bab ii kajian pustaka a. landasan teori 1. teori …repository.ump.ac.id/1230/3/meliana fardani_bab...

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Belajar Konstruktivisme Cooperative Learning didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial, menurut Isjoni (2010:29).Teori perkembangan kognitif berdasarkan dari teori Piaget dan Vygotsky. Teori Vygotsky mengungkapkan bahwa pengetahuan terbina dari sebuah interaksi dalam menyelesaikan masalah. Teori perlakuan menekankan terhadap Cooperative Learning . Menurut Suprijono (2013:39) konstruktivisme memberikan kerangka pemikiran bahwa belajar itu sebagai proses sosial atau yang disebut belajar kolaboratif dan kooperatif. Belajar merukapan hasil dari interaksi sosial. Lingkungan sosial anak sangat berpengaruh dalam proses belajar anak, dengan adanya integrasi kemampuan kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan konsep anak. Pengalaman dalam konteks sosial merupakan peran penting dalam perkembangan pemikiran siswa. Teori belajar konstruktivisme mengungkapkan pengetahuan merupakan hal yang diperoleh melalui suatu proses pembentukan (kontruksi). Teori konstruktivisme ini berkaitan dengan teori perkembangan mental Piaget. Piaget mengungkapkan dalam Rahyubi (2012:144) pengetahuan itu tidak diperoleh secara pasif, melainkan 5 Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Upload: duongcong

Post on 17-Sep-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Cooperative Learning didasarkan kepada teori perkembangan

kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial, menurut Isjoni

(2010:29).Teori perkembangan kognitif berdasarkan dari teori Piaget dan

Vygotsky. Teori Vygotsky mengungkapkan bahwa pengetahuan terbina

dari sebuah interaksi dalam menyelesaikan masalah. Teori perlakuan

menekankan terhadap Cooperative Learning .

Menurut Suprijono (2013:39) konstruktivisme memberikan

kerangka pemikiran bahwa belajar itu sebagai proses sosial atau yang

disebut belajar kolaboratif dan kooperatif. Belajar merukapan hasil dari

interaksi sosial. Lingkungan sosial anak sangat berpengaruh dalam

proses belajar anak, dengan adanya integrasi kemampuan kolaboratif dan

kooperatif akan dapat meningkatkan konsep anak. Pengalaman dalam

konteks sosial merupakan peran penting dalam perkembangan pemikiran

siswa.

Teori belajar konstruktivisme mengungkapkan pengetahuan

merupakan hal yang diperoleh melalui suatu proses pembentukan

(kontruksi). Teori konstruktivisme ini berkaitan dengan teori

perkembangan mental Piaget. Piaget mengungkapkan dalam Rahyubi

(2012:144) pengetahuan itu tidak diperoleh secara pasif, melainkan

5

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

6

melalui sebuah tindakan yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Suprijono (2013:31) bahwa semua pengetahuan merupakan

hasil dari konstruksi dari kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan

itu bukan berasal dari luar, melainkan dari diri sendiri yang

membentuknya. Setiap pengetahuan memerlukan suatu interaksi dengan

pengalaman, tanpa adanya interaksi dengan objek langsung maka

seseorang tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan.

Hal tersebut diperkuat oleh Aunurraman (2010:16) pengetahuan

yang dimiliki seseorang itu adalah hasil dari pengalaman-

pengalamannya. Tanpa seseorang mendapat pengalaman, seseorang

tersebut tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak

hanya pengalaman fisik, tetapi pengalaman kognitif dan mental juga

mempengaruhinya.

Kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka setiap siswa harus

memiliki kemampuan untuk menggunakan fungsi-fungsi psikis dan

mental yang dimiliki, menurut Aunurraman (2010:17). Pengalaman yang

dimiliki seseorang sangat penting untuk membentuk suatu pengetahuan,

dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan guru harus

memberikan pengalaman belajar yang baik bagi siswa. Bagaimana

semestinya siswa belajar, belajar mengemukakan ide atau pikiran serta

pengalaman-pengalaman mereka.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

7

Peran siswa dalam pandangan konsruktivisme menurut

Budiningsih (2005:58) bahwa belajar adalah hasil dari proses

pembentukan pengetahuan. Pembentukan itu harus dilakukan sendiri

oleh siswa tersebut.Berdasarkan hal tersebut maka siswa dalam

pembelajaran dituntut untuk aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,

menyusun konsep dan memberikan makna. Menurut Isjoni (2010:30)

juga demikian, bahwa konstrutivisme merupakan pandangan bahwa

siswa melakukan sendiri pengetahuan secara aktif berdasarkan dengan

pengalaman.

Pembelajaran konstruktivisme adalah pengajaran yang berpusat

pada siswa (student center). Peran guru disini membimbing siswa agar

dapat mengkostruksi pengetahuannya. Guru dalam pembelajaran sebagai

fasilitator yang menyediakan bahan pengajaran.

Konstruktivis dalam pembelajaran siswa dituntut aktif dalam

proses pembelajaran agar dapat menyusun pengetahuannya. Menurut

teori Piaget dalam Rahyubi (2012:146), terdapat dua asumsi penting.

