diktat-pengawasan.doc
TRANSCRIPT
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (STISIF) Margarana Tabanan
(STATUS) Terakreditasi No 023/BAN-PT/AK-XIII/S1/XI/2010 Tgl 26-11-2010
DIKTAT MATA KULIAHPENGENDALIAN/PENGAWASAN
Drs. I Gusti Made Manuaba, M.Si
2
DAFTAR ISI
URAIAN HALI. PENDAHULUAN
1. Pendahuluan ...................................................................................... 4
2. Definisi Pengauditan ......................................................................... 4
3. Arti Penting Pengauditan .................................................................. 6
4. Sejarah Pengaditan ............................................................................ 6
5. Jenis-Jenis Audit ............................................................................... 6
6. Jenis-Jenis Auditor ............................................................................ 7
7. Standar Audit ................................................................................... 9
II. TUJUAN AUDIT
1. Pengertian Tujuan
Audit ................................................................... 10
2. Hubungan Resiko Dengan Tujuan
Audit ......................................... 11
3. Hubungan Akuntansi Dengan
Pengauditan ..................................... 12
4. Manfaat Ekonomis Suatu
Audit ...................................................... 12
5. Pihak-Pihak Yang Berinteraksi dengan
Auditor .............................. 12
6. Penentuan Keakuratan dan Keandalan Informasi
Keuangan .......... 13
7. Audit Laporan
Keuangan ................................................................ 13
8. Audit
Ketaatan ................................................................................ 14
9. Audit
Operasional ........................................................................... 14
10. Audit
Investigasi ............................................................................. 15
III. BUKTI AUDIT
1. Pengertian Bukti
Audit ................................................................... 16
2. Syarat-Syarat Bukti
Audit .............................................................. 16
3
3. Hubungan Bukti Audit dengan Materialitas dan
Resiko ............... 18
4. Jenis-Jenis Bukti
Audit .................................................................. 19
IV. TEKNIK AUDIT
1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik
Audit .......................... 23
2. Hubungan Tujuan, Bukti dengan Teknik
Audit ............................ 24
3. Berbagai Teknik
Audit .................................................................. 25
V. PROGRAM KERJA AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT
A. PKA
1. Pengertian Program Kerja Audit (PKA) .............................. 30
2. Memahami Tujuan dan Manfaat PKA ................................. 30
3. Memahami Format dan Isi PKA .......................................... 31
4. Memahami Sifat PKA ........................................................... 34
B. KKA
1. Pengertian KKA .................................................................. 34
2. Hubungan PKA dgn KKA ................................................. 34
3. Tujuan dan Manfaat KKA ................................................. 35
4. Prinsi-Prinsip Penyusunan KKA ........................................ 37
5. Isi dan Format KKA .......................................................... 37
6. Pengelompokan KKA ....................................................... 38
VI. PRAKTEK TEKNIK AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT
1. Teknik Audit
Konfirmasi ........................................................... 39
2. Teknik Audit
Footing ................................................................ 41
3. Teknik Audit Cross
Footing ...................................................... 42
4. Teknik Audit
Rekonsiliasi ......................................................... 43
4
5. Kasus Penerimaan
Bantuan ....................................................... 44
6. Kasus Pengendalian Penerimaan
Kertas ..................................... 45
VII. KONSEP DASAR SISTEM PENGENDLIAN MANAJEMEN
1. Latar
Belakang ............................................................................ 46
2. Pengertian
SPM ........................................................................... 47
3. Pentingnya Pengendalian
Manajemen ......................................... 50
4. Pengendalian Manajemen dalam Instansi
Pemerintah ................ 50
5. Jenis-Jenis Pengendalian
Manajemen ......................................... 51
6. Keterbatasan Pengendalian
Manajemen ..................................... 52
VIII. PENGENDALIAN MANAJEMEN PENDEKATAN COSO
1. Lingkungan Pengendalian
Manajemen ....................................... 54
2. Penilaian
Resiko .......................................................................... 58
3. Informasi dan
Komonikasi .......................................................... 61
4. Aktivitas
Pengendalian ................................................................ 61
5. Monitoring ............................................................................
....... 69
IX. PENGUJIAN SUBSTANTIF DAN PENGEMBANGAN TEMUAN
1. Pengertian Pengujian
Substantif .................................................... 70
2. Tujuan ...................................................................................
........ 72
3. Aktivitas ................................................................................
....... 73
5
4. Hasil ......................................................................................
........ 73
5. Pelaporan ...............................................................................
....... 76
Bahan 1Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Pengauditan
A. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengantar
2. Definisi Pengauditan
3. Arti Penting Pengauditan
4. Sejarah Pengauditan
5. Jenis-Jenis Audit
6. Jenis-Jenis Auditor
7. Standar Audit
B. PEMBAHASAN
1. Pengantar
Pengertian pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen (POAC) sehingga
maknanya lebih luas dari pada makna pengendalian karena pengendalian
merupakan bagian dari pengawasan, contoh pengendalian Pegawai dengan
absensi, tapi pengawasan Pegawai bukan hanya dengan absensi saja ada juga
metode lain seperti penilaian kinerja
Pengendalian
Mencakup berbagai aktivitas seperti persetujuan, otorisasi, verifikasi dan
rekonsiliasi yang dilaksanakan untuk mengendalikan resiko yang telah
terindentifikasi
Disesuaikan dengan ukuran, kompleksitas dan sifat organisasi yang
dikaitkan dengan proses penilaian resiko (PP 60 Tahun 2008 tentang
SPIP)
2. Definisi Pengauditan
Proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan atau kejadian ekonomi secara
6
obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (Jusup Al. Haryono. 2002. Auditing
(Pengauditan). Buku 2. STIE-YKPN. Yogyakarta
Segala komponen berupa proses, elemen maupun kegiatan yang terjalin
erat dan berfungsi untuk meyakinkan agar segala kegiatan yang telah
dilaksanakan ke arah tujuan organisasi sebagaimana yang ditetapkan
dengan cara-cara yang efektif dan efisien (Pusdilkat BPKP. 2002, SPM
edisi keempat)
Makna definisi diatas, yaitu:
Kata sistimatis
Perencanaan dan perumusan strategi audit harus saling berhubungan
dgn pemilihan bukti untuk tujuan audit tertentu menuntut auditor untuk
membuat banyak keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
Proses sistimatis (statement of basic auditing concept)
Pengauditan didasarkan pada perencanaan audit yang terstruktur, tetapi
strategi dapat dilaksanakan dengan modifikasi yang cukup luas selama
audit berlangsung, yaitu ketika pengumpulan bukti berlangsung
dikaitkan dgn asersi seringkali juga menyangkut komponen laporan
keuangan yang berkaitan satu dengan yang lainnya
Evaluasi secara obyektif
Kegiatan ini dalam audit merupakan yang paling utama, bukti tentang
tingkat kesesuaian antara asersi dalam laporan keuangan dgn PABU
(Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum)
Asersi tindakan/kejadian ekonomi
Dalam laporan keuangan tersirat secara tidak tertulis, tetapi pembaca
mengerti asersi yang tidak diungkap secara tertulis tersebut, contoh
dalam laporan keuangan tercatat persediaan sebesar Rp750.000.000,00,
asersi yang melekat yaitu:
o Persediaan secara fisik benar-benar ada
o Dimiliki perusahaan untuk dijual
o Diklasifikasi secara tepat dan diungkapkan dalam neraca secara
memadai
Tingkat kesesuaian asersi dengan kriteria
7
Opini auditor akan menunjukan seberapa jauh asersi tersebut sesuai
dengan stansar atau kriteria yang telah ditetapkan, contoh kesesuaian
asersi kas dengan kriteria yaitu PP 24 Tahun Tahun 2005 tentang SAP
Mengkomunikasikan kepada pihak terkait
Hasil akhir LHA/P harus dikomunikasikan kepada auditan yg berisi
kondisi, kriteria, sebab, akibat dan rekomendasi (struktur temuan) untuk
mempermudah tidak lanjut hasil pemeriksaan.
3. Arti Penting Pengauditan
Pengauditan secara langsung diyakini paling tinggi efektivitasnya dalam
menjamin pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya, namun ternyata tidak
mencukupi karena terbatasnya waktu, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki
yang tidak sebanding dengan dinamika organisasi.
Arti pengauditan yang perlu ditekankan adalah:
a. Pengauditan adalah alat bantu manajemen untuk mencapai tujuan
Pengauditan bukan merupakan tujuan yang akan dicapai, tetapi hanya sebagai
tujuan antara oleh karena itu tolok ukur keberhasilan pengauditan adalah
efektivitas manajemen itu sendiri dalam mencapai tujuan organisasi.
b. Pengauditan bukan jaminan bagi organisasi akan dapat mencapai tujuan
Semua berpulang pada kualitas pelaksanaan manajemen karena
sesungguhnya pengawasan tidak akan menggantikan fungsi manajemen.
Kedua asumsi ini penting dalam memahami arti dan fungsi pengauditan dalam
proses manajemen, secara umum pengauditan membantu manajemen untuk:
a. Meningkatkan kinerja organisasi
b. Memberikan informasi yang idependen atas kinerja organisasi
c. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi terhadap deviasi dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi
4. Sejarah Pengauditan
Pengauditan mulai dilakukan pada abad 15 Masehi, tahun kelahiran pengauditan
tidak diketahui secara pasti, tetapi dari berbagai sumber diketahui jasa auditor
telah mulai digunakan di Inggris pada abad 15, meskipun pengauditan telah lahir
sejak beberapa abad yang lalu, namun perkembangan pesatnya baru terjadi pada
abad ini.
8
a. Pengauditan sebelum Tahun 1990
Kelahiran pengauditaian di AS bagian utara berasal dari Inggris, para
akuntan AS mengadopsi laporan keuangan dari Inggris
Perusahan-perusahan pada saat itu tunduk pada UU yang disebut
Companies Act.
b. Perkembangan di abad 20
Abad ke 20 revolusi industri berkembang pesat, jumlah pedagang saham
semakin bertambah, kebanyakan para pemegang saham tidak paham
membaca/memahami laporan keuangan, maka peran auditor sangat
penting untuk menjamin kualitas laporan keuangan
c. Pengauditan di Indonesia
Profesi akuntan di Indonesia masih tergolong muda, pada jaman
penjajahan Belanda jumlah perusahan belum begitu banyak sehingga
akuntansi/audit dengan sendirinya belum banyak dikenal
Pada Tahun 1973 Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menetapkan Prinsip-
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dengan Norma Pemeriksaan Akuntan
(NPA)
Penetapan PAI dan NPA sepenuhnya menganut standar audit yang
berlaku di AS
5. Jenis-Jenis Audit
a. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Informasi kuantitatif yang akan diperikasa dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan
Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah PABU
Laporan keuangan yang diperiksa yaitu: Neraca, Lap L/R / LRA, LAK
dan CaLK.
Ada pendapat auditor mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan
b. Audit kesesuaian/ketaatan (complience audit)
Untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
peraturan/prosedur tertentu yang ditetapkan pihak berwenang.
Audit ketaatan pada sektor corporate dapat berupa mengkaji tariff upah
minimum yang ditetapkan pemerintah
Audit ketaatan pada instansi pemerintah lebih beraneka ragam karena
banyaknya peraturan yang ditetapkan pemerintah.
c. Audit operasional (operational audit)
9
Mengkaji setiap bagian dari prosedur yang ditetapkan suatu organisasi
dengan tujuan menilai apakah kegiatan yang dilakukan oleh auditan telah
dilakukan secara ekonomis, efisiensi dan efektivitas (3E) dan hasilnya adalah
rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi
Ciri-ciri audit operasional yaitu:
1) Bersifat konstruktif dan bukan mengkritik
2) Early worming (peringatan dini)
3) Data muktahir/kegiatan sedang berjalan
4) Manajemen oriented (memahami usaha-usaha manajemen)
d. Audit Investigasi
Audit yang dilaksanakan berkaitan dengan adanya tindak pidana korupsi dan
atau penyalahgunaan wewenang dan/atau mengganggu kelancaran
pembangunan
6. Jenis-Jenis Auditor
a. Auditor pemerintah
Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara pada
instansi pemerintah.
Di Indonesia audit ini dilaksanakan oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan) bentuk berdasarkan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945
BPK tidak tunduk kepada pemerintah sehingga dapat melakukan audit
secara independen
Di AS audit semacam ini dilaksanakan oleh suatu badan yang disebut
GAO (General Audit Officer), badan ini bertanggungjawab kepa
kongres, tugas mereka hamper sama dgn akuntan public, informasi
keuangan yang dibuat instansi pemerintah harus diaudit GAO sebelum
disampaikan ke Kongres, coba telaah apa beda audit di Indonesia antara
BPK dengan GAO AS ?
b. Auditor intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan
oleh karenanya statusnya sebagai pegawai pada perusahaan tersebut.
Tugas yang dilakukan untuk membantu manajemen perusahaan dimana
tempat bekerja dan mereka wajib memberikan laporan kepada
manajemen tertinggi atau komite audit yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris.
10
Pada instansi pemerintah tugas auditor intern dilaksanakan oleh
Inspektorat
c. Auditor independen (akuntan publik)
Tanggungjawab utama akuntan public adalah melakukan fungsi
pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan.
Pengauditan dilakukan pada perusahaan terbuka (PT tbk) dan perusahaan
kecil serta organisasi yang mencari laba.
Praktik sebagai akuntan public harus dilakukan melalui Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang berijin dari Depkeu.
7. Standar Audit
Standar audit merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar audit terdiri-dari 10 standar rinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Auditing (PSA).
Di instansi pemerintah Standar yang digunakan adalah sangat beranekaragam
Peraturan Perundang-undangan diantaranya PP 24 Tahun 2005 tentang SAP
yang dirubah dengan PP 71 Tahun 2010.
