demokrasi kampus, demonstrasi mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ultimatum-3.pdf ·...

15
Edisi III/Oktober/2018 Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswa

Upload: vannhu

Post on 03-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Edisi III/Oktober/2018

Demokrasi Kampus,Demonstrasi Mahasiswa

Page 2: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

LEDAK(LembarDemokrasiKampus)Newsletter LEDAK terbit sebulan sekali dengan menghadirkan berita-berita hangat,teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas.

BINGKAI(BingkisanGambarBeritaTerkini)Poster BINGKAI terbit sebulan sekali dengan berpacu pada berita-berita hangatNasional dan Kota Solo yang di visualisasikan ke dalam foto atau gambar ilustrasi.

MajalahNOVUMMajalah NOVUM terbit sekali selama satu periode kepengurusan dengan berpacupada berita-berita hangat Nasional dan Kota Solo.

Page 3: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Pemimpin Umum: Okta Ahmad Faisal, Sekretaris Umum: Ikhwan Tamtomi, Wakil Sekretaris Umum I: Riwayati, Wakil Sekretaris Umum II: Lintang Astika N, Bendahara Umum: Ratih Yustitia, Wakil Bendahara Umum: Christy Ayu S, Pimpinan Redaksi: M Thoriq Ardiansyah, Kadiv Newsletter: Chiara Sabrina A, Kadiv Majalah: Taufiqulhidayat Khair, Kadiv Buletin: Vivi Savira, Kadiv OA: Alfian Ghaffar, Tim OA: Cucut Fatma Mutia L, Jimmy Aldeo, M Satria Praja P, Redaktur Pelaksana: Annisa Fianni S, Azalia Deselta, Bidari Aufa S, Dinda Nisa' El Salwa, Fatma Fitrinuari F, Gustaf Ardiansyah, Tyara Devy P, Vera Rahayu, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Jastrian Renskyrio, Kadiv PSDM: Pricellia Griselda P. G, Staf PSDM: Aditya Kurniawan, Armeraliesty Kusuma M, Genies Wisnu P, Laras Iga M, Kadiv Diskusi dan Penelitian: Amalia Rahma H, Staf Diskusi dan Penelitian: Alfin Ramadhan, Neiska Arafnata N, Ghirindra Chandra M, Kadiv Jaringan Kerja: Fara Novanda Fatura, Staf Jaringan Kerja: Akbar Rosyad S, Tiara Aninditia, Pimpinan Perusahaan: M. Fuadi Sisma, Kadiv Produksi dan Distribusi: Yunita Savira B, Staf Produksi dan Distribusi: Nindita Widi A, M Ghusni Ridho, Sonia Damayanti S, Anisa Nur H, Kadiv Niaga dan Periklanan: Kurnia Larasati, Staf Niaga dan Periklanan: Zolla Andre Pramono, Novena Larasati, Andini Indriawati, Yuliana Silvy R. Z.

Edisi III/Oktober/2018

SUSUNANPENGURUS

2

EDITORIAL

DAFTAR�ISI

2EDITORIAL

Salam Persma!Puji Syukur tiada henti kami sampaikan

kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati penerbitan Buletin ini. Hal ini tentu tidak luput dari semangat dan gagasan cerdas segenap pengurus LPM NOVUM FH UNS yang diharapkan mampu mengedukasi dan menimbulkan gagasan kritis bagi para pembaca. Kali ini, ULTIMATUM edisi ketiga mengusung tema “Demokrasi Mahasiwa.”

Sebagai kaum intelektual memang sudah tugas mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi kepada masyarakat maupun pemerintah dalam payung demokrasi. Ironisnya, seringkali pemerintah melakukan tindakan represif terhadap pergerakan mahasiswa salah satunya terhadap demonstrasi atau biasa disebut “aksi”. Namun, apakah demokrasi dengan cara ini masih efektif dan relevan di tengah kecanggihan teknologi dan kebebasan pers yang memadai? Maka dari itu sebagai lembaga yang dituntut untuk terus kritis dan peka terhadap sekitar, kami torehkan ide-ide dan pendapat kami dalam rubrik “Regulasi” yang berisi opini hukum terhadap tindakan represif dan efektifitas demo tersebut.

