bab ii tinjauan umum tentang akad dan jual beli a. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/bab 2.pdf ·...

36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. Akad 1. Pengertian Akad Secara bahasa akad (al ‘aqd) adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al rabth) akad itu menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lain hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu. 1 Sedangkan menurut para ahli Hukum Islam (jumhur ulama) mendefinisikan, akad sebagai pertalian ijab dan qabu>l yang dibenarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Mustafa Ahmad al Zarqa‟ menyatakan bahwa dalam pandangan syara‟ suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua orang atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu, untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad itu disebut dengan ijab dan qabu>l. 2 Setiap pernyataan pertama yang dikemukakan oleh salah satu pihak yang ingin mengikatkan diri dalam suatu akad disebut dengan mujib (pelaku akad) dan setiap pernyataan kedua yang 1 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 51. 2 Mustafa Ahmad Al Zarqa‟, Al Madkha> l Al Fiqhi Al ‘Am Al Isla> mi fi> Thaubihi Al Jadi> d, Jilid I, (Beirut: Da> R Al Fikr, th. 1968), 329. 24

Upload: hoangtuyen

Post on 18-Aug-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI

A. Akad

1. Pengertian Akad

Secara bahasa akad (al ‘aqd) adalah ikatan, mengikat. Dikatakan

ikatan (al rabth) akad itu menghimpun atau mengumpulkan dua ujung

tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lain hingga keduanya

bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.1 Sedangkan

menurut para ahli Hukum Islam (jumhur ulama) mendefinisikan, akad

sebagai pertalian ijab dan qabu>l yang dibenarkan oleh syara‟ yang

menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.

Mustafa Ahmad al Zarqa‟ menyatakan bahwa dalam pandangan

syara‟ suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh

dua orang atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk

mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang

mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebab itu,

untuk menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam

suatu pernyataan. Pernyataan pihak-pihak yang berakad itu disebut

dengan ijab dan qabu>l.2 Setiap pernyataan pertama yang dikemukakan

oleh salah satu pihak yang ingin mengikatkan diri dalam suatu akad

disebut dengan mujib (pelaku akad) dan setiap pernyataan kedua yang

1 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 51.

2 Mustafa Ahmad Al Zarqa‟, Al Madkha >l Al Fiqhi Al ‘Am Al Isla >mi fi> Thaubihi Al Jadi >d, Jilid I,

(Beirut: Da >R Al Fikr, th. 1968), 329.

24

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

diungkapkan oleh pihak lain setelah ijab disebut dengan qabil (pelaku

qabu>l) tanpa membedakan antara pihak mana yang memulai pernyataan

pertama itu. Ijab dan qabul ini, dalam istilah fiqh disebut juga dengan

s}igatu al ‘aqad (ungkapan/pernyataan akad).

Dari definisi tersebut dapat diperoleh tiga unsur yang terkandung

dalam akad, yaitu sebagai berikut:

a. Pertalian ijab dan qabu>l

Ijab adalah perrnyataan kehendak oleh satu pihak untuk

melakukan sesuatu. Qabu>l adalah pernyataan menerima atau

menyetujui kehendak tersebut oleh pihak lainnya. Ijab dan qabu>l ini

harus ada dalam melaksanakan suatu perikatan.

b. Dibenarkan oleh syara‟

Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan

syariah atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam al qur‟an dan

hadith. Pelaksanaan akad, objek, maupun tujuan akad tidak boleh

bertentangan dengan syariah. Jika bertentangan, akan mengakibatkan

akad itu tidak sah.

c. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya

Akad merupakan salah satu dari tindakan hukum. Adanya

akad menimbulkan akibat hukum terhadap objek hukum yang

diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberikan konsekuensi hak

dan kewajiban yang mengikat para pihak.3

3 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 54.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

2. Rukun dan Syarat Akad

Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat

yang harus dipenuhi. Secara bahasa, rukun adalah yang harus dipenuhi

untuk sahnya suatu pekerjaan. Sedangkan syarat adalah ketentuan

(peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan dilakukan. Dalam

syariah, rukun dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu

transaksi.

Secara terminologi, rukun adalah suatu unsur yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang

menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut. Sedangkan syarat

adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar‟i dan ia

berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan

hukum pun tidak ada.4

a. Rukun Akad

Pendapat mengenai rukun akad dalam hukum islam, ada

beberapa perbedaan di kalangan para ahli fiqh.

Kalangan madzab hanafi berpendapat hanya sighat al ‘aqd (ijab

dan qabu>l) yang menjadi rukun akad

Kalangan madzab syafi‟i dan kalangan madzab maliki

berpendapat al aqidatain dan mahallul ‘aqd termasuk rukun

akad karena kedua hal termasuk pilar utama dalam tegaknya

akad

4 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,55.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Jumhur ulama berpendapat, sighat al ‘aqd (ijab dan qabu>l), al

aqidatain dan mahallul ‘aqd termasuk rukun akad

Musthafa al zarqa menambah maudlu>ul ‘aqd (tujuan akad) dia

tidak menyebut keempat hal tersebut dengan rukun, tetapi

dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad)

T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat keempat hal tersebut

merupakan komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk

tebentuknya akad.5

Dapat juga dilihat pada tabel berikut ini tentang rukun jual beli:

Tabel 2.1 Rukun Jual Beli Menurut Berbagai Ulama

Ulama Shighat Aqidatain Mahallul

„aqd

Mauddlu

ul „aqd

Madzab Hanafi

Madzab Syafi‟i

Jumhur Ulama

Mustafa Al Zarqa‟

T. M Hasbi Al Shiddiqiy

Islam begitu mengedepankan hasil yang baik dan maksimal.

Al aqi>d adalah orang yang melakukan akad. Keberadaannya

sangat penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqi>d,

begitu pula tidak akan terjadi ijab qabu>l tanpa adanya aqid.

