perencanaan kawasan pesisir berbasis eko

22
[ perencanaan kawasan pesisir ] 1 PERENCANAAN KAWASAN PESISIR BERBASIS EKOWISATA DISUSUN OLEH : IRPAL GUSNADI

Upload: gameonline8383

Post on 26-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Perencanaan Kawasan Pesisir Berbasis Eko

TRANSCRIPT

[ perencanaan kawasan pesisir ] 1

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

BERBASIS EKOWISATA

DISUSUN OLEH :

IRPAL GUSNADI

[ perencanaan kawasan pesisir ] 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Pemilik dari seluruh ilmupengetahuan,

shalawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.atassegala rahmat dan

hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Perencanaan Kawasan

Pesisir Berbasis Ekowisata”.Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas ini adalah

sebagai tugas untuk bidang study Perencanaan Kawasan Pesisir. Universitas Islam Riau

Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota di Pekanbaru. Dalam penulisan

makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dankekurangan yang ada. Serta

penulis menyadari betul bahwa penulisan makalah ini tidak akan berhasil tanpa adanya usaha,

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, sudah sepantasnya

penulis menghanturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Ir. Apriyan Dinata, M.Env selaku dosen pembimbing.

2. Teman – teman yang membantu dan mendukung penulis.

3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telahmemberikan

bantuan kepada penulis di dalam penyelesaian pembuatan makalah ini.

Tiada kata-kata yang lebih selain ucapan terima kasih, semoga Allah SWTmemberikan

balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis berharap

semoga hasil penyusunan laporan ini bermanfaat bagikita semua. Amiin.

Pekanbaru, Juni 2014.

Penulis

[ perencanaan kawasan pesisir ] 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 3

1.3 TUJUAN .................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

2.1 DEFINISI PERENCANAAN KAWASAN PARIWISATA DI DAERAH

PESISIR ........................................................................................................... 4

2.2 PRINSIP PERENCANAAN KAWASAN PARIWISATA PADA

DAERAH PESISIR ......................................................................................... 6

2.3 MANFAAT DAN DAMPAK KAWASAN PESISIR BERBASIS

EKOWISATA .................................................................................................. 8

2.3.1 Manfaat Kawasan Pesisir Sebagai Kawasan Ekowisata .................. 8

2.3.2 Dampak Kawasan Pesisir SZebagai Kawasan Ekowisata ............. 9

2.4 STUDI KASUS PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

BERBASIS EKOWISATA DI PULAU SEMPU ............................................ 10

2.4.1 Gambaran Umum Kawasan Pulau Sempu ....................................... 10

2.4.2 Analisa Ekowisata di Pulau Sempu ................................................. 13

2.4.3 Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Pulau Sempu ........................... 15

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 19

3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

[ perencanaan kawasan pesisir ] 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.4 LATAR BELAKANG

Indonesia mempunyai keragaman yang tinggi dalam ekosistem (teresterial

dan akuatik) serta bentukan fisik (features, forms, and forces). Keragaman ini

merupakan daya tarik utama yang menjadikan wilayah pesisir sebagai wilayah

yang paling berpotensi, terutama dalam pengembangan sektor pariwisata

berbagai potensi wisata alamo Wilayah pesisir pada umumnya memiliki

panorama keindahan yang dapat dijadikan obyek rekreasi dan pariwisata yang

sangat menarik dan menguntungkan. Namun seiring dengan berkembangnya

industri pariwisata ini, kawasan pesisir mengalami tekanan ekologis yang

semakin parah dan kompleks. Di beberapa daerah pesisir, tingkat kerusakan

ekologis tersebut telah mencapai atau melampaui daya dukung lingkungan dan

kapasitas keberlanjutarmya., sehingga diperlukan tindakantindakan perbaikan

dalam bentuk perencanaan fisik kawasan pariwisata di daerah pesisir pantai.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk perkembangan pariwisata daerah

adalah melalui perencanaan kawasan yang berkonsep ekowisata. Ekowisata

merupakan suatu konsep wisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan

mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian yang bertujuan

mengintegrasikan tujuan konservasi alam dengan tujuan pembangunan

ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal. Studi ini merencanakan suatu

kawasan pesisir pantai yang berkonsep ekowisata sehingga tercipta

keseimbangan antara kapasitas ekologis tapak dengan penggunaannya sebagai

kawasan wisata. Studi dimulai dengan mempersiapkan konsep dan

pengembangannya berdasarkan pengertian dari ekowisata. Setelah

pengambilan data lapangan, dilanjutkan dengan memilah data sesuai dengan

konsep yang dibagi untuk dianalis dan direncanakan tata ruang wisatanya.

