejelasan Kitab Allah s.w.t. dan kefasihan kalam.hamba-hamba-Nya dari umat manusia.

.",./0 .•••••••• ////'::;.//

* ~I °f'~ ~~.,..u( \ t, : r~";/ I )

~// • .,1''''''. ~,..~;;~~l ~I ill; J-i- -" ;'

"Katakanlah: Allah mempunyai hujah yang tepat. SekiranyoDiG menghendaki niscaya Dia memimpin kamu semuanya.

(Surat Al-An'am: 149).Malik ibnu Anas ria. berkata: "Umat yang datang belakangantidaklah bisa baik kecuali dengan apa yang umat terdahulubisa baik kerenanya". Maka kalau umat yang terdahulu tidakmenjadi baik kecuali dengan jalan kejelasan, umat yang datangbelakangan pun tidak akan menjadi baik kecuali dengan keje-lasan pula. Ada dua orang, yang satu membunuh bahasanyadin kejelasan serta kefasihan bahasanya, yang lain membunuhdirinya sendiri, lni adalah perumpamaan saja. Tentang kedqa-orang dalam perumpamaan di atas, orang yang kedua lebihberaka1 daripada yang pertama.

Semoga Allah srw.t. memberikan keridhoan-Nya kepadasaudaraku Malik bin Nabi, tatkala ia mengajak. aku agar i.ku

54

Page 54: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

suka menulis introduksi bagi bukunya "Fenomena Al-Qur'an".Dengan ajakannya ini ia telah membukakan pintu bagi sayauntuk mengemukakan sepatah kata tentang I'jazul Qur'an,yang semula saya takut memasukinya. Ia membukakan jugabagiku pintu untuk mengatakan sesuatu tentang "Sya'ir praIslam" yang semula saya membujuk-bujuk diriku untuk tidakmengemukakan masalah itu. Saya menyadari bahwa dalammengemukakan apa yang diminta pada saya itu untuk menying-kat dan meringkas, sekalipun saya telah berpanjang-lebar, akantetapi saya khawatir akan menjemukan pembaca. Walaupundemikian alasan saya dalam mengemukakan kedua masalahtersebut ialah bahwa pendapat tentang kedua masalah itu telahdicampuri hal-hal yang mengeruhkan. Maka saya telah berbuatsekuat-kuatnya untuk menjernihkan pembicaraan tentang keduamasalah tersebut, hingga saya dapat menyingkirkan hal-hal yangmenodai kedua masalah itu dan menyelamatkannya dari gang-guan dengan tujuan untuk mencari [alan memperoleh keridhoanAllah, serta mencari pendekatan diri kepada Tuhanku swt. :"pada hari yang mana setiap orang datang membela dirinyasendiri dan diberikan balasan kepada setiap orang sesuai apayang telah ia kerjakan, dan mereka tidak akan dirugikan.

Segala puji diperuntukkan Allah jua, tiada daya dan tiadaupaya selain dari Allah, dan tiada kebaikan datang selain daripada-Nya.

Mahmood Muhammad Shakir.

55

Page 55: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

GERBANG MASUKke studi tentang

Fenomena AI-Qur'an

57

Page 56: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Gerbang masuk ke studi tentang

FENOMENA AL-QUR' AN

Kitab ini tidak pemah memperoleh kesempatan untuk me-nyaksikan cahaya kelahirannya dalam bentuknya yang lengkap.Sebenamya kami telah mengulangi penulisan pokok-pokoknya,yang telah dibakar dalam situasi dan keadaan darurat. Kitab ini,sebagaimana isinya yang sekarang ini tidak cukup luas dan men-dalam untuk mengolah pemikiran kami yang pertama tentangproblem Al-Qur'an .sebab tema yang menjadi persoalan inimemerlukan kerja berat dan waktu lama, serta membutuhkan ki-tab-kitab yang penting-penting untuk penelaahan, akan tetapibuku-buku itu kami tidak berhasil memperolehnya dalam usahakami yang kedua. Sungguhpun demikian kami sangat menyadariakan amat tinggi nilai pemikiran ini, sehingga kami merasa ter-dorong untuk mengadakan studi tentang hal ini. Demikian pen-tingnya studi ini, hingga kami yakin benar akan perlunya mela-kukan segala daya upaya untuk merealisasi usaha ini, betapapun sukamya rencana itu dan betapa beratnya halangan-halang-an yang merintangi realisasi itu. Maka untuk maksud tersebutkami telah berusaha menghimpuh unsur-unsur tema kitab ini,yang masih tersisa dati bahan-bahan aslinya, yang tertulis padakertas-kertas potongan, atau yang masih tercatat dalam ingatan.Dengan demikian kami telah berhasil menyelamatkan menuruthemat kami inti tema, yang dimaksud, yaitu mencurahkan per-hatian penuh untuk merealisasi metode yang analistis tentangstudi mengenai Fenomena Al-Qur'an. Metode tersebut akanterealisasi dati segi praktek, dengan sasaran berganda:

1. memberi kesempatan kepada generasi muda muslimuntuk merenungkan dengan renungan yang matang tentang halagama.

2. menyarankan adanya perbaikan, yang sesuai denganmetode lama tentang interpretasi (penafsiran) Al-Qur'an.

Kedua tujuan terse but di atas bersumber dati sebab-sebabyang bermacam-macam, diantaranya ada yang berkaitan denganperkembangan peradaban dan edukasi yang terjadi secara umumdi dunia Islam. Sebagian lain dati sebab itu dapat dikembalikanpada faktor lain secara khusus, yang dapat kita namakan "per-kembangan penilaian kita tentang masalah "I'jazul Qur'an. Olehkarena itu maka perlusekali memaparkan sebab-sebab itu secaraberurut.

58

Page 57: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Pertam.a:sebab-eebabhistoris. Kita harus mengetahui bahwaperkemb8Dganperadaban di dunia Islam melalui keadaan yangserius, dimana kebangkitan Islam memperoleh pikiran-pikiran-nya, serta penprahan ilmiahnya dari peradaban barat, khusus-nya dengan perantaraan Mesir.Pikiran-pikiranyang berdas8rkanilmiah 'ini, ,tidQksaja mencakup 'hal-hal yang bersangkutan.de-ngan cara berpikir modem yang sedikit demi sedikit sudan ter-biasa bagi generasi muda muslim menggunakannya, me1ainkanjuga telah melibatkan diri dengan jalan yang misterius dalamalam pikiran dan alam psikologi; dengan kata lain, dalam segalayang berkaitan dengan kehidupan ruhani.

Adalah hal yang menimbulkan keheranan apa yang disaksi-kan pada masa ini, bahwa banyak dari pemuda muslim cende-kiawan mengambil unsur-unsur pengetahuan tentang kepercaya-an dan akidah keagamaan mereka, dalam halini kadang-kadangmereka lakukan karena dorongan-dorongan kerohanian darieelah-eelah tulisan dan karangan ahli-ahli Islamologi bangsaBarat.

Studi-studi tentang agama Islam yang sekarang terdapat diEropah, oleh pena-pena para tokoh kaum orientalis, adalahsuatu realitas yang tidak perlu diperdebatkan. Tetapi denganadanya kenyataan ini, apakah kita sudah menyadari akan ke-dudukan yang didominasi oleh realitas tersebut, dalam gerakanberpikir modem di negeri-negeri'Islam? Karya-karya literaturyang dibuat oleh kaum orientalis itu telah mencapai tingkatyang serius mengenai "pemancarannya", yang hampir .tidakdapat kita bayangkan. Cukup kiranya sebagai bukti, atas haldi atas bahwa dalam "Lembaga studi bahasa Arab" di Mesirduduk sebagai anggauta seorang orientalis berbangsa Prancis.Moogkin kita akan dapat menyadari keseriusan hal di atas,kalau kita mengamati banyaknya skripsi-skripsi untuk mem-peroleh gelar doktoral dan karakter dari isi skripsi-skripsitersebut, yang diajukan oleh para mahasiswa bangsa Suriahdan Mesir, pada setiap tahun. Kepada Universitas Paris sajadalam skripsi-skripsi ini para mahasiswa - yang nota beneakan menjadi guru dan pengajar peradaban bahasa Arab sertaakan menjadi pembangkit dan pendiri kebltftgkitan Islamkemudian hari - berteguh hati, sebagai yang mereka tetapkanatas diri mereka untuk menggemakan pikiran-pikiran yangdipompakan oleh para profesor Barat mereka. Dengan jalanini orientalisme telah menyusup dalam ke tubuh alam pikirandunia Islam, dan dengan demikian ia telah menggariskanpenga-

59

Page 58: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

rahan alam pikiran itu sejauh mungkin. lnilah krisis yang seriusyang melanda peradaban kita sekarang, seraya mengobarkaneli sana-sini polemik-polemik yang menggema jauh, sebagaiyang terjadi antara Doctor Zaki Mubarak dan Doctor TohaHusain di Mesir tentang sebuah syair sastra yang bemafaskansemangat menyala-nyala meratapi trageeli-tragedi yang me-nimpa alam pikiran Islam pada waktu itu.

Krisis umum tersebut di atas adalah akibat dari sesuatuyang penting bagitema studi kita ini. Yang saya maksud ialahpengaruh pelajaran-pelajaran kaum orientalis atas alam pikiranyang benangkut-paut dengan agama pada pemuda-pemuda pela-jar universitas. Mereka ini berarah kepada sumber-sumber (bu-ku-buku) barat, sampai pada hal-hal yang berhubungan eratdengan pengetahuan-pengetahuan agama pribadi mereka. Penga-rahan ini terjadi karena sangat kurangnya literatur pada perpus-takaan-perpustakaan kita, maupun karena J adanya \ keakrabandalam pikiran antara mereka dan peradaban barat.

Memang suatu kenyataan bahwa pustaka-pustaka lokal telahkosong dari kekayaan keilmuannya, sehingga ia berorientasi keperpustakaan-perpustakaan nasional di Eropa. Mesir sesungguh-nya telah berusaha sekeras-kerasnya untuk mengadakan sarana-sarana dalam jangkauan alam pikiran Islam, yaitu sarana-saranabaru untuk bekerja, menurut apa yang dapat diperoleh, dalambentuk percetakan-percetakan modem, ditunjang oleh pekerja-an sungguh-sungguh yang ditangani oleh angkatan muda cende-kiawan. Namun usaha besar ini sendiri masih di bawah hege-moni kecerdikan management yang eliwarisi dari zaman penja-jahan.

Betapapun keadaannya, namun generasi muda muslim cen-dekiawan merasakan dalam dirinya akan keterpaksaannya untuk1a:ri kepada karangan-karangan para pengarang asing Barat, un-tuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan alam pikiran modernnya.Mungkin juga para pemuda ini memang menaruh penghargaantinggi .terhadap metode berpikir dari teori obyektivitas Descar-tes, sehingga kita mendapati banyak hakim dan mahagurubersorban m9ftikmati dalam metode berpikir modem itu kelin-cahan matematisnya.

Kesemuanya itu tidak akan mendatangkan akibat-akibatserius, sekiranya orientalisme itu membatasi diri dengan meto-denya pada persoalan-persoalan ilmiah saja, Akan tetapi keingin-an hawa nafsu yang didorong eleh siasat politis dan keagamaan

60

Page 59: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

terkadang menelanjangi diri sendiri, seperti. dengan menyesalsekali yang nampak pada karangan-karanganpara ahli orientalis-me Barat itu mengenai studi tentang Islam, sekalipun karya-karya mereka itu sungguh mengagumkan. Dalam hubungan inipastor R.P. Lamance bukanlah contoh satu-satunya bagi kaumorientalis yang menyerang Islam dan pemimpin-pemimpinnya.Satu-satunya keadaan yang dapat kita lihat ialah cara bekerjasecara diam-diam untuk merobohkan tiang-tiang kokoh Islam.Maka orang yang pintar ini setidak-tidaknya mempunyai jasadalam mengungkapkan kebenciannya yang sangat pada AI-Qur'an dan pada Muhammad s.a.w, Tidak diragukan lagibahwapekerjaan yang dihayati oleh kefanatikan adalah lebih baikdaripada praktek Machiavelli, yang bekerja secara diam-diam,lagi keji, Y8l1l diikuti oleh kaum orientalis lainnya, yang dalam

.berpraktek bersembunyi di bawah selimut ilmu pengetahuan.Adalab 8uatu hal yang sangat mengherankan dan yang perlu ka-mi ketengahkan di sini, yaitu keramahan yang diterima sebagaifasilltu, oleh pikiran-pikiran dungu itu, terutama di Mesir, se-waktu DeIIri itu dihegemoni oleh universitas-universitasbarat.Contoh paling tepat jangan membenarkan keterangan kami diatas tanpa dapat disangkal ialah perkiraan yang diketengahkanoleh seorang orientalis berbangsa Inggris. Margelyouth, tentang"Sya'ir pra Islam". Perkiraan yang dibuat oleh orientalis initelah disiarkan pada bulan Juli 1928 di salahsatu majalah kaumorientalis. Pada tahun 1926 Dr. Toha Husain menerbitkanbukunya yang tersohor, berjudul "Tentang Sya'ir pra Islam".Keberurutan kejadian ini menta'birkan fakta bahwa alam pi-kiran modem sebllgiandari tokoh-tokoh peradaban Arab mem-buntut saja pada apa yang diketengahkan oleh Mahaguru-mahaguru barat. 1)

Mungkin sekali perkiraan Margelyouth itu tidak mengan-dung soal-soal khusus luar biasa, kalau sekiranya perkiraan itu

1). Kami mengemukakan di sini teori Margelyouth sekedar untuk me-nunjukkan kepada pembaca muslim keharusan penerapan metode

modern tentang penginterpretasian (tafsir) Al-Qur'an. Pembaca dapatmengetahui nilai metode tersebut, yang berdiri atas landasan mempela-jan fenominalogi dan atas dasar-dasar psikologi analistis. Pembaca akanmengetahui juga bahwa kami tida'k mengajarkan pikiran-pikiran Margel-youth atau pikiran-pikiran orang-orang yang berguru padanya sepertiantara lain Dr. Toha Husain. Tujuan kami hanyalah dengan menyebutkanteori Margelyouth itu hanyalah untuk studi tentang fenomena Al-Quran.

(Catatan pengarang)

61

Page 60: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ketika disiarkan tidak memperoleh sambutan yang begitu ba-ngat dan majalah-majalah orientalis dan dari beberapa risaJat-risalat yang dikemukakan oleh sarjana-arjana Arab modern,sehingga perkiraan Margelyouth ini memperoleh nilai "Ukurantetap" dalam studi Dr. Shabbagh tentang soal: Kata-kata sinoo-an di dalam Al-Qur'an". Sarjana ini da1atn bukunya itu telahmenolak secara mutlak, tetapi yang mengandung maksud dantujuan untuk mengakui "Sya'ir pra Islam" sebagai suatu hake-kat obyektif dalam sejarah kesusastraan Arab.

Maka problem sya'ir pra Islam dalam kondisinya dimana iaberada sekarang, sudah melampaui ruang lingkup kesusastraandan sejarah. Ia sudah menyentuh secara langsung masa1ah"me-tode lama" tentang perinterpretasian (tafsir) Al-Qur'an secarakeseluruhan, yaitu metode yang berdiri atas landasan: "Meng-adakan perbandingan gaya bahasa, dengan bersendi kepada"Sya'ir pra Islam" sebagai hakekat yang tidak dapat diperde-batkan lagi tentang adanya.

Betapapun juga, adalah mungkin bahwa problem ini dapattimbul sebagai konsekwensi daripada perkembangan bam dalamalam pikiran Islam, akan tetapi dalam bentuk yang tidak terlaluradikal, sebab keharusan perkembangan menuntut diadakannyaamandemen, yang dilakukan dengan cara yang bijaksana dandengan pertimbangan matang yang dapat memadai tuntutanalam pikiran modem. Akan tetapi itulah yang terbayang.

Adapun I'jazul Qur'an sampai sekarang ia tetap berdiri ataslandasan argumentasi yang jelas akan keluhuran Kalam Allahatas semua kalam manusia. Larinya sistem penafsiran Al-Qur'ankepada jalan mempelajari gaya bahasa, hanyalah supaya dapatdiletakkan dasar rasional yang diperlukan untuk I'jazul Qur'an.Maka sekiranya kita menerapkan kesimpulan-kesimpulan per-kiraan Margelyouth, seperti yang dilakukan oleh Dr. Shabbagh,niscaya runtuh samasekali dasar yang dipakai untuk penafsiranAl-Qur'an sebagai yang tersebut di atas. Dari jurusan inilahproblem penafsiran Al-Qur'an akan ditempatkan dalam posisiyang serius, ditinjau dari segi kepercayaan orang muslim; yangsaya maksudkan ialah: ditinjau dan segi I'jazul Qur'an dalampandangan orang muslim. Mungkin perkembangan alam pikirantidak kurang andilnya dalam mendorong para pemuda akade-misi kita untuk mengkonstatasi keantikan "ukuran lama" baiklambat atau cepat, yang dipakai untuk menafsirkan Al-Qur'an,yaitu "ukuran' yang sampai pada masa itu mempersembahkan

62

Page 61: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

bultti yang mutlak mengenai sumber yang pib begi Al-Qur'an.Adapun bagi alam pikiran yang diwamai dengan descartelUme,maka 'baginya apa harpnya suatu argumen, yang sejak ita sudahnampak kehilangan keobyektifannya, dan hanya merupakanargumen yang subyektif penuh, Topik ini sebenamya tidak adahubungannya dengan kejelasan dan kefasihan Al-Qur'an, yangtetap sebagaimana keadaannya sejak semula, pada waktu turun-nya melainkan ia hanya berkaitan dengan posisi orang muslimsendiri.

Sebenamya tidak terdapat seorang muslim, lebih-Iebih 1agidi negeri-negeri bukan Arab yang dapat memperbandingkansecara obyektif· antara suatu ayat dari Al-Qur'an dengankuplet 81air atau dengan satu fragmen dari kesu888teraan PraIslam. Sejak lama kita sudah tidak lagi memiliki perasaan me-nikmati genialitas bahasa Arab, untuk dapat mengambil kesim-pulan dari perbandingan kesusasteraan guna memperoleh basilyang adil dan berdasarkan kearifan. Sejak waktulama pula kitamerasa cukup dengan bertaqlid saja dalam masalah ini, suatu halyang tidak bersesuaian dengan alam pildran yang berpegangankepada keobyektifan dalam menerima suatu masalah. Makaproblem penafsiran Al-Qur'an dengan demikian di bawah sorot-

•. an cahaya baru. Mungkin para cendekiawan Mesir yang berha-luan modem melihat problem penafsiran Al-Qur'an itu darisorotan cahaya baru ini.

Namun terlihat bahwa usaha berat yang dilakukan oleh paraulama itu, sekalipun usaha itu tidak melupakan segi sosial da-lam ilmu tafsir, tidak memberi penentuan metodenya yang leng-kap tentang penafsiran Al-Qur'an. Tafsir yang besar yang dika-rang oleh Syaikh Thanthawi Jauhari adalah suatu produk ilmiahmenyerupai ensiklopedi, namun tidak memberi perhatianwalau sedikitpun untuk menentukan suatu metode. AdapunTafsir Syaikh Rasyid Ridha, yang dalam tafsirnya mengikutisistem gurunya, yakni Syaikh Muhammad Abduh, juga tidak.meletakkan suatu metode, segala perhatian yang dicurahkanolehnya dalam Tafsirnya ialah memberi pada metode lamawama alam pikiran yang baru. Sekalipun Syaikh Rasyid tidak.mengadakan perobahan secara radikal pada cara lama penaf-siran Al-Qur'an tapi ia telah dapat menciptakan dalam kalangangrup muslim yang terbaik, yang menyenangi adanya pembaruankesusasteraan, suasana kegairahan untuk melakukan diskusi-diskusi tentang soal-soal agama. Sekalipun begitu, problempenafsiran Al-Qur'an tetap merupakan problem yang serius

63

Page 62: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

menpnai keperciya8n indiWiu ~ dibebttik oleh ~Descutesisme di saw pihak, dan mengenai .p~-pi1tirah •.secara keseluruhan yang hidup c:ralalh. masyarakat aan yang rmenjadi dasar daripada j)eradabaIi lterakYatan di piftak lain.

Adalah makhun, bahwa 'iletllP,masyatakat mempunyaiproblem piki1'aniSikitan yang hidup di terigah-tengallnya, danmenggerakkan massa, sebagaim4l.taia juga mempunyat prob-lem pikiran-pikii8n llmilh yang khusus ada pada kaum intel-leknya. Maka sebagaimana problem yang terakhir ini memberipenentuan pada para tokoh masyarakat dan para ulama untukmengadakan pemecahan teoritis terhadap beberapa problem,juga problem yang pertama yang tersebut di atas, memberipenentuan jalan praktis bagi masyarakat terhadap problem-problem yang mereka temui di dalam kehidupan.Di dalamdunia Islam,' sekarang terdapat lapisan masyarakat terpelajaryang meyakini bahwa bumi ini bergerak. Akan tetapi di sam-ping itu terdapat Massayang besar dari orang-orang awam danumat yang masih bodoh, berteguh dengan keteguhan hatinyabahwasanya "bumi ini tidak bergerak, dfangkat. dengan inayahDahi, di atas tanduk lembu". Pemikitan semacam ini yanghidup di dalam masyarakat, ada kemungkinan besar mempe-ngaruhi pengarahan sejarah, lebih besar daripada pemikiranllmiah, karena pemikiran yang pertama itu bersendi padakhurafat (ketahayulan) yang dibawakan oleh seorang ahlitafsir yang gaga!, yang berpikir bahwa bumi ini berdiam di atastanduk lembu. Mari kita mengambil sebagai contoh, umpama-nya: "Kompas dan alat pengukur sudut". Sekalipunkeduaalat ini hasil pemikiran ilmiah kaum muslimin, namun duniaIslam tidak mempergunakan kedua alat tersebut untuk mene-mukan Amerika. Oleh karena dunia Islam pada m8sa itu lum-pub dari segalakemajuanilmiahdan kemasyarakatan" disebabkanoleh adanya pikiran-pikiran awam yang-ttlati. Bukankah ini diatragedi yang Imam Gozali hen.dak mengekspressikannyadalambait syairnya yang masyhur itu, yang terjemahannya sbb: Akutelah memintal untUk mereka pintaJan yang halus, tetapi akutidak mendapatkan bagi pintalanku itu seorang penenun, laluaku patahkan alat pemintalanku.

Seaungguhnya problem penafsiran' Al-Qur'an· betapapunjuga, adalah problem kepercayaan keagamaan bagi seorang yangterpelajar sebagaimana juga problem pikiran-pikiran yanghidup dalam masyarakat bagi seseorang yang awam. Dari keduajurusan ini perlulah metode penafsiran Al-Qur'an diadakan

64

Page 63: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

I

perubahan, di bawah sorotan sinar eksperimen (percobaan)historis, yang telah dialami oleh dunia Islam. Selanjutnya,apabila sebab-sebab yang telah kami kemukakan di atas menun-juk kepada keharusan adanya amandemen pada metode lamapenafsiran Al-Qur'an maka terdapat sebab-sebab lain yang me-nunjuk kepada isi amandemen itu; yakni yang menunjuk padabentuk metode yang harus kita tempuh mengenai problem"I'jazul Qur'an".

Kedua: Sebab-sebab yang bersangkutan dengan metode itu.Kami telah uraikan dalam bab "Gerbang masuk ke studi tentangFenomena Al-Qur'an" sebab-sebab yang mendorong untukmengadakan studi ini ialah mengingat akan hal-hal yang terjadidi dunia Islam, dalam bentuk-bentuk perkembangan-perkem-bangan sosial dan edukatif, yang mempengaruhi posisi seorangmuslim yang intelek terhadap Islam dalam gambaran yangmenyeluruh. Maka haruslah sekarang diuraikan sebab-sebabyang menentukan metode yang kami ikuti dalam mengadakanstudi ini, mengingat akan kesadaran orang muslim terse butterhadap Al-Qur'an, sebagai suatu Kitab yang diturunkan padakhususnya, dan mengingat akan tidak mungkinnya memisahkanakan sebab-sebab ini dari sejarah agama-agama Ilahi, padaumumnya. Dan kami mendapati gambaran ini dalam Haditsyang dibawakan oleh saudaraku Al-Ustadz Shakir dalam "Intro-duksinya", dimana Rasulullah s.a.w, bersabda; "Tiada seorangnabi melainkan telah diberi Tuhan mukjizat-mukjizat yangkarenanya manusia bisa beriman. Namun yang diberikan pada-ku hanyalah wahyu, yang diwahyukan kepadaku. Maka akuberharap bahwa aku akan mempunyai pengikut-pengikut lebihbanyak daripada para nabi lainnya kelak pada hari kiamat".Maka haruslah kita menentukan makna kata "I'jaz" didalamAl-Qur'an, dengan memperhatikan makna "I'jaz" di dalamagama-agama secara umumnya.

Jadi kita harus menentukan makna "I'jaz" menurut penger-tian bahasa, dan sebagai suatu terminologi atau kata-kata istilah,juga dalam batas-batas sejarah, karena unsur waktu mempunyaisangkut-paut dalam perkara ini, kalau kita mempertimbangkanperkara ini dari satu agama lain; yakni tentang arah perkem-bangannya.

Ahli-ahli bahasa menganggap bahwa "I'jaz" ialah "melemah-kan". Adapun ahli-ahli terminologi menganggap bahwa "I'jaz"ialah argumen jelas yang ditampilkan oleh Al-Qur'an kepada la-

65

Page 64: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

wan-Iaw~nya dari kaum musyrikin untuk menjatuhkan merekadengan argemen itu ke dalam ketidak-mampuan.

Tetapi kalau kita hendak menentukan makna istilah inidalam batas-batas sejarah, yakni dalam hubungan dengan kesa-daran manusia akan bukti kebenaran agama, dan kesadaranseorang muslim akan bukti kebenaran Islam secara khusus, ma-ka perlu diadakan penilaian kembali perkara itu di bawah sorot-an sinar sejarah agama-agama.

Inilah makna "I'jaz" ditinjau dari ketiga demensinya, (pe-ngertian bahasa, terminologi dan sejarah). Adapun ayat-ayatyang menunjuk kepada I'jaz dan yang menarik perhatian kepa-danya dengan menyengaja adalah banyak, seperti antara lainfirman-Nya sbb:

•• ", • ./ .'" J"" ", • /' ",.. ;." ./ _. J

l,;~ u' ~ ~'J ~Y' ;:-..-:;.;,~ J-J"'.' -/./ -.-'.'/ \

U >= ~ ~ u'.;J' I.j.Jl)./

• .,,'0 ...../"'."'/~ ulS".YJ ~

/,/./ ./

"~~,)AA :

"Katakanlah: Sesungguhnya, kalau manusia dan jin itu berkum-pul untuk mengadakan yang serupa dengan Al-Qur'an ini mere-ka tidaklah dapat membuat yang serupa dengan Al-Qur~an inise~a,l,ipun sebagian dari mereka menjadi pembantu bagi yan;laIn . (Surat AI-Isra': 88).

Dan firman-Nya lagi:

, •••••••••,.., • ,/ , 0." • J 0 /' • .J. '" );' •

~J-io .J.:. J J-'" ~ l,;t; y "-'p'-# ••.. // ~ ,/)./

/ ••.•..• ~.,., •••••• J' •• -"./ .•••••

lIE~ oJL.o --: ~ u' .J.l' u J oJ ~ r - b-: ..",,/ r- /'" ./' ./I

.....• '"' » > a""

u.Y ~ r '". .~ . "..

~ !yoJ'J..-.",/ '"" . ",.,

u'J ....J.l' hJf'(\ r.; , r . oJ ~ )

66

~I ~:~ .~ ~;~i-::..; -;~y"0> • ." .~./ •....../,....1"" ,./

lIEu~'-' r'::':' J..tj ~ ~!/.Jl 'j

Page 65: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Atau mereka mengatakan: Dia. mengada-«lakan itu. Katakan-lah kepada mereka, Bawakanlah sepuluh surat, serupa denganAI-Qur 'an ini, yang diada-adakan, dan panggillah orang yangmungkin kamu dapatkan bantuannya selain Allah, kalau kamumemangorang-orangyang benar.Dan kalau mereka tidak mem-perkenankan ajakanmu itu, maka ketahuilah bahwa AI-Qur'anitu diturunkan dengan Pengetahuan Allah, dan bahwasanyatiada Tuhan kecuali Dia. Maukah kamu menjadi orang-orangyangpatuh (bersercndiri kepadaAllah)".

(Surat Hud: 13-14).Juga firman-Nya lagi:

/'

o -~I./

d- =.11 )'\'t_'\'r:~

"Dan jika kamu masih ragu-ragutentang (kebenaranAI-Qur'an)yang Kami turunkan kepadahambaKami (Muhammad) cobalankamu bawakan sebuabsurat serupaAI-Qur'an ini, dan panggil-lah siapa saja yang kamu dapat memanggilnya selainAllah, un-tuk menjadi pembantu-pembantu kamu, kalau kamu memangorong-orang yang benar. Dan halau kamu tidak mampu mem-buatnya; dan kamu memang tidak akan dapat membuatnya,maka peliharalah dirimu dari api neraka,yang kayu bakarnyaadalah manusia dan batu-batu, disediakan untuk orang-orangyang kafir". (Surat Al-Baqarah: 23-24).

Hendaklah kits. mencatat bahwa ketiga ayat tersebut di atasbahwa Al-Qur'an tidak menampilkannya untuk mengadakanbukti akan kebenarannya, melainkan ayat-ayat itu dibawakanhanya sebagai pengumuman di sini dan sebagai pemyataan ten-tang terdapatnya ayat-ayat semacam itu di seluruh isi Al-Qur-'an, untuk dapat menekankan pengaruhnya pada aka! pildran

67

Page 66: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

yang sedang menanti-nanti, dan agar dapat menghasilkan bekas-nya di dalam hati yang masih tertutup.

Sampai berapa jauh pengaruh ini dapat mencapai lingkunganmasyarakat jahiliah?

Sesungguhnya setiap bangsa mempunyai hobbi sendiri-sen-diri, yang kepadanya dicurahkan semua bakat daya cipta yangada pada bangsa itu, sesuai dengan genialitasnya dan karakter-nya. Bangsa-bangsa Mesir purba umpamanya, mempunyai per-hatian terhadap seni-seni bangunan dan ilmu-ilmu eksakta, halmana dibuktikan pada kita oleh sisa-sisa peninggalan merekayang agung, peninggalan-peninggalan yang membangkitkanperhatian ahli-ahli arkeologi, seperti a.1. Pastor Meaurean, yangmenspesialisasikan salahsatu dari buku-buku karangannyauntuk mengadakan studi tentang arsitektur piramide agungdisertai dalam bukunya itu dengan teori-teori matematik yanganeh-aneh, dan ciri-ciri keeksaktaan dan mekanik yang menga-gumkan.

Sebaliknya dengan Yunani. Mereka gemar akan lukisan-lukisan yang bemafaskan keindahan, seperti yang diciptakanoleh seni Phividias sebagaimana mereka terpesona dengansabda-sabda yang mengandung logika dan kearifan yang diba-wakan oleh genealitas Sokrates.

Adapun bangsa Arab pra Islam kegemaran mereka adalahdalam bahasa mereka.Bangsa Arab tidak membatasi penggunaanbahasa pada apa yang dihajatkan dalam kehidupan sehari-harisaja, sebagaimana lazim dilakukan oleh bangsa-bangsa lain, akantetapi seorang Arab gemar juga mempergunakan bahasanya,yakni untuk mengukir dari bahasa itu lukisan-lukisan dalambentuk keindahan dan kefasihan bahasa, yang tidak kurangindahnya daripada apa yang diukir oleh Phividias di batu mar-mer, dan daripada lukisan-lukisan yang dihasilkan oleh pensilLeonardo Da Vinci, yang bergantungan di musium-musiumdunia yang terbesar.

Adapun syair Arab, sebagai yang dikatakan oleh saudaraku,Al-Ustadz Mahmood Syakir dalam Mukadimah buku ini: "Keti-ka Allah menurunkan Al-Qur'an atas nabi-Nya, Muhammads.a.w. syair pra Islam laksana cahayayang menerangi kegelapanjahiliyah, sedang ahli-ahli syair itu berpaling pada kefasihansyair itu sebagaimana berpalingnya penyembah berhala padaberhalanya. Mereka menunduk di hadapan keagungan kejelasandan kefasihan syair itu dengan khusyuknya, hal yang tidak

68

Page 67: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

pemah mereka lakukan di muka berhala-berhala mereka sama-sekali. Mereka adalah penyembah-penyembah kefasihan bahasasebelum menjadi penyembah-penyembah berhala. Kami men-dengar tentang seorang dari mereka yang mengejek berhala-berhala mereka, akan tetapi kami tidak pemah mendengar se-seorang dari mereka yang mengejek kefasihan bahasa mereka,

Inilah gambaran keadaan psikologis pada masa Al-Qur'anditurunkan. Maka wajarlah bagi I'jazul Qur'an untuk menembuske dalam jiwa mereka seeara umum, pada masa turun Al-Qur-'an, dengan jalan ini yakni oleh pembawaan yang terhunjamdalam naluri bangsa Arab untuk dapat merasakan kelezatankeindahan dan kefasihan kalam Arab.

Kemudian keadaan ini berubah bersamaan dengan perkem-bangan sejarah Islam. Badai ilmu-ilmu pengetahuan meluappada era terakhir dari dinasti Bani Umayah, dan pada zamandinasti Bani Abbas. Maka kesadaran akan segi I'jaz pada Al-Qur'an, menurut apa yang kami gariskan pengertiannya, baikmenurut pengertian bahasa, maupun menurut terminologi,menjadi hal yang lebih banyak diperolehmelalui jalan "rasa"berlandaskan dasar ilmiah, daripada dihasilkan dengan jalan"rasa" instingtif.

Ini berarti bahwa I'jazul Qur'an, sebagai yang disadarioleh bangsa Arab ketika Al-Qur'an turun, sekarang menjadispesialisasi segolongan keeil saja dari kaum muslimin, yangpadanya terdapat sarana-sarana ilmiah untuk merasakan"I'jaz" itu.

Adalah mungkin bagi kita mempelajari perkembangan inipada kedua perjalanannya dari buku-buku sejarah.1. Salahsatu daripadanya, ialah bahwa sejarah prikehidupan

Nabi s.a.w. meneeriterakan pada kita beberapa kejadian-kejadian historis, yang nampak padanya effek yang disebab-kan oleh "I'jaz" itu pada "rasa" instingtif yang dimiliki olehbangsa Arab di zaman jahiliah. Hal ini nampak sekali padadua kejadian:Yang pertama, masuknya Umar ibnul Khattab r.a, ketika iaterpengaruh oleh ayat-ayat yang ia dengar dari perempuannya,atau yang ia baca dari lembaran-Iembaran yang bertuliskanayat-ayat.Kedua: Pendapat Walid ibnul Mughirah tentang Al-Qur'an, ten-tang hal mana ia berkata: Demi Allah, saya telah mendengar

69

Page 68: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kalam yang bukan .dari kata-kata manusia, dan bukan pula darikata-kata jin. Kalam itu mengandung kemanisan, disertai ke-indahan dst. Di sini kita melihatbahwa Walid ibnulMughirah telah berada pada jarak sejengkal dari iman. Keje-lasan dan kefasihan Al-Qur'an telah menggerakkan sanubari-nya. Namun hujah yang sejelas itu tidaklah dapat merubah,suatu hal yang tidak dikehendaki oleh Allah. Maka anda me-menyaksikan bahwa Walid lalu berbalik; ia menutup pernyata-annya dengan kata-kata yang berisi keingkaran terhadap kebe-naran risalah yang dibawa oleh Nabi s.a.w.Ia berkata: "Kata-kata yang paling tepat terhadap pembawaayat-ayat itu ialah: katakan saja bahwa ia adalah seorang ahlisihir. Ia datang untuk memisahkan antara seseorang dengan ba-paknya dst.

lnilah gema I'jazul Qur'an menatap nalurl yang ada padabangsa Arab (mengenai kejelasan dan kefasihan bahasa) dalamdua bentuk yang berlain-lainan. Hingga apabila zaman berjalanterus, keadaan-keadaan sosial berubah dan ilmu-ilmu pengeta-huan bertambah maju, masalah "I'jazul Qur'an menjadi obyekstudi, yang berdiri sendiri. Maka ulama-ulama, ahli kejelasandan kefasihan bahasa menulis dan mengarang buku-buku ten-tang masalah itu, seperti a.l, Aljahiz dalam kitabnya "Nizha-mul Qur'lm (susunan puitis Al-Qur'an) dan Abdul Qahir penga-rang "Dala-ilul-I'jaz" (bukti-bukti I'jazul Qur'an).

Dari kitab Abdul Qahir ini kami mengambil suatu cuplikanuntuk menjelaskan duduk perkara dan persoalan I'jaz. Fragmentermaksud kami ambil sekedar sebagai contoh. Kami ambil frag-men tentang komentar pengarangnya terhadap firman Allahs.w.t,

". ",,_'" /"'''''.'' •• .1_""'0/",,-

lIE r:~U"'T~I ~~ ~ ~I ()lbJ,

... '

1 : (-.r)

Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulang-tulangku sudah lemah,dan kepalaku sudah memutih karena uban). 1).

~./ ,-"'" //"0/

1. Kalimat ~ U"' 1J I j..,.;...:.1 J adalah kallinat kiasan bagi "dankepalaku sudah beruban". Bila diterjemahkan secara harfiah, kalimateli atas terjemahannya: Dan kepala telah menyala karena uban".

(Penyalin ).

