bingkai kehidupan suku baduy

3
BINGKAI PERSAUDARAAN SUKU BADUY Allah adalah tujuan kami, Rasulullah teladan kami, Alqur’an pedoman hidup kami, Jihad adalah jalan juang kami, Mati di jalan Allah adalah, cita-cita kami tertinggi Aktivis Cordofa mana yang tak kenal dengan lirik lagu ini? Ya, lagu ini menjadi bagian dari kisah perjuangan manis kami dalam menapaki wilayah asri bumi Baduy. Perjalanan bernafaskan dzikir ini kami susuri bersama sahabat-sahabat Cordofa Leadership Camp (CLC). Acara CLC yang berlangsung selama 5 hari ini atas izin Allah telah mampu menumbuhkan benih-benih ukhuwah untuk senantiasa bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Nya. Tak hanya materi kepemimpinan yang kami peroleh, amalan harian dimutabaahi, belajar memberikan pelayanan terbaik, dan militansi yang diuji semakin menautkan hati kami dalam indahnya dekapan ukhuwah. Menjadikan LDK sebagai panggung kepemimpinan, bergerak bersama untuk merawat dan membesarkannya. Berjuang dalam medan hati yang semakin mengokohkan akhlak kami, tsaqofah kami semakin bertambah, kewajiban yang ada selama CLC berlangsung lebih banyak daripada waktu yang tersedia membuat kami belajar untuk lebih menghargai waktu dan teratur dalam setiap urusan. Semua itu kami peroleh dalam paket lengkap bersama CLC. Mengingat posisi kami sudah berada di wilayah Baduy, tak lengkap rasanya jika semua rangkaian itu usai tanpa kita bertemu dengan pribumi aslinya, yaitu Suku Baduy. Saat

Upload: fakhrunnisa-azzahra

Post on 13-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

INi

TRANSCRIPT

Page 1: Bingkai Kehidupan Suku Baduy

BINGKAI PERSAUDARAAN SUKU BADUY

Allah adalah tujuan kami,

Rasulullah teladan kami,

Alqur’an pedoman hidup kami,

Jihad adalah jalan juang kami,

Mati di jalan Allah adalah, cita-cita kami tertinggi

Aktivis Cordofa mana yang tak kenal dengan lirik lagu ini? Ya, lagu ini menjadi

bagian dari kisah perjuangan manis kami dalam menapaki wilayah asri bumi Baduy.

Perjalanan bernafaskan dzikir ini kami susuri bersama sahabat-sahabat Cordofa Leadership

Camp (CLC). Acara CLC yang berlangsung selama 5 hari ini atas izin Allah telah mampu

menumbuhkan benih-benih ukhuwah untuk senantiasa bersatu dalam rangka menyeru di

jalan-Nya.

Tak hanya materi kepemimpinan yang kami peroleh, amalan harian dimutabaahi,

belajar memberikan pelayanan terbaik, dan militansi yang diuji semakin menautkan hati kami

dalam indahnya dekapan ukhuwah. Menjadikan LDK sebagai panggung kepemimpinan,

bergerak bersama untuk merawat dan membesarkannya. Berjuang dalam medan hati yang

semakin mengokohkan akhlak kami, tsaqofah kami semakin bertambah, kewajiban yang ada

selama CLC berlangsung lebih banyak daripada waktu yang tersedia membuat kami belajar

untuk lebih menghargai waktu dan teratur dalam setiap urusan. Semua itu kami peroleh

dalam paket lengkap bersama CLC.

Mengingat posisi kami sudah berada di wilayah Baduy, tak lengkap rasanya jika

semua rangkaian itu usai tanpa kita bertemu dengan pribumi aslinya, yaitu Suku Baduy. Saat

berkunjung, kami melihat bahwa masyarakat suku Baduy sangat memegang teguh adat

tradisi. Mereka taat pada tradisi lama serta hukum adat. Adat ini mereka lakukan bukan

karena adanya keterpaksaan melainkan adanya perasaan bahwa mereka diawasi oleh para

leluhur. Prinsip kehidupan mereka yang rukun, cinta damai, dan tidak mau berkonflik

menjadi satu hal yang patut kita contoh.

Setelah diskusi dengan masyarakat Baduy Luar, mereka memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari secara mandiri dengan bercocok tanam dan berladang. Selain itu,

mereka menjual hasil kerajinan seperti tenunan berupa selendang, baju, celana dan ikat

kepala. Masyarakat Baduy sangat taat pada pimpinannya, mereka memanggil pemimpinnya

dengan sebutan Puun. Disini Puun bertugas sebagai pengendali hukum adat dan tatanan

kehidupan masyarakat.

Page 2: Bingkai Kehidupan Suku Baduy

Tidakkah saudara melihat bagaimana kekuatan jamaah dan ketaatan mereka pada

pemimpinnya dapat melahirkan tatanan kehidupan yang rukun? Ini bukan tentang bagaimana

cara mereka menjalankan prinsip agamanya, anggap saja pertanyaan ini sebagai bahan

renungan kita tentang bagaimana kondisi jamaah kita saat ini? Sudahkah kita taat pada

pemimpin kita? Sudah munculkah rasa saling percaya antara pemimpin dan anggotanya?

Pernah suatu ketika Umar bin Khaththab r.a. berkata “Tidak ada islam melainkan

dengan jamaah, tidak ada jamaah kecuali dengan imamah (kepemimpinan) dan tidak ada

kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.” Tak hanya itu, Allah berfirman dalam Q.S Ali

Imran ayat 103, yang artinya “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,

dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu

dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu

menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada

di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.”

Kini, yang terpenting adalah bagaimana menghidupkan kembali gerak jamaah itu

dengan menjadikan ukhuwah sebagai sumber energi. Masih ingatkah saudara dengan kata-

kata ini? “Saudaramu, amanahmu.” Kini, tugas kita adalah memastikan saudara-saudara kita

atau pun orang-orang yang kita pimpin merasa bahagia dengan kehadiran kita. Bermanfaat

bagi orang lain menjadi tuntutan kepada setiap muslim. Pun dengan kewajiban kita sebagai

Da’i. Da’i yang bergerak secara jama’i dan tertata rapi akan lebih bermanfaat daripada Da’i

yang bergerak sendiri. Yuk, saatnya rapatkan barisan!

“Jika bersama dakwah saja engkau serapuh itu, sekuat apa jika engkau seorang diri?” (Alm.

Ust. Rahmat Abdullah)

Bogor, 12 Februari 2016

Ditulis oleh: Eneng Fakhrunnisa

LDK Al-Hurriyyah

Institut Pertanian Bogor