bab iv hasil penelitian dan pembahasanabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/a120809004_bab5.pdf ·...

32
66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat yang diteliti. Variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif atau variabel perlakuan, yaitu gaya mengajar (A). Variabel ini terdiri dari dua taraf, yaitu gaya mengajar resiprokal (a 1 ), dan gaya mengajar komando (a 2 ). Variabel bebas lainnya yang ikut diteliti adalah kekuatan otot (B), terdiri dari tiga level, yaitu kekuatan otot baik (b 1 ), kekuatan otot sedang (b 2 ), dan kekuatan otot kurang baik (b 3 ). Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar senam (Y) yang meliputi dua amatan, yaitu pemahaman gerakan senam lantai (y 1 ), dan keterampilan gerak senam lantai (y 2 ). Karena variabel terikat terdiri dari dua amatan, maka data yang disajikan juga meliputi dua amatan. Data yang disajikan meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Deskripsi data yang disajikan meliputi rata-rata, variansi dan simpangan baku. Selain itu juga disajikan deskripsi data dalam bentuk histogram. Semua deskripsi data disajikan berdasarkan kelompok perlakuan penelitian. Data yang disajikan diolah dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010 dan Program Statistik Minitab 16. 1. Deskripsi Data pada Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (y1) Data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa rerata, simpangan baku dan variansi masing-masing kelompok disertai dengan histogram. Deskripsi data diolah dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010, sedangkan histogram dibuat dengan program statistik Minitab 16. a. Kelompok Perlakuan a 1 b 1 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik) Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai Uraian Skor Rata-rata 6,864 Simpangan Baku 0,636 Variansi 0,405

Upload: donhu

Post on 19-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat yang

diteliti. Variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif atau variabel perlakuan, yaitu

gaya mengajar (A). Variabel ini terdiri dari dua taraf, yaitu gaya mengajar resiprokal

(a1), dan gaya mengajar komando (a2). Variabel bebas lainnya yang ikut diteliti adalah

kekuatan otot (B), terdiri dari tiga level, yaitu kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot

sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3). Sebagai variabel terikat adalah hasil

belajar senam (Y) yang meliputi dua amatan, yaitu pemahaman gerakan senam lantai

(y1), dan keterampilan gerak senam lantai (y2). Karena variabel terikat terdiri dari dua

amatan, maka data yang disajikan juga meliputi dua amatan. Data yang disajikan

meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi data yang disajikan meliputi rata-rata, variansi dan simpangan

baku. Selain itu juga disajikan deskripsi data dalam bentuk histogram. Semua deskripsi

data disajikan berdasarkan kelompok perlakuan penelitian. Data yang disajikan diolah

dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010 dan Program Statistik Minitab 16.

1. Deskripsi Data pada Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (y1)

Data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa rerata, simpangan baku dan

variansi masing-masing kelompok disertai dengan histogram. Deskripsi data diolah

dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010, sedangkan histogram dibuat

dengan program statistik Minitab 16.

a. Kelompok Perlakuan a1b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 6,864

Simpangan Baku 0,636

Variansi 0,405

67

Skor Minimum 6,000

Skor Maksimum 8,000

Median 7,000

Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b2

b. Kelompok Perlakuan a1b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 7,182

Simpangan Baku 0,681

Variansi 0,464

Skor Minimum 6,000

Skor Maksimum 8,000

Median 7,500

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1

68

Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b2

c. Kelompok Perlakuan a1b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 6,455

Simpangan Baku 0,416

Variansi 0,173

Skor Minimum 6,000

Skor Maksimum 7,000

Median 6,500

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2

69

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b3

d. Kelompok Perlakuan a2b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 6,364

Simpangan Baku 0,595

Variansi 0,355

Skor Minimum 5,000

Skor Maksimum 7,000

Median 6,500

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3

70

Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b1

e. Kelompok Perlakuan a2b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 6,364

Simpangan Baku 0,636

Variansi 0,405

Skor Minimum 5,000

Skor Maksimum 7,000

Median 6,500

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1

71

Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b2

f. Kelompok Perlakuan a2b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 6,500