70

Page 69: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Abdul Qahir berkata. mengomentari ayat tersebut: "Kata ataukalimat kiasan tidak mungkin diterangkan kecuali dengan jalanpengetahuan tentang sajak dan puisi dan mengerti benar akanhakekatnya.Dari samar-samarnya dan rumitnya kiasan itu, maka anda meli-hat bahwa manusia bila membaca firman Allah:

~~~l) I J-:';.~"I;mereka tidak lebih daripada membicarakan soal "kiasan" dantidak mengembalikan kehormatannya kecuali kepada "kiasan"dan tidak melihat sesuatu yang patut mempunyai kelebihankhusus kecuali "kiasan".Begitulah anda melihat hal itu dalam pembicaraan mereka,sedang keadaan yang sebenamya tidak demikian.

Tidak usah saya bawakan keseluruhan apa yang diutarakanoleh Abdul Qahir. Saya menyitir kalimat-kalimat di atas hanyasekedar untuk menjelaskan ketidak-mampuan saya untuk me-ngerti makna "I'jaz" dengan jalan ini, yakni dengan mengguna-kan sarana-sarana "rasa" secara ilmiah, setelah saya mengakuiketidak-mampuan saya untuk memahami makna "I'jaz" denganjalan "rasa" secara naluri. Begitulah aku melihat diriku dalamkeadaan bingung, kehilangan upaya dan jalan mengenai sesuatuperkara, yang paling pekak bagi saya sebagai seorang muslim.

Di sinilah kita dihadapkan pada problem "I'jazul Qur'an",dalam bentuk baru bagi diri si muslim ini, yang saya maksudbagi mayoritas golongan muslim intelek yang memperoleh kein-telekannya dari pendidikan asing (barat), bahkan mungkin jugabagi mereka yang berpendidikan tradisional, mengenai hal-halyang bersangkutan dengan pendidikan dan psikologi merekasendiri.

Jadi harus diadakan penelitian kembali tentang perkara ini da.lam batas-batas keadaan baru yang dilalui oleh orang muslimpada masa ini, beserta kebutuhan-kebutuhan yang dihadapinyayang menyangkut masalah aqidah (kepercayaan) dan jiwa.

Sekalipun kelihatannya terdapat komplikasi pada perkaraini, hal mana disebabkan oleh sikap tradisional kita terhadap-nya, namun saya yakin bahwa kunci pemecahannya, terdapatdalam firman Allah s.w.t., yang terjemahan Indonesianya ku-rang lebih sbb:

r,

Page 70: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

.. ~ ", ." ,.0 • '" r-" ,/ , .- ,.. 0 .J' • , / ..,,. /

'J) u-: ~t... ..s.J ...II t...) J-..,) 1 o- ~..l.;...::..-..;..5 t... j.;

"/ //

/ / 'I ,. ,. ..,., ~' 0 ..,•. • J ...( , : .j1.i>'J1) udl I...:? .J: t, 'JI "I 0; A" ,. ,. ~

"Katahanlah: Aku buhan pembauia pengaiaran baru dari pararasul itu, dan ahu tidak mengetahui apa yang ahan diperbuatdengan aku dan dengan hamu. Aku hanya menurut apa yangdiwahyukan kepadahu". (Surat Al-Ahqaf: 9).

Maka kalau kita menganggap ayat ini sebagai bukti yang di-tampilkan oleh Al-Qur'an kepada Nabi s.a.w. agar diperguna-kannya dalam perdebatannya dengan kaum musyrikin, makakita harus merenungkan kandungan ayat itu yang berhubungandengan logika, dari dua segi.

Pertama: ayat itu mengandung isyarat yang samar-samar bahwaberulang-ulangnya sesuatu dalam keadaan-keadaan tertentumenunjukkan kebenarannya, artinya, bahwa pendahulu-penda-hulunya dalam suatu rangkaian tertentu, mengokohkan hake-kat suatu itu sebagai suatu "fenomena", dengan pengertianyang dapat diterima oleh ketentuan ilmiah terhadap kata"fenomena" ini. Makna "fenomena" ialah kejadian yang ber-ulang dalam keadaan-keadaan yang sarna dan dengan hasilyang sarna pula. .

Kedua: ayat tersebut mengandung dalam madlulnya (hal yangditunjuk olehnya) adanya hubungan erat antara para Rasuldengan risalat yang dibawa sepanjang abad, dan bahwa da'wahMuhammad herlaku padanya, di hadapan rasio apa yang telahberlaku pada risalat yang dibawa oleh para Rasul sebelumnya.Dari hake kat yang kedua ini kita dapat menarik kesimpulanmengenai dua hal yakni:

1. Bahwa kita boleh mempelajari agama yang dibawa oleh NabiMuhammad s.a.w. di bawah sinaran agama-agama yang sebe-lumnya.

2. Sebagaimana juga kita boleh mempelajari agama-agama sebe-lum Islam di bawah sinar agama yang dibawa oleh NabiMuhammad s.a.w., menurut kaidah bahwasanya: hukum-hukum dapat ditrapkan pada hukum khusus secara analogis,sedang hukum khusus dapat ditrapkan pada hukum denganjalan deduksi.

72

Page 71: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka kiranya tiada halangan untuk menelaah kembali makna"I'jaz" di bawah sorotan sinar ayat yang mulia yang disebutkandi atas. Hasilnya ialah apabila kita memperhatikan segala se-suatu dalam batas-batas kejadian yang berulang, yaitu dalambatas fenomena, maka "I'jaz" ialah:

1. Dari segi pribadi Rasulullah s.a.w. "I'jaz itu berarti: tandabukti yang dikemukakan Rasulullah terhadap lawan-Iawan-nya, untuk menjatuhkan mereka ke dalam ketidak-mampu-an.

2. Adapun ditinjau dari segi agama, maka I'jaz ialah salahsatudari sarana-sarana yang digunakan untuk menyampaikanagama itu.

Kedua makna tentang I'jaz ini mengharuskan, menurutmakna yang itu, adanya beberapa sifat tertentu.

1. Bahwa I'jaz" sebagai "tanda bukti" harus berada pada ting-kat yang sama dengan pengetahuan masyarakat banyak. Bi-la tidak demikian, maka akan hilang kemanfaatannya, sebabtidak akan ada harga secara logika bagi suatu tanda buktiyang tidak sederajat dengan pengetahuan lawan. Lawanterkadang tidak "iuka mengakui tanda bukti yang dikemu-kakan itu dengarr"maksud yang baik.

2. Dengan mengingat bahwa I'jaz "digunakan sebagai saranapenyampaian ajaran agama, maka "I'jaz" itu harus di ataskemampuan masyarakat banyak.

3. Dilihat dari segi waktu maka pengaruh "I'jaz" harus ber-langsung selama ada kebutuhan kepadanya, sesuai denganapa yang diperlukan oleh penyampaian agama itu,

Sifat yang ketiga ini menentukan jenis hubungan dengan agama;hubungan ini, karena itu berbeda-beda antara satu agama de-ngan yang lain, sesuai dengan kebutuhan untuk menyampaikanagama. yang bersangkutan, seperti yang akan kami jelaskan ke-mudian.

IOOah ukuran umum yang kami pandang sesuai denganmakna "I'jaz" dalam semua keadaan yang mengandung kemung-kinan, ditinjau dari kedudukan semua agama yang diwahyukan.

Apabila kita mengiaskan hal-hal di atas pada agama yangdibawa oleh Nabi Musa a.s, umpamanya, kita melihat bahwaAllah teIah memilihkan bagi nabi ini dua mukjizat, yakni muk-jizat tangan (yang dikepitkan ke rusuk, lalu keluar menjadi

73

Page 72: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

\

putib cemerlang) dan yang kedua mukjizat tongkat (yang di-jatuhkan oleh Musa a.s., lalu berubah menjadi seekor ular).Kalau kita memperhatikan kedua mukjizat ini, kita menda-pati kedua mukjizat itu (sebagai tanda bukti yang dengan ituAllah berkehendak memperkuat posisi nabi-Nya) memilikisifat-sifat sbb:1. Kedua mukjizat itu tidak sederajat dengan ilmu pengetahu-

an pada masa kefir'aunan waktu itu. Ilmu seperti yang di-peragakan oleh mukjizat Musa itu, khusus dimiliki olehorang-orang yang dihitung jumlahnya, dan orang-orang itumerupakan kelompok kependetaan. Sebaliknya mukjizat~usa dalam kedua bentuknya itu adalah sederajat denganilmu sibir, yang effeknya masyarakat banyak dengan kesa-daran visual (berdasarkan penglihatan dengan mata kepalasendiri), tanpa memerlukan pemikiran berat.

2. Kedua mukjizat tersebut bersangkut-paut dengan sejarahagi;Una Musa, tidak ada hubungannya dengan dasar inti aga-nul, sebab baik mukjizat "tangan", maupun mukjizat"tongkat" tidak mempunyai kaitan dengan agama Musa,ataupun dengan syariatnya. Maka dengan demikian keduamukjizat itu semata-mata merupakme hal-hal yang diikut-kan pada agama, bukan termasuk sifat-sifatnya permanen,yang tetap padanya.

3. Kedua mukjizat ini yang dijadikan tanda bukti atas kebe-naran agama yang dibawa oleh Nabi Musa dibatasi masaberlakunya dengan batasan zaman tertentu, sebab tidaklahkita dapat membayangkan effek yang ditimbulkan olehmukjizat "tangan" dan mukjizat "tongkat" itu kecuali seba-gai tanda bukti, di zaman generasi yang menyaksikannyaatau di zaman generasi yang sampai kepadanya penyaksiantersebut secara turun-temurun dari yang menyaksikan,kepada yang datang sesudahnya dan dari ini kepada yangdatang sesudahnya; artinya ialah bahwa daya efektifnyahanya berlaku untuk masa terbatas, sebagai suatu hikmahkebijaksanaan yang dikehendaki oleh Allah. Sekiranya kitamemikirkan hikmah kebijaksanaan ini, niscaya kita menda-patinya sesuai dengan kenyataan-kenyataan psikologis, danpula dengan kenyataan-kenyataan historis, yang dicatatoleh keadaan yang benar-benar obyektif, yaitu:1. Bangsa yang masib tetap memeluk agama Musa sampai

sekarang, yakni bangsa Yahudi, kehilangan, karena Be-

74

Page 73: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

bab-sebab psikologis yang tidak dapat diuraikan di sini,hasrat untuk melakukan penyiaran agama mereka, se-hingga mereka tidak merasakan keperluan melakukanpenyiaran agama mereka kepada umat-umat selain me-reka, yang mereka namakan: "Orang-orang yang butaagama", sehingga kalau kita menggunakan bahasasosial, kita mengatakan bahwa "I'jaz" dalam agamaini telah dibatalkan oleh ketidakperluan agama kepa-danya.

2. Bahwa kehendak Allah telah menakdirkan kedatanganNabi Isa a.s, sesudah Nabi Musa a.s. Maka agama barudatang untuk menghapus agama yang sebelumnya. Ma-ka dengan sendirinya agama baru ini menghapus I'jazyang menunjang agama lama itu, sehingga tanda buktiagama lama hilang dengan hilangnya kebutuhan histo-risnya.

Kemudian Isa a,s, datang membawaagamabaru, disertai de-ngan sarana-sarana yang dihajatkan untuk penyampaiannya,yakni yang dihajatkan olehagama baru itu sebagai "tanda buk-ti" akan kebenarannya, Maka Isa a.s. membawakan"I'jaz khu-sus, sesuai dengan pengertian yang ditentukan tentang makna"I'jaz" menurut pengertian bahasa dan menurut terminofogi,sebagai yang diterangkan di atas. Maka kepada Isa diberikanmukjizat "menyembuhkan orang yang buta dan orang yangmenderita kusta" serta mukjizat menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati" dengan izin Allah.

Kiranya tidak perlu bagi kita untuk mengulangi lagi relasi aga-ma yang baru ini dengan apa yang kami telah kemukakanme-ngenai pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya umum ditin-jau dari segi ciri-ciri khusus "I'jaz" yang ada pada agama baruini; sebab pada hakekatnya baik hal-hal yang berkaitan denganagama Musa, maupun yang bersangkut-paut dengan agamaIsa itu, kedua-duanya bergantung pada komplek psikologisyang dipunyai oleh seorang manusia, dalam kedudukannyasebagai insan yang menyadari segala sesuatu dengan aka! pikir-annya, Sekalipun rasionya masih diliputi oleh ketidak-mampuanuntuk menyadari akan hakekat agama, secara langsung bilatidak disertai dengan tanda bukti khusus yang menunjanghakekat agama itu terhadap rasio itu dalam bentuk "I'jaz"(mukjizat).

75

Page 74: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sebab~bab itu, selalu berulang namun bentuknya berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan yang terjadi pada keadaan-keadaan psikologis dan sosial sekitar agama baru itu dalam ling-kungan masyarakat dimana Isa a.s. menyiarkan da'wahnya,yaitu lingkungan masyarakat yang memperoleh sinaran peradab-an Yunani dan Romawi.

Akan tetapi tanda bukti yang diberikan kepada Isa a.s, be-rupa "I'jaz" itu akan sima pula bersamaan dengan hilangnyakeobyektifannya, dengan sebab-sebab yang sama, yang kare-nanya "I'jaz" dalam agama Musa dihapuskan, karena kemudianakan datang lagi, sesudah Isa, seorang Rasul baru, dan agamabaru, yang akan menghapus agamayang terdahulu, yakni agamaIsa a,s, dan bersamaan dengan itu akan dihapus pula keharusanadanya dalil tentang keabsahan Injil.

Demikianlah maka agama Rasul yang tepercaya datang,agama yang ini ditandai dengan sifat khusus, yang menjadikan-nya berbeda dengan agama-agama sebelumnya, sebab agamabam ini merupakan mata rantai terakhir dati silsilah agama-agama Allah. Maka datang Muhammad s.a.w. penutup paranabi, sebagaimana ia dipredikati oleh AI-Qur'an, dan sebagaiyang disaksikan akan kebenaran predikat ini oleh peredaranzaman sejak empatbelas abad yang lalu.

Kelebihan historis yang dimiliki agama baru ini (yaitu seba-pi agama terakhir) tidak terjadi melainkan dengan membawarefleksinya kepada semua ciri-ciri khusUsnya dan kepada jenis"I'jaz"nya secara khusus, disebabkan oleh karena kebutuhanuntuk menyampaikan dan menyiarkan agama ini akan bersinam-bungan, baik ditinjau dati sudut psikologis sebab setiap orangmuslim (berbeda dengan orang Yahudi) mempunyai dalam di-rinya "kompleks berkewajiban menyiarkan agama", maupundati sudut historis, sebab agama baru ini, yaitu agama Islamakan menjadi agama akhir zaman, yakni bahwa agama ini tidakakan. disusul dengan agama Ilahi lain, bahkan secara mutlaktiada agama dalam bentuk apa pun yang akan datang (setelahagama Islam), sebagai yang disaksikan oleh zaman abad demiabad sehingga dengan demikian kebutuhan Islam pada sarana-sarma untuk dipergunakan bagi penyiarannya akan bersinam-bungan dan tetap diperlukan, turun-temunm dati generasi kegenerasi dan dari bangsa ke bangsa, tiada sesuatu yang dapatmenghapuskannya dalam sejarah. lni berarti bahwa sarana-sarma itu tidak boleh seperti yang ada pada agama-agamalain,menjadi hanya sekedar tambahan yang disertakan dan yang

76

Page 75: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ditinggalkan .oleh agama itu dalam perjalanan sejarah setelahselesai masa penyampaiannya, umpamanya mukjizat tanganatau mukjizat "tongkat" dalam agama Musa, yang lenyap tiadabekas, sekalipun di musium-musium duma, seperti tongkatemas Tut-ankh-amon (yang masih diperagakan di musium).

Maka berdasarkan hal di atas "I'jazul Qur'an" harus mem-punyai sifat permanen sepanjang zaman dan generasi-generasiyang akan datang, sifat ini dikenal oleh orang Arab zaman ja-hiliah, dengan "rasa" akan kefasihan dan keindahan bahasayang menjadi pembawaannya, seperti umpamanya Umar ibnulKhattab r.a., atau Walid ibnul Maghirah, sifat itu dapat dica-pai dengan "rasa" yang bersifat ilmiah sebagai yang dilakukanoleh Al-Jahizd dalam metodenya yang ia gariskan bagi mereka

. yang datang sesudahnya. Akan tetapi orang Islam sekarangkehilangan pembawaan orang Arab jahiliyah, dan tidak pulamemiliki daya potensial seorang ilmuwan bahasa pada zamandinasti Bani Abbas.Sungguhpun demikian, Al-Qur'an tidak pemah kehilanganI'jaznya, sebab "I'jaz" Qur'an itu bukan sekedar tambahanyang disertakan padanya, melainkan "I'jaz" itu adalah dasarintinya. Hanya orang Islam sekarang terpaksa menerima"I'jaz" Qur'an itu dalam bentuk lain dan dengan sarana-saranalain. Ia sekarang menerima ayat Al-Qur'an dengan melihatnyadari segi komposisi psikologisnya, yang diadakan lebih banyakdaripada menerimanya, dari segi susunan kata-katanya, lalu iamentrapkan dalam studi isinya sistem analisa yang tersembu-nyi, sebagaimana kami berusaha untuk mentrapkannya jugadalam kitab ini.

Kalau kebutuhan ini sangatmendesak, dilihat dari seorangmuslim yang berusaha mengikat kepercayaannya atas dasar ke-sadaran pribadi akan nilai Al-Qur'an sebagaiKitab yang diturun-kan oleh Ilahi, maka kebutuhan itu lebih mendesak lagi bagiseorang bukan muslim yang menerima Al-Qur'an sebagai suatuobyek studi atau sebagaibuku bacaan.

Inilah dalam keseluruhannya sebab-sebabyang mengundangkami untuk mentrapkan analisa psikologis secara khusus, untukmengadakan studi tentang .I\l-Qur'an sebagai suatu fenomena.

Namun pelaksanaan tugas tersebut telah memperlihatkankekurangan-kekurangan perlengkapan ilmiah kami. Kami me-l1Iemukakan hal ini bukan sekedar untuk menunjukkan sikaprendah hati, melainkan karena penget,huan yang sunguh-mng-

77

Page 76: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

guh tentang perkara yang pelaksanaannya kami pandang semata-mata petunjuk bagi studi-studi yang akan menyusulnya. Makauntuk melaksanakan tugas ini kami harus memobilisir sarana-sarana ilmiah kami, serta dokumen-dokumen kami yang denganmenyesa! sekali kami tidak dapat mengumpulkannya lagi untukmelaksanakan studi ini,

Mungkin ada kemanfaatannya manakala kami menyatakandi sini betapa sangat berhajatnya seorang penafsir Al-Qur'an dikemudian hari kepada pengetahuan yang luas dalam bidangbahasa dan bidang ilmu-ilmu dari orang-orang terdahulu. Makaseorang penafsir harus suka menelusuri terjemahan Yunaniversi Ibnu Sab'ien mengenai kitab suci, dan terjemahan Latinyang pertama mengenai beberapa naskah berbahasa Ibrani,dan dalam bentuk yang lebih luas ia harus dapat menelusuri .semua kitab-kitab perjanjian dan bahasa-bahasa Siriani danArmenia, untuk mempelajari problem kitab-kitab suei,

Ini adalah tugas yang mulia, kita belum dapat menjalaninya,sekalipun kita mempunyai keinginan yang sungguh-sutigguhuntuk dapat merealisasicita-cita ini.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kami.

Misa-el-'-jadidah, 1 - 11 - 1961.

Malik. b. Nabi.

78

Page 77: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Fenomena KeagamaanAliran MaterialierneAUran Metafieika

79

Page 78: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

FENOMENA AGAMA

Setiap kali seseorang menyusup jauh ke dalam sejarah pur-bakala dan tarikh manusia, baik pada zaman kejayaan kebuda-yaannya, maupun pada tingkat-tingkat yang masih primitif darievolusi sosialnya, ia akan mendapati peninggalan di dalamnyayang menunjuk kepada adanya ide mengenai keagamaan.

Ilmu kepurbakalaan (arkeologi) selalu mengungkapkan,bahwa dari celah-celah pu ing-puing yang diungkapkannya dite-mukan bekas-bekas peninggalan yang khas, oleh manusia purbadigunakan untuk keperluan upacara-upacara keagamaan. Bagai-mana pun bentuk upacara-upacara keagamaan itu, namun ter-nyata bahwa struktur bangunan dari gua-gua tempat peribadat-an itu priode zaman batu, hingga pada zaman bangunan tempat-tempat peribadatan yang megah-megah, berjalan berdampingandengan ide keagamaan yang menciptakan perundang-undanganhidup manusia, bahkan ilmu-ilmu pengetahuannya, lalu mela-hirkan kebudayaan-kebudayaan itu di bawah naungan rumah-rumah peribadatan, seperti umpamanya rumah peribadatanSulaiman, atau Ka'bah. Dari situlah kebudayaan-kebudayaanitu muncul untuk penyinaran alam kita ini, dan agar berkem-bang di universitas-universitas dunia dan di laboratorium-laboratoriumnya, bahkan supaya menghidupkan perdebatan-perdebatan di parlemen-parlemennya. Perundang-undanganyang dibuat oleh bangsa-bangsa modem berlandaskan ketuhan-an pada asasnya, sedang perundang-undangan sipil (perdata),berintikan dasar keagamaan, apalagi di Prancis dimana perun-dang-undangannya mengambil pokok-pokoknya dari syarlatIslam 1).

Adat-istiadat dan tradisi-tradisi bangsa-bangsa menggambar-kan perhatian yang bersifat metafisik mendorong sekecil-kecildukuh-dukuh yang masih biadab, yang dipusatnya berdiri sebu-ah gerbang sederhana, agar dukuh-dukuh itu mengarahkan kehi-

1). Dalam ekspedisinya ke Mesir, Napoleon berkenalan dengan syari'atIslam. Keterangan ini tidak memerlukan bukti. Keterangan ini tidak

lain adalah penjelasan terhadap sisi pemikiran yang secara umum berse-suaian dengan keterangan ahli-ahli ilmu soslologi, dan ahli-ahli sejarahperundang-undangan. Perundang-undangan Rotnawi: pun tidak keluardari kaidah ini, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Shufi Abu Thalib dalambukunya:"Sistem-sistem s08ial dan perundang-undangan halaman 28 dst".AdlljPUn khusus tentang catatan kami mengenai perundang-undanganNapoleon, kami mempersilahkan pembaca menelaah buku karanganChristian Cherf"JIa,yang berjudui: "Napoleon dan Islam".

80

Page 79: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dupan spiritual berkiblat kepadanya, yakni kehidupan spiritualyang keprimitifannya berbeda jauh satu dengan yang lain.

Totemisme, dongengan-dongengan mithos dan kepercayaan-pada dewa-dewa tidak lain hanya merupakan pemecahan yangdiilhami oleh sugesti bagi problem, yang selalu sarna, yangmenghinggapi hati nurani manusia, setiap kali ia mendapatidirinya ditarik oleh teka-teki segala sesuatu, serta tujuan ter-akhirnya. Dan dari hati-hati nurani itu terlontar pertanyaanyang selalu sarna sebagai yang dilukiskan dengan penuh ke-khusyu'an oleh sepotong syair nyanyian dalam kitab VidaHindu: "Siapa yang mengetahui asal segala sesuatu ini?""Dan siapa yang dapat berceritera tentangnya?""Dati mana datangnya segala yang berwujud ini?""Dan apa hakekat penciptaan ini?""Siapa "Dia" yang menjadikan dewa-dewa itu?""Akan tetapi siapa yang mengetahui bagaimana Pencipta itu ter-jadi?" 1).

Apakah orang yang menyatakan demikian ini, berhatinuraniyang percaya akan berbilangnya tuhan-tuhan?

Mengapa hati nurani itu menyindir yang ada di belakangtempat-tempat pemujaan dewa-dewanya tentang siapa yangmenjadikan dewa-dewa itu?Berulang-ulang terjadi problem metafisik di atas, dengan carayang demikian dan secara sistematis itu, kepada hati nuraniinsan, dan semua aspek perkembangannya.Pada kenyataannya hal ini, merupakan problem tersendiri,dimana ilmu sosiologi berkehendak memecahkannya, ketika iamelukiskan manusia sebagai: "makhluk religius".

Dati istilah di atas yang dibuat oleh ilmu sosiologi, lahir duakesimpulan teoritis yang saling berbeda:1. Apakah manusia itu "makhluk religius" karena keadaan

kejadiannya yang tertanarn dalam nalurinya, pula karenasuatu bakat asli pada pembawaannya?

2. Ataukah ia memperoleh sifat itu dati suatu sebab insidentil,edukasional secara mendadak, pada suatu masyarakat manu-sia tertentu, yang efeknya meliputi kemanusiaan, semuanyamelalui sejenis absorsi (penyerapan) psykologis?

1). Cuplikan dari kata pengantar puitis oleh penyair Tagore.

81

Page 80: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Jadi terdapat dua buah pandangan pokok yang saling her-tentangan mengenai problem yang ditampilkan kepada kita oleh"Fen omena Agama". Sudah barangtentu adalah naif untuk me-niadakan pertentangan yang sifatnya filosofis ini dengan jalanmemberikan pemecahan secara keilmupastian seperti yang di-kehendaki oleh sebagian ahli fikir kita yang gemar denganmetode ilmiah, mungkin karena mereka pura-pura Iupa akanpriusip-prinsip fundamentil dari ilmu pasti itu sendiri. Sungguh-pun demikian kita tidak boleh lupa bahwa geometri Euclidessendiri, yang mendalam mengenai ketelitian ilmiah tidak her-sendi, kecuali kepada hipotesa, tidak kepada bukti menurutilmu eksakta. Hal yang demikian ini berlaku pula pada semuateori matematik yang muncul setelah Euclides.

Bagaimanapun keadaannya, maka· yang dituntut dari setiapaliran ketika membuat prinsip dasamya, supaya ia sangat telititidak bertentangan dengan dirinya sendiri, dan sejalan denganhasil-hasilnya.

lnilah metode ilmiah satu-satunya, bagi penentuan nilai.kerasionalan bagi aliran apapun juga, dan penentuan nilainyadibandingkan dengan aliran apapun selainnya.

Bukanlah pertentangan, diantara kedua masalah di atassebagai dua hasil "Fenomena Agama", berdiri antaraagamadan ilmu pengetahuan, seperti yang disugestikan oleh heberapaahli ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan tidak pemahmembuktikan, akan tidak ada atau adanya Tuhan, sebagai yangditerima pada prinsipnya; akan tetapi perselisihan yang terjadidi sini sebenamya adalah perselisihan antara dua agama, yakniantara Ketuhanan dan Materialisme, atau: antara agama yangmenerima akan adanya Tuhan dan aliran yang menganggapmateri (benda) asal dari segala yang ada di alam ini,

Maka sasaran bab ini, ialah mengadakan perbandingan anta-ra kedua aliran filsafat ini, yaitu aliran yang menganggap hatinurani keagamaan yang ada pada setiap orang sebagai fenome-na" yang asli, sudah tertanam dalam pembawaannya, fenomenayang diakui sebagai faktor asasi dalam setiap kebudayaan, ataualiran yang lain yang menganggap agama semata-mata sebagaisuatu "kehetulan" historis bagi peradaban manusia.

Sekaliipun demikian· maka hasil yang diperoleh dan pemba-hasan dalam bab ini, akan bergantung kepada hasil-hasil pemba-hasan dalam bab-bab herikutnya, yang akan mengetengahkansejenis argumen, yang akan menyusul;yang akan memperkuatapa yang dinamakan: "Fenomena kenabian" dan "Fenomena

82

Page 81: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Al-Qur'an", yang akan meletakkan agama pada lembaran keja-dian-kejadian semesta alam di samping undang-undang alam".

Berdasarkan hal di atas, maka perbandingan antara duaaliran, yang satu materialis (kebendaan) pada dasar intinya yangmemandang segala sesuatu bergantung kepada benda, sedangyang lain metafisik (di luar alam biasa) yang menganggap materi(benda) itu sendiri terbatas dan tunduk kepada kekuatan di luardirinya.

Perbandingan ini tidaklah akan menjadi keputusan yang me-nentukan dan memuaskan hati, kecuali apabila kita memperha-tikan unsur-unsur kedua aliran itu, yakni unsur-unsur yang sama(sama sejenis) tetapi saling berhadapan, yang bersembunyi da-lam pemikiran kedua aliran itu tentang sebab dan musabab.

Berdasarkan pandangan di atas, maka kita harus memulaidengan pembandingan antara kedua aliran ini.

83-

Page 82: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ALIRAN MATERIALISME

Ditinjau dari prinsip aliran ini: Materi atau benda adalah pe-nyebab pertama bagi wujudnya, dan ia juga titik-tolak bagi fe-nomena-fenomena alamo Jelas bahwa kita tidak boleh meman-dang "materi" atau benda sebagai sesuatu yang terjadi seearakebetulan (sesuatu yang baru) sebab bila demikian, maka iniakan berarti bahwa materi itu berasal dari beberapa benda lain,yakni bahwa materi itu wujudnya disebabkan oleh adanya pen-eipta yang berdiri sendiri, tidak tergantung pada suatu apapun,dan pandangan yang demikian ini tidak sesuai dengan hipotesamaterialisme. Maka dengan penuh kesederhanaan harus diterimahipotesa, bahwa "materi" itu ada, tanpa ada yang menciptakan-nya. Dengan demikian sesuailah hal ini dengan asal-asal bendaatau "materi" secara prinsipil, dan dengan demikian pula makaaliran materialisme hanya meneurahkan perhatian semata-matakepada perkembangannya 1) dalam keadaan-keadaan yangbergerak terus-menerus, dimulai dari titik penerimaan hipotesaini sebagai kebenaran (dengan tidak usah dibuktikan atau dite-rangkan lagi).Maka dapatlah dikatakan bahwa eiri khas satu-satunya bagimateri (benda) pada awalnya ialah bahwa ia merupakan suatukadar tertentu atau suatu gumpalan.

Berdasarkan hipotesa di atas, maka kita (menurut ajaranMaterialisme ini) harus menganggap segala eiri-eiri khas lainnyayang ada pada materi adalah semata-mata konsekwensi dariciri khas yang satu-satunya itu dan hasil daripadanya.

Seeara khusus kita harus memandang pula, bahwa benciaatau materi itu, dilihat dari segi asalnya, selalu berada dalamkeadaan sederhana dan senyawa yang sempurna, sebab bila

1). Meskipun keterangan kami tentang perkembangan yang mengandungkemungkinan daripada materi itu, ada manfaatnya juga ditinjau dari

segi metodik dalam pemaparan yang berkaitan dengan pembandinganantara dua aliran yang saling berkontradiksi dan yang kedua-duanya ber-diri atas landaaan yang satu dengan yang lain bertentangan: (Allah ataumateri), namun ia tidak akan mengikat terus pembahaaan untuk meng-ambil intisari bagi pemikiran daaar dalam bab ini, Bagi pembaca yangtidak pernah berkecimpung dalam persoalan-persoalan ilmu pengetahuancukup dengan menlikuti pembahaaan, mulai dari: "zaman biologi"(Zaman adanya kehidupan) dalam perkembangan materi, yaitu mulaidari perkembangan yang kami lukiskan dalam batas-batas perbandingan:Effek-effek pengandung pan.. yang dinamik + faktor-faktor kimiawiunsv.ryang hidup.

84

Page 83: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tidak demikian, maka setiap kevariasian akan mendatangkankonsekwensi bahwa ia telah dimasuki dengan paksa oleh faktor-faktor yang variabel pula, hal mana bertentangan dengan halsatu-satunya yang mempengaruhinya, yaitu "kwantum" (yangmempengaruhinya, yaitu "kwantum" (yang merupakan cirikhas satu-satunya bagi materi).Kondisi yang demikian ini mempunyai konsekwensi adanyasatu status yang prinsipil, yaitu bahwa kita tidak dapat mem-bayangkan materi (zat benda) itu teratur, dengan cara apapunsebab bila tidak demikian maka susunan atomik (yang telahditemukan oleh ilmu pengetahuan akan kerapian sistemnyadan susunannya) akan memberi kesan akan masuknya satuan-satuan zat benda yang terkecil yang variabel sejak semula, halmana juga bertentangan dengan kondisi materi, yaitu statussederhana dan sarnajenis seeara sempurna.

Selanjutnya dihipotesakan bahwa rnateri itu secara terpak-sa, ditinjau dari asal-mulanya, selalu dalam status pemisahanpenuh. Maka ia dalam ukuran kubik, berimbang keadaannya,yakni bahwa ia tidak mengandung listrik negatif maupun po-sitif. Maka materi itu umpamanya merupakan suatu kwantumterdiri dari satuan-satuan neutron 1), yang dalam dirinya hanyaterdapat hubungan rnagnetisme(salingtarik-menarik).Maka susunan atomiknya kelak akan merupakan suatu stadiadari perkembangan neutron-neutron itu, sedangperkembangan-nya itulah yang akan membawa kepada penonjolan satuan-satuan terkecil dari neutron, yaitu satuan-satuan yang disebutpositrons, mesotrons; elektrons dst, di satu fihakdan potensielektris yang statis di fihak yang berhadapan.

Dengan tidak usah tergesa-gesamemberikan keputusan ten-tang kevariabelan satuan-satuan yang menjadi inti zat materiini, ada suatu soal yang timbul dengan sendirinya, tentangkemungkinan terjadinya atom pertama, yaitu kejadian yangmungkin dapat difahami dengan sangat sukar sekali, lagi pulahipotesa ini adalah asing juga dalam pandangan hukum Co-lumbus yang menetapkan fenomena sebagai suatulkeharusan.

Sebenarnya sungguh sukar untuk membayangkan, bagai-mana zat yang pertama itu terjadidari satuan-satuan sejenis

1). Neutron: ialah satuan-satuan yang merupakan bagian dari inti atomt,anpa kandungan listrik positif maupun negatif. .(penyalin) .

. 85

Page 84: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dan diberi sebutan dengan nama yang sama pula; dan dalampada itu tolak-menolak karena aksi hukum elektrisitas statisyang asasi.

Sekalipun demikian,. kita akan menerima adanya kemung-kinan yang demikian itu. Akan tetapi apakah periode assimi-lasi diantara satuan-satuan terkecil itu-dalam hubungan denganzat benda (materi) yang awal mula itu, memulai bersamaanwaktunya dengan terjadinya unsur-unsur yang berjumlah sem-bilan puluh dua unsur yang disusun oleh Mandeliev?Ataukah unsur-unsur 1) itu terjadi dengan berangsur-angsur dariunsur yang satu ke unsur yang lain, dan kalau ada hal yang la-zim disebut "Perpaduan temporal", maka hanya ada satu unsursaja yang dapat berwujud secara alami dengan perantaraan ma-suknya sebuah zat yang memberi pengaruh, yakni keadaan ben-da itu pada kesederhanaannya dan kekosongannya dari perelek-trisan. Maka akan tersisa sembilan puluh satu keadaan yangkeluar dari kaidah, yang tidak mungkin diwujudkan oleh zatpemberi pengaruh yang satu itu dalam waktu yang sama,

Sebaliknya kalau terdapat keberangsur-angsuran dalam men-ciptakan materi bagi unsur-unsur alam itu, maka timbul keha-rusan untuk menafsirkan terjadinya unsur-unsur itu, bahwa ke-jadian itu adalah kumpulan dari sembilanpuluh satu modifikasikeunsuran, dimulai dari satu unsur yang prima, katakanlah un-sur ini "Hidrogen".

Di sini fenomena dapat menduduki tempatnya, baik hal initerjadi melalui satu rangkaian saja, pada saat mana, zat materiyang awal mula itu menciptakan unsur yang pertama, kemudianunsur-unsur yang lain 1ahir berangsur-angsur dari unsur yangpertama itu dalam satu rangkaian, atau dalam beberapa rangkai-an, pada saat mana zat materi yang awal mula itu menciptakanunsur pertama (hidrogen), dan dari unsur pertama ini 1ahirsekeluarga unsur-unsur yang tersusun sederhana, katakan umpa-manya empat buah unsur, dan dari setiap unsur turun kumpulanunsur-unsur yang tersisa, dan semuanya terjadi pada zaman awalmula.

Pada situasi pertama: rangkaian yang satu saja itu memerlu-kan sembilanpuluh satu ka1i modifikasi unsur yang terbatas,karena setiap -unsur membentuk dirinya pada waktu yang tetapsehingga adanya unsur-unsur yang mendahuluinya. Dengan ke-

1). Jumlah unaur-unaur yang telah ditemukan telah mencapai 102 buah.

86

Page 85: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

adaan yang demikian, maka rangkaian kejadian itu akan menjadisasaran bagi sembilanpuluh satu situasi keseimbangan alami ki-miawi yang berlain-lainan, yang akan memberi peluang untukmasuknya faktoryang berbeda pula dengan hukum assimilasiyang awal mula. Akan tetapi kita sudah memperkirakan dalamprinsip bahwa hukum ini adalah tersendiri, dan bahwa ia tidaktergantung pada unsur waktu, tidak pula pada faktor-faktorpengandung panas dinamis. Maka pada kita jadinya ada suaturangkaian terjadi dari sembilanpuluh satu modifikasi unsur yanglahir dari unsur yang pertama. Rangkaian yang demikian ini ti-dak dapat dijangkau dengan penafsiran yang berdasarkan satuhukum.

Pada kedua keadaan sebagai yang diketengahkan di atas,daftar susunan yang dibuat oleh Mandeliev (tentang tempat se-tiap unsur) tidak memperoleh penafsiran yan" cukup dalampandangan ideologi y-angkita terima ini, hal mana membuktikandengan kuat akan kelemahan aliran materialisme.

Kelemahan aliran ini bertambah jelas, dalam pandangan ka-mi, kalaukita menelusuri mengikuti perkembangan materi padasituaai yang kedua. Materi ini sesudah berada dalam keadaantersusun anorganik, dalam perkembangannya akan sampai ke-pada perubahan unsur organik yang mengandung kehidupan,dimana ia akan menjadi suatu kwantum zat organik hidup,yaitu "Proto plasma".

Setelah zat hidup ini pada gilirannya melalui tingkat per-kembangan, dalam rangkaian jenis-jenis organik hidup yangtertentu, maka akhimya, berdasarkan perubahan unsur baru,akan menjadi zat yang dapat berfikir, yaitu "insan".

Pada kita ada suatu perimbangan tertentu 1), yaitu:Faktor-faktor mengandung panas, lagidinamik (energi) + faktorfaktor kimiawi = Zat hidup manusia.

Perimbangan sepanjang zaman geologi yang sesuai denganfaktor-faktor atau dengan faktor-faktor pengandungpanas lagidinamik yang nampak pada bagian pertama dari perimbanganini (yaitu: faktor-faktor pengandung panas lagidinamik (energi)+ faktor-faktor kimiawi). Taruhlah kita menerima begitu saja

1). Perimbangan ini ditetapkan oleh prinsip materialisme yang telah kitaterima sebagai kebenaran di dalam bab ini, yaitu bahwa: "materi itu

menciptakan dirinya sendiri", Perimbangan ini adalah pasti benar secuailmiah, padahal telah disangkal kebenarannya olehbeberapa baailnya sen-diri, sebagai mana terlihat dari analisa y.a.d.

87

Page 86: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

periode zaman geologi ini, dan menerima pula periode pergiliranzat-zat hidup yang memodifikasikan zat hidup dari keadaantanpa bentuk (yaitu Protoplasma) ke keadaan zat dengan ben-tuk yang tersusun rapi dan cakap berfikir (yaitu manusia), makadi situ harus ada beberapa kurun yang sesuai dengan perban-dingan antara kedua periode ini. Berdasarkan hal ini maka ku-run yang pertama telah mendahului, bila diukur dengan yangdatang berikutnya, dengan jarak waktu yang panjang, seimbangdengan panjang jarak waktu zaman geologi yang berlaku bagi-nya syarat-syarat perimbangan terse but di atas.

Pada garis finish perlombaan itu, kurun yang pertama itusudah dapat menyadari akan hakekat alam dunianya, serta fe-nomena-fenomena yang dialaminya.

Dalam pada itu secara khusus kurun yang terdahulu harussudah mencatat dalam ingatannya fenomena-fenomena kurun.kurun yang datang sesudahnya. Akan tetapi kenyataannya

.• kurun (generasi) manusiawi yang sekarang tidak pernah men-catat dalam ingatannya keadaan semacam ini, dan kita tidakmenemukan sesuatu pada generasi manusiawi yang sekarangini, selain daripada kesan yang berkaitan dengan kurun BaniAdam yang sekarang ini, Maka adalah suatu keharusan bahwakita mengakui bahwa perimbangan biologis yang tersirat di atas,tidak terjadi selain satu kali saja untuk kepentingan satu kurun(generasi) yang sendirian lagi unik; dengan perkataan lain, terda-pat kepositifan mutlak yang bersifat biologis yang faktor-faktormaterialis tidak dapat sendiri saja membuktikan kebenarannya.Hal ini menarik perhatian kami akan adanya kekurangan dalamaliran materialisme. Kekurangan ini menetapkan adanya kele.mahan dalam prinsip asasinya. Kekurangan ini bertambah lagi,kalau kita memandang bahwa perimbangan tersebut di atasmemberi kita penafsiran terhadap fenomena dalam proses ber-turun temurun secara geologis.

Sebenarnya dalam kenyataan terdapat problem barn yangkhusus mengenai kesatuan jenis yang tidak mungkin dilihatsebagai suatu yang tunggal (jenis kelaminnya) melainkan sebagaijenis kelamin bersepasangan, laki dan perempuan (jantan danbetina) oleh sebab itu teori materialisme tidak memajukan suatuapapun yang dapat diterima, tentang soal kesepasangan ini,yang dipandang sebagai syarat bagi fungsi menurunkan anakbagi jenis yang bernyawa.

Sekiranya ada kejadian biologis yang terjadi secata kebetul-an yang khusus mengenai jenis jantan (laki), maka problem itu

88

Page 87: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sekalipun demikian tetap menghadapi kita dalam hubungandengan kelamin betina (perempuan), kecuali kalau kita mene-tapkan suatu kejadian yang kembar pada asalnya, yang dari-padanya dihasilkan pasangan yang diperlukan untuk melakukanfungsi menurunkan jenis manusia. Kalau kita terlepas dari se-gala-galanya, mengakui kejadian berpasangan ini bagi zat benda,maka sukar bagi kita untuk menetapkan bahwa hasilnya serasibenar dengan sasaran fungsi menurunkan keturunan yang hanyasatu secara bersama antara jenis jantan dan jenis betina.

Betapapun juga, kepastian materi itu mungkin dapat berla-ku, kalau ia dapat menjadi kenyataan dalam bentuk kebancianyang kembar bagi dua jenis yang sama, yang masing-masingberdiri sendiri, yaitu jenis (kelamin) jantan (laki) dan jenis(kelamin) betina (perempuan). Dengan ini masih terdapat jugasisa kekurangan yang menunjukkan tiada keserasian dalamprinsip materialisme.

Ditinjau dari segi pandangan mekanis sudah menjadi suatukepastian bahwa benda (materi) tunduk sepenuh-penuhnyakepada prinsip: "Kekurangan diri". Adapun zat hidup dengandemikian merupakan kekecualian terhadap kaidah ini, sebabsemua jenis yang hidup dibekali dengan sifat "dapat mengaturkeseimbangan pada dirinya" yang dibuat oleh dirinya sendiri.Di sini nampak pula kelemahan aliran materialisme.

Ada terdapat fenomena-fenomena lain yang tidak kurangdari yang tersebut di atas untuk menaruh perhatian mengenaikeanehan-keanehan dalam aliran materialisme, antara lain ten-tang munculnya bintik-bintik pada kulit orang-orang neger.Apakah hal ini disebabkan oleh perikliman organik dalam ling-kungan-lingkungan masyarakat, dimana faktor matahari mem-punyai pengaruh besar dalam hal itu?Namun di daerah-daerah yang sarna kita mendapati juga kulitputih, kulit kuning dan .kulit berwarna perunggu. Apakah mung-kin mengembalikan hal itu kepada sebab adanya hutan belukaryang masih perawan? Bila demikian halnya, maka kulit badanorang-orang yang di Brazil umpamanya harus berubah-ubahwarna.

Akhimya dalam ilmu astronomi'diketemukan juga keanehan-keanehan yang tidak jelas dalam rangka aliran materialisme.Analisa terhadap warna-warna spektrum telah mengungkapkandalam tahun 1936 pada seorang ahli ilmu alam, bemama Hyle,arah gerak gugusan bintang-bintang yang berada di luar langit

89

Page 88: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kita (dilihat dati segi alam kita). GUgusaIl-gugusan ini dalamgeraknya menjauh dati bumi kita, kecuali enam gugusan yangbergerak mendekat ke bumi, kebalikan yang terdahulu.

Begitulah materi secara keseluruhan memiliki kemungkinan(yang mengenai kita) akan dua penafsiran yang saling berten-tangan. Maka bila salahsatu daripadanya menjadi jelas di bawahsorotan suatu hukum azali, maka makna yang lain tetap sama-sarna tidak jelas.

Maka semua kelainan-kelainan yang tidak sesuai (pada dasar-nya) dengan kepositifan materialisme yang mumi, mengharus-kan mengadakan penelitian kernbali terhadap bangunan aliranini keseluruhannya. Sebab prinsip (idiologi) itu sendiri kelihatantidak mampu untuk menyuguhkan pada kita suatu teori yangharmonis mengenai penciptaandan tentang perkembangan ma-teri.

90

Page 89: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ALIRAN METAFISIKA

Adalah suatu keharusan di sini, untuk membuat perkiraanakan suatu prinsip yang berlainan dengan aliran materialisme:Allah-lah pencipta dan pengatur alam semesta ini, dan Dia ada-lah sebab pertama, yang berpancar daripadanya semua yang ada.Inilah prinsip dari aliran yang baru ini. Prinsip ini yang akan me-mikul tugas memberikan penjelasan tentang asal-usul benda(materi), yang kita mendapatinya gelap segelap-gelapnya dalamaliran yang terdahulu (materialisme). Maka benda atau materiadalah suatu makhluk, diciptakan melalui suatukepastian yangpositif, bebas dari segala ciri-ciri khasnya.

Kepastian positif yang gaib ini (Metafisika), dialah yangmemberi kita penjelasan, pada saat semua hukum alam tidakmemberi kita penafsiran yang jelas mengenai fenomena-feno-na alamoDengan demikian maka terbuka suatu aliran, yang lengkapteratur, harmonis, tanpa kekurangan padanya dan tanpa kon-tradiksi sebagai yang terdapat dalam aliran materialisme.

Pada waktu aliran Metafisika menta'birkan tuntutan-tun-tutan filosofis bagi rasio yang bertujuan mengaitkan segala se-suatu dan segala fenomena dengan kaitan yang tersusun rapi da-lam suatu keutuhan yang harmonis, dalam pada itu kita mene-muinya selain dari hal di atas, membangun jembatan untukmelampaui batas-batas benda kepada suatu keidealan bagikesempurnaan ruhani, menuju kepada sasaran pokok, yangkebudayaan tidak henti-hentinya menuju kepadanya. Makapenciptaan bend a terjadi dengan jalanperintah yang perkasadari kehendak yang tinggi, yang hanya berfirman kepada segalasesuatu (yang hendak diciptakan) dengan hanya satu kata:"Jadilah" (sebagaimana tersebut dalam Kitab Kejadian 1).

Selanjutnya perkembangan benda ini akan sesuai denganperintah-perintah suatu kehendak yang menganugerahkan ke-seimbangan dan keharmonisan, yang mungkin dikonstatir olehpengetahuan manusia akan hukum-htikumnya yang tetap.

Namun sebagian dari tingkat-tingkat perkembangan iniakan tidak jelas bagi konstatasi-konstatasi yang lazim oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan. Namun sekalipun demikian, aliran inisamasekali tidak mengandung kekurangan sedikitpun. Maka

1). Kitab pertama dari Perjanjian Lama (Penyalin).

91

Page 90: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dalam keadaan-keadaan yang di luar kelaziman ini, kita men-carl bantuan dari kepastian metafisika, yang tiada kontradiksiantara kepastian ini dengan pembawaan (karakter) prinsip(ideologi )nya.

Pada waktu terdapat ketidaksempumaan dalam aliran yangterdahulu itu, dalam metafisika terdapat suatu sebab khas yangmencipta, yang mengetahui akan makhluknya, serta berkehen-dak.

Adakalanya kita tidak mengetahui, untuk sementara waktu,hukum yang menguasai suatu fenomena tertentu, selama masihtidak jelas bagi kita cara terjadinya, namun aliran ini tetap serasilagi logis, dengan prinsip pokoknya, sebab fenomena semacamini dapat diterima dengan puas hati dalam analisa yang terakhir,sehubungan dengan kepastian yang mutlak. Maka kehendak Al-lah-lah yang turut campur di sini, sedang dalam aliran Material-isme "kebetulan"lah yang turut campur, yaitu Tuhan YangMaha Kuasa atas segala sesuatu, yang dalam aliran materialismeitu dianggap "kebetulan".

Tidaklah boleh hilang dari pandangan kita bahwa masalah-nya di sini; sebagaimana telah diutarakan, bukanlah masalahperbandingan antara dua macam ilmu, melainkan masalahnyaadalah perbandingan antara dua kepercayaan (akidah), yaitukepercayaan yang mempertuhankan benda, dan kepercayaanlain yang mengembalikan segala sesuatu kepada Allah s.w.t.

Bukanlah perkataan yang berlebih-lebihan apabila kamimengatakan bahwa seorang ilmuwan yang besar, dapat men-jadi seorang mukmin yang besar, sedang seorang yang miskinlagi bodoh dapat menjadi seorang kafir besar. Demikianlahpada galibnya. Manakala kita mendapatkan seorang ilmuwanmengatakan bahwa kera adalah moyang manusia, maka patut-lah kita berpikir juga, tentang seorang penyembah berhala Yangrendah diri, yang duduk di tepi sungai Negeria, dan yang yakinbenar bahwa dia turunan moyang buaya. Maka pada masing-masing, dati kedua orang ini, yakni si ilmuwan dan si primitifitu, tidak ada selain pemikiran metafisik, masing-masing menu-rut caranya sendiri.

Sesungguhnya era kegoncangan-kegoncangan sosial dan de-kadensi mental, itulah yang menciptakan pergolakan antaraagama dan ilmu pengetahuan. Namun setiap kali tersiar keja-dian-kejadian sejarah, seperti di Rusia umpamanya di tengah-tengah berkecamuknya perang dunia kedua yang lalu, dan di

92

Page 91: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Prancis sesudah revolusi 1789, kita mendapati bahwa dewa-dewa ilmu telah jatuh berantakan secara mengharukan untukmembuka pintu lebar-Iebar bagi ilmu itu sendiri, yang merupa-kan abdi yang rendah diri bagi kemajuan manusiawi. Sekali-pun demikian, sejak penemuan-penemuan terakhir oleh ilmuastronomi, ilmu pengetahuan telah menyadari akan bidangnyayang berujung dan terbatas itu. Dan di belakang gugusan-gugus-an bintang-bintang yang tak terkirakan jauh letaknya, Yah, dibelakang jutaan, mungkin milyaran tahun cahaya terbentang"jurang" yang tak terhingga jaraknya, yang tak ada akhimya,yang mustahil untuk dapat mencapainya, atau menjangkaunyadengan ukuran alam pikiran ilmiah, sebab alam pikiran initidak menemukan tema khasnya, yaitu, "kwantum", "relasi"dan "situasi". Dalam persoalan di atas: mana kwantumnya?mana relasinya? dan apa situasinya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak mempunyai arti sama-sekali, di luar batas-batas "materi". Ilmu pengetahuan sendiritidak ada artinya di belakang gugusan-gugusan bintang-bintangyang terjauh sekali, yang berhenti di perbatasan antara alamnyata (alam fanomena-fenomena) dan alam yang tak ada peng-habisannya dan immaterial.

Di belakang batas-batas ini alam pikiran Religius sendirilahyang dapat mengeluarkan perkataan yang jelas dan terang;"Allah-lah Yang Maha Mengetahui".

93

Page 92: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

GERAKAN KENABIAN.

PRINSIP KENABIAN.

PENGAKUAN PALSU KENABIAN.

NAB!.

I R MIA.

FENOMENA PSIKOLOGIS PADA IRMIA

CIRI-CIRI KHAS KENABIAN.

95

Page 93: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

GERAKAN KENABIAN

Studi yang sepintas dan tidak mendetail tidak akan dapatmenyampaikan kita untuk memahami: Fenomena keagamaanyang rumit, karena ia mengandung fenomena-fenomena yangberaneka ragam dan berbilang-bilang di dalam bermacam-ma-cam lingkungan hidup kemanusian.Banyak teori-teori aneh timbul mengenai karakter fenomena iniserta sejarahnya. Para pengarang buku di masa sekarang berusa-ha membuat penjelasan di bawah sorotan penginterpretasianhistoris semata-mata, sesuai dengan metode Descartes, yangmengembalikan segala sesuatu kepada ukuran keduniaan.

Demikianlah juga Shurre telah menetapkan dalam buku-nya: "Ulama-ulama besar yang dekat hubungannya denganTuhan". Sesungguhnya ide keagamaan tetap merupakan raha-sia yang tersimpan dalam dada sebagian dari para ulama, yangdiungkapkan oleh sebagian dari mereka kepada sebagian yanglain, dari generasi ke generasi, dengan perantaraan perungkapanbatin, yang ingatan berikut kerahasian yang dikandungnya,hilang dalam lautan sejarah.

Ide yang sederhana ini menambah komplikasinya masalah,yang sudah kami nyatakan di atas, bahwa ia kompliks. Sekalipun demikian, mereka mengaku, seolah-olah mereka hanyaberkehendak menjelaskan tiang-tiang masalah itu, denganhipotesa yang salah lagi menertawakan, yaitu hipotesa yangmengatakan tentang terjadinya perungkapan periodik me-ngenai rahasia: religius dengan perantara suatu perkumpulanrahasia dan misterius, yang dikepalai oleh sebagian kaum"Lama" di salahsatu daerah pegunungan Tibet yang jauh,

Shurre dalam teorinya ini mengabaikan penafsiran histo-ris mengenai rantai yang mempertalikan, umpama saja, duakejadian yang berlainan samasekali, satu dengan lain, sepertiagama Budha dan Islam, dan ia mengabaikan juga untuk me-maparkan pada kita dalam hal ini tentang keseragaman, yangdiperkirakan dapat dipantulkan oleh hati Sang Budha di satupihak, dan hati seorang Badui, seperti Muhammad s.a.w. dipihak lain.

Rupanya memang benar sekali bahwa kekomplekan feno-mena, religi itu telah menyesatkan pikiran-pikiran descarte-sis. Dalam pada itu kita, tanpa diragukan lagi, cemas mengha-dapi problem yang mengandung kaitan kejadian-kejadian

96 .

Page 94: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

I

yang berlainan, seperti aliran pantheisme, syirk, dan mono-teisme dalam satu rangka.

Kami telah mengkonstatir dalam bab sebelum ini perlunyamembuat hipotesa, yang menerima kepercayaan akan adanyaAllah, dan kami akan membahas di sini suatu keobyektifankhas, yaitu "Tauhid" (Keesaan Allah) yang menyajikan kepadakita buktinya yang amat luhur lewat sabda-sabda para nabi, dandengan ini menjadi kata penentu dalam keseluruhan "Fenomenakeagamaan" .

Sebenarnya berturut-turut datangnya agama-agama Tauhidmerupakan suatu dalil yang selalu dapat diselidiki dari segi yangbersangkutan dengan kepercayaan, suatu penyelidikan yang ber-diri atas landasan krltikisme. Berturut-turut datangnya agama-agama itu terlukis dalam munculnya kenabian, serta semuacitra-citra. ahlak dan ruhani yang menyertainya ..

Sejak Nabi Ibrahim a.s, berturut-turut datang individu-indi-vidu, didorong oleh kekuatan yang tidak dapat dielakkan; me-reka datang berbicara dengan manusia atas nama "Hakekat yangmutlak". Mereka mengatakan bahwa mereka mengenal Hakekatmutlak ini secara pribadi dan khas, dengan jalan rahasia, yaitu"wahyu".

Orang-orang itu mengatakan bahwa mereka diutus daril sisi"Allah" untuk menyampaikan kalimat-Nya kepada manusia,karena mereka tidak dapat mendengarnya secara langsung(dari Allah).Ciri khas dan kandungan wahyu inilah yang menjadi tanda-tan-da yang menonjol serta yang mengolrohkan risalat seorang Nabi,sedang risalat yang dibawa oleh seorang nabi itulah tanda yangmenonjol bagi kenabian, dan risalat itu pula hakekat yang po-kok dalamaliran Tauhid (keesaan: 'Allah) dan tanda buktinyayang obyektif.

97

Page 95: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

PRINSIP KENABIANPrinsip kenabian memperagakan dirinya, berkat posisi sak-

sinya yang satu-satunya, yaitu Nabi itu sendiri; sebagai suatufenomena obyektif, dan tidak tergantung kepada kepribadianinsani yang menta'birkan prinsip kenabian itu.

Problemnya secara tepat ialah untuk mengenali kalau soal-nya bergantung kepada barang-barang yang berpribadi semata-mata, atau dengan fenomena obyektif seperti kerja magnit um-pamanya, Maka adanya kemagnitan itu terungkap .dengan per-antaraan sebuah jarum yang menjadi magnetis yang menam-pakkan kepada kita hakekat-hakekat jenis itu, baik kwantum-nya, maupun cara bekerjanya. Akan tetapi dalam masalahkenabian kita tidak dapat mengkonstatir fenomenalkenabianitu selain dari sela-sela kesaksian nabi itu sendiri, dan darikandungan risalatnya yang bersinambungan, yang diturunkan:Jadi persoalannya bergantung kepada problem psikologis disatu pihak dan kepada problem historis di lain pihak. Dalamhubungan ini patut kita mengkonstatir pertama-tama dansebelum segala sesuatu, bahwa diutusnya seorang nabi bukanlah.suatu peristiwa yang hanya sekali saja, sehingga dapat dikatakansuatu keanehan yang jarang terjadi; Malah sebaliknya daripadaitu; Kebangkitan itu terjadi dengan bersinambungan, serta ber-ulang, dengan sistematis antara dua kutub sejarah sejak NabiIbrahim a.s. hingga Nabi Muhammad s.a.w. Maka bersinambung-an suatu fenomena yang datang berulang 1) dengan cara yangsarna, merupakan suatu petunjuk ilmiah, yang dapat diperguna.kan untuk menetapkan prinsip adanya, dengan syarat adanyapenguatan mengenai keabsahan wujudnya dengan jalan (sebagaibukti) peristiwa-peristiwa yang bersesuaian dengan rasio (akal)dan dengan pembawaan prinsip itu,

Dapat dimengerti berdasarkan pandangan Hegel, yang her-sendi atas konstatasi fenomena-fenomena, bahwa kalau kitamendapati suatu keadaan kenabian secara khusus yang tidakmenafsirkan sesuatu, pula tidak menetapkannya, maka keda-tangan secara berulang kali, dengan beberapa syarat tertentu,membuktikan wujudnya fenomena itu secara umum denganjalan ilmiah, dan kewajiban kita selanjutnya ialah menyelidikisifat keberulangan itu, agar kita dapat menarik kesimpulandari sifat-sifat khasnya, mengenai hukum umum yang mungkinmendominasi fenomena itu secara keseluruhan, sebab tiada1). Ayat suci: "Katakanlah: Aku tidak membawa pengajaran baru dari

para Rc~ul"(Al-Ahqaf: 9) berkaitan dengan makna ini.

98

Page 96: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

alasan yang pantas untuk a-priori kenabian itu dengan jalan"perimbangan kepribadian" 1) dari Nabi itu, karen a hal inimenetapkan bahwa masalahnya bergantung atau mungkin ber-gantung kepada kejiwaan yang tegang, khayalan yang muluk-muluk, dan pikiran yang disesatkan oleh keadaan-keadaanpribadi semata-mata.

Kehidupan dan sejarah para nabi, mendorong kita untukmenganggap mereka orang-orang yang beriman dan didorongoleh semangat tanpa berpikiran dengan kenaifan, kepada hal-halyang luar biasa dan mukjizat-mukjizat. Pula kita tidak bolehmenghukum mereka sebagai orang-orang yang tidak beres akal-nya dari sejak awal, atau akal dan pikirannya berubah karenakekurangan-kekurangan yang menahun. Sebaliknya dari itusemua: para nabi itu memperlihatkan diri mereka sebagaiinsan kamil, dalam kondisi yang sempurna, baik fisik maupunmental dan dalam kesehatan akal, kesaksian-kesaksian merekasecara keseluruhan kiranya memperoleh tempat dalam pan-dangan kita untuk memberikan kepercayaan yang patut diper-oleh. Jadi adalah kewajiban kita pertama-tama untuk berpe-gang pada kesaksian ini, agar dapat memantapkan nilai historisyang kita pergunakan untuk kritik kita, kemudian tinggal kitamenganalisa keseluruhan peristiwa-peristiwa itu di bawah sorot-an sinar akal pikiran, yang bebas dari jeratan keraguan mutlak.

Oleh sebab itu, kami akan berusaha membahas keadaan Na-bi Irmiah, yang kami pilih (sebagai tema pembahasan) disebab-kan oleh jaminan-jaminan historis yang memberikan kepadakitabnya dan sejarah pribadinya nilai kebenaran yang obyektif.Dalani kenyataannya Profesor Montet telah sampai dalam studi-nya mengenai dokumen-dokumen keagamaan kepada menelan-jangi isi "Kitab suci" dari semua sifat keabsahan historis, kecualiKitab "Irmia" 2).

1). Perimbangan kepribadian ialah: kumpulan potensi dan faktor-faktorkemungkinan dalam pribadi, yang kesemuanya itu membentuk"Aku"

2). Gerakan kenabian Bani Israil mencakup tujuh belas orang Nabi, dian-tara rrtereka terdapat empat-besar; mereka itu adalah: Asyia, Irmia,

Hisglal dan Danial. Mereka itu masing-masingdisebut "besar", sebab me-reka membawa Kitab-kitab yang lebih besar dari Kitab-kitab yang dibawaoleh nabi-nabi yang lain. Para Nabi Israil itu kedatangan mereka berangsur-angsur selama empat abad. Mereka masing-masing diutus menjadi nabisusul-menyusul (th. 830-435 s.m.), yang pertama Nabi Yunus dan Yunial(830 s.m.) dan yang terakhir Nabi Malakhi (435 s.m.), dan sesudahnyadatang Nabi Yahya, yang disusul dengan kedatangan Nabi Isa a.s.

(catatan penterjemah Arab).

99

Page 97: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sekalipun demikian kami hendak menjauhkan diri dari kebu-rukan-keburukan ala kritik modern terhadap Kitab Suci, yaknicara kritiknya.

Yang kita pandang bahwa ia telah melakukan kesalahandalam memahami watak obyeknya dengan penggeneralisasianyang berlebih-lebihan lagi skeptisme descartesis, dan yang seringmenuju kepada penafsiran secara sembarangan terhadap kebe-naran-kebenaran psikologis yang menjadi dasar topik ini.

100

Page 98: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

PENGAKUAN PALSU KENABIAN

Penyamarataan yang disesalkan itu, sebagai yang kamilukis-kan di atas, telah membawa kepada peletakan "Prinsip kena-bian" di antara kumpulan fenomena-fenomena psikologis yangdiajarkan di bawah nama; "Fenomena-fenomena batin", dantampaknya pada kita bahwa penyamarataan ini berasal darisumber Ibrani, pada khususnya, yang memberi bahan kepadakritik modem sanad-sanadnya tentang tema di atas: Sanad-sanad ini pada hakekatnya adalah catatan-catatan tertulis ber-asal dari Israili pada abad ketujuh dan abad keenam s.m.;catatan-catatan inilah yang menjadi sumber keterangan-kete-rangan pokok tentang gerakan kenabian, padahal kurun ini da-lam sejarah Bani Israil bukanlah periode kenaikan ruhani; bah-kan sebaliknya periode ini adalah periode dekadensi moral danreligis, sebagai hasil dari kegoncangan-kegoncangan sosial danpolitik. Dekadensi inilah secara tepatnya obyek da'wah paranabi sejak Amos dan nabi-nabi lain yang sezaman dengan dia,a.l. Michee dan Osee.

Mereka tidak datang untuk menyampaikan janji berita gembiradan pengampunan, melainkan untuk menyampaikan ancamansiksaan dan bencana.

Adapun penafsiran keadaan tersebut, dari segi sejarah ialahbahwa pada masa itu terjadi dua hal yang penting, yakni di satupihak merosotnya martabat "Tuhan semesta alam" menjadihanya "tuhan nasional" (bagi rakyat Bani Israil saja), dan fihaklain masuknya banyak dari upacara-upacara dan ritus-ritus aga-rna Assiria-kaldani dalam peribadatan, sehingga matahari mem-peroleh pentakdisan hangat di Baitul-Muqaddas, dimana terda-pat orang-orang penyembah matahari ketika terbit, sedangmereka memegang sebatang ranting, di dekat tempat pemujaanTuhan sendiri, sebagaimana dikatakan oleh ahli-ahli sejarahpada masa itu.

Akan tetapi kalau martabat ruhani telah merosot sebagaikonsekwensi daripada pemalsuan dan penasionalisasian pemikir-an tentang Tuhan Yang Maha Esa, namun kegiatan keagamaan.yang diwajibkan oleh upacara-upacara tempat peribadatantelah menghidupkan dalam jiwa golongan Israil yang bertasawufsemangat dan keaktifan yang oleh Bani Israil dipegang teguhcitra-citranya sebagai bagian-bagian pelengkap bagi gerakankeagamaan.

101

Page 99: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka menjadi banyak orang-orang yang menjadi pend eta,peramal dan ahli pembuka rahasia di Baitul Muqaddas, dimanamereka memperoleh penghormatan dari kalangan awam, ataumenjadi orang-orang yang ditakuti, dikarenakan oleh kemam-puan luar biasa yang mereka miliki. Maka oleh sebab diperlukanuntuk memberi gelar kepada mereka yang memperoleh peng-hormatan itu, diberikannya kepada mereka semua gelar "Nabi",mengingat akan tiadanya istilah yang menyamai yang patutdikenakan kepada mereka 1).

Kita mengenal di Afrika Utara suatu contoh tentang per-kembangan suatu kata dari maknanya yang asli dan khas, men-jadi kata yang mempunyai makna umum, yaitu kata: "Mura-bith".Pada mulanya kata ini diberikan kepada seorang anggauta salah-satu perkumpulan "Persaudaraan religius" yang bersifat kemili-teran, yang salahsatu tugasnya "menjaga keamanan di perbatas.an negeri Islam". Apa yang terjadi dengan perkembangan pema-kaian kata ini kiranya sudah diketahui 2).

Betapa pun halnya, pemakaian kata "nabi" yang berlaku itutidak hanya terbatas pada pemakaian yang bersifat kerakyatan(Yahudi) sebab kata ini memperoleh juga hak untuk masukke dalam peradaban keagamaan di masa ini, dimana kata "nabi"dikenakan secara khusus kepada seorang pegawai kependetaan(Yahudi) yang bertugas dengan resmi dalam penyampaian soal-soal agama di tempat-tempat peribadatan.

1). Dalam keterangan pada sisi buku "Kitab suci" jilid kedua, penerbitangolongan Yezuit, pada halaman 863, dikatakan: "Diberikan gelar

"nabi" dalam kalangan bangsa Yahudi kepada setiap penulis aktif AI-Kitab. Maka termasuk dalam golongan ini Nabi Musaa.s. dan Nabi SamuelAkan tetapi menurut pengertian gereja, maka dikehendaki dengan namaini orang yang dibenarkan mempunyai sifat kenabian, sesuai denganmaknanya yang obyektif, yaitu para nabi yang meramalkan kejadian-kejadian yang belum ada (yang akan datang) yang tidak dapat diperolehPengetahuannya tentang sebab-sebabnya dan pendahuluan-pendahuluan-nya hanya dengan jalan petunjuk akal,

(Penterjemah Arab).2). Dimaksudkan dengan kata "Murabith" di dalam sejarah tiga penger-

tian, yaitu secara berturut-turut: 1. Pada mulanya diberikan untukmakoa sebagai yang tersebut di atas. 2. Kemudian menjadi nama bagi pe-merintahan yang terkenal di Afrika Utara dan Andalusia (dinasti Mura-bithin). 3. Dan akhimya sebagai nama bagi kaum Darwis, ahli-ahli"Zardah", yaitu bidangen-hidangan yang lazim dalam upacara-upacaradzikir di kalangan ahli tasawuf.

(Penterjemah Arab).

102

Page 100: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Kata Nabi" digelarkan juga kepada pendeta dewa "Baal",sebagai yang dapat dikonstatir dalam kitab "Yunan" atau"Yunus". Ketika nabi-nabi seperti Amos dan Irmia datang un-tuk merubah masyarakat ahli bid'ah itu dengan jeritan-jeritandan ramalan-ramalan mereka yang menakutkan hati, yang telahmenciptakan suasana goncang, serta yang mendominasi masya-rakat banyak dengan corak "meniru-niru" atau "bertaqlid" se-suai dengan posisi baru ini maka semua "nabi-nabi" itu memulaidengan "meramal", masing-masing menurut keadaannya. De-ngan demikian timbullah gerakan "kenabi-nabian" yang palsu,sehingga dalam situasi ini mendapati salahsatu dati dua citra,yakni; orang ahli da'wah yang benar, atau orang yang mengakujadi nabi.

Kedua citra ini berkembang bersama-sama dalam sejarah kurunini, dimana terkadang diberikan sambutan kepada seorang pe-ngaku nabi, yang bernama "Hanania", sedang mereka berpura-pura tuli terhadap seruan yang apatis dan menakutkan hati datinabi "Irmia".

Jadi kurun itu telah mencampur-adukkan dua kepribadianyang masing-masing menonjol, tetapi seringkali bermusuhanantara yang satu dengan yang lain. Kedua-duanya mewakili duaarus alam pikiran yang berlain-lainan, dan seringkali saling ber-tentangan.

Penyampur-adukkan itu nampak jelas dalam penyamarataanyang berlebih-lebihan dalam studi-studi pada masa ini tentang"Fen omena kenabian", yaitu penyama-rataan yang menerjangsifat-sifat khusus untuk seorang Nabi, dalam suatu modelumum, yaitu "peramal", dan dari sela-sela model ini kritik mo-dem berkehendak mengungkap hake kat kenabian, yang sebagai-mana telah terse but terdahulu, dipandang oleh kritik modemsebagai fenomena subyektif, dalam hal mana ia melumpuhkansejak awal mula studi tentang fanomena kenabian itu, ketikakritik modem itu menekankan bahwa: Apa yang dilihat dandidengar oleh peramal ketika ia dalam keadaan seolah-olah iaditarik oleh suatu kekuatan batin, dan dalam keadaan di luarkesadarannya tergantung sepenuhnya kepada kepribadiannya;mungkin hal ini adalah buah yang telah masak dalam ketidaksadaran, sebagai akibat perenungan-perenungannya, hal ihwal-nya yang berkaitan dengan soal-soal keagamaan pada waktulampau, dan kecenderungan-kecenderungan batinnya dalammendalami soal wujudnya keseluruhannya, yang ketika itu

103

Page 101: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

menampak di hadapan hati nuraninya sebagai hal-hal yapgtampak padanya seolah-olah berada di luar dirinya".

Nas tersebut di atas bersasaran dengan jelas, untuk men-jadikan kenabian termasuk bidang subyektif seorang nabi,tanpa memperhatikan kesaksian nabi itu sendiri yang mene-kankan dengan segala kemampuannya, bahwa ia lihat dandengan itu di luar kekuasaan dirinya.

104-

Page 102: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

N ABI

Sekiranya ahli-ahli ilmu fisika memperoleh kesempatan un-tuk memaksa sepotong besi agar berbicara ketika ia ditarik kedalam medan magnet, pasti para ilmuwan itu akan merasa diba-hagiakan dengan menanyakan kepada sepotong besi itu tentangsekumpulan pengetahuan-pengetahuan yang khusus mengenaikeadaan batinnya. Hal ini, tanpa keraguan lagi akan lebih memobahagiakan daripada melihat pengetahuan-pengetihuan merekapada akhirnya,seperti yang terjadi dalam kenyataan, berubahmenjadi hipotesa-hipotesa, yang tidak dapat dibuktikan olehhitungan dalam bentuk yang pasti. .

Akan tetapi nabi adalah "subyek" yang dapat berceriterakepada kita ten tang keadaan batinnya, dan dapat membuktikankeadaan batin itu, pertama karen a keyakinannya dan penyeli-dikan pribadi mengenai kebenaran hal-hal yang ia bawakan, dankedua demi apa yang dinamakan "Ekonomi luar negeri" dan"politik luar negeri" bagi risalatnya.

Maka apabila terjadi datangnya kenabian, haruslah bagi kitapertama-tama untuk memandangnya sebagai suatu "sebab yangmembangkitkan kegoncangan dalam pribadi insani, serta men-dorongnya dengan kuat, sehingga pribadi itu tak kuasa meno-laknya, ke arah suatu mission tertentu (yang tidak ~las motif-motif dan sasaran-sasarannya) sebagai hakekat-hakekat yang 'iditetapkan bagi insani tersebut.

Oleh sebab itu maka pengetahuan nabi akan fenomena inimenjadi landasan bagi suatu studi yang kritis, tentang obyek iniNabi-nabi Yunus, Irmia dan Muhammad s.a.w. adalah individu-individu berkehendak awal mula melepaskan diri secara sukareladari da'wah kenabian, lalu mereka melawan. Akan tetapi setelahda'wah mereka menguasai diri mereka pada akhirnya. Perlawan-an mereka itu menunjukkan pertentangan antara pilihan mereka(untuk menolak mission kenabian) dan keharusan pasti yangmengikat karsa mereka, dan berkuasa atas diri mereka. Dalampetunjuk-petunjuk ini tersimpul bukti kuat bagi teori obyektiftentang "gerakan kenabian".

105

Page 103: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

IRMIA

Irmia adalah contoh yang paling terang yang daripadanyadapat diambil intisari mengenai gerakan ke~abi~ ~ kal~ganBani Israil untuk memperagakan pada kita pikiran-pikiranumum tentang kenabian dan tentang psikologi seorangnabi.

Telah diutarakan di muka, bahwa kami telah mengambil ke-benaran historis yang telah dipastikan Kitab Nabi ini sebagaimotif pemilihan kami mengenai keadaan.

Ada, di samping motif di atas, motif lain, yaitu bahwa kamihendak mengadakan perbandingan secara ilmiah antara "kena-bian" dan "pengakuan menjadi nabi".

Di muka telah kami terangkan kesudahan daripada kata"Nabi" dalam kesusasteraan keagamaan Bani Israil dalam abadketujuh dan abad keenam sebelum Masehi. Jadi kalau ada suatuukuran yang memungkinkan mengadakan perbedaan antara duajenis ide ten tang soal keagamaan pada masa itu, yang terwakilidalam diri "Irmia" dan dalam diri "Hanania", maka ukuran ituadalah pemikiran "Tauhid" sepanjang gerakan kenabian seluruh-nya, sejak "Amos" sampai "Asyia Kedua".

Di sini, Nabi yang memperoleh wahyu dengan benar, berbe-da dengan saingannya yang mempraktekkan kenabian (palsu)dalam hal perlawanannya yang gigih terhadap "ketuhanan ke-rakyatan" yang sudah menjadi inti kepercayaan kerakyatan.Maka segenap arab moral bagi Nabi yang memperoleh wahyuitu berdiri atas landasan ide yang menghegemoni lagi menetap,yaitu ide tentang satu Tuhan yang tunggal, lagi untuk semua-nya, yang untuknya Nabi berkehendak memantapkan kewajib-an-kewajiban yang ditetapkan oleh Tuhan itu dalam upacara-upacara keagamaan diantara kaumnya. Maka ayat-ayat yangmembawakan ancamanyang menakutkan, peringatan-peringatanakan adanya kekuasaan dari luar, serta ancaman akan meroboh-kan tempat peribadatan, kesemuanya itu tidak lain, melainkankonsekwensi daripada ide tersebut, sungguh pun justru ide ini-lah yang paling banyak menarik perhatian rakyat, sebagaimanaia sekarang dengan menyesal sekaIi, yang paling banyak menarikperhatian kritik modern. Dan di hadapan keadaan itu pengakunabi (yang palsu) mengambil sikap seorang opportunis yangmengikuti saja arus pikiran dan pendirian rakyat: Dengan demi-kian pengaku nabi ini tidak ada tempat baginya secara moral,Ia bukanlah seorang yang memperoleh ilham. Malah sikapnya

106

Page 104: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

terhadap kepercayaan zamannya, ialah sikap berlebih-lebihandalam mementingkan soal-soal agama, sampai-sampai kepadamengambil sikap menggandol dan sikap mengambil hati,

Sekalipun sudah tidak ada lagi yang dibicarakan tentanghal gerakan kenabian, sesudah Nabi Muhammad s.a.w., menurutarti yang sebenamya di dalam sejarah kemanusiawian, namungerakan "pengakuan .menjadi nabi" bersinambungan terjadinyasepanjang masa dan hampir di setiap tempat. Di India terdapatmereka yang menamakan dirinya "Penolong", di Amerika,sebelum perang dunia muncul orang yang terkenal dengan gelar:"Bapak Ketuhanan" , sebagaimana di Persia telah muncul "Al-bab". Apabila kita membuat perbandingan antara dua jabatanini, yakni "kenabian" dan "pengakuan menjadi nabi" menurutsifat-sifat historis dan. prinsip-prinsip filsafat dari kedua jabatanitu, maka sudah barangtentu kita membandingkan antara duafaktor yang membawa kepada kedua jabatan itu, yaitu: "Nabi"dan "pengaku nabi". Tugas "Nabi" dalam sifatnya yang khas,ialah bahwa tugas itu mempunyai suatu prinsip yang bertalianerat dengan pikiran-pikiran umum tentang gerakan kenabianserta ada timing yang tepat baginya, yang bersesuaian denganmaksud dan tujuan prinsip itu, pula dengan penyampaiannya.Demikianlah halnya dengan "Amos", yang kemudian kembalimenghela domba-dombanya di "Takra" 1), dengan tenang sete-lah selesai dengan penyampaian da'wahnya dan peringatan-per-ingatannya yang membangkitkan bulu roma. Sedang "pengakunabi" tidak membawakan suatu prinsip pribadi, menurut artiyang sebenamya, melainkan hanya cukup dengan memperpan-jang-lebarkan penjelasan terhadap risalat yang dibawa olehNabi, atau menyiarkan sejenis opposisi terhadap risalat yangdibawa oleh Nabi.

Tatkala "Irmia" mengangkat "kuk" simbolis dan berlebih-lebihan dalam peringatannya yang bertendens pesimisme, makadatang "Hanania" yang mengaku nabi, untuk menghancurkankuk simbolis itu, serta menyiarkan berita-berita yang bemafas-kan optimisme, sehingga Nabi Irmia terpengaruh dengannyauntuk sementara.

Perbandingan singkat antara dua arus ide keagamaan ini dandua orang yang masing-masing mewakili aliran yang dibawanya,mengharuskan kita agar tidak mencampur-adukkan di antarakeduanya.

1 ). Takra adalah salahsatu desa di Palestina.

107

Page 105: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

FENOMENA PSIKOLOGIS PADA IRMIA

Irmia telah menyampaikan pada kesaksian yang palingberharga dan paling gamblang tentang "Fenomena kenabian".Ia telah menuturkan suatu penjelasan yang melukiskan keada-annya, suatu penjelasan yang sangat penting mengenai tindaklaku pribadinya terhadap "fenomena kenabian" ini. Dan pen-jelasannya itu ia seolah-olah mengikutsertakan kita dalam re-nungan-renungannya yang terkadang pahit, renungan-renunganyang memanifestasikan keadaannya.Ia berkata: "Aku telah menjadi pusat ejekan sepanjang hari.Semua orang mencemoohkan aku, sebab kalau aku berbicara,aku mendapati diriku terpaksa harus berterus-terang, sertamengumumkan keperkasaan dan kerusakan. Kata "Allah"telah menjadi bagi saya sumber kecemaran dan ejekan selalu.Kalau aku berkata: Aku tidak lagi menyebut-Nya atau berbi-cara atas nama-Nya, aku merasa di dalam hatiku seolah-olahapi yang menyala dan bersemayam dalam tulang-tulangku.Maka aku berusaha memadamkannya, akan tetapi aku tidakberdaya" 1).

Jadi, Irmia menggariskan, dengan suatu cara, garis-garis ba-tin pribadinya. Dalam. pelukisannya di atas kita menemukantiga unsur yang berturut-turut dan menonjol, yaitu:

Pertama: "perasaannya yang selalu gelisah yang seolah-olahterbakar di dalam, sebagai akibat ejekan dan cemoohan yangditerimanya.

Kedua: Kehendaknya untuk melepaskan diri dari da'wahyang di bawahnya, yang dihasilkan oleh renungan, dan pemi-kiran.

Ketiga: Unsur tetap yang agaknya mencetak segenap keada-an psikologis, dan menjerat karsa diri Nabi, yaitu yang olehnyadiisyaratkan apa yang ia dapati dalam hatinya seperti "api yangmenyala".

Unsur yang terakhir inilah yang kami pan dang sebagai unsurinti bagi keadaan batin Nabi itu, sebab unsur inilah yang menen-tukan secara pasti tindak lakunya di kemudian hari, dan tindak-laku ini dipandang secara positif inti kehidupan Nabi. Kita bo-leh memandang unsur tersebut suatu faktor permanen dan mut-

1). Dikutip dari Kitab "Nabi-nabi Israil" halaman 192, teks bahasa Pe-rancis oleh .LandrayLadz.

108

Page 106: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

lak pada Nabi itu. Nabi Irmia tentunya dapat memberi kita per-tanda-pertanda lain bagi dirinya, terlukis dalam keadaan-keada-an lain daripada hati nurani yang mungkin kita tidak menemuidi dalamnya faktor-faktor "keindriaan" atau "kecendrungankepada penolakan". Ia hanya menerima perasaan "api yangmenyala" itu secara tak jelas dalam faktor-faktor psikologisbam, yang pada akhirnya lenyap dari tindak laku pokok Nabi.

Maka kita mengambil sebagai contoh yakni: ketika "Hana-nia" datang untuk menghancurkan kuk terbuat dari kayu yangmelingkari leher Nabi Irmia, seraya berkata: "Inilah yang difir-mankan Allah. Aku akan menghancurkan kuk raja Babil' ,,Irmia menjawabnya dengan hati polos dan maksud baik, dido-rong oleh kesukarelaan dari pihaknya: Amin. Semoga Allahmenjadikan apa yang anda katakan itu kenyataan" .

Kemudian mereka tidak melihatnya beberapa hari menyiar-kan da'wahnya. Akan tetapi tidak lama kemudian ia muncullagidi tempat-tempat umum, dan kali ini ia tidak melingkari leher-nya dengan kuk dari kayu, melainkan kuk dari besi, sebagaipertanda akan keteguhan hatinya secara pasti dan positif untukmeneruskan da'wahnya yang bertendens kesuraman itu.

Apapun sebab-sebab yang menentukan Nabi ini untuk ber-henti sementara dari keaktifannya, tetapi hal ini merupakanpetunjuk yang besar, bahwa ia pada akhirnya kembali kepadarisalatnya.

Maka unsur yang tetap yang kami lukiskan di atas meniada-kan pada akhirnya dan untuk selama-lamanya semua faktorpsikologis yang ada pada Nabi, yaitu unsur yang mengatur padaakhirnya tindak laku Nabi itu di kemudian harinya: Faktor ini,bila demikian mempunyai kadar kekuasaan, ditinjau dari segidiri Nabi Irmia, sebab ia hanya membatasi diri dalam menen-tangnya saja. Maka ia menuduhkan keindriaannya (perasaannya)dan meniadakan kepercayaan subyektifnya terhadap ramalan"Hanania", sekalipun hanya sampai pada waktu tertentu. Fak-tor inilah yang menekan penderitaannya ketika ia oleh pendetatempat peribadatan diletakkan dipasung kayu, dengan tuduhan"menghinakan Tuhan", begitu jauh, sehingga lenyap dari diri-nya naluri yang instinktif pada manusia, yakni naluri "memper-tahankan diri", ketika da'wahnya yang bemafaskan ''pessimis-me" itu mendatangkan penderitaan pedih kepadanya, sewaktuia pada suatu hari dilemparkan ke dalam sumur, hingga nyaristewas.

109

