chapter i pengolahan tanah yang dangkal selama bertahun – tahun
DESCRIPTION
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif.TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembalian bahan organik ke dalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan
untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif. Dua alasan yang
selama ini yang sering dikemukakan para ahli adalah pengolahan tanah yang
dangkal selama bertahun – tahun mengakibatkan menurunnya kandungan C dan
N-organik, dan penggunaan pupuk kimia seperti urea, KCL, dan TSP telah
melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis sehingga efisiensi dan pendapatan
bersih yang diterima petani dari setiap unit pupuk yang digunakan semakin
menurun (Efi Ismawati Musnamar, 2003).
Kandungan bahan organik dalam tanah semakin lama semakin berkurang. Data
yang pernah dilaporkan bahwa tanah dipulau jawa umumnya mengandung bahan
organik dibawah 2%. Sementara dari pusat penelitian tanah dan agroklimatologi
menunjukkan sekitar 95% lahan pertanian di indonesia mengandung C-organik
kurang dari 1%. Padahal batas minimum bahan organik dianggap layak untuk
lahan pertanian antara 4%-5%. Selain penurunan kandungan bahan organik terjadi
pula kecenderungan penurunan pH pada lahan pertanian. Pemakaian pupuk kimia
seperti urea dan ZA secara terus – menerus membuat kondisi tanah semakin
masam. Hal ini harus menjadi perhatian bahwa ternyata pupuk organik memegang
peran penting dalam pembentukan zat hara dalam tanah, namun di indonesia
pupuk organik masih digunakan sebagai pendamping pupuk kimia karena adanya
target produksi (ton/ha). Masih adanya pendapat bahwa tanaman yang hanya
dipupuk organik sering mengalami defisiensi unsur hara karena kandungan unsur
hara yang diberikan tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman ditambah
pelepasan unsur haranya lambat. Padahal, efek pemupukan organik pada
pertumbuhan tanaman cukup menakjubkan. Dari hasil yang dilaporkan di
Amerika, efek pemberian pupuk organik sebanyak 14 ton tiap tahun pada satuan
luas tanah selama delapan tahun masih terasa empat puluh tahun sesudah
pemberian pupuk yang terakhir (Efi Ismawati Musnamar, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia,
baik lahan kering maupun lahan sawah, mempunyai kandungan bahan organik
tanah yang rendah < 2%. Oleh karena itu penggunaan bahan organik untuk
memperbaiki produktivitas lahan perlu digalakkan. Potensi Produksi pupuk
organik di Indonesia sangat banyak, salah satu contohnya adalah Jerami Padi,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 ton/ha secara nyata
dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk KCl 50 kg/ha
(Nuansa persada online, 2009).
Pada daerah pertanian seiring dengan berjalannya waktu kadar bahan organik
tanah cendrung menurun dan hal ini akan menentukan kesuburan tanah.
Kelangkaan serta tingginya harga pupuk dibeberapa daerah telah menyebabkan
rendahnya aplikasi pemupukan. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan yang
serius dalam sektor pertanian. Pada satu sisi pendapatan usaha berkurang karena
menurunnya produksi, sedangkan di sisi lain biaya produksi dan biaya operasi
mengalami peningkatan. Para petani memerlukan berbagai kiat untuk
mengantisipasi kelangkaan pupuk agar terhindar dari kebangkrutan usaha yaitu
dengan penggunaan pupuk organik sebagai komplemen/substitusi pupuk
anorganik (Departemen Pertanian RI, 2008).
Persediaan pupuk di Sumatera Utara sampai bulan november 2009, Untuk pupuk
ZA mencapai 10.770 ton, Superphos sebanyak 7.810 ton, Phonska sebanyak
17.100 ton dan pupuk organik mencapai 8.000 ton. Sedangkan realisasi
pendistribusian pupuk subsidi hingga september 2009, pupuk Phonska mencapai
63.526 ton dari alokasi 80.000 ton, pupuk Superphos mencapai 33.175 ton dari
alokasi 40.000 ton, pupuk ZA mencapai 43.335 ton dari alokasi 50.000 ton dan
pupuk organik realisasi mencapai 6.730 ton dari alokasi 29.000 ton
(Medan Bisnis, 2009).
