batam kehamilan serotinus
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
1/10
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
2/10
tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan
penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan
besar dalam upaya menurunkan angka kematian, terutama kematian perinatal.
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
3/10
Definisi
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan
yang dihitung dari HPHT, di mana usia kehamilannya melebihi 42 minggu dan belum
terjadi persalinan.
Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti
herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam,
1998). Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin
tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif
terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba,
1998).
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada
kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada
suatu keluarga tertentu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.
Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang
karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30%
prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
4/10
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
Tidak diketahui.
Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang
terjadi.
Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak
menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan
lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO 2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba,
1998). Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh
panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,
tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat
janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat
tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat
menyebabkan distosia bahu.
Manifestasi Klinis
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG
kurang dari 10 kali/20 menit.
Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta
diketahui dengan pemeriksaan USG.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
5/10
Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit
dan tali pusat.
Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :
1. Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus lama, inersia uteri, dan perdarahan
postpartum.
2. Terhadap Bayi :
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu.
Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia
bahu, janin besar, moulage.
Diagnosis
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis
kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan
terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan
postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan
postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
6/10
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele
setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka
pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi
mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air
ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia
kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.
Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti
pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran perut
dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan
yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya
dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin
dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan pemeriksaan
USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia
kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar untuk
memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi pada kehamilan
postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk
menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan
tingkat kematangan plasenta.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban
menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur
mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
7/10
Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan.Yang
paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin,
karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan
janin dapat dilakukan :
1. Tes tanpa tekanan ( non stress test ).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin.
Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan
kemungkinan besar janin baik.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit)
atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20 menit), dapat
juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif
dengan USG (normal > 1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air
ketuban, bila ternyata oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi
kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih
baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami
resiko 33% asfiksia.
Tatalaksana
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus diobservasi dan sebaiknya
dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang
memadai.
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
8/10
Prinsip dari tatalaksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran
kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan janin dan
penilaian skor pelvik ( pelvic score ).
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa
kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian
menyarankan induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan
angka kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi
beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul
normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang
(porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran
pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.
Table 1. Skor Bishop
0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge
III-3 -2 -1, 0 +1, +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Posterior Searah sumbu jalan
lahir Anterior
Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan
berhasil.
Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
9/10
Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian
lakukan pengukuran PS lagi.
Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU. Sebelum
dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat
KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis > 5, maka
induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU
dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap
30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian
infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat
janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun,
jika infus pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip
Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat
dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda
inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis.
Komplikasi
-
7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS
10/10
1. Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat
janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan
letak.
2. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital,
sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar
(makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka panjang pada
bayi.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12
minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali
trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan
kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan
7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter
mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus
yang berbahaya.