bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/bab ii.pdf · resistensi...

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Lahan adala hamparan permukaan bumi yang berupa tembereng (segment) sistem teristik yang memedukan sejumlah sumberdaya alam dan binaan. Lahan juga merupakan suatu wilayah (region), yaitu suatu ruang beruapa lingkungan hunian manusia, hewan, dan tumbuhan (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2006) Lahan merupakan bagian dari bentang alam atau landscape yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi, bahkan keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO., 1976). Pengertian yang luas tentang lahan ialah suatu daerah permukiman daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun yang dapat di ramalkan bersifat mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi, tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang (FAO., 1976). Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Arsyad, 1989 dalam As-syakur, 2011). Penggunaan lahan berkaitan erat dengan ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahandan air akan 4 Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Upload: phamtruc

Post on 13-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan

Lahan adala hamparan permukaan bumi yang berupa tembereng (segment)

sistem teristik yang memedukan sejumlah sumberdaya alam dan binaan. Lahan

juga merupakan suatu wilayah (region), yaitu suatu ruang beruapa lingkungan

hunian manusia, hewan, dan tumbuhan (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2006)

Lahan merupakan bagian dari bentang alam atau landscape yang

mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi,

bahkan keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap

penggunaan lahan (FAO., 1976). Pengertian yang luas tentang lahan ialah suatu

daerah permukiman daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda

pengenal, baik yang bersifat cukup mantap maupun yang dapat di ramalkan

bersifat mendaur dari biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, populasi,

tumbuhan, dan hewan, serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa

kini sejauh tanda-tanda pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan

lahan oleh manusia pada masa kini dan masa mendatang (FAO., 1976).

Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil

maupun spiritual (Arsyad, 1989 dalam As-syakur, 2011). Penggunaan lahan

berkaitan erat dengan ketersediaan lahan dan air. Ketersediaan lahandan air akan

4

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

5

menentukan produktivitas sumberdaya yang mampu diproduksi, selain itu juga

mampumemberikan data tentang potensi produksinya (As-syukur, 2011)

B. Karakteristik lahan

Beberapa karakteristik lahan yang dikemukakan oleh Sujarto dan Drabkin,

(1985 dalam Marangkup, 2006) adalah berikut ini.

1. Secara fisik, lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh

kemungkinan penurtman nilai dan harga, dan tidak terpengaruhi oleh waktu,

lahan juga merupakan aset yang terbatas dan tidak bertambah besar kecuali

melalui reklamasi.

2. Perbedaan antara lahan tidak terbangun dan lahan terbangun adalah lahan

tidak terbangun tidak akan dipengarahi oleh kemungkinan penurunan nilai,

sedangkan lahan terbangun nilainya cenderung turun karena penurunan nilai

struktur bangunan yang ada di atasnya. Tetapi penurunan nilai struktur

bangunan juga dapat meningkatkan nilai lahannya karena adanya harapan

peningkatan fungsi penggunaan lahan tersebut selanjutnya.

3. Lahan tidak dapat dipindahkan tetapi sebagai substitusinya intensitas

penggunaan lahan dapat ditingkatkan, sehingga faktor lokasi untuk setiap jenis

penggunaan lahan tidak sama.

4. Lahan tidak hanya berfungsi untuk tujuan produksi tetapi juga sebagai

investasi jangka panjang (long-ferm investment) atau tabungan. Keterbatasan

lahan dan sifatnya yang secara fisik tidak terdepresiasi membuat lahan

menguntungkan sebagai tabungan. Investasi lahan berbeda dengan investasi

barang ekonomi yang lain, dimana biaya perawatannya (maintenance cost)

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

6

hanya meliputi pajak dan interest charges. Biaya ini relatif jauh lebih kecil

dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan lahan

tersebut.