Simpangan Baku 0,671

Variansi 0,450

Skor Minimum 5,000

Skor Maksimum 7,500

Median 6,500

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2

72

Gambar 4.6 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b3

2. Deskripsi Data pada Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)

Data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa rerata, simpangan baku dan

variansi masing-masing kelompok disertai dengan histogram. Deskripsi data diolah

dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010, sedangkan histogram dibuat

dengan program statistik Minitab 16.

a. Kelompok Perlakuan a1b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 33,227

Simpangan Baku 0,786

Variansi 0,618

Skor Minimum 31,500

Skor Maksimum 34,000

Median 33,000

8.07.67.26.86.46.05.65.2

4

3

2

1

0

y1

Fre

qu

en

cy

Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3

73

Gambar 4.7 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b1

b. Kelompok Perlakuan a1b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 30,727

Simpangan Baku 1,523

Variansi 2,138

Skor Minimum 28,000

Skor Maksimum 32,500

Median 31,000

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1

74

Gambar 4.8 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b2

c. Kelompok Perlakuan a1b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 32,091

Simpangan Baku 1,671

Variansi 2,791

Skor Minimum 29,000

Skor Maksimum 34,500

Median 32,000

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2

75

Gambar 4.9 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a1b3

d. Kelompok Perlakuan a2b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)

Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 27,682

Simpangan Baku 1,290

Variansi 1,664

Skor Minimum 26,000

Skor Maksimum 30,000

Median 27,500

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3

76

Gambar 4.10 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b1

e. Kelompok Perlakuan a2b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)

Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 32,636

Simpangan Baku 0,951

Variansi 0,905

Skor Minimum 31,000

Skor Maksimum 34,000

Median 30,000

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1

77

Gambar 4.11 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b2

f. Kelompok Perlakuan a2b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada

Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai

Uraian Skor

Rata-rata 29,500

Simpangan Baku 1,703

Variansi 2,900

Skor Minimum 27,000

Skor Maksimum 32,000

Median 30,000

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2

78

Gambar 4.12 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok

Perlakuan a2b3

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan,

terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Pada analisis variansi ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain :

a. Sampel diambil secara random dari populasinya

b. Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal

c. Sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (sifat homogenitas)

Untuk persyaratan yang pertama sudah terpenuhi karena sampel diambil secara random

(acak). Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dilakukan uji persyaratan yang

kedua dan ketiga, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

3432302826

5

4

3

2

1

0

y2

Fre

qu

en

cy

Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3

79

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal

dari populasi yang berdistribusi normal sehingga jika uji persyaratan ini terpenuhi maka

analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis variansi (ANAVA). Ada

banyak metode untuk menguji normalitas yang dapat dipilih dan digunakan, antara lain

dengan metode Chi Kuadrat, Liliefors, Anderson-Darling, Shapiro-Wilk, dan

Kolmogorov-Smirnov.

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakann bantuan

program statistik Minitab 16, dan metode yang dipilih adalah Anderson-Darling. Data

sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah kemampuan melakukan gerak senam

lantai. Pengujian dilakukan untuk setiap kelompok perlakuan. Dari penghitungan

dengan menggunakan program Minitab akan diperoleh p-value sebagai dasar penolakan

hiposesis nol. Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti residu tidak

berdistribusi normal, sebaliknya jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, berarti residu

berdistribusi normal (Siswandari, 2009 : 45). Hasil pengujian pada setiap kelompok

perlakuan adalah sebagai berikut :

1) Kelompok a1b1

Gambar 4.13 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b1

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,069 >

0,05, maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel

pada kelompok perlakuan a1b1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3432302826

