bingkai kehidupan suku baduy
DESCRIPTION
INiTRANSCRIPT
BINGKAI PERSAUDARAAN SUKU BADUY
Allah adalah tujuan kami,
Rasulullah teladan kami,
Alqur’an pedoman hidup kami,
Jihad adalah jalan juang kami,
Mati di jalan Allah adalah, cita-cita kami tertinggi
Aktivis Cordofa mana yang tak kenal dengan lirik lagu ini? Ya, lagu ini menjadi
bagian dari kisah perjuangan manis kami dalam menapaki wilayah asri bumi Baduy.
Perjalanan bernafaskan dzikir ini kami susuri bersama sahabat-sahabat Cordofa Leadership
Camp (CLC). Acara CLC yang berlangsung selama 5 hari ini atas izin Allah telah mampu
menumbuhkan benih-benih ukhuwah untuk senantiasa bersatu dalam rangka menyeru di
jalan-Nya.
Tak hanya materi kepemimpinan yang kami peroleh, amalan harian dimutabaahi,
belajar memberikan pelayanan terbaik, dan militansi yang diuji semakin menautkan hati kami
dalam indahnya dekapan ukhuwah. Menjadikan LDK sebagai panggung kepemimpinan,
bergerak bersama untuk merawat dan membesarkannya. Berjuang dalam medan hati yang
semakin mengokohkan akhlak kami, tsaqofah kami semakin bertambah, kewajiban yang ada
selama CLC berlangsung lebih banyak daripada waktu yang tersedia membuat kami belajar
untuk lebih menghargai waktu dan teratur dalam setiap urusan. Semua itu kami peroleh
dalam paket lengkap bersama CLC.
Mengingat posisi kami sudah berada di wilayah Baduy, tak lengkap rasanya jika
semua rangkaian itu usai tanpa kita bertemu dengan pribumi aslinya, yaitu Suku Baduy. Saat
berkunjung, kami melihat bahwa masyarakat suku Baduy sangat memegang teguh adat
tradisi. Mereka taat pada tradisi lama serta hukum adat. Adat ini mereka lakukan bukan
karena adanya keterpaksaan melainkan adanya perasaan bahwa mereka diawasi oleh para
leluhur. Prinsip kehidupan mereka yang rukun, cinta damai, dan tidak mau berkonflik
menjadi satu hal yang patut kita contoh.
Setelah diskusi dengan masyarakat Baduy Luar, mereka memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari secara mandiri dengan bercocok tanam dan berladang. Selain itu,
mereka menjual hasil kerajinan seperti tenunan berupa selendang, baju, celana dan ikat
kepala. Masyarakat Baduy sangat taat pada pimpinannya, mereka memanggil pemimpinnya
dengan sebutan Puun. Disini Puun bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan
kehidupan masyarakat.
Tidakkah saudara melihat bagaimana kekuatan jamaah dan ketaatan mereka pada
pemimpinnya dapat melahirkan tatanan kehidupan yang rukun? Ini bukan tentang bagaimana
cara mereka menjalankan prinsip agamanya, anggap saja pertanyaan ini sebagai bahan
renungan kita tentang bagaimana kondisi jamaah kita saat ini? Sudahkah kita taat pada
pemimpin kita? Sudah munculkah rasa saling percaya antara pemimpin dan anggotanya?
Pernah suatu ketika Umar bin Khaththab r.a. berkata “Tidak ada islam melainkan
dengan jamaah, tidak ada jamaah kecuali dengan imamah (kepemimpinan) dan tidak ada
kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.” Tak hanya itu, Allah berfirman dalam Q.S Ali
Imran ayat 103, yang artinya “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.”
Kini, yang terpenting adalah bagaimana menghidupkan kembali gerak jamaah itu
dengan menjadikan ukhuwah sebagai sumber energi. Masih ingatkah saudara dengan kata-
kata ini? “Saudaramu, amanahmu.” Kini, tugas kita adalah memastikan saudara-saudara kita
atau pun orang-orang yang kita pimpin merasa bahagia dengan kehadiran kita. Bermanfaat
bagi orang lain menjadi tuntutan kepada setiap muslim. Pun dengan kewajiban kita sebagai
Da’i. Da’i yang bergerak secara jama’i dan tertata rapi akan lebih bermanfaat daripada Da’i
yang bergerak sendiri. Yuk, saatnya rapatkan barisan!
“Jika bersama dakwah saja engkau serapuh itu, sekuat apa jika engkau seorang diri?” (Alm.
Ust. Rahmat Abdullah)
Bogor, 12 Februari 2016
Ditulis oleh: Eneng Fakhrunnisa
LDK Al-Hurriyyah
Institut Pertanian Bogor