5 Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, 57.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Secara umum, aqi>d disyaratkan harus ahli dan memililki

kemampuan untuk melakukan akad atau mampu menjadi pengganti

orang lain jika ia menjadi wakil.6 Dari pihak ‘a>qidain (antar pelaku

akad atau pembeli dan penjual), ada tiga hal yang harus diperhatikan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ahliyah (kecakapan), yaitu kecakapan seseorang untuk

memiliki hak dan dikenakan kewajiban atasnya. Ahliyah terbagi

menjadi dua macam: (a) ahliyah wuju>b, yaitu kecakapan untuk

memiliki suatu hak kebendaan. Manusia dapat memiliki hak

sejak dalam kandungan untuk hak tertentu, yaitu hak waris. Hak

ini akan selalu ada selama manusia masih hidup; (b) ahliyah

ada>’ yaitu kecakapan memiliki tas}arruf7 dan dikenakan

tanggung jawab atau kewajiban. Baik berupa hak yang kembali

kepada Allah, maupun hak yang kembali kepada manusia.8

2. Wila>yah (kewenangan),9 yaitu kekuasaan hukum yang

pemiliknya dapat ber-tas}arruf, melakukan akad, dan

6 Syafe‟i Rachmat, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 53.

7 Tas}arruf adalah setiap sesuatu yang timbul dari seseorang dengan kehendaknya, baik berupa

ucapan maupun perbuatan, yang oleh syara‟ dipandang menimbulkan akibat-akibat hukum, baik

untuk kepentingan orang tersebut atau bukan. Tas}arruf yang timbul berupa ucapan seperti akad

jual beli, hibah, perjanjian bagi hasil, dan wakaf. Sedangkan tas}arruf yang timbul dari perbuatan

seperti menguasai benda mubah, perusakan, dan pemanfaatan. Wahbah Zuhaili, al Fiqh al Isla >my

wa Adillatuh, Juz IV, 82-83. 8 Ahliyah ada>’ dibagi menjadi dua yaitu (1) ahliyah ada>’ al na>qis}ah, kecakapan bertindak yang

tidak sempurna yang terdapat pada mumayyiz dan berakal sehat. Seseorang dalam kondisi ini bisa

ber-tas}arruf akan tetapi tidak cakap melakukan akad; (2) ahliyah ada>’ al ka >milah, kecakapan

bertindak yang sempurna yang terdapat pada ‘a>qil ba>lig dan berakal sehat, ia dapat ber-tas}arruf

dan cakap melakukan akad. Wahbah Zuhaili, al Fiqh al Isla>my wa Adillatuh, Juz IV, 92. 9 Wila >yah terbagi menjadi dua bagian yaitu (a) niyabah asliyah, dalam arti seseorang mempunyai

kekuasaan untuk melakukan akad bagi dirinya karena ia memiliki ahliyah ada>’ al ka >milah, (b)

niyabah shar’iyyah (wila >yah niya >biyyah [perwakilan]), dalam arti seseorang mendapat kekuasaan

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

memnunaikan segala akibat hukum yang ditimbulkan. Syarat

seseorang untuk mendapatkan wila>yah akad adalah orang yang

cakap ber-tas}arruf secara sempurna. Sedangkan orang yang

kecakapannya dalam bertindak tidak sempurna, maka tidak

memiliki wila>yah, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain

untuk melakukan tas}arruf.

3. Waka>lah (perwakilan), yaitu pengalihan kewenangan perihal

harta dan perbuatan tertentu dari seseorang kepada orang lain

untuk mengambil tindakan tertentu dalam hidupnya. Dalam hal

waka>lah ini, waki>l (yang mewakili), dan muwakkil (yang

diwakili) harus mempunyai kecakapan ber-tas}arruf yang

sempurna dan dilaksanakan dalam bentuk akad berupa ijab dan

qabu>l. Dengan demikian harus jelas obyek dan tujuan akad

tersebut. Biasanya wakil memiliki hak untuk mendapatkan

upah.10

Adapun tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat

hukum atau lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama

yang akan dituju dan hendak diwujudkan oleh para pihak melalui

pembuatan akad.11

Menurut para ulama fiqh, setiap akad mempunyai

tujuan hukum, yaitu tercapainya sasaran yang ingin dicapai sejak

untuk mengurus kepentingan orang lain. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta:

Amzah, Cet II, 2013), 118. 10

Muhammad Yasin Isa Fadani, al Fawa>id al Jamiyah, (Lebanon: Da >r Al Fikr, 1997), 619: Kayl

Musa, Ahkam al Mua >mala>t, (Beirut: Muassasah Al Risa >lah, 1994), 20. 11

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi Tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalah

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,. 2007), 68-69.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

semula, seperti pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli

dan akad itu bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad tidak

boleh dibatalkan kecuali disebabkan hal-hal yang dibenarkan syara‟,

seperti terdapat cacat pada obyek akad atau akad itu tidak memenuhi

salah satu rukun atau syarat akad.12

Para ulama fiqh menetapkan bahwa akad yang telah

memenuhi rukun dan syaratnya mempunyai kekuatan mengikat

terhadap pihak-pihak yang melakukan akad. Setiap manusia

memiliki kebebasan untuk mengikatkan diri pada suatu akad dan

wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan oleh akad itu.

B. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli (al bai’) secara bahasa artinya memindahkan hak milik

terhadap benda dengan akad saling mengganti.13

Adapun secara istilah

terdapat beberapa definisi yang dikemukakan ulama fiqih yaitu tukar-

menukar barang dengan cara tertentu atau tukar-menukar sesuatu dengan

yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli artinya

menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan

jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas

dasar kerelaan kedua belah pihak.14

12

Wahbah Zuhaili, Al Fiqh al Isla >my, 231. 13

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), 25. 14

Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin. S, Fiqih Madzab Syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), 22.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

Sebagian ulama mendefinisikan

Ulama Hanafiyah mendefinisikan dengan saling menukar harta

dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang

diinginkan dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.15

Menurut Imam Nawawi dalam kitab al majmu‟ adalah pertukaran

harta dengan harta untuk kepemilikan.

Menurut ibnu qudamah dalam kitab al mughni adalah pertukaran

harta dengan harta untuk saling menjadikan milik.

Menurut idris ahmad adalah menukar barang dengan barang atau

barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu

kepada yang lain atas dasar saling ridla.

Sayyid Sabiq mendefinisikan jual beli sebagai saling menukar

harta dengan harta atas dasar suka sama suka.16

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli

adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang

mempunyai nilai secara ridla diantara kedua belah pihak, yang satu

menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai perjanjian

atau ketentuan yang dibenarkan syara‟ dan disepakati.

Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai kesamaan dan

mengandung hal-hal antara lain:

Jual beli dilakukan oleh dua orang yang saling melakukan tukar

menukar

15

Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang:UIN Press, 2009), 172 16

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, 1996.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang

dihukumi seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak

Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku. Yakni kedua belah

pihak memiliki sesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya

ketetapan jual beli dengan kepimilikan abadi.

2. Rukun dan Syarat Jual Beli

Rukun jual beli terdiri 3 macam yaitu:

a. Akad (ijab qabu>l)

b. Orang yang berakad (pembeli dan penjual)

c. Ma‟kud alaihi (uang dan barang)

1) Akad

Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab qabu>l dilakukan,

hal ini karena ijab qabu>l menunjukkan kerelaan kedua belah pihak.

