core.ac.uk · analisis kalimat berdasarkan pola kalimat dasar dan kalkulus predikat siti ainim...

24
ffi,&tuaffiffi tu &n ..i Jtrr

Upload: doandien

Post on 10-Mar-2019

270 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ffi,&tuaffiffi

tu&n..i

Jtrr

Vol. XV, No. 2, Desember 2016 ISSN:1.412-3509

Mitra BebestariMuh. Arif Rahman (Unioersitas Gadialt

Mndn Yogy akartn), Pui iharto (Uniuersitns

G adj ah Mad n Y o gy aknr ta), AlbertineMindero p (Uniaersitns D nrnm P ersada,

lakarta\, Nasaruddin (UfN Sunan

Antp el,Sur ab ay a), Tatan g Iskarna(l,lniaersitas S nnnta Dhanna, Y o gy nkarta),

Muhbib Abdul Wahab (urN Syarif

Hiday atullah, l akar ta), I Wayan Pastika(Uniaersitns l)daynnn, Bali), Maharsi (UIN

Sunan Knlijaga, Yogyaknrta), Moch NurIchwan (UfN Sunnn Kalij aga, Y ogy akarta\,

Ibnu Burdah (UrN Sunan Kaliiaga,

Yogyakarta)

Ketua PenyuntingSukamta

AnggotaTatik Maryatut TasnimahTaufiq A. DardiriSugeng SugiyonoKhairon NahdiyyinYulia Nasrul LatifiUki SukimanRidwanEning HernitiUbaidillahMoh. Wakhid HidayatDanial HidayatullahUmi Nurun Ni'mah

AdabiyyLf merupakan jurnal ilmiah untuk memperkaya wacana bahasa

dan sastra, serta sebagai media komunikasi ilmiah bagi para peminat

dan pemerhati seputar bahasa dan sastra, baik Arab,Inggris maupunIndonesia. jurnal ini terbit dua kali dalam setahun-

Jumal Adabiyydt telah mendapat akreditasi dari DIKTIKEMENDIKBUD RI berdasar SK Nomor: 040/P /201,4

Alamat RedaksiFakultas Adab dan Ilmu BudaYa

UIN Sunan Kalijaga YogYakarta

Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281

Telp. (027 4) 513949 e-mail: [email protected]

DAFTAR ISI

Penyimpangan Makna dan Perubahan Konstituendalam Humor Cak Lontong

Muchamad Ighfir Sukardi, Rawuh Yuda Yuwana,Sumar1am............ 110 - L35

Pola Argumen Paiagraf Argurnentatif pada ArtikelJurnal Terakreditasi Bidang Ekonomi (PerspektifStephen Toulmin)

Yuliana Setyaningsih........ ......... ......

136 - 156

Analisis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat Dasar danKalkulus Predikat

Siti Ainim Liusti ............... 1:57 -L75

Pemakaian Bahasa Indonesia pada MasyarakatPesisir di Desa Puger.Wetan Kabupaten Jember(Suatu Tinjauan Etnografi Komunikasi)

Agustina Dewi Setyari, Soepomo Poedjosoedarmo,I Dewa Putu Wijana.......o..........................o.,.......... 176 -L96

Humor Terkait Mu'ammar Al-Qadzafi(Analisis Pragmatik)

Septian Sapuho.............................................. 797 - 2?5

Manifestasi Wujud dan Makna Pragmatik KefatisanBerbahasa dalam Ranah Pendidikan

R. Kuniana Rahardi............ ....................o....... 226 - 245

MANIFESTASI WUJUD DAN MAKNA PRAGMATIKKEFATISAN BERBAHASA DALAM RANAH PENDIDIKAN1

R. Kuniana RahardiProgram Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Jl. Afandi, Mrican, CT, Depok, Sleman, D.l. Yogyakarta55281, emnil: [email protected]

AbstactThis research on phatic communion is aimed at describing the

forms and the pragmatic meanings of phatic language in

lndonesian society, especially in the educational domain. Based on

its pragmatic meanings, the utterance in the educational domain

can be categorized into five pragmatic meanings, namely (a)

phatic function in utterances of acceptance, (b) phatic function inthe form of utterances of rejection, (c) phatic function in the formof utterances of invitation, (d) phatic function in . the form ofutterances of thanking, and (e) phatic function in the form ofutterance of greeting.Keywords: phatic discourse, lip-seruing discourse, education

domain, prngnutic context

AbstrakTujuan dari penelitian kefatisan berbahasa dalam bahasa

Indonesia ini adalah untuk mendeskripsikan wujud-wujuddan makna-makna pragmatik kefatisan berbahasa yangterdapat dalam tindak berbahasa warga masyarakatIndonesia, khususnya di dalam ranah pendidikan.Berdasarkan maksud atau makna pragmatiknya, tuturandalam bahasa Indonesia pada ranah pendidikan dapatdikeiompokkan menjadi lima makna Pragmatik kefatisanyakni, (a) basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatikpenerimaary (b) basi-basi dalam tuturan yang bermaknapragmatik penolakan, (c) basi-basi dalam tuturan yangbermakna pragmatik mengundang, (d) basi-basi dalamtuturan yang bermakna pragmatik pengucapan terima

I Artikel jurnal ini merupakan salah satu wujud luaran penelitian yangdibiayai oleh dana hibah DPRM, KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGL DANPENDIDIKAN TINGGI, REPUBLIK INDONESIA, kompetensi pada tahun 20'1.6.

L

Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...

kasih, dan (e) basi-basi dalam tuturan yang bermaknapragmatik penyampaian salam.Kata kunci: kefatisan berbahasa, basa-basi berbahasa, ranah

pendidikan, konteks pragmatik

A. PENDAHULUAN

Perkembangan studi linguistik dan pragmatik dalam bahasa

Indonesia hingga saat ini terbukti tidak banyak mencatat ihwalphatic communion (komuni fatis, komunikasi fatis, kefatisanberbahasa). Salah satu buku linguistik Indonesia yang mencatatihwal kefatisan berbahasa adalah buku karya HarimurtiKridalaksana (2008) berjudul Kelas Kata dalam Bahasa lndonesia.

