burnout pada staf layanan sirkulasi di perpustakaan universitas...

122
Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: Muhammad Zihan Saragih NIM: 208025000001 JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: lymien

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Muhammad Zihan Saragih

NIM: 208025000001

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

ABSTRAK

Muhammad Zihan Saragih

Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi burnout, dan faktor-faktor

demografis yang mempengaruhi burnout pada staf layanan sirkulasi di

Perpustakaan UIN Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan

data yang dilakukan adalah dengan cara observasi dan angket. Hasil dari

penelitian menujukan bahwa tingkat burnout yang menonjol pada staf layanan

mayoritas pada dimensi kejenuhan fisik. Kondisi burnout staf layanan sirkulasi

UIN Jakarta tidak menujukan gejala-gejala burnout seperti emosi negatif, frustasi,

depresi dan masalah kesehatan yang menurun, sesuai skor MBI yang menujukan

skor rendah. Hasil penelitian juga menujukan factor-faktor demografis yang

menonjol yaitu faktor jenis kelamin perempuan, usia 30 tahun ke bawah, status

perkawinan belum menikah, pendidikan non sarjana, bidang pendidikan sarjana

non ilmu perpustakaan, dan masa kerja 10 tahun ke atas.

Kata kunci : Burnout ; Staf ; Layanan Sirkulasi

i

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya atas

anugerah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Burnout Pada

Staf Layanan Sirkulasi di Perpustakaan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan

baik doa, semangat, maupun donasi dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima

kasih Penulis sampaikan kepada:

1. Ayah dan Mama yang memberikan segalanya untuk perjuangan ini.

Terima kasih atas setiap doa dan dukungan yang tiada hentinya sehingga

begitu sempurna untukku. Ridho Allah ada pada ridhonya orangtua.

2. Keluarga besar baik dari keluarga ayah (Saragih) maupun keluarga ibu

(Ateng Kusman), terima kasih atas dukungan dan doa untukku.

3. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora.

4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.

Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan.

5. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan. Terima kasih atas perhatian yang telah bapak berikan.

6. Ibu Lilik Istiqoriyah, M. Hum selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

atas bimbingan, saran, serta perhatian yang telah ibu berikan dalam

penyusunan skripsi ini.

ii

ii

7. Bapak dan Ibu Kepala Perpustakaan di lingkungan Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta,

8. My Brother, Muhammad Zerra Haqsah Saragih

9. Sahabat-sahabat BAPUKFC, DOS-Q 8, FAKTA, GRAGASFC, RAIS.

10. Kawan seperjuangan semasa kuliah keluarga besar JIPERS 2008 khusus

Bapuk seperti Arif, Lanna, Mifta, Danang, Irfan, Idub, Kibed Saleh, Radit,

Amet, Ex, Agus, Aldiaz, Dewi, Juneni dan banyak lagi yang lainnya yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Perjuangan bersama kalian takkan

pernah saya lupakan kalian sudah menjadi bagian dari tangga-tangga

perjuangan. Tak lupa JIPERS angkatan 1999-2014.

11. Pa Syam sebagai guru ngaji. Serta semua tidak dapat disebutkan satu per

satu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis terbuka

dan bersedia menerima setiap kritik dan saran yang membangun dari Pembaca

untuk kebaikan pembuatan laporan penelitian selanjutnya. Penulis juga memohon

maaf apabila ada kekeliruaan atau ada hal yang tidak berkenan dalam penyusunan

skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi Penulis dan setiap

pembacanya.

Tangsel, 20 September

2014

Muhammad Zihan Saragih

iii

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5

D. Metode Penelitian ..................................................................... 6

E. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 9

F. Sistematika Penelitian ............................................................... 11

BAB II TINJAUAN LITERATUR ........................................................... 13

A. Perpustakaan Perguruan Tinggi .................................................. 13

B. Pengertian dan Fungsi Layanan Sirkulasi .................................. 21

C. Sistem Layanan Sirkulasi .24

D. Peraturan dan Tata Tertib .......................................................... 26

E. Pengertian Burnot ..................................................................... 27

F. Penyebab Burnot ....................................................................... 28

G. Gejala-Gejala Burnot .................................................................34

H. Pengkuran Burnout.........................................................................37

BAB III GAMBARAN UMUM .................................................................. 43

A. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah ............................ 43

iv

iv

B. Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) ...... 56

C. Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) .................. 58

D. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) ..................... 61

E. Perpustakaan Fakultas Ushuludin dan Filsafat (FUF) ................. 63

F. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) ............ 64

G. Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) ......................... 64

H. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi( FST) .................... 66

I. Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) .................... 68

J. Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) 70

K. Perpustakaan Fakultas Psikologi .............................................. 72

L. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana ........................................ 73

BAB IV HASIL PENELITAN .................................................................... 77

A. Penyajian Data ........................................................................... 77

B. Hasil Penelitian .......................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 100

A. Kesimpulan ........................................................................... 100

B. Saran ..................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 106

v

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis Kelamin Responden ................................................................. 77

Tabel 2 Usia Responden ................................................................................ 78

Tabel 3 Status Perkawinan ............................................................................. 79

Tabel 4 Pendidikan Terakhir .......................................................................... 79

Tabel 5 Bidang Pendidikan Terakhir .............................................................. 80

Tabel 6 Masa Kerja ...................................................................................... 81

vi

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Lembar Izin Penelitian

2. Lampiran Kuesioner

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berkembang sangat

pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan informasi semakin meningkat.

Para pengelola dan pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan

informasi yang cepat, tepat dan akurat. Perpustakaan sebagai salah satu

sumber informasi yang sangat penting dalam menemukan informasi yang

kita butuhkan, dimana perpustakaan merupakan pusat informasi yang

mengumpulkan, mengolah, mengemas dan kemudian menyebarluaskan

bahan-bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh

penggunanya.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang tergabung

dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi. Tujuan perpustakaan di

perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan kepada seluruh sivitas

akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti,

guru besar, pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik.

Layanan perpustakaan harus menunjang tri dharma perguruan tinggi.1

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis

perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan

Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun,

mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga

1 Karmidi Martoatmojo, Pelayanan Bahan Pustaka (Jakarta : Universitas Terbuka,

1999), h. 3

1

2

induk pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Selain itu dalam

Peraturan Pemerintah No 43 tahun 2007 tentang Perguruan Tinggi dimuat

dalam ketentuan mengenai perpustakaaan pasal 3 menyatakan bahwa

perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka,

meningkatkan kegemaran membaca, seta memperluas wawasan dan

pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.2

Layanan sirkulasi di perpustakaan dapat dikatakan sebagai hal

terpenting dari kegiatan pelayanan pengguna karena sirkulasi merupakan

area layanan yang banyak berinteraksi langsung dengan pengguna dari

pada layanan lain yang ada di perpustakaan. Aktivitas bagian layanan

menyangkut masalah citra perpustakaan. Interaksi adalah hubungan timbal

balik antara 1 orang dengan yang lainnya.3 Dengan adanya pelayanan

sirkulasi maka pemakaian koleksi dapat secara efektif untuk memimjam

dan mengembalikan bahan pustaka, serta pengawasan terhadap bahan

pustaka akan lebih mudah dilakukan.

Pustakawan yang berada di bagian layanan sirkulasi harus bisa

mengatasi suatu kondisi psikologis saat mengatasi stress waktu bekerja

seperti kelelahan emosional, kelelahan fisik, kelelahan mental, atau

rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Hal ini untuk menghindari

burnout yang tejadi pada petugas bagian sirkulasi. Menurut Zasyatin Rizka

burnout adalah kondisi dimana seseorang kehilangan energy psikis

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

diakses pada 18 September 2014 dari http://wwwfiles.Perpusnas.Go.id/homepage

folders/activities/highlight/ruu 3 Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 59.

http://wwwfiles/

3

maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak

mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan4.

Beban kerja pustakawan perguruan tinggi secara kuantitatif

meliputi jam kerja yang panjang karena banyaknya jumlah pemustaka

yang harus dilayani, pelayanan meliputi seluruh sivitas akademika

perguruan tinggi, yang terdiri atas mahasiswa, dosen, peneliti, guru besar,

pimpinan, serta seluruh staf administrasi dan akademik. Hal tersebut

merupakan faktor-faktor pemicu stress yang potensial menjadi penyebab

kondisi burnout pada pustakawan perguruan tinggi.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin mengetahui burnout pada

staf bagian layanan sirkulasi perpustakaan di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jenis layanan sebagai objek penelitian adalah

layanan sirkulasi. Dari hasil observasi langsung diketahui bahwa

pustakawan mudah mengalami kelelahan fisik dan kelelahan emosional

disebabkan oleh banyaknya jumlah pengunjung kurang lebih berjumlah

1000 pengunjung setiap harinya di Perpustkaan UIN Jakarta. Mengingat

demikian pentingnya sikap staf layanan di bagian sirkulasi yang harus

berkualitas saat berhadapan langsung kepada pemustaka atau pengunjung

perpustakaan. Alasan lain belum adanya penelitian yang berhubungan

dengan burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

4 Zasyatin Rizka, Sikap Terhadap Pengembangan Karir dengan Burnout Pada

Karyawan Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, (Agustus 2013): h. 261.