Page 107: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Di samping "pemaksaan" yang kita saksikan dalam rangkapsikologis Nabi Irmia, dan yang menundukkannya untuk mene-rima keputusannya dengan cara tanpa perlawanan dari pihakIrmia, harus kita ketengahkan lagi "pemaksaan" dalam bentuklain: yaitu yang terlukis jelas dalam hukum-hukum Irmia me-ngenai peristiwa-peristiwa pada zamannya. Sebenarnya NabiIrmia telah memberikan hukum terhadap kejadian-kejadianitu dengan cara yang berbeda samasekali dengan hukum-hukumyang dibuat oleh orang-orang sezamannya. Dan caranya yangunik dalam memandang segala sesuatu telah dibenarkan olehkejadian-kejadian itu dengan cara yang menakjubkan.

Apakah kita harus menasabkan "pandangan yang dalam"ini kepada bakat-bakat pribadi, yakni kepada kemampuanyang luar biasa untuk menarik kesimpulan, serta rasa yangkritis tentang jalannya sejarah?

Kritik modern menafsirkan problematik kenabian denganjalan sebagai terse but di atas, ketika ia memberikan keistime-waan kepada para Nabi pemilihan daya yang tertentu yangmemungkinkan mereka untuk memberikan hukum yangmempunyai makna dalam atas sejarah. Akan tetapi nampak-nya pandangan rasional (yang mengingkari wahyu) ini tidakterlintas padanya, bahwa yang kekurangan yang ada padaNabi Irmia umpamanya, secara obyektif, ialah landasan rasionalbagi hukum-hukumnya atas peristiwa-peristiwa historis; bahkanlebih daripada itu, para nabi itu, sebagai sumber-sumber nubu-wat mereka, tidak pernah bertolak dari logika peristiwa-peris-tiwa. Meraka malah melampaui logika ini. Oleh sebab itu, mere-ka terkadang menunjukkan dalam pandangan orang-orangsezaman mereka citra "ketiada-harmonisan" dalam cara berfikir,sedang orang-orang yang sezaman itu membuktikan kejadian-kejadian itu dengan cara yang lebih sesuai dengan alam pikiranrasio nal , karena memberikan kepada pandangan-pandanganmereka dasar yang digali dari peristiwa-peristiwa sejarah.

Kita mengambil sebagai contoh, umpamanya keadaan BaniIsrail pada zaman penawanan mereka di Babil (Babilon). Merekaberangan-angan kembali dalam waktu dekat ke tanah air merekaketika mereka melihat dengan tercengang dan harap, pelindungmereka. "Emel Mardoukh" naik singgasana. Kenaikan raja initidak tersangka-sangka, artinya; lebih banyak sebagai sesuatuyang mungkin terjadi, sesuai dengan akal pikiran, daripadasesuatu yang terjadi sekedar karena harap.

110

Page 108: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sebenarnya raja Babil pada waktu itu memang menjalankan"politik] keyahudian baru", dengan memerdekakan "Yekounias"raja Yuda yang ditawan, yang kemudian menjadi ternan akrabyang terhormat raja Babil, membebaskannya dari tawanan.Maka dalam hal ini harapan itulah yang merupakan logika itusendiri.

Akan tetapi Nabi Irmia sejak semula berpandangan yangsebaliknya dari harapan ini, yang ia rendahkan persoalannyadengan khutbah-khutbahnya yang bernafaskan pessimisme. Iatelah memperingatkan umat Israil terhadap penindasan yanglebih kejam lagi, Ternyata sejarah telah membenarkan, dengancara yang mentakjubkan, pessimisme Irmia yang menakutkanitu, sebab raja "Emel Mardoukh" telab mati terbunuh. Mungkindapat dikatakan bahwa kejadian-kejadian yang tidak tersangka-sangkalah yang membenarkan pessimisme Nabi Irmia. Namuntidak dapat dikatakan bahwa ia bernubuwat dengan kebetulan.Sekalipun demikian nubuwat pessimistis ini tidak berawaldalam da'wah kenabian dari Irmia yang sezaman dengan keja-dian-kejadian itu, sebab sejak Nabi "Amos" suara para Nabiselalu mengulang-ulangi peringatan kepada umat Yahudi."Hendaklah Baitul Muqaddas dirobohkan". Demikianlah yangdiucapkan oleh Nabi "Lodz". Apa yang dilakukan lrmia hanya-lah memperkeras peringatan itu. Dan ia telah melihat betul keja-diannya.

111

Page 109: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

CIRI-CIRI KHAS KENABIAN

Dengan demikian maka studi tentang keadaan Irmia mem-perkenan kan untuk meletakkan sifat-sifat yang menetapkanprinsip kenabian dengan bentuk-bentuk yang beraneka ragamdan dengan metode yang obyektif.

Pertama: Sifat paksaan psikologis, yang menjauhkan semuafaktor pribadi yang lain, dan yang memaksa seorang nabi padaakhimya untuk menempuh tindak laku tertentu dan secaraterus-menerus.

Kedua: Mengeluarkan suatu yang unik , untuk kejadian-kejadian yang akan datang, yang didikte oleh suatu macampaksaan, yang tidak mempunyai dasar logika apa pun.

Ketiga: Bersinambungannya citra-citra tindak-tanduk kena.bian serta kesamaannya, lahir dan batin pada semua para Nabi.

Sifat-sifat yang menonjol ini tidak dapat diberikan secarasederhana, penafsiran psikologis, yang dilandasi oleh kejadian-kejadian yang pribadi Nabi tunduk kepadanya, yaitu pribadiyang nampaknya tidak menonjol di sini melainkan dalam ben-tuk: "penterjemah yang pekak perasaannya" yang (kadang-kadang memperoleh rasa senang) terhadap suatu fenomenayang bersinambungan, yang memaksakan hukum kepadanya,sebagaimana dipaksakan 'juga kepada para nabi, sarna denganmedan magnetik menentukan arah jarum-jarum yang kenamagnit,

Maka sukar untuk menafsirkan suatu fenomena yang sifat-sifatnya demikian itu, dengan penafsiran subyektif dan secarakepribadian. Terdapat problematik yang ditafsirkan oleh kritikyang gemar mengembalikan setiap sesuatu kepada pikiran-pikir-an Descartes betapa pun sukamya, dengan penafsiran yangmengherankan, yaitu: bahwa Nabi adalah .seorang dwi pribadi,dibekali dengan dua subyek, yang satu bertanya kepada yanglain, dan terpengaruh oleh pengungkapan-pengungkapannya.

Tetapi mereka tidak mencurahkan perhatian untuk menen-tukan ietak subyek yang kedua dalam diri seseorang, yang olehilmu psikologi analistis dianggap terbagi atas dua lapangan."luar kesadaran" dan "kesadaran". Maka subyek kedua itu apa-kah letaknya dalam lapangan "kesadaran" atau di "luarkesa-daran "? atau di kedua lapangan pada waktu yang sarna? Tiadaseorang berkata demikian. 01eh sebab itu diperiukan darikitauntuk mengadakan perkiraan lain.

112

Page 110: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kalau pribadi insani tidak mengemukakan penafsiran yangmemuaskan bagi fenomena itu, maka penafsiran itu tidak akanmendatangkan suatu kenyataan dengan memperpasangkan ataumempergandakan wujud psikologis ini, supaya mereka menge-mukakan penafsiran lebih baik bagi fenomena itu.

Dalam keadaan ini, maka rupanya tiada kemungkinan akanadanya penafsiran lain, selain daripada kita harus menempatkanfenomena kenabian itu di luar subyek, serta tidak tergantungsamasekali kepadanya, sebagaimana tidak tergantungnya magnetkepada jarum.

Yang memantapkan pandangan ini ialah kesaksian para Nabiitu terhadap diri mereka sendiri, yaitu kesaksian yang satu-satu-nya dan yang langsung berhubungan dengan fenomena itu. Paranabi dengan sepakat telah menempatkan fenomena itu di luarwujud kepribadian mereka.

Apabila pandangan ini telah sesuai untuk menjadi suatu hi-potesa maka hipotesa ini tidak akan kurang keabsahannya dari-pada perkiraan yang dibuat oleh kritik modern.

Maka hipotesa inilah yang akan kami jadikan dasar, padaakhir bab ini, dengan catatan, bahwa kami berwenang memper-luas pembahasannya dalam bab-bab berikutnya.

113

Page 111: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

SUMBER-SUMBER POKOK ISLAM.

- PEMBAHASAN SUMBER-SUMBERNY A.

115

Page 112: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

SUMBER-SUMBER POKOK ISLAM

Dalam melakukan studi tentang Islam, kita tidak dapat me-ngabaikan akan pentingnya mengadakan penyelidikan terhadapcatatan tertulis yang dibukukan dan catatan-catatan historisyang mungkin memberikan sinar terhadap fenomena AI-Qur'an,dengan alasan bahwa masalah historis ini telah dipecahkan,ditinjau dari segi Islam, secara istimewa,' Maka Islam adalah satu-satunya dian tara semua agama, yang sejak permulaannya sudahmengukuhkan sumber-sumbemya, setidak-tidaknya yang me-ngenai AI-Qur'an.

AI-Qur'anul Karim mempunyai keistimewaan tersendiribahwa ia, dikutip sejak empat belas abad yang lalu, tanpa meng-alami perubahan atau keraguan. Tidak demikian halnya denganPerjanjian Lama (Taurat) yang oleh studi kritis daripada parapenafsir modern tidak diakui keabsahannya, selain satu kitabsaja dari sekian banyak kitab-kitabnya, yaitu "Kitab Irmia" 1).

Perjanjian Baru (lnjil) tidak lebih baik halnya daripada Tau-rat. Konsili para uskup di Nicee, telah meniadakan banyak dariberita-berita yang termuat dalam Injil, sehingga menyebabkankeraguan terhadap yang masih tertinggal dari isinya, yaitu yangterkenal dengan Kitab Injil,

Kitab Injil ini pada gilirannya tidak dianggap termasuk ka-tagori kitab-kitab yang absah karena kritik modem menetapkanbahwa Injil itu telah dibikin lebih dari satu abad sesudah AI-Ma-sih (Nabi Isa a.s.), yakni sesudah zaman para Hawariin (murid-mood setia Nabi Isa a.s.) yang kepada mereka ajaran-ajaranKristen dinasabkan.

Dengan demikian maka banyak skeptisme, meliputi hal-halsekitar perkara historis yang menyangkut naskah-naskah tertulisajaran Yahudi masehi.

Penetapan yang lengkap bagi naskah AI-Qur'an yang dilaku-kan pada zaman Nabi sendiri dipandang sebagai fenomena yangpatut memperoleh pengamatan dari segi ilmu sosiologi, dari il-mu psikologi sehubungan dengan lingkungan hidup bangsa Arabpada zaman Nabi Muhammad s.a.w. Hal itu adalah titik intiyang patut mendapatkan pembahasan dan perhatian, sebab de-ngan demikian tidak ada problem pencatatan lagi dari segi AI-

1). Montet: "Sejarah Kitab Suci", cetakan Jenewa.

116

Page 113: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Qur'an, seperti halnya dengan "Kitab Sud". Fenomena tersebutjuga memperkuat kenyataan-kenyataan sejarah yang patut bagikita untuk menarik perhatian pembaca kepadanya, agar pem-baca mengkonstatir juga bertemunya kenyataan sejarah denganayat suci AI-Qur'an yang terjemahannya dalam bahasa Indonesiakurang lebih:"Dan Kamilah yang memelihara (kemumian isi) AI-Qur'anitu 1).

Sekalipun demikian, "Pemeliharaan" ini mempunyai seja-rahnya sendiri: Setiap kali wahyu turun ayat-ayat AI-Qur'anitu dicamkan dalam ingatan Rasulullah dan ingatan para saha-batnya, dan dengan segera dicatat pula oleh sekretaris-sekreteris-nya (penulis-penulis AI-Qur'an), dan untuk keperluan itu mere-ka mempergunakan apa saja yang dapat dipakai untuk ditulisdi atasnya, seperti tulang baru, potongan-potongan kulit kam-bing dan lain sebagainya. Hingga ketika Rasulullah s.a.w, wafat,AI-Qur'an telah terpelihara dalam dada para sahabat, dan ter-tulis atas lembaran-Iembaran, sehingga dengan demikian selalusetiap kali dirasa perlu dapat diadakan perbandingan ayat-ayatAI-Qur'an, satu dengan yang lain, terutama bila terjadi perseli-sihan mengenai hal-hal yang bertalian dengan vokal atau ejaan.

Disamping itu kita akan dapatkan bahwa perbandingan initerjadi dua kali. Metode yang digunakan untuk melaksanakan-nya ia ansich suatu kejadian .yang unik dalam sejarah hanyarasional insani. Maka untuk pertama kali nampak benar sifat-sifat cara metodik dalam suatu karya rasional, sebagaimananampak juga ketelitian yang sekarang ini tergantung kepadapemikiran ilmiah.

Adapun kejadiannya adalah sbb: Khalifah Abubakar Assid-diq r.a., telah membentuk suatu komisi, diketuai oleh Zaid binTsabit r.a., yang menjadi sekretaris (penulis) wahyu, semasahayat Rasul, dimana AI-Qur'an ditulis secara teratur untuk per-tama kali 2).

1). Surat Al Hujurat.2). Yang dimaksud ialah bahwa penulisan Al-Qur'an secara teratur tidak

terjadi melainkan pada zaman Khalifah Abubakar r.a, Akan tetapipenyusunan ayat-ayat dan ,surat-surat Al-Qur'an adalah menurut apa yangdiaturkan oleh Jibril a.s, kepada Nabi s.a.w., setiap kali Jibril menemuiRasul s.a.w. untuk membandingkan dengan beliau penataan Al-Qur'anterutama setelah Hajji wada'. (Penterjemah Arab).

117

Page 114: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Nampaknya Zaid mula-mula enggan melaksanakan tugas itu,disebabkan oleh dua hal:Pertama: ia sebagai seorang sahabat tidak suka mengerjakansuatu usaha, yang tidak pemah dikerjakan oleh Nabi atau di-perintahkan olehnya.

Kedua: ia sebagai seorang mukmin menjauhkan diri dari peker-jaan semacam itu, karena ia khawatir akan membuat kesalahan-kesalahan, yang sekecil-kecilnya pun, yang dapat terjadi dalammenjalankan tugasnya.Namun tugas ini terlaksana juga dengan baik berkat usaha kerasserta kerja sarna dan dengan penuh kesadaran dari anggauta-anggauta komisi. Adapun metode yang dipakai adalah sederha-na, namun teliti, sebab mereka hafal AI-Qur'an di luar kepala,menurut sisternatik susunan ayat-ayat dan surat-surat yangmereka telah mempelajarinya semasa mereka menjadi sahabatRasul pada masa hayatnya, dengan petunjuk Rasul kepadamereka. Apabila terjadi perselisihan, mereka kembali kepada po-tongan-potongan kulit, tulang dsb, yang ditulis di atasnya ketikaturon, hingga mereka menghilangkan keraguan dari diri merekatentang masalahnya.

Mereka tidak merasa cukup dengan semua tindakan pencegahyang menarik perhatian ini, maka Zaid dan Umar r.a, masihpergi ke pintu masjid Madinah dan di situ kedua orang sahabatitu mempersaksikan para sahabat lainnya, agar mereka mengu-kuhkan teks Qur'an yang ditulis dengan perantaraan komisiitu sendiri.

Akan tetapi usaha yang besar ini, telah memperkenankannaskah Al-Qur'an mempunyai beberapa perbedaan dalam soaldialek yang umum pada kabilah-kabilah Arab Jahiliyah.

Usman r.a., Khalifah ketiga, tidak tentram hatinya denganperbedaan ini, lalu memerintahkan agar ditulis lagi satu teksyang satu saja dengan bahasa (dialek) Quraisy.

Maka dibentuk sebuah komisi untuk kedua kalinya, yangdiketuai juga oleh Zaid bin Tsabit, yang diperintahkan melak-sanakan tugas baru ini. Maka kewajiban komisi kali ini menetap-kan naskah AI-Qur'an secara permanen dalam bahasa satu,supaya beraneka macam dialek tidak memberi alasan bagi tim-bulnya perpecahan dan permusuhan dalam lingkungan rnasyara-kat Islam.

Komisi tersebut menyelesaikan pekerjaannya pada tahun 25 H.

118

Page 115: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sejak dari tahun tersebut AI-Qur'an berpindah-pindah darigenerasi ke generasi lain dalam wajah satu tiada bandingannya,yang disetujui sepenuhnya dari Maroko hingga perbatasan Man-syuria.

Dengan demikian maka Al-Qur'an adalah Kitab agama satu-satunya; yang memperoleh keistimewaan mengenai keabsahan-nya, tanpa pertentangan, sehingga kritik tidak pemah menum-buhkan problem tentang masalah ini, baik yang berkenaandengan tanda hurufnya, maupun isinya.

Adapun sumber kedua yang tercatat (tertulis) ten tang Islamtersimpul dalam hadits-hadits Rasulullah s.a.w. Sangat disayang-kan bahwa sumber kedua ini tidak memiliki cukup keabsahanhistoris, seperti dimiliki oleh sumber pertama, sebab hadits-hadits Nabi s.a.w. tidak dipelihara dengan pemeliharaan meto-dik yang diperoleh oleh Al-Qur'an, oleh sebab Rasulullahsemasa hayatnya telah melarang para sahabat dengan keras danterus terang agar mereka tidak menulis sabda-sabdanya, supayatidak terjadi sedikitpun percampur-adukan antara sabda yangdiucapkan oleh Nabi, dan ayat-ayat yang diturunkan, yakniantara Hadits dan Al-Qur'an. Maka kepentingan Hadits tidaktimbul kecuali sesudah wafat Rasulullah s.a.w. terutama darisegi tasyri' (perundang-undangan sebagai sumber kedua bagisyari'at Islam.

Pikiran tentang pentasyri'an ini timbul pada waktu perjalan-an Mu'adz bin Jabal, seorang sahabat yang dipilih oleh Rasulul-lah s.a,w. untuk melaksanakan hukum berdasarkan Islam kepa-da penduduk Yaman, sesudah peperangan Hunain. KetikaRasulullah s.a.w. hendak memberikan nasihat kepadanya,beliau bertanya: "Bagaimanakah caranya anda memberikankeputusan terhadap masalah-masalah yang anda hadapi?"Mu'adz berkata: "Aku memberikan keputusan hukum berda-sarkan Kitabullah (Al-Qur'an), bila aku tidak mendapatkan didalam Al-Qur'an, maka aku mengambil dasar hukumnya datisunah Rasulullah (Hadits), dan bila aku tidak mendapatkannyadi dalamnya, berijtihad menurut pikiranku. Aku tidak akanberhenti-henti dalam mencarl dasar hukum semampuku". 1)

Rasulullah s.a.w, telah memperkuat metode Mu'adz dalamcara berpikir, yaitu metode yang menyinggung apa yang kami

1). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam sunahnya kitab: "Keputusan-keputusan hukum", jilid 23, bab 11; "Penggunaan pikiran dalam suatuhukum", Hadits no. 3592.

119

Page 116: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

masukkan sebagai sumber kedua, bagi pentasyrian Islam, danmenyinggung juga masalah "Qias" (analogi) sumber ketiga pen-tasyrian Islam.

Kemudian bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan-kebutuhan masyarakat Islam, bertumbuh pula pentasyrianini. Maka para ulama berorientasi kepada pikiran untuk me-

.netapkan, semampu-mampu mereka,' Hadits-hadits yang harusmenjadi unsur inti dalam ilmu pengetahuan mengenai perun-dang-undangan hukum di dalam Islam. Sungguhpun demikian,namun jarak waktu antara wafat Rasulullah s.a.w, dan pencatat-an (pembukuan) hadits, merupakan unsur yang penting, sebabdalam masa antara wafat Nabi s.a.w. dan pencatatan Hadits ituterjadi banyak pencampur-adukan dan keraguan yang berlipat-ganda antara Hadits-hadits yangsahih dan Hadits-hadits lainnya.

Sejak itu diletakkan dasar metode kritis yang baik untukmembedakan Hadits yang sahih dan yang tidak sahih. Maka

.diterapkan suatu metode kritis historis yang mencakup pen-tahkikan hubungan periwayatan, serta bobot "Rijal" agama,yang meriwayatkan Hadits itu.

. Cara yang menggunakan metode yang demikian itu, mem-bawa konsekwensi bagi kaum ahli Hadits untuk mengarangkitab-kitab Hadits dalam tiga katagori Hadits sesuai dengantingkat penetapan historis, yaitu Hadits-hadits yang sahih,hadits-hadits yang dhaif (lemah) dan haditas-hadits yangdidustakan (hadits-hadits buatan).

Inilah sumber-sumber pokok Islam yang dicatat (dibuku-~ dalam keadaannya ~ang sekarang ini: yakni: ayat-ayat AI-Qur'an, yang dapat dipergunakan sebagai dokumen historisyang mutlak keabsahannya; Kedua hadits yang tingkat keab-sahannya berbeda-beda, yang tidak dapat dipergunakan, dalamsegala hal, untuk studi kritis apapun, kecuali dengan reserve(keberhatian-hatian) menurut cara-cara yang sama sebagaiyang ditempuh oleh para ulama ahli Hadits, yang jiwa raganyabersih dari kedustaan, penipuan, atau penggelapan, seumpamaImam Bukhari dan Imam Muslim.

Dengan adanya reserve itu maka kedua-dua sumber pokokitu dapat dipergunakan oleh para pembahas dan penyelidiktentang Islam, sebagai sumber-sumber yang sama-sama absah-nya, adalah kecongkakan, dan pengaku-akuan kalau kita meno-lak secara a-priori sanad-sansd yang dikemukakan oleh hadits,dengan menggunakan nama metode (modem).

120

Page 117: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

R A S U L U L L A H S. A. W.

MASA SEBELUM KENABIAN

PERKAWINAN DAN ISOLASI DIRI

121

Page 118: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

RASULULLAH SAW.

Kiranya kita dalam mempelajari Fenomena Al-Qur'an tidakdapat terlepas dari keharusan mengenali pribadi Nabi Muham-mad saw. dengan sebenar-benarnya, sejauh mungkin. Menge-nali diri Nabi s.a.w. sangat diperlukan di sini, sama dengandiperlukannya mengetahui pembatasan ketiga-tiga dimensidalam mempelajari ciri-ciri khas analitis suatu parabol.

Fenomena yang kita pelajari sekarang ini memang padahakekatnya bertalian erat dengan pribadi Nabi Muhammadsaw. Agar kita dapat keluar dengan suatu kesimpulan tentangwatak pertalian ini, maka kita harus melangkah pada langkahpertama untuk meletakkan ukuran pertama ditunjang dengansemua unsur yang khas untuk mengungkapkan dengan terangdan jelas pribadi ini yang merupakan obyek persoalan, sertayang merupakan pula saksi dan hakim penentu persoalantersebut.

Selanjutnya kita memperisai diri kita, dalam hal yangberkaitan dengan saksi dan sekaligus hakim ini, dengan jaminan-jaminan yang dapat menjamin untuk kita kepercayaan yangdiperlukan terhadap kesaksiannya dan keputusannya. Tidakmengapa, kalau kita dalam hubungan ini menempuh langkahkedua dari jurusan lain, yakni meletakkan ukuran kedua yangmemungkinkan kita untuk memberikan penentuan sendirisecara langsung terhadap Fenomena itu.

Wajarlah kalau sekarang diletakkan beberapa pertanyaansehubungan dengan obyek saksi ini, yaitu pertanyaan-pertanya-an yang lazim diletakkan untuk memperoleh kepastian menge-nai hal-hal yang berhubungan moral dan akal pikiran terhadaporang yang diperlukan untuk dicatat kesaksiannya, sebabkecerdasan akal dan keikhlasan hatinya, harus tidak bolehmenimbulkan atau mengandung sedikitpun keraguan, agarkecerdasan akal dan keikhlasan hati itu dapat dipergunakansebagai unsur historis inti dan problem itu.

Untuk keperluan hal-hal di atas mungkin kita harus merna-parkan semua keterangan tentang kehidupan Rasulullah s.a.w.sebab keterangan, menyampaikan kepada kita suatu hake katyang diperlukan oleh ukuran tersebut.

Namun kami tidak memandang perlu untuk menggantung-kan dalam sebuah musium, yang sudah sangat kaya, sebuahlukisan baru mengenai Nabi s.a.w., sebab pada pembaca terbuka

122

Page 119: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kesempatan luas untuk menela'ah karangan-karangan yang ba-nyak sekali mengenai sejarah pri hidup Nabi s.a.w., apabila iaberkehendak memuaskan keinginannya mengenali lukisancemerlang tentang insan ini, baik karangan-karangan tradisionalseperti karangan Ibnu Ishak dan Ibnu Mas'ud, atau buku-bukuterjemahan pengarang-pengarang besar, yang diterbitkan olehpercetakan-percetakan modern, seperti buku karangan Dinet,karangan Durmingham dan lain-lainnya.

Yang berkenaan dengan kami, kami tidak memerlukan se-suatu selain melukis lukisan psikologis. Dalam lukisan ini kamitidak merasa perlu akan detail-detail historis kecuali hanyasekedar yang kami perlukan untuk menunjang apa yang kamihendak melukisnya. Dengan demikian maka kehidupan Nabis.a.w., menurut hemat kami, terbagi atas dua periode berturut-turut:

Peri ode pertama: adalah masa sebelum kerasulan, yaitu ma-sa yang panjangnya empatpuluh tahun.

Periode kedua: adalah masa Al-Qur'an (diturunkan), menca-kup masa turunnya wahyu, yaitu dalam masa duapuluh tigatahun.

Sungguhpun de mikian , tetapi setiap periode dari keduaperiode ditandai dengan ciri peristiwa pokok yang merupakanpemisah yang membagi setiap periode tersebut di atas duaperiode sekunder.

Pernikahan Nabi dengan Sayidatina Khadijah r.a, merupa-kan padahakekatnya pemisah yang penting dalam hal yangberkaitan dengan periode sebelum kerasulan, dimana kita men-dapati Nabi di kemudian hari itu menyendiri di dalam khalwatruhani, sampai malam yang abadi itu, malam turunnya wah-yu 1).

Kemudian Hijrah: Hijrah adalah suatu "gap" yang memi-sahkan zaman da'wah semata-mata, dengan zaman kemenangan-kemenangan dalam medan peperangan dan dalam bidang politikyang membukakan pintu sejarah kepada imperium Islam yangmasih muda itu.

1). Kita sebenarnya kekurangan catatan-eatatan tertulis yang dapat men-ceriterakan pada kita bagaimana caranya Nabi dalam masa itu mem-bagi waktunya antara kewajiban-kewajibannya sebagai seorang suamidan kewajiban-kewajiban duniawi.

(Pengarang).

123

Page 120: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kami akan membahas sekarang dengan singkat kedua kenya-taan di atas yang datang berturut-turut, dengan mengetengah-kan pada setiap kenyataan 'itu peristiwa-peristiwa yang mewa-taki kepribadian Nabi s.a.w. dan yang berwatak dengan kepri-badiannya, agar kami dapat mengungkapkan, sedapat-dapatnya,watak pertalian antara pribadi Nabi dengan Fenomena Al-Qur'an.

124

Page 121: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

MASA SEBELUM KERASULAN

Masa ini meliputi masa kekanakan Nabi, masa kedewasaan-nya dan pemikahannya.

Terdapat tradisi-tradisi bais, yang dipunyai oleh semua bang-sa, yang melingkari buaian-buaian dan makam-makam orang-orang besar dengan dongengan-dongengan. Sesuai dengan inicerita-cerita Islamiah telah mengelilingi lingkungan keluargaNabi serta kelahirannya, masa kekanakannya dengan peris-tiwa-peristiwa luar biasa, yang berpancar dari peristiwa haridepan yang tak ada bandingannya, serta yang gemilang, yangsedang menanti Nabi, Akan tetapi tidak penting untuk mem-berikan perhatian sampai beberapa jauh kebenaran historiscerita-cerita itu, sebab hal itu tidak penting bagi topik pem-bahasan kami ini secara langsung, bahkan kami akan mencu-rahkan banyak perhatian kepada detail-detail yang akanmengungkapkan sedikit demi sedikit sifat-sifat khas daripadaanak ini, yang selalu menjadi sumber kegembiraan dan kegeli-sahan sekaligus bagi "Halimah", ibu susunya.

Anak ini telah tumbuh menjadi besar di bawah asuhanHalimah, seolah-olah tunas yang kuat dari tumbuh-tumbuhanpadang pasir. Namu ia menangis semasa ia masih menyusu,ia ditelanjangi untuk uibersihkan 1). Kalau ibu susunya hendakmenenangkannya dari tangisnya maka dibawanya ia pada waktumalam itu keluar kemah. Maka bayi itu tertarik hatinya kepadapemandangan bintang-bintang yang bertaburan di langit padamalam gelap itu, pemandangan yang nampaknya memancarkanmagnetisme yang mempengaruhi biji mata bayi itu, yang airmatanya masih berkedip-kedip di matanya.

Bayi itu menjadi besar sekarang: Ia sudah mulai bermain didekat kemah bersama saudara-saudara sesusuannya. Namunsuatu peristiwa telah terjadi pada dirinya dengan pasti, yangmerubah jalan hidupnya. Apakah yang terjadi? Salahseorangsaudara sesusuannya datang pada suatu hari kepada ibunyadengan napasnya yang terengah-engah, untuk menyampaikandengan suara tersendat-sendat, kepada Halimah, yang dalamkeadaan takut suatu kejadian yang aneh, yang menimpa Mu-hammad secara mendadak. Segeralah Halimah bangun dariduduknya keluar mencari anak susuannya. Ketika ia sampai

1). Kami tidak mendapatkan cerita ini dalam kitab·kitab sejarah Nabi.(Penterjemah Arab).

125

Page 122: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kepada anaknya, anak itu membenarkan dengan pasti apa yangterjadi, seraya berkata: "Ibu orang yang berpakaian serba putihdatang kepadaku, mereka memegangku lalu mereka membukadadaku dan kalbuku, kemudian mengeluarkan dari hatikusegumpal daging hitam 1).

Sejarah pri kehidupan Nabi memandang dalam kisah ini sua-tu penjebolan simbolis, akan dosa dari akar-akarnya, Mungkinsetengah ahli tafsir Al-Qur'an membawakan sehubungan dengankisah ini firman Allah s.w.t, dalam Surat Al-Insyirah ayat 1-3,yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut: "TidakkahKami telah melapangkan dadamu, dan membuang dari dirimubebanmu yang memberati punggungmu?"

Yang pasti ialah bahwa Halimah telah mengembalikan anakitu ke Mekkah setelah ia berusia empat atau lima tahun.

Apakah yang dapat berkesan dalam akal pikirannya padamasa kanak-kanaknya itu daripada kehidupan penyembahanberhala dan kebaduian itu?

Pasti tiada sesuatu yang mung kin terkait dalam pribadinyadari hal-hal yang berkaitan dengan da'wah yang akan datang.

Tidak lama kemudian Aminah, ibunya meninggal dunia.Maka anak itu sudah tidak mempunyai rumah orang tua, laluia diasuh oleh kakeknya yang bemama Abdul Muthalib.

Akan tetapi kemudian kakeknya yang sudah lanjut usia itupun meninggal dunia pula. Lalu anak itu dipiara oleh pamannyayang bemama Abu Talib, ayah Ali, usianya pada waktu itu tu-juh atau delapan tahun.

1). Berkata Almagrizi dalam kitabnya: "hal-hal yang menyenangkan pen-dengaran" ketika menceritakan ''Penyusuan Rasulullah" di kaIangan

kafilah Bani Sa'ad: "Telah dibelah kalbunya yang suci di tempat itu laludiisi dengan hikmah dan iman, setelah dikeluarkan bagian syaitan darikalbu itu, Imam Bukhari meriwayatkan dalam Sahihnya:"Dada Rasulullah s.a.w, dibelah pada malam beliau dimi'rajkan". Riwayatini dilengkapi oleh Abu MUhammadibnu Hazm. Imam Muslimmeriwayat-kan daIam Sahihnya (jilid II, haIaman 215, dengan syarah An.Nawawi,penerbitan Percetakan Mesir) dari Humad ibnu Salamah, dari Tsabit,dan Anas ibnu Malik, bahwa "Rasulullah s.a.w, didatangi oleh Jibril, ketikaNabi sedang bermain-main dengan anak-anak kecil lainnya, LaIu Jibril me-megangnya dan direbahkannya, kemudian membelah kaIbunya. BerkataAnas: "Aku telah menyaksikan bekas pembelahan itu di dadanya",Bahwasanya pembelahan dada itu terjadi pada masa asuhan, telah diriwa-yatkan daIam Musnad Addarmi di Maqadimah bab III.

126

Page 123: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Di rumah pemeliharaannya ini, dimana tidak ada kekayaanyang dapat melepaskan keluarga ini dari keharusan bekerja,pamannya bekerja sebagai pemimpin dan penuntun kafilah-kafilah dari Mekkah. la berangkat dengan kafilahnya padamusim-musim tertentu ke pusat-pusat perdagangan negeriSyam, untuk menukar (membarter) barang-barang hasil Indiadan Yaman dengan barang-barang hasil negeri-negeri Laut Te-ngah. Dalam salahsatu perjalanannya ini, ketika Nabi padawaktu itu berusia sebelas atau duabelas tahun, ia memohon ke-pada pamannya agar diperkenankan menyertai parnannya dalamperjalanan ini. Akan tetapi pamannya menolak permintaanyaitu, dengan alasan bahwa si paman tidak suka disertai oleh se-orang teman yang masih muda belia seperti dia (Nabi) dalamsuatu perjalanan jauh serta memayahkan.

Akan tetapi anak itu memaksa 'seraya menangis. la menja-tuhkan dirinya ke pelukan pamannya, yang pada akhimya me-luluskan permintaannya yang mengharukan itu.

Dengan demikian, ini untuk pertama kalinya Nabi s.a.w.berhubungan dengan dunia luar, yakni bahwa dia telah hidupselama duabelas tahun dalam lingkungan masyarakat penyem-bah berhala, menggembala onta pamannya di pinggiran kotaMakkah. lni berarti bahwa kehidupannya selama itu tidak per-nah terkesan dengan suatu keadaan tertentu yang bertendensedukasional. Bahkan sebaliknya ia hidup selama itu sebagai anakyatim, penggembala onta. Perjalanan yang tidak disengaja iniakan meletakkan di jalan kehidupan anak itu peristiwa yangtidak disangka-sangka serta yang pertama dan yang berhubung-an langsung dengan da'wah yang akan datang.

Tatkala kafilah-kafilah itu sampai di kota Basra di negeri. Syam, mereka diterima dengan hangat oleh Rahib biara di kota

itu dan menyampaikan kepada mereka penghormatan dalampenerimaan tamu dengan upacara kekristenan. Kemudian Rahibitu, yang bemama "Buhaira" menarik Abu Talib ke sampingseraya berkata: "Bawalah keponakanmu ini kembali ke Makkah,dan jagalah dia terhadap Yahudi. Anak ini akan mengalamisuatu perkara besar". 1).

Apakah Abu Talib memberikan perhatian dengan sepatuh-nya terhadap peristiwa biasa yang terjadi pada perjalanan ini,UIituk bekerja bersama-sama dengan keponakannya dalam

1). Ibnul Athir jilid II halaman 24.

127

Page 124: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

urusan risalah yang akan datang sedang ia nantinya mati tanpasuka samasekali mengakui Islam?

Bagaimana, pemimpin kafilah Makkah itu harus terlebihdahulu menyelesaikan urusan perdagangannya sebelum ia ber- Itolak kembali ke Makkah.

Adapun yang mengenai anak itu, sekalipun boleh diperkira-kan bahwa kisah mengenai dirinya itu sampai ke telinganya,namun peristiwa itu, sebagaimana nampaknya, tidak merubahsedikitpun tindak lakunya seperti pemuda Quraisy lainnya.

Sejarah hayat Nabi yang aktif meneliti pri kehidupannya ti-dak pemah menyebutkan sesuatu yang khas, sejak peristiwahistoris ini, yang dapat memberi petunjuk bahwa Nabi menda-tang ini telah jelas padanya akan hari depannya.

Sementara itu Muhammad telah mencapai usia akil balighdi kota kelahirannya, dimana ia bergaul dengan pemuda-pemu-da kaumnya, inenyaksikan perbuatan-perbuatan untuk melam-piaskan syahwat dan hawa nafsu yang dilakukan oleh pemuda-pemuda itu, tampa tergelincir di dalamnya, padahal kesempat-an-kesempatan yang tersedia untuk maksiat tidak sedikit diMakkah, dan lampu-lampu merah yang digantung di mukapintu rumah-rumah perempuan-perempuan pelacur sangatinenarik pemuda-pemuda Makkah, yang gemar memanggulsenjata, mengasyiki wanita dan mengadu syair. Mereka me-mimpikan mempunyai keberanian seperti keberanian Antarahdan dapat memadu cinta seperti Imru-ul Qais. Setiap orangmengharapkan pengabdian namanya dan berangan-angan bahwapada suatu hari syairnya digantung pada tabir Ka'bah. Rasulul-lah s.a.w. sendiri telah bercerita kepada kita tentang keinginan-keinginan hawa nafsu kepemudaan yang merayu dirinya. Di- -sebutkan dalam riwayat bahwa ia sedang menghela kambingmilik keluarganya di luar kota Mekkah bersama seorang darisuku Quraisy. Pemuda Muhammad: Ia meminta kepada taman-nya untuk menjaga akan kambingnya, agar ia dapat pergi ber-samrah di Makkah, seperti pemuda-pemuda lainnya bersamrah.Ia lalu pergi. Setelah sampai di muka rumah yang terdekat darirumah-rumah di Makkah ia mendengar nyanyian, serta suaragenderang dan seruling pada keramaian perkawinan di kota.Tetapi ia tidak tertarik kepada keramaian itu. Ia mengantukdi sana hingga akhirnya tertidur.

Peristiwa semacam itu dialamilagi untuk kedua kalinya.Dari kejadian ini nampaknya bahwa suatu kejadian yang

128

Page 125: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

I.

datang secara kebetulan dan tidak tersangka-sangka selaluterjadi untuk menjauhkannya dari maksudnya. Bukanlahkekhurafatan yang berbicara dalam masalan Ini, melainkansaksinya sendiri yang berbicara, yakni sejarah yang berlan-dasan hadits-hadits yang sahih. Kami dalam masalah ini mem-punyai suatu pegangan yang penting yaitu bahwa calon Nabiini sudah barangtentu dalam kehidupan kepemudaan ini ber-teman dengan orang sahabat-sahabatnya, yang di kemudianhari, seperti Umar Ibnul Khattab umpamanya, akan menjadipahlawan-pahlawan dan syuhada demi untuk membela da'wah-nya.

Dalam pegangan historis ini terdapat kesaksian yang terja-min akan kebenarannya, terdiri dari nama-nama yang palinggemilang dalam sejarah Islam, seperti Khalid ibnul Walid, Usmanibnu Affan dan lain-lain.

Mereka itulah yang mengeluarkan suatu keputusan singkattentang calon Nabi ini. Keputusan itu singkat, tetapi jelas danterang,. ketika mereka menggelarinya dengan nama "Al-Amin"(yang dipercaya). Calon Nabi ini dalam pandangan mereka ada-lab orang yang beaar pembicaraannya dan terpercaya. Kesaksianhistorls ini memberikita suatu kejelasan yang berharga untuklukisan psikologis yang kami berusaha melukisnya. Namunkehidupannya sehari-hari yang diwamai dengan keserba-seder-lianaan berjalan terus tanpa ada sesuatu yang istimewa sampaiia mencapai usia duapuluh lima tahun. Dalam pada itu Muham-mad masih hidup membuiang, karena ia belum dapat menikah,sebab untuk melamar seorang wanita bangsawan Makkah, mung-kin ia harus membayarkan mas kawin yang besar jumlahnya,yang tidak dapat dijangkau oleh hartanya yang sangat sedikit.

129

Page 126: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

PERKAWINAN DAN ISOLASI DIRI

Sekalipun demikian, tatkala ia berusia duapuluh lima tahundatang kepadanya seorang budak bemama Maisarauntuk mem-bicarakan dengannya masalah perkawinan. Pembicaraan berkisarsekeliling seorang janda kaya dari keturunan bangsawan diMakkah, bemama; "Khadijah", Nabi menolak untuk melamar-ny-amengingat keadaan sostalnya yang tidak bermartabat tinggi,bila dibandingkan dengan posisi istri yang dicalonkan Itu.

Namun budak yang cerdas itu mengetahui bagaimana cara-nya ia menghilangkan keraguan Nabi. Lalu Khadijah sendiriturut mencampuri soal ini untuk menunjang usaha budaknya,Maisara.

Dari fakta campur tangan Khadijah itu sendiri, kami telahmemperoleh suatu keterangan yang amat berharga ditinjaudari sejarah "Fenomena Al-Qur'an". Pada masa itu di Makkahberjangkit suatu keadaan psikologis secara khusus, sebagaimanaselalu terjadi di setiap tempat, menjelang terjadinya keadaan-keadaan penting, seperti perang umpamanya.

Pada masa itu penduduk Makkah sedang menanti-nantikedatangan seorang Nabi dari keturunan Ismail a.s.

'Khadijah berambisi sekali mempersuamikan dirinya denganNabi yang akan datang itu. Khadijah melihat yang dinanti itudalam diri Muhammad, yang kepadanya Khadijah membukasepenuhnya perasaan hatinya terhadap orang laki yang diidam-idamkan untuk menjadi suaminya itu. Akan tetapi Muhammadtidak kurang berterus-terangnya daripada Khadijah, ketika iamembela dirinya bahwa bukanlah dia Nabi yang dinanti-nantiitu.

Dalam situasi psikologis ini terjadilah pemikahan itu. Perni-kahan ini telah meninggalkan untuk kita suatu hal dari segi prin-sip, berupa kesaksian penting tentang pribadi Muhammad yangmenjadi terang bagi kita di bawah sorotan dialog yang pertamaini mengenai kedatangan Nabi yang dijanjikan oleh Allah itu.Kami memperoleh dalam pemikahan ini suatu kesaksian lainyang tidak kurang pentingnya. Ia telah meninggalkan untukkita suatu naskah penting tentang sejarah pri kehidupan Nabi.Diriwayatkan khutbah yang diucapkan oleh Abu Talib, pamanNabi, pada waktu pelamaran sebagai yang lazim di kalanganQuraisy.

130

Page 127: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dalam khutbahnya itu Abu Thalib berkata: "Amma ba'du,sesungguhnya tiada seorang pun pemuda Quraisy diukur denganpribadi Muhammad, melainkan bobot Muhammadlah yanglebih unggul dalam hal kemuliaan kebangsawanan, keutamaandan akal pikiran, sekali pun ia tidak berharta. Harta hanyalahlaksana bayangan yang akan hilang lenyap, dan suatu hutangyang akan ditagih kembali. Ia mempunyai keinginan menikahdengan Khadijah binti Khuwailid, dan Khadijah pun demikianpula 1).

Kalimat-kalimat di atas ini sampai kepada kita dengan tepatmembawakan gambaran "Al-Amin" (orang yang dipercaya) itu,dan sesuai pula dalam segala bentuknya, dengan lukisan historistentang seorang pahlawan, sebuah epos dalam sejarah keaga-maan.

Akan tetapi lihatlah, kehidupan sehari-harinya berubahsekonyong-konyong, sebab Muhammad akan meninggalkangelanggang hidup masyarakat Makkah. Ia akan menarik diridari lingkungannya dan- akan mengumpulkan kekuatan batin-nya seraya merenung. Penarikan diri ini kelak akan membe-rikan buahnya di gua Hira 2).

Barang apa dan bekal ruhani atau rasional apa yang ia bawadalam isolasi (penarikan diri) ini, dari tempat mana lima belastahun kemudian memancar sinar cahaya Al-Qur'an?

Kita telah mengetahui tentang zaman itu bahwasanya adatkebiasaan yang bersumber dari penyembahan berhala dalammasyarakat jahiliyah (sebelum Islam) berdiri landasan kuna dari-pada tauhid "tradisional", yang tercermin dengan jelas dalamRhutbah Abu Talib. Akan tetapi "tauhid" yang di luar kesadar-an ini tidak mengkonsekwensikan suatu bentuk ritus-ritus secara

1). Demikianlah tersebut pada hamisy (keterangan tertulis pada tepianbuku) kitab "Alkamil karangan lbnul Atsir, [ilid II halaman 35.Di kitab "Sirah Alhatabiah" jilid I halaman 139 terdapat teks lain.

(Penterjemah Arab).2). Hendaklah "penarikan diri" ini diartikan menurut makna umumnya

sebab "penarikan diri" ini adalah penarikan diri seorang yang tidakmeninggalkan masyarakat samasekali. Namun sejarah tidak mence-riterakan bahwa pada masa itu mengerjakan perdagangan: Sekiranyaia melakukan perjalanan seperti yang ia lakukan sebelum berisitri,tentu akan disebutkan oleh sejarah Nabi. Kiranya kekayaan SitiKhadijah turut memikul sebagiandari bebannya.

(Pengarang).

131

Page 128: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

khusus, sedang Ka'bah khususnya menjadi tempat peribadatanterhadap berhala-berhala, atau menjadi arena politik bagi ke-luarga-keluarga (suku Quraisy) yang berkuasa. Adapun yangbertalian dengan kehidupan keagamaan di kota Makkah. Sejakmasa lama kehidupan itu diatur sesuai dengan kesatuan kekabi-laban yang diselubungi kedustaan, menjadikan "Hubal", "Lata"dan "Uzza" kepala-kepala dari sekumpulan berhala-berhala,sesembahan bagi kabilah-kabilah Arab seluruhriya. Akan tetapikeluarga-keluarga yang besar di Makkah, berkat pengaruh poli-tik dan perdagangan, telah berpegangan, selain kesatuan pe-nyembahan berhala yang dibuat-buat ini, juga dengan ketau-hidan, mengesakan Allah, tetapi yang tidak jelas; suatu ketau-hidan yang tercermin dalam ingatan, 'yang mereka pelihara de-ngan kebesaran hati dan kebanggaan, terhadap moyang mereka"Ismail". Betapapun halnya, ingatan ini pernah samasekalimemberikan pengaruhnya kepada kepercayaan-kepercayaanbangsa Arab, atau tradisi-tradisi perang mereka. Hal ini mem-berikan penafsiran kepada kita tentang pergolakan sengit yangkelak akan berkobar antara mereka yang berpegang teguhkepada sistem jahiliyah ini, dan Islam yang baru lahir.

Abu Talib pun, orang Quraisy yang telah betusia lanjut dandihormati oleh kaumnya, lagi mulia itu, yang kami telah sebut-kan perkataan-perkataannya yang mulia dan sopan, yang di-ucapkan dalam khutbahnya. orang ini mati tanpa menyatakanpenyangkalannya terhadap berhala-berhala, sekali pun ia di-mohon dan didesak oleh anak saudaranya.

Itulah semua pikiran surarn yang sempat dibawa oleh calonNabi itu untuk menyertainya dalam penarikan diri dari agamamoyangnya, Ibrahim. Sungguhpun demikian, dalam hubunganini kami harus menambahkan bahwa agama Ibrahim tetapdalam keadaan lebih murni pada sebagian kaum tasawuf, yangpada-zaman itu disebut "Hunafa" (yang kepercayaannya kepadaTuhan lurus). Orang-orang "Hunafa" ini termasuk golonganyang jarang, tidak banyak. Mereka meninggalkan adat kebiasaanzaman itu, yang berdiri atas landasan penyembahan berhala,untuk bertekun dalam penyembahan Tuhan satu, namun kehi-dupan ketasaufan yang dilakukan oleh orang-orang pertapa inidisertai dengan sistem khas, atau dengan suatu bentukritus.Lebih tepat, mereka dalam kehidupan mereka itu tidak mem-punyai hubungan ruhani apapun dengan golongan ahli Kitab,Sumber-sumber historis pada masa itu tidak menyebutkan ada-nya gereja di Makkah, atau tempat peribadatan atau biara di

132

Page 129: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tempat-tempat luar Makkah. Mereka itu hanya pergi menyen-diri di tempat-tempat yang jauh dari keramaian kota, tanpamemutuskan samasekali hubungan mereka dengan masyarakat.Mereka tidak pula mempunyai tarikat ketasaufan, selain dari-pada mempraktekkan kehidupan kezahidan, atau kehidupanmelepaskan kesenangan dunia, suatu hal y;mglllenunjuk kepadapembawaan gurun pasir dan pengaruhnya terhadap jiwa merekaitu.

Kezahidan itu pada kenyataannya nampak dalam keseder-hanaan seorang badui, yang kekayaannya selalu bergantungkepada "kemurahan hati", kelaparan, paceklik, atau seranganyang dilakukan oleh kabilah-kabilah yang bertetangga. Padapemyataan yang diucapkan oleh Abu Talib sendiri pada kesem-patan lamaran itu, tentang harta yang tidak lain, hanya sebagaititipan yang pasti diminta kembali baik lambat maupun cepat,pada kata-kata ini tampak jiwa gurun pasir lebih banyak dari-pada jiwa biara.

Jalan yang ditempuh oleh para pertapa sufi yang disebut"Hanif" itu tidak membeIitang sampai kepada etika Masehi,atau syariat agama Musa. Ia hanya suatu sistem yang unik,alami dan sederhana, yang contoh etiknya yang mumi kitadapati dalam syair-syair Qis ibnu Saedah. Qis ini, katakanlahbahwa ia hanya benar beragama Nasrani, sebagaimanamerekakatakan, tidak meninggalkan kepada sejarah selain bait-baitsym yang gemilang, yang menggambarkan genialitas gurunpasir yang mumi.

Citra agama Ibrahim, rupanya masih agak kelihatan dalamlingkungan kaum jahiliyah, pada masa itu, sebab di sana-sinimuncul seorang Hanif, akan tetapi citra ini analah sepenuhnyahanya tradisi kearaban semata-mata, tidak mempunyai kaitansedikitpun dengan alam pikiran Yahudi Masehi, yang alirankeruhaniannya sudah tumbuh, jauh sebelum zaman itu, ber-samaandengan kenabian Musaa.s.Bahkan sampai pada zaman kita ini, yakni setelah tigabelasabad dari peradaban Islam yang jiwanya menghayati akalpikiran orang Arab yang bermukim di gurun pasir, kita masihmendapati bahwa peradaban Kitab-kitab yang diwahyukan,samasekali tidak menyebar luas, dan banyak kaum muslimindi utara Najd, masih buta pengetahuan tentang sejarah per-adaban Yahudi Masehiini 1).1). Dikutip dari buku karangan Raswan yang berjudul: "Studi tentang

sosiologi" .

133

Page 130: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Berdasarkan hal di atas; maka tidaklah logis untuk memper-kirakan bahwa golongan "Hunaifa" itu memiliki pengetahuanyang lebih luas daripada orang-orang pada zaman kita ini ten-tang aliran pikiran, dan sejarah Keesaan Tuhan.

Makaadalah mudah bagi kita inembayangkan bahwa Nabis.a.w, hanya dengan membawa bekal yang sangat sedikit, de-ngan pikiran yang telah dimaklumi dan dengan tujuan biasa per-gi berkhalwat menarik diri dari masyarakat ramai sesudah iakawin, sama benar dengan apa yang dilakukan oleh kaum Hu-nafa pada masanya. Namun kiranya, ada manfaatnya untukmenjelaskan bahwa hal-hal yang kami sebutkan di atas adalahlebih benar, dan sungguh-sungguh dalam diri Nabi, sesuai de-ngan keadaannya sebagai seorang yang buta huruf, tidak mem-baca dan tidak menulis, sehingga tertutup baginya kemungkinanuntuk memperoleh pengetahuan tertulis apapun.

Kesemuanya yang. tersebut di atas adalah suatu konstatasiyang hanya dihambur-hamburkan saja, sebab sumber tertulistidak ada samasekali di kalangan Nabi yang ummi ini, sebagai-mana akan nampak jelas kemudian.

Sekarang apakah keterangan yang ada pada kita tentangisolasi diri yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. selama lima belastahun itu? Apabila kita menyingkirkan sebagian keterangan-keterangan yang berkaitan dengan kehidupan suami-isteridankehidupan rumah tangganya, maka kita tidak akan uapatmengetahui samasekali apa-apa yang berhubungan dengankehidupan ruhaninya pada masa itu.

Apakah ia tenggelam dalam renungan yang dalam tentangproblem keagamaan, dalam hal mana ia dipimpin oleh sejenisilham mengenai da'wah kenabiannya yang mendatang?

Orientalis besar; Dunningham telah menjawab pertanyaandi atas dengan mengiakannya. Akan tetapi jawaban mengiaya-kan itu, menurut hemat kita, tidak lebih daripada suatu kha-yalan belaka dari orientalis itu, sebab tidak bersendi, sebagai-mana nampaknya, kepada suatu kesaksian historis yang tidakdapat disangkal atau ditolak, yaitu kesaksian AI-Qur'an 1),karena kitab ini melukiskan kepada kita dengan menolehkepada masa lampau, situasi Rasulullah s.a.w, sebelum ditu-runkan wahyu kepadanya, dengan firman Allah s.w.t.:

1). Dengan menganggap, dalam uraian ini, Al-Qur'an sebagai suatu naskahhistoris.

134

Page 131: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Dan engkau tadinya tidak mengharapkan bahwa Kitab (A'"Qur'an) akan diwahyukan kepadamu, hanya dengan rahmatTuhanmu (A"'Qur'an diturunkan kepadamu), oleh sebab ituJanganlah engkau menjadi penolong bagi 01Yl1l6-orangyangka(ir". (Surat Al-Qa,shash: 86).

Makna ayat ini tidak lain kecuali bahwa Rasulullah tidakmempunyai sedikitpun pengharapan untuk menja1ankan suatuda'wah kenabian hanya karena hasratnya sendiri, baik pada ma-sa sebelum isolasi diri, atau di tengah ia melakukan isolasi diri.Namun memang demikianlah makna psikologi ayat ini, yangam penting historisnya tidak terlintas dalam pikiran Prof.Durmingham, sekalipun ia tidak menaruh keraguan samasekaliterhadap keabsahan Al-Qur'an secara historis.

Selain daripada hal di atas kita harus ingat bahwa penafsiranayat seperti di atas itu tidak terikat dengan sesuatu kecuali de-ngan satu kondisi saja, yang sangat diperlukan serta memadai,yaitu sifat tulus ikhlas secara mutlak yang dimiliki oleh Nabis.a.w. Inilah secara tepat sasaran ukuran itu, agar kita dapatmelihat di dalam Al-Qur'an, dengan bersendi kepada sifat Nabiyang bersejarah serta positif itu, cermin yang mencerminkanmasa lampau, atau setidak-tidaknya sesuatu yang sama dengancermin yang dapat memberikan refleksi, memungkinkan kitauntuk mengetahui dari cermin itu, dengan jalan refleksi, perio-de-periode yang berbeda-beda yang dilalui oleh pribadi Muham-mad s.a.w. sepanjang sejarahnya, sehingga kita akan dapat me.lihat dalam ayat suci terse but di atas gambaran yang realistiskeadaan jiwa pada Nabi Muhammad s.a.w, semasa khalwatnyadi gua Hira. Jadi tidaklah ada suatu alasan untuk menasabkankepada "orang yang tulus benar dan dipandang itu suatu mak-sud yang jelas untuk merenungkan problem metafisik sesaat iabersiap-siap untuk pergi Iflengisolasi dan menarik diri, setelahperkawinannya "Hasil", basil daripada ukuran masa kini akanmengokohkan hukum yang ditetapkan sebelumnya. Sekalipundemikian masih ada suatu titik yang tidak jelas, yaitu bahwaahli sejarah masa kini merasa heran bahwa sejarah pri kehidupanNabi tidak memuat, melainkan sedikit saja keterangan-keterang-an mengenai "isolasi dirj." ini, yang tepercaya" sebagai periodepokok, ditinjau dari segi psikologis, sehubungan dengan da'wahkerasulan mendatang.

Pada hakekatnya memang kita tidak memiliki kecuali sedi-kit keterangan-keterangan mengenai obyek ini.

135

Page 132: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Akantetapi hal ini tidak menimbulkan keheranan, sebab sejarahtidak dapat menjajaki perjalanan hidup calon Nabi itu, selaindari ingatan orang-orang yang semasa dengannya. Sebenamyacalon Nabi ini hilang dan lenyap dari penglihatan zaman, untukselama limabelas tahun menjadi orang "penyepi" Makkah, atau"penyepi" gua Hira.

Kami menemui dalam sikap berhati-hati sejarah mengenaimasalah ini, tanpa bukti bahwa sejarah pri kehidupan Nabi,yang terkandung dituduh suka berlebih-Iebihan, sebaliknyadaripada itu menunjukkan sikap penuh berhati-hati dan tidakgegabah, apabila ia tidak mendapatkan keterangan-keteranganhistoris.

Maka kami terpaksa, karena kurangnya keterangan-keterang-an pada kita, untuk mencari pegangan kepada ruas-ruas dan ke-terangan-keterangan psikologis yang diketengahkan oleh Al-Qur'an. Yang mendorong kami untuk menempuh cara yangdemikian itu, ialah keadaan pribadi Nabi yang perjalanan hidup-nya lurus-lurus saja (tanpa goncangan dan perobahan), sertatindak-tanduknya yang sama-sama saja, sepanjang hayatnyasemua, sejak perkawinannya, yang kesemuanya itu membukapada kami kesempatan menghimpun beberapa keterangan ob-yektif mengenai pribadi itu.

Persoalannya adalah, bahwa orang ini yang menyingkirdari arena sejarah selama limabelas tahun akan muncul kembalidi atas arena itu selama duapuluh tiga tahun, untuk hidup, ber-pikir, berbicara dan bekerja, di siang hari belong, lebih banyakdaripada waktu-waktu sebelumnya.

Pada hakekatnya kita mengetahui semua.keterangan-kete-rangan mendetail, yang berhubungan dengan periode penurunanAI-Qur'an, sampai kepada yang tidak berarti tentang kehidupanberkeluarganya, berkat jasa sejarah pri kehidupannya, yang se-belum kejadian ini tetap membungkam. Maka terdapat kemung-kinan akan tampak jelas garis-garis pokok bagi "isolasi diri"yang dijalankan itu, dari keterangan-keterangan mengenaikehidupannya yang mendatang. Dan Rasulullah s.a.w, sendiriyang di kemudian hari mengisyaratkan kepada caranya ia mem-pergunakan waktunya. Ia bersabda dalam sebuah Hadits: "Wa-jiblah atas seorang yang berpikiran sehat, tidak kehilangan akalsehatnya, mengadakan waktu-waktu dalam kehidupannya:Waktu untuk berdialog dengan Tuhannya, waktu untuk meme-riksa dirinya sendiri, waktu untuk merenungkan ciptaan Allah,dan waktu untuk mengisi kebutuhan dirinya akan makan dan

136

Page 133: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

minum. Dan patutlah bagi seorangyangberakal sehat untuktidak pergi merantau kecuali untuk tip hal,yakni: mencaribekal untuk akhirat, atau untuk mencari rezki, atau untukmencari kesenangan hidup tanpa mengerjakan hal-hal yangdiharamkan 1).

Apabila kita sudah menetapkan cara hidup Nabi yang luruslurus saja maka inilah program kehidupan yang digariskan oleh-nya dan yang harus ia ikuti, terutama pada waktu "isolasi diri".

Disamping itu, adat kebiasaan itu menetap terutama padaseorang dewasa (sudah akil balig), untuk beretleksi selanjutnyaterhadap segala hal dari kehidupannya. Demikian pula halnyamenurut hemat kami, dengan keadaan Nabi s.a.w., seperti yangditunjukkan oleh pengamatan istrinya Aisyah, ketika ia merasaprihatin terhadap kesehatan suaminya, dikarenakan berdirinyayang lama sekali pada waktu malam untuk mengerjakan shalatnafilah2). Apa yang dilakukan Nabi benar-benar suatu kebi.-·M yang menetap pada Nabi sejak waktu isolasidiri itu.

Berdasarkan hal di atas, kalau Nabi s.a.w, menyediakanse-bagian besar dati waktunya untuk shalat, sedang ia didesak olehpikiran-pikiran yang meresahkan hatinya tentang segala halihwallahiriah bagi risalatnya, maka kiranya Nabi s.a.w, mempu-nyai cukup kelapangan waktu yang memberi padanya kesem-patan untuk mengerjakan "I'tikaf" (berdiam di masjid) mana-kala ia tidak sibuk dengan sesuatu dati hal ikhwal hidup dunia-wi dan yang berhubungan dengan urusan umum.

Jadi tidak perlu diherankan, kalau kita tidak memperolehkecuali sedikit sajaketerangan-keterangan tertulis tentang kehi-dupan Nabi dalam periode pra kenabiannya ini, yang secara ob-yektif tidak tercatat oleh sejarah.

Gema "isolasi diri" ini tidak berkumandang ke dunia luar,hingga pada kira-kira akhir periode ini, sehubungan dengan ka-bar yang menggemparkan tentang datangnya Nabi yang dinanti-nantika:h..1) .. Diriwayatkan oleh Ibnul Hayan dalam "Sahihnya", dan Alhakim ber-

kata: "Hadits ini sahih sanadnya, berasal dari Abu Dzarrin Alghi-fari r.a.

2). Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam B~khari: "Berkata Aisyah,Rasulullah s.a.w. (dalam shalat malamnya) bt<r<1irihingga keduatumit

kakinya berpecah-pecah. Dalam sebuah Hadits lain yang diriwayatkan olehAlmugirah bahwa ia berkata: Nabi s.a.w. berdiri atau shalat hingga keduakakinya, atau kedua betisnya bengkak. Tatkala diberitahu , kepadanyahal ini ia bersabda: "Tidakkah aku ingin menjadi seoranghamba yangpandai 'bersyukur? (Penterjemah Arab).

137

Page 134: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

M:ASA PEWAHYUAN

PERIODE MAKKAH

PER I on E MAD I N A H

Page 135: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

MASA PEWAHYUAN AL-QUR'ANPERIODE MAKKAH

"

Muhammadsekarang telah mencapai usia empatpuluhtahun.Tabir terbuka kembali menyingkap sejarah Muhammad. Namunkita mendapati Muhammad dalam krisis mental yang dalam.

Sejak limabelas tahun yang lalu ia hanya seorang "Hunafa"yang sederhana; yang membagi waktunya, sebagai yang ia kata-kan sendiri antara beribadat kepada Allah dan merenungkankeindahan eiptaan-Nya. Langit yang tinggi yang menutupi de-ngan kubah birunya pemandangan menyala Jabal Annur masihtetap menarik mata Muhammad kepadanya, sebagaimana pe-mandanganyang sarna menarik mata si anak keeil yang berdiridi muka kemah inangnya. Namun Muhammad bukanlah suatuotak yang pandai bermetode meneari suatu teori tentang alamsemesta serta keharmonisan alam. Dia bukan juga orang yangpikirannya gelisah meneari ketenangan, sebab ketenanganpikirannya selalu lebih dari eukup terutama sejak ia. berkhal-wat di gua Hira. Dia beriman kepada Allah Yang Maha Esa,yaitu Tuhannya Nabi Ibrahim a.s.;

Maka adalah keliru, menurut hemat kami, bahwa kritikmodem, terutama Prof. Durmingham, melihat dalam gejala inisuatu periode meneari-carl dan kegelisahan, yaitu suatu bentukdaripada kehendak pada diri Nabi untuk membuat bentuk pi-kiran dan meneiptakan ide. Bahkan sebaliknya: keterangan-keterangan yang diperoleh pada zaman ini membuktikan bahwaproblem metafisik tidak pemah mengganggu hati nuraninya,sebab ia selalu mendapatkan pemeeahannya. Sebagian daripemeeahan ini bersifat intuisi dan pribadi, sedang sebagian lainpembawaan yang diwarisi dari nenek moyang,sebab keimanan-nya kepada "Tuhan Yang Maha Esa datang dan moyangnya,yakni Nabi Ismail a.s.

Apa yang diuraikan di atas adalah konstatasi pokok untukmempelajari. "Fenomena Al-Qur'an, dalam hubungan denganpribadi Nabi Muhammad s.a.w., sebagaimana menurut kenyata-an dilukiskan oleh keterangan-keterangan sejarah.

Ada baiknya untuk kami jelaskan di sini bahwa tiada sedi-kitpun perhatian individual mencampuri soal perenung yangberkhalwat ini, yang samasekali tidak mempunyai perhatian_hadap problem keagamaan. Apa yang ia jalankan lebih ba-

.> nyak merupakan penyelidikan tentang tindak laku etik, menu-

140

Page 136: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

rut' cara para pertapa India, atau cara ahli tasauf Islam, danpadamerupakan suatu penyelidikan tentang suatu da'wah (kerasulan)sebab antara pribadinya dan keobyektifan metafisik yang iarenungkan tidak mungkin bagi kami, setidak-tidaknya khususpada masa itu, untuk menetapkan akan adanya kaitan pemikir-an yang dituju. Apayang kami terangkan ini bukanlah hanyasekedar penetapan, melainkan ia suatu penjelasan tentang ke-adaan pribadi ini, yang bersesuaian dengan keadaan-keadaanpsikologis lainnya, sebagaimana terlihat dalam pri kehidupanNabi dan pada kesaksian AI-Qur'an mengenai masa lampaunya.

Sungguhpun demikian, kita mendapatinya pada usia empatpuluh tahun sedang diliputi oleh keprihatinan, dan juga pen-deritaan. Dia bimbang, dia tidak menaruh syak terhadap adanyaAllah, sebab kepercayaannya terhadap wujud Allah tidak per-nab goyah samasekali. Namun ia bimbang terhadap dirinya sen-diri. Bagaimana dan mengapa keraguan ini datang kepada diri-nya? Mengapa ia sekarang mendapati bayangan dirinya dalamrenungan-renungannya? Mengapakah ia melihat maya dirinyamembayang pada dasat batin penglihatan keagamaannya, se-hingga maya diri sendiri ini hampir menjadi titik pusat peng-lihatannya itu, .. Sejarah pri kehidupan Nabi s.a.w, yang memperhatikan halikhwal historis mengenai hayat Nabi s.a.w., tidak mengemuka-kan keterangan apapun perihal keadaan yang bersifat psikologis,ini yang penting. Namun dengan memperhatikan makna ayatsuci yang tersebut di atas, serta penyanggahannya kepada Kha-dijah ketika membicarakan soal perkawinan, kita memperolehjawaban tentang problem yang kepadanya dihadapkan olehkeadaan psikologis yang kita dapati pada Nabi s.a.w. padaakhir masa khalwatnya.

Sekalipun ayat suci tersebut dan keterangan sejarah prikehidupan Nabi itu tidak memberikan penjelasan kepada kitaberapa besar kebimbangan yang ada pada diri Nabi, namunayat suci dan sejarah itu memberikan kesaksian pada kitabahwakebimbangan ini bukanlah hasil suatu.angan-anganpada pribadiMuhammad s.a.w., yang bersumber dari kecerobohan, ataugiladiri, atau kesombongan akan kebesaran diri.

Maka kita harus memandang kebimbangan ini sebagaisuatuhasil keadaan individual yang datang tanpa disengaja, yang didalamnya Nabi mendapati dirinya sekonyong-konyong beradadi hadapan prinSip-prtnsip perasaan, serta di hadapan suatu

141

Page 137: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

situasi, dimana ia merasa aaanya beberapa hal yang aneh me-ngenai diri/dati dekat keadaan pribadinya.

Kepada apakah, perasaan ,yang sekarang mengelilingi seluruhsegi dirinya itu harus dicari sebab-sebabnya, dalam hal perasaanini menusuk-nusuk secara menyakitkan alam pikiran obyektif-nya? Apakah itu hanya semata-mata gerakan di luar kesadaran?Ataukah ia suatu ilham akan datangnya pemecahan bagi prob-lem itu dalam waktu dekat dan secara luar biasa?

Beberapa jenis binatang memperoleh ilham akan datangnyabahaya dan kegoncangan-kegoncanganyang akan mengenai ~m-pat-tempat tinggal binatang-binatang itu dalam waktu dekat,Sejenis lebah yang hidup di Amerika meninggalkan ~yasemalam sebelum berkobamya kebakaran di tempat itu. Dandi sebelah selatan Konstantinia hidup satu jenis binatang meng-gerat meniriggalkan tempat kediamannya di tepi-tepi sungai,dekat sebelum terjadinya bencana alamo ..

APakah pada Nabi terdapat hal yang serupa dengan ilhamini, yaitu kenubuatan tentang "Fenomena AI-Qur'an" yangakan menjadikan dirinya seolah-olah terbakar, dan yangakanmenyelubungi seluruh wujudnya?

Sekiranya kita mengatakan, bahwa hal ituadalah dari beker-janya keadaan di luar kesadaran, maka kaidah ini harus kitatrapkan terhadap penafsiran seluruhmateri AI-Qur'an, sertapenafsiran pemikirannya yang berkait-kaitan, sebagaimana kitamenafsirkan juga dengan kaidah itu, dalam diri Nabi, gejala-gejala fenomena dan hal-hal yan&-bersangkutan dengan fenome-na itu. Namun hal ini, sebagaimanakami akan mengisyaratkarinanti, tidak selalu mungkin.

Namun Nabi akan membuka seal kepribadiannya kepadaKhadijah, istri yang menyayanginya itu, dan ia akan menumpah-kan kepada istrinya seluruh keluhannya, sebab ia menyangla.dirinya gila dan kemasukan jin. Iamenganggap bahwa suatusihir yang sial telah mendatangkan mudarat~padanya. Akantetapi Khadijah yang mulia itu, membesarkan hatinya dan me-nenangkan ketakutannya, dengan berkata:

142

Page 138: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

... ;" .( ~I

."

"Demi Allah!" Allah tidak akan menghinakan engkau selama-lamanya. Engkau sungguh menghubungkan tali silatur-rahmi,memikul beban semua, membantu orang yang tidak punya,memuliakan tamu dan menolong orang yang terkena musibahkarena membela kebenaran".

Dart kalimat-kalilXlat yang bersejarah ini nampak jelaspada kita, dengan cara yang tidak mungkin diperdebatkan~ ide"Tuhan Yang Maha Esa" yang bersinar di tengah-tengal1keluar-ga Muhammad s.a.w., hinggahampir pada saat ia diutus' menjadiNabi.

Konstatasi ini memberi kita kesempatan untuk D).engambilkesimpulan tentang kepercayaan Muhammadpribadi akan diri-nya dalam masalah ini selama kekhalwatannya.

Hal ini menambah suatu hal pokok bagi lukisan psikologisyang kami sedang melukisnya mengenai diri Nabi s.a.w,

Betapapun jua kita dapati Nabis.a.w. setelah ketakutannyaditenangkan oleh Khadijah, ia kembali meneruskan kekhalwat-annya, dimana ia diserang kembali oleh kebimbangan, dan di-mana ia didominasi oleh kegelisahanyang sangat, yang memberibekas kepada hal ihwal psikologisnyapada masa itu, dan kebim-bangan ini menyertainya terus lebih banyak daripada waktu-waktu sebelumnya, karena ia merasa "hadimya", yang berputar-putar mengelilinginya.

Ia keluar dari "isolasi" dirinya, berjalan di lorong-Iorongyang seolah-olah menyala karena panasnya di Jabal Annur itu,dan ia merasa sesak di dadanya dari sesuatu "yang tidak dike-nal" yang ia rasakan melekat pada jiwanya, sedang ia tidak ber-daya dan tidak berkuasa terhadapnya. Dia telah sampai di tepilembah yang curam, ia melihat jalan keluar dari tragedi yangdideritanya, dalam dasar lembah curam itu. Nyaris ia pasrahkepada pikirannya yang menguasai dirinya itu. Ia Jnelangkahselangkah ke depan. Akan tetapi terdengar suara, yang lebihcepat daripada anggukannya, menghentikannya: "Hai Mu-hammad, engkau sungguh seorang Rasul Allah". Ia mendo-ngak ke atas untuk melihat ufuk bersinar berkelap-kelip penuh

143

Page 139: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

eahaya. Ia lalu memutar kembali langkahnya dalam keadaancemas dan heran, sedang khayal itu tidak mau hi1ang dari peng-lihatannya. Khayal itu berada di setiap tempat dan di semuasudut. Ia pingsan karena ketakutan sehingga terjatuh. Setelahiasadar kembali, ia kembali ke Makkah, dimana ia mendapat-kan orang yang menyayanginya, yang kepadanya ia dapat me-numpahkan rahasianya. Khadijah menatap muka Muhammadyang kelihatan sedih dan dalam keadaan seperti orang demam,sedang 'ia adalah orang yang selalu dilihatnya memperhatikandirinya, tidak pernah lupa akan kerapian potongan bajunya. Ini-lab dia, sekarang dengan ram but kusut, dan muka pucat, sertapakaian yang penuh debu. Akan tetapi Khadijah yang penuhkesayangan itu dapat menguasai kecemasannya, lalu mem-perhatikan suaminya, dengan kata-kata yang penuh kesayangandan kehalusan Khadijah, dapat memasukkan kedamaian dalamhati suaminya yang kebingungan itu.

Lalu Muhammad kembali berjalan ke Jabal Annur lagi.Malam telah turun meliputi khalwatnya di gua Hira. Ketika iatertidur, ia merasa ada gerakan di luar kesadarannya memba-ngunkannya dari tidumya. Ia merasa akan "kehadirannya".Ia melihat sekarang di hadapan matanya seorang laki berman-tel dengan pakaian putihnya, "Yang tidak dikenal" itu mende-kat kepadanya, kemudian berbicara dengan dia seraya berkata:

"Bacalah! "

- "AIm tidak dapat membaca", dijawabnya oleh Muhammad,seraya ia berusaha menjauh dan lari dari lelaki itu, yang me-

megangnya, lalu mendekapnya, hingga ia kepayahan. Kemudianlelaki itu melepaskannya, seraya berkata lagi:

"Bacalah!" Muhammad menjawabnya lagi:~ "Aku tidak dapat membaca".

Maka diulangi lagi sampai tiga kali adegan itu oleh mahlukruhani itu yang selanjutnya akan menjadi tamu yang berulang-ulang datang kepada Nabi:

- "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang telahmenjadikan; menjadikan man usia dari segumpal darah. Bacalah:Dan Tuhanmu Yang Maha Mulia, yang mengajarkan dengan ka-lam (pena), mengajarkan manusia apa yang tidak pemah dikete-huinya".

Ayat-ayat ini, sehubungan dengan Nabi dan sejarah, adalahuntuk pertama kalinya "Fenomena Al-Qur'an muncul, yang

144

Page 140: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

akan mencakup dalam lembaran-lembarannya dua puluh tigatahun yang terakhir dari kehidupan Nabi s.a.w.

Sejak detik itu Nabi yang ummi itu memperoleh perasaan,bahwa sebuah Kitab sudah terpatri di dalam kalbunya 1). Akantetapi ia tidak dapat membuka-buka lembarannya kapan saja.iasuka, juga tidak dapat melihat-lihatnya menurut kesenanganhatinya, sebab kepadanya akan diwahyukan hanya pada setiapkali hal itu diperlukan oleh risalat yang akan dibawanya.

Adakalanya wahyu itu terlambat atau lamban datangnya,sekalipun ketika terjadi suatu keadaan yang mendesak; kata-kanlah umpamanya keadaan yang perlu segera diambil keputus-an tentangnya, atau keadaan dimana diperlukan dibuatnya tasy-ri' (undang-undang) sehubungan dengan suatu persoalan yangdihadapkan kepada Nabi.

Marilah kami sebutkan salahsatu keadaan ini. Pada permula-an kerasulannya, tepatnya setelah turunnya wahyu pertama ter-sebut di atas, Nabi menanti untuk waktu yang lama, lebih daridua tahun, sebelum ia melihat untuk kedua kalinya tamunyayang aneh itu dan mendengarkan suaranya. Ia menjadi berputusasa mengenai kedatangan tamunya itu. Kebimbangan datanglagi menguasai dirinya yang rindu kepada keyakinan. Ia berke-yakinan, bahwa ia, telah tertipu terhadap badannya, atau ke-kuasaan itu telah meninggalkan dirinya, yaitu kekuasaan yangmengemudikannya.

Kegelisahan mencekam dirinya, kegelisahan ini menyusupke dalam dirinya seolah-olah seekor ular yang membulat pikir-armya dan perasaannya, dan ia mematahkan dengan tekananbulatannya gairah jiwa untuk memperoleh keyakinan yang sung-guh benar.Untuk kedua kalinya: saat-saat yang mencekam dan detik-detikyang mengharukan, sehubungan dengan Muhammad, yang men-carl dengan berputus asa dalam dirinya dan sekitarnya, sumbermisterius yang tercurah daripadanya ayat-ayat pertama AI-Qur-'an. Hal itu merupakan suatu seruan sedih oleh jiwa yang men-derita dan sanubari yang payah karena gelisah. Ia adalah pang-gilan kepada suara yang tidak menyahut, atau tidak suka me-nyahut. Keadaan diam ini berjalan selama lebih dari dua tahun.1). Di dalam kitab sejarah Alhalibiah, jilid I halaman 328 terdapat nas

yang mengisyaratkan pengertian semacam ini: "Seolah-olah tertulissuatu Kitab dalam hatiku".Mungkin yang dimaksudkan ialah sumber dari pada Kitab itu.

(Penterjemah Arab).

145

Page 141: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Pikiran Muhammad s.a..w.berusaha mendiskusikan keadaan·nya yang unik itu, tanpa memperoleh penafsiran bagi keada8D-nya itu. Ia tenggelam dalam kepayahan, sedang ia telah dile-mahkan oleh ketegangan sarap yang dideritanya. Ia seolah-olahtelah rusak.sebagaisesuatu yang mati ketiduran.

Namun Khadijah, bidadari yang terus berjaga itu, selalumenjagadiri suaminya.

Muhammad lalu tertidur setelah mengalami kegoncanganjiwa yang sangat keras. Akan tetapi Khadijahdengan kata-kata-nya yang penuh kesayangan laksana seorang ibu telah dapatmeredakan krisis yang dia1aminya itu belum lama berselang,sesudah Khadijah menyelimutinya, dan memintanya supayaia beristirahat. Ia lalu tidur laksana tidur seorang anak bayisetelah capai menangis, dan hatinya dirundung duka. Istri yangsangat menyayangi suaminya itu kini tenang 1agidari kegelisah-annya, setelah menyaksikan orang yang tidur itu napasnyatenang-tenang saja, dan dengan perlahan-lahan keluarlah sangistri dari bilik agar tidak menggangguorang yang sedang tiduritu.

Akan tetapi suara dari gua Hira itu sekonyong-konyongmenggerincing di telinga orang yang tidur rtu, yang lalu her-bangkit dari tidurnya, seakan-akan ia diserang demam: "Haiorang yang berselimut! Bangunlahdan berilah peringatan. DanTuhanmu, besarkanlah Dia".

Panggilan di atas telah memekakannya dan sekaligusmen-jadikannya lemah, sebab seruan yang datang tidak tersangka-sangka ini menjadikannya sekonyong-konyong sadar tentangpentingnya perintah yang ia terima dan tidak disangka itu.

Khadijah mendapatinya duduk, tenggelam dalam renungan.Keheranannya menyaksikan hal itu menyebabkannya bertanyakepada suaminya: "Mengapa anda tidak tidur, wahai Abu Qa-sim". Ia menjawab: "Sudah lalu, wahai Khadijah, masa tidurdan masa istirahat. Jibril menyuruh aku memberi peringatankepada manusia, dan menyeru mereka kepada iman kepadaAllah dan agar mereka menyembah Allah. Akan tetapi siapa-kah yang akan kuajak dan siapakah yang akan menerima baikseruanku?" 1).1). Riwayat ini tidak termuat di kitab-kitf-b Hadits, dan di buku-buku

yang ada pada kami. sekalipun riwayat itu disebutkan dalam kitab"Hayat Muhammad" dan kitab "Istri-istri Nabi", tanpa kami mengetabuidati sumber mana kedua pengarangnyamengambilriwayat itu.

(Penterjernah Arab).

146

Page 142: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sebagaimana dengan ini, krisis pertama yang djalamj olenNabi itu telah diselesaikan dengan cara yang tidak didugasemula, maka pemecahan krisis ini nampaknya telah datangkepadanya dengan tak terduga lebih daripada yang sudah-sudah, dengan kata lain pemecahan krisis itu telah menjadibeban di atas bahunya. Kedatangan dengan tak terduga itutatkala wahyu turun untuk pertama kali ini, serta penderita-annya dan ketidak mampuannya kali ini menghadapi tugas yangtidak diduga-duga ini, yang ia menerimanya dalam bentuk perin-tah, menurut pandangan kami, kedua hal tersebut telah men-catat dua keadaan psikologis, yang merupakan keharusan secarakhusus bagi studi tentang "Fenomena Al-Qur'an" sehubungandengan pribadi Nabi s.a.w,

Kami dapat mengatakan di sini bahwa posisi pribadi Nabidiantara kedua krisis dan kedua pemecahan bagi krisis-krisis itu,samasekali tidak disifati dengan harapan untuk melakukan da'-wah. Nabi hanya menyelusuri kumia sentuhan dari Allah sejakwahyu pertama diturunkan.

Kami dapat juga menyatakan, mengenai hal yang berhubung-an dengan terhentinya datangnya wahyu (setelah wahyu yangpertama) bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam ben-tuk memperoleh kembali karunia Allah yang telah hilang dari-padanya.

Kami berpandangan bahwa usaha keras tersebut di atas, me-netapkan pada hakekatnya secara mutlak kebebasan "Fenome-na Al-Qur'an dari pribadi yangmenjadi obyek pembahasan kamiyakni pribadi Nabi Muhammad.

Kami tidak mempunyai intuisi, untuk menetapkan bahwapemecahan krisis psikologis yang kedua itu, mungkin akan ter-lambat datangnya sekiranya sumbemya adalah di luar kesadaranyang ada pada seorang yang tidak berusaha memadamkan feno-mena itu, serta tidak berusaha menekannya dari dirinya bahkansebaliknya, ia berusaha dengan sekuat tenaga dan dayanya un-tuk memudahkan timbulnya femomena ini.

Hal ihwal psikologis ini menumpahkan dengan tepat hasratterakhir pada Muhammad untuk menerima baik da'wah kera-sulan, sebagai suatutaklif yang datang kepadanya dari atas.

Nabi dalam kenyataannya menerima baik taklif itu, dan iatidak suka melepaskannya samasekali, sekalipun ia kelak akanmendapat peneemoohan dan ejekan dari anak-anak Makkah;dan sekalipun ia mendapat penganiayaan, peringatan dan se-

147

Page 143: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

rangan dari pembesar-pembesar Quraisy, seperti Abu Lahab dankaum musyrikin lainnya.

Tiada sesuatu yang dapat memaksanya, agar ia melepaskanda'wahnya, baik kepentingan-kepentingan yang sudah dihilang-kan olehnya dari kepentingan-kepentingan keluarga, maupunpermintaan-permintaan pamannya yang disegani itu, Abu Talib,tatkala orang tua ini ditekan oleh bangsawan-bangsawan Mak-kah, agar ia menghentikan skandal yang dibuat oleh anaksaudaranya. Juga usul mereka kepadanya untuk mendudukijabatan yang paling tinggi dalam pengurusan kota Makkah.Kesemuanya ini tidak dapat menghalangi Rasulullah dari jalan-nya yang telah mantap untuk selama-lamanya, sejak krisis yangkedua itu terpecahkan.

Ketika ia didatangi oleh pamannya untuk membicarakanpersoalannya dengan Quraisy, dengan menunjuk kepada lang-kah-langkah kejam yang telah direncanakan oleh Quraisy, dalamhal ia menolak usul-usul mereka, maka ia menjawab pamannyadengan air mata berlinang: "Demi Allah, wahai pamanku, seki-ranya mereka meletakkan matahari di kananku dan bulan dikiriku, agar aku meninggalkan perkara ini, aku tidak akanmeninggalkannya, hingga Allah memenangkannya, atau akubinasa dalam membelanya".

Menghadapi kemauan yang luar biasa ini maka pamannyayang lanjut usia itu tidak dapat berbuat lain, selain menentram-kan hati anak saudaranya itu bahwa ia akan tetap melindungi-nya sampai akhirnya.

Lalu Quraisy mengambil keputusan untuk menyingkirkanMuhammad dan sanak keluarganya dari tengah-tengah masya-rakat, Untuk itu mereka menulis suatu naskah yang digantungdi dalam Ka'bah.

Keluarga yang dilanda musibah dengan pemboikotan inidilarang mengadakan hubungan apapun dengan kota Makkahhingga yang mengenai hubungan moral, atau perkawinan dengankeluarga-keluarga lain.

Sejarah pri kehidupan Rasul menceritakan bahwa naskahketetapan ini telah dimakan rayap, dan bahwa Nabi telah meli-hat hal itu dalam mimpi, sebelum terjadinya, dengan demikianQuraisy meninjau kembali keputusannya, dan menarik kembalikeputusan pemboikotan itu.

Bagaimanapun keadaannya, lembaran yang berisikan soalpemboikotan, yang zhalim dan mernutuskan hubungan itu,

148

Page 144: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

lama kelamaan hilang nilainya, dan kembalilah keluarga BaniHasyim dan keluarga Al-Muthalib ke Makkah lagi setelah menga-lami bermaeam-maeam beneana yang berjalan lama, serta mem-binasakan itu. Kembali Nabi s.a.w, menyampaikan da'wahnya dihalaman Masjidil Haram. Akan tetapi pembesar-pembesar Qu-raisy telah merencanakan pemboikotan seeara diam-diam ter-hadap da'wahnya. Mereka melarang manusia mendengarkanpembacaan Al-Qur'an.

