etika dalam kajian falsafah

7

Click here to load reader

Upload: mohamad-irwan

Post on 11-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

DG

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Dalam Kajian Falsafah

Etika dalam Kajian FalsafahI. PENDAHULUAN

Falsafah sering dikatakan sebagai pangkal ilmu pengetahuan. Munculnya falsafah etika menurut Imanuel Kant adalah sebagai jawaban atas pertanyaan: Apakah yang boleh kita lakukan? Memang etika sering diistilahkan dengan ajaran moral, tapi sebenarnya adalah berbeza. Ajaran moral maksudnya adalah ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika merupakan falsafah atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral.

Jadi etika mempunyai kurang dal lebihnya dari ajaran moral. Kurangnya karena etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh atau tidak kita lakukan. Lebih, karena etika berusaha untuk mengerti atas dasar apa/mengapa kita harus hidup menurut norma-norma tertentu.

Sebenarnya etika merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang mempelajari tentang masalah baik atau buruk. Etika baru dapat dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etika (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat yang seringkali tanpa disedari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis.

Objek yang dipelajari dalam etika adalah tingkah laku arau perbuatan manusia yang itu menjadi objek material. Sedangkan objek formal nya adalah kebaikan dan keburukan, bermoral atau tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat diketahui dari tiga macam pendekatan/metode, iaitu

1.Etika Deskriptif

merupakan cara pelukisan tingkah laku moral dalam etika luas. Etika deskriptif ini mempelajari moralities yang terdapat pada individu, kebudayaan, atau sub kultur tertentu. Oleh karena itu etika deskriptif adalah netral karena hanya paparan bukan memberikan penilaian.

2. Etika Normatif

merupakan sistem-sistem yang dimaksudkan untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik atau buruk. Etika ini dibagi menjadi dua, iaitu:

Page 2: Etika Dalam Kajian Falsafah

a. Etika umum yang menekankan pada tema-tema umum.

b. Etika khusus/etika terapan, penerapan prinsip-prinsip umum ke dalam perilaku manusia yang khusus.

3.Metaetika

merupakan kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etika. Meta etika ini menganalisis logika perbuatan dengan kaitan dengan baik atau buruk.

Selain itu ada pendekatan dalam mengetahui etika iaitu dengan pendekatan kritis. Etika pada hakikatnya mengamati realisasi moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma dan pandangan moral secara kritis. Etika menuntut pertanggungjawaban dan mahu menyingkapkan kerancuan. Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral begitu saja melainkan menuntut agar pendapat-pendapat moral yang dikemukakan dipertanggungjawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral.

Permasalahan moral ada karena manusia itu bebas. Kebebasan yang seperti apa? Akar kebebasan merupakan kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Ini sering disebut segi existential. Kebebasan itu terungkap dan mencapai realitinya yang sepenuhnya dalam tindakan yang berakar dalam kebebasan batin tetapi terwujud dalam dimensi lahiriah. Tetapi, kebebasan existential ini hanya dapat bergerak sejauh manusia lain tidak menghalangnya.

Dalam kebebasan, yang sering dipakai adalah etika normative, di mana etika normative meliputi etika wahyu, etika peraturan, dan etika situasi. Etika wahyu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kuat kepada kita., tetapi kita tetap harus menggunakan akal dan budi kita untuk memahami apa yang dituntut dari kita secara moral. Untuk etika peraturan merupakan etika yang melihat hakikat moralities dalam ketaatan terhadap sejumlah peraturan. Banyak dari isi peraturan itu bagi kita masuk akal dan kita akui sebagai kewajiban moral. Menurut etika peraturan, moralities manusia tidak lebih daripada mengetahui peraturan-peraturan moral itu dan hidup sesuai dengannya. Sementara untuk etika situasi merupakan sebuah pendekatan dan teori dalam etika yang sangat dipengaruhi oleh falsafah eksistensialisme edan personalise. Etika situasi menegaskan bahawa setiap orang dan setiap situasi adalah unik, maka tanggung jawab kita terhadapnya tidak dapat disalurkan melalui norma-norma dan peraturan-peraturan moral yang umum.

Ada beberapa aliran dalam etika, iaitu:

Page 3: Etika Dalam Kajian Falsafah

1. Hedonisme Etika

Aliran ini bertolak dari anggapan bahawa manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat semakin bahagia. Yang khas dari hedonisme adalah anggapan bahawa orang akan menjadi bahagia dengan mencari perasaan-perasaan menyenangkan sebanyak mungkin dan sedapat-dapatnya menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak.

2. Etika Pengembangan Diri

Orang hanya dapat menjadi manusia yang utuh kalau nilai jasmani dan rohani telah tercapai dengan baik, baik itu nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetisme mahupun religious. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia yang menurut Max Scheler adalah dengan etika.

3. Utilitarisme

Utilitarisme sering dianggap sebagai etika sukses iaitu etika yang menilai kebaikan orang dari apakah perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak. Etika sukses ini merupakan penyelewengan dari etika yang sebenarnya Karana mutu atau kualiti moral suatu tindakan tidak tergantung pada apakah tujuannya mencapai tujuan atau tidak.

