bab ii tinjauan teori i. kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/ika dimyati...

126
27 BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan A. Definisi Kehamilan adalah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sperma yang menyebabkan amenore pada wanita usia reproduktif disertai dengan perubahan fungsi anatomi tubuh. Kehamilan berlangsung selama 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Mochtar, 2012; h. 35). Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2012; h. 213). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Upload: dangduong

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

27

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Kehamilan

A. Definisi

Kehamilan adalah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan

sperma yang menyebabkan amenore pada wanita usia reproduktif

disertai dengan perubahan fungsi anatomi tubuh. Kehamilan berlangsung

selama 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

(Mochtar, 2012; h. 35).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3

trimester, dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2012; h.

213).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

28

B. Tanda – Tanda Kehamilan

Menurut Rustam Mochtar (2012 ; 35 ) tanda – tanda kehamilan

adalah sebagai berikut :

1. Tanda – Tanda Presumtif

a. Amenorea (tidak mendapat haid).

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid

terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan

taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan

menggunakan rumus dari Naegele.

b. Mual dan Muntah (nausea and vomiting).

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama

kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi

di pagi hari, maka disebut morning sickness (sakit pagi).

Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan,

disebut hiperemesis gravidarum.

c. Mengidam (ingin makan makanan khusus).

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman

tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama.

Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan.

d. Pingsan

Jika berada pada tempat – tempat ramai yang sesak

dan padat, seorang waniita yang sedang hamil dapat pingsan.

e. Tidak Ada Selera Makan (anoreksia).

Hanya berlangsung pada triwulan pertama

kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

29

f. Lelah (fatigue)

g. Payudara Membesar, Tegang, dan Sedikit Nyeri.

Disebabkan karena pengaruh estrogen dan

progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara.

Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

h. Sering Miksi.

Dikarenakan kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul

kembali karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.

i. Konstipasi/Obstipasi.

Disebabkan karena tonus otot – otot usus menurun

oleh kadar hormone steroid.

j. Pigmentasi Kulit.

Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola

payudara, leher, dan dinding perut (line nigra).

k. Pemekaran Vena – Vena (varises).

Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, hal ini

umumnya dijumpai pada triwulan akhir.

2. Tanda – Tanda Kemungkinan Hamil

a. Perut Membesar.

b. Uterus Membesar.

Karena terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

konsistensi rahim.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

30

c. Tanda Hegar.

Ditemukan di serviks dan isthmus uteri yang lunak

pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6

minggu.

d. Tanda Chadwick.

Perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di

porsio vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat

pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

e. Tanda Piskacek.

Pembesaran dan pelunakkan rahim ke salah satu sisi

rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya tanda

ini ditemukan di usia kehamilan 7 sampai 8 minggu.

f. Braxton Hicks.

Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika di rangsang.

g. Teraba Ballotement.

Fenomena bandul atau pantulan balik. Hal ini dapat

dikenali dengan jalan menekan tubuh janin melalui dinding

abdomen yang kemudia terdorong melalui cairan ketuban dan

kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau tangan

pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut ballottement in

toto. Jenis lain dari pantulan ini adalah ballottement kepala

yaitu hanya kepala hanin yang terdorong dan memantul

kembali ke dinding uterus atau tangan pemeriksa setelah

memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban di

dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2010; h. 220).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

31

3. Tanda Pasti Hamil

a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian – bagian

janin.

b. Denyut jantung janin yang dibuktikan dengan :

1) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec.

2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler.

3) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram.

4) Dilihat pada ultrasonografi.

c. Terlihat tulang –tulang janin dalam foto rontgen.

C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Perempuan Hamil.

Menurut Rustam Mochtar (2012; h. 29 - 30) perubahan anatomi

dan fisiologi pada perempuan hamil adalah sebagai berikut:

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

1) Ukuran, rahim membesar akibat hipertrofi dan hyperplasia otot

polos rahim, serabut - serabut kolagennya menjadi

higroskopik, endometrium menjadi desidua. Ukuran pada

kehamilan cukup bulan 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas

lebih dari 4000 cc.

2) Berat, berat uterus naik secara luar biasa dari semula yang

berbobot 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan

(40 minggu).

3) Bentuk dan konsistensi, pada bulan – bulan pertama

kehamilan rahim berbentuk seperti buah alpukat, pada

kehamilan 4 bulan rahim berbentuk bulat, dan pada akhir

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

32

kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira –

kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur

bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada

minggu pertama, isthmus rahim mengalami hipertrofi dan

bertambah panjang sehingga jika diraba terasa lebih lunak.

Hal ini disebut tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim

teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis

oleh karena itu bagian – bagian janin dapat diraba melalui

dinding perut dan dinding rahim.

b. Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar – kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2010; h. 177). Hal

tersebut menjadikan serviks bertambah vaskularisasinya dan

menjadi lunak yang disebut sebagai tanda Goodell. Kelenjar

endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus.

Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, maka

endoservikal berubah warna menjadi livid atau kebiruan yang

disebut sebagai tanda Chadwick (Mochtar, 2012; h. 29 – 30).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

33

c. Indung telur (ovarium)

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat ditemukan diovarium. Folikel ini akan berfungsi

maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu

akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah

yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010; h. 178).

d. Vagina dan Perineum

Prawirohardjo (2010; 178) menjelaskan bahwa selama

kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas

pada kulit dan otot – otot di perineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal sebagai

tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel – sel otot

polos.

e. Kulit

Menurut Prawirohardjo (2010; h. 179) pada dinding kulit

perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam,

dan terkadang juga akan mengenai daerah payidara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan nama striea gravidarum. Pada

multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

gravidarum sebelumnya. Selain itu, terjadi perubahan pula di garis

pertengahan perut (linea alba) yang akan berubah bertambah

hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

34

f. Payudara

Payudara akan bertambah ukurannya di vena – vena di

bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan membesar,

kehitaman, dan tegak. Areola akan telbih besar dan kehitaman.

Kelenjar Montgomery akan membesar dan cenderung menonjol

keluar. Jika payudara semakin membesar, striae seperti yang

terlihat pada perut akan muncul pula di payudara (Prawirohardjo,

2010; h. 179).

2. Sistem Kardiovaskular

Pada minggu kelima cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik.

Selain itu, denyut jantung juga mengalami peningkatan. Antara

minggu ke-10 dan minggu ke-20 terjadi peningkatan plasma.

Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan

terjadinya vasodilatasi dan penutrunan resistensi vaskular perifer.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

telentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan

cardiac output sehingga menyebabkan terjadinya hipotensi arterial

yang dikenal sebagai sindrom hipotensi supine dan pada keadaan

yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran

(Prawirohardjo, 2010; h. 182 – 183).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

35

Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran

darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi

telentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

dengan posisi miring kekiri. Oleh karena itu lah mengapa ibu hamil

tidak dianjurkan dalam posisi telentang pada akhir kehamilan.

3. Sistem Respirasi

Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit peruabahan

pada kehamilan tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan

pengambilan oksigen per emnit akan bertambah secara signifikan

pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada

minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti semula sebelum hamil

dalam 24 minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010; h. 185).

4. Traktus Digestivus

Prawirohardjo (2010; h. 185) menjelaskan perubahan yang

nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus

digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di

lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis

(heartburn) yang disebabkan oleh refkluks asam lambung ke

esophagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan

menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah. Mual terjadi

karena penurunan motilitas usus besar.

5. Traktus Urinarius

Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal

plasma flow juga akan meningkat. Pada eksresi akan ditemukan

kadar asam amino dan vitamin yang larut dalam air dalam jumlah

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

36

yang lebih banyak. Glukosuria juga merupakan hal yang umum

terjadi, akan tetapi kewaspadaan terhadap penyakit diabetes mellitus

tetap harus diwaspadai. Sementara itu, proteinuria dan hematuria

merupakan suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai

peningkatan creatinine cleareance lebih tinggi yaitu 30 %.

6. Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml

pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan

vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan

mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosteron,

dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat

(Prawirohardjo, 2010; h. 186).

D. Komplikasi pada Kehamilan

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 82 – 126) berikut ini adalah

beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat kehamilan yaitu :

1. Mual dan muntah pada kehamilan

a. Definisi

Adalah mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga 16

minggu. Apabila keadaan ini semakin berat, maka dinamakan

hiperemesis gravidarum.

b. Penatalaksanaan

Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10

mg vitamin B6.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

37

2. Abortus

a. Definisi

Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup

diluar kandungan.

b. Penatalaksanaan

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum dan

tanda – tanda vital ibu.

2) Periksa tanda – tanda syok. Bila ibu mengalami syok, berikan

penanganan awal kasus syok.

3) Bila terdapat tanda – tanda sepsis, atau abortus dengan

komplikasi berikan antibiotik.

4) Segera rujuk ibu kerumah sakit.

3. Preeklampsia dan Eklampsia

a. Definisi

Preeklampsia adalah tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg pada

usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan disertai dengan

proteinurin. Sedangkan eklampsia adalah semua gejala dan tanda

– tanda preeklampsia dan disertai dengan kejang.

b. Penatalaksanaan

1) Bila terjadi kejang perhatiakan jalan napas, pernapasan, dan

sirkulasi.

2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan

eklampsia untuk tatalaksana kejang dan diberikan pada ibu

dengan preeklampsia berat untuk tatalaksana pencegahan

kejang.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

38

3) Berikan dosis awal MgSO4 dan rujuk ibu segera ke fasilitas

yang memadai.

4. Ketuban Pecah Dini

a. Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda – tanda inpartu.

b. Penatalaksanaan

1) Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

2) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

5. Kehamilan Lewat Waktu

a. Definisi

Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang berusia lebih

dari 42 minggu penuh terhitung sejak hari pertama haid terakhir.

b. Penatalaksanaan

1) Sedapat mungkin rujuk ibu ke fasilitas yang memadai.

2) Tawaran induksi persalinan dimulai dari usia kehamilan 41

minggu.

3) Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan usia 41 –

42 minggu yang meliputi non-stress test dan pemeriksaan

volume cairan ketuban.

4) Bila usia kehamilan mencapai 42 minggu, lahirkan bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

39

E. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Kunjungan pemeriksaan antenatal menurut Kemenkes RI (2013; h.

22) adalah sebagai berikut :

1. Trimester I

Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan sebelum minggu ke 16.

2. Trimester II

Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 24 – 28 minggu.

3. Trimester III

Jumlah kunjungan minimal dua kali dengan waktu kunjungan yang

dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 30 – 32 minggu dan

pada saat umur kehamilan 36 – 38 minggu.

Tabel 2.1 Rangkuman Tatalaksana Asuhan Antenatal Pertrimester.

Pemeriksaan dan tindakan I II III Anamnesis

Riwayat medis lengkap Catatan pada kunjungan sebelumnya Keluhan yang mungkin dialami selama hamil

V

V V

V V

Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan fisik umum lengkap Keadaan umum Tekanan darah Suhu tubuh Tinggi badan Berat badan LILA Gejala anemia Edema Tanda bahaya lainnya Pemeriksaan terkait masalah yang ditemukan pada kunjungan sebelumnya

V V V V V V V V V V

V V V

V

V V V V

V V V

V

V V V V

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

40

Pemeriksaan fisik obstetrik

Vulva / perineum Pemeriksaan inspekulo Tinggi fundus Pemeriksaan obstetri dengan manuver leopold Denyut jantung janin

V V

V V V

V V V

Pemeriksaan penunjang

Golongan darah ABO dan rhesus Kadar glukosa darah Kadar Hb Kadar protein urin Tes BTA Tes HIV Tes malaria Tes sifilis USG

V * V * *

V * V * * *

* * * * * * * *

* V * * * * * *

Imunisasi, suplementasi, dan KIE

Skrining status TT dan vaksinasi sesuai status Zat besi dan asam folat Aspirin Kalsium KIE ( sesuai materi )

V V * * V

V * * V

V * * V

Sumber : Kemenkes RI ( 2013; 32 – 33 ).

Catatan :

( v ) = rutin, ( * ) = sesuai indikasi, ( v * ) = rutin untuk daerah endemis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

41

Tabel 2.2 Klasifikasi Kehamilan

Kategori Gambaran

Kehamilan normal. Keadaan umum ibu baik. Tekanan darah < 140/90 mmHg. Bertambahnya berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan ( 1 kg tiap bulan ) atau sesuai IMT ibu. Edema hanya pada ekstremitas. Denyut jantung janin 120 – 160 x / menit.

Kehamilan normal. Gerakan janin dapat dirasakan setelah usia 18 – 20 minggu hingga melahirkan. Tidak ada kelainan riwayat obstetri. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan. Pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal.

Kehamilan dengan masalah khusus. Seperti masalah keluarga atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dan lain – lain.

Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerjasama penanganannya.