C. Kualitas lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang bersifat kompleks

dari suatu bidang lahan. Kualitas lahan mempunyai keragaan (performance)

yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas

lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan

(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993), akan tetapi pada umumnya

ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO., 1976). Hubungan antara

karakteristik dan kualitas lahan menurut (Djaenudin, 2003 dalam Sofyan Ritung,

dkk., 2007) disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Hubungan karakteristik lahan dan kualitas lahan

No Karakteristik Lahan Kualitas Lahan

1 Temperatur (tc) Temperatur rata-rata (oC)

2 Ketersediaan Air (wa) Curah hujan (mm), Kelembaban (%),

Lamanya bulan kering (bln)

3 Ketersediaan oksigen (oa) Drainase

4 Keadaan media perakaran (rc) Tekstur, bahan kasar (%), kedalaman tanah

(cm)

5 Gambut Ketebalan (cm) jika ada sisipan bahan

mineral, kematangan

6 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol/kg). kejenuhan basa (%),

PhH2oC-organik

(%)

7 Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)

8 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)

9 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)

10 Bahaya Erosi (eh) Lereng (%), bahaya erosi

11 Bahaya banjir (fh) Genangan

12 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), Singkapan batuan

Sumber: Djaenudin, 2003 dalam Sofyan Ritung, dkk., 2007.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

7

Menurut FAO (1976) dalam Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993

beberapa kualitas lahan yang berhubungan atau berpengaruh terhadap:

1. Hasil atau produksi tanaman

a. Kelembaban

b. Ketersediaan hara

c. Ketersediaan oksigen didalam zone perakaran

d. Media untuk perkembangan akar

e. Kondisi untuk pertumbuhan

f. Kemudahan diolah dalam hal ini pengolahan tanah

g. Salinitas atau alkalinitas

h. Toksistasi tanah

i. Resistensi terhadap erosi

j. Hama penyakit

k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

l. Rejim temperatur

m. Energi radiasi dan fotoperiode

n. Bahaya iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angina, kekeringan)

o. Kelembaban udara pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman

p. Periode kering untuk pemasakan (ripening) tanaman

2. Terhadap manajemen dan masukan yang diperlukan

a. Terrain berpengaruh terhadap mekanisasi dan pengelolaan praktis (teras,

alley cropping).

b. Terrain berpengaruh terhadap konstruksi dan pemeliharaan jalan

penghubung.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

8

c. Ukuran dari unit potensial manajemen (blok area atau lahan pertanian)

d. Lokasi dalam hubungannya untuk pemasaran dan penyediaan sarana

produksi (input).

D. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan

tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman

tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan

tersebut ditinjau dari sifat lingkungan fisiknya, yang terdiri dari iklim, tanah,

topografi, hidrologi, dan drainase (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993).

Penilaian kesesuaian lahan dapat dibuat secara mutlak, dapat pula dibuat

berdasarkan keadaan lahan sekarang (actual suitability) atau berdasarkan keadaan

lahan setelah diadakan pembenahan besar-besaran (potential suitability), yang

mengubah ciri-ciri lahan dan hasil pengubahannya dapat bertahan selama lebih

dari 10 tahun (Brinkman & Smyth, 1973; FAO., 1976 dalam Notohadiprawiro,

2006). Beberapa penilaian kesesuaian lahan dibedakan menurut tingkatannya

(Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993):

1. Ordo

Pada tingkatan ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong

sesuai (S) dan lahan yang tidak tergolong sesuai (N)

2. Kelas

Pada tingkatan kelas, lahan lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara

lahan yang sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3).

Kelas S1 sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berat

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

9

atau hanya faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi

produktifitasnya secara nyata. Kelas S2 cukup sesuai: Lahan mempunyai

faktor pembatas dan faktor pembatas ini berpengaruh terhadap

produktifitasnya, memerlukan tambahan input. Kelas S3 marginal sesuai:

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat dan faktor pembatas ini

berpengaruh terhadap produktifitasnya, memerlukan tambahan input yang

lebih banyak. Kelas N tidak sesuai: Lahan yang tidak sesuai karena

mempunyai faktor pembatas yang sangat berat. Lahan yang tergolong N1

mempunyai faktor pembatas yang sangat berat, tetapi sifatnya tidak permanen

dan secara ekonomis masih memungkinkan untuk diperbaiki (improvement),

yaitu dengan mengatasi faktor-faktor pembatasnya. Lahan kelas N2 tidak

memungkinkan untuk diperbaiki karena faktor pembatas yang sangat berat dan

sangat sulit diatasi karena sifatnya permanen.

