bab ibab ii ii i tinjauan literatur tinjauan literatur · ... sistem yang dirancang untuk keperluan...

61
Bab II. Tinjauan Literatur 12 BAB I BAB I BAB I BAB II I I I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR Bab ini akan membahas tinjauan literatur/referensi yang akan digunakan untuk menganalisa masalah perancangan sistem informasi sumber daya air (SDA). Di dalamnya akan meliputi pembahasan kajian studi yang pernah dilakukan sehubungan perancangan sistem informasi SDA, siklus pengembangan perangkat lunak, jaringan internet dan informasi hypertext, sistem informasi pengambilan keputusan dan sistem informasi geografis, serta hidrologi air khususnya yang berkaitan dengan masalah teknis analisa data sumber daya air. 2.1. Kajian Studi Yang Pernah Dilakukan Kajian studi tentang penanganan data sumber daya air khususnya informasi data yang diperlukan untuk penerbitan buku data tahunan debit sungai telah dilakukan oleh beberapa instansi, di antaranya adalah oleh BPPT. Kelompok Pengkajian Sistem Pengelolaan Air, Direktorat Pengkajian Sistem Industri Jasa, BPPT pada tahun anggaran 1996/1997 telah melakukan kerjasama dengan Balai Hidrologi Puslitbang Pengairan PU di Bandung (saat ini Puslitbang SDA) melalui proyek yang didanai oleh pemerintah. Hasil-hasil kajian studi pada proyek tersebut antara lain : Usulan kepada Puslitbang SDA untuk mengembangkan sebuah sistem informasi yang mampu mengelola data sumber daya air, baik data informasi air tanah maupun air permukaan ditinjau dari informasi umum dan informasi kualitas airnya.

Upload: dokhue

Post on 14-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 12

BAB IBAB IBAB IBAB II I I I

TINJAUAN LITERATURTINJAUAN LITERATURTINJAUAN LITERATURTINJAUAN LITERATUR

Bab ini akan membahas tinjauan literatur/referensi yang akan digunakan untuk menganalisa masalah perancangan sistem informasi sumber daya air (SDA). Di dalamnya akan meliputi pembahasan kajian studi yang pernah dilakukan sehubungan perancangan sistem informasi SDA, siklus pengembangan perangkat lunak, jaringan internet dan informasi hypertext, sistem informasi pengambilan keputusan dan sistem informasi geografis, serta hidrologi air khususnya yang berkaitan dengan masalah teknis analisa data sumber daya air. 2.1. Kajian Studi Yang Pernah Dilakukan Kajian studi tentang penanganan data sumber daya air khususnya informasi data yang diperlukan untuk penerbitan buku data tahunan debit sungai telah dilakukan oleh beberapa instansi, di antaranya adalah oleh BPPT. Kelompok Pengkajian Sistem Pengelolaan Air, Direktorat Pengkajian Sistem Industri Jasa, BPPT pada tahun anggaran 1996/1997 telah melakukan kerjasama dengan Balai Hidrologi Puslitbang Pengairan PU di Bandung (saat ini Puslitbang SDA) melalui proyek yang didanai oleh pemerintah. Hasil-hasil kajian studi pada proyek tersebut antara lain : � Usulan kepada Puslitbang SDA untuk mengembangkan

sebuah sistem informasi yang mampu mengelola data sumber daya air, baik data informasi air tanah maupun air permukaan ditinjau dari informasi umum dan informasi kualitas airnya.

Page 2: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 13

� Usulan pemanfaatan teknologi sistem informasi geografi (GIS) untuk mendukung sistem informasi pengambilan keputusan.

� Usulan pemanfaatan jaringan internet dan teknologi informasi

hypertext mempublikasikan Data Tahunan Debit Sungai secara elektronik dan komersial.

� Usulan pengembangan prototipe aplikasi penelusuran

informasi data sumber daya air Dari hasil kajian studi yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pengembangan sebuah sistem informasi sumber daya air dapat melibatkan beberapa instansi penyedia data, sehingga rancangan sistem informasi yang diusulkan oleh proyek tersebut adalah sistem informasi pengelolaan data yang bersifat desentralisasi.

Instansi-instansi yang dapat terkait dengan kegiatan pengembang-an sistem informasi tersebut adalah :

� Puslitbang Sumber Daya Air, Departemen Kimpraswil yang mengelola informasi data kapasitas dan kualitas air permukaan (sungai dan danau)

� Departemen Pertambangan yang mengelola informasi data kapasitas dan kualitas air tanah (sumur bor)

� Direktorat Geologi Tata Lingkungan yang mengelola informasi peta DAS, sungai, genangan, dan pos duga air

Dengan kompetensi inti yang dimiliki oleh masing-

masing instansi penyedia data tersebut, bagian pengelolaan data mengembangkan sistem informasinya sendiri-sendiri yang saling terintegrasikan satu sama lainnya.

Page 3: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 14

2.2. Konsep Sistem Informasi Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen atau modul yang dapat mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 1997). Adapun tujuan sebuah sistem informasi pada umumnya adalah untuk membantu kalangan manajemen dalam menjalankan aktifitasnya secara efektif dan seefisien mungkin. Konsep pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) itu sendiri adalah sebuah ide penggabungan informasi dan sistem, yang merupakan koleksi informasi dari interaksi antara sub-sistem dengan basis data korporasi (Curtis, 1994)

Gambar 2.1. Skema Sistem Informasi (Turban, 1997) Seperti halnya pada sistem yang lain, sebuah sistem informasi juga terdiri dari input (data, perintah) dan output (laporan, kalkulasi). Sistem informasi akan memproses (process) input tersebut dan menghasilkan output yang kemudian dikirimkan ke pengguna atau didistribusikan ke sistem lain.

Page 4: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 15

Mekanisme umpan balik (Feedback Mechanism) juga berlaku dalam mengendalikan pengoperasian sebuah sistem informasi (Turban, 1997). Seperti pada sistem lain, sebuah sistem informasi akan dioperasikan dalam sebuah lingkungan sistem seperti pada gambar 2.1.

Sebuah sistem informasi tidak harus menggunakan komputer untuk mengelolanya. Sistem informasi yang kecil cakupannya cukup dilakukan dengan manual, yaitu dengan pengelolaan dokumen file yang baik. Untuk sistem informasi yang besar cakupannya diperlukan teknologi komputasi untuk mengelolanya. Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) adalah sebuah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk menangani data-datanya (Turban, 1997) .

Beberapa komponen yang dimiliki oleh sistem informasi berbasis komputer atau CBIS ini adalah (Turban, 1997) :

1. Hardware : seperangkat peralatan komputer yang bertugas

menerima, memproses dan menampilkan data dan informasi. 2. Software : seperangkat program aplikasi yang dapat

mengendalikan hardware dalam memproses data. 3. Database : sekumpulan file yang saling berhubungan yang

menyimpan data dan asosiasinya. 4. Network : koneksi antar sistem yang menyediakan fasilitas

penggunaan bersama sumber daya (resource sharing). 5. Procedures : sekumpulan instruksi yang menjelaskan

bagaimana cara memproses informasi. 6. People : orang-orang yang bekerja dengan menggunakan

sistem. 7. Purpose : definisi yang menjelaskan tujuan dan kegunaan

sistem. 8. Social context : sebuah kesepahaman tentang nilai

kepercayaan terhadap suatu organisasi.

Page 5: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 16

Perbedaan antara komputer dan sistem informasi sendiri adalah, bahwa komputer menyediakan keefektifan dan keefisiensian dalam pengelolaan data. Komputer merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah sistem informasi, dan sebuah sistem informasi tidak hanya melibatkan banyak komputer (Turban, 1997) Definisi Teknologi Informasi (TI) sendiri adalah sisi teknologi yang digunakan dalam sistem informasi, yaitu perangkat keras, database, perangkat lunak, jaringan komputer dan perangkat lainnya yang merupakan komponen dari CBIS. Jadi teknologi informasi merupakan sub-sistem dari sistem informasi, dan perancangan sebuah sistem informasi merupakan bagian kegiatan dalam sebuah pengembangan sistem informasi (Turban, 1997) .

Berdasarkan tipe, karakteristik dan tujuan penggunaanya, sistem informasi dapat dibedakan menjadi beberapa model sistem informasi (Turban, 1997) yaitu :

� Transaction Processing System (TPS), sistem yang

mendukung pekerjaan yang berulang, dan aktifitas kritis. � Managemen Informasi System (MIS), sistem yang dapat

mendukung aktifitas fungsional manager. � Office Automation System (OAS), sistem yang dapat

mendukung otomatisasi pekerjaan kantor. � Decision Support System (DSS), sistem yang dapat

mendukung manager dan sistem analis dalam mengambil keputusan.

� Executive Information System (EIS), sistem yang dirancang untuk mendukung para eksekutif.