Tujuannya adalah untuk menghasilkan kawasan perencanaan ekowisata yang

optimal. Pembagian ruang tiap zona didasarkan pada hasil identifikasi rona dan

aktivitas yang dalam setiap ruang. Hasil identifikasi zona konservasi berupa

[ perencanaan kawasan pesisir ] 5

area yang memiliki kriteria sebagai sumberdaya kritis, vegetasi dan fauna yang

langka dan terancam punah, kawasan lindung dan berfungsi lindung serta areal

rawan bencana. Hasil identifikasi kemudian dikelompokkan kedalam ruang inti

dan ruang penyangga konservasi. Identifikasi zona wisata ditentukan

berdasarkan kriteria kondisi awal sumberdaya sebagai obyek wisata, nilai

estetik (view) dan keinginan wisatawan akan kegiatan wisata lain selain yang

sudah ada. Zona sosial-ekonomi bertujuan untuk menghindari kompetisi

kepentingan antara ekonomi dan lingkungan, mengikutsertakan masyarakat

setempat dalam menjalankan pariwisata secara lokal serta sebagai alternatif

mata pencaharian selain dari sektor wisata. Identifikasi yang dilakukan terdiri

atas identifikasi mata pencaharian penduduk dan kondisi eksisting fasilitas

sosial-ekonomi. Jalur sirkulasi dilakukan untuk membatasi pengunjung masuk

kedalam satu zona dan mengatur waktu perjalanan berupa alternatif - alternatif

jalur wisata. Jalur jalur penghubung dalam tata sirkulasi ini adalah jalur utama,

jalur wisata dan jalur alternatif. Jalur utama menghubungkan zona dan melalui

lima desa dalam kawasan. Jalur wisata menghubungkan titik-titik atraksi wisata

dan didalamnya terdapat jalur - jalur alternatif yang merupakan variasi

perjalanan bagi pengunjung kawasan pariwisata daerah pesisir. Fungsinya

adalah untuk mengurangi jumlah pengunjung untuk masuk dalam zona inti

konservasi secara bersamaan dan dalam jumlah banyak. Selanjutnya juga

berfungsi untuk variasi rute peIjalanan sehingga tiap pengunjung memiliki

pilihan untuk beIjalan sesuai dengan kemampuannya. Zona ekowisata di

kawasan pesisir Tulamben mempunyai beberapa atraksi wisata yaitu, alam

bawah laut untuk olahraga diving, habitat tanaman lontar, pantai berpasir halus,

desa nelayan serta aktivitas yang dapat dilakukan seperti berkemah dan

berkuda. Atraksi dapat berada di dalam zona inti konservasi dan juga di

penyangga konservasi. Dua atraksi yang berada di dalam inti konservasi

mempunyai akses sendiri untuk jalur wisata sehingga pengunjung yang ingin

masuk dapat terkontrol. Atraksi wisata yang berada di luar zona inti konservasi

dilengkapi dengan fasilitas pelayanan temporer sementara fasilitas pelayanan

permanen dipusatkan pada satu areal. Fungsinya adalah untuk mengurangi

dampak negatif pembangunan pada kealamian tapak. Perencanaan kawasan

ekowisata ini mengakomodasi kebutuban wisata dengan meminimalkan

[ perencanaan kawasan pesisir ] 6

dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya sehingga tercipta

keseimbangan antara kapasitas ekologis tapak dengan penggunaan wisata.

1.5 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Bagaimana perencanaan kawasan pariwisata daerah pesisir ?

2. Prinsip apa saja yang harus dipakai dalam perencanaan kawasan

pariwisata daerah pesisir ?

3. Apa saja manfaat dan dampak yang ditimbulkan kawasan pariwisata

daerah pesisir ?

4. Bagaimana daerah di Indonesia yang memiliki kawasan pariwisata

daerah pesisir dapat berkembang ?

1.6 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa

definisi dari kawasan pariwisata daerah pesisir, lalu prinsip yang digunakan

dalam perencanaannya serta bagaimana manfaat dan dampak yang

ditimbulkan oleh kawasan pariwisata daerah pesisir. Dan bagaimana hasil dari

kawasan pariwisata daerah pesisir yang ada di Indonesia.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PERENCANAAN KAWASAN PARIWISATA DI DAERAH PESISIR

Rumusan ekowisata sendiri sebenarnya pernah dikemukakan oleh Hector

Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 sebagai berikut: “Ekowisata adalah

perjalanan ketempat-tempat yang masih alami dan relatif belum terganggu atau

tercemari dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati

pemandangan, flora dan fauna, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya

masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini”, bagi

kebanyakan orang, terutama para pencinta lingkungan, rumusan yang

dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain tersebut belumlah cukup untuk

menggambarkan dan menerangkan kegiatan ekowisata. Penjelasan di atas

dianggap hanyalah penggambaran dari kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini

kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada

awal tahun 1990, sebagai berikut: “Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang

bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat”. Penjelasan ini sebenarnya

hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-

sama menggambarkan kegiatan wisata di alam bebas atau terbuka, hanya saja

menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian,

tanggung jawab dan komitmen terhadap keaslian dan kelestarian lingkungan serta

kesejahteraan masyarakat setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk

memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan

budayamasyarakatsetempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang

berkesinambungan, (Putra Alam, 2012).

