ca serviks

29
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN CA CERVIX Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Clinical Study 2 Departemen Maternitas di Rumah Sakit Islam Malang OLEH: TEGUH FITRIYANTO 115070207111024 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: ifa-rahmawati

Post on 11-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: CA Serviks

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN CA CERVIX

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Clinical Study 2 Departemen Maternitas di Rumah Sakit Islam Malang

OLEH:TEGUH FITRIYANTO115070207111024

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: CA Serviks

LAPORAN PENDAHULUAN CA CERVIX

A. Pengertian

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim / serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina).

Kanker serviks merupakan  gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan

kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan

maturasi sel pada jaringan serviks.

Kanker serviks biasania menyerang wanita berusia 35 – 55 tahun. 90 % dari kanker

serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel

kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

 

B. Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara

tak terkendali. Jika sel–sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa

jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut ganas,

maka keadaannya disebut kanker serviks.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui secara pasti ,

tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks

yaitu :

1. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan

melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45

dan 56.

2. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

4. Berganti – ganti pasangan seksual

5. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di

bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang

menderita kanker serviks.

6. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.

7. Pemakaian pil KB

8. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.

9. Golongan ekonomi lemah (kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin)

Page 3: CA Serviks

C. Manifestasi Klinik

1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan

2. Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)

3. Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)

4. Pendarahan spontan saat defekasi

5. Pendarahan spontan pervaginaan

6. Anemia akibat pendarahan berulang

7. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

D. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan

dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker

servikpun menurun sampai lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara

seksual / atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani pap smear

secara teratur yaitu 1 kali  / tahun. Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan hasil

yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 – 3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

-           displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )

-           displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )

-           karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

-           kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke

organ tubuh lainnya )

2. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound

Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon pada

pengobatan.

3. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)

Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat

dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.

4. Penanda tumor

5. Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum

(CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)

6. Tes kimia skrining

7. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan pada

SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.

8. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

Page 4: CA Serviks

E. Penatalaksanaan

1. Pada lesi precursor (lesi intra-epitel squamosa) tingkat rendah atau tingkat tinggi

ditemukan maka pengangkatan non bedah konservatif, kriterapi (pembekuan

dengan oksida nitrat) atau terapi laser, konisasi (pengangkutan yang berbentuk

kerucut dari serviks).

2. Pada kanker servikal invasif dilakukan radiasi atau histerektomi radikal.

3. Pada paisen dengan kekambuhan kanker servikal dipertimbangkan untuk

menjalani ekstenterasi pelvis dimana bagian besar isi pelvis diangkat.

F. Patofisiologi / Pathways

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi

antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris

pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar

ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam

kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi

sekunder dan nekrosis.

2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk

mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan

melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-

mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif

(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui

tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi

mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya

fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel

displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan

dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard.

Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma

sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling

jarang adalah sarcoma.

 

Pathways

Page 5: CA Serviks
Page 6: CA Serviks

 

G. Penyebaran

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu :

1. Ke arah fornises dan dinding vagina

2. Ke arah korpus uterus.

3. Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal

dan kandungkemih.

H. Klasifikasi

Stadium Karsinoma Serviks

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

STADIUM KRITERIA

0 Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel

I Proses terbatas pada serviks dan uterus

Page 7: CA Serviks

Ia Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara

mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara

mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basal dan

memanjang tidak lebih dari 7 mm.

Ib Lesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi ≤ 4 cm dan > 4 cm.

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke

2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak

sampai ke dinding panggul.

Iia Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari

infiltrat tumor.

Iib Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum

sampai ke dinding panggul.

III Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium

sampai dinding panggul.

IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke

dinding panggul.

IIIb Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan

daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul,

atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan

faal ginjal atau hidronefrosis.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan

melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria

(dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar

panggul atau ke tempat yang jauh.

Iva Telah bermetastasis ke organ sekitar

Ivb Telah bermetastasis jauh

Kanker Serviks Pre-Invasif

Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :

1. CIN I displasia ringan

2. CIN II displasia sedang

3. CIN III displasia berat dan karsinoma insitu

Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.

