dewa ayu dwi 11-46, siti muawanah 11- 08 kanker serviks

Upload: sitimuawanah

Post on 11-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyakit global-kanker serviks

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    1/40

    i

    LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

    PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMEN

    PELAYANAN KESEHATAN

    PENYAKIT KANKER SERVIKS

    oleh:

    Siti Muawanah 112310101008

    Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S 112310101046

    PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    2/40

    ii

    LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

    PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMEN

    PELAYANAN KESEHATANPENYAKIT KANKER SERVIKS

    disusun guna memenuhi tugas praktikum Mata Kuliah Penyakit Global

    oleh:

    Siti Muawanah 112310101008

    Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S 112310101046

    PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    3/40

    iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

    PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMAN PELAYANANKESEHATAN PENYAKIT KANKER SERVIKS

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    Tanggal 06 Maret 2013

    Diajukan Oleh Ketua Kelompok

    Siti Muawanah

    NIM 11231010108

    Diperiksa Oleh Desen Pembimbing Praktikum

    Hanny Rasny,M.Kep

    Disetujui Oleh Penanggung Jawab Mata Ajar

    Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom

    NIP 19800105 200606 1 004

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    4/40

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum laboratorium Mata

    Kuliah Penyakit Global Laporan Praktikum Laboratorium Penyusunan Program

    Manajemen Pelayanan Kesehatan Penyakit Kanker Serviks dengan baik dan tepat

    pada waktunya.

    Penyusunan laporan praktikum laboratorium ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Penanggung Jawab

    Mata Ajar Penyakit Global;

    2. Hanny Rasny,M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok praktikum

    Mata Ajar Penyakit Global;

    3. teman-teman yang telah membantu, dan;

    4.

    semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

    Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi

    kesempurnaan laporan praktikum laboratorium ini. Akhirnya kami berharap,

    semoga laporan praktikum laboratorium ini dapat bermanfaat.

    Jember, Maret 2014 Penulis

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    5/40

    v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

    DAFTAR ISI ............................................................................................. v

    DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

    RINGKASAN ........................................................................................... ix

    BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

    1.2 Tujuan .................................................................................... 2

    1.3 Manfaat ................................................................................... 2

    BAB 2. PENGKAJIAN ............................................................................ 4

    2.1 Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk ......................... 4

    2.2 Situasi Derajat Kesehatan ..................................................... 9

    2.3 Situasi Upaya Kesehatan ....................................................... 11

    2.4 Situasi Sumber Daya Kesehatan............................................ 14

    2.5 Perbandingan Indonesia dengan Negara anggota ASEAN dan

    SEARO.................................................................................... 18

    2.6 Analisis Situasi ........................................................................ 21

    BAB 3. MASALAH PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN

    KESEHATAN ............................................................................. 27

    3.1 Analisis Masalah F ish Bone .................................................. 27

    3.2 Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan ........... 22

    BAB 4. PERENCANAAN ........................................................................ 29

    4.1 Perencanaan ............................................................................ 29

    7.2 Saran ....................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    6/40

    vi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Kondisi Perekonomian Daerah ................................................................... 5

    Realisasi Total Eksport Tahun 2010 ........................................................... 6

    Perkembangan Sarana Pendidikan .............................................................. 7

    Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2003 .................. 7Sebaran Fasilitas Kesehatan Kabupaten Malang 2000 ............................... 14

    Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2000 ..................... 16

    Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Keluarhan Tahun 2006 ..................... 16

    Skema Monitoring dan Evaluasi ................................................................. 26

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    7/40

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    3.1 Analisis masalahfish bone............................................................ 27

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    8/40

    1

    BAB 1.LATAR BELAKANG

    1.1Latar Belakang

    Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi

    fisik yang tidak normal dan pola hidup yangtidak sehat. Kanker dapat menyerang

    berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang

    terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina. Di negara-negara

    berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab

    utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita

    meninggal dunia akibat kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim

    adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu, bagian

    rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari

    leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke

    organ-organ lain di seluruh tubuh.Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim

    adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat

    disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah

    Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap

    kanker leher rahim setiap tahun.

    Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks

    menempatiperingkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan

    kematian pada perempuan didunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari

    15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya

    berakhir dengan kematian.

    Sebanyak 747 perempuan di Kota Malang, Jawa Timur, menderita kanker

    serviks. Jumlah itu merupakan yang tertinggi di antara 38 kabupaten dan kota di

    provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut. Direktur Rumah Sakit Universitas

    Muhammadiyah (UMM), Malang Fathoni Sadani, mengatakan, data dari Dinas

    Kesehatan Jatim pada 2011, di provinsi itu jumlah keseluruhan penderita kanker

    serviks mencapai 1.844 kasus dan Kota Malang sebagai penyumbang terbesar.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    9/40

    2

    Jumlah penderita kanker serviks di Jatim ini cukup tinggi dan hampir di seluruh

    kota dan kabupaten di Jatim ada penderita kanker serviks (Awwal,2014)

    1.2 Tujuan

    Tujuan laporan praktikum ini dibagi menjadi dua yaitu, tujuan umum dan

    tujuan khusus.

    1.2.1 Tujuan umum yaitu menyusun program manajemen pelayanan kesehatan

    pada penyakit kanker serviks

    1.2.2 Tujuan khusus yaitu sebagai berikut.

    1. Mengidentifikasi data-data tentang gambaran umum dan perilaku

    penduduk, situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, situasi sumber

    daya kesehatan, perbandingan Indonesia dengan negara ASEAN dan SEARO,

    serta analisis situsasi terkait penyakit kanker serviks.

    2. Menyusun masalah program manajemen pelayanan kesehatan dengan

    menggunakan analisis masalah Fish Bone

    3. Menyusun perencanaan yang akan dilakukan dalam program manajemen

    pelayanan

    1.3 Manfaat

    1.3.1 Bagi masyarakat Malang

    Dengan adanya pilot project yang telah disusun diharapkan masyarakat

    dapat mengaplikasikan program tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga

    angka mortalitas maupun morbiditas kanker serviks di masyarakat Malang dapat

    berkurang.

    1.3.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

    Dapat digunakan salah satu media pembelajaran dan referensi mengenai

    penanganan kasus kanker serviks sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa.

    1.3.3 Bagi pelayanan keperawatan di Malang

    Memberikan informasi program penanganan diare di wilayah Malang yang

    efektif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat.

    1.3.4 Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    10/40

    3

    Dapat memberikan informasi tentang kesehatan warga wilayah Malang,

    diharapkan dengan adanya informasi ini dapat menjadi dasar bagi Institusi

    Kesehatan (Puskesmas) untuk melakukan upaya tindak lanjut pada warga Malang.

