beza ciri nabi dan rasul betol
TRANSCRIPT
Nabi
Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri.
Tidak harus baginya menyampaikannya kepada orang
lain
124,000 orang nabi
seorang nabi itu tidak semestinya seorang rasul
tidak menerima apa-apa kitab untuk disampaikan
Rasul
rasul pula diberikan wahyu untuk dirinya
menjadi kewajipannya untuk menyampaikannya kepada
kaumnya.
seramai 313 orang , yang wajib diketahui hanyalah 25 orang sahaja
seorang rasul itu pula sudah semestinya adalah seorang nabi.
rasul yang merupakan seorang nabi yang menerima kitab
BEZA CIRI-CIRI KENABIAN DAN KERASULAN
Para nabi dan rasul adalah orang perantaraan Allah dengan manusia. Bagi
mencapai matlamat itu, mereka sewajarnya memiliki sifat-sifat yang dapat
menjelaskan kedudukan mereka sebagai model ikutan terbaik daripada Allah.
Secara ringkas, ciri-ciri itu adalah kecerdasan akal, amanah dalam penyampaian,
kemuliaan fitrah dan akhlak, terpelihara daripada sebarang kecacatan dan
kekurangan mental dan fizikal, serta aspek-aspek lain sesuai sebagai makhluk Allah
yang terbaik.
Namun terdapat perbezaan antara ciri-ciri nabi dan rasul. Nabi menerima
wahyu untuk dirinya sendiri. Tidak harus baginya menyampaikannya kepada orang
lain manakala rasul pula diberikan wahyu untuk dirinya dan adalah menjadi
kewajipannya untuk menyampaikannya kepada kaumnya.
Nabi mempunyai bilangan yang terlalu ramai, terdapat pendapat yang
mengatakan seramai 124,000 orang nabi semuanya. Manakala bilangan rasul pula
adalah seramai 313 orang dan yang wajib diketahui hanyalah 25 orang sahaja.
Secara umumnya, seorang nabi itu tidak semestinya seorang rasul manakala
seorang rasul itu pula sudah semestinya adalah seorang nabi. Nabi juga tidak
menerima mana-mana kitab yang diturunkan kepadanya. Berbeza dengan rasul
yang merupakan seorang nabi yang menerima kitab atau suhuf untuk disampaikan
kepada kaumnya.
Kedua duanya diperintahkan untuk menyampaikan risalah kepada orang lain.
ini adalah berdasarkan firman Allah dalam Surah Albaqarah ayat 213 :
و�م�نذ�ر�ين� ر�ين� �ش� م�ب �ين� �ي �ب الن �ه� الل �ع�ث� ف�ب و�اح�د�ة� م�ة�� أ �اس� الن �ان� ك
�اس� الن #ن� �ي ب �م� �ح#ك �ي ل #ح�ق� �ال ب �اب� �ت #ك ال م�ع�ه�م� ل� �نز� و�أ
"Pada Mulanya manusia dahulunya umat yang satu ( semunya berada dalam agama
Islam) maka Allah mengutuskan para nabi-nabi sebagai pemberi khabar gembira
dan pemberi peringatan. "
Rasul adalah laki-laki yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu
kepada kaumnya pada zamannya. Percaya kepada para nabi dan para rasul
merupakan Rukun Iman yang keempat dalam Islam. Para Nabi boleh
menyampaikan wahyu yang diterimanya tetapi tidak punya kewajiban atas umat
tertentu atau wilayah tertentu. Sementara, kata "rasul" berasal dari kata risala yang
berarti penyampaian. Karena itu, para rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai
nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau
wilayah tertentu. Dari semua rasul, Muhammad sebagai 'Nabi Penutup' yang
mendapat gelar resmi di dalam Al-Qur'an Rasulullah adalah satu-satunya yang
kewajibannya meliputi umat dan wilayah seluruh alam semesta 'Rahmatan lil
Alamin'.
Menurut definisinya, "nabi" adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah
sebagai panduan hidup. Sedangkan "rasul" berasal dari risala yang bererti
penyampaian. Jadi rasul itu adalah nabi yang diberi tugas khusus untuk
menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada suatu umat.
Antara perbezaan yang lain pula adalah, tugas kerasulan lebih tinggi daripada
tugas kenabian.Hal ini adalah kerana, tidak mungkin seorang itu menjadi rasul
kecuali setelah menjadi nabi. Oleh karena itulah, para ulama menyatakan bahawa
Nabi Muhammad S.A.W diangkat menjadi nabi dengan 5 ayat pertama dari surah
Al-‘Alaq dan diangkat menjadi rasul dengan dengan 7 ayat pertama dari surah Al-
Mudatstsir. Telah berlalu keterangan bahawa setiap rasul adalah nabi, tidak
sebaliknya. Imam As-Saffariny rahimahullah berkata, “Rasul lebih utama daripada
nabi berdasarkan ijma’, kerana rasul diistimewakan dengan risalah, yang mana
tugas ini lebih tinggi daripada tugas kenabian”. (Lawami’ Al-Anwar: 1/50)
Al-Hafizh Ibnu Katsir juga menyatakan dalam Tafsirnya (3/47), “Tidak ada perbezaan
(di kalangan ulama) bahawasanya para rasul lebih utama daripada seluruh nabi dan
bahawa ulul ‘azmi merupakan yang paling utama di antara mereka (para rasul)”.