11
Bahan 2Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Tujuan Audit
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Tujuan Audit
2. Hubungan Resiko Dengan Tujuan Audit
3. Hubungan Akuntansi Dengan Pengauditan
4. Manfaat Ekonomis Suatu Audit
5. Pihak-Pihak Yang Berinteraksi dengan Auditor
6. Penentuan Keakuratan dan Keandalan Informasi Keuangan
7. Audit Laporan Keuangan
8. Audit Ketaatan
9. Audit Operasional
10. Audit Investigasi
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tujuan Audit, tujuan audit untuk menentukan apakah:
1) Informasi keuangan akurat dan dapat diandalkan
2) Resiko dapat diidentifikasi dan diminimalisir
3) Peraturan/kebijakan dan prosedur dapat dipenuhi
4) Sumber daya telah digunakan secara 3E (ekonomis, efektif dan efisien)
5) Tujuan organisasi telah dicapai
Daftar Jenis Audit dan Tujuannya
JENIS AUDIT TUJUAN AUDITAudit
Keuangan
Untuk menentukan apakah informasi keuangan telah akurat
dan dapat diandalkan, serta memberikan opini kewajaran
atas penyajian laporan keuangan
Audit Ketaatan Untuk menentukan apakah peraturan/kebijakan/prosedur
telah ditaati
Audit
Operasional
Untuk menentukan apakah:
12
1. Informasi operasi akurat dan dapat diandalkan
2. Peraturan/kebijakan/prosedur telah ditaati
3. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis
4. Tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif
Audit
Investigasi
Untuk menentukan apakah:
1. Adanya indikasi tipikor
2. Penyalahgunaan wewenang
3. Ketidaklancaran pembangunan
2. Hubungan Resiko Dengan Tujuan Audit
Sebagai ilustrasi auditor akan melaksanakan audit ketaatan terhadap disiplin jam
kerja PNS, maka pada saat survey pendahuluan dilakukan ytu:
Resiko Tujuan Audit Kriteria Pengendalian Tujuan Utk
Pengujian
Substantif
Pegawai
datang
terlambat
Menentukan
apakah
peraturan/kebijak
an/prosedur
tentang:
Jam kedatangan
pegawai
Waktu istirahat
dan jam pulang
Jam
masuk
08.00,
Jam
istirahat
12.00 s/d
13.30
dan Jam
pulang
15.30
Prosedur
Absensi
Pengawasan
Atasan
Langsung
Pengawas
Satuan
Budaya
Kerja
Rencana
Kerja Harian
Terdapat PNS
yang dating
terlambat
Pegawai
istirahat
lebih
lama
Terdapat PNS yg
menggunakan
Jam istirahat lbh
lama dr ketentuan
Pegawai
pulang
lebih
awal
Terdapat PNS yg
plg lebih awal
dari Jam 15.00
Tetapkan resiko yg mungkin terjadi kemudian teliti apakah kriteria telah
dipenuhi atau kriteria blm lengkap
Evalusi SPI yg dilakukan SKPD, kemudian laksanakan pengujian substantive
dgn mengacu resiko yang kemungkinan lebih besar akan terjadi.
KESIMPULAN : resiko mrp titik awal dari penentuan tujuan audit, kemudian
tujuan tsb dikembangkan selama pelaksanaan audit.
13
Contoh tujuan audit terkait dgn transaksi:
Pengeluaran kas tidak digunakan untuk pengeluaran fiktif
Seluruh transaksi kas yg telah terjadi telah dicatat
Contoh tujuan audit terkait dgn saldo ytu:
Kas di Bank dilaporkan dari hasil rekonsiliasi
Kas di Bank telah tercatat seluruhnya
3. Hubungan Akuntansi Dengan Pengauditan
Akuntansi adl proses identifikasi, mengukur dan menginformasikan informasi
keuangan kpd pihak2 yg berkepentingan
Audit adl proses mengevaluasi bukti2 berkaitan dgn asersi dibandingkan
kriteria utk dikomunikasikan kpd auditan
Seorg akuntan tdk hrs mengerti audit, tetapi seorg auditor hrs memahami
akuntansi
Akuntansi menghasilkan LK, sedangkan audit tdk menghasilkan data
akuntansi, melainkan meningkatkan nilai informasi keuangan tsb
4. Manfaat Ekonomis Suatu Audit
1) Akses ke Pasar Modal
UU mewajibkan perusahaan publik utk diaudit LK agar bisa menjual
sahamnya
2) Mencegah Terjadinya Kecurangan
Penelitian menunjukan – apabila perusahaan akan diaudit auditor
independen maka karyawan akan lebih hati2 bekerja
3) Mendapatkan Modal
Perusahaan yg telah diaudit biasanya mudah mendapat kredit dari Bank
4) Perbaikan Dalam Pengendalian dan Operasi
Audit akan dpt memperbaiki pengendalian utk mencapai efisiensi
5. Pihak-Pihak Yang Berinteraksi dengan Auditor
1) Manajemen
Hub baik dgn manajemen hrs dijaga utk memperoleh informasi/data obyek
pemeriksaan
14
Sikap Skeptis Profesional artinya Auditor bersikap tidak begitu saja
mempercayai asersi manajemen, auditor menilai scr obyektif atas kondisi
yg diaudit.
2) Dewan Komisaris
Dewan komisaris pada sebuah perseroan berkewajiban utk mengawasi
apakah perusahaan telah berjalan sesuai dgn kepentingan pemegang
saham.
3) Auditor Intern
Pekerjaan auditor intern tdk bisa sbg pengganti pekerjaan auditor ekternal,
melankan bisa menjadi pelengkap.
4) Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan LK yg telah diaudit utk
mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tugas dgn
baik.
Para pemegang saham adalah pemakai utama LK
6. Penentuan Keakuratan dan Keandalan Informasi Keuangan
Keakuratan Laporan Keuangan adl
o Penyajian yg akurat tentang seluruh transaksi dl th berjalan dan sel posisi
aset, kewajiban dan ekuitas per akhir tahun.
o Ciri laporan keuangan yg akurat adl lengkap dengan menyajikan nilai yg
tepat (akurat)
o Contoh tujuan audit terkait keakuratan:
- Kas di Bank dilaporkan dari hasil rekonsiliasi tercatat dgn akurat
- Pencatatan pengeluaran kas dilaksanakan dgn akurat sesuai kas yg
dibayarkan
Keandalan Laporan Keuangan adl penyajian sel transaksi dan posisi
keuangan yg sangat mendukung pengambilan keputusan.
o Contoh tujuan audit terkait keandalan:
- Pengeluaran kas tdk digunakan utk pengeluaran fiktif
- Kas di Bank dilaporkan dari hasil rekonsiliasi
- Pencatatan pengeluaran kas dilaksanakan pd hari pengeluaran terjadi
7. Audit Laporan Keuangan
15
Secara umum dilaksanakan oleh auditor external
Jika audit dilaksanakan auditor internal maka titik beratnya adl pada tujuan
utk menentukan keandalan dan keakuratan informasi LK.
Pernyataan pendapat adl pernyataan pendapat ttg kewajaran penyajian LK
Menurut Indra Bastian (2003) ada 5 (lima) jenis pendapat auditor:
1) WTP (Pendapat wajar tanpa pengecualian)/(un qualifed opinion).
2) WTPp(Pendapat wajar tanpa pengecualian dgn paragraf penjelas)
3) WDP (Pendapat wajar dengan pengecualian) (qualifed opinion)
4) Pendapat tidak wajar (Disclaimer)
5) Pernyataan tdk memberikan pendapat atau menolak memberikan
pendapat (adverse)
Tujuan audit tersebut dapat dicapai dengan pengujian tujuan2 audit berkaitan
dgn transaksi dan saldo yg dilaporkan dlm LK.
8. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan utk memberikan informasi kpd pihak2 yg
berkepentingan ttg kesesuaian antara kondisi dgn peraturan yg berlaku.
Tujuan audit utk pengujian substantif dlm audit ketaatan adl berdasarkan
kriteria yg ditetapkan dan penyimpangan yg mungkin thd kriteria tsb.
9. Audit Operasional
Bertujuan utk menilai apakah sumber daya ekonomi yg tersedia tlh dikelola
scr 3E. Adapun 3E tsb ytu:
1) Efektivitas, ytu tercapainya tujuan/manfaat, tujuan auditnya sbb:
a) Output yg dihasilkan sesuai dgn yang direncanakan
o Keluarga Pra sejahtera direncanakan dpt beras 15 Kg/KK, tetapi
dilapangan ternyata KK miskin menerima 40,8 krn 0,2 Kg
dipotong biaya distribusi
b) Output yg dihasilkan telah dimanfaatkan
o Pemda Tabanan membangun 20 unit Rudin, tetapi jarang/tidak
dihuni sesuai rencana krn tempatnya jauh/tdk strategis.
c) Output yg dihasilkan digunakan sesuai rencana
o Kegiatan pelatihan direncakan utk petani, tetapi krn jarang
peminat maka dilakukan oleh penyuluh pertanian
2) Efisien
Efisien ytu hub antara input dgn output.
16
Efisien terjadi jika sejumlah output tertentu dpt dicapai dgn jumlah
input yg lbh kecil.
Contoh:
o Utk membuat 100 unit pot diperlukan 100 Kg tanah liat, efisien
terjadi jika tetap menghasilkan 100 unit pot tetapi dgn bahan
kurang dari 100 Kg tanah liat.
3) Ekonomis
Berhubungan dgn kegiatan ytu bila nilai/harga lebih rendah/murah.
Contoh:
o Dinas X membeli kain utk souvenis seharga @2 Jt/picis, setelah
dilakukan survey harga plus pajak diperoleh harga 1,5 Jt maka
terdapat tdk ekonomis 500 Ribu.
10. Audit Investigasi
Tujuan audit ini adalah utk memperoleh kepastian ttg ada tidaknya tindak
pidana korupsi dan atau penyalahgunaan wewenang dan/atau mengganggu
kelancaran pembangunan
Jadi audit investigasi berkaitan gdn resiko organisasi disebabkan oleh tipikor,
penyalahgunaan wewenang, dan atau hambatan pelaksanaan tugas.
Utk mencapai tujuannya auditor mengumpulkan dan mengevaluasi bukti2 ttg:
1) APA – Audit hrs mengungkapkan apa yg terjadi, apakah telah terjadi
tipikor atau tiidak
2) SIAPA - Audit hrs mengungkapkan siapa yg bertanggungjwb
3) DIMANA - Audit hrs mengungkapkan dimana terjadinya suatu kejadian
4) BILAMANA - Audit hrs mengungkapkan kapan terjadinya suatu
kejadian
5) BAGAIMANA - Audit hrs mengungkapkan alur atau kronologis
kejadian
17
Bahan 3Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Bukti Audit
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Bukti Audit
2. Syarat-Syarat Bukti Audit
3. Hubungan Bukti Audit dengan Materialitas dan Resiko
4. Jenis-Jenis Bukti Audit
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adl semua media informasi yg digunakan oleh auditor utk
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasi dlm
meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dan kriteria.
Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, krn itu hrs dipilih, ytu bukti
audit yg andal shg meyakinkan pihak lain.
2. Ada 4 (empat) syarat-syarat bukti audit:
1) Relevan (RE)
o Maksudnya adl bukti logis yg mempunyai hubungan dgn permasalahan.
o Bukti yg tdk ada kaitannya dengan kondisi tentu tdk ada gunanya krn tdk
dpt dipakai guna mendukung argumentasi, simpulan dan rekomendasi
dari auditor
o Setiap informasi sekecil apapun hrs relevan dgn permasalahan.
o Contoh:
Seorang Pegawai (Sdr. Gareng) yg ditugaskan melakukan pembelian
komputer, diduga menggelapkan komputer yg dibeli kantor tsb dgn
cara penyerahan barang oleh penjual dilakukan di rumah Sdr. Gareng:
Bukti yg relevan berupa surat pernyataan dari Penjual bahwa
komputer pesanan kantor tsb atas perintah Sdr. Gareng dan ada
tanda terimanya.
18
Bukti tdk relevan berupa surat pernyataan dari Penjual bahwa
telah menyerahkan mesin ketik di rumah Sdr. Gareng.
2) Kompeten (KO)
Kompeten tidaknya suatu bukti dipengaruhi oleh sumber bukti, cara
mendapatkan bukti dan kelengkapan yuridis bukti tsb.
Sumber bukti
Bukti ttg kepegawaian yg didpt dari BKD lebih kompeten dibandingkan
dgn bukti yg didpt dari pihak lain.
Cara mendapatkan bukti
o Bukti yg didpt auditor dari pihak luar auditan lebih kompeten dari
bukti yg didpt dari auditan.
o Bukti yg didpt dari pengamatan lsg oleh auditor sendiri lebih
kompeten dari bukti yg didpt melalui pihak lain.
Kelengkapan yuridis
o Bukti yg di tt, stempel, ada tanggal, meterai dll lebih kompeten dari
bukti yg tdk memenuhi syarat hukum.
Ada suatu pendapat/pandangan menyatakan, ”SPM juga menentukan
keandalan suatu bukti”:
Bukti yg didpt suatu organisasi memiliki SPM yg lbh baik dpt diandalkan
drpd bukti yg didpt dari orgas yg memiliki SPM kurang baik.
3) Cukup (CU)
Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah/kwantitas dan atau nilai
keseluruhan bukti.
Contoh:
Ada dugaan bahwa perjalanan dinas di instansi yg diaudit TA 2011
telah dilakukan scr tdk ekonomis/efektif. Jlh penugasan perjalanan
dinas 100 kali, sedangkan jumlah biaya sebesar Rp500.000.000,00
Auditor boleh menyimpulkan bahwa perjalanan dinas di instansi tsb
tdk ekonomis/efektif, apabila telah menguji dalam jumlah bukti yg
cukup, tergantung dari pertimbangan logis dari auditor (40% atau
50%).
4) Material (MA)
Adalah bukti yg mempunyai nilai yg cukup, berarti dan penting bagi
pencapaian tujuan organisasi.
19
Materialitas dapat dilihat dari:
1) Besarnya nilai uang (1% dari Belanja/Pendapatan/Anggaran)
2) Pengaruhnya terhadap kegiatan, walaupun nilainya tdk besar
3) Penting menurut peraturan (selisih kas tdk boleh terjadi, krn itu jika
terjadi selisih kas berapapun nilainya hrs dicari sebab-akibatnya)
4) Menyangkut tujuan audit
5) Kegiatan pd saat audit sedang menjadi perhatian umum
Simpulan REKOCUMA:
Syarat bukti REKOCUMA tdk berdiri-sendiri tetapi mrp satu kesatuan yg
menyeluruh
Bukti yg relevan, cukup dan material tdk ada gunanya bila tdk kompeten,
bukti yg kompeten tdk ada gunanya apabila tdk relevan.
3. Hubungan Bukti Audit dengan Materialitas dan Resiko
Audit pd dasarnya adl pengujian yg sistematis dan obyektif, krn itu kegiatan
audit adl mengumpulkan bukti-bukti. Agar bukti-bukti tsb mendukung
obyektivitas audit, maka pengumpulannya hrs memperhitungkan materialitas
dan resiko permasalahan yang diuji.
1) Materialitas
Sebelum bukti dikumpulkan terlebih dahulu hrs ditetapkan materialitas
permasalahannya, jika permasalahannya ditetapkan material, maka bukti-
bukti hrs dikumpulkan dan sebaliknya.
Contoh:
Permasalahan
Auditor menemui permasalahan bahwa Ketua Panitia Pengadaan
Barang/Jasa adl adik ipar SKPD, terhadap permasalahan ini tidak
dapat ditentukan nilai rupiahnya.
Materialitas
Pertimbangan auditor: permasalah ini dianggap material krn
mempunyai pengaruh besar thd kegiatan pengadaan barang/jasa,
krn itu auditor menetapkan bukti audit hrs dikumpulkan.
2) Resiko
Setelah mempertimbangkan materialitas, maka auditor hrs
mempertimbangkan resiko deteksi untuk menetapkan jumlah dan jenis
bukti. Semakin banyak jumlah dan beragam jenis bukti, maka resiko
deteksi semakin kecil.
20
Contoh
Auditor mengumpulkan bukti bahwa Ketua Panitia Pengadaan
Barang/Jasa adl adik ipar Kepala SKPD.
Mula-mula auditor hanya memperoleh informasi/bukti lisan dari
seorang Pegawai, artinya auditor hanya memiliki 1 jumlah dan
jenis bukti.
Pada tahap ini resiko deteksi sangat tinggi, utk menurunkan
resiko tersebut, auditor hrs mencari bukti tambahan dari 2 org
Pegawai lainnya.