    1.3.5 Bagi Institusi Kesehatan (Dinas Kesehatan)

    Dapat memberikan informasi mengenai masalah kanker serviks di Malang

    sehingga Dinas Kesehatan Malang dapat melakukan upaya tindak dengan cara

    kerja sama baik secara lintas program maupun lintas sector untuk menanggulangi

    masalah kanker serviks yang ada di Malang.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    11/40

    4

    BAB 2. PENGKAJIAN

    2.1 Gambaran umum dan perilaku penduduk

    1) Keadaan Penduduk

    Kabupaten Malang secara geografis berbatasan dengan enam Kabupaten

    dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara-Timur berbatasan dengan Kabupaten

    Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

    Lumajang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat

    berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara berbatasan dengan

    Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Luas wilayah Kapubaten Malang adalah

    3.534,86 km2 dan terdiri dari 33 kecamatan, 12 kelurahan dan 378 desa. Menurut

    Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Malang pada tahun

    2011 adalah 2.459.982 jiwa. Program IUWASH di Kabupaten Malang mulai

    dilaksanakan pada November 2012 melalui penandatanganan Surat Kesepakatan

    Kerjasama (MoU) antara IUWASH dan Bupati Malang (Profil Kabupaten

    Malang,2013).

    Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

    Kota Malang sementara adalah 819.702 orang, yang terdiri atas 403.958 laki-laki

    dan 415.744 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa

    penyebaranpenduduk Kota Malang bertumpu di Kecamatan Lowokwaru yakni

    sebesar 22,69 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Sukun sebesar 22,11

    persen, Kecamatan Kedungkandang sebesar 21,28 persen, Kecamatan Blimbing

    20.98 persen dan Kecamatan Klojen 12.93 persen. Jika dirinci berdasarkan

    kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Kedungkandang sebesar 174.427 orang,

    Kecamatan Sukun sebesar 181.270 orang, Kecamatan Klojen sebesar 106.017

    orang, Kecamatan Blimbing sebesar 171.970 orang, dan Kecamatan Lowokwaru

    sebesar 186.018 orang.

    Dengan luas wilayah Kota Malang sekitar 110,05 kilo meter persegi yang

    didiami oleh 819.702 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota

    Malang adalah sebanyak 7.448 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    12/40

    5

    paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Klojen yakni

    sebanyak 12.006 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah

    adalah Kecamatan Kedungkandang yakni sebanyak 4.373 orang per kilo meter

    persegi (BPS,2010).

    2) Keadaan Ekonomi

    a. Kondisi Perekonomian Daerah

    Gambar 1.Kondisi Perekonomian Daerah

    Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun

    perekonomian Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan (35,84%), kemudian

    diikuti oleh sektorperdagangan, hotel dan restoran (32,22%), sektor jasa-jasa

    (11,64%), sektorkeuangan (8,33%). Sedangkan sektor lainnya (11,97%) meliputi

    sektor pengangkutandan komunikasi, pertambangan, pertanian, bangunan, listrik,

    dan gas rata-rata 2-3%.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    13/40

    6

    b. Realisasi Total Eksport Tahun 2000

    Gambar 2. Realisasi Total Eksport Tahun 2000

    Total kegiatan ekonomi tahun 1999 menunjukkan sektor perdagangan,

    hotel danrestoran menjadi penyumbang terbesar kedua.Nilainya Rp 1,8 trilyun.

    Sebesar 61 persen dari penduduk usia produktif kota ini mencari nafkah di sektor

    perdagangan.Selain perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya.

    Berbagai macamindustri seperti makanan, minuman, kerajinan emas dan perak

    sampai garmen berdiridi kota ini. Kawasan Kota lama penuh dengan industri

    berukuran sedang sampai berat,juga kerajinan keramik. Kerajinan keramik di

    Dinoyo misalnya, mulai berkembang danmendapatkan tempat di kalangan

    pencinta keramik di Tanah Air. Sektor industri, yang merupakan 37 persen dari

    total kegiatan perekonomian, menjadi penyumbang terbesar. Nilainya Rp 2,26

    trilyun. Komoditas industri ini mampu menembus pasaran ekspor. Hanya

    sayangnya realisasi ekspor Kota Malang tahun-tahun belakangan ini nilainya terus

    menurun. Dari total nilai 74,5 juta dolar AS, menurun setengahnya menjadi 30,9

    juta dolar AS pada tahun 1999, dan tahun 2000 turun lagi menjadi 20,1 juta dollar

    AS. Kawasan perdagangan seperti Jalan Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar

    mampu melayani kebutuhan warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang

    melainkan juga warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung (Profil

    Kota Malang,2010)

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    14/40

    7

    3) Keadaan Pendidikan

    Dalam kurun waktu antar tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 terjadi

    peningkatan jumlah sarana pendidikan di Kota Malang. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Gambar 3.Perkembangan Sarana Pendidikan

    Gambar 4. Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2003

    4) Keadaan Kesehatan Lingkungan

    Sepanjang tahun 2007 berbagai masalah kesehatan terjadi di ibu pertiwi

    Indonesia tercinta. Masalah-masalah kesehatan tersebut antara lain peningkatan

    berbagai penyakit infeksi, peningkatan penyakit degeneratif dan penyakit yang

    muncul akibat dampak dari bencana alam baik karena banjir besar, air pasang dan

    gempa bumi. Selain itu masalah penyakit busung lapar akibat kelaparan dan

    kurang gizi serta kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih dilaporkan dari

    beberapa daerah di Indonesia.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    15/40

    8

    Berbagai penyakit infeksi baru seperti penyakit flu burung yang

    diakibatkan oleh virus avian flu juga terus ditemukan sepanjang tahun menjadikan

    Indonesia menjadi negara yang mempunyai kasus flu burung terbanyak dengan

    kematian. Penyakit HIV AIDS juga mengalami pertumbuhan yang pesat di bumi

    tercinta dimana dinegara lain tetangga kita pertambahan kasus HIV AIDS tidak

    sepesat di negara kita. Bahkan para pakar juga memprediksi bahwa pertambahan

    jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia termasuk yang paling pesat dibandingkan di

    negara lain.

    Infeksi Tuberkulosis khususnya TBC paru juga masih menjadi masalah

    utama. Indonesia masih termasuk dari beberapa negara dunia dengan jumlah

    kasus terbanyak TBC. Demam berdarah Dengue (DHF) masih menjadi endemis

    dan kasusnya selalu ditemukan sepanjang tahun terutama dikota-kota besar.

    Penyakit malaria yang sebenarnya insidens sudah sangat berkurang, dalam

    beberapa tahun belakangan ini dilaporkan kasusnya meningkat kembali.

    Peningkatan kembali kasus malaria pada beberapa daerah di Indonesia

    dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang buruk disertai pemanasan global

    yang saat ini sedang terjadi. Pemanasan global yang berakibat temperatur bumi

    yang meningkat menyebabkan kondisi yang baik buat nyamuk pembawa penyakit

    malaria untuk hidup. Kelaparan yang melanda beberapa daerah juga salah satu

    factor ditemukannya kasus-kasus kurang gizi sampai busung lapar yang terjadi

    tidak saja di daerah-daerah pulau luar Jawa tetapi juga daerah-daerah di pulau

    Jawa bahkan ironis anak-anak Balita dengan gizi kurang akibat asupan yang

    kurang masih ditemukan di Ibukota Jakarta tercinta ini. Bencana alam baik

    dampak langsung karena adanya global warming (pemanasan global) maupun

    karena kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana mengakibatkan terjadinya

    kerusakan dan kehilangan harta benda dari masyarakat kita. Selain penyakit

    infeksi ternyata penyakit degeneratif juga semakin banyak ditemukan di negara

    kita. Penyakit Diabetes Melitus, obesitas, dislipidemia, stroke, penyakit jantung

    koroner insidens juga semakin meningkat. Peningkatan penyakit degeneratif ini

    berhubungan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung

    mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang melakukan aktifitas olah raga.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    16/40

    9

    Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan modern dan masalah

    kesehatan tradisional. Masalah kesehatan modern seperti obesitas, diabetes

    mellitus, penyakit jantung koroner,dislipidemia (kadar kolesterol darah yang

    tinggi).