Riwayat pada kehamilan sebelumnya yaitu janin atau neonatus mati, keguguran ≥ 3 x, bayi < 2500 gram atau > 4500 gram, hipertensi, dan pembedahan pada organ reproduksi. Kehamilan saat ini yaitu kehamilan ganda, usia ibu < 16 tahun atau > 40 tahun, Rh ( - ), hipertensi, massa pelvis, penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes mellitus, malaria, HIV, sifilis, TBC, anemia berat, penyalahgunaan obat – obatan dan alkohol, lila < 23,5 cm, tinggi badan ibu < 145 cm, kenaikan berat badan < 1 kg atau > 2kg tiap bulan atau tidak sesuai dengan IMT ibu, TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu, pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, malposisi / malpresentasi, gangguan kejiwaan, dan kondisi – kondisi lain yang dapat memperburuk kehamilan.

Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera.

Perdarahan, preeklampsia, eklamsia, ketuban pecah dini, gawat janin, atau kondisi – kondisi kegawatdaruratan lain yang mengancam nyawa ibu dan bayi.

Sumber : Kemenkes RI ( 2013; 33 – 34 ).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

42

II. Persalinan

A. Definisi

Persalinan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar, 2012; h.69).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008; h. 672).

B. Tanda – Tanda Persalinan

Menurut Rustam Mochtar (2012, h. 70) tanda – tanda inpartu

adalah sebagai berikut yaitu :

1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan – robekan kecil pada serviks.

3. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah terjadi

pembukaan.

C. Mekanisme Persalinan Normal

Rustam Mochtar (2012, h. 71) mengatakan bahwa kala satu

persalinan adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap 10 cm. kala dua persalinan adalah kala

pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah

dengan kekuatan untuk mengejan mendorong janin hingga keluar. Kala

tiga persalinan adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri atau

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

43

plasenta, dan kala empat persalinan adalah mulai dari lahirnya uri

sampai 2 jam postpartum.

a. Kala I (kala pembukaan)

1) Fase laten

Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai

pembukaan 3 cm, yang lamanya sekitar 7 – 8 jam.

2) Fase aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi

3 sub fase yaitu :

a) Periode akselerasi

Periode ini berlangsung selama 2 jam dan

pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal

Periode ini berlangsung selama 2 jam dan

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi

Periode ini berlangsung lambat dan dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul

seingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang melalui

lengkung refleks menimbulkan rasa mengejan. Karena terdapat

tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar

dengan ditandai anus membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

terlihat, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

44

mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh

tubuh janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 – 2 jam dan

pada multi berlangsung 30 menit – 1 jam.

c. Kala III (kala pengeluaran uri)

Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat,

dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari

sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan

pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit seluruh plasenta

terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau

dengan sedikit dorongan dari atas simfisi atau fundus uteri. Seluruh

proses umumnya berlangsung 5 – 300 menit setrlah bayi lahir.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira – kira

100 – 200 cc.

d. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah

bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama

pada bahaya perdarahan postpartum.

Tabel 2.3 Lamanya Persalinan pada Primigravida dan Multigravida.

Primi Multi

Kala I 13 jam 7 jam Kala II 1 jam 30 menit Kala III 30 menit 15 menit Lamanya persalinan 14,5 jam 7 jam 45 menit Sumber: Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri jilid 1.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

45

1. Mekanisme Persalinan (Varney, 2008; h. 754 – 755).

a. Engagement

Terjadi ketika diameter biparietal kepala janin telah

melalui pintu atas panggul.

b. Penurunan

Terjadi selama persalinan. Penurunan merupakan hasil

dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi dan pada kala dua,

dorongan yang dilakukan ibu disebabkan karena kontraksi otot –

otot abdomennya.

c. Fleksi

Melalui mekanisme ini, diameter suboksipitobregmatik

yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala janin yang

lebih besar. Fleksi terjadi ketika kepala janin bertemu dengan

tahanan, tahanan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang

kali pertama ditemui adalah dari serviks, lalu dari sisi – sisi dinding

pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.

d. Rotasi internal

Mekanisme ini menyebabkan diameter anteroposterior

kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior

pelvis ibu. Oksiput berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, bi bawah

simfisis pubis. Ketika oksiput berotasi dari posisi LOP, ROP, LOT,

atau ROT, bahu juga berotasi dengan kepala sampai mencapai

posisi LOA atau ROA. Ketika oksiput melakukan rotasi 45 derajat

akhir de dalam posisi oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan

rotasi mengikuti dengan kepala, akan tetapi bahu bayi akan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

46

masuk ke pintu atas panggul pada salah satu diameter oblik. Oleh

karena itu, mekanisme ini memiliki efek memutar leher 45 derajat.

e. Pelahiran kepala

Berlangsung melalui ekstensi kepala untuk

mengeluarkan oksiput-anterior.ekstensi harus terjadi ketika

oksiput berada di bagian anterior karena kekuatan tahanan pada

dasar pelvis yang membentuk sumbu Carus yang mengarahkan

kepala menuju pintu bawah vulva. Dengan demikian, kepala

dilahirkan dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital,

fontanela anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dan dagu secara

berurutan muncul dari perineum.

f. Rotasi eksternal

Terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat menyebabkan

diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior

pada pintu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala

melakukan rotasi eksternal lain sebesar 45 derajat ke posisi LOT

atau ROT, tergantung pada arah restitusi.

g. Pelahiran bahu

Bahu anterior terlihat pada orifisium vulvovaginal yang

menyentuh di bawah simfisis pubis, bahu posterior kemudian

menggembungkan perineum dan lahir dengan fleksi lateral.

Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa mengikuti sumbu

Carus dan segera lahir. Sumbu Carus adalah ujung keluar paling

bawah pada lengkung pelvis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

47

2. Komplikasi pada persalinan

a. Komplikasi pada kala satu dan kala dua persalinan.

Menurut Varney (2008; h. 780 – 802) adalah sebagai berikut :

1) Riwayat seksio sesaria sebelumnya.

2) Persalinan atau kelahiran prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai

pada awal usia kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu ke

37. Penatalaksanaan pada persalinan prematur didasarkan

pada pertama kali dengan mengidentifikasi wanita yang

beresiko mengalami komplikasi ini.

3) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau sebelum adanya tanda –

tanda inpartu (Kemenkes RI, 2013; h.122)

a) Penatalaksaan (Kemenkes RI, 2013; h. 122).

(1) Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

(2) Segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai.

4) Amnionitis dan korioamnionitis

Varney (2008; h. 792) mengatakan amnionitis adalah

inflamasi kantong amnion dan cairan amnion. Korioamnionitis

adalah inflamasi korion selain infeksi cairan amnion dan

kantong amnion.

a) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada kasus ini menurut Varney (2008; h.

792) adalah sebagai berikut :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

48

(1) Fasilitasi kelahiran.

(2) Induksi oksitosin atau augmentasi untuk

memperpendek fase laten persalinan.

(3) Hidrasi dengan cairan intravena.

(4) Pemantauan tanda – tanda vital setiap jam.

(5) Pelaporan ke dokter pediatrik.

5) Prolaps tali pusat

Tindakan berikut dilakukan jika terjadi prolaps tali

pusat menurut varney (2008; h. 795) adalah sebagai berikut :

a) Tempatkan seluruh tangan anda ke dalam vagina wanita

dan pegang bagian presentasi janin ke atas sehingga tidak

menyentuh tali pusat di pintu atas panggul.

b) Jangan mencoba mengubah letak tali pusat pada kondisi

apapun.

c) Segera panggil bantuan dan panggil dokter atau segera

rujuk ibu ke fasilitas yang memadai.

6) Disporposi sefalopelvik

Adalah disporposi antara ukuran janin dan ukuran

pelvis, yaitu ukuran pelvis tidak cukup besar untuk

mengakomodasi keluarnya janin (Varney, 2008; h. 797).

a) Indikasi kemungkinan disporposi sefalopelvik

(1) Ukuran janin besar.

(2) Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara

umum.

(3) Riwayat fraktur pelvis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

49

(4) Pelvis platipeloid.

(5) Malpresentasi atau malposisi (Varney, 2008; h. 797).

7) Disfungsi uterus

a) Disfungsi uterus hipotonik

(1) Tanda dan gejala disfungsi uterus hipotonik menurut

Varney (2008; h. 799) adalah sebagai berikut :

(a) Kontraksi saat ini tidak nyeri sekali, kemajuan

persalinan berhenti.

(b) Kontraksi uterus tidak adekuat, durasi singkat dan

intensitas ringan.

(c) Tidak ada kemajuan dilatasi serviks atau

penurunan janin.

b) Disfungsi uterus hipertonik

(1) Tanda dan gejala disfungsi uterus hipertonik menurut

Varney (2008; h. 800) adalah sebagai berikut :

(a) Kontraksi terasa sangat nyeri selama periode

persalinan dan keparahan kontraksi saat palpasi.

(b) Kontraksi sering dan tonisisitas tidak teratur.

(c) Tidak ada kemajuan pendataran dan dilatasi

serviks.

b. Komplikasi pada kala tiga persalinan

1) Plasenta tertinggal

Plasenta tertinggal adalah plasenta yang belum

terlepas dan mengakibatkan perdarahan tidak terlihat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

50

Manajemen untuk kasus ini adalah dengan manual plasenta

(Varney, 2008; h. 831).

2) Perdarahan kala tiga

3) Retensio plasenta

Adalah plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit

setelah bayi lahir. Manajemen untuk kasus ini adalah dengan

manual plasenta dan segera merujuk ibu ke fasilitas

kesehatan yang memadai.

4) Inversio uterus

Adalah keadaan uterus benar – benar membalik dari

bagian dalam keluar sehingga bagian dalam fundus menonjol

keluar melalui orifisum serviks, turun dan masuk kedalam

introitus vagina, dan menonjol keluar melewati vulva (Varney,

2008; h. 833).

c. Komplikasi pada kala empat persalinan

1) Perdarahan postpartum

a) Definisi

Definisi perdarahan adalah kehilangan darah secara

abnormal. Rata – rata kehilangan darah selama pelahiran

pervaginam tanpa komplikasi adalah lebih dari 500 ml

(Varney, 2008; h. 841).

b) Faktor predisposisi

(1) Distensi berlebihan pada uterus.

(2) Induksi oksitosin atau augmentasi.

(3) Persalinan cepat atau presipitatus.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

51

(4) Kala satu atau kala dua yang memanjang.

(5) Grande multipara.

(6) Riwayat atonia uteri.

3. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Berikut ini adalah langkah – langkah asuhan persalinan

normall menurut Kemenkes RI (2013; h. 39 – 49) :

Mengenali tanda dan gejala kala dua

1. Memeriksa tanda berikut :

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan atau vaginanya.

c. Perineum menonjol dan menipis.

d. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat – obatan

esensial, yaitu :

a. Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril / DTT

siap dalam wadahnya.

b. Semua pakaian, handuk, selimut, dan kain untuk bayi dalam

kondisi bersih dan hangat.

c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan thermometer dalam

kondisi baik dan bersih.

d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril

sekali pakai di dalam partus set / wadah DTT.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

52

e. Untuk resusitasi, tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,

3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,

lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.

f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan

kristaloid, set infuse.

3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu

tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.

4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan

handuk atau tisu bersih.

5. Pakai sarung tangan steril / DTT untuk pemeriksaan dalam.

6. Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set /

wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

7. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila

selaput ketuban belum pecah, dengan syarat : kepala sudah

masuk dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

53

rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelahnya.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –

160 kali / menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan

Meneran.

11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran.

a. Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia

merasa nyaman.

b. Anjurkan ibu untuk cukup minum.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

a. Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

b. Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi.

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6 cm,

letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

54

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Membantu Lahirnya Kepala.

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering,

sementara tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

a. Anjurkan ibu untuk meneran sambil bernapas cepat dan

dangkal.

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi.

a. Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali

pusat lewat kepala bayi.

b. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu

gunting di antaranya.

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Membantu Lahirnya Bahu.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

a. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis.

b. Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

55

Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah kke

arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku

sebelah bawah.

a. Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas.

24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan

yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.

a. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki

dan pegang masing – masing mata kaki dengan ibu jari dan

jari – jari lainnya).

Penanganan Bayi Baru Lahir.

25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut

untuk menilai apakah ada asfiksia bayi :

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap – megap?

c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

26. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir

normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya. Kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

b. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.

c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut

ibu.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

56

27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain

dalam uterus (hamil tunggal).

Manajemen Aktif Kala III

28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin

10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali

pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada

asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem

penjepit dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Potong dan ikat tali pusat.

a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit

kemudian gunting tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil

lindungi perut bayi).

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT / steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan

lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci.

c. Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan

bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada –

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

57

perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu

dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang

topi pada kepala bayi.

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari

vulva.

35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di

tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah dorso-kranial

secara hati – hati, untuk mencegah terjadinya inversion uteri.

a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk menstimulasi puting susu.

37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, lalu minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan

arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros

jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso-kranial.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat :

1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM.

2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

58

4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit

setelah bayi lahir.

6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari – jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus

uterus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terba keras).