Nabi s.a.w. melihat bahwa orang-orang di Makkah itu tidaksuka datang untuk mendengarkan da'wahnya, lalu ia mengambilkeputusan untuk membawa da'wahnya ke tempat yang jauh,yaitu ke Taif. Namun ia menemui penghinaan yang lebih kejamlagi dan perlakuan buruk dalam memikul tugasnya. Di Taif iadilempari dengan batu dan dipasang duri-duri di jalan yangdilaluinya. Mereka menggalakkan anak-anak keeil dan budak-budak untuk mengejeknya dan meneomoohkannya. Maka lari-lah penyampai da'wah ini ke sebuah dinding untuk meneariperlindungan, dalam keadaan hatinya menangis karena kebo-dohan dan kekejaman orang-orang di Taif itu. Akan tetapijiwanya tidak mengenal kedengkian. Apa yang diperbuatnyadalam keadaan itu hanyalah menengadah ke langit, mengu-capkan do'a yang penuh kehangatan, kekhusyuan dan kekasih-sayangan yang tidak bagi jiwa insani untuk mengueapkannyadalam saat yang menyedihkan seperti dalam keadaan Nabiini, ia berdo'a:"Ya Allah! Kepadamu aku mengadu tentang kelemahan dayaku, .dan kecilnya upayaku, serta keremehanku terhadap man usia.Ya Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang! Engkau-lah Tuhan bagi hamba-hambamu yang lemah, dan Engkau ada-lah Tuhanku. Kepada siapakah engkau serahkan diriku? Kepadamusuh yang bermuka masam terhadapku? Ataukah kepadakerabat yang Engkau kuasakan dia atas diriku? Asal saja Engkautidak murka kepadaku, aku tidak perduli. Akan tetapi keafiatandari sisimu adalah lebih lapang untukku. Aku berlindung kepadaeahaya dzat-Mu yang karena-Nya kegelapan menjadi terang, dandengan-Nya segala urusan dunia dan akhirat menjadi baik,daripada terkenanya aku oleh kemurkaan-Mu dan tertimpanyaaku oleh kemarahan-Mu. Kepada-Mulah aku memohon maaf,hingga Engkau meridhoi aku. Tiada daya dan tiada upayakeeuali dengan Engkau.

Sesudah menderita "shok" (kegoncangan jiwa) yang demi-kian beratnya itu Nabi s.a.w. kembali ke Makkah, akan tetapidi Makkah ia dinanti oleh musibah lain.

149

Page 145: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maut telah merenggut nyawa pelindung satu-satunya yaknipamannya Abu Talib dari sisinya 1).Pemandangan saat Abu Talib menghadapi sakaratul maut me-ninggalkan kepada kita keterangan-keterangan historis yangberharga,. sehubungan dengan keadaan psikologis Nabi s.a.w.pada masa itu, sebab periode tersebut dalam kenyataannyabagi diri Nabi merupakan saat-saat yang paling berat bagi tugas-nya, dimana kasih sayang seorang anak bercampur dengan has-rat menolong jiwa orang yang sangat ia junjung tinggi, yangpada saat sekaratnya masih tetap menolak untuk diselamatkandengan penuh kekerasan hati dan kecongkakan, sedang si kepo-nakan merasa sangat cemas bahwa pamannya akan mati dalamkeadaan syirik.

Sungguh saat-saat itu adalah saat-saat yang menakutkan,dimana Nabi membayangkan dirinya dan berbicara dengankata-katanya sendiri, dalam mana ia ingin menyelamatkan orangyang telah menjadi baginya sebaik-baik ayah. Terdengar suara 'orang tua yang sedang dalam sakaratulmaut itu dengan napasberputus-putus. Nabi mendesak kepadanya dengan sia-sia agaria suka mengaku masuk Islam. Akan tetapi Abu Talib mengum-pulkan segenap kekuatannya yang sudah hampir habis untukmengatakan: "Demi Allah, wahai Anak saudaraku, sekiranyaaku tidak takut kecemaran akan menimpa dirimu dan saudara-saudaramu setelah matiku, dan sekiranya aku tidak takut bahwaQuraisy nanti akan menyangka bahwa aku mengaku ber-Islam,hanya karena takut mati, pasti aku akan menyenangkan hatimudengan pengakuan yang kau minta, mengingat akan hasratmuyang keras. 2) .Mendengar kata-kata itu Rasulullah merasa derita yang menya-yat, sedang ia melihat pamannya menghembuskan napas yangterakhir, meninggalkan dunia ini, tanpa meninggalkan agamanenek moyangnya yang berdiri atas penyembahan berhala.

1). Riwayat Ibnul Atsir menceritakan, bahwa kepergian Nabi 'kepadasuku Tsaqif di Taif ialah setelah wafat parnannya, Abu Talib. Dalam

halmana gangguan Quraisy terhadapnya rnakin bertambah-tambah. IbnulAtsir meriwayatkan pula bahwa wafat istrinya, Khadijah, adalah sebelumwafat Abu Talib, antara empat sampai limapuluh hari, berdasarkan bebe-rapa riwayat yang berlain-lainan, Demikianlah tersebut dalam kitab,"Hal-hal yang menyenangkan untuk didengar", halarnan 37.

(Penterjemah Arab).2). Dari kitab Sejarah "Alhalabiah" jilid I halaman 250.

150

Page 146: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Pemandangan seram yang melukiskan situasi keluarga,dimana seorang yang telah berusia lanjut hampir menghem-buskan napas terakhir, dan seorang anak, yang dilanda oleh ke-sedihan dan kegelisahandan diliputi oleh penyesalan dan kece-masan, pemandangan tersebut telah mengungkapkan padasaat-saatyang menentukan, keikhlasan mutlak Nabi.

Akan tetapi kerugian lain yang lebih besar lagi mendatang-kan penderitaan, telah terjadi tidak lama setelah Abu Talibwafat, maka Nabi kehilangan istrinya yang menyayanginya;istrl yang mulia. Malapetaka ganda ini telah membawa penga-ruh pada perasaannya secara mendalam, dan bersamaan denganitu Nabi telah menderita juga musibah terhadap kemaslahatanda'wahnya, sebab dengan wafat pamannya dan istrlnya iakehilangan sokongan moral dan material, yang menunjang da'-wahnya di Makkah. Belain daripada itu kemukimannya diMakkah, kini menjadi suatu hal yang mustahil, sebab Quraisyyang tadinya ditakutkan oleh rasa respek, terhadap Abu Talib,kini (setelah wafatnya) seolah-olah dilepaskan dari kendalinya,dan berpendapat bahwa waktu telah tiba untuk merencanakanpembunuhan terhadap Nabi s.a.w., agar dengan demikian dapatmenyelamatkan kepentingan-kepentingan politisnya, sertakeistimewaan-keistimewaan yang dimilikinya dalam perdagang-annya dengan kabilah·kabilah Arab 1).

.Diadakan konspirasi yang akan dikerjakan bersama olehsemua suku Quraisy supaya darah si kurban tidak ditanggungoleh satu suku tertentu saja.

1). Beberapa ahli pikh b~ndapat babwa pendorong bagi adanya kon-spirui untuk membunuh Nabi itu lebih peliting daripada apa yang di-sebuttan di atu, sebab inti euenaial dari komplotaD itu ialab membelakepezcayaan mereka yang dijelek-jelekkan oleb &fII.DlIl baru itu.

(Penterjemab Arab).

151

Page 147: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

PERIODE MADINAH

Semen tara Makkah merencanakan komplotan pembunuhRasulullah s.a.w., sebaliknya kota Madinah, mempersiapkansambutan hangat dan meriah bagi kedatangannya.

Dalam hubungan ini, "Baiat Aqabah" yaitu perjanjian Nabidengan beberapa orang dari kota Madinah, yang sejak itu men-dapatkan gelar "Ansar" , disamping semangat ketua perutusan,yang bernama "Masab ibnu 'Umair" yang mengetahui bagai-mana caranya menjadikan Islam memperoleh banyak simpatidalam kalangan penduduk Yatsrib (Kota Madinah); keduafaktor inilah yang memudahkan jalan bagi hijrah Rasul keMadinah.

Pada suatu malam, tatkala orang-orang yang ditugaskanmelaksanakan pemboikotan terhadap Nabi itu sedang menge-pung rumah ked iamannya , Nabi keluar dari rumahnya dibawah pemandangan mereka, namun mereka tidak melihatnya,sebagaimana tersebut dalam riwayat; Maka Nabi berhasil untuksampai di pinggiran kota Makkah dengan ditemani oleh sahabat-nya Abubakar, lalu berlindung di dalam gua Tsaur, dimana iatelah mengadakan permufakatan dengan penunjuk jalan agar iadatang menyusul Rasul dan sahabatnya dengan seekor ontabetina serta membawa bekal untuk perjalanan dua tiga hari,untuk menyesatkan orang-orang yang memburu mereka ber-dua Itu. Akan tetapi kegoncangan (karena Rasul berhasil lolosdari pengepungan) telah meliputi seluruh kota Makkah, sesaatsesudah kedua orang yang berhijrah itu meninggalkan Makkah.Maka Quraisy bangkit untuk mengejar Nabi dan sahabatnya.

Barangsiapa mengenal kehidupan di gurun pasir akan me-ngetahui akan kecilnya kemungkinan bagi Nabi dan sahabatnyauntuk dapat lolos dengan selamat. Para pengejar mereka me-mang sudah mencapai pintu masuk ke dalam gua itu, namunmereka tidak melampaui ambang pintu gua itu. Sejarah prikehidupan Nabi menafsirkan kejadian yang aneh ini sebagaicampur tangan mukjizat dalam bentuk burung merpati abu-abu, dan laba-laba yang lemah.

Apapun kejadian yang sebenarnya, bahkan sekalipuncatatan-catatan oleh sejarah pri kehidupan Nabi itu memung-kinkannya untuk turut memberikan penafsiran terhadap pe-mecahan masa1ah lolosnya Nabi dati penglihatan pengejar-pengejamya secara menakjubkan itu. Namun nilai historis bagi

152

Page 148: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kejadian itu tidaklah kurang mantapnya, sebab kejadian ini,pada hakekatnya, ditetapkan dalam sumber yang paling teper-caya pada zaman itu, yakni Al-Qur'an. Al-Qur'an telah mem-bawakan kejadian ini dengan terus terang, dalam firman Allahs.w.t, sbb:

/0 ,.,. ""'-'/'" #.1/" /r-:: ~//./ •.)L;JI c.,} \....llljl ~l ~~ l.,,~ ~.i.ll ~~I j!." /' ,.,.,!" "",,,,.""'" "'/"' ~ ." ./d/'/ ". ".,,/.

4111 J;;L; ~ 41110; 0j>'; 'J ~~ J~ jJ///

/.'/./ .,,, ,,"",;' .....•........ ,/,.,.(t. : ~.,.::J1 ) * ~."..; J...l ~ "~I.,, ~ 4--r ?./ ,/ ."

"Ketika ia diusir oleh orang-orang kafir, sebagai salahsatu daridua orang (Nabi dan Abubakar) ketika keduanya berada didalam gua, ketika ia berkata kepada kawannya: Jangan berdukacita; sesungguhnya Allah bersama kita. Lalu Allah menurun-kan ketenangan-Nya kepadanya. Dan Allah memperkuatnyadengan ten tara yang kamu tidak melihatnya".

(Surat Attaubah: 40).Teranglah dengan ini bahwa takdir kadang-kadang memu-

dahkan jalannya dengan cara yang tidak dapat difahami sertame~bingungkan perasaan dan pikiran.

Kami berpikiran untuk kemanfaatan studi kita ini, bahwakita harus mencurahkan perhatian terhadap hal ihwal psikolo-gis dalam peristiwa historis ini, yakni hal yang menunjukkanketenanganNabi s.a.w. ketika ia menghibur kawannya, dengancara yang tenang sekali,melebihi kemampuan .JD8nusia , padasaat bahaya dan maut hanya dalam jarak sejengkaldari mereka.Dalam pada itu ketulus-ikhlasanNabi, yang kami telah pastikan,dalam tahap pertama, sebagai syarat yang diperlukan untukdapat mempergunakan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai dokumen-dokumen psikologis yang permanen; ketulus-ikhlasan ini me-nampilkan diri di sini dengan sejelas-jelasnyadan dengan caradramatis pada saat-saatyang menentukan itu.

Akhimya, setelah para pengejar itu mengundurkan diri,maka kedua orang yang berhijrah itu dapat keluar dari gua un-tuk melanjutkan perjalanan ke Yatsrib (Madinah), tempat ting-gal kaum Anshar yang mempersiapkan bagi Nabi dan kawannyapenyambutan besar. Kota Yatsrib diubah sekarang namanyadengan nama: "Madinah Rasul" atau Kota Rasulullah, agar

153

Page 149: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kota ini memberikan kesan sebagai pusat da'wah Rasul danpara pengikutnya 1).

Sementara itu dari atas atap-atap rumah-rumah di Yatsribpara wanita dan anak-anak mengamati kedua orang muhajir be-sar itu, dan mereka menyambut era baru,era hijrah, dengansyair nyanyian, yang sejak masa itu terus diulang-ulangi olehgenerasi demi generasi Islam."Bulan pumama telah terbit di atas kita,

Dari jurusan Tasniat al-wada,Maka wajiblah kita bersyukur,

Selama sang penyeru menyeru ke jalan Allah,Wahai orang yang diutus (oleh Allah) kepada kita,

Anda telah datang membawa perintah yang harus ditaati".Sementara nyanyian ini berkumandang dari setiap penjuru,

kaum Muhajirin dan Ansar menjalin diantara mereka tali "Ukhu-wah Islamiah" (persaudaraan di dalam Islam), sebagai asas ba-ngunan masyarakat baru dan kebudayaan baru.

Namun alangkah banyaknya problem-problem yang diha-dapi oleh masyarakat yang baru tumbuh ini, di bidang perun-dang-undangan, keagamaan, politik dan militer. Dalam meme-cahkan tumpukan problem-problem ini, akan nampak genialitasNabi s.a.w, yangdisifati dengan kelapangan dada yang tiadabandingannya, dengan mencari petunjuk dari wahyu yang turondengan selalu membawa pancaran cahaya yang luhur, serta kali-mat yang menentukan.

Dalam hubungan ini Muhammad s.a.w. akan menunjukkankecerdasan yang menakjubkan, serta menunjukkan kearifan,dalam memberikan hukum terhadap nilai-nilai segala sesuatudan terhadap psikologis orang-orang, hal mana dilakukan camyang hampir bersih dari kekeliruan, sebagaimana ia juga akanmenunjukkan suatu tekad yang tidak pernah dilanda kele-mahan.

Kita telah mengikuti sampai sekarang langkah-langkahnyasebagai penyeru ke jalan Allah, dalam hal mana kami berusaha

1). Nabi s.a.w. memberi kepada kota Yatsrib nama: ''Thabah'' atau"Thaibah" (kota yang baik), ketika beliau sampai di kota itu dalam

hijrahnya itu. Kota itu diberinya juga'nama "Madinah Al RasuI" padakesempatan yang sarna dan untuk selanjutnya. (dikutip dati: MU'jamuibuldan, karangan Yaqut, jilid II, penerbitan Beirut).

(Penterjemah Arab).

154

Page 150: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

untuk memahami gerak..gerik kalbunya dan lintasan-lintasandalam jiwanya, serta berusaha pula untuk mengungkapkan,dati isyarat-isyaratnya dan da'wahnya, petunjuk-petunjuk yanggemilang tentang kekhusyuannya, keimanannya dan keikhlasan-nya yang mutlak.

Kalau periode Makkah itu pada intinya merupakan era ru-hani, yaitu era Nabi, sebagai penyeru ke jalan Allah, yang me-nunjukkan jalan kepada orang-orang pilihan serta baik, makaperiode Madinah adalah kelanjutan periode Makkah, dan dalamwaktu bersamaan, merupakan hasil temporal dari periode per-tama itu. Dalam periode Madinah ini Nabi dan komandan akanbersatu padu dalam satu pribadi, ia berda'wah dan memimpinbarisan-barisan kaum mukminin.

Maka adalah sudah menjadi keharusan bagi Nabi untuk me-ngikuti metode memimpin Massa dalam hubungan dengan psi-kologis individu, sebab problem- problem masyarakat mana pun,tidak cukup hanya dipecahkan dengan jalan kepemimpinanyang baik saja. Karena itu maka Rasulullah s.a.w. akan mem-buka kesempatan kepada kita, di tengah-tengah kesibukannyamemecahkan problem-problem itu semuanya, untuk meleng-kapi lukisan psikologisnya dengan citra rasional, sebab mana-kala kesibukannya meningkat, kita dapat memahami warna-warna pikirannya, kita dapat menilai jalinan kemauannya,serta menilai bobot keputusannya terhadap orang-orang laindan terhadap dirinya sendiri juga.

Adalah pengaku-akuan yang aneh untuk berusaha memak-rifati secara keseluruhan semua sisi citra rasional ini, sebabhal ini akan mengharuskan kepada kita untuk menguasai penge-tahuan tentang seluruh genialitas yangtak ada bandingannyaitu, dalam batas-batas sempit dari bab ini. Maka kami hanyaakan membatasi diri, dengan meletakkan tanda-tanda yangmenyampaikan kita kepada suatu natijah, yang dimaksuddalam mengadakan pengukuran itu.

Pekerjaan Nabi yang akan menuntut seluruh pikirannya diMadinah ialah menciptakan perdamaian di kota itu, serta mem-bebaskan Madinah dari permusuhan dari dalam dan menda-maikan permusuhan antara suku Aus dan suku Khazraj, untukdapat menyusun pertahanan yang efektif terhadap musuh dariluar, yaitu: Quraisy.

Saat untuk melakukan jihad akan diumumkan dalam waktudekat.

155

Page 151: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Hal ini membangkitkan keheranan dan ketakjuban para kri-tisi modem. Mereka tidak mengerti bahwa Nabi yang berda'wahitu demi untuk pertahanan, maka ia-menyeru untuk mengang-kat senjata. Tetapi kalau Nabi mengangkat pedang, justru kare-na Nabi mengetahui benar-benar bahwa Makkah tidak akanmeletakkan senjata. Sejarah akan memberikan bukti mengenaikebenaran di atas.

Bukan tempatnya di sini untuk membuat perbandingan an-tara agama Kristen dan Islam mengenai soal ini. Kondisi-kondisihistoris (antara kedua agama ini) tidak sama. Dalam hal ini aga-rna Kristen menghadapi suatu kekuasaan yang teratur daridalam, yang menghancurkan semua sarana agama itu, sedangIslam menghadapi suatu kekuatan yang serba teratur dati luar,yaitu Makkah. Maka Nabi harus memilih antara dua altematif:menghancurkan kekuatan Makkah, atau ia dihancurkan. Selaindati itu, keadaan yang dihadapi Nabi ditentukan oleh jalannyakejadian-kejadian itu sendiri, sebab jihad itu dipandang datisegi historis adalah buah dati Hijrah.

Fenomena seperti ini telah terjadi dalam sejarah agama Ya-hudi ketika Bani Israil di bawah pimpinan Musa a.s, dan Yusamenghadapi dati luar kekuasaan-kekuasaan teratur di tepi sungaiY~dan. -

Maka dengan demikian Rasulullah s.a.w. akan menyusunbarisannya untuk menyongsong perjuangan bersenjata, yangakan membukakan kepadanya pintu gerbang Makkah padatahun kedelapan dari Hijrah. Akan tetapi berapa banyaknyarintangan-rintangan yang menghadang da'wah Rasul, sebelumproses besar ini terjadi, yang menaklukkan, pada hari kaummuslimin memasuki Makkah, si kepala batu, Abu Sufyan,Sekumpulan nama-nama yang hebat-hebat akan menguman-dang di segala penjuru sejarah dunia: Badr, Uhud, Khandaq,Hunain.

Pada waktu itu kiranya epos kebesaran Muhammad mem-peragakan atas layar sejarah kumpulan dari peristiwa-peristiwalegendaris, seolah-olah cerita sihir. Lihatlah impian "Aminah"dulu, ketika ia membuai di haribaannya anak bayinya, ketikaia (Aminah) terkhayal seolah-olah ia mendengar ringkiknyakuda, larinya penunggang-penunggang kuda dan gemerincing-nya senjata, impian lama ini akan menjadi kenyataan hari inidi atas lembaran realitas.

156

Page 152: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dalam epos ini, pemimpin dan Panglima ini selalu akanmemainkan peran, untuk memberikan keputusan dalam situasiyang sangat pelik, dan untuk mengambil keputusan politispenting, serta menggariskan strategi. Namun Nabi selalu siapuntuk mengamati pekerjaan-pekerjaan sang Panglima, dan mene-tapkan keputusan-keputusannya dengan meninjau segi pandang-an da'wahnya, yang kepada setiap detail dalam epos ini, watakruhani yang diperlukan, yang ia nasabkan kepada Allah.

Kita akan mendapati "Muhammad" ketika saat peperanganBadr tiba, untuk mana ia telah bersiap-siaga dengan persiapanlengkap untuk memasuki peperangan; kita mendapatinya dalamkeadaan dimana ia merasakan keseriusan momentum itu yangakan menentukan kesudahan Islam, ketika ia menyaksikankeunggulan musuh dalam jumlah tentara bila dibandingkanseraya berdoa: "Ya Allah! Kalau kelompok yang kupimpin inibinasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi.Ya Allah, penuhilah apa yang Engkau janjikan".

Kata-kata yang sederhana menunjukkan dengan jelas bahwaperang "Badr" tidaklah seperti pertempuran "Cannes" 1) ataupertempuran "Austerlits" 2) atau pertempuran "Singapura" 3).

Epos ini berjalan berurut-urutan, mempertunjukkan geniali-tas Muhammad yang memiliki kemampuan besar, serta kemau-annya yang luar biasa dan ketabahannya. Epos yang memper-tunjukkan kemenangan demi kemenangan hingga perang Hunain.

Sungguh pemikiran-pemikirannya yang dalam tidak jarangmembuat bingung para sahabatnya sendiri.Usaha diplomatik pertama yang ditanda-tangani oleh Muham-mad bersama dengan delegasi yang dikirim oleh Makkah, bagisebagian sahabat suatu hal yang mengherankan, dan dipandangsebagai suatu hal yang mencemarkan. Delegasi itu datang dariMakkah untuk mencapai suatu persetujuan dengan Nabi s.a.w.bahwa sejak berlakunya persetujuan ini, Nabi harus menyerah-

1). Pertempuran dalam mana "Haniba1", panglima ten tara Kartago meng-hancurkan ten tara Romawi. Dan ia telah mendatangkan ketakutansangat di Roma; terjadi pada abad ketiga s.m.

2). Pertempuran, dalam mana Napoleon mengalahkan ten tara Austria,pada tahun 1804.

3). Pertempuran yang dimenangkan oleh balatentara Jepang sesudahmelakukan serangan dahsyat di Semenanjung Malaka, dengan kesu-dahan penyerahan diri oleh ten tara Inggris yang mempertahankanbenteng "Singapura".

157

Page 153: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kan kepada mereka setiap orang penduduk Makkah yangmelarikan diri ke barisan Rasul, sebab banyak dari kaum muk-minin yang lemah, yang masih berada di Makkah, akan melari-kan diri dari penindasan Quraisy, ke Madinah, untuk menearikeamanan di kota kaum Ansar itu.

Nabi s.a.w. telah menanda-tangani persetujuan itu yang di-laksanakan dengan segera tanpa ada reaksi.Naskah persetujuan yang mengherankan sahabat ini nampaknyaseolah-olah Makkah telah memperoleh kemenangan diplomatik.Kaum muslimin menunjukkan rasa tidak senang terhadap isipersetujuan itu. Mereka memandangnya dengan rasa cemas bagimereka. Dan pada saat delegasi Makkah dan Nabi saling bertu-kar naskah persetujuan yang telah ditanda-tangani oleh keduabelah pihak, datang seorang muslimin pelarian dari Makkahke tempat kaum Muslimin. Maka dengan segera seorang anggau-ta delegasi Makkah menuntut penyerahan pelarian itu. tidak adajalan lain bagi Nabi selain menyerah kepada kenyataan, halmana membangkitkan keheranan para sahabatnya. Maka dise-rahkan kembali tawanan itu. Akan tetapi di tengah jalan tawan-an itu berhasil menjadikan penawannya lengah, lalu ia melari-kan diri, dan berlindung dalam sebuah tempat persembunyian.Tidak lama kemudian bergabung dengannya banyak darikawan-kawannya yang sama dengan dia melarikan diri dari penindasan.Kemudian kaum pembangkang terhadap undang-undang inimengatur penghadangan di jalan terhadap kafilah-kafilahMakkah. Dengan demikian mereka dalam waktu singkat, telahmelumpuhkan seluruh perdagangan kota Quraisy (Makkah),sehingga Quraisy pada akhirnya berpikiran untuk memohonkepada Nabi supaya beliau suka menerima orang-orang muk-minin yang lari dari Makkah itu ke dalam masyarakat kaummuslimin. Dengan singkat Nabi telah memperoleh semua fasi-litas yang terdapat dalam persetujuan itu, dengan batalnyapasal yang satu-satunya yang kejam itu, dibatalkan oleh orang-orang itu sendiri, yang tadinya akan mengambil manfaat daripersetujuan itu.

Demikianlah, sementara Nabi s.a.w. memimpin di jalankorps syuhada yang mengikutinya, Panglima ini memberi parapahlawannya, epos pelajaran yang teramat berharga dalambidang diplomasi dan strategi peperangan; dengan pengarahanganda ini Nabi telah dapat menjadikan kaum muslimin pah-lawan-pahlawan yang paling bersih (moral dan mentalnya)pada saat mereka memandang dalam dirinya pembaharuan danpikiran yang paling besar dalam sejarah.

158

Page 154: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Rasulullah s.a.w. tidak saja mencetak jiwa-jiwa mukminyang bersih, melainkan ia mencetak juga manusia mukmin yangberakal pikiran terang dan menempa semangat baja. Ia meng-hidupkan rasa tanggungjawab; ia menggalakkan dalam pribadisetiap orang sifat mendahului dalam berkarya (pekerjaan baik),serta mengagungkan keutamaan dalam bentuknya yang palingsederhana, dan bahwa bersikap sabar dan kesegeraan dalammelakukan amal baik, kedua-duanya itu adalah perintis jalanbagi setiap anggauta masyarakat, karena Nabi memandangdirinya selalu dalam perlombaan untuk beramal baik, sesuaidengan perintah Al-Qur'an.

Ketika Nabi memimpin para sahabatnya ke medan pepe-rangan "Tabuk" maksud tujuannya tampak lebih jauh, daripadasasaran yang sederhana itu. Ia melalui gurun pasir sebelah baratpada musim panas yang sangat, memaksa tentaranya yang keha-usan, yang telah dilemahkan oleh keletihan agar berjalan terus,tanpa turon dari kendaraan ontanya di sumber-sumber air Mad-yan.

Apa yang dilakukan Nabi itu, bukan sekedar seni kemiliter-an, melainkan ia juga termasuk pendidikan tinggi, dan bahwaperialanan ini yang tidak pemah didengar adanya perjalananlain semacamnya mengenai kemahabesarannya, sungguh meng-ungkapkan, selain dari hal-hal di atas, suatu praktek latihan fisikdan mental sekaligus, untuk mempersiapkan tentara Islam, agardapat menghadapi dalam waktu dekat perjalanan-perjalananjauh dan rintangan-rintangan di seluruh penjuru dunia.

Nabi telah memikul juga segala kesukaran yang dipikulkanatas pundak tentaranya selama periode yang penuh itu. Perjalan-an itu adalah perjalanan kolosal yang gemilang. Perjalanan inimengilhami Dinet untuk membuat kupasan yang abadi, berkaitdi dalamnya kecerdasan Pencipta dan pengindah gurun pasirdengan jiwa berkobar-kobar seorang mukmin.

Muhammad dalam kedudukannya sebagai seorang Nabi ada-lah orang yang dalam tindak-laku pribadinya selalu berpegangkepada kebenaran yang diturunkan kepadanya. Ia bangun disebagian besar dari waktu malam untuk melakukan sembahyangnaf1lah (solat Malam). Namun ia tidak mewajibkan pengikutnyadengan hal itu,

Dalam pada itu ia sebagai seorang pemimpin tidak memberi-kan pada dirinya suatu fasilitas apapun yang tidak dipunyaioleh sahabatnya. Bahkan tindak laku peribadinya memperkenal-

159

Page 155: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kan kepada mereka penggunaan tenaga olehnya di luar bataskekuatan manusia.Ketika mereka membangun masjid di Madinah, yaitu masjidpertama setelah Islam datang, yang dibangun dengan landasantakwa dan mengharapkan keridhaan dati Allah, maka Nabi samaseperti sahabatnya mengangkat batu-batu di atas bahunya. Se- Itiap orang mengangkat satu buah batu, Nabi melihat seorangmukmin yang rendah hati yaitu Amman bin Yasir, setiap kalimengangkat dua buah batu. Nabi berkata kepadanya untukmembangkitkan semangatnya: "Bagi orang-orang itu masing-masing satu pahala, dan bagimu dua pahala" 1).

Demikianlah halnya pada setiap kesempatan ia membang-kitkan semangat para sahabatnya, dan memberi mereka pelajar-an juga.

Nabi tidak suka membiarkan sesuatu yang dapat merusakketerangan sahabatnya, atau mematahkan semangat daya ciptamereka. Ia menentang kekeliruan, apalagi yang terjadi, secara se-rampangan seolah-olah mukjizat untuk menunjang da'wahnya.Seakan-akan ia sangat mencurahkan perhatiannya untuk menja-uhkan alam pikiran para sahabatnya dari "Mukjizat" yang lazimdikenal oleh orang awam, yang dapat memberi pengaruh kepadaanggauta-angputa badan.

Pada hari pemakaman anaknya yang satu-satunya ia meli-hatnya hidup sampai agak besar, yaitu Ibrahim, terjadi gerhanamatahari penuh. Orang-orang menafsirkan kegelapan yang terja-di sekonyong-konyong itu sebagai pertanda ikut sertanya alarnberduka cita. Akan tetapi Nabi mengoreksi dengan tegas kekeli-ruan para sahabatnya dengan berkata: "Sesungguhnya mataharidan bulan adalah sebagiandati tanda-tanda kekuasaan Allah. Ke-duanya tidak akan terjadi gerhana padanya karena mati atauhidup seseorang". 2)

Keterangan di atas yang diriwayatkan oleh sejarah kehi-dupan Nabi secara sederhana, mernantapkan dalam pandangankita, ketulus-ikhlasan Nabi s.a.w. secara mutlak, serta memper-lihatkan pada kita bahwa keyakinan pribadinya tidak berdiriatas landasan yang menyerupai mukjizat.

Bagaimana pun juga, di bawah sorotan dokumen psikologisseperti ini, tidak dapat kita memandang keyakinan-ini sebagai

1). Dan kitab "Arraud-al-anif" jUid II, balaman 13.2). Diriwayatkanoleh Al-Bukhari.

160

Page 156: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

I

prod uk bakat daripada akal pikiran yang tidak sehat, sertapengambilan arah yang tidak benar terhadap beberapa kejadianyang datang tanpa diduga-duga dalam pribadi, ataupun di luar-nya, bahwa kejadian itu adalah tanda kekuasaan Allah. Nabis.a.w, memiliki cara berpikiran yang obyektif. Ia tidak cende-rung untuk memperkuat da'wahnya selain dengan mukjizatsatu-satunya yang diberikan kepadanya, yakni "Al-Qur'an".

. Epos kebesaran Muhammad telah mencapai puncaknya se-karang, dan telah sampai kepada akhirnya, dan ia merasakan halini. Ketika ia melepas kawannya "Mu'adz bin Jabal" serayamendikte kepadanya pesan-pesannya yang terakhir pada saatMu'adz akan berangkat ke Yaman untuk menyiarkan ajaran Is-lam di sana, Nabi berkata: "Sekiranya pada suatu had aku rna-sib dapat bertemu denganmu, aku akan sampaikan kepadamusemua pesan yang ada padaku. Akan tetapi ini adalah yangterakhir aku dapat berkata-kata denganmu mengenai pesan-pesanku, dan kita tidak akan bertemu lagi kecuali nanti padaHan Kiamat 1).

Sebenarnya Abubakar dan Usman mempunyai perasaanyang sama terhadap Nabi, Mereka berdua berkeyakinan bahwawahyu sudah mendekati masa berakhirnya, dan bahwa petun-juk akan mendekatnya ajal Nabi telah tersimpul dalam firmanAllah s.w.t. :

(r_,:~l)"Bila telah datang pertolongan dari Allah dan kemenangan,dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah, ber-duyun-duyun maka bertasbihlan memuji Tuhanmu, dan mohon-lah pengampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia teramat sukamenerima taubat". (Surat An-Nashr: 1-3).

Dad segala segi tampak bahwa Nabi s.a.w, menaruh perhati-an akan dekat ajalnya, dan bahwa ia mengadakan persiapanterakhir untuk itu. Ia ingin menyarnpaikan pesan-pesan kepadaumatnya. Untuk keperluan itu ia memilih kesempatan dalarn

1). Riwayat di atas tidak terdapat dalam kitab-kitab Hadits.

161

Page 157: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

, peristiwa besar yang diramaikan dengan manusia: Ia mengu-mumkan akan keiriginannya menunaikan ibadat Haji padatahun itu. Ia meninggalkan Madinah disertai oleh ribuan orangyang akan turut berhaji. Dengan mereka ini, bergabung pulaorang-orang yang datang dati seluruh penjuru jazirat Arab un-tuk berhaji ke Makkah. Di sana Nabi menunaikan semua syi'arHaji, seolah-olah ia berkehendak agar syiar-syiar Haji itu dicatat.dalam ingatan orang-orang muslim yang semasa dengan diasampai akhir zaman, agar cara-cara melakukan ibadat Hajiitu dapat terns berpindah dati generasi pada masa itu ke gene-rasi-generasi berikutnya. Kemudian Nabi naik ke Arafat di ataspunggung ontanya, lalu mengucapkan khutbahnya yang ter-akhir, yang terkenal dengan sebutan "Khutbah Wada"', khutbahminta diri, Dipilih seorang sahabat yang suaranya lantang, un-tuk mengulangi khutbah itu kepada manusia kalimat demikali-mat.

Pada saat terbenamnya matahari ketika bayang-bayang Nabilaksana dikitari oleh lingkaran cahaya, di atas puncak Arafat,tampak ia seolah-olah dalam perjalanan meninggalkan dunia,seakan-akan siang hari terang, lalu melenyap sedikit demi sedikitdi ufuk, pada saat itu kalimat-kalimat khutbahnya mencapai,massa yang hadir seolah-olah keluar suara dati atas langit. Da-lam pada itu massa yang terkesan dengan khutbah itu dan yangberdiam diri, mendengarkan khutbah Nabi dengan menundukdan khusyuk. Akhirnya Nabi berkata dengan suara keras: "Apa-kah aku telah menyampaikan?" Dijawab oleh massa yang ber-jubel-jubel yang telah mencapai puncak emosinya dengan suarasatu: "Allahumma benar". 1).

POOa momentum itu turunlah wahyu, seolah-olah untukmemberikan segel penutup kepada da'wah ini, Maka onta yangdinaiki Nabi berlutut, sebagaimana diriwayatkan, dan menjatuh-kan diri ke tanah karena kesakitan. Maka penutup wahyu seba-gai yang diriwayatkan adalah firman Allah s.w.t.:-". r ,» "'e ."."'"" ,.,./ • <> ."' •• » > ,., •.....••..,,""'./0

~"'O.JJ ~ ~ ~IJ ~:; ~ ~I r~~./ .,-

,. /"' •• .>~"""f: dxWI) lIE!.::; r~"",YI ~

1). Demikian riwayat Al-Bukhari, sedang dalam kitab Almagrizi dise-butkan: "Mereka berkata: Kami bersaksi bahwa anda telah menyam-paikan dan menunaikan dan memberi nasihat" . Hal. ini mendekatiaslinya.

162

Page 158: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Pada hari ini Aku telah menyempumakan bagimu agamamu,dan Aku telah lengkapkan kepadamu nikmat-Ku, dan Akumeridhai Islam sebagai agama bagimu"o

(Surat Al-Maidah ayat 3).Musim haji ini di dalam sejarah akan dinamakan "Haji

Wada''', atau Haji terakhir.Pada hakekatnya segala sabda dan perbuatan Rasulullah

s.a.w. sejak saat itu sampai pada akhir hayatnya tidak lain mela-inkan merupakan pamitan kepada kelurganya, para sahabatnya,umatnya dan kepada alam ini yang Nabi telah menggariskandengan gurisan yang dalam akan kesudahannya.

Tambahan pula hari terakhir Nabi sudah dekat sekali, sebabketika ia telah kembali lagi ke Madinah, sakit yang membawakepada mati, menimpanya dan dengan itu maut menyudahiepos kebesarannya, yang mengagumkan dan dengan itu puladitutup da'wahnya yang telah disampaikannya.

Dan setelah shalat yang terakhir yang diimaminya sendiridi masjid, ia mengumumkan kepada orang-orang yang hadirakan keinginannya melunasi hutang-hutangnya, seraya berkata:"Wahai manusia, barangsiapa menanggung hutang, hendaklahmelunasinya, dan janganlah ia memikul aib-aib dunia. Ketahui-lah bahwa aib-aib di dunia lebih ringan dati aib-aib di akhirat.Ada seorang hamba oleh Allah disuruh memilih antara duniadan apa yang ada pada sisi-Nya, maka hamba itu memilih apayang ada pada sisi-Nya". 1).

Para sahabat yang menyadari isyarat Rasulullah ini semua-nya menangis. Setelah beliau mengikuti shalat jamaah dua atautiga hari, beliau tidak meninggalkan bilik istrinya, Aisyah lagi,hingga akhir hayatnya,Ketika ajalnya datang beliau menyandarkan kepalanya padatangan istrinya, yang mendengarnya mengeluarkan dengantertahan-tahan kata-katanya yang terakhir: "Ya Allah, di sisiKawan Yang Maha Tinggi" 2).

Inilah kata-kata terakhir, yang ditinjau dari segi sejarah,menyudahi hakekat pribadi ini yang kami berusaha menggarisilukisan psikologisnya, untuk memperjelas Fenornena Al-Qur'anpadanya.1). Demikianlah dalam riwayat Ibnul Atsir, jilid , halaman 116, pener-

bitan Al-Munirah tho 1349 H.

2). Diriwayatkan oleh Al-Bukhari.

163

Page 159: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kami telah berusaha ketika kami memperjelas tanda-tandacitra ideal ini, untuk menonjolkan sifat-sifat khas bagi "Muham-mad" sebagai seorang laki-laki biasa, agar kami dapat memper-oleh daripadanya, dalam pembahasan kami terhadap persoalanitu, kesaksiannya bagi "Muhammad" sebagai seorang Nabi.

Sudah barangtentu kesaksian ini merupakan unsur yangamat berharga untuk pembahasan kami ini, Bagaimanapunjuga,itu adalah kesaksian seseorang, yang orang-orang sezamannyamenjadi saksinya untuknya. Akan kebenaran ini, sebagai yangdiutarakan oleh seorang wanita 2): "Wahai Rasul, engkau, sekalipun sudah berada dalam kuburanmu, tetap menjadi cita-citamahal kami, Engkau telah hidup di tengah-tengah kami, selalusebagai orang yang suci, ikhlas dan adil, Engkau petunjukkebaikan bagi setiap insan, serta arlf, dan pemberi cahaya" 3).

"

2). Yaitu bibi Nabi, Safiah ketika menyampaikan rasa duka citanya ataskematian Nabi.

3). Mungkin kata-kata di atas terjemahan dari syair duka cita yang disam-paikan oleh Safiah, bibi Rasulullah, yang antara lain:

"Sungguh pun engkau telah bermukim di kubur,Namun engkau pernah hid up sebagai orang yang mulia dan baikEngkau semasa hidupmu selalu berhasil dalam segala urusan;dan pada waktu-waktu petaka menimpa.

Juga kata-katanya:

"Dia semasa hidupnya selalu bersifat kasih terhadap manusia,serta bagi manusia rltenjadi rahmat dan kebaikan penuh kebi-jaksanaan.

(Penterjemah Arab).

164

Page 160: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KAIFIAT PEWAHYUAN.

Page 161: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KAIFIAT PEWAHYUAN.

Sekalipun bab ini kelihatannya aneh, bila ditinjau dari segiukuran pertama (pada-bah sebelum ini), namun kami m~ba-wakannya di sini justru brena "wahyu" adalah unsur pakokdalam pandangan seorang.kritikus yang berhasrat menyelidikiFenomena Al-Qur'an, sehubungan dengan pribadi yang sadardaripada Nabi Muhammads.a.w.

Bagaimanakah Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnyadapat mengetahui fenomena kewahyuan?

Beberapa ahli Islamologi berpendapat bahwa istilah "wah-yu" yang dipakai oleh Al·Qur'an dalam memberi nama kepadafenomena ini, tidak lain hanya suatu istilah yang searti dengankata-kata (dalam bahasa Inggrisdan Perancis): "Intuition" dan"Inspiration". Kata "Intuition" diartikan dalam bahasa Arab

J;""""". . "'.::: ~."'.dengan kata-kata ~ I!.J I (mukasyafah) atau~ Ics": .,.J I./' -

(al-wahyu an nafsi) 1), sedang kata "Inspiration" diartikanAI "'.

dengan r LrJ~ (Ilham). Namun kata yang terakhir ini tidakmengandung makna psikologis yang jelas sebagai yang dimak-sud dengan kata "wahyu", padahal kata "Inspiration" ini di-pergunakan pada umumnya untuk mengembalikan makna"wahyu" ke bidang ilmu psikologi,

1). Syaikh Rasyid Ridha memberikan definisi terhadap kata "alwahyuan nafsi" sebagai: "ilham" yang meluap dari sumber "kesediaan

jiwa yang luhur".

Ditambahkan pula: "Hal ini telah dibenarkan adanya, oleh nabikita Muhammad s.a.w. oleh beberapa ulama barat sebagaimana ada padanabi-nabi lainnya. Ulama-ulama barat ini mengatakan bahwa mustahilMuhammad itu seorang pendusta tentang apa yang diserukan olehnya,berupa agama lurus, syariat yang adil dan moral yang tinggi. Merekayang beraliran tidak percaya, kepada alam gaib dan kepada perkaitanalam lahir melukiskan nabi kita, bahwa pengetahuannya, alam pikiran-nya dan cita-citanya telah melahirkan baginya suatu ilham yang meluapkeluar dari kesadaran batinnya, atau dari jiwa halus ruhaninya, ke ima-ginasinya yang luhur, Keyakinannya akan hal ini terpantul pada pengli-hatannya, lalu ia melihat Malaikat berdiri di hadapannya. Keyakinannyaitu terpantul pula pada pendengarannya, lalu ia mendengar apa yangdikatakan Malaikat kepadanya".

Dalam kedua pendapat di atas terdapat sebagian yang bersesuaiandengan definisi kata "Alwahyu an-nafsi" yang diberikan oleh pengarangbuku ini. (Penterjemah Arab).

166

Page 162: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sebaliknya dengan "Intuition" ,kata ini memberi makna sebagaiyang dimaksud dengan kata "wahyu" namun kata itu tidak se-suai dengan hal ihwal Nabi s.a.w. pada saat berada dalaro keada-an "menerima" suatu keadaan yang diderita di tengah-tengahturunnya wahyu.

Dari segi lain, "mukasyafah, atau al-wahyu an-nafsi", sehu-bungan dengan segi psikologis, diartikan dengan: "pengetahuansecara langsung tentang suatu obyek, yang dapat dipecahkandengan jalan pemikiran, atau memang pemikiran terlibat didalamnya" , sedang kata "wahYU" harus memberi makna:"pengetahuan instingtif (tidak didahului oleh pemikiran) danbersifat mutlak, mengenai suatu obyek yang tidak melibatkanpemikiran dl dalamnya, lagi pula tidak dapat dipikirkan, supayadapat bersesuaian dengan keyakinan Nabi dan dengan ajaran-ajaran Al-Qur'an. Maka kiranya ada manfaatnya bagi kitauntuk mengetahui jenis fenomena yang mungkin bersembunyidi belakang kita "wahyu". Kami tambahkan pula bahwa "mu-kasyafah" tidak disertai gejalailejala apa pun, baik psikologis,maupun yang berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,atau faal syaraf, seperti misalnya ketegangan otot yang selaludialami Nabi pula saat ia menerima wahyu.

Ditinjau dari segi rasional, "mukasyafah" tidak membuah-kan keyakinan penuh kepeda yang melakukannya. Mukasyafahhanya menciptakan separuh keyakinan, yakni sebagian dariapa yang membawa kepada hal yang disebut uProbability"(ltemungkinan), sedang uprobability" (kemungkinan) itu ada-lab suatu pengetahuan yang bukti kebenarannya datang seau-dahnya. Tingkat kebimbangan inilah yang membedakan UMu-kasyafah" dari "wahyu" dari segi psikologis.

Adapun keyakinan Nabi s.a.w,.adalah penuh dan sempuma,deDpn adanya ketetapan hati padanya bahwa pengetahuanmengenai yq diwahyukan itu tidak ada sangkut pautnya de-ngan pribldi, Clania benifat eksidental (kebetulan) dan di luarpribadinya.

Sifat-sifat di atu Idalah positif dalam pandangan Nabi yangmen.una wahyu, sehinaa tidak terdapat padanya ledikit punbbimbanpn mengenai hal yang berkaitan dengan keobyek-tifan fen.omena kewahyuan. Hal ini merupakan syuat pertamadan mutlak. lI8Ita.yang dibutuhkan. bali keyakinan Nabi secarapdbadi.

167

Page 163: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Apakah kita dapat menyadarkan kepada "mukasyafah",(pengungkapan melalui daya batin), dorongan-dorongan yangdikemudikan oleh perasaan (kesadaran) yang memaksa "lrmia"untuk melakukan perlawanan sengit terhadap pengungkapan"Hanania", yaitu pengungkapan yang bertentangan denganpendapat-pendapat "lrmia" sendiri, sehingga yang akhir ini,menjatuhkan dengan penuh keyakinan, dan kekerasan vonis, hu-kum mati terhadap "Hanania" dan terjadi benar bahwa "Hana-nia" mati tidak lama setelah keputusan Irmia itu 1).

Apakah Rasulullah s.a.w. harus menafsirkan sebagai "muka-syafah" keadaan dimana ibu Musa a.s, ketika ia melemparkananaknya di sungaiNil?

Apakah dengan jalan ..mukasyafah" Nabi s.a.w. membeda-kan dua jenis "pewahyuan", yaitu ayat Al-Qur'an yang beliaumemerintahkan agar ditulis segera dalam catatan, dan yangkedua "Hadits" yang beliau percayakan kepada ingatan parasahabatnya saja, sedang telah diketahui bahwa Al·Qur'andalamsoaI suku-suku kata yang dibaca ada1ahbagian yang diucapkanoleh Nabi s.a.w.? Mengadakan pembelaan semacam ini adalahsuatu pikiran yang tidak sehat, apabila orang yang bersang-kutan bersamaan dengan itu tidak mempunyai pengetahuancukup untuk membedakan antara Al-Qur'an dan Hadits.

Namun pembedaan antara Qur'an dan Hadits itu merupa-kan dasar pokok, sehingga Nabi diingatkan mengenai hal inidi dalam. Al·Qur'an, di banyak ayat, dimana kata "wahyu"dibawakan, baik dalam bentuk yang berasaI dati kata pokok

~ ../

seperti umpamanya kata I:-> J (= melalui ~yu) ataudalam bentuk kata kerja, seperti misalnya= ~ J , (Dia

/0"." ">

mewahyukan), ~J' (=0 Kamimewahyukan) dst.Kami akan berusaha mengambil intisari penafsiran Qur'an

mengenai kata ini dati kutipan di bawah ini, yang menutupsuatu peristiwa metafisik, yakni firman Allah s.w.t. yang ter-jemahan Indonesianya sbb:

''Katakanlah : Berita itu adalai: yang besar, yang kamu ber-paling kepadanya Aku tiada mempunyai pengetahuan ten tang"Al-mala-ul-a 'la" (malaikat-malaihat) keUka mereka berteng-

1). Periksa kembali halaman 10l dat.

168

Page 164: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kar pikiran antara sesamanya, yang diwahyukan kepadakltidak lain hanyalah bahuia aku hanya seorang pemberi peringatari yang terang". (Surat Shad ayat 67 -70).

Ayat-ayat di atas, nampaknya mengetengahkan maknr"wahyu" untuk tujuan-tujuan argumental, agar Nabi memperoleh kesempatan mempergunakan makna "wahyu" ittsebagai argumen dalam perdebatan yang dilakukannya dengarlawan-lawan da'wahnya.

Di dalam ayat-ayat lain Al-Qur'an membawakan maknrkata "wahyu" untuk keperluan Nabi pribadi, dan untuk kebutuhan pendidikan khas kepada dirinya. Hal ini nampak jelasumpamanya pada ayat berikut ini: (yang terjemahan Indone-sianya k.l.) :"ltulah berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu. Danengkau tidahlah ada di dekat mereha, ketika mereka meniatuh-han pena-pena mereka untuk menentuhan siapakah di antaramereka yang akan memelihara Maryam, dan engkau tidak puladi dekat mereka ketika mereka bertengkar;' (Surat Ali Imranayat 44).

Ayat tersebut di atas memberi kepada wahyu, makna peng-ungkapan hal-hal gaib, hal yang benar-benar jelas kegaibannya,mencakup pendetailan materiil bagi suatu "lakon" ruhani mumidan mencakup pula suatu kejadian tertentu yaitu "pelemparanpena-pena" .

Hal yang gaib dan ungkapan ini diletakkan di bawah peng-lihatan Nabi, sebagai sesuatu ukuran yang memberikan kepa-danya, kemungkinan untuk memisahkan .apa yang menjadipersoalan pribadi Nabi, sehubungan dengan dirinya sendiri,seperti pikiran-pikirannya sendiri dan pengungkapan-pengung-kapannya yang biasa, dari apa yang tidak mempunyai kaitandengan pribadinya; maka yang akhir ini bersumber dari wahyu.

Para ulama Islam telah membahas problem ini dari segalabentuknya, dan telah dikupas oleh Syaikh Muhammad Abduhdalam "Risalat Tauhid"nya, dengan kata-kata sbb: setelah mem-beri definisi mengenai kata "wahyu" menurut istilah bahasa,beliau berkata: "Mereka telah memberi definisi mengenai kata"wahyu" menurut istilah syar'i bahwa "wahyu" adalah pembe-ritahuan Allah s.w.t. kepada seorang Nabi tentang suatu hukwnsyari'at dan sebagainya. Namun kami memberi definisi menge-nai kata wahyu itu menurut persyaratan yang kami tetapkanbahwa "wahyu" adalah "pengetahuan yang didapati oleh

169

Page 165: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

seseorang dalam dirinya, disertai dengan keyakinan bahwa apayang didapati dalam dirinya itu datang daripada Allah, baikdengan perantaraan maupun tidak. Yang pertama (yakni yangdengan perantaraan) terwujud dengan suara, yang terasa menge-tuk pendengarannya atau terjadi tanpa suara. Dibedakan antara"wahyu" dan "ilham", bahwa "ilham" adalah suatu perasaanemosional yang diyakini oleh jiwa, maka jiwa ini tergiring padaapa yang dikehendaki oleh ilham itu tanpa disertai kesadarandari fihak jiwa dari mana ilham itu datangnya, hal mana hampirsama dengan perasaan lapar, dahaga, sedih, senang dsb. 1).

Pada definisi yang diuraikan oleh AI-ustadz AI-Imam (Mu-hammad Abduh) untuk memberi pembatasan jelas tentangmakna "wahyu", masih terdapat beberapa ketidak-jelasan ten-tang sesuatu yang berkaitan dengan penafsiran "keyakinan"pada Nabi s.a.w,

Pada hakekatnya, dalam keadaan wahyu itu tidak bertran-sisi dengan jalan indrawi, dapat didengar atau dilihat, makadefinisi "wahyu" itu dengan demikian hanya merupakan pende-finisian yang semata-mata subyektif, sebab dalam hal ini berartibahwa Nabi tidak mengetahui secara obyektif bagaimana penge-tahuan itu datang kepadanya, sedang ia mendapati pengetahuanitu dalam dirinya dengan berkeyakinan bahwa pengetahuan itudatang daripada Allah s.w.t, Maka dalam definisi di atas ter-dapat kontradiksi yang jelas, yang dengan demikian mengena-kan kepada fenomena kewahyuan semua ciri-ciri khas yangmensifati "mukasyafah". Namun hal ini, harus kami ulangi lagi,tidak membuahkan keyakinan yang berlandasan kesadaran, ya-itu keyakinan yang tampak, bahwa itulah keyakinan yang·ter-maksud dalam ayat-ayat AI-Qur an yang di dalamnya dibawakansoal "wahyu", dan yang berkaitan secara khusus dengan "diper-siapkannya pribadi Muhammad untuk memahami watak Feno-mena AI-Qur'an.

Mari kita mengambil sebagai perumpamaan ayat yangmeng-kisahkan "pewahyuan" kepada golongan "Hawariin" (murid-murid setia Nabi Isa (a.s.) dan jawaban mereka. Berfirman All-lah s.w.t. (yang terjemahan Indonesianya kl.): "Ketika Akumewahyukan kepada Hawariin: "BerimanJah kepada-Ku dan ke-pada Rasul-Ku. Mereka berkata: Kami beriman saksikanlah

1). Dari kitab "Alwahn-almubammad baleman 28 karaDpD SyaikbRaayid Rielba; penerbitan Kairo 1985

170

Page 166: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

(wahai Tuhan kami) bahwa kami sesungguhnya orang-orangyang menyerahkan diri (kepada-Mu). Surat.Al-Maidah ayat 11l.

Kata "wahyu" (mewahyukan) dalam ayat di atas memberitendens makna "kalam biasa" ditujukan kepada golongan Ha-wariin, dan telah dimanifestasikan dengan jalan suatu cara olehjawaban mereka. Jawaban ini menunjuk juga akan adanya ke-yakinan pada golongan Hawariin, keyakinan yang dihayati olehkesadaran, basil selengkapnya daripada "wahyu" itu, tetapitidak menyertai wahyu itu, sebab meyakini kebenaran suatufenomena apa pun, tidak menyertai kesadaran kita, waktumenyaksikannya, melainkan ia lahir sebagai gema rasional yangkeluar dati diri kita.

Maka sebagai kesimpulan dari hal di atas bahwasanya keya-kinan Nabi mengenai sumber pengetahuan prihal apa yangdiwahyukan itu tidak datang bersamaan dengan wahyu itu sen-diri, dan tidak pula merupakan bagian dari pembawaan wahyuitu, melainkan sebaliknya, yakni bahwa keyakinan itu dalambentuknya yang sempurna adalah buah pekerjaan perasaannyasebagai reaksi yang wajar daripada perasaan itu terhadap suatufenomena yang datang dari luar.

Pensifatan seperti yang terurai di atas, memberi wahyu,sebagai yang kami ingin jelaskan, eiri khas menempatkan wahyuitu- di luar hal ibwal psikologis daripada individu, sehingga tugaswahyu yang satu satunya ialah: memberi dasar rasional kepadakepercayaan Nabi serta keyakinan pribadinya.

171

Page 167: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KEYAKINAN DIRINYA.

UKURAN LAHIRIAHNYA.

0- U K U RAN R A S ION A L N Y A.

173

Page 168: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KEYAKINAN DffiINYA.

Kelihatannya para penulis dan pengarang modem tidakmemasukkan dalam pertimbangan mereka, ketika mereka meng-adakan analisa terhadap Fenomena Al-Qur'an, suatu hakekatpsikologis esensial, yakni: "Keyakinan Nabi sendiri".

Sungguhpun demikian, adalah jelas bahwa tersendirinyaNabi sebagai saksi satu-satunya atas fenomena ini, telah menge-nakan kepada hakekat ini nilai istimewa, lagi khas.

Dari jurusan ini kami mendapati pembahasan-pembahasanpara penulis dan pengarang itu mencerminkan kontradiksi gan-da, yakni dari satu segi dengan seia sekata memandang wahyusebagai fenomena subyektif, dan dari segi lain, ia tidak mene-rima terhadap fenomena tersebut kesaksian dari subyek yangmembarengi fenomena-fenomena itu dengan seerat-eratnya.Kekurangan yang tidak dapat dimengerti ini, ialah yang men-dorong kita pertama-tama untuk menerangkan, dalam babterdahulu, nilai moril dan rasional daripada subyek ini, agarkita dengan penuh pengetahuan menerima kesaksiannya, seba-gai suatu syarat yang dapat mengungkapkan problem psikologiswahyu.

Demikianlah kami berusaha menambahkan kepada penge-tahuan pribadi kita, pandangan khusus subyek itu tentangdirinya sendiri, dan tentang fenomena yang sedang kami bahas,yakni pandangan yang tercermin di dalamnya dengan jelassekali kepercayaan dirinya sendiri secara permanen. Makapersoalannya ialah kami harus menangani kepercayaan ini,yang sedang kami bahas dalam rangka nilai rasionalnya sebagaibukti jelas atas Fenomena Al-Qur'an, dan atas sifat luhur feno-mena itu. Nilai rasional ini berkaitan dengan cara yang mencip-takan kepercayaan itu dalam diri Nabi..

Apakah kepercayaan ini instingtif (dillhamkan kepadanya),ataukah terwujud sebagai hasil karya penilaian?

Kita telah menyaksikan dalam bab terdahulu betapa, dalam-nya Nabi dihinggapi kebimbangan dalam dirinya, pada akhirisolasi dirinya, sedang perasaannya untuk memperoleh peme-cahan krisis yang dialami yang dalam waktu dekat telah men-jadikannya gelisah tidur.

Kenyataan yang pasti ini mencegah kami untuk memandangkepercayaan dalam dirinya itu sebagai fenomena instingtif (dill-hamkan kepadanya). Kepercayaan itu tampaknya, sebaliknya

174

Page 169: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

daripada itu, merupakan hasilyang terolah lebih dahulu, secarakontinyu daripada suatu pemikiran yang sadar, dan penrelidikanyang teliti lagi berulang-ulang terhadap kejadian-kejadian, sertabasil daripada penyusupan yang jauh ke dalam hati nurani.

Kita boleh memandangnya sebagai hasil beberapa praktekrasional dengan bekerja sama, dengan faktor-faktor psikologis.Hal inilah yang kami nnali, sebagainilai luhur pada Muhammads.a.w.

Sesungguhnya pemikiran Nabi: keikhlasannya, kemauankerasnya, ingatannya, perasaannya, dan dayanya untuk me-nguasai dirinya, kesemuanya ini bukanlah sekedar kata-katakosong dari Nabi s.a.w., bahkan sebaliknya, Nabi telah menon-jolkan sifat-sifat luhur ini dalam bentuk yang tak ada banding-annya.

Berdasarkan hal di atas, maka kepercayaan dirinya tampakpada permulaannya, sebagai suatu hakekat yang tidak bolehdiabaikan, sekali pun kami berkeharusan, dalam ukuran keduakami, untuk mengambil kesimpulan secara langsung mengenaikonklusi kami tentang Fenomena Al-Qur'an dari analisa kamiterhadap Al-Qur'an itu sendiri.

Kini kami harus berusaha menelusuri praktek lahimya suatukepercayaan dalam diri Nabi. Maka metode yang dengannyaNabi dapat memalingkan diri kepada keadaannya yang khususitu, metode tersebut dengan pasti tidak berada di luar hukum-hukum yang kegiatan pikiran obyektif, seperti pikiran Nabis.a.w. itu, tunduk kepadanya.

Tiada keraguan bahwa kejadian-kejadian yang mempenga-ruhi anggauta-anggauta badannya, telah menarik pertama-tamapandangannya tentang fenomena itu, kemudian sudah barang-tentu, pikirannya yang berkelanjutan, telah menangani kejadian-kejadian ini, agar memperoleh kepastian mengenai keobyektif-annya; yang kami maksud, agar memperoleh kepastian menge-nai jatuhnya kejadian-kejadian itu pada cermin yang meman-tulkan dirinya sendiri.

Dati sini Nabi memerlukan penentuan dua ukuran untukmemperkuat kepercayaan pada dirinya, yakni:1). Ukuran lahiriah untuk memastikan terjadinya fenomena itu.2). Ukuran rasional untuk mendiskusikan soal fenomena itu,

serta memberinya dasar yang tepat.

175

Page 170: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

1. Ukuran lahiriahnya:Pada usia empat puluh tahun Nabi mendapati dirinya tiba-

tiba berada dalam keadaan yang luar biasa. Di tepi jurang Hiraia mendengar untuk pertama kali suara "Hai Muhammad! Eng-kau Rasul Allah". Ia lalu mengangkat pandangannya ke arahsuatu arah, tiba-tiba ia melihat cahaya yang menyilaukan,mengitari, pemandangannya secara luarbiasa. Kejadian gandaini yang telah mencegahnya sesaat ia akan melakukan bunuhdiri, kini baginya menjadi suatu pikiran yang menguasai diri-nya, lagi membuat ia menderita.

Apakah ia mendengar dan melihat benar-benar?Ataukah kejadian yang didengar dan dilihat itu tidak lain hanyafatamorgana batin belaka, yang timbul dati dalam dirinya kare-na pengaruh emosi yang memedihkan, kemudian mendorongnyake tepi jurang?

Apakah anggauta-anggauta badannya yang sedang diliputiemosi itu tidak menipunya?

Pertanyaan-pertanyaan ini dari semula semestinya sudahberkecamuk dalam pikiran Nabi, bahkan sebelum ia dikobarkanoleh kritik pada zaman beliau, sampai sekarang ini.

Nabi mengkhayalkan dirinya telah tertimpa oleh sesuatuyang mengganggunya, lalu ia lekas-Iekas pergi pulang untukmenibisikkan keputus-asaannya kepada istrinya yang selalu me-ngasihinya, dengan maksud mengikut-sertakan istrinya dalampikiran yang menguasai dirinya, dalam kegelisahandan kekeme-lutan pikirannya.

Sekalipun demikian, walaupun sudah berada dalam lin-dungan istrinya yang sangat baik hati itu, gambaran yang iaJihat di Jabal An-Nur itu tidak mau lenyap dati mata hatinya,seolah-olah apa yang ia saksikan di Jabal An-Nur itu telah mele-kat pada pemandangannya, dengan sinar yang tetap tetapi tidakdapat_dilihat. Lalu istrinya membuka tudung yang menutupiwajahnya dan melemparnya, lalu berkata: "Apakah anda me-Jihatnya? Nabi menjawab: "Tidak". Lalu Khadijah berkata:"Wahai putra pamanku! Bertetap hatilah, dan bergembiralah.Demi Allah, itu adalah Malaika,t,dia bukan syaitan. 1)

Mungkin zaman kita yang gemar dengan ilmu pengetahuanmemandang kejadian di atas sebagai suatu fenomena subyektif

1). Dari Ibnul Atair, jilid n halaman32.

176

Page 171: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

semata-mata, karena gambaran yang disaksikan oleh Nabi danyang menjadi obyek fenomena itu tidak terjadi dengan keha-diran Khadijah. Akan tetapi hal yang terjadi di luar hukumyang selazimnya ini, tidaklah sulit untuk difahami ditinjau darisegi keindraan, sebab misalnya orang yang buta warna dapatmemberikan kepada kita suatu keadaan yang menjadi contohbagi kita, yaitu melihat beberapa warna yang dapat dilihat olehsemua mata yang normal. Dan terdapat pula kumpulan sinarcahaya, yakni sinar-sinar infra merah dan ultra violet yang tidakdapat dilihat oleh mata kita. Tidak sesuatu yang dapat menetap-kan secara ilmiah bahwa ia tidak dapat dilihat juga oleh semuamata. Akan tetapi mungkin terdapat mata yang kurang atausangat pekak terhadap sinar-sinar cahaya itu, sebagai yangterjadi pada keadaan sel cahaya listrik.

Boleh kami tambahkan di sini bahwa fenomena kewahyuanakan disertai kelak olehbukti-bukti indrawi, yang dapat diketa-hui oleh orang-orang, yang menyaksikan pada waktu-waktu da-tangnya wahyu. 1)Namun yang khusus mengenai periode awal dari turunnya wah-yu dapatlah kami menggambarkan bahwa Nabi berada dalamsuatu keadaan "menerima". Maka dengan demikian ia adalahsaksi yang istimewa bagi fenomena itu.

Kami dapat juga mempergunakan di sini ukuran yang ber-cabang dua tetapi membawa manfaat bagi pikiran-pikiran yanggemar akan ilmu-ilmu pengetahuan. Ukuran ini kami lakukanantara keadaan "menerima" dan keadaan apa yang dinamakan"pengatur gelombang" yang khusus terdapat pada pesawatpenerima. Maka dalam bidang perindraan masalah itu, dalambentuknya yang paling jauh, merupakan masalah ketelitiansedang dalam lingkungan kenabian, hal itu dapat berkaitan de-ngan situasi yang ·khusus bagi Nabi untuk menerima gelom-bang-gelombang yang mempunyai sifat pembawaan khusus.1)0 Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Harits ibnu Hisyam r.a, bertanya

kepada Rasulullah s.a.w., berkataHarits: "Ya Rasulullah, bagaimana-kah caranya wahyu datang kepada anda?" Bersabda Rasulullah s.a.w.:"Terkadang wahyu itu datang laksana gemerincingnya lonceng. Keadaaninilah yang paling berat bagiku, lalu bunyi itu bethenti dan aku telahmengerti apa yang dikatakan itu. Kadang-kadang Malaikat itu datang,yang kelihatan padaku berbentuk seorang laki-laki, lalu ia berkata-katadenpnku dan aku mengerti apa yang ia katakan itu". Berkata Aisyahr.a.:Aku pe~ melihat Rasulullah menerima wahyu pada hari yang sangatdingin. Sedangkandahi beliau bercucuran peluh",

Diriwayatkan oleh Bukhari jilid I Bab: "Bagaimanakah wahyu itumula-mula turun?"

177

Page 172: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Apapun masaJahnya, keadaan yang ada ialah bahwa seteIah'datangnya wahyu untuk pertama ka1iyang menggetarkan Nabis.a.w. dengan kerasnya itu, Nabi kembali ke gua Hira, dan disitu ia didatangi lagi oleh gambaran itu, akan tetapi ka1iini lebihdekat dan langsung, serta lebih mengesankan dan agak bersifatmateriil, sebab apa yang ia lihat sekarang, mempunyai bentukkhusus, yaitu bentuk laki-laki yang berpakaian putih, dan me-nyuruhnya seraya berkata: "Bacalah!"

Apakah kiranya kekacauan pikiran atau halusinasi dapatmendatangkan suara-suara? Namun gambaran itu datang lagidengan memerintahkan: "Bacalah!" Dialog yang aneh ini,.sertabayangan yang selaIu menjadi dan menyertainya, kedua haltersebut, merupakan dasar pertama yang diperlukan bagi Nabi,dalam pandangan kiitik subyektif tentang keadaannya. Li-hatlah Fenomena itu berada di bawah penglihatannya danpendengarannya. Ia sekarangmelihat dan mendengar.

Dan .setelah gambaran itu menjadi lebih dekat dan lebihrealistis (menjelma dalam bentuk orang laki), kalam yang di-sampaikan menjadi lebihjelas lagi,seka!ipun isi yang disampai-kan ituagakaneh,karena isi kalam itu berbentuk perintah untuk"membaca" yang ditujukan kepada orang yang ummi (tidak

. dapat membaca dan menulis).

Nabi dari segala segi, tidak tampak bahwa ia telah memper-oleh manfaat, berupa suatu pengarahan yang tegas jelas, bagitindak lakunya di kemudian hari. Ia sekarang hanya melihat danmenyaksikan saja.

Namunapa yang dilihat dan disaksikan dengan pancaindra-nya itu telah membawa pikiran ·obyektifnya ke dalam keadaanbingung laIu ia cepat-cepat kembali ke Makkah, dalam keadaangelisah, yang tidak pemah ia alami sebelumnya, sedang badan-nya seolah-olah remuk-redam, yang tidak penah terjadi sebelum-nya. Ia merasakan kebutuhan agar keluarganya menenangkankecemasannya, dan agar mereka menyelimutinya. Maka Khadi-jah menyelimutinya dengan sebuah mantel (jubah). LaIu iameletakkan kepalanya di atas banta! dan tertidur, sedang istri-nya menenangkannya dengan kata-kata yang menghibur hatinya,

Akan tetapi suatu perasaan di luar kesadarannya mend&-tanginya dan membangunbnnya dari tidumya, tabu-tabu gam-baran yang ia lihat di gua Him itu, bemda di hadapan matanya,memberi perintah jelas kepadanya: "Bangunlah dan beriJahperingatan" .

178

Page 173: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Nabi menyadari untuk pertama kalinya pentingnya fenome-na itu dalam rangka kehidupan pribadinya, dan pembangkitanwahyu ini akan melahirkan, setelah direnungkan, kepercayaanyang baru tumbuh dalam dirinya sebagai yang ia bisikkan ke-pada Khadijah tentang hal itu dengan sabdanya: "Telah diperin-tahkan aku oleh Jibril untuk memberiperingatan kepada manu-sia". 'Tetapisiapakah yang akan kuseru, dan siapakah yang akanmemenuhinya?" Dalam inti "bertanya-tanyanya ini anda meng-konstatir adanya kebimbangan, tetapi yang tidak dengan tepatmerupakan gema bagi keyakinan yang tidak bergoyah, yaitukeyakinan yang anda dapati dalam dirinya, ketika ia sadar akankebenarannyasampai akhir da'wahnya, dan terutama manakalapamannya, Abu Talib memperbincangkan dengannya tawaranQuraisy, agar ia menyudahi da'wahnya.

fa ketika itu belum sampai ke tingkat keyakinan penuh. Ke-percayaan dalam dirinya belum lagi mutlak. Kepercayaan iniiDasihtergantung kepada keadaan ekstem bagi keberhasilannya,yang ketika itu belumtampak kemungkinannya. Sungguhpundemikian arus wahyu tidak akan terputus, dan beberapa feno-mena organik akan menarik perhatian Nabi, serta gejaIa-gejalakhusus yang akan menyertai setiap kali wahyu datang, akandiaJami olehnya. Ia nantinya akan mengatakan hal ini kepadapull sahabatnya, bahwa ia pada momentum fenomena itu ham-pir datang yakni sesaat wahyu hampir turun, mendengar suarayang membiSingkan, terkadang menyerupai deru lebah ketikakeluar dari sarangnya, dan kadang-kadang lebih membisingJagisehinggasarnadengan gemerincingnya lonceng (bel).

Disamping itu para sahabat Nabi dapat melihat setiap kaliwahyu turun, pada wajah Nabi kepucatan secara tiba-tiba, di-iringi dengan pepucatan pada wajahnya l)~Nabi sendiri menge-tahui akan hal ini. Karena itu ia memintakepada mereka, agarmereka menutupi wajahnya dengan kain 2), setiapkali fenome-

1). DirlwaYJltkan oleh Ubadab'ibnu Shamit, ia berkata: "BahwasanyaNabi, setiap kali wahyu turon, kelibatan wajahnya suraDidan muram"

Dalam riwayat lain disebutkan: "fa' menundukkan pula kepa)anya. Bilatelah selesai pewahyuan itu, ia menpnpat kembali kepalanya".2). Di daJam Shahib Al-Bukhari, Kitab "Al·Umrah" daJam bab ;'Diker-

jakan daJam U1!Uahapa yang diketjakan dalaJa Haji", disebutkanIIWltu hal yang menonjolkan, bahwa Nabi a.a.w. ditutup badannya denganmantel palla aut iadidatangi wahyu, dan bahwa Umar r.a. pernah me-nyingkap ujung mantel yang menutupi badan Nabi itu, untuk memberikesempatan kepada aeorang penanya untuk melihat Nabi yang sedangdalam keadaan itu. .

179

Page 174: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

na itu datang, Bukankah tindakan preventif ini berarti bahwafenomena itu terlepas dari kehendak Nabi s.a.w. sehingga iauntuk sementara waktu tidak berdaya untuk menutupi sendiriwajahnya, pada saat ia sedang mengalami penderitaan yangsangat, sebagaimana diriwayatkan oleh sejarah pri kehidupanNabi.

Beberapa kritisi tergesa-gesa ketika menangkap bukti-buktipsikologis ini, lalu memandangnya sebagai indikasi-indikasiakan penyakit sawan (penyakit yang datang dengan tiba-tibamenyebabkan kejang). Pandangan semacam ini mengandungkekeliruan ganda, ketika mengambil gejala-gejala ekstem inimenjadi ukuran bagi menjatuhkan keputusan terhadap feno-mena Al-Qur'an seeara keseluruhan.

Namun menjadi keharusan bagi kami, sebelum segala sesua-tunya untuk memasukkan dalam pertimbangan kami realitaspsikologis yang selalu mengiringi itu, yang tidak mungkinditafsirkan oleh pengertian penyakit apa pun.

Lebih daripada itu, ia gejala-gejala yang menghinggapi orga-nisme itu sendiri tidak hanya berlaku bagi keadaan kejang saja,yang menyebabkan kelumpuhan disertai gemetaran pada sese-orang yang untuk sementara waktu kehilangan daya mentaldan fisiknya.

Kalau kita memperhatikan keadaan Nabi, kita mendapatibahwa hanya wajahnya saja yang kejang, sedang selain itu Nabiberada dalam keadaan biasa, dan tetap dalam kebebanan mentalyang dapat dikonstatir dari segi psikologis, sehingga ia dapatmempergunakan ingatannya dengan sempuma pada saat terjadi-nya krisis itu sendiri, sedang orang yang terkena sawan kehi-langan kesadaran dan ingatan pada saat terjadinya krisis. Makaberdasarkan penelitian ini keadaan dimana Nabi berada sama-sekali bukan keadaan sakit, seumpama sawan.

Kami tambahkan di sini juga bahwa gejala jasmani yangdiriwayatkan sebagai menghinggapi Nabi, tidak akan muneulkeeuali pada waktu ia didatangi fenomena Qur'an itu, danhanya pada detik itu saja, yakni pada saat yang sangat eepatsewaktu wahyu datang.

Kemanunggalan yang jelas antara datangnya suatu fenomenapsikologis pada asasnya, dan situasi yang dialami oleh anggautatubuh jasmani tertentu di lain pihak, itulah ciri pembawaanekstem yang menjadi eiri menonjol daripada wahyu.

180

\\

Page 175: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Adalah pasti, bahwa Nabi dalam keseluruhan kejadian-keja-dian pribadi ini, mempunyai obyek pemikiran, setidak-tidaknyapada awal da'wahnya, untuk kepuasan alam pikirannya yangobyektif. Tidaklah mungkin Nabi mengabaikan, rangkaianperistiwa-peristiwa yang terkonstatasi itu, untuk dijadikanukuran lahiriah yang khusus bagi keadaannya, betapa pun tidakcukupnya ukuran itu untuk dipergunakan bagi mengeluarkanhukum keputusan secara definitif, atau untuk membina keper-cayaan dalam diri sendiri.

Untuk memantapkan kepercayaan diri ini secara tuntas,AI-Qur'an akan mengisi kekurangan di atas dengan memberikansuatu ukuran pelengkap bagi ukuran yang pertama itu, dan AI-Qur'an akan memberikan landasan bagi kepercayaan dalam diriRasulullah s.a.w. serta keputusan definitif akan kebenarankepercayaan itu.

II. Ukuran rasionalnya.

Nabi Muhammad adalah seorang ummi (tidak membaca danmenulis). Ia tidak mempunyai pengetahuan sebagai seorangmanusia selain pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungandimana ia dilahirkan.

Dalam lingkungan hidup yang berdasarkan kekesatriaan,pemujaan berhala dan nomadisme (hidup mengembara) ini tidakada tempat samasekali bagi problem-problem sosial dan metafi-sik. Pengetahuan bangsa Arab pra Islam tentang kehidupan so-sial dan kehidupan berpikir yang ada pada umat-umat lain, tidakberarti samasekali, kalau kita mempelajari kembali "syair praIslam" yang dipandang sebagai sumber yang berbobot untukmemperoleh pengetahuan tentang hal ihwal bangsa Arab sebe-lum Islam.

Maka Muhammad ketika pergi ke gua Hira untuk bersepidiri, tidak membawa bekal pikiran selain daripada alam pi-kiran yang biasa serta umum dalam lingkungannya yang masihserba primitif itu.

Kemudian datang alam pikiran yang diwahyukan, lalu mem-balikkan pikiran dangkal yang dilingkari dengan jalinan gandaterdiri dari kebodohan yang umum dalam lingkungan hidupitu, dan keummian (kebuta-hurufan) yang khusus ada padaMuhammad.

181

Page 176: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Seyogyanya kita dapat membayangkan pengaruh dahsyatyang ditimbulkanoleh kalimat "Bacalah" terhadap Nabi, yaitukaIimat yang pertama-tama diwahy.ukan, sebab kalimat ini tidakmempunyai arti sedikit pun bagi Nabi, karena ia seorang ummi(tidak dapat membaca). Perintah yang instruktif ini sudah ba-rangtentu membawa perubahan dalam keadaannya, karena iamenggoncangkan pikiran si ummi itu mengenai dirinya. Makaia menjawab dengan kata-kata menolak: "Aku bukan orangyang dapat membaca".

Namun alangkah hebatnya goncangan yang membawa ke-bingungan kepada alam pikiran obyektif Nabi.

Apabila Nabi telah terbentuk dalam dirinya benih keyakin-an setelah konstatasi-konstatasi yang pertama sebagaimana ter-sebut di atas, maka goncangan yang mengenai akal pikiran ini,tidak akan dapat melenyapkan keraguan dan kebimbangannyasekaligus, sebab ketika suara itu memerintahnya pada kesem-patan berikutnya agar ia "memberi peringatan" ia bertanya-tanya dengan gelisah:"Siapakah yang akan percaya padaku?"Dalam pertanyaan ini kita mengkonstatir sesuatu yang datangtiba-tiba dan tidak diduga-duga, serta kebingungan yang meng-hinggapi keyakinan diri.

Selain dari itu, wahyu akan terputus untuk sementara waktudan kita akan mendapati Nabi mengharap-harapkan kedatanganwahyu itu, bahkan ia menghendaki kedatangannya, ya bahkania memanggil-manggtl wahyu itu dengan berputus asa, tetapi .tiada sesuatu pun yang menjawab.

Di sini kita mendapati Muhammad dalam keadaan yangpaling buruk dari krisis mentalnya, yang ia telah mengenalnyaketika berkhalwat di gua Hira 1).

1). Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a. bahwa ia berkata: ..wahyutelah terputus, dan Nabi sangat merasa sedih karenanya, Begitu dalam

kesedihan hati, sebagaimana yang ditunjukkan kepada kami, sampai-sam-pai ia berulang-ulang berpikiran untuk menjatuhkan dirinya dari puncaksalahsatu dari gunung-gunung yang tinggi. Namun setiap kali ia mendakipuncak gunung untuk menjatuhkan dirinya ke bawah, menjelma Jibrildi hadapannya seraya berkata: "Hai Muhammad, engkau benar-benarRasul Allah ". Dengan demikian hatinya Ialu menjadi tentram, dan ia ber-gembira lagi. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, jilid 12, bab "At-Ta'bir",Penerbitan Percetakan Al-Bahriah.

(Penterjemah Arab),

182

Page 177: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Di sini kebimbanganny~ membe88r, sedangkebimbangan ini -.semula hanya kecil saja. Ia mengeluh tentang kebingungannya,kepada istrinya yang penuh kasih itu. Sedapat-dapatnya Khadi-jah berusaha untuk menenangkan hatinya dengan perkataan-perkataan yang sebenarnya tidak dapat menumbuhkan rasa te-nang dalam hatinya. Akhirnya setelah berlalu dua taboo turun-lah wahyu, yang datang membawakan Nabi kalimat Yang MahaLuhur, kalimat yang satu-satooya menjadi obat penawar bagi-nya, yakni kalimat ALLAH.

Wajah Nabi berseri-seri sekarang, karena ia mulai dari saatsekarang memiliki tanda bukti moril dan rasional bahwasanyawahyu yang datang kepadanya itu tidak bersumber dari dirinyasendiri, dan tidak pula datang menurut kehendak hatinya. Ter-nyata bahwa wahyu itu tidak tunduk kepadanya, sebagaimanajuga pikiran-pikiIan dan kata-kata orang lain tidak tunduk

.kepadanya. Ia sekarang mempunvai tanda bukti obyektif yangsemaksimal-maksimalnya mengenai kebenaran kepercayaan diriyang baru diperolehnya.

Penantian wahyu yang merisaukan hatinya itu dan disusuldengan kegembiraan yang datang sesudah itu secara tiba-tiba(dengan datangnya wahyu) kedua hal ini adalah hakekat duaekstem psikologis yang sesuai dengan keadaan itu yakni: denganlimpahan yang berupa akal budi, sehingga ia untukselanjutnyatidak akan dihinggapi oleh kebimbangan dan keraguan.

Pada hakekatnya kebimbangan yang menimpa Nabi s.a.w,itulah yang memaksanya mempertahankan keadaan khasnyaserta meneruskan pemikirannya dan mengolah pikiran itu yangakan menyampaikannya kepada keyakinan definitif.

Dalam peralihan ini kami mengkonstatir bekas pendidikanluhur, yang membantu Rasulullah untuk memperoleh keyakin-an secara berangsur-angsur dalam dirinya tentang hake kat Feno-mena AI-Qur'an, dalam hal ini dibantu oleh pembentukan hatinuraninya yang sadar secara bersinamboogan, seolah-olah me-mang dikehendaki, persiapan dirinya secara metodik untukmemperoleh kepercayaan diri, yang diperlukan dan diluruskanbagi pelaksanaan da'wahnya. Sejak semula wahyu telah me-nyampaikan kepadanya, ciri-ciri khas da'wah yang amat agungini, sebagaimana ditunjuk tentang hal itu oleh ayat suci sbb: .

( 0 : ~jJl )

183

Page 178: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Kami akan memberikan kepadamu perkataan yang berai",. (Surat Al-Muzzammil ayat 5).

Apabila benar kehendak yang Maha Tinggi, mewahyukankalimat di atas, maka dengan pasti akan tampak jelas, hal itudi muka matanya sedikit demi sedikit, tabu-tabu kebimbanganmeninggalkan tempatnya untuk memberikan kepadanya keper-cayaan baru dalam diri Nabi, sebagai buah dari pemikiran yangmatang, 1agi mendalam, yaitu keper':8.yaan diri yang tampakjelas dalam dialognya yang pertama dengan Quraisy. Telah ber-ubah keadaan dirinya, Ia sekarang menjadi percaya dan yakinakan dirinya. Wahyu turun untuk merefleksi kepada peman-dangan kita, kondisi psikologisnya yang baru, serta memposi-tifkan kepercayaan diri, yang memperoleh kemenangan itudengan firman-Nya :

L:; * .s ~ C; ~<;; t: 1:t:* ~~ Ij I .;iI;.•.

J.~,.JOi'~ ""',. 1/0".# 0 .

• • • • • • •• ~.; ~J ~ I J-A u I * ~.,...rJI (Y ~.. .,., , """,

; )t J; C ~ ;;·~"'~f* ;l~ C ~I~·I .; Ji l:'I)."~"""·O"''''/ • ." ..•••.

( . \ r - \ \ J r.;\ : ~ I) * ~..r>-I;;j;.: d I,; ..wJ"Demi bintang, ketika dia terbenam, katoan kalian itu (yakniMuhammad s.a.w.) tidaklah sesat, dan tidak pula dia keliru.Dan dia tidak berhata dengan kemauannya sendiri, (Ap« yangiakatakan) itu hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"......... hemudian: "Hati(nya) tidak berdusta ten tang apa yangdilihatnya. Apakah kalian hendak membantahnya ten tangapa yang dilihatnya itut Sesungguhnya ia telah melihatnya diwaktu yang lain".

(Surat An-Najm ayat 1, 2, 3, 4, 11, 12,13).Lenyap samasekali dari hati Nabi segala keraguan dan ke-

bimbangan, baik moril, mau punrasional, sebab keputusan yangbenar, ialahyang memberi petunjuk kepadanya. Dan keputusanyang semacam ini tidak akan merubah kebimbangan metodik,untuk yang dideritanya kepada kebimbangan yang sekedar ke-bimbangan saja, sebab hake kat yang luhur tentang wahyu itumemaksakan kehendaknya, secara mutlak atas aka! pikiranobyektif.

184

Page 179: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Segala sesuatu yang Nabi sekarang melihat, mendengar, me-rasakan dan memahaminya, semuanya itu sekarang bersesuaiandengan suatu hake kat yang jelas sekali di dalam pikirannya,serta terang-benderang di dalam pemandangannya. Hakekat iniialah: Hakekat yang bersumber dari AI-Qur'an.

Bahkan lebih dari itu. Kesadarannya dalam rangka ini akanbertambah dan meluas, setiap wahyu membawakan dengan ber-turut-turut, ayat-ayatnya yang jelas dan terang. Ayat-ayat inilahyang menjadi Kitab ruhani, yang Nabi merasakan terpateri da-lam kalbunya di gua Hira. Keyakinan rasional yang diperoleh-nya itu, akan bertambah mantap, saban kali jurang antara "pra-sangka-prasangka" manusia dan perkataan yang diucapkan de-ngan lisan Nabi,

Wahyu selanjutnya turun dengan berturut-turut, dengansurat-suratnya. Surat demi surat, maka kebenaran-kebenaranhistoris universal dan sosial akan bertumpuk-tumpuk dalampikiran sadarnya, yakni hakekat-hakekat, yang tidak pernahtercatat dalam lembaran pengetahuannya, bahkan dalam penge-tahuan orang-orang sezamannya dan tidak pula masuk dalamperhatiannya.

Hakekat-hakekat ini bukanlah sekedar hal-hal umum yangmisterius, melainkan ia adalah pengetahuan-pengetahuan jelasyang mencakup keterangan-keterangan penting tentang sejarahke-Esaan Tuhan.

Maka kisah Yusuf yang mendetail itu umpamanya, atausejarah yang mendetail tentang hijrah Bani Israil, tidak mung-kin dipandang sebagai suatu kebetulan eksidental, melainkanharus dengan pasti mengambil sifat kewahyuan pada Muham-mads.a.w.

Seharusnya kita berlanya-tanya, bagaimanakah Nabi dapatmengetahui adanya persesuaian yang mentakjubkan mengenaiwahyu (tantang kisah Yusuf dan hijrah Bani Israil) ini denganapa yang terse but dalam Taurat?

Cukup bagi Nabi s.a.w, untuk keperluan kepercayaan dalamdirinya, untuk mengkonstatir bahwa keterangan yang tidakdiduga datangnya semacam ini, dan yang sudah hilang datipemandangan mata, masuk ke dalam lembaran-lembaran sejarahtidak mempunyai karakter yang bersifat pribadi dengan tidakmempergunakan benar-benar suatu landasan bagi perbandingan,sehingga ia dapat mengambil keputusan tentang ide yang di-

,.,

185

Page 180: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

wahyukan itu, dan berapa jauh ide itu membenarkan apa yangtersebut dalam Taurat.

Seyogyanya pula Nabi mengkonstatir bahwa khabar-khabaryang diterimanya melaluiwahyu itu, turun kepadanya dari sua-tu sumber. Siapakah yang merupakan sumber itu? Pertanyaanini sudah barangtentu menempati tempatnya dalam amaliahrasional, dari mana Nabi mengambil kesadarannya yang man-tap dan keyakinan pribadinya. Jawabannya, Nabi atas perta-nyaan ini datang setelah terjadinya perjumpaan batin antarapikiran pribadinya dengan hakekat yang diwahyukan. Cukuplahkiranya bagi Nabi untuk mengadakan perjumpaan ini agar iadapat memecahkan problematika tentang sumber khabar-khabar yang diwahyukan itu di luar pribadinya, bahkan diluar masyarakatnya. Ia tidak dihinggapi lagi kegelapan menge-nai sumber ini.