Buku-buku lain, termasuk yang secara khusus berbicara tentangkelas kata, kategori kata, atau pengelompokan kata, sama sekalitidak mendeskripsikan tentang kefatisan berbahasa itu.

Dalam pada itu, buku-buku pragmatik baik yang ditulispakar asing maupun pakar Indonesia juga tidak banyak yangmendeskripsikan ihwal kefatisan berbahasa itu dalam saiah satubab atau sub-babnya. Padahal, ihwal kefatisan berbahasa jelas

sekali merupakan fenomena pragmatik, seperti halnya implikatur,tindak tutur, deiksis,'dan kesantunan berbahasa (Rahardi, 2005;

2015a). Kelangkaan studi tentang kefatisan dalam berbahasaIndonesia seperti.yu sejalan dengan kelangkaan studi tentangketidaksantunan berbahasa sebagai f enomena pragmatik.

Dalam hal publikasi jurnal, peneliti bersama tim juga sudahmemublikasikan artikel itmiah tentang kefatisan berbahasa dalam

iurnal nasional terakreditasi Adabbiyaf UIN Sunan KalijagaYogyakarta Vol. XIIL No. 2, Edisi Desember 20'1-,4, SK AkreditasiDIKTI No.: 040/P /2014. Sebelumnya, penulis jrgu sudahmemublikasikan hasil pemikirarmya tentang partikel-partikelfatis dalam wacana pada jurnal Orientasi Baru, Vol. 23, No. 1,

April 20'J,4, Fakultas Filsafat dan Teologt, Universitas SanataDharma Yogyakarta.

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201.4 227

R. Kunjana Rahardi

Dengan mendasarkan pada paparan latar belakang didepan, rumusan masalah penelitian tentang kefatisan berbahasadalam bahasa Indonesia pada ranah pendidikan yang hendakdikaji secara linguistik dan pragmatik ini adalah wujud clanmakna pragmatik kefatisan berbahasa apa sajakah yang terdapatdalam tindak berbahasa masyarakat Indonesia dalam ranahpendidikan. Kebermanfaatan penelitian tentang kefatisan dalamberbahasa ini dipilah menjadi tiga hal, yakni (a) kebermanfaatandalam kaitan dengan perkembangan ilmu bahasa atau linguistiksebagai salah satu bagian integral dari IPTEKS, (b)kebermanfaatan praktis dalam kaitan dengan optimalisasi fungsihakiki bahasa sebagai sarana untuk mengukuhkan kerja sama dankebersamaan dengan sesama manusia, dan (c) dokumentasi salahsatu dimensi kekayaan sosial-budaya masyarakat Indonesia.

Data penelitian ini diperoleh dari tuturan natural wargamasyarakat dalam ranah pendidikan, khususnya yang diambildari sekolah-sekolah dan beberapa perguruan tinggi di DaerahIstimewa Yogyakarta. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwadata penelitian ini adalah bahasa natural manusia (natural humanlanguage) y*g dituturkan secara langsung dalam konteks waktudan tempat di sekitar pelaksanaan penelitian. Dengan perkataanlain, data penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang di dalamnyaterdapat manifestasi wujud-wujud kefatisan berbahasa dalamranah pendidikan yang dituturkan olah siswa, mahasiswa, guru,dan dosen, pada sekolah-sekolah dan perguruan-perguruantinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dijadikan sumberdata lokasional penelitian ini.

Selanjutnya, perlu ditegaskan bahwa metode pengumpulandata yang digunakan dalam penelitian tentang kefatisanberbahasa dalam ranah pendidikan ini adalah metode simak danmetode cakap (Sudaryanto, 2015). Kedua metode pengumpulandata yang disebutkan di depan itu sudah sangat lazim diterapkandi dalam penelitian kebahasaan atau linguistik, baik linguistikdalam pengertian struktural maupun linguistik dalamperkembangan situasional maupun sosio-kultural, seperti

Adnbiyyat, Vol. XV, FJo. 2, Desember 2015

N,l.rrriicstersi \{ujuti clan N{akna pragmatik ...

pragmatik, sosiopragmatik, dan cabang-cabang antardisiplinlainnYa.

Kedua metode pengumpulan data penelitian itu diterapkandengan teknik-teknik dasar maupun teknik-teknik lanjutannya.

Beberapa teknik yang akan banyak digunakan dalam rangka

pelaksanaan kedua metode di atas adalah teknik catat, teknik

rekam, dan teknik pancing (Sudaryanto, 2015). Seperti

disampaikan di bagian depan, teknik-teknik pengumpulan data

di atas akan diterapkan sesuai dengan peruntukannya, terutama

disesuaikan dengan kejatian atau identitas objek sasaran

penelitiaru:Iya.

Data yang disajikan dengan menerapkan metode dan teknikpengumpulan data yang tepat seperti digambarkan di depan,

selanjutnya dianalisis dengan menerapkan metode dan teknikanalisis yang benar dan tepat pula. Metode analisis yang

diterapkan untuk menganalisis data penelitian ini ada dua, yaknimetode analisis padan dan metode analisis distribusional(Mahsun, 2007; Sudaryanto, 2015). Metode analisis distribusionaldigunakan untuk memerikan dimensi-dimensi linguistik daripenelitian tentang kefatisan berbahasa dalam penelitian ini.Adapun metode anaiisis padan digunakan untuk menjangkau

perian dalam dimensi-dimensi pragmatik dari penelitiankefatisan berbahasa ini. Dimensi linguistik dan dimensipragmatik, kedua-duanya harus dijangkau dalam pelaksanaan

penelitian ini, mengingat fokus pemerian objek sasaran penelitianini adalah dimensi linguistik dan dimensi pragmatik. Selanjutnya,metode padan yang digunakan untuk menganalisis datapenelitian tentang kefatisan berbahasa ini diperinci denganteknik-teknik dasar maupun teknik-teknik laniutannya.