Menurut Word Conservation Union (WCU), ekowisata merupakan

perjalan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan

menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi,

[ perencanaan kawasan pesisir ] 8

tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi

serta menghargai partispasi penduduk lokal. Sementara itu Wood (2002)

mendefinisikan ekowista sebagai bentuk usaha atau sektor ekonomi wisata alam

yang dirumuskan sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Sedangkan

menurut Indrawan dkk (2007. Ekowisata merupakan suatu kategori rekreasi yang

melibatkan sejumlah orang yang mengunjungi suatu tempat dan membelanjakan

seluruh atau sebagian uangnya demi memperoleh pengalaman berinteraksi dengan

komunitas biologi yang luar biasa. Ekowisata didefinisikan sebagai bentuk wisata

yang menekankan tanggung jawab terhadap kelestarian alam, memberi manfaat

secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat.

Jika dikaji, maka definisi ini menekankan pada pentingnya gerakan konservasi.

Seiring dengan berkembangnya niat konservasi dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat, maka lahir definisi baru mengenai Ekowisata, yaitu

bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan

mengkonversi lingkungan dengan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan

penduduk setempat. Definisi terbaru dari ekowisata adalah wisata berbasis pada

alam dengan menyetarakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan

alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Jika

berdasar pada definisi yang terakhir ini, maka dapat dirumuskan bahwa Ekowisata

pesisir dan laut adalah wisata yang berbasis pada sumberdaya alam pesisir dan

laut dengan menyertakan aspek pendidikan interpretasi terhadap lingkungan alami

dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut

(Tuwo, 2011).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil adalah wilayah pesisir terdiri atas sumber daya hayati, sumber daya

nonhayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumber daya hayati

meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lain;

sumber daya nonhayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut; sumber daya

buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan, dan

jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat

instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi

gelombang laut yang terdapat di Wilayah Pesisir.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 9

Dahuri dkk. (2008) mengemukakan bahwa di dalam kawasan pesisir

terdapat satu atau lebih sistem lingkungan atau ekosistem dan sumberdaya pesisir.

Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan. Ekosistem alami yang

terdapat di kawasan pesisir antara lain adalah terumbu karang, mangrove, padang

lamun, pantai berpasir, estuaria, laguna, dan delta. Ekosistem buatan antara lain

tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan

agroindustri, dan kawasan pemukiman.

Disamping sumberdaya alam yang produktif ekosistem pesisir dan laut

merupakan penyedia jasa pendukung kehidupan, seperti air bersih dan ruang yang

diperlukan bagi berkiprahnya segenap kegiatan manusia. Sebagai penyedia jasa-

jasa kenyamanan ekosistem pesisir dan laut merupakan lokasi indah dan

menyejukkan untuk dijadikan tempat rekreasi atau parawisata (Bengen, 2004)

Pembangunan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan merupakan

kebijakan penting Depatermen Kalutan dan Perikanan. Kebijakan tersebut

didasarkan pada pemikiran bahwa wilayah peisisr dan laut secara ekologis dan

ekonomis sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan demi

kesejahteraan rakyat. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya

untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan,

namun pola pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam kelestarian

sumberdaya pesisir dan laut masih saja terus berlangsung. Pengembangan

ekowisata merupakan salah satu alternatif pembangunan yang dapat membantu

mengatasi masalah tersebut (Tuwo, 2011).

2.2 PRINSIP PERENCANAAN KAWASAN PARIWISATA PADA DAERAH

PESISIR

Prinsip – prinsip perencanaan kawasan pariwisata pada wilayah pesisir

dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut:

a) Mengetahui profil wilayah kawasan pesisir yang menjadi perencanaan

seperti kondisi fisik alam,

b) Sosial budaya dan ekonomi kawasan pesisir yang menjadi kawasan

perencanaan seperti kehidupan atau taraf sosial masyarakat yang tinggal

pada kawasan pesisir tersebut contohnya peluang usaha.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 10

c) Aksesbilitas kawasan pesisir yang menjadi kawasan perencanaan yaitu,

akses jaringan transportasi yang baik untuk mencapai kawasan pariwisata

pesisir tersebut.

d) Amenitas Wisata merupakan segala sesuatu yang memberikan kemudahan

bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya selama berwisata di

kawasan pesisir tersebut. Kondisi terkini dari amenitas (fasilitas

pelayanan) berupa hotel dan akomodasi serta restoran (rumah makan).

e) Atraksi Wisata adalah segala sesuatu yang disuguhkan oleh pemerintah

maupun masyarakat yang dapat menambah minat para wisatawan untuk

datang pada kawasan pesisir yang berbasis ekowisata. Contohnya, atraksi

kesenian, surfing ( apabila memiliki ombak yang bagus ).

Tuwo (2011) menjelaskan beberapa prinsip pengembangan ekowisata

yang harus dipenuhi agar dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem

pesisir dan laut :

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

bentang alam dan budaya masyarakat lokal.

2. Mendidik atau menyadarkan wisatawan dan masyarakat lokal akan

pentingnya konservasi.

3. Mangatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan management

pengelola kawaasan peletarian dapat menerima langsung penghasilan atau

pendapatan.

4. Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengembangan

ekowisata.