Saat bukti tsb memperkuat bukti pertama, maka auditor telah
mendapatkan 3 buah bukti.
Selanjutnya auditor trs mengumpulkan bukti hingga
memperoleh keterangan dari Ketua Panitia Pengadaan
Barang/Jasa bahwa ia memang benar adik ipar Kepala SKPD,
pada tahap ini resiko telah minimal, auditor telah memperoleh 4
buah bukti dan 2 jenis bukti.
Karena resiko telah minimal maka auditor dpt menghentikan
proses pengumpulan bukti thd permasalahan tsb.
4. Jenis-Jenis Bukti Audit, bukti audit dpt dibedakan mjd bbrp jenis:
1) Bukti fisik
Bukti fisik adl bukti yg diperoleh melalui pengamatan langsung dgn
mata kepala auditor sendiri.
Pengamatan lsg oleh auditor dilakukan dgn cara inventarisasi fisik
(opname) dan inspeksi lapangan (on the spot) – BAP fisik, foto dan
surat pernyataan.
Contoh:
Kas yg ada dlm berankas blm tentu seluruhnya milik instansi
ybs, mungkin ada uang titipan dll
Mobil yg digunakan Pejabat blm tentu milik istansi ybs,
mungkin mobil pinjaman
o BAP fisik sekurang-kurangnya dilakukan oleh 2 org, krn mrt
Hukum/KUHP 1 org bukan saksi, selain itu BAP hrs
ditandatangani oleh atasan auditan.
o Bila bukti fisik berbentuk foto/denah/peta sebaiknya ada
identitas dari auditan berupa tanda-tangan/legalisir dll yg
21
menunjukan tempat dan waktu, klu bentuk surat pernyataan hrs
bermeterai.
2) Bukti dokumen
Bukti yg paling banyak ditemui auditor adl dokumen. Bukti ini
umumnya terbuat dari kertas yg mengandung huruf, angka dan
simbul-simbul.
o Dalam mengevaluasi bukti auditor hrs menilai sistim
pengendalian intern organisasi yg diperiksa
o Jika SPI lemah maka auditor tidak sepenuhnya mempercayai
bukti dokumen yg didapat dan memperluas pengujian dengan
dokumen lain.
Dilihat dari sumbernya bukti dokumen dpt berupa:
a) Bukti intern yg aslinya diserahkan ke pihak ketiga (bukti kas
masuk/slip setoran)
b) Bukti ekstern yg aslinya ada di auditan (bukti kas keluar/faktur)
c) Bukti yg didpt auditor lsg dari pihak ketiga (rekening koran)
d) Bukti audit yg msh disimpan auditan (DPA, sisdur dan tembusan
dokumen)
Contoh
Buku kas, Buku Bank, Buku Persediaan, KIR, KIB dll
3) Bukti analisis
Yang termasuk bukti analisis adl analisis dan perhitungan, adapun
rinciannya yaitu:
a) Bukti analisis ytu:
o Bukti analisis adl bukti audit yg diperoleh auditor dgn melakukan
analisis atas data-data auditan dan yg berkaitan dgn auditan, dlm
hal ini auditor dpt menggunakan rumus2 atau rasio2.
o Contoh:
Rasio pemakaian bahan bakar (1:6 = satu liter BBM
menempuh 6 Km perjalanan)
b) Bukti perhitungan ytu:
o Bukti yg didapat dari perhitungan yg dulakukan sendiri oleh
auditor.
o Perhitungan yg dilakukan oleh auditor digunakan antara lain
untuk menguji perhitungan yg telah dibuat auditan.
22
o Contoh:
Perhitungan pajak (PPh)
Perhitungan pemakaian kertas/persediaan
4) Bukti keterangan
Yang termmasuk bukti keterangan adl bukti kesaksian, bukti lisan dan
bukti spesialis, adapun rinciannya ytu:
a) Bukti kesaksian
Bukti peyakin yg didapat dari pihak lain karena diminta oleh
auditor, peyakin yang dimaksud adl utk mendukung bukti2 yg
telah didpt auditor, biasanya bukti dokumen baru dilengkapi bukti
kesaksian
Contoh:
Surat pernyataan/konfirmasi dari yg berhutang mengenai
besar hutangnya (piutang auditan)
Surat keterangan konfirmasi mengenai harga barang dari
penjual resmi.
b) Bukti lisan
Bukti yang didapat auditor dari orang lain melalui pembicaraan
secara lisan, org lain tsb dpt berasal dari luar maupun pihak
auditan sendiri.
Banyak informasi lisan yg didpt, tetapi pihak yg memberikan
informasi tdk bersedia memberikan pernyataan tertulis yg
ditandatanganinya.
Contoh:
Seorang sopir menginformasikan bahwa salah satu mobil di
kantor tsb telah dibiayai perbaikan turun mesin, faktanya
turun mesin tdk dilakukan.
c) Bukti spesialis
Bukti spesialis adl bukti yg didpt dari tenaga ahli baik pribadi
maupun institusi yg memiliki keahlian yg kompeten di
bidangnya.
Tenaga spesialis tsb spt: ahli pertambangan, kedokteran, ahli
hukum, tehnik sipil dll
Contoh:
Suatu tim audit terdiri-dari seorang akuntan dan beberapa
staf sarjana ekonomi serta hukum, ditugaskan mengaudit
23
pekerjaan konstruksi. Tentu saja tim tdk sepenuhnya dpt
menilai tingkat kewajaran bangunan tsb, maka tim tsb
boleh menggunakan tenaga ahli yg kompeten ytu tenaga
tehnik sipil atau instansi PU atau konsultan tehnik.
24
Bahan 4Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Teknik Audit
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik Audit
2. Hubungan Tujuan, Bukti dengan Teknik Audit
3. Berbagai Teknik Audit
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Tahapan, Prosedur dan Teknik Audit
Penilaian dalam audit dilaksanakan melalui pengujian2 yg dilaksanakan scr
sistimatis dan obyektif. Sistimatis artinya melalui proses yang terintegrasi mulai
dari tahapan, prosedur hingga teknik pengujian utk mencapai tujuan audit.
1) Tahapan Audit
Tahap-tahap yg dilalui suatu proses audit. Tiap jenis audit memiliki
tahapan yg berbeda, contoh :
a) Tahapan audit keuangan mrt Arens and Loebecke (1997) ytu:
Perencanaan dan desain pendekatan audit
Pelaksanaan uji substansi transaksi
Pelaksanaan uji rinci
Penerbitan laporan
b) Tahapan audit operasional ytu:
Perencanaan audit
Pengumpulan dan evaluasi bukti
Pelaporan dan tindak lanjut
c) Tahapan audit secara umum mrt Taylor dan Glezen ytu:
Survey pendahuluan
Evaluasi SPM
Pengujian substantif dan pengembangan temuan
Pelaporan
2) Prosedur Audit
Urutan langkah yg diperlukan oleh auditor utk mendapatkan bukti2 audit
sesuai sasaran yg ingin dicapai dg menggunakan teknik audit yg sesuai.
25
Dengan kata lain prosedur audit terdiri-dari beberapa teknik audit utk
mencapai tujuan tertentu.
3) Teknik Audit
Cara2 yg ditempuh oleh auditor utk mendapatkan bukti2 yg diperlukan.
4) Hub tahapan – prosedur – teknik audit
Tahapan Prosedur Teknik Contoh
Evaluasi
SPM
Pemahaman
SPM
Permintaan
keterangan
Minta keterangan lisan
atau tertulis ttg prosedur
pengeluaran kas
Verifikasi
dokumen
Verifikasi prosedur baku
pengeluaran kas utk
melihat prosedur
pengendalian kas
Observasi Observasi prosedur
pengeluaran kas
Pengujian
SPM
Verifikasi
dokumen
Verifikasi otorisasi dan
keakuratan dukumen
pengeluaran kas
Pembandingan Bandingkan voucher
pengeluaran kas dengan
bukti2 pendukungnya
2. Hubungan Tujuan, Teknik Audit dengan Bukti
Tahapan dalam audit berkaitan dengan pengembangan tujuan. Pada tiap
tahap, penetapan tujuan akan memudahkan auditor dlm menentukan teknik2
audit apa yg akan digunakan dan memperkirakan bukti apa yg akan
terkumpul. Pilihan teknik akan terdokumentasi pada PKA dan bukti yg
terkumpul akan terdokumentasi dalam KKA.
26
Contoh
Hubungan tujuan, teknik audit dengan bukti
Tahap Tujuan Teknik Jenis bukti
Survey
pendahulu
an
Mengumpulkan informasi ttg
perencanaan kegiatan
- Permintaan
keterangan
- Verifikasi
dokumen
- Keterangan
- Dokumen
Evaluasi
SPM
Menguji prosedur penerimaan
barang (otorisasi dan akurasi
informasi)
- Verifikasi
dokumen
- Dokumen
Pengujian
substantif
Menentukan apakah
kendaraan bermotor roda 2 yg
diterima sesuai dgn rencana
dlm jenis/spesifikasi,
kwantitas maupun mutu
- Verifikasi
dokumen
- Inventarisasi
- Pembandingan
- Permintaan
keterangan
- Dokumen
- Fisik
- Analisis
- Keterangan
3. Berbagai Teknik Audit
1) Teknik audit utk bukti fisika) Observasi/pengamatan
Peninjauan/pengamatan atas suatu obyek scr hati-hati, ilmiah dan kontinue selama kurun waktu tertentu utk membuktikan suatu keadaan atau masalah.
Teknik ini sering dilakukan jarak jauh tanpa disadari oleh obriks dgn kekuatan panca indra, observasi umum dilakukan pada tahap survey pendahuluan utk mendeteksi kondisi yg tdk memenuhi kriteria, kemudian hasil pengamatan akan diikuti dengan pengujian subtantif.
Contoh: Dgn menggunakan mobil melihat apakah reboasasi telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dari observasi ini terlihat apakah penanaman kembali tumbuh dgn baik.
b) Opname Pemeriksaan fisik dgn menghitung fisik barang, menilai kondisi
(rusak, baik, rusak berat) dan membandingkan dgn saldo menurut buku (administrasi), kemudian mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada. Hasil opname biasanya dituangkan dalam suatu BAP
Dapat diterapkan seperti terhadap: barang inventaris, alat kantor, ternak, kas, persediaan dll
27
Contoh
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS
Pada hari ini ..... tanggal .... yg bertandatangan dibawah ini:1. Nama :
Pangkat/Gol :Jabatan :
2. Nama : Pangkat/Gol :Jabatan :
Sesuai dengan surat tugas .... tanggal ..... nomor .... dan setelah memperlihatkan bukti diri kami melakukan pemeriksaan setempat pada:
Nama : Pangkat/Gol :Jabatan :
Berdasarkan Surat Keputusan ..... tanggal ...... Nomor ...... ditugaskan mengurus uang .... dan berdasarkan hasil pemeriksaan kas serta bukti-bukti yang berada dalam pengurusan ini, kami menemukan kenyataan sebagai berikut:
Jumlah yang kami hitung dihadapan pejabat tersebut adalah:a. Uang kertas Bank Rp...........b. Alat pembayaran lain Rp...........c. Saldo Bank Rp............d. Surat berharga lainnya Rp............e. J u m l a h Rp.... .......
Saldo mrt BKU Rp............
Perbedaan positif/negatif Rp...........(Penjelasan terlampir)
Bendaharawan, Tim Pemeriksa,
1. ............
2. ...........
Atasan langsung bendaharawan,
28
c) Inspeksi Meneliti scr langsung ke tempat kejadian, yg lazim dsb on the spot
inspection, yg dilakukan scr rinci dan teliti. Inspeksi sering dilakukan dengan dadakan dan diikuti dengan pembuaan BAP.
Contoh: Inspeksi pelaksanakan tupoksi dgn mengecek jumlah pegawai Inspeksi apakah ruang kerja bersih dan rapi
2) Teknik audit utk bukti dokumena) Verifikasi
Pengujian scr rinci ttg kebenaran, ketelitian perhitungan, pembukuan dan eksistensi suatu dokumen.
Contoh: Kesesuaian angka dengan huruf Kesesuaian tanggal Prosedur telah diikuti, ada otorisasi Materai yang cukup
b) Cek Menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu dengan teliti. Contoh:
Cek apakah merk mesin yang diterima sesuai dengan yang dipesan
Cek peralatan yg dibeli baru dan lengkap Cek apakah barang yang dibeli dapat berfungsi sesuai
spesifikasi yang ditetapkanc) Test
Test yg dilakukan mencakup hal-hal yg esensial Contoh
Uji rumus yg digunakan oleh auditan Uji apakah metode kerja yg digunakan oleh auditan tepat,
efisien dan hematd) Footing
Menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari atas kebawah (vertikal)
e) Cross footing Menguji kebenaran penjumlahan sub total dan total dari kiri ke kanan
(horizontal)f) Vouching
Menelusuri suatu data dalam suatu dokumen ke pencatatan pendukungnya (vuecher).
Contoh: Pemeriksaan kontrak pemborongan dilakukan dgn mentrasir dari
laporan ke catatan buku kas, kemudian ke bukti kwitansi yg dihubungkan ke BAP Fisik
g) Trasir/Telusur Menelusuri suatu bukti transaksi menuju ke penyajian dalam suatu
dokumen Contoh:
Pemeriksaan mengambil sampel suatu bukti penerimaan retribusi pasar, kemudian menelusuri ke buku kas, pencatatan
29
rekap di UPTD Pasar, selanjutnya ke laporan penerimaan bulanan.
h) Scanning Penelahaan scr umum dan dilakukan dgn cepat tetapi teliti utk
menemukan hal-hal yg tdk lazim atas suatu data. Contoh:
Scanning terhadap absensi Pegawai utk melihat jumlah kehadiran dan sesuatu yg tdk lazim
Scaning buku pemakaian BBM utk melihat sesuatu yg tdk lazimi) Rekonsiliasi
Mencocokan dua data yg terpisah mengenai hal sama yg dikerjakan oleh unit/instansi yg berbeda.
Contoh: Rekonsiliasi lazim digunakan utk saldo Buku Bank auditan
dengan rekening koran dari Bank Rekonsiliasi saldo persediaan barang menurut buku dengan
jumlah barang di gudang
3) Teknik audit utk bukti analisisa) Analisis
Memecah data ke dalam unsur2 yg lebih kecil shg dpt diketahui pola hubungan antar unsur atau unsur penting yg tersembunyi.Dari analisis ini diketahui adanya kekurangan, kecendrungan dan kelemahan yg perlu diperhatikan. Analisis tsb dlm bentuk:a).1 Analisis rasio
Teknik yg biasanya digunakan dlm audit laporan keuangan. Bentuk rasio tsb spt rasio penggunaan BBM, rasio jumlah dokter, rasio persediaan dll.
a).2 Analisis statistikAnalisis menggunakan teknik2 perhitungan statistik utk melihat rata2, korelasi, kecendrungan lain.
a).3 Pembandingan dgn instansi lain (benchmarking)b) Evaluasi
Cara memperoleh suatu kesimpulan dengan mencari pola hubungan berbagai informasi yg telah diperoleh.Evaluasi dapat dilaksanakan dgn membuat bagan arus (Flowchart)
c) Investigasi Upaya utk mengupas scr intensif suatu permasalahan melaui
penjabaran, menguraikan scr mendalam. Investigasi mrp proses pendalaman dari verifikasi setelah adanya
indikasid) Pembandingan
Membandingkan data dari suatu unit kerja dengan data dari unit kerja yg lain , atas hal yg sama dan periode yg sama atau hal yg sama periode yg berbeda
Contoh: Bandingkan belanja modal tahun 2011 dgn 2012 Bandingkan harga beli dengan harga pasar menurut penawaran
umum
4) Teknik audit utk bukti keterangan
30
a) Konfirmasi
Memperoleh bukti sbg peyakin bagi auditor, dengan meminta
informasi yang sah dari pihak yg relevan, umumnya pihak luar
auditan. Secara umum auditor telah memiliki data yg akan
dikonfirmasi.