 

PAP test terdiri dari 5 kategori.

Page 8: CA Serviks

1. Stadium I : Tidak ada sel abnormal

2. Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur.

3. Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal

4. Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu

5. Stadium V : Sel malignan – kanker invasif

6. Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif

1. Karsinoma mikroinvasif

Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah membran basal

tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.

1. Karsinoma invasif

Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak menampakkan

gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau

latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih

dan obstruksi serta pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan

radioterapi.

1. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang

Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit berulang atau

persisten setelah terapi.

I. Perencanaan Terapi Radiasi

1. Terapi Radiasi Eksternal

Perawatan sebelum pengobatan

Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur.

1. Selama Terapi

-          Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik dan

deodoran.

-          Pertahankan keadekuatan nutrisi.

1. Perawatan Post Pengobatan

-          Hindari infeksi

-          Laporkan tanda-tanda infeksi

-          Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi.

-          Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.

-          Lakukan perawatan kulit dan mulut.

1. Terapi Radiasi Internal

Page 9: CA Serviks

Pertimbangan Perawatan Umum

-          Teknik isolasi

-          Membatasi aktivitas

1. Perawatan Pre Insersi

-          Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari.

-          Pasang kateter sesuai indikasi

-          Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan

-          Latih nafas panjang, latih ROM

-          Jelaskan tentang pembatasan pengunjung.

1. Selama Terapi Radiasi

-          Monitor TTV tiap 4 jam

-          Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam

-          Beri posisi semi fowler

-          Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml

-          Kateter tetap terpasang

-          Monitor intake dan output

-          Monitor tanda-tanda pendarahan

-          Beri support mental.

1. Perawatan Post pengobatan

-          Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan

pneumonia)

-          Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi kulit, diare,

disuria dan distansia vagina)

-          Monitor intake dan output cairan.

 

1. Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter

Stadium I dan II   : Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal : 5000

rad / 5 minggu.

Stadium III        : Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian 4500-5000

rad.

Stadium IV        : Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

J. Sitostatika dalam Ginekologi

Penggolongan obat sitostatika :

1. Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus ®  obat-

obat non spesifik

Page 10: CA Serviks

2. Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi ® obat fase

spesifik.

3. Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar

® obat-obat siklus spesifik.

Macam – macam obat :

1. Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent)

Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA. Obat ini

mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi sumsum tulang dengan

gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh terhadap traktus digestivus dan folikel

rambut (alopesia).

1. Obat Anti Metabolit

Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi berfungsinya

metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel.

1. Obat Antibiotik

Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.

1. Obat alkaloid

Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis.

1. Obat Hormon

Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap hormon tertentu,

dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar.

Cara Pemberian Obat

1. Pemberian Oral

Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan bahwa

pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga mengakibatkan

ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai pendarahan.

1. Pemberian Intramuskuler

Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang sukar

dihentikan.

1. Pemberian intravena

Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara “bolus” atau per

infus.

1. Pemberian intrapleura

Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan membunuh sel

kanker.

1. Pemberian intraperitoneal

Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan intraperineum.

Syarat Pemberian Sitostatika

Page 11: CA Serviks

1. Keadaan umum harus baik

2. Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi.

3. Faal ginjal dan hati baik.

4. Diagnosis histopatologik diketahui.

5. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.

6. Hb > 10 gr%.

7. Leukosit > 5000/ml.

8. Trombosit > 100.000/ml.

Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian pengobatan.

1. Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker.

2. Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap.

Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu :

1. Gingivitis

2. Diare

3. Rasa mual

4. Muntah

5. Pendarahan usus

6. Anemia

7. Leukopenia

8. Trombositopenia

9. Kenaikan suhu

10. Hiperpigmentasi

11. Gatal – gatal

12. Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.

K. Pencegahan

Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks yaitu :

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV

2. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur

Pap smear ( tes papanicolau ) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel – sel

yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap smear, contoh sel serviks

diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang dibuat dari kayu / plastik ( yang dibedakan

bagian luar serviks ) dan sebuah sikat kecil ( yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ).

Sel – sel serviks lalu dioleskan pada kaca objek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke

laboratorium untuk diperiksa.

