perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengaruh paparan...

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN BISING KONTINYU AKUT TERHADAP CD8 + PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus). SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MOHD NAZALUDDIN BIN MAT NAZIR G 0006515 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH PAPARAN BISING KONTINYU AKUT TERHADAP CD8+

PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus).

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MOHD NAZALUDDIN BIN MAT NAZIR

G 0006515

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Paparan Bising Kontinyu Akut terhadap CD8+

pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Mohd Nazaluddin bin Mat Nazir, G0006515, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 2 Sepetember 2010

Pembimbing Utama

Nama : Margono, dr., MKK

NIP : 195409151986011001 .............…………………………

Pembimbing Pendamping

Nama : Dr. Hartono, dr., M.Si

NIP : 196507271997021001 .............…………………………

Penguji Utama

Nama : drg. Enny Ratna Setyawati

NIP : 19521103198003200 .............…………………………

Penguji Pendamping

Nama : dr. Yuliana Heri Suselo

NIP : 198007182006042001 .............…………………………

Surakarta, ………………….

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A.Subijanto, dr., MS.

NIP. 196607021998022001 NIP. 194811071973101003

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 2 September 2010

Mohd Nazaluddin bin Mat Nazir

G0006515

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRAK

Mohd Nazaluddin bin Mat Nazir, G0006515, Tahun 2010. Pengaruh Paparan Bising Kontinyu Akut terhadap CD8+ pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan Penelitian : Bunyi bising mempunyai dampak yang signifikan dalam kualitas kehidupan dan kesehatan seseorang dan bunyi bising dapat menimbulkan dampak kepada sistem imun. Jika bising tersebut adalah secara kontinyu dalam satu jangka waktu yang singkat, ianya akan berpotensi untuk menjadi stressor terhadap perubahan CD8+ yang bertanggunjawab kepada sistem imunologi tubuh. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara paparan akut bising kontinyu 3 hari terhadap kadar CD8+ pada tikus putih (Rattus norvegicus). Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium dengan rancangan penelitian ‘the post test only control group design’. Lokasi penelitian adalah di rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA Biologi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) yang berasal dari pembekal hewan ujicoba laboratorium di Yogyakarta dengan kriteria inklusi jantan, galur Wistar, berat badan ±150-250 gram dan berumur 2-3 bulan. Tikus putih diambil secara random sejumlah 27 ekor, kemudian dibagi dalam 3 kelompok yaitu: Kelompok I (kontrol), Kelompok II (paparan intensitas 72 dB) dan Kelompok III (paparan intensitas 90 dB). Tikus putih diadaptasikan selama 7 hari pada lingkungan laboratorium kemudian diberi paparan bising secara kontinyu (frekuensi 350 Hz) dengan pengaturan 5 jam (16.00-21.00) paparan kontinyu setiap hari selama 3 hari. Hari berikutnya hewan uji tersebut diberi sedasi dengan kloroform sebelum darah diambil dengan spuit steril secara tehnik intrakardiak. Darah dimasukkan kedalam tabung EDTA sebelum dilakukan proses analisis ‘flow cytometry’ terhadap CD8+ di Laboratorium Patologi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil dinilai dengan tingkat persentase CD8+ Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil statistik, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok K-P1-P2, K-P2 dan K-P2. Perbedaan yang tidak bermakna antara P1 dan P2. Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paparan bising kontinyu akut mempengaruhi kadar CD8+ pada tikus putih (Rattus norvegicus). Kata kunci : akut, bising kontinyu, CD8+ , Rattus norvegicus

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRACT Mohd Nazaluddin bin Mat Nazir, G0006515, 2010. The Effect of Acute Continuous Noise Exposure to the CD8+ in White Rat (Rattus norvegicus). Faculty of Medicine, University of Sebelas Maret, Surakarta. Objective: Noise has a significant impact in the quality of life and health of a person and can cause impacts to the immune system. If the noise is continuous within a short period of time, it's going to have the potential to become a stressor in a change of CD8+ levels which is responsible to the body's immunological system. Based on the background of the problems mentioned above, then the research is intended to determine whether there is any influence between acute exposure of continuous noise for three days and CD8+ levels in the white rat (Rattus norvegicus). Methods: The nature of this research is a laboratory experiments with the post test only control group design. The observation was done in a greenhouse, Faculty of Science Central Laboratory, University of Sebelas Maret Surakarta. The population is white rat (Rattus norvegicus) derived from laboratory animal’s supplier from Yogyakarta with the inclusion criteria of male Wistar strain, weight 150-250 grams and is ± 2-3 months old. Then, 27 of white rats are taken randomly and divided into three groups: Group I (control), Group II (exposure intensity of 72 dB) and Group III (exposure intensity of 90 dB). White rats are left for adaptation for 7 days in the laboratory environment and then given continuous exposure to the noise (frequency 350 Hz) by setting of 5 hourly (16:00 to 21:00) continuous exposure every day for three days. On the next day, the subjects were given sedation with chloroform before the blood is withdrawn with sterile syringes by intracardiac technique. The blood was stored in EDTA blood tube temporarily for transportation before been introduced to the flow cytometry analysis process to check for CD8+ changes in the Laboratory of Clinical Pathology, University of Gadjah Mada, Yogyakarta. The results then assessed by the percentage of CD8+ levels as indicator. Results: Based on statistical results, there were significant differences between groups P1-P2-K, K-K-P2 and P2. No significant difference between P1 and P2. Conclusion: The results of this study concluded that acute exposure to continuous noise affecting the changes in CD8+ in the white rat (Rattus norvegicus). ____________________________________________________________________ Key words: acute, continuous noise, CD8+, Rattus norvegicus

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PRAKATA Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Paparan Bising Kontinyu Akut terhadap CD8+ pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penelitian dan penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan. Namun berkat bimbingan dan bantuan banyak pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A.A.Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Margono, dr., MKK selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis. 4. Dr. Hartono, dr., M.Si. Selaku pembimbing pendamping atas segala saran dan

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 5. drg. Enny Ratna Setyawati, selaku penguji utama yang telah memberikan saran

dan nasihat untuk menyempurnakan kekurangan skripsi ini. 6. dr. Yuliana Heri Suselo, selaku penguji pendamping yang telah memberikan saran

dan nasihat untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 7. Kepala Laboratorium MIPA UNS beserta segenap staf atas kerjasamanya. 8. dr. Teguh Triyono, Sp.PK(K), Dosen Patologi Klinik, FK UGM atas konsultasi

dan ijinnya menggunakan fasilitas laboratorium. 9. dr. Umi Solekhah Intansari, M.Kes., Sp.PK(K), Dosen Patologi Klinik, FK UGM

atas konsultasi dan ijinnya menggunakan fasilitas laboratorium. 10. Seluruh keluarga dan teman-teman atas motivasi, bantuan dan kerjasamanya

selama pelaksanaan penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebut satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis sehingga terselesainya penulisan skripsi ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, bagi dunia kedokteran pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, 20 Agustus 2010

