bab ii tinjauan pustaka 2.1. airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/bab...

20
22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan airtanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Menurut Soemarto (1989) airtanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. 2.1.1. Asal Airtanah Airtanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona jenuh air. Airtanah berasal dari permukaan tanah, misalnya hujan, sungai, danau, dan dari dalam bumi sendiri diam dan air tersebut terjadi bersama- sama dengan batuannya, misalnya pada waktu terjadinya batuan endapan terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut. 2.1.2. Pembentukan Airtanah Airtanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Airtanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi airtanah (Utaya, 1990). Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Upload: hoangkhuong

Post on 12-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Airtanah

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No.

7/2004) mendefinisikan airtanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah

atau batuan di bawah permukaan tanah. Menurut Soemarto

(1989) airtanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.

2.1.1. Asal Airtanah

Airtanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak

pada zona jenuh air. Airtanah berasal dari permukaan tanah, misalnya hujan,

sungai, danau, dan dari dalam bumi sendiri diam dan air tersebut terjadi bersama-

sama dengan batuannya, misalnya pada waktu terjadinya batuan endapan terdapat

air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut.

2.1.2. Pembentukan Airtanah

Airtanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada

lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Airtanah terbentuk berasal dari air hujan

dan air permukaan, yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone

of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai

zona jenuh air dan menjadi airtanah (Utaya, 1990).

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

23

Airtanah adalah salah satu fase dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa

yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan

kembali ke atmosfer, penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,

pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanah atau

badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi

tersebut dapat dipahami bahwa airtanah berinteraksi dengan air permukaan serta

komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk

topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta

manusia yang berada di permukaan.

Airtanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi

(pemompaan, pencemaran dll) terhadap airtanah akan memberikan reaksi terhadap

air permukaan, demikian sebaliknya.

2.1.3. Jenis Airtanah

Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990), berdasarkan asal

usulnya, airtanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis air, yaitu:

2.1.3.1. Air meteorit atau air vados, yaitu airtanah yang berasal dari air hujan yang

meresap ke dalam tanah.

2.1.3.2. Air juvenil, yaitu airtanah yang berasal dari air magmatik (air yang berasal

dari magma) atau air vulkanis.

2.1.3.3. Air fosil atau air connate, yaitu airtanah yang terjebak pada pori-pori

batuan pada saat batuan tersebut terbentuk. Airtanah dapat berasal dari air

tawar atau air laut dan bermineral tinggi.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

24

Berdasarkan letaknya, airtanah dapat dibedakan menjadi dua jenis air, yaitu:

2.1.3.4. Airtanah dangkal atau air preatis, yaitu airtanah yang terdapat di atas

lapisan tanah yang kedap air dan dekat dengan permukaan bumi. Contohnya:

air sumur

2.1.3.5. Airtanah dalam, yaitu airtanah yang terdapat pada lapisan di antara dua

lapisan tanah yang kedap air. Contohnya, sumber air artesis yang airnya

berasal dari air dalam tanah.

2.1.4. Mutu Airtanah

Sifat fisika dan komposisi kimia airtanah yang menentukan mutu airtanah

secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis

tanah/batuan yang dilalui airtanah, serta jenis air asal airtanah. Mutu tersebut akan

berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap airtanah, seperti

pengambilan airtanah yang berlebihan, pembuangan limbah, dll (Effendi, 2003).

Airtanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat

pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-

zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap airtanah dangkal sangat

tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis

tanah/batuan di zona tak jenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri.

Mengingat perubahan pola imbuhan, maka airtanah dalam di daerah-daerah

perkotaan yang telah intensif pemanfaatan airtanahnya, menjadi sangat rawan

pencemaran, apabila airtanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah

tercemar. Airtanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang

berasal dari air (Effendi, 2003).

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

25

2.1.5. Macam-Macam Akifer

Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa

macam-macam akifer sebagai berikut:

2.1.5.1 Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)

yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas

lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akifer ini disebut dengan water table

(preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama

dengan atmosfer.

2.1.5.2 Akifer Tertekan (Confined Aquifer)

yaitu akifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air,

baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar

dari pada tekanan atmosfer.

2.1.5.3 Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)

yaitu akifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh

lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.

2.1.5.4 Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)

yaitu akifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air,

sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada

lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian

akifer ini merupakan peralihan antara akifer bebas dengan akifer semi tertekan.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

26

2.1.6. Gerak dan Aliran Airtanah

Airtanah bergerak dari atas ke bawah, airtanah juga bergerak dari bawah ke

atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum

hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.