4

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti merasa penting untuk

menulis skripsi dengan judul Burnout Pada Staf Layanan Sirkulasi di

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan penelitian ini dapat dilaksanakan dengan mudah,

terarah, dan mendapatkan hasil yang tepat, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Penelitian ini dibatasi pada kondisi burnout dan faktor-faktor

individual demografis apakah yang mempengaruhi burnout pada petugas

perpustakaan bagian layanan sirkulasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah sekaligus pertanyaan penelitian yang akan

dijawab dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kondisi burnout pada petugas bagian layanan sirkulasi

di Perpustakaan UIN Jakarta ?

b. Bagaimana tingkat burnout berdasarkan faktor demografis pada

staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta ?

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada permasalahan penelitian tersebut, tujuan yang

hendak dicapai melalui penelitian adalah :

a. Mengetahui kondisi burnout pada petugas bagian sirkulasi di

Perpustakaan UIN Jakarta.

b. Untuk mengetahui karakteristik demografis yang mempengaruhi

terjadinya burnout pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN

Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

1). Manfaat akademis

a. Untuk menambah khazanah pengetahuan dalam bidang ilmu

perpustakaan khususnya psikologi perpustakaan terkait dengan

burnout yang terjadi pada petugas bagian sirkulasi di Perpustakaan

UIN Jakarta.

b. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang

terkait.

2). Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi di Perpustakaan

UIN Jakarta dalam mengetahui kondisi burnout dan faktor-faktor

penyebab burnout.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pertimbangan bagi para penentu kebijakan di Perpustakaan UIN

6

Jakarta dalam mengevaluasi kebijakan, khususnya di bidang

sumber daya manusia.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian

yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti

apa adanya.5

Dalam konteks penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan burnout dan kondisi faktor-faktor demografis yang

mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi di

Perpustakaan UIN Jakarta.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah dengan

pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah analisis yang

dilakukan terhadap data yang berbentuk angka, baik angka yang

merupakan presentasi dari suatu kuantitas murni maupun angka yang

merupakan hasil dari konversi data kualitatif (yakni data kualitatif

yang dikuantifikasikan).6 Dalam penelitian ini pendekatan kuantitatif

digunakan untuk mengukur gejala yang ada pada saat penelitian

dilakukan terhadap petugas bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan

UIN Jakarta.

5 Prasetya Irawan, Logika dan prosedur penelitian (Jakarta : STIA-LAN), h. 60.

6 Ibid h., 92.

7

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,

dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau

manusia.7 Dalam penelitian ini, data primer yang langsung ditemui

adalah staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari kepustakaan, yang

terdiri dari buku-buku, literatur, dan dokumen yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

4. Populasi dan Sampel

Populasi atau universe adalah keseluruhan elemen yang akan

dijelaskan oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya.8 Menurut

Koentjaraningrat populasi adalah jumlah total dari subjek yang akan

diteliti, dan sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang menjadi

subjek dari penelitian. Dalam melakukan penelitian dapat dilakukan

terhadap sebagian dari populasi tersebut dan hasilnya dapat

digeneralisasikan.9 Populasi dalam penelitian ini adalah staf layanan

sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta yang berjumlah 20 orang.

5. Teknik Pengumpulan Data

7 Ibid., h. 86.

8 Ibid., h. 72.

9 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Gramedia, 1991), h. 89.

8

Adapun metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan

informasi atau data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

c. Riset Perpustakaan (Library Research). Penelitian ini dilakukan

dengan mempelajari buku-buku, literatur, artikel dan dokumen

dengan maksud untuk mendapatkan gambaran kerangka teori yang

sesuai dengan pembahasan dalam skripsi ini.

d. Riset Lapangan (Field Research). Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan data secara langsung dari objek yang diteliti, yaitu

dengan mengunakan beberapa cara :

1) Observasi : yaitu melakukan pengamatan secara langsung

terhadap lokasi yang hendak diteliti10

. Observasi bertujuan untuk

mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti yang sesuai

dengan penulisan skripsi ini.

2) Kuesioner : yaitu dengan membagikan kuesioner (angket) yang

berisi beberapa pertanyaan kepada responden (orang yang diberi

kuesioner) yang ditemui secara langsung di lapangan. Kuesioner

ini digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat burnout dan

berdasarkan faktor demografis pada staf burnout pada staf bagian

layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

6. Pengolahan dan Analisis Data

10 Husaini Usman, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Akasara, 2000), Cet.3, h. 54.

9

Data yang diperoleh pada tempat penelitian tersebut, diolah dengan

beberapa teknik pengolahan data. Tujuan dari tahap ini adalah untuk

lebih menyederhanakan formatnya atau strukturnya, sehingga nantinya

memudahkan dan mempercepat analisis data. Tahap-tahapnya sebagai

berikut :

a. Tahap editing data, yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data

yang telah terkumpul, sehinga secara keseluruhan berkas tersebut

dapat diketahui dan dinyatakan baik, sehinga dapat disiapkan untuk

proses berikutnya.

b. Tahap tabulasi (tabulating) kedalam tabulasi atau tabel yang

kemudian dicari persentasenya untuk dianalisa.11

Adapun untuk

memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan prosentase

digunakan rumus:

P = f/n X 100 %

Dimana :

P : Angka prosentase untuk setiap kategori

F : Frekuensi jawaban responden

Adapun parameter untuk penafsiran nilai presentase adalah :

Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level

Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah), Skor

angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI, Skor

angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI, Skor

11 Ronny Kountur, Statistik Praktis (Jakarta: PPM,2005), h. 27.

10

angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati sinyal

merah pada alat ukur MBI.12

E. Penelitian Sebelumnya

Berikut sebeberapa judul skripsi dengan topik yang sama dengan

penelitian ini:

1. Burnout Staf Perpustakaan Bagian Layanan di Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta. Tesis ini

diajukan oleh Ria Fatmawati, Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Ilmu

Perpustakaan dan Informasi di Universitas Indonesia.

a. Persamaan

Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau

pustakawan di bagian layanan.

b. Perbedaan

Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian tesis

tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di perpustakaan

perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat

burnout dan faktor apakah yang mempengaruhi burnout khusus pada staf

bagian layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

2. Hubungan Burnout Dengan Kepuasan Kerja Pustakawan di Pusat Jasa

Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional Republik

12 Utami Haryadi, Burnout Pada Pustakawan , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks

Budaya UI, (Februari 2006) : h 50.

11

Indonesia. Skripsi ini diajukan oleh Mizmir, Mahasiswa Jurusan Ilmu

Perpustakaan di Universitas Indonesia.

a. Persamaan

Untuk mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada staf atau

pustakawan.

b. Perbedaan

Perbedaan dengan penelitan ini adalah instansinya. Penelitian

skripsi tersebut di perpustakaan umum, sedangkan penelitian ini di

perpustakaan perguruan tinggi. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

tingkat burnout dan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi burnout

pada staf layanan sirkulasi di Perpustakaan UIN Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis membagi

pembahasan menjadi lima bab, dan masingmasing bab berisi beberapa

bagian seperi yang digambarkan di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas dasar pemikiran yang menjadi latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian

sebelumnya dan sistematika penelitian.

12

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Pengertian perpustakaan perguruan tinggi, tujuan

perpustakaan perguruan tinggi, fungsi dan tugas

perpustakaan perguruan tinggi, pengertian dan fungsi

layanan sirkulasi, sistem layanan sirkulasi, peratura dan tata

tertib, pengertian burnout, penyebab burnout, gejala-gejala

burnout.

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DI UIN

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.

Berisi tentang sejarah, struktur organisasi, profil, visi dan

misi, koleksi, anggota, peraturan dan tata tertib

perpustakaan yang berada di Perpustakaan UIN Jakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian tentang

bagaimana kondisi tingkat burnout dan factor apakah yang

mempengaruhi burnout pada staf bagian layanan sirkulasi

di perpustakaan Perpustakaan UIN Jakarta.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini penulis menyimpulkan isi untuk menjawab

rumusan masalah dari keseluruhan pembahasan dan

memberikan saran-saran dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan.