Mohd Nazaluddin bin Mat Nazir

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

PRAKATA ……………………………………..…………………...…………… v

DAFTAR ISI………………………………..………………………....…………. vi

DAFTAR TABEL……………………..…………………………....……………. viii

DAFTAR LAMPIRAN……………..…………………………...…...……..……. ix

BAB I PENDAHULUAN ……..…...……………………….…….…………. 1

A. Latar belakang ……….………………………..…………….…..... 1

B. Perumusan Masalah .……………………………………................ 3

C. Tujuan Penelitian ………………………………………..………... 3

D. Manfaat penelitian ……………………………………..…………. 4

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………..…………. 5

A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………….. 5

1. Bunyi .………………………………………………………… 5

2. Bising …………………………….…………………………… 5

3. Klasifikasi Bising ……………………………....…………….. 6

B. Dampak dari Bunyi Bising .………………………....…………….. 8

1. Gangguan Fisiologi ……………………….....……………….. 9

2. Gangguan Pendengaran …………………….....……………… 9

3. Gangguan Psikologis …………………….....………………… 10

4. Gangguan Komunikasi …………………….....………………. 10

5. Gangguan Sistem Hormonal ………………......……………… 10

C. Limfosit dan Sel T CD8+ ………………………………………….. 11

D. Hubungan antara bunyi bising dengan Sel T CD8+………………... 14

E. Kerangka Pemikiran ……………………………………………….. 18

F. Hipotesis …………………………………………………………… 18

BAB III METODE PENELITIAN ……………………..……………………… 19

A. Jenis Penelitian …………………………………………………….. 19

B. Lokasi Penelitian …………………………………………………… 19

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

C. Subjek Penelitian ……………………………………...…………… 19

D. Populasi dan Sampel ………………………………………………. 19

E. Teknik Sampling …………………………………………………... 20

F. Rancangan Penelitian ……………………………………...………. 20

G. Kerangka Penelitian ……………………………………………….. 21

H. Instrumen dan Bahan Penelitian ……………………...…………… 22

I. Cara Kerja ……………………………………………...………….. 22

J. Pelaksanaan Penelitian ………………………………..…………… 23

K. Pengukuran Hasil …………………………………….....…………. 24

L. Identifikasi Variabel Penelitian …………………………….……… 24

M.Teknik Analisis Data Statistik …………………………….………. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………...……… 29

A. Kareteristik Sampel ……………………………………………….. 29

B. Kareteristik Lokasi Penelitian ………………………………....….. 30

C. Hasil Penelitian …………………………………………….……… 31

D. Analisis Data ……………………………………………….……… 33

BAB V PEMBAHASAN ………………………………………………..……. 34

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………..…………………… 37

A. Simpulan …………………………………………….…………….. 37

B. Saran ………………………………………………………………. 37

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..……………… 38

LAMPIRAN ………………………………………………………..…………….. 42

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-rata berat badan tikus putih sebelum diberi paparan (satuan=gram)

Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran suhu (satuan = Celsius)

Tabel 3. Rata-rata hasil pengukuran kelembaban (satuan = persen)

Tabel 4. Rata-rata hasil analisis CD8+ flow cytometry (dalam satuan %) pada setiap

sampel darah masing-masing kelompok tikus putih (Rattus norvegicus)

Tabel 5. Hasil pengukuran berat badan tikus putih (gram)

Tabel 6. Hasil pengukuran suhu (satuan = Celsius)

Tabel 7. Hasil pengukuran kelembaban (satuan = persen)

Tabel 8. Hasil pengukuran CD8+ kadar tikus putih (satuan = persen)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel hasil pengukuran berat badan, suhu, kelembaban dan CD8+

Lampiran 2. Data hasil uji statistik Kruskal-Wallis

Lampiran 3. Data hasil uji statistik Oneway ANOVA untuk berat badan

Lampiran 4. Data hasil uji statistik Oneway ANOVA untuk suhu

Lampiran 5. Data hasil uji statistik Oneway ANOVA untuk kelembaban

Lampiran 6. Grafik hasil analisis flow cytometry kadar CD8+ tikus putih

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman sekarang, perkembangan yang pesat berlaku dalam semua

sektor. Proses modernisasi ini penting untuk perkembangan sesebuah negara

tetapi dampaknya harus diperhatikan. Pembangunan yang tidak dikontrol akan

banyak membawa dampak yang buruk terhadap lingkungan dan manusia.

Dampak buruk tersebut antara lain polusi air, tanah, udara dan lain-lain yang

mengancam kesehatan masyarakat. Contoh salah satu dampak dari proses

perkembangan ini yang jarang diperhatikan adalah emisi bunyi bising.

Pencemaran bunyi atau bising adalah salah satu dari polusi karena mengakibatkan

ketidaknyamanan dan gangguan pada manusia. Kebisingan merupakan salah satu

polutan yang mendapat protes dan pada umumnya merupakan hasil samping

pemanfaatan teknologi tersebut (Sutter, 1991). Bunyi bising mempunyai dampak

yang signifikan dalam kualitas kehidupan dan kesehatan seseorang (Sutter, 1991).

Definisi kesehatan itu sendiri diartikan sebagai kesehatan kepada seluruh keadaan

fisik dan mental, dan juga bebas dari sebarang penyakit (WHO, 1971).

Kebisingan yang terus menerus dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan

stress di tempat kerja (Lercher et al., 1993), gangguan sistem endokrin (Budiman,

2007), gangguan fisiologis dan psikologis (Roestam, 2004), gangguan

gastrointestinal (Fonseca, 2004) dan gangguan komunikasi (Buchari 2007).

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Bunyi bising diartikan sebagai suatu bunyi yang tidak dikehendaki

dengan intensitas (kebisingan) diukur dalam desibel (dB) dan frekuensinya diukur

dalam Herzt (Hz). Bukan hanya intensitas bunyi bising yang menentukan dampak

tetapi lama paparan juga memainkan peran yang penting sehingga timbulnya efek

samping (EASHW, 2009). Bunyi bising harus dikenal pasti sebagai ancaman

besar kepada kesehatan manusia (Suess, 1973). Bunyi bising itu sendiri jarang

menyebabkan ancaman yang serius kepada manusia tetapi paparan yang lama dan

terus menerus akan menyebabkan timbulnya efek samping (ONAC, 1981). Bunyi

bising seringkali menyebabkan ketidaknyamanan dan kadangkala kesakitan,

tetapi jarang sekali menyebabkan komplikasi yang serius seperti ketulian,

ketidakseimbangan tubuh dan lain-lain dalam jangka waktu yang sebentar. Perlu

paparan lama dan terus menerus untuk menyebabkan dampak serius bisa timbul.

Dampak bising terhadap kesehatan tergantung kepada kuatnya bising (intensitas),

tipe bising tersebut (terus-menerus, sementara, frekuensi, melengking) dan lama

pajanannya (Karvanen, 1986). Sumber bising yang dikenal pasti antara lain bising

lalulintas, pesawat udara, rel kereta api, proyek pembangunan, industri, bising

domestik dan produk konsumer (EPA, 1981). Bunyi bising menyebabkan

ketidaknyamanan dan meningkatkan morbiditas pada manusia (Niemann et al.,

2006).

Bunyi bising dapat menimbulkan dampak kepada sistem imun (Nevid,

2003), tetapi penelitian dampak bising terhadap sistem imun pada manusia

jumlahnya masih terbatas. Penelitian bising dampaknya terhadap sistem imun

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

biasanya dilakukan pada binatang coba. Kebanyakan penelitian dilakukan pada

tikus atau mencit karena lebih mudah diberi perlakuan dan variabel-variabel luar

atau pengganggu dapat dikendalikan dengan prediksi akan memberikan dampak

positif maupun negatif pada komponen-komponen sistem imun. Penelitian pada

hewan coba sering dilakukan karena lebih praktis, mudah dan murah berbanding

penelitian menggunakan manusia yang rumit, sulit dan kompleks (The American

Physiological Society, 2006).

Terdapat penelitian yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar

kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan kadar IgG serum (p<0,01) pada

mencit dengan paparan bising dengan waktu 5 jam perhari dengan intesitas 90 dB

(A) selama 3 hari menunjukkan kenaikkan kadar kortisol, tiada perubahan

signifikan CD4+ dan CD8+ dan kadar IgG serum (p<0,01). (Kui Cheng, 2007).