Kami hadirkan pula rubrik “Cerita Pinggir” berisi berita kisah yang mendalam tentang seorang pedagang difabel yang menjual teh tarik di UNS serta cerita pengalaman menarik seorang Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Semarang. Kami hadirkan pula Foto Jurnalistik terkait penggusuran di Jebres Tengah Kota Surakarta dan Diskusi Raksasa BEM UNS 2018 untuk menyambut Aksi Nasional tanggal 29 Oktober 2018 mendatang. Tak lupa kami hadirkan puisi sebagai penutup buletin edisi kali ini.

Semoga dengan terbitnya buletin kali ini dapat memantik gagasan kirits serta kepekaan kita semua terhadap semua permasalahan dan hal unik yang ada di sekitar. Kami juga selalu terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca untuk terus meningkatkan kualitas terbitan kami. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca.

REGULASI�(OPINI�HUKUM)3BINASAKANAKSIREPRESIF

5

7FOTO�JURNALISTIK

CATATAN�PINGGIR�(FEATURE)9BERJUANGTANPAMERATAP

11HENRY,REFLEKSIKETEGUHAN

SASTRA13TANAHGUSURAN

“DEMO”MASAKINI

Page 4: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

BINASAKANAKSIREPRESIF

3

REGULASI (OPINI HUKUM)

Penulis : Genies Wisnu Pradana

ndonesia merupakan negara demokrasi Id i m a n a n e g a ra t e l a h m e n j a m i n indidividu maupun kelompok untuk

menyampaikan aspirasinya. Sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 “kemerdekaanberserikatdanberkumpulmengeluarkanpikirandenganlisanmaupuntulisan”sampai UU No 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. Namun realita berkata lain, masih banyak tindakan represif oleh pemerintah dalam menanggapi upaya-upaya mahasiswa dalam menyampaikan pendapatnya. Padahal, kritik dari mahasiswa merupakan bukti kecintaanya terhadap negara ini. Ketika hak sipil dibungkam dengan cara-cara yang represif, artinya I n d o n e s i a s e d a n g m e n ga l a m i k r i s i s kemanusiaan.

B i r o k r a s i s a a t i n i s e a k a n membentuk negara yang anti kritik. Jika di negeri ini masih ada suara lantang dengan barisan kokoh meneriakan kebenaran, pasti sedang ada yang tidak baik-baik saja dan sudah selayaknya didengar. Aksi perlawanan lahir dari mahasiswa yang ingin menunjukan ada sesuatu yang tidak pas terhadap kondisi obyektif yang ada. Kritik hingga aksi kemudian dilakukan sebagai saluran untuk menunjukan letak masalah. Namun, tidak semua pemerintah atau pihak terkait mampu menyikapi kritik dengan cermat dan bijaksana.

Saat ini banyak sekali tindakan represif yang dihadapkan ke mahasiswa. Mungkin masih hangat di ingatan kita peristiwa mahasiswa Universitas Negeri

Sumber : Panjimas.com

Edisi III/Oktober/2018

Page 5: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Edisi III/Oktober/2018 4

REGULASI (OPINI HUKUM)

S e m a r a n g ( U N N E S ) . M e r e k a k e t i k a menjalankan aksi menolak uang pangkal dan tidak mendapat respon yang baik dari rektor sampai akhirnya menginap di depan gedung rektorat. Bukannya bertindak kooperatif, pihak rektorat malah melakukan tindakan represif berupa intimidasi secara verbal maupun non verbal dan diusir dengan diseret s e c a ra p a k s a t a n p a e t i k a . Tu d u h a n pelanggaran etika inilah yang dijadikan dasar untuk memberi sanksi drop out kepada mahasiswa yang bersangkutan.

Bukan hanya itu, aksi penolakan PT. RUM Kabupaten Sukoharjo, perusahaan yang telah mencemari l ingkungan dengan limbahnya hingga warga mengalami infeksi saluran pernafasan, juga turut menjadi saksi tindakan represif pemerintah. Aksi yang dilakukan oleh aktivis, mahasiswa, dan masyarakat ini mendapatkan perlakuan yang sangat jauh dari rasa kemanusiaan, di mana mereka dihujani kekerasan fisik yang dilakukan oleh aparat keamananan negara. M i r i s , k e j a d i a n i t u b e r u j u n g p a d a penangkapan salah satu aktivis lingkungan yang juga seorang mahasiswa dengan tuduhan merusak fasilitas perusahaan.

