bab ii tinjauan pustaka a. remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/nur saiwan bab...
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
Masa remaja merupakan salah satu proses pendewasan yang
merupakan awal dalam mengenal dan mengerti serta menyelami proses
kedewasaan, (Gemari, 2006) mendefinisikan remaja sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dari segi mental, emosi
remaja belum stabil, kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24
tahun karena pada saat itulah orang mulai memasuki masa dewasa.
kestabilan emosi remaja menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian
dan pembentukan karakter pada pada remaja.
Mahasiswa termasuk dalam kategori tahap remaja akhir atau late
adolescence yang merupakan masa konsolidasi dan penyesuaian diri
menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam
pengalaman-pengalaman baru.
3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain..
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
5. Tumbuh dalam “dinding” yang memisahkan diri pribadi private self
dan masyarakat umum the public (Sarwono, 2002).
Menurut (Yusuf, 2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang remaja dalam melakukan penyesuaian diri adalah
sebagai berikut:
1. Faktor genetik
a. Faktor keturunan — masa konsepsi;
b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;
c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa
keunikan psikologis seperti temperamen.
2. Faktor eksternal atau lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai
konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang
baik akan menghambatnya.
a. Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa
aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai
masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan
perilaku.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
b. Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan
struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan
memerlukan gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok
teman sebaya adalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan
kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan
perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan
sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga
serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi
kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran
membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan
apa yang telah dipelajari.
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap
lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan
prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan
terganggu akan mengakibatkan tumbuh kembang juga
terganggu.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
e. Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial
ekonomi juga mempengaruhi perkembangan seseorang.
B. Boarding school
1. Pengertian Boarding school
Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan
school. Boarding berarti asrama, dan school berarti sekolah. Boarding
school adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan
juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada
dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu
semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan
sekolahnya. Boarding school atau sekolah berasrama. Murid-murid
mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah
kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-
nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah
pendidikan dan pengawasan para guru pembimbing (A’la. 2006)
Pelaksanaan boarding school dalam lembaga pendidikan,
dimana para siswa tidak hanya belajar tetapi juga bertempat tinggal
dan hidup menyatu dengan di lembaga tersebut. Boarding school
mengkombinasikan tempat di rumah, dipindah ke institusi sekolah,
dimana di sekolah tersebut disediakan berbagai fasilitas tempat tinggal,
ruang tidur, ruang tamu, ruang belajar dan tempat olah raga,
perpustakaan, kesenian (Maksudin, 2006).
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, dimana
para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu
segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh
sekolah. Boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks
pendidikan di Indonesia, karena sudah sejak lama lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan boarding
school yang mengadopsi “Pondok Pesantren” (Mas’ud, 2006).
Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia
mulai gelisah dengan kondisi kualitas generasi bangsa yang cenderung
terdikotomi secara ekstrim-yang pesantren terlalu ke-agama dan yang
sekolah umum terlalu ke-duniawian, ada upaya untuk mengawinkan
pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan tren baru yang
disebut boarding school yang bertujuan untuk melaksanakan
pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu dunia (umum)
dapat tercapai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai
munculah banyak sekolah-sekolah boarding yang didirikan. Dari
banyak sekolah-sekolah boarding di Indonesia, terdapat 3 corak yaitu
bercorak agama, nasionalis-religius, dan ada yang nasionalis. Untuk
yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak ada yang
fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal (Nurkhamid, 2009).
Kehadiran boarding school telah memberikan alternative
pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.
Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi
terkontrol dengan baik maka boarding school adalah tempat terbaik
untuk menitipkan anak-anak mereka, baik makannya, kesehatannya,
keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya
yang sempurna. Namun juga tidak dipungkiri kalau ada faktor-faktor
yang negative kenapa orang tua memilih boarding school yaitu
keluarga yang tidak harmonis, dan yang ekstrim karena sudah tidak
mau/mampu mendidik anaknya dirumah (Abdullah, 2008).