Pada dasarnya ijab qabu>l itu harus dilakukan dengan lisan. Akan

tetapi, kalau tidak mungkin misalnya karena bisu, jauhnya barang

yang dibeli, atau penjualnya jauh, boleh dengan perantaraan surat

menyurat.17

Rasulullah SAW bersabda:

خت ػ ظت لزصغ٠ : الي ص. لثدت ػ ػ تهلل ػر ذز٠ز )رت تعزش ػ الت ث

تخدتد تصزذ(

Artinya: “dari abu hurairah r.a. dari nabi SAW beliau bersabda: dua

orang yang jual beli belumlah boleh berpisah, sebelum

mereka berkerelaan. (HR. Abu Dawud Dan Tirmidzi).18

Dalam firman Allah SWT:

17

Ibnu Mas‟ud & Zainal Abidin. S, Fiqih Madzab Syafi’i, 22. 18

Al Al Imam Al Hafidz Muhammad Bin Isa Bin Tsaurah Al Trirmidzi, Sunan At Tirmidzi,

Riyadh: Maktabah al Ma‟arif, tt,

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Artinya: kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka

sama-suka di antara kamu. (Q.S. an nisa‟:29)19

Hakikat jual beli yang sebenarnya ialah tukar menukar yang

timbul dari kerelaan hati masing-masing, sebagaimana yang di

pahamkan dari ayat dan hadith. Karena itu tersembuyi dalam hati,

kerelaan harus diketahui dengan tanda-tanda, yang diantaranya

dengan ijab qabu>l.

Syarat sah ijab qabu>l

a) Tidak ada yang membatasi (memisahkan). Si pembeli tidak

boleh diam saja setelah si penjual menyatakan ijab, atau

sebaliknya.

b) Tidak diselingi oleh kata-kata lain

c) Tidak dita‟likkan

d) Tidak dibatasi waktunya. Umpamanya ” aku jual barang ini

kepadamu sebulan saja.

2) Orang Yang Berakad

Ada beberapa syarat bagi orang yang berakad

a) Balig (berakal) agar tidak mudah ditipu orang. Tidak sah akad

anak kecil, orang gila, atau orang bodoh. Oleh sebab itu, harta

benda yang dimiliki sekalipun tidak boleh diserahkan

kepadanya. Allah berfirman:

19

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang

yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang

ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah

sebagai pokok kehidupan. (Q.S. an nisa>‟: 5).20

3) Ma’kud Alaihi

Syarat barang yang diperjual belikan adalah sebagai berikut:

a) Suci atau disucikan. Tidaklah sah menjual barang yang najis,

seperti anjing, babi, dll.

b) Memberi manfaat menurut syara‟. Tidaklah sah memperjual

belikan jangkrik, ular, semut, atau binatang buas.

c) Dapat diserahkan secara cepat atau lambat. Tidak sah menjual

suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli,

misalnya ikan dalam laut, baran rampasan yang masih ditangan

oang yang merampasnya.

d) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan

yang diwakilinya , atau yang mengusahakan.

e) Barang tersebut diketahui oleh si penjual dan si pembeli zat,

bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas sehingga antara

keduanya tidak terjadi saling mengecoh. Yang wajib diketahui

zatnya bila barang itu tertentu ialah kadarnya.21

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan persyaratan

jual beli

20

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 21

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

114.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

1. Menurut ulama Hanafiyah

Persyaratan yang di tetapkan oleh ulama hanafiyah

berkaitan dengan jual beli adalah:

a. Syarat terjadinya akad

Adalah syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh syara‟. Jika

persyaratan ini tidak dipenuhi , maka jual beli batal.

1) Syarat Aqid (orang yang berakad)

a) Berakal dan mumayyiz

b) Aqid harus berbilang, sehingga tidak sah akad yang

dilakukan seorang diri. Minimal dua orang

2) Syarat dalam akad

Syarat ini hanya satu, yaitu harus sesuai antara ijab dan

qabu>l.22

3) Tempat akad

Harus bersatu atau berhubungan antara ijab dan qabu>l.

4) Ma‟qud „alaih (objek akad)

a) Ma‟qud „alaih harus ada.

b) Harta harus kuat, tetap dan bernilai akni

bermanfaat

c) Benda tersebut milik sendiri

d) Dapat diserahkan

22

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 77

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

b. Syarat pelaksaan akad (nafadz)

1) Benda dimiliki aqid atau berkuasa untuk akad

2) Pada benda tidak terdapat milik orang lain.23

2. Menurut madzab Syafi‟i

Ulama syafiiyah mensyaratkan 22 syarat, yang berkaitan

dengan akid, sighat, dan ma‟qud alaih yaitu:

a. Syarat aqid

1) Dewasa atau sadar

Aqid harus baligh dan berakal , menyadari dan mampu

memelihara agama dan hartanya, dengan demikian,

akad anak mumayyiz belum sah.24

2) Tidak dipaksa atau tanpa hak

3) Islam , dipandang tidak sah orang kafir membeli kitab

al qur‟an atau kitab-kitab yang berkaitan dengan agama

4) Pembeli bukan musuh

b. Syarat shighat

1) Berhadap hadapan

2) Ditujukan kepada seluruh badan akad

3) Qabu>l diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab

4) Harus menyebutkan barang atau harga

5) Ketika mengucapkan shighat harus disertai niat

23

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 79 24

Ibid., 81

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

6) Pengucapan ijab dan qabu>l harus sempurna

7) Ijab dan qabu>l tidak terpisah

8) Antara Ijab dan qabu>l tidak terpisah dengan pernyataan

lain

9) Tidak berubah lafadz

10) Bersesuaian antara ijab dan qabu>l secara sempurna

11) Tidak dikaitkan dengan sesuatu

12) Tidak dikaitkan dengan waktu.25

c. Syarat ma‟qud alaih

1) Suci

2) Bermanfaaat

3) Tidak diserahkan

4) Barang milik sendiri

5) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain

6) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan

akad.26

C. Bentuk-Bentuk Jual Beli

Menurut pendapat Imam Taqiyuddin, jual beli ditinjau dari segi

benda yang dijadikan objek jual beli dapat dibagi menjadi tiga bentuk: 1. Jual

beli benda kelihatan 2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji 3.

Jual beli benda yang tidak ada.27

25

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 83 26

Ibid., 82. 27

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 75.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Para ulama membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga

bentuk:

1. Jual Beli Sahih

Jual beli dikatakan sahih apabila jual beli itu disyariatkan,

memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan. Namun, jual beli yang sah

dapat juga dilarang dalam syariat bila melanggar ketentuan pokok berikut

: a. menyakiti si penjual, pembeli, atau orang lain, b. menyempitkan

gerakan pasar, dan c. Merusak ketentraman umum. Contohnya antara

lain,28

1) Membeli barang dengan harga yang lebih mahal daripada harga

pasar, sedangkan dia tidak menginginkan barang itu, tetapi semata-

mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu.

2) Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam

masa khiya>r.

