fakhrana konsep pengembangan kawasan krueng aceh melalui

6
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 1, No.1, 2017, hal 3035 30 Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui Perancangan Waterfront Mall dengan Penerapan Prinsip-Prinsip Arsitektur Tepi Air Siti Zahrina Fakhrana 1 , Muslimsyah 2 , Dyah Erti Idawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 2 Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Alamat Email Penulis: [email protected] Abstract The development of Banda Aceh City influences the people’s lifestyles. It’s indicated by the people are becoming more consumptive. Therefore, it’s important to provide facilities not only for fulfilling the lifestyle, but also as a place for people to kill their boring urban life by providing several beauty natural places. Waterfront mall is expected to be a facility fulfillment for urban lifestyles, shopping center as well as providing entertainment which has recreational waterfront architectures by utilizing the beauty of Krueng Aceh’s waterfront area. Ultimately, it will increase an image of waterfront area, and become the supporting facility for community public space. Keywords : Waterfront Mall, lifestyle, waterfront area. Abstrak Perkembangan Kota Banda Aceh yang semakin hari semakin maju turut mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya yang semakin bersifat modern dan bergaya masyarakat ibukota yang cenderung konsumtif. Sehingga menuntut perkembangan yang lebih dari segi fasilitas yang bukan hanya sekedar dapat memberikan pelengkap gaya hidup, namun juga memberikan tempat untuk masyarakat menghilangkan kejenuhan akan kehidupan perkotaan dengan penawaran keindahan alam yang alami. Waterfront Mall diharapkan bisa menjadi fasilitas pelengkap gaya hidup dan pusat perbelanjaan yang juga menyediakan hiburan, dan bersifat rekreatif dengan tema arsitektur tepi air yang memanfaatkan keindahan daerah kawasan tepi air Krueng Aceh, sehingga dapat meningkatkan citra kawasan tepi air tersebut dan dapat menjadi fasilitas penunjang mall sebagai ruang pubik masyarakat setempat. Kata Kunci : Waterfront Mall, gaya hidup, kawasan tepi air. 1. Pendahuluan Seiring dengan perkembangan zaman, terlihat perkembangan ketertarikan konsumen akan tempat berbelanja yang menawarkan fasilitas hiburan untuk menghabiskan waktu dari kejenuhan hidup perkotaan (refreshing) lebih diminati daripada hanya sekedar tempat untuk berbelanja. Sehingga di Banda Aceh sebagai ibukota provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi kedua, memerlukan suatu pusat perbelanjaan yang mampu memberikan konsep entertainment yang dapat memenuhi tingkat kebutuhan hidup, taraf hidup masyarakat perkotaan, serta sifat konsumerisme masyarakat kota Banda Aceh. Tujuan pembangunan mall tersebut kemudian bersinergi dengan permasalahan pemerintah kota Banda Aceh, yaitu meningkatnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kota tersebut. Peningkatan angka tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Gambar 1 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Banda Aceh [1][2] Bila dilihat pada grafik, jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2010 merupakan angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun. Terjadi peningkatan selisih sebanyak 3,07% dari tahun 2012. Selisih tersebut merupakan angka yang besar bila dibandingkan dengan selisih peningkatan jumlah TPT pada tahun 2009-2010 yang hanya sebesar 1,8%. Peningkatan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

30  

Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui Perancangan Waterfront Mall dengan Penerapan Prinsip-Prinsip Arsitektur Tepi Air

Siti Zahrina Fakhrana1, Muslimsyah2, Dyah Erti Idawati2

1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Alamat Email Penulis: [email protected]

Abstract

The development of Banda Aceh City influences the people’s lifestyles. It’s indicated by the people are becoming more consumptive. Therefore, it’s important to provide facilities not only for fulfilling the lifestyle, but also as a place for people to kill their boring urban life by providing several beauty natural places. Waterfront mall is expected to be a facility fulfillment for urban lifestyles, shopping center as well as providing entertainment which has recreational waterfront architectures by utilizing the beauty of Krueng Aceh’s waterfront area. Ultimately, it will increase an image of waterfront area, and become the supporting facility for community public space.

Keywords : Waterfront Mall, lifestyle, waterfront area.