Contoh:
Konfirmasi surat penawaran lelang suatu kegiatan pengadaan
pakaian PNS
b) Permintaan Informasi
Permintaan informasi bagi pihak yg berkompeten. (inquiry) dpt
dilakukan untuk menggali informasi tertentu dari berbagai pihak yg
berkompeten
31
Bahan 5Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Program Kerja Audit dan Kertas Kerja Audit
I. POKOK PEMBAHASAN
C. PKA
5. Pengertian Program Kerja Audit (PKA)
6. Memahami Tujuan dan Manfaat PKA
7. Memahami Format dan Isi PKA
8. Memahami Sifat PKA
D. KKA
C. Pengertian KKA
D. Hubungan PKA dgn KKA
E. Tujuan dan Manfaat KKA
F. Prinsi-Prinsip Penyusunan KKA
G. Isi dan Format KKA
H. Pengelompokan KKA
A. PEMBAHASAN PKA
1. Pengertian Program Kerja Audit (PKA)
Rancangan prosedur dan teknik audit yg disusun scr sistematis yg hrs
dilaksanakan oleh auditor dlm kegiatan audit utk mencapai tujuan.
PKA disusun oleh auditor utk memperoleh pemahaman yg cukup ttg
tujuan auditnya di tiap tahap
Pemahaman ini diperoleh sebelum penugasan, saat survey pendahuluan
dan evaluasi SPM/I
Konsep PKA disiapkan Ketua Tim direviu Pengendali Teknis (Dalnis) utk
memberikan arahan dan tambahkan informasi.
PKA boleh disebutkan sbg istilah peta bagi turis yg ingin menuju suatu
tempat yg ia blm tahu
2. Tujuan dan Manfaat PKA
Sarana pemberian tugas kepada tim audit
Sarana pengawasan pelaksanaan audit scr berjenjang
32
Pedoman kerja bagi auditor
Sarana utk mengawasi mutu audit
3. Format dan Isi PKA
Yang wajib ada dalam PKA:
1) Pendahuluan
2) Tujuan audit
3) Langkah kerja audit
4) Yang melaksanakan
5) Waktu
6) Nomor KKA
Tiap instansi memiliki PKA tersendiri, tetapi berikut ini disampaikan isi PKA
secara umum ytu:
33
Inspektorat Kab. Tabanan No PKA
Jl Pahlawan 19 Tabanan
Nama Auditan :
Tahun/Masa Audit :
PROGRAM KERJA AUDIT SURVEY PENDAHULUAN
NO URAIAN DILAKS OLEH NO
KKA
CATATAN
WAKTU YG
DIPERLUKAN
RENC REAL RENC REAL
A
B
C
Pendahuluan
Tujuan
Audit
.............
Langkah
Kerja
1. ............
2. ............
dst
Direviu Oleh Tabanan, .......
Tanggal .... Disusun oleh
(..............................) (..............................)
Disetujui Oleh
Tanggal .....
Pengendali Mutu
34
(...........................)
Penjelasan ttg format PKA:
1) Pendahuluan
Dimuat informasi mengenai kegiatan /fungsi/program instansi scr singkat
yg berguna sbg latar belakang bagi auditor utk memahami dan
melaksanakan PKA.
Berisi informasi ttg temuan yg akan dikembangkan
Tim Audit hrs memperhatikan bagian ini utk memahami latar belakang
yg berhubungan dgn prosedur dan teknik audit yg akan dilaksanakan.
2) Tujuan audit
Sasaran yg ingin dicapai dari audit, yg telah diidentifikasi mengandung
kelemahan dan yg memerlukan perbaikan.
Tujuan audit hrs jelas shg dapt dipedomani bagi auditor utk
dikembangkan
TA hrs memahami tujuan audit dgn baik, krn langkah kerja yg akan
dilaksanakan hrs diarahkan utk mencapai tujuan dimaksud.
3) Langkah kerja
Perintah kerja kpd auditor dlm melaksanakan tugas.
Biasanya merupakan instruksi tertulis dgn kalimat perintah dgn
menerapkan prosedur dan teknik-teknik audit.
Contoh: dapatkan, bandingkan, amati, konfirmasi dll
TA hrs melaksanakan proosedur yg ditetapkan PKA dan menuangkan
dlm KKA
4) Yang melaksanakan
PKA sbg perintah kerja ditujukan AT yg ditugaskan
Apabila AT yg ditugaskan tdk mampu/kendala audit maka ia hrs melapor
ke KT shg dpt dilimpahkan ke yg lain.
5) Waktu
Perkiraan waktu yg dibutuhkan utk melaksanakan prosedur dan teknik
audit yg disesuaikan dg tingkat kesulitan mendapatkan bukti dan
banyaknya jumlah bukti yg diperlukan.
Alokasi waktu tsb berkaitan dengan hari audit scr keseluruhaan utk
menyelesaikan penugasan audit, shg diharapkan LHA dpt diterbitkan
sg diperoleh perlu ditulis nomor esuai jadwal.
6) Nomor KKA
35
Untuk memudahkan penelusuran pelaksanaan PKA ke bukti audit
4. Sifat PKA yaitu:
PKA memiliki sifat luwes artinya disesuaikan dgn perkembangan dan kondisi
lapangan sehingga masih membuka kesempatan bagi auditor utk
mengembangkan.
PKA yg kaku akan menyebabkan auditor apatis dan hanya melaksanakan
seperti apa yg ada di dokumen saja.
B. PEMBAHASAN KKA
1. Pengertian KKA
Menurut SAS (Statements Audit Standards) Nomor 41 KKA adalah catatan
yg dibuat oleh auditor mengenai bukti2 yg dikumpulkan, teknik dan
prosedur audit yg diterapkan, serta simpulan2 yg dibuat.
Dokumen yg dibuat auditor dpt berupa kertas, foto, rekaman dll
2. Hubungan PKA dengan KKA
Contoh;
Progran Kerja Audit Nomor PKA AR-2
Tujuan : Bangku yang diterima tdk sesuai dgn yg dipesan, baik jumlah maupun
spesifikasinya
No Langkah Kerja Auditor Waktu No KKA
1 Lakukan inspeksi dan verifikasi
dokumen atas nota pembelian dan
catatan lainnya
Restu Taufan 1 HP 2.1
Kertas Kerja Audit No. KKA : 2.1
Ref PKA : AR-2
Disusun oleh : Restu Taufan
Hasil inspeksi dan uji perhitungan atas nota pembelian
NO URAIAN REF
INFORMASI DAN ANALISIS
36
Ada ketidak wajaran dari uji perhitungan nota yaitu rekanan penyedia barang hanya
satu rekanan
Beberapa bangku masih belum lengkap
KESIMPULAN
Perlu dilakukan pendalaman terhadap hasil pengadaan
3. Tujuan dan Manfaat KKA
1) Pendukung laporan audit
KKA mrp penghubung antara audit yg dilaks dgn LHA, jadi
informasi dlm LHA hrs dpt dirujuk ke KKA.
2) Dokumentasi informatif
KKA mendokumentasikan informasi yg diperoleh melalui teknik dan
prosedur audit
3) Identifikasi temuan audit
Sarana utk mencari hubungan berbagai fakta yg tlh ditemukan
membandingkan dan menilai besarnya pengaruh suatu temuan
4) Pendukung pembahasan
Selama audit berlangsung pemahaman tsb hrs didokumentasikan ke
dlm KKA shg saat pembahasan informasi yg relevan dpt sgr dirujuk
5) Media reviu pengawas
Reviu pengawas ini bertujuan utk memberikan rekomendasi teknik
dan prosedur audit tambahan yg diperlukan.
6) Bahan pembuktian
KKA ini dpt mjd bahan pembuktian di Pengadilan dlm TIPIKOR dan
auditor bertindak sbg pemberi keterangan ahli
Dlm hal menghadapi tuntutan pengguna LHA/KKA yg lengkap dpt
menjadi alat utk membela diri ttg kecukupan prosedur audit sesuai
standar profesi.
7) Referensi
KKA dpt menjadi referensi dlm pelaksanaan tugas periode berikutnya
8) Membantu audit ekstern
Auditor ektern berkepentingan mereviu SPI/M, termasuk mereviu
pekerjaan auditor intern
9) Sarana pengendalian mutu
37
KKA memungkinkan dilakukan reviu oleh rekan sejawat (peer review)
atau lembaga yg berwenang, juga sbg pertgjwb bahwa audit tlh dilaks
sesuai standard
Contoh: KKA STATISTIK
INSPEKTORAT KAB. TABANAN No KKA : A/II/1-5
Jl Pahlawan 19 Tabanan Ref PKA No : IV/2
Disusun oleh : Taufan Tgl/Paraf : Nama Auditan : Dinas PU Direviu oleh : SuyasaTahun/Masa Audit : 2011 Tgl/Paraf :
ANALISIS PENYAMPAIAN GAMBAT TEKNIS
(REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN)
POPULASI
KEG
A
KEG
B
KEG
C
TOTAL
Gambar selesai semester lalu 150 130 140 420
Sampel diambil dari registrasi penyampaian
barang
20 20 20 60
Keterlambatan:
10 – 20 hari
21 – 30 hari
31 – 40 hari
41 – 50 hari
-
1
1
3
-
-
-
-
2
2
3
1
2
3
4
4
5 - 8 13
Tidak melalui pengecekan 4 0 0 4
Tidak mendapat tanda tangan 3 - - -
Simpulan:
1) Kegiatan A dan C tidak mempunyai sistim monitoring
2) Kegiatan A tidak melakukan prosedur utk mereviu gambar
Sumber data: Rekapitulasi gambar di
38
bidang BG DPU
4. Prinsip penyusunan KKA
1) Relevan
Informasi (angka/kata kalimat relevan dg tujuan audit)
2) Sesuai PKA
KKA disusun sesuai dgn langkah2 yg dimuat dlm PKA
3) Lengkap dan cermat
Kelengkapan dan kecermatan lebih berhubungan dgn informasi/data
atas suatu permasalahan bukannya populasi data.
4) Mudah dipahami
KKA menggunakan bahasa sederhana, ringkas, runtut alur pikirnya,
hindari penggunaan jargon2 dan istilah teknis perlu dibuat penjelasan
5) Rapi
KKA ditulis dengan satu muka shg mudah dibaca dgn jelas
6) Seragam
KKA sebaiknya disiapkan dgn tampilan, bentuk dan ukuran yg baku
5. Pengelompokan KKA
1) Dosir aktual (current file)
KKA yg berisi informasi yg berhub dg tahap audit yg sedang berjalan
(aktual) dan tidak dipertimbangkan dipakai utk penugasan berikutnya
Contoh:
PKA
Reviu SPM
KKA
Bukti audit
2) Dosir tetap (Permanent file)
KKA berisi informasi yg digunakan berulang kali dlm audit berikutnya.
Contoh:
39
Peraturan per UU
Struktur organisasi
Kebijakan anggaran, prosedur dan pelaporan
6. Penguasaan KKA
1) Kepemilikan KKA
KKA adl milik instansi auditor
Auditan tdk mempunyai hak atas KKA, meskipun berisi data ttg auditan
2) Kerahasiaan KKA
KKA bersifat rahasia thd auditan
KKA bersifat rahasia thd pihak ketiga
Aparat penegak hukum dpt menggunakan KKA sesuai ketentuan yg
berlaku
40
Bahan 6
Mata Kuliah : Pengendalian /Pengawasan
Judul : Praktek Teknik Audit dan Kertas Kerja Audit
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Teknik Audit Konfirmasi
2. Teknik Audit Footing
3. Teknik Audit Cross Footing
4. Teknik Audit Rekonsiliasi
5. Kasus Penerimaan Bantuan
6. Kasus Pengendalian Penerimaan Kertas
II. PEMBAHASAN
1. Konfirmasi
Berikut ini disampaikan contoh surat konfirmasi kepada Rektor UGM atas
kebenaran kepemilikan Ijazah Pasca Sarjana atas nama Blasius Rawe
41
INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN
JL PAHLAWAN 19 TABANAN
Konfirmasi Nomor : R-07/11/2010 10 Nopember 2010Hal : Konfirmasi Ijazah
Yth. Sdr. Rektor UGMJl. Bulak SumurDIY
Sehubungan dengan adanya pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kab. Tabanan sesuai Surat Tugas Nomor: 700/171/Itkab, tanggal 2 Nopember 2010, kami mengharapkan bantuan Saudara tentang kebenaran Ijazah Pasca Sarjana yang dimiliki oleh:
N a m a : Ignatius De LoyolaTempat/Tanggal Lahir : TTU, 10 Oktober 1971Nomor Seri Ijazah : MZ-1996Tanggal Dikeluarkan : 14 Mei 1996Nomor Induk Mahasiswa : 199295
Jawaban Saudara dapat dikirim ke Tim Auditor Inspektorat Kab. Tabanan dengan alamat seperti dalam sampul jawaban yang kami sertakan dengan surat ini.
Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
An. Bupati Tabanan Inspektur
Kabupaten Tabanan,
I PG Wirawan, S.Sos, M.Si Pembina TK.1
NIP. 195712311980031004
42
2. Teknik Audit Footing
Pada audit atas penyampaian sembako kepada masyarakat, auditor menguji
kebenaran penjumlahan dgn teknik footing atas Laporan Rekapitulasi
Penyerahan Sembako yang dibuat oleh Dinas Sosial Kab. Tabanan
INSPEKTORAT KAB. TABANAN No KKA : A/I/1-5
Jl Pahlawan 19 Tabanan Ref PKA No : III/2
Disusun oleh : Taufan Tgl/Paraf : Nama Auditan : Dinsos Kab. Tabanan Direviu oleh : SuyasaTahun/Masa Audit : 2012 Tgl/Paraf :
Pengujian Penyampaian Bantuan SembakoRekapitulasi per Kecamatan
KECAMATAN BERAS
(Kg)
GULA
PASIR (Kg)
MINYAK
GORENG
(Kg)
1. Muntilan 1.400.000,00 800.000,00 950.000,00
2. Mungkit 1.600.000,00 960.000,00 1.100.000,00
3. Borobudur 1.250.000,00 760.000,00 640.000,00
4. Mertoyudan 1.550.000,00 940.000,00 1.150.000,00
J U M L A H 5.800.000,00 3.450.000,00 3.800.000,00
TICKMARK
43
Keteranga √ footing benar Sumber: BAST
≠≠ footing salah
3. Teknik Audit Cross Footing
Pada audit atas penyampaian buku kejar paket A kepada massyarakat, auditor
menguji kebenaran penjumlahan dgn teknik cross footing atas Laporan Rekapitulasi
Penyerahan Buku Kejar Paket A yang dibuat oleh Disdik Kab. Tabanan.