Maka di luar pengetahuannya itu ia tidak akan dapat menemu-kan hakekat kewahyuan dan sumber insani mana pun.Muhammad s.a.w. selalubersikap benar (tidak berdusta) kepadakaumnya, sebagaimana ia sebelumnya selalu bersikap demikiankepada dirinya sendiri. Penyelidikan yang penuh kesadaran,yang dilakukan Nabi terhadap keadaannya yang aneh itu, pastiberwujud semacam studi batin yang berkarakter Al-Qur'an,sehingga penyelidikan itu melenyapkan segala bentuk kebim-bangan dan keraguan yang terkhayal di mukanya, selama iadapat melakukannya atas dua landasan metodik yang salingberbeda, yakni: pertama yang sifatnya subyektif semata-mata,yang meliputi konstatasinya mengenai wujud wahyu itu, bahwaia berada di luar rangka pribadinya, sedang yang kedua: sifatnyaobyektif yang berdiri atas perbandingan obyektif antara wahyuyang diturunkan, dan apa yang tersebut dalam keterangan-kete-rangan yang termaktub dalam kitab-kitab Yahudi dan Nasraniumpamanya.

Adakalanya, seolah-olah wahyu mengajarkan kepadanyametode yang kedua itu, yakni metode obyektif, apabila menge-nai persoalan yang bukan persoalan yang Nabi sudah meyakini-nya, yang keyakinan itu sudah sejak waktu lama ada padanya,melainkan bila hal itu mengenai persoalan pembentukan danpendidikan pribadi Muhammad sendiri, terutama apabila iamengadakan perdebatan dengan kaum musyrikin tentang akibatkepercayaannya, atau dengan delegasi-delegasi kaum Nasraniyang datang dari beberapa penjuru Jazirat Arab, seperti a.l,

186

Page 181: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

delegasi Najran, yang datang ke Madinah dengan maksud berdis-kusi dengan Nabi tentang persoalan Trinitas.

Dalam persoalan ini, wahyu berbicara dengan Nabi dengangamblang:

"Maka jika engkau berada dalam keraguan-keraguan ten tang apaYang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah orang-orangyang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datangkebenaran kepadamu dan Tuhanmu, sebab itu janganlah engkause1lali-kali termasuk orang-orang yang ragu-ragu ".

(Surat Yunus ayat 94).

Ahli tafsir AI-Qur'an, Jalaluddin Assayuthi bercerita kepadakita dengan mengatakan, bahwa Nabi s.a.w. menambahkan de-ngan sabdanya: "Aku tidak ragu, dan aku tidak akan mena-

. nya" 1).Dan hal-hal ini dapat kami simpulkan bahwa Nabi dapat me-

rasa cukup dengan perjumpaan batin yang kami isyaratkan diatas, setidak-tidaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengankeyakinan dirinya, akan tetap di samping itu, Nabi harus jugamemuaskan hati orang-orang lain untuk mendapatkan keyakin-an. Karena itu maka ia seolah-olah mempergunakan metode ke-dua (subyektif) itu, apabila ia memasuki salahsatu diskusi yangsifatnya umum, untuk merealisasi bobot wahyu secara obyek-tift sehubungan dengan suatu kebenaran yang tertulis, yangterdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu.

Itulah, menurut persangkaan kami, sebab karena surat Yu-suf diturunkan, yaitu sebagaimana dikatakan oleh Az-Zamakh-syari: "Surat Makkiyah (surat Yusuf) ini diturunkan, setelahterjadi semacam tantangan, yang dilancarkan ulama Bani Israil,

1). Sabda Nabi ini diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dan Ibnu Yazir dariQotadah.

187

Page 182: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dengan bertanya kepada Nabi dengan terang-terangan tentangkisah Yuauf; maka turunlah surat ini 1). Akan tetapi kalau suratini telahmemberikan jawaban atas suatu tantangan yang datangdati pendeta-pendeta Yahudi atau lainnya, akan tetapi surat itubelum ,dapat menyelesaikan pertentangan itu, kecuali denganmemperbandingkan dengan teliti naskah-naskah Taurat dankisah-kisah Al-Qur'an.

Tidaklah diragukan lagi, bahwa Nabi dalam hatinya tidakmenaruh perhatian untuk memperbandingkan hal semacam ini,yang sebenarnya memberi kepadanya kesempatan mengadakanperbandingan, secara obyektif antara wahyu dan sejarah yangditetapkan dalam kitab-kitab Bani Israil. Mungkin kesempatanini bukanlab satu-satunya yang diambil oleh Nabi untuk menga-dakan perbandingan praktis, yang setiap kali mempersembahkanunsur baru bagi ukuran kepercayaan dirinya secara rasional.

Dan akhimya pembentukan keyakinan ini, rupanya berjaJanmenurut metodeyang lazim, yang di satu pihak berisi konsta-tasi-konstatasi (hasil penelitian yang cermat) langsung darlpadaNabi tentang keadaan, dan di pihak lain, berisi ukuran rasionaldari mana Nabi memperoleh keyakinan dirinya, sedang ia me-ngembara dengan aka! pikirannya, keliling hal-hal yang rumit-rumit dan hasil penelitian yang cermat.. Sesungguhnya Islamologi yang menangani studi ini, pada

umumnya dengan pikiran yang tendensius, tidak pernah mengo-lab problem keyakinan pribadi, sekali pun soal ini berada ditingkat paling atas mengenai arti pentingnya untuk dapat me-mahami Fenomena Al-Qur'an, sebab ia merupakan kunciproblem yang berkaitan dengan Al-Qur'an, apabila kita meletak-'kan problem ini di atas meja pembahasan psikologis bagi pribadiMuhammad.

Kiranya cukup jelas bahwasanya agar Nabi Muhammad ber-iman kepada kebenaran da'wahnya, maka kita harus menetap-kan menurut terminologi "Engels" bahwasanya setiap "intuisi"

1). Kami ingat kemudian sebab lain mengenai turunnya surat ini dalampembicaraan mengenai pendalilan bahwa surat ini turun sekaligus.

Sebab yang kedua ini tidak bertentangan dengan apa yang tersebut diatas ten tang sebab turunnya surat itu, yang dijadikan pegangan olehpengarang buku ini.

(Penterjemah Arab).

188

Page 183: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

harus sudah melalui "pikiran sadamya" 1), dan mengambil ben-tuk yang mutlak, tidak bersifat pribadi, tetapi bersifat rabbani(ketuhanan) dalam esensi ruhaniahnya, serta dalam posisi dima-na problem itu timbul.

Dan Muhammad s.a.w. tidak diragukan lagi, telah memeliha-ra keyakinannya, sampai pada momentum yang luhur itu, yalmisampai pada momentum ia mengucapkan kalimatnya yang ter-akhir:"kepada Kawan yang Maha Tinggi".

1). Fredrich Engels dalam bukunya: "Feuer bach dan berakhirnya falsa-fat klasik Jerman" (halaman 28, pen. Perc. sosial, Paris) mengatakan

" pada orang yang menyendiri, semua potensi yang menggerakkankeaktifannya berlalu, meIalui akal pikirannya, agar potensi-potensi ituberubah menjadi faktor-faktor yang selalu menyertai kehendaknya men-dorongnya untuk bekerja dan bergiat". '

189

Page 184: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KEDUDUKAN DIRI MUHAMMAD B.A. W.

DI DALAM FENOMEN A KEWAHYU AN.

191

Page 185: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KEDUDUKAN DIRI MUHAMMAD S.A.W. DI DALAMFENOMENA KEWAHYUAN.

"Bacalah l""Aku·tak dapat membaca".Dialog yang unik ini membuka era baru, sehubungan dengan

slam ini, kini memberi kita sesuatu W18uryang sangat bemilaidalam melakukan studi psikologi analistis tentang fenomenakewahyuan.

Tidaklah mengherankan, sebab dialog tersebut adalah dialogsatu-satunya yang historis positif, dan yang di dalamnya diriMuhammad memberikan jawaban dengan jelas sekali dan de-ngan tekanan-tekanan suara, atas suara yang dalam waktu dekatkemudian menyampaikan kepada diri Muhammad itu da'wahyang harus dilaksanakannya.

Apakah ini termasuk katagori kekacauan pikiran dan halusi-nasi.

Fenomena yang kita pelajari di sini, dalam stadium perta-manya adalah fenomena yang dapat dilih&t dan didengar. Halini terlepas dari beberapa kejadian dan peristiwa historis yangterjadi sesudah itu, yang akan menelan waktu selama dua puluhtahun. Maka kekacauan dalam pikiran, semacam ini hanya dapatterjadi dalam awal dan akhir tidur. Dinamakan kekacauan yangterjadi pada awal tidur pada saat kesadaran diri masuk tidur;"Haypnogogic", yakni "keadaan antara tidur dan sadar", sedangkeadaan yang terjadi ketika orang akan tersadar dari tidur,"Hypnopompic" yakni keadaan antara "tidur dan sadar".

Ilmu psikologi medis telah menetapkan bahwa keadaantersebut di atas tidak mengenai orang-orang yang normal (fisikdan psikologiknya), seperti halnya dengan keadaan Nabi, dika-renakan oleh adanya motif indrawi, yaitu terkumandangnyasuara-suara yang dapat didengar.

Demikianlah halnya dalam dialog ini telah terulang tiga kaliaksi indrawi itu. Berdasarkan hal ini, seandainya diperkirakanbahwa kekacauan atau gangguan pikiran itu belum mau lenyapkarena pengaruh bagian pertama dari dialog itu, namun keka-cauan dan gangguan pikiran itu tidak mungkin tetap, sesudahshock karena suara yang pertama itu; artinya kekacauan dangangguan pikiran itu sekiranya masih berlangsung pada bagiankedua dan ketiga dari dialog itu, maka hal itu tidak akan men-

192

Page 186: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

I

dapatkan penafsirannya. Oleh sebab itu, tanpa tergesa-gesamengadakan penentuan terhadap fenomena itu sendiri, kamisudah dapat mengatakan bahwa bagaimana pun juga kita tidakmung kin menafsirkan fenomena itu dengan "kekacauan alampikiran".

Sekiranya kita mengambil persoalan ini dari lahirnya saja,maka kita akan mendapati, bahwa dialog ini, sejak semula, telahmenentukan posisi relatif kepada diri Muhammad dalam perca-kapan Al-Qur'an itu, dimana diri Muhammad sejak wahyu per-tama, telah ditempatkan pada kedudukan orang yang keduatunggal (orang yang diajak berbieara) dan selanjutnya wahyuakan turun kepada diri orang yang kedua, yang akan disampai-kan oleh perantaraan atas nama zat yang bicara (dalam bentukkata ganti orang yang pertama = Aku, Kami), dimana di sinidipakai seeara langsung bahasa Ilahi, untuk memerintahkanseorang ummi (yang tidak dapat membaea dan menulis) agaria membaea, pada hal si ummi ini tidak dapat membayangkandirinya sebagai seorang yang dapat membaea, oleh karena iabingung dan ketakutan.

Yang perlu untuk kami, ialah mengetahui apakah mung-kin diri yang diajak bereakap-eakap (diri Muhammad) danZat yang berfirman itu, kedua-duanya dapat berpadu seearapsikologis dalam satu pribadi, yaitu pribadi Muhammad .

. Perlu kami sebutkan pertama-tama, jauh jarak antara yangjelas, antara Zat yang pertama yang merintahkan lagi tegas,di satu pihak, dan diri orang yang kedua yang bingung, lagiketakutan. Dan rasa takut ini merefleksi dengan sendirinyapada Nabi, yang mengetahui bahwa dirinya tidak dapat mem-baca, kesadaran dan pikiran yang ia sangat mengenalnya,mengenai dirinya.

Maka jawaban negatifnya, yang bersifat khusyuk, tetapi itupositif, adalah kesudahan yang logis bagi suatu gejala psikologis,yang berpanear dari pikiran, yang ia menyadari benar-benarakan keobyektifan yaitu pikiran tentang keummiannya (bahwaia tidak dapat membaea dan menulis).

Tidaklah mungkin diartikan bahwa perintah tegas ini yangmembangkitkan ketakutan orang yang ummi ini, telah menga-baikan samasekali pikiran obyektifnya, karenanya lalu pikiranitu diingkarinya? Jarak-jarak antara zat yang pertama danorang yang kedua itu, bagaimana pun juga, melukiskan kepadakita suatu praktikum psikologis lain yang samasekali berbeda

193

Page 187: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sejak waktu itu, akan selalu mengambil sikap menerima berserahdiri, dan diri pribadinya akan selalu diam-diam dalam percakap-an kewahyuan AI-Qur'an, yang tidak akan menyebutkan peris-tiwa-peristiwa khusus di dalam sejarahnya.

Kita tidak akan mendapatkan pengumandangan apa pun (didalam AI-Qur'an) tentang penderitaan-penderitaannya, terutamaketika kehilangan seorang isteri yang sangat mulia dan seorangpaman yang paling berjasa, sekalipun kita mengetahui kesa-yangan kenabian Rasulullah s.a.w, terhadap kedua orang itu.

Konstatasi ini, tentang tidak terdapatnya kesan kepribadiandalam percakapan AI-Qur'an, yang di dalamnya tidak dibawa-kan pribadi Muhammad, kecuali dalam bentuk kata penggantiorang kedua tunggal, dengan kesemuanya ini mungkin kamidapat menambah jelasnya persoalan,

Dalam kenyataan terdapat ayat-ayat suci yang bentuknyayang aneh menarik perhatian kami, karena diri pribadi Muham-mad memainkan di dalam ayat-ayat itu peranan unik.

Contoh daripada itu umpamanya firman Allah s.w.t.:

-.> 0 • ..>.~'/ /_,... ."." .,.,. .""w"''''. -:, /.J

cl.liIl ~ -::< I.j I <.S'->..t¥ ~ ~ I ~ <~ ~..iJ I>Jll,/ ,/.---,/ ./ ". .., r./ ,/"J. "".~-/ /' .~ /,/ "'"./ • • /.///

r:-:: .J Y ~4-- ~ 'r--';) ..~ r:: ~ ~ ~.r;)./ / "" ,/ ~"./ 1; ~/,/. '.0' ./ . -:, ., "'", w'. -' • "". ..1.7" ';-'..,,/ ,.,

~I ~I ~; ~~ ~ u: ~.,.Jl ~~ 4--) w~~

"Dialah Tuhan yang menjalankan kamu dapat berjalan di darat-an dan (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di 00-lam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa mereka(yang ada di dolamnya} dengan tiupan angin yang baik dan me-reka gembira harenanya, datanglah angin badai, dan gelombangdari segala penjuru menimpa mereka dan mereka yakin bahwamereka telah terkepung (bahaya) dst".

(Surat Yunus ayat 22).

195

Page 188: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sejak waktu itu, akan selalu mengambil sikap menerima berserahdiri, dan diri pribadinya akan selalu diam-diam dalam percakap-an kewahyuan AI-Qur'an, yang tidak akan menyebutkan peris-tiwa-peristiwa khusus di dalam sejarahnya.

Kita tidak akan mendapatkan pengumandangan apa pun (didalam AI-Qur'an) tentang penderitaan-penderitaannya, terutamaketika kehilangan seorang isteri yang sangat mulia dan seorangpaman yang paling berjasa, sekalipun kita mengetahui kesa-yangan kenabian Rasulullah s.a.w. terhadap kedua orang itu.

Konstatasi ini, tentang tidak terdapatnya kesan kepribadiandalam percakapan AI-Qur'an, yang di dalamnya tidak dibawa-kan pribadi Muhammad, kecuali dalam bentuk kata penggantiorang kedua tunggal, dengan kesemuanya ini mungkin kamidapat menambah jelasnya persoalan.

Dalam kenyataan terdapat ayat-ayat suci yang bentuknyayang aneh menarik perhatian kami, karena diri pribadi Muham-mad memainkan di dalam ayat-ayat itu peranan unik.

Contoh daripada itu umpamanya firman Allah s.w.t.:

oJ •

~.J./

" .,.., ...•..•.• / .' ~ ~/"..b:->I '1 ~; ulS:.

~ r--l'

( " " ~>=

"Dialah Tuhan yang menjalankan kamu dapat berjalan di darat-an dan (berlayar] di lautan. Sehingga apabila kamu berada di 00-lam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa mereka(yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik dan me-reka gembira karenanya, datanglah angin badai, dan gelombangdari segola penjuru menimpa mereka dan mereka yakin bahwamereka telah terhepung (bahaya) dst".

(Surat Yunus ayat 22).

195

Page 189: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dalam ayat terse but di atas dimana kata pengganti "kami"beralih secara tidak lazim ke kata pengganti "mereka" patutlahhal tersebut mendapatkan konstatasi, sebab hal itu tidak mung-kin terjadi karena kekeliruan mengenai gramatikanya, sebabtidak mungkin dibayangkan terjadinya kekeliruan dalam gayabahasa sastrawi yang sempurna itu yang merupakan tanda buktiyang agung bagi da'wah Muhammad s.a.w. Sekiranya dalam ayattersebut benar terdapat kekeliruan, maka pastil,ah koreksi (pem-betulan) terhadap kekeliruan itu harus segera diadakan, halmanamudah dan mungkin dikerjakan.

Kalau Nabi tidak melakukan pembetulan itu, sedang dialahyang membacakan Al-Qur'an itu untuk dirinya sendiri dan un-tuk para sahabatnya, maka kesimpulannya ialah bahwa menyim-pang dati kaidah yang lazim tidak merupakan kekeliruan dalammenyimpang dati kaidah yang lazim tidak merupakan kekeliru-an dalam pandangan Nabi, dan hal ini menjadi kesaksian bahwa-sanya Muhammad tidak mempunyai sedikit pun kekuasaanuntuk melakukan sesuatu terhadap nas (redaksi) AI-Qur'an.

Tambahan pula kami tidak akan menangani soal terse but diatas dati segi bentuk sastrawinya, .melainkan kami akan mengu-pasnya dari segi psikologis analistis. Maka kami mengkonstatir,dalain penyimpangan dari yang lazim tersebut, bahwasanya diripribadi Muhammad terperankan dengan jelas dan berturut-turutdalam dua peranan yang berlaian-lainan, yaitu peranan sebagaiorang yang diajak berbicara, yang dituju dan secara langsung,hal mana masuk dalam kata ganti diri bagi orang yang kedua(kamu) yang kepadanya pembicaraan itu ditujukan. Kemudian(sebagai peranan kedua) diri Muhammad menjadi saksi, yangtidak dituju secara langsung, ditempatkan sebagai suatu kejadianyang tidak terduga, di hadapan suatu pemandangan yang di-manifestasikan oleh Al-Qur'an dengan menggunakan kata gantidiri bagi orang yang ketiga (mereka). Peralihan yang tidak ter-duga-duga ini membawa konsekwensi, dua keadaan psikologisdalam mana keadaan yang kedua tidak mungkin terjadi, kecualisebagai kesimpulan dari keadaan kedua, atau keadaan kedua itu-lah pemecahan problematika itu, apabila kita menghayalkan halitu dalam pribadi tertentu, yaitu diri Muhammad.

Dengan perkataan lain kataganti diri untuk orang yang keti-ga (mereka) dalam ayat tersebut, harus menjadi kesimpulan psi-

196

Page 190: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kologis 1) langsung danpada kataganti diri untuk orang yangkedua (kamu), atau kataganti "mereka" itu lahir dari kataganti(kamu) melalui suatu natijah perantara.

Sementara kami mengkonstatir dan segi psikologis bahwaperpindahan kataganti dan "kamu" ke "mereka" yang meru-pakan subyek yang berturut-turut dalam ayat tersebut, tidakmembawa pemindahan apapun pada tabiat lukisan itu, kamimelihat di dalam ayat tersebut bahwa katakerja-katakerja(dalam ayat itu) melukiskan pemandangan yang sama, yangberturut-turut atas lukisan yang sama itu, sedang subyeknyaberubah-ubah, sebagaiYangtampak jelas.

Maka pemindahan tersebut hanyalah bersifat sebagian saja.Akan tetapi apakah mungkin karena itu pemindahan yang ha-nya untuk sebagian itu dibebankansemata-mata kepada ren-tetan harkat-harkat maknawi yang menghinggapdi luar kesa-daran dan pribadi Muhammad?

Sebenarnya apabila dekadensi maknawi, memasuki pe-kerjaan-pekerjaan daripada keluarsadaran, terutama yangterjadi dalam mimpi, maka dekadensi itu saja merubah posisirelatif daripada subyek itu dengan beralihnya dan seorangindi-vidu kepada seorang individu lain, melainkan juga pekerjaansu~yek itu sendiri turut berubah.

Di sini secara jelas terdapat subyek yang inklusif, yaitudiri Muhammad, yang posisinya berubah-ubah, dibanding-kan dengan subyek yang konkrit (yang sebenarnya), namunkata kerjanya terus-menerus seperti yang terdapat dalam ayattersebut.

Karena itu maka dekadensi daya-daya batin tidak dapat di-bayangkan di sini sebagai sebab psikologis yang menentukanperubahan tertentu, yang tidak terlihat selain dalam bentuk

1). Yang dimaksud dengan konsekwensi psikologis di sini ialah "peme-cahan posisi psikologis. Diperkirakan bahwa setiap simpul (kom-

plikasi) memerlukan pembukaan (pemecahan) yang tepat, yang dapatdipandang sebagai konsekwensi psikologis daripada komplikasi itu.Kami memberi contoh: misalnya pokok kalimat dalam suatu kalimat.Pokok kalimat ini adalah suatu simpul, sedang pembukanya adalah"sebutan" dalam kalimat itu. Demikianlah pemikiran ini dapat ditrap-kan terhadap ayat terse but di atas, karena posisi yang kedua harus lahirdari posisi yang pertama, sebagai konsekwensi psikologis.

(Penterjemah Arab).

197

Page 191: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

gramatikanya saja pada ayat tersebut, tanpa ada perubahanpada detail yang mana pun dalam pemandangan (yang dilu-kiskan dalam ayat) itu.

Ahli-ahli tafsir klasik tradisional, sudah mendahului mem-bahas problema ini yang mereka beri nama: "Iltifat" (= atensi).

Apa yang mereka namakan "iltifat" itu ialah sekedar penaf-siran dangkal terhadap problem yang dicari kuncinya. Penafsir-an semacam ini adalah penafsiran yang bersifat etik semata-matatidak menunjukkan sesuatu, ditinjau dari segipsikologiskecualimenunjukkan terjadinya, sesuatu maksud pada dasamya, yangdatang dari suatu pribadi yang terpilih yaitu "Yang mendapatatensi".

Maka oleh sebab itu, penafsiran semacam itu tidak menge-mukakan kejelasan psikologis analistis yang kami kehendaki,kalau kami masukkan dalam pertimbangan semua sifat~ifat 1)yang kami telah tetapkan untuk pribadi Muhammad.

Adapun kemudian daripada itu, sekali pun apa yang akankami kemukakan bertentangan dengan taklid aliran descarte-sisme yang mengurung akal pikiran dalam hukum-hukummetode obyektif yang sempit, kami terpaksa akan mencarikunci problem di luar psikologidiri Muhammad.

Maka haruslah kami, dalam hal ini, menerapkan suatu level(taraf) lain, yang di dalamnya pertama-tama, Fenomena AI-Qur'an terlengkapi, serta menjadi komplit sebelum mempenga-ruhi diri orang yang membawanya dan menyampaikannya.

Oleh karena kami tidak dapat membayangkan level ini ber-ada di dalam diri insani, maka haruslah kita melihatnya sebagaikeharusan berada dalam suatu zat metafisik yang tidak terkaitdengan diri Muhammad dengan kaitan apa pun, selain daripadakaitan "wahyu".

1). Yang dimaksud dengan sifat-sifat ialah apa yang telah ditetapkanoleh pembahasan kami, bahwasanya Nabi Muhammad s.a.w. jujurdan ikhlas, memiliki pikiran obyektif dsb.

(Pengarang).

198

Page 192: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

•• I

CAR ABE R P I K I R M U HAM MAD SAW.

199

-------------------_/

Page 193: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

CARA BERPIKIR MUHAMMAD SAW.

Pada suatu hari Rasulullah saw. berlalu di muka kebun se-orang Ansari di pinggiran kota Madinah, lalu beliau menganjur-kan kepada Ansari, pemilik kebun itu, mempergunakan suatusistem tertentu mengenai pengawinan pohon kurma, namunRasulullah mendapati Ansari itu, setelah beberapa waktu kemu-dian, telah meninggalkan sistem pengawinan kurma yang dian-jurkan oleh beliau, karena sistem yang dianjurkan itu tidakmemenuhi hasil semaksimal-maksimalnya, sebagai diharapkanoleh Ansari itu. Nabi s.a.w. membenarkan apa yang dilakukanoleh Ansari itu, dengan menyatakan dengan segera, bahwaeksperimen yang dilakukan sendiri itu harus didahulukan daripikiran individu sekali pun yang mempunyai pikiran itu Nabisendiri.1)

1). Yang benar dalam soal ini ialah bahwa Nabi s.a.w, mengusulkan suatucara tertentu tentang pengawinan kurma, tersebut dalam "Sahih Mus-

lim" jilid II, dalam bab: "Kewajiban mentaati apa yang disabdakan olehNabi s.a.w, dalam perkara-perkara syariat, tidak termasuk apa-apa yangdisabdakan mengenai unsur-unsur kehidupan duniawi yang disabdakansekedar sebagai pendapat pribadi", Diriwayatkan dari Musa ibnu Thalhah,dari ayahnya, ia berkata: "Aku berjalan bersama Rasulullah s.a.w, bertemudengan sekelompok orang-orang yang menaiki puncak pohon-pohon kur-ma. Rasulullah bertanya: Apa yang dikerjakan oleh mereka itu? "Pengikut-pengikut Rasulullah berkata: "Orang'orang itu sedang mengawinkan kur-rna". Lalu Rasulullah bersabda: "Aku kira apa yang mereka kerjakan itutidak akan berguna sedikit pun". Berkata Thalhah: "Lalu orang-orangyang sedang mengawinkan kurmanya itu diberi tahu tentang apa yangdisabdakan Rasulullah. Maka mereka pun meninggalkan cara-cara yangmereka gunakan. Rasulullah diberi tahu tentang hal ini. Beliau lalu ber-sabda: "Kalan apa yang kuusulkan itu akan memberi manfaat kepadamereka, boleh saia mereka memakainya sebab aku hanya mengira-ngirasaja dan janganlah kamu menyalahkan aku karena perkiraanku. Akantetapi kalau aku menceritakan kamu suatu perkara tentang agamaAllah, maka hendaklah kamu mentaatinya, karena aku tidak akan berdustaterhadcp Allah azza wa jalla",

Diriwayatkan dari Aisyah, juga dari Tsabit dan dari Anas, bahwasanyaNabi s.a.w. menemui sekelompok orang-orang yang sedang mengawinkankurma. Rasulullah lalu bersabda: "Sekiranya mereka tidak mengerjakanitu tentu akan menjadi baik". Tetapi (dengan mengikuti anjuran Nabi)pohon itu kemudian membuahkan kurma yang jelek-jelek. Rasulullahbertemu lagi dengan mereka (Melihat kurma yang jelek-jelek itu) Rasulul-lah bertanya: "Mengapakah dengan pohonmu ini?" Mereka berkata:"Anda menganjurkan begini-begini, "Bersabdalah Rasulullah: "Kalian le-bih mengetahui tentang urusan duniamu".

Dari sini tampaknya bahwa Nabi s.a.w. tidak mengusulkan suatu caratertentu dalam soal pengawinan, hanya Nabi s.a.w. meragukan keberha-

200

•....~------------~

Page 194: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dari .segi historis nasihat yang diutarakan oleh Nabi itu di-pandang sebagai suatu "Hadits" , oleh karena itu nasihat terse-but mempunyai nilai hampir mutlak dalam pandangan. kaummufassirin dan ulama-ulama Fiqih. Sekali pun demikian kitamelihat bahwa Nabi telah menghapuskan sendiri "Hadits" ini,dihadapkan oleh eksperimen seorang pemilik kebun yang seder-hana, sebagai pengakuan dengan demikian atas prioritas akal pi-kiran dan eksperimen dalam jalannya kegiatan keduniawian.

Namun kami tidak mendapatkan, satu kali pun kejadiandimana Nabi menasahkan suatu ayat AI-Qur'an dengan suatueksperimen individu sekali pun dengan eksperimen yang ia laku-kan sendiri, 2)

silan pekerjaan mereka. Maka beliau mengemukakan pendapatnya ituhanya semata-mata sebagai suatu kemungkinan, bukan sebagai keharusan(untuk ditaati). Karena itu beliau, setelah menyaksikan hasilnya (yangtidak seperti yang diharapkaD) mengatakan dalam riwayat pertama: "Akuhanya memperkirakan saja" dan dalam riwayat kedua: "Kamu lebihmengetahui tentang uruaan duniamu".

Pengarang telah memberi komentar dalam foot-note bukunya bahwa-sanya: "kisah pemilik kebun kurma tenebut diriwayatkan dan dua jalanyang berlain-lainan, yang pertama bersumber dan Sufyan ibnul Alb, se-dang yang kedua dan Anas.

Dalam Bibliografie yang sampai ke tanganku, aku tidak mendapatkanseorang sahabat Nabi, dengan nama Sufyan ibnul Ash.

(Penterjemah Arab).2). Beberapa ulama berpendapat dimungkinkannya meralat ayat AI-Qur-

'an dengan Hadits Rasul: Untuk itu mereka mengambil sebagai buttifirman Allah s.w.t. (Yang terjemahan Indonesianya k.1.): "Dan (terhadap)para wanita yang mengeriakan perbuatan zina, datangkanlah empat oranguntuk menjadi sakai. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian,malta kurunglah mereka(yakni wanita-wanita itu) dalam rumah, sampaimereka menemui ajalnya, atau sampat Allah·memberi jalan yang lain ke-padanya" (Burat An N'18aayat 15).

Para ulama itu mengatakan bahwa hukum yang terdapat dalam ayatini telah dinasahkan dengan sabda Nabi s.a.w.: "Ambillah hukum dari sku,Allah telah memberi jalan kepada mereka (wanita-wanita itu), yaitu:"Wanita janda dirajam aampai mati, dan yang muih gadis didera".

Dalam soal ini terdapat pendapat-pendapat lain, yang tidak memung-kinkan penasahan hukum AI·Qur'an dengan Hadits. Ada pun penasahanHadits dengan AI·Qur'an,a.u penasahan (ayat, hukum) Al-Qur'andenganAI-Qui'an, dalam hal ini para ulama berittifak (bersesuaian faham). Penga-rang berpendapat bahwa Hadits: "Ambillah hukum daripadaku datUitu, hanyalah sebagai syarah (penjelasan) terhadap ayat itu, bukan untukmenasahkannya (meralatnya). (Penterjemah Arab).

201

Page 195: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Bahkan sebaliknya, beberapa kejadian dalam sejarah kehi-dupan Nabi memperlihatkan kepada kita berkukuhnya Na-bi dengan keras dan secara mutlak kepada masalah ini tidakpemah samasekali meninggalkan suatu ayat Al-Qur'an, betapa-pun kerugian yang akan dideritanya. Bahkan kita menyaksikan-nya dengan tiba-tiba membatalkan haji, yang sudah dipersiap-kan padatahun sebelumnya. Alasan satu-satunya pembatalanini, ialah bahwa wahyu telah memerintahnya agar hajji itu diba-talkan, dan ia tunduk kepada perintah itu, sekalipun hal inihampir-hampir mendatangkan kekacauan dalam barisan Islam 1)

Dengan demikian kita dihadapkan kepada dua buah caraberpikir, yang berwujud dalam pandangan Nabi, dalam bentukdua nilai yang berlain-lainan, yaitu cara berpikir yang bersifatpribadi, yang berpencar dati pengetahuan manusiawinya; yangkedua: wahyu AI-Qur'an yang diturunkan kepadanya.

Tentu saja kami harus membahas di sini suatu situasi pemi-sah, lagi tepat dan jelas antara kedua dasar ini yang bersemayamdalam hati nurani Nabi s.a.w, agar dengan demikian kami dapatmenambah penjelasan Fenomena AI-Qur'an.

Perbedaan seperti tersebut di atas tampak pula pada paraNabi lainnya, sebagaimana kita dapat mengetahui hal ini datipembahasan tentang keadaan Irmia.

Tatkala Nabi Irmia ini melihat pada suatu hari "Hanania"yang inengaku Nabi itu mengambil posisi penentang terhadapda'wahnya, yaitu ketika Irmia sedang memasukkan ketenangandalam hati Bani Israil terhadap apa yang telah ditakdirkan Allahatas mereka, maka ia dikejutkan oleh Hanania yang memegang

(

1). Perintah wahyu di sini bukanlah bentuk ayat Al-Qur'an. Wahyuyangdimaksud itu rupanya hanyalah sekedar perintah untuk mengadakan

perdamaian dan bertolak kembali ke Madinah. Adalah positif bahwa Nabimemang benar-benar telah menghadapi sanggahan beberapa orang saha-batnya, seperti a.l. Umar ibnul Khattab, ketika ia berkata kepada Nabi:"Atas dasar apa kita harus mengalah dalam agama kita terhadap sanakkeluarga kita itu?" Menjawablah Nabi s.a.w.: "Aku hamba Allah danRasul-Nya. Tidak sekali-kali aku akan menyalahi perintah-Nya, dan Diatidak akan mengabaikan aku". Inilah yang disebutkan oleh Al-Magrlzidalam kitabnya: "Memberi kesenangan kepada telinga" halaman 292.

Dalam keterangan pengarang tidak terdapat sesuatu yang mengi-syaratkan secara jelas bahwa yang dimaksud dengan wahyu di sini ada-lah ayat Al-Qur'an, sekalipun pemaparannya memberi kesan seolah-olah wahyu yang dimaksud adalah Al-Qur'an.

(Penterjemah Arab).

202

Page 196: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kuk yang melingkari leher Irmia, Ialu Hanania mematahkan kukitu sambil berteriak kepada Irmia: "Inilah yang difirmankanAllah: "Aku akan mematahkan begini kekuasaan raja Babil".

Perkataan di atas, secara umum merupakan pendustaan yangjelas-jelasdan positif terhadap da'wah Irmia. Namun Irmia men-jawab dengan sukarela: "Amin. Semoga Allah menjadikan ke-nyataan apa yang anda katakan itu".

Profesor M.A. Lods yang membawakan fragmen ini dari"Kitab Irmia" menafsirkan hal yang aneh ini dengan mengata-kan: "Irmia mengira bahwa Allah telah mencabut kembali kepu-tusan-Nya" 1).

Sudah barangtentu apa yang dikatakan Lods itu adalah pe-nafsiran satu-satunya yang masuk di aka! untukmenghilangkankontradiksi yang mungkin tampak pada sikap Nabi Irmia, sebabia telah menyampaikan peringatan-peringatan pessimistisnyaatas nama Tuhan, sedang ia juga telah yakin akan keharusanberdiam (tidak mengucapkan sesuatu) untuk sejenak, terhadapramalan "Hanania", akan tetapi berdiamnya ini bukan atas da-sar suatu ayat yang diwahyukan kepadanya, melainkan berda-sarkan "ijtihad" pribadinya, sebab ia memperkirakan bahwakemungkinan "Hanania" telah memperoleh wahyu dari Allah.

Namun wahyu dengan segera datang kepada Irmia untukmengoreksi perkiraan Innia itu.Maka dengan segera pula Nabi Irmia mengulangi cara da'wahnyayang sudah terbiasa itu.

Peristiwa insidentil ini memisahkan dengan jelas cara berpi-kir orang dan wahyu yang diturunkan kepada Nabi dalam hatinurani Irmia, persis seperti anjuran Rasulullah s.a.w. (kepadapemilik kebun kurma) tersebut di atas memisahkan Hadits Nabidati wahyu Al-Qur'an.

Tambahan pula, Al-Qur'an menetapkan dalam rangka yangberhubungan dengan wahyu, hubungan antara kedua sumberitu, dalam firman Allah s.w.t. (yang terjemahan Indonesianyak.l.): - " \ •....•..../' ." ...• , ... .•. ..•. . ? .,,/.'" /' • "0 ",t, 4..Sj X ~..st, l; I 0'" l> Jj ~l ~l d.J ..is' J.» " - 'J ...

/ /' '".1" • . "/ ~ " 0

( (;> " : 4..Sj.,...:J I ) . . ••. \...,)'1 )'J l...", l::SJ Iu "... "1). Buku karangan M.A. Lads: "Para Nabi Bani Israil".

203

Page 197: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Dan demikianlah Kami mewahyukan kepadamu uiahyu (Al-Qur'an) denganperintah Kami Sebenarnyakamu tadinva tidak-lah mengerti apakah Al-Kitab. (AI-Qur'an) dan tidak pula me-ngetahui: apakah iman itu dst.

(Surat Asy-Syura' ayat 52).Firman Allah "Dan tadinya kamu tidak mengetahui.. "

artinya sebelum gua Him, sebab Nabi pada waktu itu, tidak adapadanya selain pengetahuan yang bersifat pribadi, yaitu penge-tahuan sebagai yang tampak pada kami, tidak mempunyai sedi-kitpun kaitan dengan wahyu Al-Qur'an, apabila kita teliti ayattersebut makna historisnya. Ayat tersebut menetapkan secarakebetulan, tetapi dengan cara yang jelas, sumber wahyu Al-Qur'an setelah gua Hira, dan bagaimana pun jua, tidak sebelumpewahyuan AI-Qur'an) yang diambil dari firman Allah s.w.t.pada ayat tersebut di atas, yakni yang berbunyi: "Kami mewah-yukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an), Noktah (point) ini positifsecara historis, sebab ayat yang kami jadikan pembahasan ini,telah meliwati kesadaran Nabi, lagi pula telah menjadi sasaranpertimbangan subyektifnya yang kritis yang cakap benar dalammengadakan pemisahan (antara Hadits) dan wahyu yang diper-lukan bagi keyakinan pribadi khasnya.

Tambahan lagi, Al-Qur'an selalu dengan teguhnya mengi-ngatkan Nabi dan menegaskan soal pemisahan itu dalam banyakayat. Berikut kami bawakan satu ayat yang menyampaikankepada hal, sama seperti yang disampaikan oleh ayat pertama.Ayat yang dimaksud ialah firman Allah s.w.t.:

({Al~~l)

"Dan kamu tidak pemah membaca sebelumnya (AI-Qur'an) Be-Buatu Kitab pun; dan kamu tidak pemah menulis Buatu Kitabdengan tangan kananmu". (Surat Al-Ankabut: ayat 48).

Jadi sejarah wahyu Al-Qur'an, berawal sesudah turunnyaAl-Qur'an, dan tidak sebelumnya: Inilah yang diisyaratkan olehayat tersebut secara jelas.

Adapun ditinjau dari segi psikologis yang berkaitan dengankesadaran Nabi s.a.w, maka ayat ini memperkuat ayat yang per-tama dalam soal pemisahan sunnat (Hadits) Nabi s.a.w. dariwahyu Al-Qur'an.

204

Page 198: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan AI-Qur'an sesungguhnya sangat menekankan noktahini, sebagaimana kita dapat mengetahuinya dari ayat berikutini:

.""' ..•. /.-0 "O ~"'''/ \-

~ t. ~ yl 04 ~ ~ ~..if./

.s.b)

"Demikianlah Kami kisahkan kepadamu sebagian kisah umatyang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada-mu dari sisi Kami suatu peringatan (AI-Qur'an)".

(Surat Thaha ayat 99).Dalam beberapa ayat lain tampaknya seolah-olah AI-Qur'an

mengisyaratkan kepada suatu penentuan yang jelas mengenaisuatu maksud daripada wahyu tentang suatu noktah tertentu,seolah-olah AI-Qur'an berkehendak menjadikan hati dan per-hatian Nabi tertarik kepada hal-hal yang masih belum pemahdiwahyukan kepadanya, atau tidak akan diturunkan wahyukepadanya.

Berikut ini, sebagai misal firman Allah s.w.t.:

.,. '" ",./" "'. // /' .~ • ./ 0/. """" ""."'./ ."''''",r-r-:-J ~ ~::,. ~ ~; ~ )I •.•••) W-"'.J I ..ill J

/.// •. '0/./ ",

(VA : 04j.J1 ) )IE ~ ~ ~ 0-"Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebe-lum hamu. Diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamudan dian tara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepa-damu " (Surat AI-Mukmin ayat 78).

Di dalam ayat tersebut di atas wahyu AI-Qur'an berjalantidak saja lebih jauh daripada cara berpikir Nabi Muhammads.a.w., melainkan juga lebih daripada yang telah diwahyukankepadanya.

Kami dapat membawakan banyak ayat, terutama ayat seba-gai berikut:

205

Page 199: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul yang telah Kami utus sebe-lum hamu. Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk di-sembah, selain Allah Yang Maha Pemurah?

(Surat Az-Zukhruf ayat 45).Ayat tersebut bertendenskan makna yang sama. Terkadang

pemisahan antara cara berpikir Nabi dan alam pikiran AI-Qur-'an dibawakan oleh Al-Qur'an berhubung dengan suatu peristi-wa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain sepertiayat berikut ini:

., ..., • .., '" • ,. ,.,." 0 .I." ",.,.. <11'''' ~ -..... " ."."

(r· : ~) r" 1..:-;:, ~ ~ ~~..) ~ ~ L:.; .,J)

"Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mere-ka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mere-ka dengan tanda-tanda mereka ".

(Surat Muhammad ayat 30).Dan akhirnya terkadang kita melihat pemisahan ini dalam

pertentangan antara cara berpikir Nabi Muhammad s.a.w. danalam pikiran Al-Qur'an, seperti misalnya berikut ini, yang akankami analisa kelak 1). Ayat yang dimaksud ialah firman Allah.s.w.t.:

,.,~•..... -' .. ~ I" " .. -' .-' • _ ~ n . ./ "/ -' -'lIE 4.;.'-» d.J1 .- 0' J.:.9 .I~L ~-.; ~)- -' ~ uo u .

-' -' //

\ \ t ~ )"Dan janganlah kamu tergesa-gesamembaca Al-Qur'an sebelumdisempumakan mewahyukannya kepadamu "

(Surat Thaha ayat 114).Kita harus memasukkan dalam pertimbangan kita, bila kita

akan membahas pemisahan ini, suatu unsur lain yang sifatnyaekstem, yang pada gilirannya memperkuat kebenaran pemi-sahan ini. Unsur yang dimaksud ialah unsur "Redaksi" yang

1). Bacalah bab khusus tentang "Kontradiksi-kontradiksi" dalam bukuini,

(Pengarang),

206

Page 200: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

khas bagi Hadits. Telah dikatakan dan itu adalah perkataanyang benar: "bahwasanya gaya bahasa seseorang, dialah orangitu sendiri".

Adalah pasti bahwa Hadits-hadits Nabi dan wahyu AI-Qur-'an mempertunjukkan dua gaya bahasa, dan masing-masingdaripada kedua gaya bahasa itu mempunyai wataknya sendiridan redaksi yang khas.

Maka kata-kata Al-Qur'an mempunyai irama, serta nadaritmis yang dikenal oleh telinga. Ia mempunyai bentuk stural-stural (komposisi kata-kata yang tersusun harmonis), serta kata-kata yang khusus. Tidaklah salah atau berlebih-lebihan bila di-katakan bahwa "gaya bahasa Al-Qur'an yang mengi'-jazkan",tidak seorang pun mampu membawakan serupa Al-Qur'an.

Apabila ada diriwayatkan bahwa penyair besar "Al-mutana-bi" pemah mencoba dengan sia-sia .meniru gaya Al-Qur'an,maka sejarah mencatat, mengenai ini, adanya percobaan dari-pada kitab "Kejelasan bahasa Arab" yang ditulis oleh "Albab",namun apa yang ditulisnya itu hanyalah percobaan dan usahayang sia-sia belaka 1).

Ada pun kemudian daripada itu, tidaklah patut lagi siapapun meragukan apa yang terkandung dalam ayat-ayat tersebuttentang pemisahan yang positif, historis dan psikologis antaracara berpikir Muhammad s.a.w, dan wahyu Al-Qur'an, yaitupemisahan yang telah mantap dalam sanubari Nabi, maka iamenerangi sisi-sisi Fenomena Al-Qur'an.

1). Bacalah kitab "Al-Babiah dan Islam", karangan Syaikh AbdurrahmanTaj.

207

Page 201: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KERASULAN.

209

Page 202: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KERASULAN.

Adalah keharusan bagi kita, untuk tidak mengabaikan pe-ngaruh kekuatan sihir yang dimiliki oleh kata-kata terhadapakal pikiran yang mempunyai citra descartesisme, terutama dizaman kita ini dimana cara berpikir ilmiah menempati tempatagama.Terhadap kata-kata (istilah) yang mengenakan topeng.Apabila politik hanya mengenal beberapa kata saja daripadakata-kata termaksud, maka ilmu pengetahuan mengenal sa-ngat banyak kata-kata termaksud, maka ilmu pengetahuanmengenal sangat banyak kata-kata itu. Dan tiada seorang punakan membayangkan kekeliruan atau kehampaan kata-katayang diselubungi oleh topeng-topeng itu, apabila kata-kata itumengalir dari pena yang hebat daripada seorang penulis besar,maka buku-bukunya lalu menyebar-luaskan hantu-hantunyauntuk menghinggapialam pikiran, banyak orang yang mengakudirinya orang intelektual maka kata-kata itu akan bertambahlagikedunguannya.

Demikianlah maka telah menjadi umum di kalangan paracendekiawan kita bahwa para pembahas selalu mencari sum-ber bagi studi mereka dari penyelidikan-penyelidikan Islamo-logi yang dilakukan oleh penulis-penulis yang gemar menulisdalam segala topik. Maka mereka ini menempatkan suatukata di tempatsesuatu yang benar, yang absen dari pikiranmereka, atau mereka memang tidak berusaha untuk menge-tahuinya.

Makadengan cara demikian ini kita melihat bahwa: "subyekkedua" dipergunakan dalam penafsiran mereka terhadap "Fe-nomena Kenabian", terutama terdapat pada Irmia, yaitu suatusubyek yang lebih abstrak daripada yang mujarad, lagi pulanon-indrawi dan jauh dari kemungkinan. Kesemuanya initermasuk dalam pandangan mereka, sebagai sumber bagi penge-tahuan tentang subyek indrawi yang asli, Pikiran yang aneh inimengingatkan kami, dari dekat kepada pikiran yang memper-oleh penghargaan di kalangan para ahli nujum, yaitu pikiran"Idealisme astrologis" 1).

1). Idealisme astrologis diambil dari pikiran Plato tentang: /'Alam ideal"dan "Alam image". akan tetapi dalam bentuk lain yang sesuai denganalam pikiran para ahli nujum.

(Penterjemah Arab).

210

Page 203: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Namun kata-kata yang laksana sihir ini, mempunyai penga-ruh yang sangat efektif terhadap aka! pikiran, menyerupai dayatarik lukisan-lukisandan gambar-gambardalam pandangan anak-anak keeil.

Adalah maklum bahwa orang yang penuh kepereayaan me-ngenai bobot beberapa penulis dan pengarang, tidak lagi akanmenyelidiki bobot kata yang diueapkan (ditulis) dibandingkandengan pikiran yang mengekspressikan.

Termasuk dalam katagori ini: kata "di luar kesadaran".Kata ini telah memainkan, di bawah kesutradaraan pena-penapara penulis itu, peranan teoritis umum dalam menafsirkan:"Fenomena AI-Qur'an.

Apabila kita ingin mengetahui arti istilah ini, dalam teori-teori ilmu psikologi, kita mendapatnya sangat gelap (tidakjelas samasekali artinya). Istilah itu tidak mengartikan sesuatuyang jelas batas-batasnya, seperti umpamanya istilah-istilahlain yang terkenal, seumpama istilah: "Ingatan" dan istilah"Kehendak" .

Sesungguhnya teori "di luar kesadaran" masih pada stadiumpertumbuhan. Sekalipun demikian mereka telah memperguna-kannya untuk menafsirkan kepada kita, sebagai yang merekakatakan, Fenomena AI-Qur'andengan metode obyektif .

. Adalah sukar sekali bagi kita untuk yakin, bahwa para pe-ngarang itu telah bersusah payah,sekalipun hanya sedikit,untuk beruaaha memahami obyek tersebut.

Adapun yang tidak diragukan lagi, ialah bahwa diri insanimengandung ruang tertentu, yang' di dalamnya terbentukfenomena-fenomena psikologis yang gelap, yang tidak tundukkepada kekuasaan kesadaran, seperti mimpi umpamanya. Ruanggelap ini yang di dalamnya bergema beberapa kejadian yang di-alami dalam kehidupan psikologis sadar pada setiapindividu,hal mana mempunyai .kaitan erat, !agi jelas dengan keadaankeadaan yang dialami dalam kesadaran. Bila kami kehendakikami dapat memberi nama "di luar kesadaran" kepada ruanggelap ini semua.

Dan segabl sesuatu yang dikerjakan yang terjadi di 'dalamruang ini adalah bentuk-bentuk "Yang telah dimodifikasi"khusus, daripada pikiran atau kejadian yang dialami oleh kesa-daran; lalu "luar kesadaran" menyerap 'unsur-unsur hasil pro-duksi kesadaran ini, dan disimpannya dalam khayalnya, untuk

211

Page 204: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

secara lazimnya diubah menjadi rumus-runius menjadi bentuk- •bentuk mimpi, menjadidialog dalam diri sendiri dan menjadiilham. Akan tetapi rumus-rumus dan kesemuanya itu, tetapmemiliki pertanda pikiran atau kejadian, yang daripadanyarumus-rumus itu berasal.

Sudah barangtentu hubungan ini berbeda-beda dalam halgelapnya, namun analisa mungkin mengungkapnya, sebabadalah mungkin untuk menemukan dalam mimpi biasa ataumimpi yang menakutkan, jalan yang diikuti oleh "luar kesa-daran" dalam mengolah rumusnya, dengan kembali kepadaperistiwa yang lalu yang menjadi sebab baginya yaitu umpa-manya suatu peristiwa yang dialami indria, atau kenang-ke-nangan yang kejam, atau disebabkan oleh pekerjaan pencer-naan mudah atau susah dan lain sebagainya.

Keadaan ..luar kesadaran" di sini bekerja sebagai penyalurlistrik dalam hubungan dengan pembangkit listrik, yang dalamhal ini "kesadaran" itu sendiri.Maka berdasarkan situasi yang terakhir ini, kita harus selalumencari sumber dari aktivitas-aktivitas psik~Iogis yang me-reka Iukiskandengan nama "Iuar kesadaran".

Maka apabila terbukti jelas bahwa suatu pikiran mana sajasecara mutlak tidak tunduk kepada subyek yang berkesadaran,maka dapatlah kiranya kita memahami dari hal ini, bahwapikiran atau ide itu pasti asing dari subyek tersebut di atas,bahwa pikiran atau ide itu tidak mempunyai tempat dalamruang "Iuar kesadaran".

lnilah prinsip bagi suatu kritik yang kami akan menjadikan-nya di sini landasan bagi studi tentang wahyu AI-Qur'an.

212

Page 205: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

CIRI-CIRI KHAS LAHIRIAH

DAR I PAD A WAH Y U.

TURUNNYA WAHYU SECARA BER-'TAHAP.

K E SAT U A N - K WAN TIT A T I F.

CONTOH ATAS KESATUAN PENSYA-RIA TAN.

CONTOH ATAS KESATUAN HIS-TORIS.

LUKISAN SASTRAWI AL-QUR'AN.

K AND UN G A N R I S·A L AT.

HUBUNGAN ANTARA AL-QUR'ANDAN KITAB SUCI.

METAFISIKA.

KEAKHIRATAN.

ALAM WUJUD.

ETlkA.

KESOSIALAN.

SEJARAH KEESAAN TUHAN.

213

Page 206: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Ciri-cirikhas lahiriah daripada wahyu.Wahyu dalam statusnya sebagai suatu fenomena yang mem-

bentang dalam batas-batas waktu, membedakan diri dengan duaeiri khas lahiriah yang penting, terlepas daripada pembawaanyang ada dalam dirinya dan daripada faktor psikologisnya yangmenelusuri pribadi Muhammad s.a.w.Kedua eiri khas termaksud ialah:1). Turunnya wahyu sebagian-sebagian.2). Kesatuan kwantitas.

Turunnya wahyu sebagian-sebagian.Wahyu dalam keseluruhan tanzilnya meliputi waktu selama

duapuluh tiga tahun. Maka ia tidak merupakan suatu fenomenainsidentil atau hanya untuk sebentar waktu saja. Ayat-ayat Al-Qur'an telah turun secara sebagian-sebagian. Antara turunnyawahyu yang satu dengan yang lain terdapat jarak waktu keko-songan yang panjang pendeknya berbeda-beda.

Ada kalanya wahyu itu berhenti (tidak turun) untuk masawaktu yang lebih panjang daripada yang dinantikan oleh Nabi,terutama tatkala ia harus mengambil suatu keputusan, yang iaanggap bahwa seharusnya ia tidak mengeluarkan keputusanitu, sebelum memperoleh pengesahan dari wahyu yang akanturun.

Bukti yang paling jelas atas hal ini ialah sikapnya terhadapHijrah. Sahabat-sahabatnya telah meninggalkan Makkah, mem-bawa keyakinan agama mereka, sedang Nabi dalam hal yangmengenai dirinya, masih harus menanti perintah yang jelasdari wahyu.

Contoh lain, yaitu ketika Nabi, sehubungan dengan dirinya,harus mengambil suatu keputusan mengenai suatu peristiwayang membingungkan dan yang menimbulkan kebimbangan,sedang ia menanti dengan tidak sabar, laksana orang yang dudukdi atas bara api, wahyu Allah yang memberi keputusan definitif.

Hal semaeam ini telah dialami Nabi s.a.w, yang mendatang-kan kebingungan kepadanya yakni dalam peristiwa "lfak" (beri-ta bohong yang tidak diputuskan oleh wahyu sebelum berlalusebulan lamanya 1). sejak ia menanti dalam keadaan hati gelisah.

1). Demikianlah tersebut dalam sebuah Hadits dari Aisyah r.a, dan diri-wayatkan oleh Al-Bukhari.

214

Page 207: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Peristiwa tersebut tampak pada lahirnya menimbulkan ke-adaan yang sulit lagi rumit, yang dengan cepatnya dipergunakanoleh orang-orang pengejek dan pencemooh untuk melemparkancelaan yang menyakitkan hati kepada Nabi s.a.w. dengan meng-ambil kesempatan keadaan dimana Nabi berada itu, Nabis.a.w. terkadang menderita karenanya.

Berdasarkan hal di atas, apa pun hipotesa yang dibuat ten-tang pembawaan (watak) Al-Qur'an, namun ada suatu perta-nyaan besar sekeliling soal cara Al-Qur'an diturunkan. Perta-nyaan itu ialah: "Tidakkah mungkin genialitas insani ini tidakturun sekaligus seutuhnya, yang mungkin sudah direncanakanolehnya? 1).

Akan tetapi kita dengan kembali kepada waktu, dapat me-netapkan pentingnya turunnya Al-Qur'an sebagian-sebagian,suatu cara yang unik bagi wahyu Al-Qur'an cara yang sangatpenting bagi berhasilnya da'wah.

Sebab, bila tidak demikian, dengan dalih apa, ditinjau darisegi historis sosial dan moril, kita akan menafsirkan suatu KitabAl-Qur'an yang turun seolah-olah kilat, yang hanya datang seke-jap, dalam kegelapan jahiliah?

Lagi pula apa artinya ini, dari segi sejarah Nabi, kalau Nabimenerima wahyu secara keseluruhan dan tiba-tiba, sekiranya iamenerima wahyu itu sebagai suatu dokumen, yakni semacamsurat-surat kepercayaan di kalangan manusia?

Harapan apa yang mung kin ia mencarinya dari wahyu dekatsebelum perang Hadar umpamanya, sekiranya ia, daripada me-nanti-nanti datangnya bantuan dalam bentuk barisan Malaikat,ia hanya mengulang-ulangi saja membaca ayat yang sebelumnyaia sudah hafalkan di luar dada?

Pembahasan masalah turunnya wahyu dengan bertahap, dibawah sorotan pandangan-pandangan ini, kami dapat menge-tahui nilai pedagogiknya secara prinsipal.

Hal ini pada hakekatnya adalah metode pedagogik satu-satunya yang mungkin dilakukan dalam suatu era yang di-tandai dengan lahirnya suatu agama dan terbitnya suatu ke-budayaan.

1). Ini adalah pertanyaan yang diperkirakan diucapkan oleh orang-orangyang tidak percaya,

215

Page 208: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan wahyu Al-Qur'an, akan memimpin perjalanan Nabi danpara sahabatnya selama duapuluh tiga tahun selangkah demiselangkah menuju sasaran jauh, sedang wahyu Al-Qur'an menja-ga mereka setiap detik dengan inayat Ilahi yang disesuaikandengan keadaan. Maka untuk ini wahyu memperkuat potensi-potensibesar mereka kepada arab epos yang unik di dalamsejarah.

Maka wahyu memuliakan matinya seorang syahid di medanpeperangan, atau tewasnya sebagai syahid seorang pahlawan.

BagaimanaAl-Qur'an dapat menunaikan peranannya terhadaptabiat pembawaan manusia, yang justru Al-Qur'an datang untukmemberi bentuk kepada watak insani pada zaman itu, sekiranyawahyu itu dengan nuzulnya (secara keseluruhan) mendahuluiperistiwa-peristiwa Hunain dan Uhud? Dan apa jadinya denganwahyu Al-Qur'an, sekiranya ia tidak membawakan hiburan hatidengan wahyu Al-Qur'an, sekiranya ia tidak membawakanhiburan hati dengan segera kepada setiap penderitaan atausekiranya ia tidak turun untuk menganugerahi ganjaran kepadasetiap pengorbanan, dan tidak memberikan harapan bagi setiapkekalahan, serta tidak memberi, bagi setiap kemenangan pela-jaran tentang rendah diri, dan apa jadinya sekiranya ia bagisetiap hambatan tidak memberikan anjuran daya-upaya apayang harus dilakukan, sedang untuk setiap bahaya moril ataumaterial atau pun spirituil tidak memberikan semangat yangdiperlukan untuk menghadapinya?

Setiap kali Islam melebarkan sayapnya di dataran-datarantinggi daerah Najd dan Hijaz, wahyu Al-Qur'an turun memba-wakan pelajaran yang diperlukan mengenai kegiatan, kesabarankeberanian, dan keikhlasan yang difahami denganpandai olehpahlawan-pahlawan legendaris dan pahlawan-pahlawan eposyang luar biasa itu.

Apakah pelajaran yang diberikan oleh Al-Qur'an itu akandapat menemukan jalannya menembus kalbu dan hati nuranimereka, sekiranya wahyu itu tidak turun menurut apa yangdipercontohkan oleh kehidupan itu sendiri, dan menurutrealitas yang mengelilingimereka?

Sekiranya Al-Qur'an turun sekaligus secara keseluruhan,niscaya ia akan cepat berubah menjadi kalimat sud tidak ber-nyawa, akan berubah menjadi pikiran mati, atau menjadi seke-dar dokumen keagamaan dan bukan sebagaisumber yang mem-bangkitkan kehidupan dalam kebudayaan yang baru tumbuh.

216

Page 209: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka gerakan historis, sosial dan spiritual yang dibang-kitkan oleh Islam, rahasianya hanyalah pada turunnya wahyuA1-Qur'an secara sabagian-sebagian.

A1-Qur'an menonjolkan eiri khas yang tersembunyi iniseraya berkata-kata kepada Nabi s.a.w. dengan firman Allahs.w.t. (yang terjemahan Indonesianya k.l.):

"" /' ,/ ~./ • .J 9"- ~ •• • ...•../ ,/ .,::::- .;' '/....../ 0 •••..- ./ .••. ..-

~ ..l>- G' ~ ~):;,JI ~ J;; 1 ~ Y Gfi 0:..i.J I JL9J./ ,/ / .•..

::;-. •..... ,,/..... .•.• ..... '" ,., ",.,; " /" ,/"

(i":0L9.;ilI) ~..Y "U;;; ~.JIY ~ ~ clJ.if,,/ 1/ ./ .•... ."

"Berkatalah orang-orang yang hafir: Mengapa AI-Qur'an itutidak diturunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlahsupaya Kami perkuat hatimu dengannya, pula supaya Akumemantapkan bacaannya".

Maka turunnya Al-Qur'an sebagian-sebagian, yang dalamanggapan kaum jahiliah dipandang sebagai suatu kekuranganyang tidak lumrah, nampak jelas kepada kami dengan kembalimenelusuri zaman dan kejadian-kejadian, bahwa hal itu meru-pakan syarat asasi dan wajib bagi kemenangan da'wah NabiMuhammad s.a.w.

. Dan tidaklah sukar bagi kami untuk menemukan dalam me-tode paedagogik ini, yang membangkitkan ejekan dan eemooh-an kaum jahiliah, sedang kritik naif pada zaman kita telah me-nyimpang dari kebenaran, tidak sukar untuk menemukan da-lam metode pedagogik ini watak khas daripada Ilmu IlahiYang Maha Tinggi, yang telah mendiktekan "Kalimatullah"dengan jalan turunnya wahyu sebagian-sebagian.

Kesatuan kwantitatif.

Wahyu AI-Qur'an adalah suatu fenomena yang diturunkansebagian-sebagian. Maka wahyu pada dasarnya terbagi-bagi(terpeeah-peeah) sebagaimana halnya dengan kesatuan bilangan,yakni wahyu itu terdiri dari kesatuan-kesatuan yang berturut-turut, yaitu yang disebut "ayat-ayat". Ciri khas ini mengintuisi-kan kami kepada ide kesatuan kwantitatif. Maka setiap wahyuberdiri sendiri, menghimpunkan suatu kesatuan baru kepada

217

Page 210: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kumpulan AI-Qur'an (yang sudah turun). Nama kesatuan AI-QUI'an ini tidak mutlak, sebab ia tidak sama dengan kesatuanyang menambah besamya kumpulan bilangan, seperti kalau um-pamanya satu ditambahkan kepada tiga, atau kepada empat,atau kepada lima untuk menghasilkan kesatuan bilangan ber-ikutnya.

Wahyu mempunyai ukuran yang berubah-ubah, yaituvolumenya (kwantumnya) atau luasnya.

Keluasannya berkisar antara yang paling pendek, yaitu yangberupa "ayat" dan yang paling panjang, yaitu surat.

Merenungkan kesatuan ini, memberi kami kesempatan bagibeberapa konstatasi yang bermanfaat mengenai hubungan anta-ra diri pribadi Muhammad s.a.w, danfenomena AI-Qur'an,karena ia bersesuaian, mengenai faktor waktu, dengan keadaankhas, yangkami beri nama: "keadaan menerima daripadaNabi s.a.w.".

Kita telah melihat, secara khusus, bahwa daya simanya (le-nyap) untuk sementara, sebab ia tidak berdaya pada momen-tum itu untuk menutup wajahnya. Yang pada saat itu kemerah-merahan, dan bercucuran peluh. Lalu dari pribadiyang lemahtak berdaya ini secara tiba-tiba, untuk beberapa detik saja,keluarlah kesatuan tanzil wahyu, dan dalam pribadi yangtenggelam dalam keadaan hampir di luar kesadaran ini, wahyusecara tiba-tiba merekam kelompok-kelompok kalimat singkat-nya.

Itulah kesatuan fenomena AI-Qur'andari segikwantitas, daninilah yang kami pelajari, sehubungan dengan diri pribadi yanglemah tak berdaya untuk sementara ini, yaitu dialah "PembawaWahyu" itu.

Kesatuan ini membawa dengan sendirinya satu pikiran, danterkadang kumpulan pikiran-pikiran yang tersusun dalam suatupya yang logis, memberi kita kemungkinan untuk mengkon-statimya dalam ayat-ayat AI-QUI'an. Mempelajari pikiran-pikiran ini sendiri, dan dalam hubungannya dengan sisa mata-mata rantai, akan mengungkapkan suatu potensi pencipta danpengatur, tidak mungkin bagi pribadi Muhammad untuk masukdi dalamnya, dalam situasi psikologis yang khusus bagi keadaanpenerima wahyu, bahkan sekalipun dalam keadaannya yangbiasa, dengan syarat kita menerima baik hasil-hasil ukuranpertama itu.

218

Page 211: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan sungguh! Apa yang anda katakan tentang suatu pikiranpada seseorang yang tidak pemah memikirkannya dan tidakpula mungkin baginya untuk memikirkannya dalam keadaankhusus yang dideritanya? Dan apa yang anda katakan tentangirama yang berkaitan dengan ajaran-ajaran yang dibawakanoleh pikiran ini sedang irama itu tidak terbina atas kehendakdan pemikiran teratur?

Adalah jelas bahwa kita tidak mungkin membayangkan halitu pada penglihatan pertama. Tambahan pula, sekiranya kitamemperkirakan bahwa pemikiran itu dapat terjadi secara diluar kesadaran dan di luar kemauan pada seseorang, maka Nabi,sekalipun demikian, tidak akan mempunyaicukup waktu, yangbersifat materiel, untuk memikirkan dan menyusun ajaran-ajarannya pada waktu yang sangat singkat sesaat datangnyawahyu itu.

Dan kita akan lihat, bahwa ajaran-ajaran ini kadang-kadangmemanifestasikan pikiran-pikiran samasekalidi luar batas pikir-an pada masa Nabi itu, bahkan tidak mungkin terlintas dalampikiran insani. Untuk itu kami akan bawakan contoh-contohdalam bab: "Obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa dalam AI-Qur'an.

Akan tetapi sekarang kami akan membuat ukuran untukmenentukan kaitan kesatuan wahyu dengan diri Muhammads.a.w.

Dengan menyesal, kami tidak yakin sepenuhnya bahwa con-toh-contoh yang kami pelajari, telah dengan tepat menggam-barkan kesatuan atau bagian dari kesatuan ini. Namun kiranyadapat kami mengambil intisari dari kesulitan ini, kalau kamimenjadikan sebagai kesatuan tanzil (wahyu) itu, kumpulanayat-ayat yang berurut-urutan yang mengambil bagian dalammelengkapkan satu pikiran. Bilangannya mungkin turun sampaibilangan yang paling kecil, yaitu hanya satu ayat, dan mungkinnaik sampai bilangan yang paling besar dalam bentuk suatusurat lengkap.

Contoh atas kesatuan pensyariatan(perundang-undangan)

Surat An-Nisa mengetangahkan kepada kita suatu modalperundang-undangan mengenaiundang-undanghal-ikhwalkepri-badian. Pikiran pensyariatan yang akan kami bahas, dengan

219

Page 212: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

lengkap tersimpul dalam ayat-ayat 22-25 surat tersebut. Danbukanlah mustahil bahwa ayat-ayat tersebut diturunkan se-muanya, sekali wahyu.

Namun kami, dengan berlebih-Iebihan dalam menjaga kete-patannya, kami tidak akan membahas di sini kecuali ayat 23saja, yakni firman Allah s.w.t.:.-,., ./ // • .", /,//,/ o~, /,,/ 0' ,//~ • .Je""" Q./ ."

~G) f-=~l) f-=~) f-=~l P ~"ro ~ '~J//'/ •. ", • .,,/// "'. t.,,// • .1'///

~)UI f-=~I) ~),I ~~) t-)'I ~~) f-=),l>-).• .1 ""> "//.P",,,'//;" _,)1////.' ""././« ~ l-.; ~~ I) 4>.Lo) I ';; « -:~ I ) < :~...b.;Ir-;; /' ;' /1 r-".,.// ". J' - .' .~,. • ~ ", ,...,."",/

~.J~5u' ~~ ~ rS~y:.>~ '-i)U1 HLJJ.,. ",/ ,/ /-~ ",'/ .",. ..,. ././(,P c.~)L; ~/~.J

"'. / ., / ../ . /',/ .,,/ . ./. ",..-:.,,'*/ .'" ., -;,.~ ~ WI) (,<:)l.al ~ ~..ill <~~l ~)\.>.;r;, ,/" r-; ./

? 0 ,/ ~.,,, "',. ••••.~ ' ,. "", • .;..... ~ • "' • .1 •

lIE ~; G~ w\f cJJl ~~ .....;J...., .J.i l.)'j ~),1/ /

( ~" : " L...:JI

"Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmuyang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, sau-dara-saudara bapakmu yang perempuan, anak-anak perempuandari saudara-saudaramu yang laki-Iaki, anak-anak perempuandari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang me-nyusukan kamu, saudara-saudaramu perempuan sepesusuan,ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam peme-liharaanmu dari isteri yang kamu campuri; tetapi jika kamubelum campur dengan isterimu itu (dan kamu sudah ceraikan)maka tidak berdosa kamu mengatuininya; (dan diharamkanbagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu) dan menghim-punkan (dalam perhauiinan} dua perempuan yang bersaudarakecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnyaAllah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang".

220

Page 213: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Yang tersebut di atas adalah nas fundamental, menetapkandalam satu napas daripada wahyu itu undang-undang perka-winan dengan segala pendetailannya, serta syarat-syarat hukum-nya yang diperlukan undang-undang ini mengatur dalam sesuatubentuk, wanita-wanita yang muhrim yang terlarang kawin de-ngan mereka, undang-undang mana meliputi dua hukum esen-sial, yaitu pendetailan seeara menyeluruh dan pembatasan sem-puma bagi hal-hal yang tersebut, serta mengatur komposisinyadalam suatu urutan yang Iogis, Berdiktumnya kepadanya, yangjelas itu membawa keharusan timbulnya kekeliruan dalampsikologis dan temporal, yang bertentangan dengan eiri-eirikhas wahyu.

Pada hakekatnya Nabi tidak pernah memikirkan tentanghal-hal tersebut, dan tidak pula menyusunnya, sedang pendisku-sian nas tersebut menunjukkan kepada kita diktum hal-hal yangdiharamkan untuk dikawini itu, berdasarkan hubungan kekera-batan dalam lingkungan famili (sanak keluarga), serta urut-urutan yang menurun: yaitu: ibu, anak, saudara perempuan,anak perempuan saudara laki-laki dan anak perempuan saudaraperempuan, yang kesemuanya masuk dalam kekerabatan lang-sung, sedang ibu yang menyusui dan saudara-saudara sepesusuanmasuk dalam kekerabatan karena penyusuan.Seseorang tidak diperkenankan mengawini ibu isterinya, atauanak perempuan isterinya, atau saudara perempuan dati isteri.Maka hal-hal yang terakhir ini diukur berdasarkan hubungankeluargadati si isteri.

Kita dapat mengkonstatir juga daripada diktum tersebutkeafdolan ikatan lelaki di atas ikatan perempuan. Maka anakperempuan dati saudara perempuan, dan kekerabatan yangberhubungan dengan suami disebutkan sebelum kekerabatanyang berhubungan dengan isteri, dengan mendahulukan didalamnya ikatan kepriaan.

Karena kita telah menyetujui bahwa Nabi s.a.w. tidak me-ngumpulkan sendiri susunan wanita-wanita yang dilarang untukdikawini itu sebelum turunya wahyu mengenai hal tersebut ,sedang ia tidak mungkin menyusunnya pada saat turunnyawahyu yang hanya memakan waktu sekejap itu, karena hal itubertentangan dengan keadaan dimana ia berada pada waktumenerima wahyu itu dan bertentangan pula dengan hasil-hasilukuran pertama, maka persoalannya akan tetap tergantungapakah harus menafsirkannya sesuai menurut metode descar-tisisme.

221

Page 214: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka kami terpaksa sekali lagi untuk mencari penafsiranfenomena ini di luar "scope" iersebut.

Contoh tentang kesatuan Historis.

Contoh ini diberikan oleh ayat berikut ini:

(' :u.,.uWI1. Apabila orang-orang munafik datang hepadamu,2. -mereha berhata: "Kami mengakui bahwa Besungguhnya

anda benar-benar Rasul Allah".3. Dan Allah mengetahui bahuia sesungguhnya engkau benar-

benar Rasul-Nya.4. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang

munafik itu benar-benar orang pendusta.(Surat Al-Munafiqun ayat 1).

Inilah nas yang kami akan bahas, dan sengaja kami berinomor dan membaginya empat bagian, dengan tujuan dipela-jari, dati bagian-bagian itu susunan anak-anak kalimat (yangmembentuk ayat tersebut).

Sentuhan kronologis pada ayat terse but tampak dalam anakkalimat pertama, yang melukiskan kepada kita suatu peristiwabiasa, yakni kehadiran orang-orang munafik di hadapan Nabis.a.w.

Anak kalimat ini memang tepat pada tempatnya, karenasasaran pertama-tama dati ayat ini ialah melukiskan kepadakita kekhianatan dan kedustaan orang-orang munafik, maka

222

Page 215: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sudah menjadi keharusan bahwa kita diberi lukisan, untukmenggaris Iingkari peristiwa itu yaitu kehadiran orang-orangdalam majIis Nabi. Adapun pikiran-pikiran berikutnya bagiperistiwa itu, maka ia harus datang menurut sistem yang wajar,sesuai dengan tingkat kepentingannya, yakni berpindahdari pikiran pokok ke pikiran sekunder terutama dalam gayabahasa percakapan sebagai yang sudah menjadi cara bagi Al-Qur'an.

Maka pikiran pokok di sini ialah mengumumkan peng-hianatan orang-orang munafik dan kedustaan mereka.

Maka kalau kita trapkan konstatasi ini pada urutan-urutanpikiran-pikiran ayat tersebut, maka menjadi, sebagai berikut:1). Apabila orang-orang munafik datang kepadamu.2). "Kami mengakui bahwa sesungguhnya anda benar-benar

Rasul Allah".

3). Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya.

4). Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orangmunafik benar-benar orang pendusta.

Dengan susunan sebagaimana di atas, ayat terse but dengantepat telah menjadi lengkap, dan susunan dengan susunan kali-mat-kaIimat dalam bahasa Arab, terkecuaIi yang menyangkutpemutar-bale{an tempat yang terjadi pada kalimat No. 3 dankaIimat No.4. Dengan demikian kami mengembalikan ayatitu kepada urut-urutannya yang wajar. Namun dengan demikiankami dapat mengkonstatir dalam irama barunya (yang kamibuat) akan menjadi sasaran kritik dalam lubuk hatinya, sebabdengan demikian ayat tersebut akan menjadi argumen seriusterhadap nilai yang tinggi dan wahyu itu, karena pengertiandaripada anak No.4 dalam susunan ayat yang baru (yang kamibuat itu) dalam keseluruhannya sudah menjadi pendustaan, bu-kan terhadap pengkhianatan orang-orang munafik, melainkanterhadap pengakuan kesaksian mereka bahwa Nabi benar-benar .Rasul Allah. Maka di dalam urut-urutan yang dibuat AL-Qur'anmengenai cara-cara berpikir terdapat keteIitian yang menga-gumkan, sebab anak kalimat sekunder, yaitu anak kalimatnomor tiga, pertama-tama mempositifkan kebenaran kerasulanNabi, yaitu sebagai yang diakui oleh orang-orang munafik, sebe-lum mengumumkan kedustaan mereka, yang tersebut dalamanak kalimat pokok, yaitu anak kaIimat No.4. Urut-urutan

223

Page 216: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

yang sangat teliti ini, yang menonjol dengan pemikiran yangdalam serta keawasan yang tajam bertentangan, sebagai yangkami harus ulangi, dengan situasi psikologis dan kronologis yang"kesatuan kwantitatif" daripada Al-Qur'an bergemilang da1amhal itu, sehingga kesatuan kwantitatif" ini seolah-olah kilatyang mengkilap sekejap.

Urut-urutan yang dibuat oleh Al-Qur'an itu bertentanganjuga dengan pembicaraan yang tanpa persiapan dan dengan •sepontanitas daripada gaya Al-Qur'an dalam hubungan ini men-jadi kewajiban kami untuk menyatakan kepada pembaca, bahwapercakapan Al-Qur'an, ditinjau dari segi bentuk, dipandang se-bab percakapan lisan, yang tidak mendapatkan waktu secaramaterial, yang cukup untuk membuat ketelitian yang legis,seperti yang bisa kita dapatkan dalam gaya bahasa tertulis.

Orang yang sedang bercakap-eakap tidak mempunyai waktucukup untuk "memutar lidahnya dalam mulutnya tujuh kali".Adalah kenyataan bahwa gayabahasa lisan (percakapan) padaumumnya mengalami "slip of the tongue", atau membuat ke-keliruan. Sebaliknya dengan gaya bahasa tulis, jarang terjadipadanya kekeliruan-kekeliruan ilmiah, sebab si penulis mem-punyai kesempatan cukup untuk memasukkan penanya kedalam tempat tinta tujuh kali, yakni mempunyai cukup ke-sempatan untuk memikir dan mengolah, sebelum menulispikirannya atau idenya di atas kertas.

Maka pembahasan mengenai kesatuan kwantitatif, yaitucahaya kilat yang sekejap mata saja dari wahyu itu menonjolkandalam ayat-ayat Al-Qur'an bukti-bukti penataan sistematik,pemikiran dan kehendak yang tidak memberi kemampuan(kepada siapapun) untuk menafsirkannya dalam batas-bataspengetahuan historis dan psikologis yang kami telah pastikanbagi diri Muhammad s.a.w.

Lukisan sastrawi AI-Qur'an.

Sisi sastrawi Risalat (wahyu), yaitu yang dalam pandangankaum mufassirin tradisional, selalu menjadi obyek studi perta-ma, sebagian kepentingannya hilang sedikit demi sedikit dalam

224

Page 217: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

zaman kita ini yang memperhatikan ilmu pengetahuan lebihbanyak daripada perhatiannya kepada soal-soal sastra. 1).

Sungguh kekurangan kita menguasai kefasihan bahasa Arabpra Islam, tidak memungkinkan kita, dengan didasarkan kepadapengetahuan, untuk memberi penentuan tentang ketinggiangaya bahasa Al-Qur'an sekalipun demikian, ada suatu ayatyang layak mendapatkan perhatian kita, ayat ini memberi kita,dalam soal ini, pengetahuan historis yang amat penting sekali,

. sebab Al-Qur'an menekankan dengan jelas ketinggian dan ke-luhuran ini, yang dimaksudkan untuk melemahkan genialitassastrawipada zaman turunnya.

Maka Al-Qur'an melemparkan ke wajah orang-orang seza-mannya tantangan yang mengagumkan ini:

"Dan jika kamu tetap dalam heraguan tentang AI-Qur'an yangKami wahyukan hepada hamba Kami, buatlah satu surat (saja)yang semisal AI-Qur'an itu, dan ajaklah penolong-penolongmuselain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar".

(Surat Al-Baqarah ayat 23).Dan sejarah tidak menyebutkan bahwa ada seseorang yang

menjawab tantangan ini. Maka dengan ini kami dapat mengam-bil kesimpulan bahwa tantangan AI-Qur'an tetap tidak mem-peroleh jawaban, dan bahwa "I'jaz" sastrawinya benar-benarmenundukkan genialitas kefasihan bahasa zaman itu.

Akan tetapi kami, khusus bagi pembahasan kami ini, mem-punyai jalan-jalan lain untuk mengeluarkan penentuan menge-nai ciri khas dari masalah itu.

Jiwa Badui adalah periang pada dasarnya. Semua aspirasi-pya, emosinya dan nafsunya hanya tampak jelas dalam bentuk

1). Kami telah menerangkan sebab-sebab daripada hal tersebut dalambab "gerbang masuk ke studi".

225

Page 218: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

manifestasi yang berirama dan bersajak, yaitu bait syair yangakan menjadi ukurannya adalah langkah cepat dan panjangonta. Bahkan ilmu matra (syair-menyair) sendiri pada intinyaadalah bersifat kebaduian: Jadi watak genialitas badui telah ter-lihat pada syair.

Bahasa yang merdu ini yang di sela-selanya menguman-dangkan suara ringkikan kuda, dan berdesir di sisi-sisinya geme-rincing pedang-pedang yang terbuat dari besi India dimana disana-sini meletus teriakan perang yang diteriakkan oleh anak-anak muda dari segala tempat, kesemuanya itu hanyalah mani-festasi daripada semangat keberanian yang legendaris, yangpahlawannya adalah "Antarah", atau manifestasi daripadakemabukcintaan romantis, yang pelaku utamanya adalah"Umru-el-Qais" .

Adapun kata-kata kiasan dalam bahasa Arab, sebagai yangkita akan lihat nanti, meminjam unsur-unsurnya dari peman-dangan langit yang tanpa awan dan dari sahara tanpa batas,dimana iringan burung qotho meliwatinya, atau lompatankijang-kijang sahara yang menjelajahnya. Kehidupan sahara initidak memanifestasikan sedikitpun kebingungan ruhani ataumetafisik. la tidak mengenal soal-soal rumit daripada logika,tidak pula mengenal, dan tidak mengenal pula pengerahan pi-kiran filosofis, atau pikiran ilmiah, atau keagamaan .

. Kekayaan kata-kata dalam bahasa, ialah kata-kata yang da-pat merealisasi kebutuhan hidup sederhana, baik extern, maupun intern, bagi seorang Badui, bukan orang kota.

Inilah ciri-ciri khas umum bagi bahasa ini, pemuja yang hi-dup dalam suasana jahiliah, pemujaan berhala, pengembaraan didaratan, yang nantinya akan digulung oleh Al-Qur'an, dengangenialitasnya yang khas, untuk memanifestasikan suatu ide danpikiran International.

Al-Qur'an akan memilih untuk memanifestasikan pikiranini, bentuk baru, yaitu bentuk "kalimat". Maka ayat Al-Qur'anakan menjauhkan segi syair tanah pedalaman (yang dimukimioleh kaum badui), namun irama syair itu bagaimana pun juga,akan tetap ada, sebab ayat Al-Qur'an telah terbebas dari mantrasyair samasekali sehingga melebarluas ruangnya.

Terdapat di situ banyak kesaksian dicatat oleh sejarah prikehidupan Nabi pada masa itu,yang menyajikan kepadakitapengetahuan-pengetahuan luas tentang pengaruh yang sangat

226

Page 219: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kuat yang ada pada ayat-ayat AI-Qur'an terhadap jiwa seorangBadui.

Itulah Umar ibnu Khattab r.a. beralih ke Islamjustru karenaaksi pengaruh besar itu, sedang AI-Walidibnul Mughirah, yangmerupakan tela-dan dalam kefasihan bahasa dan kebanggaankesusastraan, telah menyatakan pendapatnya tentang "sihir"AI-Qur'an ini dengan mengatakan : "Demi AIlah aku telahmendengar sebuah kalam bukan perkataan manusia dan bukanpula perkataan jin. Ia lezat dan indah didengar, pangkalnya ber-buah dan ujungnya berakar. Kalam itu selalu berada di atas dantiada yang membawahinya".

Walid berkata demikian sebagai jawaban kepada Abu Jahalyang menanyakan pendapatnya tentang apa yang ia dengardati Muhammad. Bahasa ini yang sampai pada saat itu, dekatsebelurn kerasulan Nabi Muhammad. Bahasa ini yang sampaisaat itu hanya mengutarakan kecerdasan seorang badui padangpasir, bahasa ini diharuskan kini, dengan segala kelemahannya(dalam bidang perbendaharaan kata) untuk memenuhi keingin-an-keinginan akal pikiran yang sejak saat itu dihadapkan kepadaproblem-problem metafisik dan kesyariatan (hal-hal yang me-nyangkut bidang hukum), kemasyarakatan dan bahkan ilmiahjuga.

Fenomena bahasa seperti ini adalah unik dalam sejarah ba-hasa-bahasa, sebab tidak pemah dalam bahasa Arab terjadievolusi bertahap, melainkan yang terjadi adalah hal yang agakmenyerupai ledakan revolusioner secara tidak terduga sebagai-mana juga fenomena AI-Qur'andatangnya tidak terduga.

Dengan demikian maka bahasa Arab telah mengalami lom-patan dari periode kebahasaan (dialek) jahiliah (pra Islam) keperiode sesuatu bahasa yang bersistem (teratur) secara ilmiah,untuk membawakan pikiran daripada peradaban baru dan ke-budayaan yang baru lahir.

Beberapa kaum mufassirin berpendapat bahwa AI-Qur'antidak mempergunakan samasekali lafal-lafal (kata-kata) yangasing .dari bahasa dialek Hijaz, padahal sudah jelas bahwa AI-Qur'an mengandung kata-kata baru, terutama kata-kata yangberasal dari bahasa Arami, yang dipergunakan oleh AI-Qur'anuntuk menentukan pengertian-pengertian baru yang berhu-bungan dengan masalah tauhid, dari segi kata-kata jenis, sepertikata "malakut", dan kata-kata diri, seperti "Jalut, Harut danMarut".

227

Page 220: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka ditinjau dati segi studi tentang bahasa, tampaknyabahwa Al-Qur'an seolah-olah telah mendatangkan perbendaha-raan kata khasnya, dan membinanya dengan cara yang tidak ter-duga dan secara aneh pula.

Fenomena ini telah menciptakan dati segi kesusasteraan dankebahasaan pemisahan penuh antara bahasa Jahiliah (pra Islam)dan bahasa Islamiah. Dalam hubungan ini hipotesa batil yangdiutarakan oleh orientalis yang masyhur, "Margelyouth" tidak-lah dapat mengurangi bobot hasil studi di atas, sebab sebenar-nya perdebatan sekitar masalah ini sudah selesai dan telah ditu-tup pintunya di Mesir berkat usaha yang dilakukan oleh Arrafiidan sekolahannya berupa berbagai studi. Maka dengan demikianhipotesa profesor Inggris itu sudah tidak mendapatkan tempatlagi, kecuali dalam studi-studi yang mempunyai tend ens ter-tentu.

Tambahan lagi tidak mungkin kami membayangkan bagai-mana dan mengapa, beberapa orang menciptakan suatu jeniskesusasteraan yang baik seperti umpamanya "Syair pra Islam"itu, lalu mereka mengarang baginya nama-nama penyair-penyair-nya, dan pencipta-penciptanya 1).Sungguh hal ini tidak dapat difahami.

Apa pun persoalannya, yang jelas ialah bahwa masalah keba-hasaan yang dibangkitkan oleh Al-Qur'an, layak mengenai soalitu; untuk dipelajati dengan sungguh-sungguh dan serius, dengansuatu studi yang mencakup studi tentang kata-kata barunya,dan cara mempergunakannya secara unik dalam kalimat-kali-mat, terutama dalam soal-soa! keakhiratan. Mungkin ilmu tafsirAl-Qur'an akan memperoleh ruang luas untuk dapat mengkon-statir jauhnya jangkauan fen omena Al-Qur'an itu.

Adalah keharusan pasti bagi' Al-Qur'an, bila ia berkehendakmemasukkan ke dalam bahasa Arab pikiran keagamaannya, danpengerdan-pengertian ketauhidannya, bahwa ia harus melam-paui batas-batas tradisional kesusasteraan jahiliah (pra Islam).Pada hakekatnya Al-Qur'an telah menyetuskan revolusi besardalam kesusasteraan Arab, dengan jalan mengadakan perubahanpadaalat modus pengutaraan, yakni bahwa Al-Qur'an, di satu