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil /

masase.

Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkapndan utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

59

43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak

kulit ibu – bayi (di dada ibu minimal 1 jam).

44. Setelah kontak kulit ibu – bayi dan IMD selesai :

a. Timbang dan ukur bayi.

b. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis

(tetrasiklin 1% atau antibiotika lain).

c. Suntikkan vitamin K 1 mg IM dip aha kiri anterolateral bayi.

d. Pastikan suhu tubuh bayi normal.

e. Berikan gelang pengenal pada bayi.

f. Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan.

45. Satu jam setelah pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi.

46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan

pervaginam.

a. Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin.

d. Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia

uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi, mewaspasdai tanda bahaya pada ibu, serta kapan

harus memanggil bantuan medis.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

60

49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30

menit selama jam kedua pascasalin.

50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik serta suhu tubuh bayi normal.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.

54. Pastika ibu merasa nyaman.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam kelaur dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan

bersih.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

61

4. Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

a) Definisi

Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama satu jam

segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu

dengan sendirinya ( Sondakh, 2013; 170 ).

b) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )

(1) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi

(a) Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi,

sehingga apabila bayi diletakkan di dada ibu segera

setelah lahir, dapat menurunkan risiko hipotermia dan

menurunkan kematian akibat kedinginan.

(b) Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan

mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif

dan mempertahankan menyusu daripada yang menunda

menyusu dini. Lalu, sentuhan, kuluman / emutan dan

jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang oksitosin

yang penting untuk membuat rahim berkontraksi dan

merangsang pengaliran ASI dari payudara.

(2) Keuntungan Inisiasi Menyusui untuk ibu

(a) Oksitosin

(i) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko

perdarahan pascapersalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

62

(ii) Merangsang pengeluaran kolostrum dan

meningkatkan produksi ASI.

(iii) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan

bayi.

(iv) Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran

plasenta, dan pengalihan rasa nyeri dan berbagai

prosedur pascapersalinan lainnya.

(b) Prolaktin

(i) Meningkatkan produksi ASI.

(ii) Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai

rasa kurang nyaman.

(iii) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi

selesai menyusu.

(iv) Menunda ovulasi.

(3) Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini untuk bayi

(a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat

kolostrum segera disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

(b) Segera mendapatkan kekebalan pasif pada bayi.

(c) Meningkatkan kecerdasan.

(d) Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan mengisap,

menelan, dan napas.

(e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

(f) Mencegah kehilangan panas.

(g) Meningkatkan berat badan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 37: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

63

5. Ketuban Pecah Dini ( KPD )

a) Definisi

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu (

Kemenkes RI, 2013; 122 ).

b) Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis

didapatkan pasien merasa keluar cairan yang banyak secara tiba

– tiba. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan

dilakukan penanganan aktif karena dapat mengurangi latensi dan

meningkatkan resiko infeksi ( Kemenkes RI, 2013; 122 ).

c) Etiologi

Manuaba ( 2012; 119 ) menyebutkan bahwa penyebab

atau etiologi dari ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

(1) Serviks inkompeten.

(2) Overdistensi uterus.

(3) Faktor keturunan ( ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,

dan kelainan genetik ).

(4) Grande multipara.

(5) Disproporsi sefalopelvik.

(6) Kehamilan letak lintang, sungsang atau pendular abdomen.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 38: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

64

d) Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dimulai dengan

terjadi pembukaan prematur serviks. Ketuban yang terkait dengan

pembukaan mengalami devaskularisasi, nekrosis, dan dapat

diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga ketuban,

semakin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat

dengan infeksi yang mengeluarkan enzim ( enzim proteolitik dan

kolagenase ) ( Manuaba, 2012; 119 – 120 ).

e) Faktor predisposisi

Sarwono Prawirohardjo ( 2010; 678 ) menyebutkan bahwa

faktor yang menunjang kejadian ketuban pecah dini adalah

sebagai berikut :

(1) Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.

(2) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat

pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 123 ) faktor predisposisi

ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

(1) Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya.

(2) Infeksi traktus genital.

(3) Perdarahan antepartum.

(4) Merokok.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 39: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

65

f) Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini

bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal

maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi

tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea

atau gagalnya persalinan normal ( Prawirohardjo, 2010; 678 ).

g) Tatalaksana

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 123 )

(1) Tatalaksana umum

(a) Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari.

(b) Rujuk ke fasilitas yang memadai.

(2) Tatalaksana khusus

Pada rumah sakit rujukan, tatalaksana ketuban pecah dini

sesuai dengan umur kehamilan, yaitu :

(a) Usia kehamilan ≥ 34 minggu.

(i) Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila

tidak ada kontraindikasi.

(b) Usia kehamilan 24 – 33 minggu.

(i) Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan

kematian janin lakukan persalinan segera.

(ii) Berikan deksametason 6 mg IM setiap 12 jam

selama 48 jam atau betametason 12 mg IM setiap

24 jam selama 48 jam.

(iii) Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi

ibu dan janin.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 40: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

66

(iv) Bayi dilahirkan di usia 34 minggu, atau di usia

kehamilan 32 – 33 minggu bila dapat dilakukan

pemeriksaan kematangan paru dan hasil

menunjukkan bahwa paru sudah matang.

(c) Usia kehamilan ≤ 24 minggu.

(i) Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu

dan janin.

(ii) Lakukan konseling pada pasien. Terminasi

kehamilan mungkin menjadi pilihan.

(iii) Jika terjadi infeksi ( korioamnionitis ) lakukan

tatalaksana sesuai kasus.

6. Induksi persalinan

a) Definisi

Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai

berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan

dengan jelan merangsang timbulnya his ( Mochtar, 2012; 40 ).

b) Nilai pelvis ( pelvic score )

Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih

dahulu pemeriksaan dalam guna memberikan kesan tentang

keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil

pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai

pelvis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 41: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

67

Tabel 2.4 Nilai Pelvis ( pelvic score )

Skor 0 1 2 Nilai

1. Pendataran serviks ( servical effecement )

Tubuler panjang

Panjang 1 cm Kurang dari 1 cm

2. Pembukaan serviks

Tertutup 1 cm 2 cm

3. Konsistensi serviks

Keras Mulai lunak Lunak

4. Arah mulut serviks

Sakral Aksial Anterior

5. Turunnya bagian terendah janin terhadap spina iskiadika atau menurut bidang Hodge

Diatas – 2 cm atau Hodge II

-1 cm sampai – 2 cm atau Hodge II+

-1 cm nol atau Hodge III

Jumlah nilai

Sumber : Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 2.

c) Indikasi

Menurut Mochtar ( 2012; 40 ) indikasi dilakukannya induksi

persalinan adalah sebagai berikut :

(1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan

eklamsi.

(2) Postmaturitas.

(3) Ketuban pecah dini.

(4) Kematian janin dalam kandungan.

(5) Diabetes mellitus pada kehamilan 37 minggu.

(6) Antagonisme rhesus.

(7) Penyakit ginjal berat.

(8) Hiramnion yang besar ( berat ).

(9) Cacat bawaan seperti anensefalus.

(10) Keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin.

(11) Primigravida tua.

(12) Perdarahan antepartum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 42: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

68

(13) Indikasi nonmedis, sosial dan ekonomi, dan sebagainya.

d) Kontraindikasi

Menurut Mochtar ( 2012; 41 ) kontra indikasi dilakukannya

induksi persalinan adalah sebagai berikut :

(1) Disproporsi sefalopelvik.

(2) Ibu menderita penyakit jantung berat.

(3) Hati – hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat.

e) Cara induksi partus

Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

(1) Cara kimiawi

(2) Cara mekanis

(3) Cara kombinasi mekanis dan kimiawi

f) Induksi persalinan dengan prostaglandin E1

Misoprostol atau cytotec adalah prostaglandin E1 sintetik

dalam dosis 100 atau 200 mcg yang berguna untuk pencegahan

ulkus peptikum. Obat ini telah digunakan secara “ off label “ untuk

pematangan serviks prainduksi dan dapat diberikan per oral atau

per vagina. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa tablet

misoprostol yang dimasukkan kedalam vagina efektifitasnya sama

atau lebih baik dibandingkan dengan gel prostaglandin E1

intraserviks ( Cunningham, 2014; 525 ).

Tablet prostaglandin E1 juga efektif jika diberikan per oral.

Windrim, dkk dalam Cunningham ( 2014; 525 ) melaporkan bahwa

pemberian misoprostol per oral memiliki manfaat yang serupa

dengan pemberian intravagina untuk mematangkan serviks.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 43: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

69

Induksi persalinan dengan prostaglandin E1 baik misoprostol oral

maupun per vagina dapat digunakan untuk pematangan serviks

atau induksi persalinan.

7. Non Stress Test ( NST )

Prawirohardjo ( 2010; 231 – 232 ) menjelaskan bahwa

pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung

janin dalam hubungannya dengan gerakan / aktifitas janin. Berikut ini

adalah interpretasi NST :

a) Reaktif

(1) Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20

menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi

paling sedikit 10 – 15 dpm.

(2) Frekuensi dasar denyut jantung janin di luar gerakan janin

antara 120 – 160.

(3) Variabilitas denyut jantung janin antara 6 – 25 dpm.

Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang

tidak teratur, yang nampak pada rekaman denyut jantung

janin.

b) Non reaktif

(1) Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan

atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan

janin.

(2) Variablitias denyut jantung janin mungkin masih normal atau

berkurang sampai menghilang.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 44: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

70

c) Meragukan

(1) Terdapat gerakan janin tetapi kurang dari 2 kali selama 20

menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari

10 dpm.

(2) Frekuensi dasar denyut jantung janin normal.

(3) Variabilitas denyut jantung janin normal.

8. Partograf

a) Definisi

Prawirohardjo ( 2010; 315 ) mengatakan bahwa partograf adalah

alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama

penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan serta mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan secara normal.

b) Halaman depan partograf

Prawirohardjo ( 2010; 316 – 317 ) menjelaskan bahwa halaman

depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai

pada fase aktif persalinan, dan menyediakan lajur serta kolom

untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan

termasuk :

(1) Informasi tentang ibu.

(2) Waktu pecahnya selaput ketuban.

(3) Kondisi janin.

(4) Kemajuan persalinan.

(5) Jam dan waktu.

(6) Kontraksi uterus.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 45: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

71

(7) Obat – obatan dan cairan yang di gunakan.

(8) Kondisi ibu.

(9) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya.

c) Cara pengisian halaman depan partograf

(1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal atas partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis

sebagai “ jam “ pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan

ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya

pecah ketuban.

(2) Kesehatan dan kenyamanan janin

(a) Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin setiap 30 menit ( lebih

sering jika ada tanda – tanda gawat janin ). Setiap kotak

pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Catat

denyut jantung janin dengan memberi tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukkan denyut

jantung janin. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan

titik yang lainnya dengan garis yang tidak terputus.

(b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam

dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah

dengan menggunakan lambang :

(i) U : ketuban utuh ( belum pecah ).

(ii) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 46: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

72

(iii) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium.

(iv) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah.

(v) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

( “ kering “ ).

(c) Molase ( Penyusupan Tulang Kepala Janin )

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Setiap kali melakukan pemeriksaan

dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di

kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban dengan

menggunakan lambang :

(i) 0 : tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi.

(ii) 1 : tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

(iii) 2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi

masih dapat dipisahkan.

(iv) 3 : tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

(3) Kemajuan persalinan

(a) Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam ( lebih

sering dilakukan jika ada tanda – tanda penyulit ). Tanda “

X “ harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 47: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

73

besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan –

temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama

kali selama masa fase aktif persalinan di garis waspada.

Hubungkan tanda “ X “ dari setiap pemeriksaan dengan

garis utuh.

(b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi

simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5

sampai 0/5. Simbol 5/5 menyatakan bahwa bagian kepala

janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan

simbol 0/5 menyatakan bahwa bagian kepala janinsudah

tidak dapat lagi dipalpasi diatas simfisis pubis. Kata – kata

“ turunnya kepala “ dan garis terputus dari 0 – 5, tertera di

sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan

tanda ( O ) pada garis waktu yang sesuai.

(c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan

berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan

terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis

waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah

kanan garis waspada ( pembukaan kurang dari 1 cm per

jam ), maka harus dipertimbangkan pula adanya tindakan

intervensi yang diperlukan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 48: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

74

(4) Jam dan waktu

(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah partograf ( pembukaan serviks dan

penurunan ) tertera kotak – kotak diberi angka 1 – 16.

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

(b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan

Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan

pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan

waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.

(5) Kontraksi uterus

Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit

dengan mengisi angka pada kotak yang sesuai. Nyatakan

lamanya kontraksi dengan :

(a) Beri titik – titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

(b) Beri garis – garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik.

(c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya lebih dari 40 detik.

(6) Obat – obatan dan cairan yang diberikan

(a) Oksitosin

Jika tetesan ( drip ) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unin oksitosin

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 49: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

75

yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan

tetesan per menit.