    Masalah kesehatan tradisional seperti TBC, kelaparan, diare. Belum lagi

    penyakit infeksi baru seperti flu burung jumlah kasus dan jumlah kematiannya

    juga cukup besar di Indonesia. Sehingga secara khusus Indonesia menjadi sorotan

    badan dunia akibat penyakit flu burung ini. Selain kedua kelompok penyakit besar

    diatas saat inipun kita sering mendengar keracunan makanan yang terjadi ditengah

    masyarakat. Pemakaian bahan dan zat beracun yang digunakan didalam makanan

    dan minuman kita serta beredarnya obat palsu yang menambah buruk kondisi

    kesehatan masyarakat kita (Dinkes Jatim, 2014).

    5) Keadaan Perilaku Masyarakat

    Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker leher rahim

    yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor

    aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks,

    pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,

    merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan

    kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun.

    2.2 Situasi Derajat Kesehatan

    1) Mortalitas

    Karsinoma serviks merupakan kanker genitalia kedua yang paling sering

    pada wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker

    pada wanita di negara-negara berkembang. Diperkirakan 500.000 kasus kanker

    serviks didiagnosis setiap tahun di dunia. Insiden dan mortalitas kanker serviks di

    dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara

    berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab utama kematian

    akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara

    berkembang. American Cancer Societymemprediksi 11.270 kasus baru kanker

    serviks didiagnosis di Amerika Serikat tahun 2009 dan lebih dari 50.000 kasus

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    17/40

    10

    baru kanker serviks akan didiagnosis setiap tahunnya, dengan angka kematian

    mencapai 4.070.

    2) Morbilitas

    Terkait dengan peningkatan kapasitas Kanker Serviks merupakan jenis

    kanker terbanyak di Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut

    WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnose terkena kanker serviks

    dan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit

    muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena

    kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru,

    20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan

    meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-

    750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada

    kaitannya dengan, sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker

    serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut

    dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh

    sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi.

    Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk

    faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 %

    faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena

    itu perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk

    meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks.

    Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya

    pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan

    kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko

    terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan

    deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA

    (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat).

    Saat ini cakupan screening deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap

    smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal cakupan screening

    yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena

    kanker serviks adalah 85 %.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    18/40

    11

    3) Dampak Kesehatan Akibat Penyakit

    Kanker serviks adalah jenis penyakit yang menyerang bagian bawah

    uterus yang disebut serviks atau uterin serviks. Serviks ini terhubung dengan

    bagian atas uterus dimana janin berkembang dan tumbuh. Kanker ini termasuk

    jenis kanker yang tumbuh dengan lambat dan memerlukan waktu lama untuk

    berkembang. Gejalanya hampir tak terlihat namun akibat kanker serviks bisa

    terlihat.

    Karena gejalanya tidak terlihat maka pemeriksaan kanker serviks biasanya

    dengan mendiagnosa kemunculan sel yang tidak biasa dilihat dengan mikroskop.

    Sel ini bisa berubah menjadi membahayakan namun tidak memiliki efek samping

    dan seringkali bisa hilang tanpa perawatan khusus. Bahkan ketika sel ini berubah

    menjadi tumor pun seringkali gejalanya tetap tidak terlihat.

    Ketika kanker tumbuh dan bersifat invasive maka dampaknya akan

    muncul pada rasa sakit di vagina, pendarahan yang tidak biasa (selama menstruasi

    atau pendarahan setelah menopause atau ketika berhubungan intim), mengalami

    rasa sakit ketika urinasi, sakit pinggang dan punggung, kehilangan berat badan,

    pendarahan dari kantung kemih dan anemia.

    Akibat kanker serviks ini secara umum termasuk berat dan sulit dirawat.

    Karena kurangnya gejala yang terlihat di awal pertumbuhan, maka para wanita

    harus melakukan pemeriksaan papsmear secara teratur untuk agar bisa mendeteksi

    perubahan sel sebelum kanker kemudian dirawat lebih dini.

    2.3 Situasi Upaya Kesehatan

    1.

    Pelayanan kesehatan dasar

    Pemerintah Kabupaten Malang terus meningkatkan fasilitas dan sumber

    daya manusia (SDM) yang ada di masing-masing Puskemas. Pekan kemarin, satu

    lagi Puskesmas Rawat Inap berdiri di Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan

    Pakis. Semula, Puskesmas yang ada hanya Puskesmas rawat jalan. Tapi, sekarang

    sudah lebih lengkap dengan pelayanan rawat inap, bersalin, gigi dan pelayanan

    gizi. Pelayanan di Puskesmas pun terus ditingkatkan untuk memberikan layanan

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    19/40

    12

    yang maksimal untuk warganya. Banyak masyarakat yang hanya menderita

    penyakit ringan langsung ke RSUD dengan menggunakan fasilitas Jamkesmas.

    Saat ini, di Kabupaten Malang sudah ada 26 Puskesmas dengan layanan

    rawat inap yang fungsinya hampir sama dengan rumah sakit tipe kecil. Di tahun

    2013 ini, akan dilakukanm rehab terhadap 42 Puskesmas pembantu yang tersebar

    di Kabupaten Malang, termasuk penambahan peralatan peningkatan mutu di

    masing-masing Puskemas. Tahun 2012 lalu, sebanyak 35 Puskesmas Desa

    (Puskesdes) dibangun, 12 Puskesmas dilakukan rehab. Sedangkan, pembangunan

    Puskesmas Pakis yang baru saja diresmikan dibangun pada tahun 2012 lalu, dari

    dana alokasi khusus (DAK).

    2.Pelayanan kesehatan rujukan

    RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Umum KelasA milik

    Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan Perda Nomor 23 Tahun

    2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Provinsi Jawa Timur,

    RSUD Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai unsur penunjang Pemerintah Provinsi

    setingkat dengan Badan, yang menyelenggarakan sebagian urusan dibidang

    pelayanan kesehatan. Dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur, berada

    dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

    Sejak Maret tahun 2000, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang terakreditasi penuh

    untuk 12 jenis pelayanan. Pada tahun 2005 terakreditasi penuh tingkat lengkap

    untuk 16 jenis pelayanan berlaku 1 Februari tahun 2005 s/d 1 Februari tahun 2008

    dan diperbarui dengan setifikat ISO 9001: 2000 yang berlaku 18 Juni 2008 s/d 18

    Juni 2009 dan telah diperbarui dengan sertifikat ISO 9001 : 2008.Wilayah rujukan

    RSU Dr.Saiful Anwar meliputi 10 (sepuluh ) wilayahkota/kabupaten, yaitu,

    Kota/Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota/Kabupaten Pasuruan, Kota/Kabupaten

    Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kota/Kabupaten Blitar.