� Group Support System, sistem yang mendukung pekerjaan sekelompok orang.

� Intelligent Support System, sistem yang dirancang untuk mendukung ilmuwan.

Page 6: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 17

� Expert System (ES), sistem yang mendukung pekerjaan teknis para ahli.

� Geographycs Information System (GIS), sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan.

Sebuah sistem informasi dapat berupa gabungan dari beberapa jenis sistem di atas, dan dapat disebut sebagai Multy Purpose

Information System (MPIS).

2.3. Konsep Pengembangan Perangkat Lunak

Di dalam ilmu informatika dan komputer pengembangan sebuah perangkat lunak, secara konseptual ditinjuau dari sisi akademik memiliki suatu evolusi (Software Evolution), yang terdiri dari rangkaian aktivitas yang akan terjadi selama proses pengembangan dan pemeliharaan sistem perangkat lunak itu.

Aktifitas-aktifitas tersebut secara lengkap didefiniskan sebagai berikut :

1. System Initiation/Adoption

Di dalam kegiatan ini, proses pengembangan sebuah sistem perangkat lunak diawali dengan pengembangan sistem baru atau melengkapi sistem yang sudah ada.

2. Requirement Analysis and Specification

Di dalam kegiatan ini akan dilakukan kegiatan analisa kebutuhan dan spesifiasi sistem yang sesuai dengan kebutuhan user, agar sistem yang akan dikembangkan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang diharapkan.

Page 7: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 18

3. Functional Specification or Prototyping

Di dalam kegiatan ini akan dilakukan identifikasi dan formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek beserta atribut dan operasinya, serta batasan-batasan spesifikasi fungsi yang harus ada di dalam sebuah sistem yang akan dikembangkan.

4. Partition and Selection (Build/Buy/Reuse)

Dari hasil kegiatan sebelumnya, sistem yang akan dikembangkan dibagi-bagi ke dalam subsistem-subsistem. Kemudian akan dianalisa dan diidentifikasi apakah harus membangun sistem sendiri atau cukup dengan membeli produk sesuai yang sudah ada, atau memberbaiki sistem yang ada (reuse).

5. Architectural Configuration Specification

Dalam kegiatan ini akan didefinisikan spesifikasi dari konfigurasi sistem, yaitu hubungan/inter-koneksi antara modul-modul yang membentuk sistem yang akan dibangun.

6. Detailed Component Design Specification

Dalam kegiatan ini akan didefinisikan jenis-jenis layanan tingkat prosedural serta data-data yang dapat ditransformasikan oleh sistem yang akan dikembangkan.

7. Component Implementation and Debugging

Dengan berdasrakan disain yang telah dibuat dalam langkah sebelumnya, akan dilakukan implementasi spesifikasi melalui proses coding atau pembuatan source program yang dapat dioperasikan dan divalidasi.

Page 8: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 19

8. Software Integration and Testing

Pengecekan secara menyeluruh terhadap hasil pembuatan coding yaitu pemeriksaan integritas konfigurasi arsitektur sistem perangkat lunak. Kegiatan testing meliputi verifikasi konsistensi dan kelengkapan modul, serta verifikasi hubungan antar sumber daya (resources).

9. Documentation and System Delivery

Di sini akan dilakukan penyusunan dokumentasi dari setiap tahapan dalam proses pengembangan perangkat lunak yang telah dibuat untuk keperluan system support manual system.

10. Training and Use

Sebelum sistem yang baru dibuat diimplementasikan, dilakukan pelatihan kepada user yang akan menggunakan sistem serta penyusunan bantuan instruksional dan petunjuk dari kemampuan sistem dan batasan sistem untuk penggunaan sistem yang efektif.

11. Software Maintenance

Setelah sistem perangkat lunak diimplementasikan,maka perlu diberikan dukungan terhadap pengoperasian sistem yang meliputi peningkatan fungsi, perbaikan, serta peningkatan unjuk kerja dan konversi dari data lama ke data dengan sistem yang baru.

Di dalam software evolution yang terdiri dari serangkain kegiatan di atas menyajikan berbagai macam metodologi berupa model daur hidup perangkat lunak (Software Life Cylce), yaitu :

Page 9: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 20

1. Model Build and Fix

Model ini adalah model pengembangan perangkat lunak yang langsung melakukan pemrograman (coding) tanpa membuat perancangan sistemnya. Perubahan source program disesuaikan dengan keinginan user. Model ini biasanya digunakan untuk membuat perangkat lunak yang source code-nya berkisar antara 100~200 LOC

Gambar 2.2. Siklus Model Build and Fix

2. Model Prototyping

Model ini adalah model pengembangan perangkat lunak dengan membuat model prototipe perangkat lunak yang dikehendaki dengan dikurangi fungsionalitasnya sebelum pengembangan yang sebenarnya. Selanjutnya fungsi-fungsi yang dikehendaki oleh user sedikit demi sedikit ditambahkan ke dalam sistem dengan menerapkan versi sistem yang semakin baik. Protitipe sistem dapat berupa data capture, report preview, screen disain, error handling atau validasi.

Page 10: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 21

3. Model Waterfall/SDLC

(Software Development Live Cycle)

Model ini adalah model pengembangan perangkat lunak secara bertahap mulai dari tahapan analisa kebutuhan user, tahapan analisa current condition system, tahapan disain awal sistem, tahapan disain rinci sistem dan basis data, tahapan implementasi, yaitu coding dan tahapan changeover dari sistem yang lama ke sistem yang baru. Tahapan changeover ini meliputi sosialisasi sistem yang baru dan kegiatan konversi data sampai dengan pelatihan SDM. Akhir dari tahapan pada model waterfall ini adalah evaluasi dan pemeliharaan sistem.

Gambar 2.3.

Siklus Model Prototyping

Page 11: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 22

Gambar 2.4. Siklus Model Waterfall

4. Model Incremental

Model ini adalah model yang merancang, memprogram, mengintegrasikan dan menguji sebuah produk software sebagai serangkaian serial produk yang incremental. Setiap produk terdiri dari program yang berasal dari berbagai macam modul yang saling berinteraksi untuk menyediakan sebuah kemampuan fungsional yang spesifik. Satu atau beberapa fungsi khusus ditambahkan pada setiap release-nya. Sistem dikembangkan dengan memberikan fungsi-fungsi dasar terlebih dahulu dan memberikan sistem yang lebih dikembangkan dalam jadwal yang teratur. Model ini cukup populer karena termasuk dapat mengakomodir pemeliharaan sistem. Setiap release software dapat merupakan periodisasi pemeliharaan sistem.

Page 12: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 23

Jika software dibuat dalam release yang hanya sedikit, maka tidak ada bedanya dengan model build and fix. Namun jika terlalu sering dibuat dalam release, akan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengujian integritas terhadap perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Model incremental selalu menghasilkan produk software operasional pada setiap release-nya, namun hanya memenuhi sebagian kebutuhan pengguna. Model ini dapat memberikan bentuk software operasional hanya dalam beberapa minggu dibandingkan model waterfall dan prototyping. Perkenalan kepada software baru yang berlangsung secara bertahap (incremental) seperti yang dilakukan dalam model ini, dapat mengurangi ‘dampak trauma’ dari implementasi produk baru secara keseluruhan. Release yang bertahap tidak membutuhkan biaya yang sangat besar pada satu saat. Selain itu cash flow dapat diatur dan klien dapat menghentikan pengembangan setiap saat. Setiap release yang dibuat harus dapat bekerja sama dan tidak merusak release sebelumnya.

5. Model Spiral

Berbeda dengan model prototyping yang tidak memiliki analisa resiko dari pengembangan software, model ini membagi proses pengembangan produk perangkat lunak ke dalam empat kwadran, yaitu :

� Planning � Risk analysis � Engineering � Customer Evaluation

Model ini sangat memperhatikan analisa resiko formal dari pengembangan sebuah perangkat lunak dan hanya cocok untuk mengembangkan perangkat lunak yang berskala besar.

Page 13: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 24

Gambar 2.5. Siklus Model Spiral Dari penjelasan kelima model siklus pengembangan

perangkat lunak di atas, masing-masing mempunyai keunggulan jika dibandingkan antara model yang satu dengan model yang lain. Dengan memperhatikan keunggulan-keunggulan yang dimiliki sebuah pengembangan sistem informasi tidak mesti menggunakan sebuah model, bisa saja menggunakan gabungan dari beberapa model, misalnya penggabungan antara model SDLC dan model Prototype

Page 14: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 25

2.4. Prinsip Perancangan Sistem Informasi

Dalam perancangan sebuah sistem informasi, pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan pengguna merupakan hal yang harus dipenuhi dan menjadi tujuan utama dari kegiatan perancangan sistem informasi. Pemenuhan terhadap kedua hal tersebut merupakan kunci berhasil atau tidaknya suatu perancangan sistem informasi. Untuk memenuhi kedua hal tersebut, perancangan sistem informasi harus memperhatikan prinsip-prinsip dan metode perancangan sebuah sistem informasi.