13

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan merupakan sebuah tempat atau sarana untuk menyimpan,

mengolah serta menyebarluaskan informasi, dan juga sebagai salah satu pusat

informasi yang menyajikan sumber-sumber informasi baik yang berbentuk

koleksi buku cetak atau koleksi digital sesuai dengan kebutuhan

pemustakanya. Jenis perpustakaan ada berbagai macam salah satunya adalah

perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi sebagai sebuah institusi, tentunya

memiliki tujuan untuk berkembang ke arah yang lebih baik, terutama dalam

hal memenuhi kebutuhan masyarakat akademik yang dilayaninya.1Senada

dengan hal tersebut perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia

jasa pelayanan informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian,

pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat

dimanfaatkan pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam

memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa

informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi2.

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di

lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademik, dan pendidikan

1 Paulus, Suparmo. Menggagas Kualitas Perpustakaan Perguruan Tinggi Artikel diakses

pada 14 Januari 2014 dari http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=256

2 Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standarisasi. Artikel diakses

pada 20 Mei 2014 dari http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-

pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/

13

http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=256http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/

14

tinggi lainnya yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari suatu

perguruan tinggi.3

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh

perguruan tinggi. Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi

adalah untuk mendukung, serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program

kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi aspek

aspek pengumpulan Informasi, pengolahan Informasi, pemanfaatan Informasi

penyebaran Informasi.4

Adapun definisi lain perpustakaan perguruan tinggi adalah

perpustakaan yang didirikan di lingkungan lembaga pendidikan tinggi untuk

mendukung proses belajar mengajar mahasiswa dan tenaga akademis yang

koleksinya terdiri dari buku-buku pelajaran atau buku teks dan bahan pustaka

dan informasi yang mendukung proses belajar mengajar para mahasiswa dan

tenaga akademis.5

Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang memberikan

layanan kepada seluruh civitas akademika perguruan tinggi, yang terdiri atas

mahasiswa, dosen peneliti, guru besar, pimpinan, serta seluruh staf

administrasi dan akademika.6 Atau bisa disebut sebagai user atau pemustaka.

7

Atau secara sederhana menurut Sulistyo Basuki perpustakaan

perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi,

3 Abdul Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpsutakaan Perguruan Tinggi,

(Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 17.

4 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), h.

22.

5 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.

18.

6 Wiji Suwarno, Perpustakaan dan Buku (Jogjakarta: A-Ruzz Media 2011), h. 37.

15

badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan

tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya.8

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan Unit Pelaksana Teknis

perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri

Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah,

merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induk pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya.9 Seperti yang tercantum dalam

Undang Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 pasal 24 ayat 1

tentang keberadaaan perpustakaan perguruan tinggi yang berbunyi Setiap

perguruan tinggi menyelengarakan perpustakaan yang memenuhi standar

nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan.10

Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal

tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,

laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber

belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.11

Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau sekolah tinggi serta lembaga

8 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991),

h. 42.

9 Qalyubi Syihabuddin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan informasi, (Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga, 2003), h. 10.

10Undang undang Republik Indonesia Nomor43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,

artikel diakses pada tanggal 10 juni 2011 dari http://wwwfiles.Perpusnas. Go.id/homepage

folders/activities/highlight/ruu

11 Standar Nasional Pendidikan Artikel diakses pada 20 Mei 2014 dari

http://elqorni.wordpress.com/2013/06/29/standar-nasional-pendidikan-snp/

http://wwwfiles/http://elqorni.wordpress.com/2013/06/29/standar-nasional-pendidikan-snp/

16

pendidikan tinggi lainnya untuk mendukung proses belajar mengajar

mahasiswa dan tenaga akademis serta turut mendukung tri dharma perguruan

tinggi yaitu untuk bertujuan mendukung pendidikan, penelitian serta

pengabdian kepada masyarakat. Koleksinya pun sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan dari pemustakanya, khusus mahasiswa dan tenaga akademis.

2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Tujuan diselenggarakannya perpustakaan perguruan tinggi adalah

untuk mendukung, mempelancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan

program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi yang meliputi

aspek aspek:

a. Pengumpulan Informasi

b. Pengolahan Informasi

c. Pemanfaatan Informasi Penyebaran Informasi12

Menurut Sulistyo-Basuki tujuan perpustakaan perguruan tinggi

adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya

staff pengajar, mahasiswa, tetapi sering termasuk tenaga administrasi.

b. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkatan akademisi

(S1, S2, S3 dan pengajar).

c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi setiap pemakai

perpustakaan

12 Noerhayati Soedibyo, Pengelolaan Perpustakaan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), hal.

2.

17

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada

lingkungan perguruan tinggi setempat, tetapi juga ke lembaga lain

(industri lokal).13

3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pada prinsipnya fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah

menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran,

penelitian serta pengabdian masyarakat.14

Fungsi perpustakaan yang lain disebutkan oleh Abdur Rahman Saleh

adalahsebagai sumber belajar, walaupun bukan satu-satunya sumber nelajar

karena masih ada sumber belajar lain seperti dosen dan lain-lain.15

Fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang lain menyebutkan terbagi

menjadi lima bagian, berdasarkan dengan standard nasional Indonesia fungsi

perpustakaan perguruan tinggi terbagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi

2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi

3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)

5. Lembaga pelestari khasanah budaya bangsa. Dalam Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/o/1981 menyatakan

perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai pusat kegiatan

13Sulistyo-basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999),

hal. 40.

14 Hernandono, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), hal.

189

15 Abdul Rahman Saleh, Percikan Pemikiran di Bidang Kepustakawanan (Jakarta: Sagung

Seto, 2001), hal. 46

18

belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi

pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.16

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka fungsi

perpustakaan perguruan tinggi dikembangkan lebih rinci sebagai berikut

:

1. Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar

maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar mendapatkan

informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan

2. Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak

hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan di

fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan

mengajar. Undang-undang No 2 tentang pendidikan Tahun 1989 Pasal

35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang

merupakan sumber belajar.

3. Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat

dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau

data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.

4. Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui

perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena

fungsinya sebagai pusat sumber informasi.

5. Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga

sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan

16 Yuniwati, Yuventia, Standarisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Artikel, diakses pada

6 Maret 2014 dari http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-

standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-

http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-

19

tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local

content atau grey literatur

6. Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak

hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan

namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan

informasi.

7. Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping

menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk

menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru)17

.

Namun fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang peneliti simpulkan

dari beberapa buku yang peneliti baca, bahwa perpustakaan perguruan tinggi

merupakan unsur penunjang perguruan tinggi dalam kegiatan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam rangka menunjang kegiatan tri dharma tersebut, maka

perpustakaan diberi beberapa fungsi di antaranya :

a. Edukasi, perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas

akademika, oleh karena itu perpustakaan harus mampu mendukung

pencapaian tujuan menyediakan bahan pembelajaran setiap program

studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung

pelaksana evaluasi pembelajaran.

b. Informasi, perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah

diakses oleh pencari dan pengguna informasi.

17 Yuniwati Yuventia, Standarisasi Perpustakaan Perguruan Tinggi, artikel diakses pada 6

maret 2014 dari http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-

standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-

http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-artikel/47-standarisasi-perpustakaan-perguruan-tinggi-

20

c. Riset, perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder

yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan

pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Rekreasi, perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang

bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat

dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

e. Publikasi, perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan

publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni

civitas akademika dan staf non-akademik.

f. Deposit perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan

pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

g. Interpretasi perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan

memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang

dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan

dharmanya.18

Untuk mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi yang telah

disebutkan di atas maka perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tugas-

tugas sebagai berikut :

a. Menyediakan dan mengolah bahan pustaka untuk memenuhi

kebutuhan informasi masyarakat perguruan tinggi seperti mahasiswa,

staff pengajar, dan mungkin juga pegawai perguruan tinggi lainnya.

b. Memberikan layanan penguna seperti yang suah dilakukan dan

pendayagunaan bahan pustaka bagi masyarakat perguruan tinggi.