(b) Obat – obatan lain dan cairan IV

Catat semua pemberian obat – obatan tambahan dan atau

cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

(7) Kesehatan dan kenyamanan ibu

(a) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh

(i) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan. Beri tanda titik pada kolom waktu

yang sesuai.

(ii) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan. Beri tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai ( ↕ ).

(iii) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam

dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang

sesuai.

(b) Volume urin, protein, atau aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2

jam. Jika memungkinkan saat ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

d) Lembar belakang partograf

(1) Cara pengisian lembar belakang partograf

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 50: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

76

Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir

setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah

seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian

lembar belakang partograf seabagai berikut :

(a) Data dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat rujukan dan pendamping saat merujuk. Isi

data tiap tempat yang telah disediakan atau dengan cara

memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang

sesuai.

(b) Kala I

Kala I terdiri atas pertanyaan – pertanyaan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah –

masalah yang dihadapi, penatalaksanaan, dan hasil

penatalaksanaan tersebut.

(c) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomi persalinan, gawat janin,

distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan

hasilnya. Beri tanda “ √ “ pada kotak disamping jawaban

yang sesuai.

(d) Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus,

plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > menit,

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 51: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

77

laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada

tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di

samping jawaban yang sesuai.

(e) Bayi baru lahir

Informasi bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang

badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir,

pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana terpilih dan

hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta

beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

(f) Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.

Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama

untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi

perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala

IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama

setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada satu jam

berikutnya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 52: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

78

III. Bayi Baru Lahir

A. Definisi

Menurut Kosim (2007) dalam Indiasari (2012) mengatakan

bahwa bayi baru lahir adalah bayi lahir dengan berat lahir antara 2500

gram sampai dengan 4000 gram, cukup bulan, lehir langsung menangis

dan tidak ada kelainan Kongenital yang berat. Sedangkan Potter dan

Perry (2005, h. 650) dalam Mitayani et al (2011) berpendapat bahwa

neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan

usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan

di dalam rahim menjadi kehidupan di luar rahim.

B. Adaptasi Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan Ekstrauteri

Tabel 2.5 Mekanisme Hemostatis / Adaptasi Bayi Baru Lahir.

Sistem Intrauterine Ekstrauterin Respirasi / sirkulasi Pernafasan volunteer Alveoli Vaskularisasi paru Resistensi paru Intake oksigen Pengeluaran CO2 Sirkulasi paru Sirkulasi sistemik Denyut jantung

Belum berfungsi Kolaps Belum aktif Tinggi Dari plasenta ibu Di plasenta Tidak berkembang Resistensi perifer rendah Lebih cepat

Berfungsi Berkembang Aktif Rendah Dari paru bayi sendiri Di paru Berkembang banyak Resistensi perifer tinggi Lebih lambat

Saluran cerna Absorbs nutrient Kolonisasi kuman Feses Enzim pencernaan

Belum aktif Belum Mekonium Belum aktif

Aktif Segera Lebih dari hari keempat, feses biasa Aktif

Sumber: Muslihatun, 2010, h. 11

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 53: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

79

1. Sistem Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru – paru bayi. Rangsangan gerakan pernapasan

pertama terjadi karena tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui

jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan Pa O₂ dan kenaikan Pa

CO₂ merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus

(stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan refleks

deflasi hering breur (Muslihatun, 2010, h. 12). Refleks deflasi hering

breur adalah refleks yang mencegah paru membesar secara

berlebihan karena volume tidal lebih dari 1 liter ( Kuntarti, 2005; 31 ).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu

30 menit pertama sesudah lahir. Resiprasi pada neonatus biasanya

pernapasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan

dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli

akan kolaps dan paru – paru kaku sehingga terjadi atelektasis

(Muslihatun, 2010, h. 12).

Tabel 2.6 Respons Pernapasan Normal dan Abnormal.

Normal Abnormal Frekuensi rata – rata 40 kali per menit - Rentang 30 – 60 kali per menit - Pernapasan diafragma dan abdomen Retaksi interkosta, retraksi prosesus xifoideus Harus bernapas melalui hidung Napas cuping hidung - Suara dengkur pada saat ekspirasi

Sumber : Varney, 2008; h. 880.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 54: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

80

2. Perubahan Sirkulasi

Menurut Varney (2008; 880) menjelaskan bahwa kombinasi

tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, pada sirkulasi paru

tekanan menurun akan menyebabkan perubahan tekanan aliran

darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi

kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus

pada saat kehidupan intrauterin bertugas mengalirkan darah plasenta

yang kaya oksigen ke otak dalam kehidupan janin kini sudah tidak lagi

berfungsi mengalirkan darah plasenta yang kaya akan oksigen ke

janin pada kehidupan ekstrauterin. Dalam 48 jam duktus arteriosus

akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan

hormon prostalglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta.

Akibat perubahan dalam tahanan sistemik dan paru, serta penutupan

duktus arteriosus juga foramen ovale mengakibatkan perubahan

radikal pada anatomi dan fisiologi jantung.

Menurut Muslihatun (2010; h. 15) fetus in utero mempunyai

sirkulasi yang jelas berlainan dari kehidupan setelah lahir. Darah yang

sudah direoksigenasikan meninggalkan plasenta melalui vena

umbilika. Vena umbilika berjalan di dalam tali pusat menuju umbilikus

dan disana terdapat vena kecil yang menuju ke porta hepatis. Hampir

tidak ada darah yang masuk kedalam hati karena vena umbilika

langsung bersambung dengan vena kava inferior melalui pembuluh

darah besar yang disebut duktus venosus. Setelah berada pada vena

kava inferior, darah menuju keatas dan mencapai atrium kanan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 55: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

81

Sebagian besar darah bukan masuk ke dalam ventrikel kanan seperti

orang dewasa juga tidak masuk ke dalam atrium kiri, akan tetapi

melalui lubang fetal yang hanya untuk sementara ada di dalam

septum interatrial yang disebut foramen ovale.

Setelah mencapai atrium kiri, darah masuk melalui katup

mitral ke dalam ventrikel kiri. Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah

masuk ke dalam aorta desendens. Darisini sebagian besar darah

dialirkan ke jantung, otak, dan anggota tubuh bagian atas. Darah yang

tertinggal dalam lengkungan aorta masuk ke dalam aorta torasika-

abdominalis desendens. Setelah beredar dalam otak dan anggota

tubuh bagian atas, darah kembali ke jantung melalui vena kava

superior dan mencapai atrium kanan. Darah berjalan terus ke bawah

ke dalam atrium kanan, kemudian melalui lubang tricuspid darah

masuk ke dalam ventrikel kanan. Dari sini darah dipompa masuk ke

dalam arteri pulmonalis (Muslihatun, 2010; h. 15).

3. Termoregulasi

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat

mekanisme yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi (Varney,

2008; h. 881). Menurut Saifuddin (2010; h. 367 – 368) penjelasan

keempat mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah

sebagai berikut :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 56: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

82

a. Konduksi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara konduksi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui benda –

benda padat yang berkontak dengan kulit bayi. Kehilangan panas

secara konduksi jarang terjadi kecuali jika bayi diletakkan pada

alas yang dingin.

b. Konveksi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara konveksi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui aliran

udara di sekitar bayi.

c. Evaporasi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara evaporasi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui

penguapan air pada kulit bayi yang basah. Bayi baru lahir yang

dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat melalui

mekanisme ini. Oleh karena itu, bayi harus segera dikeringkan

seluruhnya termasuk kepala dan rambut bayi setelah dilahirkan.

Lebih baik bila menggunakan handuk hangat untuk mencegah

hilangnya panas secara konduktif.

d. Radiasi

Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir dengan

cara radiasi yaitu bayi akan kehilangan panas melalui benda –

benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung

dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 57: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

83

padat yang terdekat, misalnya jendela pada musim dingin. Karena

itu, bayi harus diselimuti, termasuk kepalanya, idealnya dengan

handuk hangat. Jika resusitasi aktif diperlukan, bayi sedapat

mungkin diselimuti karena bayi yang mengalami asfiksia tidak

dapat menghasilkan panas untuk dirinya sendiri dan karenanya

akan kehilangan panas lebih cepat.

4. Pengaturan glukosa

Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus

menemukan cara untuk mempertahankan keseimbangan glukosa

yang esensial bagi fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir,

kadar glukosa darah menurun selama periode waktu yang singkat (1

– 2 jam setelah kelahiran). Penelitian pada bayi baru lahir cukup bulan

yang sehat kadar glukosa rendah fisiologis terjadi pada 1 sampai 1,5

jam setelah bayi lahir dan kadar glukosa tersebut akan stabil dalam 3

sampai 4 jam. Rata – rata kadar gluosa dari 4 sampai 72 jam pertama

adalah 60 – 70 mg/dL (Varney, 2008; h. 883).

5. Perubahan pada sistem gastrointestinal

Menurut Muslihatun (2010; h. 18)n pada neonatus, traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran

mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya

tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus

digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase

pankreas.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 58: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

84

6. Perubahan pada sistem ginjal

Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih

belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan

glomerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal blood flow

relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa (Muslihatun,

2010; h. 18).

Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah

ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi tersebut

menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus yang

belum sempurna dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam

jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir

tidak mempu mengonsentrasikan urin dengan baik dan osmolaritas

urin yang rendah. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urin pada

48 jam pertama kehidupan, biasanya hanya 30 sampai 60 ml (Varney,

2008; h. 888).

7. Perubahan pada hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak

dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam

waktu yang sedikit lama. Enzim hati belum aktif pada waktu bayi baru

lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna

(Muslihatun, 2010; h. 19).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 59: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

85

C. Tabel 2.7 Refleks pada Bayi Baru Lahir

Refleks Respons normal Respons abnormal

Rooting dan menghisap Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.

Respons yang lemah atau tidak ada respons terjadi pada prematuritas, penurunan atau cedera neurologis, atau depresi sistem saraf pusat ( SSP ).

Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh di belakang lidah.

Muntah, batuk, atau regurtasi cairan dapat terjadi. Kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematuritas, defisit neurologis, atau cedera terutama terlihat setelah laringoskopi.

Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.

Ekstruksi lidah secara kontinu atau menjulurkan lidah yang berulang – ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang.

Moro Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf “ O “, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba – tiba atau jika bayi diletakkan telentang pada permukaan yang datar.

Respons asimetris terlihat pada cedera saraf perifer atau fraktur klavikula atau fraktur tulang panjang lengan atau kaki.

Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata.

Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang panjang kaki.

Merangkak Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar.

Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP dan gangguan neurologis.

Tonik leher atau fencing Ekstremitas pada satu sisi di mana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat.

Respons persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis. Respons menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis.

Terkejut Bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras.

Tidak adanya respons dapat menandakan defisit neurologis atau cedera. Tidak adanya respons secara lengkap dan konsisten terhadap bunyi keras dapat menandakan ketulian. Respons dapat menjadi tidak ada atau berkurang selama tidur malam.

Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian

Respons yang lemah atau tidak ada respons yang terlihat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 60: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

86

ekstensi dengan cepat seolah – olah berusaha untuk memindahkan stimulus ke kaki yang lain bila diletakkan telentang, bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respons terhadap stimulus pada telapak kaki.

pada cedera saraf perifer atau fraktur tulang panjang.

Glabellar “ blink “ Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka.

Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkinan gangguan neurologis.

Palmar grasp Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi.

Respons ini berkurang pada prematuritas. Asimetris terjadi pada kerusakan saraf perifer atau fraktur humerus. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat.

Plantar grasp Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda seketika bila jari di telapak kaki bayi.

Respons yang berkurang terjadi pada prematuritas. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat.

Tanda babinski Jari – jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsoflaksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit keatas melintasi bantalan kaki.

Tidak ada respons yang terjadi pada defisit SSP.

Sumber : Sondakh ( 2013; 154 - 155 ).

D. Perawatan Primer pada Bayi Baru Lahir

1. Perawatan Primer pada Bayi Baru Lahir Usia 2 – 6 Hari Pertama

Menurut Muslihatun ( 2010; h. 39-48 )

a. Minum Bayi

Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir

( dalam waktu 30 menit ) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah

sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena

masalah tertentu.

b. Buang Air Besar ( BAB)

Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-

hari pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum

adalah ekskresi gastro intertinal bayi baru lahir yang dikumulasi

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 61: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

87

dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16

minggu. Warna mekoneum adalah hijau kehitaman-hitaman,

lembut, terdiri atas: mucus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan,

asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini keluar pertama

kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan

seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.

c. Buang Air Kecil (BAK)

Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam

setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8

kali/hari. Pada awalnya volemu urine bayi sebanyak 20-30ml/hari,

meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama.