Perlu ditegaskan di sini bahwa metode padan yangditerapkan adalah metode padan ekstralingual. ]adi, yangdipadankan adalah entitas-entitas yang berada di luarkebahasaan, atau yang dalam linguistik lazim disebut sebagai

faktor ekstralinguistik. Adapun metode distribusional dalam

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201,4 229

R. Kunjana Rahirrdi

penelitian kefatisan berbahasa clalam ranah pendielikan iniditerapkan dengan menggunakan teknik bagi, baik teknik bagiyang sifatnya langsung maupun teknik bagi yang sifatnya ticlaklangsung terhadap unsur-unsur tuturan yang mengandungkefatisan berbahasa sebagai objek sasaran penelitian ini.

selanjutnya sebagai kerangka teori, peneliti terinspirasi olehgagasan phntic communion yang disampaikan oleh Malinowski.Konsep Malinowski phatic communion yang selanjutnyaditerjemahkan secara harfiah menjadi komunio fatis, yangkemudian dimaknai secara luas sebagai komunikasi fatis, dalamstudi linguistik dan pragmatik di Indonesia ternyata belummendapatkan perhatian yang cukup memadai dan signifikan.Padahal dalam praktik berkomunikasi dan berinteraksi dengansesama, masalah kefatisan dalam berbahasa merupakan bagianintegral yang selalu akan dilakukan warga masyarakat untukmenjalin hubungan yang baik dan kerja sama yang optimal diantara sesama warga masyarakat ifu.

Ihwal kefatisan berbahasa diyakini muncul sebagai salahsatu fenomena universal dalam praktik berbahasa, sekalipunmanifestasinya berbeda-beda dalam setiap budaya danmasyarakat tertentu. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwaihwal kefatisan berbahasa itu merupakan fenomena universal,tetapi i,rga sekaligus merupakan fenomena pragmatik yangbersifat khas kultur tertentu atau sifatnya culture specific.Kekhususan dan kekhasan dari manifestasi kefatisan berbahasainilah yang menarik peneliti untuk mengkaji fenomenakebahasaan yang belum banyak disentuh oleh para linguis danahli pragmatik ini. Di satu sisi, fenomena kebahasaan inimerupakan sesuatu yang tidak pernah dapat lepas dari praktikkomunikasi dan interaksi keseharian antarsesarna, tetapi di sisiyang laru fenomena kebahasaan ini dibiarkan berjatan begitu sajasebagai fenomena yang tidak banyak diteliti dan dikaji.

secara spesifik, seperti telah disampaikan di bagian depan,teori yang digunakan sebagai kerangka acuan (frame of reference)

Af,nbiyyat, Vol. XV No. 2, Desember 2016

Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...

dan sebagai alat analisis adalah teori Malinowski yangmendefinisikan plntic conmrunion sebagai " a type of speech in whichties of union sre crented by fi lr'tere exclunge of word". Lebih lanjutberkenaan dengan konsep ini, dia menjelaskan tentang fungsi-fungsi sosial dari komunikasi fatis, yakni sebagai pengukuhikatan personal dalam komunikasi itu sendiri. Pengukuhan ikatanpersonal itu dilakukan dengan menggunakan pertukaran kata-

kata sehingga perbincangan menjadi menyenangkan dan tidakkaku.

Cara tersebut ternyata dilakukan baik oleh masyarakatprimitif maupun masyarakat modern. Ir4ereka bercakap-cakapdalam suasana yang tulus (purely sociable) dan mereka jrgubercakap-cakap dengan ringan untuk memantapkan ikatanpersonal di antara para peserta komunikasi. Kata-kata yangdigunakan dalam komunikasi fatis, lazimnya bersifat alamiah(natural), tidak direkayasa atau dibuat-buat. Karena bersifatalamiah (naturally language), kata-kata yang digunakan dalampraktik komunikasi fatis lazimnya bertalian erat dengar. aspek

sosial-budaya suatu masyarakat. Artinya, kata-kata fatis itu sudahbenar-benar dikuasai individu dan telah menjadi bagian yangintegral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.

B. KATEGORISASI WUJUD DAN MAKNA PRAGMATIKKEFATISAN

Berdasarkan data kefatisan dalam ranah pendidikan yang dapatdijangkau peneliti di seputar waktu penelitian, didapatkansejumlah data tentang manifestasi basa-basi yang dilakukan antarguru, antara guru dan karyawary antarkaryawan. Secara

terperinci, manifestasi kefatisan berbahasa yang berwujud basa-basi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

L. Kefatisan Berbahasa Berwuiud Basa-Basi yang BermaknaPragmatik Menerima

Manifestasi kefatisan dalam bentuk basa-basi berbahasa hadirdalam cuplikan pertuturan berikut, khususnya yang berbuny\,'Ya

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201,4 231

R. Kunjana Rahardi

sudnlL Bu tidnk apfi-fipa'. Bentuk 'tidnk apa-apa'sebagai respons atastuturan yang disampaikan mitra tutur ketika hendak memintabantuan memfotokopikan dokumen tertentu di sekolah tersebutjelas sekaii rnerupakan manifestasi kefatisan. Tentu saja dengangagalnya kegiatan memfotokopi dokumen tersebut menjadikandirinya kecewa. Kekeceweaannya tentu saja beralasan karenapekerjaan mendesak yang bertalian dengan dokumen tersebutmenjadi tertunda, atau mungkin malah batal untuk dilakukandan diselesaikan pada waktu tersebut.

Akan tetapi dalam konteks persekolahan, terlebih-lebih datatuturan tersebut muncul dalam kaitan dengan latar belakangbudaya Jawa yang mengedepankan keramahan dan sopan-santundalam bertutur-sapa, kekecewaan demikian itu dapatdisembunyikan dalam wujud basa-basi. Wujud daripenyembunyian kekecewaan itu tampak pada cuplikan tuturanyang disampaikan sang guru, yakni 'Halwhahr4 lain kali coba lagi'.Kekecewaan tidak dimanifestasikan dalam cara bersungut-sungutatau dengan nuansa raut muka yang berisi kemarahan, tetapisebaliknya, justru dalam canda dan tawa.