Median

Mean

34.033.833.633.433.233.032.8

1st Q uartile 33.000

Median 33.000

3rd Q uartile 34.000

Maximum 34.000

32.699 33.755

32.959 34.000

0.549 1.380

A -Squared 0.64

P-V alue 0.069

Mean 33.227

StDev 0.786

V ariance 0.618

Skewness -0.935197

Kurtosis 0.929751

N 11

Minimum 31.500

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1

80

2) Kelompok a1b2

Gambar 4.14 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b2

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,305 > 0,05,

maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada

kelompok perlakuan a1b2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

3) Kelompok a1b3

Gambar 4.15 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b3

3432302826

Median

Mean

33.533.032.532.031.531.0

1st Q uartile 31.500

Median 32.000

3rd Q uartile 33.000

Maximum 34.500

30.969 33.213

31.336 33.082

1.167 2.932

A -Squared 0.40

P-V alue 0.294

Mean 32.091

StDev 1.671

V ariance 2.791

Skewness -0.645382

Kurtosis 0.183384

N 11

Minimum 29.000

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3

3432302826

Median

Mean

32.031.531.030.530.029.529.0

1st Q uartile 29.000

Median 31.000

3rd Q uartile 32.000

Maximum 32.500

29.704 31.750

29.000 32.041

1.064 2.672

A -Squared 0.40

P-V alue 0.305

Mean 30.727

StDev 1.523

V ariance 2.318

Skewness -0.582096

Kurtosis -0.874375

N 11

Minimum 28.000

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2

81

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,294 > 0,05,

maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada

kelompok perlakuan a1b3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

4) Kelompok a2b1

Gambar 4.16 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b1

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,529 > 0,05,

maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada

kelompok perlakuan a2b1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

5) Kelompok a2b2

Gambar 4.17 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b2

3432302826

Median

Mean

28.528.027.527.0

1st Q uartile 27.000

Median 27.500

3rd Q uartile 28.500

Maximum 30.000

26.815 28.548

26.918 28.582

0.901 2.264

A -Squared 0.30

P-V alue 0.529

Mean 27.682

StDev 1.290

V ariance 1.664

Skewness 0.490389

Kurtosis -0.395802

N 11

Minimum 26.000

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1

3432302826

Median

Mean

33.5033.2533.0032.7532.5032.2532.00

1st Q uartile 32.000

Median 32.500

3rd Q uartile 33.500

Maximum 34.000

31.997 33.275

32.000 33.541

0.665 1.669

A -Squared 0.40

P-V alue 0.302

Mean 32.636

StDev 0.951

V ariance 0.905

Skewness 0.056359

Kurtosis -0.731000

N 11

Minimum 31.000

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2

82

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,302 > 0,05,

maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada

kelompok perlakuan a2b2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

6) Kelompok a2b3

Gambar 4.18 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b3

Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,561 > 0,05,

maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada

kelompok perlakuan a2b3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Ringkasan hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Ringkasan uji normalitas

Kelompok p-value Kesimpulan

a1b1 0,069 distribusi normal

a1b2 0,305 distribusi normal

a1b3 0,294 distribusi normal

a2b1 0,529 distribusi normal

a2b2 0,302 distribusi normal

a2b3 0,561 distribusi normal

b. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas variansi dilakukan terhadap enam kelompok

3432302826

Median

Mean

31.030.530.029.529.028.528.0

1st Q uartile 28.000

Median 30.000

3rd Q uartile 31.000

Maximum 32.000

28.356 30.644

27.918 31.041

1.190 2.989

A -Squared 0.28

P-V alue 0.561

Mean 29.500

StDev 1.703

V ariance 2.900

Skewness -0.20418

Kurtosis -1.01665

N 11

Minimum 27.000

A nderson-Darling Normality Test

95% C onfidence Interv al for Mean

95% C onfidence Interv al for Median

95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals

Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3

83

perlakuan dalam penelitian ini. Data yang dianalisis adalah data kemampuan melakukan

gerak senam lantai (y2). Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji Barlett, dengan

bantuan software Minitab 16. Hasil pengujian tercantum pada boxplot sebagai berikut :

Gambar 4.19 Boxplot Uji Homogenitas Populasi

Dari hasil uji homogenitas variansi di atas diperoleh p-value sebesar 0,131. Karena p-

value (0,131) > 0,05 maka H0 yang menyatakan tidak ada perbedaan variansi yang

signifikan di antara kelompok perlakuan, diterima. Dengan demikian variansi antar

kelompok perlakuan sama (homogen). Hal ini berarti enam kelompok perlakuan dalam

penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen.

Berdasarkan hasil dua uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas

serta teknik pengambilan sampel secara random, maka syarat penggunaan analisis data

dengan menggunakan ANAVA dapat terpenuhi.

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi (ANAVA)

Untuk keperluan pengujian hipotesis maka dilakukan analisis data dengan

menggunakan analisis varian (ANAVA), yaitu ANAVA dua jalan (two ways).