Warna urine keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih

karena intake cairan menigkat.

d. Tidur

Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir

menghabiskan waktunya untuk tidur.

e. Kebersihan Kulit

Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan

terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit

bayi, keutuhan kulit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa

bermanfaat untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan

dibersihkan pada saat memnadikan bayi.

f. Perawatan Tali Pusat

Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat

merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 62: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

88

terjadi infeksi local. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen

aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat

harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain

bersih secara longgar. Pemakainan popok sebaiknya popok dilipat

dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/faeses, maka

tali pusat narus dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian

dikeringkan.

g. Keamanan Bayi

Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan

mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan

atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak

memberikan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu. Tidak

membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau

meja. Tidak memberikan apa pun lewat mulut selain ASI karena

bayi bisa tersendak. Membaringkan bayi pada alas yang

cukupkeras pada punggung/sisi badannya. Hati-hati

menggunakan bantal dibelakang kepala dan di tempat tidurnya

karena dapat menutup muka. Penggunaan perlak kasur

hendaknya menutup seluruh permukaan kasur untuk mencegah

kepala bayi masuk.

Selain harus dijaga dari kecelakaan fisik, bayi juga harus

dijaga dari kemungkinan infeksi. Untuk mencegah bayi agar

terlindungi dari berbagai infeksi, antara lain dengan cara selalu

mencuci tangan dengan air, sabun dan handuk bersih sebelum

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 63: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

89

memegang bayi serta setelah menggunakan toilet ( sehabis terlalu

dingin atau kurang dari 360C).

2. Perawatan Bayi Baru Lahir pada Usia 6 Minggu Pertama

a. Bonding Attachment

Bonding attachment dapat dimulai pada saat persalinan

memasuki kla IV, dengan cara diadakan kontrak antara ibu-ayah-

anak yang berada dalam ikatan kasih. Menurut Brazelton (1978),

bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar

individu, misalkan antara orang tua dan anak pada saat pertama

kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau

loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.

b. Tahap – tahap bonding attachment

1) Perkenalan ( acquaintance ), dengan melakukan kontak mata,

menyentuh berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah

mengenal bayinya. Perkenalan ini merupakan bagian

penting dari terbentuknya sebuah ikatan.

2) Bonding ( keterikatan )

3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan

individu lain.

c. Elemen- elemen bonding attachment

1) Sentuhan

Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara

ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 64: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

90

sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara

mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.

2) Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional

mempertahankan kontak mata orang tua dan bayi akan

menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.

3) Suara

Saling mendengar dan meresponi suara antara orang

tua dan bayinya juga penting orang tua menunggu tangisan

pertama bayinya dengan tegang, sedangkan bayi akan

menjadi tenang dan berpaling kea rah orang tua mereka saat

orang tua mereka berbicara dengan suara tinggi.

4) Aroma

Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi

ialah respons terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu

mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik.

Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan

aroma susu ibunya.

5) Entraiment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan sruktur

pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan,

mengangkat kepala, menendang-nendang kaki, seperti

sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 65: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

91

Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini

berfungsi memberikan umpan balok positif kepada orang tua

dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

6) Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat

dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu,

salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme

personal ( bioritme ). Orang tua dapat membantu proses ini

dengan memberikan kasih.sayang yang konsistensi dengan

memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkanperilaku yang

responsive. Hal ini dapat meningkatkan interaksi social dan

kesempatan bayi untuk belajar.

7) Kontak dini

Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang

menunjukan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal

yang penting untuk hubungan otang tua dan anak. Namun

menurut Kennel (1982) . ada beberapa keuntungan fisiologis

yang dapat diperoleh dari kontak dini, diantaranya adalah

kadar oksitopsin dan prolaktin meningkat, reflek menghisap

dilakukan lebih dini, pembentukan kekebalan aktif dimulai,

serta mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.

Body warmth ( kehangatan tubuh ), waktu pemberian kasih

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 66: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

92

sayang dan stimulasi hormonal dalah elemen lain dalam

pelaksanaan bonding attachment.

E. Kunjungan Neonatus

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir yaitu :

1. Pada usia 6 – 48 jam (kunjungan neonatal 1).

2. Pada usia 3 – 7 hari (kunjungan neonatal 2).

3. Pada usia 8 – 28 hari (kunjungan neonatal 3) (Kemenkes RI, 2013; h.

56).

F. Komplikasi pada Bayi Baru Lahir

1. Asfiksia

a. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat

janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat

dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan

kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang

mempengarui kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan

(Wiknjosastro, 2008 dalam Respatiningrum, 2013; h. 3).

b. Penyebab Asfiksia

Menurut Respatiningrum, dkk (2013; h. 4) adalah sebagai berikut :

1) Faktor ibu

a) Preeklamsia dan eklamsia.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 67: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

93

b) Perdarahan abnormal (plasenta.

c) Plasenta previa atau solution plasenta.

d) Partus lama atau partus macet.

e) Demam selama persalinan.

f) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).

g) Kehamilan post matur.

2) Faktor bayi

a) Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).

b) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia

bahu, ektraksi vakum, porsef).

c) Kelainan kongenital.

d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

3) Faktor tali pusat

a) Lilitan tali pusat.

b) Tali pusat pendek.

c) Simpul tali pusat.

d) Prolapsus tali pusat.

2. Ikterus

a. Definisi

Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologis yang

timbul akibat tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin

selama masa transisi pada neonates (Maulida, 2013; h. 39).

b. Klasifikasi ikterus

Menurut Maulida (2013; h. 39 – 40) adalah sebagai berikut :

1) Ikterus fisiologis

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 68: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

94

a) Warna kuning akan timbul pada hari ke-2 atau ke-3, dan

tampak jelas pada hari ke 5-6, dan menghilang pada hari

ke-10.

b) Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa.

c) Kadar blirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih

dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang

pada hari ke-14.

2) Ikterus patologis

a) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum

bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.

b) Peningkatan bilirubin 5mg/dl atau lebih dari 24 jam.

c) Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi ≤

37 minggu (BBLR) dan 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan.

d) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas

darah, defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase

(G6PD), dan sepsis).

c. Etiologi ikterus

Pada dasarnya warna kekuningan pada bayi baru lahir

dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:

1) Produksi bilirubin yang berlebihan misalnya pada pemecahan

sel darah merah (hemolisis) yang berlebihan pada

incompabilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

2) Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi akibat dari

gangguan fungsi liver.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 69: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

95

3) Gangguan proses tranportasi karena kurangnya albumin yang

meningkatkan bilirubin indirek.

4) Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan hepar karena

infeksi atau kerusakan sel hepar (kelainan bawaan) (Maulida,

2013; h. 40).

d. Tatalaksana ikterus

1) Terapi sinar atau fototerapi

Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm. Intensitas

cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 Candela. Cahaya

diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu

yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, masing-masing

berkuatan 20 Watt terdiri dari cahaya biru (F20T12), cahaya

biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes.

2) Terapi tranfusi tukar

Dilakukan apabila fototerapi tidak dapat mengendalikan kadar

bilirubin. Transfusi tukar merupakan cara yang dilakukan

dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam

darah. Pemberian transfusi tukar dilakukan apabila kadar

bilirubin 20 mg/dl, kenaikan kadar bilirubin yang cepat yaitu

0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala gagal jantung dan

kadar hemoglobin tali pusat 14 mg/dl, dan uji Coombs direk

positif.

.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 70: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

96

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 71: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

97

IV. Nifas

A. Definisi

Masa nifas (peuperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil. (Mochtar, 2012; h. 87)

Masa nifas adalah suatuperiode dalam minggu-minggu pertama

setelah kelahiran. Lamanya “periode” ini tidak pasti, sebagian besar

mengaggapnya antara 4 sampai 6 minggu. (Cunningham et al, 2014:h.

674)

B. Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium

1. Uterus

Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil (berinvolusi)

hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Sofian, 2012; h. 87).

Setelah persalinan, berat uterus menjadi berkisar 1000 gram. Dua

hari setelah kelahiran, uterus mulai berinvolusi. Pada minggu

pertama, beratnya berkisar 500 gram. Pada minggu kedua, beratnya

sekitar 300 gram dan telah masuk ke rongga panggul. Empat minggu

setelah kelahiran, uterus kembali ke ukuran seperti sebelum hamil

yaitu beratnya sekitar 100 gram atau kurang dari 100 gram

(Cunningham, 2014; h. 675).

2. Bekas implantasi plasenta

Cunningham (2014; h. 676) menjelaskan bahwa segera

setelah lahir tempat perlekatan plasenta kira – kira seukuran telapak

tangan, namun kemudian ukurannya mengecil dengan cepat. Dalam

waktu satu jam, tempat perlekatan plasenta normalnya terdiri dari

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 72: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

98

banyak pembuluh yang mengalami thrombosis. Pada akhir minggu

kedua, diameter tempat perlekatan plasenta berkisar 3 – 4 cm.

Mochtar (2012; h. 87) juga menjelaskan bahwa placental bed

mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan

diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu

keenam menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.

3. Rasa nyeri

Rasa nyeri atau yang disebut after pains (mulas – mulas)

disebabkan karena kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari

pascapersalinan ( Mochtar, 2012; h. 87 ). Rasa nyeri ini semakin

terasa sesuai dengan meningkatnya paritas dan akan menjadi lebih

terasa nyeri ketika menyusui. Umumnya, nyeri setelah melahirkan

berkurang intensitasnya dan menjadi lebih ringan pada hari ketiga

(Cunningham, 2014; h. 676).

4. Lokia

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua

menyebabkan timbulnya duh vagina yang beragam. Duh tersebut

dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua,

sel epitel, dan bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah

melahirkan, duh tersebut berwarna merah karena adanya darah

dalam jumlah yang cukup banyak, ini dinamakan dengan lokia rubra.

Setelah 3 atau 4 hari, lokia menjadi semakin pucat yang disebut

dengan lokia serosa. Setelah hari kesepuluh, karena campuran

leukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau

putih kekuningan yang disebut dengan lokia alba. Lokia bertahan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 73: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

99

selama 4 sampai 8 minggu setelah melahirkan (Cunningham, 2014; h.

676).

Menurut Mochtar (2012; h. 87) lokia adalah cairan secret

yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Lokia

dibagi dalam beberapa macam yaitu :

a. Lokia rubra (cruenta)

Adalah cairan lokia yang berisi darah segar dan sisa –

sisa selaput ketuban, sel – sel desiidua, verniks vaseosa, lanugo,

dan mekonium, selama 2 hari pascapersalinan.

b. Lokia sanguinolenta

Adalah lokia yang berwarna merah kekuningan, berisi

darah dan lendir, berlangsung pada hari ketiga sampai ketujuh

pascapersalinan.

c. Lokia serosa

Adalah lokia yang berwarna kuning, cairan tidak

berdarah lagi, berlangsung pada hari ke-7 sampai hari ke-14

pascapersalinan.

d. Lokia alba

Adalah lokia yang berwarna putih berlangsung setelah 2

minggu pascapersalinan.

e. Lokia purulenta

Adalah lokia yang terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah dan berbau busuk.

f. Lokiostasis

Adalah lokia yang tidak lancar keluarnya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 74: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

100

5. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks sedikit menganga atau

terbuka seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya

lunak dan terkadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa dimasukkan ke rongga rahim. Setelah 2 jam, dapat

dimasukkan 2 – 3 jari dan setelah 7 hari setelah persalinan, hanya

dapat dilalui dengan 1 jari ( Mochtar, 2012; h. 88 ).

6. Vagina, ostium vagina, dan perineum

Cunningham (2014; h. 674) menjelaskan bahwa rugae mulai

muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol seperti

sebelum melahirkan. Selaput himen tinggal berupa potongan –

potongan kecil sisa jaringan yang membentuk jaringan parut yaitu

carunculae myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi pada

minggu keempat sampai keenam, umumnya bersamaan dengan

kembalinya produksi estrogen ovarium. Laserasi atau peregangan

perineum selama proses persalinan dapat menyebabkan relaksasi

ostium vagina.

Varney (2008; h. 960) juga menjelaskan bahwa setelah satu

hingga dua hari pertama setelah melahirkan, tonus otot vagina

kembali, celah atau lubang vagina tidak lebar lagi dan vagina sudah

tidak mengalami edema. Setelah melahirkan, vagina menjadi

berdinding lunak, lebih besar dari ukuran sebelum melahirkan, dan

umumnya terasa longgar. Kembalinya rugae vagina sekitar minggu

ketiga setelah melahirkan. Ruang vagina sedikit lebih besar dari

sebelum melahirkan. Akan tetapi, dengan latihan pengencangan otot

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 75: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

101

perineum akan mengembalikan tonus otot vagina dan memungkinkan

wanita atau ibu setelah melahirkan secara perlahan mengencangkan

kembali vaginanya.

7. Ligamen – ligamen

Ligamen, fascia, dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur – angsur

mengecil dan pulih kembali. Hal ini mengakibatkan uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retofleksi karena ligamentum rotundum menjadi

kendor ( Mochtar, 2012; 88 ).