1).Pengarang buku ini telah membuktikan kebenaran pikiran ini dalambab "Gerbang masuk ke studi tentang fenomena AI-Qur'an", sehing-ga tidak memerlukan tambahan.

(Penterjemah Arab).

228 -

Page 221: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

segi, telah menjadi kalimat yang tersusun lengkap di tempatbait sajak: Di segi lain Al-Qur'an datang membawa pikiran baru,yang di dalamnya dimasukkan obyek-obyek dan pengertian-pengertian baru, untuk menghubungkan alam pikiran jahiliahdengan arus tauhid.

Pengertian-pengertian yang dibawa oleh Al-Qur'an itu tidakhanya sekedar disalin ke dalam ayat-ayatnya, melainkan Al-Qur'an telah mencerminkannya, membayangkannya dan mem-bentuknya.sehingga bersesuaian dengan alam pikiran Arab.

Yang menunjuk kami kepada hal di atas, ialah: cobalah kitamengambil sebagai misal, perkataan dalam Injil: "KerajaanTuhan". Akan tetapi apakah anda menemukan perkataan inidalam Al-Qur'andengan kata-kata yang sama?

Al-Qur'an tidak menyebutkan "Kerajaan Allah" denganterjemahan harfiah "Mulkullah", melainkan membentuknyadalam bentuk khusus, sebagai yang diberikan kepadanya kete-guhan keislamannya. Maka kata "kerajaan" sinonimnya dalambahasa Arab adalah "Muluk". Al-Qur'an membayangkan kataitu dalam bentuk kata "Ayyam". 1).

Dengan penggantian bentuk (kata diganti dengan kata lain)Al-Qur'an menjauhi kebingungan dan kekacauan mengenaisinonimitas di antara kata-kata: "mamlakah" = kerajaan;"nulk" = milik; "muluk" = ksdauiatan, atau kata "kaun" (yangdalam Injil berarti) = ciptaan 2,. yang penggunaannya banyakmerubah maksud daripada Injil; dengan menggunakan kata"kaun" itu.

Maka Al-Qur'an, tanpa diragukan lagi telah berhasil dalammemodifikasl perkataan "Kerajaan Tuhan" dengan perkataan

1). Kata "Ayyam" ini terdapat dalam firman Allah s.w.t. (yang terje-mahan Indonesianya): "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus

Musa membawa keterangan-keterangan Kami, bahwa hendaklah Kamumengeluarkan kaummu dari kelelapan kepada cahaya terang, dan per-ingatkanlah mereka kepada "Hari-hari Allah". (Surat Ibrahim ayat 6).2). Makna sejati daripada kata "kau'n'" dalam bahasa Arab ialah "ada",

"wujud". (Penyalin).

229

Page 222: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Ayyamullah" 1) perkataan yang tidak dapat ditemukan olehpenterjemah yang paling mahir pun. .

Kita boleh mencatat konstatasi-konstatasi ini sendiri,sehubungan dengan semua pengertian keinjilan yang lain, yangterse but di dalam Al-Qur'an dengan bahasa Arab. Dalam hu-bungan ini Al-Qur'an telah melukiskan kata-kata dalam Injil ber-bahasa Prancis "Esprit saint" (Ruh suci ) dengan memodifikasi-nya dengan kata-kata yang sangat cocok, yakni "Ruhtil-Qudus".

Perbendaharaan kata yang dibawa oleh Al-Qur'an dengankeseluruhan pendetailannya telah mengalami pemodifikasianyang gemilang semacam ini, seperti yang terjadi umpamanyadengan kata nama diri: "Puti phare", yaitu nama orang yangterse but dalam Al-kitab, yang oleh Al-Qur'an diberi nama"Al-'Aziz" dalam kisah "Yusuf". Kita dapat bertanya-tanyaapakah ada hubungan dalam makna antara nama Israili (putiphare) dan nama gelar yang dipakai oleh Al-Qur'an (Al-'Aziz).

Adapun penafsiran dalam bahasa Ibrani rupanya memak-sudkan dengan kata "Puti phare" suatu kata yang diturunkandari bahasa Mesir kuno, berasal dati kata "Puti + Favori", yaitu(yang di dalam Al-Qur'an disebut) "Aziz" (= Pembesar). Asalkata "Phare" ialah "advisir" atau "penasehat",

Mengutip pembahasan Pendeta "Figoureux" mengenai halini 2), dinyatakan, bahwa kata-kata itu adalah kata majemukdati bahasa Mesir, yang artinya: "Aziz", atau "Pembesar" dati-pada ilewa Matahari,

Mana pun dati kedua pendapat di atas yang benar, kIta meli-hat bahwa modifikasi etimologis yang digunakan oleh Al-Qur'antelah membuang kata pelengkap, yang bersifat tambahan, untukmelukiskannya dalam bentuk yang lebih sesuai dengan jiwa tau-hid Islam. Maka AI-Qur'an cukup memakai kata "al-'aziz" saja3)

1). Dimaksud dengan "Ayyamullah" apa yang dikandung oleh perasaanserta kesadaran seorang yang beragama, bahwasanya Yang Maha Benar

pada suatu hari pasti akan memperoleh kemenangan dengan tegaknyakerajaan-Nya. Maka arti "Yaum" = "hari" dan kerajaan telah bersatu da-lam maksud perasaan itu.2). Pendeta Vigoureux dalam bukunya:

"Kitab sud dan dokumen-dokumen ilmiah".3,). Tampaknya kata "al-taziz ", atau "Pembesar" itu telah berpindah ae la-

pangan tafsir bahasa Ibrani liwat pembahasan-pembahasan "Musa binMaimun" yang berguna di "Sekolah Islamiah" di Spanyol.

230

Page 223: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Yang perlu disebutkan di sini ialah bahwa modifikasi yangmenghindari kesulitan penterjemahan yang berhubungan bunyihuruf pertama, yaitu huruf "P" (dalam kata: Puti phare), telahmemecahkan problem kebahasaan, yang tidak mungkin dipe-cahkan oleh orang yang tidak mengenal bahasa Mesir, sekali-pun orang itu dalam keadaan kesadaran penuh.

Kandungan Risalah

Keluasan obyek-obyek yang dikandung oleh AI-Qur'an,serta keaneka-ragaman obyek-obyek itu benar-benar adalah se-suatu yang unik sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Al-Qur-'an sendiri: "Tiadalah Kami alpakan sedikit pun di dalam Kitab(AI-Qur'an) ini (surat Al-An'am ayat 38).AI-Qur'an mengawali pembicaraannya dari mulai sekecil-kecil-nya atom yang berada di dalam batu-batuan dan yang berdiamdi dasar lautan 1), sampai kepada bintang yang beredar padagaris edarannya menujuke tempat yang ditetapkan untuknya 2).Dalam pada itu AI-Qur'an menelusuri sisi-sisi gelap yang terjauhdi dalam kalbu insani, dan menyusup sejauh-jauhnya dalam jiwaorang yang beriman dan orang yang kafir dengan suatu layangpandang yang menyentuh perasaan yang paling halus dalam jiwaitu ..Al-Qur'an berjalan ke arah masa lampau kemanusiaan yangjauh, dan berjalan pula ke arah dari depan kemanusiaan, untukmengajarkannya tugas-tugas kehidupan. Ia melukis suatu lukisanyang menarik dari suatu pemandangan berbagai peradaban, yangberiring-iringan, kemudian ia mengundang agar kita merenung-kannya, supaya kita dapat mengambil manfaat dari akibat-akibatnya, untuk pengajaran dan iktibar.

Adapun ajaran moralnya, adalah buah psikologis yang mere-sap jauh ke dalam tabiat manusia serta menceritakan kepadakita keburukan-keburukan yang dilarang dan harus dijauhi;

1). Pengarang dengan ini menunjuk kepada firman Allah s.w.t. (yang ter-jemahan Indonesianya k.l.): (Berkata Luqman): Hai anakku, jika ada

sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu, atau di langit,atau di alam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. (Surat Luqman,ayat 16).2). Pengarang menunjuk kepada firman Allah s.w.t.:

"Dan masing'masing betedar pada garis edal'Ullya". (Surat Yasin,ayat 40).

231

Page 224: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

pula kebaikan-kebaikan yang kita diajak untuk menelaah dandari sela-sela kehidupan para Nabi, yaitu orang-orang pahlawandan syahid dalam lembaran epos dari langit. Atas dasar ini, ma-ka Al-Qur'an mendorong orang yang beriman, agar dengan sung-guh-sungguh menyesali (perbuatan buruknya), ketika Al-Qur'anmenjanjikannya pengampunan, yang menjadi dasar pendidikandalam masalah pembalasan, pada semua agama Tuhan.

Di hadapanpemandangan yang agung ini filosuf "ThomasCarlyle" berhenti, dan ia tidak dapat lagi menahan diri, makamelontarlah dari dalam lubuk hatinya suatu jeritan kekagumanterhadap Al-Qur'an lalu ia berkata: "Inilah gema yang bersum-ber dari jantung alam maujud itu sendiri" 1). Dalam jerita filo-sufis ini, kami mendapatkan lebih dari satu pikiran kering dariseorang ahli sejarah, kami mendapatkan sesuatu yang menyeru-pai pengakuan instingtif dari hati nurani-insani yang luhur, yangtercengang menyaksikan keagungan fenomena Al-Qur'an. Danrasio insani benar-benar akan berdiri dengan ketakjuban di ha-dapan keluasan dan kedalaman Al-Qur'an. Al-Qur'an adalahbangunan yang tiada bandingnya, yang mempunyai arsitekturdan konstruksi yang artistik, menantang setiap daya penciptayang pemah dimiliki oleh man usia.

Kecerdasan manusia membawa, sebagai suatu keharusan, ta-biat bumi, dimana segala sesuatu tunduk kepada hukum ruangdan waktu, sedang Al-Qur'an selalu melampaui batas hukum ini.Dan suatu Kitab yang memiliki sifat keluhuran semacam ini,tidaklah mungkin dibayangkan berada dalam batas-batas dimen-si-dimensi sempit dari kecerdasan manusia. Maka sudah dapatdipastikan, bahwa sekiranya salahseorang dapat membaca Al-Qur'an dengan penuh kesadaran, dan di tengah-tengah membacaitu ia mengetahui akan keluasan obyek Al-Qur'an maka orangitu tidaklah mungkin bahwa ia akan membayangkan kedudukandiri Muhammad s.a.w. selain daripada bahwa beliau hanyalahsekedar perantara bagi suatu Ilmu metafisik mutlak.

Tambahan lagi, diri Muhammad s.a.w, di dalam Al-Qur'anmenempati tempat yang hanya minim sekali sebab jarang sekaliAl-Qur'an berbicara tentang sejarah Muhammad sebagai seorangmanusia. Penderitaan-penderitaannya yang amat besar, ataukesenangan-kesenangannya tidak pemah tersebut di dalam Al-Qur'an samasekali. Kalau kita mengkhayalkan malapetaka yang

1). Thomas Carlyle dan bukunya "Pahlawan-pahlawan".

232

Page 225: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

menimpa dirinya di puncak da'wahnya, dengan wafatnya pa-mannya dan istrinya, niseaya kita menyadari betapa dansyatnyaeffek dari peristiwa semacam ini, dalam kehidupan seorang lela-ki yang sampai akhir hayatnya masih menangisi Khadijah danAbu Thalib, apabila nama keduanya itu disebut orang di hadap-annya. Sekalipun demikian kita tidak menemukan gema apapun di dalam AI-Qur'an tentang wafatnya kedua orang itu, bah-kan nama istri yang sangat menyayangi suaminya itu, isteri yangmenerima di haribaannya pemanearan Islam yang baru lahirnama isteri ini pun tidak pemah disebut di dalam AI-Qur'an.

Noktah ini perlu sekali, dalam pandangan kami, bagi setiapstudi psikologis analistis tentang obyek AI-Qur'an, yang sejaklama membangkitkan perhatian golongan kaum orientalis kare-na maksud-maksud yang bermacam-maeam, dan dorongan-dorongan yang sangat berbeda-beda,

Obyek-obyek yang khas mengenai AI-Qur'an telah menge-mukakan bahan (materi) yang banyak sekali untuk pembahasan-pembahasan para ulama orientalis itu. Barangkali adalah keha-rusan bagi kami membahasnya, untuk menarik perhatian pem-baea kepadanya.

Namun kami akan mengkhususkan perhatian sekilas pan-dang mengenai keserupaan yang menakjubkan antara IGtabsud 1.), dan AI-Qur'an.

Hubungan antara AI-Qur'an dan Kitab Suei.Mereka yang saling berdebat sekitar hubungan ini tidak suka

mengerti semua unsur-unsur problemnya, dan tidak pula sukamembayangkannya dari segala segi-seginya.

Tambahan pula bahwa keserupaan yang kami tetapkan itu,bukanlah sifat satu-satunya atau yang esensial di dalam AI-Qur-'an, maka AI-Qur'an dengan positif menyatakan hubungannyadengan Kitab Sud, dimana AI-Qur'an selalu mencari tempatnyadalam putaran ketauhidan. Dengan kedua hal terse but AI-Qur-'an menetapkan, dengan bangga adanya keserupaan antara diri-nya dengan Taurat dan Injil.

1). Dimaksud dengan Kitab Suci, kumpulan Kitab-kitab yang diturunkankepada para Nabi Bani Israil, termasuk Kitab Taurat dan Kitab Injil.

(Penterjemah Arab).

233

Page 226: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

AI-Qur'an menguatkan adanya hubungan ini dengan terang-terangan, dan menarik perhatian Nabi sendiri kepadanya setiapkali terdapat kesempatan untuk itu. Inilah, seingat kami, suatuayat yang menaskan seeara khusus hubungan kekerabatan itu;

(iY : ~~ )"'0""· •.. ./ •

lIE ~Wll..:-'; ~" ./ ./

"Tidaklah mungkin AI-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah,akan tetapi (AI-Qur'an itu) membenarkan Kitab-kitab yang se-belumnya dan menjelaskan hukum-huhum yang telah ditetap-kannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dariTuhan semesta alam ". (Surat Yunus ayat 37).

Bagaimana pun juga, kekerabatan ini menandai Al-Qur'andengan ciri khas kekerabatan .itu. Malta Al-Qur'an dalam ba-nyak tempat tampak sebagai menyempurnakan atau membe-tulkan (mengoreksi) pemyataan-pemyataan KitabSuei.

Sekalipun Al-Qur'an menyatakan dengan gamblang keseru-paan dan kekerabatannya, dengan Kitab-kitab sebelumnya,namun ia tetap memelihara citra khasnya dalam setiap fasal darihal-hal yang menyangkut ide ketauhidan, sebagai yang akankami terarigkan di belakang nanti.

Metafisika.

Ide ketauhidan ditinjau dari segi metafisika mempunyaitujuan,untuk mengukuhkan Keesaan Allah s.w.t., sebab Ke-esaan Allah inilah yang merupakananggauta keluarga satu-satu-nya yang J118sukdalam penciptaan fenomena dan perkem-bangannya, dan ketauhidan inilah yang menguasainya, dise-babkan oleh sifat-sifat yang dipunyai olehAllah s.w.t. sepertiKekuasaan mutlak, kekekalan, kehendak, Maha Mengetahuidan lain sebagainya. Sekal~un demikian, Islam menampilkan

234

Page 227: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

akidah metafisiknya yang khas, dengan jalanyang lebih sesuaiuntuk dapat diterima oleh alam pikiran, dan lebih teliti, sertaberada dalam arah yang lebih dalam kerohaniannya.

Sebenarnya Kitab-kitab Ibrani mengungkapkan ide yangbersumber sedikit banyak dari "memiripkan Allah denganmanusia. Ada kemungkinan bahwa ide tersebut telah menye-lundup ke dalam kitab-kitab itu secara tidak terduga-duga,setelah terjadinya "pemutar-balikan" yang telah kami terang-kan dalam bab "Gerakan kenabian" dari buku ini, pemiripanAllah dengan manusia ini terbaca a.l, dalam impian Ya'kub yangtersebut dalam kitab "Kejadian" (dari Perjanjian lama)."Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tanggayang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah Malaikat-mala-ikat Allah turun naik di tangga itu.Berdirilah Tuhan di sampingnya dan berfirman:"Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu dan Allah Ishak".(Perjanjian Lama, Kitab Kejadian, pasal28, ayat 12-13) 1).

Dari segi lain, ajaran-ajaran orang-orang Rabbani telah didi-rikan atas landasan janji yang diterima oleh Ibrahim, dan ataslandasan pilihan 2), (yang diberikan kepada Ya'kub): yangkarenanya Ya'kub mempunyai akidah keagamaan kebangsaan(khusus bagi kaumnya). Maka Allah s.w.t. adalah ketuhanankebangsaan (khusus bagi bangsa Bani Israil), sehingga inti dan-pada "Gerakan kenabian" sejak Nabi Amos merupakan reaksiterhadap jiwa egoisme. Maka semua Nabi-nabi yang masuk da-lam gerakan reform, seperti a.l. Nabi Irmia akan berdaya-upayasemaksimal-maksimalnya untuk mempositifkariwujudnya Allahsebagai Tuhan semesta alamo

Sekalipun demikian, kepercayaan Kristen (masehi), pihak-nya telah memasukkan, bentuk manusiawi dalam sifat-sifat tu-han. Dengan demikian tumbuhlah suatu kepercayaan, yangintinya adalah:

1). Terjemahan di atas dikutip tanpa perubahan dari Alkitab-PerjanjianLama, penerbitan "Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1977 (Pe-nyalin).

2). Yang dimaksud dengan "pilihan itu, ialah pilihan Nabi Ishak kepadaanaknya Ya'kub", supaya kenabian jatuh kepadanya dan anak ketu-runannya.

(Penterjemah Arab).

235

Page 228: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Tuhan ya,nghidup (berwujud) manusia.

Dari kepercayaan ini telah lahir penafsir masehi yang akanmengambil sarinya dari peradaban Islamiah yaitu: logika Ares-toteles, untuk menciptakan kepercayaan keagamaan yang ber-landaskan "trinitas" yang berdiri atas rahasia "Trinitas kudus".

Dalam pada itu wahyu Al-Qur'an untuk menetapkan hasilyang pasti, dari ide ketauhidan, yaitu bahwasanya: "Allah itusatu, tidak sama dan tidak serupa dengan segala yang wujud. DiaTuhan semesta alam". Maka dengan jalan yang positif ini, ideketauhidan Islam telah mengeluarkan Zat Allah yang MahaAgung dari garis lingkaran egoisme Yahudi, dan trinitas masehi.Akidah esensial dari Islam yang mengesakan Tuhan ini terko-kohkan dalam sebuah surat Al-Qur'an yang terdiri atas empatayat:

"Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa; Allah adalah Tuhanyang bergantung kepada-Nya segala sesuatu; Dia tiada beronakdan tiada pula diperanakhan, dan tidak ada eeorang pun yangsetara dengan Dia", (Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4).

Pada ayat-ayat terse but di atas prinsip "Memumikan Keesa-an Allah" memperlihatkan dengan jelas watak I khas bagi pikir-an Al-Qur'an Prinsip "Memurnikan Keesaan Allah" ini telahmelenyapkan ide keberbilangan (dalam bentuk Trinitas) dan ide"prinsip Allah dengan manusia" tanpa pembatalan atau pembe-naran (atas ide-ide tersebut).

Adapun yang masih tertinggal dari hubungan antara Islamdan agama-agama lain, terletak pada jiwa ayat-ayat tersebut,kalau tidak pada nasnya.

Demikianlah di tetapkan dengan jelas landasan teoritis yangdaripadanya akan lahir studi-studi keagamaan tentang Islam danberkembang, kemudian berpindah dati landasan tersebut keagama Masehi, dengan perantaraan Thomas Aquino, dan ber-pindah-pindah ke agama Yahudi liwat Musa bin Maimun.

Lahirlah falsafat keagamaan, bersumber dati Al-Qur'an,yang menyusup jauh ke dalam peradaban ketauhidan. Kami

236

Page 229: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tidak mengetahui sampai berapa jauh, revolusi-revolusi pikiranMasehi, sejak gerakan kaum Albigens, hingga gerakan feformis-me itu, dapat dihitung sebagai hasil-hasil langsung dari fahammetafisik dari AI-Qur'an.

Adalah keingkaran akan kebenaran, kalau kita tidak me-ngerti watak asli dari faham ini, serta kepentingannya dalamperkembangan problem keagamaan dalam alam Yahudi-Masehi,sebagaimana juga termasuk keingkaran terhadap pengaruh ke-akidah Islam apabila kita mengatakan sama seperti yang dikata-kan oleh R.P.G. Thery, bahwa: "Nabi telah mengharamkahdengan terang-terangan penggunaan akal pikiran yang mana-pun dalam masalah problem keagamaan, sebab "Adanya Allah"tidak dapat dibuktikan, sedang ijtihad dan menggunakan akalpikiran tidak termasuk pengarahan fundamental dari Al-Qur-'an" 1).

Perkataan semacam ini artinya bahwa kita mempelajaridasar-dasar pendapat masehi, kemudian mentrapkan basil-hasilnya terhadap suatu masalah dalam Islam. Hal yang demi-kian ini, dengan menyesal, memang kebiasaan yang lazim yangditrapkan terhadap beberapa studi, seperti yang dilakukanoleh Profesor yang terkenal "Guignebert" Profesor ini setelahmempelajari unsur-unsur yang mensifati "pelkembangan keper-cayaan" Yahudi masehi, ia mentrapkan hasil-hasil studinyade~gan cara yang tidak terduga terhadap ~rkembangan akidahIslam, seolah-olah hal itu menjadi tema studinya 2).

Keakhiratan.

Kepercayaan akan ~elanggengan roh yang merupakan ideesensial dalam edukasi ketauhidan, menghasUkan natijah-natijahlogis, yaitu: kesudahan alam dunia, Hari Perhitungan, Surga danNeraka.

Persoalan ini tidak memperoleh penyorotan dari Kitab-kitabIbrarii, melainkan hanya sedikit saja, karena Kitab-kitab itumencurahkan perhatiannya hanya kepada pengaturan sosial

..1). Dicuplik dari ceramah-ceramah tentang: "Falsafat Islam dan peradab-

an Perancis" , oleh R.P.G. Thery' mahaguru pada perguruan TinggiKatholik di Paris, halaman 25.

2). Guignebert dalam bukunya: "Perkembangan akidah".

231

Page 230: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

oagi masyarakat tauhid pertama. Kemudian Injll datang denganmenambahkan penjelasan tentang persoalan keahkiratan, ketikaia mendesak kepada Bani Israil agar mereka ingat akan Hari-hari Allah, yaitu pengertian yang diarahkan kepada suatu ma-syarakat bertauhid, yang telah menempuh jarak cukup jauhdalam perjalanan perkembangannya.

Kita akan melihat bahwa Al-Qur'an menonjolkan persoalankeakhiratan ini dengan cara yang sangat mengesankan. Dikisah-kan di dalamnya ceritera kehidupan langgengdalam nada yangpenuh khusuk lagi menakutkan pula diceriterakannya dengangaya bahasa yang melampaui puncak keindahan bahasa dan ke-jelasannya.

Al-Qur'an menampilkan, mengenai kehidupan di akhirat,gambaran-gambaran dan pemandangan-pemandangan yang men-datangkan ketakutan dalam hati hamba-hamba Allah, sehinggatidak memberi kemungkinan kepada seorang manusia, sekali-pun pada zaman ini, menolak pemandangan-pemandangan alamakhirat yang dahsyat .itu.

Pemandangan-pemandangan Hari Kiamat di dalam AI-Qur-'an mengandung realitas-realitas yang menentukan. Figur-figuryang berperan dalam pemandangan itu, berbicara dan bergerakMalaikat, syaitan. orang-orang yang baik dan orang-orang yangjahat, mereka itu semuanya bersifatkan keobyektifan, yangtidak mengalpakan pendetailan-pendetailan psikologis yangsekecil-kecllnya, dan tidak pula mengabaikan perkataan apa punyang kiranya dapat mengingatkan akan kedahsyatan dan kehe-batan Hari yang menakutkan itu waktu sendiri bertambah la-ma, dan keputusan dikeluarkan pada Hari yang panjangnyaselama lima puluh ribu tahun menurut hitungan mereka di du-nia.

Kemudian perlihatkan pemandangan penutup dalam ceriterayang menakutkan itu, "lalu diadakan diantara mereka dinding,yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat, dandi sebelah luarnya dari itu ada siksa" 1). Inilah tempat kediam-an yang kekal bagi orang-orang yang berbahagia dan merekayang celaka. Di dalam alam wujud seluruhnya tidak ada suatupemandangan yang menyerupai pemandangan ini tentang gerak-nya, atau mengunggulinya dalam warna-warninya yang berun-tun disebut dalam bermacam-macam surat Al-Qur'an.

1). Surat Alhadid, ayat 13.

238

Page 231: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dari pemandangan yang menakjubkan ini, setelah berlaluenam abad, genialitas Dante mencuplik lukisan khayalnya: '~Ko·medi Ilahi" yang diilhami oleh apa yang ditulis Al-Ma'am" da-lam kitabnya, yang berjudul "Risalatul-ghufran", atau "Risalatpengampunan" .

Alam Wujud.

Dalam Perjanjian Lama, kitab: Kejadian, kita menemukanpersoalan yang berhubungan dengan "penciptaan" da1am per-kataan: "Berfirmanlah Allah: JadUah terang! Lalu terang itujadi 1).

Bentuk kata-kata ini mengingatkan kita dengan cara yangunik dengan perkataan yang tersebut dalam Al-Qur'an: "Kunfa yakun", yang artinya: "Jadilah Maka jadilah ia".

Persamaan antara kedua kalimat tersebut mentakjubkan.Namun Al-Qur'an selalu melukiskan kepada kita cara pencipta-an itu yang bersifat imperatif (memerintahkan). Al-Qur'an ber-ceritera kepada kita pertama-tama mengenai kesatuan matericiptaan pertama, dengan firman Allah s.w.t.:

,/// ""."e"'" "1 ~ ~/ .:II"""' /. ~ »>: ./"",

l..:;..;U" .;..;)' ~ ';' I,---J I uI I)fi u:fJ I .r« r J I/.},."';/ 11'.,/

lIE ~ li:.;"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwasanyalangit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,kemudian Kami pisahkan antara keduanya.(Surat Al-Anbiyaayat 30).

Kemudian Al-Qur'an menceriterakan prihal keadaan materiyang awali itu dengan firman Allah s.w.t. (yang terjemahan In-donesianya k.L: ."Kemudian Allah Yang Maha Tinggi Kekuasaannya menetapkanbagi setiap biniang orbitnya dan tempat peredarannya, dan de-ngan demikian membagi materi dalam ruangan dan menetapkanhukum-hukum yang ahan menentukan fenomena alam, kemu-dian meniadihari fenomena kehidupan:

'I" •

1). Kitab Kejadian, pasal1, ayat 3-4.

239

Page 232: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

w"" .", ~ • ., '."'/( r· : 1= 1.-.:)11) lIE .~ " & ~"WI. l..:.I...->.•• -e: ~":r' I.P '" ~ .J#

"Dan darl air Kami jadikan segalaseeuatu yang hidup ".

(Surat Al-Anbiyaayat 30).Selain dari ayat-ayat eli atas terdapat di .dalam AI-Qur-

'an banyak ayat yang menyempurnakan lukisan model bagigambaran penciptaan, Bagaimana pun juga, namun pekerjaanpertama dati ciptaan Allah dilakukan dengan perintah lisan.

Mungkin cara penciptaan ini berkontradiksi dengan pikiranorang-orang yang bersendi kepada hipotesa"Lavoisier,yang ber-bunyi: "Rien ne se cree, rien ne se perd", yang artinya: Tiadasesuatu dapat terjadi dari ketiadaan (kehampaan) dan tiada pulasesuatu yang melenyapkan dalam ketiadaan". Jadi pengertianhipotese di atas bahwasanya tidak ada sesuatu dapat terjadi dati-pada tiada sesuatu. Namun kita harus mengetahui bahwasanyaditinjau dati segi logika semata-mata, tiada terdapat pertentang-an berat sedikit pun dalam perpaduan antara rasio (pikiran) danprinsip pencipta dalam kalimat "Kun fa yakun" (Jadilah Makajadilah ia). Dan tiada seorang pun dapat membawakan argumeneksperimental untuk menentang hal di atas.

Adapun agama, ia menetapkan bahwa Allah-labyang memi-liki rahasia penciptaan, yang tersimpul dalam kalimat "Kun"(jadilah). Namun kita boleh bertanya-tanya mUla-pertama:"Adalah terdapat pertentangan atau yang menyerupai perten-tangan yang dapat dikemukakan, antara pengertian agama danpengertian ilmiah?". Marilah kita melihat kemana kembalinyapemecahan problem materi dalam analisa terakhir, yakni: Zatyang ada dan ruang yang mengandung segala sesuatu yang ada?

Para ahli fisika menjawab: "Materi dalam analisa terakhirkembali kepada suatu jenis "potensi".

Akan tetapi apakah tidak mungkin·"Kalimat Allah" itu sen-diri ditafsirkan bahwasanya ia sejenis "potensi" itu, yaitu po-tensi dalam bentuknya yang paling besar dan paling sempuma,yakni bahwa potensi itu mempunyai kekuatan "menciptakan"?

Dan tidakkah kita berhak untuk memandang "materi" da-lam keseluruhannya hanyalah semata-mata pembentukan danpenyusunan yang dilakukan oleh kalimat "Kun" yang menciptaitu?

240

Page 233: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Moral.

Moral non-agamis, sepanjang makna yang dikandung olehperkataan ini menilai perbuatan seseorang atas dasar kepenting-an pribadi yang segera, yang menjadi landasan bagi kehidupansipil masyarakat Moral yang bersumber dari agama tauhid meng-hormati juga kepentingan pribadi, akan tetapi moral agamismembedakan diri dari jnoral non agamis, bahwa ia juga mem-perhatikan kepentingan-kepentingan orang-orang lian.

Dengan demikian maka moral yang bersumber dari agamamendorong individu untuk selalu mencari pahala dari Allahsebelum mencari kemanfaatan bagi dirinya.

Karena pahala ini maka Taurat telah menyusun perjanjianmoral pertama bagi kemanusiaan yang tersurat dalam "wasiat-sepuluh "nya.Kemudian Injil memberikan pengarahan-pengarahannya dalamkhutbah Nabi lsa di atas gunung. Akan tetapi soal yang dibawa-kan dalam kedua Kitab itu adalah soal prinsip moral yang ber-sifat negatif. Ia menyuruh manusia agar tidak mengerjakan keja-hatan, di satu pihak, dan di pihak lain meniadakan nafsu mela-wan kejahatan.

Adapun AI-Qur'an, ia membawakan prinsip positif funda-mental, supaya dapat menyempumakan sistem moral tauhidprinsip tersebut ialah: "Keharusan melawan kejahatan"; MakaAI-Qur'an bercakap dengan para pemeluknya dengan firman-Nya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manu-sia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan melarang kepada yangmunkar". (Surat AIi-'Imran ayat 110).

Di pihak lain AI-Qur'an mengakui ide "pembalasan" sebagailandasan moral yang bersumber dari agama Tauhid.

Profesor A-Loden berkata: "Nilai agama bagi individu tidaktampak dalam agama Yahudi, kecuali pada zaman Nabi ExachieLHingga pada zaman itu kewajiban dan natijah-natijah moralnyajatuh di atas pundak umat, yang menanti-nanti pembalasannyapada saat datangnya pertolongan yang telah ditetapkan waktu-nya, yaitu "pada hari Tuhan memberi pertolongan kepadaumat-Nya",

Adapun Injil adalah sebaliknya daripada itu Ia menetapkanpembalasan akan diberikan kelak pada hari kiamat; sehinggasoal moral menjadi persoalan akhirat dan moral itu keseluruh-annya menjadi merupakan kerisauan pribadi.

241

Page 234: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka ketikaAl-Qur'an datang kita dapati bahwa ia mem-bina bangunan moralnya atas fondasi nilai moral bagi individu,dan konsekwensi duniawi bagi masyarakat. Adapun bagi indivi-du, maka pembalasannya akan diperolehnya pada Hari perhi-tungan kelak. Oleh sebab itu Al-Qur'an menetapkan denganjelas nilai keagamaan bagi individu, dalam firman-Nya (yangterjemahan Indonesianya k.l.): "Biarkanlah Aku bertindakterhadap orang yang Aku telah menjadikannya sendirian"(Surat Al-Mudatstsir ayat 11).

Adapun masyarakat (umat) maka pembalasannya segera,untuk mana Al-Qur'an menarik perhatian kita kepada kisahnyadi dunia ini, ketika ia selalu mengundang kita untuk merenung-kan pembalasan yang berupa siksaan di dunia yang ditimpakanatas umat-umat yang telah lenyap dan kebudayaan-kebudayaanyang telah musnah:

"'. "".,,,.,.;1' """/ "./ O~,.~." ."0ll(~.kJ1 ¥~ ul! 4 IJ.A:I ~ ~.J)'I~

./ /' ", .;'

( i v . rL...;)'I)

"KatakanlcJh, Berialanlan di muka bumi, kemudian perhatikan-lah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu".

(Surat Al-An'am ayat 11).

Bahkan Al-Qur'an bersikap keras terhadap umat-umat itu:

'\ : r~";),1 )

"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya gene-rasi-generasi yang telah Kami binasahan sebelum mereka, pada-hal (generasi itu) telab Kami teguhkan kedudukan. mereka dimuka bumi, :yaitu keteguhan yang belum pernab Kami berikankepadamu, dan Kami curahhan hujan yang lebih atas mereka,

242

Page 235: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka,kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa merekasendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain"

(Surat AI-An'am ayat 6).

Kemasyarakatan.

Tujuan daripada syariat Musa ialah meletakkan pnnsip-prinsip bagi pembentukan masyarakat yang bertauhid, bagiyang baru tumbuh, dan untuk mengokobkan hubungan diantara anggauta-anggautanya, yaitu orang-orang yang sudahtenggelam dalam kelompok bangsa-bangsa pemuja berbala. De-ngan demikian syariat Musa ini telah membayangkan problem-problem sosial, ditinjau dari segi intern masyarakat Bani Israil.Kemudian kita mendapati syariat "Cinta-mencintai" pada aga-rna Isa membuka pintu "Rahmat" masehi kepada orang-orangprimitif pemuja berhala, lebih besar dari yang dibuka olebsyariat Musa.

Setelah AI-Qur'an datang, kita mendapatinya, menanganidalam nasnya, problem tersebut dari sudut kemanusiaan secarakeseluruhan :

(r,,: dxWl)

"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karenaorang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuatkerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah mem-bunuh manusia seluruhnya, dan barangsiapa yang memeliharakehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memeli-hara kehidupan manusia semuanya".

(Surat AI-Maidah ayat 32).

Maka salahsatu basil yang penting dari prinsip umum ini,adalah diletakkannya problem perbudakan, untuk pertama

243

Page 236: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kali dalam sejarah kemanusiaan, di jalan pemecatan, sebabmemerdekakan budak adalah tahap yang perlu bagi pengha-pusan perbudakan, yang menjadi dasar esensial dari kegiatandalam masyarakat-masyarakat yang terdahulu.

Al-Qur'an telah menjadikan "memerdekakan budak" seba-gai prinsip moral umum. Apabila seorang muslim melakukansuatu pelanggaran tertentu dalam syariat, maka "memerdekakanbudak" menjadi syariat syar'i untuk bertaubat dan memohonpengampunan (untuk· diterima taubatnya dan memperolehpengampunan).

Apabila kita telah mengkonstatir, sebagai yang telah dibahasdi muka, adanya persamaan antara Al-Qur'an dan Kitab-kitabsuci, maka sekarang kita mengkonstatir ciri yang memperbeda-kan dari eiri khas Al-Qur'an.

Sejarah Tauhid (Keesaan Tuhan).

Agama Ibrahim mempunyai sejarahnya, yang menghimpunamal-amal, dan jasa-jasa para Nabi. Kiranya dalam bab berikut-nya kita akan menjumpai keserupaan yang mentakjubkan antaraAl-Qur'an dan Kitab suci. Dalam pada itu sejarah para Nabi da-tang berderetan sejak Ibrahim a.s, sampai kepada Nabi-nabiZakaria, Yahya, dan Maryam serta Nabi Isa a.s.Terkadang membawakan bahan historis yang khusus terdapatdalam Al-Qur'an, seperti kisah-kisah Nabi HOO,Nabi Saleh be-serta ontanya, kisah Luqman, kisah penghuni gua, kisah Zul-Qamain 1), dan kisah-kisah lain.

Sesungguhnya keserupaan itu mentakjubkan, seperti yangakan kita lihat pada kisah Yusuf, yang menghadapkan kritikkepada persoalan serius. Memang sejak zaman Nabi s.a.w. sen-diri mereka tidak segan-segan mengabaikan beberapa penentang-an seperti yang dikabarkan sekarang, setelah berlalu empatbelasabad.

1). Di dalam Al-Qur'an disebutkan mereka akan bertanya kepadamu ten-tang Zul-Qarnain. Kalau yang dimaksud di sini dengan "mereka yang

bertanya" itu, orang-orang Yahudi, maka mungkin mereka mengetahuikisah ini dari berita-berita sejarah, sebab Taurat dan Injil tidak terdapatdi dalamnya sesuatu pun dari kisah ini.

(Penterjemah Arab).

244

Page 237: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sebenarnya sekiranya kita mengabaikan, secara metodik,nilai yang teramat tinggi dari AI-Qur'an, dan sekiranya kita,dengan menuruti hawa nafsu, mengalpakan pertimbangan-per-timbangannya yang lain, maka keserupaan ini akan tetap meru-pakan problematika yang tidak dapat difahami. Maka untukdapat memahami hal itu, kita harus menegakkan lukisan yangmemperlihatkan kepada kita, dalam sekali pandangan seluruhcitra-citra keserupaan itu, untuk ini cukuplah kiranya bagi kitasatu contoh saja yaitu kisah Yusuf yang akan kami pergunakansebagai ukuran bagi studi kritis kami tentang obyek ini.

245

Page 238: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

K I S A H Y U S U F.

KISAH YUSUF DALAM AL - QUR' AN DAN KITAB suer,SKEMA SPESIFlKASI AYAT-AYAT AL-QUR'AN DALAMKISAH YUSUF.

KESIMPULAN-KESIMPULAN YANG MEMPERBANDING-KAN KEDUA KISAH lTV.

PEMBAHASAN KRITIS TERHADAP MASALAH.

247

Page 239: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KISAHYUSUFDalam

AL-QUR'ANdan KITABsuerKisah Yusuf di dalam Al-Qur-'an 1).

Dengan nama Allah Yang MahaPengasih lagi Maha Penyayang.1. Alif, Laam raa. ini adalah

Ayat kitab (Al-Qur'an) yangnyata (dari Allah).

2. Sesungguhnya Kami menu-runkannya berupa Al-Qur'an

dengan berbahasa Arab, agar ka-mu memahaminya.

3. Kami menceritakan kepada-mu kisah yang paling baik

dengan mewahyukan Al-Qur'anini kepadamu, dan sesungguhnyakamu sebelum (Kami mewahyu-kan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.4. (Ingatlah), ketika Yusuf ber-

kata kepada ayahnya: "Wa-

1). Terjemahan ayat-ayat diambil dari"Al-Qur'an dan Terjemahannya,

penerbitan Yayasan PenyelenggaraPenterjemahan/Pentafsiran Al-Qur'an.

248

Kisah Yusuf di dalam Kitab Su-ci 2).

Pasal tigapuluh tujuh.

1. Adapun Yakub, ia diam dinegeri penumpangan ayahnya

yakni di tanah Kanaan.

2. Inilah riwayat keturunan Ya-kub. Yusuf, tatkala berumur

tujuh belas tahun - jadi masihmuda - biasa mengembalakankambing domba, bersama-samadengan saudara-saudaranya, anakanak Bilhadan Zilpa, kedua isteriayahnya. Dan Yusuf menyampai-kan kepada ayahnya kabar ten-tang kejahatan saudara-saudara-nya.

3. Israel lebih mengasihi Yusufdati semua anaknya yang la-

in, sebab Yusuf itulah anaknyayang Iahir pada masa tuanya; dania menyuruh membuat jubahyang maha indah bagi dia,

4. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya

2). Terjemahan ayat-ayat Kitab Suciini dikutip dari "Al-Kitab" Perce-

takan Lembaga AI-Kitab Indonesia.CHuar - Bogor 1982. Kitab Kejadian37:1-11 37:12-36 38:1-5 39:1-1240:1-23 41:1-50 42:1-38 43:1-3444:1-34 45:1-28 46:1-5 46:28-3447:1

Page 240: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

hai ayahku, sesungguhnya akubermimpi melihat sebelas bulanbintang, matahari dan bulan; ku-lihat semuanya sujud kepadaku".

5. Ayahku berkata: "Hai anak-ku, janganlah kamu ceritakan

mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka mem-buat makar (untuk membinasa-kan)mu. Sesungguhnya syaitanitu adalah musuh yang nyata ba-gi manusia".

6. Dan demikianlah Tuhanmu,memilih kamu (untuk men-

jadi Nabi) dan diajarkan-Nyakepadamu sebagian dan ta'birmimpi-mimpi dan disempuma-

lebih mengasihi Yusuf dari semuasaudaranya, maka bencilah mere-ka itu kepadanya dan tidak maumenyapanya dengan ramah.

5. Pada suatu kali bermimpilahYusuf, lalu mimpinya itu di-

ceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah merekalebih benci lagi kepadanya.

6. Karena katanya kepada mere-ka: "Coba dengarkan mimpi

yang kumimpikan ini",

7. Tampak kita sedang di ladangmengikat berkas-berkas gan-

dum, lalu bangkitlah berkaskudan tegak berdiri; kemudian da-tanglah berkas-berkas kamu seka-lian mengelilingi dan sujud me-nyembah kepada berkasku itu".8. Lalu saudara-saudaranya ber-

kata kepadanya: " Apakahengkau ingin menjadi raja ataskami? Apakah engkau ingin ber-kuasa atas kami?" Jadi makinbencilah mereka kepadanya ka-rena mimpinya dan karena per-kataannya itu.

9. Lalu ia memimpikan pulamimpi yang lain, yang diceri-

takannya kepada saudara-sauda-ranya. Katanya: "Aku bermimpipula; Tampak matahari, bulandan sebelas bintang sujud me-nyembah kepadaku".10. Setelah hal ini diceritakan-

nya kepada ayah dan sau-dara-saudaranya, maka ia ditegoroleh ayahnya: "Mimpi apa mim-pimu itu? Masakan aku dan ibu-

249

Page 241: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kannya ni'mat-Nya kepadamudan keluarga Ya'kub, sebagaima-na dia telah menyempurnakanni'mat-Nya kepada dua orang ba-pakmu sebelum itu, (yaitu) Ibra-him dan Ishak. SesungguhnyaTuhanmu Maha mengetahui lagibijaksana.7. Sesungguhnya ada beberapa

tanda-tanda kekuasaan Allahpada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang yang ber-tanya.8. (Yaitu) ketika mereka berka-

ta: "Sesungguhnya Yusufdan saudara kandungnya (Bunya-min) lebih dicintai oleh ayah kitadaripada kita sendiri, padahal ki-ta (ini) adalah suatu golongan(yang kuat) sesungguhnya ayahkita (Ya'kub) dalam kekeliruanyangnyata.

9. Bunuhlah Yusuf atau buang-lah dia ke suatu daerah (yang

tak dikenal) supaya perhatianayahmu tertumpah kepadamu sa-ja, dan sesudah itu hendaklah ka-mu menjadi orang-orang yangbaik.

250

mu serta saudara-saudaramu su-jud menyembah kepadamu sam-pai ke tanah?"

11. Maka iri hatilah saudara-sau-daranya kepadanya, tetapi

ayahnya menyimpan hal itu da-lam hatinya,

12. Pada suatu kali pergilah sau-dara-saudaranya menggem-

balakan kambing domba ayahnyadekat Sikhem.

13. Lalu Israel berkata kepadaYusuf: "Bukankah saudara-

saudaramu menggembalakan kantbing domba dekat Sikhem? Mari-lah engkau kusuruh kepada me-reka". Sahut Yusuf: "Ya bapa".

14. Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah

baik keadaan saudara-saudaramudan keadaan kambing domba;dan bawalah kabar tentang itukepadaku". Lalu Yakub menyu-ruh dia dari lembah Hebron, danYusuf pun sampailah ke Sikhem.

15. Ketika Yusuf berjalan kesana kemari di padang, her-

temulah ia- dengan seorang laki-laki, yang bertanya kepadanya:"Apakah yang kau carl?"

16. Sahutnya: "Aku mencarlsaudara-saudaraku. Tolong-

lah katakan kepdaku di manamereka menggembalakan kam-bing domba?".

Page 242: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

10. Seorang diantara merekaberkata: "Janganlah kamu

bunuh Yusuf, tetapi masukkan-lah dia ke dasar sumur supaya diadipungut oleh beberapa orangmusafir, jika kamu hendak her-buat".

11. Merekaherkata: "Wabaiayah kanii, apa sebabnya

kamu tidak mempercayai kamiterhadap Yusuf, padahal sesung-guhnya kami adalah orang-orangyang mengingini kebaikan bagi-ny&. .

12. Biarkanlah dia pergi bersa-ma kami besok pagi, agar ia

(dapat) bersenang-senang dan(dapat) bermain-main, dan se-sungguhnya kami pesti menjaga-nya".

13. Berkata Ya'kub: "Sesung_guhnya kepergian kamu her-

sama Yusuf amat menyedihkan-ku dan aku )r!tawatirkalau-kalaudia dimaka.n serigala, sedang ka-mu lengah daripadanya".

17. Lalu kata orang itu: "Me-reka telah berangkat d8rl

sini, sebab telah kudengar me-reka berkata: "MariIah kita per-gi ke Dotan".Maka Yusuf menyusul saudara-saudaranya itu dan didapatinya- .lah mereka di Dotan.

18. Dari jauh ia telah kelihatankepada mereka. Tetapi sebe-

lum ia dekat pada mereka, mere-ka telah bermufakat mencari da-ya upaya untuk membunuhnya.

19. Kata mereka seorang kepadayang lain: "Lihat, tukang

mimpi kita itu datang!"

20. Sekarang, marilah kita bu-nuh dia dan kita lemparkan

ke dalam salahsatu sumur ini, la-lalu kita katakan: seekor bina-tang buas telah menerkamnya.Dan kita akan lihat nanti, bagai-mana jadinya mimpinya itu!"

21. Ketika Ruben mendengarhal ini, ia ingin melepaskan

Yusuf dari tangan mereka, sebabitu katanya: "Janganlah kita bu-nub dia!".

22. Lagi kata Ruben kepada me-reka: "Janganlah tumpahkan

darah, lemparkanlah dia ke da-lam sumur yang ada di padanggurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia". maksudnya hendakmelepaskan Yusuf dari tanganmereka dan membawanya kem-bali kepada ayahnya.

251

Page 243: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

14. Merekaberkata: "Jika ia be-nar-benar dimakan serigala,

sedang kami golongan (yang ku-at), sesungguhnya kami kalaudemikian adalah orang-orangyang merugi".

15. Maka tatkala mereka mem-bawanya dan sepakat me-

masukkannya ke dalam sumur(lalu mereka masukkan dia), dan(di waktu dia sudah dalam su-mur) Kami wahyukan kepadaYusuf: "Sesungguhnya kamuakan menceritakan kepada mere-ka perbuatan mereka ini, sedangmereka tiada ingat lagi".

16. Kemudian mereka datangkepada ayah mereka di

sore hari sambilmenangis.

17. Mereka berkata: "Wahaiayah kami, sesungguhnya

kami pergi berlomba-lomba dankami tinggalkan Yusuf di dekatbarang-barang kami, lalu dia di-makan serigala,dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepadakami, sekali pun kami adalahorang-orangyang benar".

252

23. Baru saja Yusuf sampai ke-pada saudara-saudaranya,

mereka pun menanggalkanjubahYusuf, jubah maha indah yangdipakainya itu.24. Dan mereka membawa dia

dan melemparkan dia kedalam sumur. Sumur itu kosongtidak berair.

25. Kemudian duduklah merekauntuk makan. Ketika mere-

ka mengangkat muka, kelihatan-lah kepada mereka suatu kafilahorang Ismael datang dari Gileaddengan untanya yang membawadamar, balsam dan damar ladan,dalam perjalanannya mengangkutbarang-barangitu ke Mesir.

26. Lalu kata Yehuda kepadasaudara-saudaranyaitu: "Apa

kah untungnya kalau kita mem-bunuh adik kita itu dan menyem-bunyikan darahnya?

27. Marilah kita jual dia kepadaorang Ismael ini, tetapi ja-

nganlah kita apa-apakan dia, ka-rena ia saudara kita, darah da-ging kita". Dan saudara-saudara-nya mendengarkan perkataannyaitu.

28. Ketika ada saudagar-sauda-gar Midian lewat, Yusuf di-

angkat ke atas dari dalam sumuritu, kemudian dijual kepadaorang Ismael itu dengan hargaduapuluh syikal perak. Lalu Yu-suf dibawa mereka ke Mesir.

Page 244: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

18. Mereka datang membawabaju gamisnya (yang berlu-

muran) dengan darah palsu Ya'-kub berkata: "Sebenamya diri-mu sendirilah yang memandangperbuatan (yang buruk) itu: Ma-ka kesabaran yang baik itulah(kesabaranku). Dan Allah sajalahyang dimohon pertolongannyaterhadap apa yang kamu cerita-kan".

-.

29. Ketika Ruben kembali ke su-mur itu, temyata Yusuf ti-

dak ada lagi di dalamnya. Laludikoyakkannyalahbajunya.30. Dan kembalilah ia kepada

saudara-saudaranya, kata-nya: "Anak itu tidak ada lagi,ke-manakah aku ini?"31. Kemudian mereka mengam-

bil jubah Yusuf, dan menyem-belih seekor kambing, lalu men-celupkan jubah itu ke dalam da-rahnya.

32. Jubah maha indah itu me-reka suruh antarkan kepa-

da ayah mereka dengan pesan"Ini kami dapati. Silahkanlahbapa periksa apakah jubah inimilik anak bapa atau bukan?"

33. Ketika Ya'kub memeriksajubah itu, ia berkata: "Ini

jubah anakku; binatang buastelah memakannya; tentulahYusuf telah diterkam".

34. Dan Ya'kub mengoyakkanjubahnya, lalu mengenakan

kain kabung pada pinggangnyadan berkabunglah ia berhari-harilamanya karena anaknya itu.

35. Sekalian anaknya laki-lakidan perempuan berusaha

menghiburkan dia, tetapi ia me-nolak dihiburkan, serta katanya:"Tidak! Aku akan berkabung,sampai aku turun mendapatkananakku, ke dalam dunia orangmati!" Demikianlah Yusuf di-tangisi oleh ayahnya.

253

Page 245: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

19. Kemudian datanglah kelom-pok orang-orang musafir, la-

lu mereka menyuruh seorang pe-ngambil air mereka, maka diamen ururun kan timbanya, diaberkata: "Oh; kabar gembira, iniseorang anak muda!" Kemudianmereka menyembunyikan dia se-bagai barang dagangan. Dan Al-lah Maha Mengetahui apa yangmereka perbuat.20. Dan mereka menjual Yusuf

dengan harga yang murah,yaitu beberapa dirham saja, danmereka merasa tidak tertarik ha-tinya kepada Yusuf.

254

36. Adapun Yusuf, ia dijual olehorang Midian itu ke Mesir,

kepada Potifar, seorang pegawaiistana Fir'aun, kepala pengawalraja.

Fasal tigapuluhdelapan.

1. Pada waktu itu Yehuda me-ninggalkan saudara-saudaranyadan menumpang pada seorangAdulam, yang namanya Hira.

2. Di situ Yehuda melihat anakperempuan seorang Kanaan:

nama orang itu ialah Syua. Lal~Ye~uda kawin dengan perempu-an ItU dan menghampirinya.3. Perempuan itu mengandung

lalu melahirkan seorang anaklaki-Iaki dan menamai anak ituEr.

4. Sesudah itu perempuan itumengandung lagi, lalu mela-

hirkan seorang anak laki-laki danmenamai anak itu man.5. Kemudian perempuan itu

melahirkan seorang anak laki-laki sekali lagi, dan menamaianak itu Syela. Yehuda sedangberada di Kezib, ketika anak itudilahir kan.

Fasal Tigapuluh sembilan1. Adapun Yusuf telah dibawa

~e Mesir; ~3;I1Potifar, seorangMesrr, pegaWaI istana Fir'aun ke-pala pengawal raja, membeli'dia

Page 246: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

21. Dan orang Mesir yang mem-belinya berkata kepada istri-

nya: "Berikanlah kepadanyatempat (dan layanan) yang baik,boleh jadi ia bermanfaat kepadakita atau kita angkat dia sebagaianak". Dan demikian pulalahKami memberikan kedudukanyang baik kepada Yusuf di mukabumi (Mesir), dan agar Kami ajar-kan kepadanya ta'bir mimpi. DanAllah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusiatiada mengetahuinya.

22. Dan tatkala dia cukup dewa-sa Kami berikan kepadanya

hikmah dan ilmu. Demikianlahkami memberi balasan kepadaorang-orang yang berbuat baik.

23. Dan wanita (Zulaikha) yangYusuf tinggal di rumahnya

menggoda Yusuf untuk menun-dukkan dirinya (kepadanya) dandia menutup pintu-pintu, serayaberkata: "Marilah ke sini".

dati tangan orang Ismael yang te-lah membawa dia ke situ.2. Tetapi Tuhan menyertai Yu-

suf, sehingga ia menjadi seo-rang yang selalu berhasil dalampekerjaannya; maka tinggallahia di rumah tuannya, orang Mesiritu.3. Setelah dilihat oleh tuannya,

bahwa Yusuf disertai Tuhandan bahwa Tuhan membuat ber-hasil segala sesuatu yang dikerja-kannya,4. Maka Yusuf mendapat kasih

tuannya, dan ia boleh mela-yani dia; kepada Yusuf diberi-kannya kuasa atas rumahnya dansegala miliknya diserahkannyapada kekuasaan Yusuf.

5. Sejak ia memberikan kuasadalam rumahnya dan atas se-

gala miliknya kepada Yusuf, Tu-han memberkati rumah orangMesir itu karen a Yusuf, sehinggaberkat Tuhan ada atas segala mi-liknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.6. Segala miliknya diserahkan-

nya pada kekuasaan Yusuf,dan dengan bantuan Yusuf ia ti-dak usah lagi mengatur apa-apapun selain dati makanannya sen-diri. Adapun Yusuf itu manissikapnya dan elok parasnya.7. Selang beberapa waktu istri

tuannya memandang Yusufdengan berahi, lalu katanya:"MariJah tidur dengan aku".

255

Page 247: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Yusuf berkata: "Aku berlindungkepada Allah, sungguh tuankutelah memperlakukan aku de-ngan baik". Sesungguhnyaorang-orang zhalim tidak akan berun-tung.24. Sesungguhnya wanita itu te-

lah bermaksud (melakukanperbuatan itu) dengan Yusuf danYusuf pun bermaksud (melaku-kan pula) dengan wanita itu an-daikata tidak melihat tanda (da-ri) Tuhannya. Demikianlah, agarKami memalingkan daripadanyakemungkaran dan kekejian. Se-sungguhnya Yusuf itu termasukhamba-hamba Kami yang terpi-lib.

25. Dan keduanya berlomba-lomba menuju ke pintu dan wa-

nita itu menarik baju gamis Yu-suf dari belakang' hingga koyakdan kedua-duanya mendapati su-ami wanita itu di muka pintu.Wanita itu berkata: "Apakahpembalasan terhadap orang yangbermaksud berbuat serong de-ngan istrimu, selain dipenjarakanatau (dihukum) dengan adzabyang pedih?"26. Yusuf berkata: "Dia menggo-

daku untuk menundukkandiriku (kepadanya)", dan seorangsaksi dari keluarga wanita itumemberikan kesaksiannya: "Jikabaju gamisnya koyak di muka,maka wanita itu benar, dan Yu-

256

8. Tetapi Yusuf menolak danberkata kepada istri tuannya

itu: "Dengan bantuanku tuankuitu tidak lagi mengatur apa yangada di rumah ini dan ia telah me-nyerahkan segala miliknya padakekuasaanku.9. Bahkan di rumah ini ia tidak

lebih besar kuasanya daripa-daku, dan tiada yang tidak dise-rahkannya kepadaku selain dari-pada engkau, sebab engkau istri-nya. Bagaimanakah mungkin akumelakukan kejahatan yang besarini dan berbuat dosa terhadapAllah?"10. Walaupun dari hari ke hari

perempuan itu membujukYusuf, Yusuf tidak mendengar-kan bujukannya itu untuk tidurdi sisinya dan bersetubuh dengandia,11. Pada suatu hari masuklah

Yusuf ke dalam rumah un-tuk melakukan pekerjaannya, se-dang dari seisi rumah itu seorangpun tidak ada di rumah,

I

12. Lalu perempuan itu meme-gang baju Yusuf sambil ber-

kata: "Marilah tidur dengan aku"Tetapi Yusuf meninggalkan ba-junya di tangan perempuan itudan lari ke luar.

Page 248: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

suf termasuk orang-orang yangdusta".

27. Dan jika baju gamisnya ko-yak di belakang, maka wani- .

ta itulah yang dusta, dan Yusuftermasuk orang-orang yang be-nar".

28. Maka tatkala suami wanitaitu melihat baju gamis Yusuf

koyak di belakang berkatalahdia: "Sesungguhnya (kejadian)itu adalah tipu daya kamu, se-sungguhnya tipu daya kamu be-sar".29. (Hai) Yusuf: "Berpalinglah

dari ini, dan (kamu hai istri-ku) mohon ampunlah atas dosa-mu itu, karena kamu sesungguh-nya termasuk orang-orang yangberbuat salah".30. Dan wanita-wanita di kota

itu berkata: "Istri Al-Azizmenggoda bujangnya untuk me-nundukkan dirinya (kepadanya),sesungguhnya cintanya kepadabujangnya itu adalah sangat men-dalam. Sesungguhnya kami me-mandangnya dalam kesesatanyangnyata".

13. Ketika dilihat perempuanitu, bahwa Yusuf mening-

galkan bajunya dalam tangannyadan telah lari ke luar.14. Dipanggilnyaseisirumah itu,

lalu katanya kepada mere-ka: "Lihat, dibawanya ke marlseorang Ibrani, supaya orang inidapat mempermainkan kita.Orang ini mendekati aku untuktidur dengan aku, tetapi aku her-teriak-teriak dengan suara keras.15. Dan ketika didengarnyabah-

wa aku berteriak sekeras-ke-rasnya, ditinggalkannyalah baju-nya kepadaku, lalu ia lari keluar".16. Juga ditaruhnya baju Yusuf

itu di sisinya, sampai tuanrumah pulang.

17. Perkataan itu jugalah yangdiceritakan perempuan itu

kepada Potifar, katanya: "Ham-ba orang Ibrani yang kau bawakemari itu datang kepadaku un-tuk mempermainkan aku.18. Tetapi ketika aku berteriak

sekeras-kerasnya, ditinggal-kannya bajunya kepadaku, laluia lari ke luar.19. Baru saja didengar oleh tuan-

nya perkataan yang dicerita-kan istrinya kepadanya: beginibegitulah aku diperlakukan olehhambamu itu, maka bangkitlahamarahnya.

257

Page 249: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

31. Maka tatkala wanita itu (Zu-laikha) mendengar cercaan

mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannyatempat duduk, dan diberikannyakepada masing-masing mereka se-buah pisau (untuk memotong ja-mu-jamuan) kemudian dia berka-ta (kepada Yusuf): "Keluarlah(nampakkanlah dirimu) kepadamereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, merekakagum kepada (keindahan )nyadan mereka melukai (jari) ta-ngannya dan berkata: "Mahasempurna Allah ini bukanlah ma-nusia. Sesungguhnya ini tidak la-in hanyalah malaikat yang mu-lia".

32. Wanita itu berkata: "Itulah.dia orang yang kamu cela

aku karena (tertarik) kepadanya,dan sesungguhnya aku telahmenggoda dia untuk menunduk-kan dirinya (kepadaku) akan te-tapi dia menolak. Dan sesungguh-nya jika dia tidak mentaati apayang aku perintahkan kepadanyaniscaya dia akan dipenjarakandan dia akan termasuk golonganorang-orang yang hina".33. Yusuf berkata: "Wahai Tu-

hanku, penjara lebih akusukai daripada memenuhi ajakanmereka kepadaku. Dan jika tidakEngkau hindarkan daripadakutipudaya mereka, tentu aku akancenderung untuk (memenuhi ke-inginan mereka) dan tentulahaku termasuk orang-orang yangbodoh".

258

20. Lalu Yusuf ditangkap olehtuannya dan dimasukkan ke

dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikian-lah Yusuf dipenjarakan di sana.

21. Tetapi Tuhan menyertai Yu-suf dan melimpahkan kasih

setia-Nya kepadanya, dan mem-buat Yusuf kesayangan bagi ke-pala penjara itu,

/22. Sebab itu kepala penjara

mempercayakan semua ta-hanan dalam penjara itu kepadaYusuf, dan segala pekerjaan yanghams dilakukan di situ, dialahyang mengurusnya.

Page 250: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

34. Maka 'I'uhannya memperke-nankan do'a Yusuf, dan Dia

menghindarkan Yusuf dari tipu-daya mereka. Sesungguhnya Dia-lab Yang Maha Mendengar lagiMaha Mengetahui.

35. Kemudian timbul pikirankepada mereka setelah meli-

hat tanda-tanda (kebenaran Yu-suf) bahwa mereka harus memen-jarakannya sampai sesuatu waktu-

36. Dan bersama dengan dia ma-suk pula ke dalam penjara

dua orang pemuda. Berkatalahsalahseorang diantara keduanya:"Sesungguhnya aku bermimpi,bahwa aku memeras anggur".Dan yang lainnya berkata: "Se-sungguhnya aku bermimpi, bah-wa aku membawa roti di atas ke-paiaku, yang seb~annya dima-kan burung". ~ntakanlah kepa-da kami ta'bimya: sestiii~~nyakami memandang kama terma-suk orang-orang yang pandaimena'birkan mimpi).

23. Dan kepala penjara tidakmencampuri segala yang di-

percayakannya kepada Yusuf,karena Tuhan menyertai dia danapa yang dikerjakannya dibuatTuhan berhasil.

Fasal Empat Puluh.

1. Sesudah semuanya terjadilah,bahwa juru minuman raja

Mesir dan juru rotinya membuatkesalahan terhadap tuannya, rajaMesir itu.

259

Page 251: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

37. Yusuf berkata: "Sebelumsampai kepada kamu berdua

makanan yang akan diberikan ke-padamu melainkan aku dapatmenerangkan jenis makanan itu,sebelum makanan itu sampai ke-padamu. Yang demikian itu ada-lab sebagian dari apa yang diajar-kan kepadaku oleh Tuhanku.Sesungguhnya aku telah mening-galkan agama orang-orang yangtidak beriman kepada Allah, se-dang mereka ingkar kepada harikemudian.

38. Dan _ak_l~mengingat agama_ ~~iJak-bapakku yaitu Ibra-

mm, Ishak dan Ya'kub. Tiadalahpatut bagi kami (para nabi) mem-persekutukan sesuatu apa pundengan Allah. Yang demikian ituadalah dari karunia Allah kepadakami dan kepada manusia (Relu-ruhnya); tetapi kebanyakan ma-nusia itu tidak mensyukurinya.

260

2. Maka murkalah Fir'aun ke-pada kedua pegawai istana-

nya, kepala [uru minuman dankepala [uru roti itu.

3. Ia menahan mereka dalamrumah kepala pengawal raja,

dalam penjara tempat Yusuf di-kurung.

4. Kepala pengawalraja menem-patkan Yusuf bersama-sama

dengan mereka untuk melayanimereka. Demikianlab mereka di-:tahan beberapa waktu lamanya,

5. Pada suatu kali bermimpilahmerska ksduanya - b9i1~ju-

ru minuman mau pun juru rotiraja Mesir, yang ditahan qa!ampenjara itu - mas4!.~-inasingada~pin!~, pada suatu malamjUga, dan mimpi masing-masingitu ada artinya sendiri.

Page 252: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

39. Hai kedua temanku dalampenjara, manakah yang baik,

tuhan-tuhan yang bermacam-ma-cam 'itu ataukah Allah Yang Ma-ha Esa lagiMaha Perkasa?

40. Kamu tidak menyembahyang selain ~.h k~cu.aiiha-

nya (~!~riyembah) nama-namayang kamu dan nenek moyang-mu membuat-buatnya, Allah ti-.dak menerangkan sesuatu kete-rangan pun tentang nama-namaitu. Keputusan hanyalah kepu-nyaan Allah. Dia telah memerin-tahkan agar kamu menyembahselain Dia. ltulah agama yang lu-rus, tetapi kebanyakan manusiatidak mengetahui.41. Hai kedua temanku dalam

penjara: "Adapun salah di

6. Ketika pada waktu pagi Yu-suf datang kepada mereka,

segera dilihatnya, bahwa merekabersusah hati.7. Lalu ia bertanya kepada pe-

gawai-pegawai istana Fir'aunyang ditahan bersama-sama de-ngan dia dalam rumah tuannyaitu: "Mengapakah hari ini mu-•.kamu semuram itu?"8. Jawab mereka kepadanya:

"Kami bermimpi, tetapi ti-dak ada orang yang dapat meng-artikannya". Lalu kata Yusuf ke-pada mereka: "Bukankah Allahyang menerangkan arti mimpi?Ceritakaniah kiranya mimpimuitu kepadaku" .

~. K~~uillan juru minuman itumenceritakan mimpinya ke-

pada Yusuf, katanya: "Dalam -mimpiku itu tampak ada pohonanggurdi depanku .10. PoIlon anggur itu ada tiga

caangnya dan baru saja po-hon itu bertunas, bunganya su-dab keluar dan tanda-tandanyapenuh buah anggur yang ranum.

261

Page 253: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

antara kamu berdua, akan memoberi minum tuannya dengan kha-mar; adapun yang seorang lagimaka ia akan disalib, lalu burungmemakan sebagian dari kepala-nya, Telah diputuskan perkarayang kamu berdua menanyakan(kepadaku)" .

42. Dan Yusuf berkata kepadaorang yang diketahuinya

akan selamat diantara merekaberdua: "Terangkanlah keadaan-ku kepada tuanmu". Maka syai-

262

11. Dan di tanganku ada pialaFir'aun. Buah anggur itu

kuambil, lalu kuperas ke dalampiala Fir'aun, kemudian kusam-paikan piala itu ke tangan Fir-'aun.

12. Kata Yusuf kepadanya:"Beginilah arti mimpi itu;

ketiga carang itu artinya tiga ha-rio

13. Dalam tiga hari ini Fir'aunakan meninggikan engkau

dan mengembalikan engkau kedalam pangkatmu yang dahuludan engkau akan menyampai,kan piala ke tangan Fir'aun se-perti dahulu kala, ketika engkaujadi juru minumnya,

14. Tetapi, ing-c1t1~~kepadaku,apabila keadaanmu ~.!!!...~

baik nanti, tunjukkanlah terimakasihmu kepadaku dengan men-ceritakan hal ihwalku kepadaFir'aun dan tolonglah keluarkanaku dari rumah ini.

Page 254: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tan menjadikan dia lupa mene-rangkan (keadaan Yusuf) kepadatuannya. Karena itu tetaplah dia(Yusuf) dalam penjara beberapatahun lamanya.

15. Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang

Ibrani dan di sinipun aku tidakpemah melakukan apa-apa y~menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupanini.

16. Setelah dilihat oleh kepalajuru roti, betapa baik arti

mimpi itu, berkatalah ia kepa-danya: "Aku pun bermimpi jugatampak aku menjunjung tiga ba-kul berisipenganan.

17. Dalam bakul atas ada ber-bagai makanan untuk Fir

'aun, buatan juru roti, tetapiburung-burung memakannyadari dalam bakul yang di ataskepalaku".

18. Yusuf menjawab: "Beginilaharti mimpi itu: ketiga bakul

itu artinya tiga hari.

19. Dalam tiga hari ini Fir'aunakan meninggikan engkau,

tinggi ke atas, dan menggantungengkau pada sebuah tiang, danburung-burung akan memakandagingmudari tubuhmu".

20. Dan terjadilah pada hari ke-tiga, hari kelahiran Fir'aun,

maka Fir'aun mengadakan per-jamuan untuk semuapegawainya.Ia meninggikan kepala juru mi-numan dan kepala juru roti itu

263

Page 255: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

43. Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaum-

nya): Sesungguhnya aku bermim-pi melihat tujuh ekor sapi betinayang gemuk-gemuk dimakan olehtujuh ekor sapi betina yangkurus-Kurus dan tujuh bulir (gan-dum) yang hijau dan tujuh butirlainnya yang kering". Hai orang.orang yang terkemuka: "Terang-kanlah kepadaku tentang ta'birmimpiku itu jika kamu dapatmena'birkan mimpi".

264

di tengah-tengah para pegawai-nya.

21. Kepala juru minuman itudikembalikannya ke dalam

jabatannya, sehingga ia menyam-paikan pula piala ke tangan Fir-'aun.22. Tetapi kepala juru roti itu

digantungnya, seperti yangditakbirkan Yusuf kepada mere-ka.23. Tetapi Yusuf tidaklah diingat

oleh kepala juru minuman itumelainkan dilupakannya.

Fasal Empatpuluh satu.1. Setelah lewat dua tahun Ia-

manya, bermimpilah Fir'aun,bahwa ia berdiri di tepi sungaiNil.

2. Tampaklah dari sungai Nilitu keluar tujuh ekor lembu

yang indah bangunnya dan ge-muk badannya; lalu memakanrumput yang di tepi sungai itu,

3. Kemudian tampaklah jugatujuh ekor lembu yang lain,

yang keluar dari dalam sungaiNil itu, buruk bangunnya dankurus badannya, lalu berdiri disamping lembu-lernbu yang tadi,di tepi sungai itu.

4. Lembu-lembu yang burukbangunnya dan kurus badan-

nya itu memakan ketujuh ekorlembu yang indah bangunnyadan gemuk itu. Lalu terjagalahFir'aun.

Page 256: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

44. Mereka menjawab: " (Itu)adalah mimpi-mimpi yang

kosong dan kami sekali-kalitidaktabu menta'birkan mimpi itu".

45. Danberkatalah orang yang se-lamat diantara mereka berdua

dan teringat: (kepada Yusuf) se-sudah beberapa waktu lamanya:"Aku akan memberitakan kepa-damu tentang (orang yang pan-dai) mena'birkan mimpi itu, rna-ka utuslah aku (kepadanya)".

5. Setalah itu tertidur puJalahia dan bermimpi kedua kali-

nya; tampak timbul dari satutangkau tujuh bulir gandum yangbernas dan baik.6. Tetapi kemudian tampakJah

juga tumbuh tujuh bulir gan-dum yang kurus dan layu olehangin timur.

7. Bulir yang kurus itu menelanketujuh bulir yang bernas

dan berisi tadi. Lalu terjagalahFir'aun. Agaknya ia bermimpi!

8. Pada waktu pagi gelisahlahhatinya, lalu disuruhnyalah

memanggilsemua ahli dan semuaorang berilmu di Mesir. Fir'aunmenceritakan mimpinya kepadamereka, tetapi seorang pun tidakada yang dapat mengartikannyakepadanya.

9. Lalu berkatalah kepala juruminuman kepada Fir'aun:

"Hari ini aku merasa perlu me-nyebutkan kesalahanku yangdahulu.

10. Waktu itu tuanku Fir'aunmurka kepada pegawai-pega-

wainya, dan menahan aku dalamrumah pengawal istana, besertadengan kepala juru roti.11. Pada satu Malam juga kami

bermimpi aku dan kepala ju-ru roti itu; masing-masingmem- •

265

Page 257: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

46. (Setelah pelayan itu berjum-pa dengan Yusuf dia berka-

tal: "Yusuf, hai orang sangat da-pat dipercaya, terangkanlah ke-pada kami tentang tujuh ekor sa-pi yang gemuk-gemuk yang dima-kan oleh tujuh ekor sapi betinayang kurus-kurus dan tujuh butir(gandum) yang hijau dan (tujuh)lainnya yang kering agar aku kern-bali kepada orang-orang itu, agarmereka mengetahuinya".

266,

punyai mimpi dengan artinyasendiri.

12. Bersama-sama dengan kamiada di sana seorang muda

Ibrani, hamba kepala pengawalistana itu; kami menceritakanmimpi kami kepadanya, lalu di-artikannya kepada kami mimpikami masing-masing.

13. Dan seperti yang diartikan-nya itu kepada kami, demi-

kianlah pula terjadi; aku dikem-balikan ke. dalam pangkatku, dankepala juru roti itu digantung".

14. Kemudian Fir'aun menyu-rub memanggil Yusuf. Sege-

ralah ia dikeluarkan dari tutupan,ia bercukur dan berganti pakaian,lalu pergi menghadap Fir'aun.

15. Berkata Fir'aun kepada Yu-suf: "AIm telah bermimpi,

dan seorang pun tidak ada yangdapat mengartikannya, tetapitelah kudengar tentang engkauhanya dengan mendengar mim-pi saja engkau dapat mengarti-kannya".

16. Yusuf menyahut Fir'aun:"Bukan sekali-kali aku, me-

Iainkan Allah juga yang akanmemberitakan kesejahteraan ke-pada tuanku Fir'aun".

17. Lalu berkatalah Fir'aun ke-pada Yusuf: "Dalam mimpi-

ku itu, aku berdiri di tepi sungaiNil.

18. Lalu tampaklah dari sungaiNil itu keluar tujuh ekor

Page 258: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

47. Yusul berkata: "Supaya ka-mu bertanam tujuh tahun

(lamanya) sebagaimana biasa;maka apa yang kamu tuai hen-dalmya kamu biarkan dibulimya,kecuali sedikit untuk kamu ma-kan.48. Kemudian sesudah itu akan

datang tujuh tahun yangamat sulit, yang menghabiskanapa yang kamu simpan untukmenghadapinya (tahun sulit), ke-cuali sedikit dari (bibit gandum)yang kamu simpan.

49. Kemudian setelah itu akandatang tahun padanya ma-

nusia diberi hujan (dengan eu-

lembu yang gemuk badannya danindah bentuknya, dan makanrumput yang di tepi sungai itu.

19. Tetapi kemudian tampaklahjuga keluar tujuh ekor lembu

yang lain, kulit pemalut tWang,sangat buruk bangunnya dan ku-rus badannya; tidak pemah kuli-hat yang seburuk itu di seluruhtanah Mem.

20. Lembu yang lturuf dan bu-ruk itu memakan ketujuh

ekor lembu gemuk yang mula-mula.

21. Lembu-lembu ini masuk kedalam perutnya, tetapi W8-

Jaupun telah masuk ke dalam pe-rutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya; bangunnya tetapsama buruknya seperti semula.Lalu terjagaJ.ahaku.

22. Selanjutnya dalam mimpikuitu kulihat timbul dari satu

tangkai tujuh bulir gandum yangberisi dan baik.

23. Tetapi, kemudian tampaklahjuga tumbuhlah tujuh bulir

yang kering, kurus dan layu olehangin timur.

24. Bulir yang kurus itu mema-kan ketujuh bulir yang baik

tadi. Telah kuceritakan hal inikepada semua ahli, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mene-rangkannya kepadaku".

267

Page 259: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kup) dan di masa itu mereka me-meras anggur".

50. Raja berkata: "Bawalah diakepadaku", Maka tatkala

utusan itu datang kepada Yusuf,berkatalah Yusuf: "Kembalilahkepada tuanmu dan tanyakanlahkepadanya bagaimana halnya wa-nita-wanita Yang telah melukaitangannya. Sesungguhnya Tu-hanku, Maha Mengetahui tipudaya mereka" .

268

25. Lalu kata Yusuf kepada Fir-'aun: "Kedua mimpi tuanku

Fir'aun itu sama, Allah telahmemberitahukan kepada tuankuFir'aun apa yang hendak dilaku-kannya.

26. Ketujuh ekor lembu yang ba-ik itu ialah tujuh tahun, dan

ketujuh bulir gandum yang baikitu ialah tujuh tahun juga; keduamimpi itu sama.

27. Ketujuh ekor lembu yang ku-rus dan buruk, yang keluar

kemudian, maksudnya tujuh ta-hun, demikian pula ketujuh bulirgandum yang hampa dan layuoleh angin timur itu; maksudnyaakan ada tujuh tahun kelaparan.

28. Inilah maksud perkataanku,ketika aku berkata kepada

tuanku Fir'aun: Allah telahmemperlihatkan kepada tuankuFir'aun apa yang hendak dilaku-kan-Nya.

29. Ketahuilah tuanku, akan da-tang tujuh tahun kelimpahan

di seluruh tanah Mesir..

30. Kemudian akan timbul tujuhtahun kelaparan, maka akan

dilupakan segala kelimpahan itudi tanah Mesir, karena kelaparanitu, mengurus- keringkan negeriini.

31. Sesudah itu akan tidak keli-hatan lagi bekas-bekas kelim-

pahan di negeri ini karena kela-paran itu, sebab sangat hebatnyakelaparan itu.

Page 260: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

51. Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana ke-

adaanmu ketika kamu menggodaYusuf untuk menundukkan din-nya (kepadamu)? "Mereka ber-kata: Maha Sempuma Allah, ka-mi tiada mengetahui sesuatu ke-burukan pun daripadanya". Ber-kata istri Al-Aziz: "Sekarangjelaslah kebenaran itu, akulahyang menggodanya untuk me-nundukkan dirinya (kepadaku),dan sesungguhnya dia termasukorang-orangyang benar".

52. (Yusuf berkata): "Yang de-mikian itu agar dia (Al-Aziz)

mengetahui bahwa sesungguhnyaaku tidak berkhianat kepadanyadi belakangnya, dan bahwasanyaAllah tidak meridhai tipu dayaorang-orangyang berkhianat.

32. Sampai dua kali mimpi itudiulangi bagi tuanku Fir'aun

berarti: hal itu telah ditetapkanoleh Allah dan Allah akan segeramelakukannya.

33. Oleh sebab itu, baiklah tuan-ku Fir'aun mencari seorang

yang berakal budi dan bijaksanadan mengangkatnya menjadi kua-sa atas tanah Mesir.

34. Baiklah juga tuanku Fir'aunberbuat begini, yakni me-

nempatkan penilik-penilik atastanah negeri ini dan dalam ketu-juh tahun kelimpahan itu memu-ngut seperlima dari hasil tanahMesir.

35. Mereka harus mengumpul-kan segala bahan makan da-

269

Page 261: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

53. Dan aku tidak membebaskandiri (dari kesalahan), karena

sesungguhnya nafsu itu selalumenyuruh kepada kejahatan, ke-cuali nafsu yang diberi rahmatoleh Tuhanku. Sesungguhnya Tu-hanku Maha Pengampun lagi Ma-ha Penyayang" .

54. Dan raja berkata: "BawalahYusuf kepadaku, agar aku

memilih dia sebagai orang yangrapat kepadaku". Maka tatkalaraja telah bercakap-cakap dengandia, dia berkata: "Sesungguhnyakamu (mulai) hari ini menjadiseorang yang berkedudukan ting-gi lagi terpercaya pada sisi kami".

270

lam tahun-tahun baik yang akandatang ini dan, di bawah kuasatuanku Fir'aun, menimbun gan-dum di kota-kota sebagai bahanmakanan, serta menyimpannya.

36. Demikianlah segala bahanmakanan itu menjadi perse-

diaan untuk negeri ini dalam ke-tujuh tahun kelaparan yang akanterjadi di tanah Mesir, supaya ne-geri ini jangan binasa karena kela-paran itu".

37. Usul itu dipandang baik olehFir'aun dan oleh semua pe-

gawainya.

38. Lalu berkatalah Fir'aun ke-"pad~ para pegawainya;Mungkmkah kita mendapat

orang seperti ini, seorang yangpenuh dengan Roh Allah?"

Page 262: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

55. Berkata Yusuf : "Jadikanlahaku bendaharawan negara

(Mesir); sesungguhnya aku adalahorang yang pandai menjaga, lagiberpengetahuan" .

56. Dan demikianlah kami mem-beri kedudukan kepada Yu-

suf di negeri Mesir; (dia berkuasapenuh) pergi menuju ke mana sa-ja ia kehendaki di bumi Mesir itu.Kami melimpahkan rahmat Kamikepada siapa yang Kami kehen-daki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yangberbuat baik.

39. Kata Fir'aun kepada Yusuf:"Oleh karena Allah telah

memberitahukan semuanya inikepadamu, tidaklah ada orangyang demikian berakal budi danbijaksanasepertiengkau.

40. Engkaulah menjadi kuasaatas istanaku, dan kepada

perintahmu seluruh rakyatkuakan taat; hanya tahta inilah ke-lebihanku daripadamu".

41. Selanjutnya Fir'aun berkatakepada Yusuf : "Dengan ini

aku melantik engkau menjadikuasa atas seluruh tanah Mesir".42. Sesudah itu Fir'aun menang-

galkan cincin meterainya darijarinya dan mengenakannya padajari Yusuf; dipakainyalah kepadaYusuf pakaian daripada kain ha-Ius dan digantungkannya kalungpada lehernya.

43. Lalu Fir'aun menyuruh me-naikkan Yusuf dalam kereta-

nya yang kedua, dan berserulahorang di hadapan Yusuf: "Hor-mat!" Demikianlah Yusuf dilan-tik oleh Fir'aun menjadi kuasaatas seluruh tanah Mesir.

271

Page 263: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

57. Dan sesungguhnya pahala diakhirat itu lebih baik bagi

orang-orang yang beriman danselalubertakwa.

r-.

272

44. Berkatalah Fir'aun kepadaYusuf: "Akulah Fir'aun, te-

tapi dengan tidak setahumu, se-orangpun tidak boleh bergerakdi seluruh tanah Mesir.

45. Lalu Fir'aun menamai Yu-suf: zafnat Paaneah, serta

memberikan Asnat, anak Poti-fera, imam di On, kepadanyamenjadi istrinya. Demikian Yu-suf muncul sebagai kuasa atasseluruh tanah Mesir.

46. Yusuf berumur tiga puluh ta-hun ketika ia menghadap Fir-

'aun, raja Mesir itu. Maka pergi-lab Yusuf daridepan Fir'aun, la-lu dikelilinginya seluruh tanahMesir.

47. Tanah itu mengeluarkan ha-sil bertumpuk-tumpuk dalam

ketujuh tahun kelimpahan itu.

48. Maka Yusuf mengumpulkansegala bahan makanan ketu-

juh tahun kelimpahan yang adadi tanah Mesir, lalu disimpannyadi kota-kota; hasil daerah sekitartiap-tiap kota disimpan di dalamkota itu,

49. Demikianlah Yusuf menim-bun gandum seperti pasir di

laut, sangat banyak, sehinggaorang berhenti menghitungnya,karena memang tidak terhitung.

50. Sebelum datang tahun kela-paran itu lahirlah bagi Yusuf

dua orang anak laki-laki yangdilahirkan oleh Asnat, anak Poti-fera, imam di On.

Page 264: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

58. Dan saudara Yusuf datang(keMesir) lalu mereka masuk ke

(tempat)nya, maka Yusuf menge-nal mereka, sedang mereka tidakkenal (lagi)kepadanya.

Fasal Empat puluh dua,

1. Setelah Yakub mendapatkhabar bahwa ada gandum di

Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya: Mengapa kamu berpan-dang-pandangansaja?

2. Lagi katanya: "Telah kude-ngar, bahwa ada gandum di

Mesir; pergilah dan belilah gan-dum di sana untuk kita, supayakita hidup dan jangan mati.

3. Lalu pergilah sepuluh orangsaudara Yusuf untuk mem-

beli gandum di Mesir.

4. Tetapi Yakub tidak membi-arkan Benyamin, adik Yu-

suf, pergi bersama-sama dengansaudaranya, sebab pikimya: "Ja-ngan-jangan ia ditimpa kecelaka-an nanti.

5. Jadi diantara orang yang da-tang membeli gandum terda-

patlah juga anak-anak Israel, se-bab ada kelaparan di tanah Ka-naan.

6. Sementara itu Yusuf telahmenjadi mangku bumi di ne-

geri itu; dialah yang menjual gan-duni kepada seluruh rakyat nege-ri itu. Jadi ketika saudara-saudaraYusuf datang, kepadanyalah me-reka menghadap dan sujud de-ngan mukanya sampai ke tanah.

7. Ketika Yusuf melihat sauda-ra-saudaranya, segeralah me-

reka dikenalnya, tetapi ia berlakuseolah-olah ia seorang asing kepa-da mereka; ia menegor mereka

273

Page 265: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

59. Dan tatkala Yusuf menyiap-kan bahan makanannya, ia

274

dengan membentak katanya:"Dari mana kamu? Jawab mere-ka: "Dari tanah Kanaan untukmembeli bahan makanan".8. MemangYusuf mengenal sau-

dara-saudaranya itu, tetapidia tidak dikenali mereka.9. Lalu teringatlah Yusuf akan

mimpi-mimpinyatentang me-reka. Berkatalah ia kepada mere-ka: "Kamu ini pengintai, kamudatang untuk melihat-lihat di-mana negeri ini tidak dijaga".10. Tetapi jawab mereka: "Tidak

tuanku! Hanyalah untukmembeli bahan makanan hamba-hambamu ini datang.11. Kami ini sekalian anak dari

satu ayah, kami ini orangjujur, hamba-hambamu ini bu-kanlah pengintai.12. Tetapi ia berkata kepada me-

reka: "Tidak! Kamu datanguntuk melihat-lihat dimana nege-ri ini tidak dijaga".13. Lalu jawab mereka: "Hamba-

hambamu ini dua belas orangkami bersaudara, anak dari satuayah di tanah Kanaan, tetapiyang bungsu sekarang ada padaayah kami, dan seorang sudah ti-dak ada lagi".

14. Lalu kata Yusuf pada mere-ka: "Sudahlah! Seperti telah

kukatakan kepadamu tadi: kamuini pengintai.

15. Dalam hal ini juga kamu ha-rus diuji demi hidup Fir'aun,

Page 266: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

berkata: "Bawalah kepadakusaudaramu yang seayah dengankamu (Benyamin), tidaklah ka-mu melihat bahwa aku menyem-purnakan sukatan dan aku adalahsebaik-baik penerima tamu?

60. Jika kamu tidak membawa-nya kepadaku, maka kamu ti-

dak akan mendapat sukatan lagidaripadaku dan jangan kamumendekatiku' .

61. Mereka berkata: "Kami akanmembujuk ayahnya untuk

membawanya (ke marl) dan se-sungguhnya kami benar-benarakan mel8ksanakannya".

kamu tidak akan pergi dari sini,jika saudaramu yang bungsu itutidak datang kemari,

16. Suruhlah seorang daripadamuuntuk menjemput adikmu

itu, tetapi kamu ini harus tinggalterkurung di sini. Dengan demi-kian perkataanmu dapat diuji,apakah benar, dan jika tidak, de-mi hidup Fir'aun, sungguh-sung-guhlah kamu ini pengintai".

17. Dan dimasukkannyalah me-reka bersama-sama ke dalam

tahanan tiga hari lamanya.

18. Pada hari yang ketiga berka-talah Yusuf kepada mereka:

Buatlah begini, maka kamu akantetap hidup, aku takut akan AI-lah,

19. Jika kamu orang jujur, biar-kanlah dari kamu bersaudara

tinggal seorang terkurung dalamrumah tahanan, tetapi pergilahkamu, bawalah gandum untukmeredakan lapar seisi rumahmu.

20. Tetapi. saudaramu yang bung-su itu haruslah kamu bawa

kepadaku, supaya perkataanmuitu ternyata benar dan kamu ja-ngan mati", Demikianlah merekaperbuat.

