bab ii tinjauan pustaka a....

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307). Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998, p.3). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart & Sundeen, 1998, p.175). 2. Rentang Respon Kecemasan Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif 10

Upload: phunganh

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan

tidak didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi

sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008, p.307). Kecemasan merupakan

suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala

somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan. Kecemasan

merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan

suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998, p.3).

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah

respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi

cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah

tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart & Sundeen, 1998, p.175).

2. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam

rentang respon. Respon ini dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

11

sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif

dan destruktif. Konstruktif adalah motivasi seseorang untuk belajar

memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap

perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan

reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku

maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik

(Suliswati, 2005, pp.108-113). Rentang respon kecemasan dapat terlihat

pada gambar.

Gambar 1: Rentang Respon Kecemasan

3. Faktor Predisposisi

Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal

kecemasan. Diantaranya dalam pandangan psikoanalitik, pandangan

interpersonal, pandangan perilaku, kajian keluarga, dan dari kajian biologis

(Stuart & Sundeen, 1998, pp.177-179).

Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan merupakan konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.

Id adalah bagian dari jiwa seseorang yang berupa dorongan atau motivasi

yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan yang memerlukan pemenuhan

Antisipasi Ringan Sedang

Berat Panik

Respon maladaptif Respon adaptif

Rentang Respons Ansietas

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

12

segera. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi

sebagai badan pelaksana sebagaimana yang diperlukan oleh id setelah

melewati superego. Dalam pandangan interpersonal, kecemasan biasanya

timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,

seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.

Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan

kecemasan yang berat (Stuart & Sundeen, 1998, p.177).

Pada pandangan perilaku, kecemasan merupakan segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Selain itu menurut Suliswati (2005, p.115), bahwa kecemasan

merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik

normal maupun yang tidak normal. Keduanya merupakan pernyataan,

penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Pakar perilaku, menganggap bahwa kecemasan adalah suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan. Selain itu, para ahli juga meyakini bahwa individu

yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang

berlebihan, lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya (Stuart & Sundeen, 1998, p.179).

Dalam kajian keluarga, kecemasan dianggap sebagai hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga dan bersifat heterogen akibat adanya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

13

sesuatu yang dianggap telah memberikan perubahan kepada keluarga kearah

yang tidak normal (Suliswati, 2005, p.112). Sedangkan dalam kajian

biologis, kecemasan dapat dipengaruhi faktor biokimia dan faktor genetik.

Pada faktor biokimia biasanya berpengaruh pada etiologi dari kelainan-

kelainan kecemasan yang membuat seseorang dalam perilaku mencari

pertolongan. Sedangkan pada faktor genetik, kelainan kecemasan ditemukan

lebih umum pada orang yang mempunyai hubungan kerabat dengan

kelainan kecemasan. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap

kecemasan. Kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dapat

mengakibatkan penurunan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor

(Stuart & Sundeen, 1998, p.179).

4. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart & Sundeen (1998, p.181), faktor presipitasi dibagi menjadi 2

meliputi:

a. Ancaman terhadap integritas biologi seperti penyakit, trauma fisik, dan

menurunnya kemampuan fisiologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

b. Ancaman terhadap konsep diri dan harga diri seperti proses kehilangan,

dan perubahan peran, perubahan lingkungan dan status ekonomi.

5. Sumber Koping

Koping berarti membuat sebuah usaha untuk mengatur

keseimbangan psikologis stres. Koping adalah sebuah proses pengaturan

yang tetap untuk mengatur permintaan pada pikiran seseorang (Potter &

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

14

Perry, 2009, p.500). Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan

menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut

sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan

sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi koping yang berhasil

(Stuart & Sundeen, 1998, p.182).

6. Klasifikasi Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan

panik (Stuart & Sundeen, 1998, pp.175-176).

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan persepsi atas keadaan yang dialaminya. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat

dan tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah

yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang

terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan

meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat,

ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

15

persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak

sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu

yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan

pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini

adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,

tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan

keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror

karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan

gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,

palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat

berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,

mengalami halusinasi dan delusi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

16

7. Mekanisme Koping Kecemasan

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologis dan perilaku yang secara tidak langsung melalui

timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan

timbulnya kecemasan. Ketika mengalami cemas, individu menggunakan

berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, dan

ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan

penyebab utama terjadinya perilaku patologis (Stuart & Sundeen, 1998,

p.182). Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas

yang ringan cenderung tetap dominan ketika kecemasan menghebat.

Kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.

Sementara kecemasan tingkat sedang dan berat akan menimbulkan dua jenis

mekanisme koping, yaitu reaksi yang berorientasi pada tugas dan

mekanisme pertahanan ego (Hidayat, 2008, pp.67-68).

Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan upaya-upaya

yang secara sadar berfokus pada tindakan untuk memenuhi tuntutan dari

reaksi cemas secara realistis sehingga dapat mengurangi cemas dan dapat

memecahkan masalah (Hidayat, 2008, p.68). Dalam hal ini seseorang akan

melakukan tindakan untuk mengurangi cemas yang dialami dan untuk

memenuhi kebutuhannya dengan cara berkonsultasi dengan orang yang

lebih ahli. Sedangkan mekanisme pertahanan ego merupakan pendukung

dalam mengatasi kecemasan baik yang ringan maupun yang sedang. Tetapi

jika berlangsung pada tingkat berat dan panik yang melibatkan penipuan diri

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

17

dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif

terhadap cemas (Stuart & Sundeen, 1998, p.188).

8. Alat Ukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali (panik) orang menggunakan

alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for

Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)

antara 0-4, yang artinya adalah:

0 = Tidak ada gejala atau keluhan

1 = Gejala ringan

2 = Gejala sedang

3 = Gejala berat

4 = Gejala berat sekali atau panik

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh tenaga

kesehatan atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui

teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14

kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut

dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (score):

< 14 = Tidak ada kecemasan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

18

14 – 20 = Kecemasan ringan

21 – 27 = Kecemasan sedang

28 – 41 = Kecemasan berat

42 – 56 = Kecemasan berat sekali atau panik

Perlu diketahui bahwa alat ukur HRS-A ini bukan dimaksudkan

untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas

ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh dokter (psikiater), sedangkan untuk

mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur

HRS-A (Hawari, 2008, pp.78-83).

9. Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan

Konsepsi dan implantasi (nidasi) sebagai titik awal kehamilan

yang ditandai dengan keterlambatan datang bulan dapat menimbulkan

perubahan baik rohani maupun jasmani. Bagi pasangan dengan

perkawinan yang didasari “ cinta” keterlambatan datang bulan merupakan

salah satu hal yang menggembirakan, karena ini merupakan hasil cinta dan

akan membuat semakin kokohnya hubungan mereka dengan kehamilan

yang didambakan. Keinginan untuk memastikan kehamilan makin

mendesak, dan akan segera melakukan pemeriksaan terutama keluarga

yang telah lama mendambakan keturunan. Setelah terbukti hamil, perasaan

gembira dan cinta makin bertambah, yang menjiwai suasana keluarga

tetapi kebahagiaan tersebut kadang diikuti perasaan cemas, karena

ketakutan pada kemungkinan keguguran. Bagi pasangan yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

19

kehamilannya tidak dikehendaki, akan muncul kegelisahan dan kecewa

serta berusaha menghilangkan buah kehamilannya dengan cara apapun

(Kusmiyati, 2009, p.68-69).

a. Trimester 1

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.

Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil.

Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat

menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain itu akibat dari dampak

terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada tubuh

ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak

ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan

kesedihan.

Dia akan merenungkan keadaan dirinya. Dari munculnya

kebingungan tentang kehamilannya dengan pengalaman buruk yang

pernah dialaminya sebelum kehamilan, efek kehamilan yang akan

terjadi pada hidupnya (terutama jika ia wanita karir), tanggung jawab

baru atau tambahan yang akan dipikul, kecemasannya tentang

kemampuan dirinya untuk menjadi seorang ibu, keuangan dan rumah,

penerimaan kehamilannya oleh orang lain. Saat itu, beberapa

ketidaknyamanan trimester pertama berupa mual, lelah, perubahan

selera, emosional, mungkin mencerminkan konflik dan depresi yang

dialami dan dapat terjadi pada saat ia teringat tentang kehamilannya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

20

b. Trimester 2

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran

kesehatan, saat ibu merasa sehat. Ini disebabkan selama trimester ini

umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan

kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih

tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu

belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah

menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energy dan

pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat

merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran

bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang

merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya

libido.