24 jam sebelum menjalani pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian / pembilasan

vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan

tampon.

Page 12: CA Serviks

Pap smear sangat efektif dalam mendeetksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil

pap smear menunjukkan displasia/ serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kalposkopi

dan biopsi.

Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur :

1. setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun

2. setiap tahun untuk wanita yang berganti – ganti pasangan seksual / pernah menderita

infeksi HPV / kutil kelamin

3. setiap tahun untuk wanita yang memaaakai pil KB

4. setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear

berturut – turut menunjukkan hasil negatif / untuk wanita yang telah menjalani

histerektomi bukan karena kanker

5. sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal

6. sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pre kanker  maupun kanker servik

Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya :

1. anak perempuan yang berusia di bawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual

2. jangan melakukan hubungan seksual pada penderita kutil kelamin/ gunakan kondom

untuk mencegah penularan kutil kelamin

3. jangan berganti – ganti pasangan seksual

4. berhenti merokok

5. pemeriksaan panggul ( pap smear ) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif

melakukan hubungan seksual / pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus

diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi

6. Identitas Klien

7. Keluhan utama

8. Status kesehatan

1. Gejala yang dirasakan

L. Asuhan keperawatan

A.   Pengkajian

1)      Gejala awal

2)      Timbulnya gejala

-          faktor yang memperbaiki gejala

-          faktor yang memperburuk gejala

3)      Deskripsi gejala

-         lokasi

-         kualitas

-         kuantitas

Page 13: CA Serviks

4)      Efek pada gaya hidup

1. Riwayat Ginekologi

-          Karakteristik menstruasi

-          Menarche

-          Periode menstruasi terakhir

-          Pengalaman menstruasi

-          Pendarahan tengah siklus

-          Menopause

-          Kontrasepsi

-          Usia pada saat kehamilan pertama

-          Penyakit menular seksual

1. Status Obstetrik P …. A…..

2. Riwayat Medis Masa Lalu

1. Penyakit dan Pengobatan

2. Alergi

3. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi.

4. Penyakit dan pembedahan sebelumnya

5. Kecelakaan atau cedera

6. Perilaku yang berisiko

-         gaya hidup

-         konsumsi kafein

-         mengonsumsi alcohol

-         obat-obatan

-         praktik seks yang tidak aman

1. Riwayat penganiayaan

2. Riwayat Kesehatan Keluarga

1. Penyakit keturunan

2. Penyakit saat ini dalam keluarga

3. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga

4. Genogram

5. Riwayat psikososial

1. Koping individu

-         Kesadaran diri dan harga diri

-         Penatalaksanaan stress

-         Penyalahgunaan zat

1. Pola kesehatan

Sirkulasi

Page 14: CA Serviks

-         Gejala palpitasi

-         Perubahan tekanan darah

Aktifitas istirahat dan tidur

-         Kelemahan

-         Perubahan pola istirahat dan tidur

-         Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur misalnya : nyeri,

kecemasan, keringat malam dll

Integritas ego

-         Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )

-         Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda mencari

pengobatan, keyakinan religius dll

-         Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka cacat, pembedahan,

menyangkal, menarik diri, marah dll

Nutrisi

-         Keluhan mual

-         Muntah

-         Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif

-         Anoreksia

-         Kekurangan masa otot

-         Perubahan BB

-         Kakeksia

Eliminasi

-         Perubahan pola defekasi

-         Perubahan bising usus

-         Distensi abdomen

Neurosensori

-         Pusing

-         Sinkop

Nyeri / kenyamanan

-         Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan proses penyakit

Keamanan

-         Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen,

-         Ruam kulit

-         Demam

-         ulserasi

Interaksi social

-         Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran

Page 15: CA Serviks

seksualitas

-         dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas

1. Spiritual

-         Agama

-         Praktik agama

1. Pemeriksaan Fisik

1. keadaan umum

2. head to toe

3. Pemeriksaan penunjang

4. Data pendukung lain

5. Kesimpulan

6. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan pengobatannya

brehubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan :

B.    Diagnosa Keperawatan – Intervensi

1                  :    Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif

akibat pendarahan

Tujuan               :    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

keseimbangan volume cairan adekuat

                        Kriteria Hasil    :    1.   TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2.  Membran mukosa lembab

3.  Turgor kulit baik (elastis)

4.  Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )

5.  Ekspresi wajah pasien tidak pucat

    

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume

darah yang keluar melalui pendarahan

Memberikan pedoman untuk penggantian

cairan yang perlu diberikan sehingga dapat

mempertahankan volume sirkulasi yang

adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan

janin.