21. Mereka berkata seorang kepa-da yang lain: "Betul-betullah

kita menanggung akibat dosa ki-ta terhadap adik kita itu; bukan-kah kita melihat bagaimana sesakhatinya, ketika ia memohon be-las kasihan kepada kita, tetapi ki-

275

Page 267: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

62. Yusuf berkata kepada bujangbujangnya: "Masukkanlah

barang-barang(penukar kepunya-an mereka) ke dalam karung-ka-rung mereka, supaya mereka me-ngetahuinya apabila mereka telah

276

ta tidak mendengarkan permo-honannya. Itulah sebabnya kese-sakan ini menimpa kita".

22. Lalu Ruben menjawab me-reka: "Bukankah dahulu ku-

katakan kepadamu: Janganlahkamu berbuat dosa terhadapanak itu! Tetapi kamu tidakmendengarkan perkataanku. Se-karang darahnya dituntut dari-pada kita."

23. Tetapi mereka tidak tabu,bahwa Yusuf mengerti perka-

taan mereka, sebab mereka me-makai seorangjuru bahasa.

24. Maka Yusuf mengundurkandiri dari mereka, lalu mena-

ngis. Kemudian ia kembali ke-pada mereka dan berkata-katadengan mereka; ia mengambilSimeon dari antara mereka laludisuruh belenggu di depan matamereka.

25. Sesudah itu Yusuf memerin-tahkan, bahwa tempat gan-

dum mereka akan diisi dengangandum dan bahwa uang mere-ka masing-masingakan dikem-balikan ke dalam karungnya, ser-ta bekal mereka di jalan akandiberikan kepada mereka. Demi-kianlah dilakukan orang kepadamerekaitu.

26. Sesudah itu mereka memuatgandum itu ke atas keledai

mereka, lalu berangkat dari situ.

27. Ketika seorang membuka ka-rungnya untuk memberi ma-

Page 268: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kembali kepada keluarganya, mu-dah-mudahan mereka kembali la-gi".

63. Maka tatkala mereka telahkembali kepada ayah mereka

(Ya'kub) mereka berkata: "Wa-hai ayah kami, kami tidak men-.dapat sukatan (gandum) lagi (jikatidak membawa saudara kami),sebab itu biarkanlah saudara ka-IDi pergi bersama-sama kami su-paya kami mendapatkan sukatan,dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya".

64. Berkata Ya'kub: "Bagaimanaaku mempercayakannya (Bu-

nyamin) kepadamu, kecuali se-perti aku telah mempercayakansaudaranya (Yusuf) kepada kamudahulu?" Maka Allah adalah se-baik-baik penjaga dan dia adalahMaha Penyayang diantara paraPenyayang.

kan keledainya di tempat ber-malam, dilihatnyalah uangnya,ada di dalam mulut karung.

28. Katanya kepada saudara-sau-daranya: "Uangku dikemba-

likan; lihat, ada dalam karung-ku!" Lalu hati mereka menjaditawar dan mereka berpandang-pandangan dengan gemetar sertaberkata: "Apakah juga yang di-perbuat Allah terhadap kita!"

29. Ketika mereka sampai kepa-da Yakub, ayah mereka, di

tanah Kanaan, mereka menceri-takan segala sesuatu yang diala-minya, katanya:

30. Orang itu, yakni menjadi tu-an atas negeri itu, telah me-·

negor kami dengan membentakdan memperlakukan kami seba-gai pengintai negeri itu.

31. Tetapi kata kami kepadanya:Kami orang jujur, kami bu-

kan pengintai,

32. Kami dua belas orang bersau-dara, anak-anak ayah kami;

seorang sudah tidak ada lagi, danyang bungsu ada sekarang padaayah kami, di tanah Kanaan.

33. Lalu kata orang itu, yakni. yang menjadi tuan atas nege-

ri itu, kepada kami: Dari hal iniaku akan tahu, apakah kamuorang jujur: dari kamu bersauda-ra haruslah kamu tinggalkan se-orang padaku; kemudian bawalahgandwn untuk meredakan Japarseisi rumahmu dan pergilah.

277

Page 269: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

65. Tatkala mereka membuka ba-rang-barangnya, mereka me-

nemukan kembali barang-barang(penukaran) mereka, dikembali-kan kepada mereka. Mereka ber-kata: "Wahai ayah kami apa lagiyang kita inginkan. lni barang-barang kita dikembalikan kepadakita, dan kami akan dapat mem-beri makan keluarga kami, dankami akan dapat memelihara sau-dara kami, dan kami mendapattambahan sukatan (gandum) se-berat beban seekor unta. Itu ada-lab sukatan yang mudah (bagi ra-ja Mesir)".

66. Ya'kub berkata: "AIm sekali-kali tidak akan melepaskan-

nya (pergi) bersama-sama kamu,sebelum kamu memberikan kepa-daku janji yang teguh atas namaAllah, bahkan kamu pasti mem-bawanya kepadaku kembali, ke-cuali jika kamu dikepung mu-suh". Tatkala mereka memberi-kan janji mereka, maka Ya'kubberkata: "Allah adalah saksi ter-

278

34. Lalu bawalah kepadaku sau-daramu yang bungsu itu, ma-

ka aku akan tabu, bahwa kamubukan pengintai, tetapi orang ju-jur; dan aku akan mengembali-kan saudaramu itu kepadamu,dan bolehlah kamu menjalaninegeri ini dengan bebas".

35. Ketika mereka mengosong-kan karungnya, tampaklah

pundi-pundi uang masing-masingdalam karungnya; dan ketika me-reka beserta ayah mereka melihatpundi-pundi uang itu, ketakutan-lab mereka.

Page 270: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

hadap apa yang kita ucapkan(ini)".

36. Dan Yakub, ayah mereka,berkata kepadanya: "Kamu

membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi,dan Simeon tidak ada lagi, seka-rang Benyamin pun hendak ka-mu bawa juga. Aku inilah yangmenanggung segala-galanyaitu!"37. Lalu berkatalah Ruben ke-

pada ayahnya: "Kedua anak-ku laki-laki boleh engkau bunuh,jika ia tidak kubawa kepadamu;serahkanlah dia dalam tanganku,maka dia akan kubawa kembalikepadamu".38. Tetapi jawabnya: "Anakku

itu tidak akan pergi ke sanabersama-sama dengan kamu, se-bab kakaknya telah mati danhanyalah dia yang tinggal; jikadia ditimpa kecelakaan di jalanyang akan kamu tempuh, makatentulah kamu akan menyebab-kan aku yang ubanan ini turunke dunia orang mati karena du-1alcita".

Fasal Empat Puluh Tiga.

1. Tetapi hebat sekali kelaparandi negeri itu.

2. Dan setelah gandum yang di-bawa mereka dati Mesirhabis

dimakan, berkatalah ayah mere-ka: "Pergilah pula membeli sedi-kit bahan makanan untuk kita".

3. Lalu Yehuda menjawabnya-:"Orang itu telah memper-

ingatkan kami dengan sungguh:

279

Page 271: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kamu tidak boleh melihat muka-ku, jika adikmu itu tidak ada ber-sama-samadengan kamu.

4. Jika engkau mau memberi-kan adik kami pergi bersa-ma-sama dengan kami, makakami mau pergi ke sana danmembeli bahan makanan bagi-mu.

5. Tetapi jika engkau tidak maumembiarkan dia pergi, maka

kami tidak akan pergi ke sana,sebab orang itu telah berkata ke-pada kami: "Kamu tidak bolehmelihat mukaku, jika adikmu itutidak ada bersama-sama dengankamu".

6. Lalu berkatalah Israel: "Me-ngapa kamu mendatangkan

malapetaka kepadaku denganmemberitahukan kepada orangitu, bahwa masih ada adikmuseorang?"

7. Jawab mereka: "Orang itutelah menanyai kami dengan

seksama tentang kami sendiri dantentang sanak saudara kita; Masihhidupkah ayahmu? Adakah adik-mu lagi? Dan kami telah membe-ritahukan semuanya kepadanyaseperti yang sebenarnya. Bagai-mana kami dapat menduga bah-wa ia akan berkata:"Bawalah ke-marl adikmu itu".

8. Lalu berkatalah Yehuda ke-pada Israel, ayahnya: "Biar-

kanlah anak itu pergi bersama-sarna dengan aku; maka kamiakan bersiap dan pergi, supaya

280

Page 272: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

67. Dan Ya'kub berkata: "Haianak-anakku janganlah kamu

(bersama-sama) masuk dari satupintu gerbang, dan masuklah daripintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tidakdapat melepaskan kamu barangsedikit pun daripada (takdir) Al-lah. Keputusan menetapkan (se-suatu) hanyalah hak Allah; kepa-

kita tetap hidup dan jangan mati,baik kami mau pun engkau dananak-anak kami,

9. Akulah yang menanggungdia; engkau boleh menuntut

dia dari padaku jika aku tidakmembawa dia kepadamu dan me-nempatkan dia di depanmu, ma-ka akulah yang berdosa terhadapengkau untuk selama-lamanya,

10. Jika kita tidak berlambat-lambat, maka tentulah kami

sekarang sudah dua kali pulang".

11. Lalu Israel, ayah mereka, ber-kata kepadanya: "Jika demi-

kian, perbuatlah begini: Ambil-lah hasil yang terbaik dari negeriini dalam tempat gandummudan bawalah kepada orang itusebagai persembahan: sedikitbalsem dan sedikit madu, damardan damar ladan, buah kemiridan buah badam.

12. Dan bawalah uang dua kalilipat banyaknya: Dang yang

telah dikembalikan ke dalammulut karung-karungmu ituharuslah kamu bawa kembali:. .mU!1gkm itu suatu kekhilafan.

13. Bawalah juga adikmu itubersiaplah dan kembali:

lah pula kepada orang itu,

14. Allah yang Mahakuasa ki-ranya membuat orang itu

menaruh belas kasihan kepada-mu supaya ia membiarkan sau-daramu yang lain itu besertaBenyamin kembali. Mengenai

281

Page 273: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

da-Nyalah aku bertawakkal danhendaklah kepadanya saja orangbertawakkal berserah diri".

68. Dan tatkala mereka masukmenurut yang diperintahkan

ayah mereka, maka (cara yangmereka lakukan itu) tiada mele-paskan mereka sedikit pun daritakdir Allah, akan tetapi itu ha-nya keinginan pada diri Ya'kubyang telah ditetapkannya. Dansesungguhnya dia mempunyai pe-ngetahuan, karena kami telahmengajarkannya. Akan tetapi ke-banyakan manusia tiada menge-tahui.

282

aku ini, jika terpaksa aku kehi-langan anak-anakku, biarlah ju-ga kehilangan!

15. Lalu orang-orang itu meng-ambil persembahan itu dan

mengambU yang dua kali lipatbanyaknya, beserta Benyamin ju-ga; mereka bersiap dan pergi keMesir. Kemudian berdirilah me-reka di depan Yusuf.

16. Ketika Yusuf melihat Benya-min bersama-sama dengan

mereka, berkatalah ia kepadakepala rumahnya: "Bawalahorang-orang ini ke dalam rumah,sembelihlah seekor hewan dansiapkanlah itu, sebab orang-orangini akan makan bersama-sama de-ngan aku pada tengah hari ini".

17. Orang itu melakukan sepertiyang dikatakan Yusuf dan di-

bawanyalah orang-orang itu kedalam rumah Yusuf.

18. Lalu ketakutanlah orang- 0-rang itu, karena mereka di-

bawa ke dalam rumah Yusuf. Ka-ta mereka: "Yang menjadi sebabkita dibawa ke sini , ialah perkarauang yang dikembalikan ke da-lam karung kita pada mulanyaitu, supaya kita disergap dan di-tangkap dan supaya kita dijadi-kan budak dan keledai kita diam-bU" .

19. Karena itu mereka mendekatikepala rumah Yusuf itu, dan

berkata kepadanya di depan pin-turumah:

Page 274: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

20. Mohon bicara tuan! Kami da-hulu datang ke marl untuk

membeli bahan makanan.

21. Tetapi ketika kami sampai ketempat bermalam dan mem-

buka karung kami, tampaklahuang kami masing-masingdengantidak kurang jumlahnya ada didalam mulut karung. Tetapi seka-rang kami membawanya kembali.

22. Dang lain kami bawa juga kemari untuk membeli bahan

makanan; kami tidak tabu siapayang menaruh uang kami ituke dalam karung kami,

23. Tetapi jawabnya: "Tenangsajalah, jangan takut, Allah.

mu dan Allah bapakmu telahmemberikan kepadamu harta ter-pendam dalam karungmu; uang-mu itu telah aku terima". Kemu-dian dikeluarkannyalah Simeondan dibawanya kepada mereka.

24. Setelah orang itu membawamereka ke dalam rumah Yu-

suf, diberikannyalah air, supayamereka membasuh kaki;juga kele-dai mereka diberinya makan.25. Sesudah itu meleka menyiap-

kan persembahannya menan-iikan Yusuf datang pada waktutengah hari, sebab mereka telahmendengar, bahwa mereki akanmakan di situ.

26. Ketika Yusuf telah pulang,mereka membawapersembah-

an yang ada pada mereka itukepada Yusuf di dalam rumah,

283

Page 275: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

69. Dan tatkala mereka masukke (tempat) Yusuf, Yusuf

membawa saudaranya (Bunya-min) ke tempatnya, Yusuf berka-ta: "Sesungguhnya aku (ini) ada-lah saudaramu, maka janganlahkamu berduka cita terhadap apayang telah mereka kerjakan".

284

lalu sujud kepadanya sampaike tanah.27. Sesudah itu ia bertanya ke-

pada mereka apakah merekaselamat; lagi katanya: apakahayahmu yang tua yang kamu se-butkan itu selamat? Masihhidup-kah ia?"28. Jawab mereka: "Hambamu,

ayah kami, ada selamat; iamasih hidup". Sesudah itu ber-lututlah mereka dan sujud.

29. Ketika Yusuf memandangkepada mereka, dilihatnyalah

Benyamin, adiknya yang seibudengan dia, lalu katanya: "Inikahadikmu yang bungsu itu, yang te-lah kamu sebut-sebut kepada-ku?" Lagi katanya: "Allah kim-nya memberikan kasih karuniakepadamU, anakku!"

30. Lalu segeralah Yusuf pergidari situ, sebab hatinya sa-

ngat terharu merindukan adiknyaitu, dan dicarinyalah tempat un-tuk menangis; ia masuk ke dalamkamar, lalu menangis di situ.

31. Sesudah itu dibasuhnvl'l~S!'h~ukany~ dQJl ia tampil "kelu-

~. J.a menahan hatinya dan ber-kata: "Hidangkanlah makanan".

32. Lalu dihidangkanlah makan-an, bagi Yusuf tersendiri, ba-

gi saudara-saudaranya tersendiridan bagi orang-orang Mesir yangbersama-sama makan dengan me-reka itu tersendiri; sebab orangMesir tidak boleh makan bersa-

Page 276: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

70. Maka tatkala disiapkan untukmereka bahan makanan me-

reka, Yusuf memasukkan piala(tempat minum) ke dalam ka-rung saudaranya. Kemudian ber-teriaklah seseorang yana rrienye-rukan: "!"T~ liaiiiah, ~sungguh-nya kamu adalah orang-orangyang mencuri".

71. Mereka menjawab, sambilmenghadap kepada penyeru-

penyeru itu: "Barang apakahyang hilang daripada kamu?"72 Penyeru-penyeru itu berkata:

, "Kami kehilangan pialaRaja,

ma-sama dengan orang Ibrani,karena hal itu suatu kekejian ba-gi orang Mesir.

33. Saudara-saudaranya itu du-duk di depan Yusuf, dari

yang sulung sampai yang bungsu,sehinggamereka berpandang-pan-dangan dengan heran.

34. Lalu disajikan kepada merekahidangan dari meja Yusuf, te-

tapi yang diterima Benyaminadalah "limakali banyak daripadasetiap orang yang lain. Lalu mi-numlah mereka dan bersukariabersama-samadengan dia.

PasalEmpat Puluh Empat.

1. Sesudah itu diperintahkan-nyalah kepada kepala rumah-

nya: "Isilah karung-kamng orangorang itu dengan gandum, sebe-rapa yang dapat dibawa me!"ek~,dan letakkanlah uang masing-masing di dalam mulut karung-nya.2. Dan pialaku, piala perak itu,

taruhlah di dalam mulut ka-rung anak yang bungsu sertauang pembayar gandumnya juga".Maka diperbuatnyalah sepertiyang dikatakan Yusuf.

3. Ketika paginya hari terangtanah, orang melepas mere-

ka beserta keledai mereka.

4. Tetapi bam saja mereka ke-luar dari kota it-lI, belum lagi

285

Page 277: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dan siapa yang mengembalikan-nya akan memperoleh bahan ma-kanan (seberat) beban unta, danaku menjamin terhadapnya".

73. Saudara Yusuf menjawab:"Demi Allah sesungguhnya

kamu mengetahui bahwa kamidatang bukan untuk membuatkerusakan di negeri (ini) dankami bukanlah orang-orang men-

."CUD •

74. Mereka berkata: "Tetapi apabalasannya jikalau kamu be-

tul-betul pendusta?"

75. Mereka menjawab: "Balasan-nya, ialah pada siapa yang

diketemukan (barang yang hi-lang) dalam karungnya, maka diasendirilah balasannya (tebusan-nya)". Demikianlah kami mem-beri pembalasan kepada orang-orang yang zhalim.

286

jauh jaraknya, berkatalah yusufkepada kepala rumahnya: "Ber-siaplah kejarlah orang-orang itu,dan apabila engkau sampai kepa-da mereka, katakanlah kepadamereka: Mengapa kamu memba-las yang baik dengan yang jahat.

5. Bukankah ini piala yang dipa-kai tuanku untuk minum dan

yang biasa dipakainya untuk me-nelaah? Kamu berbuat jahat de-ngan melakukan yang demikian".

6. Ketika sampai kepada mere-ka, diberitakannyalah kepada

mereka perkataan Yusuf itu.

7. Jawab mereka kepadanya:"mengapa tuanku mengata-

kan perkataan yang demikian.Jauhlah daripada hamba-hamba-mu ini ~"!tykberbuat begitu!

8. Bukankah uang yang iamiidapati di dalam mulut karung

kami telah kami bawa kembalikepadamu dari tanah Kanaan?Masakan kami mencuri emasatau perak dari rumah tuanmu?

9. Pada siapa dari hamba-ham-bamu ini kedapatan piala itu,

biarlah ia mati, juga kami iniakan menjadi budak tuanku".

10. Sesudah itu berkatalah ia:"Ya, usulmu itu baik; tetapi

pada siapa kedapatan piala itu,hanya dialah yang akan menjadi

Page 278: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

76. Maka mulailah Yusuf (meme-riksa) karung-karung mereka

sebelum (memeriksa) karung sau-daranya sendiri, kemudian diamengeluarkan piala Raja itu datikarung saudaranya. Demikian~lah kami atur untuk (mencapaimaksud) Yusuf. Tiadalah patutYusuf menguhukum saudaranyamenurut undang-undang raja, ke-cuali Allah menghendaki-Nya.Kami tinggikan derajat orangyang kami kehendaki; dan di atastiap-tiap orang yang berpengeta-huan itu ada lagi yang Maha Me-ngetahui.

budakku dan kamu yang lainitu akan bebas dati salah".

11. Lalu segeralah mereka ma-sing-masing menurunkan ka-

rungnya ke tanah dan masing-masing membuka karungnya.

12. Dan kepala rumah itu meme-riksanya dengan teliti; ia mu-

lai dengan yang sulung sampaikepada yang bungsu; maka keda.patanlah piala itu dalam karungBenyamin.

13. Lalu mereka mengoyakkanjubahnya dan masing-masing

memuati keledainya, dan merekakembali ke kota.

14. Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam

rumah Yusuf, Yusuf masih adadi situ, sujudlah mereka sampaike tanah di depannya.15. Berkatalah Yusuf kepada me-

reka: ''Perbuatan apakahyang kamu lakukan ini? Tidak-

287

Page 279: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kah kamu tahu, bahwa seorangyang seperti aku ini pasti dapatmenelaah?"16. Sesudah itu berkatalah Yehu-

da: "Apakah yang akan kamikatakan kepada tuanku, apakahyang akan kami jawab, dan de-ngan apakah kami akan membe-narkan diri kami? Allah telahmemperlihatkan kesalahan ham-ba-hambamu ini. Maka kami ini,budak tuankulah kami, baik ka-mi mau pun orang pada siapa ke-dapatan piala itu".

17. Tetapi jawabnya: "Jauhlahdari padaku untuk berbuat

demikian! Pada siapa kedapatanpiala itu, dialah yang akan men-jadi budakku, tetapi kamu ini,pergilah kembali dengan selamatkepada ayahmu".

18. Lalu tampillah Yehuda men-dekatinya dan berkata: "Mo-

hon bicara tuanku, izinkanlahkiranya hambamu ini mengucap-kan sepatah kata kepada tuankudan janganlah kiranya bangkitamarahmu terhadap hambamuini, sebab tuanku adalah sepertiFir'aun sendiri.

19. Tuanku telah bertanya kepa-da hamba-hambanya ini; Ma-

sih adakah ayah atau saudara ka-mu? .

20. Dan kami menjawab tuanku:Kami masih mempunyai ayah

yang tua dan masih ada anaknyayang muda, yang lahir pada ma-sa tuanya; kakaknya telah mati,

288

Page 280: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

hanya dia sendirilah yang ting-gal dari mereka yang seibu, sebabitu ayahnya sangat mengasihi dia.21. Lalu tuanku berkata kepada

hamba-hambamu ini; Bawa-lah dia ke marl kepadaku, supa-ya mataku memandang dia.

22. Tetapi jawab kami kepadatuanku: Anak itu tidak da-

pat meninggalkan ayahnya, se-bab jika ia meninggalkan ayah-nya, tentulah ayah ini mati.

23. Kemudian tuanku berkatakepada hamba-hambamu ini:

Jika adikmu yang bungsu itu ti-dak datang ke marl bersama-samadengan kamu, kamu tidak bolehmelihat mukaku lagi.

24. Setelah kami kembali kepadahambamu, ayahku, maka ka-

mi memberitabukan kepadanyaperkataan tuanku itu.

25. Kemudian ayah kami berka-ta: Kembalilah kamu membe-

li sedikit bahan makanan bagikita.

26. Tetapi jawab kami: Kami ti",dak dapat pergi ke sana. Jika

adik kami yang bungsu bersama-sama dengan kami, barulah kamiakan pergi ke sana, sebab kamitidak boleh melihat muka orangitu, apabila adik kami yang bung-su tidak bersama-sama dengankami.

27. Kemudian berkatalah hamba-mu, ayahku kepada kami:

Kamu tabu, bahwa istriku telah

289

Page 281: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

77. Mereka berkata: "Jika iamencuri, maka sesungguhnya

telah pernah mencuri pula sauda-ranya sebelum itu". Maka Yusufmenyembunyibn kejengkelanitu pada dirinya dan tidak me-nampakkannya kep~da m~reka.Dia ber!c~td (daI8.m hatinya):"i\.amu lebih buruk kedudukan-- mu (sifat-sifatmu) dan Allah Ma-lui. Mengetahui apa yang kamuterangkan itu".

78. Mereka berkata: "Wahai AI-Aziz, sesungguhnya ia mem-

punyai ayah yang sudah lanjutusianya, lantaran itu ambillahsalahseorang daripada kami se-bagai gantinya, sesungguhnyaka-

290

melahirkan dua orang anak bagi-ku·,28. Yang seorang telah pergi dari

padaku, dan aku telah berka-ta: Tentulah ia diterkam oleh bi-natang buas, dan sampai sekarangaku tidak melihat dia kembali.

29. Jika anak ini kamu ambilpula daripadaku, dan ia di-

timpa kecelakaan, tentulah kamuakan menyebabkan aku yangubanan ini turun ke dunia orangmati karena nasib celaka.

30. Maka sekarang, apabila akudatang kepada hambamu,

ayahku, dan tidak ada bersama-sama dengan kami anak itu, pa-dahal ayahku tidak dapat hiduptanpa dia.31. Tentulah akan terjadi, apa-

bila dilihatnya anak itu tidakada, bahwa ia akan mati danhamba-hambamu ini akan me-nyebabkan hambamu, ayah kamiyang ubanan itu, turun ke duniaorang mati karena dukacita.

32. Tetapi hambamu ini telahmenanggung anak itu terha-

dap ayahku dengan perkataan:Jika aku tidak membawanyakembali kepada bapa, makaakulah yang berdosa kepada ba-pa untuk selama-lamanya.

33. Oleh sebab itu, baiklah ham-bamu ini tinigal menjadi bu-

dak tuanku menggantikan anakitu, dan biarlah anak itu pulangbersama-sama dengan saudara-saudaranya.

Page 282: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

mi melihat kamu termasuk orangorang yang berbuat baik".

79. Berkata Yusuf: "Aku mohonperlindungan kepada Allah

daripada menahan seorang, ke-cuali orang yang kami ketemu-kan harta benda kami padanya,jika kami berbuat demikian, ma-ka benar-benarlah kami orang-orang yang zhalim".

80. Maka tatkala mereka berpu-tus asa daripada (putusan)

Yusuf mereka menyendiri sambilberunding dengan berbisik-bisik.Berkatalah yang tertua diantaramereka: "Tidakkah kamu keta-hui bahwa sesungguhnya ayahmutelah mengambil janji dari kamidengan nama Allah dan sebelumitu kamu telah menyia-nyiakanYusuf. Sebab itu aku tidak akanmeninggalkan negeri Mesir, sam-pai ayahku mengizinkan kepada-ku (untuk kembali), atau Allahmemberi keputusan terhadapku.Dan Dia adalah Hakim yang se-baik-baiknya" .

81. Kembalilah kepada ayahmudan katakanlah: "Wahai ayah

kami! Sesungguhnya anakmu te-lah mencuri; dan kami hanyamenyaksikan apa yang kami ke-tahui, dan sekali-kali kami tidakdapat menjaga (mengetahui) ba-rang yang ghaib.

82. Dan tanyalah (penduduk) ne-geri yang kami berada di situ,

34. Sebab masakan aku pulangkepada ayahku, apabila anak

itu tidak bersama-sama denganaku? Aku tidak akan sanggupmelihat nasib celaka yang akanmenimpa ayahku".

291

Page 283: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dan kafilah yang kami datangbersamanya, dan sesungguhnyakami adalah orang-orang yang be-nar".83. Ya'kub berkata: "Hanya di-

rimu sendirilah yang meman-dang book perbuatan (yang bu-ruk) itu, Maka kesabaran yangbook itulah (kesabaranku). Mu-dah-mudahan Allah mendatang-kan mereka semuanya kepadaku;sesungguhnya Dia-lah yang MahaMengetahui lagi Maha Bijaksana".84. Dan Ya'kub berpaling kepa-

da mereka (anak-anaknya) se-raya berkata: "Aduhai duka cita-ku terhadap Yusuf", dan keduamatanya menjadi putih karenakesedihan dan dia adalah seorangyang menahan amarahnya (terha-dap anak-anaknya).

85. Mereka berkata: "Demi Allahsenantiasa kamu mengingati

Yusuf, sehingga kamu mengidap-kan penyakit yang berat atau ter-masuk orang-orang yang binasa".

86. Ya'kub menjawab: "Sesung-guhnya hanyalah kepada Al-

lah aku mengadukan kesusahandan kesedihanku dan aku menge-tabui dari Allah apa yang kamutiada mengetabuinya.

87. Hai anak-anakku, pergilah ka-mu, maka ceritalah berita

tentang Yusuf dan saudara-sauda-ranya dan [angan kamu berputusasa dari rahmat Allah. Sesung-guhnya tiada berputus dari rah-mat Allah, melainkan kaum yangkafir".

292

Page 284: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

88. Maka ketika mereka masukke ~empat) Yusuf, mereka

berkata: "Hai Al-Aziz,kami dankeluarga kami telah ditimpa ke-sengsaraan dan kami datangmembawa barang-barang yangtak berharga, maka sempurna-kanlah Allah memberi balasankepada orang-orang yang berse-dekah".

89. Yusuf berkata: "Apakah ka-mu mengetahui (kejelekan)

apa yang telah kamu lakukanterhadap Yusuf dan saudaranyaketika kamu tidak mengetahui(akibat) perbuatanmu itu?"

Fasal Empat Puluh Lima

1. Ketika itu Yusuf tidak dapatmenahan hatinya 1agidi de-

pan semua orang yang berdiri didekatnya, lalu berserulah ia: "Su-ruhlah keluar semua orang darisini". Maka tidak ada seorang-pun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memper-kenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya.

2. Setelah itu menangislah iakeras-keras, sehingga kede-

ngaran kepada orang Mesir dankepada seisi istana Fir'aun.

3. Dan Yusuf berkata kepadasaudara-saudaranya: "Akulah

Yusuf! Masih hidupkah bapa?"Tetapi saudara-saudaranya tidakdapat menjawabnya, sebab mere-ka takut dan gemetar mengha-dapi dia.

4. Lalu kata Yusuf kepada sau-dara-saudaranya itu: "Mari-

lah dekat-dekat". Maka mende-katlah mereka. Katanya lagi:"Akulah Yusuf, saudaramu, yangkamu jual ke Mesir.

293

Page 285: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

90. Mereka berkata: "Apakahkamu ini benar-benar Yusut?'1

Yusuf menjawab: "Akulah Yu-suf dan ini saudaraku. Sesung-guhnya Allah telah melimpahkankarunia-Nya kepada kami". Se-sungguhnya barangsiapa yangbertakwa dan bersabar. makasesungguhnyaAllah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yangberbuat baik".

91. Merekaberkata: "Demi AllahsesungguhnyaAllah telah me-

lebihkan kamu atas kami, dan se-sungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).

92. Dia (Yusuf) berkata: ''Padahari ini tidak ada cercaan ter-

hadap kamu, mudah-mudahanAllah mengampuni (kamu), dandia adalah Maha Penyayang diantara para Penyayang".

93. Pergilah kamu dengan mem-bawa baju gamisku ini, lalu

Ietakkanlah dia ke wajah ayah-ku, nanti ia akan melihat kem-bali; dan bawalah keluargamusemuanya kepadaku".

294

5. Tetapi sekarang, janganlahbersusah hati dan janganlah

menyesali diri, karena kamumenjual aku ke sini, sebab untukmemelihara kehidupanlah Allahmenyuruh aku mendahului ka-mu,

6. Karena telah dua tahun adakelaparan dalam negeri ini

dan selama lima tahun lagi orangtidak akan membajak atau me-nuaL7. Maka Allah telah menyuruh

aku mendahului kamu untukmenjamin kelanjutan keturunan-mu di bumi ini dan untuk meme-lihara hidupmu, sehingga sebagi-an besar daripadamu tertolong.8. Jadi bukanlah kamu yang

menyuruh aku ke sini, tetapiAllah; Dialah yang telah menem-patkan aku sebagai bapa bagiFir'aun dan tuan atas seIuruh is-tananya dan sebagai kuasa atasseIuruh tanah Mesir.

9. Segeralah kamu kembali ke-pada bapa dan katakanlah ke-

padanya: Beginilah kata Yusuf,anakmu: Allah telah menempat-kan aku sebagaituan atas seIuruhMesir; datanglah mendapatkanaku, janganlah tunggu-tunggu, .

10. Engkau akan tinggal di tanahGosyen dan akan dekat kepa-

daku, engkau serta anak dan cu-cumu, kambing domba dan Iem-bu sapimu dan segalamilikmu.11. Di •sanalah aku memelihara

engkau - sebab kelaparan ini

Page 286: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

masih ada lima tahun 1agi- BU-paya engkau jangan jatuh miskinbersama sew rumahmu dan se-mua orang yang ikut serta de-ngan engkau.12. Dan kamu telah melihat de-

ngan mata sendiri, dan sauda-raku Benyamin juga, bahwa mu-lutku sendiri mengatakannya ke-padamu.

13. Sebab itu ceritakanlah kepa-da bapa segala kemuliaanku

di negeri Mesir ini, dan segalayang telah kamu lihat, kemudiansegeralahbawa bapa ke marl".

14. Lalu dipeluknya leher Benya-min, adiknya itu, dan mena-

ngislah ia, dan menangis pulalahBenyamin pada bahu Yusuf.

15. Yusuf mencium semua sau-daranya itu dengan mesra

dan ia menangis sambil memelukmereka. Sesudah itu barulah sau-dara-saudaranya bercakap-eakapdengan dia.

16. Ketika dalam istana Fir'aunterdengar kabar, bahwa sau-

dara-saudara Yusuf datang, 1 11itu diterima dengan baik olehFir'aun dan pegawai-pegawainya.

17. Lalu berkatalah Fir'aun kepa-da Yusuf: "Katakanlah keja-

da saudara-saudaramu: Buatl.hbegini: muatilah binatang-bina-tangmu dan pergilah ke tanahKanaan.

18. Jemputlah ayahmu dan seisirumahmu dan datanglah

295

Page 287: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

94. Tatkala kafilah itu telah ke-luar (dari negeri Mesir) ber-

296

mendapatkan aku, maka akuakan memberikan kepadamu apayang paling baik di tanah Mesir,sehingga kamu akan mengecapkesuburan tanah ini.

19. Selanjutnya engkau menda-pat perintah mengatakan ke-

pada mereka: Buatlah begini: ba-walah kereta dari tanah Mesiruntuk anak-anakmu dan istri-istrimu, jemputlah ayahmu darisana dan datanglah kemari.

I

20. Janganlah kamu merasa sa-yang meninggalkan barang-

barangmu, sebab apa yang palingbaik di seluruh tanah Mesir iniada!!lh milikmu".

21. Demikianiah dilakukan olehanak-anak Israel tty. Yusuf

memberikan kereta kepada mere-ka menurut perintah Fir'aun, ju-ga diberikan kepada mereka be-kal di jalan.

22. Kepada mereka masing-ma-sing diberikannya sepotong

pesalin dan kepada :Benyamindiberikannya tiga ratus uang pe-rak dan lima potong pesalin.

23. Di samping itu kepada ayah-nya dikirimkannya sepuluh ekorkeledai jantan, dimuati denganapa yang paling baik di Mesir,la-gi pula sepuluh ekor keledai beti-na, dimuati dengan gandum dar,roti dan makanan untuk ayahnyadalam perjalanan.

24. Kemudian ia melepas sauda-ra-saudaranya serta berkata

Page 288: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

kata ayah mereka: "Sesungguh-nya aku mencium bau Yusuf, se-kiranya kamu tidak menuduhkulemah aka! (tentu kamu membe-narkan aku)".

95. Keluarganya berkata: "DemiAllah, sesungguhnya kamu

masih dalam kekeliruanmu yangdahulu".

96. TatkaIa telah tiba pembawakabar gembira itu, maka di-

letakkannya baju gamis itu kewajah Ya'kub, lalu kembalilahdia dapat melihat. Berkata Ya'-kub: "Tidakkah aku katakankepadamu, bahwa aku mengeta-hui dari Allah apa yang tidakkamu mengetahuinya" .

97. Merekaberkata: "Wahaiayahkami, mohonkanlah ampun

kepada mereka: "Janganlah her-bantah-bantah di jalan".

25. Demikianlah mereka pergidari tanah Mesir dan sampai

di tanah Kanaan, kepada Yakub,ayah mereka.

26. Mereka menceritakan kepa-danya: "Yusuf masih hidup,

bahkan diaIah yang menjadi kua-sa atas seluruh tanah Mesir". Te-tapi hati Yakub tetap dingin, se-bab ia tidak dapat mempercayaimereka.

27. Tetapi ketika mereka me-nyampaikan kepadanya sega-

Ia perkataan yang diucapkan Yu-suf, dan ketika dilihatnya keretayang dikirim oleh Yusuf untukmsnjemputnya, maka bangkitlahkembaIi semangat Yakub, ayahmereka itu.

28. Kata Yakub: "Cukuplah itu;anakku Yusuf masih hidup;

aku mau pergi melihatnya, sebe-lum aku mati".

FasaIEmpat puluh enam.

1. Jadi berangkatlah Israel de-ngan segala miliknya dan ia

297

--

Page 289: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

bagi kami terhadap dosa-dosa ka-mi, sesungguhnya kami adalahorang-orang yang bersalah (her-dosa)",98. Ya'kub herkata: "Kelak aku

akan memohonkan ampunbagimu kepada Tuhanku. Sesung-lUhnya Dia-Jab Yang Maha Pe-Dgampun lagi Maha Penyayang".

99. Malta tatkala mereka masukke (tempat) Yusuf; Yusuf

merangkul ibu bapanya, dan diaberkata: "Masuklah kamu ke ne-geri Mesir, insya Allah keadaanaman".

298,...

tiha di Bersyeba, lalu dipersem-bahkannya korban sembelihankepada Allah Ishak ayahnya.

2. Berfirmanlah Allah kepadaIsrael dalam penglihatan

waktu malam: "Yakub, Yakub!tt8ahutnya: "Ya, Tuhan",

3. Lalu firman-Nya: "AkulahAllah, Allah ayahmu, jangan-

lab takut pergi ke Mesir, sebabAku akan membuat engkau men-jadi bangsa yang besar di sana.

4. Aku sendiri akan menyertaiengkau pergi ke Mesir dan

tentuJah Aku juga akan mem-bawa engkau kemba1i; dan ta-ngan Yusuflah yang akan me-ngatupkan kelopak matamu nan-ti",

5. Lalu berangkatlah Yakub da-ri Bersyeba, dan anak-anak

Israel membawa Yakub, ayahmereka, beserta anak dan istrimereka, dan mereka menaikikereta yang dikirim Fir'aununtuk menjemputnya.28. Yakub menyuruh Yehuda

berjalan lebih dahulu menda-patkan Yusuf, supaya Yusuf da-tang ke Gosyen menemui ayah-nya. Sementara itu sampailahmereka ke tanah Gosyen.

29. Lalu Yusuf memasang kere-tanya dan pergi ke Gosyen,

mendapatkan Israel, ayahnya.Ketika ia bertemu dengan dia,dipeluknyalah leher ayahnya danlama menangis pada bahunya.

---------~~----------------~'-.

Page 290: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

100. Dan ia menaikkan keduaibu-bapaknya ke atas singga-

sana. Dan mereka (semuanya)merebahkan diri seraya sujud ke-pada Yusuf. Dan berkata Yusuf:"Wahai ayahku inilah ta'bir mim-piku yang dahulu itu; sesungguh-nya Tuhanku telah menjadikan-nya suatu kenyataan. Dan se-sungguhnya Tuhanku telah ber-buat baik kepadaku, ketika Diamembebaskan aku dari rumahpenjara dan ketika membawakamu dari dusun padang pasir,setelah syaitan merusakkan (hu-bungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tu-hanku Maha Lembut terhadapapa yang Dia kehendaki. Sesung-guhnya Dia-lah. Yang Maha Me-ngetahui lagi Maha Bijaksana.

101. Ya Tuhanku, sesungguh-nya Engkau telah menga-

nugerahkan kepadaku sebagiankerajaan dan telah mengajarkankepadaku sebagian ta'bir mimpi(Ya Tuhanku) , Peneipta langitdan bumi, Engkaulah pelindung-ku di dunia dan di akhirat, wa-fatkanlah aku dalam keadaan Is-lam dan gabungkanlah aku de-ngan orang-orang yang saleh".

,..,~~----

30. Berkatalah Israel kepada Yu-suf: "Bekarang bolehlah aku

mati, setelah aku melihat muka-mu dan mengetahui bahwa eng-kau masih hidup".31. Kemudian berkatalah Yusuf

kepada saudara-saudaranyadan kepada keluarga ayahnyaitu: "Aim mau menghadap Pir-'aun dan memberitahukan ke-padanya: Saudara-saudaraku dankeluarga ayahku, yang tinggaldi tanah Kanaan, telah datangkepadaku;32. Orang-orang itu gembala kam-

bing domba, sebab merekaitu pemelihara temak, dan kam-bing dombanya, lembu sapinyadan segala miliknya telah diba-wa mereka.33. Apabila Fir'aun memanggil

kamu dan bertanya: Apakahpekerjaanmu? ,34. Maka jawablah: Hamba-ham-

bamu ini pemelihara temak,sejak dari keeil sampai sekarang,baik kami maupun nenek mo-yang kami - dengan maksud su-paya kamu boleh diam di tanahGosyen". - Sebab segala gem-bala kambing domba adalah sua-tu kekejian bagi orang Mesir.

Fasal Empat Puluh Tujuh.1. Kemudian pergilah Yusuf

memberitahukan kepada Fir-'aun: "Ayahku dan saudara-sau-daraku beserta kambing domba-nya, lembu sapinya dan segalamiliknya telah datang dari tanahKanaan, dan sekarang merekaada di tanah Gosyen".

299

Page 291: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

SKEMA SPESIFlKASI AYAT·AY AT AL-QUR' AN.DALAM KISAH YUSUF

Nomorayat-ayatAl-Qur'an

Kisah Yusufdalam AI-Qur'an

Kiaah Yuaufdalam Kitab suci

Keteran,an-keteranpn.

1-3

4-6

7-15

16-18

19-20

27-29

Jalan masuk bagian-bagi-an kisah dalam lingkaranfenomena agama,

Mimpi Yusuf hanya sa-tu kali, .

Kepergran Yusuf de-ngan persetujuan Ya'-kub setelah adanya per-komplotan terhadap di-rinya.

Kecurigaan Ya'kub ter-hadap anak-anaknya danharapannya setelah ter-jadinya perkomplotanterhadap dirinya,

Dijualnya Yusuf dantibanya di Mesir.

Jalan masuk bagian-bagiankisah dalam lingkaran ke- berbeda.hidupan keluarga.

Dua kali mimpi dari berbeda.Yusuf.

Ya'kub mempercayai de-ngan cepat (keterangan berbeda.anak-anaknya) dan ke-putus-asaannya setelahterjadinya perkomplotan.

Kepergian Yusuf de-ngan seizin Ya'kub.

sarna

berbeda.

AI-Qur'an memastikan campur tangan Ke-hendak Al1ahlebih pOlitidaripada yanlldisebutkanoleh Kitab Suci.

Pernyataan salah oleh. suami terhadap istrinya

Kemarahan suami kepadYusuf. berbeda .

300

24 Yusuf nyaris terjeru- Tidak terse but.mus ke dalam kemak-siatan, dan tanda te-rang Allah diperlihat-kan kepadanya.

25 Baju Yusuf ditarik hing- Baju Yusuf diambil olehga koyak oleh wanita wanita itu.itu.

Page 292: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Keterangan-keterangan.lNomor

Iayat-ayatAl-Qur'an

65

Kisah Yusufdi da1amAl-Qur'an

Berbeda.

Kisah Yusufdi dalam Kitab suei

30-31 Terbukanya skandal yang. Tidak diSebut-sebut.dilakukan oleb wanitaitu di kota dan berkum-pulnya para wanita.

Do'a (permobonan) Yu- Tidak disebut-sebut.suf kepada Allah berbu-bung dengan desakanwanitaitu.

Dua mimpi dimintakanta'birnya dari Yusuf.

Pemeeahan secara psi-kologis ataB problema-tika pemenjaraan (Yu-suf), dengan pengakuanwanita (yang berusahamemperdayakan itu).

49 Ramalan tentang tabun 'lidak tersebut.kemakmuran dan kese-lamatan.

34

36-40

41

42-48

63

64

Peringatan dan nasibat Tidak disebut-sebut,Yusuf kepada kawan-kawan sepenjaranya.

Nasihat di badapan raja.

putusan terbadap Yusufditinjau kembali.

Yusuf meminta jabatanpenguua perbendabara-an nelara.

Ta'bir dua mimpi dike-mukakan oleb Yusuf.

Pemeeaban seeara poli-tis disebabkan olebmimpi Fir'aun.

'lidak tersebut.

Tups dipercayakankepada Yusuf.

Jabatan penguua peJ,'-bendabaraan nelara di-tawarkan kepadanya.

Yusuf banyakmemegang peranan dalamAl-Qur' an dengan do'a-do'anYa.

Jiwa turut ber-bieara di da-lam Al-Qur'anlebib banyakdaripada di da-lam Kitab Suei

Pribadi Yusufsebagai seo-ranI Nabi nampak ielas sekalida1am Al-Qur-'.:1.

Keadilan di da-lam Al-Qur'aDdan siasat didalam Taurat.

Berbeda.

301

Page 293: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kesimpulan-kesimpulan yang memperbandingkan di antarakedua kisah (kisah yang ada dalam AI-Qur'an dan yang adadalam Kitab Suci),

Dalam kedua kisah yang baru kami selesaikan penampilan-nya, dapat dibandingkan unsur-unsur yang bersamaan, denganjalan yang memperlihatkan kepada kita ciri yang khusus terda-pat pada AI-Qur'an. Kemudian diharuskan kepada kita untukmeneliti persoalan persamaan ini antara kedua Kitab itu, halmana amat bermanfaat bagi topik ini.

Gema sejarah sarna benar di k'edua Kitab itu. Sekalipun de-mikian renungan cepat saja sudah dapat mengungkapkan kepadakita, unsur-unsur khas yang memperbedakan dengan tepat ke-dua Kitab itu, diantara satu dengan yang lain. Kisah yang diba-wakan oleh AI-Qur'an dengan terus-menerus bergerak dalamsuasana ruhani yang dapat kami rasakan dalam.sikap dan pem-bicaraan tokoh-tokoh yang menggerakkan lakon dalam kisahAI-Qur'an itu. Dalam kisah yang dibawakan AI-Qur'an terlukisdalam kadar yang cukup besar kehangatan semangat yang ter-kandung dalam perkataan-perkataan dan perasaan-perasaanYa'kub, Ya'kub memperlihatkan dirinya sebagai seorang Nabi,lebih banyak daripada sebagai seorang ayah. Sifat ini tampaksecara khusus dalam caranya mengutarakan keputusasaannya,ketika ia mengetahui tentang hal hilangnya Yusuf, sebagaimanajuga tampak dengan jelas sifat itu dalam caranya melukiskanharapannya, ketika ia mendorong anak-anaknya untuk pergimencari berita tentang Yusuf dan saudaranya. Isteri pembesarMesir itu sendiri dalam kisah AI-Qur'an berbicara dengan bahasayang sesuai dengan hati nurani insan yang sedang dilanda kese-salan, sedang kebersihan dan kesucian (ketiada-salahan) si kor-ban (Yusuf) memaksa wanita itu untuk tunduk menyerah ke-pada kebenaran. Tahu-tahu wanita yang berdosa itu pada akhir-nya mengaku, akan kesalahan serta kekeliruannya. Di dalampenjara YusUfberbicara dengan bahasa ruhani yang tinggi, baikdengan kedua kawannya (yang bersamaan dengan dial ataudengan penjaga penjara. Maka ia berbicara untuk menunaikantugas kenabiannya kepa<ia setiap jiwa yang ia mengharapkankeselamatannya.

Di hadapan kisah yang dibawakan AI-Qur'an, kalni dapatibahwa kisah teaebut di dalam Kitab suci agak berlebih-lebihandalam mensifatkan pelaku·pelakunya yang berbangsa Meair,yang dengan sendirinya pemuja berhala, dengan sifat-6ifat Ibrani.

304

Page 294: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Maka penjaga penjara berbicara sebagai seorang yang bertauhid(mengesakanTuhan) 1).Dan dalam bagian yang khusus mengenai penta'biran mimpi didalam kisah itu, indikasi kelaparan tertulis dalam gambaranyang kurang sempuma. Perkataan Perjanjian Lama dalam soalini ialah: "Ditelanlah akan bulir gandum yang baik itu" Akantetapi dalam kisah Al-Qur'an ia cukup menampilkan akibatyang ditimbulkan oleh tahun-tahun kelaparan.

•Lagi pula kisah dalam Kitab suci menampilkan banyak ke-salahan historis untuk menguatkan "keadaan historis bagi ayatyang sedang kita persoalkan, umpamanya ayat yang berbunyi:" , karena tiada boleh orang Mesir itu makan sehidangandengan orang Ibrani, sebab ia itu suatu kebencian kepada orangMesir" 2).

Kami dapat memastikan bahwa kalimat di atas adalah per-buatan orang-orangyang merubah Taurat yang cenderung untukmembawakan periode bencana yang menimpa Bani Israil di Me-sir, sedang periode ini terjadi .setelah zaman Yusuf.

Selanjutnya di dalam kisah Kitab suci, saudara-saudara Yu-suf mempergunakan keledai-keledai dalam perjalanan merekabukannya onta, sebagai yang tersebut dalam kisah Al-Qur'an,padahal mempergunakan keledai oleh kaum Ibrani tidakterjadi, melainkan baru sesudah mereka menetap bermukimdi lembah Nil, yakni sesudah mereka berurbanisasi, sebab kele-dai adalah hewan yang dipakai di kota-kota, tidak mampu da-lam keadaan bagaimanapun, berjalan jarak jauh di padang pasiryang luas, untuk menempuh perjalanan dari Palestina (ke Me-sir). Tambahan lagi keturunan Ibrahim a.s. dan Yusuf hidupmengembara, sebagai penghela lembu dan kambing.

Akhirnya pemecahan problematik.klsah ini mengandung eiripemaparan seeara kronologis di dalam kisah Kitab suci, yangdalam pasal-pasal akhirnya, yang kami utamakan untuk tidakmensitirnya untuk meneegah keterlanturan yang menjemukan,dipaparkan keterangan-keterangan yang bersifat kebendaan,tentang menetapnya kaum Ibrani di Mesir.

Adapun di dalam Al-Qur'an, kesudahan kisah ini berputarsekitar ciri yang menonjol daripada pelaku yang merupakan IX

1). Perjanjian Lama Kitab Kejadian faaal tiga puluh sembilan ayat ~4.2'). Perjanjian IAma:Kita~ J{ejadian Pasal 243, ayat 32.

305

Page 295: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ros kisah, yaitu Yusuf, yang mengakhiri kisah dengan penutup-an yang menunjukkan kemenangan:

(l··:w ..•.•>:"Wahai aYahku inilan ta'bir mimpihu yang suatu kenyataan.

Dan eesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, keti-ha Dia membebaskan aku dari ruman penjara, dan hetiha mem-bauia halian dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusah-han (hubtmgan) antaraku dan saudara-saudaraku. BesungguhnyaTuhanku Moha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Be-sungguhnya Dialah. Yang Maho Mengetahui, logi Maho BijakBa-na". 1).

Pembahasan Kritis terhadap masalah.

Betapapun jauhnya perbedaan diantara kedua kisah tersebutnamun kaitan antara keduanya betapa pun juga, adalah jelas se-hingga ia mengilhami kritik, di segala masa, dengan keberatan-keberatan yang berlain-lainan. Keberatan-keberatan ini dapatdisimpulkan dalam dua buah hipotesa.

Yang pertama, bahwasanya Nabi s.a.w. telah penuh di dada-nya tanpa disadari, dengan pikiran ketauhidan, yang mungkindicerminkan, di luar kesadaran, dalam kegenialitasannya yangkhusus, untuk menuangkannya setelah itu, dalam ayat-ayatAI-Qur'an.

Yang kedua: bahwasanya Nabi s.a.w. telah belajar Kitab-kitab suci Yahudi masehi, dengan langsung disertai kesadaran,untuk mempergunakannya setelah itu untuk menyusun AI-Qur'an.

1). Surat Yusuf ayat 100.

306

Page 296: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Itulah problem yang amat penting.Untuk dapat memecahkan problem di atas, kita harus mem-

bahas kedua hipotesa di atas, secara berurut-urutan dari segihistons dan segi psikologis.

Kiranya akan bermanfaat agar kita dapat memahami bab ini,kalau kami bersendi atas pengetahuan-pengetahuan dari ukuranyang pertama, yang kami pergunakan sehubungan dengan diriMuhammad s.a.w.

Hipotese pertama.Hipotese ini mempqnyai dua bilah:

Yang pertama; adanya pengaruh Yahudi masehi dalam ling-kungan masyarakat jahiliah.

Yang kedua: Cara yang memungkinkan bagi pengaruh iniuntuk menonjol dalam fenomena Al-Qur'an.

Namun semua pembahasan yang bertujuan untuk mengung-kap pengaruh ini dalam lingkungan masyarakat Arab sebelumIslam, tidak pemah memperoleh hasil positif sedikit pun. Yangada ialah bahwa gambaran dari masyarakat ini tercermin dalambentuk kesusastraan bahasa yang dimiliki,. bersama, dan tercer-min pula dalam kesusasteraan yang bersifat kerakyatan, yangmemarrlfestasikan kebuta-hurufan secara umum, karena ma-syarakat ini memang adalah masyarakat buta huruf menurutkata-kata historis dari Al-Qur'an.

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf BeorangRasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepadamereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada merekakitab dan hikmah. Dan BeBungguhnya mereka eebetumnsa be-nar-benar dalam keseeatanyang nyata"

(Surat Al-Jumu' ah ayat 2).

d

307

Page 297: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Prasasti-prasasti yang berhubungan dengan zaman itu jarangsekali, sebab kekayaan berpikimya dan kesusastraan nasional-nya tidak disimpan me1alui pencatatan tertulis, melainkan ditu-turkan dari mulut ke mulut.

Jalan yang terakhir iniIah yang menyampaikan pusaka itukepada abed-abed kesusasteraan dan iImu pengetahuan Islam.

Adapun Al-Qur'an, ia dipandang sebagai suatu bukti tertuIisyang mempunyai kekuatan historis, yang tak dapat dibantah la-gi, tentang zaman jahiliah (pra Islam). Namun dokumen satu-satunya ini, yang ditunjang oIeh kisah yang dituturkan dan mu-lut ke mulut, tidak menerangkan sedikit pun kepada kita, me-ngenai hal-hal yang berkaitan dengan adanya "pikiran ketau-hidan" yang tersebar di kalangan masyarakat jahiliah. Malahsebaliknya ia menegaskan berulang kali, bahwa tiada sedikitpun pengaruh keagamaan ada wujudnya dalam zaman jahiliahitu: Maka ketika Al-Qur'an menuju sekali lagi kepada Nabi s.a.wkita dapati Al-Qur'an memberikan batasan jelas mengenai mak-.na dan tugas kerasulannya, dengan berkata: "Dan ia (Muham-mad) mengajarkan kepada kalian Kitab dan hikmah" 1). Demi-kianlah Al-Qur'an telah menentukan dengan tegas seorangGuru ketauhidan yang pertama bagi jazirah Arab.

Pada hakekatnya tanda tersebut telah ditegaskan denganmenjelaskannyapanjang Iebar di dalam Al-Qur'an, terutamadaIam kisah Nuh, yang oleh Al-Qur'an ditutup dengan ayatpenghujung yang jelas dan terang itu, yakni:

/ ''''.'' "" • .J "" • .; ~. .., • "". ~ • "". .;.I f.l~ c..s t, ~! ~.,.: ~I II L...:I . dJ;

~ ~ " /. ~ "./ • ./ •• ..,J.,", .". ""~.///"".""

~I .11 (;1 ~\; 1.iA ~ (,)e cl.."; ~J c..:1,." .." ;, ";.,,..

oJ >Jb )

"Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang gaibyang Kami- wahyukan kepadamu. Tidak pemah kamu menge-tahuinya ·dan tidak pula kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah

1). Tidak diragukan lali bahwa Nabi telah menerima ayat ini dalam keaa-darannya ketika diwahyukan kepadanya, sebagai yant tersebut dalambuku F. Engels halaman 139.

308

Page 298: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

BeBungguhnya keBudGhGn yang baik ooa14h bag; orcmg-orcmgyang bertGkwa". \ (Surat Hud ayat 49).

Penampilan kisah Yusuf itu sendiri, yang baru kami selesaidaripadanya, sesungguhnya terkurung dalam "frame" yang di-batasi dengan ayat 3 dan ayat lOl;kedua ayat yang mengan-dung ciri khusus historis sarna dengan yang terdahulu, yaitu pe-negasan tentang kekosongan masyarakat Arab jahiliah dari seja-rah ketauhidan manapun. 1).

Jadi, ayat-ayat dan penegasan-penegasan ini akan mempu-nyai nilai rasional apa, dalam pandangan Nabi s.a.w. dan orang-orang sezamannya, kalau tidak sebagai penyampaian-penyam-paian yang bertentangan dengan kenyataan obyektif pada za-man itu.

Pada hakekatnya kenyataan ini, yang dapat dirobah olehorang-orang sezaman itu, yang diundang untuk memberikankesaksian dengan terus-terang dalam ayat-ayat tersebut di atas,kenyataan ini tidak lain daripada kenyataan tentang ketiadaanpengaruh Yahudi masehi apa pun dalam kehidupan jahiliah.Itulah yang ditegaskan oleh AI-Qur'an dengan keras diperkuatoleh berita-berita yang berturut-turut.

Para tokoh kaum Yesuit telah mengadakan pada awal abadini, pembahasan-pembahasan yang teramat penting tentangobyek ini untuk menentukan seberapa jauh partisipasi "penyair-penyair nasrani di zaman jahiliah". Pembahasan-pembahasanmereka telah berkesudahan dengan suatu hasil karya sastrawiyang sangat besar, yang di dalamnya tidak ada wujud kenasrani-annya, selain daripada judul tersebut itu saja. Karya besar initelah memperoleh hasil yang tidak diduga-duga, dan mempunyaitujuan pula, yaitu bahwa basil karya itutelah membuktikankebalikan dari apa yang dikehendaki oleh pengarang-pengarang-nya.

Dan kami sebutkan, dari jurusan lain, bahwasanya tidak ter-dapat suatu kepastian bahwa di Makkah atau sekitamya terda-

1). Yang dimakaud dengan Bejarah ketauhidan ialah yang berhuhungandengan apma-agama yang diturunklU1l, bukan yang berhubungan

dengan ide ketuhanan yang dikenal oleh bangsa Arab dan aela-aela ke-Byirikan mereka kepada Allah,yakni seperti yang dapat ditangkap darlmakna firman Allah s.w.t.: "Kami tidak menyembah mereka melain-kan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Burat Az-Zumar ayat 3).

(Penterjemah Arab).

309

Page 299: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

pat pusat pengajaran agama dalam bentuk apapun dengan tuju-an menyiarkan pikiran Kitab sud, yang diterangkan oleh AI-Qur'an.

Paling banyak yang dapat kami ingat ialah bahwa beberapaorang yang disebut "Hunafa", atau orang-orang yang hanif,mempunyai pengaruh ruhani tertentu terhadan masyarakat,yang diri Muhammad terbentuk di dalamnya, bahkan Nabi sen-diri ad.alah seorang yang hanif (yakni cenderung kepada agamayang benar), sebelum ia diutus olea Allah. Dan ayat-ayat yangmenyebut Nabi sebagai ''tidak mengetahui sesuatu apapun dariKitab-kitab", sesuai benar dengan keadaan orang-orang hanifyang lain-lain juga. Sekalipun demikian terdapatnya seorang ha-nif jarang sekali di kalangan masyarakat yang syirik pada inti-nya. Kami dapat menambahkan pula mengenai soal ini, bahwakeadaan masyarakt ini tidak banyak ber-evolusi samasekalisejak abad-abad dahulu kala sampai sekarang, meski pun denganadanya ciri khas abad-abad keislaman yang telah dilalui olehm~arakat itu.

Salahseorang pengarang modern berbangsa Arab bertanya-tanya dalam salahsatu studi sosial penting dengan berkata:"Apakah Islam hasil ciptaan agama Yahudi Masehi?" 1).

Ia menjawab sendiri dengan "tidak!", dengan bersendi ke-pada sebuah konstatasi dari P. Lamance" yang menyusur-galur-kan ketiadaan pengaruh agama Masehi itu kepada "Jauhnyapemeluk-pemeluk agama Masehi dari orang-orang Arab dari pe-meliharaan yang wajar bagi gereja".

Dan dari jurusan lain, sekiranya pikiran agama Yahudi Mase-hi benar-benar telah menyusup jauh ke dalam peradaban danmasyarakat jahiliah, maka dalam peradaban daD. masyarakatjahiliah, tidaklah dapat dimengerti, mengapa tidak terdapatterjemahan Arab bagi Kitab suci. Dan terdapat cerita yang me-mastikan, berkenaan dengan "Perjanjian Baru" (Injil) , bahwa-sanya sampai pada abad keempat Hijrah belum dilakukan pen-terjemahan Perjanjian Ba.ru ke dalam bahasa Arab. Kami me-ngetahui prihal ini dari sumber-sumber Al-Ghazzali, yang ter-paksa mencari dokumen tertulis Qibti (yakni berbahasa Mesir)untuk dapat mengarang jawabannya" 2).

1). Dr. Bisyir Faris dalam bukunya: "Kehormatan pada bangsa Arabsebelum Islam".

2). AI-Ghazzali:"Jawaban atas orang yang mengaku akan ketuhananAl-Masih,dengan nas Injil".

310

Page 300: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"R.P. Chediac" yang terpaksa meneari di setiap penjuru,sumber-sumber Injil yang dipergunakan oleh filosof Arab itu(Al-Ghazzali) dalam mengarang "Jawaban" itu, ketika ia hendakmenterjemahkan karangan filosof itu, mengatakan bahwa nas-kah masehi yang pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasaArab, adalah eatatan tertulis tersimpan di perpustakaan SintPetersburg, ditulis pada sekitar tahun 1060 M, ditulis oleh seseo-rang yang bemama: "Ibnul 'Assal".

Demikianlah terjemahan Injil tidak terdapat pada zaman AI-Ghazzali. Maka lebih-lebih lagi, sudah pasti tidak terdapat terje-mahan seperti ini di zaman jahiliah.

Apakah mungkin, secara khusus, terdapat terjemahan Per-janjian Lama (Taurat)?

AI-Qur'an yang meneeritakan kepada kitagema perdebatanyang terjadi antara Nabi dan beberapa orang dari pendeta-pen-deta Yahudi di Madinah, berkata dengan menghadapkan pem-bicaraan kepada mereka:

""e "" _'0" •Jl( ~.J~ .. -::< ul,,"" r- "

, r : u~ JT)(

"Katahan (hai Muhammad kepada mereka): Maka bawalahTaurat itu, lalu bacalah dia, jika kamu orang-orang yang. benar".

(Surat Ali Imran ayat 93).Bukankah ini bukti tentang tidak terdapatnya seorang Arab

yang dapat membaca bahasa Ibrani, di satu pihak, dan tidak ter-dapatnya terjemahan Taurat dalam bahsa Arab, di pihak lain?

Berdasarkan hal-hal di atas maka tiada sesuatu yang lebihkeeil kemungkinannya daripada (persangkaan mengenai) terda-patnya pengaruh ketauhidan dalam lingkaran masyarakat Arabjabiliah, dikarenakan ketiadaan sumber-sumber Yahudi masehiyang tertulis dalam bahasa Arab, sehingga dengan demikianmenjadilah sesuatu yang mustahil untuk dikatakan akan ke-mungkinannya terjadi penyerapan di luar kesadaran oleh diriMuhammad s.a.w. yang hidup di tengah-tengah masyarakatjahiliah itu. •

311

Page 301: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Hipotese kedua.

Hipotese kedua ini menasabkan kepada Nabi s.a.w. bahwa iatelah memperoleh "privaatles" atau pelajaran pribadi secaralangsungdalam kitab-kitab Suci yang datang sebelum Al-Qur'an.Kiranya kita mengenai persoalan ini dapat memperkirakan duakemungkinan psikologis:

Pertama: Kemungkinan bahwa Nabi s.a.w, telah mengambilpelajaran dengan jalan metodik, untuk kelak dapat menyusunAl-Qur'an dengan ilmu pengetahuannya.

Kedua: Kemungkinan bahwa ia telah belajar atau diberipelajaran, kemudian mempergunakan, di luar kesadaran, bahanpelajaran yang ia peroleh.

Adapun hipotese pertama tidaklah mempunyai dasar ke-mungkinan, apabila kita memasukkan dalam pertimbangan nati-jan (kesimpulan) umum mengenai kenabian, dan natijah (ke-simpulan) khusus yang menyangkut diri Muhammad s.a.w,yakni ketulus-ikhlasan dan keyakinan pribadi dari diri Muham-

.mad s.a.w. yaitu sifat-sifat maknawi yang kami telah meng-akhiri perbincangan dalam bab-bab terdahulu dengan kesimpul-an tersebut.

:Adapunyang mengenai hipotese kedua, maka pertimbanganpertimbangan yang samayang dikenakan kepada diri Muhammads.a.w, mengharuskan kita untuk memberikannya secara khusustendensi psikologis yang lebih jelas lagi. Maka berdasarkan apayang telah kami tetapkan dalam ukuran pertama itu, makakami merasa terpaksa untuk menganggapbahwa belajarnya Mu-hammad secara pribadi dan langsung itu seolah-olah itu meru-pakan suatu situasi kesadaran tetapi terlupakan oleh si pelajaritu sendiri", sedang persoalan itu dalam hal ini, bergantung,secara keseluruhannya kepada suatu "fenomena kealpaan, halmana, sangat ganjil, karena telah diketahui bahwa seluruh kete-rangan spesifik tentang kehidupan pribadi dan umum Nabimemberi kesaksian, akan keseimbangan yang sempuma padadiri Nabi, terutama yang berkenaan dengan ingatannya yangluar biasa, meskipun dalam keadaan "menerima" wahyu yangia derita pada momentum-momentum turunnya wahyu kepada-nya, ingatannya tetap bekerja, sebagaiyang kita saksikan dalamukuranpertama, dan seperti yang akan kita lihat aanti dalambab: "Kontradiksi-kontradiksi".

312

Page 302: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Adalah Nabi s.a.w. dalam realitas penghafal pertama isi su-rat-surat AI-Qur'an. Ia membaeanya di luar kepala sampai padaakhir umumya. Pada suatu hari disampaikan kepadanya, untukpenebusan seorang tawanan dari Makkah yang ditawan oleh ka-um muslimin seuntai kalung yang dahulu pernah menghias leherKhadijah. Nabi dengan segera dapat mengenali kalung itu serayaair matanya berlinang-linang. Kemudian ia melepaskan tawananyang musyrik itu, yang temyata ia bekas menantunya, lalu iamemerintahkan untuk mengembalikan kalung itu kepada anakperempuannya.

Ingatan yang mendengar, lagi melihat, yang dengannya disi-fatkan Nabi dan sekaligus panglima itu, tidak mungkin ingatanyang semaeam itu bersesuaian dengan penyakit "lupa ingatan".yaitu kelupaan yang harus dianggap sebagian saja, sebab kelu-paan itu tidak meliputi seluruh masa lalu kesadaran Nabi, me-lainkan hanya menyangkut kelupaan mengenai ingatannyatentang sumber belajarnya akan Kitab-kitab, dan eara ia mem-pergunakannya di luar kesadaran.

Kiranya kelupaan ini akan lebih ganjil lagi ketika kita men-dapati Nabi dapat mengingat obyek pelajarannya itu dengansempuma, seperti Surat Yusuf, umpamanya. 1).

Tampak pula pada kami keganjilan lain, yaitu bahwa obyekini tidak datang dalam bentuk naskah berulang dari Taurat. Ob-yek ini pertama-tama terkena sentuhan-sentuhan AI-Qur'andaiii.'!1 hal yang mengenai keterangan-keterangan yang bersifatkebendaail,!li Taurat, dan dalam lingkaran ruhani di AI-Qur'an,seperti yang kami [elaskan dalam pemaparan yang menyertaikisah Yusuf. Dan akhltilya, sumber-sumber Arab yang memuat

1). Surat Yusuf diturunkan di Makkah untuk keseiul:.!hannY&- Deri~-kataan kaum mufassirin dapat diambil kesimpulan babwa Surat mi

diturunkan sekali turun, sebagai yang disebutkan oleh Al-Alus: dalamkitab tafsirnya, jilid XII, halaman 17. Berkata Al-Alusi: Adapun seba::; -diturunkannya surat ini, sebagai yang diriwayatkan dari Sa'ad ibnu Waq-qash bahwasanya AI-Qur'an diturunkan kepada Nabi s.a.w, lalu beliaumembacakannya kepada para sahabatnya untuk beberapa waktu. Para sa-habat itu lalu berkata kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah, kiranya andasuka menceriterakan suatu kisah kepada kami Lalu Surat ini turun -.

Tersebbut pula keterangan-lain mengenai sebab turunnya Surat ini.Namun semua keterangan-keterangan sekitar sebab turunnya Surat initidak bertentangan dengan fakta bahwa ia turun sekaligus dalam keselu-ruhannya.

(Penterjemah Arab).

313

Page 303: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

masaJab belajamya Nabi itu tidak terdapat samasekali, sebagai-mana kita lihat dari pembahsan mengenai hipotese tersebutdi atas. Maka (bila kita mengikuti alam pikiran hipotese keduaitu) adalah kewajiban Nabi untuk mengolah kembali obyekyang dipelajari yang bersumber dari sumber asing, dengan keha-rusan, dan untuk memodifikasinya, agar cocok dengan gayakata Al-Qur'an, yaitu dengan jalan memilih lebih dahulu kata-kata Arab yang cocok.

Namun tidaklah dapat modifikasi ini terjadi dengan spontantanpa ikut sertanya potensi-potensi yang ada pada diri Nabiyang bekerja dengan kesadaran.

Oleh sebab itu semua, kami mendapati diri kami dalam ke-adaan bingung menghadapi keadaan lupa yang disebabkan otehpenyakit kelupaan, dan menghadapi "di luar kesadaran" yanguntuk sebagian saja, suatu keadaan yang tidak dijelaskan olehilmu psikologi, walaupun kita membuat perkiraan bahwa halseperti ini selaras dari jurusan lain, dengan segenap ciri-cirikhas fenomena Al-Qur'an.

Adapun dari segi historis, seandainya sumber asing ini sudahtersedia untuk diajarkan kepada Nabi, maka sumber ini tidakdapat lain kecuali sumber lisan, bukan tertulis, agar dapat di-jangkau oleh seorang yang buta huruf. Mungkin juga dalam ke-adaan yang demikian ini ada pembisik tertentu yang membisik-kan .selalu kepadanya, tanpa pengetahuannya, segala sesuatj;yang berkaitan dengan da'wahnya. Namun ciri yang k~liru dariperkiraan seperti ini, pasti berhadapan dengan ~ua kenyataan,yang tidak dapat diperdebatkan, yaitu ~.•l.iai yang dimiliki olehAl-Qur'an dan nilai dari diri Muhammad s.a.w, Demikianlahmaka hipotese kedua iJ'l.irnembawa kita kepada kesudahan be-rupa kontradiksi historis dan psikologis. Maka kita terdoronguntuk mer.gambil kesimpulan bahwa titik-titik persamaan yangt8l!'.fjak itu tidak dapat dinasabkan kepada adanya pengaruhYahudi Masehi tersebar dalam lingkungan masyarakat jahiliah,juga tidak dapat dinasabkan kepada belajar untuk pribadi, baikdengan kesadaran atau di luar kesadaran, daripihak diri Nabisendiri.

Kesimpulan yang berdasarkan, hingga kini, konstatasi titik-titik persamaan ini menjadi keharusanvang lebih daripada itu,apabila kita memasukkan dalam pertim~gan kita sifat-sifatkhas Al-Qul"'an. Pada hakekatnya, sekalipun dalam hal yang ber-kenaan dengan sejarah ketauhidan, dimana hubungan kekerabat-

314

Page 304: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

an antara AI-Qur'an dan Kitab Suci terjalin erat, namun AI-Qur-'an pada umumnya menegaskan akan kebebasannya denganciri-ciri banyak yang memperbedakannya dengan Kitab Suci,seperti yang telah kami himpun dalam "skema spesifikasi"yang berhubungan dengan kisah Yusuf, pula seperti yang kitalihat dalam pemandangan mengenai penyebrangan Bani Israilmelintasi Laut Merah, dimana Fir'aun dan tentaranya tengge-lam seperti yang diceritakan dalam Perjanjian Lama, Kitab"Perpindahan". Akan tetapi AI-Qur'an menyempurnakan pera-gaan ini dengan suatu keterangan yang tidak terduga dantidak pula lazim, yakni: Penyelamatan tubuh Fir'aun yang lolosdati tenggelam dengan keajaiban.

Namun ahli-ahli Egyptologi pada khususnya, menyerangkisah yang dibawakan Kitab Suci, dengan menyatakan bahwasejarah raja-raja Mesir kuno tidak pemah mencatat tentanghilangnya Fir'aun yang sezaman dengan Musa di laut Merah.Marilah kita merenungkan apa yang diceritakan oleh AI-Qur-'an:

CIII /' '" /' \ 0,......u) u~ I

;::;,.I ,/ /' • ./

~ "...:..~ , : Lr-)= lIE d..: I dil.>-."uJ

"

/.'''' , /,/ ",0':"". -<.\ ~"';..l.... ~U )-"-'"" • • ..,

./ ./ ./ /

"Apahah seharang (baru hamu percaya), padahal sesungguh-nya kamu (Hai Fir'aun) telah durhaka sejak dahulu, dan hamutermasuh orang-orang yang berbuat herusahan. Maka pada hariini Kami selamatkan badanmu, supcya hamu dapat menjadipelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu ".

(Surat Yunus, ayat 91-92).

Tafsir Kitab Suci telah mengadakan penyelidikan secarakhusus, tentang pembenaran sejarah terhadap hilangnya Fir'aunyang sezaman dengan Musa, dalam dokumen-dokumen tertulis,yang bercerita tentang kehidupan "Amenhatop IV", yaitu namadati keturunan raja-raja di Mesir.Profesor "Hilair de Parenton dalam soal ini bersandar kepadayang ditulis oleh Moursil 1), dan dia ini adalah raja dari suku

1 ). Les Memoirs de Moursil.

315

Page 305: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

bangsa Hethiet, Ia menulis dalam memorinya bahwasanya: "Ra-tu Mesir yang menjadi pemuja besar Tuhan Amon, mengirimutusan kepada ayahku, membawa surat ratu itu, mengatakan:"Suamiku telah meninggal dunia dan aku tidak mempunyai se-orang anakpun dst". Namun raja Hethiet itu curiga ter-hadap kebenaran matinya Fir'aun, sampai ratu Mesir itu menu-lis lagi kepadanya, sehubungan dengan itu: Yang isinya a.L:"Mengapakah anda mengatakan "mereka (orang-orang Mesir)hanya hendak menipu aku", Semua orang mengatakan bahwaanda mempunyai banyak orang anak. Maka berilah padakusalahseorang dari mereka, untuk menjadi suamiku, dan meme-tintah Mesir. "Profesor Parenton meneruskan dengan mengata-kan: "Maka raja Hethiet itu akhirnya percaya, lalu mengirimsalahseorang anaknya, yang mati di tengah jalan secara wajar,seperti yang dikatakan oleh orang-orang Mesir, akan tetapi yangmati terbunuh, menurut pendakwaan orang-orang Hethiet 1}

Kami dengan sengaja membawakan naskah-naskah yang es-sensial dan catatan Hethiet tertulis yang dipergunakan oleh ProfParenton, sebagai dasar pembuktian tentang kematian Fir'aun.Akan tetapi kesimpulan ini, yang diilhami oleh keinginan me-nyesuaikan antara pikiran Kitab sud dan apa yang ditetapkansejarah, bertentangan dengan pendapat ulama-ulama Egypto-logi. Mereka ini tidak membenarkan hilangnya Amenhatop IVakan, tetapi yang terjadi adalah perobahan tiba-tiba pada nama-nya, yang sekarang berubah menjadi "Akhnaton", serta peru-bahan mental dan politis pada dirinya, setelah peristiwa "Per-pindahan" , seolah-olah terjadi revolusi tak terduga-duga dalamkehidupan kepribadian Mesir. Perhatikanlah apa yang ditulisoleh Prof. Maspero tentang soal ini: "Dan dengan satu kalipukulan, pada hakekatnya, Fir'aun ini berubah menjadi kepri-badian lain. Mata uang kerajaan tetap memakai nama yangsarna, yakni: "Suten Bati Neferkheperraounanra", akan tetapinama: Sa-Ra. sekarang menjadi: "Ra-Anton-Huti".

Tambahan lagi, agamanya pun berganti. Ia semula pendetatuhan "~mon", tetapi sekarang berganti menjadi pendeta:"Aton-Ra". Selanjutnya ia meninggalkan "Thebe", kotanya

1). Suku bangsa Hethiet membentuk kerajaan di Asia Keeil Siria Utara.Mengalami pasang surut, dari tahun 2000 S.M. sampai kl. 1000 S.M.Ibu kotanya bernama Hetti, kemudian berganti nama Hattusyas.Profesor Halair de Paranton dalam bukunya: "Ringkasan sejarahdunia purbakala".

(Penyalin ).

316

Page 306: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

tuhan "Amon", pindah ke "Akhnaton" kota baru, yang ia ba-ngun dan menjadikannya tempat pemujaan untuk "Aton-Rl",tuhannya yang baru itu 1). Namun perubahan dan pergantianini tidaklah akan dapat dimengerti, kecuali bila hal itu terjadikarena suatu peristiwa besar, 1agi pula tidak lumrah, yangmembawa kepada perubahan radikal terhadap kehidupan kepri-badian Fir'aun, umpamanya ia melihat tenggelamnya tentara-nya, dan melihat dirinya sendiri juga tenggelam di Laut Merah,kemudian ia mendapati dirinya dengan satu cara atau lain jalan,diselamatkan dati tenggelam, seperti yang diceritakan oleh AI-Qur'an kepada kita. Masalah di sini betapa pun juga, berhubung-an dengan "keselamatan jasmani" dari tenggelam di laut, mengi-ngat bahwa Fir'aun itu tidak beralih kepada Tuhannya Musa,melainkan memilih perpindahan ruhani yang bersifat pemujaanberhala, seperti yang diceritakan kepada kita oleh ahli-ahli seja-rah Mesir kuna.

Maka berdasarkan hal di atas, kemana akan dibawa kesaksi-an Hethiet itu ? Dan apakah artinya sikap ratu Mesir itu yangsetepatnya?

Adalah wajar bahwa perubahan dalam diri Fir'aun itu mem-punyai akibat-akibat yang serius, terutama yang menyangkutkehidupan rumah tangga, yaitu karena si isteri tetap menyem-bah tuhan "Amon", sedang sang suami beralih menjadi pendetabagi tuhan "Aton-Ra",

Maka dengan ini telah terjadi perpecahan dalam bidang ke-agamaan, politik dan kehidupan bersuami-isteri. Tahu-tahuAkhtanon (si suami) membunuh pangeran Hethiet, yang datanguntuk melamar ratu Mesir yang membangkang terhadap suami-nya itu, dan dengan demikian tergaris suatu tragedi dalam kehi-dupan rumah tangga dan politis pula.

Alangkah besar keinginan kami untuk mengetahui apakahsang ratu setelah itu masih tetap berada di Ibu kota negerinya,"Thebe", suatu hal yang akan dapat menambah kejelasan me-ngenai bidang-bidang politis dan kehidupan rumah tangga daritragedi itu.

Apapun masalahnya, AI-Qur'an tidak berlawanan samasekalidengan Kitab Sud dalam persoalan ini, namun AI-Qur'an, seti-dak-tidaknya, menambah keterangan penjelasan mengenai masa-lah itu, yang sesuai dengan berita-berita keagamaan dan kebe-naran-kebenaran ilmiah.

1). Dari buku Prof. Parenton, tersebut di atas, halaman 42.

_ 317

Page 307: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Termasuk masalah semacam ini, kami sebutkan: eerita Kitabsuci prihal: Gunung "Ararat" dalam kisah Banjir Tofan NabiNuh a.s, Tafsir Yahudi Masehi menetapkan letak gunung terse-but di Armenia. Kemudian Al-Qur'an menyebutkan nama Khu-sus, yaitu Gunung "Yudi", yang terletak di Mousul.

Kemudian penyelidikan-penyelidikan geologis dan arkeolo-gis modem menetapkan lokasi terjadinya Banjir Tofan itu disuatu tempat dekat dari pertemuan sungai Dajlah dan sungaiFurat (Tigris dan Efrat) , tidak jauh dari kota "Ar", tempatkelahiran Nabi Ibrahim a.s, Mungkin kedua nas itu menunjukkepada dua buah kisah yang berbeda-beda tentang fenomenaBanjir Tofan itu. Akan tetapi mungkin juga bahwa dalam masa-lah ini terjadi kesalahan yang dilakukan oleh para penurun (pe-nulis) Kitab-kitab Sud, yang termasuk dalam kekeliruan dankesalahan yang oleh karenanya Nabi Irmia mengutuk pena-penayang berdusta dari para penurun (penulis) Kitab-kitab Suei.

Akhirnya eerita Al-Qur'an bebas dengan sepenuhnya darialam pikiran Yahudi Masehi, yang melihat dari sudut-sudut yangberbeda-beda, pensaliban Al-Masih sebagai kenyataan historis.

'Fiba-tiba Al-Qur'an menegaskan prihal masalah ini:." ...• "" ,(,oy ."WI) ~,_j •••••. <,/"'0..1"'" >." "

.' rr ~ ~J d~"":> L.J dP L.J

"Mereka tidak membunuhnya; dan tidak pula menyalibnya, te-tapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan tienganIsa bagi mereka". (Surat Annisa ayat 157).

Ayat yang autentik dari Al-Qur'an ini tidak bertemu dengandokumen Yahudi Masehimanapun dan dari jurusan lain, catatan-eatatan kaum Masehiyang terdahulu membiarkan pintu terbukabagi semua perkiraan mengenai kesudahan Al-Masihdan tentanglama masa kerasulannya.

Dan "Irene" yang oleh prof. Montet disebut sebagai saksipertama atas keabsahan Injil Yahya, mengakui pada penghujungabad kedua bahwasanya Almasih tetap memberi pengajaran ke-pada manusia sampai pada usia lima puluh tahun, berbeda de-ngan riwayat yang ada kini yang menganggap bahwa kerasulan-nya berakhir pada usia tiga puluh dua tahun.

Kami berkehendak untuk mengembalikan betapapun sukar-nya, sejarah ketauhidan dari Al-Qur'an mengenai noktah ini,kepada sumber Masehi. Adalah mungkin untuk mendekatkan,

318

Page 308: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

untuk sebagian saja, pandangan Al-Qur'an tentang menghilang-nya AI-Masih dan pandangan doktrin Docetis 1), yang menetap-kan dengan terus-terang "kematian lahiriah" bagi AI-Masih, se-suai dengan Injil Petrus.

Pendekatan ini, sekalipun demikian, tetap hanya untuk se-bagian, karena Al-Qur'an memandang kelahiran dan kehidupanAI-Masih hanya sebagai peristiwa-peristiwa kebumian, tanpadapat dibantah lagi, sedang doktrin Docetis meletakkan kese-muanya ini pada proporsi pengertian umum bagi ide "lahi-riah".2).

Demikianlah kami dapat melacaki langkah demi langkahpikiran yang dikandung oleh Al-Qur'an dan pikiran Kitab Suci,dimana kami mendapati, dalam hal-hal yang menyangkut pokok- .pokok historis, persoalan-persoalan yang dimiliki bersama, halmana tidak dapat diingkari, akan tetapi kami mendapatkan jugabanyak titik-titik penjauhan dan perbedaan. Kiranya menjadikeharusan, agar kami dapat mendorong pembahasan ini kepadatitik yang paling jauh, yang masih mungkin bagi kami menga-dakan perkiraan menentukan hubungan Al-Qur'an tidak hanyadengan satu sumber saja, melainkan dengan banyak sumber Ya-hudi MasehL Mungkin lebih daripada itu, menjadi keharusanpula bagi kami, untuk menetapkan secara kontroversal, sekali-pun dengan adanya penjauhan yang terse but di atas dalam ba-nyak titik-titik dan sejarah ketauhidan, bahwa Al-Qur'an telahmemperoleh ilham dari satu atau lebih riwayat-riwayat berasaldari kitab-kitab suci, yang sudah tidak ada wujudnya sekarang.

Kiranya menjadi keharusan pada akhirnya untuk menetap-kan, mengikuti kenaifan para kritikus modern, bahwa, Nabis.a.w, bekerja menurut cara seorang ahli ilmu hukum, mempe-lajari banyak dokumen, merenungkannya, kemudian menga-turnya dan menyusunnya untuk mengambil sumber daripada-nya bagi riwayat °Al-Qur'an.

1). Doktrin Docetis adalah pandangan kaum docet dalam agama ~~n,yang memeluk kepercayaan bahwa Al-Masih hanya da.lam penjelma-an saja mengambil bentuk manusia, •• hingga denp.n demikian ia dapatdisalib.

(Penyalin)Ide "penjelmaan lahiriah" berkaJtan dengan pikiran Al-Qur'an dalarrrfirman-Nya: "Tetapi orang yang dilerupakan dengan dia".

(Penterjemah Arab).

2 ).

319

Page 309: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Adalah suatu kenyataan, bahwa pikiran kritis dalam hikayattersebut di atas, mengandung kenai fan yang membingungkan,sehingga kami melihat pikiran itu cocok dengan apa yang dilu-kiskan oleh Prof. Montet sendiri, sehubungan hikayat yang ber-asal dari Profesor Medis, yaitu Prof. Astruc (th. 1684 - 1766):"Adalah jelas dan terang bahwa Astruc membayangkan, diser-tai dengan sedikit kenaifan, Musa sedang menelaah dokumen-dokumen serta berkonsultasi dengan dokumen-dokumen itu,dan bekerja seolah-olah dia (Musa) salahseorang ulama abadkedelapan belas".

320

Page 310: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

MAT A PEMBICARAAN DAN KEDUDUKAN AL.QUR' AN

Irhazh AI-Qur'anTiada tempat bagi akal pikiran - Pembuka surat-suratKontradiksi-kontradiksiHal-hal yang berkecocokanKiasan di dalam Al-Qur'anNilai sosial dan alam pikiran AI-Qur'an

321

Page 311: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kami telah berusaha dalam pembahasan ukuran pertamadan pada awal ukuran ini untuk menonjolkan ciri-ciri khasmateriil dan psikologis yang memisahkan AI-QUI'an dati dinmanusiawi. Dan dalam bab ini kami akan membahas dati be-berapa ayat, hal-hal yang memperbedakan AI-Qur'an, secarakhusus, dati genealitas manusia.

IRHASH 1) AL-QUR'AN.Kami telah menetapkan pada bab-bab di muka bahwa wah-

yu adalah spontanitas dan di luar kehendak. Dan kami tambah-kan di sini bahwa apa yang kami tetapkan di atll, IUdah barang-tentu, termasuk ciri-ciri khas lahiriah yang memberi pengaruh,dalam pandangan Nabi, dan yang mendol'CJlllll" untuk mem-perkuat keyakinan dirinya dengan rahasia Dabi yang tersimpuldi dalam AI-QUI'an. Tanpa adanya syarat yq kami buat ter-dahulu ini, kiranya keyakinan din Nabi pada Al-Qur'an suatufenomena yang tidak dapat difahami.

Kita telah menyaksikan, dalam bab-bab di muka, bah•• ke-yakinan diri ini tidak terjadi dalam sekejap, dan tidak pulatermasuk katagori "penyerahan buta" melainkan datang secarabertahap dan rasional, yang dapat memuaskan alam pikiranobyektif, seperti alam pikiran Muhammad s.a.w., serta dapatmemenuhi keinginannya yang haus akan keyakinan yang posi-tif, ~ menentukan. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, makaindikasi apapun yang mengisyaratkan adanya tafakur, kehen-dak, dan pengetahuan pribadi terlebih dahulu prihal apa yangakan dibawa oleh wahyu, serta prihal perencanaan mengenaiseberapa jauh batas luas dan lama wahyu itu menurut perldraan,yah, indikasi apapun tentang hal-hal seperti yang tersebut diatas, akan dipandang sebagai suatu teka-teki yang pantas me-nimbulkan perhatian kita.

Sungguh! Apakah yang hendak kita katakan tentang sese-orang tidak pemab berpikir dan tidak pula suka memikirkan?Ia tidak pemab berkehendak dan tidak pula suka mempergu-nakan kehendaknya? Ia tidak berdaya untuk merenungkanarus fenomena yang akan datang, dan ia tidak pula suka meng-~-angankan renungan itu?

1). Irbuh baQ1pir same maknanya denpn "mujizat" jadi: "Irbub AI.Qur'an"· MU'jizat atau Iteajaiban AI-Qur'an.

(Pellyalht ).

322

Page 312: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Sekalipun demikian, is mellhat "perkataan" keluar danpa-daIlya tertera dengan seksama dengan ciri khas pemikiran, ke-hendak, serta keharmonisan tersendiri, dan terkadang "perkataan ini" tampak, seolah-olah is memberitahukan susunan wahyuyang selanjutnya, seolah-olah perkataan ini mengandung penge-tahuan yang sudah diketahui terlebih dahulu pengetahuan yq

