gangguan afektif bipolar

37
Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik Samsul Rizal Almadani 102011445 Pendahuluan Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. 1,2 Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan terapi yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang optimal hasilnya kurang baik dan dapat kambuh lagi. I. Status psikiatrik A. Identitas pasien Meliputi nama (inisial), tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat tempat tinggal, tanggal pasien masuk rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya, kedatangan pasien apakah di rujuk, dating sendiri atau diantar keluarga. 3 B. Riwayat psikiatrik 1

Upload: saamms19

Post on 17-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uih

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik

Samsul Rizal Almadani

102011445

Pendahuluan

Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu

gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu

periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang

meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania.1,2

Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan terapi

yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang optimal

hasilnya kurang baik dan dapat kambuh lagi.

I. Status psikiatrik

A. Identitas pasien

Meliputi nama (inisial), tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, suku bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat tempat tinggal, tanggal

pasien masuk rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya, kedatangan pasien apakah

di rujuk, dating sendiri atau diantar keluarga.3

B. Riwayat psikiatrik

Riwayat psikiatrik terdiri dari wawancara psikiatrik yang dapat dilakukan dengan

dua cara ; autoanamnesis yaitu wawancara langsung kepada pasien yang

bersangkutan, dan alloanamnesis mewawancara orang lain yang mengantar pasien

(tuliskan tanggal wawancara, nama orang yang diwawancara, hubungannya

dengan pasien, tempat wawancara.3

C. Keluhan utama

Untuk menentukan keluhan utama maka harus dilakukan anamnesis lebih lanjut

kepada pasien atau orang lain yang mengantar pasien tersebut. Dengan

mengajukan pertanyaan sebagai berikut ;3

Apa masalah pasien ?

1

Page 2: Gangguan Afektif Bipolar

Apakah gejalanya sudah berlangsung lama ?

Mengapa kini mereka mencari bantuan medis ? (misalnya keinginan

pribadi, upaya bunuh diri, ditemukan berkeliaran dalam keadaan bingung)

Bagaimana status mereka sehubungan dengan akta kesehatan mental ?

Keluhan Utama berdasarkan skenario

Seorang perempuan 25 tahun, malam tidak tidur, banyak kegiatan, gembira

terus, banyak bicara, uang tabungannya selama 2 tahun dihabiskan dalam waktu 2

minggu dengan membeli macam-macam barang mewah yang tidak perlu,

mengaku punya 5 perusahaan dan punya banyak pacar. Pasien juga mengatakan

tidak butuh tidur, semangat terus, merasa sangat sehat dan kuat.

D. Riwayat penyakit sekarang 3

Apa gejala yang ada saat ini (misalnya merasa rendah diri, mendengar

suara-suara, ketakutan, bingung, ingin mati, terlalu bergembira, dll.)

Kapan gejala dimulai ?

Eksplorasilah gejala utama secara rinci dan temukan semua efek fisik,

psikologis, dan sosial yang terkait.

Terapi apa yang pernah dicoba sejauh ini, dan bagaimana efeknya ?

Apa hal yang diyakini pasien merupakan pemicu, memperberat, atau

mengubah penyakit ?

Apa yang diperhatikan oleh orang lain (teman, keluarga, professional lain)

?

E. Riwayat psikiatrik dahulu

Gangguan psikiatrik

Dapatkan ringkasan kronologis dari semua episode gangguan mental dan terapi

yang pernah dijalani termasuk perawatan di RS, kontak sebelumnya dengan

dokter umum, psikiater, psikolog, konselor, dll. 3

Gangguan medik 3

Tanyakan gangguan medik (penyakit/ gangguan fisik) yang pernah

diderita.

2

Page 3: Gangguan Afektif Bipolar

Tanyakan pula mengenai diagnosis, terapi, dosis, durasi terapi, kondisi

setelah terapi, efek samping, dan ketergantungan pasien dengan obat yang

diresepkan sebelumnya.

