tugas askep ansietas
TRANSCRIPT
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
LAPORAN PENDAHULIAN
ANSIETAS
I. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Ansietas (kecemasan) merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-
hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang
spesifik. (Suliswati, S.Kep, M.Kes, 2002).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Gail W. Stuart, 2007).
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut dan
trekadang panic akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat
atau tidak berhubungan dengan rangsangan eksternal.
Ansietas adalah suatu perasaan kuatir yang samara-samar, sumbernya seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu tersebut. (Mary C Townsend, 2001).
Kecemasan merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kcemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak
jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
B. Etiologi
1. Factor Predisposisi
a. Biokimia. Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-
kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting
sebelum hubungan definitive dapat ditentukan (Tawnsend, 1993).
b. Genetic. Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas
palaing sering ditemukan dalam populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan
Izak Matulessy, S,Kep 1NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan kerabat seseorang dengan
kelainan secara biologis generasi pertama dari para populasi umum.
2. Teori Psikososial
a. Psikodinamik. Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk
kelainan ansietas saat tugas-tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan awal
belum terpecahkan. Dalam respons stress, perilaku dihubungkan dengan
penampilan tahap dini, seperti regresi pada seseorang, atau terfiksasi dalam tahap
perkembangan awal.
b. Interpersonal. Sullivan (1953) melengkapi respons ansietas untuk kesukaran
dalam hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal ibu (pemberi
perawatan utama)-anak. Anak tidak menerima secara mutlak kebutuhannya akan
kasih sayang dan pemeliharaan. Usaha yang sia-sia terhadap perolehan kasih ini
menghasilkan suatu ego yang rentan dan ketakutan dibantah oleh orang lain
sepanjang kehidupan secara terus menerus.
c. Sosiokultural. Horney (1939) menyatakan bahwa kelainan ansietas dipengaruhi
oleh suatu kontraindikasi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang
mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan.
3. Stressor Pencetus
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Strssor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi social yang terintegrasi pada individu.
4. Penilaian Stressor
Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak factor, termasuk
pengetahuan diri perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku, genetic, dan
biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam
mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat. Penilaian juga menunjukkan
Izak Matulessy, S,Kep 2NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
berbagai factor-faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang terjadi. Dengan
demikian, pemahaman yang benar tentang ansietas bersifat holistic.
5. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa modal ekonomi,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan social, dan keyakinan budaya dapat
membantu individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
6. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa
digunakan individu untuk mengatasi ansietas menjadi lebih intens. Ansietas ringan
sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping:
a. reaksi yang berorientasi terhadap tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress secara realistis.
b. mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut brlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mechanisme ini dapat
terjadi respons maladaptive terhadap stress.
C. Rentang Respon Ansietas
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu:
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih
waspada serta lapang perspsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu
untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif secara efektif dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Contohnya;
a) Seseorang yang menghadapi ujian akhir
Izak Matulessy, S,Kep 3NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
b) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
c) Individu yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
d) Individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong.
2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
lain. Contohnya:
a) Pasangan suami-istri yang menghadapi kelahiran bayi
pertama dengan risiko tinggi.
b) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan).
c) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang
kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku
dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk
terfokus pada area lain. Contohnya:
a) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam.
b) Individu dalam penyanderaan.
4. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya
control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang
lain, penyempitan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara
efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: Individu dengan
kepribadian pecah/depersonalisasi.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Izak Matulessy, S,Kep 4NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
D. Tanda dan Gejala
Gangguan ansietas dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dari luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai
akibatnya, obyek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam.
Pada klien yang mengalami ansietas dapat dilihat gambaran klinisnya antara lain:
1. Kecemasan, takut, dan tidak berani menghadapi satu obyek yang
belum konkrit, misalnya takut harimau, takut perampok, dan lain-lain.
2. Disertai emosi-emosi yang kuat dan tidak stabil, suka marah dan
sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang memuncak.
3. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, dilusi, ilusi dan delusion
of persecution (dilusi dikejar-kejar).
4. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan merasa sangat
lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan sering menderita diare atau mimisan.
5. Selalu dipenuhi ketegangan-ketegangan emosional dan
bayangan-bayangan kesulitan yang imaginier (khayalan), walaupun tidak ada
rangsangan penyebab. Ketegangan, ketakutan, dan kecemasan yang kronis itu
menyebabkan tekanan jantung yang sangat cepat, takikardia (percepatan tinggi dari
darah) dan hipertensi.
