kumpulan makalahku-arkanul bai'ah dalam bingkai jihad siyasi
DESCRIPTION
Makalah KajianTRANSCRIPT
Page 1 of 19
ARKANUL BAI’AH DALAM BINGKAI JIHAD SIYASI
(Rukun Al Fahmu, Al Ukhuwah dan At Tsiqoh)
Eddy Syahrizal
http://qr-eddysyahrizal.blogspot.com
Makalah Tasqif Siyasi UNRI Rabu, 16 Juli 2008
Definisi Arkanul Bai’ah
Di awal Sekali Imam Syahid Hasan Al Banna mengungkapkan dengan
perkataan berikut ini :
(Rukun Bai‟at Kita ada sepuluh, maka jagalah!)
Dari kalimat pembuka diatas kita dapat melihat bahwa Arkanul Bai‟ah terdiri kata-
kata arkan, Bai‟at dan infazhuha.
Kata Arkan adalah kata jamak dari rukn, yang berarti pilar utama atau salah
satu pilar yan menjadi fondasi bangunan.sesuatu. atau pilar yang apabila ditinggalkan
maka batallah suatu pekerjaan dan tidak memiliki kekuatan lagi. Atau pilar yang
terkuat. Atau masalah yang besar. Atau sesuatu yang mempunyai kekuatan, baik
berupa raja, tentara dan lainnya, atau berupa kedudukan dan kemampuan pertahanan1
Kata bai‟at berarti perjanjian untuk mencurahkan ketaatan dengan harga yang
setimpal. Pada asalnya, kata bai‟at bermakna mencurahkan ketaatan kepada penguasa
dalam melakukan perintahnya. Seseorang yang melakukan bai‟at berarti dia telah
berjanji untuk mencurahkan ketaatannya, sekalipun ketaatan tersebut menuntut harta
atau kepayahan atau jiwa selama hal itu dalam mencari keridhaan Allah swt.2
Kata Infazhuha berasal dari kata fahzahuha (jagalah dia) memiliki dua makna
yaitu :
1 Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Syarah Ar Kanul Bai‟ah 1 Alfahmu cetakan Pertama (Solo:Media
Insani, 2006), hal. 33. 2 Ibid.,hal. 34.
Page 2 of 19
1. Sadar dan paham setelah mencermati, dalam arti merasa mantap pada hasil
pemahaman
2. Melaksanakan konsekuensi Bai‟at, yakni memelihara, menjaga dan
melaksanakan. 3
Risalah Arkanul Bai’ah Bagian dari Risalatut Ta’alim Wal Usar
Arkanul Bai‟ah merupakan bagian dari risalah Imam Syahid Hasan Al Banna
yang bertajuk Risalah Ta‟alim Wal Usar. Sehingga akan kurang sempurna kalau kita
melihat semua isi risalah untuk mendapatkan hikmah yang lengkap di dalamnya.
Risalah ini dimunculkan oleh Imam Hasan Al Banna ditengah-tengah perpecahan
yang terjadi dalam gerakan-gerakan Ishlah (reformasi) kembali untuk menyatukan
semua kaum Muslimin. Setelah Kekhalifahan Turki Ustmani Runtuh pada tahun 1924
M muncullah banyak gerakan penyadaran untuk kembali memperbaiki keadaan Umat
Islam.
Gerakan-gerakan ini mempunyai beberapa ciri :
1. Cendrung mengambil gerakan yang parsial, yaitu terlalu memprioritaskan
pada satu aspek perbaikan saja. Ada yang hanya mementingkan aspek aqidah
saja, ada yang hanya memfokuskan pada aspek ekonomi dan social saja, ada
yang memfokuskan pada pembentukan tokoh saja karena mereka menganggap
umat saat sekarang ini kehilangan tokoh. Bahkan ada yang hanya
memfokuskan pada aspek politik saja.
2. Antara berbagai kelompok ini sering tidak akur dan saling menjatuhkan antara
satu dengan lainnya. Sehingga perubahan itu tidak kunjung menemukan titik
temu yang satu dan banyak yang tambal sulam.
Didasari oleh realitas inilah maka Imam Syahid Hasan Al Banna
memformulasikan kerangka berpikir untuk menyatukan semua gerakan penyadaran
umat ini untuk kerja bahu-membahu.
Risalah ini ditulis Imam Syahid pada tahun 1943 M. risalah ini termasuk
risalah yang terpenting yang ditulis oleh beliau. Bahkan Ustadz Abdul Halim
Mahmud menganggapnya sebagai puncak dan intisari dari semua risalah yang beliau
tulis.