Tanyakan apakah adanya upaya bunuh diri atau perilaku menyakiti diri

sendiri yang pernah dilakukan.

Riwayat penyakit dahulu dan pengobatan serta alergi, temukan obat apa

yang pernah diresepkan dan apa yang sekarang dikonsumsi. Tanyakan

adanya efek samping.

Riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif 3

Tanyakan mengenai penggunaan alkohol, rokok, dan obat lain (misalnya

mariyuana, kokain, opium, obat sedatif-hipnotik, stimulant, pelarut, dan

halusinogen).

Tanyakan kapan pertama kali menggunakanya, jumlah yang di konsumsi,

dan cara memasukkannya.

Adakah bukti ketergantungan (keinginan mengkonsumsi berlebihan,

toleransi, ketidakmampuan menghentikan atau mengendalikan

penggunaan, keadaan putus obat fisiologis, bahaya terkait obat, dan

berkurangnya minat dan aktivitas yang tidak berhubungan dengan

penggunaan obat )?

Tanyakan periode abstinensi dan pelanggaran yang berhubungan.

F. Riwayat Pribadi 3

Riwayat pribadi adalah tinjauan atas tahapan dalam kehidupan pasien.

Tanyakan hal-hal berikut

Kelahiran dan komplikasinya

Perkembangan awal

Masa anak-anak (terutama perceraian pada masa anak-anak, lingkungan

rumah)

Pendididkan dan kualifikasi (termasuk hubungan dengan teman sebaya dan

guru)

Pekerjaan ( setiap pekerjaan yang pernah dilakukan pasien, alasan

perubahan pekerjaan, kepuaan pekerjaan, hubungan denga rekan kerja, dan

pekerjaan sekarang atau yang paling baru).

3

Page 4: Gangguan Afektif Bipolar

Hubungan (termasuk pernikahan, orang tua, dan anak ), riwayat seksual

dan penilaian tingkat fungsi pasien dalam keluarga dahulu dan saat ini, dan

peran sosial ( misalnya pernikahan, pengasuhan anak, kerja, sekolah).

Pengaruh budaya dan agama

Setiap riwayat fisik, emosional, seksual, penganiayaan lain, atau trauma.

Riwayat penahanan atau hukuman.

Kepribadian sebelum sakit, teliti hal-hal berikut : 3

Karakter (mood yang umum dan stabilitas, sosiabilitas, motivasi,

perfeksionisme pasien )

Minat (misalnya hobi)

Keyakinan (agama, moral,dan pandangan politik).

G. Riwayat sosial

Tanyakan tentang perencanaan hidup pasien dan hubungan serius terbaru. 3

H. Riwayat keluarga

Buatlah silsilah keluargam dan asukkan semua informasi yang tersedia mengenai

penyakit medis umum dan penyakit psikiatrik yang dialami keluarga dekat.

Informasi ini harus mencakup setiap riwayat gangguan mood, psikosisi, bunuh

diri, dan penyalahgunaan zat. 3

I. Tinjauan sistem

Meliputi gejala-gejala saat ini yang belum disebutkan dalam anamnesis keluhan

utama. Gejala khusus yang relevan adalah gangguan tidur, selera makan, gejala

sistemik seperti demam dan lelah, serta gejala neurologis. 3

II. Pemeriksaan fisik

Perlu dilakukan untuk mengevaluasi kondisi medis umum (termasuk neurologis)

pasien. 3

III. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental adalah kumpulan data yang sistematis berdasarkan

pengamatan perilaku pasien selama wawancara. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah

4

Page 5: Gangguan Afektif Bipolar

untuk mendapatkan bukti gejala-gejala saat ini dan tanda-tanda gangguan mental yang

mungkin diderita oleh pasien. Selain itu, didapatkan pula bukti mengenai wawasan

pasien, nilai-nilai dan kemampuan pemikiran abstrak, untuk memberitahukan

keputusan mengenai strategi terapi dan pilihan tempat terapi yang sesuai.

