ca paru

40
Dokumentasi Keperawatan CA Paru DISUSUN OLEH : Bayu Andriyansyah Btari Awta Ikke Fanny Gerina Wirdayanti Hari Budiarto Kartika Wahyuni Kristina Kamil M. Abdul Karim TINGKAT II D KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: kartika-wahyuni

Post on 16-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Page 1: CA PARU

Dokumentasi Keperawatan

CA Paru

DISUSUN OLEH :

Bayu Andriyansyah

Btari Awta Ikke Fanny

Gerina Wirdayanti

Hari Budiarto

Kartika Wahyuni

Kristina Kamil

M. Abdul Karim

TINGKAT II D

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2013/2014

Page 2: CA PARU

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis

dapat menyelesaikan Makalah Dokumentasi Keperawatan ”. Adapun tujuan penulisan

makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan. Penulis berharap

makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun

penulisan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua di

masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Amin. Akhir kata penulis ucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.

Page 3: CA PARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria

dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita

dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling

umum kematian akibat kanker pada wanita. Menurut hasil penelitian, hampir 70% pasien

kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan tempat lain pada saat

didiagnosis. Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di

tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis ) di dalam paru . Kanker paru

mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru dapat timbul dimana saja di

paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.

Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru - paru yang mengejutkan.

America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun

1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA

tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia

menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor

paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Namun, karena sistem

pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan

paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai

pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang

efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui

upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.

1.2   Rumusan Masalah 

Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer paru.

 

1.3  Tujuan 

1. Tujuan Umum:

                        Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru

1. Tujuan Khusus:

Page 4: CA PARU

1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru

2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru

3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru

4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru

5. Menjelaskan Stadium kanker paru

6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru

7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker paru

8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru

 

1.4  Manfaat

    Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :

1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru

2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru

 

Page 5: CA PARU

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Definisi 

A. Kanker

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel0sel abnormal yang cenderung menginvasi

jaringan di sekitarnya  dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Terdapar beberapa kategori

kanker

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya

dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel

tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu

pada lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker

muncul melalui beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan

genetik secara krusial. (elizabeth, 2008)

Penanda Sel Tumor

Sebagian sel kanker mengeluarkan penanda (Marker) sel tumor. Penanda tersebut

adalah zat spesifik yang disekresikam oleh tumor kedalam darah, urine atau cairan spinalis

orang yang mengidap kanker. Penanda sel tumor mungkin merupakan antigen spesifik yang

terdapat di sel kanker. Sebagian antigen tumor serupa denagn antigen janin dan disebut

antigen janin dan disebut antigen onkofetal (“onko” berarti tumor). Karena antigen janin

sering tidak mencetuskan respon imun, antigen janin tersebut menyamarkan tumor dari

sintem imun penjamu. Penanda sel tumor bahkan dapat mencakup fragmen DNA yang dapat

dideteksi, dengan teknin pengukuran yang sangat sensitif, dalam sirkulasi jika dihasilkan

secar berlebihan oleh tumor tertentu.

 

Dampak Klinis Penanda Sel Tumor

Penanda sel tumor secara klinis penting karna dapat dijadikan alat untuk mendeteksi sel

kanker tertentu, dan perkembangan dapat diikuti sebelum, selama, dan setelah pengobatan.

Misalnya, apabila ditemukan adanya penanda sel tumor spesifik pada seorang pasien, maka

kanker diperkirakan diderita oleh pasien tersebut sehingga diperlukan evaluasi diagnostig

lebih lanjut.

 

Contoh Penanda Sel Tumor adalah :

1. Alfa fetoprotein untuk kanker hati dan yolk sac (ovarium dan testis)

Page 6: CA PARU

2. Antigen karsinoembrionik untu kanker kolorektum

3. HCG (human chorionic gonadotropin) untuk banyak tumor, termasuk koriokarsinoma

(biasanya kanker rahim)

4. Fosfatasea asam dan antigen spesifik prostat (prostate speciftic antigen, PSA) untuk

kanker prostat

5. Imunoglobulin monoklonal (satu subtipe antibodi) untuk melanoma multipe

6. CA-125, sebuah protein yang dilepaskan dari organ reproduksi wanita dan dari

lapisan kavum toraks dan rongga peritoneum. Protein ini meningkat jumlahnya pada

jaringn yang meradang atau cedera dan sebagian penanda untuk kanker ovarium.