3. Sub Kelas

Pada tingkat ini kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi sub kelas

berdasarkan karakteristik lahan yang merupakan faktor pembatas pada

masing-masing sub kelas, kemungkinan kelas kesesuaian lahan yang

dihasilkan bisa diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan masukan

yang diperlukan.

4. Unit

Tingkatan ini merupakan bagian dari tingkat sub kelas, yang dibedakan

masing-masing berdasarkan sifat-sifat yang akan berpengaruh terhadap aspek

produksi atau dalam aspek manajemen.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

10

E. Tanaman Albasia

Tanaman Albasia memiliki sifat tanaman keras yang ringan dengan

perakaran dalam sehingga cocok untuk ditanam di daerah rawan longsorlahan

(Suryatmojo dan Soedjoko, 2008).

Tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan-

persyaratan tertentu, yang kemungkinan antara tanaman satu dengan yang lainnya

berbeda. Persyaratan tersebut terutama enegri radiasi, temperatur yang cocok

untuk pertumbuhannya, kelembaban, oksigen, dan usur hara (Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat, 1993). Syarat tumbuh tanaman Albasia, yaitu:

1. Tanah

Tanaman Albasia dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol

yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman

tanah sekitar pH 6-7. Tanaman ini tumbuh pada daerah dengan ketinggian 600

s/d 2.700 m dpl dan temperatur 22º C.

2. Iklim

Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman Albasia antara 0 – 800 m dpl.

Walapun demikian tanaman Albasia ini masih dapat tumbuh sampai

ketinggian 1500 m diatas permukaan laut. Albasia termasuk jenis tanaman

tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.

3. Sinar matahari

Sinar matahari sangat dibutuhkan atau berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman Albasia.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

11

4. Curah Hujan

Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai

pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam

tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas

suhu. Tanaman Albasia membutuhkan batas curah hujan minimum yang

sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu

basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000

mm.

5. Kelembaban

Kelembaban mempengaruhi kehidupan setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman

terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman

Albasia membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.

F. Longsorlahan

Longsorlahan adalah gerakan massa berupa tanah dan atau bahan

rombakan gerakannya meluncur atau menggeser atau berputar, yang disebabkan

karena adanya gaya gravitasi (Thornbury, 1969). Longsorlahan adalah gerakan

masa tanah atau batuan yang bergerak menuruni lereng karena pengaruh gravitasi

(PMPU No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan

Bencana Longsor).

Longsorlahan merupakan suatu gerakan tanah pada lereng, dimana

gerakan tersebut merupakan akibat dari pergerakan menuruni lereng dan

terganggunya kesetabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (Nuning.

dan Firdaus, 2011).

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

12

Proses terjadinya longsorlahan bersifat mengubah atau merusak terhadap

konfigurasi permukaan bumi. Bencana longsor lahan dapat menyebabkan dampak

terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan non fisik. Beberapa perubahan

konfigurasi bentuk permukaan bumi akibat longsorlahan (Sutikno, 1994 dalam

Muhammad Nursa’ban, 2008) :

1. Daerah asal terjadinya longsorlahan mengalami pemotongan lereng,

pengurangan material, kerusakan lahan pada daerah sekitarnya sehingga dapat

menyebabkan erosi yang lebih aktif.

2. Daerah yang dilalui terjadi kerusakan lahan pertanian, permukiman, vegetasi,

bangunan fisik dan topografi lembah yang juga dapat mempercepat terjadinya

proses erosi.