Kedua hal tersebut hanyalah sedikit contoh dari banyaknya tindakan represif yang dilakukan pemerintah. Ironis ketika demokrasi yang dijunjung tinggi malah dicederai. Hal ini menunjukan bahwa negara sedang tidak baik-baik saja.

Hubungan yang tidak harmonis antara mahasiswa dan aparat penegak hukum perlu diperbaiki. Aparat sebagai p e l i n d u n g m a s y a r a k a t s e h a r u s n y a menggunakan cara-cara yang persuasif dengan komunikasi yang baik dan tidak dengan menggunakan intimidasi bahkan sampai menggunakan cara fisik. Selain itu, mahasiswa juga harus menggunakan dan menjunjung tinggi etika dalam menyuarakan pendapat dan tidak mudah terprovokasi oleh

oknum yang tidak bertanggungjawab. Mahasiswa memang mempunyai jiwa muda yang membara, tapi jangan gunakan itu u n t u k h a l n e ga t i f s e p e r t i m e r u s a k ketertiban.

P e r l u a d a n y a h u k u m u n t u k m e n g a t u r p e r s o a l a n i n i , a g a r b i s a menciptakan suatu tatanan kehidupan berbangsa yang baik dengan menjamin demokrasi yang aman. Kesadaran dari semua elemen negara juga diperlukan karena pada dasarnya kritik digunakan untuk hal yang membangun dan mengoreksi kesalahan yang ada, serta menciptakan Indonesia yang lebih baik. Jangan selalu menganggap krtikik dengan aksi sebagai cara untuk menjatuhkan pemerintah. Pemerintah sendiri jangan seakan-akan m e n u t u p t e l i n g a a t a s k r i t i k y a n g disampaikan. Begitu juga mahasiswa sebagai agen perubahan yang selanjutnya melanjutkan kepemimpinan haruslah bersikap kritis terhadap sekitar dan tetap pada satu jalur kebenaran serta memegang teguh etika menyuarakan pendapat sesuai aturan yang berlaku.

Ketikahaksipildibungkamdengancara-carayangrepresif,

artinyaIndonesiasedangmengalamikrisiskemanusiaan.

Page 6: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Edisi III/Oktober/2018

REGULASI (OPINI HUKUM)

Penulis : Jimmy Aldeo

ahasiswa merupakan “Agent ofMChange” b a g i b a n g s a k a re n a keintelektualannya. Sebagai agen

perubahan, mahasiswa diharapkan mampu membawa perubahan yang positif dan membangun bagi kehidupan masyarakat. Memang tidak mudah untuk melakukannya, apalagi di zaman modern ini kita dituntut untuk selalu cepat, tepat, dan akurat dalam menyampaikan aspirasinya.

Kini, melakukan perubahan bukanlah sekedar turun dan memblokir ja lan , membentang spanduk, atau membakar ban. Beruntungnya kita di zaman sekarang yang tidak perlu melakukan itu lagi. Kecanggihan teknologi dan internet membuka peluang dan akses yang luas untuk menyalurkan ide dan “keluhan” kita lewat media.

M a r i b u k a m e m o r i k i t a t e n t a n g bagaimana mahasiswa menyampaikan aspirasi pada masa lalu. Teknologi dan internet yang masih asing serta pembatasan kebebasan berekspresi membuat turun ke jalan menjadi pilihan yang efektif. Terbukti pada 18 Mei 1998, mahasiswa mampu menumbangkan kedudukan Soeharto dan orde baru melalui demonstrasi. Mahasiswa demonstran tersebut turun ke jalan dengan memegang tujuan yang sama: reformasi,

bukan semata-mata demo tanpa tahu esensi.S e l a i n ke t e r b a t a s a n t e k n o l o g i ,

pembungkaman kebebasan pers juga menjadi alasan yang kuat bagi para mahasiswa orde baru untuk menyampaikan aspirasinya dengan turun ke jalan. Apabila kebebasan pers tidak dibredel, mungkin demonstrasi akan dijadikan sebagai cara terakhir dalam menyampaikan aspirasi kepada para penguasa.

Berbeda dengan masa lalu, zaman sekarang demonstrasi terkesan hanya sekedar pencitraan para mahasiswa. Mereka menganggap bahwa dirinya adalah pembawa perubahan dan pembela kebenaran di tengah masyarakat melalui demonya. Demonstrasi dianggap sebagai bentuk solidaritas tanpa tahu esensi dari demo tersebut. Mereka bangga membakar ban serta menutup arus lalu lintas demi menuntaskan ego. Tak lupa mereka juga berteriak menuntut pemerintah melakukan apa yang mereka inginkan.