C. Kunjungan Nifas

Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti sebelum hamil yang

berlangsung kira – kira 6 minggu. Setelah ibu memasuki masa nifas,

anjurkan ibu untuk kontrol atau kunjungan ulang pada masa nifas

setidaknya 4 kali yaitu :

1. 6 – 8 jam setelah persalinan ( sebelum pulang ).

2. 6 hari setelah persalinan.

3. 2 minggu setelah persalinan.

4. 6 minggu setelah persalinan ( Kemenkes RI, 2013; 50 )

D. Asuhan pada Ibu Nifas

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 50 – 51 ) asuhan pada saat melakukan

kunjungan nifas adalah sebagai berikut :

1. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,

tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara

rutin.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 76: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

102

2. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala,

rasa lelah, dan nyeri punggung.

3. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan

yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk

perawatan bayinya.

4. Berikan informasi tentang hal berikut :

a) Kebersihan diri

b) Istirahat

c) Latihan

d) Gizi

e) Menyusui dan merawat payudara

f) Senggama

g) Kontrasepsi dan keluarga berencana

E. Komplikasi Masa Nifas

1. Perdarahan Pascasalin

a) Definisi

Menurut Kemenkes RI ( 2013; 101 ) perdarahan pascasalin

primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,

sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan

pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga

12 minggu setelah persalinan.

b) Diagnosis

Perdarahan pascasalin adalah perdarahan yang melebihi

500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi mempengaruhi

hemodinamik ibu ( Kemenkes RI, 2013; 101 ).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 77: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

103

c) Faktor predisposisi

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mendukung

terjadinya perdarahan setelah persalinan menurut Kemenkes RI (

2013; 101 ) adalah sebagai berikut :

(1) Kelainan implantasi dan pembentukan plasenta.

(2) Trauma saat kehamilan dan persalinan.

(3) Volume darah ibu yang minimal, terutama oada ibu yang berat

badannya kurang, preeklamsia/eklamsia, sepsis, atau gagal

ginjal.

(4) Gangguan koagulasi.

(5) Atonia uteri, riwayat atonia uteri pada persalinan sebelumnya,

persalinan lama, dan persalinan terlalu cepat.

d) Tatalaksana awal

(1) Tatalaksana umum

(a) Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.

(b) Bila menemukan tanda – tanda syok, lakukan

penatalaksanaan syok.

(c) Berikan oksigen.

(d) Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar ( no

16 atau 18 ) dan mulai pemberian cairan kristaloid ( NaCl

0,9 % atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat ) sesuai

dengan kondisi ibu. Pada saat memasang infus, lakukan

juga pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan.

(e) Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan

pemeriksaan :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 78: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

104

(i) Kadar hemoglobin ( pemeriksaan hemoglobin rutin

).

(ii) Penggolongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk

pencocokan silang.

(iii) Profil hemostatis :

Waktu perdarahan ( Bleeding Time / BT ).

Waktu pembekuan ( Clotting Time / CT ).

Prothrombin Time ( PT ).

Activated partial thromboplastin time ( APTT ).

Hitung trombosit.

Fibrinogen.

(f) Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan

pernapasan ibu.

(g) Periksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan,

parut luka dan tinggi fundus uteri.

(h) Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat

perdarahan dan laserasi ( jika ada, misalnya robekan

serviks dan robekan vagina ).

(i) Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

(j) Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin

dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.

(k) Siapkan tranfusi darah jika kadar Hb kurang dari 8 g / dL

atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat.

(l) Tentukan penyebab perdarahannya dan lakukan talaksana

sesuai penyebab ( Kemenkes RI, 2013; 101 – 102 ).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 79: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

105

e) Tatalaksana khusus

(1) Atonia uteri

(a) Lakukan pemijatan uterus.

(b) Pastikan plasenta lahir lengkap.

(c) Berikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl

0.9 % atau Tinger Laktat dengan kecepatan 60 tetes /

menit dan 10 unit secara IM. Lanjutkan infuse oksitosin 20

unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat

dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga perdarahan

berhenti.

(d) Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak

berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg secara IM dan IV (

lambat ), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15

menit, pemberian 0,2 mg IM / IV ( lambat ) setiap 4 jam bila

diperlukan dan jangan lebih dari 5 dosis ( 1 mg ).

(e) Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat

IV ( bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 ,menit

).

(f) Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual

internal selama 5 menit.

(g) Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih

memadai sebagai antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.

(h) Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila

kontraksi uterus tidak membaik, dimulai dari yang

konservatif. Pilihan – pilihan tindakan operatif yang dapat

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 80: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

106

dilakukan antara lain jahitan B-lynch, embolisasi arteri

uterina, ligasi arteri uterina dan arteri ovarika, atau

prosedur histerektomi subtotal.

(2) Robekan jalan lahir

Ruptura perineum dan robekan dinding vagina.

(a) Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber

perdarahan.

(b) Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan

antiseptik.

(c) Hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian ikat

dengan benang yang dapat diserap.

(d) Lakukan penjahitan.

(e) Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam

traneksamat IV ( bolus selama 1 menit dapat diulang

setelah 30 menit ) lalu rujuk pasien.

Robekan serviks.

(a) Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan

kanan dari porsio.

(b) Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan.

(c) Jahitan dilakukan secara kontinyu dimulai dari ujung atas

robekan kemudian kearah luar sehingga semua robekan

dapat dijahit.

(d) Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam

traneksamat IV ( bolus selama 1 menit dan dapat diulang

setelah 30 menit ) lalu rujuk pasien.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 81: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

107

(3) Retensio plasenta

(a) Berikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl

0,9 % atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes /

menit dan 100 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit

dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat

dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga perdarahan

berhenti.

(b) Lakukan tali pusat terkendali.

(c) Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan

plasenta manual secara hatti – hati.

(d) Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal ( ampisilin 2 g

IV dan metronidazol 500 ml IV ).

(e) Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila

terjadi komplikasi perdarahan hebat atau infeksi.

(4) Sisa plasenta

(a) Berikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl

0,9 % atau Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes /

menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit

dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat

dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga perdarahan

berhenti.

(b) Lakukan eksplorasi digital ( bila serviks terbuka ) dan

keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya

dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 82: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

108

plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan

kuretase.

(c) Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal ( ampisilin 2 g

IV dan metrinidazole 500 ml ).

(d) Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia

uteri.

(5) Inversio uteri

(a) Segera reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak sulit,

apalagi jika inversio terjadi cukup lama, bersiaplah untuk

merujuk ibu.

(b) Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg / kg BB (

jangan melebihi 100 mg ) IM atau IV secara perlahan atau

berikan morfin 0,1 mg / kg BB IM.

(c) Jka usaha reposisi tidak berhasil, lakukan laparatomi.

(d) Jika laparatomi tidak berhasil, lakukan histerektomi.

2. Metritis

a) Definisi

Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan.

Keterlambatan terapi akan menyebabkan abses, peritonitis, syok,

thrombosis vena, emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan

tuba dan infertilitas.

b) Faktor predisposisi

(1) Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan tindakan.

(2) Kurangnya higien pasien.

(3) Kurangnya nutrisi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 83: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

109

c) Tanda dan gejala

(1) Demam lebih dari 38 derajat celcius dapat disertai menggigil.

(2) Nyeri perut bawah.

(3) Lokia bau dan purulen.

(4) Nyeri tekan uterus.

(5) Subinvolusi uterus.

(6) Dapat disertai perdarahan pervaginam dan syok.

d) Tatalaksana

(1) Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam :

(a) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.

(b) Ditambah gentamisin 5 mg / kg BB IV setiap 24 jam.

(c) Ditambah metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam.

(d) Jika masih demam 72 jam setelah terpai, kaji ulang

diagnosis dan tatalaksana.

(2) Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.

(3) Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid ( TT ) bila

ibu di curigai terpapar tetanus.

(4) Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan

keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum

atau kuret tumpul besar bila perlu.

(5) Jika tidak ada kemajuan, dan ada peritonitis ( demam, nyeri

lepas dan nyeri abdomen ) lakukan laparatomi dan

drainaseabdomen bila terdapat pus.

(6) Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi

subtotal.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 84: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

110

(7) Lakukan pemeriksaan penunjang :

(a) Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis

leukosit.

(b) Golongan darah ABO dan jenis Rh.

(c) Gula Darah Sewaktu ( GDS ).

(d) Analisis urin.

(e) Kultur ( cairan vagina, darah, urin sesuai indikasi ).

(f) Ultrasonografi untuk menghilangkan kemungkinan adanya

sisa plasenta dalam rongga uterus atau massa intra

abdomen-pelvik.

(g) Periksa suhu pada grafik ( pengukuran suhu setiap 4 jam )

yang digantungkan pada tempat tidur pasien.

(h) Periksa kondisi umum : tanda vital, malaise, nyeri perut

dan cairan pervaginam setiap 4 jam.

(i) Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jumlah

leukosit per 48 jam.

(j) Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur.

(k) Perbolehkan pasien pulang jika suhu kurang dari 37,5

derajat celcius selama minimal 48 jam dan hasil

pemeriksaan leukosit kurang dari 11.000 / mm³.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 85: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

111

3. Abses pelvis

a) Definisi

Abses pelvis adalah abses pada regio pelvis.

b) Faktor predisposisi

Metritis ( infeksi dinding uterus ) pasca kehamilan.

c) Diagnosis

(1) Nyeri perut bawah dan kembung.

(2) Demam tinggi-menggigil.

(3) Nyeri tekan uterus.

(4) Respon buruk terhadap antibiotika.

(5) Pembengkakan pada adneksa atau kavum Douglas.

(6) Pungsi kavum Douglas berupa pus.

d) Tatalaksana

(1) Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses

sampai 48 jam bebas demam :

(a) Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam.

(b) Ditambah gentamisin 5 mg / kg BB setiap 24 jam.

(c) Ditambah metronidazole 500 ml IV setiap 8 jam.

(2) Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika

demam tetap tinggi, lakukan laparatomi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 86: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

112

4. Infeksi luka perineum dan luka abdominal

a) Definisi

Infeksi luka perineum dan luka abdominal adalah peradangan

karena masuknya kuman – kuman ke dalam luka episiotomi atau

abdomen pada waktu persalinan dan nifas, dengan tanda – tanda

infeksi jaringan sekitar.

b) Faktor predisposisi

(1) Kurangnya tindakan aseptik saat melakukan penjahitan.

(2) Kurangnya higien pasien.

(3) Kurangnya nutrisi.

Abses, seroma dan hematoma pada luka

a) Diagnosis

(1) Nyeri tekan pada luka disertai keluar cairan atau darah.

(2) Eritema ringan di luar tepi insisi.

b) Tatalaksana

(1) Tatalaksana umum

(a) Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien

mangganti kompres sendiri setiap 24 jam.

(b) Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan

baju dan pembalut yang bersih.

(2) Tatalaksana khusus

(a) Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lalukan

drainase.

(b) Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan

situasi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 87: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

113

(c) Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan

antibiotika.

(d) Bila infeksi relatif superficial, berikan ampisilin 500 mg per

oral selama 6 jam dan metronidazole 500 mg per oral 3

kali / hari selama 5 hari.

Selulitis dan fasiitis nekrotikan

a) Diagnosis

(1) Luka terasa nyeri.

(2) Eritema dan edema di luar tepi insisi.

(3) Luka mengeras.

(4) Keluar cairan bernanah.

(5) Merah di sekitar luka.

b) Tatalaksana

(1) Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan

drainase.

(2) Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan lakukan

debridemen.

(3) Jika infeksi hanya superfisial dan tidak meliputi jaringan dalam,

pantau timbulnya abses dan berikan antibiotika :

(a) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.

(b) Ditambah metronidazole 500 mg per oral 3 kali sehari

selama 5 hari.

(4) Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot dan menimbulkan

nekrotik ( fasiitis nekrotikan ), siapkan laparatomi dan berikan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 88: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

114

kombinasi antibiotika sampai jaringan nekrotik telah diangkat

dan 48 jam bebas demam :

(a) Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam.

(b) Ditambah gentamisin 5 mg / kg BB IV setiap 24 jam.

(c) Ditambah metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam.

(d) Jika sudah 48 jam bebas demam, berikan :

(i) Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.

(ii) Ditambah metronidazole 500 mg per oral 3 kali sehari

selama 5 hari.

(e) Jika infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien di

rumah sakit untuk tatalaksana dang anti kasa penutup luka

2 hari sekali.

5. Tetanus

a) Definisi

Tetanus merupakan penyakit yang langka dan fatal yang

mempengaruhi susunan syaraf pusat dan menyebabkan kontraksi

otot yang nyeri.

b) Diagnosis

(1) Trismus.

(2) Kaku kuduk, wajah.

(3) Punggung melengkung.

(4) Perut kaku seperti papan.

(5) Spasme spontan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 89: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

115

c) Faktor predisposisi

(1) Imunisasi tidak lengkap / tidak imunisasi.

(2) Luka tusuk.

(3) Sisa paku atau kayu yang menusuk tertinggal di dalam.

(4) Adanya infeksi bakteri lainnya.

d) Tatalaksana

(1) Tatalaksana umum

Segera rujuk ibu ke rumah sakit.