INSPEKTORAT KAB. TABANAN No KKA : A/II/1-5
Jl Pahlawan 19 Tabanan Ref PKA No : IV/2
Disusun oleh : Seraya Tgl/Paraf : Nama Auditan : Disdik Kab. Tabanan Direviu oleh : SuyasaTahun/Masa Audit : 2012 Tgl/Paraf :
Pengujian Penyampaian Buku Kejar Paket ARekapitulasi per UPTD Kecamatan
KECAMATAN SEMESTE
R I
SEMESTE
R II
JUMLAH TICKM
ARK
1. Jogonalan 11.200 33.200 44.400
2. Prambanan 15.650 4.250 19.900
3. Jatinom 8.450 23.150 31.650
4. Manisrenggo 15.350 26.600 41.950
J U M L A H 50.650 87.200 137.900
Keterangan: √ Cross footing benar Sumber:
BAST
≠≠ Cross footing salah
44
4. Rekonsiliasi
INSPEKTORAT KAB. TABANAN No KKA : A/III/1-5
Jl Pahlawan 19 Tabanan Ref PKA No : III/2
Disusun oleh : Seraya Tgl/Paraf : Nama Auditan : PD Pasar Tabanan Direviu oleh : AriyasaTahun/Masa Audit : 1 Apr s/d Des 2012 Tgl/Paraf :
Rekonsiliasi Bank per 31 Desember 2010
Saldo R/K Bank per 31 Desember 2010 sebesar Rp50.000.000,00 sedangkan
saldo menurut BKU per tanggal tersebut adalah sebesar Rp30.000.000,00,
sehingga terdapat selisih sebesar Rp20.000.000,00 disebabkan oleh:
1) Bank belum membukukan cek tanggal 30 Desember 2010 untuk
pembayaran kepada rekanan atas pembelian ATM sebesar
Rp15.000.000,00. Rekanan baru menguangkan cek tersebut pada
bulan Januari 2011.
2) Perusahaan belum membukukan penerimaan premi melalui Bank per
31 Desember 2010 sebesar Rp5.000.000,00. Bukti Bank baru diterima
pada tanggal 2 April 2011.
Buatlah uraiannya berapa saldo yang seharusnya disajikan !
45
5. Kasus Penerimaan Bantuan
Anda mendapatkan tugas untuk menguji bahwa kelompok-kelompok tani telah
menerima bantuan secara utuh. Tiap kelompok tani seharusnya menerima bantuan
sebesar Rp500.000,00. Anda memutuskan untuk langsung mengkonfirmasi
kepada 10 sampel kelompok tani penerima. Hasil konfirmasi Anda sebagai
berikut:
NO KELOMPOK
TANI
BANTUAN
DITERIMA
KETERANGAN
1 Kelompok A Rp450.000,00 Dipotong biaya transpor
petugas
2 Kelompok B Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
3 Kelompok C Rp500.000,00
4 Kelompok D Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
5 Kelompok E Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
6 Kelompok F Rp500.000,00
7 Kelompok G Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
8 Kelompok H Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
9 Kelompok I Rp450.000,00 Dipotong biaya transpor
petugas
10 Kelompok J Rp400.000,00 Dipotong biaya administrasi
46
Susunlah KKA hasil konfirmasi tersebut. KKA harus pula mengkonfirmasi selisih
yang terjadi dan kesimpulan yang harus Anda ambil !
6. Kasus Pengendalian Penerimaan Kertas
Anda mendapat tugas untuk menguji bahwa pengendalian terhadap penggunaan
kertas memadai. Berikut disampaikan hasil verifikasi Anda secara uji petik
terhadap bukti pengeluaran barang:
NO NO BUKTI KUANTITAS
KERTAS
KETERANGAN
1 BUKTI NO A 4 RIM Tidak ada otorisasi
2 BUKTI NO B 10 RIM Tidak sesuai dengan surat
permintaan
3 BUKTI NO C 2 RIM -
4 BUKTI NO D 5 RIM Tidak ada otorisasi
5 BUKTI NO E 2 RIM -
6 BUKTI NO F 2 RIM Tidak ada otorisasi
7 BUKTI NO G 7 RIM -
8 BUKTI NO H 8 RIM Tidak ada otorisasi
9 BUKTI NO I 3 RIM Hanya berdasar rekap, bukti
hilang
10 BUKTI NO J 4 RIM -
.
47
Susunlan KKA hasil konfirmasi tersebut. KKA harus pula menginformasikan kelemahan
pengendalian yang ada dan kesimpulan yang Anda ambil tentang memadai dan tidaknya
pengendalian
Bahan 7Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Konsep Dasar Sistem Pengendalian Manajemen
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Latar Belakang
2. Pengertian SPM
3. Pentingnya Pengendalian Manajemen
4. Pengendalian Manajemen dalam Instansi Pemerintah
5. Jenis-Jenis Pengendalian Manajemen
6. Keterbatasan Pengendalian Manajemen
II. PEMBAHASAN
1. LATAR BELAKANG
Pengawasan mrp salah satu fungsi dari manajemen untuk mengendalikan
jalannya organisasi untuk tercapainya tujuan. Termasuk dalam pengendalian
jalannya manajemen seluruh harta kekayaan, personil dan metode yang akan
digunakan oleh organisasi untuk menjalankan misinya.
Tuntutan kualitas pengelolaan yang sangat tinggi dan semakin ketatnya
persaingan dalam kehidupan yg semakin majemuk, telah merombak tata cara
pengelolaan kegiatan dan sumber daya dalam organisasi. Pengawasan scr
langsung diyakini paling tinggi efektivitasnya ternyata tidak mencukupi karena
keterbatasan waktu, pengetahuan dan keahlian manajemen organisasi, tidak lagi
memadai dibandingkan dinamika organisasi. Manajemen modern memerlukan
jenis pengawasan lain, selain pengawasan scr langsung utk mengatasi sgl
48
kompleksitas kegiatan organisasi. Salah satu di antara bentuk pengawasan
lainnya adalah Sistem Pengendalian Manajemen (SPM).
Sebelum membahas arti pengawasan yang sebenarnya, perlu ditekankan bahwa:
a) Pertama; Pengawasan adl alat bantu manajemen untuk mencapai tujuan
Pengawasan bukanlah tujuan yg hendak dicapai, tetapi hanya boleh
dipandang sebagai tujuan antara, oleh karena itu tolok ukur dari
keberhasilan pengawasan adalah efektifitas manajemen itu sendiri.
b) Kedua; Adanya pengawasan bukanlah jaminan bagi organisasi akan dapat
mencapai tujuannya
Semua berpulang pada kualitas pelaksanaan manajemen, krn
sesungguhnya pengawasan tidak akan dapat menggantikan manajemen
yang efektif.
Kedua asumsi ini penting dalam memahami arti, posisi dan fungsi pengawasan
dalam organisasi serta perannya dalam proses manajemen.
Secara umum pengawasan membantu manajemen dalam 3 (tiga) hal ini:
1) Meningkatkan kinerja organisasi.
2) Memberikan informasi yg independen atas kinerja organisasi.
3) Mengerahkan manajemen untuk melakukan koreksi terhadap deviasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.
2. PENGERTIAN SPM
Pengendalian manajemen dapat dipandang dari 2 (dua) sisi, yaitu dalam arti
statis dan dinamis.
a. Sistem Pengendalian Statis
Pengendalian manajemen mrp kebijakan dan prosedur yg diciptakan
manajemen utk memberikan keyakinan yg memadai bhw tujuan
organisasi dpt dicapai.
Konsep ini dikembangkan oleh AICPA (American Institute Of Certified
Public Accountants) ytu suatu organisasi profesional dlm bidang
akuntansi publik yg kenggotannya hanya berlaku bagi akuntan publik
terdaftar (certified public accountants) melalui Statement of Auditing
Standard (SAS) No. 55
Dalam konsep ini, AICPA memperkenalkan 3 (tiga) komponen struktur
pengendalian manajemen, ytu:
a. Lingkungan Pengendalian
49
Lingkungan pengendalian suatu organisasi mencerminkan
keseluruhan sikap, kesadaran dan tindakan para anggota dewan
pengawas, manajemen dan pemilik organisasi sehubungan dgn
pentingnya pengendalian pada organisasi.
Secara umum lingkungan pengendalian menyediaakan pola bagi
terciptanya pengendalian dalam sistem operasi dan pencatatan.
b. Sisten Akuntansi
Dalam sistem akuntansi terdapat prosedur2 pengendalian yg
mengendalikan integritas catatan serta keamanan aktiva dalam
aliran transaksi suatu organisasi.
Sistem akuntansi yg efektif disusun dari metode2 dan catatan2
untuk:
a) Mengidentifikasi dan mencatat transaksi yg sudah diotorisasi
b) Menjelaskan transaksi tsb pd saat yg tepat, mjd rincian yg
cukup utk mengklasifikasikannya utk tujuan pelaporan
keuangan
c) Mengukur nilai transaksi shg nilai keuangannya dpt dicatat
dlm laporan keuangan
d) Menyajikan transaksi dlm laporan keuangan lengkap dgn
pengungkapan yg diperlukan
3) Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan
diterapkan pd berbagai bagian dan tingkatan organisasi. Hal ini
dpt diintegrasikan dlm komponen khusus dari lingk. Pengendalian
dan sistem akuntansi
Prosedur pengendalian rancangannya hrs disesuaikan dgn
kompleksitas kegiatannya, oleh krn itu prosedur pengendalian
akan berbeda-beda detailnya.
Berikut dapat disampaikan prosedur pengendalian akan memuat
unsur-unsur sebagai berikut:
a) Otorisasi yg tepat atas transaksi
50
b) Pemisahan fungsi, untuk meminimal terjadinya perbuatan
kesalahan dan kecurangan, misal pemisahan fungsi otorisasi,
mencatat dan menyimpan pd orang2 yg berbeda.
c) Dokumen dan catatan dirancang utk menjamin transaksi yg
tepat, misal pemantauan no urut formulir dan pengamanan yg
cukup thd aset
d) Reviu yg bebas, termasuk atas pelaksanaan kegiatan dan
penilaian thd jlh yg dicatat, misal pengecekan ketelitian
penulisan, rekonsiliasi dan pencocokan fisik dgn catatan.
b. Sistem Pengendalian Dinamis
Pengandalian manajemen mengalami perubahan dari ketersediaan
alat pengendalian menjadi konsep proses untuk mencapai tujuan, dgn
semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia, maka alat-alat
pengendalian memerlukan penelaah ulang.
Sistem pengendalian manajemen dlm arti dinamis diuraikan oleh
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission (COSO) dan Government Accounting Office/GAO
a. Pengertian Pengendalian Menurut COSO
Coso adl suatu komisi yg bertujuan utk merumuskan
pengendalian intern scr lebih mendalam dan beranggotakan
wakil2 dari Financial Executives Institute, AICPA, American
Accounting Associations Institute of Internal Auditors.
Pengertian pengendalian manajemen mrt COSO adl Pengendalian
intern mrp suatu proses yg dipengaruhi oleh dewan komisaris,
manajemen dan personil lainnya yg dirancang utk menyediakan
keyakinan yg memadai berkaitan dgn pencapaian tujuan dlm
bernagai katagori:
Efektivitas dan efisiensi kegiatan
Keandalan pelaporan keuangan
Ketaatan thd peraturan
Menurut COSO pengendaliam manajemen terdiri-dari 5 (lima)
komponen utama yg saling berkaitan ytu:
a) Lingkungan pengendalian
b) Penaksiran resiko
51
c) Aktivitas pengendalian
d) Informasi dan komonikasi
e) Pemantauan
b. Pengendalian Manajemen Menurut GAO
Konsep pengendalian mrt GAO dpt dilakukan melalui 8 (delapan)
sarana yg sering disebut sbg pengendalian intern ytu:
a) Pengorganisasian
b) Kebijakan
c) Prosedur
d) Personil
e) Perencanaan
f) Pencatatan
g) Pelaporan
h) Reviu Intern
3. PENTINGNYA PENGENDALIAN MANAJEMEN DIPELAJARI
a. Keterkaitan SPM dengan Pekerjaan Auditor
Auditor yg sedang melaksanakan audit keuangan, menggunakan
pengujian thd pengendalian manajemen utk melihat dpt tidaknya data yg
dihasilkan dlm proses manajemen dpt dipercaya.
Berdasarkan kompetensi data, auditor dpt mentapkan ruang lingkup audit
utk menentukan sifat dan luas pengujian yg akan dilakukan. Scr umum
manfaat auditor memahami dan menguji SPM adalah:
a. Menghindari terjadinya resiko audit
b. Dasar menetapkan arah, luas, sifat dan lamanya audit
c. Mempercepat proses audit krn telah terarah
d. Memberikan jaminan sasaran audit telah benar
b. Evaluasi SPM
Kegiatan evaluasi SPM yg bertujuan utk memantapkan bahwa tujuan
audit sementara (TAO) dpt ditetapkan menjadi sasaran audit yang
pasti (FAO) guna diproses lebih lanjut pd tahap audit rinci.
4. PENGENDALIAM MANAJEMEN DALAM INSTANSI
PEMERINTAH
52
Pengendalian manajemen di lingkungan pemerintah mempunyai sifat
khusus, organisasi pemerintah dikelola dgn cara dan nilai yg berbeda
dibandingkan dgn sektor swasta.
Pengelolaan sumber daya pada sektor publik tidak semata-mata
dilakukan dgn prinsip ekonomi spt yg dianut sektor swasta, tetapi salah
satu tugas Pemerintah adalah menyediakan barang dan jasa yg tdk dpt
disediakan oleh sektor swasta.
Agar dpt menjalankan tugas dgn baik, APIP wajib mengindahkan SAP
(Standar Akuntansi Pemerintahan) sebagaimana diatur dalam PP 24
Tahun 2005 dan PP 71 Tahun 2010
5. JENIS-JENIS PENGENDALIAN MANAJEMEN
Menurut jenisnya SPM dpt diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelompok ytu:
a. Pengendalian preventif (Preventive controls)
b. Pengendalian detektif (Detective controls)
c. Pengendalian korektif (Correcting controls)
d. Pengendalian langsung (Directive controls)
e. Pengendalian kompensasi (Compensating controls)
Secara rinci pengendalian diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengendalian preventif (Preventive controls)
Untuk mencegah terjadinya kerugian/penyimpangan, disamping untuk
mengarahkan kegiatan2 agar sesuai dgn rencana.
Pengendalian preventif sering dikatakan lebih baik dibandingkan
pengendalian detektif dan korektif karena:
a. Pengendalian preventif sifatnya lebih mudah
b. Biaya lebih rendah
c. Lebih baik mencegah dari pada mencari pemecahan suatu masalah
yang timbul
b. Pengendalian detektif (Detective controls)
Dimaksudkan untuk mengidentifikasikan adanya kesalahan yg terjadi
dlm pelaksanaan aktivitas.
