adam malik cerpen lokalitas

10
Nama : Adam Malik NIM : A1C111002 Univ. : Universitas Jambi No. HP: 0877 1317 0532 Lomba: Penulisan Cerpen PEKSIMIDA Remun Oleh : A. Malik Dum…dum…dum. bunyi Tabuh 1 bertalu-talu, sebanyak dua puluh satu pukulan. Pertanda ada orang dewasa yang meninggal. “uwak, siapa lagi yang jadi korban remun 2 ?” “kabarnya si koni, sekarang orang sudah ramai ke tepi sungai”. kata uwak ramli gegas memasang baju. “ayo, leo… kita kesana”. imbuhnya. “ya tunggu sebentar, uwak” sayapun segera ke kamar, mengenakan pakaian. Lalu serempak dengan uwak ke sungai yang tidak jauh dari rumah kami. Kejadian sore ini membuat geger warga sekampung. Karena penemuan jasad laki-laki si koni yang berumur 30-an tahun, yang mengapung tepat di pusaran sungai batang bungo dan batang tebo. Banyak orang penasaran dan langsung ke tempat kejadian. Suasana di tepi sungai ramai dikerumuni 1 beduk 2 Panggilan warga pada pusaran sungai pertemuan antara sungai batang bungo dan batang tebo. Penyebutannya pakai “r” inggris.

Upload: adam-malik

Post on 10-Sep-2015

248 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Cerpen, lokalitas, fiksi.

TRANSCRIPT

Nama: Adam Malik

NIM: A1C111002

Univ.: Universitas Jambi

No. HP: 0877 1317 0532

Lomba: Penulisan Cerpen PEKSIMIDA

RemunOleh : A. Malik

Dumdumdum. bunyi Tabuh bertalu-talu, sebanyak dua puluh satu pukulan. Pertanda ada orang dewasa yang meninggal.

uwak, siapa lagi yang jadi korban remun ?

kabarnya si koni, sekarang orang sudah ramai ke tepi sungai. kata uwak ramli gegas memasang baju. ayo, leo kita kesana. imbuhnya.

ya tunggu sebentar, uwak sayapun segera ke kamar, mengenakan pakaian. Lalu serempak dengan uwak ke sungai yang tidak jauh dari rumah kami. Kejadian sore ini membuat geger warga sekampung. Karena penemuan jasad laki-laki si koni yang berumur 30-an tahun, yang mengapung tepat di pusaran sungai batang bungo dan batang tebo. Banyak orang penasaran dan langsung ke tempat kejadian. Suasana di tepi sungai ramai dikerumuni lautan manusia. Bahkan warga dari kampung sebelah juga berdatangan menyaksikan kematian yang tergolong aneh dan langka ini, terlihat bebarapa wartawan mengabadikan perisitwa tersebut. Sudah hampir setengah jam mayat tersebut muncul dan berputar dipusaran sungai, barulah bisa diambil oleh warga menggunakan perahu bermesin. Agak sulit memang karena pusaran sungai lumayan lebar dan berputar agak kencang. Ditambah lagi debit air sungai naik karena sedang berada di musim hujan. Pusaran ini dikeramatkan oleh warga. Pusaran ini berada tepat dipertigaan sungai, dimana titik bertemunya sungai batang bungo dengan sungai batang tebo. Sungai batang bungo dengan kondisi yang tenang, keruh dan dangkal serta sedikit hangat. Sedangkan sungai batang tebo sebaliknya berarus deras, jernih dan lebih sejuk airnya. Penyatuan kedua sungai ini mengakibatkan terjadinya pusaran air ditengah-tengah pertigaan sungai tersebut. Warga sekitar menyebutnya remun. Banyak cerita legenda yang berkembang ditengah warga mengisahkan kekeramatan dari remun. cerita dari orang tua, disana sebagai pintu alam ghaib, yang digambarkan sebagai istana ghaib yang malam-malam tertentu memancarkan cahaya hijau. Ada juga makhluk ghaib yang suka menggedor pintu rumah bernama cenako, sosok wanita yang tangannya sama panjang dengan kaki. Oleh pak wajik meminta setiap warga menggantungkan sepotong bambu kuning dan pelepah salak diatas pintu rumah mereka masing-masing, gunanya untuk menangkal makhluk yang bernama cenako. Pernah juga datuk Leyas bermimpi akan datang rombongan ghaib ke kampung. Dan semua warga diminta memakai inai. Entah apa maksudnya, mungkin untuk menghormati tamu jauh. Kedua dukun kampung tersebut memang dipercaya warga sebagai juru kunci dan polisi ghaib apabila ada makhluk halus yang mengganggu warga. Keahlian mereka berdua dalam dunia per-ghaib-an sungguh tidak diragukan lagi. Mereka berdua sangat kompak menghadapi menghadapi makhluk ghaib yang usil mengganggu warga. Kerasukan, kehilangan barang, mengobati penyakit dan masalah lainnya yang berkaitan dengan hal-hal aneh dan diluar nalar manusia awam. Tapi kali ini, entah mengapa keampuhan kedua dukun ini mulai diragukan warga, mereka tidak mampu menahan amukan remun yang tiap minggunya terus memakan korban. Dari kejauhan, lapangan di tepi sungai sudah seperti pasar. sayapun menerobos kerumunan tersebut. Tampak mayat sudah terbaring di atas perahu. Mayat tersebut mengeluarkan bau yang busuk. Kulitnya berwarna hitam legam. Tubuhnya seperti orang terserang obesitas, padahal sebelumnya si koni adalah orang yang kurus. Wajar saja, kemungkinan jasad tenggelam dalam sungai lebih dari sehari. karena menurut keterangan keluarganya, sudah 2 hari koni menghilang. Tidak tahu sebab musabab kematiannya. Padahal Koni adalah orang yang tidak pernah membuat masalah dengan orang lain.

Karena tidak sanggup menyentuh si mayat, warga menggotong mayat beserta perahu menuju kerumah duka. Imam masjid memutuskan untuk mengubur mayat malam itu juga. Pasalnya, kondisi mayat yang terus mengeluarkan bau busuk, jika dibiarkan bisa menyebabkan hal yang tidak diinginkan. Malam itu juga, segala keperluan mandi dan penguburan disiapkan. Suasana malam menyelimuti kampung seiring dengan kejadian yang memakan korban. kematian almarhum koni ini adalah kali ketiga yang tidak wajar terjadi kampung kita. Mulanya Ainun anak gadisnya pak Pandi. Setelahnya menyusul Bujang yang kerja dompeng. Lalu sekarang si koni. Anehnya, kesemuanya meninggal pada hari yang sama tiap minggunya. Dan anehnya lagi, semuanya meninggal disungai tepat di pusaran Remun. Papar uwak Ramli sambil menghela nafas panjang. Tapi ainun meninggalnya mungkin kecelakaan saja, uwak. kan dia orangnya agak kurang waras gitu wak, masa iya waktu magrib ke jamban, kan gak baik ke sungai waktu maghrib. Nah, kalo bang bujang kan juga sama nyelungsup kesungai diwaktu maghrib juga, waktu benahi mesin dompeng. Sanggahku.

Benar, masa iya kebetulan juga hari dan tempatnya ? aneh kan ? sambung uwak meyakinkan. setiap malam rabu dua minggu terakhir ini, uwak selalu mendengar bunyi burung kwau. Semalam juga terdengar burung kwau berbunyi lantang di atas atap-atap rumah. Kalau nggak salah sekitar jam 2 malam. Biasanya kalau burung kwau masuk kampung, itu artinya bakalan ada yang meninggal keesokan harinya.

Apa sebenarnya yang terjadi ? apakah ada warga kita yang telah membuat marah penunggu remun? apakah ada yang mematahkan sendi syara dan istiadat? sepertinya kampung kita harus dilakukan cuci kampung total.

Saya setuju kalau diadakan cuci kampung total. Sepertinya sesajen minggu kemaren belum bisa menenangkan remun. Kurang mantra barangkali pak wajik. He he he... sela mang toha.

Betul itu, mumpung sekarang ini lagi musim kampanye, kita minta aja dana dari CABUP. Kesempatan ada donatur nih. Kemarin aja biaya penguburan Ainun ditanggung sepenuhnya oleh pak Broto. Begitupun dengan penguburan Bujang. Kabarnya lagi sih, biaya penguburan koni langsung ditanggung oleh pak Heri, saingannya pak broto. Jelas uwak ramli.

O iya ngomong-ngomong Pak Wajik kok gak keliatan dari tadi ya mang Toha ?tanyaku pada mang toha.

Pak Wajik kan, tim suksesnya pak Broto, mungkin saja dia sedang rapat. Ataupun nyusun strategi buat kampanye. Mang toha tergelak.

Musim pemilihan bupati, menjadi ajang tiap calon menampakkan tampangnya di depan khalayak. Itu lumrah terjadi dimana saja. kali ini hanya ada dua calon yang maju mencalonkan diri menjadi bupati bungo. Pak Broto putra daerah yang dikenal dengan si raja dompeng, karena ia memiliki puluhan mesin dompeng di sepanjang sungai batang bungo, tebo dan pelepat ilir. Dia memiliki banyak kolega di aparat kepolisian, sehingga dompengnya tidak pernah dirazia. Sedangkan rivalnya pak Heri, keluarga kaya yang berasal dari kota jambi, dengan latar belakang organisasi dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di dalam berbagai bidang. Melihat peran strategi dukun kampung, pak Broto menggaet pak Wajik sebagai tim suksesnya dan pak Heri merekrut Datuk Leyas sebagai tim sukses. Semenjak tergabung dalam kampanye calon bupati, kedua dukun ini jarang sekali berada di kampung, kadang-kadang orang yang mau berobat sangat sulit menemui mereka berdua.

Usai prosesi penguburan, sebagian warga yasinan di rumah almarhum koni, sebagiannya lagi nongkrong di warung bu Idah, yang berjarak 3 buah rumah dari rumah duka. Karena tidak muat lagi tempat duduk untuk yasinan, saya gabung bersama yang lain di warung bu ida. Tentu saja kedua calon bupati beserta rombongannya ikut serta baca yasin. Keduanya saling mencari perhatian, ada yang membawa kue kotak, minuman beberapa dus, ucapan belasungkawa. Wajib tentunya memasang spanduk dengan wajah mereka. Ini memang kesempatan empuk bagi calon untuk penokohan. Menuai simpatik warga. Mereka ingin menampakkan sikap malaikat. Sungguh politisir yang empuk dan sangat mendukung dengan keadaan seperti ini. Gumamku.

Pokoknya hari kamis kita harus cuci kampung total, kita harus siapkan segala kebutuhan dan sesajen. Saya pribadi merasakan ada energy yang kuat entah datang dari kiriman mana, sehingga saya sangat kewalahan melawan energy itu, untuk masalah logistik bahan yang dibutuhkan nanti tenang, sudah ada yang mendanai, pak Broto yang baik hati. Pokoknya kampung kita harus diselamatkan. Kata-kata pak Wajik menggebu-gebu.

Datuk leyas yang baru datang hanya bergeming datar tanpa komentar.

Apa tidak sebaiknya dimusyawarahkan dulu dengan nenek mamak dan lembago adat. Selaku tak sengaja keluar begitu saja.

Ini masalah sudah sangat genting. Kau ikut saja Leo. Jangan banyak komentar, sekolah yang rajin. Nanti kau akan pahamlah apa yang terjadi.

Jleb. Kena sembur di depan orang banyak. Ahh, nyesal ngeluarin omongan tadi. Malahan kena lindas. Ya sudah lebih baik diam saja. kataku membatin.

Datuk Leyas, bagaimana? Setuju dengan rencana Pak Wajik. Tanya salah satu warga.

Datuk Leyas hanya menganggukkan kepala tanda setuju.***

Keesokan harinya, seperti yang saya duga. Misteri kematian dikampung ini menjadi bahan pembicaraan yang hangat dibicarakan semua orang. Baik itu tempat mangkal ojek, warung nasi gemuk, warung kopi, pos ronda dan acara yasinan ibu-ibu. Semuanya ramai membicarakan berita yang menggemparkan kampung. begitupun dengan persiapan cuci kampung besar-besaran yang dilakukan oleh kedua dukun tersebut. Sebuah kepala sapi, dua buah kepala kambing, tiga ekor ayam hitam, nasi tumpang, tempat bakar kemenyan, ayam panggang, nasi tiga warna, kembang tujuh rupa, air dari tujuh sumur. Pelepah pinang muda dan bahan-bahan lainnya. Sebelum menuju hari kamis, warga antusias membantu kedua dukun menyiapkan segala kebutuhan. Sehingga menjadi hiburan tersendiri bagi anak-anak kecil. Mamang-mamang yang jual makanan ringan juga kejipratan untungnya. Senangnya lagi dana cuci kampung didanai sepenuhnya oleh kedua calon bupati.

***

Kwaukwaukwau. Rabu malam, nyanyian burung kwau semakin menjadi-jadi. Mendengar suaranya, Ada beberapa ekor burung kwau terbang mengelilingi kampung. semua suasana menjadi mencekam.

Dooorrr sejurus kemudian terdengar bunyi tembakan. Kemudian disusul tembakan berikutnya, beberapa bapak-bapak merasa terganggu dengan kedatangan burung tersebut, seolah-olah membawa pesan kematian bagi warga kampung. Selang beberapa saat berlalu suasana menjadi sunyi kembali, tidak ada nyanyian burung kwau, tidak ada bunyi letupan senjata, yang tersisa suara langkah kaki orang sambil bergumam tidak jelas. Saya hanya mendengar dari dalam rumah. Tak ada bangkai si burung sial itu, suara tembakan hanya mengusir saja.

Malam kamis datang. Sebagian orang-orang tua, pak Wajik dan Datuk Leyas telah sedia pada posisi melaksanakan ritual di lapangan tepi sungai yang langsung menghadap ke arah remun. Sebagian warga lainnya menyaksikan dari jalanan. Agak jauh dari posisi kedua dukun bersemedi. Satu persatu sesajen dilemparkan ke sungai. Warga yang menyaksikan tampak tegang dan tidak mengeluarkan suara barang sedikitpun. Sesekali kedua dukun itu terpelanting, lalu bertingkah seperti orang kerasukan dan mereka saling berkelahi. Warga belum bisa menyimpulkan apa yang terjadi. Rerintik hujan menyelimuti kegamangan yang bersejarah bagi warga itu. Ritual berakhir dengan khidmat. Datuk leyas berpesan dengan bangga, mulai malam ini, kampung kita telah aman dari malapetaka. Kampung kita sudah bersih dan sudah kembali seperti sedia kala. Mendengar ucapan tersebut, semua warga yang berada disana memberikan tepuk tangan.

Alhamdulillah jawab beberapa suara secara spontan. ***

Dum dum...dum dum...dum dum.Bakda subuh tabuh berbunyi lagi, kali ini dengan irama yang berbeda. Setiap pukulan berbunyi dua pukulan, tukang tabuh memukulnya dengan dua buah pemukul. Dua puluh satu pukulan rangkap dua. Tak ayal lagi pertanda ada dua orang dewasa yang meninggal.

Jelas saja. Dua mayat tergeletak tak bernyawa di tepi sungai. Si mayat mati dengan keadaan bersimbah darah dan beberapa bekas tusukan benda tajam ditubuh mereka. Mayat itu adalah pak Wajik dan Datuk Leyas. Semua kejadian yang menimpa kampung ini mulai tampak titik terang. Siapa dalang dibalik kematian aneh ini. Siapa yang menjadi tumbal dan menumbalkan diri.Alam kembali pada titik nadirnya. (am)Penulis adalah mahasiswa UNJA yang juga alumni dari MAN 1 Bungo tempat tinggal di desa Tanjung gedang.

beduk

Panggilan warga pada pusaran sungai pertemuan antara sungai batang bungo dan batang tebo. Penyebutannya pakai r inggris.