Prinsip-prinsip perancangan sistem informasi terdiri dari

beberapa aturan dasar yang harus dipenuhi dalam pencapaian tujuan perancangan sistem informasi (Whitten, 1994), yaitu :

1. Proses perancangan sistem harus melibatkan pengguna yang

akan menggunakan sistem tersebut agar tidak terjadi salah pengertian antara tim pengembang dan pengguna sistem itu sendiri.

2. Perancangan sistem harus dilakukan melalui bebarapa tahapan kegiatan untuk mempermudah proses pengelolaan dan meningkatkan efektivitas proses perancangan.

3. Perancangan sistem harus mengikuti aturan standar untuk menjaga konsistensi selama proses perancangan dan dokumentasi. Standarisasi ini juga dapat menjamin kualitas produk dan proses dari kegiatan perancangan sistem.

4. Pengembangan sebuah sistem informasi merupakan investasi atau penanaman modal. Oleh karena itu manfaat yang diperoleh dari sistem harus lebih besar dari nilai investasi yang dikeluarkan.

5. Perancangan sebuah sistem harus memiliki cakupan yang jelas untuk menghindari pekerjaan yang tidak pernah selesai.

Page 15: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 26

6. Proses pengembangan sebuah sistem dilakukan dengan membagi sistem ke dalam beberapa sub-sistem untuk mempermudah proses pengembangan-nya.

7. Perancangan sistem harus fleksibel sehingga mudah

dilakukan perubahan dan dikembangkan lebih lanjut.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut di atas,

perancangan sebuah sistem informasi juga harus menggunakan metodologi perancangan sistem informasi untuk mendefinisikan kegiatan di setiap tahapan dalam kerangka kerjanya. Sebuah metodologi perancangan sistem informasi yang baik akan memuat prinsip-prinsip perancangaan sistem informasi di atas, sehingga dapat mempermudah tim pengembang dalam merancang dan mengembangkan sistem informasi.

2.5. Metodologi Perancangan Sistem Informasi

Pengembangan sebuah sistem informasi umumnya akan

menggunakan sebuah metodologi System Development Life Cycle (SDLC) atau Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Dari kelima model metodologi yang telah dijelaskan di atas, salah satu model SDLC yang umum digunakan adalah Waterfall Model seperti terlihat pada gambar 2.4. Siklus Model Waterfall.

Hubungan antara kebutuhan biaya (cost) dan waktu (time) pengerjaan yang diperlukan pada masing-masing tahapan metodologi umumnya membentuk kecenderungan seperti yang terlihat pada gambar 2.6., dimana pada tahapan implementasi akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga jika pada tahapan implementasi gagal, maka proyek akan mengalami kerugian yang sangat besar pula.

Page 16: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 27

Gambar 2.6. Hubungan Biaya dan Waktu di Setiap Tahapan dalam SDLC (Curtis, 1994)

Uraian penjelasan tentang apa yang harus dilakukan dan

dihasilkan dari masing-masing tahapan pada Waterfall Model

SDLC adalah sebagai berikut : 1. Determine Scope and Objective

Pada tahapan ini akan ditentukan cakupan dari sistem yang akan dikembangkan untuk mempermudah proses perancangan sistem dan mendefinisikan tujuan yang harus dicapai oleh sistem tersebut. Setelah ditentukan scope dari proyek, maka sistem analis selanjutnya dapat melakukan kegiatan investigasi sistem (Curtis, 1994).

Keluaran dari tahapan ini adalah dokumen initial term of reference (TOR) yang berisi (Curtis, 1994) :

� Project Name, mendefinisikan nama proyek. � Current Problem, menguraikan permasalahan yang ada.

Page 17: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 28

� Objective, menguraikan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

� Constrain, memberikan batasan anggaran dan waktu pengembangan.

� Plan of Action, menguraikan rencana kerja.

2. System Investigation and Feasibility Study

Pada tahapan ini akan dilakukan pengamatan sistem dan studi analisis kelayakan, yaitu dengan mengidentifikasikan permasalahan yang sedang dihadapi pengguna, kebutuhan sistem yang diperlukan oleh pengguna, cara kerja sistem yang lama, regulasi yang dapat mempengaruhi pengoperasian sistem, lingkungan dan budaya dimana sistem lama dioperasikan, perubahan-perubahan yang sering terjadi terhadap sistem yang lama dan peluang yang mungkin dapat muncul dalam lingkungan organisasi (Curtis, 1994). Untuk mendapatkan informasi data dalam tahapan studi kelayakan ini, dibutuhkan beberapa teknik untuk melakukan identifikasi, diantaranya adalah dengan melalui : A. Interview / wawancara

Interview / wawancara dilakukan terhadap pengguna atau orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengoperasian sistem yang lama. Wawancara sebaiknya dilakukan terhadap orang-orang pilihan (key personnel) yang berada pada semua level organisasi, misalnya : � Pimpinan dan staf pada bagian pengelolaan data, � Jajaran direksi yang memimpin organisasi, � Sistem analis dan staf teknis,

Page 18: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 29

� Pimpinan dan staf di bagian penyimpanan data dan dokumentasi,

� Pimpinan dan staf bagian pendanaan, dan lain-lain. Faktor pemilihan key personnel dari semua level dalam organisasi ini akan sangat berpengaruh kepada hasil perolehan informasi yang lengkap tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam sistem (Curtis, 1994). Keuntungan dari teknik ini adalah informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat, dan kerugian-nya adalah tidak semua orang yang diwawancarai akan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Hal ini dapat dikarenakan :

� Perasaan tidak memiliki keahlian dalam komputerisasi, sehingga mereka menolak untuk bekerja sama.

� Adanya kekhawatiran bahwa posisi mereka dalam sistem yang lama akan digantikan oleh sistem yang baru.

� Kesulitan dalam menerangkan dengan perkataan peran mereka di dalam sistem yang lama.

� Mereka hanya akan mengatakan apa yang mereka lakukan, dan bukan mengatakan apa yang baru mereka lakukan.

� Pewawancara sulit menyaring apa yang dikatakan oleh mereka dikarenakan keterbatasan pengetahuan pewawancara di bidang mereka.

� Latar belakang keahlian yang mereka miliki tidak dimiliki oleh sebagian pewawancara, sehingga mempersulit proses komunikasi di antara mereka.

Page 19: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 30

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, pemilihan key personnel yang tepat sangat perlu dilakukan dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang singkat, jelas dan mudah dimengerti. Selanjutnya selama proses wawancara sebaiknya pewawancara harus (Curtis, 1994) :

� Menerangkan maksud dan tujuan wawancara di awal

pertemuan. � Menciptakan suasana santai, sehingga mempermudah

bagi orang yang diwawancarai untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

� Langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan, dimulai dari pertanyaan yang bersifat umum, kemudian menuju ke pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik.

� Jangan pernah mengkritik orang yang diwawancarai. � Jangan mendiskusikan kelebihan atau kelemahan

orang lain. � Buatlah rangkuman dari pokok-pokok masalah yang

diterangkan oleh orang yang diwawancarai pada waktu senggang.

� Jelaskan maksud pengambilan catatan atau penggunaan tape recorder.

� Wawancara sebaiknya dilakukan dalam waktu yang singkat (20~30 menit).

� Buatlah rangkuman dari interview pada akhir pertemuan.

� Buatlah janji tentang jadwal warancara berikutnya jika diperlukan pada akhir kegiatan wawancara.

B. Document Analysis / Analisa Dokumen

Setiap organisasi akan selalu memiliki dokumentasi yang secara langsung maupun tidak langsung menerangkan

Page 20: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 31

profil dan cara kerja organisasi tersebut. Dokumentasi-dokumentasi yang dapat dianalisa untuk memperoleh informasi data yang dibutuhkan dalam proses perancangan sistem informasi antara lain (Curtis, 1994) :

� Dokumen instruction manual atau procedure manual yang menerangkan bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan.

� Blanko dokumen yang akan diisi oleh pegawai yang beredar melalui sejumlah bagian sub-organisasi atau disimpan sebagai referensi yang dapat menggambarkan aliran data dan penyimpanan data formal.

� Dokumen job description yang akan menerangkan tugas dan fungsi dari setiap sub-organisasi.

� Dokumen profil organisasi yang akan menggambarkan struktur organisasi, visi, misi dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

� Dokumen IS/IT strategic planning yang akan menerangkan perencanaan strategi sistem informasi dan teknologi informasi untuk menunjang strategi bisnis organisasi.

� Brosur, publikasi dan buklet informasi untuk eksternal yang dapat menggambarkan cara kerja organisasi tersebut secara singkat.