2. Karakteristik Boarding school
Menurut Khalidah (2011), boarding school telah
mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada
masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga ini sangat menekankan
kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian,
kesederhanaan, dan sejenisnya. Karakteristik sistem pendidikan
Boarding school, diantaranya adalah:
a. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik
dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di
lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan
sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru
pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai
sarana mengejar cita-cita.
b. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang
paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui
berbagai layanan dan fasilitas.
c. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan
pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani,
intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang
tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap
secara iman dan amal saleh.
3. Keunggulan Boarding school
Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem asrama atau
boarding school ini. Adanya sistem pesantren atau mondok,
menjadikan seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara
kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Salah satu cara
terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan
contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di
sekitar anak. Mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, tidak
hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat
menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-
orang yang mengajarkan mereka. semua siswa bisa menyaksikan
langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara sholat yang
khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran sholat,
misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada
imam yang salatnya khusuk. Sedangkan pelajaran di kelas bisa berbeda
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
dengan pelaksanaan di rumah saat murid atau santri melaksanakannya
sendiri (Halim, 2005).
Sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini
memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap
mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini,
mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun
memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang
diajarkan tersebut (Ruben, 2009).
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem
boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha
menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum).
Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu
umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap
siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem
boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh
penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala
aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru
dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui
dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa
diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24
jam (A’la. 2006).
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan,
ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi
positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai
kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa
terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa
dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran,
kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran,
toleransi, tanggung jawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-
menerus diamati dan dipantau oleh para guru atau pembimbing (A’la.
2006).
Sekolah berasrama biasanya mempunyai fasilitas yang lengkap,
sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan sekolah
berasrama. Dengan fsilitas lengkap sekolah dapat mengeksploitasi
potensi untuk membangun lembaga pendidikan yang kompeten dalam
menghasilkan output yang berkualitas (Khamdiyah, 2013).
Sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang
komprehensif-holistik dari program pendidikan kaagamaan, academic
development, life skill sampai membangun wawasan global. Bahkan
pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga
implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup
(A’la, 2006).
Sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks
sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran,tapi semua
orang dewasa yang ada di Boarding school adalah guru. Siwa tidak
bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung
praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Begitu juga dalam
membangun religious society, maka semua elemen yang terlibat
mengimplmentasikan agama secara baik (Sagala, 2004).
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai
latar belakang yang berbeda. Siswa berasal dari berbagai daerah yang
mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan,
kemempuan akademik yang sangat beraga, keadaan ini sangat kondusif
untuk membangun wawasan nasional, dan siswa terbiasa berinteraksi
dengan siswa yang berbeda. Sekolah berasrama berupaya secara total
untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah
berasrama yang mengadop pola penidikan militer untuk menjaga
keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap
dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya (Yusuf, 2011).
C. Penyesuaian Diri
1. Pengertian
Penyesuaian diri merupakan faktor yang sangat penting dalam
kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal, tidak lain adalah
melakukan proses penyesuaian diri, sehingga dapat dikatakan bahwa
penyesuaian diri dilakukan oleh manusia sepanjang hidup. Manusia
memerlukan penyesuaian diri terhadap diri dan lingkungannya dalam
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
menghadapi berbagai permasalahan. Penyesuaian diri yang dilakukan
oleh manusia sepanjang hidupnya, karena pada dasarnya setiap
manusia ingin mempertahankan eksistensinya. Manusia berusaha
untuk memenuhi kebutuhan baik fisik, psikis, maupun sosialnya sejak
lahir hingga meninggal. Seseorang bisa dikatakan mampu melakukan
penyesuaian diri dengan normal manakala dia mampu secara sempurna
memenuhi kebutuhannya, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi
yang lain, serta bertanggung jawab terhadap masyarakat tempat dia
hidup (Ali Muhammad, 2008)
Menurut (Hartono & Sunarto 2006) penyesuaian diri dapat
diartikan sebagai berikut :
a. Penyesuaian berarti adaptasi ; dapat mempertahankan
eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial.
b. Penyesuaian sebagai konformitas, yang berarti menyesuaiakan
sesuatu dengan standar atau prinsip.
c. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan
untuk membuat rencana dan respon-respon sedemikian rupa,
sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan , dan
frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan
menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau
memenuhi syarat.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
d. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional artinya individu secara positif memiliki
respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon
mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat
keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang
diharapkan oleh lingkungan dimana dia tinggal. Selanjutnya dia
menjelaskan ciri orang well adjusted, yaitu mampu merespon (kebutuhan
dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Yang
dimaksud efisien adalah hasil diperoleh tidak banyak membuang energi,
waktu, dan kekeliruan. Sementara wholesome adalah respon individu itu
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, hubungan dengan yang lain, dan
hubungan dengan Tuhan (Schneiders dalam Desmita, 2009).
Penyesuaian diri digolongkan menjadi 3 klompok, menurut (Yusuf,
2008) yaitu: (a) gejala masalah yang meliputi neurotic, psikotik,
psikopatik, epileptik; (b) jenis kualitas respon, meliputi : penyesuaian yang
normal dan penyesuaian yang tidak normal atau menyimpang, seperti
deference reactions, escape and with drawing, illness dan anggression;
dan (c) jenis masalah, meliputi : personal, sosial, keluarga, akademik,
vokasional dan marital (pernikahan)
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan
untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang selaras antara
dirinya dan lingkungannya. Penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu
: penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Penyesuaian diri
pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya
pada diri sendiri. Sedangkan penyesuaian individu sosial merupakan suatu
proses yang terjadi dalam lingkungan sosial tempat individu hidup dan
berinteraksi dengannya (Hartono & Sunarto, 2006).
Penyesuaian diri sebagai faktor yang penting dalam kehidupan
manusia, hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah
penyesuaian diri. Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah
kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidak mengherankan jika
seseorang yang menunjukan kelainan-kelainan penyesuaian diri
dinamakan mal adjustmen, yang artinya “tidak ada penyesuaian” atau
“tidak punya kemampuan menyesuaiakan diri “. Misalnya, seorang anak
yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga dia menjadi
nakal, anak itu disebut maladjustment Chilld, menurut Gunarsa dalam
(Sobur, 2003).
Sejak lahir manusia telah dihadapkan dengan lingkungan yang
menjadi menjadi sumber stress. Cara untuk menghadapi stress setiap orang
pun beranekaragam, dan keberhasilanya juga beranekaragam. Bagi yang
gagal menyesuaikan diri akan mengalami maladjusment yang ditandai
dengan prilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik,
psikopatik). Stress terjadi apabila seseorang mengalami tekanan pressure
dari lingkungan atau mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya
yang mengakibakan perasaan frustasi dan ia tidak mampu mengatasinya.
Dalam menghadapi stress ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang
bersangkutan, bagaiman kepribadiannya, persepsi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah (Dariyo, 2007).
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang
mampu menyesuaikan diri secara sempurna,. Alasan pertama penyesuaian
diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi
tuntutan dari dalam dirinya dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi
atara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat
perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri
bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau
budaya lainnya. Ketiga adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada
setiap individu, yang mengakibatkan individu mengalami masa naik turun
dalam penyesuaian diri (Fatimah, 2006).
Dari beberapa pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa
penyesuaian diri merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan baik dalam diri sendiri maupun
dengan lingkungan di sekitarnya sehingga tercipta hubungan yang baik,
serasi, dan seimbang antara diri dan keadaan yang dihadapi
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
2. Aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri
Menurut Fromm dan Gilmore (dalam Desmita, 2009:195) ada 4
aspek dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain:
a. Kematangan emosional.
Kehidupan masa remaja memang diliputi oleh keadaan
keadaan yang memungkinkan timbulnya ketegangan atau
ganguan emosional dan gangguan ini dapat mengakibatkan
emosi remaja menjadi tidak stabil. Puncak dari perkembangan
emosi adalah kematangan emosional yang merupakan nilai-
nilai dasar pribadi. Menurut (Sarwono. 2002), apabila remaja
tidak berhasil mengatasi situasi kritis dan terlalu mengikuti
gejolak emosi, maka besar kemungkinan akan terprangkap ke
jalan yang salah, seperti penyalahgunaan narkoba, sex bebas,
atau kenakalan remaja lainya yang sering kali disebabkan oleh
kurang adanya kemampuan dalam mengarahkan emosinya
secara positif. Kematangan emosi dan konsep diri sebagai
konstruksi pesikologi positif yang berkembang dengan baik
akan menurunkan potensi remaja terlibat kenakalan.
