bab ii tinjauan pustaka a. remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/nur saiwan bab...

31
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja Masa remaja merupakan salah satu proses pendewasan yang merupakan awal dalam mengenal dan mengerti serta menyelami proses kedewasaan, (Gemari, 2006) mendefinisikan remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dari segi mental, emosi remaja belum stabil, kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24 tahun karena pada saat itulah orang mulai memasuki masa dewasa. kestabilan emosi remaja menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian dan pembentukan karakter pada pada remaja. Mahasiswa termasuk dalam kategori tahap remaja akhir atau late adolescence yang merupakan masa konsolidasi dan penyesuaian diri menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu: 1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru. 3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.. Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: dotuong

Post on 24-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Masa remaja merupakan salah satu proses pendewasan yang

merupakan awal dalam mengenal dan mengerti serta menyelami proses

kedewasaan, (Gemari, 2006) mendefinisikan remaja sebagai masa

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dari segi mental, emosi

remaja belum stabil, kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24

tahun karena pada saat itulah orang mulai memasuki masa dewasa.

kestabilan emosi remaja menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian

dan pembentukan karakter pada pada remaja.

Mahasiswa termasuk dalam kategori tahap remaja akhir atau late

adolescence yang merupakan masa konsolidasi dan penyesuaian diri

menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam

pengalaman-pengalaman baru.

3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain..

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

15

5. Tumbuh dalam “dinding” yang memisahkan diri pribadi private self

dan masyarakat umum the public (Sarwono, 2002).

Menurut (Yusuf, 2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

tumbuh kembang remaja dalam melakukan penyesuaian diri adalah

sebagai berikut:

1. Faktor genetik

a. Faktor keturunan — masa konsepsi;

b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;

c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,

rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa

keunikan psikologis seperti temperamen.

2. Faktor eksternal atau lingkungan

Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai

konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang

baik akan menghambatnya.

a. Keluarga

Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa

aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai

masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan

perilaku.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

16

b. Kelompok teman sebaya

Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan

struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan

memerlukan gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok

teman sebaya adalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan

kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan

perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan

sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga

serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi

kebutuhan dan harapan.

c. Pengalaman hidup

Pengalaman hidup dan proses pembelajaran

membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan

apa yang telah dipelajari.

d. Kesehatan

Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap

lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan

prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk

melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan

terganggu akan mengakibatkan tumbuh kembang juga

terganggu.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

17

e. Lingkungan tempat tinggal

Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial

ekonomi juga mempengaruhi perkembangan seseorang.

B. Boarding school

1. Pengertian Boarding school

Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan

school. Boarding berarti asrama, dan school berarti sekolah. Boarding

school adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan

juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada

dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu

semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan

sekolahnya. Boarding school atau sekolah berasrama. Murid-murid

mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah

kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-

nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah

pendidikan dan pengawasan para guru pembimbing (A’la. 2006)

Pelaksanaan boarding school dalam lembaga pendidikan,

dimana para siswa tidak hanya belajar tetapi juga bertempat tinggal

dan hidup menyatu dengan di lembaga tersebut. Boarding school

mengkombinasikan tempat di rumah, dipindah ke institusi sekolah,

dimana di sekolah tersebut disediakan berbagai fasilitas tempat tinggal,

ruang tidur, ruang tamu, ruang belajar dan tempat olah raga,

perpustakaan, kesenian (Maksudin, 2006).

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

18

Boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, dimana

para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu

segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh

sekolah. Boarding school bukan sesuatu yang baru dalam konteks

pendidikan di Indonesia, karena sudah sejak lama lembaga-lembaga

pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan boarding

school yang mengadopsi “Pondok Pesantren” (Mas’ud, 2006).

Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia

mulai gelisah dengan kondisi kualitas generasi bangsa yang cenderung

terdikotomi secara ekstrim-yang pesantren terlalu ke-agama dan yang

sekolah umum terlalu ke-duniawian, ada upaya untuk mengawinkan

pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan tren baru yang

disebut boarding school yang bertujuan untuk melaksanakan

pendidikan yang lebih komprehensif-holistik, ilmu dunia (umum)

dapat tercapai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai

munculah banyak sekolah-sekolah boarding yang didirikan. Dari

banyak sekolah-sekolah boarding di Indonesia, terdapat 3 corak yaitu

bercorak agama, nasionalis-religius, dan ada yang nasionalis. Untuk

yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak ada yang

fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal (Nurkhamid, 2009).

Kehadiran boarding school telah memberikan alternative

pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.

Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

19

Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi

terkontrol dengan baik maka boarding school adalah tempat terbaik

untuk menitipkan anak-anak mereka, baik makannya, kesehatannya,

keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya

yang sempurna. Namun juga tidak dipungkiri kalau ada faktor-faktor

yang negative kenapa orang tua memilih boarding school yaitu

keluarga yang tidak harmonis, dan yang ekstrim karena sudah tidak

mau/mampu mendidik anaknya dirumah (Abdullah, 2008).

2. Karakteristik Boarding school

Menurut Khalidah (2011), boarding school telah

mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada

masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga ini sangat menekankan

kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian,

kesederhanaan, dan sejenisnya. Karakteristik sistem pendidikan

Boarding school, diantaranya adalah:

a. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik

dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di

lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan

sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru

pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai

sarana mengejar cita-cita.

b. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang

paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

20

itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui

berbagai layanan dan fasilitas.

c. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan

pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani,

intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang

tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap

secara iman dan amal saleh.

3. Keunggulan Boarding school

Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem asrama atau

boarding school ini. Adanya sistem pesantren atau mondok,

menjadikan seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara

kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor. Salah satu cara

terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan

contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di

sekitar anak. Mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, tidak

hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat

menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-

orang yang mengajarkan mereka. semua siswa bisa menyaksikan

langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara sholat yang

khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran sholat,

misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada

imam yang salatnya khusuk. Sedangkan pelajaran di kelas bisa berbeda

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

21

dengan pelaksanaan di rumah saat murid atau santri melaksanakannya

sendiri (Halim, 2005).

Sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap

mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini,

mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun

memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang

diajarkan tersebut (Ruben, 2009).

Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem

boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha

menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum).

Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu

umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap

siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem

boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh

penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala

aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru

dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui

dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa

diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24

jam (A’la. 2006).

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

22

Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan,

ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi

positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai

kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa

terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa

dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran,

kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran,

toleransi, tanggung jawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-

menerus diamati dan dipantau oleh para guru atau pembimbing (A’la.

2006).

Sekolah berasrama biasanya mempunyai fasilitas yang lengkap,

sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan sekolah

berasrama. Dengan fsilitas lengkap sekolah dapat mengeksploitasi

potensi untuk membangun lembaga pendidikan yang kompeten dalam

menghasilkan output yang berkualitas (Khamdiyah, 2013).

Sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang

komprehensif-holistik dari program pendidikan kaagamaan, academic

development, life skill sampai membangun wawasan global. Bahkan

pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga

implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup

(A’la, 2006).

Sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks

sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

23

atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran,tapi semua

orang dewasa yang ada di Boarding school adalah guru. Siwa tidak

bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung

praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Begitu juga dalam

membangun religious society, maka semua elemen yang terlibat

mengimplmentasikan agama secara baik (Sagala, 2004).

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai

latar belakang yang berbeda. Siswa berasal dari berbagai daerah yang

mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan,

kemempuan akademik yang sangat beraga, keadaan ini sangat kondusif

untuk membangun wawasan nasional, dan siswa terbiasa berinteraksi

dengan siswa yang berbeda. Sekolah berasrama berupaya secara total

untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah

berasrama yang mengadop pola penidikan militer untuk menjaga

keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap

dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya (Yusuf, 2011).