Gejala-gejala kelainan ansietas lainnya mencakup:
1. Gelisah, perhatian yang berlebihan, perasaan “cemas”, kekuatiran yang
berlebihan, respons terkejut yang berlebihan, insomnia (kelainan ansietas menyeluruh).
2. Pengulangan dan kelainan ingatan atau mimpi-mimpi tentang kejadian traumatis,
merasa menghilangkan trauma tersebut (episode-episode khas balik) kesukaran
merasakan emosi (suatu afek “tumpul”), insomnia, lekas tersinggung atau ledakan
kemarahan (ptsd).
3. Pengulangan, pikiran obsesif, suatu tindakan umum yang berhubungan dengan
kekejaman, kontaminasi, dan keraguan: pengulangan, tindakan kompulsif dari kegiatan
yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa, menyentuh
(kelainan obsesif kompulsif).
Izak Matulessy, S,Kep 5NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
E. Penanganan Medik
Pengobatan untuk gangguan ini biasanya dilakukan dilingkungan komunitas,
termasuk tempat praktik dokter yang memberikan asuhan primer.
1. Medikasi, obat ansietas terutama benzodiazepine, digunakan untuk jangka
pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan
toleransi dan ketrgantungan. Obat antiasietas nonbenzodiazepin, seperti buspiron
(BuSpar) dan berbagai antidepresan juga digunakan.
2. Terapi perilaku kognitif, termasuk pelatihan relaksasi dan umpan balik
biologic. Teknik kognitif lainnya (mis, mempertanyakan bukti, memeriksa alternative,
reframing) juga sangat bermanfaat.
F. Teori Kecemasan
1. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, kecemasan timbul akibat reaksi Psikologis individu terhadap
ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi seksual yang tidak
terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat timbul secara
otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus
(internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu
untuk menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan
subsekuen.
a. Kecemasan Primer
Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang
diakibatkan oleh factor ekstrnal.
b. Kecemasan Subsekuen
Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Feud melihat ada jenis kecemasan
lain akibat konflik emosi di antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.
Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id
dan superego berada pada kondisi bahaya.
Izak Matulessy, S,Kep 6NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
2. Teori Interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk
berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila
individu mempunyai kepekaan lingkungan.
3. Teori Perilaku
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat
berbagai hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan juga
dapat muncul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu
harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan
meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan.
4. Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu
ada pada tiap-tiap keluarga dalam bragai bentuk dan sifatnya heterogen.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar Pengkajian pasien
1. Aktivitas atau istirahat
Gelisah, berjalan dengan cemas, atau jika duduk, ekstremitas terus bergerak.
Merasa “brani”/”brda diujung”, tidak mampu rilks.
Mudah letih.
Kesulitan mengantuk atau tetap tidur, gelisah, tidur tidak cukup.
2. Sirkulasi
Jantung berdetak keras atau berdebar/palpitasi; tangan dingin dan lembab; serangan
panas atau dingin, berkeringat; kemrahan, pucat.
3. Integritas ego
Kekhawatiran berlebihan pada sejumlah/aktivitas, lebih sering dalam sedikitnya 6
bulan.
Izak Matulessy, S,Kep 7NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
Mengeluh kekacauan dalam diri, memiliki kesulitan mengendalikan kekhawatiran.
Mungkin memerlukan bantuan.
Ekspresi wajah yang menyembunyikan tingkat perasaan ansietas (mis, mengerutkan
kening, wajah tegang, kedutan kelopak mata).
4. Eliminasi
Sering berkemih, diare
5. Makan dan minum
Tidak berselera terhadap makanan, disfungsi pola makan (mis, Respons terhadap
isyarat internal selain lapar).
Mulut kering, gangguan lambung, ketidaknyamanan ulu hati, tenggorokan tersumbat.
6. Neurosensori
Tidak ada gangguan mental lain, misalnya gangguan depresif atau skizofrenia.
Ketegangan motorik: gemetar, gelisah, gugup, menggigil, otot tegang, mudah
terkejut, pusing, pening, tangan atau kaki kesemutan.