GAYA MENGAJAR KEKUATAN OTOT

2

1

3

2

1

3

2

1

4.03.53.02.52.01.51.00.5

95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs

Test Statistic 8.50

P-Value 0.131

Test Statistic 1.12

P-Value 0.360

Bartlett's Test

Levene's Test

Test for Equal Variances for y2

84

Karena variabel terikat diukur melalui dua amatan, maka ANAVA dilakukan dua

kali, meliputi :

a. Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (y1)

b. Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)

Semua penghitungan (komputasi) dilakukan dengan menggunakan Program Statistik

Minitab 16. Hasil keluaran (output) ANAVA tiga jalan adalah sebagai berikut :

a. Untuk Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (Respon 1)

Hasil analisis variansi (ANAVA) untuk amatan pemahaman gerakan senam lantai

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.14. Output (keluaran) Analisis Variansi Amatan Pemahaman Gerak Senam

Lantai (y1)

Two-way ANOVA: y1 versus GAYA MENGAJAR, KEKUATAN OTOT

Source DF SS MS F P

GAYA MENGAJAR 1 2.9697 2.96970 7.92 0.007

KEKUATAN OTOT 2 0.9621 0.48106 1.28 0.285

Interaction 2 2.0985 1.04924 2.80 0.069

Error 60 22.5000 0.37500

Total 65 28.5303

S = 0.6124 R-Sq = 21.14% R-Sq(adj) = 14.56%

Dari hasil analisis varian keluaran komputer di atas, dapat diartikan bahwa :

1) Pengujian hipotesis I

Dari penghitungan komputer di atas diperoleh Fa=7,92 dan p = 0,007. Karena p-

value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan

pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2)

terhadap hasil belajar senam lantai (y1) ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya

mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai (y1) diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar

85

resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam

lantai pada amatan pemahaman gerakan.

2) Pengujian hipotesis II

Dari penghitungan statistik diperoleh Fb = 1,28 dan p = 0,285. Karena p > 0,05

maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara

kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik

(b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima, dan hipotesis alternatif (H1) yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot

sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai

ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh

antara siswa yang memiliki kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan

kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan

pemahaman gerakan senam lantai.

3) Pengujian hipotesis III

Dari penghitungan statistik diperoleh Fab sebesar 2,80 dan p = 0,069. Karena p >

0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh interaksi antara

Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima. Sedangkan hipotesis

alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A)

dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

tidak ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B)

terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan senam lantai

(y1).

b. Untuk Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)

Hasil analisis variansi (ANAVA) untuk amatan kemampuan gerak senam lantai

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.15. Output (keluaran) Analisis Variansi Amatan Keterampilan Gerak

Senam Lantai (y2)

86

Two-way ANOVA: y2 versus GAYA MENGAJAR, KEKUATAN OTOT

Source DF SS MS F P

GAYA MENGAJAR 1 71.095 71.0947 38.10 0.000

KEKUATAN OTOT 2 17.659 8.8295 4.73 0.012

Interaction 2 155.008 77.5038 41.54 0.000

Error 60 111.955 1.8659

Total 65 355.716

S = 1.366 R-Sq = 68.53% R-Sq(adj) = 65.90%

Dari hasil analisis variansi (ANAVA) di atas, dapat diberikan interpretasi sebagai

berikut :

1) Pengujian hipotesis I

Dari penghitungan komputer di atas diperoleh Fa=38,10 dan p = 0,000. Karena p-

value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan

pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2)

terhadap hasil belajar senam lantai (y2) ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya

mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai (y2) diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar

resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam

lantai pada amatan keterampilan gerak senam lantai.

2) Pengujian hipotesis II

Dari penghitungan statistik diperoleh Fb = 4,73 dan p = 0,012. Karena p < 0,05

maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara

kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik

(b3) terhadap hasil belajar senam lantai ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot

sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh

antara siswa yang memiliki kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan

87

kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan

keterampilan gerak senam lantai.

3) Pengujian hipotesis III

Dari penghitungan statistik diperoleh Fab sebesar 41,54 dan p = 0,000. Karena p

< 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh interaksi

antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Sedangkan hipotesis

alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A)

dan Kekuatan Otot (B) diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa

ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap

hasil belajar senam lantai pada amatan kemampuan melakukan gerak senam lantai

(y2).