C. Penyesuaian Diri

1. Pengertian

Penyesuaian diri merupakan faktor yang sangat penting dalam

kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal, tidak lain adalah

melakukan proses penyesuaian diri, sehingga dapat dikatakan bahwa

penyesuaian diri dilakukan oleh manusia sepanjang hidup. Manusia

memerlukan penyesuaian diri terhadap diri dan lingkungannya dalam

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

24

menghadapi berbagai permasalahan. Penyesuaian diri yang dilakukan

oleh manusia sepanjang hidupnya, karena pada dasarnya setiap

manusia ingin mempertahankan eksistensinya. Manusia berusaha

untuk memenuhi kebutuhan baik fisik, psikis, maupun sosialnya sejak

lahir hingga meninggal. Seseorang bisa dikatakan mampu melakukan

penyesuaian diri dengan normal manakala dia mampu secara sempurna

memenuhi kebutuhannya, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi

yang lain, serta bertanggung jawab terhadap masyarakat tempat dia

hidup (Ali Muhammad, 2008)

Menurut (Hartono & Sunarto 2006) penyesuaian diri dapat

diartikan sebagai berikut :

a. Penyesuaian berarti adaptasi ; dapat mempertahankan

eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan

jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang

memuaskan dengan tuntutan sosial.

b. Penyesuaian sebagai konformitas, yang berarti menyesuaiakan

sesuatu dengan standar atau prinsip.

c. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan

untuk membuat rencana dan respon-respon sedemikian rupa,

sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan , dan

frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan

menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat atau

memenuhi syarat.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

25

d. Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional.

Kematangan emosional artinya individu secara positif memiliki

respon emosional yang tepat pada setiap situasi.

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon

mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil

mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,

konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat

keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang

diharapkan oleh lingkungan dimana dia tinggal. Selanjutnya dia

menjelaskan ciri orang well adjusted, yaitu mampu merespon (kebutuhan

dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Yang

dimaksud efisien adalah hasil diperoleh tidak banyak membuang energi,

waktu, dan kekeliruan. Sementara wholesome adalah respon individu itu

sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, hubungan dengan yang lain, dan

hubungan dengan Tuhan (Schneiders dalam Desmita, 2009).

Penyesuaian diri digolongkan menjadi 3 klompok, menurut (Yusuf,

2008) yaitu: (a) gejala masalah yang meliputi neurotic, psikotik,

psikopatik, epileptik; (b) jenis kualitas respon, meliputi : penyesuaian yang

normal dan penyesuaian yang tidak normal atau menyimpang, seperti

deference reactions, escape and with drawing, illness dan anggression;

dan (c) jenis masalah, meliputi : personal, sosial, keluarga, akademik,

vokasional dan marital (pernikahan)

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

26

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang bertujuan

untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang selaras antara

dirinya dan lingkungannya. Penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu

: penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Penyesuaian diri

pribadi adalah penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan percaya

pada diri sendiri. Sedangkan penyesuaian individu sosial merupakan suatu

proses yang terjadi dalam lingkungan sosial tempat individu hidup dan

berinteraksi dengannya (Hartono & Sunarto, 2006).

Penyesuaian diri sebagai faktor yang penting dalam kehidupan

manusia, hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah

penyesuaian diri. Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah

kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidak mengherankan jika

seseorang yang menunjukan kelainan-kelainan penyesuaian diri

dinamakan mal adjustmen, yang artinya “tidak ada penyesuaian” atau

“tidak punya kemampuan menyesuaiakan diri “. Misalnya, seorang anak

yang mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga dia menjadi

nakal, anak itu disebut maladjustment Chilld, menurut Gunarsa dalam

(Sobur, 2003).