5. Keuntungan ekonomi yang diperoleh secara nyata dari kegiatan ekowisata

harus dapat mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan

pesisir dan laut.

6. Semua upaya pengembangan, termaksud pengembangan fasilitas dan utilitas,

harus tetap menjaga keharmonisasian dengan alam.

7. Pembatasan pemenuhan permintaan, karena umumnya daya dukung

ekosistem alamiah lebih rendah daripada daya dukung ekosistem buatan.

8. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka

devisa dan belanja wisatawan dialokasikan secara proposional dan adil untuk

pemerintah pusat dan daerah.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 11

2.3 MANFAAT DAN DAMPAK KAWASAN PESISIR BERBASIS

EKOWISATA

2.3.1 Manfaat Kawasan Pesisir sebagai kawasan Ekowisata.

Nugroho dan dahuri (2012), juga menjelaskan posisi kritikal dalam

pengembangan ekowisata sesungguhnya terletak pada tingkat implementasi di

wilayah lokal atau pemda. Di tingkat lokal tersebut, bertemu kepentingan

penyediaan jasa ekowisata dan permintaan pengunjung. Bisnis jasa ekowisata

mungkin saja menghadapi kendala seperti dihadapi bisnis umumnya. Namun jasa

ekowisata perlu lebih serius ditangani agar supaya menghasilkan nilai tambah

yang nyata dan positif bagi kegiatan konservasi lingkungan dan budaya setempat.

Selain itu juga suatu kawasan relatif baru yang memiliki potensi

sumberdaya alam yang baik juga memerlukan adanya pemasaran yang baik pula.

Dimana pemasaran memberikan kebutuhan akan kegiatan manusia melalui proses

pertukaran. Faktor-faktor yang merupakan inti pemasaran adalah produk, harga,

promosi dan distribusi. Kebijaksanaan bagi perusahaan-pe-rusahaan yang

bergerak dalam bidang kepa-riwisataan, usaha swasta atau pemerintah, baik dalam

ruang lingkup lokal, regional, na-sional dan internasional harus diupayakan

mencapai kepuasan optimal wisatawan. Ke-butuhan-kebutuhan wisatawan dapat

dipenuhi dan pelaku usaha wisata memperoleh keuntungan yang wajar (Sudirman,

2013).

Aktivitas ekowisata saat ini tengah menjadi tren yang menarik yang

dilakukkan oleh para wisatawan untuk menikmati bentuk-bentuk wisata yang

berbeda dari biasanya. Dalam konteks ini wisata yang dilakukkan memiliki bagian

yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi

lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan kultur atau

budaya. Hal inilah yang mendasari perbedaan antara konsep ekowisata dengan

model wisata konvensional yang telah ada sebelumnya (Satria, 2009).

2.3.2 Dampak Kawasan Pesisir sebagai kawasan Ekowisata.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 12

Satria (2009) menjelaskan, walaupun banyak nilai-nilai positif yang

ditawarkan dalam konsep ekowisata, namun model ini masih menyisakan

persoalan terhadap pelaksanaanya. Beberapa kritikan terhadap konsep ekowisata

antara lain:

1. Dampak negatif dari pariwisata terhadap kerusakan lingkungan. Meski

konsep ecotourism mengedepankan isu konservasi didalamnya, namun tidak

dapat dipungkiri bahwa pelanggaran terhadap hal tersebut masih saja ditemui

di lapangan. Hal ini selain disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan

kesadaran masyarakat sekitar dan turis tentang konsep ekowisata, juga

disebabkan karena lemahnya manajemen dan peran pemerintah dalam

mendorong upaya konservasi dan tindakan yang tegas dalam mengatur

masalah kerusakan lingkungan.

2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Ekowisata. Dalam pengembangan

wilayah Ekowisata seringkali melupakan partisipasi masyarakat sebagai

stakeholder penting dalam pengembangan wilayah atau kawasan wisata.

Masyarakat sekitar seringkali hanya sebagai obyek atau penonton, tanpa

mampu terlibat secara aktif dalam setiap proses-proses ekonomi didalamnya.

3. Pengelolaan yang salah. Persepsi dan pengelolaan yang salah dari konsep

ekowisata seringkali terjadi dibeberapa wilayah di Indonesia. Hal ini selain

disebabkan karena pemahaman yang rendah dari konsep Ekowisata juga

disebabkan karena lemahnya peran dan pengawasan pemerintah untuk

mengembangkan wilayah wisata secara baik.

Untuk mengembangkan pengelolaan ekowisata, diperlukan koordinasi antar

lembaga dalam penanganan wisata diperlukan untuk menghindari konflik antar

pemanfaat wilayah pesisir. Adanya berbagai pihak yang melakukan aktivitas di

kawasan pesisir tanpa disertai konservasi dan pemulihan akan berdampak

terhadap menurunnya kondisi lingkungan. Konservasi sumber daya alam tetap

merupakan isu utama dalam pengelolaan wisata bahari di kawasan pesisir

(Amanah dan Utami, 2006).