53
Kelemahan pengendalian ini adl pengendalian detektif hanya dapat
memberitahukan/mencegah mengenai masalah yg timbul saja, tetapi
tdk dpt mencegah terjadi persoalan yg ada.
Contoh: akses ke komputer terhenti apabila sampai 3 kali seseorang
salah memasukan password.
c. Pengendalian korektif (Correcting controls)
Tujuan dari pengendalian ini adl utk memberikan informasi yg
diperlukan utk perbaikan kesalahan yg telah terdeteksi.
Contoh: Pemberian kartu berobat bagi GAKIN, dalam pelaksanaannya
KADES dpt salah menentukan pemberian kartu tsb kpd org yg tdk
berhak. Dari hasil audit ditemukan kondisi tsb, maka
direkomendasikan kpd KADES untuk merubah tata cara pemberian
kartu tsb.
d. Pengendalian langsung (Directive controls)
Pengendalian yg dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung
agar kegiatan yg dilaksanakan berjalan sesuai rencana.
Contoh: Kegiatan supervisi yg dilakukan langsung oleh atasan kpd
bawahan atau pengawasan oleh mandor thd aktivitas pekerja.
e. Pengendalian kompensatif (Compensating controls)
Pengendalian ini dimaksudkan utk memperkuat pengendalian karena
terabaikannya suatu aktivitas pengendalian.
Contoh: Pengawasan langsung pimpinan thd kegiatan pegawainya pd
saat tertentu karena ketidakjelasan pemsahan fungsi.
6. KETERBATASAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
Berikut ini disampaikan beberapa hal merupakan keterbatasan yg dpt
mengakibatkan kegagalan dlm suatu sistem pengendalian, ytu:
a. Pertimbangan yang kurang matang
Efektivitas pengendalian dipengaruhi oleh pengambilan keputusan
yg dipengaruhi oleh bbrp pertimbangan atas waktu yg tersedia,
informasi yg dimiliki dan tekanan yg berasal dari lingkungan
tertentu.
Ada kalanya bbrp keputusan yg diambil scr demikian akan dpt
memberikan hasil yg kurang efektif dari yg diharapkan.
54
b. Gagal menterjemahkan perintah
Walaupun SPM dirancang dgn baik, sistem tsb masih mungkin
mengalami kegagalan, kegagalan ini akibat pegawai yg
menyalahartikan suatu perintah.
Mereka membuat kesalahan sebagai akibat ketidaktahuan,
keteledoran, ataupun kealpaan. Kegagalan ini akan lebih besar
pengaruhnya jika yg membuat kesalahan adalah seorang pimpinan.
c. Pengabaian manajemen
Istilah ”Pengabaian Manajemen” ytu tindakan manajemen yg
mengabaiakan pengendalian dgn tujuan utk kepentingan pribadi atau
utk meningkatkan penyajian kondisi laporan keuangan.
Contoh: Seorang pimpinan mungkin akan mengabaikan SPM dgn
alasan utk menutupi terjadinya ketidaktepatan pencapaian target
pendapatan atau untuk menyembunyikan tindakan melawan hukum
yg berlaku.
d. Kolusi
Terjadinya kolusi antara dua pihak atau lebih dpt mengakibatkan
kegagalan SPM. Para pelaku melakukan perobahan data keuangan
manajemen dgn cara yg tdk dpt diidentifikasikan oleh pengawas.
Contoh: Pemasok memberikan barang dgn kualitas yg berbeda,
tetepi dinyatakan dlm faktur penagihan sesuai dgn yg dipesan. Dilain
pihak Penerima barang memproses penerimaan barang seolah-olah
telah diterima sesuai dgn kualitas yg dipesan.
55
Bahan 8Mata Kuliah : Pengendalian /PengawasanJudul : Pengendalian Manajemen Pendekatan COSO
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Lingkungan Pengendalian Manajemen
2. Penilaian Resiko
3. Informasi dan Komonikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Monitoring
II. PEMBAHASAN
Perkembangan terakhir dengan adanya hasil kajian oleh Commitee of
Sponsoring Organizations of the Treadway Commision (COSO) diperkenalkan 5
(lima) komponen dari pengendalian manajemen yang meliputi: Lingkungan
Pengendalian, Penilaian Resiko Manajemen, Sistim Komonikasi dan Informasi,
Aktivitas Pengendalian dan Monitoring.
Berikut akan disampaiakan masing-masing sarana dengan 5 (lima)
komponen pengendalian yaitu:
1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN
56
Lingkungan pengendalian merupakan perwujudan suatu iklim manajemen
dimana sejumlah orang melaksanakan kegiatan dan tanggung jawab
pengendalian. Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian
dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personil organisasi tentang
pengendalian serta merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern
yang membentuk disiplin dan struktur.
Beberapa faktor yang dapat membentuk lingkungan pengendalian adalah :
1. Integritas dan nilai etika
2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Dewan komisaris dan komite audit
4. Filosofi dan gaya operasi manajemen
5. Struktur organisasi
6. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Lingkungan pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik
dan pimpinan organisasi mengenai pentingnya pengendalian intern. Efektifitas
informasi dan komunikasi serta aktifitas pengendalian sangat ditentukan oleh
suasana yang diciptakan lingkungan pengendalian. Berikut ini penjelasan rinci
dari sub komponen lingkungan pengendalian sebagai berikut:
1. Integritas dan Nilai Etika
Efektifitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang
mendisain dan melaksanakannya. Pengendalia intern yang memadai
disainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjunjung tinggi
integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya
tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen
adalah menjunjung tinggi nilai integritas, suatu kemampuan untuk
mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi komitmennya.
Disamping itu, dalam menjalankan aktivitas organisasi, manajemen dituntut
untuk mendasarkan pada etika organisasi tersebut. Nilai integritas dan etika
organisasi tersebut dikomunikasikan oleh manajemen melalui personal
behavior dan operational behavior, manajemen mengkomunikasikan nilai
integritas dan etika melalui tindakan individual mereka, sehingga nilai-nilai
tersebut dapat diamati oleh karyawan dalam organisasi tersebut. Melalui
operational behavior, manajemen mendisain sistem yang digunakan untuk
membentuk prilaku yang diinginkan, yang berdasarkan nilai integritas dan
etika.
57
2. Komitmen terhadap Kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara
kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan
kompetensi. Untuk mencapai tujuan organisasi personil di setiap tingkat
organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Sebagai contoh disamping
pendidikan dibidang manajemen keuangan, kepala bagian keuangan dituntut
memiliki keterampilan sebagai hasil pelatihan dan pengalaman, untuk
memungkinkan secara efektif mengelola dana yang ada sesuai dengan
ketentuan yang ada.
3. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Sub komponen ini ditekankan dalam pengendalian intern dari perusahaan
swasta dan Badan Usaha Milik Negara, sehingga untuk organisasi
pemerintah hal ini belum bisa digunakan, karena dalam kegiatan
pemerintahan tidak dikenal istilah dewan komisaris dan komite audit.
Dalam perusahaan berbentuk perseroan terbatas, jika penunjukan auditor
dilakukan oleh manajemen puncak, kebebasan auditor dapat tampak
berkurang dipandang dari sudut pemegang saham. Hal ini karena manajemen
puncak adalah pihak yang seharusnya dinilai kejujuran pertanggungjawaban
keuangannya oleh auditor, padahal manajemen puncak menentukan
pemilihan auditor yang ditugasi dalam audit atas laporan keuangan yang
dipakai untuk pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen puncak. Oleh
karena itu, untuk menciptakan independensi auditor, perusahaan-perusahaan
yang go public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukan auditor dari
tangan manajemen puncak ketangan dewan komisaris atau komite audit
(audit committee).
Dewan komisari adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan
hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian
dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah
konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak ditangan manajemen (direksi).
Jika anggota dewan komisaris terutama terdiri dari manajemen puncak
perusahaan. Hubungan antara auditor dengan dewan komisaris tidak ada
bedanya dengan hubungan antara auditor dengan manajemen perusahaan.
58
Dalam keadaan ini tidak ada pihak yang independen yang dapat berfungsi
sebagai penengah antara manajemen dengan auditor.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang go public ada yang telah
membentuk komite audit (audit committee) yang anggotanya seluruh atau
terutama terdiri dari pihak luar perusahaan. Pembentukan komite audit ini
ditujukan untuk memperkuat independensi auditor yang oleh masyarakat
dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang
dilakukan oleh manajemen.
4. Filosofi dan Gaya Operasi
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi
parameter bagi organisasi dan karyawannya. Flosofi merupakan apa yang
seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh
organisasi. Contoh filosofi yang ditetapkan oleh manajemen suatu organisasi
yang menekankan integritas dalam menjalankan kegiatannya, sehingga
manajemen yang memiliki filosofi ini akan menjadikan semua tindakannya
atas dasar rencana yang disusun lebih dulu secara matang, sehingga tidak ada
kejadian yang terlaksana tanpa rencana. Semua kegiatan adalah direncanakan
dengan baik, sehingga rencana kegiatan dan anggaran benar-benar digunakan
sebagai tolak ukur persentasi manajemen.
Gaya operasi mencerminkan ide manajemen tentang bagaimana oparasi suatu
organisasi harus dilaksanakan. Ada manajemen yang memilih gaya operasi
yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan dan
penggunaaan anggaran sebagai alat ukur kinerja manajemen, dan pencapaian
tujuan yang dicanangkan dalam anggaran, namun ada pula manajemen yang
tidak demikian. Ada manajemen organisasi yang memilih gaya operasi yang
lebih condong pada desentralisasi kekuasaan ketangan manajemen menengah
kebawah. Manajemen dengan gaya operasi sentralisasi memerlukan alat
pengendalian atau kontrol yang cenderung berbiaya tinggi, karena sense of
control tidak tumbuh didalam diri manajemen menengah kebawah.
Manajemen organisasi yang gaya operasinya bersifat desentralisasi akan
meletakkan peran perencanaan dan pengendalian ditangan manajemen
menengah dan bawah. Dengan gaya operasi ini sense of control akan tumbuh
didalam diri manajemen menengah dan bawah, sehingga biaya pengendalian
cenderung rendah.
5. Struktur Organisasi
59
Organisasi dibentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Orang bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk
mencapai tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan
yang dimilikinya sendiri. Struktur organisasi memberikan kerangka untuk
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas
organisasi. Struktur organisasi mancakup pembagian wewenang dan
pembebanan tanggung jawab didalam suatu organisasi dalam mencapai
tujuan organisasi.
6. Pembagian Wewenang dan Pembebanan Tanggung Jawab
Merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan
pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan
berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi.
Disamping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan
pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian
tujuan organisasi. Jika kepada seorang manajemen dibebankan wewenang
yang terlalu banyak, hal ini akan berakibat timbulnya iklim yang mendorong
ketidakberesan dalam pelaksanaan wewenang tersebut.
7. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern, jika
suatu organisasi memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur
pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum dan
organisasi tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang
dapat diandalkan. Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat
menghasilkan informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh
karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur. Namun, karyawan yang
kompeten dan jujur bukan merupakan satu-satunya unsur pengendalian
intern. Mereka dapat bosan atau tidak puas dengan pekerjaan, memiliki
masalah pribadi yang dapat mengganggu pelaksanaan fungsi mereka. Atau
tujuan mereka tidak lagi sesuai dengan tujuan organisasi. Karena pentingnya
suatu organisasi memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta
lingkungan pengendalian yang baik. Maka organisasi tersebut perlu memiliki
metode yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi
mereka, menilai prestasi dan memberikan kompetensi atas prestasi mereka.
2. PENILAIAN RESIKO MANAJEMEN
60
Penilain risiko manajemen adalah rangkain kegiatan mengenali resiko,
mengukur resiko dan memprioritaskan resiko. Untuk dapat menilai resiko
langkah-langkahyang harus dilakukan adalah :
1. Mengestimasi tingkat signifikan dari resiko-resiko
2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya risiko
3. Mempertimbangkan bagaimana risiko dikelola.
Secara lebih rinci langkah tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Mengestimasi tingkst signifikan dari risiko-risiko.
Mengestimasi terjadinya risiko dapat dilakukan dengan cara
mengindentifikasi:
a. Risiko apakah yang akan terjadi
Risiko yang akan terjadi dapat berasal dari dalam organisasi maupun
luar organisasi, antara lain:
1) Aktifitas manajemen dan pengendalian
2) Kejadian-kejadian alam
3) Perubahan politik
4) Keuangan dan peraturan yang berlaku
5) Perekonomian
6) Adanya teknologi baru
b. Bagaimana dan mengapa risiko itu terjadi
Dalam hal ini manajemen harus mengidentifikasi dengan cara
membuat daftar kejadian-kejadian yang ada, kemudian
mempertimbangkan penyebab dan skenario terjadinya resiko
tersebut. Setelah mengetahui penyebabnya menejemen mengambil
inisiatif yang penting untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
hal tersebut.
2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya risiko.
Analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkat yang diperlukan
tergantung dari risiko informasi dan data yang tersedia. Analisis risiko
dapat dilakukan dengan metode kualitatif, semikuantitatif atau kuantitatif
atau pun kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Dalam praktif analisis
kualitatif digunakan pertama kali untuk memperoleh indikaasi umum
tingkat risiko yang ada, kemudian digunakan analisis kuantitatif jika
diperlukan.
3. Mempertimbangkan bagaimana risiko dikelola.
61
Untuk mempertimbangkan pengelolaan risiko, dapat dilakukan dengan
cara–cara sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi opsi penanganan risiko yaitu:
a. Menghindari risiko
b. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
c. Mengurangi akibat terjadinya risiko
d. Memindahkan risiko yang ada
e. Menangani risiko yang masih ada
b. Menentukan opsi penanganan risiko
Opsi penanganan risiko yang dipilih didasarkan pada besarnya
risiko yang dapat dikurangi dan besarnya benefit yang mungkin
dapat diperoleh
c. Membuat rencana penanganan risiko
Dalam membuat rencana penanganan risiko harus diidentifikasi
tentang pertanggungjawaban, skedul, hasil yang diperkirakan,
budget, ukuran kinerja dan proses reviu apabila telah dilaksanakan.
Selain itu rencana penanganan risiko harus termasuk penentuan
mekanisme pengetrapan opsi yang dipilih terhadap ukuran kinerja,
pertanggungjawaban individu dan tujuan lainnya serta monitoring
kejadian penting.
d. Pelaksanaan Penanganan risiko
Penanganan risiko harus dipilih metode/cara yang dapat
memberikan pengendalian risiko yang paling bagus. Keberhasilan
pengetrapan penanganan risiko diperlukan adanya sistem
manajemen yang efektif atas metode yang dipilih, menentukan
siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tersebut serta
monitoring atas kriteria yang telah ditentukan.
Dalam hal penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan
keuangan adalah kegiatan mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan
laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima
umum di indonesia.
Penaksiran risiko manajemen untuk tujuan pelaporan
keuangan adalah penaksiran risiko, yang terkandung dalam asersi
tertentu dalam laporan keuangan, disain dan implementasinya.