Masyarakat berlatar belakang budaya )awa tentu sangatkental dengan nuansa pertutursapaan yang demikian ini padasaat bertutur dengan menggunakan bahasa Indonesia. Denganmenjauhkan diri dari kemarahan yang demikian ini, keserasianhubungan antarguru, antarkaryawan, dan antara guru dankaryawary antarsiswa, antarmahasiswa, dapat terjalin optimal.Dengan demikian, hal ini sejalan dengan tujuan pokok daripemakaian komunikasi fatis, yakni untuk mengukuhkan danmenjaga keserasian hubungan antara komunikator dankomunikan. Secara lengkap, cuplikan tuturan berikut dapatdicermati untuk memperjelas hal ini.

Penutur : Kalau mau foto kopi bisa nggak ya Bu?Mitra tutur : Wah, Ibu cantik belum beruntung, tintanya habis e!

Penutur , ,Y#ffi,u, tuin kali coba lagi...Ya sudah Bu, tidakapa-apa.

12' ,Adnbiyyat, Vol. XV, No. 2, Desember 2016

Manifestasi Wujud dan Makna tragmatik ...

Cuplikan tuturan lain yang terjadi dalam ranah pendidikandi sebuah sekolah jrga tampak pada cuplikan tuturan berikut ini.

Permisi Pak Kasidi, sedang sibuk ya?Ya lumayan, gimana Nduk?Haduh....hehehehe. Begini Pak, saya mau merepotimau meminta data yang kemarin itu.Oh...tenang saja, kalau itu nggak repot asal kamubawa flashdisk.Asyik, saya bawa kok Pak, ini....Tunggu sebentar ya...Ya Pak, terima kasih ya.Iya,sama-sama.

PenuturMitra tuturPenufur

Mitra tutur

PenuturMitra tuturPenufurMitra tutur

|ika dicermati dengan seksama, di dalam cuplikan tuturantersebut, terdapat keserasian hubungan antara penutur dan mitratutur dalam berkomunikasi dalam intensitas yang tinggi. Artinya,kadar keeratan dan kedekatan hubungan antara penutur danrnitra tutur sudah kelihatan sekali dalam pertuturan tersebut.Sebagai contoh cuplikan yang berbunyi, 'YA lumayan, gimana

Nduk?' yang disampaikan oleh seorang pegawai tata usaha yangsudah sangat senior, kepada seorang guru muda wanita.Sekalipun keduanya berbeda dalam pekerjaan d.an jabatan, tetapipenyebutan 'Nduk' yang dalam masyarakat )awa digunakanuntuk menyebut seorang perempuan yang dikasihi, digunakanoleh pria senior yang bekerja sebagai pegawai tata usaha itudengan bebas, lepas, dan tanpa keraguan.

Rasa sedikit tidak nyaman mungkin ditunjukkan oleh sangguru wanita muda tersebut, yang meresponsnya dengan tuturan'Haduh....hehehehe'. Akan tetapi, sedikit perasaan tidak nyamantersebut kemudian lenyap karena sang guru memilikikepentingan untuk segera mendapatkan dokumen dari sang tatausaha tersebut. Bentuk tuturan 'Ya Pak, teima kasih ya' adalahwujud basa-basi penerimaan atas pelayanan baik sang tata usaha.

Secara linguistis, bentuk kebahasaan tersebut merupakanucapan terima kasih, tetapi secara pragmatik dapat dikatakanbahwa sesungguhryu tuturan tersebut merupakan manifestasi

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201,4 233

R. Kunjana Rahardi

penerimaan jasa baik yang disampaikan oleh pegawai tersebut.Karena sang guru mengungkapkan ucapan terima kasih,selanjutnya respons penerimaan disampaikan oleh pegawai tatausaha tersebut dengan mengatakan' lya, santa-santa' .

Dengan demikian, jelas bahwa dalam pertutursapaan didalam konteks pendidikan, adakalanya basa-basi penerimaandirespons balik dengan basa-basi penerimaan pula. Dengan sama-sama berbasa-basi demikian itu, hubungan antarkeduanyamenjadi sangat serasi, kerja sama berjalan dengan baik dan lancar,dan tentu saja relasi di antara pihak-pihak yang bertutur tersebutmenjadi semakin kuat dan kukuh. Sejalan dengan yangdisampaikan sejumlah pakar, bahwa manifestasi tuturan yangdemikian ini sangat dekat dengan tujuan pokok komunikasi fatis,yang dalam berbagai literatur linguistik istilah ini ditelorkan olehBranislaw Malinowsky, antropolog berkaliber dunia yang sangatternama.

2. Kefatisan Berbahasa Berwuiud Basa-Basi Yang BermaknaPragmatik Mengundang

Salah satu manifestasi maksud atau makna pragmatik tuturandirektif dalam bahisa Indonesia adalah mengundang (Rahardi,2005;2015a). Dalam pertuturan antara guru dan guru, karyawandan karyawan, bahkan antara karyawan dan guru atausebaliknya, aktivitas saling mengundang lewat perfuturan naturaldemikian itu sering sekali terjadi. Dalam cuplikan tuturan berikut,makna pragmatik undangan tersebut muncul pada tuturan 'SiniPak, saya kasih sesuatu....l' Bentuk'sini' yang tentu saja bentuklengkapnya adalah 'ke sini' jelas sekali merupakan ajakan atauundangan untuk datang.

Dalam futuran tersebut, undangan itu disampaikan olehseorang guru perempuan kepada seorang guru laki-laki. sangguru laki-laki yang bernama 'Rahmat' diundang untuk datangkepada sang guru perempuan tersebut karena akan diberisesuatu, mungkin saja makanuul ringary atau mungkin pula yanglainnya. undangan disampaikan dengan nuansa maksud yang

234 AQabiyyat, Vol. XV, No. 2, Desember 20L6

Manifestasi Wujud dan Makna pragma[k ...

spontan, ketika sesaat dia melihat ada sosok Pak Rahmat di situ.Kespontanan itu tampak pada cuplikan tuturan yang berbunyi'Nah...kebetulan ada Pak Rahmat'.

Dengan kespontanan dan keakraban pula, Pak Rahmat

merespons undangan tersebut dengan bercanda dan mengatakan'Apo ya Bu? Mau nambahi uang jajan saya ya?'Sekilas agak aneh

tuturan tersebut karena wujud candanya berkaitan dengan'menambah uang jajan'. Akan tetapi, seperti yang terjadi padatuturan-tuturan bermakna pragmatik canda lainnya, semuanyadapat dikatakan sebagai manifestasi pelanggaran maksim-maksim dalam prinsip kerja sama Grice pada studi pragmatik.