Perkembangan pariwisata juga bergantung pada aspek suprastruktur dan

infrastrukur. Aspek suprastruktur merupakan fasilitas penunjang untuk

pengunjung seperti penginapan, restoran, kolam renang, dll. Aspek infrastruktur

meliputi ketersediaan air bersih, pembuangan sampah dan sumber daya listrik,

[ perencanaan kawasan pesisir ] 13

akses ke airport, jalan, pelabuhan, dll. Tanpa adanya kedua aspek tersebut, maka

pariwisata akan menyebabkan dampak negatif (Amanah dan Utami, 2006).

Setyadi dkk (2012) juga mengungkapkan kendala dalam pengembangan

ekowisata diantaranya adalah mengenai jarak, aksesibilitas, peran pelaku

pembangungan, pengetahuan tentang konsep ekowisata yang masih terbatas, dan

tingkat kunjungan wisatawan yang masih rendah.

2.4 STUDI KASUS PERENCANAAN KAWASAN PESISIR BERBASIS

EKOWISATA DI PULAU SEMPU

2.4.1 Gambaran Umum Kawasan Pulau Sempu

Pulau sempu adalah suatu tempat wisata alam yang juga merupakan

kawasan cagar alam berdasarkan SK. GB No. 46 Stbl. 1928 No. 69 tahun 1928

dengan luas 877 Ha. Dengan panorama alam indah serta flora dan fauna yang

beraneka ragam, pulau sempu sudah seharusnya dijadikan cagar alam agar dapat

dilestarikan. Pulau sempu merupakan sebuah pulau kecil yang langsung menghadap

Samudra Hindia di satu sisi dan menghadap ke pulau Jawa di sisi lainya membuat

pulau sempu terletak pada posisi yang unik, di satu sisi kita bisa melihat ganasnya

ombak Samudra Hindia, di sisi lain kita bisa melihat Pulau jawa yang dipisahkan

oleh air laut yang tenang. Selain letaknya yang unik dan strategis dan unik, Pulau

Sempu juga menyinpan kekayaan alam yang beragam. Mulai dari kawasan pantai

sampai danau air tawar semua terdapat di dalam Pulau yang hanya luas 877 Ha.

Secara umum, ekosistem dalam pulau sempu dapat dikelompokan dalam empat

type yang berbeda,

a. Ekosistem hutan Mangrove. Stuktur hutan mangrove ini sangat sederhana

karena terdiri dari satu lapisan tajuk pohon dengan jenis-jenis yang relatif

sedikit. Jenis-jenis tumbuhan yang umum di jumpai adalah Bakau

(Rhizobhara sp), dan Api-api (Avicenia sp). Sedangkan jenis-jenis satwa

yang umum di jumpai pada daerah perairan hutan mangrove adalah Ikan

Glodok, Kepiting dan Udang.

b. Ekosistem Hutan Pantai. Areal hutan pantai Cagar Alam Pulau Sempu di

bagian Utara, Barat dan Selatan Terutama pada pantai dengan pesisir yang

landai. Jenis-jenis tumbuhan terdiri dari ketapang (Terminalia catapa),

Baringtonia asitica, Waru laut (Hibicus tidiacus) dan pandan (Pandanum

tectorius). Adapun jenis-jenis satwa liar yang sering di jumpai pada

[ perencanaan kawasan pesisir ] 14

kawasan pantai ini antara lain : burung Elang Laut (Helicetus leucogaster),

burung Dara Laut (Sterna albiforn), Biawak (Varanus sp), Umang Laut dan

lain-lain.

Gambar 1.1

Atraksi pulau sempu

Sumber : searching of google

Tabel 1.1

Beberapa unsur dan variabel dalam Analisis SWOT Ekowisata

Sumber: Gunn dalam Damanik dan Weber, 2006.

c. Ekosistem Danau. Daratan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki dua buah

danau yaitu Danau Telaga Lele dengan areal seluas ± 2 Ha, yang merupakan

danau air tawar. Danau Segoro anakan dengan areal seluas ± 4 Ha yang

merupakan danau asin. Danau Air Tawar Telaga Lele terletak dibagian

timur kawasan Cagar Alam, sedangkan Segoro Anakan berada dibagian

[ perencanaan kawasan pesisir ] 15

Barat Daya. Masing-masing memiliki peranan yang pemting sebagai sumber

air bagi kehidupan satwa liar, terutama pada musim kemarau.

d. Ekosistem Hutan Tropis Dataran Rendah. Tipe ekosistem ini menempati

areal yang terluas dan tersebar hampir di seluruh kawasan, sehingga menjadi

ciri utama dari kawasan CagarAlam Pulau Sempu. Struktur hutan tropis ini

di tandai dengan adanya tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari tiga atau empat

lapis tajuk pohon dengan komposisi yang beragam. Beberap jenis pohon

yang dominan yaitu Bendo (Artocarpus elasticus), Triwulan (Mishocarpatus

sundaica), Wedang (Pterocarpus javanicus) dan Buchanania arborescens.