3 Ibid., hal 37.
Page 3 of 19
Risalah ini berisi strategi jamaah Ikhwan dalam tarbiyah dan pembentukan
kader. Juga berisi tentang tujuan-tujuan dakwah dan perangkat untuk mencapai tujuan
tersebut. Imam Syahid menulis risalah ini untuk para ikhwan yang tulus, para mujahdi
atau yang disebut dengan kader inti Ikhwan. Dimana gaya bahasa yang dipakai adalah
gaya bahasa Instruksi untuk beramal, bukan sekadar pembicaraan.4
Teori reformasi yang diusulkan Imam Syahid Hasan Al Banna adalah teori
yang jelas dan komprehensif. “Sesungguhnya terapi bagi keterpurukan, perpecahan
kata, kehancurandan kemunduran peradaban umat Islam tidak bisa dilakukan
dengan terapi tunggal, ia harus dengan terapi komprehensif. Begitu juga manhaj
reformasi untuk membebaskan umat Islam dari keterpurukannya haruslah
komprehensif tanpa memprioritaskan manhaj salah satu reformis, tetapi harus
mencakup seluruh unsure reformasi. Dengan itulah semua kondisi umat Islam
akan membaik,” begitulah yang ditulis Imam Syahid Hasan Al Banna menjelaskan
gagasan Reformasinya. 5
Unsur-unsur reformasi yang ini adalah :
1. Al Fahm: memahami agama Islam dengan benar dan komprehensif.
2. Al Ikhlas: Ikhlas karena Allah dalam beramal untuk Agama
3. Al „Amal: beramal demi agama ini dengan memperbaiki diri sendiri, rumah
tangga Muslim, masyarakat, pemerintahan dan seterusnya.
4. Al Jihad: jihad fi sabilillah dengan berbagai tingkat dan variasinya.
5. At Tadhliyyah: berkorban waktu, kesungguhan, harta, dan jiwa demi
agama
6. At Tha‟ah: Menaati Allah dan Rasulnya, baik dalam kondisi susah atau
mudah, senang maupun benci.
7. Ats Tsabat: memegang teguh agama, baik dari sisi aqidah, syari‟ah,
maupun perbuatan, sekalipun harus memakan waktu yang panjang untuk
sampai pada tujuan.
8. At Tajarrud: membersihkan diri dari pemikiran yang bertentangan dengan
pemikiran Islam dan dari setiap orang atau teman yang memisahkan antara
seorang Muslim dengan loyalitas kepada agamanya.
4 Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al Banna Jilid 1(Jakarta Timur: Penerbit Al
I‟thishom Cahaya Umat, 2005), hal. 285. 5 Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Syarah, Op.cit., hal. 25.
Page 4 of 19
9. Al Ukhuwwah: persaudaraan dalam agama, karena persaudaraan
merupakan saudara persatuan dan terapi bagi keterpurukan dan
kehancuran.sedangkan perpecahan merupakan saudara kekufuran.
10. At Tsiqah: Kemantapan hati dalam mengontrol perbuatan demi Islam
sesuai dengan kaidah Islam yang mengatakan,” tidak ada ketaatan dalam
bermaksiat kepada Khalik.”6
Dalam risalatut ta‟alim wal usar ini beliau juga menjelaskan tahapan-tahapan
dakwah Ikhwan yaitu :
1. Ta‟rif (pengenalan, atau tahap afiliasi)
2. Takwin (pembentukan atau tahap partisipasi)
3. Tahfidz (mobilisasi atau tahap kontribusi)
Bagian akhirnya berisi 38 kewajiban yang harus ditunaikan untuk menyempurnakan
pelaksanaan Arkanul Bai‟ah.
Definisi Jihad Siyasi
Jihad siyasi terdiri dari dua kata yaitu jihad dan siyasi.
Jihad
Secara bahasa Arab kata jihad dan mujahadah berarti,”menguras kemampuan
dan melawan musuh” Jahada Al „Aduw berarti Qataluhu,”memeranginya.” Jihad
adalah seruan kepada agama yang haq. Jihad dapat dilakukan dengan tangan dan
lisan. Rasulullah bersabda,” berjihadlah kepada orang-orang kafir dengan tanganmu
dan lisanmu.”
Fairuz Abadi mengatakan dalam kitabnya, Basha-ir Dzawit Tamyiz, “ jihad
dan mujahadah adalah menguras kemampuan dalam memerangi musuh. At Tarmizi
meriwayatkan dengan sanadnya dari Fudhalah bin „Ubaid, ia berkata bahwa
Rasulullah Saw bersabda,” Mujahid adalah orang yang berjihad melawan jiwanya
(hawa nafsunya) dalam rangka menaati Allah”
Lafadz jihad dalam Al Qur‟an dipakai dengan mengindikasikan beberapa
makna antara lain :
1. Berjihad melawan orang-orang kafir dengan menggunakan argumen dan
Hujjah (lihat Q.S At-Taubah:73 dan At Tahrim: 9 dan Al Furqan:52)
6 Ibid., hal. 25-26
Page 5 of 19
2. Berjihad melawan pendukung kesesatan dengan pedang dan peperangan
(lihat Q.S An Nisa‟:95, Al Baqarah: 218)
3. Berjihad melawan hawa nafsu (Lihat Q.S Al Ankabut:6)
4. Berjihad melawan setan dengan cara tidak mentaatinya karena
mengharapkan hidayah Allah (lihat Q.S Al Ankabut:69)
Tapi dalam banyak ayat yang ada dalam Alqur‟an lebih menekankan pengertian jihad
adalah dengan padanan kata Qital (perang).7
Siyasi
Siyasi dalam bahasa arab berasal dari kata sa-sa yang mempunyai dua pola.