Pada penelitian yang melibatkan perlakuan stress psikologis pada tikus yang

terinfeksi herpes simplex-1 (HSV-1) fase laten dan efeknya terhadap sel T CD8+,

ternyata hasil yang didapatkan adalah reaktivasi infeksi herpes simplex dan

penurunan kapasitas sel CD8+ sebanyak 65% untuk beraksi dengan reaktivasi

HSV-1 tersebut (Michael, 2007). Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas, maka

penulis mencoba untuk mencari hubungan antara paparan bising kontinyu akut

dengan efek supresinya pada sistem imunitas tubuh sebagai stressor. Penulis

mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Paparan Bising

Kontinyu Akut terhadap CD8+ pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”.

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh paparan bising kontinyu akut terhadap CD8+

pada tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh paparan bising kontinyu akut

terhadap CD8+ pada tikus putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Meninjau lebih jauh dan memberi bukti-bukti secara empirik sesuai

dengan landasan pengetahuan tentang hubungan antara paparan bising

kontinyu akut terhadap kadar CD8+ pada tikus putih. (Rattus norvegicus).

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan landasan dasar kepada penelitian uji

klinis selanjutnya pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi atau pada

manusia, serta untuk mencari efek dan implikasi bising kontinyu terhadap

CD8+ pada manusia.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Bising

a. Bunyi

Bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada gas, zat cair,

atau gas yang merambat kedepan dengan kecepatan tertentu secara

tranversal dan longitudinal, lain dengan cahaya yang menjalar secara

transversal saja (Gabriel, 1996). Bunyi adalah suatu sensasi yang

dihasilkan oleh getaran longitudinal molekul-molekul di lingkungan

eksternal, yaitu apabila berlaku fase pemadatan dan penghalusan molekul

secara bergantian, yang mengenai membrana timpani (Ganong, 2005).

Bunyi atau bising dihitung dalam satuan desibel (dBA). 0 dBA

adalah suara terhalus yang manusia mampu mendengar. Para ahli sepakat

bahwa paparan secara terus-menerus pada bising di atas 85 dBA, lama-

kelamaan akan membahayakan pendengaran. Secara umum, semakin kuat

bunyi, semakin kurang waktu yang diperlukan untuk mempengaruhi

pendengaran (Budiman, 2004).

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Bising

Bising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan yang

mungkin mempunyai efek merugikan bagi kesejahteraan individu dan

populasi (UNEP & WHO).

Terdapat beberapa tipe klasifikasi bising antaranya adalah,

1) Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan

tenaga bunyi maka bising dapat dibagi dalam 3 kategori:

a) Audible Noise (Bising Pendengaran)

b) Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31, 5- 8,000 Hz.

c) Occupational Noise (Bising Berhubungan Dengan Pekerjaan)

d) Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja, bising dari

mesin ketik.

e) Impulse Noise ( Impact Noise = Bunyi Impulsif)

f) Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya

pukulan palu, misalnya pukulan palu, ledakan meriam bedil.

2) Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa

jenis:

a) Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena

mesin, kipas angin.

b) Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji,

penutup gas.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c) Bising terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi

kapal terbang di udara.

d) Bising sehari penuh (full-time noise).

e) Bising setengah hari (part-time noise).

f) Bising terus menerus (steady noise).

g) Bising impulsif (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan).

2) Berdasarkan skala intensitas, maka tingkat kebisingan dapat dibagikan

kepada beberapa tingkat yaitu Sangat Tenang, Tenang, Sedang, Kuat,

Sangat Hiruk Pikuk dan Menulikan (Gabriel, 1988).

3) Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagikan

kepada:

a) Bising yang mengganggu (Irritating noise),

Intensitasnya tidak terlalu keras, misalnya berdengkur.

b) Bising yang menutupi (Masking noise),

Merupakan bising yang menutupi pendengaran yang jelas.

Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan

karena teriakan atau isyarat tanda bahaya dapat tenggelam dalam

bising dari sumber lain.

c) Bising yang merusak (Damaging/Injurious Noise),

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi

jenis ini dapat merusakkan atau menurunkan fungsi pendengaran

(Buchari, 2007).

5) Berdasarkan Lipscomb (1978), Klasifikasi Bising yaitu:

a) Bising Steady (Kontinyu),

Bising yang terus menerus dan intesitasnya relatif tetap

untuk periode waktu yang panjang seperti suara air terjun, bising

kapal terbang, turbin, mesin listrik. Bising ini relatif tetap dalam

batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut.

b) Bising Non-Steady,

(1) Bising fluktuasi yaitu bising yang terus menerus tetapi

intesitasnya naik turun secara cepat atau lambat sepanjang

periode observasi seperti lalulintas, televisi, bandara dan radio.

(2) Bising intermitten yaitu bising terus menerus yang

intensitasnya pada periode tertentu turun begitu rendah sampai

tidak terukur, pada level yang tidak membahayakan antara

periode-periode dengan amplitude tinggi seperti konser rock,

gergaji mesin, pekerjaan bangunan.

(3) Bising impulsif seperti tembakan, ledakan, palu memiliki

perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat

cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

(4) Bising impulsif berulang, sama seperti bising impulsif tetapi

berlaku berulang kali.

6) Klasifikasi Bising Akut dan Kronik (Kui-Cheng, 2007)

a) Bising akut : Paparan jangka pendek (1 hari-3 hari)

b) Bising kronik : Paparan jangka panjang (> 21 hari)

c. Dampak dari Bunyi Bising

Bising dapat berdampak pada gangguan kesehatan individu. Faktor

yang mempengaruhi dampak kebisingan terhadap gangguan kesehatan

adalah kuatnya bising (intensitas), tipe bising tersebut (terus menerus,

sementara, frekuensi, melengking atau tinggi) dan lama pajanan

(Karvanen dan Mikheev, 1986).

Dampak kebisingan yang dapat merugikan kesehatan antaranya

adalah seperti berikut:

1) Gangguan Fisiologi

Efek fisiologi kebisingan terhadap kesehatan manusia dapat

dibedakan dalam efek jangka panjang dan efek jangka pendek. Efek

jangka pendek yang terjadi dapat berupa reflek otot yaitu kontraksi

otot-otot, reflek pernapasan yaitu takipneu, dan respon sistem

kardiovaskular berupa takikardi dan meningkatnya tekanan darah.

Terjadi juga respon pupil mata yaitu miosis, pada respon

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

gastrointestinal dapat berupa gangguan dismotilitas sampai timbulnya

keluhan dispepsia. Efek jangka panjang pula terjadi akibat adanya

pengaruh hormonal. Efek ini dapat berupa gangguan homeostasis

tubuh kerena hilangnya keseimbangan simpatis dan parasimpatis yang

secara klinis dapat berupa keluahan psikosomatik akibat gangguan

saraf otonom, serta aktivasi hormon kelenjar adrenal seperti hipertensi

dan disritmia jantung (Arifiani, 2004).

Berdasarkan badan WHO, dilatasi dan spasme arteri dapat

disebabkan oleh bising kontinyu dengan intensitas 100 dB serta

terdapat gangguan keseimbangan disebabkan bising dengan intensitas

95-120 dB.

2) Gangguan Pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena

dapat menyebabkan ketulian (Roestam, 2004). Ketulian bersifat

progresif, mula-mula efek kebisingan pada pendengran adalah

sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah dijauhkan dari

sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,

daya dengar akan hilang secara menetap (Suma’mur, 1996).

Kehilangan pendengaran disebabkan karena bising impulsif spektrum

luas dengan frekuensi 4 KHz (Moller, 2004). Dapat juga terjadi nyeri

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

telinga tengah dengan intensitas bising 80-90 dB pada telinga yang

mengalami inflamasi (WHO, 1980).