Kemungkinan kekhawatiran ansietas, khawatir, takut, selalu merenung, antisipasi
ketidakberuntungan pada diri sendiri atau orang lain, ketidakmampuan berperilaku
berbeda (merasa terjebak).
Kewaspadaan berlebihan/hipersensitif mengakibatkan distraksibilitas (penglihatan),
kesulitan berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong, iribilitas, tidak sabar.
7. Nyeri atau Ketidaknyamanan
Sakit otot, sakit kepala.
8. Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat, napas pendek, sensasi tercekik.
9. Seksualitas
Wanita cenderung dua kali lebih sering terkena dari pada pria
10. Interaksi social
Kerusakan fungsi social/okupasi secara signifikan
Izak Matulessy, S,Kep 8NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas (berat)/ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan terancam atau
ancaman nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri (dapat atau tidak dapat
mengidentifikasi ancaman)/konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai
(keyakinan) yang penting dan tujuan hidup; kebutuhan tidak terpenuhi/bicara
negative tentang diri sendiri.
2. Ketidakefektifannya koping individu berhubungan dengan tingkat ansietas yang
dialami klien/metode yang tidak adekuat/kerentanan personal; harapan tidak
terpenuhi; system pendukung tidak adekuat.
3. Hambatan isolasi social/interaksi social berhubungan dengan penggunaan perilaku
interaksi social yang tidak berhasil/sumber-sumber personal tidak ada orang
terdekat atau sebaya/gangguan konsep diri/perubahan status mental, kewaspadaan
tinggi.
C. Intervensi
1. Ansietas (berat)/ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan terancam atau
ancaman nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri (dapat atau tidak dapat
mengidentifikasi ancaman)/konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai (keyakinan)
yang penting dan tujuan hidup; kebutuhan tidak terpenuhi/bicara negative tentang
diri sendiri.
Ditandai oleh : Perasaan khawatir dan ketidakmudahan persisten
(berhubungan dengan stressor atau stimulus yang tidak
teridentifikasi) yang sukar diredakan klien.
Tujuan : Klien mengungkapkan kesadaran adanya perasaan
ansietas.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Bentuk dan pertahankan hubungan percaya
melalui penggunaan kehangatan,
empati, dan menghargai.
Klien dapat menerima perawat sebagai suatu
ancaman yang dapat menimbulkan
Izak Matulessy, S,Kep 9NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
Waspada terhadap setiap perasaan negative
dan cemas yang dapat dialami perawat
karena resistensi klien secara sadar atau
tidak sadar terhadap usaha perawat
untuk menolong.
Identifikasi perilaku klien yang dapat
menimbulkan ansietas pada perawat.
Gunakan konfrontasi suportif sesuai
indikasi.
Buat klien mengidentifikasi dan
menggambarkan sensasi perasaan
emosi dan fisik. Bantu klien
menghubungkan perilaku dan perasaan.
Validasi semua kesimpulan dan asumsi
dengan klien.]
Kolaborasi
Beri obat sesuai indikasi, mis, buspiron,
benzodiazepion, mis, alpasazolam
(Xanax), kloridazepoksid (Librium) dll.
ansietas klien.
Reaksi negative pada klien akan menghalangi
kemajuan ke depan. Ansietas “mudah
menular”, dan perawat perlu mengenali
dan mengendalikan ansietasnya sendiri
.
Meningkatkan perkembangan dan perubahan
serta membantu klien menyadari
bagaimana perilakunya mempengaruhi
orang lain.
Konfrontasi dapat digunakan jika kemajuan
klien terhenti tetapi ansietas dapat
meninggi pada tingkatyang dapat
mengganggu proses terapi, oleh karena
itu, harus digunakan dengan hati-hati.
Untuk mengadopsi respons koping baru,
penurunan ansietas “5 R” dapat
digunakan. Kebutuhan pertama klien
untuk mengenali ansietas dan waspada
terhadap perasaan, bagaimana mereka
menghubungkan pada respons koping
maladaptive tertentu, dan tanggung
jawabnya dalam mempelajari perilku
control.
Ansiolitik memberi pemulihan dari efek
imobilisasiansietas. BZD memiliki
Izak Matulessy, S,Kep 10NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
sedikit efek samping, umumnya
ditoleransi dengan baik, memiliki laju
awitan yang agak cepat, dan tidak
merusak tidur.