Turun ke jalan dengan membawa s p a n d u k d i a n g g a p k e h a r u s a n b a g i mahasiswa masa kini. Layaknya aksi 1998, dengan semangat mereka meneriakan tuntutan. Kenyataannya, hasil demonstrasi tersebut tidak berdampak banyak dan bahkan seringkali hanya menimbulkan kerugian. Terganggunya arus lalu lintas, bahaya dari pembakaran ban, bahkan kerusakan terhadap fasilitas umum hanya segelintir contohnya.

Misalnya aksi demonstrasi penolakan bandara New Yogyakarta International Airport yang berujung aksi anarkis serta pembakaran pos polisi di dekat kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan K a l i j a g a . S e p e r t i d i k u t i p d a r i tribunnews.com, Kapolda DIY menyatakan

5

“DEMO”MASAKINI

Sumber : Rimanews.com

Page 7: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Mahasiswademonstrantersebutturunkejalandenganmemegangtujuanyangsama:reformasi,bukansemata-matademo

tanpatahuesensi.

“ “

bahwa aksi ini telah dipersiapkan, barang buktinya adalah bom molotov, botol berisi bahan bakar dan plastik berisi solar untuk membuat kerusuhan. Ujungnya, t iga mahasiswa dijadikan tersangka.

Mahasiswa masa kini mungkin lupa bahwa saat ini kita hidup pada masa kemajuan teknologi dan internet serta kebebasan berekspresi . Demonstrasi memang merupakan salah satu bentuk ekspresi, tapi bila kita lihat konteksnya apakah hal tersebut masih efektif dan relevan di masa serba modern ini?

Bila kita lihat kenyataannya, berapa persenkah tingkat keberhasilan demonstrasi mahasiswa untuk merubah kebijakan pemerintah? Demonstrasi turun ke jalan h a n y a d i j a d i k a n s e b a g a i b e n t u k penghormatan pemerintah terhadap kebebasan berekspresi tanpa peduli apa yang mereka sampaikan.

Demonstrasi atau unjuk rasa yang efektif dilakukan saat ini adalah melalui literasi, media massa, bahkan seni dan budaya. Mahasiswa “masa kini” sudah seharusnya menggunakan ilmunya secara cepat, tepat, dan akurat dalam melakukan perubahan. Sebagai kaum intelektual, pemecahan masalah tidak harus melulu dengan demonstrasi. Tulisan contohnya. Tulisan dapat menjadi alat menyampaikan aspirasi yang tidak akan pernah mati. Media massa dapat menjadi sarana penyampaian sikap dan emosi kita kepada khalayak umum s e h i n g g a m a s y a r a k a t p u n d a p a t merasakannya.

Lahirnya Undang-Undang No. 40 Tahun 1 9 9 9 Te n t a n g P e r s m e m u n g k i n k a n penyebarluasan informasi semakin terbuka lebar. Dewan Pers yang sebelumnya menjadi penasehat pemerintah telah lahir menjadi Lembaga yang independen. Kini, Lembaga pers tidak lagi di kontrol oleh pemerintah sehingga penyampaian aspirasi sudah dalam

perlindungan undang-undang di era reformasi ini.

Selain itu, media sosial dapat pula menjadi sarana penyampaian aspirasi dan kritik karena memang menjadi tugas m a h a s i s w a u n t u k m e n g k r i t i s i d a n menasihati pemerintah jika ada kebijakan yang menggores rasa keadilan. Jumlah pengguna media sosial yang besar juga memungkinkan publikasi aspirasi yang lebih luas, sehingga jauh lebih berdampak besar ketimbang demo di jalanan.

Hal ini terbukti melalui petisi onlinemisalnya. Dilansir dari viva.co.id, salah satunya yang membuahkan hasil adalah petisi 'KPK Tahan Setya Novanto'. Saat itu Setnov masih menjabat sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan belum ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Salah seorang pengguna sosial media, Yansen Dinata, sekaligus yang memulai petisi tersebut mendapat dukungan lebih dari 27 ribu orang. Publik juga terus mendesak di media sosial dengan hashtag #tahanSN, sehingga akhirnya KPK menahan dan memproses kasusnya.