Sejak lahir manusia telah dihadapkan dengan lingkungan yang

menjadi menjadi sumber stress. Cara untuk menghadapi stress setiap orang

pun beranekaragam, dan keberhasilanya juga beranekaragam. Bagi yang

gagal menyesuaikan diri akan mengalami maladjusment yang ditandai

dengan prilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

27

berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik,

psikopatik). Stress terjadi apabila seseorang mengalami tekanan pressure

dari lingkungan atau mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya

yang mengakibakan perasaan frustasi dan ia tidak mampu mengatasinya.

Dalam menghadapi stress ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang

bersangkutan, bagaiman kepribadiannya, persepsi, dan kemampuan dalam

menyelesaikan masalah (Dariyo, 2007).

Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang

mampu menyesuaikan diri secara sempurna,. Alasan pertama penyesuaian

diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi

tuntutan dari dalam dirinya dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi

atara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat

perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri

bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau

budaya lainnya. Ketiga adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada

setiap individu, yang mengakibatkan individu mengalami masa naik turun

dalam penyesuaian diri (Fatimah, 2006).

Dari beberapa pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

penyesuaian diri merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan oleh

manusia untuk memenuhi kebutuhan baik dalam diri sendiri maupun

dengan lingkungan di sekitarnya sehingga tercipta hubungan yang baik,

serasi, dan seimbang antara diri dan keadaan yang dihadapi

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

28

2. Aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Fromm dan Gilmore (dalam Desmita, 2009:195) ada 4

aspek dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain:

a. Kematangan emosional.

Kehidupan masa remaja memang diliputi oleh keadaan

keadaan yang memungkinkan timbulnya ketegangan atau

ganguan emosional dan gangguan ini dapat mengakibatkan

emosi remaja menjadi tidak stabil. Puncak dari perkembangan

emosi adalah kematangan emosional yang merupakan nilai-

nilai dasar pribadi. Menurut (Sarwono. 2002), apabila remaja

tidak berhasil mengatasi situasi kritis dan terlalu mengikuti

gejolak emosi, maka besar kemungkinan akan terprangkap ke

jalan yang salah, seperti penyalahgunaan narkoba, sex bebas,

atau kenakalan remaja lainya yang sering kali disebabkan oleh

kurang adanya kemampuan dalam mengarahkan emosinya

secara positif. Kematangan emosi dan konsep diri sebagai

konstruksi pesikologi positif yang berkembang dengan baik

akan menurunkan potensi remaja terlibat kenakalan.

Kematangan emosi merupakan kemampuan untuk dapat

bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri,

perasaan untuk menerima diri sendiri dan orang lain, serta

mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif

(Yusuf, 2011).

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

29

Kematangan emosional adalah kemampuan seseorang

dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, dalam hal ini

orang yang emosinya sudah matang tidak cepat terpengaruh

oleh rangsangan atau stimulus baik dari dalam maupun dari

luar pribadinya (Dariyo, 2007). (Riyawati, 2006)

menambahkan kematangan emosional adalah suatu keadaan

atau kondisi untuk mencapai tingkat kedewasaan.

Menurut Anderson dalam (Riyawati, 2006) ciri-ciri

kematangan emosi adalah :

1. Berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego.

2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang

efisien.

3. Mengendalikan perasaan pribadi.

4. Keobjektifan.

5. Menerima kritik dan saran.

6. Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi.

7. penyesuaian yang realistik terhadap situasi-situasi yang

baru.

Adapun aspek-aspek kematangan emosional antara lain

kemantapan suasana kehidupan emosional, kemantapan

suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain,

kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

30

kejengkelan, sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan

kenyataan diri sendiri. (Desmita, 2009).

b. Kematangan intelektual

Kematangan intelektual adaalah kemampuan untuk

memperoleh berbagai informasi berpikir abstrak, menalar, serta

bertindak secara efektif dan efesien (Mudjiran, 2007), adapun

aspek-aspek kematangan intelektual antara lain, kemampuan

mencapai wawasan diri sendiri, kemampuan memahami orang

lain dan keragamannya, kemampuan mengambil keputusan,

dan keterbukaan dalam mengenal lingkungan (Desmita, 2009).

Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu

menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar

Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis,

sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-

luasnya. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,

melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku

individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.

Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang

untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia

temukan. Sementara itu kesiapan kognisi berlainan dengan

pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam

menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-

kemampuan itu bergantung pada tingkat kematangan

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

31

intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara

pengetahuan sebelumnya (Mudjiran, 2007).

c. Kematangan sosial

Kematangan sosial adalah kemampuan untuk mengerti

orang lain dan bagaimana bereaksi terhadap situasi sosial yang

berbeda (Goleman, 2007), adapun aspek-aspek kematangan

sosial antara lain, keterlibatan dalam partisipasi sosial,

kesediaan kerjasama, kemampuan kepemimpinan dan sikap

toleransi (Desmita, 2009). Menurut (Chapin, 2003)

mendefinisikan kematangan sosial merupakan perkembangan

keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan individu yang menjadi

ciri khas klompoknya, dengan demikian ciri-ciri kematangan

sosial itu ditentukan oleh kelompok sosial di lingkungan

tersebut. Kematangan sosial seseorang tampak dalam

perilakunya. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan

individu dalam mengurus dirinya sendiri dan partisipasinya

dalam aktifitas-aktifitas yang mengarah pada kemandirian

sebagaimana layaknya orang dewasa.

Kematangan sosial memungkinkan orang untuk

memahami rincian lingkungan sosial dan mengesankan mereka

(Atanimath dan Yenagi, 2011). Menurut (Parizadeh &

Khadivar, 2007 dalam Sadat, 2014), kematangan sosial adalah

merasa tanggung jawab untuk orang lain, mengatasi berbagai

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

32

perasaan, mengenai pernikahan dan memiliki peranan serta

hubungan yang mendalam. Sebagaimana (Afrooz, 2006 dalam

Sadat, 2014) menyatakan, kematangan sosial membentuk dasar

dari kehidupan setiap orang dan menyebabkan perkembangan

mental dan aspek lainnya perkembangan individu sendiri, dan

tanpa diragukan, berbicara secara sosial, dimensi yang paling

penting karakteristik masyarakat adalah dimensi sosial.

kematangan sosial adalah kebutuhan untuk tujuan apakah

emosional atau instrumental. Emosional bertujuan rentang

membuat teman-teman, dan mendapatkan dengan baik dengan

keluarga dan teman-teman, tujuan berperan mencakup

keterampilan hidup dan bekerja sukses dalam masyarakat.

(Nelson dalam Sadat, 2014).

Perilaku yang ketat meningkatkan keseimbangan dalam

hubungan manusia, yang mampu berperilaku sesuai untuk

orang-orang dan untuk melawan mereka tanpa kegelisahan.

Untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang, dan

menggunakan hak kita sendiri tanpa mengabaikan hak orang

lain (Alberti dan Emonse, 2011).

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab secara harafiah dapat diartikan sebagai

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya jika terjadi apa-

apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan atau juga

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

33

berarti hak yang berfungsi menerima pembebanan sebagai

akibat sikapnya oleh pihak lain, (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2006). Menurut (Barbara, 2004) tanggung jawab

adalah sikap yang dapat diandalkan, ketekunan, terorganisasi,

tepat waktu, menghormati komitmen, perencanaan. Adapun

aspek-aspek tanggung jawab menurut (Desmita, 2009), antara

lain: Sikap produktif dalam mengembangkan diri, Melakukan

perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, Sikap

empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, dan

Kesadaran akan etika dan hidup jujur.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah

menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti

dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau

bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan

tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu

dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan

dari sisi kepentingan pihak lain. Tanggung jawab adalah ciri

manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung

jawab karena dia menyadari akibat baik atau buruk

perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain

memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk

memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

34

perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,

keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Karakteristik Penyesuaian Diri

Penyesuaian yang normal well adjustment menurut Schneiders

(dalam Desmita, 2009) memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi

emosi yang berlebihan, merugikan atau kurang mampu

mengontrol diri).