2. Ketidakefektifannya koping individu berhubungan dengan tingkat ansietas yang
dialami klien/metode yang tidak adekuat/kerentanan personal; harapan tidak
terpenuhi; system pendukung tidak adekuat.
Ditandai oleh : Keterampilan koping maladaptive; verbalisasi
ketidakmampuan koping.
Kekhawatiran kronis, ketegangan emosi; ketegangan
otot/sakit kepala; keletihan kronis, insomnia.
Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi koping perilaku yang tidak
efektif dan konsekuensinya.
Klien mengepresikan perasaannya dengan tepat.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji kapasitas fungsi saat ini, kembangkan
tingkat fungsi dan tingkat koping.
Identifikasi metode koping sebelumnya
terhadap masalah kehidupan.
Tetapkan adanya penggunaan zat kimia
(mis, alcohol, obat-obat lain; kebiasaan
merokok; pola makan).
Dengan mengetahui bagaimana kemampuan
koping klien yang dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian sekarang menentukan
kebutuhan/tipe interensi.
Bagaimana klien dapat menangani masalah
masalah masa lalu merupakan alat
prediksi yang reliable tentang bagaimana
masalah masa kini akan ditangani.
Zat sering digunakan sebagai mekanisme
koping untuk mengendalikan ansietas
dan dapat mengganggu kemampuan
Izak Matulessy, S,Kep 11NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
Observasi dan jelaskan perilaku secara
objektif. Validasi hasil observasi
dengan klien jika mungkin. Perhatian
adanya keluhan fisik.
Kaji sindrom ketegangan pramenstruasi,
jika diindikasikan.
Mendengar-aktif masalah klien dan
identifikasi persepsi tentang apa yang
sedang terjadi.
Hadapi perilaku klien dalam konteks
hubungan saling percaya, tunjukkan
perbedaan antara kata-kata dan
tindakan, jika sesuai.
Kolaborasi
Rujuk pada sumber-sumber diluar (mis,
kelompok pendukung,
psikoterapi/konselor, penasihat
spiritual, konseling seksual) sesuai
indikasi.
klien untuk menghadapi situasi saat ini.
Memberi gambaran situasi klien yang akurat
dan menghindari evaluasi yang
menghakimi. Orang yang cemas dapat
mengalami peningkatan masalah
somatic.
Peningkatan progesterone dapat
menyebabkan peningkatan ansietas pada
wanita selama fase luteal siklus
menstruasi.
Meningkatkan harga diri dan nilai-nilai
keyakinan dan mengidentifikasi
pandangan klien terhadap situasi yang
ada.
Membantu klien mewaspadai distorsi realitas
akibat status ansietas.
Mungkin perlu bantuan penunjang atau
pendukung untuk mempertahankan
penyembuhan/pengendalian.
Izak Matulessy, S,Kep 12NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
3. Hambatan isolasi social/interaksi social berhubungan dengan penggunaan perilaku
interaksi social yang tidak berhasil/sumber-sumber personal tidak ada orang terdekat
atau sebaya/gangguan konsep diri/perubahan status mental, kewaspadaan tinggi.
Ditandai oleh : verbalisasi/tampak adanya ketidaknyamanan dalam
situasi social; disfungsi interaksi.
Tujuan : klien dapat mengenali ansietas dan mengidentifikasi
factor-faktor yang terlibat dengan perasaan
isolasi/kerusakan interaksi social.
Intervensi Rasional
Mandiri
Dengarkan komentar klien tentang
perasaan isolasi.
Habiskan waktu dengan klien,diskusikan
area permasalahan (mis, alas an
perasaan cemas yang mengganggu
kemampuan untuk terlibat dengan
orang lain).
Kembangkan rencana tindakan dengan
klien; lihat adanya sumber-sumber yang
ada perilaku berisiko, perawatan diri
yang tepat.
Kaji pengggunaan keterampilan koping dan
mekanisme pertahanan klien.
Bantu klien belajar keterampilan social dan
Memberi informasi tentang
kekhawatiran/masalah perasaan kesepian
individu.
Memberi kesempatan untuk mempelajari cara
menghadapi perasaan ansietas
dalamsituasi social. Mengkomunikasikan
keyakinan harga diri klien dan memberi
lingkungan yang aman untuk membuka
diri.
Keterlibatan klien mengkomunikasikan
perasaan kompetensi dan kemampuan
untuk mengubah perilaku, meskipun ada
perasaan cemas.