Ringkasan hasil pengujian hipotesis untuk kedua amatan, yaitu pemahaman gerakan

senam lantai (y1), dan keterampilan gerak senam lantai (y2) disajikan dalam sebuah

tabel sebagai berikut :

Tabel. 4.16 Ringkasan hasil pengujian hipotesis kedua amatan

Sumber

Pemahaman Gerakan (y1) Keterampilan Gerak (y2)

F p H0 H1 F p H0 H1

A 7,92 0,007 ditolak diterima 38,10 0,000 ditolak diterima

B 1,28 0,285 diterima ditolak 4,73 0,012 ditolak diterima

AB 2,80 0,069 diterima ditolak 41,54 0,000 ditolak diterima

2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi (ANAVA)

Dari hasil Analisis variansi seperti yang dapat dilihat pada tabel 16, ada empat hipotesis

nol yang ditolak, sedangkan dua hipotesis nol yang lainnya diterima. Untuk hipotesis

alternatif yang diterima, untuk kelompok yang levelnya lebih dari dua (minimal ada tiga

mean yang terlibat) dilakukan uji lanjut. Pada penelitian ini uji lanjut yang digunakan

adalah Uji – t dengan Metode Least Significant Difference (LSD). Menurut Siswandari

(2009 : 148) Uji LSD ini lebih handal (powerful) dibandingkan Uji Scheffe dan Uji

Tukey (HSD). Ini berarti Uji LSD ini lebih sensitif kemampuannya dalam membedakan

mean (rerata).

Langkah-langkah komputasi dalam menggunakan Uji LSD ini adalah :

a. Menghitung kedua mean (rerata) yang akan dibandingkan

88

b. Menghitung MSE atau RKG (diambil dari perhitungan analisis variansi)

c. Menghitung to dan LSD dengan rumus :

(Siswandari, 2009 : 147)

Ringkasan hasil perhitungan Uji-t dengan Metode LSD ini adalah sebagai berikut :

1. Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)

Tabel 4.17. Ringkasan Hasil Uji-t dengan Metode LSD pada amatan kemampuan

melakukan gerak senam lantai (y2)

Kelomp. yg

dibandingkan tobs LSD p Keterangan

Kek

uata

n

oto

t (B

)

b1 vs b2 2,982 0,823 p < 0,05 signifikan b1 < b2

b1 vs b3 0,830 0,823 p < 0,05 signifikan b1 < b3

b2 vs b3 2,151 0,823 p < 0,05 signifikan b2 > b3

Inte

rak

si a

nta

ra G

aya M

engaja

r d

an

Kek

uata

n O

tot

(AB

)

a1b1 vs a1b2 4,092 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >

a1b2

a1b1 vs a1b3 1,866 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >

a1b3

a1b2 vs a1b3 2,226 1,222 p < 0,05 signifikan a1b2 >

a1b3

a2b1 vs a2b2 8,119 1,222 p < 0,05 signifikan a2b1 <

a2b2

a2b1 vs a2b3 2,979 1,222 p < 0,05 signifikan a2b1 <

a2b3

a2b2 vs a2b3 5,140 1,222 p < 0,05 signifikan a2b2 >

a2b3

a1b1 vs a2b1 9,085 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >

𝑡0𝑏𝑠 =𝑦 𝑖 − 𝑦 𝑗

√𝑀𝑆𝐸 1

𝑛𝑖+

1

𝑛𝐽 𝐿𝑆𝐷 = 𝑡𝛼

2,𝑁−𝑘 √

2𝑅𝐾𝐺

𝑛

89

a2b1

a1b2 vs a2b2 3,127 1,222 p > 0,05 tdk

signifikan

a1b2 <

a2b2

a1b3 vs a2b3 4,240 1,222 p < 0,05 signifikan a1b3 >

a2b3

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis variansi dan uji lanjut Pasca ANAVA untuk masing-masing amatan,

dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut :

a. Untuk amatan pemahaman gerakan senam lantai (y1)

Dari tabel 4.14, di atas dapat diberi penjelasan sebagai berikut :