Pemeriksaan status mental mengandung elemen berikut : 3

1. Penampilan dan perilaku umum pasien 3

Nilailah :

Tingkah laku

Kontak

Kontak mata

Ekspresi wajah

Pakaian

Kebersihan

Perawatan diri (misalnya kerapian, tat arias)

Postur

Aktivitas motorik (agitasi atau keterbelakangan)

Gerak abnormal (tremor, stereotipi, tik, korea)

Kelainan cara berjalan

Kelainan fisik yang terlihat jelas (misalnya bukti membahayakan diri sendiri,

penggunaan obat)

2. Ciri bicara dan bahasa pasien (misalnya kecepatan, irama, struktur, aliran

gagasan, dan gambaran patologis seperti perseverasi, ketidakjelasan, inkoherensi,

penekanan pikiran, blok pikiran, atau neologisme). 3

3. Mood 3

Mood apa yang mendominasi ?

Apakah pasien tampak tertekan, sangat gembira, euphoria, cemas, takut,

curiga, marah ?

Adakah peningkatan variabilitas mood (labilitas) atau penurunan (reaktivitas

berkurang) ?

Apakah mood yang tampak sesuai dengan isi bicara ?

Apa interpretasi subjektif pasien terhadap moodnya ? Tanyakan “bagaimana

perasaan anda saat ini ?” , “bagaimana semangat anda ?”

4. Pikiran dan persepsi pasien saat ini, termasuk hal-hal berikut: 3

5

Page 6: Gangguan Afektif Bipolar

Preokpasi, kekuatiran, ketakutan, pikiran, impuls, dan pengalaman perseptual.

Gejala kognitif dan perceptual dari gangguan mental tertentu, biasanya

terungkap dengan pertanyaan tertentu seperti halusinasi, delusi, ide rujukan

(ideas of reference), Obsesi dan kompulsi.

Pikiran, perasaan, dan impuls untuk bunuh diri, melakukan pembunuhan,

melakukan kekerasan, atau mencederai diri sendiri. Jika terdapat pikiran

semacam ini, cari tahu intensitas dan spesifitasnya, kapan terjadi dan apa yang

mencegah pasien melakukannya.

Keyakinan yang salah, delusi, rasa dikendalikan oleh pihak luar,

depersonalisasi, dan direalisasi.

5. Wawasan pasien mengenai situasinya sekarang dan keinginan mendapat terapi. 3

6. Status kognitif pasien, termasuk : 3

Tingkat kesadaran

Orientasi (hari,tanggal, waktu)

Perhatian dan konsentrasi

Fungsi bahasa (menyebut nama benda, kelancaran bicara, pemahaman,

pengulanganm membaca, menulis).

Ingatan (jangka panjang dan pendek, ingatan segera)

Tingkat pengetahuan (sesuai usia, latar belakang pendidikan, dan sosial).

Berhitung

Menggambar (misalnya menyalin gambar atau menggambar jam).

Pemikiran abstrak (misalnya menjelaskan kesamaan atau mengartikan

peribahasa

Fungsi eksekutif (sistem frontal) (misalnya membuat daftar, mencegah

jawaban impulsive, menahan gangguan, mengenali kontraindikasi).

Kualitas penilaian.

Penilaian fungsional

Penilaian fungsional harus mencakup penilaian aktivitas fisik dari kehidupan sehari-

hari, misalnya makan, menggunakan toilet, berpindah, mandi, dan berpakaian.