Pertama, pengetahuan tidak diperoleh secara pasif, tetapi secara

aktif oleh struktur kognitif siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat

adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman

nyata yang dimiliki anak.

Berdasarkan hal diatas maka dalam pembelajaran dibutuhkan peran aktif

dari siswa, agar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapat

dengan melalui lingkungannya. Pembelajaran yang melibatkan siswa

menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa mengerti dan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

8

ikut berperan aktif dalam pembelajaran, serta dapat berinteraksi dengan

temannya.

Aunurraman (2010:28) juga berpendapat bahwa konstruktivisme

memberikan penjelasan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan adalah

kegiatan aktif siswa dalam upanya untuk menemukan suatu

pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan hanya sekedar mengumpulkan

informasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini siswa bukan sebagai

botol kosong yang siap untuk di isi oleh guru. Namun siswa berperan

aktif untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Hal tersebut dapat

diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang didapat siswa.

2. Model Pembelajaran Cooperative

Menurut (Isjoni, 2010:15) cooperative learning berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau

satu tim. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010:15) mengemukakan bawa

In cooperative learning methods, studens work together in four

member teams to master material initially presented by the

teacher.

Berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan bahwa cooperative

learning merupakan suatu model pembelajaran, yang melibatkan siswa

belajar dan bekerja secara berkelompok, kelompok yang terdiri antara 4-

6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif

dalam belajar.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

9

Pengertian lain mengenai Cooperative Learning menurut Arends

(2007:344)

Studens in cooperative learning situation are encourage and/or

required to work together on a common task, and they must

coordinate their efforts to complete the task.

Berdasarkan uraian di atas bahwa siswa pada saat pembelajaran

kooperatif didorong serta diwajibkan untuk bekerja sama dalam

mengerjakan tugas bersama, dan mereka saat berkelompok harus saling

mengkoordinasikan upaya-upaya untuk menyelesaikan tugas.

Menurut Kourilsky and Quaranta (1987:80)

through this model cooperatif, positive peer interaction and the

achievement of mutual goals are promoted through small group

activities which dovetail very well such outlined group goals and

structures.

Menurut Kourilsky and Quaranta bahwa melalui model kooperatif,

interaksi dengan teman sebaya akan menghasilkan hal positif dan akan

mencapai tujuan bersama, dilaksanakan dengan cara melalui kegiatan

kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Beberapa ciri dari cooperative learning adalah; a) setiap anggota

memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,

(c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas pelajarannya dan

juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan

keterampilan siswa, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok

saar diperlukan. (Isjoni, 2010:20)

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

10

Ciri lain cooperative learning yang dikemukaan oleh Arends

(2007:346) adalah

The learning environment for cooperative learning is

characteristized by democratic processes and active roles for

students in deciding what should be studied and how.

Menurut penjelasan di atas bahwa, lingkungan belajar untuk

pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif

bagi siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari. Berdasarkan

penjelasan tersebut maka pembelajaran kooperatif memiliki ciri yaitu

menuntut peran aktif siswa saat pembelajaran. Sehingga mereka dapat

memperoleh hasil dari belajar melalui pengalaman sendiri.

Pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2013:54)

merupakan jenis kerja kelompok yang diarahkan oleh guru. Guru disini

sebagai fasilitator yang memberikan tugas-tugas, menyediakan bahan

dan informasi yang di pakai untuk membantu siswa memecahkan

masalah yang diberikan.

Pembelajaran kooperatif membuka siswa untuk terlibat dengan

siswa lain, hal tersebut memberikan kesempatan bagi mereka untuk

mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan seperti itu,

pengalaman dalam konteks sosial memberikan pengetahuan penting

untuk perkembangan pemikiran yang dimiliki siswa.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

11

3. Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Berbasis Permainan

Struktur Perebutan Benteng

Konsep pembelajaran cooperative pembelajaran struktur

perebutan benteng ini adalah dikembangkan berdasarkan pengamatan

terhadap permainan di Indonesia khususnya di Jawa. Menurut Hariyanto

(2012) dalam buku Pembelajaran aktif (Warsono, 2013:255)

mengungkapkan antara lain sebagai berikut:

Sesuai dengan lingkungan asal pembelajaran cooperative yaitu di

Amerika Serikat, pembelajaran cooperative yang dikembangkan oleh

Johnson & Johnson, Slavin, Cohen, Sharan, maupun Kagan lebih

terkesan formal dan harus dilaksanakan di dalam ruang kelas.Kiranya hal

tersebut perlu ditambah dengan usaha membuat suasana pembelajaran

Cooperative menjadi lebih bersifat nonformal dan lebih menyenangkan,

tetap dilaksanakan di sekolah tetapi di luar kelas, di halaman sekolah

misalnya. Pembelajaran ini dinamakan pembelajaran cooperative luar

kelas (outdoor cooperative learning) .