Keuntungan teknik analisa dokumen ini adalah informasi yang tersedia sangat lengkap. Jika dibandingkan dengan teknik interview, teknik analisa dokumen harus melakukan pemilihan/filtering informasi dari sekian banyak dokumen untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Page 21: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 32

Sedangkan pada teknik interview informasi yang dibutuhkan langsung dapat diperoleh. Kerugian dari teknik analisa dokumen adalah jumlah informasi yang mungkin diperoleh sangat banyak dan mungkin saja informasinya sudah terlalu lama, sehingga sulit untuk menganalisanya.

C. System Observation / Pengamatan Sistem

Di dalam teknik ini informasi akan diperoleh dengan melakukan pengamatan terhadap sistem yang lama, yaitu dengan mengamati secara langsung aktifitas-aktifitas yang dilakukan pengguna dalam organisasi tersebut. Para analis berharap dengan mengamati aktifitas pengguna akan diperoleh pemahaman fungsionalitas sistem yang ada. Jika pada teknik interview akan menghasilkan laporan dari kegiatan wawancara yang berisi gambaran kerja sistem, dan pada teknik analisa dokumen hanya dapat diidentifikasikan bagimana pengguna akan bekerja, maka hanya dengan teknik system observation inilah analis dapat melihat langsung bagaimana aktifitas sistem dilakukan (Curtis, 1994).

Keuntungan yang diperoleh dari teknik pengamatan sistem ini adalah dapat diperolehnya pengamatan yang mendalam terhadap proses operasional organisasi. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya waktu yang lama bagi analis untuk menganalisa dan jika diamati, orang (pengguna) cenderung berkelakukan yang berbeda jika dibandingkan kebiasaan sehari-harinya, (Hawthorn effect) (Curtis, 1994).

Page 22: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 33

D. Questionnaires / Pembuatan Kuesioner

Teknik ini akan menyebarkan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan sederhana yang akan diarahkan kepada tujuan perancangan sistem untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Teknik ini sangat cocok diterapkan pada organisasi besar dengan beberapa unit organisasi yang tersebar dalam jarak yang jauh.

Berlawanan dengan kegiatan penelitian pasar (market research) yang mementingkan teknik pembuatan kuesioner, teknik ini merupakan teknik yang terbatas dalam memperoleh informasi untuk tujuan kegiatan ivestigasi sistem yang ada (Curtis, 1994). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

� Sulitnya menghindari kesalahpahaman reponden terhadap pertanyaan yang membingungkan yang ada di dalam kuesioner.

� Pertanyaan yang terlalu sederhana yang memuat sedikit informasi akan menyebabkan salah pengertian bagi responden.

� Jumlah responden yang mau menjawab kuesioner biasanya sedikit.

� Untuk membuat pertanyaan yang baik, analis akan membutuhkan informasi lebih rinci tentang sistem yang sedang diamati.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kuesioner adalah (Curtis, 1994) :

� Buatlah pertanyaan sederhana dan tidak membingungkan.

� Gunakan pilihan ganda daripada menanyakan komentar. Hal ini akan mempermudah orang untuk menjawab dan menganalisa.

Page 23: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 34

� Kuesioner ditujukan pada responden yang memiliki level intelektual yang sesuai dengan bobot pertanyaan.

� Hindarkan pertanyaan yang bercabang, misalnya ‘Jika Anda menjawab ya lanjutkan ke pertanyaan 10, jika tidak lanjutkan ke pertanyaan 20.’

� Pastikan batas akhir pengembalian kuesioner dengan jelas.

� Berikan amplop yang telah diberi perangko dan alamat jelas di atasnya untuk pengembalian kuesioner.

E. Measuring / Pengukuran Teknik pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh informasi statistik dari sistem lama yang digunakan, misalnya rata-rata transaksi, beban maksimum dan minimum transaksi, jumlah data, pola transaksi, dan lain-lain (Curtis, 1994).

Selain analisa terhadap sistem yang lama, pada tahapan studi kelayakan juga akan dilakukan analisa terhadap kelayakan sistem yang baru. Analisa kelayakan yang dilakukan meliputi tiga hal, yaitu : A. Kelayakan Ekonomis

Di dalam kelayakan ekonomis akan dilakukan analisa terhadap kelayakan sistem yang akan dibuat ditinjau dari sisi ekonomi. Analisa kelayakan ekonomis ini meliputi (Curtis, 1994) :

1. Economic Costs, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem yang baru, terdiri dari (Curtis, 1994) : � System analysis and design, yaitu biaya yang

dibutuhkan oleh analis untuk menganalisa sistem lama dan merancang sistem yang baru.

Page 24: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 35

� Purchase of hardware, yaitu pilihan biaya untuk membeli atau menyewa perangkat keras.

� Software cost, yaitu pilihan biaya untuk membeli paket perangkat lunak, mengembangkan dengan tools generasi keempat atau membuat program aplikasi dari awal.

� Training cost, yaitu biaya untuk memberikan pelatihan penggunaan sistem yang baru bagi pengguna.

� Installation cost, yaitu biaya untuk kegiatan instalasi sistem yang baru, misalnya kebutuhan ruangan, tenaga listrik, SDM, dan lain-lain.

� Conversion and changeover cost, yaitu biaya untuk melakukan konversi data dan perubahan dari sistem lama ke sistem yang baru.

� Redundancy cost, yaitu jika tujuan komputerisasi untuk mengurangi pegawai, maka diperlukan pengeluaran ganda.

� Operations cost, yaitu biaya yang diperlukan selama pengoperasian, misalnya biaya pemeliharaan, biaya listrik, kertas, tinta (ATK), dan lain-lain.

2. Economic Benefit, yaitu manfaat yang diperoleh dari

penerapan sistem yang baru, misalnya :

� Penghematan biaya tenaga kerja. � Keuntungan dengan adanya pemrosesan data

yang cepat. � Teknik pengambilan keputusan yang menjadi

lebih baik. � Pelayanan pelanggan (Customer Service) yang

menjadi lebih baik. � Berkurangnya kesalahan dalam pemrosesan data,

dan lain-lain.

Page 25: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 36

3. Comparison of costs and benefits, yaitu perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh.

Sistem baru dapat dikatakan layak secara ekonomis jika benefit / manfaat ekonomis yang diperoleh secara kuantitatif lebih besar dari cost / biaya yang dikeluarkan selama proses pengembangan sistem (Curtis, 1994)

B. Kelayakan Teknis

Di dalam kelayakan teknis, dilakukan analisa terhadap kelayakan secara teknis sistem yang akan dibuat. Sistem baru secara teknis dikatakan layak jika mampu menyelesaikan pekerjaan yang akan dibebankan padanya (Curtis, 1994). Yang dianalisa dalam kelayakan teknis adalah :

� Rule-governed tasks / jenis pekerjaan, yaitu

pekerjaan yang mengacu kepada aturan/prosedur akan menjadi lebih mudah bila ditangani oleh sistem baru secara CBIS daripada pekerjaan yang membutuhkan pertimbangan.

� Repetitive tasks / frekwensi pekerjaan, yaitu pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang akan lebih baik jika ditangani sistem baru yang berbasiskan CBIS dari pada pekerjaan yang hanya dilakukan sesekali saja.

� Complex tasks / kompleksitas pekerjaan, yaitu pekerjaan yang kompleks bila dapat diuraikan menjadi beberapa pekerjaan yang lebih sederhana akan lebih mudah ditangani oleh sistem baru yang berbasiskan CBIS.

Page 26: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 37

� High degree of accuracy / tingkat ketelitian tinggi, yaitu pekerjaan yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi, akan lebih baik jika ditangani oleh sistem baru yang terkomputerisasi.

� Speed of response / kecepatan respon, yaitu

pekerjaan yang membutuhkan kecepatan respon yang tinggi akan lebih cocok jika ditangani oleh sistem baru secara terkomputerisasi.

� Data used for many tasks / pemanfaatan data. Data

yang ada dalam sistem baru yang terkomputerisasi dapat dengan mudah dimanfaatkan secara berulang-ulang untuk pekerjaan lain.

C. Kelayakan Organisasi

Organisasi beserta komponen-komponennya siap dan mampu mengoperasikan sistem baru yang berbasiskan CBIS. Hal-hal yang termasuk ke dalam kelayakan organisasi adalah kemampuan adaptasi organisasi dan pegawai dalam mengoperasikan sistem baru yang mencakup budaya dalam organisasi, struktur organisasi dan karakter pegawai.

Dari tahapan feasibility study atau studi kelayakan akan dihasilkan keluaran/output berupa sebuah dokumen laporan kelayakan sistem yang berisi (Curtis, 1994) :

� Title Page, berisi nama proyek, nama laporan, nomor

versi, pemilik, tanggal. � Term of Reference, yaitu diambil dari pernyataan scope

and objective. � Summary, berisi rangkuman singkat dan jelas tentang

studi kelayakan dan rekomendasinya.