 

Diskripsi Pertumbuhan Dan Penyebaran Tumor

Pertumbuhan dan penyebaran tomor seringkali dideskripsikan secara klinis; beberapa istilah

berbeda yang digunakn, dijelaskan dibawah ini

1. Derajat (grading) : penilaian tumor berdasarkan derajat anaplasia yang

diperlihatkannya. Sebagai contoh, sel yang kurang berdiferensiasi (yang sanat

anaplastik) menandakan tingkat tinggi

2. Stadium (staging) : keputusa klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat

invasi lokal yang telah terjadi, dan derajat penyebarannya ketempat-tempat yang jauh

pada individu tertentu.

3. Waktu penggandaan (dobling time) : perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan

untuk pembelahan sel-sel tumor. Sel-sel tumor yang cepat membelah memiliki waktu

penggandaan yang singkat.

Tumor dapat tumbuh hanya secara lokal atau dapat menyebar ke tempat-tempat jauh melalui

proses yang dinamakan metastasis. Metastasis inilah yang akhirnya mengantarkan seseorang

pada kematian.

 

Kategori kanker

Page 7: CA PARU

1. Tumor diindentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran

“oma’ biasanya ditambahkan ke istilah jaringn untuk mengidentifikasi suatu kaker.

2. KARSINOMA adalah kanker jaringn epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium,

kelenjar penghasil mucus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rectum,

lambung, pangkreas dan esophagus karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan

untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu

sehingga masih dianggap lesi prainvasif.

3. LIMFOMA adalah kanker jaringn limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal, limpa,

berbagai kelenjar limfe, dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat

dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar

limfe dan limpa) dan limfoma malignum

4. SARKOMA adalah kanker jaringn ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan

tulang

5. GLIKOMA adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat

2.2 Kanker  paru

Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru

(Underwood, Patologi, 2000).

JENIS TUMOR PARU

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan

paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.

( Suryo, 2010).

Terdapat 4 jenis umum kanker paru: tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel

kecil. Karsinoma sel besar adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sel besar.

Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari kanker paru. Kanker ini jelas berkaitan dengan

asap rokok dan pajanan dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestosdan komponen

polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus

masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena

bronkus pada derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis absorpsi dan

pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh retif lambat dan memiliki

prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup lima tahun jika didiagnosos sebelum

metastasis.

Page 8: CA PARU

Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar paru. Tumor ini

biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus. Kanker

Jenis ini terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih tinggi diantara wanita.

Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara

dini dan angka bertahan hidup sampai 5 tahunnya buruk.

Kanker sel besar Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini

sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah

pusat paru. Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada.

Kanker jenis ini mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.

Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis ini juga disebut

sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil

sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan

insiden metastasis yang tinggi. Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik

dan dapat menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru yang

timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis ini mungkin

merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling

buruk. (elizabeth, 2008)

 

Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :

1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)

Gambaran histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi

oleh mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut juga “oat

cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel kecil ini cenderung

berkunpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai psedoroset. Sel-sel yang bermitosis

banyak sekali ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan

warna gelap disekitar pembuluh darah

1. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) karsinoma skuamosa, adeno karsinoma,

karsinoma sel besar.

Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa berciri khas

proses keratisasi  dan pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan

perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu

Page 9: CA PARU

 

Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors

1. Benign

2. Preinsasive

3. Malignant

4. Large cell carcinoma

5. Adenosquamous carcinoma

6. Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element

7. Carcinoid tumor

8. Carcinomas of salicary gland tyepe

 

Gambaran klinis kanker paru

1. Metastasis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah

menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut

Gejala-gejala dapat bersifat :

1. Lokal (tumor setempat)

1. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

2. Hemoptisis

3. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

4. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

5. Aelektasis

6. Invasi local

1. Nyeri dada

2. Dispnea karena efusi pleura

3. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia

4. Sindrom vena cava superior

5. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

6. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

Page 10: CA PARU

7. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf

simpatis servikalis

8. Gejala penyakit metastasis

1. Pada otak, tulang, hati, adrenal

2. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai

metastasis

3. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru,

dengan gejala

1. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

2. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

3. Hipertrofi : osteoartropati

4. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

5. Neuromiopati

6. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid

(hiperkalsemia)

7. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari

tabuh

8. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone

(SIADH)

9. Asimtomatik denagn kelainan radiologis

1. Sering terdapat pada perokok dengan

PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis

2. Kelainan berupa nodul soliter

 

2.3  Etiologi

A.         Merokok

Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira

90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau. Risiko

kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-

dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-

bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan).