Seharusnya juga mencakup penilaian aktivitas sehari-hari yang lebih canggih seperti

mengemudi atau menggunakan transportasi umum, mengkonsumsi obat sesuai resep,

6

Page 7: Gangguan Afektif Bipolar

berbelanja, mengatur keuangan, berkomunikasi melalui surat atau telepon, dan

merawat anak atau orang lain yang tergantung. 3

Gambaran “biologis” depresi 3

Kurang energy

Sulit tidur (terbangun dini hari)

Penurunan selera makan

Penurunan berat badan

Anhedonia

Penurunan libido

Gambaran “biologis” manik 3

Peningkatan energi

Merasa tidak butuh tidur

Peningkatan aktivitas

IV. Diagnosis

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan

menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai

dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar II ditandai

dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya dalam klasifikasi yang berbeda yaitu

menurut episode kini yang dialami penderita. 2

Tabel 1. Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan PPDGJ III (F31)

7

Page 8: Gangguan Afektif Bipolar

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan

F31 Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang

menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas

terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana

perasaan (mood) serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan

pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan enersi

dan aktivitas depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna

antar episode, dan insidensi pada kedua jenis kelamin kurang lebih sama dibanding

dengan gangguan suasana perasaan (mood) lainnya. Dalam perbandingan, jarang

ditemukan pasien yang menderita hanya episode mania yang berulang-ulang, dan

karena pasien-pasien tersebut menyerupai (dalam riwayat keluarga, kepribadian

pramorbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai juga

episode depresi sekali-sekali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar. 2

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini hipomanik

Pedoman diagnostik

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

8

Page 9: Gangguan Afektif Bipolar

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

(F30.1) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Pedoman diagnostik

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik

(F30.2) dan,

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang

Pedoman diagnostik

Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan

(F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala somatik

dalam episode depresif yang sedang berlangsung.

F31.30 Tanpa gejala somatik

F31.31 Dengan gejala somatik

F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala

Psikotik

Pedoman diagnostik

Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa

gejala psikotik (F32.2), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan

GejalaPsikotik

Pedoman diagnostik

9

Page 10: Gangguan Afektif Bipolar

Untuk mendiagnosis pasti :

a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan

gejala psikotik (F32.3), dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afeknya.2

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Pedoman diagnostik

a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanikdan depresif

yangtercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi

sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan

telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu) dan

b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran

di masa lampau.

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir

ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,

manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode

afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran).

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

V. Diagnosis banding

A. Skizoafektif

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif

adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat

bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang

lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi

dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun

episode manik atau depresif. 2,4

Diagnosis skizoafektif tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan

gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang

berbeda. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca-

10

Page 11: Gangguan Afektif Bipolar

skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang,

baik berjenis manik (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain

mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manic atau

depresif (F30-F33). 2,4

Klasifikasi skizoafektif 2

1) Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

Pedoman diagnostik :

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang

tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode

skizoafektif tipe manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang

tak  begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang

memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik

lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk

skizofrenia.

2) Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)

Pedoman diagnostik :

Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif

yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar

episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,

baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam

uraian untuk episode depresif (F.32)

Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya

ada dua gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam pedoman

diagnosis skizofrenia (F.20)

3) Gangguan skizoafektif tipe campuran (F25.2)

11

Page 12: Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-sama

dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

4) Gangguan skizoafektif lainnya (F25.8)

5) Gangguan skizoafektif YTT (F25.9)

B. Skizofrenia

Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,

pikiranm afek, dan perilaku seseorang. 2,4

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gejala skizofrenia

secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan

gejala negatif. Gejala positif berupa isi pikiran tidak wajar (waham), gangguan

asosiasi pikiran (inkoherensi), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan,

perilaku aneh atau tak terkendali (disorganized). Gejala negatif adalah alam

perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari

pergaulan, “miskin”kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis

atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau

inisiatif. 2,4

Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ-III1

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :2

a. Isi Pikiran 2

”thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinyasama, namun

kualitasnya berbeda.

”thought insertion or withdrawl” = isi pikiran yang asing dari luar masukke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawl)

”thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya.

b. Waham 2

12

Page 13: Gangguan Afektif Bipolar

”delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar 

”delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar

“delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. halusinasi auditorik 2

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien.

Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagaisuara

yang berbicara).