Page 27: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 38

� Background, berisi latar belakang proyek, permasalahan pada sistem yang lama dan bagaimana cara kerja sistem yang ada.

� Method of study, berisi deskripsi rinci tentang investigasi sistem, termasuk orang-orang yang diwawancarai, dan dokumen yang dicari.

� Present system, berisi pernyataan tentang fitur utama sistem yang ada, termasuk tugas utamanya, staf, penyimpannya, perlengkapannya, prosedur pengendalian, dan lain-lain yang berhubungan dengan sistem.

� Proposed system, berisi uraian tentang sistem yang diusulkan, termasuk kelayakannya secara ekonomis, teknik dan organisasi.

� Recommendation, berisi tentang rekomendasi sistem yang diberikan beserta alasan-alasannya.

� Development plan, berisi tentang rincian perencanaan pengembangan sistem yang direkomendasikan, termasuk project cost dan time schedule-nya.

� Appendix, berisi tentang material pendukung laporan, misalnya dokumen referensi, rangkuman interview, grafik, estimasi biaya hardware dll.

3. System Analysis

Tahapan analisa sistem ini bertujuan menganalisa informasi mengenai kebutuhan pengguna, permasalahan yang dihadapi dan peluang yang mungkin dapat diperoleh dari tahapan sebelumnya. Pada tahapan analisa sistem ini juga akan dianalisa proses yang dilakukan dan data yang dimasukkan, diolah dan dihasilkan dari sistem lama. Hasil analisa tersebut kemudian dituangkan dalam model sistem baru yang akan dibuat (Curtis, 1994).

Page 28: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 39

Analisa sistem yang akan dilakukan dalam tahapan ini harus mencakup:

A. Analisa Kebutuhan

Untuk menganalisa kebutuhan pengguna dapat digunakan teknik rekayasa kebutuhan (Requirement Engineering) yang terdiri kegiatan-kegiatan : � Penggalian Kebutuhan (Requirement Elicitation),

yaitu sebuah proses yang melibatkan calon pengguna, sistem analis dan tim pengembang untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengguna terhadap sistem yang ingin dikembangkan.

� Analisa dan Negosiasi Kebutuhan (Requirement Analysis and Negotiation), yaitu proses untuk mengkaji masalah pada kebutuhan pengguna, mengkaji konflik dan ketidak konsistenan kebutuhan, serta memperjelas representasi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

� Spesifikasi Kebutuhan (Requirement Specification), yaitu proses mencatat kebutuhan-kebutuhan tersebut ke dalam beberapa bentuk dokumentasi.

� Validasi Kebutuhan (Requirement Validation), yaitu proses mengkonfir-masikan daftar kebutuhan-kebutuhan yang telah digali kepada pengguna untuk mendapatkan persetujuan/validasi.

Penggalian kebutuhan dapat dilakukan dengan teknik penyebaran kuesioner atau melakukan wawancara terhadap calon pengguna. Agar dapat memperoleh data kebutuhan pengguna yang benar-benar sesuai, dapat digunakan kerangka kerja PIECES untuk mengidentifika-sikan hal-hal sebagai berikut :

Page 29: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 40

� Performance, yaitu kebutuhan untuk meningkatkan kinerja.

� Information, yaitu kebutuhan untuk mengendalikan dan meningkatkan kualitas informasi dan data.

� Economic, yaitu kebutuhan untuk menekan biaya ekonomis & pengendalian.

� Control, yaitu kebutuhan untuk meningkatkan pengendalian dan keamanan.

� Efficiency, yaitu kebutuhan untuk untuk meningkatkan efisiensi.

� Services, yaitu kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen atau pegawai.

Contoh dokumentasi tabel yang dapat digunakan untuk menganalisa kebutuhan pengguna adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Contoh Tabel Hasil Penggalian Kebutuhan Pengguna

Req. No. Hasil Penggalian Kebutuhan Pengguna

1.

2.

3.

Tabel 2.2. Contoh Tabel Pengkajian Masalah Kebutuhan Pengguna

Req. No.

Ambiguous

Incomplete

Inconsistent

Revisi

Kebutuhan Pengguna

1.

2.

3.

Page 30: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 41

Tabel 2.3. Contoh Tabel Klasifikasi Kebutuhan Pengguna

Req. No.

Mandatory

Desirable

Inessential

Revisi

Kebutuhan Pengguna

1.

2.

3.

Tabel 2.4. Contoh Tabel Kelayakan Kebutuhan Pengguna

Req. No.

Technical

Operational

Economic

Revisi

Kebutuhan Pengguna

1.

2.

3.

B. Analisa Proses Proses perancangan sebuah sistem selalu harus diawali dengan proses identifikasi dan analisa sistem yang akan dibuat. Kegiatan identifikasi dan analisa sistem dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode/tools yang tersedia untuk menerjemahkan definisi dan analisa fisik menjadi model lojik sebuah sistem.

Page 31: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 42

Tools yang umum digunakan antara lain : Data Flow Diagram (DFD), Context Diagram, Data Dictionaries,

Decision Table, Logic Flowchart, dan Structured English (Curtis, 1994).

Kegiatan analisis akan dimulai terhadap proses yang dijalankan dalam sistem lama. Proses yang kompleks akan diuraikan menjadi sejumlah proses yang lebih sederhana. Hasil analisis tersebut kemudian dituangkan ke dalam model lojik yang dapat menggambarkan proses dan aliran data. Model lojik tersebut dikenal sebagai Data Flow Diagram (DFD), yang terdiri dari sejumlah tingkat dekomposisi proses. Tingkat pertama dari DFD akan menggambarkan proses secara umum dan disebut Diagram Konteks. Tingkat berikutnya adalah DFD Level 1, DFD Level 2 dan seterusnya. Isi logika (Logical Content) dari tiap aliran data akan diuraikan dalam kamus data (Data Dictionary). Sedangkan logical content dari proses digambarkan menggunakan bahasa Inggris terstruktur (Structured

English) dan Tabel Keputusan (Decision Table). Analisis fisik proses akan digambarkan dengan menggunakan Manual System Flowchart. Gambar 2.7. berikut ini adalah batas antara model fisik dan model lojik sistem beserta tools yang dapat digunakan untuk proses analisa sistemnya.

Page 32: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 43

Gambar 2.7. Tools Untuk Proses Analisa Sistem (Curtis, 1994)

Fungsi dan tujuan penggunaan dari tools yang tersedia untuk proses analisa sistem adalah sebagai berikut :

� Manual System Flowchart. Diagram ini

menggambarkan aliran informasi formal secara fisik dalam suatu sistem, umumnya berupa dokumen yang berjalan dari satu bagian organisasi ke bagian yang lain. Informasi mengenai dari mana dokumen tersebut berasal, di mana tujuan akhirnya, lokasi di mana keluar dan masuknya dokumen tersebut pada suatu bagian organisasi dapat tergambar dengan jelas. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemakaian diagram ini adalah mudah dimengerti dan mudah untuk melacak aliran dokumen. Kerugiannya adalah sulit untuk diubah dan untuk sistem yang besar, diagram akan dapat menjadi sangat besar dan kompleks.

Page 33: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 44

� Data Flow Diagram (DFD). Diagram ini menggambarkan aliran informasi dari aksi yang dilakukan terhadap informasi tersebut secara logis. Penyimpanan informasi dan lokasi di mana informasi tersebut masuk dan keluar dari sistem dapat tergambar dengan jelas tanpa memperhatikan di bagian organisasi mana informasi tersebut diolah. Keuntungan pemakaian diagram ini adalah sangat fleksibel dan mudah untuk didekomposisikan dan dikembangkan karena sifatnya yang tidak tergantung pada kondisi fisik sistem. Berikut ini adalah notasi yang digunakan dalam pembuatan DFD :

Gambar 2.8. Notasi Data Flow Diagram

� Data Dictionary (DD). Kamus ini merupakan rincian dari aliran data dalam DFD yang berisi struktur data dan kegunaan data tersebut dalam organisasi. Kamus data juga menyimpan spesifikasi rinci dari elemen data dalam sistem sehingga memudahkan referensi silang antar elemen data. Berikut ini adalah contoh dari isi data dictionary yang umum digunakan :

Page 34: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 45

Name : Type : Invoice Data Flow Aliases : Customer invoice Client invoice Structure :

Aggregate : (invoice#, invoice date, customer#, customer name, order#, [item#, item price, item quantity], subtotal, sales tax, discount%, total payable)

Usage characteristics:

Output process 3 – make up invoice Input to sink – accounts

Input to sink - customer

Gambar 2.9. Contoh Isi Data Dictionary

� Decision Table. Tabel ini umumnya digunakan untuk menguraikan suatu proses yang tidak efisien bila didekomposisi dalam DFD. Tabel ini terdiri atas kondisi yang muncul dan aksi yang dilakukan bila suatu kondisi dipenuhi. Tabel ini juga dapat digunakan untuk memeriksa kelengkapan dan konsistensi dari suatu sistem. Keuntungan yang diperoleh adalah mudah untuk diterjemahkan ke dalam proses pemrograman, sedangkan kerugian-nya adalah sulit untuk menerjemahkan pernyataan GOTO dan untuk jumlah kondisi yang banyak tabel akan menjadi sangat besar dan kompleks. Berikut ini adalah contoh tabel keputusan.