]adi, seperti yang ditegaskan pula dalam Rahardi (2005),

hampir semua wujud kejenakaan adalah wujud pelanggaranprinsip kerja sama dalam bertutur. Jelas sekali dengan tuturanbercanda yang berbunyi'Apa ya Bu? Mau nambahi uang jajan saya

ya7' pada cuplikan tuturan tersebut, relasi antarkeduanya menjadisemakin erat. Kejenakaan dari seorang penutur yang kembalidirespons dengan kejenakaan oleh mitra tutur dapat dipandangmerupakan petanda dari keeratan dan kedekatan relasi di antarakeduanya.

Kefatisan dalam wujud basa-basi undangan yangdisampaikan dalam cuplikan tuturan tersebut mempertegaspemyataan sejumlah pakar yang mengatakan bahwa keeratandan kedekatan relasi antarsesama dapat dikukuhkan denganwujud-wujud komunikasi fatis. Cuplikan tuturan selengkapnyadisampaikan berikut ini untuk memberikan gambaran yang lebihlengkap tentang manifestasi kefatisan dalam berbahasa tersebut.

Penutur : Nah...kebetulan ada Pak Rahmat. Sini Pak, sayakasih sesuatu....!

Mitra tutur : Apa ya Bu? Mau nambahi uang jajan sayaya?

Kefatisan dalan bahasa Indonesia di antara komunitas gurudi sekolah tertentu irgu dapat dilihat pada cuplikan tuturanberikut ini.

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /2014 235

R. Kunjana Rahardi

Penutur : Halo Bu Yanti....Wah Bu Yanti kalau awal bulanseperti ini kelihatan cantik sekaliya.....hehehehehe. ...

Mitra tutur : Ah masak sih Bu? Tapi sepertinya saya pahammaksud Ibu deh,....sini...sini saya kasih sesuatu.

Penutur : Lho benar-benar cantik kok bu hahahahaha. Ibu initahu saja maksudnya, saya kan jadi malu....

Dalam cuplikan tuturan di atas, kelihatan sekali bahwa diantara penutur dan mitra tutur telah terdapat relasi yang sangat

dekat dan erat. Penutur adalah seorang guru perempuan, danmitra tutur jrgu adalah seorang guru perempuan di dalamsekolah yang sama. Kedekatan yang telah berlangsung lamamenjadikan hubungan mereka dekat dan erat yang dalamcuplikan tuturan di atas ditandai dengan kejenakaan-kejenakaan

seperti pada 'Wah Bu Yanti kalau awal bulan seperti ini kelihatan

cantik sekali ya.....hehehehehe....' Kepiawaian mitra tutur dalammerespons kejenakaan yang disampaikan penutur dalamcuplikan di atas diwujudkan dalam tuturan yang berbunyi'Ahmasak sih Bu? Tapi sepertinya saya paltam maksud lbu deh, . . .sini. . .sini

sayakasih sesuatu.'

)adi, kelihatan sekali bahwa antarkeduanya sesungguhnyasudah berhubungan dengan sangat erat dan di antara mereka

telah terbiasa bertutur sapa dengan memerantikan kejenakaan-

kejenakaan seperti di atas itu. Letak dari kefatisan yang bermaknapragmatik undangan terdapat pada cuplikan yang berbunyi,'Tapisepertinya saya paham maksud lbu deh, . . ..sini. . .sini saya kasih sesuatu.'

Di dalam cuplikan tersebut, terdapat maksud kejenakaan tetapi

irrga sekaligus terdapat makna pragmatik kefatisan undangan.

Dengan perkataan lairu dapat ditegaskan bahwa kefatisanberbahasa yang bermakna pragmatik mengundang tersebut hadirmenempel dalam tuturan tersebut. Akan tetapi, perlu ditegaskandi sini bahwa manifestasi basa-basinya tidak dapatdikategorisasikan sebagai basa-basi mengundang karena sejalan

dengan pandangan Rahardi et al. (2015b) yang di dalam bukuterbarunya menegaskan bahwa kefatisan berbahasa itu tidak

236 Adnbiyyat, Vol. XV, No. 2, Desember 2016

Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...

dapat dikategorisasikan berdasarkan makna pragmatisnya.Kefatisan berbahasa itu melekat pada tuturan dengan berbagaimakna pragmatiknya, bukan hadir sebagai kategori makna-makna pragmatik tersebut.

3. Kefatisan Berbahasa Berwuiud Basa-Basi yang BermaknaPragmatik Menolak

Manifestasi komunikasi fatis dalam wujud basa-basi dalamtuturan yang bermakna pragmatik menolak kelihatan padacuplikan tuturan berikut, 'Ya sebentar lagi Bu....Sebentar sayamenyusul hehehe...'. secara sekilas, cuplikan futuran tersebutmemiliki makna pragmatik penerimaan, karena secara linguistik,di dalamnya terdapat wujud penerimaan yang berbunyi'ya nantidulu Bu.. .' atas ajakan untuk berangkat menuju koperasi. Akantetapi, jika dicermati secara lebih mendalam, di dalam pengiyaanatau penerimaan tersebut terdapat maksud atau maknapragmatik penolakan. Dalam masyarakat tutur lawa, khususnya,yang dikenal dengan kebiasaan bertutur dalam konteks budayatinggi, maksud tuturan justru disampaikan dengan tuturan yangbermanif estasi sebaliknya.

Dalam tuturan yang melibatk an 'high leael context' demikianitu, penutur dan mitra tutur harus berhati-hati dalam memaknaisebuah tuturan karena jika tidak hati-hati, akan kelirulah maknayang disampaikannya. Konkretnya, dalam cuplikan tuturan yangberbunyi, 'Ya nanti dulu Bu...nanti saya susul hehehehe', yar.gintinya menerima ajakan penutur dan memberikan janji untukmenyusulnya ke koperasi, sesungguhnya merupakan penolakan.|adi, kefatisan berbahasa tersebut melekat pada tuturan yangbermakna pragmatik menerima, tetapi maksud sebenarnyaadalah menolak.