3) Gangguan Psikologis

Dampak psikologis akibat bising lingkungan telah lama

dipelajari dalam penelitian epidemiologi di antaranya ketergangguan

(annoyance), kesehatan psikososial dan gangguan psikiatris. Efek

paling utama dari bising telah diteliti dalam penelitian epidemiologi

adalah ketergangguan (annoyance) (Passchier, 2000). Sedangkan

menurut Roestam (2004) gangguan psikologis dapat berasa tidak

nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan

diterima terlalu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik

berupa gastritis, stres, kelelahan dan lain-lain.

4) Gangguan Komunikasi

Bising dapat mengganggu komunikasi yang berakibat

menurunnya kualitas bisnis dan pendidikan (Arifiani, 2004).

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi

yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan pejelasan

suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak

(Roestam, 2004)

5) Gangguan Sistem Hormonal

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Bising adalah salah satu penyebab stres yang dapat

mempengaruhi tubuh dengan meningkatnya sekresi dari hormon

stress, seperti adrenalin dan dopamine (Kui-Cheng, 2007). Selain itu

stressor juga dapat menyebabkan perubahan fisiologis dalam

membantu individu mengatasi stressor. Aktivasi stress akan

melibatkan jaras Hypothalamic–Pituitary–Adrenocortical Axis

(Padgett, 2003). Stressor menyebabkan peningkatan corticotrophin

releasing factor (CRF) hipothalamus, yang memicu aktivitas HPA

aksis merangsang respon ‘fight or flight’ (Harmut, 2000). Pada kondisi

stress terjadi peningkatan sekresi corticotropic releasing factor (CRF)

oleh hipotalamus, yang menyebabkan pelepasan adrenocorticotropic

hormon (ACTH). Kemudian ACTH mengaktifkan proses biosintesis

dan melepaskan glukokortikoid terutama kortisol dari korteks adrenal

(Gunawan, 2007).

Peningkatan kortisol akan mempunyai efek terhadap sistem

imun dan reaksi inflamasi yaitu mengurangi inflamasi dari jangkitan

luka denga cara mensupresi pembentukan dan pelepasan asam

arakidonat yang merupakan prekursor utama mediator inflamasi,

mengurangi proliferasi dan diferensiasi sel mast lokal, menstabilkan

lisosom, mengurangi produksi aktivator platlet dan nitrit oksida,

menekan respon imun dengan mengurangi jumlah limfosit T

(Mitrovic, 2002), mengurangi produksi interleukin dan gamma

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

interferon yang merupakan mediator respon imun, inhibisi produksi

sitokin sel Th1 seperti IL-2 dan IFN-γ dan inhibisi sinyal IL-2, IL-4,

IL-7, IL-15, dan IFN-γ pada penggunaan glukokortikoid sintetik

(Kavathas et al., 1984).

2. Limfosit dan Sel T CD8+

Sistem imun tubuh manusia berguna untuk melakukan resistensi terhadap

penyakit, terutama penyakit infeksi. Sistem imun tubuh manusia terdiri atas

sistem imun alamiah atau non-spesifik (innate/natural/native) dan didapat atau

spesifik (adaptive/acquired). Sistem imun spesifik memiliki kemampuan untuk

mengenali benda asing (antigen) dan kemudian menyingkirkannya dari sistem

tubuh untuk mencegah kerusakan pada tubuh. Sistem imun tubuh spesifik ini

utamanya diperankan oleh sel darah putih (leukosit) yang berperan banyak dalam

menjalankan sistem kekebalan humoral maupun selular. Fungsi utama sistem

imun spesifik seluler adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler,

virus, jamur, parasit dan keganasan (kanker) (Baratawidjaya, 2006).

Limfosit, adalah salah satu jenis dari leukosit yang berperan dalam sistem

imun tubuh, baik humoral maupun selular. Lebih spesifik lagi, limfosit dibagi

menjadi 3, yaitu: limfosit T, Limfosit B dan Natural Killer Cell. Limfosit T dan B

berperan khususnya dalam sistem imun selular, sedangkan sel Natural Killer

berperan dalam sistem imun humoral (Baratawidjaya, 2006).

Seluruh sel darah termasuk limfosit berasal dari pluripoten stem sel yang

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

berasal dari sumsum tulang yang kemudian berdeferensiasi menjadi prolimfosit

dan seterusnya berdeferensiasi menjadi limfosit kecil (Guyton dan Hall, 1996).

Limfosit B mengalami deferensiasi di sumsum tulang, sedangkan Limfosit T

mengalami deferensiasi di timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus.

Sebanyak 90-95% dari semua sel di timus mati dan hanya 5-10% menjadi matang

dan meninggalkan timus seterusnya masuk ke sirkulasi (Baratawidjaya, 2006).

Limfosit T naif adalah limfosit matang yang belum berdeferensiasi, belum

pernah terpajan dengan antigen. Setelah terpajan dengan antigen yang diikat

MHC yang dipresentasikan APC atau rangsang sitokin spesifik akan berkembang

menjadi subset limfosit T berupa CD4+ dan CD8+ dengan fungsi efektor yang

berlainan (Baratawidjaya dan Rengganis, 2006).

Sepanjang proses limfopoiesis, sitokin yang merupakan mediator solubel

short-acting banyak memainkan peran penting seperti regulasi pertumbuhan,

aktivasi, dan deferensiasi limfosit. Antara sitokin yang bertindak sebagai limfokin

adalah Interleukin-2 (IL-2), Interleukin-4 (IL-4), Interleukin-12 (IL-12),

Interleukin-15 (IL-15), Transforming Growth Factor-β (TGF-β) (Robbins dan

Cotran, 2005).

Antigen permukaan sel ini juga dikenali sebagai T8, Leu2, Lyt2 atau

OKT8. CD8 adalah tergolong dalam superfamili immunoglobulin. CD8 adalah

sebuah homodimer disulfide-linked atau homomultidimer kepada dua 34 kDa

subunit (CD8-α =CD8a=Lyt2, Ly2, OX8) atau juga sebagai komplek heterodimer

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dengan protein lain dinamakan CD8-β (CD8b=Lyt3, Ly3) (De Totero et al, 1992).

Gen manusia mengekoding map CD8-α dan CD8-β kepada kromosom 2p12 yang

duduk berdekatan antara satu sama lain. Gen ini berhubungan rapat dengan

kluster rantai ringan immunoglobulin kappa (κ) (Giblin et al,. 1989). Pada

permulaannya, progenitor sel T dalam timus tidak mengekspresi CD8 dan CD4.

Proses perkembangannya juga melalui beberapa tahapan. Timosit yang belum

matang mengekspresi CD8 dan CD4 dan sel ini akan meningkatkan kematangan

sel T yaitu CD4+, CD8- atau CD4-, CD8+ . Sel T yang mampu mengenal pasti

MHC sendiri ini akan dipilih untuk proses pematangan yang dikenali sebagai

seleksi positif. MHC kelas 1 ini akan mengeluarkan sinyal instruksi untuk

mengarahkan differensisasi kepada jalur CD8 (De Totero et al,. 1992).

Sel T CD8+ naif memerlukan aktivasi dan deferensiasi lanjut untuk

menjadi sel T efektor yang bisa melisiskan sel target yang terinfeksi antigen dan

sel-sel tumor. Sel T CD8+ mengenali antigen yang dipaparkan oleh molekul MHC

I sahaja, oleh karena molekul MHC I boleh ditemukan pada sel-sel tubuh yang

mempunyai nukleus, maka sel T CD8+ dengan mudah memonitor sel jika terdapat

tanda-tanda infeksi. Sel T CD8+ juga akan diaktivasi menjadi sel T efektor setelah

bertemu langsung dengan antigen pada APC profesional atau non-profesional dan

menerima ‘second signal’ dari sitokin seperti IL-2, Interferon-γ (IFN-γ) dan

Tumor Necrosing Factor-α (TNF-α) yang dilepaskan oleh sel T-Helper CD4+

(Ross, 2006).