1) Pengaruh Perlakuan Gaya Mengajar (A)

Dari hasil pengujian hipotesis I dengan analisis variansi seperti

dapat dilihat pada tabel 4.14, diperoleh Fa=7,92 dan p = 0,007. Karena p-

value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan

pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando

(a2) terhadap pemahaman gerakan senam lantai (y1) ditolak, dan hipotesis

alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar

resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2) terhadap pemahaman gerakan

senam lantai (y1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dengan gaya

mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan

pemahaman gerakan. Gaya mengajar resiprokal (a1) memberikan pengaruh

yang lebih baik terhadap hasil belajar senam lantai dibanding gaya mengajar

komando (a2). Rerata hasil belajar senam lantai pada kelompok perlakuan gaya

mengajar resiprokal sebesar 6,83, sedangkan pada kelompok perlakuan gaya

mengajar komando sebesar 6,41

90

Gambar 4.20 Main Effects Plot Pengaruh Gaya Mengajar

2) Pengaruh Kekuatan Otot (B)

Dari hasil pengujian hipotesis II dengan analisis variansi seperti

dapat dilihat pada tabel 4.14, diperoleh Fb = 1,28 dan p = 0,285. Karena p >

0,05 maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh

antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot

kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima, dan hipotesis

alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot

baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3)

terhadap hasil belajar senam lantai ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki

kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang

baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan

senam lantai. Pemahaman gerakan merupakan cakupan ranah kognitif,

sedangkan kekuatan otot merupakan cakupan ranah psikomotorik. Dengan

demikian memang logis kekuatan tidak memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan. Penguasaan materi

pembelajaran dalam ranah kognitif dipengaruhi oleh kemampuan persepsi

21

6.8

6.7

6.6

6.5

6.4

GAYA MENGAJAR

Me

an

Main Effects Plot for y1Data Means

91

visual, auditori, kinestetik, dan kapasitas memori. Semua unsur tersebut tidak

memiliki korelasi dengan kelentukan.

Gambar 4.21 Main Effects Plot Pengaruh Kekuatan Otot

3) Pengaruh Interaksi Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot (AB)

Dari hasil pengujian hipotesis III dengan analisis variansi seperti

dapat dilihat pada tabel 4.14 diperoleh Fab sebesar 2,80 dan p = 0,069. Karena

p > 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh

interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima.

Sedangkan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi

antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara Gaya

Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap hasil belajar senam lantai pada

amatan pemahaman gerakan senam lantai (y1). Kelompok siswa yang memiliki

perbedaan kekuatan otot dan mendapat perlakuan gaya mengajar yang berbeda,

secara statistik memiliki kemampuan yang tidak berbeda terhadap pemahaman

gerakan senam lantai.

321

6.80

6.75

6.70

6.65

6.60

6.55

6.50

KEKUATAN OTOT

Me

an

Main Effects Plot for y1Data Means

92

Gambar 4.22 Interaction Plot Pengaruh Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot

b. Untuk amatan keterampilan gerak senam lantai (y2)

Dari tabel 4.15 dan tabel 4.17 di atas dapat diberi penjelasan sebagai berikut :

1) Pengaruh Perlakuan Gaya Mengajar (A)

Dari hasil pengujian hipotesis I dengan analisis variansi seperti dapat

dilihat pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fa=38,10 dan p =

0,000. Karena p-value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak

ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar

komando (a2) terhadap kemampuan melakukan gerak senam lantai (y2) ditolak,

dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara

gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2) terhadap

kemampuan melakukan gerak senam lantai (y2) diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar

resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam

lantai pada amatan keterampilan gerak senam lantai. Gaya mengajar resiprokal

(a1) memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding gaya komando (a2). Rerata

hasil belajar senam lantai pada kelompok perlakuan gaya mengajar resiprokal

(a1) sebesar 32,02, sedangkan pada kelompok perlakuan gaya mengajar

komando (a2) sebesar 29,94.