3) Mencegat orang-orang yang datang dari desa di luar kota, lalu

membeli barangnya sebelum mereka sampai ke pasar dan sewaktu-

waktu mereka belum mengetahui harga pasar.

4) Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang

lebih mahal, sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu.

5) Menjual suatu barang yang berguna, tetapi kemudian dijadikan alat

maksiat oleh yang membelinya.

28

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di

Indonesia,113

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

6) Jual beli yang disertai tipuan. Berarti dalam urusan jual beli itu ada

tipuan , baik dari pihak pembeli maupun dari penjual, pada barang

ataupun ukuran dan timbangannya.29

2. Jual Beli Batal

Jual beli menjadi tidak sah (batal) apabila salah satu atau seluruh

rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu dasar dan sifatnya tidak

sesuai dengan syarat, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang

gila, atau barang yang dijual dilarang syariat. Bentuknya antara lain:

1) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Misalnya memperjual belikan buah-

buahan yang putiknyapun belum muncul di pohonnya.

2) Menjual barang yang tidak dapat diserahkan pada pembeli.

Misalnya, ikan dalam laut.

3) Jual beli benda yang dkategorikan najis. Semua benda yang

termasuk najis dan tidak bernilai menurut syariat tidak boleh

diperjualbelikan.

4) Jual beli „urbun adalah menjual suatu barang dengan lebih dulu

membayar panjar kepada pihak penjual (sebelum benda yang dibeli

diterima). Dengan ketentuan jika jual beli jadi dilaksanakan, uang

panjar itu dihitung sebagian dari harga, dan jika pihak pembeli

mengundurkan diri, maka uang panjar itu menjadi milik pihak

penjual.

29

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di

Indonesia,114

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

5) Memperjual belikan hak bersama umat manusia (kepemilikan

kolektif) dan tidak boleh diperjualbelikan. Misalnya air sungai, air

laut, dan yang tidak boleh di miliki seseorang.30

3. Jual beli fa>sid

Ulama Hanafi membedakan jual beli fa>sid dengan jual beli batal.

Apabila kerusakan dalam jual beli terkait dengan barang yang

dijualbelkan, maka hukumnya batal. Misalnya jual beli benda-benda

haram. Apabila kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang

dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fa>sid. Yang termasuk

kategori jual beli fa>sid adalah:

a. Jual beli al majhul (barangnya secara global tidak diketahui) atau

ketidakjelasannya bersifat total. Akan tetapi jika ketidakjelasan itu

sedikit, jual belinya sah, karena itu tidak akan membawa

perselisihan. Ulama hanafi mengatakan sebagai tolok ukur untuk

unsur majhul itu diserahkan sepenuhnya kepada „urf.31

b. Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat. Misalnya ucapan

penjual kepada pembeli, “saya jual kereta saya ini kepada engkau

bulan depan setelah gajian”. Menurut Ulama Hanafi, jual beli ini

dianggap sah pada saat syaratnya terpenuhi atau tenggang waktu

yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. Artinya, jual beli ini baru

30

Gemala Dewi,Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

116. 31

Ibid., 116.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

sah apabila masa yang ditentukan “bulan depan” itu telah jatuh

tempo.

c. Menjual barang yang tidak ada di tempat atau tidak dapat diserahkan

pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh

pembeli. Ulama Maliki membolehkannya, apabila sifat-sifatnya

disebutkan dengan syarat sifat-sifatnya tidak akan berubah sampai

barang yang diserahkan.

d. Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jumhur ulama mengatakan,

bahwa jual beli orang buta adalah sah apabila orang buta itu

memiliki hak khiyar kemampuan meraba atau mengindra.

e. Jual beli dengan barter harga yang diharamkan. Umpamanya

menjadikan barang-barang yang diharamkan sebagai harga, seperti

babi, khamr, darah dan bangkai.

f. Jual beli „ajal, yaitu jual beli dengan pembayaran tangguh kemudian

dibeli kembali dengan tunai. Misalnya, seseorang menjual barangnya

dengan harga Rp. 100.000,- yang pembayarannya ditunda selama

satu bulan, kemudian setelah pembayaran barang kepada pembeli,

pemilik barang pertama membeli kembali barang itu dengan harga

yang lebih rendah, seperti Rp. 75.000.-sehingga pembeli pertama

tetap berhutang sebanyak Rp. 25.000. jual beli ini dikatakan fa>sid,

karena menyerupai dan mengarah kepada riba.32

32

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

117

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

g. Jual beli anggur dan buah-buahan lain untuk tujuan pembuatan

khamar, apabila penjual anggur itu mengetahui bahwa pembeli itu

adalah produsen khamar.

h. Menggabungkan dua syarat dalam satu penjualan. Misalnya,

seseorang menjual sebuah barang pada pembeli dengan syarat

pembeli tidak boleh menjualnya kepada orang tertentu, atau pembeli

tidak boleh mewakafkan atau menghibahkannya.

i. Jual beli sebagian barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan

dari satuannya. Seperti menjual daging yang diambilkan dari kambin

yang masih hidup, dan sebelah sepatu.

j. Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna

matangnya untuk dipanen. Jumhur ulama mengatakan memperjual

belikan buah-buahan yang belum layak panen, hukumnya batal, aan

tetapi apabila buah-buahan itu telah matang tapi belum layak, maka

jual beli sah, sekalipun diisyaratkan menunggu sampai benar-benar

layak panen atau di isyaratkan harus panen ketika itu juga.33

D. Jual Beli Dalam Bentuk Khusus

1. Jual beli pesanan (al sala>m)

Pada zaman modern jual beli pesanan atau al sala>m lebih terlihat

dalam pembelian alat-alat furniture seperti kursi tamu, tempat tidur,

33

Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

118.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

lemari pakaian, dan lemari dapur. Barang-barang seperti ini biasanya

dipesan sesuai dengan selera konsumen. Dasar hukum jual beli pesanan

yaitu firman Allah:

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya”. (Q.S. al Baqarah: 282).34

Rasulullah SAW menyatakan bahwa ayat ini mengandung hukum

jual beli pesanan yang ketentuan waktunya harus jelas. Alasan lainnya

adalah sabda Nabi SAW:

فطت ؼ ت تج ؼ س ؼ ١ظف ف و١ ف ش١ا ف

(ج ػ تخ ػدثص)رت تدخثر ظ تخ دتد تظثب تصزذ تخ ث

Artinya: jika kamu melakukan jual beli salam, maka lakukanlah dalam

ukuran tertentu, timbangan tertentu, dan waktu tetentu.(HR Al

Bukha>Ri,Muslim, Abu Dawud, Dan Ibn Majah Dari Ibn

Abba>S).35

Jika ditinjau secara metodologi ushul fiqh, jual beli pesanan ini

tidak sejalan dengan kaidah umum yang berlaku dalam jual beli, karena

salah satu unsur jual beli tidak terpenuhi ketika berlangsungnya akad jual

beli, yaitu barang yang diperjualbelikan. Akan tetapi menurut Ibnu

Qayyim al Jauziyyah bahwa penundaan penyerahan barang dalam jual

beli pesanan ini sama saja dengan penundaan pembayaran harga barang

yang diperjualbelikan. Jika harga barang boleh berutang, kenapa barang

yang dipesan juga tidak boleh ditunda penyerahannya.