b. Absence of psychological mechanism (terhindar dari

mekanisme – mekanisme psikologis).

c. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari

perasaan frustasi, kecewa karena suatu kegagalan).

d. Rational deliberation and self – direction (memiliki

pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional).

e. Ability to learen (mampu belajar, mampu mengembangkan

kualitas dirinya)

f. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan

pengalaman masa lalu).

g. Realistic, objective attitude (bersikap objektif, dan realistic

mampu menerima kenyataan hidup yang dihadapi secara

wajar).

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

35

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif menurut

(Hartono & Sunarto, 2006), individu akan melakukannya berbagai

bentuk, antara lain :

a. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.

Situasi ini akan membuat individu secara langsung menghadapi

masalahnya dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan

segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya.

Misalnya seorang mahasiswa yang terlambat masuk ke kelas,

maka ia akan menghadapinya secara langsung, dan

menjelaskan alasan keterlambatannya kepada dosen.

b. Penyesuaian dengan melakukan eskplorasi (penjajahan).

situasi ini akan membuat individu mencari berbagai bahan

pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan

masalahnya. Misalnya seorang mahasiswa yang kurang mampu

dalam mengerjakan tugas, dia akan mencari bahan dalam upaya

menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku,

konsultasi, diskusi, dan sebagainya.

c. Penyesuaian dengan trial and error atau coba – coba.

Individu akan melakukan suatu tindakan coba – coba, dalam

arti jika menguntunghan diteruskan dan jika gagal tidak

diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan

dibandingkan dengan cara eksplorasi.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

36

d. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).

Jika individu gagal dalam menghadapi masalah, maka dia dapat

memperoleh penyesuaian dengan cara mencari pengganti.

Misalnya jika seseorang gagal menonton film di gedung

bioskop, dia pindah menonton TV.

e. Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri.

Individu akan mencoba menggali kemampuan – kemampuan

khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga

dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang

mahasiswa yang mempunyai kesulitan keuangan, melakukan

kerja sambilan, dari uang hasil kerjanya dia dapat mengatasi

kesulitan dalam keuangan.

f. Penyesuaian dalam belajar.

Pembelajaran akan membuat individu banyak memperoleh

pengetahuan dan ketrampilan yang dapat membantu

menyesuaikan diri. Misalnya seorang mahasiswa akan lebih

dapat menyesuaikan diri terhadap pelajaran yang sulit, jika dia

banyak belajar tentang pelajaran tersebut.

g. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.

Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan

kemampuan memilih tindakan yang tepat dan mengendalikan

diri secara tepat pula. Dalam situasi seperti ini individu

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

37

berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, serta

tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara ini yang

disebut inhibisi. Disamping itu, individu harus mampu

mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.

Penyesuaian yang menyimpang (maladjustment) merupakan proses

pemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara – cara

yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi

oleh masyarakat. Penyesuaian diri yang salah atau menyimpang ditandai

dengan berbagai bentuk prilaku yang serba salah, tidak terarah, emosional,

sikap yang tidak rasional, agresif, dan sebagainya. Menurut Schneider

(Desmita, 2009), respon penyesuaian diri yang abnormal adalah sebagai

berikut:

a. Reaksi bertahan (defence reaction = flight from self).

Individu dikepung oleh tuntutan – tuntutan dari dalam diri

sendiri (needs) dan dari luar (pressure dari lingkungan) yang

kadang – kadang mengancam rasa aman egonya. Untuk

melindungi rasa aman egonya itu, individu mereaksi dengan

mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).

b. Reaksi menyerang (agresive reaction) dan delinquency.

Agresi adalah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan

frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa,

atau mendominasi.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

38

c. Reaksi melarikan diri dari kenyataan (escape withdrawal

reaction atau flight from reaclity).

Reaksi escape dan withdrawal merupakan pertahanan diri

terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan.