Aktivitas pengendalian ditujukan untuk mengurangi risiko tersebut
62
pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup
pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari
perubahan keadaan, seperti:
1. Adanya bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan
prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
2. Perubahan standar akuntansi.
3. Hukum dan peraturan baru.
4. Restrukturisasi organisasi.
5. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi
baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.
6. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi
pengolahan dan pelaporan informasi, serta personil yang
terlibat di dalam fungsi tersebut.
3. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Sistem akuntasi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu
entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan kewajiban
entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antar entitas
dengan pihak luar, dan tranfer atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas.
Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan
sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang
mencegah salah saji dalam asersi manajemen di laporan keuangan.
Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah: sah, telah
diotorisasi, telah dicatat dan dinilai serta digolongkan secara wajar,dalam
periode yang seharusnya, serta dimasukkan ke dalam buku pembantu, juga
diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka
berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di
luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan
kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman
63
akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo juga merupakan
bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern.
4. AKTIVITAS PENGENDALIAN
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat
untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen
telah dilaksanakan.Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa
tindakan yang diperlukan telah dilaksakan untuk mengurangi resiko dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain suatu organisasi memerlukan
kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi
akan tercapai.
Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan
diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi. Aktivitas
pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat
digolongkan ke dalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan
adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian pengolahan informasi
a. Pengendalian umum
b. Pengendalian aplikasi
1) Prosedur otoritas memadai
2) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai
3) Pengecekan secara independen
2. Pemisahan fungsi yang memadai
3. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
4. Reviu atas kinerja
Berikut ini diuraikan unsur-unsur aktivitas penggolongan:
1. Pengendalian Penggolongan Informasi
Banyak organisasi sekarang menggunakan komputer untuk pengolahan
informasi umum dan terutama informasi akuntansinya.
Pengendalian pengolahan informasi dibagi menjadi pengendalian umum
dan pengendalian aplikasi
a. Pengendalian Umum (General Control)
64
Unsur pengendalian umum ini meliputi : organisasi pusat pengolahan
data, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan
sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.
b. Pengendalian aplikasi (Application Control)
Berbeda dengan pengendalian umum seperti yang telah diuraikan di
atas, pengendalian aplikasi dirancang untuk memenuhi persyaratan
pengendalian khusus setiap aplikasi.
Pengendalian aplikasi mempunyai tujuan berikut ini :
1) Menjamin bahwa semua transaksi, yang telah diotorisasi telah di
proses sekali saja secara lengkap.
2) Menjamin bahwa data transaksi lengkap dan teliti.
3) Menjamin bahwa pengolahan data transaksi benar dan sesuai
dengan keadaan.
4) Menjamin bahwa hasil pengolahan data di manfaatkan untuk
tujuan yang telah di tetapkan.
5) Menjamin bahwa aplikasi dapat terus menerus berfungsi.
Pengendalian aplikasi terhadap pengolahan transaksi tertentu di
kelompokkan menjadi:
1) Prosedur otorisasi memadai.
Didalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, di dalam
organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
Contoh, prosedur otoritas transaksi pembelian
a) Kepala fungsi gudang: Memberikan otoritas atas
permintaan pembelian yang ditujukan kepada fungsi
pembelian.
b) Kepala fungsi pembelian: Berwenang memberikan otorisasi
atas surat order pembelian yang diterbitkan oleh fungsi
pembelian.
c) Kepala fungsi penerimaan: berwenang memberikan
otorisasi pada laporan penerimaan barang yang diterbitkan
ole3h fungsi penerimaan.
65
d) Kepala fungsi akuntansi: berwenang memberikan otorisasi
pada bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar
pencatatan terjadinya transaksi pembelian.
Dengan demikian, transaksi pembelian akan dicatat dan
disajikan dengan ketelitian dan keandalan yang tinggi, karena
didasarkan atas dokumen sumber (bukti kas keluar) dan
dokumen pendukung (surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok) yang dihasiljkan
melalui prosedur otorisasi seperti yang telah diuraikan di atas.
Pengendalian akuntansi tersebut akan menjamin:
a) Barang dan jasa yang dibeli adalah yang di perlukan oleh
organisasi, yang dibuktikan dengan adanya surat
permintaan pembelian dari fungsi gudang atau dari
pemakai.
b) Barang yang diterima adalah barang yang di pesan, yang
dibuktikan dengan adanya surat order pembelian yang
diotorisasi oleh kepala fungsi pembelian.
c) Transaksi yang dicatat adalah kewajiban organisasi atas
barang atau jasa yang dibeli dan diterima oleh organisasi,
yang dibuktikan dengan bukti kas keluar yang dilampiri
laporan penerimaan barang, dan ditandatangani oleh kepala
fungsi penerimaan barang, faktur dari pemasok, serta surat
order pembelian.
2. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang
cukup.
Formulir merupakan media yang digunakan untuk
merekam penggunaan wewenang untuk memberikan
otorisasi terlaksannya transaksi di dalam organisasi.
Oleh karena itu, penggunaan formulir harus diawasi
sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.
Di lain pihak, formulir merupakan dokumen yang dipakai
sebagai dasar untuk pencatatan transaksi di dalam catatan
akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin
data yang direkam di dalam formulir, dficatat dengan
tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi. Dengan
66
demikian prosedur otorisasi akan menjamin dihasilkannya
dokumen sumber yang dapat dipercaya, sehingga akan
menjadi masukan yang handal bagi proses akuntansi.
Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan
menghasilkan informasi yang teliti dan handal mengenai
kegiatan suatu organisasi.
Dalam perancangan dokumen dan catatan, unsur-unsur
pengendalian manajemen yang perlu dipertimbangan
adalah sebagai berikut:
a) Perancangan dokumen bernomor urut tercetak
Penggunaan formulir bernomor urut tercetak
(Prenumberate Form), harus dipertanggungjawabkan
pemakainnya oleh yang berwenang, hal ini dapat
menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya setiap
transaksi.
b) Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi
terjadi, atau segera setelah transaksi terjadi.
Jika pencatatan transaksi dilakukan dalam jarak waktu
yang semakin jauh dari saat terjadinya transaksi, catatan
akuntansi akan semakin kurang keandalannya dan
kemungkinan terjadinya kesalahan akan semakin tinggi
c) Perancangan dokumen dan catatan harus cukup
sederhana.
Hal ini untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman
terhadap dokumen dan catatan tersebut.
d) Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi
berbagai keperluan sekaligus.
e) Perancangan dokumen dan catatan yang mendorong
pengisian data yang benar.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan unsur
pengecekan intern dalam pengisian dokumen atau
catatan. Sebagai contoh, suatu dokumen berisi instruksi
yang jelas tentang cara pengisian dan distribusinya,
ruang untuk otorisasi, dan kolom khusus untuk dan
berupa angka.
67
3. Pengecekan secara independen
Pengecekan secara independen mencakup verifikasi
terhadap:
a) Pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu
atau bagian lain atau
b) Penilaian semestinya terhadap jumlah yang dicatat
Untuk mencamin bahwa setiap karyawan organisasi
melaksanakan aktivitas pengendalian. Yang telah
ditetapkan, diperlukan pengecekan secara independen
terhadap kinerja karyawan. Cara yang paling murah
biayanya adalah dengan pemisahan fungsi otorisasi
transaksi, fungsi penyimpanan dan fungsi akuntansi.
Pemisahan fungsi ini akan secara otomatis menciptakan
verifikasi independen terhadap pelaksanaan masing2
fungsi dalam pelaksaaan suatu transaksi.
Kunci penting yg diperlukan dalam pelaksanaan
verifikasi intern ini adalah independensi karyawan yang
melaksanakan verifikasi tersebut. Jika seorang
karyawan melaksanakan suatu tahap transaksi dan
kinerjanya akan di verifikasi secara independen oleh
karyawan lain, maka prosedur ini akan menjamin
masing-masing karyawan akan bekerja sesuai dengan
prosedur yang telah di tetapkan, karena masing-masing
karyawan sadar bahwa pekerjaannya akan di verifikasi
oleh karyawan lainnya. Untuk menjamin independensi,
verifikasi kinerja tidak boleh dilaksanakan oleh
karyawan yang memiliki kedudukan di bawah
karyawan yang di verifikasi kinerjanya.
Contoh pengecekan secara independen dan asersi yang
berkaitan disajikan berikut ini:
a) Karyawan Bagian Penerimaan memverifikasi
kesesuaian jenis, jumlah, dan kualitas barang yang
diterima dari pemasok dengan data barang yang
tercantum dalam copy order pembelian yang
68
diterima dari Bagian Pembelian (asersi keberadaan
dan keterjadian serta kelengkapan).
b) Kepala Bagian Keuangan mem-verifikasi jumlah
yang tercantum dalam formulir cek yang di buat
oleh karyawan dari bagian tersebut dengan
dokumen yang mendukung cek tersebut (bukti kas
keluar dan dokumen pendukungnya) sebelum
menandatangani cek tersebut (asersi penilaian atau
alokasi).
2. Pemisahan Fungsi yang Memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit
organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
organisasi, untuk mencegah kesalahan yang disengaja maupun tdk
disengaja. Pembagian tugas di dalam organisasi ini di dasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini:
a. Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi.
b. Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva
yang bersangkutan.
c. Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi akuntansi.
Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk
mendeteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan
tugas yang dibebankan kepada seseorang. Jika seseorang memiliki
kesempatan untuk melakukan kesalahan dan ketidakberesan dalam
melaksanakan tugasnya tanpa dapat dicegah atau tanpa dapat di deteksi
segera oleh unsur-unsur pengendalian manajemen, jabatan orang tersebut
merupakan incompatible accupation. Misalnya fungsi penyimpanan di
gabungkan ditangan seseorang yang memiliki fungsi akuntansi, maka
penggabungan ke dua fungsi ini akan mengakibatkan orang tersebut
menduduki posisi yang incompatible, karena orang tersebut memiliki
kesempatan untuk melakukan kesalahan atau ketidakberesan dengan cara
mengubah catatan akuntansi untuk melakukan kesalahan atau
ketidakberesan dengan cara mengubah catatan akuntansi untuk menutupi
kecurangan yang dilakukan atas aktiva organisasi yang disimpannya,
tanpa dapat di cegah atau di deteksi segera oleh unsur pengendalian
manajemen yang lain.
69
Sebagai contoh, dalam transaksi pembelian, fungsi-fungsi yang terlibat,
yaitu fungsi gudang, fungsi pembelian, fungsi penerimaan, dan fungsi
akuntansi; sebaiknya dipisahkan agar tidak terjadi penyalahgunaan
wewenang yang akan merugikan organisasi.
Pemisahan fungsi dalam pelaksanaan transaksi pembelian tersebut
dilakukan untuk membagi berbagai tahap transaksi tersebut ke berbagai
fungsi yang di bentuk, agar semua tahap transaksi pembelian tidak di
selesaikan oleh satu fungsi saja. Dengan demikian pelaksanaan suatu
transaksi terdapat pengecekan intern (internal check) diantara fungsi yang
melaksanakan transaksi.
Dengan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi-fungsi otorisasi transaksi
dan fungsi penyimpanan, catatan akuntansi yang di selenggarakan dapat
mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan oleh unit
organisasi yang memegang fungsi otorisasi transaksi dan fungsi
penyimpanan. Penggabungan fungsi otorisasi transaksi dengan fungsi
akuntansi, atau penggabungan fungsi akuntansi dengan fungsi
penyimpanan akan mengakibatkan kemungkinan timbulnya
ketidakberesan. Jika fungsi penyimpanan disatukan dengan fungsi
akuntansi perangkapan fungsi ini akan membuka kemungkinan terjadinya
pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga data
akuntansi yang dihasilkan tidak dapat di percaya kebenarannya, dan
sebagai akibatnya, kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.
3. Pengendalian Fisik atas Kekayaan dan Catatan
Cara yang paling baik dalam perlindungan kekayaan dan catatan adalah
dengan menyediakan perlindungan secara fisik. Sebagai contoh
penggunaan gudang untuk menjaga persediaan akan melindungi persediaan
dari kemungkinan kerusakan dan pencurian. Penggunaan lemari besi tahan
api untuk penyimpanan uang dan surat berharga, merupakan perlindungan
yang baik terhadap jenis kekayaan tersebut.
Perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Pembuatan
kembali catatan yang rusak akan memerlukan biaya yang besar dan waktu
yang banyak.
70
Penggunaan alat mekanik dapat digunakan untuk menambah jaminan
bahwa informasi akuntansi dicatat secata teliti dan tepat waktu. Sebagai
contoh penggunaan mesin penghitung uang kas akan menambah
perlindungan terhadap fisik kas dan ketelitian kas organisasi.
4. Reviu atas Kinerja
Reviu atas kinerja mencakup reviu dan analisa yang dilakukan oleh
manajemen atas:
a. Laporan yang meringkas rincian jumlah yang tercantum dalam akun
buku pembantu, seperti Daftar Umur Piutang Usaha, laporan penjualan
menurut daerah pemasaran, wiraniaga, produk, dan customer.
b. Kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut anggaran,
prakiraan, atau jumlah tahun yang lalu.
c. Hubungan antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan data
non keuangan.
5. MONITORING
Monitoring (pemantauan) adalah proses penilaian kualitas kinerja
pengendalian manajemen sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh
personil yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, proses pemantauan
dilakukan sepanjang waktu baik pada tahap disain maupun pengoperasian
pengendalian, dan untuk menentukan apakah pengendalian manajemen
tersebut memerlukan perubahan, karena terjadinya perubahan keadaan.
Aktivitas monitoring berhubungan dengan penilaian secara periodik
atas efektivitas dari rancangan dan implementasi sistem pengendalian
manajemen yang dilakukan oleh manajemen. Kegiatan monitoring ini dapat
berfungsi untuk menentukan apakah pengendalian manajemen telah bekerja
sebagaimana mestinya atau apakah perlu dilakukan modifikasi sesuai dengan
kondisi yang ada. Informasi untuk penilaian dapat berasal dari berbagai
sumber termasuk dari studi atas sistem pengendalian manajemen yang ada,
laporan auditor internal, laporan kegiatan, kebijakan pemerintah, umpan balik
dari petugas operasional, dan lain-lain.
71
Pada kebanyakan organisasi yang sudah berkembang menjadi besar,
departemen/bagian/unit pengawasan internal merupakan bagian yang
potensial untuk melaksanakan kegiatan monitoring. Agar fungsi audit internal
itu berfungsi secara efektif, maka kedudukan dan staf departemen/bagian/unit
pengawasan internal harus diupayakan untuk di posisikan seindependen
mungkin dan melaporkan hasil auditnya kepada pihak yang memiliki otoritas
tertinggi dalam organisasi yaitu: manajemen puncak atau komite audit.