    3.Pelayanan jaminan kesehatan masyarakat

    Dalam Keputusan Walikota Malang Nomor :188.45/95/35.73.112/2010

    tentang Penetapan PesertaProgram Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

    di Kota Malang th 2010 yang ditetapkan pada tanggal 1 Pebruari 2010 dinyatakan

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    20/40

    13

    bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan khususnya masyarakat miskin,

    telah diselenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat berdasarkan keputusan

    Menteri Kesehatan RI No: 316/MenKes/SK/V/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan

    Jaminan Kesejatan Masyarakat (Jamkesmas), bahwa berdasarkan pertimbangan hal

    tersebut perlu memutuskan : Menetapkan jumlah Anggota Rumah Tangga Miskin,

    Hampir Miskin, Sangat Miskin yang masuk dalam kepesertaan Program Jaminan

    Kesehatan Masyarakat di Kota Malang pada Tahun 2010 sebanyak 94.655 Jiwa yang

    tersebar dalam 5 wilayah Kecamatan yang ada di Kota Malang. Peserta Jaminan

    Kesehatan Masyarakat yang dimaksud masyarakat miskin kuota yang pembiayaan

    pelayanan kesehatannya ditanggung oleh Pemerintah Pusat dari dana Anggaran

    Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN).

    Dalam implementasi di lapangan berkaitan dengan pelayanan kesehatan

    masyarakat miskin bukan hanya berpedoman pada kebijakan Pemerintah Daerah

    Kota Malang tersebut, namun juga mengacu pada Keputusan Menteri Kesehtan RI

    Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Tehnik Standart Pelayanan

    Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang mengacu pada kebijakan dan

    strategi desentralisasi bidang kesehatan, yaitu :

    1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah,legislatif, masyarakat

    dan stakeholder lainnyaguna kesinambungan pembangunan

    kesehatan.

    2. Terlindunginya kesehatan masyarakat,khususnya penduduk miskin,

    kelompok rentandaerah miskin.

    3.

    Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program

    kesehatan.4. Sehubungan dengan kebijakan Pemda Kota Malang tentang Program

    Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Perkotaan seperti yang

    disampaikan oleh Kabag Yankes.

    Kebijakan yang di buat pemerintah tentang program kesehatan masyarakat

    miskin perkotaan sudah cukup bagus, dan ada perhatian pemerintah dengan

    memberikan program mulai dari CPSBK, Askeskin dan yang terbaru adalah Program

    Jamkesmas dan Jamkesda, dan data yang di pakai dinkes kota untuk program

    jamkesmas adalah data dari BPS tahun 2006 sampai sekarang untuk jamkesmas di

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    21/40

    14

    ambilkan dana dari APBN sedangkan jamkesda di ambil dari APBD dan bagi

    masyarakat yang tidak mampu dan dirinya tidak terdaftar di program jamkesmas atau

    jamkesda harus mengurus SKM yang sudah oleh RT/RW serta kecamatan Rumah

    Sakit yang dituju oleh dinkes kota malang untuk pasien yang menggunnakan

    jamkesmas dan jamkesda adalah rumah sakitRSSA dan Rumah Soepraun /RST.

    4.Pencegahan dan pemberantasan penyakit

    2.4 Situasi sumber daya kesehatan

    1.

    Sarana kesehatan

    Fasilitas layanan kesehatan di Kabupaten Malang dapat dikatakan telah

    tersebar merata sejumlah 60%. Berikut disajikan sebaran fasilitas kesehatan di

    Kabupaten Malang berupa sebaran Apotik, Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin

    serta Tempat Praktek Dokter. Sebaran ini didapat dari hasil olahan Potensi Desa

    BPS Tahun 2000:

    Gambar 5. Sebaran F asil i tas Kesehatan Kabupaten M alang 2000

    (Sumber: Potensi Desa BPS 2000)

    Dari visualisasi di atas terlihat bahwa persebaran sedikit merata. Terutama

    untuk persebaran praktek dokter. Lalu persebaran Apotik umumnya mendekati

    persebaran Rumah Sakit Bersalin dan juga Rumah Sakit Umum. Persebaran

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    22/40

    15

    fasilitas kesehatan ini terletak pada Kecamatan Ngantang, Pakis, Tumpang,

    Lawang, Dau, Tajinan, Gondanglegi, Turen, Dampit, Donomulyo, Kromengan,

    Sumbermanjing. Terdapat beberapa daerah di bagian utara Kabupaten Malang

    yang tidak tersentuh fasilitas kesehatan.

    Pemanfaatan rumah sakit di Kabupaten Malang dilihat dari laporan

    kunjungan baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit umum ataupun

    swasta. Untuk pengunjung terbanyak ada di Rumah Sakit Kanjuruhan di

    Kecamatan Kepanjen dan pengunjung tersedikit berada di Rumah Sakit Jiwa

    Wikarta Mandala kecamatan Pujon.

    Berdasarkan peraturan daerah tahun 2008 tentang Kesehatan Ibu, Bayi

    Baru Lahir Dan Anak (KIBBLA) menyatakan bahwa rumah sakit bersalin adalah

    tempat penyelenggaraan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan

    masa nifas fisiologis dan patologid termasuk pelayanan KB dan perawatan Bayi

    Baru lahir secara rawat inap. Oleh karenanya keberadaan Rumah Sakit Bersalin

    ini mutlak diperlukan, terutama dengan kebijakan sendiri dimana daerah diberi

    kewenangan mengelola daerahnya harus mampu penjalankan peran ini dengan

    benar dan mendekatkan pelayanannya. Pada peta podes, terlihat bahwa

    keberadaan rumah sakit bersalin hanya terpusat di beberapa kecamatan seperti

    Gondangegi, Pakis, Kepanjen sehingga aksesbilitas penduduk lain menjadi sulit.

    Hal yang kontrasi terjadi pada sebaran fasilitas kesehatan tempat praktek

    dokter. Praktek dokter hamper tersebar di seleuruh kecamatan, hal ini terkait pula

    dengan sistem desentralisasi yang membebaskan swasta untuk turut berpartisipasi

    juga untuk mengelola pembangunan kesehatan daerah.

    2.