(2) Tatalaksana khusus

(a) Selama mempersiapkan rujukan :

(i) Miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi

aspirasi.

(ii) Jaga jalan napas tetap terbuka.

(iii) Atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV selama 2

menit. Jauhkan ibu dari kebisingan dan cahaya.

(iv) Pasang jalur intravena untuk memberikan cairan.

Jangan berikan cairan lewat mulut.

(v) Berikan antibiotika benzil penisilin 2 juta unit IV

setiap 4 jam selama 48 jam. Lalu lanjutkan dengan

ampisilin 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari.

(vi) Berikan antitoksin tetanus 3000 unit IM.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 90: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

116

6. Mastitis

a) Definisi

Inflamasi atau infeksi payudara.

b) Diagnosis

(1) Payudara ( biasanya unilateral ) keras, memerah, dan nyeri.

(2) Dapat disertai demam > 38 derajat selsius.

(3) Paling sering terjadi di minggu ketiga dan keempat

postpartum, namun dapat terjadi kapan saja selama menyusui.

c) Faktor predisposisi

(1) Menyusui selama beberapa minggu setelah melahirkan.

(2) Puting susu lecet.

(3) Menyusui hanya pada satu posisi, sehingga drainase

payudara tidak sempurna.

(4) Menggunakan bra yang ketat dan menghambat aliran ASI.

(5) Riwayat mastitis sebelumnya saat menyusui.

d) Tatalaksana

(1) Tatalaksana umum

(a) Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan

yang lebih banyak.

(b) Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.

(2) Tatalaksana khusus

(a) Berikan antibiotika :

(i) Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10 –

14 hari.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 91: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

117

(ii) Atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari

selama 10 – 14 hari.

(b) Dorong ibu untuk tetap menyusui, dimulai dengan

payudara yang tidak sakit. Bila payudara yang sakit belum

kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk

mengeluarkan ASInya.

(c) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak

dan nyeri.

(d) Berikan paracetamol 3 x 500 mg per oral.

(e) Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.

(f) Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

7. Bendungan payudara

a) Definisi

Bendungan payudara adalah bendungan yang terjadi pada

kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi

dan penampungan ASI.

b) Diagnosis

(1) Payudara bengkak dan keras.

(2) Nyeri pada payudara.

(3) Terjadi pada 3 – 5 hari setelah persalinan.

c) Faktor predisposisi

(1) Posisi menyusui yang tidak baik.

(2) Membatasi menyusui.

(3) Membatasi waktu bayi dengan payudara.

(4) Memberikan suplemen susu formula untuk bayi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 92: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

118

(5) Menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga

menyebabkan suplai yang berlebih.

(6) Implant payudara.

d) Tatalaksana

(1) Tatalaksana umum

(a) Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.

(b) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah /

hangat selama 5 menit.

(c) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting.

(d) Susukan bayi 2 – 3 jam sekali sesuai keinginan bayi ( on

demand feeding ) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan

payudara ibu sudah benar.

(e) Pada masa – masa awal atau bila bayi yang menyusu

tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin

diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara manual

dari payudara.

(f) Letakkan kain dingin / kompres dingin dengan es pada

payudara setelah menyusui atau setelah payudara di

pompa.

(g) Bila perlu, berikan paracetamol 3 x 500 mg per oral untuk

mengurangi nyeri.

(h) Lakukan evaluasi setelah 3 hari.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 93: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

119

8. Retraksi puting

a) Definisi

Suatu kondisi dimana puting tertarik ke dalam payudara.

Pada beberapa kasus, puting dapat muncul keluar bila di

stimulasi, namun pada kasus – kasus tertentu, retraksi ini

menetap.

b) Diagnosis

(1) Grade 1

(a) Puting susu tampak datar atau masuk kedalam.

(b) Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan

jari pada atau sekitar areola.

(c) Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi.

(d) Saluran ASI tidak bermasalah dan dapat menyusui seperti

biasa.

(2) Grade 2

(a) Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun

kembali masuk saat tekanan dilepas.

(b) Terdapat kesulitan menyusui.

(c) Terdapat fibrosis tingkat sedang.

(d) Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun

pembedahan tidak diperlukan.

(e) Pada pemeriksaan histologi ditemukan stomata yang kaya

kolagen dan otot polos.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 94: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

120

(3) Grade 3

(a) Puting susu sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik

dan membutuhkan pembedahan untuk dikeluarkan.

(b) Saluran ASI terkontriksi dan tidak memungkinkan untuk

menyusui.

(c) Dapat terjadi infeksi, ruam atau masalah kebersihan.

(d) Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus

terminal dan fibrosis yang parah.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 95: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

121

V. Keluarga Berencana (KB)

A. Tabel 2.8 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonoperatif

Metode Hormonal ( pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk )

Ya Tidak

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih.

Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan.

Apakah mengalami perdarahan / perdarahan bercak antara haid setelah senggama.

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak ( edema ).

Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg ( sistolik ) atau 90 mmHg ( diastolik ).

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara.

Apakah sedang minum obat – obatan anti kejang ( epilepsi ).

AKDR ( semua jenis pelepas tembaga dan progestin )

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.

Apakah klien ( atau pasangan ) mempunyai pasangan seks lain.

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual ( IMS ).

Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik.

Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih dari 1 – 2 pembalut tiap 4 jam ).

Apakah pernah mengalami haid lama ( lebih dari 8 hari ).

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan / atau isitrahat baring.

Apakah pernah mengalami perdarahan / perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama.

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vaskular atau kongenital

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 96: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

122

Sumber : Affandi ( 2012; U – 10 ).

B. Metode Kontrasepsi Barier

1. Kondom

Menurut Affandi (2012; h. MK 177 – MK 20) adalah sebagai

berikut :

a. Profil

1) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga

mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.

2) Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.

3) Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah

IMS.

4) Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang

dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet

(lateks), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)

yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.

Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk

silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila di

gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti

puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada

kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya maupun

sebagai aksesoris aktifitas seksual.

5) Standar kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya

standar ketebalan adalah 0,02 mm.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 97: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

123

6) Tipe kondom terdiri dari :

a) Kondom biasa.

b) Kondom berkontur (bergerigi).

c) Kondom beraroma.

d) Kondom tidak beraroma.

b. Cara kerja

1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur

dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di

pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke

dalam saluran reproduksi perempuan.

2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan

kepada pasangan yang lain.

c. Efektifitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap

kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian

kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara

ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 –

12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

d. Manfaat

1) Manfaat kontrasepsi

a) Efektif bila digunakan dengan benar.

b) Tidak mengganggu produksi ASI

c) Tidak mengganggu kesehatan klien.

d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

e) Murah dan dapat dibeli secara umum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 98: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

124

f) Tidak perlu resep doter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi

lainnya harus ditunda.

2) Manfaat nonkontrasepsi

a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.

b) Dapat mencegah penularan IMS.

c) Menjegah ejakulasi dini.

d) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks.

e) Saling berinteraksi sesama pasangan.

f) Mencegah imuno infertilitas.

e. Kekurangan Metode Kontrasepsi Kondom

1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.

2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan

kontrasepsi.

3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan

langsung).

4) Pada beberpaa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk

mempertahankan ereksi.

5) Harus selalu sedia setiap kali berhubungan seksual.

6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.

7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah

dalam hal limbah.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 99: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

125

C. Kontrasepsi Progestin

1. Kontrasepsi Suntikan Progestin

Menurut Affandi (2012; h. MK 43 – MK 45) penjabaran

kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut :

a. Profil

1) Sangat efektif.

2) Aman.

3) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia

reproduksi.

4) Kembalinya kesuburan lebih lambat yaitu berkisar 4 bulan.

5) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi

ASI.

b. Jenis

Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin yaitu :

1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera),

mengandung 150 mg DMPA. Yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong).

2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang

mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2

bulan dengan cara disuntik intramuskuler.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 100: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

126

c. Cara kerja

Adapun cara kerja dari metode kontrasepsi suntikan

progestin adalah sebagai berikut :

1) Mencegah ovulasi.

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

d. Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas

yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dengan

catatan penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal

yang telah ditentukan.

e. Keuntungan

Berikut ini adalah keuntungan yang didapatkan oleh

metode kontrasepsi ini yaitu :

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6) Memiliki sedikit efek samping.

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 101: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

127

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai dengan perimenopause.

9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (stickle cell).

f. Kerugian kontrasepsi suntikan progestin

Selain mempunyai keuntungan, kontrasepsi suntik progestin

juga memiliki kerugian yaitu sebagai berikut :

1) Sering ditemukan gangguan haid seperti :

a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

c) Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).

d) Tidak haid sama sekali.

2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan

berikutnya.

4) Permasalahan berat badan merupakan efek sampng yang sering

ditimbulkan dari metode kontrasepsi ini.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 102: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

128

7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan

/ kelainan pada organ genitalia, tetapi karena belum habisnya

pelepasan obat suntikan dari depo tersebut.

8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang.

10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala,

nervositas, dan jerawat.

g. Indikasi suntikan progestin

1) Usia reproduksi.

2) Nullipara yang telah memiliki anak.

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektifitas tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.

7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8) Perokok.

9) Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

10) Menggunakan obat untuk epilepsi atau obat tuberkulosis.

11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 103: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

129

13) Anemia defisiensi besi.

14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrsepsi kombinasi.

h. Kontraindikasi metode kontrasepsi suntik progestin

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

2. Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

Berikut ini adalah penjelasan mengenai kontrasepsi pil progestin

atau minipil yang dijelaskan menurut Affandi (2012; h. MK 50 – MK 52)

sebagai berikut :

a. Profil

1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB.

2) Sangat efektif pada masa laktasi.

3) Dosis rendah.

4) Tidak menurunkan produksi ASI.

5) Tidak memberikan efek samping estrogen.

6) Efek samping utama adalah gangguan perdarahan, perdarahan bercak

atau perdarahan tidak teratur.

7) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 104: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

130

b. Jenis minipil

1) Kemasan dengan isi 35 pil dengan dosis 300 µg levonorgestrel atau

350 µg noretindron.

2) Kemasan dengan isi 28 pil dengan dosis 75 µg desogestrel.

c. Cara kerja minipil

1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium.

2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi

lebih sulit.

3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.

4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

d. Efektifitas minipil

Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai

terlupa satu – dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan

gastrointestinal (muntah, diare) karena akibatnya kemungkinan terjadi

kehamilan sangat besar. Penggunaan obat – obatan mukolitik

asetilsistein bersaman dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik

jenis ini dapat meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan

kontrasptif dari minipil dapat terganggu.

e. Manfaat

1) Manfaat kontrasepsi

a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

b) Tidak mengganggu hubungan seksual.

c) Tidak mempengaruhi ASI.

d) Kesuburan cepat kembali.

e) Nyaman dan mudah digunakan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 105: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

131

f) Sedikit efek samping.

g) Dapat dihentikan setiap saat.

h) Tidak mengandung estrogen.

2) Manfaat nonkontrasepsi

a) Mengurangi nyeri haid.

b) Mengurangi jumlah darah haid.

c) Menurunkan tingkat anemia.

d) Mencegah kanker endometrium.

e) Melindungi dari penyakit radang panggul.

f) Tidak meningkatkan pembekuan darah.

g) Dapat diberikan pada penderita endometriosis.

h) Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala,

dan depresi.

i) Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala,

perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, dan cepat

marah).

j) Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga

relative aman diberikan pada perempuan pengidap kencing manis

yang belum mengalami komplikasi.

f. Indikasi menggunakan minipil

1) Usia reproduksi.

2) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.

3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama

periode menyusui.

4) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 106: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

132

5) Pascakeguguran.

6) Perokok segala usia.

7) Mempunyai tekanan darah tinggi atau dengan masalah pembekuan

darah.

8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak

menggunakan estrogen.

g. Kontraindikasi menggunakan minipil

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

4) Menggunakan obat tuberkulosis atau obat untuk epilepsi.

5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

6) Sering lupa menggunakan pil.

7) Miom uterus.

8) Riwayat stroke.

G. Kontrasepsi Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima

tahun (Affandi, 2012; h. MK 55).

a. Jenis kontrasepsi implant

Menurut Affandi (2012; h. MK 55 – MK 57) adalah sebagai

berikut :

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 107: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

133

1) Norplant yang terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg

levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 34 mm dengan diameter 2,4

mm. Penggunaan jenis implant ini adalah selama 7 tahun.

2) Jadelle (Norplant II)

Jenis ini memakai levonorgestrel 150 mg dalam kapsul 43

mm dan diameter 2,5 mm. Lama penggunaan kontrasepsi jenis Jadelle

adalah selama 5 tahun.