Dengan ekosistem yang ada di Pulau Sempu, flora dan fauna yang terdapat

di sana juga khas dan berbeda dengan daerah yang lain. Untuk flora, Pulau Sempu

memiliki ± 223 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 144 marga dan 60 suku.

Dari 60 suku tersebut, telah diketahui lima suku Moraceae, Euphorbiaeceae,

Ancardiaceae, Annonaceae, Sterculiaceae), yang memiliki jumlah ndividu, jenis

dan marga yang relatif cukup banyak. Sedangkan fauna, terdapat Satwa liar yang

hidup di dalam kawasan Cagar Alam Pulau Sempu sekitar ± 51 jenis yang terdiri

dari 36 jenis Aves, 12 jenis mamalia dan 3 jenis reptil. Yang paling sering di

jumpai diantaranya Babi hutan Sus scopa), Kera hitam (Presbytis cristata), Belibis

(Dendrosyqna sp) dan burung Rangkong Buceros undulatus).

Gambar 1.2

Kawasan pesisir pulau sempu

Sumber : searching of google

[ perencanaan kawasan pesisir ] 16

2.4.2 Analisa Ekowisata di Pulau Sempu

Pulau Sempu sebagai salah satu wilayah wisata yang menarik tidak hanya

dikenal secara nasional, namun juga dikenal kiprahnya di dunia internasional.

Bahkan beberapa website travelling ujukan dunia (www.travbuddy.com,

www.planetmole.org, www.prlog.org, www.lomography.com.

www.travelersfortravelers.com, www.wikimapia.org, etc) telah melansir Pulau

Sempu sebagai tempatwisata alam yang layak untuk dikunjungi.Tingginya

ekspektasi wisatawan domestik dan internasional untuk dapat menikmati wisata

bahari yang diberikkan oleh Pulau Sempu tentu harus didukung dengan support

pemerintah yangebih besar untuk menawarkan sebuah grand design dan kebijakan

yang tepat dan berkelanjutandemi terjaganya keindahan ekowisata alam Pulau

Sempu. Namun sebelum masuk pada tatarankebijakan atau policy maka akan

disampaikan kondisi existing Ekowisata di pulau sempu denganbeberapa kriteria

yang digunakan oleh Gunn dalam Damanik dan Weber (2006).

Secara umum Pulau Sempu menyimpan kekayaan alam yang sangat

menarik untuk dikembangkan sebagai wilayah Ekowisata. Ada banyak faktor

yang memperkuat mengapa wilayah ini relatif lebih terjaga dari masalah

kerusakan alam, antara lain:

Masyarakat sekitar masih resisten untuk menjadikan kawasan ini sebagai

kawasan wisata konvensional seperti pembangunan Hotel, Resort dan

pembangunan lainnya. Hal ini menjadikan wilayah Pulau Sempu tetap

terjaga keasliannya.

Akses masuk untuk menikmati keindahan Pulau Sempu di “Segoro anakan”

tidaklah mudah untuk dilalui, dimana wisatawan harus melintasi wilayah

hutan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam.

Wilayah Pulau Sempu masih menjadi program konservasi dan cagar alam

pemerintah sehingga kekayaan alam didalamnya juga dilindungi oleh

Pemerintah.

Dengan kekuatan ini maka pengembangan wilayah Pulau Sempuh sebagai

tempat wisata sudah selayaknya dilakukkan oleh pemerintah, dengan tetap

[ perencanaan kawasan pesisir ] 17

mempertahankan aspek kemasyarakatan, lingkungan dan ekonomi. Dalam konteks

ini kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh Pulau Sempu, antara lain: pertama,

Kekayaan alam yang masih alami dan natural. Dalam hal ini wisatawan dapat

menikmati berbagai macam pengalaman

Tabel 1.2 Analisis SWOT Ekowisata Pulau Sempu

2.4.3 Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Pulau Sempu

Dengan melihat segala potensi yang ada di kabupaten Malang, terutama

kondisi di daerah Pulau Sempu, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh

pengambil kebijakan, untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pulau sempu :

a. Penguatan konsep ecotourism bagi Pulau Sempu. Pulau Sempu yang

memiliki potensi wisata alam yang sangat menarik perlu dikembangkan

secara lebih serius oleh Pemerintah. Hal ini dilakukkan demi

meningkatkan nilai ekonomis wilayah ini bagi penguatan ekonomi

masyarakat sekitar. Namun untuk mengurangi dampak yang negative

terhadap kerusakan lingkungan maka diperlukan sebuah upaya khusus

untuk menanggulanginya. Salah satu konsep yang tepat untuk mengatasi

masalah ini adalah dengan mengembangkan konsep Ecotourism di Pulau

Sempu. Dalam konteks ini maka wisata Pulau Sempu akan diarahkan

sedemikian rupa agar pengembangannya tidak menganggu atau selaras

[ perencanaan kawasan pesisir ] 18

dengan upaya konservasi lingkungan serta berdampak positif bagi

pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi local dilakukkan

selain untuk menopang keberlanjutan konservasi juga diperlukan untuk

mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun dalam

mengembangkan dan menguatkan konsep Ecotourism untuk

mengembangkan ekonomi lokal diperlukan sebuah pemahaman yang tepat

pada masyarakat dan pemerintah lokal. Hal ini dilakukkan agar pemerintah

lokal dan masyarakat bisa berperan aktif dan menjadi stakeholder yang

berkepentingan terhadap pengembangan wilayah ini. Salah satunya adalah

dengan mengembangkan sebuah unit-unit ekonomi (BUMDES-Badan

Usaha Milik Desa) dan Koperasi untuk mendukung aktivitas dan

kebutuhan para wisatawan, mulai dari unit usaha makanan, Souvenir,

MCK, penyebrangan (Kapal Nelayan), Penginapan, Parkir hingga

Pemandu wisata.