    Tenaga kesehatan

    Berikut disajikan kondisi tenaga medis di Kabupaten Malang pada tahun 2000 dan

    2006. Dari hasil table diketahui bahwa terdapat kenaikan jumlah tenaga medis di

    kabupeten malang dari tahun ke tahun. Dokter pria sejumlah 104 pada tahun 2000

    naik menjadi 467 pada tahun 2006. Begitupun juga dengan jumlah dokter wanita,

    bidan, dukun bayi terlatih dan dukun bayi tidak terlatih. Jumlah dokter wanita

    naik dari jumlah 73 menjadi 194. Jumlah bidan naik dari 282 menjadi 720, dukun

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    23/40

    16

    bayi terlatih naik dari 471 menjadi 1001. Kenaikan jumlah tenaga medis tersebut

    dapat digambarkan dalam tabel berikut:

    Gambar 6. Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Kelu rahan Tahun 2000

    Tenaga Medis JumlahDokter Pria 104

    Dokter Wanita 73

    Bidan 282

    Dukun Bayi

    Terlatih 417

    Dukun Bayi

    Belum Terlatih 231TOTAL 1107

    Gambar 7. Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Keluarhan Tahun 2006

    Tenaga Medis JumlahDokter Pria 467

    Dokter Wanita 194

    Bidan 720Dukun Bayi

    Terlatih 1001

    Dukun Bayi

    Belum Terlatih 346

    TOTAL 2728

    Sumber: Data Potensi Desa, 2006, diolah

    Pengertian tenaga Kesehatan menurut peraturan daerah Kabupaten

    Malang Nomor Tahun 2008 Tentang Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak

    (KIBBLA) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

    dan memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang

    kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

    upaya KIBBLA, antara lain Dokter Umum, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter

    Spesialis Anak, Apoteker, Bidan, Perawat, Nutrisionis, Asisten Apoteker.

    Keberadaan tenaga medis adalah mutlak sebagai sumber daya kesehatan yang

    berperan sebagai eksekutor terhadap masalah kesehatan. Adapun kenaikan jumlah

    tenaga kesehatan yang terlihat pada tabel diatas diharpkan juga berbanding lurus

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    24/40

    17

    dengan kenaikan aksesbilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan,

    meningkatkankan kondisi sehat di masyarakat dan menurunkan korban pada

    wabah penyakit.

    Tenaga kesehatan di Kabupaten Malang dihimpun dari Dinas Kesehatan

    Kabupaten sendiri dan seluruh UPTD Dinas Kesehatan serta seluruh Rumah Sakit

    Umum dan Rumah Sakit khusus yang ada baik pemerintah maupun swasta,

    Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter gigi dan bidan praktek swasta. Terkait

    dengan tujuan desentralisasi, maka tenaga kesehatan di daerah harus siap untuk

    bertugas secara professional selayaknya kinerja pemerintah pusat. Memang

    desentralisasi akhirnya mengharuskan daerah dan juga aktornya untuk siap

    membangun daerah secara mandiri. Oleh karenanya penting untuk aktor-aktor

    pembangunan daerah bergerak secara visioner, terarah dan maksimal. Kaitan

    dengan pembangunan kesehatan diharapkan tenaga kesehatan di wilayah

    Kabupaten Malang dapat tersebar rata. Desentralisasi memungkin persebaran

    tenaga kesehatan merata karena disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dimana

    dinas kesehatan daerah sudah diberi kewenangan untuk menegelola bidang

    kesehatan, termasuk perekrutan dan penempatan tenaga kesehatan.

    3.Pembiayaan kesehatan

    Kebijakan pembiayaan kesehatan di tahun 2010 ditandai oleh beberapa

    perkembangan menarik. Salah satunya adalah target Universal Coverage 2014

    (100 persen penduduk terjamin) telah ditetapkan. Ini merupakan tantangan berat

    karena saat ini baru sekitar 50% penduduk yang terjamin asuransi kesehatan atau

    jaminan kesehatan lainnya, itupun lebih dari 75% terdiri dari warga miskin yang

    dijamin oleh pemerintah lewat dana pajak. Universal coverage sudah ditargetkan

    untuk dicapai namun pada saat yang sama penerapan UU SJSN masih belum

    dilakukan.

    Walaupun demikian, ada satu langkah menarik yang dianggap sebagai

    pembuka jalan untuk tercapainya Universal Coverage, yaitu Jampersal (jaminan

    kesehatan persalinan) yang, berbeda dengan Jamkesmas, juga ikut menjamin ibu

    non miskin yang bersalin asal mau dirawat di klas 3 RS Pemerintah atau swasta

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    25/40

    18

    tertentu. Juga pada tahun 2010, hampir semua kabupaten/kota juga sudah

    mencanangkan program Jaminan Kesehatan Daerah dengan berbagai variasinya.

    Pada tahun 2010 sebenarnya ditargetkan untuk diundangkannya UU Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial, namun kenyataannya belum juga terlaksana akibat

    tarik ulur antara eksekutif dan legislatif mengenai jumlah BPJS.

    2.5 Perbandingan Indonesia dengan negara anggota ASEAN dan SEARO

    Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO

    berisi tentang data penduduk mengenai jumlah penduduk di Indonesia dan Negara

    ASEAN serta SEARO. Dalam sub bab ini juga menjelaskan pengkajian tentang

    derajat kesehatan di Negara Indonesia.

    2.5.1 Kependudukan

    ASEAN merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-

    nagara di kawasan asia tenggara yang bertujuan untuk meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan negara-

    nagara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota

    ASEAN ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja,

    Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Tahiland, dan Vietnam.

    Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk

    dalam negara SEARO bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan,

    Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor

    Leste. Perbandingan antara negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun

    SEARO, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara lain dalam

    kawasan yang sama.

    Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat

    diarahkan sesuai kebutuhan penduduk yang merupakan sasaran sekaligus pelaku

    pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban

    sekaligus juga modal dalam pembangunan.

    Menurut World Populations Data Sheet 2010, pada pertengahan tahun 2010,

    Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak diantara negara anggota

    ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 235,5 juta jiwa (data sensus penduduk

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    26/40

    19

    2010 menyatakan pendududk indonesia perbulan mei tahun 2010 berjumlah 237,6

    juta jiwa). Dengan wilayah negara terluas, Indonesia selalu menempati peringkat

    satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunai

    Darussalam memiliki julah penduduk paling rendah yaitu sekitar 0,4 juta jiwa.

    Jika dikawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan

    jumlah penduduk terbesar, dikawasan SEARO Indonesia menempati peringkat

    kedua setelah India (dengan jumlah penduduk 1.188,8 juta jiwa). Selain

    bangladesh yang berpendudukan 164,4 juta jiwa, 8 negara lainnya berpendudukan

    kurang dari 100 juta jiwa, bahkan terdapat 2 nsgara dengan jumlah penduduk

    kurang dari 1 juta jiwa yaitu Bhutan (0,7 juta jiwa), dan Maladewa (0,3 juta jiwa).

    Bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai

    negara yang paling padat di kawasan ASEAN dengan kepadatan 7.526 penduduk

    per km2 . Angka tersebut jauh diatas negara anggota ASEAN lainnya. Sementara,

    negara dengan kepadatan penduduk terendah adalah laos dengan 27 penduduk per

    km2.

    Di kawasan SEARO, Bangladesh memiliki kepadatan penduduk tertinggi

    dengan 1.142 jiwa per km2 . selanjutnya, walaupun memiliki jumlah penduduk

    terkecil, dengan luas wilayah juga kecil, Maladewa merupakan negara dengan

    kepadatan penduduk tertinggi kedua di Wilayah SEARO, yaitu 1.070 jiwa per

    km2. Negara dengan kepadatan penduduk terendah adalah bhutan yaitu 15 per

    km2.

    Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 124jiwa per km2, Indonesia di

    kawasan ASEAN berada pada peringkat kelima terpadat, sedangkan SEARO,

    Indonesia menempati peringkat ke empat untuk negara dengan kepadatan

    penduduk paling rendah diantara 11 negara.

    Pada periode 2000-2009, laju pertumbuhan penduduk pertahun yang

    tertinggi diantara anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju

    pertumbuhan penduduk 2,3% sedangkan Myanmar merupakan negara dengan laju

    pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,8%.

    Pada negara-negara SEARO selama periode yang sama, laju pertumbuhan

    penduduk berkisar antara 0,5% hingga 3,7%. Laju pertumbuhan penduduk

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    27/40

    20

    terendah pada Korea Utara dan tertinggi di Timor Leste. Laju pertumbuhan

    penduduk Indonesia adalah 1,4%. Di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki

    peringkat ke-3 terendah (bersama dengan Vietnam) untuk laju pertumbuhan

    penduduk, sedangkan bila dilihat di kawasan SEARO, Indonesia menduduki

    peringkat ke-5 dengan laju pertumbuhan penduduk terendah dari 11 negara.

    2.5.2 Derajat Kesehatan

    Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya

    keatian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Pada

    umumnya penduduk tua mempunyai resiko keatian yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator

    kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai

    keadaan sejahtera penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

    Diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2010 Myanmar

    merupakan negara dengan angka kematian kasar tertinggi, ytakni sebesar 11 per

    1.000 penduduk. Keadaan angka kematian kasar di negara-negara kawasan

    SEARO, tidak berbeda jauh dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Myanmar

    merupakan negara dengan angka kematian kasar tertinggi, sementara terendah

    adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010, di

    Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk di kawasan ASEAN, Indonesia

    menduduki peringkat ke-5 tertinggi angka keatian kasar sedangkan di kawasan

    SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-2 terendah. Angka harapan hidup

    merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

    kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan

    pada khususnya.

    Pada tahun 2010 diantara sepuluh negara anggota ASEAN, Singapura

    merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir paling tinggi yaitu

    81 tahun. Negara yang memiliki angka harapan hidup waktu lahir terendah adalah

    Myanmar yaitu 58 tahun. Untuk kawasan SEARO, Sri lanka merupakan negara

    dengan angka harapan hidup waktu lahir paling tinggi yaitu 74 tahun. Negara

    yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Myanmar yaitu

    58 tahun.Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan angka harapan hidup waktu lahir

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    28/40

    21

    71 tahun menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO

    menempati peringkat ke-3 tertinggi.

    2.5.3 Upaya Kesehatan

    2.6Analisis Situasi

    2.6.1 Perencanaan

    Menurut WHO (2008) Indonesia merupakan negara dengan dengan jumlah

    penderita kanker serviks nomor dua tersering dan menyebabkan kematian akibat

    kanker yang paling lama. Penyakit ini dering ditemukan pada stadium lanjut dan

    setiap tahun ditemukan kejadian kanker serviks pada wanita sebanyak 8000 kasus

    berakhir dengan kematian. Menurut Ikatan Peduli Kanker Serviks Indonesia di

    Indonesia setiap harinya 40-45 wanita terdiagnosa kanker serviks dan 20-25

    wanita meninggal, dengan kata lain setiap tahunnya angka kematian karena

    kanker serviks mencapai 270.000 (IPKSI, 2011). Menurut WHO (2006)

    menyatakan bahwa keterlambatan wanita menyadari adanya kanker serviks

    meningkatkan morbidibitas dan mortalitas kanker serviks. Padahal, kanker serviks

    sebenarnya dapat disembuhkan 100% bila ditemukan sejak dini dan ditangani

    segera.

    Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi HPV (Human Papiloma Virus)

    sampai menjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 7-10 tahun

    dan kanker serviks ini tidak menunjukkan gejala kesakitan sama sekali pada

    stadium dini.

    Padawanitayangtidakpernahmelakukandeteksidini,kankercenderungditemukanpad

    astadiumlanjut,dimanakankersudahsulitdisembuhkan.Olehkarenaitudiperlukanupa

    yamaksimaldalamrangkapenanggulanganterhadapkejadiankankerserviks.

    Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyakit kanker rahim telah

    mengeluarkan keputusan kementrian Kesehatan tahun 2010 tentang pengendalian

    kanker leher rahim yaitu program yang mencakup promotif, preventif, kuratif,

    dan rehabilitatif (Kemenkes, 2010).

    1)Tujuan Umum

    Menurunkan angka kejadian mortalitas dan morbitas pada masalah kesehatan

    kanker serviks.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    29/40

    22

    2)

    Tujuan Khusus

    1)Mengetahui seberapa banyak masyarakat yang terkena kanker serviks

    dengan deteksi dini

    2)

    Masyarakat ikut andil untuk melaporkan kepada petugas kesehatan apabila

    terdapat atau ada warga yang mengalami masalah kesehatan kanker serviks

    3)Mengurangi penderita penyakit kanker serviks

    3)

    Strategi

    Strategi yang digunakan pemerintah dalam menanggulangi dan

    mengendalikan angka kejadian kanker serviks yaitu langkah pertama dengan

    melakukan penapisan terlebih dahulu. Perempuan yang pernah melakukan

    pemeriksaan penapisan akan menurunkan resiko terkena kanker leher rahim.

    Ada beberapa metode yang dikenal dalam melakukan penapisan kanker

    leher rahim. Tujuan penapisan iniuntuk menemukan lesi prakanker. Beberapa

    metode tersebut adalah (Kemenkes, 2010):

    a) Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)

    Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum,

    melihat kanker leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat . pada lesi

    prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white

    epiculum.

    b)Pemeriksaan sitologi (tes pap)

    Merupakan suatu prosedur pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan

    sitopatologi yang dilakukan dengan tujuan untuk menemukan perubahan

    morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang ditemukan pada keadaan

    prakanker dan kanker.

    Sasaran dari penapisan kanker leher rahim adalah

    1)Perempuan berusia 30-50 tahun

    2)Perempuan yang enjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar

    cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri abdomen bawah (bahkan jika

    diluar kelompok usi tersebut)

    3)Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu yang rutin, perempuan

    yang sedang hamil dapat menjalani penapisan dengan aman, tetapi tidaka

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    30/40

    23

    boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum

    dapat dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal.

    4)Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB yang

    secara khusus meminta penapisan kanker leher rahim.

    Kegiatan penapisan ini akan dilakukan pada perempuan/wanita dengan

    frekuensi 5 tahun sekali jika hasil tes IVA negatif. Namun, jika hasil IVA positif

    dan mendapatkan pengobatan harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan

    kemudian.