3. Daerah yang tertimbun mengalami dampak yang lebih banyak yaitu topografi

lembah, vegetasi, permukiman tertimbun, dan tata air keadaannya menjadi

sangat kecil sehingga proses berikutnya masih sering terjadi.

Gejala umum longsorlahan ditandai dengan munculnya retakan-retakan

dilereng yang sejajar dengan arah tebing, biasanya terjadi setelah hujan,

munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai

berjatuhan (Nandi, 2007). Faktor penyebab lainnya adalah berikut ini.

1. Hujan

Ancaman longsorlahan biasanya dimulai pada bulan November karena

meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan

menyebabkan terjadinya penguapan air dipermukan tanah dalam jumlah besar.

Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi

retakan dan merekahnya tanah permukaan. Hujan lebat pada awal musim

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

13

dapat menimbulkan longsorlahan, karena melalui tanah yang merekah air akan

masuk dan terakumulasi dibagian dasar lereng, sehingga menimbulkan

gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, longsorlahan dapat

dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan akan

berfungsi mengikat tanah.

2. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng

yang terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan

angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsorlahan adalah 180˚

apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsoran mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan

ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini

memilki potensi untuk terjadinya longsorlahan terutama bila terjadi hujan,

selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi

lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlau panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan

campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan

tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan

umumnya rentan terhadap longsorlahan bila terjadi pada lereng yang terjal.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

14

5. Jenis tata guna lahan

Longsorlahan banyak terjadi di daerah tata lahan sawah, ladang dan adanya

genangan air pada lereng yang terjal. Pada lahan sawah akarnya kurang kuat

untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh

dengan air sehingga mudah terjadi longsorlahan. Daerah ladang penyebabnya

adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang

dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran

mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkan adalah

tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat penyusutan muka air dengan cepat yang ada didanau maka gaya

penahan lereng menjadi hilang dan akan menyebabkan longsoran atau

penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Beban tambahan

Beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan akan

memperbesar gaya pendorong terjadinya longsorlahan, terutama disekitar

tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya

penurunan dan retakan yang arahnya kearah lembah.

9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kearah tebing, selain itu akibat

penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

15

10. Material timbunan pada tebing

Pengembangan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan

pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah

tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada

dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang

kemudian diikuti dengan retakan tanah.

11. Bekas longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan

material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah

terjadi patahan kulit bumi.

12. Penggundulan hutan

Longsorlahan banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan

air tanah sangat kurang, hal ini disebabkan karena vegetasi yang terdapat di

daerah tersebut sangat sedikit.

G. Kerawanan Longsorlahan

Disiplin ilmu yang dapat digunakan untuk mengkaji kerawanan

longsorlahan adalah geografi dan geomorfologi. Geografi mempunyai tiga macam

pendekatan untuk mengkaji fenomena yang ada di lingkungan, yaitu pendekatan

spasial, ekologikal, dan kompleks wilayah. Geomorfologi adalah ilmu yang

mempelajari bentuklahan pembentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar

lautan dan menekankan pada proses pembentukan dan perkembangan pada masa

yang akan datang, serta konteksnya dengan lingkungan (Verstappen, 1983 dalam

Aji Bangkit dan Danang, tt). Analisis longsor didasarkan pada lima faktor yang

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

16

menyebabkan terjadinya kelongsoran (Sugalang dan Siagian, 1991 dalam Habib

Subagyo dan Bambang Riadi, 2008) :

1. Geologi yang meliputi, sifat fisik batuan, sifat keteknikan batuan, batu/tanah

pelapukan, susunan dan kedudukan batuan (stratigrafi), dan struktur geologi.

2. Morfologi yang meliputi, aspek yang diperhatikan adalah kemiringan lereng

dan permukaan lahan.