b. Mendorong linkage dengan travel unit (agen perjalanan). Pengembangan

suatu kawasanwisata tidak bisa dilepaskan dari keberadan para pemadu

wisata dan agen perjalanan. Karena pemandu wisata dan agen wisata

merupakan ujung tombak terdepan yang langsung berhubungan dengan

para wisatwan atau stakeholder, sehingga untuk lebih mudah dalam

mengembangkan suatu kawasan ekowisata maka diperlukan partisipasi

mereka secara lebih jauh. pemandu wisata dan agen perjalanan bisa

dikontrol. Selain itu, keinginan dari para wisatawan dapat lebih mudah

ditangkap, sehingga pengembangan ekowisata lebih terarah dan sesuai

dengan keinginan stakeholder. Namun dalam pengembangan hubungan

dengan agen perjalanan diperlukan sebuah kesepakatan tentang konsep

Ecotourism yang dikembangkan di wilayah ini. Hal ini dimaksudkan agar

tawaran paket wisata yang diberikan tidak menggangu upaya konservasi

alam yang juga dilakukkan di wilayah ini. Selain itu pihak pemandu

perjalanan juga diharapkan tidak memisahkan diri untuk kepentingan

pemberdayaan masyarakat lokal dalam mendukung Ekowisata.

c. Mendorong partisipasi dan pemberdayaan masyarakat Wisata. Masyarakat

lokal sebenarnya bukanlah hambatan bagi pengembangan Ekowisata,

karena peran mereka seharusnya tidak terpisahkan dalam program-

program wisata. Pengelolaan berbasis masyarakat ini merupakan salah satu

[ perencanaan kawasan pesisir ] 19

pendekataan pengelolaan alam yang meletakkan pengetahuan dan

kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaanya.

Ditambah adanya transfer diantara generasi yang menjadikan pengelolaan

menjadi berkesinambungan menjadikan cara inilah yang paling efektif,

dibanding cara yang lainya. Secara umum sudah dibahas sebelumnya

bahwa pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan efektif adalah

yang berbasis pada masyarakat. Nikijuluw (1994) berpendapat pengelolaan

berbasis masyarkat merupakan salah satu pendekataan pengelolaan alam

yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal

sebagai dasar pengelolaanya. Ditmabah adanya transfer diantara generasi

yang menjadikan pengelolaan menjadi berkesinambungan menjadikan cara

inilah yang paling efektif, disbanding cara yang lainya. Namun, masyarkat

juga jangan sampai dilepaskan sendirian untuk mengelola semuanya.

Karena sudah diketahui bersama, bahwa salah satu masalah utama yang

dihadapi dalam pengelolaan ekowisata di Indonesia adalah masalah

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena ketidakmerataan

pendidikan yang diperoleh. Salah satu hal yang bisa dilakukan dengan

melibatkan pemerintah lokal dalam pengeloalaan, seperti dalam gambar

1.3

Gambar 1.3 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir berbasis masyarakat

dengan melibatkan pemerintah

d. Mendorong unit-unit usaha yang strategis. Dengan semakin

berkembangnya wilayah Pulau Sempu sebagai tempat Ekowisata, maka

kebutuhan akan unit-unit usaha penyokong juga diperlukan seperti tempat

penginapan, tempat parkit, usaha souvenir, toko serba ada (perancangan),

tempat MCK, restaurant hingga jasa penyeberangan dengan kapal

Nelayan. Semua unit-unit usaha ini diharapkan dapat berada di wilayah

[ perencanaan kawasan pesisir ] 20

sendang biru dan tidak beroperasi di Pulau Sempu, karena diperlukan

untuk mempertahankan kemurnian alam hayati dan sisi naturalisme yang

tinggi. Dalam konteks pengembangan unit-unit usaha juga diperlukan

sebuah bentuk kelembagaan yang baik dengan mengembangkan sisi sosial

ekonomi secara bersamaan (social enterpreneurship) seperti konsep

Koperasi dan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa).

e. Melakukan promosi yang gencar. Berkembangnya kawasan wisata Pulau

Sempu akan semakin baik jika promosi yang dilakukkan juga gencar, hal

ini dilakukkan guna menanamkan image wisata yang kuat di wilayah

Pulau Sempu. Promosi yang gencar selain dapat dikaitkan dengan

program-program yang ada dalam agen per jalan juga dapat di lakukkan

dengan mempromosikannya melalui website.

f. Mendorong partisipasi unit aktivitas mahasiswa Pencinta Alam untuk

melakukkan program konservasi secara berkala. Peningkatan upaya

konservasi di wilayah Pulau Sempu selain dapat dilakukkan oleh

pemerintah lokal juga dapat dikoordinasikan dengan unit-unit aktivitas

mahasiswa Pecinta Alam dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur.