3) Implanon

Implanon adalah kontrasepsi subdermal kapsul tunggal yang

mengandung etonogestrel, merupakan metabolit desogestrel yang efek

androgeniknya lebih rendah dan aktifitas progestasional yang lebih

tinggi dari levonogestrel. Lama penggunaan dari kontrasepsi implant

jenis ini adalah selama 3 tahun.

b. Mekanisme kerja implant

Mekanisme utama dari implant adalah menebalkan mucus

serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Perubahan terjadi

segera setelah pemasangan implant. Progestin juga menekan

pengeluaran follickle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH) dari hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH direndahkan sehingga

ovulasi ditekan oleh levonogestrel. Level LH ditekan lebih kuat oleh

etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama

penggunaan implant (Affandi, 2012; h. MK 58).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 108: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

134

c. Efek samping

Terdapat beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh

penggunaan kontrasepsi impant yaitu :

1) Peruabahan darah haid.

2) Sakit kepala.

3) Perubahan berat badan.

4) Perubahan suasana hati.

5) Depresi.

6) Mual, perubahan selera makan, payudara lembek, dan jerawat.

H. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Affandi (2012; h. MK 80 – MK 83) menjelaskan tentang Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah sebagai berikut :

1. Profil

a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang.

b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.

c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.

d. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.

e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular

Seksual (IMS).

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 109: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

135

2. Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. AKDR CuT-380A

Berukuran kecil, kerangnya terbuat dari plastic yang fleksibel,

berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari

tembaga (Cu).

b. NOVA T (schering).

3. Cara kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.

b. Mempengaruhi fertiilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

c. Mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat

sperma sulit masuk ke dalam reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

4. Manfaat

a. Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu 0,6 – 0,8 kehamilan

per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama.

b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

c. Metode jangka panjang.

d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat – ingat.

e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.

g. Tidak ada efek samping hormonal.

h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 110: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

136

i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus.

j. Dapat digunakan sampai menopause.

k. Tidak ada interaksi dengan obat – obatan yang lain.

l. Membenatu mencegah kehamilan ektopik.

5. Kerugian

Adapun beberapa kerugian yang ditimbulkan dari pemasangan

AKDR adalah sebagai berikut :

a. Perubahan siklus haid.

b. Haid lebih lama dan lebih banyak.

c. Ketika haid lebih sakit.

d. Perforasi dinding uterus.

e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.

f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang sering berganti pasangan.

g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR.

h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.

i. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui oleh klien.

j. Ibu harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

6. Indikasi penggunaan AKDR

a. Usia reproduktif.

b. Keadaan nulipara.

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

d. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontasepsi.

e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 111: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

137

f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

g. Risiko rendah dari IMS.

h. Tidak menghendaki metode hormonal.

i. Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari.

j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - hari senggama.

7. Kontraindikasi penggunaan AKDR

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) tidak dapat digunakan pada

wanita dengan kriteria sebagai berikut :

a. Sedang hamil atau diduga hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.

c. Sedang menderita infeksi alat genital.

d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang

dapat mempengaruhi kavum uteri.

e. Penyakit trofoblas yang ganas.

f. Kanker alat genital.

g. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 112: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

138

I. Kontrasepsi MANTAP

1. Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang

tidak ingin mempunyai anak lagi. Tubektomi termasuk metode efektif dan

tidak menimbulkan efek samping jangka panjang (Affandi, 2012; h. MK

89).

a. Manfaat

1) Manfaat kontrasepsi

a) Sangat efektif.

b) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

c) Tidak bergantung pada faktor senggama.

d) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko

kesehatan yang serius.

e) Tidak afa efek samping dalam jangka panjang.

f) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.

2) Manfaat nonkontrasepsi

Berkurangnya resiko kanker ovarium (Affandi, 2012; h.

MK 91 – 92).

b. Kekurangan

Adapun kekurangan yang ditimbulkan dari kontrasepsi

tubektomi ini adalah sebagai berikut :

1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini.

2) Klien dapat menyesal di kemudian hari.

3) Risiko komplikasi kecil.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 113: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

139

4) Rasa sakit atau tidak nyaman dalam jangka pendek setelah

tindakan.

5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih.

6) Tidak melindungi diri dari IMS, HBV, dan HIV / AIDS (Affandi,

2012; h. 92).

c. Indikasi penggunaan tubektomi

Menurut Affandi (2012; h. 92) indikasi penggunaan

kontrasepsi tubektomi adalah sebagai berikut :

1) Usia lebih dari 26 tahun.

2) Paritas lebih dari 2.

3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan

kehendaknya.

4) Pascapersalinan.

5) Pascakeguguran.

6) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

d. Kontraindikasi penggunaan tubektomi

Adapun kontraindikasi untuk penggunaan tubektomi adalah

sebagai berikut :

1) Hamil atau di duga hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang penyebabnya belum diketahui.

3) Infeksi sitemik atau pelvik yang akut.

4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa

depan.

6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 114: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

140

2. Vasektomi

Affandi (2012; h. MK 95 – 96) menjelaskan tentang vasektomi

yaitu sebagai berikut :

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak

ingin mempunyai anak lagi. Vaektomi disebut juga sebagai metode

kontrasepsi operatif lelaki. Metode ini membuat sperma tidak dapt

mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan

bersamaan dengan cairan semen.

a. Efektifitas vasektomi

Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis

maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan pada tahun

pertama penggunaan.

b. Manfaat vasektomi

1) Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang.

2) Tinggi tingkat rasio efeisiensi biaya dan lamanya penggunaan

kontrasepsi.

c. Kekurangan vasektomi

1) Permanen dan timbul masalah bila klien menikah lagi.

2) Biila tidak siap ada kemungkinan penyesalan di kemudian hari.

3) Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga

perlu 20 kali ejakulasi.

4) Risiko dan efek samping pembedahan kecil.

5) Terdapat rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pascapembedahan.

6) Perlu tenaga pelaksana yang terlatih.

7) Tidak melindungi klien terhadap PMS.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 115: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

141

VI Tinjauan Asuhan Kebidanan

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang

berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun.

Muslihatun dkk ( 2009; 115 – 119 ) menguraikan bahwa beberapa

langkah dalam konsep manajemen kebidanan sebagai berikut :

A. Langkah I pengumpulan data dasar.

Pada langkah ini seorang bidan mengumpulkan semua

informasiyang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.

Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada

dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan

konsultasi.

B. Langkah II interpretasi data dasar.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas dasar data – data yang telah dikumpulkan. Data

dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu

diagnosis yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 116: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

142

C. Langkah III mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

telah diidentifikasi.

D. Langkah IV mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

asuhan kebidanan. Jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama

asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga

selama wanita tersebut bersama bidan terus – menerus, misalnya

pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

E. Langkah V merencakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyluhan,

konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah – masalah

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 117: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

143

yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural atau masalah

psikologis.

F. Langkah VI melaksanakan perencanaan.

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyekuruh di

langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim

kesehatan lainnya.

G. Langkah VII evaluasi.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosis.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif bila memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 118: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

144

VII Landasan Hukum Kebidanan

Muslihatun dkk ( 2009; 120 – 122 ) menyebutkan bahwa standar

asuhan kebidanan menurut KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007 adalah sebagai berikut :

A. Standar I Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

B. Standar II Perumusan diagnosis atau masalah kebidanan

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosis dan masalah kebidanan yang tepat.

C. Standar III Perencanaan

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan

masalah yang ditegakkan.

D. Standar IV Implementasi

Bidan melaksanakan rencana asuhan secara komprehensif, efektif,

efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien / pasien

dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

E. Standar V Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 119: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

145

F. Standar VI Pencatatan asuhan kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan / kejadian yang ditemukan dan dilakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.

Syafrudin dan Hamidah ( 2013; 84 – 88 ) menjelaskan bahwa

standar asuhan kebidanan dilihat dari ruang lingkup standar pelayanan

kebidanan yang meliputi 25 standar yang dikelompokkan menjadi :

A. Standar pelayanan umum

1. Standar 1 ( persiapan untuk kehidupan keluarga sehat )

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,

keluarga, dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan

dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi,

keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan

menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik

dan mendukung kebiasaan yang baik.

2. Standar 2 ( pencatatan dan pelaporan )

Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya,

yaitu registrasi semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan

yang diberikan kepada setiap ibu hamil / bersalin / nifas dan bayi

baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan

kader untuk mencatat ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat

yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 120: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

146

B. Standar pelayanan antenatal

3. Standar 3 ( identifikasi ibu hamil )

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk memberi

penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota

keluarganya agar mendukung ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

4. Standar 4 ( pemeriksaan dan pemantauan antenatal )

Bidan memberi sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal dan

pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai

apakah perkembangan janin berlangsung normal. Bidan

juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit

menular seksual ( PMS ) atau infeksi HIV. Bidan memberi

pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan,

serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Mereka harus mencatat data yang tepat saat kunjungan.

Jika ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil

tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan

selanjutnya.

5. Standar 5 ( palpasi abdomen )

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama

dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia

kehamilan. Jika usia kehamilan bertambah, memeriksa

posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 121: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

147

ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta

melakukan rujukan tepat waktu.

6. Standar 6 ( pengelolaan anemia pada kehamilan )

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada

kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Standar 7 ( pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan )

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala

preeklamsia lainnya serta mengambil tindakan yang tepat

dan merujuknya.

8. Standar 8 ( persiapan persalinan )

Bidan memberi saran yang tepat kepada ibu hamil, suami,

serta keluarganya pada trimester 3 untuk memastikan

bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta

suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan

baik. Persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk jika

terjadi kegawat daruratan. Bidan hendaknya melakukan

kunjungan rumah untuk persiapan persalinan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 122: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

148

C. Standar pertolongan persalinan

9. Standar 9 ( asuhan saat persalinan )

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah

dimulai, kemudian memberi asuhan dan pemantauan yang

memadai, dengan memerhatikan kebutuhan klien selama

proses persalinan berlangsung.

10. Standar 10 ( persalinan yang aman )

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman,

dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta

memerhatikan tradisi setempat.

11. Standar 11 ( pengeluaran plasenta dan peregangan tali

pusat )

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar

untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput

ketuban secara lengkap.

12. Standar 12 ( penanganan kala II dengan gawat janin

melalui episiotomi )

Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin

pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi

dengan aman untuk memperlancat persalinan, diikuti

dengan penjahitan perineum.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 123: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

149

D. Standar pelayanan nifas

13. Standar 13 ( perawatan bayi baru lahir )

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernapasan spontan, mencegah hipoksia

sekunder, menentukan kelainan, dan melakukan tindakan

atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus

mencegah atau menangani hipotermia.

14. Standar 14 ( penanganan pada 2 jam pertama setelah

persalinan )

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi dalam 2 jam setelah persalinan, serta

melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan

memberi penjelasan tentang hal – hal yang mempercepat

pemulihan kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk

memulai pemberian ASI.

15. Standar 15 ( pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

)

Bidan memberi pelayanan selama masa nifas melalui

kunjungan rumah pada minggu ke 2 dan minggu ke 6

setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu

dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,

penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberi

penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 124: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

150

perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi abru lahir,

pemberian ASI, imunisasi, dan KB.

E. Standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatus

16. Standar 16 ( penanganan perdarahan pada kehamilan )

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan

pada kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan

merujuknya.

17. Standar 17 ( penanganan kegawatan pada eklamsia )

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamsia

yang mengancam, serta merujuk dana tau memberi

pertolongan pertama.

18. Standar 18 ( penanganan kegawatan pada partus lama

atau macet )

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama

atau macet serta melakukan penanganan yang memadai

dan tepat waktu atau merujuknya.

19. Standar 19 ( persalinan dengan forseps rendah )

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forseps

rendah, menggunakan forsep secara benar dan menolong

persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya.

20. Standar 20 ( persalinan dengan menggunakan vakum

ekstraksi )

Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum,

melakukannya secara benar dalam memberikan

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 125: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

151

pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya

bagi ibu dan janin / bayinya.

21. Standar 21 ( penanganan retensio plasenta )

Bidan mempu mengenali retensio plasenta dan

memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta

manual dan penanganan perdarahan, sesuai kebutuhan.

22. Standar 22 ( penanganan perdarahan pascapartum primer

)

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan

dalam 24 jam pertama setelah persalinan ( perdarahan

pascapartum primer ) dan segera melakukan pertolongan

pertama untuk mengendalikan perdarahan.

23. Standar 23 ( penanganan perdarahan pascaprtum

sekunder )

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta

gejala perdarahan pascapartum sekunder dan melakukan

pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu dan

atau merujuknya.

24. Standar 24 ( penanganan sepsis puerpurium )

Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala

sepsis puerpurium serta melakukan pertolongan pertama

atau merujuknya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016

Page 126: BAB II TINJAUAN TEORI I. Kehamilan - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1584/3/Ika Dimyati Fachriandini BAB II.pdf · Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa juga bagian

152

25. Standar 25 ( penanganan asfiksia )

Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir

dengan asfiksfia, serta melakukan resusitasi secepatnya,

mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan

memberi perawatan lanjutan.

Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Ika Dimyati Fachriandini, Kebidanan DIII UMP, 2016