Tuturan yang secara linguistik diakhiri dengan penandakejenakaan'hehehehe' dapat dijadikan bukti bahwa sesungguhya'pengiyaan' yang tampak pada tuturan tersebut sesungguh.yumenyiratkan makna pragmatik yang sebaliknya. Jadi, ia tidak

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201,4 237

R. Kuniana Raharcii

benar-benar mau menyusulnya ke koperasi, tetapi tetap akanmeneruskan pekerjaarurya sendiri yang belum selesai. Untukmemberikan interpretasi yang lebih mendalam tentang maksudtuturan tersebut secara lengkap, berikut ini penelitimenyampaikan cuplikan tuturannya secara lengkap.

Penutur : Eh..., Bu Sud, mari ikut ke koperasi.Mitra tutur : Ya, nanti dulu 8u..., Nanti saya susul hehehehe...

Basa-basi dalam tuturan dengan makna pragmatik menolak

iuga dapat dilihat pada cuplikan tuturan berikut ini.

Hey Pak! Awas dihinggapi lalat lho hahahaha.Melamunkan apa sih?

Ya Bu hehehehe, aka pergi ke mana ya?Ada urusan sebentar, Mari Pak...Ya mari. Hati-hati...

Manifestasi kefatisan berbahasa dalam cuplikan di atas

terletak pada bentuk 'Ya mar| hati-hnti....' Secara linguistik,tuturan yang disampaikan oleh penutur yang berbunyi '... mariPak' adalah sebuah ajakan, sekalipun di dalamnya juga terdapatbasa-basi karena . ajakan itu tidak disampaikan dengansesungguh.yu. Persis s€una dengan futuran bermakna pragmatik,bukan ajakan seperti yang disampaikan penutur di atas, mitratutur j.rgu menyampaikan tuturan yang secara linguistikbermakna penerimaan atau pengiyaan, tetapi sesungguh.yuberlawanan dengan hal tersebut.

Seperti yang telah disampaikan pada bagian terdahulu,yakni bahwa dalam budaya masyarakat yang berbudaya Jawa,khususnya, kepiawaian untuk berkomunikasi dalam kontekstingkat tinggi harus senantiasa dikedepankan. Sebab kalau dalamberkomunikasi, penutur dan mitra tutur tidak dapatmemerantikan konteks tingkat tinggi demikian itu,kesalahpahaman akan senantiasa terjadi. A1ih-atih keserasian dankekukuhan relasi dalam komunikasi, jika konteks tingkat tinggi

Penufur

Mitra tuturPenufurMitra tutur

238 Adabiyyat, Vol. XV, No. 2, Desember 2016

Manifestasi Wujud dan Makna pragmatik ...

demikian itu diabaikan, yang terjadi justru sebaliknya, yaknipertengkaran, perseteruan, dan seterusnya.

Jadi, bentuk 'Ya mari, hati-hati' tidak serta merta dapatdiartikan dengan menuruti ajakan 'Mai, pak'.Itulah yang dalamperbincangan kita sekarang ini disebut sebagai komunikasi fatis@lntic corumunion). Bentuk'berluti-luti' dalam cuplikan tuturan diatas tidak benar-benar berisi pesan agar mitra tutur 'berhati-luti'.Tuturan itu sekadar merupakan manifestasi basa-basi yangdisampaikan seseorang ketika sedang berpisah, yang satu pergimeninggalkan yang lain.

Dengan perkataan lain, cuplikan tuturan antarguru dalamsekolah pada cuplikan tuturan di atas sarat dengan nuansa basa-basi berbahasa sebagai manifestasi dari komunikasi fatis. Tujuanpokoknya tentu adalah untuk melekatkan relasi yang sudahdekat, erat, dan kukuh, sehingga menjadi lebih dekat, lebih erat,dan lebih kukuh lagi. Dengan fakta tersebut, sesungguh.yufungsi hakiki bahasa yang sesungguhnya bukanlah semata-mataalat komunikasi. Komunikasi tidak berhenti pada komunikasi daninteraksi antara penutur dan mitra tutur, atau mungkin iugadengan para pelibat tutur yang lainnya, tetapi jauh lebih darisemuanya itu, adalah untuk mengukuhkan relasi dan kerja samaantarumat manusia.

4. Kefatisan Berbahasa Berwujud Basa-Basi yang BermaknaPragmatik Mengucapkan Terima Kasih

Dalam linguistik, khususnya semantik, terdapat studi makna.Karena hakikatnya, semantik adalah cabang ilmu bahasa yangmempelajari makna bahasa. Akan tetapi, makna bahasa yangdikaji dalam semantik terbatas pada makna yang sifatnya diadik,tidak sampai pada makna yang sifatnya triadik (Rahardi et al,2015a). Pemaknaan yang bersifat diadik tentu tidak dapatmendeskripsikan banyak dimensi atas data tuturarl seperti yangdisampaikan berikut ini.

Penufur : Belum presensi, kelupaan.

SK Akreditasi DIKTI No: 040/p /201,4

R. Kunjana Rahardi

Mitra tutur

PenufurMitra tutur

Penutur

Lho, biasanya mondar-mandir di ruang TU, kokbaru kelihatan, Bu?

Baru tidak enak badan Pak!Wah memang cuacanya sedang ndak baik. Semogacepat sembuh ya 8u...!Waduh, jadi malu aku diperhatikan sama pak Raji.Iya...terima kasih ya Pak!

wujud tuturan yang menuniukkan makna pragmatikucapan terima kasih adalah pada ucapan yang berbunyi,'Iyo...terima kasih ya Pak!' pada akhir cuplikan tuturan di atas.secara linguistik dan secara pragmatik, bentuk kebahasaan di atasdapat dikatakan bermakna terima kasih karena memang terdapatpenanda-penanda berupa ungkapan yang berbunyi'terima kasih,.Akan tetapi secara pragmatik, bisa jadi ungkapan 'terima kasih,yang disampaikan tersebut tidak menunjukkan makna pragmatik'teima kasih' itu, bahkan mungkin sebaliknya, yakni sama sekalibukan maksud terima kasih.