Kematangan emosi merupakan kemampuan untuk dapat
bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri,
perasaan untuk menerima diri sendiri dan orang lain, serta
mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif
(Yusuf, 2011).
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
Kematangan emosional adalah kemampuan seseorang
dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, dalam hal ini
orang yang emosinya sudah matang tidak cepat terpengaruh
oleh rangsangan atau stimulus baik dari dalam maupun dari
luar pribadinya (Dariyo, 2007). (Riyawati, 2006)
menambahkan kematangan emosional adalah suatu keadaan
atau kondisi untuk mencapai tingkat kedewasaan.
Menurut Anderson dalam (Riyawati, 2006) ciri-ciri
kematangan emosi adalah :
1. Berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego.
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang
efisien.
3. Mengendalikan perasaan pribadi.
4. Keobjektifan.
5. Menerima kritik dan saran.
6. Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi.
7. penyesuaian yang realistik terhadap situasi-situasi yang
baru.
Adapun aspek-aspek kematangan emosional antara lain
kemantapan suasana kehidupan emosional, kemantapan
suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain,
kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
kejengkelan, sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan
kenyataan diri sendiri. (Desmita, 2009).
b. Kematangan intelektual
Kematangan intelektual adaalah kemampuan untuk
memperoleh berbagai informasi berpikir abstrak, menalar, serta
bertindak secara efektif dan efesien (Mudjiran, 2007), adapun
aspek-aspek kematangan intelektual antara lain, kemampuan
mencapai wawasan diri sendiri, kemampuan memahami orang
lain dan keragamannya, kemampuan mengambil keputusan,
dan keterbukaan dalam mengenal lingkungan (Desmita, 2009).
Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu
menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar
Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis,
sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-
luasnya. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,
melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku
individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang
untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia
temukan. Sementara itu kesiapan kognisi berlainan dengan
pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam
menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-
kemampuan itu bergantung pada tingkat kematangan
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara
pengetahuan sebelumnya (Mudjiran, 2007).
c. Kematangan sosial
Kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti
orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang
berbeda (Goleman, 2007), adapun aspek-aspek kematangan
sosial antara lain, keterlibatan dalam partisipasi sosial,
kesediaan kerjasama, kemampuan kepemimpinan dan sikap
toleransi (Desmita, 2009). Menurut (Chapin, 2003)
mendefinisikan kematangan sosial merupakan perkembangan
keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi
ciri khas klompoknya, dengan demikian ciri-ciri kematangan
sosial itu ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan
tersebut. Kematangan sosial seseorang tampak dalam
perilakunya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan
individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya
dalam aktifitas-aktifitas yang mengarah pada kemandirian
sebagaimana layaknya orang dewasa.
Kematangan sosial memungkinkan orang untuk
memahami rincian lingkungan sosial dan mengesankan mereka
(Atanimath dan Yenagi, 2011). Menurut (Parizadeh &
Khadivar, 2007 dalam Sadat, 2014), kematangan sosial adalah
merasa tanggung jawab untuk orang lain, mengatasi berbagai
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
perasaan, mengenai pernikahan dan memiliki peranan serta
hubungan yang mendalam. Sebagaimana (Afrooz, 2006 dalam
Sadat, 2014) menyatakan, kematangan sosial membentuk dasar
dari kehidupan setiap orang dan menyebabkan perkembangan
mental dan aspek lainnya perkembangan individu sendiri, dan
tanpa diragukan, berbicara secara sosial, dimensi yang paling
penting karakteristik masyarakat adalah dimensi sosial.
kematangan sosial adalah kebutuhan untuk tujuan apakah
emosional atau instrumental. Emosional bertujuan rentang
membuat teman-teman, dan mendapatkan dengan baik dengan
keluarga dan teman-teman, tujuan berperan mencakup
keterampilan hidup dan bekerja sukses dalam masyarakat.