18 Rismayati, Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standarisasi,

artikel diakses pada 3 Juni 2014 dari http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-

perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/

http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/http://duniaperpustakaan.com/14/09/2013/perpustakaan-perguruan-tinggi-pedoman-pengelolaan-dan-standardisasi/

21

c. Menyediakan bahan pustaka dan layanan referensi pada semua

tingkatan akademis dari mahasiswa yang baru masuk hingga mahaiswa

pasca sarjana hingga para pengajar.

d. Menyediakan ruang belajar untuk pemakai perpustakaan.

e. Menyediakan jasa peminjaman bagi seluruh pemakai perpustakaan

(pemustaka/ anggota perpustakaan)

f. Menyediakan jasa informasi aktif baik kepada para pemakai di

lingkungan perguruan tinggi maupun kepada masyarakat di luar

perguruan tinggi seperti kepada masyarakat industri dan lainnya.19

Selain itu perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tugas untuk

memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar mengajar, penelitian,

dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan tri dharma

pendidikan.20

B. Pengertian dan Fungsi layanan Sirkulasi

Layanan merupakan semua jenis kegiatan yang dilaksanakan dengan

melakukan hubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pemakai

perpustakaan. Layanan merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai oleh setiap

perpustakaan.21

Menurut Lasa layanan sirkulasi merupakan suatu pekerjaan tugas, seksi

maupun bagian di perpustakaan yang berhubungan dengan pemanfaatan koleksi.22

19 Abdur Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi,

(Jakarta : Universitas Terbuka, 1995), h. 18.

20 Mudjito, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h. 8.

21 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, (Jakarta: Ikatan

Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006), h. 121 122

22 H.S Lasa, Kamus istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

1993), h. 75.

22

Pelayanan sirkulasi atau pelayanan peminjaman bahan pustaka merupakan

unsur penting dalam kegiatan perpustakaan. Robert menyebutkan bahwa bagian

sirkulasi merupakan inti utama dari pelayanan publik yang ada di perpustakaan. 23

Betapapun besar koleksi yang dimiliki sebuah perpustakaan kalau sirkulasi dan

pemakainya tidak lancar atau sedikit saja yang memanfaatkannya, maka kecil atau

sedikit arti dari perpustakaan tersebut. Tetapi sebaliknya jika kegiatan yang

dilakukan oleh bagian sirkulasi aktif dan lancar, maka perpustakaan tersebut boleh

dikatakan baik.24

Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa memberikan

bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan

pengembalian bahan pustaka.25

Di sini bisa dikatakan terdapat adanya kegiatan

yang berhubungan dengan sistem peminjaman, pengembalian dan tata tertib.

Untuk memberikan itu semua petugas layanan harus bias bersikap professional.

Untuk layanan perpustakaan dituntut adanya sikap professional dari petugas

perpustakaan atau pustakawan.26

Fungsi pelayanan sirkulasi adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan pintu masuk dan keluar perpustakaan.

b. Pendaftaran anggota, perpanjangan keangotaan, dan pengunduran diri

anggota perpustakaan.

c. Peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan waktu peminjaman.

23 Robert ad. Laeigh, Chairman, Columbia University in Library Service, (New York:

Columbia University Press, 1956) hal. 219

24 Karmidi Martoadmodjo, Pelayanan Bahan Pustaka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993),

h. 37.

25 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakaan dan pustakawan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1992),

h. 138.

26 Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan, (Jakarta: Sagung Seto 2009), h. 14

23

d. Pengurus keterlambatan pengembalian koleksi yang dipinjam seperti

denda.

e. Pengeluaran surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan

pada waktunya dan surat bebas pustaka.

f. Penugasan yang berkaitan dengan peminjaman buku, khusus buku

hilang atau rusak.

g. Pertanggung jawaban atas segala berkas peminjaman.

h. Pembuatan statistik pemijaman berupa statistik anggota yang

memperbaharui keangotaanya, anggota baru, anggota yang

mengundurkan diri, pengunjung perpustakaan, statistik, peminjaman,

statistik jumlah buku yang dipinjam, statistik peminjaman buku

berdasarkan subyek, dan jumlah buku yang masuk daftar tandon.

i. Peminjaman antar perpustakaan.

j. Pengawasan urusan penitipan tas, jas atau mantel milik pengunjung

perpustakaan.

k. Penugasan lainya terutama yang berkaitan dengan pemijaman. 27

Bisa diambil kesimpulan pelayanan sirkulasi merupakan satu dari

pelayanan pemakai perpustakaan yang aktivitasnya berhubungan dengan transaksi

yaitu peminjaman dan pengembalian bahan pustaka baik tercetak atau berbentuk

lainnya yang dimiliki oleh perpustakaan, di mana aktivitasnya tidak sendiri,

melainkan kesatuan dari pelayanan perpustakaan secara keseluruhan melalui

beberapa fungsi dari pelayanan sirkulasi seperti dijelaskan di atas. Seperti yang

27 Qalyubi Syihabuddin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan informasi, (Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga, 2003), h. 221.

24

dikatakan Kosam Rimbarawa bahwa pelayanan dalam perpustakaan adalah

merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan.28

Kegunaan beberapa teori di atas untuk memahami pengertian dan fungsi

layanan sirkulasi yang baik di bagian layanan sirkulasi.

C. Sistem Layanan Sirkulasi

Ada dua macam sistem layanan sirkulasi yang dilakukan oleh

perpustakaan yaitu

1. Sistem terbuka (Open Access)

Sistem ini memberikan kebebasan kepada pemakai untuk memasuki

ruangan koleksi dan memilih sendiri buku dari rak sesuai selera dan kebutuhan

pemakai. Petugas hanya mengawasi dari kejauhan dan mencatat peminjaman

dan pengembalian.29

Kelebihan dari sistem terbuka adalah adalah sebagai berikut :

a. Pemakai memperoleh kebebasan dalam memilih bahan pustaka

yang ada di rak.

b. Dengan melihat dan memeriksa buku secara bebas dapat

menimbulkan daya rangsang untuk membaca.

c. Jika buku yang diinginkan tidak ada, maka dapat langsung memilih

yang lain.

d. Lebih menyenangkan melihat-lihat buku secara langsung dalam

bentuk fisik buku dari pada langsung menuju katalog/OPAC.30

Kelemahan dari sistem terbuka adalah sebagai berikut :

28 Kosam Rimbarawa, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, h. 32.

29 Daryanto. Pengetahuan Praktis Bagi Pustakawan ( Malang: Bina Cipta, 1985), h. 35.

30 Ibid., h. 35.

25

a. Pemakai sering salah mengembalikkan buku ke rak, karena tidak

tahu cara menyusunnya sehingga susunan buku sering banyak yang

rusak.

b. Kebebasan sering disalahgunakan sehingga banyak buku yang

hilang.

c. Pengawas atau petugas perpustakaan harus sering-sering

mengawasi atau mengontrol para pemakai31

2. Sistem pelayanan tertutup (close accsess)

Dengan sistem tertutup pemakai tidak diperbolehkan memasuki ruang

koleksi bahan pustaka, jika pemakai ingin meminjam bahan pustaka maka

dapat melalui katalog dengan menulis nomor panggil buku, judul, dan

pengarang terlebih dahulu lalu petugas yang mencarikan atau dapat memesan

lewat petugas. Pada sistem ini susunan buku terpisah dengan ruang baca

sehingga diperlukan petugas yang mengambil dan mengembalikan buku.32

Kelebihan sistem tertutup adalah sebagai berikut :

a. Susunan/letak buku dalam rak dapat terpelihara dan rapi karena ada

petugas yang mengerjakannya.

b. Kehilangan buku dari rak dapat ditekan sekecil mungkin dengan

memberi slip-slip bagi buku yang sedang dipinjam.

c. Pengontrolan buku lebih mudah dilakukan oleh petugas.

d. Tidak diperlukan petugas khusus yang mengawasi pengunjung

yang masuk dan keluar ruang koleksi.33

31 Ibid., h. 35.

32 Ibid., 27.

33 Ibid., h. 27.

26

Kelemahan sistem tertutup sebagai berikut :

a. Kebebasan melihat dan memilih buku tidak ada, memilih harus

lewat katalog.

b. Memilih lewat katalog kurang memberi kesenangan dan kepuasan.

c. Memilih katalog terkadang mengecewakan/tidak mengenai sasaran

sesuai kebutuhan atau terkadang buku yang dipinjam tidak ada

karena sudah dipinjam.

d. Katalog kartu secara tidak langsung cepat rusak karena sering

dipegang dan digunakan.

e. Banyak buku yang kurang dikenal oleh pemakai sehingga tidak

pernah dipinjam.34

Kegunaan dari beberapa teori di atas untuk mengetahui sistem apa

yang sebaiknya digunakan untuk perpustakaan perguruan tinggi.

D. Peraturan dan Tata Tertib

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peraturan adalah tatanan

(petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur, sedangkan tata tertib

adalah aturan.35

Peraturan dan tata tertib suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, karena dibuat untuk mengatur kegiatan pelayanan perpustakaan.

Peraturan ataupun tata tertib harus dibuat secara tertulis dan disosialisasikan agar

dapat diketahui oleh penguna perpustakaan.

Peraturan dan tata tertib pengunaan perpustakaan disusun secara singkat

dan jelas, sehinga para penguna yang terdiri dari civitas akademik dapat dengan

mudah membacanya.