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, mislanya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari

dunia lain). 2

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh

waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.2

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan(interpolation)

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh

tertentu(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. 2

h. Gejala gejala ”negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yangmengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerjasosial; tetapi harus

13

Page 14: Gangguan Afektif Bipolar

jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan olehdepresi atau medikasi

neuroleptika. 2

Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam diri sendiri, tidak berbuat

sesuatu, dan penarikan diri secara sosial. 2

VI. Gejala klinis

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar

dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan

bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode

hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara

ini yang 2 terakhir belum dijelaskan. 4

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan

longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode

manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap

maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa

episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului

ataupun didahului oleh episode manik.4

Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II

dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor

dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode

hipomanik.4

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III,

gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan

tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari

peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),

dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan

aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode

manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,

sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. 2,4

14

Page 15: Gangguan Afektif Bipolar

Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.

Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang

menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter. 4

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik,

manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan

dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (’estrus’) atau seorang laki-laki

yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan

seksual yang meningkat adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih

ringan daripada manik karena gejala- gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. 4,5

Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh

pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan

mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa

hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung

non-produktif, euphoria hingga logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga

menceracau dengan 'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham

kebesaran ini bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,

berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi

waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan. 4,5

VII. Etiologi dan patofisiologi

Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus pada

otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah kelahiran.

Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya manifestasi itu

timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal yang memproduksi

hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah berkurang 50%. 5

Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-psikososial. Secara

biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara

psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan, stres

kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya. 5

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya

episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar

etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam

perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua

mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam

perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki

resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita

15

Page 16: Gangguan Afektif Bipolar

gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak

kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot

lebih rendah, yakni 10-20%. 5

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan

kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom

tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16,

12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22.Yang menarik dari studi kromosom

ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan

bipolar. 5

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti

mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter

tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan

neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A

(MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-O-metiltransferase (COMT), dan serotonin

transporter (5HTT).5

Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu

gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin

yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak.

BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom

11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencaritahu hubungan antara BDNF dengan gangguan

bipolar dan hasilnya positif. Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab

penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita

bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission

tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada

korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003

pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal,

amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi

(mood dan afek).4,5

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila

jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan

lancar.5

16

Page 17: Gangguan Afektif Bipolar

VIII. Epidemiologi

Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama

dan menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.

Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 – 1,6 %, dimana dua

jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 %

populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan

mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan

pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat

produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode

awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya,

sekitar 25 – 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri

dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada

penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi

‘hanya’ 1,3 per 1000 pasien.4,5

Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja atau

dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa, tetapi

kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak- anak. 4

IX. Terapi

A. Medikamentosa

Pengobatan gangguan bipolar biasanya memerlukan penanganan dokter

spesialis jiwa, dengan melibatkan psikolog maupun perawat jiwa. Penanganan

gangguan bipolar dilakukan dengan pemberian obat-obatan, psikoterapi

(individual atau kelompok, keluarga), penyuluhan kesehatan dan dukungan

kelompok. Perawatan di rumah sakit. Penderita gangguan bipolar memerlukan

perawatan di rumah sakit bila perilakunya membahayakan diri sendiri atau sekitar,

adanya gejala psikosis (tidak berdasar realita), atau ada upaya bunuh diri. 4,5

Pengobatan awal. Sering penderita bipolar harus minum obat, kemudian

pengobatan jangka panjang disesuaikan dengan perkembangan penyakitnya.

Pengobatan lanjutan. Penderita gangguan bipolar biasanya memerlukan

pengobatan jangka panjang. Berhenti minum obat sering menyebabkan

penderita kambuh.

17

Page 18: Gangguan Afektif Bipolar

Pengobatan kecanduan obat terlarang. Penderita gangguan bipolar yang

menderita kecanduan alkohol atau obat terlarang perlu diobati agar gangguan

bipolarnya bisa dikendalikan.