(Nelson dalam Sadat, 2014).
Perilaku yang ketat meningkatkan keseimbangan dalam
hubungan manusia, yang mampu berperilaku sesuai untuk
orang-orang dan untuk melawan mereka tanpa kegelisahan.
Untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang, dan
menggunakan hak kita sendiri tanpa mengabaikan hak orang
lain (Alberti dan Emonse, 2011).
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab secara harafiah dapat diartikan sebagai
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya jika terjadi apa-
apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan atau juga
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
berarti hak yang berfungsi menerima pembebanan sebagai
akibat sikapnya oleh pihak lain, (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2006). Menurut (Barbara, 2004) tanggung jawab
adalah sikap yang dapat diandalkan, ketekunan, terorganisasi,
tepat waktu, menghormati komitmen, perencanaan. Adapun
aspek-aspek tanggung jawab menurut (Desmita, 2009), antara
lain: Sikap produktif dalam mengembangkan diri, Melakukan
perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, Sikap
empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, dan
Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah
menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan
tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu
dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan
dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri
manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung
jawab karena dia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain
memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian yang normal well adjustment menurut Schneiders
(dalam Desmita, 2009) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi
emosi yang berlebihan, merugikan atau kurang mampu
mengontrol diri).
b. Absence of psychological mechanism (terhindar dari
mekanisme – mekanisme psikologis).
c. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari
perasaan frustasi, kecewa karena suatu kegagalan).
d. Rational deliberation and self – direction (memiliki
pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional).
e. Ability to learen (mampu belajar, mampu mengembangkan
kualitas dirinya)
f. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan
pengalaman masa lalu).
g. Realistic, objective attitude (bersikap objektif, dan realistic
mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara
wajar).
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif menurut
(Hartono & Sunarto, 2006), individu akan melakukannya berbagai
bentuk, antara lain :
a. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
Situasi ini akan membuat individu secara langsung menghadapi
masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan
segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Misalnya seorang mahasiswa yang terlambat masuk ke kelas,
maka ia akan menghadapinya secara langsung, dan
menjelaskan alasan keterlambatannya kepada dosen.
b. Penyesuaian dengan melakukan eskplorasi (penjajahan).
situasi ini akan membuat individu mencari berbagai bahan
pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan
masalahnya. Misalnya seorang mahasiswa yang kurang mampu
dalam mengerjakan tugas, dia akan mencari bahan dalam upaya
menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku,
konsultasi, diskusi, dan sebagainya.
c. Penyesuaian dengan trial and error atau coba – coba.
Individu akan melakukan suatu tindakan coba – coba, dalam
arti jika menguntunghan diteruskan dan jika gagal tidak
diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan
dibandingkan dengan cara eksplorasi.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
d. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
Jika individu gagal dalam menghadapi masalah, maka dia dapat
memperoleh penyesuaian dengan cara mencari pengganti.
Misalnya jika seseorang gagal menonton film di gedung
bioskop, dia pindah menonton TV.
e. Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri.
Individu akan mencoba menggali kemampuan – kemampuan
khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga
dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang
mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, melakukan
kerja sambilan, dari uang hasil kerjanya dia dapat mengatasi
kesulitan dalam keuangan.
f. Penyesuaian dalam belajar.
Pembelajaran akan membuat individu banyak memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat membantu
menyesuaikan diri. Misalnya seorang mahasiswa akan lebih
dapat menyesuaikan diri terhadap pelajaran yang sulit, jika dia
banyak belajar tentang pelajaran tersebut.
g. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan
kemampuan memilih tindakan yang tepat dan mengendalikan
diri secara tepat pula. Dalam situasi seperti ini individu
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, serta
tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara ini yang
disebut inhibisi. Disamping itu, individu harus mampu
mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.