34 Ibid., h. 27.

35 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.56.

27

Ketentuan-ketentuan yang dapat dicantumkan dalam peraturan pengunaan

perpustakaan meliputi sebagai berikut :

1. Jam dan hari layanan

2. Keangotaan

3. Jumlah buku yang dipinjam

4. Lama waktu pinjam

5. Sanksi terhadap pelangaran

6. Ketentuan lainnya.36

E. Pengertian Burnout

Pengertian burnout menurut Jonathon R.B. Halbesleben burnout adalah

respon psikologis saat bekerja, stres yang ditandai dengan emosional,

depersonalisasi, dan perasaan penurunan prestasi pribadi.37

Maksud dari

pengertian di atas adalah burnout bisa terjadi saat psikologis atau keadaan

seseorang merespon stres yang ditandai dengan emosi, mengalami

depersonalisasi hingga penurunan prestasi atas pribadinya sendiri.

Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan dengan

kemampuan individu. Hal ini bias berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang

berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri dalam

bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari

perasaan kecewa, karena penderitanya menggangap bahwa dengan berperilaku

36 Pawit M. Yusuf, et al, Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta:

Kencana, 2007), h.85-88.

37 Jonathon R.B. Halbesleben, Journal of Management 30(6) 859879 (Oklahoma:

University of Oklahoma,2004)

http://www.uk.sagepub.com/greenhaus4e/study/chapters/articles/Chapter09_Article01.pdf di akses

pada tanggal 30/3/2014 hari minggu 11:55

http://www.uk.sagepub.com/greenhaus4e/study/chapters/articles/Chapter09_Article01.pdf

28

seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam

pekerjaan.38

Sedangkan menurut Kamus Psikologi yang ditulis Andrew M. Colman

burnout an acuate stress disorder or reaction characterized by exhaustion

resulting from overworks, with anxiety, fatigue, insomnia, depression, and

impairment in work performance. Maksud dari pengertian di atas, burnout adalah

gangguan stres atau reaksi ditandai dengan kelelahan akibat bekerja, dengan

kecemasan, kelelahan, insomnia, depresi, dan penurunan kinerja.39

Burnout adalah adalah sindrom kelelahan emosional dan sinisme saat

melakukan pekerjaan, sering terjadi pada individu-individu yang melakukan

beberapa jenis pekerjaan.40

Sedangkan menurut Yunan burnout secara esensial

adalah hasil dari interaksi yang tidak menguntungkan antara pemberi layanan jasa

dengan penerima layanan yang membutuhkan.41

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan yang dimaksudkan

dengan burnout adalah suatu kondisi atau keadaan seseorang yang mengalami

ganguan stres hingga berupa kelelahan, kecemasan, hingga mengalami penurunan

kinerja.

38 Zasyatin Rizka, Sikap Terhadap Pengembangan Karir dengan Burnout Pada Karyawan

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, (Agustus 2013): h. 265.

39 Andrew M. Colman, Dictionary of Psychology (New York: Oxford University Press,

2001), h. 105.

40 Christina Maslach, The measurement of experienced: Journal of Occupational Behavior

Vol. 2, (November 1981) h. 99.

41 Yunan, Strategi menghindar burnout di tempat kerja. http://www.shalimow.com/sosial-

budaya/strategi-menghindari-burnout-di-tempat-kerja.Html/2008/12 di akses pada tanggal

30/03/2014 hari minggu 11;50

http://www.shalimow.com/sosial-budaya/strategi-menghindari-burnout-di-tempat-kerja.Html/2008/12http://www.shalimow.com/sosial-budaya/strategi-menghindari-burnout-di-tempat-kerja.Html/2008/12

29

F. Penyebab Burnout

Penyebab burnout dapat terjadi karena 2 faktor yaitu faktor situasional dan

faktor individual. Di dalam faktor situasional terdapat karakteristik pekerjaan,

karakteristik jabatan, dan karakteristik organisasi. Sedangkan di dalam faktor

individual terdapat karakteristik demografis, karakteristik kepribadian, dan sikap

kerja.42

Demografis menurut Hudson Horizon merupakan informasi statistik dan

karakteristik yang membedakan sekelompok orang.43

Selain itu menurut Maslach sumber utama timbulnya burnout adalah

karnea adanya stress yang berkembang secara akumulatif akibat keterlibatan

pemberi dan penerima layanan dalam jangka panjang44

.

Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut :

a. Faktor Lingkungan Perpustakaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout di perpustakaan, di antaranya

adalah :

1. Interaksi dengan pengguna

Petugas dituntut untuk membantu dan memandu pengguna dalam proses

temu kembali informasi. Petugas dituntut untuk tetap bersikap sabar, serta

tetap tenang dan efektif ketika dihadapkan pada permintaan informasi yang

sulit tetapi harus segera disajikan kepada pengguna. 45

2. Konflik Peran

42 Ranny Hardiyanti, Burnout Ditinjau Dari Big Five Personality Pada Karyawan Kantor

Pos Malang: Journal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 01, No.02, (Agustus 2013) h. 230.

43 Shinta Larashati Dewi, Tingkat Burnout ditinjau dari karakteristik Demografis Usia,

Jenis kelamin dan Masa Kerja Artikel di akses pada 13 Juni 2014 dari

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Shinta%20Larashati%20110810062_ringkasancorel.pdf

44 Utami Haryadi, Burnout Pada Pustakawan , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks

Budaya UI, (Februari 2006) : h. 38

45 Utami Haryadi, Burnout Pada Pustakawan , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks

Budaya UI, (Februari 2006) : h. 41.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Shinta%20Larashati%20110810062_ringkasancorel.pdf

30

Faktor penting dari konflik peran merupakan pemicu terhadap burnout.

Pertama adalah karena staf perpustakaan merasa kurang cocok dengan

pekerjaanya dan yang kedua adalah konflik antara nilai-nilai individu dan

tuntutan pekerjaan.46

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik peran terjadi

pada staf perpustakaan yang bekerja dengan multi pekerjaan, tidak hanya satu

jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya melainkan banyak

pekerjaan yang harus dia selesaikan. Hal ini menyebabkan staf perpustakaan

merasa terbebani yang mengakibatkan staf perpustakaan mengalami stress

yang berujung pada burnout.

3. Kurangnya Imbalan

Imbalan akan mempengaruhi pemberian layanan47

.

b. Faktor Personal

Ada lima penyebab dalam individu yang dapat menyebabkan burnout, di

antaranya adalah:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik demografis yang

berhubungan dengan burnout.48

2. Status Perkawinan

Status perkawinan juga berpengaruh terhadap timbulnya burnout.

Profesional yang berstatus lajang lebih banyak mengalami burnout daripada

46 Utami Haryadi, Burnout Pada Pustakawan , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks

Budaya UI, (Februari 2006) : h. 41.

47 Zasyatin Rizka, Sikap Terhadap Pengembangan Karir Dengan Burnout Pada Karyawan,

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, no. 02 (Agustus 2013): h. 265.

48 Shinta Larashati Dewi, Tingkat Burnout Ditinjau dari Karakteristik Demografis (Usia,

Jenis Kelamin dan Masa Kerja) Guru SDN Inklusi di Surabaya, Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan, no. 01 (Februari 2013): h. 02.

31

yang telah menikah. Jika dibandingkan antara seseorang yang memiliki anak

dan yang tidak memiliki anak, maka seseorang yang memiliki anak

cenderung mengalami tingkat burnout yang lebih rendah. Alasannya adalah:

1) seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya cenderung berusia

lebih tua, stabil, dan matang secara psikologis,

2) keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat mempersiapkan mental

seseorang dalam menghadapi masalah pribadi dan konflik emosional,

3) kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga dapat membantu

seseorang dalam mengatasi tuntutan emosional dalam pekerjaan, dan

4) seseorang yang telah berkeluarga memiliki pandangan yang lebih

realistis.49

3. Usia

Maslach, dalam Caputo, menemukan hubungan yang jelas antara usia

dan burnout. Orang yang berusia muda memiliki kemungkinan lebih besar

dari pada orang yang berusia lebih tua. Lamanya seseorang bekerja di

tempat kerja juga merupakan faktor yang menentukan kerentanan terhadap

burnout. orang-orang dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit rentan

terhadap burnout, tetapi usia seseorang menjadi faktor yang lebih penting

dari pada senioritas di tempat kerja tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan pengalaman hidup membuat individu memiliki kemampuan

yang lebih besar untuk mengatasi tekanan yang mengarah pada burnout.50

49 Utami Haryadi, Burnout Pada Pustakawan , Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks

Budaya UI, (Februari 2006) : h. 60.