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang

dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala

psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat

penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization. Rentang

yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi akut

(contoh, depresi berat). Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi

pemeliharaan/maintenance dan pencegahan. 4,5

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood

stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode

manik dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai

namanya, juga menstabilakn manik dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis

atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut, bahkan untuk

mengobati beberapa kasus depresi bipolar untuk menstabilkan mood, seperti

ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan

konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manik akut

adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing.

Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar treatment regimens. 5

Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama DagangManic

MixedMaintenance

Depresi

Valproate Depakote X

Carbamazepine extended release Equestro X X

Lamotrigine Lamictal X

Lithium X X

Aripiprazole Abilify X X X

Ziprasidone Geodon X X

Risperidone Risperdal X X

Quetiapine Seroquel X X

Chlorpromazine Thorazine X

18

Page 19: Gangguan Afektif Bipolar

Olanzapine Zyprexa X X X

Olanzapine/fluoxetine Combination Symbyax X

Obat obatan

Ada berbagai macam obat untuk gangguan bipolar. Bila satu jenis obat tidak

cocok, masih ada jenis lain yang mungkin akan lebih sesuai. Kadang dokter

mengkombinasikan beberapa obat untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. Obat

untuk gangguan bipolar antara lain berupa obat untuk menstabilkan suasana hati

(mood) sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi, dan obat lain untuk

mengendalikan kecemasan (anxiety) dan depresi. Ada beberapa jenis obat untuk obat

gangguan bipolar, yaitu: 5

Lithium (Lithobid, dll) merupakan obat untuk menstabilkan suasana hati

(mood stabilizer) yang efektif dan sudah dipergunakan selama bertahun-

tahun. Pada pemberian lithium, pemeriksaan darah secara periodik

diperlukan karena lithium dapat menyebabkan gangguan kelenjar thyroid

atau ginjal. Efek samping yang sering muncul adalah: mulut kering,

gangguan pencernaan dan gelisah. 5

Anticonvulsants. Obat yang mentsabilkan suasana hati (mood stabilizer)

dalam kelompok ini antara lain: valproic acid (Depakene, Stavzor),

divalproex (Depakote) and lamotrigine (Lamictal). Obat asenapine (Saphris)

bisa dipakai untuk mengobati episode campuran (mixed episode). Efek

samping tergantung obat yang diminum, antara lain berupa: pusing,

penambahan berat badan dan perasaan mengantuk (drowsiness). Beberapa

jenis anticonvulsant bisa mengakibatkan efek samping lebih serius seperti

bercak bercak merah di kulit, gangguan darah dan gangguan liver. 5

Antipsikotik. Beberapa obat antipsikotik seperti aripiprazole (Abilify),

olanzapine (Zyprexa), risperidone (Risperdal) dan quetiapine (Seroquel) bisa

diberikan pada penderita gangguan bipolar yang tidak cocok dengan obat dari

kelompok anticonvulsants. Satu satunya obat antipsikotik yang dianjurkan

oleh FDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Amerika) untuk

gangguan bipolar adalah quetiapine, namun dokter tetap dapat meresepkan

obat yang lain. Efek samping yang timbul tergantung obat yang dipakai,

namun yang sering muncul adalah: penambahan berat badan, penglihatan

kabur, gemetar (tremor), mengantuk dan detak jantung yang cepat. Pada anak

19

Page 20: Gangguan Afektif Bipolar

anak penambahan berat badan sering jadi keluhan. Obat antipsikotik sering

mengganggu kemampuan mengingat (memory) dan gangguan perhatian

(atensi) dan gerakan spontan otot wajah dan anggota badan. 5

Obat anti depresi. Tergantung gejala yang ada, dokter kemungkinan akan

memberi obat anti depresi. Pada beberapa kasus, pemberian anti depresi pada

penderita gangguan bipolar bisa memicu timbulnya gejala mania. Namun hal

ini bisa dihindari bila obat anti depresi diberikan bersamaan dengan obat

penstabil suasana hati (mood stabilizer). Efek samping paling sering dari anti

depresi adalah menurunnya dorongan seksual dan kesulitan orgasme.