Demonstrasi turun ke jalan bukan berarti buruk, sebagai mahasiswa tentunya harus tau bagaimana etika dalam berunjuk rasa. Demonstrasi pun memang di anggap perlu , tapi bi la mempert imbangkan kemajuan teknologi dan internet masa ini, hendaknya demo digunakan sebagai cara paling terakhir untuk menyampaikan aspirasi diiringi dengan tata cara serta etika yang baik.

REGULASI (OPINI HUKUM)

Edisi III/Oktober/2018 6

Page 8: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Foto Jurnalistik

Edisi III/Oktober/201877

� Penggusuran yang melibatkan sejumlah 20 Kartu Keluarga di Jebres Tengah Kota Surakarta dilaksanakan Kamis (11/10/2018) pagi yang mengakibatkan warga menempati tenda sementara. Selain itu, sebagian warga tidur di pinggir jalan dan sebagian lagi mengungsi ke rumah saudara. Pemerintah Kota Surakarta memberikan 4,5 juta rupiah ongkos bongkar dan ongkos angkut untuk satu rumah. Meski begitu, hingga kini pun belum ada titik terang dari tindak lanjut pemerintah.

Sumber : Yuliana Silvy R.Z / NOVUM

Tendasementaraparawarga,berdiridiatassisapuingpenggusurantotaldiJebresTengah.Sumber : Cucut Fatma / NOVUM

Sumber : Cucut Fatma / NOVUM

Terlihatwargamemikulsisapuingpenggusuran.

Page 9: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Foto Jurnalistik

Edisi III/Oktober/2018 8

Diskusi Raksasa Menuju Aksi Nasional yang diinisiasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Sebelas Maret 2018 (BEM UNS 2018) diselenggarakan pada Jum'at sore (26/10/2018). Diskusi tersebut berlangsung selama dua jam di Joglo Fakultas Kedokteran (FK) UNS. Diskusi ini membahas tentang kajian yang mendasari BEM UNS untuk turut andil pada Aksi Nasional (Aknas) di Istana Merdeka, Jakarta, tanggal 29 Oktober 2018 mendatang. Kegiatan ini juga sebagai salah satu bentuk transparansi dan ajakan mereka terhadap segenap mahasiswa UNS yang ingin ikut bergabung dalam Aknas tersebut.

Sumber : BEM UNS

Sumber : BEM UNS

Terlihatwargamemikulsisapuingpenggusuran.

Page 10: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

CATATAN PINGGIR (FEATURE)

Edisi III/Oktober/20189

BERJUANGTANPAMERATAPPenulis : Neiska Aranafta

“Monggo Mbak,maubeliberapa?Maurasa original, thai tea, greentea, apa thai choco?”ujarseorangpriadengankursiroda.

alimat ramah itu terdengar pada suatu Ksiang yang terik di Kota Surakarta. Orang-orang ramai hilir mudik untuk

mampir ke ATM Center Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) tempat pria itu berjualan. Beberapa ada yang langsung pergi setelah menyelesaikan urusannya di ATM, ada juga yang mampir membeli daganganya. “Satunya lima ribu, Mbak,” ujarnya ramah kepada salah satu pelanggan dengan senyum tersungging di bibirnya. Pria itu adalah Slamet Widodo, seorang pria kelahiran Sukorharjo tiga puluh sembilan tahun silam yang merupakan seorang penjual teh tarik keliling.

B e r a n g k a t d a r i r u m a h n y a d i Pucangsawit, Ia berkeliling menjajakan teh tarik dengan mengendarai sepeda motor yang sudah dimodifikasi dengan kursi roda mil iknya. Tempat-tempat yang penuh keramaian seperti pasar dan alun-alun pun biasa Ia sambangi. Namun baru sebulan terakhir ini Ia menetap di depan ATM Centerdekat Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNS.

Pak Slamet, begitu Ia akrab disapa. Kemeja abu bergaris dan celana batik yang dikenakannya begitu sederhana. Keramahan dan semangatnya untuk mengisi pundi rupiah tidak dilunturkan oleh panas udara yang sedang terik-teriknya di Kota Surakarta. Tak

pernah sekalipun Ia menampakkan raut sedih untuk menarik belas kasihan orang agar membeli dagangannya. Hanya senyum ramah yang senantiasa menghiasi wajahnya yang mulai keriput dimakan usia.