Escape merefleksikan perasaan kejenuhan, atau putus asa;

sementara withdrawal mengindikasikan kecemasan, atau

ketakutan.

d. Penyesuaian yang patologis (flight into illness).

Penyesuaian yang patologis berarti individu yang

mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat

klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit yang termasuk

penyesuaian yang patologis adalah “neurosis” dan “psikosis”.

e. Tingkah laku anti sosial (antisocial behavior).

Tingkah laku anti sosial merupakan tingkah laku yang

bertentangan dengan norma masyarakat (baik secara formal =

hukum / perundang – undangan, maupun informal = adat

istiadat), dan norma agama.

f. Kecanduan dan ketergantungan alkohol, dan obat terlarang.

Kecanduan alkohol (minuman keras) dan penyalah gunaan

Narkoba merupakan perilaku menyimpang (baik secara hukum

maupun secara psikologis). Dampaknya sangat buruk terhadap

kesehatan fisik (seperti gangguan fungsi otak dan peradangan

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

39

lambung dan usus) dan psikis (seperti menjadi pemalas,

pembohong, penipu, pencuri, dan perasa).

g. Penyimpangan seksual dan AIDS

Beberapa prilaku yang menyimpang yang harus mendapat

perhatian semua pihak, diantaranya prilaku seksual dan free sex

yang dapat mengakibatkan AIDS

Penyesuaian diri adalah mengubah sesuai dengan keadaan

lingkungan, tetapi juga merubah lingkungan sesuai dengan keadaan

(keinginan) diri. Penyesuaian diri yang pertama disebut

penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis =

dibentuk), sedangkan penyesuaian diri yang kedua disebut

penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Penyesuaian diri

ada yang “pasif”, dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan,

dan ada yang berarti “aktif”, dimana kita mempengaruhi

lingkungan. Penyesuaian diri merupakan interaksi yang dilakuakn

individu secara terus menerus terhadap keadaan dirinya, dengan

orang lain maupun dengan keadaan disekitarnya dimana individu

tersebut berada (Sobur, 2003).

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.

Secara keseluruhan keperibadian memiliki fungsi sebagai

penentu utama terhadap penyesuaian diri. Maksud dari penentu adalah

faktor yang mendukung, mempengaruhi, serta menimbulkan dampak

dalam proses penyesuaian. Secara utama berarti peroses penyesuaian

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

40

ditentukan oleh faktor – faktor yang menentukan kepribadian tersebut

baik internal maupun eksternal. Faktor – faktor yang menentukan

penyesuaian diri menurut (Hartono & Sunarto, 2006) dapat

dikelompokan sebagai berikut :

a. Kondisi fisik

Kondisi fisik yang ada meliputi; bentuk tubuh, kesehatan, penyakit,

dan sebagainya. Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi

tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar,

dan otot merupakan faktor yang sangat penting dalam penyesuaian

diri.

b. Perkembangan dan kematangan, kematangan emosional,

intelektual, sosial, dan moral.

Tingkat kematangan yang dicapai antara individu yang satu dan

yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri

juga berbeda secara individual atau bervariasi sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kematangan. kondisi perkembangan

mempengaruhi setiap aspek kehidupan.

c. Penentu psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,

deterministik diri, konflik dan penyesuaian.

Cara seseorang mengatasi masalah seperti, dalam mengatasi

frustasi berbeda – beda tergantung dari pengalaman yang dialami

setiap individu. Namuan pada intinya berupaya untuk

meningkatkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara sosial.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

41

d. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga, masyarakat dan sekolah.

Lingkungan dimana individu berada memberi andil yang sangat

berarti dalam melakukan penyesuaian diri. Hasil pendidikan yang

diperoleh individu dapat mempengaruhi prilaku dalam hal

penyesuaian diri.

e. Kultur dan agama sebagai penentu penyesuaian diri.

Kultur dan agama memiliki peran yang penting, secara psikologis

agama sebagai penuntun adanya tuntunan hidup yang mutlak.