Beza yang seterusnya adalah rasul diutus kepada kaum yang kafir,
sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman. Allah S.W.T menyatakan
bahawa yang didustakan oleh manusia adalah para rasul dan bukan para nabi, di
dalam firman-Nya:
�وه �ذ�ب ك �ه�ا ول س� ر� م�ة�� أ ج�اء� م�ا �ل� ك ى #ر� �ت ت �ا �ن ل س� ر� �ا #ن ل س� ر#
� أ �م� ث
Maksudnya: “Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami
berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya”. (QS. Al-Mu`minun : 44)
Dan dalam surah Asy-Syu’ara` ayat 105, Allah menyatakan:
�ين� ل س� #م�ر# ال �وح9 ن ق�و#م� �ت# �ذ�ب كMaksudnya: “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul”.
Allah tidak mengatakan “Kaum Nuh telah mendustakan para nabi”, karena
para nabi hanya diutus kepada kaum yang sudah beriman dan membenarkan rasul
sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi -Shollallahu ‘alaihi
wasallam-:
�ف�ه� ل خ� �ي@ �ب ن ه�ل�ك� �م�ا �ل ك �اء� �ي #ب �ن األ# ه�م� و#س� �س� ت #ل� �ي ائ ر� �س# إ �و# �ن ب �ت# �ان ك
�ي@ �ب ن
Maksudnya: “Dulu bani Isra`il diurus (dipimpin) oleh banyak nab. Setiap kali seorang
nabi wafat, maka digantikan oleh nabi setelahnya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah)
Syari’at para rasul berbeza antara satu dengan yang lainnya, atau dengan
kata lain bahawa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru. Allah Subhanahu
wa Ta’ala menyatakan:
#ه�اج�ا و�م�ن ع�ة� ر# ش� �م# #ك م�ن �ا #ن ج�ع�ل Jل� �ك ل
Maksudnya: “Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan
yang terang”. (QS. Al-Ma`idah : 48)
Allah mengabarkan tentang ‘Isa bahwa risalahnya berbeda dari risalah
sebelumnya di dalam firman-Nya:
�م# #ك �ي ع�ل م� ح�ر� �ذ�ي ال �ع#ض� ب �م# �ك ل �ح�ل� و�أل�
Maksudnya: “Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang dulu diharamkan
untuk kalian”. (QS. Ali ‘Imran : 50)
Nabi Muhammad S.A.W. menyebutkan perkara yang dihalalkan untuk umat
beliau, yang mana perkara ini telah diharamkan atas umat-umat sebelum beliau:
ا و�ط�ه�و#ر� ج�د�ا م�س# ر#ض�� األ# �ي� ل ع�ل�ت# و�ج� �م� �ائ #غ�ن ال �ي� ل ل�ت# �ح� و�أ
Maksudnya: “Dihalalkan untukku ghonimah dan dijadikan untukku bumi sebagai
mesjid (tempat sholat) dan alat bersuci (tayammum)”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari Jabir).
Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at baru, akan tetapi
hanya menjalankan syari’at rasul sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi
pada nabi-nabi Bani Isra`il, kebanyakan mereka menjalankan syari’at Nabi Musa
’alaihis salam.
Rasul pertama adalah Nuh -’alaihis salam-, sedangkan nabi yang pertama
adalah Adam ’alaihis salam. Allah -’Azza wa Jalla- menyatakan:
�ع#د�ه� ب م�ن# �ين� �ي �ب و�الن �وح9 ن �ل�ى إ �ا #ن ي و#ح�� أ �م�ا ك #ك� �ي �ل إ �ا #ن ي و#ح�
� أ �ا �ن إ
Maksudnya:“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya”. (QS.
An-Nisa` : 163)
Dan Nabi Adam berkata kepada manusia ketika mereka meminta syafa’at
kepada beliau di padang mahsyar:
ض� ر#� األ# �ه#ل� أ �ل�ى إ الله� �ه� �ع�ث ب و#ل9 س� ر� و�ل�
� أ �ه� �ن ف�إ ا �و#ح� ن �و#ا #ت ائ �ك�ن� و�لMaksudnya: “Akan tetapi kalian datangilah Nuh, karena sesungguhnya dia adalah
rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim
dari Anas bin Malik).