Dalam sistem imun manusia, sel T CD8+ akan berfungsi sebagai sel T-

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sitotoksik/suppressor yang berinteraksi dengan molekul MHC Kelas 1 bersama

dengan fragmen antigen yang diproses. Sel T-sitotoksik akan memusnahkan sel

yang lain dengan cara memasukkan perforin ke dalam membran sel target

sehingga menghasilkan porus melalui melalui jalan granzim (granzyme)

dimasukkan dan menyebabkan reaksi granule-associated osmotic lysis pada sel

target (sama reaksinya seperti komplemen membrane attack complex) atau

melalui aktivasi kaspases (caspases) untuk merangsang apoptosis pada sel target.

Respon-respon ini sangat berguna untuk mengontrol infeksi virus dan juga

keganasan (Borrow, 1994). Sel T sitotoksik/suppressor ini juga meregulasi respon

imun yang lain dengan cara melepaskan faktor-faktor solubel yang akan

bertindak ke atas Limfosit B untuk menghasilkan antibodi (Kumar dan Clark,

2002).

3. Hubungan antara Bising dengan Sel T CD8+

Banyak faktor panyebab stress yang diketahui mempunyai dampak

terhadap kesehatan, antara lain: suhu, kelembapan, radiasi, kecepatan angin,

polusi udara, ketersediaan makanan dan minuman, bising, kepadatan, interaksi

interspesies dan penyakit (Supardi, 2002). Paparan bunyi bising mengakibatkan

stres psikologi. Bising akan menyebabkan stres akut atau kronis yang mempunyai

implikasi yang jelas terhadap fungsi imunitas dan kesehatan manusia secara

keseluruhan.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Timbulnya stres pada manusia tidak terlepas dari sistem homeostasis yang

dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal (misalnya medan listrik) dan faktor

internal yang dikendalikan oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Dalam hal ini,

bising bertindak sebagai stressor yang akan menyebabkan respon perubahan

fisiologis dan perilaku untuk memulihkan homeostasis. Stres akibat bising dapat

menimbulkan reaksi dari aksis hypothalamus-hipofisis yang dikenali sebagai fight

or flight respons. (WHO, 1980).

Stres yang disebabkan oleh bising diduga dapat menyebabkan perubahan

gangguan fungsi sistem saraf otonom yang berhubungan dengan kelenjar adrenal.

Hampir setiap jenis stres fisik dan psikologis dalam waktu beberapa menit saja

sudah dapat sangat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol

juga akan meningkat (Guyton dan Hall, 1997). Dalam kondisi stres, sistem saraf

otonom akan mempengaruhi kerja sistem hormonal yang dapat merangsang

naiknya aktivitas hipotalamus dan corticotrophin releasing factor (CRF) yang

berhubungan dengan hipofisis anterior serta adrenocorticotrophin hormone

(ACTH). Dalam keadaan ini dihasilkan hormon adrenalin yang berlebihan,

sehingga mempengaruhi dan mengganggu kerja homeostasis tubuh, tetapi dalam

keadaan normal bagian korteks kelenjar adrenal akan melepaskan hormon

kortikosteroid yang berperan penting dalam aktivitas badan sel saraf. Hormon

kotikosteroid dalam bentuk glukokortikoid berfungsi merangsang degradasi

lemak dan protein menjadi metabolit-metabolit yang akhirnya menjadi glukosa

sebagai cadangan energi untuk aktivitas tubuh. Hormon kotikosteroid dapat

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menaikkan kadar gula darah, menekan peradangan dalam tubuh, dan detoksifikasi

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menghindari stres (Yurnadi, 2000).

Stres ringan merangsang peningkatan produksi hormon adrenalin. Dalam

keadaan normal hormon ini dapat mengatasi stres, tetapi pada keadaan stres berat

(misalnya disebabkan oleh paparan bising berlebihan) akan dihasilkan hormon

adrenalin secara berlebihan. Hormon adrenalin yang berlebihan tersebut diduga

dapat bersifat racun terhadap mekanisme mitosis dan proliferasi sel dalam tubuh

(Yurnadi, 2000).

Stres yang diakibatkan oleh bising yang berpanjangan akan mempunyai

efek pada sistem imun adaptif. Limfosit mempunyai reseptor untuk epinefrin

(adrenalin) dan kortikosteroid. Kedua hormon ini disekresikan akibat respon

terhadap stres tadi, epinefrin mempunyai onset yang cepat dan durasi yang

pendek manakala kortikosteroid mempunyai durasi yang lebih lama. Maka, stres

yang berlanjutan dapat menghambat respon imun terhadap infeksi. Penelitian

menunjukkan stres fisiologi dan psikologi dapat memberikan efek negatif pada

sistem imun tubuh sama ada dalam waktu yang panjang maupun pendek

(Roderick dan Matthew, 2002).

Berdasarkan penelitian efek estrogen terhadap limfopoeisis B pada

sumsum tulang ada menunjukkan adanya efek negatif hormon steroid pada

thymopoeisis. (Monroe, 1998)

Peningkatan kortisol akan mempunyai efek terhadap sistem imun dan

reaksi inflamasi yaitu (Mitrovic, 2002) :

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a. Mengurangi inflamasi dari jangkitan luka dengan mensupresi pembentukan

dan pelepasan asam arakidonat yang merupakan prekursorutama mediator

inflamasi.

b. Mengurangi proliferasi dan diferensiasi sel mast lokal

c. Menstabilkan lisosom

d. Mengurangi produksi aktivator platlet dan nitrit oksida (NO)

e. Glukokortikoid juga menekan respon imun dengan mengurangi jumlah

limfosit T

f. Mengurangi produksi interleukin dan gamma interferon yang merupakan

mediator respon imun,

1) Glukokortikoid dapat menyebabkan inhibisi produksi sitokin sel Th1

seperti IL-2 dan IFN-γ.

2) Glukokorticoid sintetik dapat menyebabkan inhibisi sinyal IL-2, IL-4, IL-

7, IL-15, and IFN-γ.

Stres juga bisa mempengaruhi jumlah sel CD4+ antara lain melalui

aktivitas β2-adrenergik dan steroid endogen. Ini terbukti dengan menurunnya

kadar CD4+ di pagi hari sesuai dengan sekresi steroid yang maksimal pada waktu

itu (Baratiwidjaja, 2006). Glukokortikoid menekan respon imun dengan

mengurangi jumlah sel limfosit T (Mitrovic, 2002). Ekspresi utama dari sel

limfosit adalah subset CD4+ dan CD8+. Hubungan perubahan kadar subset CD4+

dan CD8+ adalah saling berhubungan antara satu dengan yang lain karena kedua-

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

duanya bergandingan dalam sistem imunitas tubuh (Kui-Cheng, 2007).

Sembarang paparan bising adalah bertindak sebagai stressor yang berpengaruh

terhadap kadar subset CD4+ dan CD8+ dalam sistem imunitas tubuh sehingga

boleh menyebabkan gangguan kepada kualiti pertahanan tubuh secara jangka

panjang.

B. Kerangka Pemikiran

Hipotalamus

Stres fisik Stres Psikologis

Suhu, Radiasi, Kelembaban udara, Cuaca

PAPARAN BISING

KONTINYU AKUT

Kondisi lingkungan

Sosekbud

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

diteliti :

tidak diteliti :

C. Hipotesis

Adanya pengaruh paparan bising kontinyu akut terhadap CD8+ pada tikus

putih (Rattus norvegicus).