Bahan 9Mata Kuliah : Pengendalian/PengawasanJudul : Pengujian Substantif dan Pengembangan Temuan
I. POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian Pengujian Substantif
2. Tujuan
3. Aktivitas
4. Hasil
5. Pelaporan
II. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PENGUJIAN SUBTANTIF
Pengujian substantif/audit rinci/audit lanjutan ytu: suatu masalah atau
penyimpangan benar-benar terjadi atau tidak, masalah tersebut adalah FAO
(Firm Audit Objectives)
72
Berikut disampaikan contoh pengembangan tujuan audit dari PAO menjadi
FAO
POTENSIAL AUDIT
OBJECTIVES (PAO)
TENTATIVE AUDIT
OBJECTIVES (TAO)
FIRM AUDIT
OBJECTIVES (FAO)
EFEKTIVITAS
- Output yg dihasilkan
sesuai dgn
direncanakan, dlm
jenis/spesifikasi,
kuantitas dan mutu
- Output yg dihasilkan
telah/dpt
dimanfaatkan
- Output yg dihasilkan
digunakan sesuai
rencana
1. Buku-buku yg dipesan
bukan buku-buku yg
diperlukan
2.Buku-buku yg diterima tdk
sesuai dgn yg dipesan, baik
jlh maupun spesifikasinya
1. Buku-buku yg diterima
tdk sesuai dgn yg
dipesan, baik jlh
maupun spesifikasinya
3.Buku-buku yg telah
diterima tdk dpt
dimanfaatkan
2. Buku-buku yg telah
diterima tdk dpt
dimanfaatkan
4.Jumlah pengadaan buku tdk
sesuai kebutuhan dan
rencana pengadaan
3. Jumlah pengadaan buku
tdk sesuai kebutuhan
dan rencana pengadaan
Mula-mula PAO dirinci menjadi TAO dan diseleksi sesuai kondisi auditan
TAO diseleksi lagi dan diberi urutan prioritas sesuai kondisi SPM auditan
TAO yg berlanjut mjd FAO (pd contoh diatas TAO no 2,3 dan 4) adl tujuan2
audit yg memerlukan pengujian lbh lanjut krn blm diperoleh bukti yg
mencukupi. Pengujian substantif bertujuan utk memenuhi kecukupan bukti dgn
menerapkan luas dan jenis pengujian yg sesuai.
Perlu dicatat bhw perincian PAO mjd TAO dan pengembangan mjd FAO
bertujuan utk membuat asersi dpt diuji substansinya. Pd contoh diatas, asersi
efektivitas telah dirinci mjd 4 TAO, kemudian terseleksi melalui Evaluasi SPM
hanya mjd 3 FAO yg perlu diuji substansinya
Alur Pikir Pengembangan TAO mjd FAO
No TAO EVALUSI SPM FAO
1 Ketidaktaatan thd Kebijakan
PBJ
Prosedur Pemahaman:
- Permintaan
Keterangan
- Verifikasi dokumen
- Observasi
1.Pelanggaran thd Tugas
Pokok dan Persyaratan
Para Pihak
2 Pelangaran Etika Pengadaan 2.Ketidaktaatan thd
Prinsip Penetapan
Sistem Pengadaan
3 Pelanggaran thd Tugas 3.Buku-buku yg
73
Pokok dan Persyaratan Para
Pihak
diterima tdk sesuai
dgn yg dipesan, baik
jlh maupun
spesifikasinya
4 Ketidaktaatan thd Jadwal
Pelaksanaan Pemilihan
Penyedia Barang/Jasa
4.Buku-buku yg telah
diterima tdk dpt
dimanfaatkan
5 Ketidaktaatan thd Ketentuan
Penetapan HPS
5.Jumlah pengadaan
buku tdk sesuai
kebutuhan dan
rencana pengadaan
6 Ketidaktaatan thd Prinsip
Penetapan Sistem
Pengadaan
Prosedur Pengujian
Pengendalian:
-Analisa
-Observasi
- Permintaan
Keterangan
-Cek
-Footing
-Cross footing
-Scanning
-Konfirmasi
-Opname
-Inspeksi
Hasil:
- Panitia Pengadaan
kurang memahami
aturan
- Panitia Penerima
Barang tdk
mengecek barang
- Kurang disiplin dlm
penggunaan
anggaran
- Kesalahan dlm
penetapan HPS
6.Terdapat Kemahalan
Harga dalam
Pengadan Buku2
7 Ketidaktaatan thd Sistem
Pengadaan Barang/Jasa
8 Pelanggaran Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa
9 Buku2 yg dipesan bukan
buku2 yang diperlukan
10 Buku-buku yg diterima tdk
sesuai dgn yg dipesan, baik
jlh maupun spesifikasinya
11 Buku-buku yg telah diterima
tdk dpt dimanfaatkan
12 Jumlah pengadaan buku tdk
sesuai kebutuhan dan
rencana pengadaan
13 Terdapat Kemahalan Harga
dalam Pengadan Buku2
2. TUJUAN
74
Dlm pengujian SPM yg dinilai baru sebagian kecil, belum menyangkut
seluruh transaksi. Utk meyakini kondisi tersebut auditor hrs mengembangkan
auditnya dengan memperbanyak jlh sampling auditnya.
Jadi, tujuan pengujian substansi adl utk meningkatkan perolehan bukti shg
diperoleh keyakinan atas kesesuaian kondisi dgn kriteria.
Contoh hubungan Evalusi SPM dgn Pengujian Substantif
- PAO tentang efisiensi mensyaratkan agar tdk ada pemborosan sumber
daya. Salah satu bentuk efisiensi adl penyetoran sisa kas akhir tahun. Pd
tahap evalusi SPM auditor mdpt pemahaman bhw pengendalian atas resiko
sisa kas tdk disetorkan adl pemeriksaan fisik Kas oleh Atasan Langsung
Bdh pada Akhir 3 bulan. Pengendalian lainnya adl bukti setor dari Bank.
- Setelah memahami pengendalian, Auditor menguji efektivitasnya dgn
mencek keberadaan tanga tangan Atasan lsg Bdh pd penutupan BKU.
Kemudian Auditor memverifikasi BAP Kas dan Bukti setor, maka Auditor
dpt menilai efektivitas pengendaliannya. Jika Auditor mempertimbangkan
permasalahan penyetoran sisa kas adl material dan resiko deteksinya
moderat, maka Auditor dpt melanjutkan ke evalusi bukti ke tahap
pengujian substantif.
3. AKTIVITAS
Langkah Audit lebih lanjut dapat dirumuskan sbb:
a. Perumusan tujuan audit substantif
Pelaksanaan Audit tentunya sangat tergantung dari tenaga, waktu dan
biaya yg tersedia, oleh krn itu kita hrs memilih kondisi mana yg akan
didahulukan.
b. Perumusan program kerja pengujian substantif
Berdasarkan kondisi yg dijumpai pd saat pengujian terbatas atas SPM dan
sesudah disusun urutan prioritas mana yn akan diaudit, maka disusunlah
PKA Pengujian Substantif untuk masing-masing kondisi. Prosedur dan
teknik yg cocok utk pengujian yg dipilih dan dituangkan dlm PKA.
c. Melaksanakan PKA/P, Membuat KKA/P dan Daftar temuan
Bila Auditor telah memperoleh keyakinan mengenai kekuatan dan
kerentanan kendali serta telah menetapkan substansi yg akan diuji, maka
pd saat ini Auditor hrs menguji substansi kegiatan itu scr memadai
apakah kegiatan itu sesuai atau menyimpang dari kriteria yg telah
ditetapkan.
75
Dalam melaksanakan PKA, pada tahap ini berarti kita melakukan audit scr
mendalam guna mencapai sasaran audit yg ditetapkan, yaitu:
Ketaatan thd peraturan
Pencapaian tujuan yg telah ditetapkan (efektivitas kegiatan)
Kehematan dlm memperoleh/menggunakan sumber dana
Efisiensi penggunaan sumber dana
Dalam melaksanakan audit, auditor hrs menaruh perhatian pada senua bidang
pertgjwban manajemen, tetapi dgn tingkat tekanan yang berbeda-beda utk
masing2 penugasan. Bidang mana yg memperoleh perhatian yg lebih besar
tergantung pd pertimbangan berbagai faktor yg terlibat pd penentuan arah dan
resiko yg dihadapi organisasi.
4. HASIL
Hasil dari tahap pengujian substantif adalah TEMUAN. Temuan audit
berpangkal tolak dari perbandingan kondisi dgn kriteria, mengungkapka
penyebab dan akibat yg ditimbulkan serta lah mencari rekomendasi utk
menghilangkan penyebab atau akibat. Istilah ini dikenal dgn 5 struktur temuan
yaitu:
a. Kondisi (apa yg sebenarnya terjadi)
b. Kriteria (apa yg seharusnya terjadi)
c. Sebab (mengapa terjadi perbedaan kondisi dan kriteria)
d. Akibat (apa dampak yg ditimbulkan adanya perbedaan antara kondisi dan
kriteria)
e. Rekomendasi (apa yg dpt dilakukan utk memperbaiki)
a. Kondisi (apa yg sebenarnya terjadi)
Kondisi menunjukan realita yg ada dari suatu pelaksanaan kegiatan yg
mencakup apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana, utk menyatakan
kondisi auditor hrs mengumpulkan bukti yg relevan, kompeten, cukup
dan material.
Kelemahan yg ditemui dlm menentukan kondisi ytu:
Kondisi yg diungkap kurang didukung fakta pembuktian yg kuat.
Kondisi yg dikemukakan apabila diungkap, sebagian kurang berarti
bila dikaitkan dgn kegiatan organisasi auditan.
Akibat yg ditimbulkan tdk jelas atau kurang material.
76
b. Kriteria (apa yg seharusnya terjadi)
Kriteria berupa:
a. Peraturan perundang-undangan yg berlaku
b. Ketentuan manajemen yg hrs dilaksanakan
c. Pengendalian manajemen yg handal
d. Tolok ukur keberhasilan, efisiensi dan kehematan
e. Standar dan norma/kaidah
Kriteria yg diperoleh hrs diuji dan dianalisa scr tepat, setelah itu
barulah dpt digunakan sbg tolok ukur atau pembanding dengan kondisi
yg dijumpai.
Permasalahan yg dihadapi dan menonjol adl tdk tersedianya kriteria
dimaksud di tempat auditan. Secara tertulis penetapan kriteria yg jelas
merupakan salah satub tanggungjawab auditan. Apabila kriteria tdk
tersedia auditor dpt melakukan beberapa hal antara lain:
1. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (misalnya dalam hal
harga barang/jasa)
2. Bersama dgn auditan melakukan formulasi kriteria yg akan dipakai
sbg tolok ukur (misalnya kriteria perjanjian kerjasama yg saling
menguntungkan)
3. Norma standar yg sejenis dgn kegiatan auditan
4. Menggunakan keterangan tenaga ahli (misalnya keterangan tentang
ketebalan/density dari suatu jalan aspal)
c. Sebab (mengapa terjadi perbedaan kondisi dan kriteria)
Materi penyebab mrp hal yg penting apabila ditinjau dari tujuan audit
ytu menghasilkan rekomendasi ke arah perbaikan di masa yg akan
datang. Ciri suatu penyeban antara lain:
Kegiatan yg kurang/blm dilaksanakan dan ketentuan yg blm
dilaksanakan.
Dpt diidentifikasikan subyek yg bertgjwb atas kelemahan
pelaksanaan kegiatan.
Pada dasarnya materi penyebab ini mengungkapkan tentang mengapa
terjadi kondisi tsb, dlm praktek masih ditemui dlm merumuskan
penyebab ytu:
Sebab yg diungkap kurang jelas
Sebab yg dirumuskan blm mrp sebab yg hakiki atau utama
77
Kunci terpenting utk menentukan penyebeb ytu menelusuri berbagai
kejadian yg terkait sampai kita mendapat kesimpulan bahwa kita dpt
merumusskan rekomendasi utk memperbaiki masalah yg ditemukan.
d. Akibat (apa dampak yg ditimbulkan adanya perbedaan antara
kondisi dan kriteria)
Akibat yg ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dgn kriteria
sangat menentukan arti penting bobot dari suatu temuan. Oleh krn itu
materialitas dari akibat hrs didukung oleh fakta pembuktian yang
cukup.
Materi unsur akibat dapat berupa:
Ketidakekonomisan
Ketidakefisienan
Ketidakefektipan
Ketidaklancaran pelayanan kpd masyarakat
Dalam menentukan unsur akibat suatu temuan, msh terdapat pula
kelemahan ytu:
Akibat yg diungkap kurang didukung bukti yg memadai
Akibat yg diungkap lbh tepat apabila dijadikan kondisi
Akibat yg diungkap bersifat umum
Akibatnya belum pasti atau msh dpt dipertanyakan terjadinya dimasa
datang.
e. Rekomendasi (apa yg dpt dilakukan utk memperbaiki)
Tujuan audit operasional adl utk menghasilkan rekomendari ke arah
perbaikan thd pengelolaan aktivitas auditan, materi rekomendari hrs
dirancang guna:
Memperbaiki kelemahan (menghilangkan penyebab).
Meminimalisasi akibat dari kelemahan yg ada.
Syarat-syarat rekomendasi ytu:
o Subyek jelas (ditujukan kpd siapa)
o Mengarah pada tindakan nyata
o Dapat dilaksanakan oleh auditan
o Biaya yg akan terjadi dlm melaksanakan rekomendasi hrs tdk
melebihi manfaat yg akan diperoleh.
5. PELAPORAN
a. Devinisi
78
LHA adl sarana mengkomonikasikan hasil audit kpd pemakai laporan.
Auditan mengharapkan informasi yg akurat dan obyektif yg digunakan
dlm melaksanakan tugas
Menyampaiakn informasi yg tepat waktu mengenai temuan dan
rekomendasi dlm bentuk laporan mrp bagian penting dari kegiatan audit.
b. Isi laporan
a. Informasi umum
Tersedia informasi yg tepat bagi pembaca laporan mengenai dasar
hukum, tujuan audit, ruang lingkup, organisasi dan program/kegiatan
b. Temuan dan rekomendasi
Temuan mrp pesan pokok yg hendak diteruskan auditor kpd para
pembaca, temuan audit menyangkut hal-hal sbb:
Ketidakefisienan
Ketidakefektipan
Pemborosan
Pendapatan/pengeluaran yg tdk tepat
Ketidaktaatan
Temuan dpt diteruskan kpd pengguna hrs memenuhi syarat:
Akibat temuan tsb cukup material
Berdasarkan fakta dan bukti REKOCUMA
Simpilan hrs logis dan jelas
Dikembangkan scr obyektif
c. Bentuk laporan
a. Bab
Ketentuan mengenai bentuk bab biasanya sudah diatur berdasarkan
ketentuan yg berlaku. Laporan bentuk ban sangat sesuai utk
menyampaikan informasi penting dgn jumlah materi yg banyak.
b. Surat
Laporan bentuk surat biasanya digunakan apabila hal2 yg dilaporkan
relatif sedikit dan segera.
d. Tindaklanjut
Untuk mendorong efektivitas pemantuan tindak lanjut temuan audit,
pemantauan TL hrs memenuhi standar ytu:
79
Auditor hrs mengkomonikasikan kpd manajemen bhw tgjwb
menyelesaikan TL adl pihak auditan
Auditor hrs memantau TL atas temuan beserta rekomendasinya
Auditor hrs melaporkan status temuan sebelumnya yg blm diTL
Terhadap temuan yg berindikasi melawan hukum. Auditor hrs membantu
aparat hukum dlm upaya terkait.