Hal itu membuat orang dari berbagai ka l a n ga n t a k s e ga n u n t u k m e m b e l i dagangannya. Mulai dari seorang supir bus kampus yang rela memarkirkan busnya untuk membeli satu cup teh tarik Pak Slamet sampai orang nomor satu di UNS, Rektor Ravik Karsidi.

“Dulu saya mahasiswa Pak Ravik di Pendidikan Luar Biasa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) a n g k a t a n 2 0 0 5 , Mbak ,” k e n a n g n y a m e n g i n g a t m a s a l a l u . P a k S l a m e t m e m p e r o l e h g e l a r s a r j a n a s e t e l a h sebelumnya mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Surakarta dan menjalani masa Sekolah Daasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta.

Setelah lulus dari UNS Ia sempat menjadi seorang pengajar di YPAC Surakarta yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya selama 9 tahun. Ia ingin melakukan balas budi karena pernah tinggal di sana. Ia menjadi pengajar di YPAC selama kurang lebih 8 bulan sebelum akhirnya berhenti karena penghasilan yang didapat belum mencukupi untuk membiayai kehidupannya dan jauh dari layak.

Setelah berhenti, Ia mencoba untuk membangun suatu usaha. Usaha tersebut berjalan selama kira-kira 8 tahun lamanya yaitu dari tahun 2006 hingga 2014 hingga menghasilkan rumah yang sekarang ia tempati bersama istri dan dua anaknya. Ia menjadi seorang agen snack tradisional yang mengedarkan aneka keripik dan peyek ke

Sumber : Neiska Arafnata/NOVUM

Page 11: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

Edisi III/Oktober/2018 10

CATATAN PINGGIR (FEATURE)

““

warung-warung di sekitar UNS. Kursi roda yang senantiasa menemaninya semenjak kelas 4 SD membawanya keliling untuk mengedarkan snack tersebut. Namun karena faktor bahan baku yang naik dan dipasaran tidak menerima jika harga snack dinaikkan membuatnya mengalami kebangkrutan setelah sebelumnya selama 6 bulan ia berusaha bertahan tanpa mendapat keuntungan yang berarti.

Perjuangannya untuk menghidupi keluarga kecilnya tak berhenti disitu. Ia membangun kembali harapan dalam dirinya dengan meyakini bahwa selama usaha itu ada, rezeki pasti akan datang. Maka ia mencoba peruntungannya dengan membuat sebuah produk sabun herbal untuk kemudian di jual. Usaha tersebut berjalan dan bertahan hingga sekarang. Meskipun beberapa waktu terakhir pemasukan dari penjualan sabun herbal berkurang karena banyaknya saingan yang ada di pasaran.

Kondisi fisik yang kurang sempurna m e n u n t u t n y a u n t u k h a r u s s e l a l u menggunakan kursi roda. Namun hal itu tidak membuatnya menjadi seorang yang pasrah dalam menjalani hidup. Sebaliknya, Ia adalah sosok yang penuh semangat meskipun pernah merasakan jatuh bangun mengais rezeki untuk menghidupi istri dan kedua anaknya.

Dukungan moral yang selalu diberikan pihak keluarga membuatnya tak pernah putus semangat. Istrinya yang seorang juru m a s a k d i s e t i a p a c a r a a k i k a h i k u t membantunya dalam mencari nafkah untuk m e m e n u h i k e b u t u h a n s e h a r i - h a r i . Kebahagiaan Pak Slamet bertambah karena

k e d u a a n a k n y a t a k p e r n a h l e l a h mendukungnya bahkan selalu terlihat bangga memiliki sosok Ayah seperti dirinya. “Anak saya itu nggak pernah malu kalau saya ngantar mereka ke sekolah dengan kondisi seperti ini,” ujarnya. Orangtua dan ketiga adik P a k S l a m e t p u n t a k p e r n a h a b s e n memberikan dorongan positif untuknya agar tidak menyerah dalam menjalani hidup di tengah kekurangan yang ia miliki.

Saat ini hasil dari menjual teh tarik menjadi penghasilan utamany dan mampu menghidupi keluarga kecilnya. Setiap hari ia bisa membawa sekitar 140 cup teh tarik dan biasanya akan terjual habis dengan keuntungan bersih Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).

Meskipun dagangannya terlihat selalu ramai pembeli tetapi beberapa kali Ia pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan. Terkadang Ia harus berurusan dengan pihak keamanan kampus yang menyuruhnya pergi dari tempatnya berdagang. Ia pun masih dihadapkan dengan persaingan pedagang teh tarik lain yang jumlahnya tidak sedikit di UNS. Maklum, hampir di setiap fakultas ada dua hingga tiga pedagang teh tarik.