Dalam tuturan yang berbeda, bisa jadi ungkapan yangsecara linguistik merupakan ungkapan terima kasih tersebut, dansecara pragmatik juga dimungkinkan memiliki makna pragmatik'terima kasih', maks.ud tersebut bergradasi. Artinya, maknapragmatik terima kasih itu berjenjang mulai dari terima kasihyang sungguh-sungguh, terima kasih yang setengah-setengah,atau bahkan kadar maksud terima kasihnya sedikit sekali. Dalamcuplikan tuturan di atas, maksud terima kasih itu didahuluidengan tuturan yang berbunyi, 'waduh, jadi malu aku diperhakansama Pak Raji'.

Dalam konteks perbincangan pragmatik, sepertinya maksudtuturan di atas juga tidak nyata-nyata sesuai dengan tulisanortografisnya. Dengan perkataan lairy di dalam cuplikan tuturanyang mengawali maksud terima kasih dalam cuplikan tuturan diatas, jrgu terlebih dahulu diawali dengan manifestasi basa-basiyang lainnya. Maksud kefatisan kepura-puraan, atau mungkinj.rgu maksud kefatisan kejenakaan, dapai saja diinterpretasikan

240 Ada\tyyat, Vol. XV, No.? Desember 2016

N,lanifestasi Wujucl clan Makna Pragmatik ...

dari cuplikan tuturan yang berbunyi, 'Wnduh, jntli malu nkttdiperlmtikut samo Pnk ltnli ' itu.

Cuplikan tuturan lain .yang dapat memperjelas maksudpragmatik pengucapan terima kasih jrgu dapat dicermati dalamtuturan berikut ini.

PenuturMitra tuturPenutur

Mitra tutur

Penutur

Mohon maaf Pak, saya mau menganggu sebentar.Oh ya bagaimana, Bu?Saya mau minta lembar kunci jawaban ujian yangkemarin itu Pak.Wah tidak dibawa Bu. Coba nanti saya tanyakanPak Raji.

Ya Pak. Terima kasih.

Bisa jadi ungkapan penutur yang berbunyi 'Ya Pak, teimakasih sebelumnya' pada cuplikan tuturan di atas bukanlahmanifestasi kefatisan yang bermakna pragmatik menyampaikanungkapan terima kasih. Bentuk 'terima kasih', bisa jadi tidak benar-benar disampaikan untuk menyampaikan makna pragmatik'terima kasih'. Dalam cuplikan tuturan di atas, bisa jadi u^igkapanitu justru merupakan ungkapan kekecewaan karena'lembar

iawaban kunci ujian' tidak dapat diterima dari karyawan tatausaha, sedangkan kegunaannya sudah sangat mendesak karenaharus selesai proses koreksi pada saat itu jrgu.

Dapat terjadi pula, ungkapan yang secara ortografisberbunyr 'terima kasih' itu memiliki kadar yang berbeda, sepertiyang disampaikan di bagian depan. Mungkin terima kasih ituhanya setengah-setengah disampaikan karena karyawan tatausaha tersebut telah menjanjikan untuk menanyakan kepadakaryawan lairu yakni Pak Raji. Bisa jadi pula sama sekali bukanungkapan terima kasih tetapi merupakan kejengkelan karenaternyata lembar kunci jawaban yang seharusnya berada di kantorsekolah itu justru tidak dapat ditemukan karena tertinggal dirumah.

Maka sekali lagi, konteks berkomunikasi tingkat tinggiharus selalu dioptimalkan dalam perbincangan yang melibatkan

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /201,4 241,

t!

if

I

ii

R. Kunjana Rahardi

penutur dan mitra tutur daram latar berakang budaya ]awaseperti tuturan yang disampaikan di depan itu. Kegagalan ataspertimbangan konteks yang berjati diri,ttigh lettel, itu, akan sangatdimungkinkan tidak mencerminkan hakikat dari komunikasi itusendiri. Komunikasi dan interaksi yang terjadi tidak melahirkankekukuhan relasi dan keeratan serta kedekatan persaudaraan,tetapi jauh dari itu, bisa jadi akan merahirkan kejengkelan_kejengkelan dan ketidaknyamanan-ketidaknyamanan. Berkaitandengan hal tersebut, sidang pembaca dipersilakan untukmengkaji lebih jauh contoh tuturan dalam cuplikan berikut ini.

Penufur : Bu yuyun...., ini saya mau memberikan arsip. Tapi

Mitra tutur ll!::T:ilXi,*:r';,;tap saya terima hehehePenutur : Hahaha...Ibu ini uiit sututi,,Jrir.,u kasih ya Bu...

5. Kefatisan Berbahasa Berwujud Basa-Basi yang BermaknaPragmatik penyampaian Salam

Pengucapan salam atau penyampaian saram hadir dalamberbagai bahasa. Bahkan, mungkin sekari salam itu hadir padasemua bahasa manusia di muka bumi ini. pengucapu., ,uru*sesungguh.yu dapat dianggap sebagai salah satu manifestasi darihakikat manusia sebagai *utrurt sosial (homo socius). Ketikabertemu dengan sesama manusia, umat manusia di muka bumiini selayaknya -saling

menyampaikan salam. Daram masa-masaterakhir ini, kebiasaan untuk menyampaikan salam antara satu-dengan

yang rainnya murai berkurang dan semakin runtur,bahkan bisa jadi suatu saat akan mJnghilang. Salam dapatdiungkapkan dengan bentuk basa-basi atau berupa manifestasikefatisary seperti dapat dilihat pada contoh cuprikan tuturanberikut.

PenufurMitra tutur

PenufurMitra tutur

Permisi Bu, saya mengganggu nggak ya?Eh....ya nggak dong pak. frA"u.i p""i, nggutmengganggu kok.

Gini Bu, saya mau ambil soal ujian.Oh iya Pak. Silakan ambil ada di situt

242Adgbiyyat, Vol. XV No. 2, Desember 2016

\lanilt'stasi \\,uiutl rlan lt{akn.r I)r.rgrtr.rtik ..