Beberapa obat anti depresi kuno, seperti golongan tricyclic dan MAOI dapat

menyebabkan efek samping yang fatal sehingga memerlukan monitor yang

ketat. 5

Symbiax. Merupakan campuran obat anti depresi fluoxetine dan obat anti

psikotik olanzapine. Campuran tersebut bekerja sebagai anti depresi dan

mood stabilizer. Efek sampingnya berupa penambahan berat badan,

peningkatan nafsu makan, dan rasa mengantuk. Obat ini juga menimbulkan

efek samping berupa penurunan dorongan seksual seperti pada obat anti

depresi. 5

Benzodiazepine. Obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan

memperbaiki gangguan tidur. Obat dalam kelompok ini antara lain:

clonazepam (Klonopin), lorazepam (Ativan), diazepam (Valium),

chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam (Niravam, Xanax). Obat

kelompok benzodiazepine biasanya hanya dipakai sementara untuk

mengurangi kecemasan (anxiety). Efek sampingnya berupa mengantuk,

gangguan mengingat (memory), keseimbangan badan dan menurunnya

koordinasi otot. 5

Menemukan obat yang tepat.

Untuk menemukan obat (atau kombinasinya) yang tepat dokter kadang

memerlukan waktu beberapa bulan. Oleh karena itu diperlukan kesabaran karena obat

biasanya memerlukan beberapa minggu sebelum bisa memberikan efek secara penuh.

Biasanya hanya satu obat yang diubah pada suatu saat sehingga dokter tahu dampak

terhadap masing masing penderita beserta efek sampingnya. Selain itu, dengan

20

Page 21: Gangguan Afektif Bipolar

perkembangan gejala, dosis obat juga mungkin perlu disesuaikan. Semua itu sering

memerlukan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan.5

Obat dan kehamilan

Beberapa obat untuk gangguan bipolar bisa mengakibatkan cacat pada janin.

Gunakan obat pencegah kehamilan (KB) bila tidak ingin hamil. Obat KB perlu

dikonsultasikan dengan dokter karena ada interaksi antara obat bipolar dengan obat

KB. Bila ingin punya anak, diskusikan hal tersebut dengan dokter anda. Begitu pula

dalam hal menyusui, perlu didiskusikan dengan dokter karena beberapa obat

gangguan bipolar bisa diteruskan ke bayi melalui air susu ibu. 5

Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus, fase

normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada

gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira

sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita dapat ditangani lebih

dini.5

B. Non medikamentosa

Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu

sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional

dan medikasi. 5

Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/

aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas

fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit

ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi

dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.5

Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal

dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada

penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula,

fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya

21

Page 22: Gangguan Afektif Bipolar

meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun

juga kualitas hidupnya. 5

- Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal

ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang

adekuat.

- Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit

terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala.

Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah

pencegahan yang baik.

-  Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting

dari perawatan dan edukasi.

- Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu

identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan

aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga.

- Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam

konteks gangguan.

-  Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga,

terutama cerita tentang individu dengan MDI dapat membantu penderita

untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.

C. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu komponen penting dari pengobatan gangguan

jiwa bipolar. Psikoterapi untuk gangguan jiwa bipolar meliputi: 5

Cognitive behavior therapy (CBT) (terapi perilaku kognitif). CBT

merupakan salah stau model psikoterapi yang sering diterapkan pada

penderita gangguan jiwa bipolar. Fokus dari CBT adalah mengidentifikasi

semua pola pikir dan perilaku negatif dan menata ulang dengan pola pikir

dan perilaku yang positif (sehat). CBT bisa mengidentifikasi pemicu

gangguan bipolar dan memperkuat kemampuan dalam mengatasi stress

dan hal hal yang tidak menyenangkan hati.

Psychoeducation. Penyuluhan tentang gangguan bipolar sehingga

penderita dan keluarganya bisa memahami gangguan bipolar secara lebih

22

Page 23: Gangguan Afektif Bipolar

baik sehingga bisa bekerja sama dalam pemulihan penyakit dengan lebih

baik pula.

