batam kehamilan serotinus

Upload: cahyo-wisnugroho

Post on 04-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    1/10

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    2/10

    tampaknya masih menunjukkan angka yang cukup tinggi, sehingga pemahaman dan

    penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan postterm akan memberikan sumbangan

    besar dalam upaya menurunkan angka kematian, terutama kematian perinatal.

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    3/10

    Definisi

    Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan

    yang dihitung dari HPHT, di mana usia kehamilannya melebihi 42 minggu dan belum

    terjadi persalinan.

    Etiologi

    Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah

    hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup

    bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti

    herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam,

    1998). Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin

    tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap

    rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif

    terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba,

    1998).

    Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada

    kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak

    cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap

    oksitosin berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada

    suatu keluarga tertentu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,

    kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan

    laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi

    gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin.

    Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang

    karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30%

    prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    4/10

    Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :

    Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.

    Tidak diketahui.

    Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang

    terjadi.

    Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

    Patofisiologi

    Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak

    menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan

    lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO 2/O2

    sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba,

    1998). Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh

    panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,

    tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada

    kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat

    janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat

    tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat

    menyebabkan distosia bahu.

    Manifestasi Klinis

    Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu

    secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG

    kurang dari 10 kali/20 menit.

    Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta

    diketahui dengan pemeriksaan USG.

    Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    5/10

    Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga

    kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

    Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di

    kulit.

    Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit

    dan tali pusat.

    Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :

    1. Terhadap Ibu :

    Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak

    terkoordinir, maka akan sering dijumpai partus lama, inersia uteri, dan perdarahan

    postpartum.

    2. Terhadap Bayi :

    Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari

    kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

    Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat

    bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu.

    Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia

    bahu, janin besar, moulage.

    Diagnosis

    Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis

    kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan

    terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan

    postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan

    postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    6/10

    Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele

    setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka

    pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi

    mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air

    ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.

    Pemeriksaan Penunjang

    Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia

    kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta.

    Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti

    pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran perut

    dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :

    1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan

    yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya

    dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin

    dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.

    2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter

    biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan pemeriksaan

    USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia

    kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar untuk

    memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi pada kehamilan

    postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk

    menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan

    tingkat kematangan plasenta.

    3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.

    4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban

    menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur

    mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    7/10

    Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan.Yang

    paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin,

    karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan

    janin dapat dilakukan :

    1. Tes tanpa tekanan ( non stress test ).

    Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin.

    Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan

    kemungkinan besar janin baik.

    2. Gerakan janin.

    Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit)

    atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20 menit), dapat

    juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif

    dengan USG (normal > 1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air

    ketuban, bila ternyata oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi

    kehamilan lewat waktu.

    3. Amnioskopi.

    Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih

    baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami

    resiko 33% asfiksia.

    Tatalaksana

    Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus diobservasi dan sebaiknya

    dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang

    memadai.

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    8/10

    Prinsip dari tatalaksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran

    kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan janin dan

    penilaian skor pelvik ( pelvic score ).

    Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :

    1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.

    2. Induksi dengan oksitosin.

    3. Bedah seksio sesaria.

    The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa

    kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian

    menyarankan induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan

    angka kematian janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.

    Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi

    beberapa syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul

    normal, tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang

    (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran

    pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.

    Table 1. Skor Bishop

    0 1 2 3Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6Penurunan kepala dari Hodge

    III-3 -2 -1, 0 +1, +2

    Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak

    Posisi serviks Posterior Searah sumbu jalan

    lahir Anterior

    Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan

    berhasil.

    Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    9/10

    Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian

    lakukan pengukuran PS lagi.

    Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU. Sebelum

    dilakukan induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat

    KTG, serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis > 5, maka

    induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU

    dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap

    30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian

    infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat

    janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun,

    jika infus pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip

    Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat

    dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.

    Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :

    1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

    2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau

    3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,

    hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.

    Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda

    inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis.

    Komplikasi

  • 7/29/2019 BATAM KEHAMILAN SEROTINUS

    10/10

    1. Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus

    yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat

    janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan

    letak.

    2. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu

    komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital,

    sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar

    (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka panjang pada

    bayi.

    Pencegahan

    Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang

    teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12

    minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali

    trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan

    kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan

    7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter

    mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus

    yang berbahaya.