c. Trimester 3

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari

dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada

perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada

waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah dan hanya

hanya bisa melihat dan menunggu tanda–tanda gejalanya. Sejumlah

ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita mungkin khawatir

terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu kapan dia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

21

melahirkan. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik

yang akan timbul kembali karena perubahan body image yaitu merasa

dirinya aneh dan jelek. Selain itu juga mengalami proses berduka

seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama

kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa

kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka

juga terjadi pada masa ini. Wanita tersebut mungkin merasa canggung,

jelek, tidak rapi, dia membutuhkan pehatian yang lebih besar dari

pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, hasrat seksual tidak

setinggi pada trimester kedua karena abdomen menjadi sebuah

penghalang (Kusmiyati, 2009, pp.69-73).

B. Mutu Pelayanan Kesehatan (ANC)

1. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (1996) yang dikutip Satrianegara & Saleha

(2009, p.107), mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas

pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik

pula kualitas pelayanan kesehatan.

Mutu pelayanan kesehatan menurut Sari (2009, pp.67-70),

dibagi 5 kategori yaitu, mutu pelayanan kesehatan yang tidak baik, kurang

baik, cukup baik, baik, dan sangat baik. Mutu pelayanan kesehatan

dikatakan tidak baik jika skor antara 29- 40, kurang baik skor 41-60, cukup

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

22

baik skor 61-80, baik jika skor 81-100, dan mutu pelayanan kesehatan

dikatakan sangat baik jika skor sama dengan atau diatas nilai 101.

Menyelenggarakan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan

tidak terlepas dari sebuah mutu pelayanan kebidanan. Berdasarkan

standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa

pelayanan kebidanan menjamin adanya asuhan ANC yang berkualitas

tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian

mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan Depkes (2008, p.35), telah

menetapkan bahwa pelayanan kesehatan (ANC) dikatakan berkualitas baik

apabila tenaga kesehatan atau bidan dalam memberikan pelayanan kepada

pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar kemanusiaan. Aspek dasar

tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab,

komunikasi dan kerjasama. Tanpa mutu pelayanan kesehatan yang baik,

kesejahteraan pasien juga terabaikan karena seorang tenaga kesehatan

adalah penjalin kontak pertama dan terlama (Aditama, 2002, p.51).

Berdasarkan batasan-batasan mengenai pengertian tersebut

diatas, maka dapat disimpulkan pengertian mutu pelayanan kesehatan

(ANC) adalah sikap profesional seorang tenaga kesehatan (bidan) yang

memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang

sedang menjalani proses pemeriksaan atau penyembuhan dimana sikap ini

merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan

menimbulkan perasaan puas dan mengurangi perasaan cemas pada diri

pasien.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

23

2. Aspek-aspek Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut Zeithaml dan M.T. Bitner dalam Sari (2009, pp.54-55)

aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan kesehatan adalah:

a. Keandalan (reliability)

Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu,serta

ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan kepercayaan

terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu. Dalam aspek ini

diperlukan suatu kemampuan petugas kesehatan untuk cepat dan

tanggap dalam menyelesaikan keluhan-keluhan pasien. Selain itu,

komunikasi yang terus menerus dan efektif dengan pasien tentang

keluhan-keluhannya akan mempertahankan loyalitas peningkatan

kepercayaan pasien kepada puskesmas.

b. Ketanggapan (responsiveness)

Yaitu keinginan seorang tenaga kesehatan (bidan) untuk

membantu pasien dan memberikan pelayanan dengan tanggap terhadap

kebutuhan pasien. Pada aspek ini petugas kesehatan (bidan) dituntut

untuk cepat dan tanggap dengan semua keluhan-keluhan pasien serta

dapat memberikan informasi yang akurat dan mudah dimengerti oleh

pasien terkait keluhannya.

c. Jaminan (assurance)

Mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat

dapat dipercaya yang dimiliki pada seorang tenaga kesehatan (bidan),

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

24

bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi,

percaya diri (convident) dan menimbulkan keyakinan kebenaran

(obyektif). Pada aspek ini seorang tenaga kesehatan (bidan) dituntut

untuk memperluas pengetahuan terkait masalah-masalah kesehatan

yang ada di masyarakat agar dapat memberikan informasi dan solusi

serta tindakan kesehatan yang tepat pada pasien.