Contohnya, seorang yang telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun

Page 11: CA PARU

mempunyai suatu sejarah 20 bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan

dengan suatu sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30

bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar

mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih rokok

per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru.

Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya

tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per hari

mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada

seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko

kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok.

Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak

darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-

karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal

sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan

kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel

normal tumbuh dan menggantikan sel-sel yang rusak didalam paru. Pada mantan-mantan

perokok, risiko mengembangkan kanker paru mulai mendekati yang dari seorang bukan

perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok.

B.        Merokok Pasif

Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat

menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes.

Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang umum, karena asbes-

asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi

isolasi panas dan akustik. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak

negara-negara, termasuk Amerika. Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe

kanker dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan

paparan pada asbes-asbes. Mehisap rokok secara dramatis meningkatkan kemungkinan

mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada pekerja-pekerja

yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar

lima kali mengembangkan kanker paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes

yang merokok mempunyai suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan

perokok.

Page 12: CA PARU

C.        Radon Gas

Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu

pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk produk-

produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu

penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian

kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematian-kematian yang

berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika, membuat radon penyebab utama

kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan paparan pada asbes, merokok yang

serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker paru dengan paparan pada radon. Radon

gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara

fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. The U.S.

Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah-rumah di

Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan

tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana.

D. Kecenderungan Keluarga

Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau,

fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan

bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran

dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru

kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok

yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah

melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang

kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat

mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.

E. Penyakit-Penyakit Paru

Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary

disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam

kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah

efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.

F. Sejarah Kanker Paru sebelumnya

Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar

daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang

selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko

Page 13: CA PARU

tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang

yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker

kedua mendekati 6% per tahun.

G.        Polusi Udara

Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit

tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada

individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan

oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang

(lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan

yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab

utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita.

Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.

Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita)

yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,

radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa

menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga

merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas.

Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang

kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang

paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti

tuberkulosis dan fibrosis.

Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok. Lebih dari 80%

kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak semua perokok akhirnya

menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko

seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang

yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan

dengan udara yang dihirup.

H.        Kekurangan Vitamin A dan C

Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin

A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini terkait

dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan radikal

bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel

Page 14: CA PARU

epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan

kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama

dengan vitamin E dan C telah berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai

kanker.

Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti

menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap normal.

Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha memerangi kanker

namun menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson

berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida,

yang diperkirakan merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.

Faktor Risiko Kanker Paru

Laki-laki

Usia lebih dari 40 tahun

Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)

Radon dan asbes

Lingkungan industri tertentu

Zat kimia, seperti arsenic

Beberapa zat kimia organic

Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan

Polusi udara

Kekurangan vitamin A dan C

Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan

napas (gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera

meneriksakan diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru

 

2.4 Patofisiologi 

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang

dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan

karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang

disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul

efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang

Page 15: CA PARU

letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan

obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala

yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing

unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti

kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2.5 Manifestasi Klinis

1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

pada bronkus.

2. Gejala umum.

1. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk   mulai

sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik

dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi

sekunder.

2. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor   yang

mengalami ulserasi.

3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

 

2.6 Stadium Kanker paru

Sistem stadium TNM Internasional untuk Kanker Paru yang sudah direvisi : 1997 American

Joint Committee on Cancer

Gambaran TNM          Definisi

T0                                Tidak terbukti adanya tumor premier

Tx                                Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi

tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi

Tis                               Karsinoma in situ

T1                                Tumor berdiameter ≤3 cm dikelilingi paru atau pleura viselaris yang

normal

T2                                Tumor berdiameter >3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah

menyerang pleura viselaris atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus ; harus

berjarak >2 cm distal dari krania

Page 16: CA PARU

T3                                Tumor berukuran berapapun dengan perluasan langsung pada dinding

dada, diagram, pleura mediastinalis, atau korpus vertebra ; atau dalam jarak 2 cm dari karina,

tetapi tidak mengenai karina

T4                                Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang mediastinum atau

mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, korpus vertebra atau karina ;

atau adanya efusi pleura yang maligna

 

KETERLIBATAN KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)

N0                             Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional

N1                              Metastasis pada peribrokial dan/atau kelenjar-kelenjar hilus ipsilateral