Yaitu sasa-yasusu-sausan dan pola yang kedua adalah sasa-yasusu-siyasatan. Dalam
bahasa Arab akar kata ini bermakna ganda yaitu kerusakan sesuatudan tabiat atau sifat
dasar. Dari makna yang pertama diperoleh makna leksikal menjadi rusak atau banyak
kutu, sedangkan dari makna kedua diperoleh makna memegang kepemimpinan
masyarakat, menuntun atau melatih hewan, mengatur atau memelihara urusan. Dalam
Hadist Rasulullah Saw kata “siyasah” digunakan stidak-tidaknya dua kali. Pertama,
ketika beliau menyebut kepemimpinan atas Bani Israil oleh para nabi. Kedua, ketika
beliau menuntun kudanya dari halaman Masjid Nabawi di Madinah. 8
Dalam pengertian yang universal siyasah berasal dari kata as-saus yang berarti
ar-riasah (Kepengurusan). Jika dikatakan saasa al-amra, berarti qaama bihi
(menangani urusan).9
Menurut para ahli siyasah bisa berarti:
1. Seni memerintah Negara
2. Kekuatan (power) merealisasikan tujuan yang ingin dicapai
3. Seni tawar menawar (bargaining)
4. Imam Ibnu Qoyyim mengartikan: upaya perbaikan kehidupan manusia dan
penghindaran kerusakan.
7 Dr.Ali Abdul Halim Mahmud, Rukun Jihad Cetakan Pertama (Jakarta Timur: Penerbit Al I‟tishom
Cahaya Umat, 2001), hal . 31-33. 88
Abu Ridha, „Amal Siyasi Gerakan Politik dalam Dakwah (Bandung: Syamil Cipta Media, 2004), hal.
13. 9 Dr.Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin Cetakan Pertama (Solo:
EraIntermedia, 2000), hal. 69.
Page 6 of 19
5. Ibnu Khaldun mengartikan: eksistensi organasasi kemasyarakatan untuk
mewujudkan kehendak tuhan yang memakmurkan bumi dengan
menjadikan manusia sebagai khalifah.
6. Dalam bahasa Yunani Politicos artinya sama dengan Al Madinah, hal ini
akan memberikan pemikiran baru kepada kita megapa Yastrib dinamakan
Madinatur Rasul yang merupakan pusat pemerintahan Rasulullah Saw.
7. Dalam beberapa hadist juga dapat berarti menangani sesuatu yang
mengharuskan adanya penghidmatan, keahlian, kecakapan, seni dan
kekuatan.10
Menurut pendapat Imam Syahid Hasan Al Banna seputar masalah siyasi
adalah sebagai berikut :
“Sesungguhnya Muslim tidak akan sempurna keislamannya kecuali jika ia
politisi; pandangannya jauh ke depan terhadap permasalahan umatnya,
memperhatikan dan menginginkan kebaikannya. Meskipun demikian, dapat juga
saya katakan bahwa pernyataan ini tidak dinyatakan oleh Islam. Setiap organisasi
Islam hendaknya menyatakan dalam program-programnya bahwa ia memberikan
perhatian kepada persoalan politik umatnya. Jika tidak demikian, maka ia sendiri
yang butuh untuk memahami makna Islam”11
Syumuliatul Islam menuntut Amal Siyasi
Untuk menegaskan hakikat ini, bahwa Islam menghendaki (syariat) Islam
dijadikan sebagai system hidup yang utuh dan integral, dengan membawahi aspek
politik beliau berkata:
“Produk pemahaman secara umum dan utuh tentang ini menurut Al
Ikhwan Al Muslimun adalah bahwa gagasan pemikiran mereka mencakup
seluruh aspek perbaikan masyarakat. Termasuk dalam bagiannya adalah semua
unsure lain yang merupakan gagasan perbaikan pula. Karena itu, semua
reformis yang tulus dan penuh perhatian akan mendapati apa yang
diingikannya di sana. Maka bertemulah cita-cita pencinta reformasi yang
10
Silahkan lihat buku : Abu Ridha, „Amal Siyasi Gerakan Politik dalam Dakwah (Bandung: Syamil
Cipta Media, 2004), hal. 16-23. Diterangkan panjang –lebar mengenai pembahasan masalah ini.
Dilengkapi dengan teks hadistnya.
Page 7 of 19
memahami dan mengetahui visinya. Engkau dapat mengatakan, dan itu tidak
mengapa, bahwa Al Ikhwan Al Muslimun adalah tatanan politik, karena para
kadernya menuntut perbaikan hukum di dalam negeri dan menuntut kaji ulang
terhadap hubungan umat Islam dengan bangsa lain di luar negeri, juga
pendidikan masyarakatnya agar mencapai kehormatan, kemuliaan, perhatian
kepada kebangsaannya, hingga batas yang paling jauh”.12
Berdasarkan keterangan diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa jihad siyasi adalah mengerahkan semua kemampuan baik yang
berbentuk penghidmatan, keahlian, kecakapan, seni dan kekuatan dalam
memperbaiki kehidupan umat dan menghindari kerusakan yang akan terjadi
secara sistematis dan komprehensif.
Peranan Arkanul Baiah Terutama Rukun Al Fahmu, Al Ukhuwah Dan At Tsiqoh
Dalam Jihad Siyasi
Dalam pertemuan yang relatif singkat ini sangatlah sukar mendedahkan
urgensi semua poin Arkanul Baiah dalam aktivitas jihad siyasi. Namun panitia sudah
berbaik hati kepada saya dengan memfokuskan pada rukun Al Fahmu, Al Ukhuwah
dan Tsiqoh saja. Sebenarnya kesepuluh rukun ini sangat penting dalam jihad siyasi.