5. Bentuk – bentuk penyesuaian diri.

Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2003) bentuk-bentuk

penyesuaian diri ada dua antara lain:

a. Adaptive

Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan

istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini bersifat badani, artinya

perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan

diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah

usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu panas atau

dirasakan terlalu panas.

b. Adjustive

Bentuk penyesuaian diri yang lain bersifat psikis, artinya

penyesuaian diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam

lingkungan ini terdapat aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika

kita harus pergi ke tetangga atau teman yang tengah berduka cita

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

42

karena kematian salah seorang anggota keluarganya, mungkin

sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa, sehingga

menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan

terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.

6. Permasalahan – permasalahan penyesuaian diri.

Permasalahan krusial yang dihadapi remaja dalam kehidupan

sehari – hari dan yang menghambat penyesuaian diri adalah masalah

hubungan remaja dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Tingkat

penyesuaian diri dapat dipengaruhi oleh cara keluarga dalam

mengasuh anak sehingga membentuk karakter yang baik. sikap orang

tua yang otoriter dapat menghambat penyesuaian diri remaja.

Permasalahan – permasalahan penyesuaian diri pada remaja, dapat

berasal dari suasana psikologis keluarga seperti karakter keluarga,

keadaan keluarga yang tidak utuh, perbedaan perilaku antara laki – laki

dan perempuan, dan keluarga yang sering berpindah tempat tinggal

(Ali, M. & Asrori, M. 2005).

Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan sekolah, mungkin

akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru.

Mereka mungkin mengalami masalah penyesuaian diri dengan guru

atau dosen, teman, mata pelajaran, sebagai akibat dari ketidak

mampuannya dalam menyesuaiakan diri di lingkungan sekolah.

Permasalahan yang lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri

yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. bagi remaja yang

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

43

baru masuk sekolah kemungkinan mengalami kesulitan dalam

membagi waktu belajar. Yakni adanya pertentangan antara belajar dan

keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan organisasi, kegiatan

ekstrakulikuler, dan sebagainya (Sobur, 2003).

Menurut Kartini (2002), pada masa penyesuaian diri peranan

orang dewasa dan lingkungan dimana individu berada sangat

berpengaruh untuk pencapaian keberhasilan dalam melakukan

penyesuaian diri untuk membangun jati diri yang baik. orang dewasa

bertugas memberikan teladan dan mengawasi tindak tanduk tetapi

tidak dengan pengekangan semua kegiatan, serta memberikan

kebebasan kepada remaja untuk berinteraksi dengan lingkungan secara

wajar. Kemampuan penyesuaian diri remaja yang dimaksud adalah

kemampuan penyesuaian diri yang ditandai dengan beberapa

indikator. Indikator – indikator terseebut adalah sebagai berikut :

a. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya

ketegangan emosional.

b. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya

mekanisme psikologis.

c. Remaja memiliki kemampuan tidak menunjukan adanya frustasi

pribadi.

d. Remaja mampu memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan

diri.

e. Remaja mampu dalam belajar.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4659/3/NUR SAIWAN BAB II.pdf · kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa, maka sistem pesantren ini

44

f. Remaja memiliki kemampuan dalam menghargai pengalaman.

g. Remaja memiliki kemampuan bersikap realistik dan objektif.

Penyesuaian diri merupakan suatu syarat yang penting untuk

mencapai kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang

menderita, gagal dan merasa tidak mampu mecapai kebahagian dalam

hidupnya salah satunya adalah remaja, karena ketidakmampuannya dalam

menyesuaikan diri baik dalam kehidupan keluarga, perguruan tinggi, dan

pergaulan antar teman. Penyesuaian diri remaja yang melakukan transisi

dari sekolah ke perguruan tinggi terlebih perguruan tinggi yang

menerapkan sistem boarding school, dimana kebiasaan mereka akan

berubah mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

Penyesuaian Diri Mahasiswa..., NUR SAIWAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017