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan rancangan

penelitian ‘the post test only control group design’.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA

Biologi, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) dan Laboratorium

Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah tikus putih (Rattus

norvegicus).

D. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Jantan

b. Galur Wistar

c. Berat badan ± 150 – 250 gram

d. Umur 2-3 bulan

2. Kriteria Eksklusi

a. Cacat

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Sakit

c. Tuli

E. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan random sederhana dan

jumlahnya diperhitungkan dengan rumus Federer yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15,

dengan k=jumlah perlakuan, n= jumlah tikus putih untuk tiap perlakuan.

(k-1)(n-1) ≥ 15

(3-1)(n-1) ≥ 15

2n-2 ≥ 15

n ≥ 8.5 à 9 (minimal)

Jadi jumlah sampel total 27 ekor tikus putih.

F. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah "the post test only control group

design” (Taufiqqurrahman, 2003).

G. Kerangka Penelitian

K1 HK1

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Sampel Bandingkan

tikus putih A K2 HK2 dengan uji

(27 ekor) statistik

K3 HK3

Keterangan :

A : Adapatasi selama tujuh hari di dalam Laboratorium Sentral MIPA

UNS.

K1 : Kelompok satu sebagai kontrol, tidak diberi perlakuan bising.

K2 : Kelompok dua diberi paparan bising kontinyu sebesar 72 dB.

Pengaturan bising yang digunakan adalah 5 jam paparan/hari,

selama waktu tiga (3) hari.

K3 : Kelompok tiga diberi paparan bising kontinyu sebesar 90 dB.

Pengaturan bising yang digunakan adalah 5 jam paparan/hari,

selama waktu tiga (3) hari.

HK1: Pengamatan kadar CD8+ pada kelompok 1.

HK2: Pengamatan kadar CD8+ pada kelompok 2.

HK3: Pengamatan kadar CD8+ pada kelompok 3.

H. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Sirine elektrik: Frekuensi yang digunakan adalah 350 Hz

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

2. Sound Level Meter

3. Kandang

4. Timbangan Torbal

5. Termometer ruangan

6. Higrometer (mengukur tahap kelembapan ruangan)

7. Kloroform (anestesi)

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. 1cc darah tikus putih

2. Makanan hewan percobaan

3. Minuman hewan percobaan

4. Reagen FITC anti-rat CD8+antibody

I. Cara Kerja

1. Adaptasi Hewan Coba

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Hewan percobaan diadaptasikan di rumah kaca Laboratorium

Sentral MIPA Biologi UNS selama tujuh hari dengan pemberian makanan

dan minuman. Makanan yang diberikan sebesar 8-25 gram/hari untuk

masing-masing tikus (Jan dan Gerald, 2003) dan minuman 15-30 ml per

hari. Hewan percobaan ini ditempatkan dalam kandang di mana tiap

kandang terdiri atas 9 ekor tikus.

2. Kadar CD8+- Flow Ctyometry

Flow Cytometry menggunakan prinsip pencaran cahaya, eksitasi

cahaya dan emisi molekul flourokrom untuk menghasilkan data multi-

parameter spesifik dari partikel atau sel dengan saiz diameter berkisar dari

0.5µm hingga 40 µm. Sel secara hidrodinamik difokuskan dalam PBS

(phosphate buffer saline) sebelum dipintas dengan sumber fokus cahaya

yang optimal. Cahaya laser paling sering dipakai sebagai sumber cahaya

dalam flow cytometry. Pencaran dan emisi cahaya dari sel dan partikel

dirubah menjadi gelombang listrik oleh pengesan optik (optical detector).

Bentuk gelombang cahaya parelel ini diangkat oleh lenca konfokal yang

difokuskan pada titik persilangan antara sel dan sumber cahaya. Cahaya

dihantar pengesan-pengesan berbeda oleh filter optik. Tipe pengesan yang

paling sering dipakai flow cytometry adalah tuba fotomultiplier (PMT).

Gelombang listrik yang dideteksi oleh PMT adalah berasal dari cahaya

dan diproses oleh amplifier linear dan log secara berseri. Amplifikasi

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

logaritmik paling sering dipakai untuk mengukur fluoresen dalam sel.

Tipe ini mampu merubah sinyal yang lemah kepada kuat sehingga boleh

diukur. Setelah itu, sinyal-sinyal atau gelombang-gelombang yang

berbeda ini akan diproses oleh ADC (Analog to Digital Converter) dan

diplotkan kepada skala grafik (One Parameter, Two Parameter

Hisotograms). Data output akan disimpan dalam fail komputer

menggunakan standar FCS 2.0 atau 3.0 sebagai fail listmode atau fail

histogram (Ormerod, 2000).

Flow Cytometry dipilih sebagai instrumen pengukuran karena

mempunyai kelebihan dalam mengukur fluoresen secara per sel dan

partikel. Hasil pengukuran adalah lebih akurat dan subjektivitas

pengukuran CD8+ menjadi sangat rendah berbanding dengan ELISA

(Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) dan spektrofotometri (Rahman,

2009).

a. Penyediaan Sampel untuk Flow Cytometry

Teknik ini digunakan apabila fluorokrom (molekul flouresen) secara

langsung dihubungkan ke antibodi primer contohnya PE

(phycoerythrin), PITC (fluorescein isothiocyanate) dan konjugat

Alexa Fluor® (Alexa Fluor® 488 Anti-mouse CD8a Antibody, Merek

Biolegend digunakan oleh peneliti).

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1) Sediakan sel. Siapkan suspensi sel kepad konsentrasi 1.106 sel/ml

menggunakan buffer PBS/BSA. (phosphate buffered saline pH 7.4

and 1% / bovine serum albumin). (Sampel darah segar boleh

digunakan tanpa diencerkan melainkan jumlah sel yang tinggi

contoh: pasien leukemia. EDTA dan heparin adalah anti-koagulan

pilihan).

2) Ambil dan masukkan 100 µl suspensi sel (darah segar) ke dalam

seberapa banyak tabung uji yang dikehendaki.

3) Masukan antibodi pada dilusi yang direkomendasikan (lihat

lembar data spesifik). Campurkan dengan sebaiknya dan

inkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit.

4) Cuci sel dengan menggunakan 2 ml PBS/BSA. Sentrifudge pada

400g selama 5 menit dan buang supernatan.

Untuk suspensi darah, masukkan buffer lisis sel darah

merah e.g. 2 ml AbD Serotec’s Erythrolyse dan campurkan dengan

baik. Inkubasikan 10 menit pada suhu kamar. Sentrifudge pada

400g selama 5 menit dan buang supernatan. Sel yang ditangguhkan

pemeriksaanya disimpan dalam 0.2 PBS/BSA atau 0.2 ml 0.5%

paraformaldehyde dalam PBS/BSA jika diperlukan.

J. Pelaksanaan Penelitian

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1. Masing-masing hewan coba ditimbang terlebih dahulu kemudian

dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban. Hewan percobaan dibagi

menjadi 3 kelompok, masing-masing terdiri atas sembilan (9) ekor

tikus putih.

a. Kelompok 1:

Ditempatkan di rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA UNS

tapi diletakkan di ruangan yang berbeda, tanpa diberi paparan

bising.

b. Kelompok 2:

Ditempatkan di dalam rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA

Biologi UNS dengan intensitas bising 72 dB (Otten, 2004).

Pengaturan bising yang digunakan adalah lima (5) jam

paparan/hari selama waktu tiga (3) hari.

c. Kelompok 3 :

Ditempatkan di dalam rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA

Biologi UNS dengan intensitas bising 90 dB (Otten, 2004).