Sehingga kita tidak dapat hanya memfokuskan pada beberapa rukun saja dan
mengesampingkan yang lain. Karena ini akan merusak Syumuliatul dakwah itu
sendiri. Ini penting kita tekankan sebelum kita memulai pembahasan ini. Karena
semua rukun ini akan saling menguatkan, berkelindan satu sama lain mungkin bahasa
tepatnya. Ibarat tali Kapal Lancang Kuning yang berpilin tiga. Jika putus satu maka
akan tercerai-berailah tali tersebut.
Peranan Rukun Al Fahmu Dalam Bingkai Jihad Siyasi
Banyak pihak yang mempertanyakan mengapa Imam Syahid Hasan Al Banna
mendahulukan pemahaman dalam Arkanul Bai‟ah ini. Ustadz Dr. Yusuf Al
Qaradhawi menjelaskan bahwa urutan yang dibuat oleh Imam Syahid Hasan Al
11
Risalah Muktamar Al Khamis (Muktamar V). Prof.Dr.Taufiq Yusuf Al Wa‟iy, Pemikiran Politik
Kontemporer Al Ikhwan Al Muslimun Cetakan Pertama (Solo: Era Intermedia,2003) hal. 41. 12
Ibid.
Page 8 of 19
Banna sudah tepat. Karena beliau tahu betul skala prioritas, mendahulukan apa yang
harus didahulukan.13
Skala prioritas dalam memperjuangkan Islam haruslah diperhatikan. Hal ini
jelas, yang hampir tidak seorangpun diantara para pemikir dikalangan umat Islam
yang memperselisihkannya. Dengan menentukan skala prioritas dalam melakukan
kegiatan dakwah, tarbiyah, gerakan dan penataan ini yang keseluruhannya adalah
merupakan unsur utama bagi setiap usaha pembatuan Islam. Atau penghidupan
kembali manhaj Islamdalam diri manusia, akan terwujudlah kebangkitan dan
kebangunan di seluruh wilayah Islam sebagaimana yang kita saksikan saat ini.14
Beliau lalu menjelaskan fungsi pemahaman selaras dengan aksioma,
pemikiran harus mendahului gerakan, gambaran yang benar merupakan pendahuluan
dari perbuatan yang lurus. Karena ilmu merupakan bukti keimanan dan jalan menuju
kebenaran. Para ahli sufi juga membuat alur: ilmu akan membentuk sikap, sikap akan
mendorong perbuatan. Sebagaimana pernyataan psikolog yang menyatakan ada alur
antara pengetahuan, emosi dan perbuatan.15
Prinsip Al Fahmu dengan 20 prinsipnya merupakan deklarasi bahwa Islam
adalah solusi. Karena Islam adalah solusi maka kaidah-kaidah yang ada dalam Al
Fahmu ini akan menjadi kaidah dasar dalam beramal siyasi. Kita perhatikan saja
prinsip yang pertama yang menerangkan tentang Syumuliatul Islam.
“ Islam adalah system yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek
kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan
kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang, ilmu pengetahuan dan
hokum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah,
serta pasukan dan pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah
yang benar, tidak kurang tidak lebih”16
Prinsip pertama ini mengajarkan kepada kita bahwa aktivitas siyasi yang kita
lakukan bukan hanya aktivitas menarik seseorang untuk memilih kita dalam
perhelatan-perhelatan siyasi. Aktivitas siyasi kita lebih besar daripada itu. Tugas
siyasi kita adalah menjadikan setiap muslim menyadari, mengetahui, meyakini dan
13
Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Menyatukan pemikiran Para Pejuang Islam Cetakan Pertama (Jakarta:
Gema Insani Press), hal. 23. 14
Dr. Abdul Halim Mahmud, Merajut Benang-Benang Ukhuwah cetakan Pertama (Solo: Era
Intermedia, 2000), hal. 12-13 15
Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Menyatukan pemikiran Op.cit. 16
Hasan Al Banna, Surat Terbuka Untuk Kader Dakwah cetakan keenam (Jakarta: Al I‟thishom
Cahaya Umat), hal. 6-7
Page 9 of 19
mengamalkan Islam sesuai dengan kebesaran Islam itu sendiri. Sehingga semua
permasalahan kehidupan baik yang yang pribadi dan yang lebih besar dari pada itu
disandarkan pada tata aturan Islam.
Tidak ada lagi pernyataan-pernyataan yang membigungkan umat seperti yang
dikemukan Nurkholish Majid: “Islam Yes, Partai Islam No”. atau pernyataan Amien
Rais:” Saya lebih mementingkan Kecapnya daripada Botolnya”. Memang secara
Substantif Islam itu harus didahulukan, tetapi pemberlakuan tata aturan Islam secara
legal formal juga diperlukan. Masalah prioritas, itu adalah masalah strategi.
Sehingga kita tidak akan pernah berkata,” berikanlah hak negara kepada raja,
dan berikanlah, hak agama kepada Tuhan.” Tidak akan pernah ada sekularisme dan
liberalism dalam pemikiran dan aktivitas siyasi kita. Pemahaman ini sangat penting
dalam melaksankan aktivitas dakwah di ranah siyasi.