Gerakan airtanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume airtanah yang

melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan

tebal lapisan (Utaya, 1990:35).

Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah

yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Airtanah akan bergerak

dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara

umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah

pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel

diatas lapisan akifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau

fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara

umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik).

2.2. Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji

berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan

parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan

mikrobiologis (Masduqi, 2009).

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

27

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji

kimia, fisik, mikrobiologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan

kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang

diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam

kondisi alamiahnya.

Dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat

dan Pengawasan Kualitas Air menyebutkan bahwa air minum adalah air yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan

air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

416/MENKES/ PER/IX/1990, menjelaskan bahwa syarat kualitas air bersih dapat

dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut:

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

28

Tabel 2.1. Syarat Kualitas Air Bersih

No. PARAMETER Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan Keterangan

A. FISIKA

1. Bau - - Tidak berbau

2. Jumlah zat padat terlarut

(TDS) mg/l 1500 -

3. Kekeruhan Skala NTU 25 -

4. Rasa - - Tidak berasa

5. Suhu oC Suhu udara + 3 oC -

6. Warna Skala TCU 50

B. KIMIA

1. Besi mg/l 1,0

2. Kadmium mg/l 0,005

3. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500

4. Kromium, Valensi 6 mg/l 0,05

5. Mangan mg/l 0,5

6. Nitrat, sebagai N mg/l 10

7. Nitrit, sebagai N mg/l 1,0

8. pH mg/l 6,5 – 9,0 Batas min – maks, khusus air hujan

pH min 5,5

9. Timbal mg/l 0,05

C. MIKRO BIOLOGI

Total koliform (MPN)

Jumlah per 100 ml

Jumlah per 100 ml

50

10

Bukan air perpipaan

Air perpipaan

Keterangan:

Mg = milligram

Ml = milliliter

L = liter

Bq = Bequerel

NTU = Nephelometrik turbidity Units

TCU = True colour Units

Logam berat merupakan logam terlarut

2.3. Sampah

2.3.1. Pengelolaan Sampah

Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan

yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis

(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat

(Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari

rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

29

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam

menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara

garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian

timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan

pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :

2.3.1.1. Penimbulan sampah (solid waste generated)

Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak

diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh

karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya

timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus

dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan

suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya

adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota

kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang

adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

2.3.1.2. Penanganan di Tempat (On Site Handling)

Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap

sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.

Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau

tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah

ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan

sampah pada tahap selanjutnya.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

30

Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi

pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).

Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan

sampah (reduce).

2.3.1.3. Pengumpulan (collecting)

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi

TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-

rumah menuju ke lokasi TPS.

2.3.1.4. Pengangkutan (transfer and transport)

Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan

pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.

2.3.1.5. Pengolahan (treatment)

Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai

alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :

2.3.1.5.1. Transformasi Fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting)

dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan

dan pengangkutan.

2.3.1.5.2. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang

dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat

berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan

merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut

sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

31

2.3.1.5.3. Pembuatan Kompos (Composting), Kompos adalah pupuk alami

(organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang

sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya

kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan

pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah

yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat

pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan

dimanapun.

2.3.1.5.4. Energy Recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik

energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di

Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ±

300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik

(± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan

biaya proses pengelolaan.

2.3.1.4. Pembuangan Akhir

Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah

dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat

tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi

untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang

direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA

dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

32

2.3.2. Metode Pembuangan Akhir Sampah

Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah yang biasa dijumpai di

Indonesia dilaksanakan di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Pada umumnya

metode pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan di TPA berupa proses

landfilling (pengurugan).

Secara umum, berdasarkan sistem operasionalnya, terdapat tiga metode

pembuangan akhir sampah, yaitu sanitary landfill, controlled landfill dan open

dumping.

2.3.2.1. Skema Sanitary Landfill

Merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan.

Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian sampah dihamparkan hingga

lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari

akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan

sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan

sampah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Lalu pada bagian

atas timbunan tanah penutup harian tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang

kemudian ditimbun lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya

hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi

sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul

dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah

organik. Terdapat juga saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang

dihasilkan dari proses degradasi limbah organik. Metode ini merupakan cara yang

ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

33

2.3.2.2. Skema Controlled Landfill

Controlled landfill atau lahan urug terkendali diperkenalkan oleh

Departemen Pekerjaan Umum pada awal tahun 1990-an merupakan perbaikan

atau peningkatan dari cara open dumping tetapi belum sebaik sanitary landfill.