Namun, hambatan-hambatan itu tidak menyurutkan semangatnya sedikitpun. Tekad yang kuat untuk mencari nafkah membuatnya tetap bertahan dan bahkan menjadi reseller teh tarik dengan omset paling tinggi yang membuatnya mendapat kepercayaan penuh dari produsen.

Ke a d a a n i n i t i d a k m e m b u a t nya langsung berpuas diri. Selain menjual teh tarik dan usaha sabun herbal, Ia juga memiliki usaha sampingan lain yaitu dengan menjual produk obat herbal. Di tengah k e k u r a n g a n y a n g I a m i l i k i t i d a k menjadikannya seorang yang hanya berpangku tangan dan menunggu belas kasihan atau bantuan orang lain. Yakin dan tekad kuat untuk selalu berjuang tanpa m e n g e n a l l e l a h I a k o b a r k a n d e m i kelangsungan hidupnya dan keluarganya.

Ditengahkekuranganyang

Iamilikitidakmenjadikannya

seorangyanghanyaberpangku

tangandanmenunggubelas

kasihanataubantuanoranglain.

Page 12: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

CATATAN PINGGIR (PROFIL)

Edisi III/Oktober/201811

HENRY,REFLEKSIKETEGUHANPenulis : Christy Ayu

Empat puluh empat orang menodongkansenjata tepat di depan hidung seorang pria.Sambilmenggandengmotortuanya,Iatidakgentar sediki tpun. “Per jalanan yangmenguras tenaga,” pikirnya. Gertakan danteriakan pun hanya hanya ditanggapinyadengantenang.

ria itu adalah Henry Wahyono. PHarapan dan mimpi yang selalu Ia pegang erat membentuk karakternya

yang teguh sampai sekarang. Sifat dan wataknya yang tegas serta tidak takut mengambil keputusan menghantarkannya menjadi Ketua Komisi Panitia Pemilihan Umum di Kota Semarang tahun 2014. sejak

Sejak kecil Henry memang sering dicekoki nilai-nilai dan pemahaman jiwa patriot serta cinta tanah air di keluarganya. Sang kakek yang sejatinya seorang mantan pejuang pada masa penjajahan membuatnya tidak lupa dengan sejarah yang menjadi catatan merah negeri ini. Sang ayah seorang guru sekaligus pemerhati politik yang setiap pukul 06.00 pagi gemar mendengar Radio BBC London pun turut menularkan sikap kritis kepada anak-anaknya tak terkecuali Hendry.� Berkat keluarga pulalah Henry yang sekarang tinggal di Bulutalan, Semarang, ini tumbuh menjadi orang yang berprisnip. Prinsipnya adalah menyelesaikan pilihan yang diambil dengan baik, dilakukan dengan semaksimal mugkin, dan diselesaikan dengan penuh tanggung jawab. Begitu setianya Ia terhadap prinsip sampai-sampai tawaran beasiswa ke Austral ia yang d i b e r i k a n o l e h R e k t o r U n i v e r s i t a s Diponegoro (UNDIP), Prof. Soedarto P. Hadi, ditolaknya ketika Ia masih mengemban a m a n a h s e b a g a i A n g g o t a K P U Ko t a

Semarang. “Saya tidak kecewa menolak beasiswa itu karena sejatinya saya sedang 'menjaga amanah',” begitu katanya seraya tersenyum.

Tak sampai di situ, tawaran emas lain pun datang dan mencoba menggoyahkan prinsip Henry. Pada tahun 2014 silam, pria kelulusan Fakultas I lmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang ini masuk dalam nominasi tiga dari empat puluh empat orang yang diajukan ke Kedutaan Besar Amerika untuk ikut dalam InternationalLogisticExchangeProgramsselama 22 hari di New York dan Washington, D.C. Acara tersebut diselanggarakan guna mempelajari bagaimana proses pemilu dan sistem demokrasi di Amerika. Namun lagi-lagi Ia menolak karena alasan yang sama saat Ia ditawari beasiswa ke Australia.