Pembahasan mengenai Rukun Al Fahmu dan 20 Prinsip ini sudah banyak
sekali bertebaran di buku-buku yang ditulis oleh para pewaris Dakwah Imam Syahid
Hasan Al Banna. Pada makalah ini saya hanya mengambil contoh yang diatas saja,
semoga dalam diskusi nanti adalagi hikmah yang akan tersingkap.
Saya sarankan untuk membaca dan mendiskusikan beberapa buku yang
menerangkan mengenai Arkanul Bai‟ah di akhir makalah ini. Inti dari landasan Syar‟I
jihad siyasi berlandaskan Rukun Al Fahmu dapat kita ketahui diakhir rukun Al Fahmu
ini Imam Syahid Hasan Al Banna menutupnya dengan kata-kata:
“Apabila saudaraku Muslim mengetahui agamanya dalam kerangka prinsip-
prinsip tersebut, maka ia telah mengetahui makna dari Syi‟arnya :Al Qur’an adalah
undang-undang kami dan Rasul adalah Teladan kami.17
Artinya kerangka jihad
siyasi kita harus selalu berada dalam pedoman Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah
Saw.
Ragam Pemikiran Siyasi dalam pergerakan Islam di Indonesia sebagai sebuah
Perbandingan
Sebagai perbandingan saya kutip apa adanya kutip dari Pengantar Editor
Suherman, M.Si Buku menuju Cahaya (Recik-recik Tarbiyah dan Dakwah M.Anis
Matta) berikut ini yang menerangkan ragam pemikiran siyasi di Indonesia.
17
Ibid., hal.15
Page 10 of 19
“Menurut kategorisasi yang dibuat oleh Bahtiar Efeendy ada tiga kategori
konsep pemikiran Islam Indonesia. Ketiganya memang merupakan respon terhadap
situasi dan kondisi social-politis yang terjadi saat rezim Orde Baru sedang
Hegemonik baik secara politis maupun Kultural.
Ketiga aliran pemikiran itu adalah :
a. Pembaruan teologis
b. Reformasi politik
c. Transformasi Sosial.
Ketiga aliran pemikiran tersebut juga muncul sebagai alternative perjuangan
mereka setelah mempelajari sejarah kekalahan Islam di pentas Politik nasional sejak
Indonesia Merdeka, di mana Islam selalu kalah.
Kekalahan Islam ini, dalam pandangan mereka karena strategi perjuangan
mereka, karena strategi perjuangan mereka secara politis-Ideologis yang terlalu
formalistic, dalam arti bahwa terlalu memaksakan diri untuk memperjuangkan Islam
secara konstitusional tanpa dilandasi basis social yang kokoh. Yang pada akhirnya
Islam selalu berhadap-hadapan dengan Negara, dan lebih buruk lagi dari itu, Negara
menganggap bahwa Islam sebagai kekuatan oposisi yang harus disingkirkan karena
dianggap sebagai factor destabilisasi yang menghalangi proses pembangunan
(Effendy,1998)
Yang dimaksud dengan pembaruan Teologis adalah suatu usaha untuk
mengadakan kontekstualisasi ajaran Islam atau mengadakan sintesis antara idealism
islam dengan realitas keindonesiaan. Menurut aliran pemikiran ini, Islam tidak bisa
menghegemonik dalam panggung politik Indonesia karena para pemimpin dan aktivis
politik Islam yang terdahulu mematok pandangan keagamaan tentang urusan-urusan
duniawi (politik) dalam cara yang formalistic, legalistic atau skripturalistik dalam
orientasinya. Menurut mereka, rumusan teologi semacam ini diubah atau sedikitya
dibuat menjadi lebih fleksibel dan adaptif, maka kemungkinan sebuah sintesis yang
harmonis antara islam dan Negara dapat di bangun.
Page 11 of 19
Dengan melakukan Pembaruan Teologis, diharapkan pemahaman kaum
Muslimin terhadap pesan-pesan islam tidak menjadi Stagnan. Yang lebih penting
lagi, seraya bersandar pada suatu keyakinan bahwa Islam itu abadi, holistic dan
universal, kaum Muslimin tidak akan kehilangan pegangan dalam menghadapi
tantangan modernitas. Mereka akan mampu mengadakan dialog yang produktif dan
cerdas antara universalitas ajaran Islam dengan kekhasan ruang dan waktu
Indonesia.
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran yang fundamental tersebut, para
penganut pemikiran ini menyerukan corak perjuangan politik Islam yang lebih
substantive, tidak bersifat simbolis, di mana programlah bukannya idiologi partisan
yang menjadi orientasi utama.
Aliran pemikiran yang kedua adalah Reformasi Politik. Para penganut aliran
ini berkeyakinan bahw masalah tidak harmonisnya hubungan antara Islam politik
dan Negara, beserta akibat-akibatnya yang dirasakan oleh para aktivis Politik Islam,
dapat perlahan-lahan diatasi dengan cara melibatkan diri secara langsung dalam
urusan utama proses-proses politik dan birokrasi Negara.
Alasan yang mendasari asumsi ini adalah bahwa ; pertama, pendekatan ini
tidak menempatkan Islam dalam posisi yang berhadap-hadapan dengan Negara.