Pada skema ini pelapis dasar berupa lapisan geomembran. Aplikasi tanah penutup

harian dilakukan setiap 5-7 hari. Setelah masa layan habis, dilakukan penutupan

akhir. Tetapi sampai saat ini metode controlled landfill masih dianggap mahal.

2.3.2.3. Skema Open Dumping

Skema open dumping ini paling banyak diterapkan di Indonesia. Prinsip

kerjanya sederhana: buang, tidak ada penanganan lebih lanjut terhadap sampah.

Keuntungan utama dari sistem ini adalah murah dan sederhana. Kekurangannya,

sistem ini sama sekali tidak memperhatikan sanitasi lingkungan. Sampah hanya

ditumpuk dan dibiarkan membusuk sehingga menjadi lahan yang subur bagi

pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain, menimbulkan bau tak

sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter, mengurangi nilai

estetika dan keindahan lingkungan. Tabel 2.2 memaparkan kelebihan dan

kekurangan dari berbagai skema pengoperasian lahan urug.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

34

Tabel 2.2 Perbandingan Skema Lahan Urug (Damanhuri, 2004)

Skema Lahan Urug Kelebihan Kekurangan

Open Dumping

1. Teknis pelaksanaan mudah.

2. Personil lapangan relatif

sedikit.

3. Biaya operasi dan perawatan

yang relatif rendah.

1. Terjadi pencemaran udara

oleh gas, bau dan debu.

2. Pencemaran airtanah oleh air

lindi.

3. Resiko kebakaran cukup

besar

4. Mendorong tumbuhnya

sarang vektor penyakit

(tikus, lalat, nyamuk).

5. Mengurangi estetika

lingkungan.

6. Lahan tidak dapat digunakan

kembali.

Controlled landfill

1. Dampak negatif terhadap

lingkungan dapat diperkecil.

2. Lahan dapat digunakan

kembali setelah dipakai.

3. Estetika lingkungan cukup

baik.

1. Operasi lapangan relatif lebih

sulit.

2. Biaya operasi dan perawatan

cukup besar.

3. Memerlukan personalia

lapangan yang cukup terlatih.

Sanitary Landfill

1. Timbulan gas metan dan air

lindi terkontrol dengan baik

sehingga tidak mencemari

lingkungan.

2. Timbulan gas metan dapat

dimanfaatkan sebagai sumber

energi.

3. Setelah selesai

pemakaiannya, area lahan

urug dapat digunakan untuk

berbagai keperluan seperti

areal parkir, lapangan golf,

dan kebutuhan lain.

4. Biaya Investasi lebih rendah

dibandingkan metode lain

5. Dapat menerima berbagai

tipe sampah

6. Fleksibel terhadap fluktuasi

kuantitas sampah

7. Lahan dapat digunakan

kembali setelah pemakaian

1. Aplikasi sistem pelapisan

dasar (liner) yang rumit.

2. Aplikasi tanah penutup harian

yang mahal.

3. Aplikasi sistem lapisan

penutup akhir.

4. Biaya aplikasi pipa penyalur

gas metan dan instalasi

pengkonversian gas metan

menjadi sumber energi.

5. Biaya aplikasi pipa-pipa

pengumpul dan penyalur air

lindi (leachate) dan intalasi

pengolah air lindi.

6. Dengan meningkatnya

populasi semakin sulit untuk

menentukan lahan

7. Jika Operasi tidak sesuai

dapat berubah seperti metode

open dumping

8. Lahan dapat mengalami

penurunan dan memerlukan

perawatan yang periodik

9. Gas yang dihasilkan dapat

meledak, misal metan, dan

berbahaya bila tidak dikelola

dengan baik

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

35

2.4. Pencemaran Air

2.4.1. Pengertian Pencemaran Air

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran

air didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat

digunakan sesuai dengan fungsinya.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh limbah industri, pertanian, rumah

tangga. Polutan industri antara lain polutan organik (limbah cair), polutan

anorganik (padatan, logam berat), sisa bahan bakar, dan oli. Limbah rumah tangga

seperti sampah organik (sisa-sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas,

kaleng) serta bahan kimia (detergen, batu batere) juga berperan besar dalam

pencemaran air, baik air di permukaan maupun airtanah.