II. PEMBAHASAN

Batasan secara umum dari pendidikan adalah merupakan suatu usaha sadar, sengaja dan bertanggungjawab yang dilakukan pendidik terhadap anak didik ke taraf yang lebih maju. Jadi inti dari pendidikan adalah sebuah proses transformasi dari tidak tahu menjadi tahu dalam menangkap realisasi yang ada. Manusia telah diberi kesempurnaan oleh Allah sehingga manusia mempunyai alat untuk meningkap realisasi iaitu dengan Indera. Indera menjadi alat yang penting bagi manusia untuk mengetahui, namun indera hanya semata-mata tidak dapat dijadikan andalan bagi terwujud nya pengetahuan yang benar. Memang tidak bisa dimungkiri kemampuan mahupun kepekaan indera akan mempengaruhi kualiti mahupun kuantiti tangkapan.

Naluri. Naluri pada dasarnya merupakan kekuatan untuk mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupan biologi makhluk. Manusia sebagai makhluk "mulia" tidak cukup hidup dengan nalurinya, karena kehidupannya bukan hanya sekadar "terlempar ke dalam jurang nasib tak bertolak", namun harus menggunakan kekuatan yang lainnya. Hidup manusia adalah bertugas mengembangkan bahkan kalau perlu mengubah nasibnya. Menurut Sigmund Freud, naluri merupakan representasi psikologi bawaan dari keadaan tegang dan terangsang (ekstasi) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh. Naluri akan menghimpun sejumlah tenaga psikik apabila suatu kebutuhan muncul, kemudian naluri akan mendorong individu untuk bertindak ke arah pemuas kebutuhan.

Page 4: Etika Dalam Kajian Falsafah

Nisbah menjadi kekuatan yang penting yang memiliki kemampuan untuk memahami hukum alam yang kemudian dikembangkan menjadi logika yang secara prinsip menyebutkan bahawa kesimpulan dapat diambil berdasarkan alasan yang kuat.

Imaginasi yang estetik akan mendorong bagi meningkatnya taraf ke jenjang imaginasi kreatif. Akareatifitas muncul melalui keberanian bertindak inconsistence dan itu hanya ada apabila imaginasi bekerja secara optimal.

Hati Nurani. Hati nurani erat kaitannya dengan etika di mana etika dan hati nurani ini berjalan berdampingan untuk menjawab persoalan yang tidak terkata pada sekadar bisa atau tidak bisanya manusia mengembangkan kemampuannya.

Sekali lagi ditekankan bahawa kebenaran ilmu tidak dapat dicapai selama manusia membatasi diri pada lingkungan pengalaman langsung yang sempit. Karya para ilmuwan bukan hanya sekadar mengumpulkan fakta, melainkan karya teori dan itu tentu saja bermakna konstruktif. Hal itu merupakan sesuatu yang dapat menunjukkan kemampuan tertinggi manusia dan namun juga sekali gus menunjukkan batas-batas kod rati manusia.

Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang kita akan mempunyai pengaruh pada proses selanjutnya. Sebenarnya tugas terpenting dari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat sungguh-sungguh dapat mencapai pengertian tentang martabat dirinya. Tanggung jawab etika berserta kesedaran etika terhadap perkembangan ilmu pengetahuan akan dapat membimbing untuk menentukan dan memutuskan apakah keputusan tindakan manusia yang berupa ilmu pengetahuan sesuai dengan aturan main.

III. PENUTUP

Kemanfaatan merupakan faktor penting dalam pertimbangan hidup, perilaku dan keputusan tindakan manusia. Ilmu pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, berstruktur, bersistematik menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan metode tertentu, menyingkap tabir yang menutup realities.

Namun demikian tidak dapat dimungkiri bahawa hasil-hasil pengolahan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan aspek-aspek negatif. Tetapi kita sebagai manusia yang memiliki etika seharusnya dapat memilih-milih mana yang harus digunakan. Pengetahuan tidak hanya sebuah cara untuk mengeksploitasi alam ini, oleh karena itu dalam berpengetahuan harus menggunakan etika.

Page 5: Etika Dalam Kajian Falsafah

rujukan

Achmad Charis Zubair.2002.Dimensi Etik dan Aksetik Ilmu Pengetahuan Manusia.Yogyakarta.Lesfi

Ahmad Syadali dan Mudzakir.2004.Filsafat Umum.Bandung:Pustaka Setia

Bernard Delfgaauw.1992.Sejarah Singkat Filsafat Barat(terj:Soejono Soemargono).Yogyakarta:Tiara Wacana

M. Amin Abdullah.2002.Antara Al-Ghazali dan Kant(Filsafat Etika Islam).Bandung.Mizan

Franz Magnis Suseno.1987.Etika Dasar(Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral).Yogyakarta:Kanisius

Sri Rumini.1993.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta.UPP IKIP Yogyakarta

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir.2001.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

http://fajarsulthoniaziz.blogspot.com/2010/06/etika-dalam-kajian-filsafat.html