3. Curah hujan yang meliputi, intensitas dan lama hujan.

4. Penggunaan lahan yang meliputi, pengelolaan lahan dan vegetasi penutup

5. Kegempaan yang meliputi, intensitas gempa

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, disusun tingkatan kerawanan bencana alam

longsorlahan (Sugalang dan Siagian, 1991, dalam Habib Subagyo dan Bambang

Riadi, 2008) lihat Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Tingkat kerawanan bencana longsorlahan

No Kelas kerawanan Kriteria

1 Tidak Rawan a. Jarang atau tidak pernah longsor lama atau baru,

kecuali di sekitar tebing sungai

b. Topografi datar hingga landai bergelombang

c. Lereng < 15%

d. Material bukan lempung ataupun rombakan (talus)

2 Rawan a. Jarang terjadi longsorlahan kecuali bila lerengnya

terganggu

b. Topografi landai hingga sangat terjal

c. Lereng berkisar Antara (5-15%) dan (<= 70%)

d. Vegetasi penutup Antara kurang hingga amat rapat

e. Batuan penyusun lereng umumnya lapuk tebal

3 Sangat rawan a. Dapat dan sering terjadi longsorlahan

b. Longsor lama dan baru aktif terjadi

c. Curah hujan tinggi

d. Topografi landai hingga sangat curam

e. Lereng (5-15%) dan (>= 70%)

f. Vegetasi penutup antara kurang hingga sangat

kurang

g. Batuan penyusun lereng lapuk tebal dan rapuh

Sumber : Sugalang dan Siagian (1991, dalam Habib subagio dan Bambang Riadi, 2008)

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

17

H. Parameter kesesuaian lahan untuk tanaman Albasia

Parameter untuk syarat tumbuh yang sesusai untuk tanaman Albasia terdiri

atas, temperatur rata-rata tahunan 21 – 30 °C. Ketersediaan air dengan bulan

kering kurang dari 4 dan dengan curah hujan 2500 - 3000 mm. Kemasaman tanah

sekitar pH 5,5 – 7,0. Tekstur atau kondisi tanahnya harus mengandung unsur L,

SCL, SiL, Si, CL, SC, SiCL dengan drainase tanah yang baik, agak cepat, sedang.

Kedalaman sulfidak lebih dari 125 cm (> 125 cm) dan kemiringan lereng kurang

dari 30 % (<30 %), batuan permukaan kurang dari 40 % dan singkapan batuan

kurang dari 25 %. Bahaya erosi sangat rendah hingga sedang. Parameter syarat

tumbuh tanaman Albasia tersaji pada Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Parameter kesesuaian lahan untuk tanaman Albasia

Karakteristik lahan Kesesuaian lahan S1 S2 S3 N1 N2

Temperatur ( 0C )

rata-rata tahunan 21-30 >30-34 19-<21 Tidak berlaku Tidak berlaku >34, <19

Ketersediaan air (w) Bulan Kering (<75mm) 0 – 2 2,1 – 4 Tidak berlaku Tidak berlaku >4

Curah hujan/tahun (mm) 2500-3000 >3000-4000,

2000-<2500 Tidak berlaku Tidak berlaku >4000 <2000

Media Perakaran

Drainase Tanah Baik, agak cepat,

sedang agak lambat,

agak cepat Cepat Lambat sangat

lambat,

sangat cepat Tekstur L, SCL,SiL, Si,

CL, SC, SiCL S, LS, SI, SiC Liat masiv,

StrC Tidak berlaku Krikil, S

Kedalam Efekif (cm) >100 75 - <100 50 - <75 <50 referensi hara (f)

KTK tanah - - - - -

pH tanah 5,5-7,0 >7,0-7,5 5,0-

<5,5 >7,5-8,0 4,5-

<5,0 Td >8,0 <4,5

C – organic - - - - - Kegaraman (c)

Salinitas (mmhos/cm) - - - - - Toksisitas (x)

Kejenuhan Al (%) - - - - -

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

18

Lanjutan tabel

Sumber : Anonim, 2011

I. Penelitian Relevan

Agus widianto (2013), penelitian berjudul “ Kajian kesesuaian lahan

tanaman Albasia (Albazia Falcataria) di Kecamatan Ajibarang Kab. Banyumas ”.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kualias lahan di Kecamatan