Data Agro Indonesia menunjukkan kapasitas industri pupuk nasional mencapai
8,0 juta ton. Namun realisasi produksi hanya 5,9 juta ton. Tidak terpenuhinya
kapasitas produksi tersebut karena industri pupuk kesulitan mendapatkan pasokan
gas (Agroindonesia, 2009).
Kelangkaan pupuk anorganik (kimia) di berbagai daerah, seharusnya menjadi
refleksi bagi petani untuk kembali mengembangkan pupuk dari bahan alamiah.
Jika petani konsisten memakai pupuk organik yang bahan bakunya banyak
tersedia, maka penjarahan gudang pupuk dan penghadangan truk pengangkut
pupuk tidak akan terjadi (Agroindonesia, 2009).
Kebutuhan pupuk organik yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lahan
pertanian di Indonesia tidak seimbang dengan jumlah industri pupuk organik yang
berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan pupuk organik hanya diproduksi
secara parsial dengan skala industri rumah tangga (home industry) sehingga
jumlah produksi yang dihasilkan relatif kecil dan tidak berkelanjutan. Sebagai
konsekuensi ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, harga pupuk organik
yang dihasilkan sangat fluktuatif, bergantung pada jenis, cara pembuatan, dan
bahan baku yang digunakan. Salah satu alasan pentingnya penggunaan pupuk
organik adalah persoalan kerusakan lahan pertanian yang semakin parah.
Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya
kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan
pupuk hayati (Harian pikiran rakyat, 2009).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan
bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung bervariasi, baik unsur
mikro maupun unsur makro (Sutanto, 2002).
Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik sehingga ia sangat disukai petani,
diantaranya sebagai berikut :
1. Memperbaiki struktur tanah.
Ini dapat terjadi karena saat penguraian bahan organik dalam tanah pupuk
bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir – butir tanah menjadi butiran
yang lebih besar.
2. Menaikkan daya serap tanah terhadap air.
Bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah. Itulah
sebabnya pupuk organik sering berpengaruh positif terhadap hasil tanaman,
terutama pada musim kering.
3. Menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah.
Hal ini terutama disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan
bahan organik sebagai makanan.
4. Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk organik sangat ramah
lingkungan dan mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya
tidak setinggi pupuk anorganik. (Lingga, P dan Marsono, 2004).
Permintaan pupuk organik semakin meningkat seiring dengan maraknya pertanian
organik. Jerami dan pupuk kandang merupakan sumber pupuk organik yang biasa
dimanfaatkan petani. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki
kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi
tanaman. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa
panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk
gergaji, kotoran hewan, limbah pasar, limbah rumah tangga dan limbah pabrik,
serta pupuk hijau. Permintaan produk atau pangan organik terutama sayuran
cenderung meningkat. Oleh karena itu pemanfaatan pupuk organik baik berupa
kompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan
lebih intensif (Nuansa Persada Online, 2009).
Identifikasi Masalah
1. Berapa besar permintaan pupuk organik di daerah penelitian ?
2. Berapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik di
daerah penelitian ?
3. Bagaimana pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik, dan
luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di
daerah penelitian ?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui permintaan pupuk organik di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui seberapa besar daya subtitusi pupuk organik terhadap
pupuk anorganik di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui pengaruh harga pupuk organik, harga pupuk anorganik,
dan luas lahan terhadap permintaan pupuk organik oleh petani sayuran di
daerah penelitian.
Kegunaan
Adapun kegunaan penelitian ini ialah :
1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam memilih pupuk yang akan
digunakan.
2. Sebagai bahan informasi bagi produsen pupuk organik sehingga dapat
merencanakan supply pupuk organik secara tepat.
3. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.