Pengaturan bising yang digunakan adalah lima (5) jam

paparan/hari selama waktu tiga (3) hari.

K. Pengukuran Hasil

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Setelah hewan coba diberi perlakuan bising selama tiga (3) hari,

masing-masing tikus dalam tiap kelompok dikorbankan kemudian darah

sebanyak 1.5 hingga 2.5 cc diambil.

L. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Bising Kontinyu Akut

2. Variabel terikat : Kadar CD8+

3. Variabel luar :

a. Variabel Luar Kendali

Jenis kelamin, umur, berat badan, temperatur, jumlah cahaya,

variasi genetik, jenis makanan dan minuman.

b. Variabel Luar Tak Terkendali

Kondisi psikologis tikus putih, bising dari luar laboratorium.

M. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Paparan bising kontinyu akut selama 3 hari dengan menggunakan

sumber bunyi yaitu sirine elektrik frekuensi 350Hz (Sarkaki dan Karami,

2004) kemudian intensitasnya diukur dengan Sound Level Meter. Ada tiga

perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini :

a. Kelompok I tidak diberi paparan bising yang digunakan sebagai

kontrol.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Kelompok II diberikan paparan bising intensitas 72 dB (Otten,2004).

Pengaturan bising yang digunakan adalah 5 jam paparan per

hari dalam waktu 3 hari (Kui-Cheng, 2007).

c. Kelompok III diberi paparan bising dengan intensitas 90 dB.

Pengaturan bising yang digunakan adalah 5 jam paparan per hari

dalam waktu 3 hari (Kui-Cheng, 2007)

Skala pengukuran variabel ini adalah skala nominal karena hanya

mengukur perubahan jumlah CD8+ .

2. Variabel Terikat

Pemeriksaan kadar CD8+ menggunakan alat flow cytometry. Alat

tersebut menggunakan prinsip pencaran cahaya, eksitasi cahaya dan emisi

molekul flourokrom untuk menghasilkan data multi-parameter spesifik

dari partikel atau sel dengan ukuran diameter berkisar dari 0.5µm hingga

40 µm. Hasil pengukuran dinyatakan dalam persen. (Rahman, 2006)

Skala pengukuran variebel ini adalah skala rasio.

3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

1) Jenis : Tikus putih (Rattus norvegicus)

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Galur : Wistar

3) Jenis Kelamin : Jantan

4) Umur : 2-3 bulan

5) Berat badan : 150-250gram

6) Makanan : BR 1

7) Minuman : Air PAM 15-30 ml

b. Variabel luar yang tidak dikendalikan.

1) Kondisi psikologi tikus putih

Dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Misalnya kondisi

lingkungan di luar laboratorium yang terlalu ramai.

2) Bising dari luar laboratorium

Suara tikus putih mendapat paparan bising mungkin saja

sudah mengalami kelainan terlebih dahulu.

N. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh akan diuji menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis (α

= 0,05). Jika terdapat perbedaan yang bermakna kemudian dilanjutkan

dengan uji statistik Multiple Comparison (α = 0,05).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

A. Kareteristik Sampel

Penelitian ini dilakukan terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan

galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan tidak ada perbedaan bermakna pada

berat badan (Lampiran 1).

Tabel 1. Rata-rata Berat Badan Tikus Putih Sebelum Diberi Paparan (satuan=gram)

____________________________________________________________________ Kelompok N Rata-rata BB tikus putih ± SD Median ____________________________________________________________________ Kontrol (N = 9) 188,38 ± 17,02a 182,00

Perlakuan 1 (N = 9) 171,56 ± 22,14a 170,50

Perlakuan 2 (N = 9) 167,94 ± 25,57a 164,00

_______________________________________________________________________________________________________ Keterangan: Huruf yang sama pada satu kolom menandakan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok pada uji Oneway ANOVA (α = 0,05)

Tabel 1 menunjukkan rata-rata berat badan tikus putih yaitu sebesar

188,38 ± 17,02 gram untuk kelompok kontrol, 171,56 ± 22,14 gram untuk

kelompok perlakuan 1 dan 167,94 ± 25,57 gram untuk kelompok perlakuan 2.

Setelah diuji dengan uji Oneway ANOVA, didapatkan hasil perbedaan yang tidak

bermakna (p > 0,05)

B. Kareteristik Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Sentral MIPA UNS

pada tanggal 20 sampai 22 Juli 2010. Kontrol diletakkan di ruangan terpisah dari

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kelompok yang diberi paparan tetapi masih berada dalam satu rumah kaca.

Analisis statistik data suhu dan kelembaban dari masing-masing kelompok tidak

ada perbedaan yang bermakna (Lampiran 1).

Tabel 2. Rata-rata hasil pengukuran suhu (satuan = Celsius)

____________________________________________________________________ Kelompok N Rata-rata Suhu Ruangan ± SD Median ____________________________________________________________________ Kontrol (N = 9) 27,67 ± 1.53a 28,00

Perlakuan 1 (N = 9) 27,67 ± 1.53a 28,00

Perlakuan 2 (N = 9) 27,67 ± 1.53a 28,00 ____________________________________________________________________ Keterangan: Huruf yang sama pada satu kolom menandakan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok pada uji Oneway ANOVA (α = 0,05)

Tabel 2 menunjukkan rata-rata suhu ruangan yaitu sebesar 27,67 ± 1.53

derajat Celsius untuk kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 dan kelompok

perlakuan 2. Setelah diuji dengan uji Oneway ANOVA, didapatkan hasil

perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05)

Tabel 3. Rata-rata hasil pengukuran kelembaban (satuan = persen)

____________________________________________________________________ Kelompok N Rata-rata Kelembaban ± SD Median ____________________________________________________________________ Kontrol (N = 9) 80,00 ± 5,00a 80,00

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Perlakuan 1 (N = 9) 80,00 ± 5,00a 80,00

Perlakuan 2 (N = 9) 80,00 ± 5,00a 80,00 ____________________________________________________________________ Keterangan: Huruf yang sama pada satu kolom menandakan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok pada uji Oneway ANOVA (α = 0,05)

Tabel 3 menunjukkan rata-rata kelembaban ruangan yaitu sebesar 80,00 ±

5,00 persen untuk kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 dan kelompok

perlakuan 2. Setelah diuji dengan uji Oneway ANOVA, didapatkan hasil

perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05)

C. Hasil Penelitian

Semua sampel diambil darahnya sebanyak 2 cc secara intrakardiak

dengan menggunakan spuit steril setelah diberi sedatif kloroform (Hoff, 2000).

Darah dimasukkan ke dalam tabung EDTA sebelum dikirim ke Laboratorium

Patologi Klinik, Universitas Gadjah Mada pada hari yang sama, setelah

pengambilan darah untuk dilakukan analisis flow cytometry.