    2.6.2 Pengorganisasian

    a. Pusat

    Depkes mempunyai tugas:

    1)

    Penyiapan kebijakan pengendalian kanker

    2) Advokasi dan sosialisasi tingkat pusat

    3) TOT manajemen pengendalian kanker

    4) TOT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim

    5)

    Pengaturan, bimbingan, dan pengawasan program

    6) Dan lain-lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

    b. Dinas Kesehatan

    1) Dinas kesehatan provinsi, mempunyai tugas:

    Sebelum pelatihan provider deteksi dini

    a)

    Sosialisasi dan advokasi dengan LS LP

    b) Pertemuan koordinasi/persiapan di provinsi

    c)

    Membentuk jejaring pengendalian kanker

    d) Membentuk tim pelatih provinsi

    e) Pertemuan tim pelatih provinsi untuk persiapan pelatihan

    f) Assessment/penilaian: sarana-prasarana, SDM, data demografi di

    kabupaten/kota.

    Setelah pelatihan

    a) Menerima data apran skrining yang telah dilaksanakan di kabupaten

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    31/40

    24

    b)

    Mengolah dan menganalisa data skrining dan mengirimkan laporan ke

    pusat

    c) Bimbingan teknis

    d)

    Monitoring dan evaluasi kegiatan

    2)Dinas kesehatan kabupaten/kota, mepunyai tugas:

    Sebelum pelatihan provider deteksi dini

    a)

    Sosialisasi dan advokasi

    b) Rapat koordinasi/persiapan

    c) Assessment/penilaian sarana-prasarana, SDM, data demografi (bersama

    dinas kesehatan provinsi)

    d) Pertemuan tim pelatih provinsi, dinas kesehtaan provinsi, dinas

    kesehatan kabupaten, kepala PKM

    Pelatihan provider menunjuk dokter umum dan bidan PKM.

    Setelah pelatihan

    a) Menerima laporan skrining dari puskesmas, RS kabupaten sebagai

    rujukan

    b)

    Memfasilitasi pelatihan kader di puskesmas

    c) Binte oleh petugas kabupaten dan RS kabupaten

    d)

    Mengolah data dan melaporkan ke provinsi dan pusat

    e) Melaksanakan pertemuan evaluasi

    3) Rumah sakit

    a)

    Menyediakan dan mempersiapkan petugas pelatih

    b) Menerima rujukan

    c)

    Menegakkan diagnosis

    d) Memberikan umpan balik

    e) Memberikan pengobatan

    f) Apabila tidak mampu menangani pasien, merujuk ke RS yang

    mempunyai fasilitas pelayanan kanker leher rahim

    g) Menyelenggarakan registrasi kanker berbasis rumah sakit, selanajutnya

    dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten.kota

    4) Puskesmas

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    32/40

    25

    a)

    Sosialisasi dan advokasi

    b) Rapat koordinasi di puskesmas

    c) Pelatihan kader

    d)

    Penyuluhan oleh petugas puskesmas di kecamatan

    e) Skrining kanker leher rahim di dalam dan luar gedung

    f) Pengumpulan dan pelaporan data ke kabupaten

    g)

    Mengikuti pertemuan evaluasi

    2.6.3 Pengarahan

    Suatu pengarahan program ini dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dari

    Puskesmas binaan daerah untuk melatih dan membina warga masyarakat atau

    melalui kader yang ditentukan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks

    dalam pencegahan dan penanggulangan kanker serviks. Kader yang dibentuk

    sebelumnya diberikan pengetahuan dasar tentang pengenalan kanker serviks. Kder

    yang nantinya akan menggerakkan masyaraka untuk sadar akan pentingnya

    pemeriksaan deteksi dini dan sebagai survailens penyakit kanker serviks d

    masyarakat. Pelaksanaan program dapat diberikan di posyandu atau kunjungan

    langsung ke rumah kelompok beresiko untuk di periksa ke Puskesmas dan apabila

    hasil menunjukkan positif dan memerlukan perawatan maka perlu untuk dirujuk

    segera ke rumah sakit daerah setempat.

    2.6.4 Pengawasan

    Untuk mengukur sampai seberapa jauh sumber daya bersedia serta tahapan

    pelaksanaan dilakukan diperlukan kegiatan penunjang yaitu monitoring dan

    evaluasi. Monitoring dilakukan sewaktu-waktu bertujuan untuk mengetahui

    kemajuan program dan kualitas pelayanan. Monitoring program dilaksanakan

    scera berjenjang baik melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh puskesmas

    atau peninjauan lapangan oleh kepala puskesmas dan juga dilakukan oleh dinas

    kesehatan kabupaten/kota serta provinsi secara berjenjang. Untuk pengawasan

    yang dapat diberikan dengan cara mengikutsertakan masyarakat untuk ikut

    mengawasi ketika ada warga yang mengalami masalah kesehatan kanker serviks

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    33/40

    26

    di masing-masing RT yang ada. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan upaya

    pengendalian penyakit kanker dibutuhkan monitoring pada saat pelaksanaan

    kegiatan dan evaluasi secara berkala dan berjenjang dalam hal input, proses,

    output dan outcome.

    Gambar 2.1 Skema monitoring dan evaluasi

    Sumber: Kemenkes (2010)

    Hasil temuan kegiatan monitpring tersebut ditindaklanjuti dengan

    melakukan koreksi secepatnya terhadap kegiatan yang dianggap tidak sesuai

    dengan perencanaan sebelumnya, baik kegiatan di dalam indikator input, proses,

    maupun output.

    Sedangkan, evaluasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah kegiatan

    dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan sebelum kegiatan bertujua untuk melihat

    hasil yang dicapai pada tahun sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan pada akhir

    kegiatan bertujuan untuk membandingkan antara perencanaan awal dengan hasil

    yang didapat pada akhir kegiatan.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    34/40

    27

    BAB 3. MASALAH PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    3.1 Analisis Fi sh Bone

    Masalah Manajemen:

    1.

    Belum optimalnya programpengendalian dan pencegahan kanker

    serviks berbasis pemberdayaanmasyarakat

    2.

    Kurangnya kesadaran pengerakkan

    kelompok yang berisiko untuk

    melakukan pemeriksaan dan deteksidini

    3.

    Keterbatasannya sumber daya dan

    sarana untuk sosialisasi penyakitkanker serviks

    4. Belum optimalnya hubungan sektoralterkait penanggulangan dan

    pencegahan kanker

    5.

    Kurangnya kesadaran pengeerakkankelompok yang berisiko untuk

    melakukan pemeriksaan dan deteksidini

    6.