Aliran pemikiran ini bahkan mengharuskan adanya peninjauan kembali terhadap
cita-cita politik yang sudah dicanangkan para aktivis Politik Islam sebelumnya.
Mereka tidak melihat upaya menajdikan Islam sebagai dasar Negara harus
diperjuangkan dengan harga apapun oleh Umat Islam. Mereka percaya bahwa yang
harus diperjuangkan adalah berlangsungnya tantanan social-politik Negara,
sehingga Umat Islam dapat menjalankan ajaran-ajaran agama mereka dengan bebas.
Sejalan dengan itu, mereka menyatakan bahwa perjuangan Islam dalam perpolitikan
Indonesia Kontemporer tidak boleh menekankan corak ideologisnya yang formal.
Kedua,berkaca pada sejarah, para aktivis Politik Islam tidak pernah
memainkan peranan penting dalam lembaga-lembaga Negara dan kantor-kantor
birokrasi. Fenomena ini dapat menjelaskan bukan saja posisi pinggiran para aktivis
Islam Politik di lembaga-lembaga Negara dan kantor-kantor birokrasi, melainkan
juga sikap dan langkah yang relative mengambil jarak dari Negara, padahal secara
sosiologis sebenarnya ada keharusan intrinsic dari para aktivis Politik Islam untuk
memainkan kebijaksanaan di Indonesia.
Page 12 of 19
Hal itu semata-mata karena Umat Islam adalah kelompok masyarakat
terbesar di Negara ini. Mereka berkeyakinan bahwa untuk membangun tradisi
memerintah yang kuat, maka dirasa penting untuk tetap menjalin hubungan yang
harmonis dengan lembaga-lembaga politik dan birokrasi yang ada.
Para pendukung aliran ini pada umumnya menyatakan bahwa para pemimpin
dan aktivis Islam politik baru dapat memainkan peran secara efektif dalam proses-
proses pembuatan kebijakan Negara jika mereka memasuki lembaga-lembaga politik
dan birokrasi formal.
Ketiga, seluruh pendekatan dan strategi diatas merupakan langkah-langkah
yang harus diambil untuk memulihkan kembali harga diri dan citra para aktivis
Politik Islam yang pada umumnya dipandang sebagai sarana kecurigaan, bukan
“orang dalam” atau kelompok minoritas dalam proses-proses politik Indonesia.
Dan lebih penting dari itu, strategi-strategi tersebut juga penting untuk
membangkitkan kembali rasa keterikatan Umat Islam terhadap berbagai persoalan
Negara yang sudah merosot yang antara lain dikarenakan oleh kekalahan-kekalahan
politis di masa lalu.
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas, para pendukung aliran ini
berharap bahwa pembaruan politik dan partisipasi birokratis akan dapat mengatasi
hubungan yang tidak harmonis antara Islam dan Negara.
Aliran pemikiran ketiga adalah Transformasi Sosial. Aliran ini lebih
berorientasu pada pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah. Untuk itu, aliran ini
lebih peduli pada bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang lebih kongkret
dan mendesak daripada masalah Ideologi, yang dihadapi masyarakat Indonesia
secara keseluruhan, yang notabene sebagian besar beragama Islam.
Dalam hal ini mereka lebih tertarik untuk melihat pengaruh-pengaruh social
ekonomi dan politik dari kebijakan pemerintah yang lebih menekankan stabilitas dan
pertumbuhan ekonmi dengan risiko dikesampingkannya social politik rakyat dan
pemerataan. Dalam mengatasi masalah-masalah yang mendesak itu, mereka
menerapkan pendekatan-pendekatan empiric dan bertindak tidak konfrontatif”.
Nampak sekali bukan perbedaannya dengan prinsip pertama dalam Rukun Al
Fahmu ? Maka pendekatan yang kita lakukan adalah harus bersifat holistic dan
komprehensif.
Page 13 of 19
Peranan Rukun Al Ukhuwah dalam Bingkai Jihad Siyasi
Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan Ukhuwah sebagai berikut:
”Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani
dengan ikatan aqidah.Aqidah adalah sekokoh-kokohnya dan semulia-mulianya
ikatan. Ukhuwah adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahan adalah
saudaranya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak
ada persatuan tanpa cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan
dada dan standar maksimal adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri
sendiri).”
Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung (Al-Hasyr:9)
Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya lain lebih utama dari dirinya
sendiri, karena jika tidak bersama mereka, ia tidak bisa bersama yang lain.
Sememtara mereka jika tidak bersama dengan dirinya bisa bersama yang lain.
Sesungguhnya Srigala hanya akan memakan Domba yang terpisah sendirian.
Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnyaibarat sebuah bangunan, yang satu
mengokohkan yang lain.
Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan,
sebagian mereka menjadi pelindung bagi lainnya (At-Taubah:71)18
Lalu Ustadz Sa‟id hawwa Memberikan komentar:
1. Ahmad Syauqi berkata,”kawan kala berpolitik, musuh kala berkuasa.”
Persaudaraan di kalangan anggota berbagai institusi politik tidak akan
terjalin kokoh. Hal ini disebabkan persaingan sesame mereka untuk
mendapatkan posisi maupun keuntungan materi. Memang, unsure materi
jika memasuki suatu wilayah pasti akan merusaknya. Mengomentari
hubungan persaudaraan semacam ini, sebagian mereka
mengatakan,”musuh dalam selimut adalah sahabat terbuka.” Hal yang
serupa dengan ini tidak mungkin mendasari tegaknya Islam dan tidak
mungkin mewujudkan cita-citanya. Oleh karenanya, persaudaraan
(ukhuwah) yag hakiki menjadi salahsatu rukun Bai‟at.