2 Catat kehilangan darah ibu dan kemungkinan

adanya kontraksi uterus

Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks,

tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif

Page 16: CA Serviks

di dalam mempertahankan kehamilan.

Kehilangan darah ibu secara berlebihan

menurunkan perfusi plasenta

3 Hindari trauma dan pemberian tekanan

berlebihan pada daerah yang mengalami

pendarahan

Mengurangi potensial terjadinya peningkatan

pendarahan dan trauma mekanis pada janin

4 Pantau status sirkulasi dan volume darah ibu Kejadian perdarahan potensial merusak hasil

kehamilan, kemungkinan menyebabkan

hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta

5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan

pengisian kapiler

Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi

6 Catat respon fisiologis individual pasien

terhadap pendarahan, misalnya kelemahan,

gelisah, ansietas, pucat, berkeringat /

penurunan kesadaran

Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur

berat / lamanya episode pendarahan.

Memburuknya gejala dapat menunjukkan

berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya

penggantian cairan

7 Kaji turgor kulit, kelembaban membran

mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada

pasien

Merupakan indikator dari status hidrasi /

derajat kekurangan cairan

8 Kolaborasi :

Berikan cairan IV sesuai indikasi

Penggantian cairan tergantung pada derajat

hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut /

kronis). Cairan IV juga digunakan untuk

mengencerkan obat antineoplastik pada

penderita kanker. 

9 Kolaborasi :

Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan

trombosit sesuai indikasi

Transfusi darah diperlukan untuk memperbaiki

jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah

manifestasi anemia yang sering terjadi pada

penderita kanker.

Transfusi trombosit penting untuk

memaksimalkan mekanisme pembekuan

darah sehingga pendarahan lanjutan dapat

diminimalisir. 

10 Kolaborasi :

Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya :

Hb, Hct, sel darah merah

Perlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan

resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan

terapi

Page 17: CA Serviks

  Dx 2                  :    Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke  jaringan   

Tujuan               :    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

perfusi jaringan kembali adekuat

                        Kriteria Hasil    :    1.   TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)

 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)

 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)

2. Pasien tidak tampak lemas

3.  Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)

4.  Denyut nadi teraba

5.  Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit

6.  Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan

warna dasar kuku

Identifikasi ketidakadekuatan derajat perfusi

jaringan dan membantu dalam menentukan

intervensi

2 Perhatikan status fisiologis ibu, status

sirkulasi, dan volume darah

Pada ibu hamil yang menderita kanker serviks

rentan mengalami perdarahan yang potensial

merusak hasil kehamilan, dan kemungkinan

menyebabkan hipovolemia hingga hipoksia pada

uteroplasenta

3 Auskultasi dan laporkan DJJ, catat

bradikardi atau takikardi. Catat perubahan

pada aktivitas janin (hipoaktif atau

hiperaktif).

Identifikasi berlanjutnya hipoksia janin. Pada

awalnya janin berespon terhadap penurunan

kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan

gerakan. Bila tetap defisit, bradikardia dan

penurunan aktivitas terjadi.

4 Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri Menurunkan tekanan vena cava inferior dan

superior sertameningkatkan sirkulasi

plasenta(janin) dan pertukaran oksigen.