    Belum adanya kader khusus kanker

    serviks

    Planning

    Belum adanya

    kader khusus

    kanker serviks

    Kurang memberdayakan

    mas arakat

    Program yang ada

    kuran efektif

    pencegahan dan deteksi

    dinikuran aktif

    organizing

    Kurangkerjasama lintas sektor

    dan program

    Tidak ada keterlibatan

    To a/Toma

    Sulit menggerakkan

    Rendahnya cakupan

    penemuan kasus kanker

    Kurangnya kontrol dari

    puskesmas

    KesadaranKurangnya supervisi

    Pemeriksaan,

    pengobatan/ vaksinasi

    Pemenuhan

    kesehatan terlaksana

    saat stadium akhir

    Kurang informasi

    Kurangnya peran

    Kurangnya informasi

    terkait kanker serviks

    Controlling Actuating

    Kurang perhatian dari

    pelaporan kurang jelas

    Kurang koordinasi

    nakes dengan

    kader

    Kurang sosialisasi

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    35/40

    28

    3.2 Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan

    Rumusan masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain:

    1. Belum optimalnya program pengendalian dan pencegahan kanker serviks

    berbasis pemberdayaan masyarakat

    2. Kurangnya kesadaran pengerakkan kelompok yang berisiko untuk melakukan

    pemeriksaan dan deteksidini

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    36/40

    29

    BAB 4. PERENCANAAN

    4.1 Perencanaan

    No.Diagnosis

    ManajemenTujuan

    Rencana

    KegiatanAktivitas

    Evaluasi

    Indikator Evaluator

    1. Belum optimalnya

    program

    pengendalian dan

    pencegahan kanker

    serviks berbasis

    pemberdayaan

    masyarakat

    berhubungan dengan

    kurangnya informasi

    tentang kankerserviks di

    masyarakat,

    kurangnya peran

    nakes dalam

    pelaksanaan

    program, belum

    TUM:

    Mengoptimalkan

    pelayanan

    kesehatan

    terhadap

    pengendalian

    dan pencegahan

    penyakit kanker

    serviks setelah

    dilakukanpembinaan

    selama 1 minggu

    TUK:

    1.

    Terbentuknya

    kader khusus

    Pembentukan dan

    pelatihan kader

    khusus kanker

    serviks dalam

    pencegahan dan

    pengendalian

    kanker serviks

    dalam Program

    Dedikasi dengan

    Tabuling(Deteksi Dini

    Kanker Serviks

    dengan Tabungan

    Keliling) di

    masyarakat

    1. Pendekatan Toga

    dan Toma sebelum

    memulai kegiatan

    Dedikasi dengan

    Tabuling

    2. Membentuk dan

    melatih kader

    kanker serviks

    3. Menyusun

    program kerjakader kanker

    serviks

    1. Terjalin kerja

    sama yang

    baik dengan

    Toga dan

    Toma terkait

    pelaksanaan

    program

    2. Terbentuk dan

    terlatihnya

    kader kankerserviks yang

    diharapkan.

    3.

    Tersusunnya

    jadwal

    pelaksanaan

    pelatihan kader

    1.Mahasiswa,

    Toga/Toma

    2.Mahasiswa,

    Toga/Toma,

    Kader, Tenaga

    Kesehatan

    3.Mahasiswa,

    Kader, Tenaga

    Kesehatan

    4.

    Mahasiswa,Toga/Toma,

    Kader, Tenaga

    Kesehatan

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    37/40

    30

    adanya kader khusus

    kanker, tidak adanya

    keterlibatan

    toga/toma, dan

    kurang kerjasamalintas sektoral dan

    program.

    kanker serviks

    2.Tenaga

    kesehatan dan

    kader aktif

    dalampemeriksaan

    dini danpengendalian

    kanker

    serviks.

    kanker serviks

    4. Tersusunnya

    pengorganisasi

    an serta

    struktur kaderkanker serviks

    di tiap desa5.

    Terdapatnya

    pembagian

    kerja kader

    kanker serviks

    di tiap-tiap

    desa dan RW

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    38/40

    31

    2. Kurangnya

    kesadaran

    penggerakan

    kelompok yang

    berisiko untukmelakukan

    pemeriksaan dandeteksi dini

    berhubungan dengan

    kurangnya informasi

    terkait kanker

    serviks, biaya untuk

    pemeriksaan dan

    pengobatan/vaksinasi

    relatif mahal.

    TUM:

    Peningkatan

    kesadaran

    masyarakat

    terhadadappentingnya

    deteksi dinikanker serviks

    setelah dilakukan

    pembinaan

    selama 1 minggu

    TUK:

    1.Masyarakat

    mengetahui

    tetag kanker

    servik yang

    meliputi

    pengertian,

    penyebab,

    tanda gejala,

    dan bahayayang

    ditimbulkan.

    2.

    Masyarakat

    mengetahui

    dan sadar

    pentingya

    1. Penyuluhan

    tentang

    kanker serviks

    2. Penggerakan

    kelompokberesiko

    untukpemeriksaan

    deteksi dini

    kanker serviks

    melalui kader

    kanker serviks

    dengan

    program

    Dedikasi

    dengan

    Tabuling

    (Deteksi Dini

    Kanker

    Serviks

    dengan

    TabunganKeliling)

    1. Melakukan

    penyuluhan

    kesehatan tentang

    kanker serviks

    terhadapkelompok

    beresiko olehkader kanker

    serviks dengan

    melakukan pre

    dan post test saat

    penyuluhan.

    2. Adanya diskusi

    kelompok

    beresiko dengan

    kader terkait

    pencegahan dan

    penanggulangan

    kanker serviks

    3. Penggerakan

    kelompok

    beresiko untukpemeriksaan

    deteksi dini

    kanker serviks

    dengan menabung

    biaya

    pemeriksaan yang

    1. Pemahaman

    kelompok

    beresiko

    terkait

    penyakitkanker serviks

    dengan adanyapeningkatan

    pengetahuan

    dari hasil test

    saat akhir

    penyuluhan

    2. Kelompok

    beresiko sadar

    akan

    pentingya

    pemeriksaan

    deteksi dini

    kanker

    serviks

    dengan

    keikutsertaandalam

    menabung

    untuk biaya

    pemeriksaan,

    pengobatan,

    atau

    1.Mahasiswa,

    Kader, Tenaga

    Kesehatan

    2.Mahasiswa,

    Toga/Toma,Kader, Tenaga

    Kesehatan

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    39/40

    32

    pemeriksaan

    deteksi dini

    kanker

    serviks

    3.Menurunnyaangka

    kejadian barudan

    mortalitas

    kanker

    serviks

    akan dikelola oleh

    kader kanker

    serviks.

    vaksinasi.

  • 5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks

    40/40

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    Awwal.2014. Ratusan Perempuan di Malang Terkena Kanker Serviks.

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/12/22/my7tcq-

    ratusan-perempuan-di-malang-menderita-kanker-serviks [14 Maret 2014]

    BPS.2010. Hasil sensus Penduduk Kota Malang 2010; Agregat Perkecamatan.

    http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/3573.pdf. [14 Maret 2014]

    Dinas kesehatan kota malang. 2008. Wajah Kesehatan Di Tahun 2007.

    http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=v

    iew&id=16&Itemid=2 [17 Maret 2014]

    Kemenkes. 2010. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker

    Leher Rahim.

    http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%2079

    6%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdf [14 Maret 2014]

    Profil Kabupaten Malang,2013). http://iuwash.or.id/wp-

    content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf [14

    Maret 2014]

    Profil Kota Malang.2010.Profil Kabupaten/Kota Malang Jawa Timur.

    http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdf. [14Maret

    2014]

    http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdfhttp://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdfhttp://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2