18
Sa‟id Hawwa, Membina Angkatan Mujahid Cetakan Kelima(Solo: Era Intermedia, 2005), hal. 176
Page 14 of 19
2. Imam Hasan Al Banna menunjukkan kepada kita beberapa indicator, yang
dengannya kita mengetahui adanya persaudaraan, yakni rasa cinta. Standar
minimal dari rasa cinta ini adalah bersikap lapang dada sesama akhul
muslim. Sedangkan standar maksimal adalah itsar (mementingkan orang
lain atas diri sendiri) kepada sesama manusia atas urusan dunia, seperti
pangkat dan kedudukan. Cinta tidak dapat terwujud dalam suatu barisan
kecuali seseorang bersikap zuhud terhadap harta yang ada di tangan orang
lain. Rasulullah bersabda:
“zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, dan
zhudlah engkau terhadap harta yang berada di tangan orang lain, niscaya
orang lain akan mencintaimu.
3. Tidak ada yang dapat melanggengkan ukhuwah kecuali taat kepada Allah
dan menjauhi larangannya.
4. Tiada sesuatu yang mencegah runtuhnya Ukhuwah selain iman dan amal
Shalih.
5. Musuh Allah Iblis sangat membenci terbangunnya Ukhuwah dan kasih
sayang sesama da‟i.19
Peranan Rukun At Tsiqoh Dalam Bingkai Jihad Siyasi
Iman Syahid Hasan Al Banna berkata mengenai Tsiqoh:
” yang saya maksud dengan Tsiqoh (kepercayaan) adalah rasa puasnya
seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun
keikhlasannya, dengan kepuasan yang mendalam yang menghasilkan perasaan cinta,
penghargaan, penghormatan dan ketaatan.
Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sehingga mereka
menjadikan kamuhakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka keberatan terhadap sesuatu keputusan yang
kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya (An-Nisa‟:65)
Pemimpin adalah unsur penting dalam dakwah, tidak ada dakwah tanpa
kepemimpinan. Kadar kepercayaan yang timbale balik antara pemimpin dan pasukan
menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan system jamaah, ketahanan
19
Ibid., hal. 176-177
Page 15 of 19
khittahnya, keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan dan ketegarannya dalam
menghadapi berbagai tantangan.
Maka lebih utama bagi mereka; ketaatan dan perkataan yang baik.
Kepemimpinan dalam dakwah Ikhwan menduduki posisi orangtua dalam
ikatan hati; posisi guru dalam fungsi pengajaran; posisi syekh dalam aspek pendidikan
ruhani; posisi pemimpin dalam aspek penentuan kebijakan politik secara umum bagi
dakwah. Dakwah kami menghimpun pengertian ini secara keseluruhan dan tsiqah
kepada pemimpin adalah segala-galanya bagi keberhasilan dakwah. Oleh karena itu
akh yang tulus harus bertanya kepada diri sendiri tentang hal ini untuk mengetahui
sejauh mana kepercayaan dirinya terhadap pemimpin dengan pertanyaan sebagai
berikut :
1. Apakah sejak dahulu ia mengenal pemimpinnya dan apakah ia pernah
mempelajari riwayat hidupnya ?
2. Apakah ia percaya pada kapasitas dan keikhlasannya ?
3. Apakah ia siap menganggap semua instruksi yang diputuskan oleh
pemimpin, tentu saja tanpa kemaksiatan sebagai instruksi yang harus
dilaksanakan tanpa reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan tanpa
dikurangi dengan keberanian memberi nasehat dan peringatan untuk tujuan
yang benar.
4. Apakah ia siap menganggap dirinya salah dan pemimpinnya benar jika
terjadi pertentangan antara apa yang diperintah oleh pemimpin dan apa
yang ia ketahui dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak ada teksnya
dalam syariat ?
5. Apakah ia siap meletakkan semua aktivitas kehidupannya dalam kendali
dakwah ? apakah dalam pandangannya pemimpin memiliki hak untuk
mentarjih (menimbang dan memutuskan) antara kemaslahatan dirinya dan
kemaslahatan dakwah secara umum ?
Dengan jawaban yang disampaikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut atau
yang semacamnya, akh dapat mengetahui sejauhmana kadar ikatan dan kepercayaan
terhadap pemimpin. Adapun hati, ia berada dalam genggaman Allah; dia yang
menggerakkan sekehendaknya
Page 16 of 19
Walaupun engkau nafkahkan semua yang ada di bumi, niscaya engkau tidak
akan dapat menyatukan hati mereka. Akan tetapi Allahlah yang mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia maha perkasa lagi maha bijaksana (Al-Anfal:63)20
Sehubungan dengan Tsiqah yang berhubungan siyasi saya akan mengambil
penjelasan dari Ust. Rahmat Abdullah Rahimahullah :
Bila seluruh ban, rangka dan badan mobil terendam lumpur, maka piranti
tempat perapian tidak boleh tercemar. Hal yang paling sulit dalam hubungan antara
Jundi dan Qiyadah ialah ketentraman hati terhadap kafaah (Keahlian), keikhlasan dan
ketaatan antar mereka. Adalah dua titik ekstrim yang selalu dominan dalam kisah
hubungan antara pengikut dan terikut, yaitu, satu sisi ada komunitas yang
menganggap pemimpin adalah segala-galanya, sementara di sisi lain ada yang
menganggap dirinya sentral, sehingga seperti apapun seorang pemimpin harus ditakar
dengan puas tidaknya diri.21
Beliau juga menjelaskan bahwa Tsiqah erat kaitannya dengan kekuatan.