Berdasarkan hal tersebut maka struktur perebutan benteng itu

terinspirasi dari permainan “benteng-bentengan” yang akrab bagi anak-

anak Surabaya. Permainan itu dilakukan oleh beberapa kelompok agar

lebih ramai. Benteng mereka pilih sendiri dapat tiang listrik pohon,

ujung pagar dan sebagainya. Mereka bebas untuk memberi nama

benteng tersebut. Mereka berusaha merebut benteng kelompok lain.

Anak yang keluar pertama dari benteng itu harus dikejar oleh kelompok

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

12

lain, itu akan terjadi kejar-kejaran yang seru. Jika ia tersentuh oleh

kelompok lain maka dia dianggap keluar dari permainan. Namun si

perebut benteng yang pertama dapat kembali ke benteng dan digantikan

oleh anak yang lain, sehingga yang tadi mengejar menjadi dikejar.

Melalui permainan tersebut maka di buatnya struktur

pembelajaran cooperative berbasis permainan yaitu struktur perebutan

Benteng. Metode itu diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran,

serta memberikan suasana yang berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas

permainan ini dilakukan diluar (outdoor), namum peneliti akan

melakukannya di dalam kelas karena berbagai pertimbangan hal tersebut

baru di sekolah sehingga akan membuat pusat perhatian kelas lain dan

berdampak mengganggu pembelajaran kelas lain, serta cuaca yang tidak

menentu. Langkah atau cara kerja struktur perebutan benteng:

a. Guru menjelaskan esensi pembelajaran, melakukan presentasi

singkat bahan ajar.

b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, misalkan empat kelompok

kelompok A, kelompok B, C dan D.

c. Mereka memilih sudut atau bentengnya sendiri-sendiri.

d. Setiap kelompok siswa ditugasi untuk berdiskusi menjawab sejumlah

pertanyaan terkait bahan ajar. Disepakati setiap siswa harus

bertanggung jawab terhadap satu pertanyaan dan memahami

jawabannya.

e. Guru berkata “mulai”

f. Siswa yang siap dari salah satu kelompok keluar dari bentengnnya,,

misalnya dari benteng timur, ia segera disambut dari benteng lain.

Secara otomatis akan terjadi perang dari dua kelompok. Akan terjadi

peperangan sepasang-sepasang.

g. Siswa yang keluar terlebih dahulu tadi harus mampu menjawab

pertanyaan dari siswa yang berasal dari benteng yang ke dua. Jika ia

tidak mampu menjawab maka dia dianggap mati/ gugur. Sebaliknya,

ketika ia mampu menjawab maka si penanya yang mati. Demikian

akan berlanjut “perang pertanyaan” antara dua kelompok tersebut,

sampai salah satu kelompok kehabisan anggota dan bentengnya

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

13

dapat direbut oleh kelompok yang lain. Perebut benteng dapat

meneriakan “Selamat, benteng telah kita rebut!”

h. Setelah ada dua kelompok yang bentengnya direbut, sisa dari dua

kelompok pemenang tadi diberi waktu 5 menit untuk membuat soal-

soal baru.

i. Permainan final terjadi antar kelompok pemenang. Siapa yang

akhirnya menang dalam pertarungan ini dia adalah “Kelompok

Unggul”. Pemenang terakhir meneriakkan : “semua benteng telah

kita rebut, kita juara sejati”

Setiap metode pembelajaran pasti terdapat kelebihan dan

kekurangan saat penggunaan dalam proses pembelajaran. Kelebihan

model pembelajaran struktur perebutan benteng antara lain:

a. Siswa aktif terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga

pembelajaran lebih bermakna.

b. Menuntut keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang

disampaikan oleh teman.

c. Meningkatkan kepercayaan diri siswa, karena mereka harus

menyampaikan pertanyaan kepada teman.

d. Mempererat hubungan sosial, mereka merasa dapat diterima baik

oleh sesama rekan kelompok dan saling menyukai rasa toleransi

terhadap teman.

e. Meningkatkan keterampilan sosial yaitu keterampilan

kepemimpinan, sportifitas dan keterampilan bekerja sama dalam tim.

f. Meningkatkan rasa tanggung jawab pribadi kepada siswa, karena

siswa bertanggung jawab teradap pertanyaan yang dibuat dan

jawaban yang telah disiapkan.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

14

Model struktur perebutan benteng ini mempunyai kelemahan sebagai

berikut: Siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah harus

menguasai materi dan tidak dapat dibantu oleh teman sekelompok,

karena model pembelajaran ini kelompok namun untuk memecahkan

atau menjawab pertanyaan itu menjadi tanggung jawab sendiri.

4. Belajar

a. Pengertian Belajar

Banyak definisi-definisi mengenai pengertian belajar menurut

beberapa ahli. Menurut Purwanto (2011:84) ada beberapa elemen

yang penting yang menceritakan pengertian tentang belajar, yaitu

bahwa

a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana

perubahan itu dapat mengaruh kepada tingkah laku yang lebih

baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku

yang lebih buruk.

b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan

atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang

disebabkan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil

belajar.

Belajar menurut (Sudjana, 2010:28) adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

15

dalam bentuk pengetahuan, pamahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapaan dan kemampuannya. Proses perubahan

tingkah laku yang dialamai siswa melalui berbagai pengalaman yang

diperoleh. Belajar menurut (Djamarah, 2008:13) serangkaian jiwa

raga utuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar menurut

Rahyubi (2012:3) yaitu memperoleh pengetahuan dari

pengalaman,mengingat, menguasai pengalaman serta mendapatkan

suatu informasi.

b. Belajar dengan Pengalaman

Belajar adalah upaya dalam proses untuk merubah perilaku

seseorang berdasarkan pengalaman atau praktek yang dilakukan

dengan sengaja. Perubahan yang terjadi bukan terlihat dari berat

badan ataupun tinggi badan. Belajar yang dapat merubah seseorang

itu seperti perilaku berfikir, memecahkan masalah, mengingat

sesuatu, perpikir dan bertindak kreatif, mempunyai kemampuan

sosial untuk berinteraksi, dan lain-lain.

Hamalik (2009:28) belajar merupakan perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Melalui interaksi

dengan lingkungan maka terjadi pengalaman-pengalaman belajar.

William Burton dalam Hamalik (2009:28) mengungkapkan bahwa

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

16

A good learning situation consist of a rich and varied series

of learning experiences unified around a vigorous purpose

and carried on in interaction with a rich, varied an

propocative environment.

Berdasarkan pengungkapan William Burton bahwa situasi

belajar yang baik itu terdiri dari beraneka ragam pengalaman belajar

yang banyak dan bervariasi yang bertujuan untuk sebuah

keantusiasan dan interksi yang berulang-ulang dengan banyak dan

bermacam-macam lingkungan pendukung.

Pengalaman diperoleh melalui interksi antar individu dengan

lingkungannya. William Burton dalam Hamalik (2009:29),

menyatakan bahwa

Experiencing means living through actual situation and

recting vigorously to various aspect of those situation for

purpose apparent to the learner. Experiencing includes

whatever one does or undergoes which result in changed

behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill.

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan

keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan berbagai aspek

menjadi satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman

pendidikan bersifat kontinyu dan interkatif, sehingga mengakibatkan

perubahan perilaku, nilai-nilai, makna sikap dan keterampilan.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas bahwasana proses belajar

itu melalui berbagai jenis pengalaman. Pengalaman belajar yang

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

17

terjadi dalam diri siswa sangat bermakna bagai para siswa.

Pengalaman dapatdiperoleh dari lingkungan siswa itu sendiri.

Seperti pepatah bilang bahwa guru yang baik adalah

pengalaman, bagi Lindema (dalam Danim, 2011:134) “pengalaman

adalah buku yang hidup bagi pembelajar dewasa”. Berdasarkan

pengalaman yang kita dapat selama kita belajar dapat dijadikan

pedoman untuk melakukan sesuatu. Misalkan ketika mendapatkan

pengalaman yang baik didalam suatu pelajaran, hal itu akan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengalaman

yang tidak baik akan dijadikan sebuah dasar untuk tidak

melakukanya lagi tetapi berusaha untuk lebih baik lagi dari

sebelumnya.

Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran salah satunya

menyatakan bahwa belajar itu bersifat kontinyu. Pengalaman-

pengalaman belajar membentuk sebuah sistem berpikir pada diri

seseorang. Dalam konteks keterampilan, aktivitas belajar dimulai

dari gerakan kasar sampai halus. Dalam konteks kognitif, kegiatan

belajar dimulai dari nalar rendah kenalar tinggi, dari konkrit ke

abstrak, dan dari pemahaman parsial ke menyeluruh

Terdapat tiga prinsip belajar yang disampaikan oleh

Suprijono (2013:4) dalam prinsipnya yang ke tiga yaitu, belajar

merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman yang di dapat siswa

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

18

merupakan hasil dari adanya interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya.

Menurut (Danim, 2011:134) dalama bukunya psikologi

pendidikan, cara terbaik dalam belajar adalah pengalaman yang

berharga baginya untuk “belajar bagaimana belajar” lebih lanjut.

Hampir semua buku teks pendidikan orang dewasa menekankan pada

pentingnya pengalaman belajar dengan menggunakan metode

permainan, simulasi, studi kasus, psikodrama, bermain peran, dan

magang.

Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu bentuk pengalaman

untuk anak adalah permaianan. Maka peneliti akan memberikan

suatu pengalaman belajar bagi siswa dalam pembelajar IPS melalui

permainan struktur perebutan benteng. Sehingga pembelajaran dapat

bermakna bagi siswa, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pelajaran IPS. Pengalaman itu merupakan hal yang sangat

berpengaruh pada siswa, karena melalui pengalaman yang didapat

saat belajar akan memberikan efek yang akan teringat selalu.

c. Belajar dengan Berbuat

Belajar akan memberikan efek bagi siswa, dari ke 16 efek

belajar menurut (Danim, 2011:161) efek yang ketiga yaitu efek

praktik (pactice effects). Praktik aktif atau latihan akan

meningkatkan retensi dan praktik yang didistribusikan atau bertahap

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

19

biasanya lebih efektif dari pada praktik sekaligus. Cara semacam ini

menjadi lebih penting, ketika praktik dilakukan dalam hubungannya

dengan konteks yang berbeda.

Learnig by doing adalah konsep belajar yang menghendaki

adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan dengan cara berbuat.

Belajar sambil berbuat dalam hal ini adalah latihan. Latihan

merupakan cara terbaik untuk mengingat (Djamarah, 2008:45).

Belajar latihan membantu apa yang dipelajari oleh siswa tidak lupa,

memperkuat daya ingat siswa karena mereka berlatih. Belajar dengan

berbuat itu akan memberikan kesan yang tersendiri bagi siswa, siswa

dapat langsung perperan dalam pembelajaran.

Keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran akan

menghasilkan keaktifan siswa yang lebih besar. Siswa tidak hanya

aktif dalam mendengar, mengamati dan mengikuti namun siswa ikut

terlibat langsung dalam pembelajaran seperti percobaan, peragaan,

permainan atau mendemostrasikan sesuatu. Eder Dale dalam

Aunurrahman (2010:121) mengungkapkan bahwa pengalaman

belajar yang paling baik untuk siswa adalah siswa belajar melalui

pengalaman langsung. Dapat diartikan bahwa siswa harus belajar

langsung dengan berbuat.

Manfaat yang akan diperoleh siswa dengan belajar langsung

atau dengan cara berbuat adalah siswa terdorong aktif mengalami

sendiri dalam melakukan aktifitas pembelajaran, siswa ikut aktif

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

20

dalam praktik penggunaaan media yang dipersiapkan guru serta

siswa dituntut aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

Menurut Aunurrahman (2010:122).

5. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010:49) hasil belajar adalah tujuan

pengajaran yang mencangkup satu kesatuan yang tidak terpisahkan

antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek ini

dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari suatu proses pengajaran.

Sedangkan menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar merupakan

perubahan perilaku pada diri siswa secara keseluruhan atau komprehensif

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor,bukan hanya satu aspek saja

yang berubah tetapi semua aspek tidak dipandang menjadi sesuatu yang

terpisah.

Tipe belajar menurut Benjamin dalam Sudjana (2010:49)

menggolongkan tipe hasil belajar menjadi tiga yaitu: ranah kognitif,

sfektif dan psikomotor. Namun dalam permasalahan dalam penelitian

ini.Peneliti hanya mengambil aspek kognitif dan afektif saja, kenapa

demikian karena dalam penelitian ini materi yang diambil mengenai

tokoh pejuang masa belanda. Proses pembelajaran nanti siswa tidak

melakukan hasil berupa produk, atau melakukan sebuah keterampilan

namun hanya berkelompok untuk melaksanakan permainan. Sehingga

aspek psikomotor sulit untuk di teliti.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

21

1) Ranah Kognitif

Tipe dalam ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari 6 tingkatan yaitu:

1. Tipe hasil belajar pengetauan hafalan, adalah tipe hasil belajar

yang paling rendah, namun ini sebagai dasar atau syarat untuk

tingkatan hasil belajar selajutnya yang lebih tinggi. Pengetahuan

sebagai jembatan penghubung.

2. Tipe hasil belajar pemahaman, adalah kemampuan untuk

menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

3. Tipe hasil penerapan, adalah kesanggupan menerapkan suatu

konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru yang

diperoleh.

4. Tipe analisis, adalah kesanggupan memecah, mengurangi, atau

integritas menjadi bagian yang mempunyai arti.

5. Tipe sintesis, adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian

menjadi suatu integritas.

6. Tipe evaluasi, adalah kesanggupan memberikan keputusan

tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimiliki dan

kriteria yang dipakai.

Menurut (Sagala, 2010;12) ranah kognitif adalah kemampuan

yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri

dari kategori. Dalam penelitian ini aspek kognitif siswa difokuskan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

22

pada pengetahuan, pemahaman, penerapan lebih lengkap pada tabel

di bawah ini:

Tabel 2.1 Hasil Belajar Aspek Kognitif Materi Tokoh-tokoh

Perjuangan Pada Masa Belanda

Berdasarkan tabel di atas siswa akan mengerjakan soal

evaluasi yang mencangkup tiga tipe dalam aspek kognitif dari

pengetahuan yang paling dasar sampai ke penerapan siswa. Tipe

pengetahuan siswa dihadapkan dengan soal seperti menyebutkan

kapan tokoh pejuang itu dilahirkan, hal tersebut memerlukan

pengetahuan dari siswa didapat saat pembelajaran. Tipe kedua yaitu

pemahaman siswa, siswa akan dievaluasi mengenai pemahan mereka

setelah mendapatkan pembelajaran dari guru. Apakah mereka sudah

paham atau belum. Selanjutnya penerapan, siswa dievaluasi apakah

No Indikator Aspek Kognitif Soal

1 Menyebutkan tokoh

pejuang pada masa

penjajahan Belanda

Pengetahuan Menyebutkan

kelahiran tokoh

pejuang pada

masa

penjajahan

Belanda

2 Mendeskripsikan

pejuangan tokoh

pejuang pada masa

penjajahan Belanda

Pemahaman Menjelaskan

perjuangan

tokoh pejuang

pada masa

penjajahan

Belanda

Penerapan Cara

menghargai jasa

para pahlaan

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

23

pembelajaran yang mereka terima dapat diterapkan di kehidupan

mereka.

2) Ranah Afektif

Bidang afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil

belajar afektif tampak dengan berbagai tingkat laku siswa seperti

disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman dan lain-lain

(Sudjana,2010:53). Tingkatan dalam bidang afektif yaitu:

1. receiving/attending, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan

yang masuk ke dalam diri siswa.

2. Responding/ jawaban, yaitu reaksi yang diberikan dari

rangsangan yang telah diterima.

3. Valuing (penilaian), yaitu menilai terhadap gejala yang

merangsang.

4. Organisasi, yaitu mengembangkan nilai-nilai yang telah ia dapat.

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan dari

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

Sedangkan menurut (Sagala, 2010:12) ranah afektif adalah

kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi

yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari penerimaan,

partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentuk

pola hidup. Menurut Fitri (2012:20) Karakter adalah sifat kejiwaan,

akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

24

sekelompok orang. Karakter dapat juga diartikan sama dengan

akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan

akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Untuk mewujudkan karakter

bangsa itu tidaklah mudah, memerlukan proses panjang melalui

pendidikan.

Banyak karakter bangsa yang dicanangkan oleh pemerintah.

Pada penelitian ini difokuskan pada karakter toleransi siswa saat

pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran struktur

perebuatan benteng. Model pembelajaran ini diharapkan anak

memiliki rasa toleransi sesama teman, karena metode ini menerapkan

bekerja kelompok.

a) Indikator Toleransi

Indikator toleransi di sekolah dasar diantaranya yaitu: a)

menghargai pendapat yang berbeda sebagai sesuatu yang alami dan

instan, b) bekerjasama dengan teman yang berbeda agama, suku dan

etnis dalam kegiatan-kegiatan kelas dan sekolah, c) bersahabat

dengan teman yang berbeda pendapat (Kemendiknas, 2010). Secara

lengkap dapat dilihat pada tabel 2.2

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

25

Tabel 2.2 Hasil Belajar Ranah Afektif

No Aspek Afektif Indikator Kegiatan

1 Toleransi 1. Menghargai

pendapat yang

berbeda sebagai

sesuatu yang alami

dan instan

2. Bekerjasama

dengan teman yang

berbeda agama,

suku dan etnis

dalam kegiatan-

kegiatan kelas dan

sekolah

3. Bersahabat dengan

teman yang

berbeda pendapat

1. Siswa

mendengarkan

pendapat teman

dalam satu

kelompok

2. Siswa bekerja

sama dalam

kelompok yang

yang cantik,

jelek, kaya,

miskin, berbeda

agama

3. Siswa tetap

bersahabat

dengan teman

yang berbeda

pendapat

Sumber: Kemendiknas,2010

Berdasarkan tabel di atas untuk menilai aspek afektif anak

terkait rasa toleransi siswa terdapat tiga indikator yang harus siswa

capai. Indikator yang 1) siswa harus dapat menghargai pendapat

teman dalam satu kelompoknya. Mengahargainya dengan cara

mendengarkan pendapat teman, tidak bermain sendiri atau

mengganggu teman lain ketika sedang mendengarkan teman

menyampaikan pendapatnya. 2) bekerjasama dengan teman yang

berbeda agama, suku dan etnis dalam kegiatan kelas dan sekolah.

Siswa bekerjasama untuk mengerjakan tugas kelompok, tidak

mengandalkan teman lain. 3) bersahabat dengan teman yang berbeda

pendapat. Siswa tetap berteman, bermain, dan istirahat bersama

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

26

dengan teman yang berbeda pendapat ketika belajar berkelompok.

Tidak ada menyimpan dendam atau kesal kepada teman yang

berbeda pendapat.

3) Ranah Psikomotor

Hasil belajar yang satu ini berkenaan dengan keterampilan

(skill) serta kemampuan bertindak seseorang. Terdapat juga tingkatan

di ranah psikomotor yaitu:

1. Gerakan reflek (keterampilan terhadap gerakan tidak sadar)

2. Keterampilan gerakan-gerakan dasar

3. Kemampuan perseptual, dapat membedakan visual, auditif

motorik dan lain-lain.

4. Kemampuan fisik, seperti kekuatan, keharmonisan, ketepatan.

5. Skill, keterampilan sederhana sampai yang kompleks.

6. Kemampuan non decurcive komunikasi seperti gerakan

ekspresif, interpretative. (Sudjana, 2010:54)

Sedangkan menurut (Sagala, 2010:12) psikomotor yaitu

kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Penelitian ini

yang berkenaan dengan aspek psikomotor adalah keterampilan

kemampuan berbicara siswa.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

27

Kemampuan berbicara menurut Arsjd dan U.S Mukti

(1991:17) adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi

artikulasi atau pengucapan kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, menyampaiakn pikiran, gagasan dan perasaan.

Berbicara adlaah alat untuk berkomunikasi dengan seseorang,

dengan demikian maka jika seseorang pada kemapuan berbicara

bagus maka ia dapat berkomunikasi dengan baik. Diharapkan dengan

model struktur perebutan benteng keterampila berbicara siswa lebih

baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara

seseorang dibagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor kebahasaan, yang mencangkup:

a. Pengucapan vocal

b. Pengucapan konsonan

c. Pengucapan tekanan

d. Penempatan persendia

e. Penggunaan nada atau irama

f. Pilihan kata

g. Pilihan ungkapan

h. Variasi kata

i. Tata bentukan

j. Struktur kalimat

k. Ragam kalimat

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

28

2. Faktor Non Kebahasaan mencakup:

a. Keberanian dan semangat

b. Kelancaran

c. Kenyaringan suara

d. Pandangan mata

e. Gerak-gerik dan mimik

f. Keterbukaan

g. Penalaran

h. Penguasan topik

Menurut Arsjd dan U.S Mukti (1991:17) untuk menjadi

pembicara yang baik selain kita menguasai materi/topik

pembicaraan, kita juga harus memperlihatkan keberanian dan

kegairahan. Sehingga apa yang diampaiakan dapat diterima dengan

baik. Penelitian ini hanya mengambil empat faktor dalam penialain

kemampuan berbicara. Untuk lebih jelas dalam tabel 2.3

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

29

Tabel 2.3 Hasil Belajar Ranah Psikomotor

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan

siswa dalam penilaian aspek psikomotor, siswa akan dinilai dari

empat indikator. 1) Penggunaan nada atau irama, di sini siswa akan

dinilai suara mereka keras atau lemah ketika membacakan hasil

diskusi. 2) Keberanian untuk menjawab dan menyampaikan hasil,

siswa dinilai keberaniannya tanpa ditunjuk guru mereka bersedia

untuk maju menjawab dan menyampaikan hasil diskusi

kelompoknya. 3) Kelancaran saat penyampaian hasil, siswa dinilai

saat menyampaikan hasil dengan tersendat-sendat atau

membacakanya dengan lancar. 4) Penguasaan topik pembelajaran,

disini dinilai siswa dapat menjawab pertanyaan atau tidak. Akan

terlihat mereka menguasai topik pembelajaran atau tidak.

No Indikator Kegiatan

1 Penggunaan nada atau

irama

Siswa membacakan hasil

diskusi

2 Keberanian untuk

menjawab dan

menyampaikan hasil

Siswa maju menjawab dan

menyampaikan hasil

diskusi

3 Kelancaran saat

penyampaian hasil

Siswa menyampaikan

jawaban dan hasil diskusi

4 Penguasaan topik

pembelajaran

Siswa mampu menguasai

materi yang sedang

dipelajari

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

30

a. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut (Sudjana,2010:39) Faktor yang berpengaruh dalam

hasil belajar dipengaruhi oleh dau faktor yaitu terdapat dari diri siswa

sendiri yaitu kemampuan yang dimiliki dan faktor lingkungan siswa

yaitu kualitas pengajaran (proses belajar mengajar). Faktor

kemampuan siswa yang lain seperti motivasi, minat dan perhatian,

sikap, ketekunan dan lain-lain juga sangat mempengaruhi.

Kualitas pengajaran dapat dipengaruhi dari kemampuan yang

dimiliki oleh guru atau profesionalisme guru dan karakteristik

kelas.Kemampuan guru seperti kemampuan menyampaikan materi,

penguasaaan materi, kemampuan memilih metode dan alat peraga

yang tepat untuk pelajaran dan lain-lain.

Sedangkan untuk karakteristik kelas itu seperti besarnya kelas

atau jumlah siswa, penciptaan suasana kelas, fasilitas dan sumber

belajar yang tersedia. Jumlah siswa dalam satu kelas itu jangan

terlalu banyak, hal itu akanberdampak kelas ribut atau gaduh, guru

tidak dapat memantau keadaan siswanya karena jumlah siswa yang

terlalu banyak. Penciptaan suasana kelas yang ramai karena gaduh

itu juga mengganggu proses belajar mengajar sehingga dapat

mengganggu juga terhadap pecapaian hasil belajar siswa. Kelas yang

ribut akan membuat anak tidak konsen dalam belajar serta siswa

yang akan serius untuk belajar tidak dapat belajar dengan baik.

Fasilitas dan sumber belajar sangat dibutuhkan untuk guru dan juga

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

31

siswa agar dapat membantu proses belajar dengan baik. Seperti

sumber belajar gambar peta, gambar rumah adat, dan lain lain itu

dapat membantu proses belajar siswa dan membantu guru juga saat

menyampaikan materi. Keberhasilan dalam mengajar harus menjadi

fokus agar hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata

pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi

yang identik dengan istilah “Social Studies”. Nama IPS yang dikenal

social studies di Negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari

para ahli atau pakar kita di Indonesia.

Pengertian IPS di persekolahan yaitu di Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

merupakan program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang

berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata

pelajaran atau disiplin ilmu, menurut (Sapriya,dkk.2006:3)

a. Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Peneliti akan mengambil materi perjuangan melawan

penjajah pada kelas V semester II. Berikut adalah standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang akan dijadikan dasar sebagai bahan

penelitian seperti tabel 2.4.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

32

Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan

mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1 mendeskripsikan perjuangan

para tokoh pejuang pada

masa Belanda dan Jepang

Sumber : panduan KTSP

b. Perjuangan Melawan penjajah

Proses pembelajaran nanti, peneliti akan menggunakan materi

mengenai tokoh-tokoh pejuang yang berjuang mengusir penjajah

belanda. Beberapa tokoh yaitu Pattimura, Tuanku Imam Bonjol,

Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, I Gusti Ketut Jelantik, Cut

Nyak Dien dan lain-lain. Siswa akan dijelaskan sekilas menganai

tohoh tersebut, serta bagaimana proses perjuangan mereka saat

mengusir penjajah belanda.

Siswa membentuk kelompok, dan siswa diberikan bahan ajar

yang selanjutnya mereka ditugaskan untuk menjawab pertanyaan

yang telah disiapkan oleh guru dari bahan ajar tersebut. jawaban siap,

maka permainan struktur perebutan benteng siap dilaksanakan.

Setelah permainan dihasilkan benteng yang kuat bertahan yaitu

mereka yang dapat menjawab pertanyaan dari teman lawan/ benteng

yang lain. Pemenang diberikan penghargaan berupa sertifikat.

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

33

B. Hasil penelitian yang Relevan

Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan

permasalahan yang peneliti teliti, tetapi peneliti mengambil hasil penelitian

yang proses kerjanya menggunakan model pembelajaran dengan sistem

permainan, yaitu yang dilakukan oleh:

1. Mohammad Husni Abdullah, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya,

penelitian tersebut berjudul “Penggunaan Media Permainan Kartu

Kuartet pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

mengefektifkan aktivitas guru dan siswa, serta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Media permainan kuartet sangat efektif pada mata

pelajaran IPS.

2. Julianto, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, penelitian tersebut

berjudul “Penerapan Media Monopoli untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian

menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas IV setelah mengikuti

pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 2%.

Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian ini merupakan penelitan

Eksperimen, yang bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan

model pembelajaran Cooperative berbasis permainan struktur perebutan

benteng terhadap hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor IPS

kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh. Proses penelitian, siswa melakukan

permainan perebutan benteng yang dibagi menjadi 4 kelompok. Siswa

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

34

selanjutnya berperang antar benteng dengan soal yang telah disiapkan oleh

guru, dan ditentukan pemenang benteng.

C. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran struktur perebutan benteng sebuah metode

pembelajaran cooperative berbasis permainan, sehingga metode ini akan

menciptakan suasana yang menyenangkan dan kompetitif. Digunakannya

metode ini dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa akan aktif dalam

pembelajaran dan siswa senang dengan pelajaran IPS dibandingkan dengan

sebelum menggunakan model pembelajaran struktur perebutan benteng.

Pembelajaran akan menyenangkan sehingga kesan IPS sebagai pelajaran

yang penuh dengan hafalan dan membosankan dapat dihilangkan.

Permainan merupakan salah satu metode yang dapat menciptakan

suatu pengalaman bagi siswa, karena dalam permainan siswa terlibat

langsung dengan pembelajaran, dan sekaligus memberikan tantangan bagi

siswa untuk dapat memenangkan permainan, siswa dapat terdorong untuk

kreatif dalam menyelesaikan masalah dan berinteraksi dalam kegiatan

dengan sesama siswa. Permainan menjadikan siswa memiliki pengalaman

tersendiri. Bedasarkan asumsi tersebut, maka diharapkan metode ini dapat

berpengaruh terhadap siswa khususnya hasil belajar siswa akan meningkat

yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Bila digambarkan dalam

bentuk kerangka adalah sebagai berikut:

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori …repository.ump.ac.id/1230/3/Meliana Fardani_BAB II.pdf · didasarkan kepada teori perkembangan kognitif, perlakuan, ... Teori konstruktivisme

35

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka

hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan

benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek kognitif

siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.

2. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan

benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek afektif

siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.

3. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan

benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek psikomotor

siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.

Hasil belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial

(Kognitif, Afektif, dan

Psikomotor) (Y)

Penerapan model struktur

perebutan benteng (X)

Siswa saat pembelajaran

pasif, pembelajaran kurang

menarik

Berpengaruh teradap hasil

belajar ilmu Pengetahuan

sosial

Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014