321

7.2

7.1

7.0

6.9

6.8

6.7

6.6

6.5

6.4

6.3

KEKUATAN OTOT

Me

an

1

2

MENGAJAR

GAYA

Interaction Plot for y1Data Means

93

Gambar 4.23 Main Effects Plot Pengaruh Gaya Mengajar

2) Pengaruh Kekuatan Otot (B)

Dari hasil pengujian hipotesis II dengan analisis variansi seperti dapat

dilihat pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fb = 4,73 dan p =

0,012. Karena p < 0,05 maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada

perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2),

dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai ditolak,

dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara

kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang

baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki

kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang

baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan keterampilan gerak

senam lantai. Kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot sedang (b2)

memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam melakukan keterampilan gerak

senam lantai.

21

32.0

31.5

31.0

30.5

30.0

GAYA MENGAJAR

Me

an

Main Effects Plot for y2Data Means

94

Gambar 4.24 Main Effects Plot Pengaruh Kekuatan Otot

3) Pengaruh Interaksi Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot (AB)

Dari hasil pengujian hipotesis III dengan analisis variansi seperti dapat dilihat

pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fab sebesar 41,54 dan p

= 0,000. Karena p < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada

pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak.

Sedangkan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi

antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima. Dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar

(A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan

keterampilan gerak senam lantai (y2). Untuk mengetahui perbedaan kelompok

mana saja yang signifikan maka dilakukan uji-t dengan metode LSD.

Kesimpulan yang diperoleh dari uji-t ini adalah :

a) Antara kelompok a1b1 dan a1b2

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 4,092 > LSD (α=0,05)

= 1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a1b2. Rerata hasil belajar pada

kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

321

31.75

31.50

31.25

31.00

30.75

30.50

KEKUATAN OTOT

Me

an

Main Effects Plot for y2Data Means

95

kelompok a1b2 sebesar 30,73. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot baik memiliki

capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding kelompok

siswa yang memiliki kekuatan otot sedang.

b) Antara kelompok a1b1 dan a1b3

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 1,866 > LSD (α=0,05)

= 1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a1b3. Rerata hasil belajar pada

kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a1b3 sebesar 32,09. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot baik memiliki

capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding kelompok

siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik.

c) Antara kelompok a1b2 dan a1b3

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 2,226 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b2 dan a1b3. Rerata hasil belajar pada

kelompok a1b3 sebesar 32,09 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a1b2 sebesar 30,02. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik

memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding

kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot sedang.

d) Antara kelompok a2b1 dan a2b2

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 8,119 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a2b1 dan a2b2. Rerata hasil belajar pada

kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot sedang

memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding

kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot baik.

96

e) Antara kelompok a2b1 dan a2b3

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 2,979 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a2b1 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada

kelompok a2b3 sebesar 29,50 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik

memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding

kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot baik.

f) Antara kelompok a2b2 dan a2b3

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 5,140 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a2b2 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada

kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a2b3 sebesar 29,50. Dengan demikian pada kelompok perlakuan

gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot sedang

memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding

kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik.

g) Antara kelompok a1b1 dan a2b1

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 9,085 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a2b1. Rerata hasil belajar pada

kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok siswa yang

memiliki kekuatan otot baik, gaya mengajar resiprokal memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar komando.

h) Antara kelompok a1b2 dan a2b2

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 3,127 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b2 dan a2b2. Rerata hasil belajar pada

kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a1b2 sebesar 30,73. Dengan demikian pada kelompok siswa yang

97

memiliki kekuatan otot sedang, gaya mengajar komando memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar resiprokal.

i) Antara kelompok a1b3 dan a2b3

Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 4,240 > LSD (α=0,05) =

1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam

lantai antara kelompok perlakuan a1b3 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada

kelompok a1b3 sebesar 32,09 lebih baik dibanding rerata hasil belajar

kelompok a2b3 sebesar 29,50. Dengan demikian pada kelompok siswa yang

memiliki kekuatan otot kurang baik, gaya mengajar resiprokal memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar komando.

Pola interaksi antara gaya mengajar (A) dan kekuatan otot (B) dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 4.25 Interaction Plot Pengaruh Gaya Mengajar dan Kekuatan

Otot

321

34

33

32

31

30

29

28

27

KEKUATAN OTOT

Me

an

1

2

MENGAJAR

GAYA

Interaction Plot for y2Data Means