Family therapy (terapi keluarga). Terapi keluarga diberikan kepada

keluarga sebagai keseluruhan utamanya untuk menciptakan suasana yang

tidak menekan (stress). Dalam terapi keluarga diajarkan bagaimana

komunikasi yang baik, menyelesaikan konflik dan memecahkan masalah.

Group therapy (terapi kelompok). Terapi dalam kelompok sesama

penderita depresi. Dalam terapi ini sesama penderita bisa saling belajar.

Terapi lainnya. Terapi lainnya antara lain terapi untuk mendeteksi gejala

yang memburuk (prodrome detection), interpersonal and social rhythm

therapy, dll.

Electroconvulsive therapy (ECT).

ECT adalah terapi dengan menyalurkan arus listrik kedalam otak. Hingga

sekarang, belum diketahui secara jelas menkanisme kerjanya, namun ECT

terbukti efektif pada gangguan bipolar atau bila pemberian obat tidak bisa

memberikan efek positif. Efek samping ECT adalah kebingungan yang dialami

beberapa menit hingga beberapa jam setelah mendapat CT. Kadang ingatan

atau memori juga bisa hilang, meskipun sifatnya hanya sementara. 5

Mondok di rumah sakit.

Kadang penderita bipolar perlu dirawat di rumah sakit, utamanya bila si

penderita tidak bisa merawat dirinya sendiri atau membahayakan diri sendiri

atau orang orang dekatnya. Perawatan di rumah sakit akan membuat penderita

tenang, bisa mengendalikan suasana hatinya. 5

Metode lain

Pendekatan lain yang masih baru adalah dengan transcranial magnetic

stimulation. Kabel-kabel dipasang di kepala bagian depan untuk mengantarkan

aliran magnetik ke otak. Pengobatan ini juga hanya diberikan pada penderita

depresi kronis yang tidak mempan obat.5

Pengobatan pada anak dan remaja.

Pengobatan pada anak dan remaja memakai pendekatan yang sama dengan

penderita dewasa. Hanya saja riset pengobatan gangguan bipolar pada anak

23

Page 24: Gangguan Afektif Bipolar

anak masih sangat terbatas. Selain obat obatan, anak anak dan remaja dengan

gangguan bipolar juga memerlukan psikoterapi atau konseling.

X. Prognosis

Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam 2

tahun pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita mengalami serangan manik

lain. Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap

gejalanya. Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 %

penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang

menetap. 4,5

Seringkali perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan usia.

Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat

kerja yang buruk, penyalahgunaan alkohol, gambaran psikotik, gambaran depresif

diantara episode manik dan depresi, adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin

laki-laki.5

Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manik (dalam durasi

pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut, pemikiran untuk bunuh diri yang rendah,

gambaran psikotik yang rendah, masalah kesehatan (organik) yang rendah.5

XI. Pencegahan

Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan bipolar.

Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut : pertama, medikasi seperti litium

bertindak sebagai mood stabilizers. Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan

keluarga penderita. Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya

pengobatan adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal

yang penting. 5

24

Page 25: Gangguan Afektif Bipolar

XII. Kesimpulan

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifak episodek dan

ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran. Biasanya

rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Secara umum, terdapat dua jenis

gangguan bipolar, pada gangguan bipolar tipe I, ditemukan sekurang-kurangnya satu

episode manic. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II ditemukan sekurang-

kurangnya satu episode hipomanik.

Hingga saat ini penanganan gangguan bipolar masih difokuskan pada

pemberian terapi farmakologi yang dikombinasi dengan non farmakologi berupa

psikoterapi.

Daftar pustaka

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.

2. Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1993.

3. Gleadle J. At a Glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Surabaya: EMS: 2005.

4. David A. Tomb, Buku Saku Psikiatri, Edisi 6, , Jakarta : EGC, 2003.

5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Jilid Dua. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.

25