50 Caputo, J.S, Stres and Burnout in Library Service (Canada: Oryx Press, 1991), h. 25.

32

4. Pendidikan

Maslach dalam Caputo menemukan bahwa orang dengan empat

tahun kuliah (sarjana) merupakan yang paling beresiko burnout, diikuti oleh

individu dengan tingkat pendidikan pasca sarjana. Mereka yang

berpendidikan di bawah sarjana memiliki resiko terkena burnout lebih

sedikit. Hal ini dikarenakan beban kerja yang diemban juga tidak sama.

Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo menemukan bahwa staf

perpustakaan yang berpotensi terkena burnout adalah mereka yang memiliki

pendidikan pascasarjana. Orang yang memiliki pendidikan pascasarjana

dituntut untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam berbagai hal, dan

dituntut untuk memiliki manajemen yang baik dalam sebuah perpustakaan.51

5. Jam Kerja

Berdasarkan penelitian Smith, Birch dan Marchant dalam Caputo staf

perpustakaan yang bekerja penuh waktu jauh lebih beresiko untuk burnout.

Penelitian ini menemukan hanya 4 sampai 14 persen dari staf perpustakaan

yang bekerja penuh waktu yang menghindari burnout sementara 23 sampai

25 persen dari staf perpustakaan yang bekerja penuh waktu mengalami

burnout. Maslach dalam Hariyadi berpendapat bahwa timbulnya burnout

adalah karena stress yang dialami secara akumulatif akibat keterlibatan staf

perpustakaan dengan pengguna perpustakaan dalam jangka panjang.52

51 Ibid., h. 26.

52 Ibid., h. 26.

33

Menurut Nathan M. Smith dan David T. Palmer pustakawan penuh

waktu ditemukan sedikit lebih berisiko untuk kelelahan emosional dan

depersonalisasi dibandingkan dengan mereka yang bekerja paruh waktu.53

Selain itu menurut Freuddenberg menerangkan burnout sebagai

keletihan fisik dan emosi disebabkan oleh permintaan yang berlebihan

kepada tenaga seorang individu.54

Berdasarkan definisi tersebut, burnout adalah kelelahan fisik, mental

dan emosional yang nantinya akan berdampak pada munculnya

depersonalisasi dan penurunan prestasi pada diri seseorang yang disebabkan

karena pekerjaan. Menurut Maslach, burnout mempunyai tiga dimensi yaitu :

a. Kelelahan

Kelelahan merupakan dimensi burnout yang ditandai dengan perasaan

letih berkepanjangan baik secara fisik (sakit kepala, flu, insomnia, dan lain-

lain), mental (merasa tidak bahagia, tidak berharga, rasa gagal, dan lain-lain),

dan emosional (bosan, sedih, tertekan, dan lain-lain). Ketika mengalami

kelelahan, mereka akan merasakan energinya seperti terkuras habis dan ada

perasaan kosong yang tidak dapat diatasi lagi.

b. Depersonalisasi/Cynicism

Depersonalisasi adalah proses penyeimbang antara tuntutan pekerjaan

dengan kemampuan individu. Hal ini bisa berupa sikap sinis terhadap orang-

orang yang berada dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik

diri serta mengurangi keterlibatan diri dalam bekerja. Perilaku tersebut

53 Nathan M. Smith dan David T. Palmer, Reference Services Today: From Interview to

Burnout (New York: The Haworth Press, 1978), h. 274.

54 Zulkarnain Dampak Burnout Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja Pada Pekerja Public

Service Prosiding Seminar Ilmiah Dies Natalis USU ke-59 ( Medan: Departemen Psikologi

Industri dan Organisasi, Fakultas Psikologi 2011), h. 342.

34

diperlihatkan sebagai upaya melindungi diri dari perasaan kecewa, karena

penderitanya menganggap bahwa dengan berperilaku seperti itu, maka mereka

akan aman dan terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.

c. Rendahnya hasrat pencapaian prestasi diri

Biasanya ditandai dengan adanya perasaan tidak puas terhadap diri

sendiri, pekerjaan, bahkan terhadap kehidupan. Selain itu, mereka juga merasa

belum melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidupnya, sehingga pada

akhirnya memicu timbulnya penilaian yang rendah terhadap kompetensi diri

dan pencapaian keberhasilan diri. Perasaan tidak berdaya, tidak lagi mampu

melakukan tugas dan menganggap tugas-tugas yang dibebankan terlalu

berlebihan sehingga tidak sanggup lagi menerima tugas yang baru pun

muncul. Mereka merasa bahwa dunia di luar dirinya menentang upaya untuk

melakukan perbaikan dan kemajuan sehingga kondisi tersebut akhirnya

membuat mereka merasa kehilangan kepercayaan terhadap kemampuannya

sendiri dan juga kehilangan kepercayaan dari orang lain akibat perilakunya.55

G. Gejala-Gejala Burnout

Secara rinci chemis disebut gejala-gejala burnout sebagai :

1. Resistensi kerja yang tinggi untuk pergi kerja setiap hari,

2. cepat marah dan sering kesal,

3. terdapat perasaan gagal dalam diri,

4. rasa bersalah dan menyalahkan,

5. keengganan dan ketidak berdayaan,

6. negatifisme,

55 Maslach, C., Leiter, Burnout Ditinjau Dari Big Five Personality diakses pada 24 April

2014 dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1587/1694

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1587/1694

35

7. isolasi dan penarikan diri,

8. perasaan capek dan lelah setiap hari,

9. sering memperhatikan jama saat bekerja,

10. sangat pegal setelah bekerja,

11. hilang perasaan positif terhadap klien,

12. menunda kontak dengan klien, (memutus kontak telepon dan

kunjungan kantor),

13. menyamaratakan klien,

14. tidak mampu menyimak apa yang dibicarakan klien,

15. merasa tidak mobile,

16. sinisme terhadap klien dan sikap saling menyalahkan,

17. gangguan sulit tidur,

18. menghindari diskusi mengenai pekerjaan bersama dengan rekan kerja,

19. asyik dengan diri sendiri,

20. mendukung perilaku mengontrol perilaku dengan menggunakan

bantuan medis (obat-obatan),

21. sering demam dan flu,

22. sering sakit kepala dan gangguan pencernaan,

23. kaku dalam berpikir dan resisten terhadap perubahan,

24. rasa curiga yang berlebihan dan paranoid,

25. penggunaan obat-obatan yang berlebihan,

26. konflik perkawinanan dan keluarga,

36

27. sangat sering membolos.56

Menurut Audrey L. Canafi gejala burnout terbagi menjadi lima gejala,

yaitu :

1. Rekan kerja terasa mengganggu

Jika Anda menjadi rewel dan mudah marah saat menghadapi rekan

kerja yang biasanya memiliki hubungan akrab, kondisi tersebut barang kali

lebih dari sekadar dinamika antar pribadi yang terjadi.

2. Datang terlambat, pulang lebih awal

Anda biasanya selalu bangun pagi dengan perasaan cerah ceria dan

bersemangat menghadapi hari. Akan tetapi, saat ini setiap hari Anda

merasa enggan melangkahkan kaki menuju kantor. Di kantor pun, usai

makan siang Anda tidak dapat menahan diri untuk tidak melirik jam

tangan setiap beberapa menit, menghitung detik demi detik yang terasa

bergulir terlampau lamban hingga akhir hari.

3. Bersikap apatis

Anda yang selama ini selalu bersikap penuh antusias, berubah

menjadi apatis. Anda merasa kehilangan motivasi, merasa gagal, dan tidak

memiliki hasrat untuk menghadapi tantangan. Seseorang yang mengalami

kejenuhan biasanya kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu, serta

kehilangan kepedulian terhadap kebanggaan ketika berhasil menyelasaikan

suatu pekerjaan dengan baik.

4. Kehilangan hubungan dengan rekan kerja

56 Ahmad Zain, Waspadai Serangan Burnout Saat Anda Bekerja diakses pada 24 April

2014 dari http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/08/02/waspadai-serangan-burnout-

saat-anda-bekerja-383271.html

http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/08/02/waspadai-serangan-burnout-saat-anda-bekerja-383271.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/08/02/waspadai-serangan-burnout-saat-anda-bekerja-383271.html

37

Anda tidak lagi tertarik menjalin hubungan sosial dengan rekan

kerja di perusahaan tempat bekerja. Anda yang tadinya sering makan siang

bersama, hang out di waktu luang, serta berpartisipasi dalam berbagai

acara kantor, sekarang kehilangan minat bersosialisasi di dalam atau pun

di luar kantor.