2.4.2. Sumber Pencemaran Airtanah/Kontaminan

Secara umum, sumber-sumber pencemaran air adalah sebagai berikut :

2.4.2.1. Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan

bakar, tumpahan minyak dan oli, kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang

ditimbun dalam tanah).

2.4.2.1. Limbah pertanian (pembakaran lahan, pestisida).

2.4.2.1. Penggunaan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

36

2.4.2.1. Rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi, MCK, sampah padatan

seperti plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah cair seperti detergen dan

sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).

2.4.4. Faktor yang Mempengaruhi Masuknya Air Lindi

Faktor yang mempengaruhi air lindi masuk ke airtanah adalah kondisi curah

hujan, tekstur tanah, permeabilitas tanah, ketebalan atau kedalaman zona aerasi

dari sumur. Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya mengakibatkan

pencemaran udara akibat bau. Sampah yang menggunung akan menghasilkan

lindi, yakni limbah cair, baik yang berasal dari proses pembusukan sampah

maupun karena pengaruh luar. Kedua hal itu akan mempengaruhi kuantitas dan

kualitas lindi. Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang terletak di daerah yang

curah hujan tinggi akan menghasilkan jumlah lindi banyak. Tetapi kualitas lindi

itu masih dipengaruhi komposisi atau karakteristik sampah yang dibuang, umur

timbunan, dan pola operasional Tempat Pembuangan Sampah Akhir. Semakin

banyak lindi, maka akan semakin berpotensi untuk masuk ke dalam airtanah dan

mencemari sumur.

Tekstur tanah menujukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur

merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat. Tanah dikatakan baik

apabila komposisi antara pasir debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti

ini disebut tanah lempung,semakin halus butir-butir tanah, maka semakin kuat

tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya

terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan

menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga apabila

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

37

tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan

tinggi. Disamping itu tanah ini menghambat lindi untuk meresap ke dalam tanah,

sehingga sumur-sumur akan aman dari kontaminasi lindi. Tanah dengan butir-

butir kasar yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara.

Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami

kekeringan dan kekurangan hara.

Ketebalan atau kedalaman zona aerasi dari sumur juga berpengaruh.

Semakin dalam atau tebal zona aerasinya, maka semakin kecil terjadinya

pencemaran terhadap sumur. Kalaupun terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh

lindi tersebut, maka proses kontaminasinya memerlukan waktu yang relatif lama.

Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan

cairan, terutama air, minyak, dan gas. Apabila nilai permeabilitasnya besar maka

potensi semakin tercemarnya oleh lindi akan semakin besar, begitu sebaliknya.

Permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah.

2.5. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini, dengan judul “Pengaruh

keberadaan tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan terhadap

Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitarnya”. Hasil dari penelitian ini adalah

pengelolaan sampah di TPA sangat berpengaruh terhadap kualitas air sumur

masyarakat di sekitarnya, khususnya parameter mikrobiologi yaitu coliform dan

eshercia coli. Parameter kimianya dari ketiga sumur penduduk dan sumur di

depan kantor TPA semua sudah memenuhi standart baku mutu menurut

KEPMENKES No. 416/MENKES/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

38

kualitas air, namun untuk sumur pantau di TPA ada beberapa parameter yang

melebihi baku mutu yang diijinkan yaitu kadmium, timbal dan mangan.

Tabel 2.3 Penelitian yang relevan

Peneliti Judul

Penelitian

Rumusan

Masalah

Tujuan

Penelitian Metodologi Penelitian

Tuti Haslinda

1998

Hubungan

sanitary

landfill

dengan

kualitas

airtanah dan

kesehatan

masyarakat

(studi Kasus

di Tempat

Pembuangan

Akhir (TPA)

Bantar

Gebang,

Bekasi

Bagaimana

hubungan lokasi

pembuangan

sampah dengan

system Sanitary

Landfill di TPA

Bantar Gebang

terhadap kualitas

airtanah.

Bagaimana

kemungkinan

penyebaran

berbagai jenis

pencemar yang

membahayakan

kesehatan

manusia.

Mengetahui

hubungan lokasi

pembuangan

sampah dengan

system Sanitary

Landfill di TPA

Bantar Gebang

terhadap kualitas

airtanah.