34

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. 35

Al Bukhori, Sahih al Bukhari II, (Beirut: Da>r Ibn Kasir, 1987), 781.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

Ibnu Qayyim al Jauziyyah memandang bahwa kata dain dalam

surat al Baqarah: 282 di atas mengandung pengertian utang, yang terdiri

atas utang uang (harga suatu barang) dan utang barang (penundaan

penyerahan barang yang diperjualbelikan). Oleh karena itu, menurutnya

teks hadith tentang kebolehan jual beli pesanan sejalan dengan kaidah

umum.36

2. Jual Beli Ghara>r

Ghara>r artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan

untuk merugikan pihak lain. Menurut Imam Nawawi, ghara>r merupakan

unsur akad yang dilarang dalam syari‟at islam. Imam Al qarafi

berpendapat gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas,

apakah efek akad terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual beli ikan

yang masih dalam air (tambak).37

Diantara bentuk-bentuk gharar yang dilarang adalah

a. Tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan obyek akad pada

waktu terjadi akad, baik obyek akad itu sudah ada maupun belum

ada. Misalnya: menjual janin yang masih dalam perut binatang

ternak tanpa menjual induknya.

b. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan penjual.

Apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain belum diserahkan

kepada pembeli, maka pembeli itu belum boleh menjual barang itu

36

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 148. 37

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), 147

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

kepada pembeli lain. Akad semacam ini mengandung gharar, karena

terdapat kemungkinan rusak atau hilang obyek akad, sehingga akad

jual beli pertama dan yang kedua menjadi batal.

c. Tidak ada kepastian tentang jenis pembayaran atau jenis benda yang

dijual. Wahbah al Zuhaili berpendapat, bahwa ketidakpastian

tersebut merupakan salah satu bentuk gharar yang terbesar

larangannya.

d. Tidak ada kepastian tentang sifat tertentu dari barang yang dijual.

Misalnya: penjual berkata:”saya jual sepeda yang ada di rumah saya

kepada anda”, tanpa menentukan ciri-ciri sepeda tersebut secara

tegas. Termasuk kedalam bentuk ini adalah menjual buah-buahan

yang masih di pohon dan belum layak dikonsumsi.

e. Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus dibayar.

Misalnya: orang berkata: ”saya jual beras kepada anda sesuai dengan

harga yang berlaku pada hari ini”. Padahal jenis beras juga

bermacam-macam dan harganya juga tidak sama.

f. Tidak ada ketegasan bentuk transaksi, yaitu ada dua macam atau

lebih yang berbeda dalam satu obyek akad tanpa menegaskan bentuk

transaksi mana yang dipilih waktu terjadi akad. Misalnya, sebuah

motor dijual dengan harga Rp. 10.000.000,- dengan harga tunai dan

Rp. 12.000.000,- dengan harga kredit. Namun, sewaktu terjadi akad,

tidak ditentukan bentuk transaksi mana yang akan dipilih.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

g. Tidak ada kepastian tentang waktu penyerahan obyek akad.

Misalnya, setelah seseorang meninggal. Jual beli semacam ini

termasuk gharar, karena obyek akad dipandang belum ada.

h. Tidak ada kepastian obyek akad, karena ada dua obyek akad yang

berbeda dalam satu transaksi. Misalnya, salah satu dari dua potong

pakaian yang berbeda mutunya, dijual dengan harga yang sama.

i. Kondisi obyek akad, tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang

ditentukan dalam transaksi. Misalnya, menjual seekor kuda pacuan

yang sedang sakit.38

3. Bai>’al-wafa’

Secara etimologi, al bai>’ berarti jual beli, dan al wafa’ berarti

pelunasan/penunaian hutang. Bai>’al-wafa’ adalah salah satu bentuk

transaksi (akad) yang muncul di Asia Tengah (Bukhara dan Balkh) pada

pertengahan abad ke 5 Hijriyah dan merambat ke Timur Tengah.

Secara terminology, Bai>’al-wafa’ di definisikan para ulama fiqh

dengan: jual beli yang dilangsungkan dua pihak yang dibarengi dengan

syarat bahwa barang yang dijual itu dapat dibeli kembali oleh penjual,

apabila tenggang waktu yang ditentukan telah tiba. Artinya, jual beli ini

mempunyai waktu yang terbatas, misalnya satu tahun, sehingga apabila

waktu satu tahun telah habis, maka penjual membeli barang itu kembali

dari pembelinya.

38

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), 148.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Misalnya, Ruslan sangat memerlukan uang saat ini, lalu ia

menjual sawahnya seluas dua hektar kepada Riadi seharga Rp.

10.000.000 dalam waktu 2 Tahun. Mereka sepakat menyatakan bahwa

apabila tenggang waktu 2 tahun itu telah habis, maka Ruslan akan

membeli sawah itu kembali seharga penjualan semula, yaitu Rp.

10.000.000 kepada Riadi. Disebabkan akad yang digunakan adalah akad

Jual beli, maka tanah sawah boleh dieksploitasi Riadi selama 2 tahun itu

dan dapat ia manfaatkan sesuai dengan kehendaknya, sehingga sawah itu

menghasilkan keuntungan baginya. Akan tetapi sawah itu tidak boleh

dijual kepada orang lain.39

Musthafa al Zarqa‟ mengatakan bahwa biasanya barang yang

diperjual belikan dalam Bai>’al-wafa’ adalah benda tidak bergerak, seperti

tanah perkebunan, rumah, tanah perumahan, dan sawah.40

Jual beli ini muncul pertama kali di Bukhara dan Balkh pada

sekitar abad ke 5 Hijriyah, dalam rangka menghindari terjadinya Riba

dalam pinjam meminjam. Banyak diantara orang kaya ketika itu tidak

mau meminjamkan uangnya tanpa ada imbalan yang mereka terima.

Sementara banyak pula para peminjam uang tidak mampu melunasi

hutangnya akibat imbalan yang harus mereka bayarkan bersamaan

dengan sejumlah uang yang mereka pinjam. Di sisi lain imbalan yang

diberikan atas dasar pinjam meminjam uang ini, menurut para Ulama

Fiqh termasuk riba. Dalam menghindarkan dari riba itu, masyarakat

39

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 152. 40

Ibid., 152.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

Bukhara dan Balkh ketika itu merekayasa sebuah bentuk jual beli yang

dikenal kemudian dengan Bai>’al-wafa’.41

4. Ikhtika>r

Para ulama mengemukakan definisi ikhtika>r adalah ada upaya

dari seseorang untuk menimbun barang pada saat barang itu langka atau

diperkirakan harga akan naik. Barang-barang yang ditimbun biasanya

barang yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari dengan tujuan

menjualnya ketika harga telah melonjak, barang itu baru dipasarkan.