5. Sakit fisik

Anda selalu merasa lelah, sakit kepala, otot tegang, serta

mengalami kesulitan tidur di malam hari. Tanda-tanda fisik ini merupakan

indikator umum stres akibat pekerjaan, dan dapat berubah menjadi

masalah fisik yang serius.57

H. Pengukuran Burnout

Burnout dapat diukur dengan mengunakan Maslach Burnout Inventory

(MBI). Alat ukur Maslach Burnout Inventory dapat digunakan untuk mengukur

level burnout para pekerja pemberi jasa termasuk di dalamnya pustakawan dengan

meminta mereka memilih jawaban yang paling mendekati dengan apa yang

mereka rasakan, dengan skala 1-10 yang berisi tingkat tidak setuju (=0) sampai

setuju (=10).

Rangkaian duapuluh dua pertanyaan di bawah ini diajukan kepada para

responden untuk mengetahui frekuensi terjadinya tiga aspek dari sindrom

burnout sebagaimana yang diidentifikasikan oleh maslach yaitu, kejenuhan fisik

(Pshysical Exhaustion = PE), kejenuhan emosional/depersonalisasi (Emotional

57 Audrey L. Canafi news, library, tutorial, motivation diakses pada 24 April 2014 dari

http://chinmi.wordpress.com/2011/01/20/2222/

http://chinmi.wordpress.com/2011/01/20/2222/

38

Exhaustion/Depersonalization = EE + DP) dan pencapaian diri/personal

(Personal Accomplishment = PA).

Dua puluh dua pernyataan dalam Maslach Burnout Inventory tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Saya merasakan emosi saya terkuras karena pekerjaan (PE)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

2) Saya merasakan kelelahan fisik yang amat sangat di akhir hari kerja (PE)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

3) Saya merasa lesu ketika bangun pagi karena harus menjalani hari di tempat

kerja untuk menghadapi klien (PE)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

4) Saya dengan mudah dapat memahami bagaimana perasaan klien tentang hal-

hal ingin mereka penuhi dan mereka peroleh dari layanan yang saya berikan (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

5) Saya merasa bahwa saya memperlakukan beberapa klien seolah mereka objek impersonal (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

6) Menghadapi orang/klien dan bekerja untuk mereka seharian penuh membuat saya tertekan

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

39

7) Saya bisa menjawab dan melayani klien saya dengan efektif. (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

8) Saya merasa jenuh dan burnout karena pekerjaan saya (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

8) Saya merasa memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan orang lain melalui pekerjaan saya sebagai pemberi jasa (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

9) Saya menjadi semakin kaku terhadap orang lain sejak saya bekerja sebagai pemberi jasa.(EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

10) Saya khawatir pekerjaan ini membuat saya dingin secara emosional (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

11) Saya merasa sangat bersemangat dalam melakukan pekerjaan saya dan dalam menghadapi para klien saya (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

13) Pekerjaan sebagai pemberi jasa membuat saya merasa frustasi (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

14) Saya merasa bekerja terlampau keras dalam pekerjaan saya (PE)

40

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

15) Saya benar-benar tidak peduli pada apa yang terjadi terhadap klien saya

(EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

16) Menghadapi dan bekerja secara langsung dengan orang menyebabkan saya

stress (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

17) Saya dengan mudah bisa menciptakan suasana yang santai/relaks dengan para klien (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

18) Saya merasa gembira setelah melakukan tugas saya untuk para klien secara langsung (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

19) Saya telah mendapatkan dan mengalami banyak hal yang berharga dalam pekerjaan ini (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

20) Saya merasa seakan akan hidup dan karir saya tidak akan berubah (EE/D)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

41

21) Saya menghadapi masalah-masalah emosional dalam pekerjaan saya dengan tenang dan kepala dingin (PA)

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

22) Saya merasa para pengguna menyalahkan saya atas masalah-masalah yang mereka alami

Tidak setuju

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Setuju

Pengukuran tingkat burnout dibagi menjadi empat kategori berdasarkan

jumlah angka yang dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas sebagai

berikut : Persentase jawaban yang diperoleh akan disamakan dengan level

Mashlac Burnout Inventory (MBI) dimana jawaban 1 (Tidak Pernah) berati pada

tingkatan 0-2 yang berati tingkatan ini menujukan bahwa staf perpustakaan

merasa cukup bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus, yang

menujukan staf perpustakaan dapat mengatasi stress dengan baik. Walaupun staf

perpustakaan mengalami stress, tetapi dia dapat mengelola stress dengan baik dan

dapat membuat hidupnya berimbang. Staf perpustakaan pada tingkatan ini tidak

akan mudah naik pitam, dan dapat menerima stress yang dialami dalam perjalanan

hidup.

Skor angka 2 (kadang-kadang), berada pada tingkatan 3-5 pada pada MBI.

Skor ini menujukan perlunya memonitor situasi yang dihadapi dan pengambilan

tindakan jika keadaan yang dihadapi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi

peringatan, namun staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu

untuk merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan penyebab

stress yang dihadapi, apakah semakin mudah atau semakin sukar untuk ditangani.

42

Skor angka 3 (sering), skor ini berada pada level 6-8 pada alat ukur MBI.

Dimana skor ini dinamakan dengan skor kuning. Staf perpustakaan pada tingkatan

ini cenderung panas. Ia sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya

untuk menentukan prioritas kegiatan dan menghilangkan beberapa penyebab

stress. Staf perpustakaan pada tingkatan ini perlu pula memeriksa kesehatan,

meninjau kembali tujuan hidup, keseimbangan antara kerja dan hiburan, dan

system dukungan sosial yang dimilikinya (keluarga, teman dan jaringan sosial

lainnya).

Skor angka 4 (selalu), skor ini berada pada tingkatan 9-10 yang berati

sinyal merah pada alat ukur MBI. Staf perpustakaan yang mendapat skor pada

tingkatan ini sebaiknya segera berhenti untuk beristirahat dengan pekerjaannya.

Mereka membutuhkan konsultasi dan nasihat, baik medis maupun psikologis agar

terhindar dari kondisi kehilangan kendali. Perolehan skor tingkatan ini menujukan

bahwa staf perpustakaan sedang dalam tekanan stress berlebihan dalam waktu

yang terus menerus dan sudah cukup lama. Skor ini memerlukan tindakan

penanganan yang lebih serius.58

58 Maslach, C. and Jakson, S. E, The Measurement of Experienced Burnout. Journal of

Occupational Behavior 2, (1981): h. 99-113.

43

BAB III

PERPUSTAKAAN UIN JAKARTA

A. Perpustakaan Pusat UIN Jakarta

Pusat Perpustakaan UIN Jakarta merupakan peralihan nama dari

Perpustakaan Utama sesuai dengan ORTAKER (Organisasi Tata Kerja) baru

di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Sedangkan

Perpustakaan Utama itu sendiri dahulu juga merupakan peralihan nama dari

Perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN itu

sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) pada

tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat

sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000

eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.

Pada tahun 1960-1964 perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. A.

Syadali (beliau adalah Rektor IAIN tahun 1984-1993). Di bawah

kepemimpinannya perpustakaan sudah mulai dikelola secara lebih sistematis.

Pada periode tersebut, koleksi buku diklasifikasi menurut DDC (Dewey

Decimal Classification). Di samping itu sistem peminjaman juga sudah mulai

tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang.

Tahun 1964-1971 perpustakaan IAIN dikepalai oleh Ny. Nabilah

Lubis, beliau adalah sarjana muda ilmu perpustakaan Universitas Cairo,

Mesir. Pada masanya Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku

dari berbagai lembaga, khusunya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga

pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku,

43

44

23 skripsi, dan 310 eks majalah. Prof. Dr. Nabillah Lubis saat ini adalah guru

besar pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta.

Selanjutnya, pada tahun 1971-1983 Perpustakaan IAIN dipimpin oleh

Ny. Dra. Hj. Halimah Madjid. Di bawah kepemimpinannya perpustakaan

ditata lebih teratur dan menepati ruang yang lebih luas (gedung Aula Madya

saat ini). Pda masa inilah puncak prestasi perpustakaan berhasil diraih,

tepatnya pada tahun 1980 Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai

perpustakaan perguruan tinggi terbaik se-DKI Jakarta.

Berikutnya pada tahun 1983-1984, perpustakaan IAIN dipimpin oleh

Drs. M. Kailani Eryono, alumni Jurusan Ilmu Perpustakaan dari Universitas

Indonesia menggantikan posisi Ny. Hj. Halimah Madjid. Pada masanya

Perpustakaan IAIN berkembang dengan cukup pesat. Selanjutnya pada tahun

1984-1998 Drs. Zaenal Arifin Toy MLIS, alumni Jurusan Bahasa Inggris dari

IAIN Jakarta dan Master di bidang Ilmu Perpustakaan dari Univesity of

Illinois, Urbana-Champaign, menjadi kepala Perpustakaan IAIN hingga tahun

1998. Pada masanya perpustakaan sempat pindah ke gedung baru berlantai

tiga di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat. Saat ini gedung tersebut

menjadi Fakultas Psikologi. Di bawah kepemimpinan beliau telah dibentuk

Sekretariat Kerja Sama Perpustakaan (SKP) yang anggotanya terdiri dari

seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di Indonesia. Selanjutnya SKP ini

diubah namanya menjadi Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam

(JPPTI) yang deklarasikan di Surabaya pada tahun 2003. Periode berikutnya

(1998 hingga 2000) Perpustakaan IAIN dipimpin oleh Drs. M. Djuhro S.