Penyesuaian yang menyimpang (maladjustment) merupakan proses
pemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara – cara
yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat. Penyesuaian diri yang salah atau menyimpang ditandai
dengan berbagai bentuk prilaku yang serba salah, tidak terarah, emosional,
sikap yang tidak rasional, agresif, dan sebagainya. Menurut Schneider
(Desmita, 2009), respon penyesuaian diri yang abnormal adalah sebagai
berikut:
a. Reaksi bertahan (defence reaction = flight from self).
Individu dikepung oleh tuntutan – tuntutan dari dalam diri
sendiri (needs) dan dari luar (pressure dari lingkungan) yang
kadang – kadang mengancam rasa aman egonya. Untuk
melindungi rasa aman egonya itu, individu mereaksi dengan
mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
b. Reaksi menyerang (agresive reaction) dan delinquency.
Agresi adalah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan
frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa,
atau mendominasi.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
c. Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape withdrawal
reaction atau flight from reaclity).
Reaksi escape dan withdrawal merupakan pertahanan diri
terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan.
Escape merefleksikan perasaan kejenuhan, atau putus asa;
sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan, atau
ketakutan.
d. Penyesuaian yang patologis (flight into illness).
Penyesuaian yang patologis berarti individu yang
mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat
klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit yang termasuk
penyesuaian yang patologis adalah “neurosis” dan “psikosis”.
e. Tingkah laku anti sosial (antisocial behavior).
Tingkah laku anti sosial merupakan tingkah laku yang
bertentangan dengan norma masyarakat (baik secara formal =
hukum / perundang – undangan, maupun informal = adat
istiadat), dan norma agama.
f. Kecanduan dan ketergantungan alkohol, dan obat terlarang.
Kecanduan alkohol (minuman keras) dan penyalah gunaan
Narkoba merupakan perilaku menyimpang (baik secara hukum
maupun secara psikologis). Dampaknya sangat buruk terhadap
kesehatan fisik (seperti gangguan fungsi otak dan peradangan
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
lambung dan usus) dan psikis (seperti menjadi pemalas,
pembohong, penipu, pencuri, dan perasa).
g. Penyimpangan seksual dan AIDS
Beberapa prilaku yang menyimpang yang harus mendapat
perhatian semua pihak, diantaranya prilaku seksual dan free sex
yang dapat mengakibatkan AIDS
Penyesuaian diri adalah mengubah sesuai dengan keadaan
lingkungan, tetapi juga merubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan) diri. Penyesuaian diri yang pertama disebut
penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis =
dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua disebut
penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Penyesuaian diri
ada yang “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan,
dan ada yang berarti “aktif”, dimana kita mempengaruhi
lingkungan. Penyesuaian diri merupakan interaksi yang dilakuakn
individu secara terus menerus terhadap keadaan dirinya, dengan
orang lain maupun dengan keadaan disekitarnya dimana individu
tersebut berada (Sobur, 2003).
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Secara keseluruhan keperibadian memiliki fungsi sebagai
penentu utama terhadap penyesuaian diri. Maksud dari penentu adalah
faktor yang mendukung, mempengaruhi, serta menimbulkan dampak
dalam proses penyesuaian. Secara utama berarti peroses penyesuaian
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
ditentukan oleh faktor – faktor yang menentukan kepribadian tersebut
baik internal maupun eksternal. Faktor – faktor yang menentukan
penyesuaian diri menurut (Hartono & Sunarto, 2006) dapat
dikelompokan sebagai berikut :
a. Kondisi fisik
Kondisi fisik yang ada meliputi; bentuk tubuh, kesehatan, penyakit,
dan sebagainya. Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi
tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,
dan otot merupakan faktor yang sangat penting dalam penyesuaian
diri.
b. Perkembangan dan kematangan, kematangan emosional,
intelektual, sosial, dan moral.
Tingkat kematangan yang dicapai antara individu yang satu dan
yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri
juga berbeda secara individual atau bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kematangan. kondisi perkembangan
mempengaruhi setiap aspek kehidupan.
c. Penentu psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,
deterministik diri, konflik dan penyesuaian.