Hal ini dapat dilakukkan dengan terus melakukkan aktivitas-aktivitas yang

ramah dengan lingkungan, seperti menjaga cagar alam dan kebersihan

serta melakukkan pengawasan atau pemanduan terhadap wisatawan-

wisatawan yang datang.

g. Melakukkan Investasi MCK, Kebersihan dan Air Bersih di wilayah

“Segoro-anakan”. Infrastruktur dasar yang belum ada di wilayah Pulau

Sempu (Segoro-anakan) adalah MCK dan air bersih. Hal ini menjadi

masalah utama bagi wisatawan yang sedang melakukkan perkemahan

disekitar wilayah “Segoro-anakan”. Jika tidak ditangani dengan serius hal

ini dapat mengganggu kebersihan, keindahan serta mengancam kerusakan

alam yang ada di wilayah “Segoro-anakan”.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 21

BAB III

PENUTUP

3.2 KESIMPULAN

Menyangkut kelangsungan pertumbuhan kawasan ekowisata pada wilayah

pesisir dan juga tentunya akan menyangkut kelangsungan para pelaku wisata

yang ada dalam kawasan tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah: jumlah

wisatawan; karakteristik wisatawan dengan berbagai keinginan untuk

berwisata; tipe dari aktivitas ekowisata yang dapat ditawarkan pada sebuah

kawasan ekowisata; struktur masyarakat yang berada pada kawasan

ekowisata; kondisi lingkungan sekitar yang berada pada kawasan tersebut;

kemampuan masyarakat untuk beradatasi terhadap perekembangan

kepariwisataan, sehingga diperlukan sebuah analisa dampak wisata pada setiap

objek dan daya tarik wisata kawasan pesisir.

Kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan studi kasus Pulau Sempu

a. Pulau Sempu merupakan wilayah wisata yang dapat dikembangkan

menjadi ekowisata yang menarik bagi wisatawan domestik dan

internasional yang ingin menikmati konsep ekowisata.

b. Pengembangan ekowisata di wilayah Pulau Sempu hendaknya dapat

diselaraskan dengan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, serta tidak

berbenturan dengan upaya konservasi yang telah dilakukkan pemerintah

daerah di wilayah ini.

c. Pengembangan ekowisata di Pulau Sempu semaksimal mungkin harus

dapat melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah secara optimal dalam

setiap proses-proses didalamnya. Hal ini dilakukkan guna memberikkan

ruang yang luas bagi masyarakat setempat untuk menikmati keuntungan

secara ekonomi dari pengembangan ekowisata di wilayah ini.

d. Peningkatan kerjasama perlu untuk ditingkatkan dengan institusi atau

lembaga terkait, seperti agen perjalanan dan unit aktivitas mahasiswa

pecinta alam, guna melahirkan ide-ide yang kreatif diharapkan untuk

memperkuat konsep ekowisata di wilayah Pulau Sempu.

[ perencanaan kawasan pesisir ] 22

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, S. dan Utami, N. 2006. Perilaku Nelayan Dalam Pengelolaan Wisata

Bahari Di Kawasan Pantai Lovina, Bulelang, Bali. Jurnal Penyuluhan

Septermber 2006, Vol. 2, No 2. Hal 83-90.

Atta, M., Hakim, M., Yanuwiadi. Analisis dan Potensi dan arahan strategis

Kebikana Pengembangan Desa Ekowisata Di Kecamatan Bumiaji-Kota

Batu. Journal Of Indonesia Tourism and Development Studies. Vol. 1,

No. 2, April 2013. Hal 68-78.

Bengen, D. G. 2004. Sinopsis Ekosistem Dan Sumberdaya

Ambo Tuwo.2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional,

Surabaya

Budi Santoso dkk.2010. Pembelajaran Pengelolaan Terumbu Karang di

Kepulauan Seribu 2002-2009 Melalui Pendekatan Pengelolaan Perikanan

Ornamental, Pendidikan dan Pelatihan, dan Ekowisata Berbasis Masyarakat.

Yayasan Terangi, Jakarta.

Putra Alam. 2012. Ekowisata.http://id.wikipedia.org

WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan kriteriaEkowisata BerbasisMasyarakat.

kerjasamaDirektorat Produk PariwisataDirektorat Jenderal Pengembangan

Destinasi PariwisataDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-

Indonesia.

http://www.mdopost.com/hariini/index.php?option=com_content&view=article&id=6828

%3Amasyarakat-pesisir-dan-ekowisata&catid=56%3Apembaca-dan-penulis&Itemid=56

http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/permasalahan-kawasan-pesisir.html

http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-deliniasi-kawasan-

pesisir.html

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-

tusyaugust-30760