Ajibarang dan mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman Albasia di

Kecamatan Ajibarang. Metode penelitian adalah metode suvei dengan teknik

pengambilan sampel area dan analisa labolatorium. Berdasarkan hasil penelitian

dapat diketahui bahwa Kecamatan Ajibarang didominasi oleh kesesuaian tidak

sesuai (N), yaitu terdapat 9 satuan bentuklahan dengan luas 5274,13 ha tidak

sesuai (N), sedang yang sesuai (S) ada 3 satuan bentuklahan dengan luas 1632,32

ha.

Kedalaman Sulfidik (cm) >125 100-125 75-<100 50 - <75 <50

Hara tersedia Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak

berlaku Total N - - - - -

P2O

5 - - - - -

Kemudahan Pengolahan

(p) - - Sangat keras,

sangat teguh,

sangat lekat - Berkeri

kil,berbatu

Terrain Lereng (%) <8 8 – 15 >15 – 30 >30 – 50 >50

Batuan Permukaan (%) <3 3 – 15 >15 -40 Td >40 Singkapan Batuan (%) <2 2 – 10 > 10-25 >25-40 >40

Tingkat Bahaya erosi (e) SR R S B SB Bahaya Banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4

Keterangan :

Untuk kedalaman sulfidik karena keterbatasan peneliti maka tidak dipergunakan

Tekstur Tanah : Lempung (L), lempung liat berpasir (SCL), lempung berdebu (Sil), debu (Si), lempung berliat

(CL), liat berpasir (SC), lempung liat berdebu (SiCL), Pasir (S), pasir berlempung (LS),

lempung berpasir (SI), liat berdebu (SiC),Liat masiv, liat bertekstur (StrC).

Bahaya Erosi : Sangat berat (SB), Rendah ( R), Sedang (S), Berat (B), Sangat rendah (SR)

Bahaya Banjir : Tanpa (F0), Ringan (F1), Sedang (F2), Berat (F4), Agak besar (F3)

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

19

Umar Luthfi (2013), melakukan penelitian berjudul “ Kajian kesesuaian

lahan untuk tanaman Pinus di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas “.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk

tanaman Pinus di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Metode penelitian

ini adalah menggunakan teknik pengambilan area sampling yang mendasarkan

pada bentuklahan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa

bentuklahan yang ada di daerah penelitian > 50% tidak sesuai untuk tumbuh

tanaman Pinus, yaitu seluruh satuan bentuklahan yang ada di daerah penelitian

adalah tidak sesuai (N) untuk tanaman Pinus, dengan luas wilayah 6.906,45 ha

(100%).

Hendy Indra Setiawan (2013), dalam penelitian berjudul “ Kajian

kesesuaian lahan untuk tanaman Jati di Kecamatan Ajibarang Kabupaten

Banyumas “. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui karakteristik dan

kualitas lahan di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

adalah menggunakan teknik area sampling.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa satuan

bentuklahan yang ada di daerah penelitian lebih didominasi kelas kesesuaian tidak

sesuai (N), yaitu kelas tidak sesuai (N) terdapat pada 9 satuan bentuklahan seluas

5037,73 ha, sedangkan kelas sesuai (S) sebanyak 3 satuan bentuklahan seluas

1868, 72 ha.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

20

Tabel 2.4 Perbedaan penelitian terdahulu dengan peneliti Nama

Peneliti Judul Tujuan

Metode

Penelitian

hasil

Agus

Widianto,

2014

Kajian kesesuaian

lahan tanaman

Albasia

(Albazia Falcataria)