Mengetahui

kemungkinan

penyebaran

berbagai jenis

pencemar yang

membahayakan

kesehatan

manusia.

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif.

Teknik analisis data dengan

maching date yaitu dengan

uji laboratorium, kemudian

dibandingkan dengan

Permenkes RI No.

416/Menkes/Per/IX/1990

untuk mutu air bersih dan

Kep-51/MENLHI/110/1995

untuk air limbah

Suhartini

2008

Pengaruh

keberadaan

tempat

Pembuangan

Akhir (TPA)

Sampah

Piyungan

terhadap

Kualitas Air

Sumur

Penduduk di

Sekitarnya

Bagaimana

operasional

pengelolaan

sampah di TPA

Piyungan,

Bagaimana

dampak

operasional

pengelolaan

sampah di TPA

Piyungan

terhadap kualitas

air sumur

penduduk di

sekitarnya.

Mengetahui cara

operasional

pengelolaan

sampah di TPA

Piyungan,

Mengetahui

dampak

operasional

pengelolaan

sampah di TPA

Piyungan

terhadap kualitas

air sumur

penduduk

sekitarnya.

Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif. Teknik

analisis dengan

menggunakan uji lab dan

membandingkan pada

Permenkes RI No.

416/Menkes/Per/IX/ 1990

tentang syarat dan

pengawasan kualitas air

Miftakhurrohman

2015

Kajian

kualitas

airtanah di

sekitar TPA

Semali, Desa

Semali Kec.

Sempor Kab.

Kebumen

Bagaimana

kualitas airtanah

yang berada di

sekitara Tempat

Pembuangan

Akhir (TPA)

Sampah Semali

di Desa Semali

Kecamatan

Sempor

Kabupaten

Kebumen.

Menganalisis

kualitas airtanah

di sekitar Tempat

Pembuangan

Akhir (TPA)

Sampah Semali

di Desa Semali

Kecamatan

Sempor

Kabupaten

Kebumen

Penelitian ini menggunakan

metode survei. Analisis data

menggunakan analisis

deskriptif dengan

memberikan uraian

berdasarkan indikator

analisis yaitu Permenkes

no. 416/Menkes/Per/IX/

1990 tentang syarat dan

pengawasan kualitas air

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

39

2.6. Kerangka Pikir

Air merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup.

Tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi hewan dan tumbuhan. Oleh manusia,

air digunakan untuk mandi, mencuci, dan sebagai air minum.

Tidak semua air bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,

terutama air yang digunakan sebagai air minum. Air yang digunakan sebagai air

minum harus memiliki kualitas yang baik dan tidak tercemar. Penggunaan air

yang telah tercemar sebagai sebagai air minum akan menimbulkan berbagai

gangguan kesehatan.

Keberadaan sumber pencemar akan mencemari daerah di sekitarnya, TPA

sampah merupakan salah satu dari sumber pencemar yang dapat mempengaruhi

daerah di sekitarnya melalui air lindi. Pembuangan air lindi ke dalam tanah secara

bebas akan merusak kualitas airtanah di sekitar TPA Sampah terutama airtanah

dangkal.

Bahan pencemar yang terkandung di air dapat diketahui melalui uji

laboratorium untuk mengetahui bahan-bahan apa saja yang terkandung di dalam

air. Hasil dari uji laboratorium bisa dicocokkan dengan standar baku mutu air

bersih menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

Penulis mengangkat tema ini karena di sekitar TPA Sampah Semali terjadi

perubahan warna air setelah tidak berfungsinya tempat penampung air lindi yang

dihasilkan oleh sampah. Secara singkat, penelitian ini bisa digambarkan pada

Gambar 1. sebagai berikut:

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

40

Kerangka Pikir

Diagram Alir

TPA Sampah Air Lindi

Airtanah

Pencemaran terhadap

airtanah

Uji Laboratorium

Analisis kualitas

airtanah

Kelayakan airtanah

untuk air bersih

Parameter mutu air

bersih

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Airtanah - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/3389/3/BAB II_MIFTAKHURROHMAN_GEOGRAFI'16.pdf · tergantung dari kedudukan akuifer, besaran dan jenis

41

2.7. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Semakin dekat sumur

dari saluran air tercemar air lindi dari TPA Sampah Semali, maka airtanah akan

semakin tidak memenuhi standar baku mutu air bersih”.

Kajian Tentang Kualitas..., Miftakhurrohman, FKIP UMP, 2016