Sumber : asatu.id

HenryWahyono

Page 13: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

CATATAN PINGGIR (PROFIL)

Edisi III/Oktober/2018 12

Bagi Henry, bukan hanya itu tantangan yang dihadapinya selama Ia mengemban amanah di KPU Semarang. Kesadaran politik demokrasi yang lemah dan sikap apatis masyarakat menjadi ironi tersendiri bagi Henry. Banyaknya Golongan Putih (Golput) menjadi bayang-bayang di benak masyarakat Semarang dan membuatnya cukup khawatir. Pasalnya, banyak masyarakat yang tidak mengenal dan tak mau kenal dengan calon-calon wakil daerah dan memandang sebelah mata demokrasi. Sikap dan kultur masyarkat inilah yang menjadi tantangan terbesar dalam menanamkan pemahaman kesadaran budaya politik demokrasi menurut pria asli Klaten ini

Bukan hanya itu, permainan politik nakal yang digunakan oleh partai politik makin menodai demokrasi di negeri ini. Tak tanggung-tanggung, iming-iming Rp 200 juta pernah Henry dapatkan dan berakhir dengan penolakan halus Henry. Baginya hal seperti itu adalah hal yang biasa dalam dunia politik, hanya saja bagaimana kita menyikapinya.

Serangan fisik dan pengepungan yang d u l u p e r n a h I a a l a m i p u n t a k menggentarkannya untuk mengkhianati prinsip yang Ia pegang. Bahkan Henry yang pernah didemo dan difitnah oleh masyarakat hanya menganggap itu sebagai bagian dari tantangan untuk menjadi lebih dewasa dan menerimanya dengan ikhlas.� Selain itu hal menarik lainnya adalah ketika Ia berdebat dengan Profesor Dosen Pa n c a s i l a U N D I P te rka i t d e m o k ra s i Indonesia. Henry bercerita bahwa saat itu sang Profesor bertanya, “Demokrasi kita ini sebenarnya liberalkah, pancasilaiskah atau a p a ? J i ka p a n c a s i l a , t i d a k b i s a k i t a menggunakan pemilihan secara langsung,” begitu ungkapnya ditujukan langsung kepada Hendry selaku Ketua KPU Semarang ketika itu.� H e n r y d e n ga n s a n t a i m e n j awa b ,

“Demokrasi pemilu secara mekanisme memang tidak dapat memuaskan semua orang. Namun dengan adanya demokrasi, masyarakat dapat ikut serta berpartisipasi menentukan bagaimana nasib bangsa. Adanya modal kepercayaan yang tinggi t e r h a d a p l e m b a g a - l e m b a g a n e g a r a khususnya KPU yang berfungsi untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi dasar keberhasilan pemilu itu sendiri, sehingga kita dapat membangun menjadi negara yang sejahtera.”� Luber Jurdil. Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil adalah jargon yang melekat di hati Henry. Baginya, pemilu adalah wadah aspirasi dan momentum masyarakat menggunakan hak pribadinya untuk berpolitik dengan baik dan sehat. Meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi dalam demokrasi negeri ini, Henry tetap optimis. Refleksi bangsa pada masa lampau lah yang menjadi pijakan Henry untuk berani bermimpi dan berharap. Ia yakin Indonesia akan menjadi salah satu negara yang mampu tegak berdiri dengan demokrasinya dan dapat menampung semua aspirasi masyarakat serta tentu menjadi Negara yang maju.

“ “

Sayatidakkecewamenolakbeasiswaitukarenasejatinyasaya

sedang'menjagaamanah

Page 14: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

SASTRA

Edisi III/Oktober/201813

TANAHGUSURANPenulis : Yunita Savira

Raungan buldoser di perkampunganMenggusur hunian

Merobohkan pemukimanMeratakan seluruh kawasan

Tak ada rumah yang tersisaSemua digusur paksa

Hanya puing yang rata dengan tanahMeneror mereka

Modus-modus penggusuranDalih tanah negara atas nama pembangunanDemi ketertiban, keindahan, dan kebersihan

Kerap lupa adanya kehidupan

Kemanakah mereka yang baru kehilangan Kemanakah mereka akan kembali pulangHanya suara tangisan jeritan ketakutan

Akankah mereka terus berjuang?

Page 15: Demokrasi Kampus, Demonstrasi Mahasiswanovumpers.com/wp-content/uploads/2018/10/ULTIMATUM-3.pdf · teraktual dan terpercaya seputar kampus Universitas Sebelas Maret dan Fakultas

NOVUMLEMBAGA PERS MAHASISWA

Sepatah Kebenaran Nurani Keadilan