Kesadaran tentang pertahanan yang
digunakan individu memberi pilihan
mengubah perilaku.
Memberi cara baru untuk menangani ansietas
Izak Matulessy, S,Kep 13NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
gunakan bermain peran untuk latihan.
Anjurkan menyimpan jurnal dan catatan
interaksi social setiap hari untuk
peninjauan ulang.
Rekomendasikan bahwa klien
membagi/mendiskusikan situasi dengan
teman sebaya atau sejawat.
Kolaborasi
Terlibat dalam kelas dan program yang
ditujukan pada resolusi masalah (mis,
latihan asertif, kelompok terapi,
program edukasi diluar rumah).
dalam interaksi dengan orang lain.
Membantu klien mengenali
kenyamanan/ketidaknyamanan yang
dialami dan penyebab yang mungkin,
memberi pandangan yang dapat
menurunkan ansietas.
Membantu orang lain memahami kondisi
klien, menurunkan risiko kesalahan
interpretasi dan menurunkan ansietas
individu.
Pengembangan keterampilan/perilaku social
positif memberi kesempatan untuk
mengurangi ansietas dan meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain.
D. Evaluasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien berkurang dalam sifat,
jumlah, asal, atau waktunya.
2. Perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih ringan.
3. Sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat.
4. Pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan
tersebut.
5. Pasien menggunakan respons koping adaptif.
6. Pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Izak Matulessy, S,Kep 14NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
Aan. Isaacs, 2004. “Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa”. EGC: Jakarta
Copel Linda Carman, 2007. “Kesehatan Jiwa & Psikiatri”. EGC: Jakarta
Suliswati, 2002. “Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa”. EGC: Jakarta
Stuart W Gail, 2007. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. EGC: Jakarta
Towsnd C May, 2002. “Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri”. EGC: Jakarta.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=588
http://www.kalbefarma.com/indeks.php?mn=nws&tipe=detail&detail=19238
E. Strategi komunikasi dalam Tindakan Keperawatan (SP)
Izak Matulessy, S,Kep 15NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
1. Pertemuan Pertama
a. Proses Keperawatan
1) Kondisi : Klien datang ke Rumah sakit diantar keluarga dalam keadaan gelisah;
gerakan ekstra (menyeret tangan/lengan gelisah, gerakan berulang).
2) Diagnosa : Ansietas (berat)/ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan
terancam atau ancaman nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri (dapat
atau tidak dapat mengidentifikasi ancaman).
3) TUK :
Membina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi penyebab ansietas.
b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.
1) Orientasi
a) Salam Terapeutik
Selamat siang bapak. Perkenalkan nama saya Sumirah Iryawati, panggil
saya suster Irha. Nama anda siapa? Senang dipanggil siapa? (Mis, Klien
bernama Anggra).
b) Evaluasi/Validasi
Ada masalah apa di rumah bapak sampai jauh-jauh datang kemari?
c) Kontrak
Topik : Bagaimana jika kita berdiskusi masalah yang menyebabkan
bapak merasa takut dan cemas.
Tempat : Bapak senang berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
ditaman.
Waktu : Berapa lama sebaiknya kita bercakap-cakap? Bagaimana jika
10 menit.
2) Kerja
a) Apa yang sering membuat bapak merasa Cemas dan takut?
b) Apakah ada hal-hal yang membuat bapak seperti itu?
c) Apa sebelumnya bapak pernah merasa seperti ini?
d) Sudah berapa lama bapak merasakan hal seperti ini?
3) Terminasi
Izak Matulessy, S,Kep 16NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
a) Evaluasi Subjktif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?
b) Evalusi objektif
Coba bapak jelaskan kembali penyebab yang bapak alami?
c) Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, karena waktunya sudah selesai kita lanjutkan lagi nanti
dengan perasaan bapak selama ini.
d) Kontrak
Bagaimana jika percakapan kita lanjutkan besok pagi jam 9, di tempat ini?
Bapak setuju?
2. Pertemuan Kedua
a. Proses Keprawatan
1). Kondisi : Klien dapat menjelaskan tentang kecemasan dan keadaan yang
dialaminya.
2). Diagnosa : Ansietas (berat)/ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan
terancam atau ancaman nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri (dapat
atau tidak dapat mengidentifikasi ancaman).