. pengetahuan yang Juarbiasa tentang ayat-ayat apa yang akanmenyusul itu.

Itulah, menurut apa yang tampak pada kita ciri umum dariAI-Qur'an sebagai suatu kumpulan yang bersumber dari suatukehendak, pemikiran dan keserasian, bahkan bersumber daripengetahuan yang menampakkan bahwa AI-Qur'an adalahbush dari suatu persiapan yang diatur terlebih dahulu. Sifatini baru tampak terang apabila pengarah wahyu mendahului-nya dengan suatu ayat, yang menyerupai sedikit banyak, ba-risan depan tentara, yang membawa rahasia militer dan me-ngetahui arab geraknya dalam keadaan barisan ini mendahuluigerak tentara yang di belakangnya. Inilah maksud penggunaankata "mendahului" di sini, yang semakna dengan kata "anti-cipation", yang artinya mengetahui lebih dahulu, dan semaknapula dengan kata Prancis "Prevoir", atau kata Inggris "Foresee" .

Maka aktifitas psikologis seperti ini tidak mungkin, dapatdigambarkan tanpa partisipasi yang penuh kesadaran dari diriorang yang melakukannya. Karena itu sejak dipaparkannyafenomena Al-Qur'an, yang bersifat story dalam susunannya,ketika krisis psikologis dan keraguan telah hilang lenyap daridiri Nabi sendiri maka turunlah kepadanya wahyu yang menga-gumkan.

"Dan bacalah Al-Qur 'an itu dengan perlahan-lahan. Sesurlgguh-nya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat".

(Surat AI-Muzammilayat 4-5).Akan tetapi berapakah bobot "perkataan yang berat" ini?

Ialah AI-Qur'an itu seluruhnya, apabila ia sudah turun semua-nya dengan lengkap dalam masa waktu dua puluh tiga tahun,yakni ketika Jibril turun untuk kali yang terakhir menutupwahyu kepada!isan Nabi s.a.w.

323

Page 313: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan bobotnya? Ialah bobot doktrin agama dan eksperimenmental, bobot iman yang bergejolak dalam kalbu seperempatdari jumlah jiwa insani yang menghubi dunia kini, dan ia juga,dalam timbangan sejarah, adalah, bobot kebudayaan Islam yangmenjadi penutup bagi kitaran kebudayaan dan peradaban ilmiahmodem.

Benar! Perkataan itu adalah "perkataan yang berat". Irhashyang mana?

Tidak bagi alam "berpikir" dan sejarah yang masih terusberlangsung hingga kini saja, melainkan juga bagi arus wahyuitu sendiri yang berakhir setelah berlalu dua puluh tiga tahun.

Apakah itu di luar kesadaran, ataukah perasaan yang sadar?Ataukah pengetahuan yang keluar dari pemikiran dan kehen-dak? Kesemuanya ini adalah kata-kata yang kosong dari segalamakna, apabila kata-kata itu diletakkan di hadapan konklusi-konklusi yang obyektif yang kita telah mengenalinya mengenaidiri Muhammad s.a.w., di satu segi, dan di hadapan "perka-taan yang berat" yang ia adalah Al-Qur'an itu, di segi lain.

Sudah barangtentu kita dapat saja memandang suatu "pe-ngetahuan lebih dahulu" yang bersifat umum seperti ini seba-pi keinginan semata-mata di luar kesadaran dari diri pribadiyang menerjunkan dirinya ke dalam lautan masa -depan. Kitaboleh jugamembayangkan bahwa seorang filosof tertentudapat, sebagaimana dilakukan oleh Nitahe, menyiarkan aliranfllosofisnya dengan cara yang sensasional. Akan tetapi adapendahuluan-pendahuluan yang karena obyeknya telah diba-tasi tidak mungkin ditafsirkan tanpa menganggapnya bahwaia mempunyai pengetahuan yang mendahului, lagi pula me-nye!uruh, mengenai obyek ini, Kepada pembaca kami sajikandua buah misal, dari hal-hal tersebut, yang sifatnya khusus1agimenunjuk kepada suatu obyek yang dibatasi dengan sepe-nuhnya.

Misalpertama: Firman Allah s.w.t.:

324

Page 314: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

'1Cami ceritGkan kttpGdamu kiIGh yang pGlillg bGgUI aengan GpGyang Komi wahyukcm kepGQamu dalGm Al-Qur'an ini, 8ekGlipunkamu sebelulll mi termasuk orang-urang YGTlS laltJi"

(Surat Yusuf ayat 3).Bukankah ayat ini merupakan pendahuluan bagi kisah

Yusuf. Kami menemukan dalam kalimat tersebut sesuatu yangmenyerupai penegasan berupa "Kata Pengantar'·, ditunjangdengan kritik historis bahwasanya Nabi s.a.w, samasekali tidakmengetahui kisah tersebut, sebelum turunnya Al-Qur'an. Bah-kan ketidak-tehuannya ini merupakan unsur esensial bagi ke-yakinan dirinya. Maka di hadapan kita, tanpa diragukan lagi,barisan depan dari arus wahyu, yaitu wahyu yang turun mem-bawakan satu mata pembicaraan khusus dan terbatas samasekaliyaitu kisah "Yusuf", yaitu kisah yang sampai pada saat sebelumturunnya, merupakan hal yang asing bagi alam pikiran diri Nabis.a.w, Dalam hal ini kami menghadapi dua kenyataan yang harusdiputuskan persoalannya dalam hal yang berkaitan dengan keti-dak-tahuan Nabi tentang hal ini:1. Dari segi historis, alam pikiran Muhammad belum menghim-

pun keterangan-keterangan secara terperinci mengenai kisahYusuf sebelum wahyu turun membawakannya.

2. Dari segi psikologis, kesadaran Nabi tidak berperan sedikitpun dalam praktek pewahyuan dan dengan begitu saja telahdapatdiketahui, bahwa kesadaran itu tidak mengandungarus wahyu yang masih belum datang. Adapun perasaan diluar kesadarannya, tak mungkin melahirkan secara spontanpikiran kompleks yang dikokohkan oleh sejarah dalam ben-tuk yang obyektif dan positif.

Maka Anticipation ini di hadapan arus fenomena tidak da-pat dikuasai oleh kesadaran, dan tidak pula mungkin akan kelu-ar begitu saja dari hal di luar kesadaran karena sebab-sebab yangtelah ditunjukkan dalam bab-bab terdahulu, Anticipation initetap akan sukar difahami dalam bentuk ganda, apabila kitamembatasi penafsirannya hanya kepada diri Muhammad s.a.w.

Adapun contoh kedua dikemukakan kepada kita oleh ayatyang mengawali Surat Annur:

"" '" .... ,~~ ~LIl' :'. ~

(\ :.J~I/.,/// • .1 "' ........•.

lIE UJ}j; f..LJ

325

Page 315: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

'7rlllGh 'UGfu ,urat 'YangKami turunkGn. Kami tetGpkan kewG-jllIan di dalamn'Ya. dan Kami turunkan bukti-buktl kebenaran'YG1II teran6 di dalamn'YG,IUpG'Yakamu memperhatikan".

(Burat An-NUTayat 1).Di dalam ayat pembukaan ini menonjol di hadapan kita se-

bagai sesuatu yang menyerupai pengukuran bidang yang mem-bentang luas dari surat yang diturunkan itu, yang berisi ayat-ayat yang terang, yang masih berada dalam simpanan, dan be-lum lagi keluar ke ruang pelaksanaan. Bekalipun demilQan ayattersebut, sejak diturunkannya, telah mendahului kepada penge-tahuan orang seolah-olah ayat itu sasaran yang dituju daripadaarus wahyu yang turun kemudian.

Kiranya hal ini merupakan tanda pemikiran, yang menda-hului, dalam pengetahuannya, ayat-ayat yang terang (yang akandatang kemudian) dan merupakan tanda pengenal suatu kehen-dak, yang diletakkan di hadapan renungan kita, suatu masalahyang tidak sesuai samasekali dengan persiapan diri Muhammads.a.w., terutama pada keadaan menerima wahyu.

326

Page 316: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

HAL YANG TIADA TEMP AT BAGI AKAL (DOGMATIS)PEMBUKA SURAT.SURAT.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak surat berjumlah duapuluh sembilan surat, tidak diawali dengan kalimat yang dapatdimengerti, melainkan dengan rumus-rumus terdiri dari huruf-huruf abjad yang sederhana, yang kepadanya Ilmu tafsir melim-pahkan pentakwilan yang berbeda-beda.

Dalam persoalan ini, aka! pikiran pada masa-masa lampautelah menyelidiki serta menghubungkan isyarat-isyaratnya yangpenuh teka-teki ini dengan ceritera-ceritera yang terjadi padazaman silam dalam sejarah insani. Apa pun halnya, maka maknahuruf-huruf abjad sebagai pembuka surat-surat yang samarmaknanya itu, apabila ada kesamaran padanya, merupakan ben-teng yang kokoh berdiri tegak di hadapan ratio kita.

Namun kami tidak berkepentingan di sini terhadap masalahsemacam ini, tetapi yang menarik perhatian kami ialah ciri khaslahiriahnya saja, sebab huruf-huruf pembuka surat-surat ini ti-dak mungkin membayang di hadapan pandangan kita kini seba-gai kerangka-kerangka yang membeku atau mencair sebab Nabis.a.w. sendiri membacanya huruf demi huruf, yang satu terpi-sah dari yang lain, masing-masing menurut makhrajnya.

327

Page 317: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

SKEMA STATISTIK SURAT-SURAT AL-QUR' ANYANG DIBUKA DENGAN HURUF.HURUF POTONG.

Huruf potongNama-nama surat-surat yang dibuka

dengannya.

Alif lam Mim

Alif lam Mim shadAlif Lam Ra

Alif Lam Mim RaK.af Ha Ya 'Ain ShadThaHaTha Sin MimTha SinYaSinShadHaMim

Ha Mim 'Ain Sin QafQafNun

Al-Baqarah - Ali Imran - Al-Ankabut- At-rum - Luqman - As-Sajadah.Al-A'rafYunus - Hud - Yusuf - Ibrahim -Al-HijrAt-Ra'dMaryamThaHaAsy-Syu'ara - Al-QashashAn-NamlYaSinShadGhafir - Fushshilat - Az-Zukhruf-Ad-Dukhan - Al-Jatsiah - Al-AhqafAsy-Syura'QafNun

Inilah secara umum surat yang dibuka dengan huruf-hurufpotong yang tiada tempat bagi rasio untuk memecahkan rahasiarumus-rumus tersebut, dan kami pun tidak yakin tentang ke-mungkinan pentakwilannya kecuali kalau kita berpikiran bahwahuruf-huruf itu semata-mata lambang-lambang yang telah dise-pakati, atau rumus-rumus rahasia bagi suatu obyek yang sangatterbatas yang diketahui secara rahasia oleh suatu zat (diri) yangsadar.

Kiranya boleh jadikah bahwa zat itu adalah diri Muham-mad? Adalah keharusan bagi kami untuk memastikan, dalamhal ini, bahwa Muhammad tidak mengambil sikap negatif, tetapi

328

Page 318: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

sebaliknya, ia terlibat dengan cam yang bersifat kesadaran danbersumber dati pemikiran, dalam soal pemilihan huruf-hurufini, dan dalam soal pengarahan perumusan ini, guna membantusecara koinsidental suatu obyek yang dimengerti dengan carayang negatif. Di sini kami merasakan adanya kontradiksi yangterang antara posisi ini dan peranan negatif yang ditetapkanbagi diri Muhammad ini, sebagaimana Kalam ukuran pertamadan dati segi lain, kita harus memandang huruf-huruf abjad itusendiri sebagai wujud simbolis yang asing dari faham dan alampikiran seorang yang buta huruf, sehingga ayat-ayat ini tidakmempunyai suatu makna praktis, dan bersamaan dengan waktuitu ia menahan diri (tidak menyatakan sesuatu, sebagai konsek-wensinya). Maka kita akan salah faham apabila kita mengatakanbahwa rumus-rumus seperti ini dapat masuk dalam faham se-orang yang buta huruf, dalam keadaan khusus dimana ia berada,yaitu yang disebut keadaan "menerima wahyu".Apakah masalah ini semata-mata suatu gangguan yang menimpakesadaran yang gelisah (bergoncang) untuk sementara waktu?

.Ataukah mungkin tersebab oleh suatu penyakit organik, yangmenghinggapi organ suara yaitu penyakit yang terkenal di kala-ngan ahli-ahli kedokteran dengan istilah "Glossolalie" 1). Akantetapi Nabi, sebagaimana kita telah menyaksikan dalam ukuranpertama itu, menunjukkan keseimbangan kepribadian yangpaling sempurna dalam ketiga keadaannya: mental, akal pikirandan [asmani. Sejarah dalam soal ini tidak memberikan sedikit-pun keraguan mengenai kebenarannya. Maka dengan demikiantidaklah ada tempat untuk mengkhayalkan perkiraan yang ma-napun tentang diri Nabi s.a.w. sampai kita dapat mengungkap-kan kesamaran itu atau penyakit organik itu.

Dati jurusan lain, kita tidak pemah menemukan dalam ke-susastraan pribadi yang kaya dari diri Muhammad itu, yaitu"Al-Hadits", sedikit pun bekas rumusan-rumusan yang tertutuprapat ini, dan tidak diketemukan riwayat yang disampaikan

1). Glossolalieasal maknanya: "bahasa lesan", yaitu k.l.: berbicara sedangdalam keadaan di luar kesadaran, diimlakan oleh suatu ruh yang me-nguasainya.

(Penyalin).Catatan Pengarang.Kritik modern membatasi fenomena ini terutama pada keadaan

"Irmia", yaitu gangguan organik yang terjadi pada Nabi ketika ia dalamkeadaan penylngkapan.

329

Page 319: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

secara lisan, dari Nabi s.a.w. yang berisikan pendahuluan denganrumus-rumus seperti itu.

Dan sekarang seandainya kita mengosongkan masalah itudari pertimbangan-pertimbangan terhadap diri Muhammads.a.w., sehingga kita tidak memandang kepadanya kecuali dalamhubungannya dengan nilai subyektif dari Al-Qur'an, tanpa ter-gesa-gesa menjatuhkan keputusan mengenai asal-usulnya dantabiatnya, maka kita masih tetap juga menghadapi problematikaitu. Sebenamya Al-Qur'an sejak empat belas abad hingga kini,dipandang sebagai modal kesusastraan yang paling sempurna,yang dapat diungkapkan oleh bahasa Arab. Padanya tidakterdapat sedikitpun kekacauan. Bahkan keserasian yang sangatindah meliputi segala sisinya, pada esensi spiritnya yang agunglagi berlimpah-limpah, pada peringatan-peringatannya yangmengagumkan, lagi mengesankan, pada pemandangan-peman-dangannya yang mentakjubkan pada kelezatan janji-janjinyayang tiada taranya, pada pikirannya yang melambung ke langitdan menjulang tinggi dan akhimya pada gaya bahasanya yangcemerlangdan melemahkan.

Kiranya kami dapat menambahkan suatu konstatasi tentangspesialisasipenempatan rumus-rumus (huruf-huruf potong) padapembukaan beberapa Surat, dan tidak menempatkannya di be-berapa Surat lainnya, karena dengan demikian ada hal yangmenunjuk kepada adanya pengaturan secara menyeluruh yangdisengaja. Konstatasi ini meniadakan perkiraan "kebetulan"au sekedar keluamya zat yang negatif, yang tidak berkesa-daran. Singkatnya, kita tidak boleh membebani fenomena itukepada suatu kebetulan psikologis atau organik yang datangtiba-tiba kepada Nabi s.a.w. Juga tidak boleh berprasangkakepada turunnya ayat-ayat tersebut dengan memandangnyasebagai kekurangan sastrawi dalam suatu nas yang dipandang,dengan sebenamya, sebagainas yang sempuma.

Sebagian besar kaum mufassirin telah berusaha untuk men-capai obyek ayat-ayat yang rahasianya tertutup rapat ini denganjalan penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda, lagi samar-samar,dengan sedikit atau banyak mengambil ilham dari nilai magisyang diberikan oleh bangsa-bangsaprimitif kepada bintang-bin-tang, bilangan-bilangandan huruf-huruf. Namun kaum Mufassi-rin yang lebih berakal sehat dan lebih lurus pendiriannya, me-reka inilah yang berkata, dalam hal seperti ini, dengan segalakerendahan hati: "Allahu a'lam, Tuhan yang lebih Mengetahui.

330

Page 320: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kontradiksi-kontradiksi.Setelah kami berusaha menjelaskan kebebasan dan keobyek-

tifan fenomena Al-Qur'an dalam hubungan dengan diri Muham-mad s.a.w, maka tujuan kami dalam bab ini ialah untuk meman-tapkan usaha kami itu dengan mendetailkan pembi~ me-ngenai kontradiksi yang jelas yangkadang-kadang terjadl antarakecenderungan-kecenderungan dan keinginan-keinginan alamiahdari diri Nabi dan apa yang ia alami ketika ia sedang beradadalam kead~ menerima wahyu. Kontradiksi ini menampakkandengan terang, di mata kita, ciri-ciri khusus fenomena yang adapada Al-Qur'an yang telah kami jelaskan dan tegaskan sampaisekarang yang kamimaksud ialah keobyektifan dan kebebasanAl-Qur'~, dalam hubungan dengan diri Muhammad s.a.w.

Misal pertama tentang kontradiksi ini tersimpul dalam :fir-man Allah s.w.t.:

,., ... /.".,."./

ul:,.u~ ~ ~ J'" ./

(llt .s.b)

"Dan janganlah engkau tergesa-gesatentang AI-Qur'an itu, sebe-lum selesai diwahyukan kepadamu", (Burat Thaha ayat 114).

Nabi s.a.w. pada awal kerasulannya memeras ingatannyasedang ia berada dalam keadaan menerima wahyu, agar ia dapatmengokohkan ayat-ayat itu (dalam ingatannya) sebagaimanaturunnya. Hal ini adalah pembawaan naluriah terdapat padasetiap insan yang mendengarkan sesuatu dati orang lain, yang iaberhasrat menghafalkan pembicaraan orang itu. Maka ia mengu-Iang-ulangi dalam hatinya pembicaraan itu.

Mengulangi itu pada hakekatnya suatu pekerjaan yang me-rupakan "training" bagi ingatan, pekerjaan yang pada asasnyabersifat naluriah. Karenanya maka mengulang-ulangi itu dilaku-kan oleh diri sendiri batapapun tinggi tingkat kesadarannya.Bahkan adakalanya terjadi bahwa kita mengulang-ulangi kata-kata yang sifatnya pribadi semata-mata, seperti yang terjadi da-lam mimpi kita umpamanya. Akan tetapi keadaan menerimawahyu bukanlah keadaan "Hypnogogic" ,keadaan antara sadardan tidur, terutama yang menyangkut diri Nabi s.a.w. yangmungkin mengadakan latihan ingatan secara instingtif, namundengan cara mekanis yang bertujuan, sehingga dalam keadaanini ia mempertahankan sebagian kebebasannya dan kesadaran-

331

Page 321: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

nya. Dan hal ini tampak pada sikap normal badannya, sebabNabi (pada saat menerima wahyu itu) tetap duduk saja, sebagai-mana terlihat pada jalan pikiran rasionalnya ketika ia mengulangulangi apa yang diwahyukan kepadanya.. Ayat yang tersebut diatas (Surat Thaha ayat 114) datang

bettentangan dengan tabiat alami ini, dimana Nabi melepaskankekangan kehendaknya sampai sejauh jarak tettentu, sehinggadapat menghafalkan dengan jalan mengulang-ulangi apa yangmemancar di ruang aka! pikirannya, lalu dibangkitkan oleh ge-merincing wahyu itu dan ia dibangunkan dan keadaannya.

Jadi ayat tersebut di ataS bertuiuan menyita kebebasannyauntuk mempergunakan ingatan yang gerakannya hanya terbataspada pengulang-ulanganyang dilarang ini.

Dengan demikian ayat tersebut tidak saja tak mau tahu ten-tang kebebasan memilih oleh Nabi serta kehendaknya untukmelatih ingatannya, melainkan ia juga tak menghiraukan hukumpsikologis dari fungsi mengingat-ngingat itu sendiri. Demikian-lah kita mengkonstatir kontradiksi ganda antara fenomena AI-Qur'an dan diri Nabi. Kontradiksi ganda ini, yaitu kontradiksiterhadap kehendak Nabi dan terhadap hukum fungsi mengingat-ingat, memantapkan secara khusus, ketunggalan suatu fenomenayang mempunyai ruang lingkupmutlak, bebas dari faktor-faktorpsikologis dan temporal, dan demikian mengokohkan kedua eirikhas yang dimiliki oleh fenomena AI-Qur'an, yaitu keluhurandan kebebasan mutlak.

Kontradiksi kedua, kami ambil dari kehidupan pribadi Nabi.Penstlwa-peristiwe kehidupan ini telah meneatat, sebagaimanakita ketahui, periode-periode pokok dari pensyariatan AI-Qur'an.Maka tiadalah sesuatu yang mengherankan dalam haldi atas,setelah kita menyaksikan nilai pedagogis karena adanya kaitanantara peristiwa-peristiwa hidup seseorang (yaitu Nabi s.a.w.)dan undang-undang langit, Adapun mereka yang merasa heran,maka hendaklah mereka ingat bahwa suatu hukum yang di-imlakan oleh kekuasaan langit kepada penduduk bukan bumimungkin akan disesuaikan dengan adat istiadat malaikat, peng-huni langit. Akan tetapi apabila ia diturunkan bagi kepentinganmanusia, kiranya hukum itu tidak akan mempunyai maknaapa-apa dalam hubungannya dengan mereka, kalau saja dasarpenataannya bukan hal-hal materiil yang diambil dari kehidupansehari-hari mereka. Dan inilah salahsatu keadaan yang diambilpri kehidupan Nabi sendiri. Keadaan ini bersesuaian bagi turun-nya wahyu, dengan beberapa prinsip-prinsip perundang-undang-

332

Page 322: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

an, mengenai hal yang menyangkut kesaksian sebagai buktihukum.

Adapun peristiwa yang akan kami bahas di sini diriwayatkanoleh ahli-ahli sejarah pri kehidupan Nabi di bawah judul "Peris-tiwa Ifik" 1) atau peristiwa kebohongan. Dalam peristiwa inikaum munafik di Madinah tidak henti-hentinya mereneanakanbermacam-macam cara dan tipu muslihat untuk melumpuhkangerakan da'wah Rasulullah. Mereka meneari-cari kesempatanuntuk mengaeaukan pikiran Nabi dan menjatuhkan kewibawa-annya, serta merintangi perjuangannya. Maeehiavelli mempu-nyai di antara mereka ini murid-murid yang eerdas, jauhsebe-lum Maeehiavelli sendiri lahir di dunia. Mari kembali kepadacerita kita: Istri yang masih berusia muda itu (Aisyah) menda-pati dirinya tiba-tiba terputus dari kafilah, karena 'ia terhalanglantaran pergi buang air. Sementara itu kafilah meneruskanperjalanannya mengiring juga onta (yang milik Aisyah itu)pemiliknya tertinggal di belakang, Ketika malam tiba, ia me-manggil-manggildalam keadaan putus asa, sehingga ia mengiradirinya telah tersesat di padang pasir. Lalu ia tidur di jalan,seperti seorang anak keeil.

Tiba-tiba seorang sahabat yang tadinya berjalan di barisanbelakang kafilah itu menemukan Aisyah di situ, maka ia menge-nalinya. Sahabat itu lalu turun dari onta yang dikendarainya,kemudian menaikkan (Aisyah) di atasnya, dan ia menyusul kafi-lah itu. Akan tetapi orang-orang munafik berada juga di situ.Mereka ini lalu menyiarkan issu bahwa Aisyah telah memainkanperanan wanita yang suka main einta. Tersiarlah suatu skandal.

Kaum muslimin bemiat membunuh kepala kaum munafik.Terjadilah krisis. IniIah "frame" historis, diperagakan di dalam-nya keadaan kita. Dan kita akan melihat bahwa problem terse-but telah dipeeahkan dengan pemecahan yang gemilang dalamrangka fenomena AI-Qur'an. Sebenamya Nabi s.a.w, telah dise-rang oleh kesangsian, sebab terlepas dari segaIa sesuatu, Nabiadalah seorang insan biasa. Akan tetapi insan ini mempunyai

1). Kisah peristiwa ini diriwayatkan dengan selengkapnya dalam kitab-kitab Hadits.

AI-Bukhari meriwayatkannya di bawah judul: "Bab tentang ceritaIfik", diriwayatkan dari Urwah bin Zubair, Said bin Musaiyab, AI-qamah bin Waqqash, dan Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah binMas'ud dari Aisyah r .a,

(Pen terjemah Arab).

333

Page 323: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

hati nuraniyang ia mengambil keluhurannya dari keluhuranda'wahnya.

Ia mengetahui bahwa perbuatan-perbuatannya akan men-jadi hukum (undang-undang) dan ukuran. Maka keputusanapakah yang ia dapat ambil dengan syarat bahwa keputusan ituakan sesuaidengan tabiat insaninya dan dengan dasar keluhumnda'wahnya?

Masalah tersebut dengan bentuk yang demikian itu dipan-dang sebagai ujian yang menentukan bagi da'wah Nabi s.a.w.Maka sesuai dengan naluri insaninya, dan mungkin terpengaruholeh intuisi orang-orang sekelilingnya, Nabi s.a.w, memulangkanAisyah ke rumah orang tuanya, dengan sia-sia mempro-tes terhadap penghinaan dan peremehan terhadap dirinya.Adapun Nabi tidak mencerainya, agartidak menciptakan suatuyuri-prodensi yang mempunyai kekuatan hukum, tetapi ia jugatidak memaafkan, agar ia tidak menjerumuskan kebesaran da'-wah luhurnya ke dalam bahaya. Kedua pertimbangan ini telahmengkonsekwensikan dalam dirinya suatu keadaan tertentudimana ia dilanda oleh kecurigaan terhadap tingkah laku istri-nya, dati satu segi, dan keragu-raguan untuk mengambilsuatukeputuWlyang zhalim, dari segi lain. Dalam situasi ini tiadayang memberi manfaat, selain bersikap netral, suatu hal yangdapat menenangkan emosi seseorang, dan sesuai pula denganposisi Nabi, Dalam situasi seperti ini, memberi ampunan adalahbuta, sedang petunjuk-petunjuk yang ada (untuk dipergunakanmengambil keputusan) mungkin zhalim, Berdasarkan hal-halini maka demi kemaslahatan pribadi Nabi yang luhur, makaditinjau dari segala segi,ia harus mengambil sikap-netral yangtepat, yaitu dengan menitipkan Aisyah di rumah orang tuanya.Sikap seperti ini telah menutup jalan terhadap lidah-lidah tajamkaum munafik dan terhadap kritik-kritik mereka yang bertujuanmempermainkan orang yang aka! pikirannya dangkal. Nabi da-lam hal ini tidaklah dapat mengambil sikap lain, yang kamimaksud, ia tidak dapat berbuat sesuatu apa pun samasekali.Dan memang inilah garis kebijaksanaanya. Demikianlah halnyasampai wahyu turun tiba-tiba wahyu itu membebaskanNabi dati kecurigaannya, dan dari keragu-raguannya. Danpada waktu yang sama membeberkan nilai luhur dati kerasulanNabi kepada suatu ujian yang maha berat.

Dalam Surat "An-Nur" kita akan mendapatkan pertama-tama "hukum terhadap perzinaan:

334

Page 324: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"./ //

(" :.;~I

"Orang perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzinaderalah keduany«; masing-masing seratus kali dera. Janganlahsayang kepada keduanya, dalam menjalankan agama (hukum)Allah, kalau kamu (memang betul) beriman kepada Allah danHari Kemudian. Dan hendaklah dalam menghukum keduanYGitu disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman ",

(Surat An-Nur ayat 2).Inilah prinsip hukum yang pertama.Kemudian Surat ini membebaskan Aisyah dari segala tuduh-

an dengan cara yang cemerlang gemilang, dan dalam pada ituSurat ini memperluas prinsip hukum itu,> serta menegaskansyarat adanya kesaksian dalam peristiwa seperti ini:

" •• .,."" /' 1/ •• , .••• ,.", ."'." .••• --:.

ll(~j.J'~~..i r~J el~J' u~)'!•••• ./ ./ 11'

/~"" r r ;»: ~."."""' •.••J ••••".,.,. "aJ."" / •• ~ ""

"'~ d-...J~ ~~ J ~ 1.::,..1·,a~' u.,..~ ~ ....iJ'J././ r I .....

i;'/ #/;' '" OJ/ .I/o""" ~"'./ "./" o'.~ 0"

I~I d.J~ ~ ~)'j d~ ~W (bJ~\i

( l - Y' : .;.,..:J' )

"Orang laki-laki yang berzina tidak bole!, kawin kecuali denganorang perempuan yang berzina atau orang perempuan yang mu-syrik. Dan orang perempuan yang berzina hanya boleh dikawinioleh orang laki-laki zina atau orang laki-laki yang musyrik. Danyang demikian itu diharamkan bagi orang-orang yang berimatl.

335

Page 325: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dan orang-orang yang menuduh orang-orang perempuan yangbersih, kemudian mereka tidak sanggup membawakan empatorang saksi, maka deralan mereka (yang menuduh) itu delapanpuluh kali dera dan janganlah diterima (lagi) kesaksian merekabuat selama-lamanya. Mereka adalah orang-orang yang fasik".

(Surat An-Nur ayat 3-4).Dan untuk memberi kedua ayat ini penafsiran historisnya,

kita mendapati Nabi s.a.w, mengembalikan ke rumahnya isteriyang budiman itu, yang menolak untuk mengakui kebaikanorangkepadanya (dalam kasus ini). Maka ia menjawab ayahnyayang mendesaknya untuk menyampaikan rasa terima kasihkepada Nabi, dengan berkata: 1). "Demi Allah, Aku tidak akandatang (berterima kasih) kepadanya. Aku hanya memuji syukurkepada Allah 'Azza wa jalla", Akan tetapi naskah (teks) pembe-basan dari tuduhan itu dipandang sebagai serius, bila dihubung-kan dengan da'wah Nabi, sebab naskah subyektifnya, ia mem-beri kita juga salayang pandang secara langsung dan tak terdugatentang dua kepribadian yang suatu kebetulan telah menjadikankeduanya wasit yang faham benar akan nilai subyektif tersebut.Mereka berdua itu adalah Aisyah dan sahabat yang meng-antarkan Aisyah itu,

Arti serius yang bagaimanakah yang disadari oleh keduaorang itu tentang hukum yang menyatakan dengan terang-te-rangan bahwasanya seorang perempuan yang berzina tidak bo-leh menjadi isteri seorang laki-Iaki kecuali orang-Iaki-Iaki yangberzina? Dan ini adalah suatu hukum yang mutlak, jangansampai tidak memukul pribadi insani yang diserang oleh kecu-rigaan, tetapi kemaslahatan yang luhur memaksanya mengam-bil sikap waspada dan berhati-hati sampai sekecil-kecilnya, se-bab akal pikiran yang mencari kebenaran dan ketepatan dalamhukum tidaklah mungkin menyerahkepada kegegabahan, se-hingga ia akan menghukum seorang yang tak bersalah dan meng-ampuni orang yang bersalah.

Demikianlah tampak kepada kita kontradiksi itu dengan [e-las dan terang antara pribadi seorang yang terikat oleh kewaspa-daan dan berhati-hati di satu fihak dan wahyu yang turun kepa-danya membawa hukum-hukum yang menentukan.

1). Dalam Hadits tersebut, dalam kitab AI-Bukhari disebutkan: "Berkataibuku kepadaku: Pergilah kepadanya, lalu aku berkata dst.

(Penterjemah).

336

Page 326: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

HAL-HAL YANG PARALEL.

Penjelajahan dan perenungan kami terhadap Al-Qur'an de-ngan segala perbedaan tentang tujuan-tujuan kita dan denganketerikatan kami sebelumnya, dengan pendapat-pendapat kaumintelegensia modern mendatangkan kekaguman dalam diri kamitentang struktur pikiran-pikirannya yang exsentrik, serta materiyang mentakjubkan dari pikiran-pikiran itu. Namun perhatiankami bertambah, sejak lama, dengan bertambahnya penjelajahankami dalam alam yang mempunyai ciri-ciri khusus baik segisusunannya, strukturnya, serta pembawaan khasnya. Al-Qur'andalam keseluruhan makna-makna ini tidak serupa dengan ensik-lopedi-ensiklopedi ilmiah, atau buku-buku pelajaran yang diper-siapkan untuk suatu penetrapan khusus. Telah gugur dalih-dalihkami secara spontan, sebagaimana selalu gugur dalih-dalih laindi hadapan revolusi ilmu pengetahuan atau perubahan-perubah-an sejarah, dan di hadapan kemenangan-kemenangan yang me-nentukan dari kebenaran dan kebaikan.

Di sini kami merasa diri kami berkeharusan untuk melaku-kan pengakuan, yaitu pengakuan seorang intelektual, mengada-kan approach kepada AI-Qur'an dengan niat yang sewajarnya,sebagaimana ia menemukan di dalamnya "tumpukan" keterang-an-keterangan yang jelas, seolah-olah ia mentelaah salahsatukitab ilmiah. Namun pengakuan ini, selain daripada ia dibobotidengan pendetailari-pendetailan yang bersifat pribadi tak mem-punyai arti apa-apa, sebagai suatu obyek yang terbatas, kiranyaini akan merupakan kelanjutan yang menjemukan, hila dihu-bungkan dengan garis yang telah direncanakan.

Kami tidak akan mengatakan sesuatu di sini selain satu ka-limat saja, yaitu bahwa orang intelektual itu telah melepaskansekarang pendapat-pendapat naifnya, untuk masuk denganperhatian baru ke dalam alam AI-Qur'an persis seperti salah-seorang pelaku yang kita dengar dalam hikayat-hikayat jin,dimana pelaku itu mendapati dirinya telanjang, terlepas daripakaiannya, agar dapat menyusup jauh ke dalam alam sibir danalam yang penuh misterius.

Apabila tidak layak bagi kita untuk memandang Al-Qur'ansebagai kitab ilmu pengetahuan, akan tetapi kami mengkon-statir di dalam Al-Qur'an ayat-ayat yang mengandung keduafaktor yang petlu diperhatikan yakni penyentuhannya akansuatu hakikat ilmiah, dan bahwa dengan penyentuhan ini ayat-ayat telah memberi tambahan kejelasan tentang kaitan dari

337

Page 327: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Nabi s.a.w. dengan fenomena Al-Qur'an. Maka mengadakanstudi pada sebagian ayat-ayat itu akan memberi kemanfaatanpada dua jurusan, yakni historis dan psikologis. Adalah suatukeharusan bagi kami untuk mengkonstatir dari segi psikologisbahwasanya obyek pemikiran ditentukan pada pokok dasar-nya oleh pembawaan pikiran yang membentuknya. Pemikiranitu menempati tempatnya pada arah jalan yang alami dati pi-kiran ini, dan pemikiran ini secara khusus lebih condong kepadaapa yang merupakan bagian dati hasil pemikiran itu sendiri, danyang termasuk dalam lingkungan pengalamannya serta di bidangpenglihatannya. Dengan perkataan lain: agar penelitian-peneliti-an ini sesuai pandangannya dengan diri Nabi s.a.w., maka harus-lah kita menetapkan bahwa:

Pikiran-pikiran Muhammad = Pikiran-pikiran Al-Qur'an.Kiranya persamaan ini akan menjadi sah lagi, sekiranya kami

dapat memperoleh kepastian bahwa obyek suatu ayat tertentu,dapat juga berasal dati sekeliling diri Muhammad, berasimilasidengan irama alam pikirannya, berpancar dati hasil pengalaman-nya, dan tersentak dari lingkup pemandangannya. Hanya dalamkeadaan yang demikian ini, baru mung kin kiranya persamaanterse but di atas (yakni: Pikiran-pikiran Muhammad = Pikiran-pikiran Al-Qur'an), dengan urut-urutan yang terisyaratkan diatas, akan memanifestasikan hubungan relatif itu sehinggapikiran-pikiran Muhammad menjadi sebab bagi lahirnya pikiran-pikiran AI-Qur'an. Akan tetapi apabila sebaliknya yang benarmaka formula persamaan tersebut menjadi hal yang mustahil,yang tak mungkin jadi, karena tidak adanya hubungan yangmemberi sebab untuk itu. Dan inilah yang kami usahakan untukmeneguhkannya di sini. Berdasarkan hal ini, kami membayang-kan secara sempurna pembawaan pikiran pada seorang yangberpengetahuan dalam problem keagamaan, problem metafisikadan problem ruhani secara khusus. Mungkin kami membayang-kan juga jalannya pikiran ini dalam karakteristik alaminya, yaitujalannya pikiran yang harus mencakup, dalam ruang lingkup pe-nangkapan penglihatannya, peristiwa-peristiwa dan sebab terja-dinya dari alam wujud sebab kejadiannya. Dan harus juga meng-kaitkan dian tara Pencipta dan ciptaannya (diantara Khalik danmakhluk) dengan kaitan iman, serta harus mendirikan untuksegala yang wujud dan segala sesuatu, sebuah tangga yang terdiridari tingkatan-tingkatan etik.

Plato telah dilibatkan dengan pikiran semacam ini dan lahir-lah daripadanya falsafat etikanya. Namun apabila terjadi peru-

338

Page 328: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

behan esensial pada arus pikiran pada seseorang, maka perhati-annya akan beral1hdari suatu ufuk ke ufuk yang lain. Maka halini mendorong kami, sudah barang tentu, untuk menyelidikidengan teliti, dari dekat, mengenai keadaan yang ganjil ini.

Bilatelah tampak jelas kepada kita, bahwa hal itu aneh pula,dilihat dari segi alam pikiran keagamaan, yang kami hendakmempelajari jarak luasnya, maka kita harus memandangnyasebagai suatu fenomena yang unik. Dan Al-Qur'an selalu menge-tengahkan kepada klta banyak dari hal-hal yang tak lumrah itu,yang mengikat perhatian, dan mengekang dengan tiba-tiba jalandan lajunya pikiran, maka anda akan merasa bahwa tingkatanitu telah berubah, seolah-olah hal-hal yang garib (yang tidaklumrah) itu dengan sengaja ditempatkan di situ untuk menjadipendakian yang seorang perenung mendakinya dengan sekaliloncatan ke tempat yang lebih tinggi dan luhur daripada marta-bat diri Insani, tiba-tiba aka! pikiran, yang terbiasa berpikirtentang apa yang telah diketahui, dan tentang apa yang dapatdikenakan kepada ilmu pengetahuan yang berkaitan denganmartabat insani, aka! pikiran tiba-tiba mendapati dirinya ter-angkat jauh untuk menyaksikan dari situ, dalam eahaya sinarayat-ayat Al-Qur'an,suatu ufuk daripada ufuk-ufuk ma'rifatyang mutlak.

Mengapakah kita melihat pada jalan pikiran yang metafisiksuatu gambaran yang seolah-olah dapat dilihat? Mengapakahdari sela-sela penyampaian hal yang mengenai syariat, berpancarsuatu hakekat duniawi atau hakekat samawi? Tak diragukanlagi bahwa ini adalah sesuatu yang ajaib. Tidak diragukan lagi,kalau kita merenungkan, dari dekat, keajaiban-keajaiban ter-sebut, pasti kita akan menemukan pada jalan pikiran Al-Qur'anitu, suatu semangat yang mengejutkan, serta susunan yangtinggi, dan hanya bersumber dari ma'rifat mutlak, lagi murni,dan daripadanya terpancar ayat itu. Kami terdorong untukmemandang hal-hal seperti keajaiban-keajaiban ini sebagai pe-tunjuk-petunjuk yang terang seperti bintang-bintang meteoryang cahayanya menembus, yang mengungkapkan sumbermetafisika pikiran insani yang terpesona, yang daripadanyapikiran itu bersumber, sehingga ia mendahului abad-abad ke-majuan manusia, dan sesuai dengan kenyataan-kenyataan yangkemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan, setelah berlalubeberapa abad, seolah-olah keajaiban-keajaiban ini telah menda-hului rasio insani yang berevolusi agar keajaiban-keajaiban ituberfungsi sebagai barisan-barisan depan yang menyaksikanrahasia terluhur bagi kema'rifatan Al-Qur'an.

339

Page 329: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

AI-Qur'an mengarahkan obyeknya kepada seluruh umatmanUBJa,penghuni bumi ini, yaitu mereka yang sudah barang-tentu menjadi kepentingannya mengetahui segala sesuatutentang bumi dimana mereka tinggal. Bagaimanakah bentukplanet yang gelap ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, AI-Qur'an tidak menempuh jalan ilmiah, sebab AI-Qur'an bukanlahsebuah buku yang membiearakan soal alam wujud ini, Sekiranyaia sebuah buku yang demikian, maka ia tentu memuat pikiran-pikiran yang bersendi kepada terkaan, sebagai yang dikatakanoleh teori Ptolemaeus 1), yang terkenal pada masa itu. Penge-tahuan-pengetahuan pada masa itu tentang bumi mengatakanbahwa ia mempunyai bentuk bulat yang sempuma, dan ber-pendapat pula bahwa bumi itu berdiam di tempat, tidak ber-gerak, di pusat ruang angkasa 2).

Adapun pikiran-pikiran Plato yang kami isyaratkan di atas,ketika menyanyikan lagu tentang fenomena-fenomena alam,menggambarkan seolah-olah bumi sebagai pusat kubah datibintang-bintang yang menyanyikan melodi.

Jadi inilah sumber-sumber ilmiah yang kita dapat mengam-bi! daripadanya jawaban manusia terhadap pertanyaan yang di-lemparkan tadi. Akan tetapi jawaban AI-Qur'an sekalipun ja-waban itu tidak membawa eiri pelajaran, sebagaimana halnyadengan buku-buku yang membiearakan masalah alam, tetapitampak seolah-olah jawabannya itu meletakkan tanda-tandajalaiI sederhana di hadapan akal pikiran manusia, di sisi-sisijalan kemajuan ilmiah.

Marilah kita memperhatikan ayat berikut ini dati firmanAllah s.w.t.:

({{ :"~),I"Maka apakah mereka tidelk melihat bahwasanya Kami mendel-tang; bumi lalu Kami mengurang! luasnya dari tepi-tepinya",

(Surat AI-Anbiyaayat 44).

1). Ptolemacus dialah yang memperkirakan bahwa bumi adalah pusatalam angkasa, yang sekelilingnya matahari dan planer-planet lainberputar. Teori ini kemudian diganti dengan teori Copernicus yangterkenal hingga kini.

2). Boquet dalam bukunya "Sejarah Astronomi".

340

Page 330: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Dalam ayat ini tersimpul dua buah ide yang menonjol, yangharus kita tegaskan masing-masing dari keduanya itu denganjelas: Yang pertama, mempunyai ciri arsitektur sebab bentukbumi telah ditetapkan sebagai yang tersimpul dalam firman·Nya: "tepi-tepi".

Yang kedua: bereiri mekanik, yang dinyatakan dengan jehu:dengan firman-Nya: "Kami menguranginya".

Sebenamya kata "tepi-tepi" (dalam ayat tersebut di atasmengharuskan timbulnya pikiran tentang bentuk bumi. Berben-tuk apakah ia? Bumi seeara spontan tidak memberi kesan bahwaia mempunyai bentuk garis panjang di ruang angkasa, Juga tidakmemberi kesan bahwa ia mempunyai bentuk datar, atau persegienam, atau empat persegi atau bersegi tiga dst., sebab penon-jolan yang sedikitpun pada permukaan bumi memberi kesanseeara spontan akan ide tentang ketiga dimensi, dan selanjutnyatentang bentuk geometris yang membentang ke ketiga arah (le-bar, panjang, tinggi atau dalam).

Namun semua bentuk geometris ruang angkasa, tidak eoeokdengan ide "tepi-tepi" (dalam ayat tersebut di atas). Makaben-tuk yang paling dekat kepada khayalan apabila kita mengambildalam pertimbangan kita kata-kata "Mengurangi tepi-tepi" danapabila kita mengikuti pengetahuan-pengetahuan tentang geo-metris bumi mengenai "penghamparan" kedua kutubnya, yaitubentuk telur 1).

Kecocokan yang khusus untuk bentuk bumi dan pengham-paran kedua kutubnya itu yaitu ciri khas dari bentuk bumi yangtelah dikokohkan oleh ilmu pengetahuan modem secara umum,kecocokan ini telah bertambah jelas, ketika diperkuat olehpikiran-pikiran Al-Qur'an yang lain, yang berbieara tentangplanet kita ini, dan sesuai pula dengan kenyataan ilmiah. Makaapabila ilmu pengetahuan di Eropah sampai pada masa Coper-nicus dan Fabionacci masih terbatas pada ide-ide Ptolemacus,maka inilah Al-Qur'an telah melukiskan dengan jelas, delapanabad sebelum itu, gerakan bumi. Berfirman Allah s w t :

1). Kiranya rahasia bentuk telur yang dipunyai oleh bumi ini tersimpuldalam firman Allah: "Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya".

(Surat An-Nazi'at ayat 30).(Penterjemah Arab).

341

Page 331: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

( AA : J,.....:.JI )

"Dan ka,niu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap ditempatnya padahal ia berjalan sebagaijalannya awan ".

(Surat An-Naml ayat 88).Pikiran mengenai gerak bumi ini adalah esensial pada dasar-

nya. Dan tambahan lagi pikiran tersebut, yang memberi kesankepada ide yang menjadi konsekwensi dari pikiran tersebut, ya-itu ide "poros" dari gerakan tersebut, dan selanjutnya denganide "dua kutub". Dan dua kutub ini telah ditetapkan wujudnyadengan kata "tepi-tepi" dan diisyaratkan dengan "penghampar-an dua kutub".

Akan tetapi dari manakah datangnya planet yang dibicara-kan oleh Al-Qur'an itu mengenai bentuknya, penghamparannyadan gerakannya da1am dua buah petunjuk yang hening jernihitu? Kelihatannya teori-teori sebelum "Laplace", terlepas darilegenda-Iegenda, tidak pemah menghadapi pertanyaan ini. Na-mun sejak "Laplace" bumi dipandang sebagai suatu bunga apiyang gelap, yang terlepas dari matahari. Adapun Al-Qur'an tan-pa mencari pegangan kepada penafsirari ilmiah, kita melihatnyameletakkan beberapa petunjuk pada [alan ini:" ". J.': ,.,,..""...,0 ./ • J • ./ ."" " • ' ." • ~ ",

J..:L, ~I 'iJ ~I dJoJ; ul ~ ~ ~I 'J" , y

""0'''.'''''''' N' ""'""( t· ~ ) 'Mu~ d1i d Js"; JLr:J1

~;.. .",

"Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan ma-lam pun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing ber-edar padagaris edarnya. (Surat Ya Sin ayat 40).

Ada kemungkinan untuk dikatakan bahwa persoalan terse-but di sini berkaitan dengan pikiran yang dipaksa-paksakan yangmenentukan kecocokan titik awal dalam pembagian waktu. Se-kalipun demikian kiranya tiadalah halangan untuk menafsirkanayat itu secara alamiah, dengan pertimbangan mengenai maknaumum dari nas tersebut, dan mungkin dalam hal ini akan sejalandengan pikiran ilmiah tentang arti "malam" dari segi keadaan-nya sebagai fenomena alamiah yang kejadiannya menyusul sete-

342

Page 332: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

lah bumi menjadi dengan secara berangsur-angsur, sebab dalamrealitasnya, selama bumi itu masih merupakan gumpalan yangmenyaIa-nyala, maka ia tak pemah mengenal malam, dikarena-kan ia selalu berada dalam keadaan siang yang bersinambungan.

Dan akhimya lukisan alami ini telah dilengkapi dengan pi-kiran-pikiran lain dari Al-Qur'an, pikiran-pikiran yang tidakkurang pentingnya dalam menetapkan kesejalanan dengan kebe-naran ilmiah. Dalam hal ini patutlah bagi kita untuk menyebut-

, kan, secara khusus, garis perjalanan sinar cahaya di udara. Kitamengetahui bahwa udara adaIah susunan lapisan-lapisan y~gberturut-turut dan di antara lapisan-lapisan itu, kepadatan udaraberkurang, mulai dari bumi, terus berturut-turut ke atas. Dalamlingkungan seperti ini perjaIanan sinar cahaya harus sesuai de-ngan kedua rumus yang ditemukan oleh kedua orang ilmuwan"Alhaitsan" 1) dan Descartes. Yaitu hukum Refraksi" (pengu-bahan arab sinar).Akan tetapi Al-Qur'an yang selaIu menarik perhatian kita kepa-da fenomena-fenomena alam, mengundang kita untuk memper-hatikan tangan AlkhaIik (pencipta), yang tidak terlihat, dalamgaris-garis bayang-bayang yang paling kecil;.; ., "."-,,,,LSL .J.~"

1). Albaitsan, ialab Abu Ali.Alhasan ibnul Haitsan, lahir di Basra (pada tahun 355 H/965 M),

wafat di Kairo pada tabun 430 H (1028 M). Ia adalah salahseorang ulamailmu Eksakta yang terkenal. Ia telab berhasil menyalin risalat-risalat ahli-ahli ilmu eksakta dan ilmu flsika yang terdahulu, serta mengarang pulabanyak risalat-risalat tentang kedua materi ini , dan juga tentang ilmukedokteran yang memang pekerjaan aslinya, Adapun karangannya Yangterpenting ialab kitabnya yang berjudul !'Peman~gan-pemandangan"tentang ilmu "Optika" dan "Cahaya". Namun kitab aslinya yang dikarangdalam babasa Arab telab hilang, dan yang tertinggal hanya terjemabanLatin yang dilakukan oleh "Witeli" pada tahun 1270 M, yang ahli dalamteori-teori tentang terurainya eahaya dalam beberapa warna eahaya (spek-trum) ilusi optikal (penipuan penglihatan) dan pantulan cahaya dan refrak-si (pengubahan arab sinar), sebagaimana ia juga membabas soal refraksicahaya yang melalui media-media transparan, seperti udara, dan air. Kese-muanya ini telah diteorikan oleh Alhaitsam enam abad sebelum "Smell"dan "Descartes" menetapkan hukum tentang capay•.

SelanjutnYa Abu Ali Alhatsam mempunyai juga karangan tentangcahaya, dan karangan lain. tentang fenomena-fenomena senja. warna-warna spektrum sinar matahari, lingkaran cahaya sekitar bulan atau mata-bari, bayang-bayang, gerhana matahari, gerhana bulan dll.

(Penterjemah Arab).

343

Page 333: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Apakah kamu tidak memperhatikan (ciptaan) Tuhanmu, bagai-mana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang,dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap ba-yang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai pe- 'tunjuk atas bayang-bayang itu. Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan"

(Surat Al-Furqan ayat 45-46).Bagaimanakah kita menafsirkan "Tarikan perlahan-lahan"

1) itu? Hukum Alhaitsam-Descrates" mengatakan bahwa sinarcahaya yang memancar dalam media yang mempunyai kepadat-an yang berubah-ubah terus-menerus dalam perjalanannyamenggariskan sebuah garis lengkung dengan konkaf (lekuk)yang berarah kepada titik yang lebih padat. Dalam ruang inibayang-bayang itu "menarik diri" dengan tarikan perlahan-la-han", dibanding dengan keadaannya apabila ia elalamruang ko-song, dimana tidak terdapat refraksi sinar samasekali. Dalam halini terjadi kesejalanan antara pikiran AI-Qur'an dan ciri khaspenglihatan mumi, yang tidak diketahui oleh ilmu pengetahuanpada kurun turunnya AI-Qur'an.

Kiranya kita masih berada dalam pembicaraan mengenai uda-ra, maka baiklah -kita buktikan selarasdengan apa yang disebut-kan oleh AI-Qur'an, yaitu sejak ditemukan lapisan-lapisan yangpaling atas berkat perkembangan dalam bidang aeronantika danpelepasan balon-balon ke udara kita memperoleh pengetahuanmengenai 'suatu fenomena organik yang diakibatkan oleh reng-gangnya udara, dimana orang yang naik (terbang) ke atas mera-sakan sedikit kesulitan dalam bemafas, dan ia merasakan terte-kan dadanya dan sesak. AI-Qur'an telah meminjam dari feno-mena ini suatu kiasan yang baik sekali. Berfirman Allah s w t :

1). Kaum mufassirin yang tidak terlintas dalam pikiran mereka alam pi-kiran Al-Qur'an mengenai soal ini menafsirkan ayat ini dengan meng-

hindari penentuan makna "Menarik bayang-bayang itu", padahal makna-nya jelas sekali, dalam pada itu mereka menafsirkan kata "perlahan-lahan"dengan tafsiran yang aneh, sehingga kalimat itu tafsirannya menjadi: "Ke-mudian Kami tarik (pegang) bayang-bayang itu kepada Kami. Dan hal ituadalah mudah bagi KamL

Penterjemah Arab)

344

Page 334: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

., . . ..-- . -- .". ""'-./ ." ....." ". --./ '" , .,.,,.,

LJ-o J )L.)U iJ .J .J.."p c..A 4:~ \,) ill I .J~ ~~ --./ ./ ./ ./,., ./ ............. ,,."" ~.", ,. ;., ... '" .,"'" •...... .,,;' ../ ~ ,. '" . .••.. . .,w.., w ~. J...a:w (.II..L--...a: L..;If 1.:--.;> li:...o iJ .J .J.."p ~ .J~., ., - .,

( \ " 0 (' L...;)ll ) * ,; WI ui.'.'Barangsiapayang Allah kehendaki untuk memberihan petun-juk hepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk(memeluk) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allahkesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagisempit, seolah-olah ia sedang mendahi ke langit",

(Surat Al-An'am ayat 125).Kiranya karni dapat memastikan bahwa "mendaki gunung-

gunung" telah menarik perhatian para pendaki itu prihal feno-mena ini, sekalipun sebelum adanya penjelajahan lapisan-lapisanudara, tambahan lagi bahwa ayat terse but tidak menggunakan,dalam perbandingan itu term mendaki gunung-gunung" melain-kan mempergunakan dengan jelas term mendaki "ke langit".Kami tambahkan di sini bahwa tempat kelahiran genialitas ba-hasa Arab, adalah suatu negeri yang mempunyai permukaandatar dan dataran-dataran luas, tidak memberikemanfaatanbagi seseorang untuk melakukan percobaan atau pikiran men-daki gunung. Dan di sini kami terpaksa pula untuk menetapkankeselarasan yang gemilang pikiran Al-Qur'an dengan kenyataanilmiah.

Dan akhirnya maka di atas bumi ini tampaknya AI-Qur'anseolah-olah memberi tahukan perihal asal-usulnya yang jauh,beberapa isyarat terang tentang adanya manusia. Dari manakahdatangnya manusia ini? Dan manakah titik permulaan dalamkehidupan biologis itu?

Ilmu pengetahuan telah mengkhayalkan adanya lingkaranbiologis hidup dalam lingkungan air, dimana terbentuk sel hidupawal, kemudian memodifikasikan diri dan menjadi sempurnabentuknya, sehingga sarnpai kepada bentuk manusia. Adalahpenting sekali untuk memperhatikan kecocokan lingkaranilmiah ini dengan alarn pikiran Al-Qur'an yang dituangkan da-lam ayat-ayat berikut ini:

/ •• /.//";,,,/ ~",,// ." /..1./ o",~/",

,,~ . L.....;)l1 =I.=- t..l.. .w..L;.." & i< ,·~l ~_.JI'-"_ ~ '" ~.J ~c..r"' V' \..r- ..

•(y d~l) *~

d '"

345

Page 335: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

1. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya, dan yang memulai penciptaan manusia dan tanah".

(Surat As-Sajadahayat 7). (catatan: tanah = air + pasir).• '/ --:::: .",I, • s >; /' /'''' .......••..'"

(A: d ~.....J I) cr.:-ro ; t: ~ -;aJ....., ~ eJ..-; ~ ~p " ,

2. Kemudian Dia menjadikan heturunannya dan sanpati airyang hina". As-Sajadahayat 8)...,

(, d..> J-J\/

• " r >:> " \.., '" .•.••-.. '"

~ J 6.J J""'" ~

3. "Kemudian Dia menyempumakan (bentuhnya) dan meniup-han he dalam tubuhnya rob (eiptaan-Nva)".

(Surat Assajadahayat 9).Dalam ayat-ayat ini lingkaran dari pose-pose itu telah dica-

tat dengan jelas, sebab ayat yang pertama mencatat tahap eipta-an yang pertama, sedang ayat kedua mencatat tahap berketu-runan, dan ayat ketiga mencatat tahap penyempumaan. Kamidengan sengaja menempatkan catatan mengenai pengertian"tanah diantara dua huruf (tanah = air + pasir), untuk mengam-bil daripadanya kata "air" yang menjadi titik permulaan padalingkaran biologis dalam teori ilmiah. Bukanlah ini faham yangdipaksa-paksakan, sebab Al-Qur'an telah menentukan, tanpaaclanya dualisme, tahap ini yang merupakan salahsatu daritahap-tahap ciptaan, dimulai dari air, sebagaimana firman-Nya:

i' :" '=-:-;)11 )

"Dan daripada air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup ",(Surat Al-Anbiya,ayat 30).

Kaum mufassirin yang kurang begitu menyelami alam pikir-an AI-Qur'an telah menafsirkan kata benda yang tertentu: "airitu" dengan makna yang tidak tertentu yaitu "air" saja, yangsama artinya dengan: "Cairan mani" Penafsiran mereka inimungkin sesuai dengan ayat-ayat lain yang membicarakan tahap"keturunan". Maka untuk menyudahi penyimpangan dati po-kok persoalan dalam menerangkan masa1ahlingkaran biologisdalam alam pikiran Al-Qur'an, kami pandang akan berman-faat untuk mengetangahkan perhitungan, yang disebutkan

346

Page 336: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dalam Al-Qur'an da1am bentuk, yang sejalan dengan tahap-tahap kehidupan hewan:

_.~ / ~1./ •• I" .,/ • .J. '" '":... ..''-4.o.AI ..' "I _1 __ • ~ U4 -....." ••••• vo "-,I,,,

J I '...,..," .",,.,./0/)/ ., •.••••. _ •••••••••I 1_ 0,./. ,--

tJ.; u-u- ~ vo ~J~'; ~~ "" .,/ "

to: .;~I )"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dan air,maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan dengan perut-nya dan sebagian lagi berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian(lain) berjalan dengan empat kaki". (Surat An-Nur ayat 45).

Dalam irama lain bagi alam pikiran Al-Qur'an terdapat kese-larasan yang mentakjubkan yang kiranya pantas untuk dikete-ngahkan, yakni ayat berikut ini:

/,,/,.../ .,.,W ..t::'" J u-2J I '-:'~

./ ./

~ /"....... """w - ~ ",./

~ ljJ ~ lIE t.;..:-..

( A 1 _ A 0 :'~I )", '" e.", J,J1_/

lIE ~ lr.:" d '-:'~~. /'.- -/

"Melka iapun menempuh suatu lalan. Hingga apabila dia telahsampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahariterbenam di dalam laut yang berlumpur hitam.

(Surat Al-Kahfiayat 85-86).Mungkin ayat yang mentakjubkan ini tampaknya begitu

manis 1agi sederhana. Namun sekiranya kita melihat kepadagaris bujur yang melewati kota Makkah, maka tempat terbenam .matahari akan terjadi pada sepanjang garis bujur 90° ke barat,dan garis ini memanjang sampai ke dekat Teluk Mexico dimanaterdapat suatu arus laut, yaitu arus laut yang bersuhu hangat,yaitu arus yang membawa ke tepi-tepi laut Eropa Utara keha-ngatan yang mencocokinya, yaitu kehangatan yang bersumberdari mata airnya yang panas 1). Di daerah ini Jr. George Claude,yang berbangsa Prancis pernah berusaha mempergunakan poten-si yang membangkitkan panas dati lautan. Ia berhasil secarateoritis.1). MU'awayahmembaca bukan: "Ainin hami-ah" (dengan "ha" pendek

melainkan "Ainin ha-mi-ah (ha panjang)", yang artinya "mata air'panas". Riwayat ini hanya menurut pendengaran semata-mata.

(Penterjemah Arab).

347

Page 337: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Bukankah ini secara tepat terbenam matahari, dihubungkandengan garis bujur Makkah, yang dipandang sebagai suatu garis,dari mana alam pikiran AI-Qur'an lahir?

Ini juga suatu kecocokan yang mentakjubkan. Marilah kamisebutkan, dari segi lain, revolusi yang dahsyat yang terjadi, se-abad yang lalu dengan diketemukannya listrik dan dipergunakan-nya bagi kepentingan kehidupan di permukaan bumi ini.

Hasil-hasil teoritis dan praktis yang timbul dengan penemu-an itu mempunyai kumandang yang dalam, lagi hebat dalamkehidupan kita, dan dalam alam pikiran manusia serta ilmupengetahuannya. Kiranya patut disebutkan bahwa kami me-nemukan petunjuk mengenai fenomena yang luar biasa ini didalam Kitab yang digambarkan oleh Allah s.w.t. sebagai: "Tidakadasesuatu pun yang Kami lalaikan dalam Kitab ini".

Beberapa kaum mufassirin modern telah menarik perhatiankita kepada ayat berikut ini:

\/'. /." • .J .1/" •• "."'" ",,",,"w

~ ~ts:iSdj~ ~ J>j~~ ~~l jO~ .JJI./.,. /""" ,/ ;'

N ., ~.; (1;/ .", /", , ,. ./ ,,,,,, ,/ ,.., "" , "0 .). ••• "" .•

~J~~y"~lS'~~)I~~~~j~ (.~I r.~,. 0"" .",;' "."" ~ """0"" -'"",,-, ";/. "'''''''',

d.:'" :.;. ~J"};';r ~d..; ~ j »j ~ ~y::;"':' l.J4 ..u ~~/ ..,.", ~ J#./

,.,7/ ~ 0/0"" ./."/ "'0 .J) "'''0/ " .••••/

( '" 0 : j.,..:J I) j L: d •••• ,•.:: ~.,J J \~ ~ j ~IS:.

"Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya itu adalah seperti sebuah lubang, yang di dalamnya ada pe-lita itu di dalam kaca, dan haca itu seakan-akan bintang yangberkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yangbanyak barkahnya, (yoitu) pohon zaitun yang tumbuh tidakdi timur dan tidak pula di barat; Minyaknya hampir-hampirmenerangi, sekalipun tidak disentuh api."

(Surat Annur ayat 35).Di dalam ayat ini tersimpul kiasan terindah AI-Qur'an. se-

hingga ia mengilhami Imam Algazzali untuk mengarang sebuahkitab, yang termasuk karangannya yang paling dalam maknanyayaitu kitab yang berjudul: "Al-misykah" (lubang dalam dinding,untuk tempat pelita). Namun rasio (akal pikiran) kaum mufassi-

348

Page 338: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

rin modern telah menyadari, bahwa dalam kiasan ini tersimpullebih banyak daripada sekedar isyarat ketasawufan. Rasio kaummufassirin modern telah menyadari akan adanya kesejalananyang paling menakjubkan dari alam pikiran Al-Qur'an dengankenyataan yang ditetapkan oleh ilmu pengetahuan. Dan kamiberkehendak di sini, untuk tambahan penjelasan, untuk mene-gaskan, dari fihak kami, ciri khas yang menjadi intuisi bagiayattersebut , dengan jalan menyusun unsur-unsur asasinya, dalamsuatu bentuk untuk menjelaskan, sehingga ayat itu menjadi:"Sekalipun tidak disentuh api, cahaya itu menerangi dari dalamlubang (di dinding) yang di dalamnya ada pelita dalam kaca:Dengan demikian maka isyarat itu menjadi lebih transparan(jernih). Namun kami dapat menyimpang dalam menjelaskansifat khusus dari ayat itu,. dengan meminjam istilah-istilahtekhnik, yang kiranya dapat dipersamakan dengan kata-kata(dalam ayat) itu. Akan tetapi persesuaian ini dapat berlaku,bila diterapkan persamaan berikut ini:Lubang di dinding = proyektor.Pelita = sesuatu yang menyala = kabel.Kaca = pipa.

Dalam persamaan di atas tiada sesuatupun yang dipaksa-paksakan. Persamaan di atas hanya terilhamkan oleh lafal-lafal ayat itu sendiri.Maka di bawah sorotan pembawaan kiasannya yang unik ituyang membawa kita kepada ide: pelita yang menerangi, seka-lipun tidak disentuh api. Setelah diadakan perubahan ini makapada kami terbentuklah kalimat berikut sehingga rumusnyamenjadi transparan sekali yaitu: "Sekalipun tidak disentuhapi, cahaya itu menerangi, dari suatu proyektor yang di dalam-nya terdapat kabel dalam sebuah pipa, dinyalakan denganminyak dari sebatang pohon yang diberkahi, tidak dari timurdan tidak pula dari barat 1). Di sini kita harus memperhatikanbenar-benar kesejalanan dari kecocokan yang paling menakjub-kan antara alam pikiran yang diwahyukan (Al-Qur'an) dankenyataan-kenyataan yang kebenarannya ditetapkan oleh ilmupengetahuan sesudah itu.

1). "Pohon" dipergunakan selalu dalam lambang Yang berasal dari rakyat,dengan makna kiasan tentang: "potensi, energi". Selanjutnya maka

salahsatu bentuk potensi dan energi itu sebagai yang terilhamkan dalamayat tersebut oleh, "Arus listrik" (diisyaratkan dengan minyak dari pohonyang diberkahi". (Pengarang),

349

Page 339: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

Kami dapat mengkonstatir juga dalam hal-hal lain, ketidakmampuan kami untuk menjelaskan alam pikiran yang diwahyu-kan itu di bawah sorotan pikiran khas manusia. Maka sekiranyakita hendak mengenakan kepada abad kita ini, yang penuh de-ngan kegelisahan karena ancaman peperangan-peperangan yangmembinasakan itu, suatu lambang yang menonjol, maka kiranyakita akan mendapatkan lambang itu dalam bentuk pikiran yangmenakutkan yang diilhami oleh "roket" atau "bom".Lambang semacam ini telah tersebut dalam firman Allah s.w.t.:

" ,,"" .".. I'J ,,~ ,.,., • ."." , ,., .,

( ''': u--»I)U"l.>..;;.;\.; ~ ~~ ~ J-....J:? , ,

"Kepada kamu dilepaskan nyala api dan cairan tembaga".(Surat Ar-Rahman ayat 35).

Dapatkah seseorang yang manapun menuangkan suatu ru-musan, untuk alat-alat maut, yang lebih menggemakan daripadaapa yang dikatakan oleh Al-Qur'an ini? Kecocokan ini mentak-jubkan dan mencengangkan, sebab ilmu kemiliteran, hingga pa-da pertempuran "Sajlamassa" 1) tidak mempergunakan selainsenjata-senjata tajam (seperti pedang dsb), Di dalarn pertempur-an tentara Inggris belajar mempergunakan mesiu, untuk diper-gunakannya, beberapa tahun kemudian dalam pertempuran"Grisy".

Akhirul kalam untuk penutup bab ini, yang kami bahasdi dalamnya beberapa fenomena alam, mungkin kita bertanya-tanya tentang jauh jarak alam yang fenomena-fenomena terse-bar luas di dalamnya: Apakah jarak ini mempunyai batas-batas?Al-Qur'an menjawab pertanyaan ini dengan terus terang:

/.~ «s > -;.". ."'" ";.'/"-:"~ '"

(t Y ~ '=.; l.iJ I ) U ~-;.,.J \.;....1J ••oJ:: L;.. !.Jb ~ l' W I J

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), danBesungguhn:¥aKami benar-benar berkuasa".

> (Surat Adz-Dzariyat, ayat 47).Dem'ikianlah ruang angkasa raya tampak, dalam pandangan

Al-Qur'an seolah-olah ia tiada batas baginya, dan seakan-akan

1). Sajlamassa bekas suatu kota di negeri Magrib ('Iimur Dekat). Sajla-massa dahulu adalah Ibukota negeri "Tafilalat". basis kekuasaan AI-Asyraf. dari keturunan Ali ibnu Abi Talib. (Penyalin).

Page 340: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

ia selalu bertambah luas. Pikiran yang kini menjadi persoalanitu telahmendahsyatkan "Einstein" sendiri, ketika ilmuwan ahliilmu fisika, "Huble" menemukan bahwa bintang-bintang galaci-tis (= bintang bima sakti) terletak sangat jauh dati kumpulangalaxy kita. Dati ini, ahli matematika, berbangsa Belgia"Lemai-tre" memperoleh kesimpulan bagi teori "Peluasan alam raya".

Tidaklah mentakjubkan dan mecengangkan bahwa alam pi-kiran yang diwahyukan sebagaimana halnya ia selalu, menem-patkan tanda-tanda pengenalnya yang menerangi di hadapanalam pikiran ilmiah, seolah-olah kepadanya dilukiskan jalanyang hams ditempuh?

Dapatkah orang mengatakan, bahwa tanda-tanda pengenalseperti ini telah keluar dati akal pikiran seorang yang buta hurufdan bahwa karenanya lalu terdapat persamaan antara, alam pi-kiran Muhammad dan alam pikiran AI·Qur'an ?

351

Page 341: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

KIASAN 01 OALAM AL-QUR'AN.

Kegenialitasan suatu bahasa berkaitan erat dengan apa yangdiberikan oleh tanah air kepadanya dalam menciptakan kein-dahan dan kefasihan yang khas. Karena pembawaan tempat, la-ngit, iklim, hewan, tumbuh-tumbuhan, ini semuanya mewakilipikiran-pikiran dan gambaran-gambaran, yang dipandang sebagaipusaka khas dari suatu bahasa, yang tidak dipunyai oleh bahasalain. Demikianlah fungsi tanah air dalam meneiptakan eiri khas-nya atas alat-alat keindahan bahasa, yang dipergunakan olehsuatu bangsa untuk menyatakan keindahan yang dimiliki olehbahasanya ..Oleh karenanya maka kritik yang bersifat subyektifterhadap kesusastraan yang mana pun harus mengungkapkandalam kesusastraan ini sampai seberapa jauh hubungan kesusas- Itraan itu dengan unsur-unsur tanah air, dimana kesusastraan itulahir, -

Oemikian juga dengan hal-hal yang berhubungan denganpenganalisaan gaya bahasa Al-Qur'an, maka analisa ini harusmengungkapkan hal-hal yang mengkaitkan gaya bahasa ini de-ngan bumi Arabia.

Mungkin temperamen (tabiat) merupakan unsur satu-satu-nya mengenai keindahan bahasa yang menentukan tanda-tandapengenal bagi gaya bahasa, dan menentukan juga, dalam bentuktertentu, letak geografisnya. Umru'ul Qais umpamanya, ketikamelukiskan kudanya, ia mengatakan, dalam bait syairnya yangtersohor (yang terjemahan Indonesianya k.l.):Melanghah he belahang, lari he depan, motu dan mundur sehali-gus, lahsana batu raksasa gunung digiTing he bawah oleh arusbanjir daTi hetinggian.

Kalau kita memperhatikan kata-kata kiasan (dalam syair ini)kita dapat mengutarakan dua gambaran yang serupa benar, yangdiambildari kehidupan padang pasir dan lingkungannya.

Genialitas penyair besar ini telah mempergunakan, dalamsuatu keindahan bahasa yang alami, unsur-unsur yang dimilikioleh lingkungan geografis, yaitu gambaran: kuda yang lari ken-cang, dan gambaran batu besar gunung yang menggelineir kebawah dengan pesatnya, didorong oleh arus banjir dari atas.Baitsyair ini pada dasarnya berbahasa Arab, sebab lingkungan dima-na bait itu melukiskan, adalah lingkungan Arab, yang"ditera de-ngan eiri khasnya.

352

Page 342: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

r

Akan tetapi kiasan yang dibuat oleh AI-Qur'an tidak selalu,bahkan tidak kerapkali merupakan proyeksi dati kehidupan ba-dui di padang pasir. Sebaliknya daripada itu, kiasan dalam AI-Qur'an mengambil unsur-unsurnya, dan kata-kata perumpama-annya dari lingkungan-lingkungan dan suasana-suasana serta pe-mandangan-pemandangan yang sangat berbeda-beda. Maka ide-ide yang bertalian dengan tumbuh-tumbuhan seperti pohon danbermacam-macam jenis taman, melukiskan kepada kita tabiatbumi yang subur lekat dengan tumbuh-tumbuhan, serta sejukhawanya, lebih banyak daripada melukiskan bumi sahara yanggersang dan berpasir. Selanjutnya sungai-sungai yang mengalirmelintasi padang rum put hijau, mengingatkan kita kepada ta-nah yang subur di tepi sungai Nil, atau sungai Efrat, atau sungaiGangga di India, lebih banyak daripada mengingatkan kita ke-pada tanah-tanah tandus di Arabia. Awan-awan yang digiringoleh angin (yang turun sebagai hujan) untuk menghidupkannegeri, setelah ia sebelumnya, dalam keadaan gersang, tidaklahmerupakan pemandangan-pemandangan sehari-hari di atas langitJazirah Arabia, karena langit kontinental (Arabia) bersih danlaksana menyala, sehingga ia seolah-olah sebuah tungku (perapi-an) tembaga yang dibakar; langit yang telanjang seperti berte-lanjangnya padang pasir itu sendiri.

Tarnbahan lagi, kita mendapatkan di dalam AI-Qur'an ba-nyak gambaran yang harus dipikirkan oleh akal, tidak mempu-nyai hubungan samasekali, baik dengan langit, maupun denganbumi Jazirah Arabia.

Rancangan buku ini bukan untuk mempelajari masalah kias-an di ~alam ~-Qur'an, m~laink~ kami hanya akan menerang-kan saja pentmgnya soal ItU bag! studi tentang fenomena AI-Qur'an dan segi pandangan kritis. Oleh sebab itu kami mengete-ngahkan kepada pembaca dua misal, kedua-duanya diambildar!- ~urat Annur, misal-misal yang akan menjelaskan kepenting-an mi:

Misal pertama ialah firman Allah s.w.e.:

353

Page 343: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah lahsanafatamorgana di tonab yang datar, yang disangka air oleh orangyang dahaga, ahan tetapi bila didatangi air itu, dia tidak menda-patinya sesuatu apa pun. Dan didapatinv« (ketetapan) Allah disisinva, lalu Allah memberikan kepadanya pernitunsan amal-amal dengan cukup, dan Allah adalah sangat eepat perhitungan-Nya". (Surat An-Nur ayat 39).

Di dalam lukisan yang menarik ini tampak jelas permukaanpadang pasir Arabia yang menghampar dan ilusi imaginer darifatamorgana. Maka kita berada di sini di hadapan unsur-unsurkiasan dari jenis Arab. Bumi dan langit padang pasir terproyeksidi atas kiasan itu, Maka apa yang kami konstatir tidak termasukdalam sesuatu yang ada hubungannya dengan fenomena ~t\l-Qur-an, yang menjadi pembahasan kami, kecuali apa yang kami da-patkan dalam ayat ini berupa hal yang berkaitan dengan kein-dahan dan kefasihan bahasa, ketika mempergunakan ilusi fata-morgana, yang mendatangkan kesedihan dalam hati, untuk me-negaskan apa yang ditemui, berupa bayang-bayang lenyap mus-nahnya ilusi yang hebat, oleh seseorang yang teperdaya, yangterungkap kepadanya pada akhir hayatnya kemurkaan keras Al-lah, di tempat fatamorgana yang berdusta, fatamorgana kehi-dupan.

Adapun misal kedua, ialah firman Allah s.w.t.;• ft#a/ .". ,.."./ .#""'0/ w..:' - ......• ""'.J'''' • .."

000 c:...".- .u ~ 000 c:...".- d ~ ~ r: d c.. WM J I./ //,/ ;./ 6 ••.......~

" " • ./ J. 0., /'.,/ "". '" ,JI ;' J" J,"" "'" • ,c:....r->I l.Jl ~ J~ ~ c..~ ~l>...., /~~~"""'/ ?o" , ......"c.: .....•......•.....•...... )..",""'" .//.'" c »>:

~ W ~.,:.J ill I ~ r 000J l..lll~ ..u': r "..1::• .# •

t • .J .,..:J I ) lIE.J": 0004- ./

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam yang diliputioleh ombak, yang diatasnya ombak (pula), di atasnya (lagi)awan; gelap gulita yang saling bertindihan. Apabila ia mense-luarkan tangannya tiadalah dia dapat melihatnya. Dan barang-

354

---~-~----

Page 344: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

siapa tiada diberi cahnya (petunjuk) oleh Allah, tiadalan diamempunyai cahaya sedihitpun, (Surat Annur, ayat 40).

Sebaliknya dari kiasan (dalam ayat) sebelumnya, kiasan(dalam ayat) ini menterjemahkan pemandangan yang tidakmempunyai hubungan dengan lingkungan geografis dari Al-Qur'an, bahkan tidak mempunyai hubungan dengan tingkatanakal, tidak pula dengan pengetahuan-pengetahuan maritim dizaman jahiliah. Dalam keseluruhannya kiasan ini diambil daribeberapa negeri yang terletak di utara yang diliput.i oleh awantebal, yang orang tidak dapat membayangkannya kecuali orangberada di tempat-tempat yang selalu berawan tebal, umpamadi kutub atau di Islandia. Maka seandainya Nabi pada masamudanya pernah melihat laut, maka laut yang dilihatnya itutidak lebih dari tepi-tepi Laut Merah, atau Laut Tengah.

Sekalipun kami menerima baik perk iraan ini, maka kamimasih tidak mengetahui bagaimana ia dapat melihat gambarangelap gulita yang dilukiskan oleh ayat terse but? Selanjutnyadalam ayat tersebut, selain daripada pelukisan ekstem yangmenampilkan kiasan tersebut, terdapat pula sebaris, bahkandua baris yang khusus:

Pertama: Isyarat yang transparan mengenai tindih-bertin-dihnya ombak, yang kedua: isyarat akan gelap gulita yangpekat di dasar lautan.

Dua pemyataan ini mengharuskan pengetahuan secara il-miah tentang fenomena-fenomena khusus yang ada dalam dasarlautan, dan pengetahuan ini tidak pemah diperoleh oleh bangsamanusia, kecuali setelah mengetahui geografis samudra-samudra,dan mempelajari ilmu optik (penglihatan) fisiko Sudah barang-tentu kami dapat mengatakan bahwa pada zaman sebelum AI-Qur'an turun tidak mengenal samasekali soal bertindih-tindih-nya ombak dan fenomena penyerapan cahaya, serta lenyapnyacahaya itu pada kedalaman tertentu di dalam air. Berdasarkanhal-hal ini, maka tidaklah patut bagi kita menasabkan kiasanini kepada genialitas dan kecerdasan yang dibuat oleh padangpasir, atau menasabkannya kepada diri seorang manusia yangdisepuh oleh lingkungan kontinental (benuawi).

355

Page 345: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

NILAI SOSIAL DARI ALAM PIKIRAN AL-QUR' AN.

Hingga di sini kami telah berusaha mempelajari alam pikiranAl-Qur'an, dalam hubungan dengan diri Muhammad s.a.w., darisudut psikologisnya dan historisnya.

Adalah bermanfaat kiranya dalam bab yang terakhir ini, un-tuk mempelajari alam pikiran Al-Qur'an dalam hubungan de-ngan arti pentingnya dari segi kemasyarakatan. Umpama sajaproblem dalam sejarah kemanusiaan yang terus dlhadapinya,terutama pada masa kini, yaitu "problem khamar" (minumankeras).

Pada hakekatnya untuk pertama kali dalam sejarah kema-nusiaan, problem ini dibuka di dalam Al-Qur'an, dan dipecah-kan dengan jalan tertentu. Bagaimanakah caranya itu? Inilahpola psikologis dan pensyariatan bagi ketetapan ini yang terjadiuntuk pertama kali dalam pensyariatan salahsatu masyarakatmanusia.

Pertama: "Mereka bertanya hepadamu tentang khamar danjudi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan be-berapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa heduanya lebih besardari manfaatnya". (Surat Albaqarah ayat 219).

, ..•.., • .I."'",

~.J If...., r=-: I)

( t i : ~W1 )/0'"'''' ,/ "''''0'''''' ........••••/

;I( \,).,J.,..t; L. l,..L-.; ~

Kedua: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat,sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengertiapa yang hamu ucapkan". (Surat An-Nisa' ayat 43).

356

Page 346: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

".-' • .J.~ w",....-

0~ f-W'\. : ;; ~WI )

Ketiga: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (memi-num) hhamar, berjudi; (berkurban untuk) berhala, mengundinasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatansyaitan. Maka jauhilah perbuaian-perbuatan itu mudah-mudah-an kamu beruntung". (Surat Al-Maidah ayat 90).

Inilah jalan pensyariatan yang ditempuh oleh Al-Qur'an, un-tuk menghadapi problem khamar yang serius, serta jalan keluar-nya. Apakah bekas yang dikesankan oleh pensyariatan ini?

Pencatatan di negeri-negeri Islam, sampai negeri Islam yangmasih kacau, menunjukkan betapasedikitnya peminum khamardi negeri-negeri Islam, sedang kemanusiaan menderita dari mi-num khamar, dengan sayang sekali, di negeri-negeri yang telahmaju kebudayaannya. Maka alam Islam, secara umum, sejak tigabelas abad tidak mengenal malapetaka ini. Bagaimanakah Al-Qur'an dapat meraih kesuksesan dalam masalah "mengharam-kan khamar?

Tanpa diragukan sedikitpun, bahwa metode yang ditempuholeh Al-Qur'an, sebagaimana kami tampilkan secara sistematis,metode inilah yang berakhir dengan suatu perintah syariat yangsangat tegas. Sebenarnya nash yang pertama itu saja sudah mem-bangkitkan rasa berdosa akibat meminum khamar, dalam hatinurani orang yang muslim. lni adalah metode pencegahan untukmembangkitkan problem itu serta mencatatnya, dalam suatubentuk tertentu, dalam katagori masalah-masalah sosial yangmencemaskan, bagi suatu masyarakat yang sedang tumbuh. De-ngan cara ini problem itu dapat membuka jalannya masuk kehati nurani intisari yang terpilih dari masyarakat yang didomi-nasi oleh dorongan moral. Maka sikap yang pertama (yang diam-bil oleh Al-Qur'an terhadap minum khamar itu) akan menjadidengan demikian tahap inkubasi yang diperlukan, yaitu tahappsikologis dan problem itu. Atas landasan bangunan yang luhurbagi hati nurani muslim ini nash yang memberi ketentuan ber-tegak dalam ayat kedua: "Janganlah shalat apabila kamu sedangmabuk, sehingga kamu dapat mengerti apa yang kamu ucapkan".Di sini sudah terdapat suatu ketentuan, sebab agar kita tidakmabuk pada saat-saat didirikan shalat lima waktu itu maka

357

Page 347: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

wajiblah bagi kita supaya tidak mendekati sesuatu yang merna-bukkan samasekali. Nash ini bertujuan untuk mensucikan parapecandu khamar secara bertahap, dan untuk mengatur suatularangan yang berhubungan dengan moral, sebelum mengun-dangkan larangan terakhir, serta meletakkan hukuman kiasanterhadap perbuatan kejahatan yang diharamkan itu. Denganjalan ini Al-Qur'an menghindari agar tidak menimbulkan,pada waktu yang sarna, problem ekonomis yaitu problemperdagangan khamar, karena perdagangan ini telah rnaju danmeluas sehingga bangsa Arab pra Islam memberi pada Khamaritu banyak sekali nama julukan, yang mereka pergunakan untukmemenuhi permintaan akan jenis-jenis khamar 1). yang merekainginkan. Perkataan Imri-il-qais, yang tersohor, yaitu perkataan-nya ketika ia diberitahu tentang tewasnva sang ayah, perkataantersebut tetap menjadi saksi historis terhadap kegemaran yangmelampaui batas dari bangsa Arab sebelum Islam, dalam memi-num khamar. Penyair ini telah mengatakan ketika itu "Hari initerus khamar. Esok pagi baru memikirkan persoalan".

Maka di dalam lingkungan masyarakat yang dipenuhi pemi-num khamar dan perdagangan khamar telah meluas, Al-Q"1r'anmembangkitkan problema ini, dan demi kemaslahatan perludilakukan pentahapan dalam menyesuaikan keadaan baru eko-nomi itu. Kiranya hal inilah yang memberi alasan bagi adanyasikap kedua, sebelum diadakan larangan terakhir. Mungkin kamitidak akan dapat memahami arti penting dari pertimbangan-pertimbangan prihal fenomena Al-Qur'an ini, sekiranya kami ti-dak memiliki misal lain mengenai suatu perundang-undanganbantuan manusia, yang dapat kami jadikan dasar perbandinganbagi suatu penetapan hukum.

Problem itu telah membangkitkan, sesudah berlalu masa se-panjang tiga belas abad, perhatian ahli-ahli pembuat undang-undang, dalam suatu bangsa, yang mungkin paling tinggi kebu-dayaannya, yaitu Amerika Serikat. Di sini kami akan meletak-kan juga pola langkah-langkah perundang-undangan, yang lahirdi Amerika dalam bentuk perubahan konstitusional tahun 1919

Pada kira-kira tahun 1918 problem itu timbul di kalanganpendapat umum rakyat Amerika. Pada tahun 1919 dimasukkandalam Undang-undang Dasar Amerika perubahan, di bawah [u-

1). Bacalah karangan Dunningham dalam "Mukaddimah tentang pujianterhadap khamar" karangan Ibnul Farid.

358

Page 348: Fenomena Al Quran - Malik ben Nabi

dul "Perubahan yang kedelapan belas". Pada tahun itu juga per-'ubahan ini dikokohkan dengan perintah larangan, yang oleh se-jarah diberi nama "Undang-undang Velstead". Untuk pelaksa-naan larangan dalam negeri A.S. telah dipersiapkan sarana-sara-na, yaitu:

1. Armada lengkap untuk mengamati pantai-pantai.2. Pesawat-pesawat udara untuk mengamati dari udara.3. Pengawasan ilmiah.Lalu bagaimanakah pemecahan situasi itu?Kegagalan total menimpa perintah larangan, dan tidak berla-

kunya hukum yang ditetapkan oleh perubahan konstitusionalke dua puluh satu, juga dikokohkan oleh Kongres pada tahun1933.

Itulah ringkasan historis dari tragedi perundang-undanganselengkapnya, yaitu yang dalam sejarah Amerika diberi nama" Zaman larangan".

Sebagai kesimpulan, maka di bawah sinar cahaya Al-Qur'an,agama tampak sebagai suatu fenomena alam wujud, yang men-dominasi pikiran dan peradaban manusia, sebagaimana magne-tisme menguasai benda, serta mendominasi perkembangan ben-da.

Dengan demikian agama, tampak seolah-olah tertuang da-lam undang-undang alam wujud, sebagai suatu undang-undangkhas bagi alam pikiran, ia berkeliling dalam lingkaran-lingkaranyang berbeda-beda, mulai dari Islam yang bertauhid sampai pe-mujaan patung-patung yang paling primitif, berkisar pada seke-liling satu pusat, yan.g kilauan cahaya-Nya menyilaukan pengolihatan dan Dia penuh dengan rahasia, sampai abadi.

359