Sehingga beliau menjelaskan rasa Tsiqah Umar kepada Abu Bakar sebagaimana
berikut :
Apa yang membuat Umar begitu percaya kepada kekuatan Abu Bakar, padahal
ia mendapatkan pengakuan Rasulullah :” Allah meletakkan kebenaran di Lidah dan
hati Umar?” jawabnya: Tsiqah. Ketika pandangan mayoritas sababat berpihak pada
Umar untuk tidak memerangi orang menolak membayar zakat dan Abu Bakar
bersikukuh memerangi mereka, akhirnya Umar mengambil pandangan Abu Bakar. “
Demi Allah, tak lain yang kulihat kecuali Ia telah melapangkan hati Abu Bakar untuk
berperang, maka akupun tahu bahwa itu kebenaran.” Suatu hari seseorang bertanya
kepada Imam Hasan Al Banna,” bila keadaan memisahkan hubungan kita, siapa yang
anda rekomendasikan untuk kami angkat jadi pemimpin ?”. Jawabnya tegas,” Wahai
Ikhwan, silahkan angkat orang yang paling lemah, kemudian dengar dan taatilah ia,
niscaya ia akan menjadi orang paling kuat diantara kalian.”
20
Ibid., hal. 177-179 21
Rahmat Abdullah, Untukmu Kader Dakwah Cetakan Lima (Jakarta: Tim Pustaka Da‟watuna, 2006),
hal. 102
Page 17 of 19
Jadi tsiqah adalah sikap manusia normal yang menyadari keterbatasan masing-
masing lalu saling menyetor saham sebagai modal bersama, untuk kemudian
menikmati kemenangan bersama.22
Dalam dunia siyasi ada beberapa hal yang dapat mengguncang Tsiqah:
1. Internal: kemalasan menggali ilmu, berkonsultasi, meningkatkan kulitas
ruhiyah dan fikriyah.
2. Eksternal: interfensi jorok media massa yang selalu mencitrakan
kesetaraan kejujuran dan profesionalisme, namun pada saat yang
bersamaan bersikap ragu-ragu, memfitnah dan berbuat curang terhadap
dakwah.23
Beberapa Catatan Tentang Tsiqoh
Ustadz Said Hawwa memberikan beberapa catatan mengenai Tsiqah yaitu :
1. Diantara banyak kesalahan pemimpin yaitu menuntut tsiqah tanpa
membayar maharnya.
2. Kesalahan pemimpin lainnya adalah mereka juga tidak bisa menanamkan
tsiqoh dalam dirinya kepada pimpinan diatasnya.
3. Jangan memberikan tugas kepada orang yang tidak mampu
menunaikannya.
4. Berusahalah sebagai seorang pemimpin agar setiap keputusannya
argumentative, kecuali saat-saat darurat.
5. Tsiqah yang sebenarnya menurut Imam Hasan Al Banna, semua instruksi
mutlak di taati sepanjang subtansinya bukan untuk maksiat.
6. Pemecahan yang harus dilakukan kalau ada masalah dengan tsiqah:
mengungkapkan persoalannya secara jelas dan bekerjasama mencari
solusinya.
7. Seorang yang tidak tsiqoh harus secepatnya dievaluasi.
8. Ukhuwah adalah dasar tsiqoh. Maka tabayyun (chek and recheck) dalam
nuansa ukhuwah perlu dilakukan dalam rangka memupuk tsiqoh.
9. Tsiqoh dijadikan rukun Baiat karena:
22
Ibid., hal 104 23
Ibid., hal. 105-106
Page 18 of 19
o Kita adalah Harakah diniyah ukhrawiyah (gerakan keagamaan yang
berorientasi akhirat)
o Kita suatu gerakan dakwah yang mewujudkan cita-cita lokal dan
internasional
o Program sebanyak apapun tidak akan berguna bila tidak ada yang
melaksanakannya. 24
Penutup
Demikianlah fungsi Akanul Bai‟ah dalam bingkai Jihad siyasi. Semoga
dengan makalah yang singkat ini membuka cakrawala kita dalam berjihad siyasi
nantinya. Dengan pemahaman yang utuh, amal-amal yang kita lakukan akan menjadi
ringan karena adanya kerjasama dan ukhuwah. Gerak rentak dakwah ini akan selaras
dan harmonis apabila ada ketsiqohan antara pemimpin yang di pimpin. Semoga Allah
membantu kita semua untuk selalu istiqomah.Amien.
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Q.S
Hud: 1125
24
Sa‟id Hawwa, Membina..Op.Cit hal. 179-181
\
Page 19 of 19