45

Beliau juga seorang sarjana ilmu perpustakaan dari Universitas Indonesia.

Pada masa kepemimpinannya perpustakaan kembali pindah ke gedung yang

baru dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar Pravitasari. Dengan demikian

lokasi perpustakaan dan kampus menjadi lebih dekat.

Sejak tahun 2001 hingga akhir tahun 2006, Perpustakaan Utama UIN

Jakarta dikepalai oleh DR H. Udjang Tholib, MA. Beliau pernah bekerja di

perpustakan ini pada tahun 1975-1985, dan pada tahun 1984 mengikuti

Program Sertifikat Tenaga Asisten Perpustakaan selama 8 bulan di Universitas

Indonesia. Berbagai upaya perbaikan telah dilaksanakan, antara lain perbaikan

gedung dan perlengkapannya, penerapan sistem otomasi, penerapan sistem

keamanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis layanan seperti

warnet, audio visual, dan lain sebagainya.

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2004 bekerjasama dengan

Kedutaan Amerika Serikat Perpustakaan Utama UIN Jakarta telah membuka

American Corner (Amcor) hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya memenuhi

kebutuhan informasi para sivitas akademika, terutama berbagai informasi yang

terkait dengan Amerika. Berbagai sumber informasi yang disediakan oleh

amcor adalah buku-buku, majalah, jurnal tercetak, online journal (EBSCO,

dll). Disamping itu Amcor juga secara reguler mengadakan berbagai kegiatan

seperti pemutaran film, teleconference, diskusi, dll.

Hingga tahun 2009 Perpustakaan utama telah melakukan upaya

perubahan sistem otomasi berbasis web dengan nama TULIS (The Technology

of UIN for Library & Information System). Pada tahun ini juga telah dilakukan

46

perubahan layout perpustakaan, khusunya pada lantai 2 untuk ruang koleksi

dan ruang baca. Saat ini Perpustakaan Utama UIN dipimpin oleh Dr.

Muhmmad Zuhdi hingga 2011, 2011 - 2013 oleh Nuryudi, MLIS, 2013 -

sekarang oleh Amrullah Hasbana, S.Ag., SS., MA.

Selain dari pusat perpustakaan, maka ada beberapa perpustakaan

fakultas yang tersebar dilingkungan UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

Perpustakaan Fakultas ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran, yang

berfungsi sebagai Library and Learning Resources Center (LLRC). LLRC

merupakan bentuk implementasi dari kebijakan universitas dalam rangka

menjadikan perpustakaan-perpustakaan fakultas sehingga kedekatan koleksi

akan lebih dirasakan oleh pengguna di samping kebutuhan akan kedalaman

informasi pengguna pada masing-masing fakultas akan dapat diakses dan

diperoleh dengan mudah.

Selain didesain sebagai sarana yang menyediakan resource atau

sumber-sumber informasi dalam bentuk tercetak maupun non tercetak, LLRC

juga didesain dengan mengintergrasikan resource tersebut dalam konteks

pembelajaran sehingga para pengguna mendapatkan kedekatan dan pilihan

terhadap sumber-sumber yang diperlukan untuk keperluan studinya. Hal

penting lainnya adalah bahwa LLRC berupaya mensinergikan partisipasi tiga

komponen penting dari proses pembelajaran, yaitu dosen, mahasiswa, dan

perpustakaan. Hal ini diimplementasikan dalam bentuk learning resources.

Pengembangan perpustakaan Fakultas ini sekali lagi merupakan

kebijakan strategis Rektor IAIN Syahid Jakarta tahun 1998 tentang konsep

47

IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN with wider mandate), yakni

meningkatkan standarisasi fasilitas sarana dan prasarana pendidikan di

lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program kebijakan Rektor

tersebut di antaranya adalah mendirikan serta mengembangkan perpustakaan

di masing-masing fakultas. Pendirian perpustakaan fakultas ini kemudian

disahkan dengan SK Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 040 Tahun

1999 tentang Rencana Induk Pengembangan (RIP) IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 1999/2000 2003/2004, yang salah satunya dinyatakan bahwa

pengembangan perpustakaan di lingkungan IAIN Jakarta dibagi menjadi 3

jenis, yaitu: Perpustakaan Utama sebagai perpustakaan riset, Perpustakaan

Fakultas sebagai perpustakaan kerja, dan Perpustakaan Pasca Sarjana sebagai

perpustakaan khusus.

Dalam pengembangannya terdapat beberapa perpustakaan fakultas di

lingkungan UIN Jakarta yang berperan sebagai working library (perpustakaan

kerja), dimana fungsinya adalah memberikan layanan kepada masing-masing

sivitas akademika Fakultas.

1. Visi dan Misi

a. Visi

Pusat Perpustakaan UIN sebagai pusat informasi dan sumber referensi

terkemuka dalam berbagai ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kajian

keislaman.

b. Misi

48

a) Menyediakan koleksi yang lengkap dalam bidang ke-Islaman dan

bidang-bidang umum, sebagai pendukung kegiatan perkuliahan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

b) Menyediakan berbagai layanan yang tepat, akurat dan cepat dalam

rangka memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh civitas akademika

UIN Jakarta.

c) Mengembangkan pemanfaatan perpustakaan secara efektif oleh

seluruh civitas akademika dengan melaksanakan beberapa program

information literacy.

d) Mengembangkan layanan jarak jauh untuk seluruh sivitas akademika

UIN dan masyarakat di luar UIN.

e) Mengembangkan kualitas SDM perpustakaan agar mampu

menjalankan profesinya sesuai perkembangan zaman.

f) Mengembangkan pengadaan dan pemanfaatan koleksi non cetak dan

perpustakaan online.

g) Mengembangkan layanan informasi berbasis WEB bagi civitas

akademik

h) Mengembangkan sumber daya pustakawan dan pengguna

perpustakaan

i) Menjalin hubungan kerja sama nasional dan internasional

j) Mendokumentasikan dan menyediakan akses karya civitas akademika

2. Tugas Layanan Sirkulasi

Layanan ini meliputi kegiatan peminjaman dan pengembalian buku-

buku (koleksi umum) yang telah disediakan oleh perpustakaan untuk dapat

49

dipinjamkan. Adapun tata cara peminjaman dan pemanfaatan koleksi di Pusat

Perpustakaan adalah sebagai berikut :

a. Carilah buku yang ingin anda pinjam pada komputer katalog online yang

sudah kami sediakan. Setelah itu carilah buku tersebut pada jajaran koleksi

setelah anda yakin bahwa koleksi tersebut ada di katalog kami.

b. Bawalah buku tersebut ke petugas sirkulasi dan serahkan bersama kartu

anggota anda. Peminjam tidak diperkenankan untuk menggunakan kartu

anggota selain miliknya.

c. Setelah proses peminjaman selesai, ambilah buku tersebut dan anda dapat

membacanya selama satu minggu. Jaga baik-baik buku tersebut karena

banyak yang ingin membaca selain anda.

d. Buku pinjaman dapat diperpanjang selama satu minggu, dan batas

peminjaman hanya sampai dua kali perpanjangan saja.

3. Struktur Organisasi Perpustakaan UIN Jakarta

a.. Secara organisasi kepala perpustakaan utama bertanggung jawab

langsung kepada Rektor melalui Wakil Rektor Bidang Akademik. Dalam

pelaksanaan tugas-tugas operasional, kepala Pusat Perpustakaan dibantu

oleh wakil kepala, tigas sub bagian yaitu sub bagian umum, sub bagian

layanan teknis dan sub bagian layanan umum, serta di bantu oleh kepala-

kepala urusan dan kelompok pustakawan. Sub bagian layanan teknis

membawahi kepala-kepala urusan (kaur) seperti kepala urusan pengadaan

dan pengembangan koleksi, kepala urusan pengolahan, kepala urusan

pemeliharaa. Sedangkan sub bagian layanan umum membawahi kepala

50

urusan sirkulasi, kepala urusan referensi, kepala urusan layanan khusus

dan kerjasama serta kepala urusan otomasi, ICT dan Multimedia. Untuk