Page 35: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 46

Order > $4.000 Y Y Y N N

Delivery < 50 miles Y Y N Y N

Turnover > $100.000 Y N Y N N

Discount :

0% X

1%

2% X X

3% X

4% X X

5% X X

Gambar 2.10. Contoh Decision Table

� Logic Flowchart. Diagram ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah dalam menerjemahkan pernyataan GOTO. Aliran yang terdapat dalam diagram ini menggambarkan kontrol. Keuntungan pemakaian diagram ini adalah mudah diterjemahkan ke dalam program dan kerugiannya adalah sulit untuk dilakukan perubahan. Berikut ini adalah notasi yang digunakan dalam membuat logic flowchart :

Gambar 2.11. Notasi Logic Flowchart

Page 36: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 47

Flow line digunakan untuk merepresentasikan arah gerak data, Terminator digunakan untuk memulai dan mengakhiri flowchart, Process or Action digunakan untuk mengilustrasikan proses dan Decision or

Question digunakan untuk membedakan antara dua pernyataan yang jawabannya hanya dua ya atau tidak

� Structured English. Menerjemahkan proses lojik ke

dalam bahasa alami manusia dengan batasan perbendaharaan kata dan sintaks yang tertentu. Structured English terdiri dari 3 struktur, yaitu :

1. Sequential block of statement. Proses dituliskan

dalam suatu rangkaian statement yang terurut, misalnya :

Computer total. Set sales tax equal to total muliplied by sales tax rate. Set total equal to total plus sales tax. Compute discount. Set net total equal to total minus discount. Write net total on invoice.

2. Decision Structure. Pemilihan keputusan suatu

proses dituliskan dengan menggunakan sintaks :

Two-way decision (IF)

Multi-way decision (CASE)

IF (condition)

THEN (block 1)

ELSE (block 2)

CASE (variabel)

CASE 1 (value 1)

CASE 2 (value 2)

Page 37: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 48

3. Repetition Structure. Struktur pengulangan proses dapat dilakukan dengan menggunakan sintaks :

DO WHILE (condition) do block

REPEAT do block UNTIL (condition)

Keuntungan dari pemakaian Structured English ini adalah mudah diterjemahkan ke dalam program karena menggunakan sintaks yang menyerupai bahasa pemrograman.

C. Analisa Data

Proses dalam suatu sistem akan diberikan input berupa data. Data tersebut akan merujuk kepada entitas yang terlibat dalam organisasi. Entitas ini juga terkait dengan entitas lain melalui suatu hubungan atau relasi. Entitas dan relasi tersebut dapat disusun dalam sebuah model data dari organisasi yang disebut Entity Relationship Diagram (ERD). Setelah ERD terbentuk kemudian ditentukan atribut untuk masing-masing entitas. Atribut tersebut dinormalisasi untuk mendapatkan model entitas yang paling sederhana. Proses normalisasi ini akan menghasilkan basis data yang efisien. Teknik ini juga untuk mencegah duplikasi data, inkonsistensi data dan anomali lainya di dalam basis data terstruktur. Hubungan yang terjadi antara analisis proses dan analisis data adalah seperti gambar 2.9., dimana titik pertemuan antara analisis proses dan analisis data adalah pada model fungsional. Pada titik tersebut model data dicocokkan dengan DFD dan spesifikasi proses.

Page 38: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 49

Selanjutnya dilakukan proses disain lojik basis data yang akan menghasilkan model lojik basis data dan model fisik basis data. Dengan memperhatikan spesifikasi proses dan model lojik basis data selanjutnya dibuat spesifikasi program sebagai pedoman bagi tim pengembang untuk membuat program (coding).

Gambar 2.12. Hubungan Antara Analisis Proses dan Analisis Data

4. System Design

Setelah tahapan analisa sistem dilakukan, maka dapat diketahui kebutuhan logis dari sistem yang baru. Model lojik tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam suatu rancangan fisik sistem. Pada tahapan system design ini akan dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Page 39: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 50

A. Penyempurnaan Model Lojik.

Setelah model lojik dari sistem yang lama diperoleh, maka dapat diketahui apa yang dibutuhkan untuk sistem yang baru. Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan model lojik sistem lama menjadi model lojik sistem baru, yaitu :

� Penambahan kebutuhan baru.

Sejalan dengan perkembangan organisasi dan teknologi, maka ada bebarapa hal yang tidak dapat ditangani oleh sistem yang lama. Hal-hal tersebut harus dimasukkan ke dalam sistem baru dengan cara menambah model proses dan model data baru ke dalam model lojik sistem yang lama. Penambahan model proses dan model data harus memperhatikan keberadaan model proses dan model data yang ada agar tidak menimbulkan duplikasi atau konflik (Curtis, 1995).

� Peningkatan efisiensi sistem. Tidak jarang dalam model lojik sistem yang lama ditemukan ketidakefisienan. Hal tersebut dapat sebagai akibat kondisi sistem itu sendiri atau dekomposisi model yang tidak akurat. Inefisiensi tersebut harus segera dianalisa dan diperbaiki agar sistem yang baru dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Curtis, 1995).

� Penghapusan aspek fisik.

Model lojik sistem yang lama juga terkadang masih mengandung aspek fisik, misalnya suatu

Page 40: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 51

penyimpanan data yang berisi dua data yang berbeda. Hal ini harus segera diperbaiki agar tidak menimbulkan kerancuan atau kesulitan pada saat penulisan program (Curtis, 1995).

B. Pembuatan Rancangan Alternatif.

Setelah model lojik proses dan data sistem yang baru ditentukan, perlu dipertimbangkan bagaimana sistem baru itu akan diimplementasikan. Untuk itu perlu diberikan usulan rancangan alternatif mengenai implementasi sistem. Rancangan tersebut terdiri dari beberapa pilihan yang mencantumkan karakteristik, kelebihan dan kekurangan serta biaya yang dibutuhkan masing-masing pilihan rancangan. Hal-hal yang termasuk dalam rancangan alternatif misalnya (Curtis, 1994) :

� Arsitektur sistem. Sistem yang baru akan menggunakan sistem terpusat atau terdistribusi.

� Arsitektur data. Sistem yang baru akan menggunakan sistem berbasis file atau basis data.

� Pemrosesan sistem. Sistem yang baru akan melakukan pemrosesan secara online atau secara batch.

� Metode input. Metode input data yang digunakan oleh sistem baru melalui keyboard, scanner, mike, bar code atau perangkat yang lain.

� Aplikasi Perangkat lunak. Sistem yang baru menggunakan paket aplikasi software yang sudah jadi atau software yang dirancang secara spesifik.

� Perangkat keras. Sistem yang baru menggunakan hardware yang umum di pasaran atau hardware yang khusus untuk tujuan tertentu.

Page 41: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 52

C. Pembatasan Otomasi Sistem.

Model lojik proses atau diagram aliran data yang telah dibuat kemudian ditentukan batasan otomasinya. Pembuatan otomasi ini diperlukan untuk menandai proses-proses yang akan diotomatisasi dengan sistem baru dan proses-proses yang masih ditangai secara manual (Curtis, 1994).

Pada tahapan system design atau perancangan sistem ini akan dihasilkan sebuah dokumen rancangan sistem secara umum.

5. Detail Design

Pada tahapan ini, detail design merupakan penggabungan antara model lojik sitem baru dengan rancangan fisik sistem baru. Tahapan kegiatannya terdiri dari :

A. Process Design

Pada tahap ini mencakup penentuan perangkat keras dan perangkat lunak untuk pemrosesan data. Modul program dibuat untuk dapat melakukan proses secara independ. Modul program tersebut umumnya disebut spesifikasi modul atau Input / Process / Output (IPO) Chart. Hubungan antar modul digambarkan melalui Structured Chart atau Hirarchical Chart. Pemakaian Hirarchical Chart dengan spesifikasi modul disebut teknik Hirarchical Input / Process / Output (HIPO) (Curtis, 1994).