Jarak waktu antara Adam dan Nuh adalah 10 abad sebagaimana dalam
hadits shohih yang diriwayatkah oleh Ibnu Hibban (14/69), Al-Hakim (2/262), dan
Ath-Thobarony (8/140).
Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari cubaan pembunuhan yang
dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi, ada di antara mereka yang berhasil
dibunuh oleh kaumnya, sebagaimana yang Allah nyatakan dalam surah Al-Baqarah
ayat 91:
�ين� م�ؤ#م�ن �م# #ت �ن ك �ن# إ #ل� ق�ب م�ن# �ه� الل �اء� �ي #ب ن� أ �ل�ون� �ق#ت ت �م� ف�ل
Maksudnya: “Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian
orang-orang yang beriman?”.
Juga dalam firman-Nya yang lain:
Jح�ق #ر� �غ�ي ب �ين� �ي �ب الن �ل�ون� �ق#ت و�ي
Maksudnya: “Mereka membunuh para nabi tanpa haq”. (QS. Al-Baqarah:61)
Allah menyebutkan dalam surah-surah yang lain bahwa yang terbunuh adalah nabi,
bukan rasul.
Setiap rasul adalah nabi, namun tidak setiap nabi itu rasul. Jadi para nabi itu
jauh lebih banyak ke timbang para rasul. Sebahagian rasul-rasul itu dikisahkan oleh
Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an dan sebagian yang lain tidak dikisahkan.
Allah Ta'ala berfirman:.
"Ertinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum
kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul
membawa suatu mu'jizat melainkan dengan seizin Allah". [Ghafir : 78].
Bertolak dari ayat ini, maka dapat disimpulkan bahawa setiap nabi yang disebutkan
di dalam Al-Qur'an adalah juga sebagai rasul.
Rasul-rasul yang ada juga tidak memiliki keutamaan yang sama, Allah telah
berfirman :
"Ertinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian
yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat". [Al-Baqarah:253].
"Ertinya : Sungguh telah Kami utamakan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian yang
lain". [Al-Isra : 55].
Kita semua wajib beriman dengan seluruh rasul itu bahawa mereka itu benar
dan jujur dalam membawa risalah serta membenarkan apa yang diwahyukan
kepada mereka, Allah berfirman :
"Ertinya : Katakanlah (hai orang-orang mu'min) :"Kami beriman kepada Allah dan
apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan
'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda-
bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
[Al-Baqarah : 136]
Dan ini adalah yang diyakini oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan orang-orang yang beriman. Allah Ta'ala berfirman:
"Ertinya : Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya ". [Al-Baqarah :
285].
Maka kita tidak membedakan salah seorangpun dari rasul-rasul itu dalam hal
mengimaninya ; masing-masing benar dan dibenarkan serta risalah yang dibawa
adalah haq.
Akan tetapi kita boleh membedakan dalam dua hal :
Pertama :
Dalam keutamaan. Kita mengutamakan sebagian dari para rasul atas sebagian yang
lain sebagaimana Allah juga mengutamakan sebagian atas sebagian yang lain serta
mengangkat sebagian dari mereka beberapa derajat. Akan tetapi kita tidak
menyatakannya dengan nada membanggakan atau menyatakannya dengan nada
membanggakan atau meremehkan yang diungguli.
Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan bahwa
seorang Yahudi telah bersumpah :"Tidak ! Demi yang memilih Musa atas sekalian
manusia". Maka seorang laki-laki dari Anshar menempeleng muka laki-laki Yahudi
itu ketika mendengar ucapannya seraya mengatakan :"Jangan kau katakan
demikian sedangkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di tengah-
tengah kami !". Maka si Yahudi itu datang menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, dan mengadu kepada beliau. "Aku punya dzimmah (jaminan
perlindungan) dan perjanjian. Lalu apa gerangan yang membuat si fulan
menempeleng mukaku ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian
bertanya kepada laki-laki Anshar tadi :"Kenapa kamu menempeleng mukanya ?".
Maka ia pun mengutarakan permasalahannya, dan Nabi akhirnya murka sampai
terlihat sesuatu di muka beliau. Beliau kemudian bersabda, "Janganlah engkau
melebihkan di antara nabi-nabi Allah!".
Dalam hadits Shahih Al-Bukhari dan yang lain juga disebutkan riwayat dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
bersabda :"Tidak layak bagi seorang hamba untuk mengatakan, Aku lebih baik
daripada Yunus bin Mata !".
Kedua :
Dalam hal ittiba'. Kita tidak boleh mengikuti rasul kecuali yang memang diutus untuk
kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena syari'at Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam telah menasakh seluruh syari'at yang sebelumnya. Allah Ta'ala
berfirman :
"Ertinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu ; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan (syari'at) dan jalan yang
terang (minhaj)" [Al-Maidah : 48]