5 Kolaborasi :

Awasi pemeriksaan laboratorium (Hct, Hb,

SDM)

Reduksi pada kadar Hb, Hct atau volume sirkulasi

darah mengurangi persediaan oksigen untuk

jaringan ibu yang akan berdampak pada janin

yang dikandungnya

Page 18: CA Serviks

6 Kolaborasi :

Berikan transfusi sel darah merah lengkap

sesuai indikasi. Awasi adanya komplikasi

transfusi

Meningkatkan jumlah mediator transport oksigen

ke sel-sel tubuh

7 Kolaborasi :

Berikan terapi oksigen tambahan sesuai

indikasi

Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk

ambilan janin, sehingga kapasitas oksigen untuk

janin meningkat

 Dx 3                  :    Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi

plasenta

Tujuan               :    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

risiko cedera terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi aktual

      Kriteria Hasil    :    1.  Tidak terjadi cedera pada janin

                      2.  Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan

                      3.  DJJ berada dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit

                      4.  Gerakan janin aktif seperti biasanya

                  3.  Bayi lahir tanpa gangguan

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Perhatikan kondisi ibu yang berdampak

pada sirkulasi janin

Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan

sirkulasi / oksigenasi ibu mempunyai dampak yang

sama pada kadar oksigen janin melalui plasenta.

Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen

untuk kebutuhan metabolismenya, akan

mengalihkan menjadi metabolisme anaerob yang

menghasilkan asam laktat yang dapat

menimbulkan kondisi asidosis

2 Awasi dan pantau DJJ dan keaktifan

gerakan janin

Terjadinya hipoksia pada ibu dapat mengakibatkan

kelainan SSP janin. Krisis berulang dapat

meningkatkan prevalensi ibu dan janin pada

peningkatan mortalitas dan laju morbiditas.

Pengkajian yang cermat dan konsisten pada janin

dapat mengidentifikasi perubahan status janin

Page 19: CA Serviks

secara dini sehingga dapat segera menentukan

intervensi yang tepat untuk dilakukan.

3 Diskusikan efek negatif yang potensial

terjadi akibat kelainan genetik

Retardasi pertumbuhan intrauterus/ pascanatal,

malformasi dan retardasi mental dapat terjadi.

4 Kolaborasi :

Lakukan screening, pemeriksaan

ultrasonografi (USG) sesuai indikasi

Identifikasi dan evaluasipertumbuhan janin

  Dx 4                  :    Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker

serviks

Tujuan               :    Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan

nyeri pasien berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil     :    1.  Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun

2.  Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek

samping minimal

3.    TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

 Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)

 Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)

 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

 Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)

4.    Ekspresi wajah pasien tidak meringis

5.    Pasien tampak tenang (tidak gelisah)

6.    Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk

mengontrol nyeri

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif [catat keluhan,

lokasinyeri, frekuensi, durasi, dan

intensitas (skala 0-10) dan tindakan

penghilangan nyeri yang dilakukan]

Membantu membedakan penyebab nyeri dan

memberikan informasi tentang kemajuan atau

perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan

keefektifan intervensi.

2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan

Page 20: CA Serviks

pada tanda - tanda vital

3 Dorong penggunaan keterampilan

manajemen nyeri seperti teknik

relaksasi dan teknik distraksi,

misalnya dengan mendengarkan

musik, membaca buku, dan sentuhan

terapeutik.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara

aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami,

serta dapatmeningkatkan koping pasien

4 Berikan posisi yang nyaman sesuai

kebutuhan pasien

Memberikan rasa nyaman pada pasien,

meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien

untuk memfokuskan kembali perhatiannya.

5 Dorong pengungkapan perasaanpasien Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut,

sehingga mengurangi persepsi pasienakan

intensitas rasa sakit.

6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri /

kontrol  pada pasien

Tujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol

adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan

pengaruh / efek samping yang minimum pada

pasien.

7 Tingkatkan tirah baring, bantulah

kebutuhan perawatan diri yang penting

Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan

nyeri

8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai

indikasi

Nyeri adalah komplikasi tersering dari kanker,

meskipun respon individual terhadap nyeri

berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat

mengurangi nyeri yang dialami pasien

9 Kolaborasi untuk pengembangan rencana

manajemen nyeri dengan pasien,

keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat

Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi

dapat mengembangkan kesempatan pada pasien

untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama

dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat

harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen

nyeri di rumah.

10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur

tambahan, misalnya pemblokan pada

saraf

Mungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat

(kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain

Page 21: CA Serviks

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :

EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.

Jakarta : EGC

Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC

Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI