bab ii konsep dasar a. konsep keluarga -...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1.Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatau tempat di bawah satu atap dalam keadan saling ketergantungan
(Depkes RI,1988).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Duvall dalam
Sudhiarto, 2007).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam
satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya
dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya dalam Mubarak 2002).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang
terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan
2
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang
lainnya (Johnson’, 1992).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau
ibu dengan anaknya (BKKBN, 1992).
Keluarga adalah kumpulan dua orang/ lebih hidup bersama dg
keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-
masing (Friedman, 1998)
Jadi, secara umum pengertian keluarga adalah sekumpulan 2 orang
atau lebih yang hidup dalam satu rumah mempunyai hubungan darah
ataupun perkawinan memiliki keterikatan dalam aturan pendekatan
emosional dari setiap anggotanya dan mampu menciptakan kenyamanan
untuk semua penghuninya.
1. Tipe/ bentuk keluarga
Tipe/ jenis keluarga menurut Murwani, 2007 adalah:.
a. Keluarga inti ( Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah
dengan satu saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga berantai ( Serial F amily), adalh keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
keluarga inti.
3
d. Keluarga duda/ janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian dan kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas ( Composite family), adalah dua orang menjadi
satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
2. Tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan (Duvall)
(sociological perspective)
a. Keluarga baru menikah
1) membina hubungan intim
2) membina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok
sosial
3) mendiskusikan rencana punya anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir
1) persiapan menjadi orang tua
2) adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga, hubungan seksual
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga: rumah, rasa aman
2) membantu anak untuk bersosialisasi
3) mempertahankan huungan yang sehat keluarga intern dan luar
4) pembagian tanggung jawab
5) kegiatan untuk stimulasi perkembangan anak
4
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
2) mempertahankan keintiman pasangan
3) memenuhi kebutuhan yang meningkat
e. Keluarga dengan anak remaja
1) memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
2) mempertahankan hubungan intim dengan keluarga
3) komunikasi terbuka: hindari, debat, permusuhan
4) persiapan perubahan sistem peran
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1) perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
2) pertahankan keintiman pasangan
3) membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
4) penataan kembali peran orang tua
g. Keluarga usia pertengahan
1) mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
2) hubungan serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
3) meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia tua
1) pertahankan suasana saling menyenangkan.
2) Adapatasi perubahan: kehilangan pasangan, kekuatan fisik,
penghasilan.
5
3) pertahankan keakraban pasangan
4) melakukan life review masa lalu
3. Fungsi keluarga
Menurut Sudhiarto (2007) fungsi keluarga, yaitu:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial,saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,serta saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga,tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar
berperan dilingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menanbah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga,seperti sandang,pangan,dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga menurut Friedman dalam
Sudhiarto (2007) adalah:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
6
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya yang terlalu muda.
4) Memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan anggota
keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan
kesehatan keluarga.
Sedangkan fungsi Keluarga menurut Friedman (1992) antara lain:
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
7
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan
kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa akan datang
misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai bakat dan
minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
dating dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat –tngkat perkembangannya.
f. Fungsi Perlindungan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan –tindakan yang tidak baik, sehinnga anggota keluarga
merasa terlindung dan nyaman.
g. Fungsi Perasaan
Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara
instuitif, merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga
saling pengertian satu dengan yang lain dalam menimbulkan
keharmonisan dalam keluarga.
8
h. Fungsi Religius
Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan
dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam
kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan dan ada kehidupan ke 2 setelah kehidupan ini berakhir.
i. Fungsi Rekreatif
Tugas keluaraga dalam fungsi rekreatif ini tidak harus
selalu pergi ketempat rekreasi, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana menciptakan suasanan yang nyaman dan menyenangkan
dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan
kepribadian masing –masing anggota keluarga tersebut.
4. Keperawatan kesehatan keluarga
a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atas kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran/ penyalur ( Murwani,2007).
b. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
9
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3) Masalah - masalah dalam keluarga saling berkaitan,dan apabila
salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya.
4) Dalam memelihra anggota keluarga sebagai individu ( pasien),
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggota keluarganya.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
5. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan anak
1. Pengertian
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya seluruh
bagian tubuh yang kuantitatif dapat diukur,sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat yang
dapat dicapai melalui tumbuh kembang kematangan dan belajar (whalley
dan wong,2000).
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik halus,
perkembangan motorik kasar,perkembangan bahasa,dan perkembangan
perilaku adaptasi.
10
a. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak
adalah sebagai berikut.
1) Masa Neonatus (0-28 Hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan
adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan.
2) Masa Bayi (28 Hari- 1 Tahun)
a) Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat
melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek,mengikuti
objek dari sisi,mencoba memegang dan memegang dan
memasukan benda kedalam mulut,memegang benda tapi
terlepas,memperhatikan tangan dan kaki,memegang benda
dengan kedua tangan,serta menahan benda di tangan walaupun
hanya sebentar.
b) Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah suatu
mulai mengamati benda ,menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang,mengeksplorasi benda yang sedang
dipegang,mengambil objek dengan tangan tertangkup ,mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara
11
stimultan,menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan,serta memindahkan objek dari satu tangan ketangan
yang lain.
c) Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari
atau meraih benda kecil ;bila diberi kubus mampu
memindahkan ,mengambil memegang dengan telunjuk dan ibu
jari,membenturkannya ,serta meletakan benda atau kubus ke
tempatnya.
3) Masa Anak(1-2 Tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukkan
dengan adanya kemampuan dalam mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus.
4) Masa Prasekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak ,yaitu
mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari
kaki,menggambar dua atau tiga bagian,memilih garis yang lebih
panjang dan menggambarkan orang,melepas objek dengan jari
lurus ,mampu menjepit benda,melambaikan tangan,menggunakan
tanggannya untuk bermain ,menepatkan objek kedalam
wadah,makan sendiri,minum dari cangkir dengan
12
bantuan,menggunakan sendok dengan bantuan ,makan dengan
jari,serta membuat coretan di atas kertas (Wong,2000)
b. Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak
adalah sebagai berikut:
1) Masa Neonatus (0-28 Hari)
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini
diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai
mengangkat kepala.
2) Masa Bayi (28 Hari-1 Tahun)
a) Usia 1-4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap,mencoba duduk
sebentar dengan di topang,mampu duduk dengan kepala
tegak,jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi
berdiri,kontrol kepala sempurna,mengangkat kepala sambil
berbaring telentang ,berguling dari telentang ke miring,posisi
lengan dan tungkai kurang fleksi,dan berusaha merangkak.
b) Usia 4-8 bulan
Perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat
pada perubahan dalam aktivitas,seperti posisi telungkup pada
alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan
13
gerakan menekan kedua tangannya.pada bulan ke-4 sudah
mampu memalingkan kepala kekanan dan ke kiri ;duduk dengan
kepala 28tegak ;membalikkan badan;bangkit dengan kepala
tegak ;menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun
kedepan dan belakang;berguling dari telentang ke tengkurup
;serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
c) Usia 8-12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk
tanpa pegangan,berdiri dengan pegangan,bangkit lalu
berdiri,berdiri 2 detik,dan berdiri sendiri.
3) Masa Anak (1-2 Tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan
motorik kasar secara signifikan.pada masa ini anak sudah mampu
melangkah dan berjalan dengan tegak.Sekitar usia 18 bulan
mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang .Pada
akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari kecil,menendang
bola,dan mulai mencoba melompat.
4) Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat di
awali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-
5 detik,melompat dengan satu kaki,berjalan dengan tumit kejari
14
kaki,menjelajah,membuat posisi merangkak,dan berjalan dengan
bantuan.(Wong,2000)
c. Perkembangan bahasa
Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia
anak.
1) Masa Neonatus(0-28 Hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara
atau bel.
2) Masa Bayi(28-1 Hari)
a) Usia 1-4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya
kemampuan bersuara dan tersenyum,mengucapkan huruf hidup,
berseloteh,mengucapkan kata “ooh/aah’’, tertawa dan berteriak,
mengoceh spontan, serta bereaksivdengan mengoceh.
b) Usia 4-8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan
bunyi atau kata-kata, menoleh kearah suara sumber bunyi,
tertawa, menjerit, menggunakan kata yang terdiri atas dua suku
kata dan dapat membuat dua bunyi vocal yang bersama
seperti”ba-ba”.
15
c) Usia 8-12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu
mengucapkan kata “papa” dan “mama’’ yang belum spesifik,
mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat
mengucapkan 1-2 kata.
3) Masa Anak (1-2 Tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya
kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan anak
mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata ; tingginya
kemampuan meniru, mengenal, dan responsive terhadap orang lain ;
mampu menunjukan dua gambar ; mampu mengkombinasikan kata-
kata; serta mulai mampu menunjukan lambaian anggota badan.
4) Masa Prasekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan
menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua
warna ; menyebutkan kegunaan benda; menghitung; mengartikan dua
kata;mengerti empat kata depan ; mengerti beberapa kata sifat dan
jenis kata lainnya ; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek,
orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata ; memahami arti
larangan;s erta merespons panggilan orang dan anggota kelurga dekat.
16
d. Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial
Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia
adalah sebagai berikut:
1) Masa Neonatus (0-28 Hari)
Perkembangan adaptasi sosial atau perilaku masa neonatus
ini dapat di tunjukan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang.
2) Masa Bayi (28 Hari-1 Tahun)
a) Usia 1-4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat
diawali dengan kemampuan mengamati tangannya ;
tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum ; mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman , pendengaran, dan kontak; tersenyum pada
wajah manusia ; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari
pada waktu terjaga;membentuk siklus tidur bangun;
menangis bila terjadi sesuatu yang aneh; membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya ; serta terdiam bila
ada orang yang tak dikenal (asing ).
17
b) Usia 4-8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini mulai
dengan kemampuan bertepuk tangan ,mengatakan
keinginan,sudah mulai minum dengan cangkir,menirukan
kegiatan orang ,bermain bola atau lainnya dengan orang
lain.
3) Masa Anak (1-2 Tahun)
Menggosok gigi, serta mencoba menggenakan baju sendiri.
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan
adanya kemampuan membantu kegiatan dirumah, menyuapi
boneka, mulai menggosok.
4) Masa Prasekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah
kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika
diarahi , membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (Wong,2000).
6. Hubungan keluarga berpengaruh pada tumbuh kembang anak
Ukuran sebuah keluarga dianggap dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan seorang anak.keluarga kecil di mana hanya terdiri dari
ayah,ibu dan dua orang anak misalnya,dalam hal ini keluarga diharapkan
untukdapat lebih menekankan perkembangan individu setiap
18
anaknya,kemudian orang tua akan lebih intensif dan secara konstans
menekankan harapan keluarga terhadap anaknya.
Berbeda dengan keluarga besar,dimana didalamnya memiliki lebih
dari dua anak.dalam hal ini anak akan dapat mengalami beberapa krisis
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi sedikit
terganggu,kepentingan akan lebih ditekankan pada kelompok besar.selain
dalam hal besar kecilnya ukuran sebuah keluarga,ada hal lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuha dan perkembangan anak.orang tua yang
memiliki anak banyak(lebih dari dua anak) posisi saudara kandung dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya keterlambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak.melalui interaksi sosial dengan saudara
kandung anak akan mempelajari pola loyalitas/kesetiaan,persaingan,
Tukar pendapat,serta kooperatif,(Riyadi, Sujono&Sukarmin,2009).
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai
tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung
kurang lebih 3 minggu di sertai dengan gejala-gejala demam, nyeri perut,
pembesaran limpa dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam
penyakit daerah tropis, dan penyakit ini sangat sering di jumpai di
Asia termasuk di Indonesia (Betz, 2002).
19
Sedangkan menurut Hidayat (2006) Tifus abdominalis adalah
penyakit infeksi yang terjadi pada usus yang ditularkan pada
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
salmonella thypi.
Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang nyata
pada fagosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah
(Smeltzer, 2001).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal ( mulai dari
mulut sampai dengan anus) adalah sistem organ manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat –zat
gizi dan energi, menyerap zat –zat gizi ke aliran darah serta
membuang makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut ,
tenggorokan ( faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum, dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ – organ
yang terletak di luar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kantung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka masuknya makanan dan
air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
20
Mulut merupakan jalan masuk untuk saluran pencernaan,
Bagian dari dalam mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di dalam permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin,
terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan di potong- potong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian –
bagian kecil yang mudah di cerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian –bagian makanan tersebut dengan enzim –
enzim pencernaan dari mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim ( misalnya lisosim), yang memecah
protein dimulai dari secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Kerongkongan
Kerongkongan adalah tabung ( tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkoangan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus ( dari bahasa Yunani: ”oeso” berarti membawa
”phagus” berarti memakan).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke -6 tulang
belakang. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian :
21
1) Bagian superior ( sebagian besar adalah otot rangka )
2) Bagian tengah ( campuran otot rangka dan otot halus).
3) Serta bagian interior ( terutama terdiri dari otot halus).
c. Lambung
Merupakan organ otot yang besar dan berbentuk seperti
kandang kedelai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus,
Antrum.
Makanan masuk ke lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin ( sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim –enzim. Sel – sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2) Asam klorida ( HCL)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin berguna memecah protein.
22
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
3) Prekursor peptin
Yaitu enzim yang memecahkan protein.
d. Usus halus ( usus kecil).
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terlretak di antara lambung dan usius besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat –
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir yang melumasi isi halus dan yang membantu
melarutkan pecahan – pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus
juga melepasakan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak. Otot yang melipui usus halus melalui 2 lapisan.
Lapisan luar : terdiri atas serabut –serabut longitudinal yang lebih
tipis dan lapisan dalam: merupakan serabut sirkuler untuk
membantu gerakan peristaltik. Lapisan sub mukosa terdiri atas
jaringan penyambung , sedangkan mukosa bagian dalam tebal,
banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian : duedenum, jejunum,
dan ileum.
23
1) Usus dua belas jari ( Deudenum)
Usus dua belas jari atau deudenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkan
ke usus halus kosong ( jeujunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamen Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ peritonial, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritonium. pH usus
dua belas jari yang normal pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari ( deudenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan masuk ke dalam deudenum melalui
spingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, deudenum akan mengirimkan sinyal kepada
lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus kosong ( jejenum)
Usus kosong atau jejunum ( terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (deudenum) dan usus penyerapan ( ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2 -8 meter, 1
-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesentrium.
Permukaan dalam usus halus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
24
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
usus halus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara histologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak peyeri.
Sedikit sulit umtuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan ( illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir
dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini
memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah deudenum
dan jeujunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 ( netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam – garam empedu.
Dinding usus terdiri atas 4 lapisan paling luar ( lapisan
serosa). Dibentuk oleh peritoneum mempunyai lapisan
visceral dan pariental, dan lapisan yang terletak antara
lapisan ini dinamakan rongga peritoneum.
Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan –
lipatan peritoneum, antara lain :
a) Mesentrium merupakan lipatan peritonium yang lebar yang
mengantung jejunum dan ileum dari dinding posterior
abdomen dan memungkinkan usus bergerak usus bergerak
25
leluasa.Mesentrium menyokong pembuluh darah dari limfe
yang mensuplai usus.
b) Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum
yang menggntung dan kurvatura mayor lambung dan
berjalan turun di depan visera abdomen omentum biasanya
mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu rongga peritoneum ( melindungi) dari kurvatura
mayor lambung dan berjalan turun di depan visera
abdomen omentum biasanya mengandung banyak lemak
dan kelenjar limfe yang membantu rongga peritonium (
melinduingi ) dari infeksi.
c) Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentuk dari kurvatura minor lambung dan bagian atas
deudenum menuju ke hati. Salah satu fungsi penting
peritonium adalah mencegah pergerakan antara organ –
organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa
sebagai pelumas.
26
Gambar 1 : Anatomi Fisiologi
http://blogspot.com/2008/thypoid-abdominalis.html
27
3. Etiologi
Etiologi demam thypoid dan demam parathyroid adalah
salmonella thypi, Salmonella parathypi A, Slalmonella paratyphi B,
Salmonella paratyphii C ( Mansjoer, 1990). Salmonella thyposa,
merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora, Mempunyai sekurangnya – sekurangnya tiga macam antigen
yaitu antigen O (Ohne Hauch) yaitu somatik antigen ( tidak
menyebar), terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida, antigen H (
Hauch/ menyebar) terdapat pada flagella, antigen Vi merupakan
polisakarida kopsul verilen.
Ketiga jenis antigen tersebut didalam tubuh manusia akan
menimbulkan pembentukan tiga macam antibody yang lazim yang
disebut aglutinin.
Faktor resiko dari thypoid yaitu :
1. Lingkungan
Lingkungan yang kotor akan mengandung vektor yang menjadi
perantara dari bakteri salmonella dan lingkungan yang kotor
akan memudahkan bakteri ini berkembang biak dengan baik.
2. Vektor
Binatang- binatang perantara dari salmonella diantaranya adalah
lalat dan kecoa.
3. Kebersihan diri
28
Jika seseorang yang kurang dalm perawatan diri khususnya cuci
tangan akan memudahkan kuman masuk melalui pencernaan.
4. Patofisiologi
Penyakit thypoid disebabkan oleh kuman salmonella thypi,
salmonella paratypi A, Salmonella parathypi B, Salmonella paratyphi C,
yang masuk kedalam tubuh manusia melalui dengan makanan selain air
yang tercemar. Sebagian kuman di musnahkan oleh asam lambung dan
terjadi peningkatan produksi asam lambung yang menimbulkan perasaan
tidak enak pada perut dan menimbulkan mual, muntah, Anoreksia, dan
menyebabkan terjadi iritasi mukosa lambung sebagian lagi masuk ke
dalam usus halus sehinnga terjadi infeksi yang merangsang peristaltik
usus yang menimbulkan diare atau konstipasi. Selain itu kuman
mencapai jaringan limfoid plaque penyeri di ellium terminalis yang
menghalangi hipertropi.
Ditempat ini terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi, kuman salmonella kemudian menembus ke lamima
propia, masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial,
yang juga mengalami hipertrofi. Selanjutnya kuman salmonella thypi ke
aliran darah melalui duktus toracikus. Kuman salmonella thypi mencapai
hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella thypi bersarang di
plegue peyeri, limpa hati, dan bagian - bagian lain system
retikuloendotelia.
29
Endotoksi salmonella thpi membantu terjadinya proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat salmonella thypi berkembangbiak. Namun
pada thypy di sebabkan oleh salmonella thypy dan endotoksinya
merangsang sintesis dan pelepasan zat piragen oleh lekosit pada jaringan
yang meradang dalam perkembangbiakan kuman dapat mengakibatkan
hipertropi splenomegali terjadi penekanan pada usus menyebabkan nyeri
(Mansjoer,1990).
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan
daripada orang dewasa. Masa tunas : 10 -20 hari. Yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman
yang terlama adalah 30 hari. Selama masa inkunbasi mungkin di temukan
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing, dan tidak bersemangat, nafsu makan berkurang. Menyusul
manifestasi klinik yang biasa di temukan ialah :
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remitem dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur – angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari. Demam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada
minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal kembalik pada
akhir minggu ketiga.( soedarto,2007)
30
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan
pecah – pecah ujung dan tepinya kemerahan , jarang disertai tremor.
Pada abdomen di temukan keadaan perut kembung 9 meseorismus).
Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering
terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen, jarang sopora atau gelisah ( kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping
gejala – gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainya. Pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik -
bintik kemerahan karena emboli basil dalm kapiler kulit yang dapat
ditemukan pada bradikardia dan epitaksis pada anak besar.
( Ngastiyah,1997).
6. Komplikasi
Dapat terjadi :
a. Pada usus halus
a) Perdarahan pada usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan dapat disertai
nyeri perut dengan tanda- tanda renjatan.
b) Perforasi usus
31
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan
dapat terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak
disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritonium, yaitu pekak hati menghilang
dan terdapat udara diantara dan diafragma pada foto
rontgen abdomen yang dibuat dalm mengadakan tegak.
c) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat juga tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala akut abdomen akut, nyeri
perut yang hebat, dindingg abdomen yang tegang (defense
muscular) dan nyeri tekan.
b. Di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (
bakterimia), yaitu meningitis, koesistisis, ensefolopati. Terjadi
karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia ( ngastiyah,
1997).
7. Penatalaksaan
Pengobatan demam thypoid terdiri dari atas 2 bagian yaitu:
a. Non Farmakologi:
a). Perawatan
Pasien demam thypoid perlu dirawat di rumah sakit untuk
isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring
32
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih
selama 14 hari.
Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi
pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya
harus di ubah- ubah pada waktu-waktu tertentu untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitas.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang
terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan
tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak
serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susun 2
gelas sehari, dan diberikan makanan lunak. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi
dengan lauk- pauk rendah selulosa ( pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat di berikan dengan aman.
a) Farmakologi
1) Kloramfenikol
2) Tiamfeniko
3) Kotrimoksazol ( Kombinasi dan sulfamitoksasol)
33
4) Ampicilin dan Amoksilin
8. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian Keluaraga
Friedmen (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
ke dalam tahap – tahap meliputi identifikasi data, tahap dan
riwayat perkembangan, data lingkungan, stuktur keluarga, fungsi
keluarga dan koping keluarga.
b. Riwayat keluarga
Thypoid bisa karena adanya riwayat keluarga yang pernah
menderita penyakit thypoid. Mengingat penularan salmonella thypi
salah satunya adalh pasien dengan carier orang yang sembuh dari
demam thypoid dan terus mengekspres salmonella thypi dalm tinja
dan air kemih selam lebih dari satu tahun.
c. Karakteristik keluarga
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya
thypoid, yaitu lingkungan yang kotor akan beresiko tinggi untuk
terkena penyakit.
d. Fungsi perawatan keluarga
Pada keluarga yang pernah menderita thypoid perawatan kesehatan
perlu dilakukan seperti mengatur diit nya yaitu jangan makan
makanan yang terlalu keras, pedas dan masam.Pada keluarga yang
anggotanya sakit selalu diperiksa ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan terdekat.
34
9. Proses Keperawatan keluarga
Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan
keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi
mutu yang telah dilaksanakn terhadap keluarga ( Friedman,1998)
a. Biodata Keluarga
b. Fokus pengkajian untuk Biodata keluarga berkaitan dengan umur,
jenis kelamin, dan jumlah anggota keluarga yang ada pada
keluarga. Umur sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu
pada usia 3 -19 tahun. Dan thypoid lebih sering menyerang anak-
anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka sering jajan
yang belim tentu bersih dalam pengolahan bahan makanan dari
pada makan di rumah. Anak usia sekolah umumnya tidak
mengetahui penyebab dari penyakit thypoid abdominalis. Hal ini
diperburuk dengan para orang tua yang tidak memperhatikan
pola jajan anak –anak mereka ketika berada di luar rumah.
c. Mengudentifikasi Data
Data –data dasar yang digunakan perawat untuk
mengukur keadaan pasien denagn memakai norma kesehatan
keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem intergrasi dan
kesanggupan untuk mengatasainya ( Friedman,1998). Pengumpulan
35
data pada keluarga dengan thypoid difokuskan pada komponen –
komponen yang berkaitan dengan thypoid.
d. Data Identitas
1) Usia
Usia sangat berkaitan dengan kejadian thypoid yaitu pada
usia 3 -19 tahun. Dan thypoid juga lebih sering menyerang
anak –anak usia sekolah dasar, ini dikarenakan mereka sering
jajan yang belum tentu bersih dalam pengolahan bahan
makanan dari pada makan di rumah. Anak usia sekolah
umumnya tidak mengetahui penyebab dari penyakit thypoid
abdominalis. Hal ini diperburuk dengan para orang tua yang
tidak memperhatikan pola jajan anak –anak mereka.
2) Jenis Kelamin
Pada pria lebih banyak beresiko terkena penyakit thypoid
ataupun terpapar dengan kuman salmonella thypi
dibandingkan wanita karena aktivitas di luar rumah lebih
banyak pria dari pada wanita.
3) Lingkungan
Penyakit thypoid merebak didaerah yang kebersihan
lingkungan kurang diperhatikan, misalnya saja di daerah yang
kumuh atau kotor dan banyak lalat. Banyaknya lalat di
daerah yang kumuh akan menjadi perantara pindahnya
kuman ke manusia, dimana penyebaran salmonella thypi ini
36
melalaui muntahan, diare, dan kotoran dari penderita yang
kemudian terbawa oleh lalat, lalat itu mengkontaminasi
makanan, minuman, yang mengkonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi dengan kuman sallmonella thypi akan beresiko
terkena penyakit thypoid.
4) Pekerjaan
Orang yang bekerja pada lingkungan yang kumuh dan kotor
lebih beresiko terkena penyakit thypoid, misalnya pemulung.
5) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena
dengan pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan
psokomotorik dalam pengelolaan penderita thypoid mereka
tidak mengenal tentang thypoid dan akibat serta pentingnya
fasilitas kesehatan.
6) Hubungan ( genogram)
Dalam anggota keluarga penularan kuman salmonella thypi
melalui 2 sumber yaitu adanya anggota keluarga yang saat
itu sedang menderita penyakit thypoid dan adanya keluarga
dengan carier ( orang yang sembuh dari penyakit thypoid dan
terus mengekresi salmonella thypi, tinja dan air kemih
selama lebih dari satu tahun.
37
7) Kebiasaan
Kebiasaan yang paling berpengaruh pada proses terjadinya
penyakit thypoid yaitu personal hygiene yang kurang.
Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan ataupun
kebiasaan memelihara kuku yang panjang akan
mempermudah masuknya kuman kedalam tubuh.
e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga beresiko mengalami masalah
thypoid adalah tahap perkembangan keluarga dengan anak
usia sekolah, karena pada fase ini umumnya keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal, Sehingga
keluarga terlalu sibuk dan tidak memperhatikan pola jajan
dari anak mereka. Dimana dalam pengolahan bahan makanan
tersebut belum tentu bersih dari makanan daripada makanan
di rumah.Dan rata - rata anak sekolah tidak tahu penyebab
dari penyakit thypoid.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Thypoid tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain
misalnya penyakit hipertensi, DM, dan lain –lain, karena
penyakit thypoid kaitanya adalah dengan sanitasi lingkunagn (
lingkungan yang kotor dan kumuh) meskipun thypoid adalah
penyakit menular, namun penularan penyakit thypoid yaitu
38
melalaui carier atau orang yang sembuh dari penyakit thypoid
dan mengekresi kuman salmonella thypi dalm kemih selama
lebih dari satu tahun.
f. Data lingkungan
1) Kondisi Rumah atau Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang kurang diperhatikan atau tidak
teratur seperti tempat makanan dan tempat sampah yang
dibiarkan terbuka akan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit thypoid, karena penyakit thypoid sering terjadi pada
daerah yang kebersihannya kurang diperhatikan misalnya saja
dilingkungan yang kumuh dan kotor serta banyak lalat.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas, menjelaskan tentang
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat.
a) Perkumpulan keluarga dan interaksi kepada masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluaraga yang ada
dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.
b) Sistem Pendukung
c) Pengelolaan pasien post opname thypoid di keluarga
sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota
keluarga dan petugas dari pelayanan kesehatan yang
ada di masyarakat. Semunya berperan dalam pemberian
39
edukasi, motivasi dan mengontrol perkembangan
kesehatan anggota keluarga yang habis menderita
penyakit thypoid.
g. Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi
Adanya komunikasi yang terbuka pada keluarga sangat
berpengaruh terhadap kesembuhan penyakitnya, karena dengan
komunikasi yang terbuka dapat mengetahui masalah kesehatan
keluarga secara dini.
b) Struktur Pengambilan Keputusan
Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota
keluarga yang sakit, karena pengambilan keputusan yang tepat
dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
c) Peran
Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan
terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga yang
meliputi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
d) Nilai atau Norma
Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat
berpengaruh terhadap cara perawatan anggota keluarga yang
sakit.
40
h. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit mengakibatkan penderita thypoid tidak mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat
menimbulkan terjadinya komplikasi lebih lanjut
2) Fungsi Sosial
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang thypoid dan
cara penaggulangannya.
3) Fungsi Perawatan
Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai
kecenderungan lebih tinggi untuk menderita thypoid (
Friedman,1998)
- Mengenal Masalah Kesehatan
- Membuat Keputusan tindakan kesehatan yang tepat
-Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
-Memodifikasi lingkungan
-Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
4) Fungsi Reproduksi
Dalam keluarga penyakit thypoid merupakan penyakit yang
dapat ditularkan kepada anggota keluarga yang lain.
41
5) Fungsi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang rendah menyebabkan penyakit
thypoid tidak diperhatikan perawatan ataupun pengobatannya,
sementara penyakit thypoid juga sering diderita oleh
kalangan ekonomi menengah kebawah.
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan SGOT dan SPGT
Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah kembali
sembuhnya demam thypoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
b. Pemeriksaan Leukosit
Pada demam thypoid Leukopenia dan Limfositosis relative,
tetapi kenyataanya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada dalam batas normal, malahan
kadang – kadang terjadi leukositosis, walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
Leukositosis : Peningkatan jumlah lekosit
Leukopenia : Penurunan jumlah lekosit
Nliai normal Leukosit :
Dewasa : Total : 4500 – 1000 Ul
Anak usia 2 tahun : 6000 – 1700 ul
Bayi baru lahir : 9000 – 3000 ul ( Kee,1997)
42
c. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan thypoid tetapi biakan
darah negatif tidak menunjukkan demam thypoid. Hal ini
disebabkan karena hasil biakan drah bergantung pada
beberapa faktor :
1) Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium satu dengan yang lain
berbeda. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan
teknik dan media biakan yang digunakan karena jumlah
kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu
kurang dari 10 kuman/ml darah ( dewasa 5 – 10 ml, anak
2- 5 ml) dan darah tercebut harus segera ditanam dalam
media biakan sewaktu berada di sisi pasien dan
langsung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan
darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu
bakterimia berlangsung.
2) Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit
Pada demam thypoid biakan drah terhadap Salmonella
thypi terutama positif pada minggu pertama penyakit
dan berkurang pada minggu- minggu berikutnya,pada
waktu kambuh biakan dapat positif lagi.
43
3) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi pada masa lampau menimbulkan antibody
dalm darah pasien. Antibodi ini dapat menekan
bakterimia, hingga biakan darah mungkin negative.
4) Pengobatan dengan obat antimikrobia
Bila pasien sebelum biakan darah sudah mendapat obat
antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negative.
5) Kepekaan Salmonella thypi terhadap obat antimikrobia
Penelitian di laboratorium kesehatan perum biofarma
menunjukkan bahwa selama 1984 – 1990 Samonella
thypi dan salmonella parathypi A masih 100 %
sensitive terhadap Kloramfenikol 83,3%- 100% sensitive
terhadap ampisilin dan 97% - 100% sensitive terhadap
kontrimoksasol.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutiunin antara
antigen dan antibody ( aglutinin). Agglutinin yang spesifik
terhadap Salmonella terdapat dalam serum pasien demam
thypoid, juga pada orang yang pernah tertular salmonella
dan pada orang yang pernah di vaksinasai terhadap demam
thypoid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
44
thypoid. Akibat infeksi salmonella thypi pasien membuat
antibody
( agglutinin) yaitu:
a. Aglutinin O , yang dibuat karena rangsang antigen O
(berasal dari tubuh kuman)
b. Aglutinin H ,karena rangsangan antigen H ( berasal
dari flagella kuman )
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi ( berasal
dari simpai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya aglutinin O
dan H yang ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin
tinggi titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita
demam thypoid. Pada infeksi yang aktif , titer uji widal
akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
selang paling sedikit 5 hari.
Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam thypoid
yang mempunyai gejala hampir sama, hanya terdapat pada
paratifoid A, B, C, untuk menemukan kuman penyebab
perlu pemeriksaan darah seperti pasien thypoid.
Tidak ada consensus baku mengenai tingginya titer
uji widal yang mempunyai nilai diagnostik yang pasti
untuk demam thypoid. Biakan darah positif memastikan
demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak
45
menyingkirkan demam thypoid. Peningkatan titer uji widal
selama 2 sampai 3 minggu, memastikan diagnosis demam
thypoid. Reaksi widal tunggal dengan titer antibody O
1/320 atau titer antibody H 1/640 menyokong diagnosis
dalam thypoid pada pasien dengan gambaran klinis yang
sama.
1
11. Patways KeperawatanEtiologi :
Makanan dan minuman yang mengandung
bakteri salmonella thypi
Masuk melalui mulut Masuk saluran pencernaan
Tanda dan Gejala Bakteri mengadakan multiplikasi di usus besar
1.Tidak enak badan
2. Lesu
3. Nafsu makan berkurang (anoreksia)
4. Bibir
5. Lidah kotor
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk pengobatan thypoid
Perasaan tidak enak di perut,mual,anoreksia Tinggal dalam satu rumah
Pertahanan anggota keluarga menurun
Intake tidak adekuat Kontaminasi secara tidak langsung ( makanan,l
Resiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuhResiko penularan infeksi
2
12. Diagnosa Keperawatan Keluarga
a. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.A dikeluarga Tn. S
dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah An.A.
b. Peningkatan suhu badan pada An. A dikeluarga Tn. S dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat An. S.
c. Gangguan rasa nyaman pada An. A dikeluargga Tn. S dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat An. A.
13. Fokus Intervensi dan Rasional
a. Diagnosa Keperawatan 1
1). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi dapat dapat
terpenuhi.
2) Rencana tindakan
a) Pencegahan primer
- Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/ keeftifan terapi misalnya
timbang berat badan setiap hari.
- Menurunkan kebutuhan metabolisme ntuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi dengan melakukan tirah baring atau pembatasan
aktivitas selama fase sakit akut.
- Anjurkan batasi makanan yang dapat menyebabkan kram
abdomen,flatus.
b. Pencegahan sekunder
3
- anjurkan istirahat sebelum makan karena dapat menengkan peristaltik, dan
meningkatkan rasa makanan.
- Berikan kebersihan oral karena mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa
makan.
- Anjurkan untuk sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan
menyenangkan karena lingkungan yang menyenangkan akan menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan.
c. Pencegahan tersier
1) Catat masukan dan perubahan simtomatologi( tanda dan gejalanya.
2) Kolaborasi nutrisi parenteral total,terapi iv sesuai indikasi
b. Diagnosa Keperatan 2
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu badan dalam batas
normal.
2) Rencana tindakan
a) Pencegahan primer
- Pantau suhu badan pasien ( derajat dan pola ) perhatian menggigil.
- Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambah linen tempat tidur, sesuai
indikasi.
b) Pencegahan sekunder
- Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
- Berikan selimut dingin
c. Pencegahan tersier
- Kolaborasi pemberian antipiretik
4
- Rujak
c. Diagnosa keperawatan 3
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyaman terpenuhi.
2) Rencana tindakan :
a) Pencegahan primer
- Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
- Menurunkan tegangan abdomen dan meningkat rasa kontrol
- Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan
kemampuan koping.
b) Pencegahan sekunder
- Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi,lamanya intensitas ( skala
0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristeristik nyeri.
- Catat petunjuk non verbal ,gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati
enggan abdomen, menarik diri, dan depresi. Selidiki petunjuk verbal dan
non verbal.
- Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan
memberikan perawatan kulit,misalnya salep, jel/jeli minyak.
c) Pencegahan tersier
- Kaji ulang faktor-faktor yang menimbulkan atau menghilangkan nyeri.
- Rujuk ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien semakin memburuk.