B. Module Design

Rancangan modular dengan menggunkan Hirarchical Structured Chart dan spesifikasi modul dapat

Page 42: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 53

mempermudah proses penulisan dan pengujian program (Curtis,1994). Untuk itu modul-modul dalam suatu sistem harus :

� Looseley Cupled, yaitu perubahan yang terjadi pada

suatu modul tidak mempengaruhi modul lain. � Cohesive, yaitu modul terdiri atas satu fungsi tunggal

atau terdiri dari beberapa fungsi namun dijalankan secara berurutan atau menjalankan sekumpulan fungsi independen yang akan terhubung dengan menjalankannya pada waktu yang bersamaan.

C. Data Storage Design

Teknik rancangan penyimpanan data terdiri dari dua bentuk, yaitu (Curtis, 1994) : � Sistem berbasis file, yaitu untuk sistem yang tidak

menggunakan data secara bersama. � Sistem berbasis data, yaitu untuk sistem yang

menggunakan data secara bersama (resource sharing), sehingga perlu dibuatkan skema konseptual basis datanya.

D. Input/Output Design

Perancangan input dan output meliputi proses perancangan terhadap (Curtis, 1994) :

� Perancangan user interface. Rancangan ini mencakup

rancangan layar (secreen design), kontrol panduan pemakai (user guide control) dan waktu tanggap (response time).

Page 43: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 54

� Perancangan report/laporan dan dokumen input. Dokumen input/masukan sebaiknya sesuai dengan rancangan layar.

E. System Specification

Spesifikasi sistem adalah rangkuman dokumentasi yang berisi (Curtis, 1994) :

� Ringkasan eksekutif. � Deskripsi sistem yang ditawarkan dan tujuannya. � Spesifikasi lengkap dari program, input, output dan

data storage. � Spesifikasi rinci dari kotnrol yang dijalankan pada

prosedur. � Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak dan

karakteristik unjuk kerja yang harus dipenuhi. � Spesifikasi prosedur klerikal dan tanggung jawab di

lingkungan sistem. � Jadwal implementasi sistem. � Estimasi biaya dan batasannya.

Pada tahapan detail design ini akan dihasilkan dokumen yang berisi rincian spesifikasi fisik sistem yang baru.

6. Implementation

Pada tahapan implementasi ini akan dilakukan kegiatan-kegiatan yang tediri dari (Curtis, 1994) :

� Program development / penulisan kode program. Model lojik yang diperoleh dari tahapan rancangan rinci sistem dituliskan ke dalam program.

� Program testing / pengujian program dengan memasukkan : random test data, logical test data, dan typical test data.

Page 44: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 55

� Hardware acquisition and installation / pengadaan dan instalasi perangkat keras.

� Trainning and staff development / pelatihan dan pengembangan SDM.

� Datastore conversion / konversi penyimpanan data. Data dari sistem lama dikonversikan ke dalam penyimpanan data pada sistem yang baru.

Yang dihasilkan pada tahapan ini adalah aplikasi program untuk sistem yang baru.

7. Changeover

Pada tahapan ini akan dilakukan penggantian sistem yang lama dengan sistem yang baru. Ada 4 teknik yang dapat dipilih dalam melakukan penggantian sistem, yaitu :

A. Direct Changeover / Penggantian Langsung.

Keseluruhan sistem lama secara langsung diganti dengan sistem yang baru. Kelebihan dari cara ini adalah penggantian sistem dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, sedangkan kelemahannya adalah bila sistem baru belum dapat beroperasi dengan baik, maka aktifitas proses tidak dapat bekerja sama sekali karena tidak adanya cadangan sistem (Curtis, 1994).

Old system New System

Time �

Gambar 2.13. Direct Strategy System Changeover

Page 45: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 56

B. Parallel Approach / Pendekatan Paralel.

Penggantian sistem dengan pendekatan paralel adalah sistem lama berjalan bersamaan dengan sistem yang baru untuk beberapa lama hingga sistem baru dapat berjalan dengan stabil. Kelebihan cara ini adalah sistem lama masih dapat digunakan bila sistem baru belum dapat beroperasi dengan baik. Kelemahannya adalah selama masa transisi, data harus dimasukkan dua kali, yaitu ke dalam sistem baru dan sistem lama (Curtis, 1994).

Old system

New System

Time �

Gambar 2.14. Parallel Approach System Changeover

C. Pilot or Modular Approach / Pendekatan Pilot atau Modul.

Salah satu modul dari sistem lama diganti oleh modul sistem baru sebagai percontohan yang akan diikuti oleh modul-modul lainnya. Kelebihan cara ini adalah bila modul baru dapat beroperasi dengan baik, maka modul lainnya akan diimplementasikan sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan. Sedangkan kelemahannya adalah penggantian sistem berjalan dalam waktu yang lama (Curtis, 1994).

Page 46: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 57

Pilot ↓

Old system

New System

Duplicate

module

Duplicate

module

Time �

Gambar 2.15. Pilot or Modular Approach System Changeover

D. Phased Changeover / Pengantian Secara Bertahap.

Sistem yang lama digantikan dengan sistem yang baru secara bertahap berdasarkan fungsionalitas sistem. Kelebihan dari cara ini adalah kompatibilitas sistem yang baru terhadap aktivitas proses sangat baik karena penggantiannya dilakukan secara bertahap dari satu fungsi ke fungsi lainnya. Kelemahannya adalah perlu adanya interface sistem lama dan penggantian sistem berjalan dalam waktu yang lama (Curtis, 1994).

Page 47: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 58

Function 1

Function 2

Old

system

New

System

Function 3

Function 4

Time �

Gambar 2.16. Phased System Changeover

2.6. Konsep Perancangan Basis Data

Seperti halnya pada proses pengembangan sistem informasi, proses pengembangan basis data diawali dengan proses perancangan sistem basis data yang didasarkan kepada hasil rancangan sistem informasi. Pengembangan sistem aplikasi basis data juga dilakukan dengan menggunakan sebuah metodologi daur hidup, yaitu Database System Live Cycle atau daur hidup sistem basis data.

Page 48: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 59

Gambar 2.17. Daur Hidup Sistem Basis Data (Elmasri, 1994).

2.6.1. Data Analysis dan Modeling

Data modeling adalah suatu kumpulan konsep yang dapat digunakan untuk merepresentasikan dan menunjang suatu lingkungan aplikasi (sistem informasi). Model lingkungan aplikasi basis data menunjukkan struktur dasar dari basis data suatu sistem seperti hubungan antar data, arti data, batasan dan representasi data (Elmasri, 1994).

Data analysis dan modeling berkaitan erat dengan

kegiatan perancangan basis data, yaitu dalam perancangan skema konseptual dari lojikal dan fisikal basis data, pemilihan sistem manajemen basis data (DBMS) yang sesuai dengan sistem informasi yang akan dibuat, pemetaan model data, serta perancangan transaksi.

Page 49: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 60

Secara umum proses perancangan basis data dapat dilihat seperti pada gambar 2.15. di bawah ini.

Gambar 2.18. Proses Perancangan Basis Data (Elmasri, 1994). Pada proses perancangan skema konseptual akan

dihasilkan model data tingkat tinggi yang tidak tergantung (independent) terhadap majamen sistem basis data (DBMS). Rancangan skema konseptual ini berguna untuk :

� Memberikan gambaran lengkap mengenai struktur basis

data, semantik inter-relationship, dan constrain. � Memberikan deskripsi yang stabil, karena tidak

tergantung dari DBMS � Sebagai alat komunikasi antara pengguna, perancang dan

sistem analis.

Page 50: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 61

Rancangan skema konseptual sistem basis data tingkat tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut :

� Expresiveness : mampu menyatakan berbagai jenis data, hubungan data, dan batasan-batasannya.

� Simplicity : mudah dimengerti dan digunakan � Minimality : memiliki jumlah konsep-konsep dasar yang

minimal � Diagrammatic Representation : dapat dinyatakan dalam

bentuk diagram agar mudah untuk dipahami. � Formality : spesifikasi bersifat formal dan tidak

membingungkan.

Ada dua pendekatan perancangan skema konseptual sistem basis data tingkat tinggi, yaitu :

1. Pendekatan terpusat, yang memiliki karakteristik semua kebutuhan kelompok pengguna digabungkan ke dalam satu skema, memerlukan Database Administrator (DBA) untuk dapat melakukannya, dan cukup sukar serta terlalu memerlukan waktu yang cukup banyak

2. Pendekatan integrasi view, yang memiliki karakteristik satu skema untuk kebutuhan masing-masing kelompok pengguna, kemudian digabungkan menjadi satu skema global. Pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam proses perancangan skema konseptual.

Dalam perancangan konseptual basis data, proses analisa

dan modeling data dapat dilakukan melalui empat strategi pendekatan (Elmasri, 1994) yaitu :

1. Bottom-up Strategy. Data dimodelkan berdasarkan deskripsi permasalahan yang ada. Pendekatan seperti ini cocok untuk sistem yang kecil yang tidak atau sedikit membutuhkan integrasi internal. Elemen data pada pendekatan ini dikelompokkan ke dalam beberapa records yang membentuk basis file.