Tabel 4. Rata-rata hasil analisis CD8+ flow cytometry (dalam satuan %) pada setiap

sampel darah pada masing-masing kelompok tikus putih (Rattus

norvegicus)

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

____________________________________________________________________ Kelompok N Rata-rata CD8+ ± SD Median ____________________________________________________________________ Kontrol (N = 9) 28,61 ± 8,23a 28,90

Perlakuan 1 (N = 9) 26,36 ± 8,04a 21,80

Perlakuan 2 (N = 9) 25,13 ± 4,43a 24,47 ____________________________________________________________________ Keterangan: Huruf yang sama pada satu kolom menandakan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok pada uji Kruskal-Wallis (α = 0,05)

Tabel 4 menunjukkan rata-rata kadar CD8+ tikus putih yaitu sebesar

28,61 ± 8,23 persen untuk kelompok I (kontrol), 26,36 ± 8,04 persen untuk

kelompok II dan 25,13 ± 4,43 persen kelompok III. Setelah diuji dengan uji

Kruskal-Wallis, didapatkan hasil perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05)

D. Analisis Data

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Data yang diperoleh dari analisis secara teknik flow cytometry, diuji

dengan uji statistik (Lampiran 2) menggunakan software program SPSS 16.0 for

Windows Evaluation Version. Ada dua (2) uji statistik yang digunakan, yaitu:

1. Uji Kruskal-Wallis, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dalam seluruh

kelompok sampel. Hasil uji statistik ini antara K, P1 dan P2 menunjukkan

bahwa nilai H hasil perhitungan lebih besar daripada chi-kuadrat tabel pada α

= 0,05 dan derajat kebebasan (df) = 2. H hasil perhitungan = 1,083. Hal ini

berarti bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja diterima. Jadi

dapat disimpulkan bahwa paparan akut bising kontinyu 5 jam/hari selama 3

hari tidak memberikan pengaruh bermakna terhadap perubahan kadar CD8+

pada tikus putih (Rattus norvegicus).

2. Uji Multiple Comparison untuk mengetahui adanya perbedaan antara

kelompok-kelompok tidak dilakukan karena hasil uji Kruskal-Wallis p > 0,05

yang menyimpulkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok tikus

putih.

BAB V

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

PEMBAHASAN

Penelitian paparan bising akut kontinyu terhadap 3 kelompok tikus putih yaitu

kelompok I (Kontrol), II (paparan bisng kontinyu 72 dB, 5 jam sehari selama 3 hari)

dan III (paparan bising kontinyu 90 dB, 5 jam sehari selama 3 hari) tidak

menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap CD8+ antar kelompok tikus putih

tersebut.

Data yang diperolehi diuji statistik dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis.

Dari hasil uji menggunakan uji Kruskal-Wallis antara kelompok K, P1 dan P2

diperolehi hasil perbedaan yang tidak bermakna yaitu p > 0,05. Dapat diartikan

bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap CD8+ antara kelompok tikus

putih (Rattus norvegicus). Maka dengan ini tidak dilanjutkan dengan tes uji Multiple

Copmarison karena p > 0,05. Dari hasil tes Kruskal-Wallis (α < 0,05) didapatkan

tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok I dengan kelompok II serta

kelompok I dengan III dan antar kelompok II dengan kelompok III.

Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan oleh bising tersebut ditentukan oleh 4

hal yaitu: intensitas bising (semakin tinggi intensitas semakin besar dampak yang

ditimbulkan), lama paparan (semakin tinggi paparan semakin besar dampak yang

ditimbulkan), jenis bising (jenis intermitten lebih memberikan dampak), dan

kerentanan. Kerentanan tiap individu sangat bervariasi sehingga akan memberikan

respon yang berbeda terhadap paparan yang diberikan walaupun intensitas, lama

paparan dan jenis bising tersebut sama (Hartono, 2002; Suma’mur, 1996)

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Paparan bising (kontinyu) yang diberikan memacu tubuh untuk merespon

secara bertahap melalui kondisi stres pada GMS (General Mechanism Syndrome)

yang dibagi menjadi 3 yaitu: Alarm Stage, Adaptation Stage, dan Exhaustion Stage.

Pada alarm stage, tubuh yang mendapat stres ringan akan memacu imunitas alami

dan adaptif untuk mengatasinya. Apabila stressor terus berlangsung, tubuh akan

memasuki tahap kedua yaitu tahap resistensi atau adaptasi (adaptation stage). Namun

jika stresor diberikan terus dalam jangka waktu tertentu, maka respons yang diberikan

tubuh akan jauh berbeda dibanding tahap sebelumnya (McEwen, 2007). Tubuh akan

memasuki exhaustion stage atau chronic stress. Di sini tubuh akan sudah mengalami

kelelahan akibat dari mekanisme imun adaptif dan alami yang tidak mampu lagi

untuk mengkompensasinya (Siher, 2004).

Pada penelitian kali ini, tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari hasil

statistik antara kelompok kontrol dengan kelompok-kelompok perlakuan

menunjukkan bahwa paparan bising tersebut tidak menimbulkan perubahan kepada

kadar CD8+ tikus putih. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Kui-Cheng dan

Makoto Ariizumi yang berjudul ”Modulation of Immune Functions and Oxidative

Status Induced by Noise” menggunakan tikus Balb-C dengan menganalisis ekspresi

CD4+ dan CD8+ dari limpa dan timus. Hasilnya adalah tidak terdapat perubahan

bermakna antara kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan kelompok kontrol

untuk paparan akut bising 5 jam sehari selama 3 hari. Hasil statistik yang

menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol, perlakuan 1

dan perlakuan 2 ini mungkin disebabkan karena respons imun tubuh masih dapat

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dipertahankan di alarm stage sehingga tidak berlaku perubahan yang bermakna

kepada kadar ekspresi CD8+ pada tikus putih kali ini tetapi masih terdapat

peningkatan fungsi immunitas baik seluler dan humoral disebabkan oleh stres bising

selama 3 hari (Kui-Cheng et al, 2007).

Hasil statistik yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara

kelompok ini setelah diuji dengan uji Kruskal-Wallis, menunjukkan faktor lama

paparan mungkin memainkan peran terhadap perubahan kadar CD8+ pada tikus putih.

Faktor lama paparan yang dimaksudkan di sini adalah lama jam paparan dan hari

paparan. Kemungkinan diperlukan lebih lama jam paparan dan hari paparan supaya

berlaku perubahan terhadap CD8+ pada tikus putih supaya lebih bermakna. Faktor

intensitas bunyi juga memainkan peran yang berpengaruh terhadap perubahan CD8+

pada tikus putih. Intensitas yang lebih tinggi dB mungkin diperlukan. Faktor jenis

paparan bising yang diberikan juga menyumbang kepada hasil penelitian ini. Jenis

paparan bising yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis paparan bising kontinyu

mungkin tidak begitu bermakna untuk jangka waktu penelitian ini berbanding

dengan paparan bising jenis intermitten. Kemungkinan kadar CD8+ masih

dipertahankan di peringkat awal fase alarm juga boleh dipertimbangkan karena lama

paparan yang tidak cukup untuk menyebabkan perubahan bermakna terhadap kadar

CD8+. Selain itu variasi respons imun setiap subjek adalah mungkin berbeda-beda.

Setiap subjek atau individu dalam mempersepsikan setiap rangsang untuk direspons

sebagai bentuk adaptasi juga ikut berpengaruh (Christine, 2005)

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGARUH PAPARAN ...eprints.uns.ac.id/9023/1/189431011201102461.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PAPARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan

adalah paparan bising kontinyu akut tidak mempengaruhi kadar CD8+ pada tikus

putih (Rattus norvegicus).

B. Saran

1. Dari hasil penelitian ini, walaupun tidak terdapat perubahan terhadap kadar

CD8+ tetapi secara teoritis bising dapat memberikan ketidaknyamanan kepada

manusia sehingga harus diberi perhatian untuk menghindarkan dampak akibat

bising.

2. Penelitian lebih lanjut tentang paparan bising kontinyu akut ini dengan variasi

lama paparan (lama jam paparan dan lama hari paparan) dan intensitas yang

berbeda sehingga dapat memastikan titik yang paling bermakna berlakunya

perubahan terhadap kadar CD8+ pada sistem imun tubuh.

3. Mensosialisasikan dan menyampaikan informasi yang betul kepada

masyarakat umum bahwa bising dapat menpengaruhi sistem imunitas

sehingga berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.