Cara seseorang mengatasi masalah seperti, dalam mengatasi
frustasi berbeda – beda tergantung dari pengalaman yang dialami
setiap individu. Namuan pada intinya berupaya untuk
meningkatkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara sosial.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga, masyarakat dan sekolah.
Lingkungan dimana individu berada memberi andil yang sangat
berarti dalam melakukan penyesuaian diri. Hasil pendidikan yang
diperoleh individu dapat mempengaruhi prilaku dalam hal
penyesuaian diri.
e. Kultur dan agama sebagai penentu penyesuaian diri.
Kultur dan agama memiliki peran yang penting, secara psikologis
agama sebagai penuntun adanya tuntunan hidup yang mutlak.
5. Bentuk – bentuk penyesuaian diri.
Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2003) bentuk-bentuk
penyesuaian diri ada dua antara lain:
a. Adaptive
Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan
istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini bersifat badani, artinya
perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan
diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah
usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau
dirasakan terlalu panas.
b. Adjustive
Bentuk penyesuaian diri yang lain bersifat psikis, artinya
penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam
lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika
kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin
sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa, sehingga
menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan
terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.
6. Permasalahan – permasalahan penyesuaian diri.
Permasalahan krusial yang dihadapi remaja dalam kehidupan
sehari – hari dan yang menghambat penyesuaian diri adalah masalah
hubungan remaja dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Tingkat
penyesuaian diri dapat dipengaruhi oleh cara keluarga dalam
mengasuh anak sehingga membentuk karakter yang baik. sikap orang
tua yang otoriter dapat menghambat penyesuaian diri remaja.
Permasalahan – permasalahan penyesuaian diri pada remaja, dapat
berasal dari suasana psikologis keluarga seperti karakter keluarga,
keadaan keluarga yang tidak utuh, perbedaan perilaku antara laki – laki
dan perempuan, dan keluarga yang sering berpindah tempat tinggal
(Ali, M. & Asrori, M. 2005).
Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan sekolah, mungkin
akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru.
Mereka mungkin mengalami masalah penyesuaian diri dengan guru
atau dosen, teman, mata pelajaran, sebagai akibat dari ketidak
mampuannya dalam menyesuaiakan diri di lingkungan sekolah.
Permasalahan yang lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri
yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. bagi remaja yang
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
baru masuk sekolah kemungkinan mengalami kesulitan dalam
membagi waktu belajar. Yakni adanya pertentangan antara belajar dan
keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan organisasi, kegiatan
ekstrakulikuler, dan sebagainya (Sobur, 2003).
Menurut Kartini (2002), pada masa penyesuaian diri peranan
orang dewasa dan lingkungan dimana individu berada sangat
berpengaruh untuk pencapaian keberhasilan dalam melakukan
penyesuaian diri untuk membangun jati diri yang baik. orang dewasa
bertugas memberikan teladan dan mengawasi tindak tanduk tetapi
tidak dengan pengekangan semua kegiatan, serta memberikan
kebebasan kepada remaja untuk berinteraksi dengan lingkungan secara
wajar. Kemampuan penyesuaian diri remaja yang dimaksud adalah
kemampuan penyesuaian diri yang ditandai dengan beberapa
indikator. Indikator – indikator terseebut adalah sebagai berikut :
a. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya
ketegangan emosional.
b. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya
mekanisme psikologis.
c. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya frustasi
pribadi.
d. Remaja mampu memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan
diri.
e. Remaja mampu dalam belajar.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
f. Remaja memiliki kemampuan dalam menghargai pengalaman.
g. Remaja memiliki kemampuan bersikap realistik dan objektif.
Penyesuaian diri merupakan suatu syarat yang penting untuk
mencapai kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang
menderita, gagal dan merasa tidak mampu mecapai kebahagian dalam
hidupnya salah satunya adalah remaja, karena ketidakmampuannya dalam
menyesuaikan diri baik dalam kehidupan keluarga, perguruan tinggi, dan
pergaulan antar teman. Penyesuaian diri remaja yang melakukan transisi
dari sekolah ke perguruan tinggi terlebih perguruan tinggi yang
menerapkan sistem boarding school, dimana kebiasaan mereka akan
berubah mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017