N2                              Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening

subkarina

N3                              Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus

kontralateral ; kelenjar kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular

ipsilateral atau kontralateral

 

METASTASIS JAUH (M)

M0                               Tidak diketahui adanya metastasis jauh

M1                               Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (missal otak)

 

KELOMPOK STADIUM

Karsinoma tersembunyi          Tx,N0,M0                   Spuntum mengandung sel-sel ganas 

tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis

Stadium 0                                Tis, N0, M0                 Karsinoma in situ

Stadium IA                             T1, N0, M0                 Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti

metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh

Stadium IB                             T2, N0, M0                 Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan

bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh 

Stadium IIA                            T1, N1, M0                 tumor termasuk klasifikasi T1 dengan

bukti hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada

metastasis ke tempat yang jauh.

Stadium IIB                            T2, NI, M0

Page 17: CA PARU

                                                T3, N0, M0                 tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3

dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak

ada metastasis ke tempat yang jauh

Stadium IIIA                          T1-T3, N1, N2, M0     tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau

T3 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis ke peribronkial

Stadium IIIB                         T beberapa pun, N3

                                               T4,N beberapapun,M0Setiap klasifikasi tumor dengan

metastasis hilus kontralateral atau kelenjar getah bening mediastinum atau ke skalenus atau

kelenjar limfe supraklafikular ; atau setiap tumor yang diklasifikasikan sebagai T4 dengan

atau tanpa metastasis ke kelenjar getah bening regional ; tidak ad metastasis ke tempat yang

jauh

Stadium IV                            T beberapa pun, N       setiap tumor dengan metastasis jauh  

beberapa pun, M1

 

2.7   Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi.

1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara      pada

bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

    Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

    Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker

paru).

3. Histopatologi.

Page 18: CA PARU

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya

karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,

sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

    Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.

    Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non

invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

 

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, u

2.8  Penatalaksanaan

 Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :

1. Kuratif

Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan

hidup klien.

2. Paliatif.

Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.

Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun

keluarga.

1. Supotif.

Page 19: CA PARU

Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian

nutrisi,  tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu

Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

2. Pembedahan.

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk

mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin

fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

3. Toraktomi eksplorasi.

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks

khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

4. Pneumonektomi pengangkatan paru).

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa

diangkat.

5. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).

Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau

bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

6. Resesi segmental.

Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

7.  Resesi baji.

Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan

yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji

(potongan es).

8. Dekortikasi.

Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)

9. Radiasi

Page 20: CA PARU

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa

juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi

efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

10. Kemoterafi.

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk

menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk

melengkapi bedah atau terapi radiasi.

Page 21: CA PARU

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

3.1       Pengkajian

Pada kasus di dapatkan data

Identitas

Nama      : Tn.J,

Jenis kelamin   : Laki – laki

Alamat        :          Palembang

Status : Menikah

Diagnosa medic                      :           Ca Paru Dextra.

Riwayat kesehatan  :  Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu

dimana frekuensinya 15 batang perhari, Sudah dirawat selama 17 hari.

Keluhan     : Sesak nafas, tidak nyaman dan sesak nafas bila

berbaring.

Pemeriksaan  Fisik   : Tanda-tanda vital

Kesadaran      : Kompos mentis

Suhu                  : 370C

Nadi         : 88x/mnt

Tekanan darah   : 110/70 mmHg

Riwayat Keluarga:Tidak ada keluarga yang mengidap CA Paru sebelumnya

Riwayat Penyakit Masa Lalu:Pasien belum pernah sakit sebelumnya

B1 ( Breathing ) :

RR 26x/mnt

tidak ada retraksi dada

menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm

Batuk: (-)                Sputum: (-)

Maslah keperawatan:Kerusakan pertukaran gas b.d hipoventilasi

B2 ( Blood ) :

irama jantung teratur, nadi 88x/mnt

B3 ( Brain ) :

Page 22: CA PARU

B4 ( Bladder ) :

buang air kecil lancar

jumlah urine kurang lebih 1500cc per hari

BAB lancar 1x/hr, konsistensi lembek biasa

B5 ( Bowel ) :

tidak kembung

bising usus normal

nafsu makan normal

makan 3kali sehari, diet bubur

B6 ( Bone ) :

kekuatan otot normal

kaki dan tangan tidak ada kelumpuhan

 

Pengkajian psikologis dan spiritual :

Klien tetap  rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa disembuhkan.