3). TUK :
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kecemasan
Mengidentifikasi perilaku kecemasan yang biasa dilakukan
Mengidentifikasi akibat perilaku kecemasan klien.
b. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1) Orientasi
a) Salam Terapeutik
Selamat siang bapak Anggra. Bagaimana keadaannya hari ini.
b). Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan anggra saat ini?
Apa masih ada penyebab kecemasan hari ini?
c) Kontrak
Izak Matulessy, S,Kep 17NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
Topik : Bagaimana jika kita lanjutkan berdiskusi masalah yang
menyebabkan bapak merasa takut dan cemas.
Tempat : bapak senang berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
ditaman lagi.
Waktu : Berapa lama sebaiknya kita bercakap-cakap? Bagaimana jika
10 menit.
2). Kerja
a) Kapan pertama kali bapak mengalami perasaan ini?
b) Apakah ada perasaan bingung, tegang, mondar-mandir, bolak balik atau
panic?
c) Bapak, coba perlihatkan bagaimana tindakan bapak pertama kali
mengalami kadaan ini.
d) Bagaimana perasaan bapak selama berdiam diri diruanagan?
e) Apakah masalahnya selesai?
3) Terminasi
a) Evaluasi Subjktif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?
b) Evalusi objektif
Coba bapak jelaskan kembali apa yang kita bicarakan tadi
c) Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, karena waktunya sudah selesai kita lanjutkan lagi nanti
dengan perasaan bapak selama ini.
d) Kontrak
Bagaimana jika percakapan kita lanjutkan besok pagi jam 9, di tempat ini?
Bapak setuju?
3. Pertemuan Ketiga
a. Proses Keprawatan
1). Kondisi : Klien dapat menjelaskan tanda dan gejala saat menghadapi kecemasan
serta akibatnya.
Izak Matulessy, S,Kep 18NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
2). Diagnosa : Ansietas (berat)/ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan
terancam atau ancaman nyata terhadap integritas fisik atau konsep diri (dapat
atau tidak dapat mengidentifikasi ancaman).
3). TUK :
Memilih satu cara atau metode efektif dalam menghadapi kecemasan
Mendemontrasikan cara mengatasi kecemasan yang konstruktif
b. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1) Orientasi
a) Salam Terapeutik
Selamat siang bapak Anggra. Bagaimana keadaannya hari ini.
b). Evaluasi/Validasi
Bagaimana perasaan anggra saat ini?
Apa masih ada hal yang membuat bapak merasa cemas, sore atau
malam kemarin?
Bagaimana dengan perasaan anda dengan kecemasan yang terasa
saat ini?
d) Kontrak
Topik : bapak masih ingat apa yang akan kita bincangkan hari ini?
Yah bagus,
Kita akan lanjutkan berdiskusi masalah yang menyebabkan bapak
merasa takut dan cemas. Dan bagaimana menghadapi perasaan tersebut.
Tempat : Senang berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau
diruang perawat
Waktu : Berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana jika 10 menit
saja.
2). Kerja
a). Bapak Anggra ada beberapa cara mengatasi masalah dengan baik, tapi hari
ini kita akan membahas satu cara.
b) Bapak, boleh pilih, mau menyelesaikan dengan mendiskusikan dengan
orang lain, atau menyelesaikan sedikit-demi sdikit masalahnya.
Izak Matulessy, S,Kep 19NS. 0613052
Program Praktik Profesi Ners (Angkatan X )Stikes Nani Hasanuddin Makassar
Departemen Keperawatan Jiwa
c) Baiklah, Bapak meminta bagaimana mengurangi kecemasan dengan
mendiskusikan dengan orang lain.
d) Apakah bapak memiliki orang terdekat yang dapat diajak untuk berbagi?
Istri misalnya.
3). Terminasi
Evaluasi Subjktif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang masalah
kecmasan yang bisa diatasi secara positif.
a) Evalusi objektif
Coba bapak jelaskan kembali apa yang kita bicarakan tadi
b) Rencana tindak lanjut
Baiklah bapak, karena waktunya sudah selesai maka bapak bisa
menerapkan metode trsbutjika sedang menghadapi masalah yang sama.
c) Kontrak
Bagaimana jika percakapan kita lanjutkan besok pagi jam 9, di tempat ini?
Bapak setuju?.
Izak Matulessy, S,Kep 20NS. 0613052