Ulama madzab Maliki, sebagian Ulama Hanbali, Imam Abu

Yusuf Dan Ibnu Abidin (ahli fiqh Madzab Hanafi) berpendapat, bahwa

larangan ihtika>r tidak terbatas pada makanan, pakaian atau hewan, tetapi

meliputi seluruh produk yang diperlukan masyarakat. Menurut mereka

yang menjadi illat dalam larangan ihtika>r tersebut adalah “kemudlaratan

yang menimpa orang banyak”. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa

kemudlaratan yang menimpa orang banyak tidak hanya terbatas pada

makanan, pakaian dan hewan saja, tetapi mencakup seluruh produk yang

diperlukan orang banyak. Bahkan imam al Syaukani tidak membedakan

apakah penimbunan itu terjadi ketika pasar berada dalam keadaan normal

(pasar stabil), ataupun dalam keadaan pasar tidak stabil.

Hal ini perlu dibedakan, karena menurut Jumhur Ulama, jika

sikap para pedagang dalam menyimpan barang tersebut bukan untuk

merusak harga pasar, tentu tidak ada larangan.42

41

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, 153.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

E. Dasar Hukum Jual Beli

1. Al Qur‟an

Jual beli pada dasarnya merupakan kegiatan saling bantu antara

yang satu dengan yang lain dengan prinsip saling menguntungkan sesuai

ketentuan syariat dan peraturan perundangan yang berlaku. Adapun dasar

hukum jual beli adalah:

Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba. (Q.S. al baqarah: 275)43

Artinya: Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu. (Q.S al baqarah: 198)44

Artinya: dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli (Q.S. al baqarah:

282)45

Sisi lain yang diajarkan dalam syariat Islam bahwa jual beli

(perdagangan) yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat akan

mendapatkan rezeki yang berkah, bahkan dijanjikan pahala akhirat bagi

pelaku bisnis yang jujur yakni akan bersama para nabi, para siddiqi>n, dan

para syuhada>’ kelak di surga.46

42

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), 152. 43

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 44

Ibid. 45

Ibid. 46

Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis, (Malang : UIN Press, 2009) 176.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

Artinya : ”kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama

suka”.47

2. Al sunnah

خ١ذ تزج تىظح تط١ح؟ فمثي: ػ ص.. : ت تد رطة دز خ١غ و

)رت تدشتر طذذ تذثو ػ رفث ػر تخ تزتفغ(

Artinya: Nabi Muhammad SAW ditanya tentang mata pencaharian yang

paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan

tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.48

Maksud mabrur dalam hadith di atas adalah jual beli yang

terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.

Rasulullah bersabda, yang artinya: ”pedagang yang jujur

(terpercaya) bersama di akhirat dengan para Nabi, siddiqin dan syuhada‟.

(HR. al tirmidzi)” .

3. Ijma‟

Ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan

bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya tanpa

bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang

lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang

sesuai.49

Hukumnya berubah menjadi haram apabila meninggalkan

kewajiban karena terlalu sibuk, sampai dia tidak menjalankan kewajiban

ibadahnya.

47

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005. 48

Al Ha >fidz Ibnu Hajar al Asqala >lani, Bulu >g al Mara >m, Al Haramain. 49

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, 75.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Allah SWT berfirman, “hai orang-orang yang beriman, apabila diseru

untuk menunaikan shalat jum‟at, maka bersegeralah kamu mengingat

allah dan tinggalkanlah jual beli.50

Yang demikian itu lebih baik bagimu

jika kamu mengetahui, apabila telah ditunaikan shalat maka

bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia allah dan ingatlah

Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Hukumnya berubah menjadi haram apabila melakukan jual beli

dengan tujuan membantu kemaksiatan atau melakukan perbuatan haram.

Allah berfirman:”dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya allah

amat berat siksanya.”

Menurut imam al syatibi (ahli fiqih bermadzab maliki) ,

hukumnya bisa menjadi wajib dalam kondisi tertentu seperti apabila

terjadi ihtikar (penimbunan barang) sehingga persediaan barang hilang

dari pasar dan harga melonjak naik.51

F. Adab-adab dalam jual beli

Dalam operasional jual beli terdapat adab-adab yang wajib untuk

diperhatikan, antara lain:

1) Tidak menjual sesuatu yang haram

Tidak boleh menjual sesuatu yang haram, seperti khamr, majalah

porno dan lain-lain yang diharamkan Allah SWT.52

2) Tidak melakukan system perdagangan terlarang

50

Apabila imam naik mimbar, dan muadzin telah azan di hari Jum‟at, maka kaum muslim wajib

bersegera memenuhi panggilan muadzzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya. 51

http//www. KoperasiJUJUR/fiqih-muamalah-bab-3-murabahah-jual.html 52

Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut Al Qur’an dan As

Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam Al Syafi‟i, 2007), 179

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Salah satu contoh sistem perdagangan terlarang ialah menjual sesuatu

yang tidak ia miliki berdasarkan sabda Rasulullah:

دذظث لص١در دذظث ش١ خشز أخ ػ ٠طف ػ ه خ ث ػ دى١ خ أش١س لثي دشت

رطي ط ت ت ػ١ ٠ؤش١ فمس ط ٠ظؤ تزج ذ ١ض ث تد١غ أخصثع ػ

تظق ظ ذن ١ض ث شدغ ث لثي أخ١ؼ ػ

)رت تصزذ( 53

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan

kepada kami Husyaim dari Abu Bisyr dari Yusuf bin Mahak dari

Hakim bin Hizam ia berkata; Aku datang menemui Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku katakan; ada seorang laki-laki

yang datang kepadaku dan memintaku untuk menjual sesuatu yang

tidak ada padaku, bolehkah aku membeli untuknya dari pasar

kemudian aku menjual kepadanya? Beliau bersabda: "Jangan kamu

menjual sesuatu yang tidak ada padaku." (H.R. Al Tirmidzi)

3) Tidak terlalu banyak mengambil untung

Seharusnya penjual tidak terlalu banyak mengambil untung, tetapi

ambillah keuntungan dengan wajar. Hendaklah mengasihi orang lain

dan jangan hanya berambisi mengumpulkan harta saja.