 Laboratorium                         :           Hb 12,6 gr%, Ht 34,7 %, leulosit 4400 /ml,trombosit,

191000 /ml, kreatinin 2,40 mg/dl

Pengobatan                              :           infuse RL 12 tts/mnt, Aminophillin 3 x 500 mg, dan

injeksi Dexamethason3 x 2 ampul.

Penatalaksanaan                      :           Direncanakan pembedahan dengan Anesthesi General

umum.

Pemeriksaan Penunjang :

pH             : 7,25                                         TCO2               : 23 mmol/L

PCO2         : 30mmHg                                  BE                   : 1 mEq/L

PO2            : 85mmHg                                  saturasi O2       : 95 %

HCO3        : 23

3.2           Analisa data.

Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :

1. Kerusakan pertukaran gas

Page 23: CA PARU

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

 

3.3      Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan

 

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Hipoventilasi.

Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan  GDA

dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

    Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam   kemampuan/situasi.

 

Intervensi Rasional

Kaji status pernafasan dengan sering, catat

peningkatan frekuensi atau upaya

pernafasan atau perubahan pola nafas.

 

Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan

dan adanya bunyi tambahan, misalnya

krekels, mengi.

 

 

 

 

 

 

Kaji adanmya sianosis

 

 

 

 

Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai

indikasi

 

Awasi atau gambarkan seri GDA.

 

Dispnea merupakan mekanisme kompensasi

adanya tahanan jalan nafas.

 

 

Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau

tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah

bukti peningkatan cairan dalam area jaringan

sebagai akibat peningkatan permeabilitas

membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah

bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan

nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta

tumor.

 

Penurunan oksigenasi bermakna terjadi

sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ”

hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga

adalah paling indikatif.

 

Memaksimalkan sediaan oksigen untuk

pertukaran.

 

Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.

Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan

Page 24: CA PARU

 

 

terapi atau indikator kebutuhan perubahan

terapi.

 

 

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan

jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.

Kriteria hasil : Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

    Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih Mengeluarkan sekret tanpa

kesulitan. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.

 

Intervensi Rasional

Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

 

 

 

Observasi penurunan ekspensi dinding dada

dan adanya.

 

 

Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap,

efektif, tak efektif), juga produksi dan

karakteristik sputum.

 

 

Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan

gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.

 

 

 

Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh

aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk

efek samping merugikan dari obat, contoh

takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.

Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan

pelebaran nasal menunjukkan

peningkatan upaya bernafas.

 

Ekspansi dad terbatas atau tidak sama

sehubungan dengan akumulasi cairan,

edema, dan sekret dalam seksi lobus.

 

Karakteristik batuk dapat berubah tergantung

pada penyebab/ etiologi gagal

perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak,

kental, berdarah, adan/ atau puulen.

 

Memudahkan memelihara jalan nafas atas

paten bila jalan nafas pasein

dipengaruhi.

 

 

Obat diberikan untuk menghilangkan spasme

bronkus, menurunkan viskositas

sekret, memperbaiki ventilasi, dan

memudahkan pembuangan sekret.

Page 25: CA PARU

  Memerlukan

perubahan dosis/ pilihan obat.

 

3.4 Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008: 127).

3.5    Evaluasi Keperawatan

       Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai.

       Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal

ini biasa dilaksanakan dengan menggandakan hubungan dengan klien berdasarkan respon

klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2008: 135).

3.6    Dokumentasi Keperawatan

       Menurut Nursalam (2008: 143) salah satu tugas dan tanggung jawab perawat adalah

melakukan pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakukan tetapi Akhir-akhir

ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berubah. Akibatnya, isi dari fokus

dokumentasi telah dimodifikasi. Oleh karena perubahan tersebut, maka perawat perlu

menyusun suatu model dokumentasi yang baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam

pencatatan dan menyimpanannya. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek

komunikasi.

1)    Proses keperawatan.

2)    Standar keperawatan.

Page 26: CA PARU

BAB IV

PENUTUP

 

4.1 Kesimpulan

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun

pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe

jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam

kecendrungan metastasis dan prognosis.

Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada

pencegahan

Page 27: CA PARU

misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar

untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan

polusi. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.

Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali

didiagnosa.

Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada

peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih,

pemeliharaan sistem drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri,

meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema

subkutan.

 

4.2 Saran

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan

pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan

berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan

merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik

sangat berguna untuk klien.

 

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta

Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses        Holistik.

Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan   Padjajaran:    Bandung.

Page 28: CA PARU

Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses

Penyakit. Jakarta : EGC.