Abstrak

Perkembangan Kota Banda Aceh yang semakin hari semakin maju turut mempengaruhi gaya hidup masyarakatnya yang semakin bersifat modern dan bergaya masyarakat ibukota yang cenderung konsumtif. Sehingga menuntut perkembangan yang lebih dari segi fasilitas yang bukan hanya sekedar dapat memberikan pelengkap gaya hidup, namun juga memberikan tempat untuk masyarakat menghilangkan kejenuhan akan kehidupan perkotaan dengan penawaran keindahan alam yang alami. Waterfront Mall diharapkan bisa menjadi fasilitas pelengkap gaya hidup dan pusat perbelanjaan yang juga menyediakan hiburan, dan bersifat rekreatif dengan tema arsitektur tepi air yang memanfaatkan keindahan daerah kawasan tepi air Krueng Aceh, sehingga dapat meningkatkan citra kawasan tepi air tersebut dan dapat menjadi fasilitas penunjang mall sebagai ruang pubik masyarakat setempat.

Kata Kunci : Waterfront Mall, gaya hidup, kawasan tepi air.

1. Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman, terlihat perkembangan ketertarikan konsumen akan tempat berbelanja yang menawarkan fasilitas hiburan untuk menghabiskan waktu dari kejenuhan hidup perkotaan (refreshing) lebih diminati daripada hanya sekedar tempat untuk berbelanja. Sehingga di Banda Aceh sebagai ibukota provinsi dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi kedua, memerlukan suatu pusat perbelanjaan yang mampu memberikan konsep entertainment yang dapat memenuhi tingkat kebutuhan hidup, taraf hidup masyarakat perkotaan, serta sifat konsumerisme masyarakat kota Banda Aceh.

Tujuan pembangunan mall tersebut kemudian bersinergi dengan permasalahan pemerintah kota Banda Aceh, yaitu meningkatnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kota tersebut. Peningkatan angka tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.

Gambar 1 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Banda Aceh[1][2]

Bila dilihat pada grafik, jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2010 merupakan angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun. Terjadi peningkatan selisih sebanyak 3,07% dari tahun 2012. Selisih tersebut merupakan angka yang besar bila dibandingkan dengan selisih peningkatan jumlah TPT pada tahun 2009-2010 yang hanya sebesar 1,8%. Peningkatan

Page 2: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

31  

angka selisih tersebut merupakan angka awas, karena jumlah TPT bisa saja meningkat, atau terjadi siklus yang sama dengan kurun waktu 2009-2014. Maka dari itu untuk mengurangi kembali jumlah TPT dibutuhkan lapangan kerja yang dapat menampung 10,24% pengangguran.

Berdasarkan data dan fakta serta analisis yang telah diuraikan, Kota Banda Aceh sebagai tempat berkumpulnya masyarakat perkotaan membutuhkan suatu mall dengan konsep berbeda yang tidak hanya berperan sebagai pusat perbelanjaan, namun juga dapat menghadirkan fasilitas-fasilitas hiburan (entertainment) sebagai pemuas gaya hidup masyarakat dan tempat untuk melepaskan kejenuhan dari hiruk-pikuk perkotaan (bersifat refreshing). Mall juga dapat membantu permasalahan pemerintah kota dalam menanggulangi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

2. Metode Perancangan

Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut : 2.1 Observasi, dalam bentuk pengamatan terhadap

tapak/site, kondisi yang ada (potensi dan permasalahan), mengadakan observasi ke mall-mall yang memiliki tema sejenis sebagai studi perbandingan.

2.2 Studi Literatur, dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dalam hal ini berupa studi kepustakaan mengenai Waterfront Mall, standar ruang, penekanan desain serta pengumpulan peraturan-peraturan terkait pembangunan di kawasan tepi air.

2.3 Analisis, merupakan penguraian masalah berdasarkan data-data yang telah terkumpul, dan analisis ini didasarkan pada landasan teori relevan dengan permasalahan.

2.4 Sintesis, merupakan tahap penyusunan hasil analisis dalam bentuk kerangka yang terarah dan terpadu berupa deskripsi konsep perancangan sebagai pemecahan masalah.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kebutuhan Ruang Tabel 1 Besaran Ruang

Fasilitas Kategori Luasan (m2) Fasilitas Pelayanan Pelayanan 1.455,04 Fasilitas Perbelanjaan Utama 30.536,78 Fasilitas Hiburan Utama 4.042,09 Fasilitas Kesehatan dan Kecantikan Penunjang 405,66

Fasilitas Kuliner Utama 2.828,89 Fasilitas Pengelola Utama Pengelolaan 596,69 Fasilitas Teknis dan Servis Pengelolaan 1.039,6 Fasilitas Parkir Pelayanan 34.304 TOTAL 74.938,75

3.2 Perancangan dengan Penerapan Tema

3.2.1 Studi Tapak dan Lingkungan

Lokasi terletak di Jl. Pangeran Diponegoro Banda Aceh dengan luas lahan 34.000 m2. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029, lokasi ini diperuntukkan untuk kawasan perkantoran, dengan KDB 80%, KLB 4,5, GSB min. 10 meter (Arteri Primer), dan Garis Sempadan Sungai min. 8 meter.