Jelas sekali kelihatan bahwa tuturan, 'perrrtisi Brt, sov{tntengganggu rrggak r1a?' pada cuplikan tuturan di atas adalah basa-basi. Tuturan tersebut jelas sekali merupakan manifestasi dariwujucl kefatisan berbahasa. Apakah sungguh-sungguh bahwapenutur menyampaikan 'pennisi' dalam cuplikan tuturan di atasmerupakan fakta yang perlu direinterpretasikan. Ketika orangmengatakan 'selmt-sehnt ntas', misalnya saja, sungguhkah bahwapenutur ingin menanyakan keadaan kesehatan dari mitratuturnya? Jawabannya tentu saja adalah, sama sekali tidak.Tuturan itu hanya digunakan untuk menjalin relasi,mengukuhkan komunikasi, dan sama sekali tidak ada kaitandengan keadaan kesehatan dari mitra tuturnya.

Dalam praktik berkomunikasi, hal yang demikian itu seringkali ditemukan, dan sebagai masyarakat yang hidup dalarnkonteks kebudayaan tinggi, kita harus benar-benar piawaimembuat interpretasi. Banyak dimensi konteks yang dapaidigunakan untuk memverifikasi apakah tuturan seseora.rlgsungguh-sungguh sesuai dengan wujud tuturannya secaraortografis, ataukah terdapat suatu maksud yang harus ditangkapsecara arif dan bijaksana serta dengan kedalaman cakrawatrapandang' world aietl''.

Dalam cuplikan tuturan berikut ini, semakin jelas bagi kitabahwa seseorang menyampaikan tuturan tidak selalu sejalandengan fakta alamiahnya. Karena orang terbiasa menyalamiseseorang dengan ungkapan,'selamat pagi'maka ketika hari sudahtidak lus pagi, bahkan sudah siang sekalipury masih sajaungkapan 'selamAt pagi itu disampaikan. Dengan fakta itu, pastiorang akan cepat mengatakan bahwa sesungguh.y, kebasa-basian itu muncul. Cuplikan tuturan berikut memperjelas hal ini,silakan dicermati dengan teliti.

Penutur : Selamat pagi Bu.Mitra tutur : Ya Pak, selamat pagi hehehehe... [:ri sudah siang.

SK Akreditasi DIKTI No: 040/p /2:01.4 243

R. Kunjana R.rhareii

Bentuk kebahasaan 'itti sudnh siang' sesungguhnya

merupakan upaya penyadaran akan ketidaktepatan basa-basi

yang disampaikan oleh penutur dalam cuplikan tuturan di atas.

Akan tetapi, sebelum pelurusan basa-basi itu disampaikan oleh

mitra tutur, terlebih dahulu basa-basi yang disampaikan olehpenutur itu dijawab dengan nuansa kejenakaan, yakni dengan

tuturan yang berbunyi,'Ya Pak, selamat pagi hehehehe.'Kadang kala

orang menjadi merasa malu karena maksud basa-basinya temyataditanggapi dengan secara serius oleh mitra tutur.

Sebagai contoh, ketika seorang dosen bertemu denganteman dosennya di kantor, lalu menanyakan 'sudah selut, Pnk?'

dan dijawab dengan 'sehat sekali', maka berhentilah kelanjutanberbasa-basi itu. ]awaban 'sehat sekali' yang artinya sehat sekali

atau sangat sehat itu sesungguhnya tidak mencerminkan keadaan

yang sesungguhnya karena pada faktanya yang bersangkutanmasih sakit-sakitan.

C. SIMPULAN

Masalah pokok dalam penelitian ini sebagaimana disampaikandalam rumusan maisalah adalah untuk mendeskripsikan wujuddan makna pragmatik kefatisan berbahasa dalam bahasa

Indonesia pada ranah pendidikan.

Berdasarkan maksud pragmatiknya, tuturan dalam bahasa

Indonesia pada ranah pendidikan dapat dikelompokkan menjadilima makna pragmatik kefatisan yakni, (u) basi-basi dalamtuturan yang bermakna pragmatik penerimaary (b) basi-basidalam tuturan yang bermakna pragmatik penolakan, (c) basi-basidalam tuturan yang bermakna pragmatik mengundang, (d) basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatik pengucapan terimakasitu dan (e) basi-basi dalam tuturan yang bermakna pragmatikpenyampaian salam.

Manifestasi basa-basi itu melekat pada tuturan-tuturanyang mengandung makna pragmatik di atas itu, dan tidak

2M Adabiyyat, Vol. XV, No.Z Desember 2016

Manifestasi Wujud dan Makna Pragmatik ...

dengan serta-merta dapat dikatakan bahwa terdapat basa-basidalam tuturan-tuturan tersebut. Hal demikian sejalan denganpandangan pakar yang mengatakan bahwa kefatisan berbahasaitu tidak memiliki rnaksud karena fungsinya adalah sekadarpemerekat dan pemerkukuh komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesis.

Jakarta: Gramedia.Locher, Miriam A and Derek Bousfield. 2008. 'Impoliteness and

power in language' dalam lmpoliteness in Language: Studies

on its Interplay with Power in Theory and Pracfice. New York.Mouton de Gruyter.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahnpan, Strategi, Metode,

dan T elstikny a. Jakarta : Raj a Graf ind o Persada.Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan lmperatif Bahasa

lndonesia. Jakarta: Erlangga.Rahardi, Kunjana, Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama Dewi.

(2015a). Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.

Yogyakarta: Keppel Press.

Rahardi, Kunjana, Yuliana Setyaningsih, Rishe Purnama Dewi.(2015b). Kata fatis penanda ketidaksantunan pragmatikdalam ranah keluarga . Adabiyy at, 13(2), 149 -175.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik analisis Bahasa:

Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik.Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Terkourafi, Marina. 2008. 'Toward a unified theory of politeness,impoliteness, and rudeness.' dalam Impoliteness in Language:

Studies on its Interplay with Power in Theory and Practice. NewYork. Mouton de Gruyter.

Watts, Richard |, Sachiko lde, Konrad Ehlich. 2005. Politeness inLanguage: Studies in its History, Theory and Practice. NewYork Mouton de Gruyter.

SK Akreditasi DIKTI No: 040/P /2014 245