4) Tidak membiasakan bersumpah ketika menjual dagangan

Hendaklah tidak bersumpah untuk melariskan dagangannya dan

bersumpah bahwa kualitas barang tersebut seperti barang ini dan itu.54

Rasulullah SAW bersabda:

تفظ ١ إخزت إطذك خ أخ وز٠ح أخ ش١در أخ ش١در لثي إطذك دذظث أخ خىز خ ثخ

ثه وؼح خ ؼدذ خ وع١ز ػ ١ذ خ ت ر ػ دذظث أخ أطث لثي تآخزت أخ أخدزث ػ

53

Tirrmidzi, Al Imam Al Hafidz Muhammad bin Isa Bin Tsaurah Al, Sunan At Tirmidzi, 293. 54

Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut Al Qur’an dan As

Sunnah, 180

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

ظثر لصثدذ تؤ ػ١ ط ت غ رطي ت ط وعزذ تذف ف تد١غ أ ٠مي إ٠ثو ط

ذك ٠ ٠فك ظ )ظ رت ( فإ55

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan

Abu Kuraib dan Ishaq bin Ibrahim, dan ini adalah lafadz Ibnu Abu

Syaibah. Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami, sedangkan

yang dua berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari

Al Walid bin Katsir dari Ma'bad bin Ka'ab bin Malik dari Abu

Qatadah Al Anshari, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda: "Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah

dalam berdagang, karena ia dapat melariskan (dagangan) dan

menghilangkan (keberkahan)."

5) Tidak berbohong ketika berdagang

Termasuk berbohong adalah menjual barang yang ada cacatnya dan

hal itu tidak diberitahukan kepada si pembeli. Nabi SAW pernah

bersabda kepada pedagang yang menyembunyikan makanan yang

basah, Nabi bersabda:

أ٠ج د جؼفز لثي تخ خ ؼ١ إط ١ؼث ػ دجز ج تخ لص١در أ٠ج ظث ذ دذظ ٠ذ١ خ

ز٠زذ أخ ػ أخ١ لثي أخدز تؼثء ػ ؼ١ ز إط ط ػ١ ط ت رطي ت أ

ذت ٠ث طثدح ت ث خث فمثي ث فثس أطثخؼ ف١ ٠ذ فؤدخ ػ طدزذ طؼث لثي أطثخص طؼث

غش ف١ض تثص ٠زت و ق تطؼث ف لثي أفث جؼص ثء ٠ث رطي ت رت( تظ

)ظ56

Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah

serta Ibnu Hujr semuanya dari Ismail bin Ja'far, Ibnu Ayyub berkata,

telah menceritakan kepada kami Ismail dia berkata, telah

mengabarkan kepadaku al-Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah

bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau

memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau

menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya: "Apa ini

wahai pemilik makanan?" sang pemiliknya menjawab, "Makanan

tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda:

55

Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, (Libanon: Da>r al Kutub al ‘Ilmiyati, 2008), 64. 56

Ibid., 99.

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

"Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar

manusia dapat melihatnya. Barang siapa menipu maka dia bukan dari

golongan kami."

Apabila si penjual menyembunyikan cacat yang terdapat pada barang

dagangannya, maka si pembeli berhak untuk mengembalikan barang

tersebut atau menuntut agar harganya diturunkan sesuai dengan cacat

tersebut.

6) Penjual harus melebihkan timbangan

Apabila penjual menimbang barang dagangannya, maka ia harus

memberi lebih dari berat timbangan yang telah ditentukan.

“kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta

dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi.”57

7) Pemaaf, mempermudah, dan lemah lembut dalam jual beli

Seharusnya penjual dan pembeli memiliki sifat-sifat ini. Jangan

sampai salah seorang keras pada yang lain. Jangan terlalu banyak

tawar menawar dan berdebat, tetapi hendaknya mereka saling

memaklumi seperti dalam Hadits yang artinya “Allah azza wajalla

57

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 2005.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

memasukkan ke dalam surga orang yang mudah dalam membeli,

menjual, melunasi, dan menuntut haknya”.

8) Menjauhkan sebab-sebab munculnya permusuhan dan dendam

kusumat.

Diantara sebab yang dapat memunculkan permusuhan dan dendam

ialah seseorang membeli barang yang telah dibeli saudaranya, seperti

jual beli jenis Najasy dan lain-lain yang diharamkan dalam syari‟at

Islam.

ػ أخ طؼ١ذ ل١ض ػ د ٠ؼ تخ لؼح دذظث دت ر خ ظ خ دذظث ػدذ ت ز خ ث

أخ ث ز٠زذ لثيوز٠ش ػ ث شثجشت ث شذثطذت ط ػ١ ط ت لثي رطي ت

أ ظ تث ت إخ وت ػدثد ت ػ خ١غ خؼغ ث ٠دغ خؼؼى ث شذتخزت خ شدثغؼت

ظ زتز خذظح ت ظثض ٠ش١ز إ طذر ث ث تصم ث ٠ذمز ث ٠خذ ث ٠ظ

ػزػ ث د دزت ظ ػ ت ظ ت و ظ ت ٠ذمز أخث تشز أ زئ دذظ ت

غ ط س٠ذ أ تخ ر أطث ح ػ طزح دذظث تخ ز خ ػ ذ خ ز أد أخث أخ تطث

ط ز٠زذ ٠مث لثي رطي ت ؼس أخث وز٠ش ٠مي ط ز خ ػث خ ػدذ ت طؼ١ذ

ظز إ ث ٠ ت إ ث ستد ف١ مض ستد د دذ٠ط دت فذوز ذ ط ػ١ ت أجظثدو

إ طذر أشثر خؤطثخؼ ظز إ لخى ٠ ى رو ت ث شذث إ ط ث شثجش ت ثطذ

ث ٠دغ ت ث شدثدر ت تث ث شدثغؼ ت ػدثد تهلل إخ و ػ خ١غ خؼغ رت (خؼؼى

)ظ58

Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab;

Telah menceritakan kepada kami Dawud yaitu Ibnu Qais dari Abu

Sa'id budak 'Amir bin Kuraiz dari Abu Hurairah dia berkata;

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Janganlah kalian

saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling

58

Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, 1986.

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli

sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah

kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu

dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti,

merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah

menunjuk dadanya), Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.

Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina

saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya

haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya." Telah menceritakan

kepadaku Abu At Thahir Ahmad bin Amru bin Sarh Telah

menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Usamah yaitu Ibnu Zaid

Bahwa dia mendengar Abu Sa'id -budak- dari Abdullah bin Amir bin

Kuraiz berkata; aku mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: -kemudian perawi menyebutkan

Hadits yang serupa dengan Hadits Daud, dengan sedikit penambahan

dan pengurangan. Diantara tambahannya adalah; "Sesungguhnya

Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, akan tetapi Allah

melihat kepada hati kalian. (seraya mengisyaratkan telunjuknya ke

dada beliau). “janganlah kalian saling mendengki, saling melakukan

perdagangan dengan najasy, saling membenci, saling bermusuhan,

dan janganlah sebagian kalian membeli barang yang sudah dibeli

orang lain. Jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang

bersaudara”.