Gambar 2 Lokasi Perancangan

3.2.2 Studi Tema

Arsitektur adalah seni dari ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan atau metode dan gaya rancangan suatu bangunan.[3] Tepi Air merupakan bagian elemen fisik kota yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dijadikan suatu kawasan yang hidup (livable) dan tempat berkumpul masyarakat. [4]

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

arstitektur tepi air adalah seni merancang bangunan dengan dasar pemanfaatan kawasan tepi air yang berpotensi untuk menjadi suatu ciri khas/nilai keunikan sendiri sebagai bentuk dari metode dan gaya rancang bangunan tersebut.

3.2.3 Penerapan Tema

Konsep dasar perancangan waterfront mall adalah menciptakan sebuah mall di ibukota provinsi dengan lokasi yang strategis dan penyediaan fasilitas-fasilitas perbelanjaan serta hiburan yang sekaligus mampu menjadi ruang publik bagi masyarakat perkotaan dengan pemanfaatan kawasan tepi air yang sesuai dengan nilai-nilai arsitektur tepi air.

Page 3: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

32  

1) Ruang Publik

Gambar 3 Area Sempadan Sungai sebagai Ruang Publik

Pemanfaatan area tepi sungai sebagai ruang publik

dengan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan bersama, seperti deck stage; tempat untuk mengadakan event-event yang berkaitan dengan mall atau lingkungan sekitar, pedestrian sebagai area pejalan kaki, serta fasilitas kuliner tepi air yang dilengkapi dengan gazebo tepi air.

2) Penyediaan Halte Transportasi Air

Gambar 4 Halte Transportasi Air

Hal ini sesuai dengan kebijakan RTRW Kota Banda

Aceh, dimana di sepanjang krueng Aceh direncanakan akan digunakan sebagai sarana transportasi air. Maka dari itu, disediakan halte transportasi air pada mall ini yang juga digunakan sebagai bagian dari fasilitas mall.

3) Pemanfaatan View Tepi Air

Gambar 5 Koridor yang Berhadapan dengan Tepi Air

Pemanfaatan view daerah tepi air dilakukan dengan

penggunaan koridor di sepanjang sisi bangunan yang langsung berhadapan dengan area tersebut, sehingga pengunjung dapat menikmati view dari bangunan sekaligus dapat menonton acara yang sedang berlangsung di deck stage. Pemanfaatan view juga diterapkan pada waterfront foodcourt yang bersifat outdoor.

3.2.4 Zonafikasi Fungsi

Berikut adalah pengelompokkan berdasarkan sifat dan kegiatan bangunan :

1) Publik, diperuntukkan bagi siapa saja termasuk pengunjung, tamu, dan pengelola. Fasilitas yang terdapat pada zona ini meliputi drop off area, area parkir, entrance hall, dan outdoor area.

2) Semi Privat, diperuntukkan bagi pengunjung dan pengelola, dimana untuk menuju ruang dengan sifat semi privat harus melalui ruang publik terlebih dahulu. Fasilitas yang terdapat pada zona ini meliputi semua fasilitas yang disediakan oleh pihak mall.

3) Privat, diperuntukkan khusus bagi pengelola mall karena bersifat privat, sehingga pengunjung tidak diperbolehkan masuk area ini tanpa seizin pengelola. Fasilitas yang terdapat pada zona ini adalah kantor pengelola utama, kantor pengelola tenant, serta fasilitas pendukung bagi pengelola.

4) Zona Servis, diperuntukkan untuk pengelola bidang servis dan perawatan bangunan. Fasilitas yang terdapat pada zona ini adalah ruang genset, ruang pompa, ruang kontrol panel, shaft, dan ruang AHU.