di Kecamatan

Ajibarang

Kabupaten

Banyumas

Mengetahui

karakteristik kualias

lahan dikecamatan

ajibarang

Mengetahui tingkat

kesesuaian lahan untuk

tanaman Albasia di

Kecamatan Ajibarang

Metode survei

dengan teknik

pengambilan

sample area

sampling

analisis data

dengan maching

dan keruangan

Peta kelas kesesuaian

lahan untuk tanaman

Albasia

Umar

Luthfi,

2013

Kajian kesesuaian

lahan untuk

tanaman Pinus di

Kecamatan

Ajibarang

Kabupaten

Banyumas

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

tingkat kesesuaian lahan

untuk tanaman Pinus di

Kecamatan Ajibarang

Kabupaten Banyumas

Teknik

pengambilan

area sampling

analisis data

dengan maching

dan keruangan

Peta kelas kesesuaian

lahan untuk tanaman

Pinus

Hendy

Indra

Setiawan,

2013

Kajian kesesuaian

lahan untuk

tanaman Jati di

Kecamatan

Ajibarang

Kabupaten

Banyumas

Mengetahui

karakteristik dan

kualitas lahan di daerah

penelitian

Mengetahui tingkat

kesesuaian lahan untuk

tanaman Jati di daerah

penelitian

Penelitian ini

menggunakan

teknik area

sampling

analisis data

dengan maching

dan keruangan

Peta kelas kesesuaian

lahan untuk tanaman

Jati

Ivan Saguh

Uly Murti,

2015

Kajian kesesuaian

lahan untuk

tanaman Albasia

pada wilayah rawan

longsorlahan di

daerah aliran sungai

Logawa

Mengetahui kesesuaian

lahan untuk tanaman

Albasia pada mang-

masing kerawanan

longsorlahan di daerah

aliran sungai Logawa

Metode survei

dengan teknik

pengambilan

sample area

sampling.

Analisis data

dengan maching

dan tumpang

susun peta

Peta kelas kesesuaian

lahan untuk tanaman

Albasia pada masing-

masing kelas

kerawanan

longsorlahan

Sumber: Agus Widianto (2014), Umar Luthfi (2013), dan Hendy Indra Setiawan (2013)

J. Landasan Teori

1. Kualitas lahan adalah perilaku lahan yang menentukan pertumbuhan.

Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan

tertentu, kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik yang berpengaruh.

Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan

tertentu, tetapi tidak berpengaruh pada kualitas lahan lainnya.

2. Syarat tumbuh tanaman Albasia

Albasia termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya

memerlukan suhu sekitar 18° - 27° C dan tanaman ini dapat tumbuh baik

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

21

pada tanah regosol, alluvial, dan latosol dengan kemasaman tanah sekitar pH

6 – 7.

3. Kelas kesesuaian lahan

Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan

menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Tingkat dalam kelas

ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis dibelakang simbol Ordo.

Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun

dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang terdiri atas3 (tiga) kelas dalam Ordo S,

yaitu: S1, S2, S3, dan 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2.

4. Rawan

Rawan adalah sesuatu yang dapat terjadinya bencana, lihat UU no 24 th 2007.

5. Longsorlahan

Longsorlahan adalah gerakan ke arah bawah material lereng yang dapat

berupa batuan, tanah, bangunan, atau kombinasi dari berbagai material

tersebut akibat adanya gaya gravitasi.

6. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk pemanfaatan dalam

penggunan lahan.

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/6946/3/BAB II.pdf · Resistensi terhadap erosi j. Hama penyakit k. Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan)

22

K. Kerangka Pikir

L. Hipotesis

Hipotensisi yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ Kesesuaian

lahan untuk tanaman Albasia di Sub – DAS Logawa > 50 % kategori sesuai

terutama pada kelas kerawanan tinggi “.

Kualitas lahan

Kelas kesesuaian

lahan untuk

tanaman Albasia

Peta kesesuaian lahan

untuk tanaman Albasia

Peta kelas kerawanan

longsorlahan

Syarat tumbuh

tanaman Albasia

Hubungan kesesuaian lahan untuk tanaman Albasia pada kelas

kerawanan longsorlahan

Karakteristik

Lahan

Gambar 2.1. Diagram alir kerangka pikir

Kajian Kesesuaian Lahan..., Ivan Saguh Uly Murti, FKIP, UMP, 2015