9) Penjual dan pembeli boleh menentukan pilihan selama mereka belum

berpisah kecuali jual beli khiyar.

Penjual dan pembeli masih memiliki pilihan selama mereka belum

berpisah di tempat jual beli. Yakni pembeli masih berhak untuk

meneruskan proses pembelian atau membatalkannya. Hak yang sama

juga dimiliki oleh penjual. Akan tetapi, apabila penjual dan pembeli

sudah sepakat untuk barang tertentu dan mereka berpisah di tempat

penjualan, maka barang tersebut tidak boleh dikembalikan. Kecuali

jual beli khiyar.

لص دزج دذظث شؼدر ػ خ ث تذثرض دذظث ط١ خ ػدذ ت ػ طثخ أخ تخ١ ثدذ ػ

تد ط ػ١ ط ت لثي لثي رطي ت ػ ت رػ دشت خ إ دى١ رفؼ ١ؼث

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

لثي دص ٠صفزلث أ ث وذخث خثخ١ثر ث وص إ ث ث ف خ١ؼ خ١ث خرن طذلث ٠صفزلث فإ

ث ذمس خزور خ١ؼ إ ث، خ١ؼ ث ف رن خ١ث خ طذلث ٠صفزلث، فإ ث خثخ١ثر تد١ؼث

ث ذمس خزور خ١ؼ وذخث ث تدخثر رت( وص59

(

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah

menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Shalih Abu AL

Khalil dari 'Abdullah bin Al Harits yang dinisbatkannya kepada

Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam bersabda: "Dua orang yang melakukan jual beli boleh

melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan

jual beli) selama keduanya belum berpisah", Atau sabda Beliau:

"hingga keduanya berpisah. Jika keduanya jujur dan menampakkan

dagangannya maka keduanya diberkahi dalam jual belinya dan bila

menyembunyikan dan berdusta maka akan dimusnahkan keberkahan

jual belinya".

10) Tidak boleh menimbun dan memonopoli barang dagangan tertentu.

Tidak boleh menimbun atau memonopoli dagangan tertentu untuk

menguasai harga barang.

ذ ػ ػجث ذ خ ذ ػ ؼ١ إط خ دذظث دثش ز تؤشؼع ػ دذظث طؼ١ذ خ ذ خ

ػطثء ػ ز خ ػ ػ١ ط ت رطي ت ؼ ػدذ ت ز خ ؼ ظ١ح ػ ت طؼ١ذ خ

لثي ث ٠ذصىز إث خثطا ط ز خ ػ ظ دذظ خؼغ أطذثخث ػ لثي ١ لثي إخزت

أخدزث خث ػ طؼ١ذ خ ز ػ ػ ذ خ ذ ٠ذ١ ػ ز خ ػ ػ ػدذ ت ذ خ

ػ ط ت وؼح لثي لثي رطي ت خ ز أدذ خ ػذ ؼ أخ ز خ ؼ ظ١ح ػ ت ١

ع فذوز خ ٠ذ١ ط خثي ػ خ ث ظ رت(دذ٠ط ط١60

(

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Amru Al Asy'ats telah

menceritakan kepada kami Hatim bin Isma'il dari Muhammad bin

'Ajlan dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha dari Sa'id bin Musayyab

dari Ma'mar bin Abdullah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

beliau bersabda: "Tidaklah orang yang menimbun barang, melainkan

ia berdosa karenanya." Ibrahim berkata; Muslim berkata; dan telah

menceritakan kepadaku sebagian sahabat kami dari Amru bin Aun

59

Bukhori, Al. Sahih Al Bukhari, (Beirut: Da>r Ibn Kasir, 1987), 501. 60

Al Imam Muslim Bin Al Hajjaj, Shahih Muslim, 1228.

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah dari Amru bin

Yahya dari Muhammad bin Amru dari Sa'id bin Musayyab dari

Ma'mar bin Abu Ma'mar salah seorang Bani Adi bin Ka'ab, dia

berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda….kemudian dia menyebutkan hadits seperti hadits Sulaiman

bin Bilal, dari Yahya." “tidaklah seseorang menimbun barang,

melainkan pelaku maksiat”.

G. Prinsip-prinsip ekonomi Islam

Menurut Juhaya S. Praja ada 5 yaitu:

1. Tijarah an taradlin, yaitu melaksanakan transaksi bisnis berdasarkan

suka rela diantara masing-masing pihak.

2. Perikatan dan transaksi bisnis dilakukan secara tertulis dan

transparan

3. Amanah dalam laporan neraca.

4. Pertukaran manfaat dalam kerangka, yaitu tolong menolong dalam

kebajikan dan ketakwaan.

5. Tidak mengandung unsur riba, tidak ada tipu daya, dan tidak

mengandung unsur judi.61

Menurut Sjaichul Hadi Permono dalam salah satu karyanya,

Formula Zakat, Menuju Kesejahteraan Sosial, mengidentifikasikan

beberapa prinsip hukum Islam, antara lain:

1. Prinsip kejujuran dan kebenaran yang merupakan sendi akhlak

karimah

61

Juhaya S. Praja, Tafsir Hikmah: Seputar Ibadah, Muamalah, Jin & Manusia, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya, 2000), 167

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DAN JUAL BELI A. …digilib.uinsby.ac.id/6443/5/Bab 2.pdf · dengan muqawwimat ‘aqd (unsur-unsur penegak akad) T. M. Hasbi al shiddiqiy berpendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

a. Prinsip transaksi yang meragukan dilarang, akad transaksi harus

tegas, jelas, dan pasti. Baik benda yang menjadi objek akad,

maupun harga barang yang diakadkan.

b. Prinsip transaksi yang merugikan dilarang. Setiap transaksi yang

merugikan diri sendiri maupun pihak kedua dan pihak ketiga

dilarang.

c. Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. Prinsip ini

menekankan pentingnya kepentingan bersamayang harus

didahulukan tanpa menyebabkan kerugian individu.

d. Prinsip manfaat. Objek transaksi harus memiliki manfaat,

transaksi terhadap objek yang tidak bermanfaat menurut syariat.

e. Prinsip yang mengandung riba dilarang.

f. Prinsip suka sama suka (antaradlin) .

g. Prinsip tiada paksaan. Setiap orang memiliki kehendak yang

bebas dalam menetapkan akad, tanpa tunduk kepada paksaan

transaksi apapun, kecuali hal yang diharuskan oleh norma

keadilan dan kemaslahatan masyarakat.62

62

Sjaichul Hadi Permono, Formula Zakat, Menuju Kesejahteraan Sosial, (Surabaya: Aulioa,

2005), 44-45