Fasilitas pada bangunan ini terdiri dari : 1) Fasilitas Pelayanan, antara lain entrance hall,

indoor atrium, toilet pengunjung, dll. 2) Fasilitas Perbelanjaan, antara lain department

store, hypermart, home appliances, dll. 3) Fasilitas Hiburan, antara lain cineplex, amusement

center, kids gym & playground, dll. 4) Fasilitas Kecantikan dan Kesehatan, fitness

center, dan salon kecantikan. 5) Fasilitas Kuliner, antara lain fine dining

restaurant, foodcourt, dan food retail.

Page 4: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

33  

6) Fasilitas Pengelola Utama, antara lain ruang pimpinan, ruang general manager, ruang administrasi umum, dll.

7) Fasilitas Teknis dan Servis, antara lain loading dock, ruang genset, ruang pompa, ruang AHU, ruang kontrol panel, dll.

8) Fasilitas Parkir, antara lain area parkir roda 4, area parkir roda 2, dan pos tiket.

Gambar 6 Skema Hirarki Hubungan Ruang

3.2.5 Konsep Utilitas dan Struktur

1) Air bersih dan air kotor

Gambar 7 Skema Instalasi air bersih

Gambar 8 Skema Instalasi air kotor

2) Listrik

Gambar 9 Skema Instalasi listrik

3) Pencegahan Kebakaran - Pencegahan Aktif, menggunakan smoke

detector, sprinkler, fire hydrant, serta Pemadam Api Ringan (PAR)

Gambar 10 Alat Pencegahan Aktif terhadap Kebakaran

- Pencegahan pasif, dengan menggunakan

tangga darurat, koridor, pintu tahan api, penerangan darurat, serta emergency signage.

4) Penghawaan buatan (AC)

Gambar 11 Skema Instalasi Penghawaan (AC)

5) Struktur dan Konstruksi

- Struktur bawah, menggunakan jenis pondasi tiang pancang karena memiliki daya dukung yang besar dan mampu menahan bangunan bertingkat banyak.

- Struktur atas, struktur utama rangka yang terdiri atas komposisi elemen linear (kolom atau balok) dan elemen bidang (plat lantai), yang membentuk kerangka yang kaku (rigid frame). Struktur rangka kaku (tanpa core) ini ekonomis digunakan sampai 30 lantai untuk rangka baja dan sampai 20 lantai untuk rangka beton bertulang[5].

- Struktur penutup dinding menggunakan kaca dan elemen secondary skin seperti aluminium composite panel (ACP) agar lebih menarik.

- Struktur atap, menggunakan sistem struktur rangka batang dengan penggunaan baja profil dan atap dak beton. Material penutup atap adalah atap onduline, karena memiliki sifat yang mudah dibentuk sesuai yang diinginkan.

Page 5: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

34  

3.3 Hasil

Gambar 12 Site Plan dan Layout Plan

Gambar 13 Denah Waterfront Mall

Gambar 14 Tampak Waterfront Mall

Gambar 15 Perspektirf Eksterior

Page 6: Fakhrana Konsep Pengembangan Kawasan Krueng Aceh Melalui

JURNAL  ILMIAH  MAHASISWA  ARSITEKTUR  DAN  PERENCANAAN  VOLUME  1,  No.1,  2017,  hal  30-­‐35  

 

35  

Gambar 16 Perspektirf Interior

4. Kesimpulan

Perancangan Waterfront Mall di Banda Aceh berlokasi di Jl. Pangeran Diponegoro, Banda Aceh dengan luas lahan sebesar 3,4 Ha dan berbatasan dengan sungai Aceh (krueng Aceh). Lokasinya yang berada di kawasan tepi air ini menjadi dasar dalam pemilihan tema arsitektur tepi air, dengan tujuan untuk meningkatkan citra kawasan tersebut melalui metode pengembangan kawasan tepi air sebagai pusat perbelanjaan sekaligus ruang publik bagi masyarakat setempat. Fasilitas yang disediakan antara lain, fasilitas perbelanjaan, hiburan, kuliner, kesehatan dan kecantikan.

Daftar Pustaka

[1] BPS Kota Banda Aceh. 2013. Banda Aceh dalam Angka 2013. Banda Aceh: Penerbit BPS Kota Banda Aceh.

[2] BPS Kota Banda Aceh. 2015. Banda Aceh dalam Angka 2015. Banda Aceh: Penerbit BPS Kota Banda Aceh,

[3] Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

[4] Sastrawati, Isfa. 2003. Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air (Kasus: Kawasan Tanjung Bunga) Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 14 No.3. Bandung.

[5] Schueller, Wolfgang. 1989. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. Bandung: PT.Bresco.