d. Empati atau kepedulian (emphaty)

Kesan pertama dalam pemberian pelayanan kesehatan adalah

titik awal (starting point) untuk tercapainya kepuasan pasien terhadap

pelayanan yang ada di puskesmas. Hal ini meliputi kemudahan dalam

melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan

pasien yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap pasien,

melayani pasien dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi pasien,

berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh

simpati.

e. Bukti langsung atau berujud (tangibles)

Kenyamanan gedung dan keindahan gedung akan membuat

pasien yang menunggu akan merasa nyaman dan hal ini penting guna

memberikan citra yang baik kepada pasien. Dalam komponen ini

meliputi fasilitas fisik, peralatan kebidanan, kebersihan (kesehatan),

ruangan teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

25

C. Ante Natal Care (ANC)

1. Pengertian

Ante Natal Care merupakan cara penting untuk memonitoring

dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2007, p.52).

Pelayanan ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan ANC,

selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium

atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang

ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal

”7T”(Prawirohardjo, 2007, p.90) yaitu

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

e. Pemberian Tablet zat besi,minimum 90 tablet selama hamil

f. Tes terhadap penyakit menular seksual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2. Tujuan Ante Natal Care (ANC)

Tujuan Ante Natal Care (Saifuddin, 2002, p.67) adalah:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

26

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Menyiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

3. Standar Minimal Kunjungan Kehamilan

Untuk menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-

kunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh

sedikitnya 4 kali kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3

trimester, atau dengan istilah rumus 1 1 2 (Prawirohardjo, 2007, p.89),

yaitu sebagai berikut:

a. 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu)

b. 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28)

c. 2 kali pada trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke

36)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

27

Pada setiap kali kunjungan antenatal care perlu didapatkan

informasi yang sangat penting, baik pada trimester I, II, maupun trimester

III (Saifuddin, 2002, p.47).

a. Trimester I (sebelum minggu ke 14)

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan

ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang

merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat

dan sebagainya)

b. Trimester II (sebelum minggu ke 28)

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai

preeklamsi (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsi, pantau tekanan

darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria).

c. Trimester III (antara minggu 28-36)

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk

mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

28

d. Trimester III (setelah 36 minggu)

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak

normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), pemantauan dan

pelayanan antenatal yaitu bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan

meliputi anamnesis dan memantauan ibu dan janin dengan seksama untuk

menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemi, kurang

gizi, hipertensi, penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi human

immune deficiency virus/ acquired immune deficiency syndrome

(HIV/AIDS), memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Bila harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan

kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan

melakukan rujukan.

Hasil yang diharapkan adalah :

a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama

kehamilan

b. Meningkatkannya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat

c. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan

d. Ibu hamil, suami dan keluarga dan masyarakat mengetahui tanda

bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan

e. Mengurus transportasi rujukan bila sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

29

4. Standar Pelayanan Antenatal

a. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

Pernyataan standar:

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,

suami, dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama

untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga

harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang

gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi,

nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang

diberikan oleh puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada

setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan

selanjutnya.

c. Standar 5: Palpasi Abdominal

Pernyataan Standar:

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

30

dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

d. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Pernyataan standar:

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan

dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Pernyataan standar:

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. Standar 8: Persiapan Persalinan

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta

keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan

persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan

akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan

biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini (DEPKES RI,

2003,p.4).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

31

D. Kerangka Teori

Keterangan: diteliti

tidak diteliti

Gambar 2: Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Stuart & Sundeen, (1998) dan Satrianegara & Saleha, (2009)

E. Kerangka Konsep

Independent variable Dependent variable

Gambar 3: Kerangka Konsep Penelitian

Mutu pelayanan ANC

Kecemasan ibu hamil

primigravida

menghadapi persalinan

Kecemasan ibu hamil

primigravida menghadapi

persalinan

Aspek mutu

pelayanan ANC Keandalan

Ketanggapan

Jaminan

Empati

Bukti

Psikoanalitik

Interpersonal

Perilaku

Biologis

Keluarga

Faktor Presipitasi

Faktor predisposisi

Ancaman integritas

biologi

Ancaman integritas

konsep diri

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-asihkazulf... · rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah

32

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara mutu

pelayanan ANC dengan kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi

persalinan di Puskesmas Gajah Kabupaten Demak.