Page 51: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 62

2. Top-down Strategy. Data dimodelkan berdasarkan kebutuhan organisasi dalam menyimpan data dan relasi antar data. Fungsi kegunaan data dalam organisasi akan berubah setiap saat, tetapi struktur datanya sendiri tidak berubah. Pendekatan ini cocok untuk perancangan sistem yang lebih besar.

3. Insite-out Strategy. Merupakan bentuk khusus dari bottom-up strategy, yang dimulai dengan konsep-konsep sentral kemudian menyebar keluar dari konsep tersebut.

4. Mixed Strategy. Kebutuhan dipecah secara top-down, kemudian sebagian kecil dari skema hasil pemecahan tersebut dirancang dengan menggunakan strategi bottom-up, dan kemudian digabungkan kembali.

Keempat pendekatan di atas dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisa data seperti pada gambar 2.19. berikut :

Gambar 2.19. Metode Analisa Data (Curtis, 1994)

Page 52: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 63

Beberapa jenis data modeling yang sudah didefinisikan antara lain model jaringan, model hirarki, model berorientasi obyek (Object Oriented), dan model relasi, serta model entity

relationship atau model rancangan (Elmasri, 1994). Di antara model-model data tersebut, salah satu Top-down Approach

Modeling yang sering digunakan dalam proses proses analisa data adalah Entity Relationship (ER) Modeling.

Model data ER merupakan sebuah high level model data konseptual yang tidak mendeskripsikan cara data disimpan dalam komputer, melainkan lebih mendekati analisa pengguna terhadap data riil. Model data ER ini biasanya digunakan pada tahap awal proses perancangan basis data.

Konsep model data ER adalah didasarkan atas entitas (entity) yang memiliki atribut dan hubungan antar entitas itu sendiri (relationship). Entity, Attribute, dan Relationship akan menjadi komponen dari model data ER (Elmasri, 1994). Definisi untuk masing-masing komponen tersebut adalah :

1. Entitas/Entity adalah obyek nyata yang dapat dibedakan

satu sama lain dan tidak saling berhubungan. Bisa sesuatu yang ada secara fisik (orang, rumah, mobil) maupun yang ada secara konseptual (organisasi, mata kuliah, pekerjaan).

2. Attribute adalah predikat yang menerangkan karakteristik

tertentu yang dimiliki oleh suatu entitas. Ada beberapa macam atribut yang digunakan dalam model data ER, yaitu :

� Simple / atomic : atribut dasar yang tidak dapat

dibagi/dipecah � Composite : atribut yang dapat dibagi menjadi

beberapa atribut dasar

Page 53: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 64

� Single value : atribut yang hanya memiliki satu harga � Multi value : atribut yang memiliki lebih dari satu

harga � Derived : atribut yang nilainya diturunkan dari atribut

lain

Nilai-nilai dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam atribut suatu entitas didefinisikan sebagai :

� Null value : suatu nilai khusus dan digunakan apabila nilai suatu atribut dari suatu entitas : 1). tidak diketahui apakah nilai dari atribut ada atau tidak, 2). memiliki nilai tetapi tidak diketahui nilainya (missing).

� Value set (domain) : kumpulan nilai yang dapat dimiliki oleh atribut suatu entitas

� Atribut kunci : atribut yang unik dari suatu entitas dan berfungsi sebagai identitasnya. Suatu entitas dapat memiliki lebih dari satu atribut kunci atau berupa composite attribute.

� Atribut kunci bagi weak entity (entitas yang tidak memiliki atribut kunci) hanya bersifat parsial, dan atribut kunci yang sesungguhnya merupakan gabungan dari atribut kunci entitas kuat dan atribut kunci parsial entitas lemahnya.

3. Relationship adalah hubungan yang terjadi antar entitas

dan dibentuk melalui atribut pada suatu entitas yang merujuk ke entitas lainnya. Hubungan ini dapat dinyatakan secara implisit maupun eksplisit, dan memiliki batasan-batasan rasio hubungan serta partisipasi hubungan. Kumpulan hubungan antar entitas-entitas tertentu disebut sebagai Relationship Type.

Page 54: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 65

Hubungan antar entitas memiliki derajat relationship, yang terdiri dari :

� Binary Relationship, yaitu relasi yang menghubungkan dua buah entitas.

� Ternary Relationship, yaitu relasi yang menghubungkan tiga entitas.

� N-ary Relationship, yaitu relasi yang menghubungkan n buah entitas.

Batasan-batasan yang dimiliki oleh suatu relasi didefinisikan sebagai :

� Cardinality Ration, yaitu menunjukkan banyaknya relationship instance dimana entitas dapat berpartisipasi ke dalamnya. (rasio 1:1, rasio 1:N, dan rasio N:N).

� Participation Constraint, yaitu : menunjukkan batasan keterlibatan suatu entitas dalam suatu relationship. Jenisnya adalah Total (setiap entitas harus terlibat dalam suatu relationship) dan Partial (tidak harus seluruh entitas terlibat dalam suatu relationship)

Untuk merepresentasikan model data Entity Relationship (ER) telah disiapkan notasi-notasi yang dapat digunakan dalam membuat diagram ER seperti pada gambar 2.20 berikut :

Gambar 2.20. Notasi Diagram ER (Elmasri, 1994)

Page 55: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 66

Selain model data ER, terdapat model data yang banyak digunakan untuk implementasi sebuah sistem basis data, yaitu model data relasi. Model data relasi ini didapat dengan melakukan pemetaan terhadap model data ER, yang secara intuitif dapat dilihat sebagai data yang disimpan dalam sekumpulan tabel/relasi dua dimensi dengan berbagai sifat khusus. Tabel ini akan terdiri dari sekumpulan baris dan kolom, dimana setiap kolom memiliki sebuah domain. Hubungan tabel dalam model data relasi dinyatakan secara eksplisit dengan duplikasi kolom dari satu tabel pada tabel yang lain. Setiap relasi harus memiliki kolom atau gabungan kolom yang menjadi identitas yang unik (attribute key/kunci) dari relasi.

Model data relasi mendefinisikan batasan-batasan agar basis data selalu berada pada kondisi yang konsisten meski telah dilakukan perubahan terhadap basis data tersebut. Batasan-batasan yang didefinisikan adalah (Elmasri, 1994) :

� Key Constraint : nilai dari candidate key harus unik. � Entity Integrity : nilai primary key tidak boleh

kosong/null. � Referential Integrity : batasan untuk dua relasi yang

saling berhubungan dimana bila tuple pada suatu relasi merujuk tuple pada relasi lain, maka harus merujuk pada tuple yang benar-benar ada pada relasi yang lain tersebut.

� Domain integrity : batasan yang dapat diberikan kepada suatu entitas.

� User Defined Integrity : batasan yang didefinisikan oleh pengguna.

Di dalam operasi pengelolaan data pada relasi seperti operasi insert, delete dan modify tidak boleh melanggar batasan-batasan tersebut.

Page 56: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 67

2.6.2. Normalisasi Data Sebuah model data relasi yang berbentuk normal adalah

harapan diperolehnya suatu perancangan model data yang lebih baik. Untuk memperoleh rancangan model data berbentuk normal tersebut diperlukan proses normalisasi data. Proses normalisasi sendiri merupakan komponen penting untuk mengubah data menjadi informasi yang lebih optimal dengan tujuan (Elmasri, 1994) :

� Menjamin konsistensi struktur basis data yang akan dibuat.

� Meminimalkan duplikasi data dan penggunaan data storage.

� Meminimalkan inkonsistensi data. � Menghilangkan anomali yang berkaitan dengan

modifikasi data seperti operasi insert, update, atau delete. � Memaksimalkan stabilitas struktur basis data, sehingga

mengurangi kebutuhan modifikasi struktur data di masa datang.

Sebuah model data yang ternormalisasi penuh adalah model data yang optimal, yaitu memenuhi aspek Correctness, Consistency, Simplicity dan Stability (Elmasri, 1994). Normalisasi merupakan proses perubahan skema relasi ke dalam bentuk normal tertentu, biasanya dengan melakukan dekomposisi. Beberapa terminologi yang sering digunakan dalam proses normalisasi antara lain (Elmasri, 1994) :

� Tabel/relasi, adalah sebuah bentuk pernyataan data secara grafis dua dimensi yang terdiri dari sekumpulan kolom bernama dan sejumlah baris record.

� Baris/tuple, adalah baris-baris yang ada di dalam sebuah tabel yang menyatakan isi dari tabel tersebut.

Page 57: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 68

� Domain, adalah kumpulan nilai-nilai yang berlaku untuk sebuah kolom dari sebuah tabel. Setiap kolom memiliki domain tertentu dan beberapa kolom dapat memiliki sebuah domain yang sama.

� Anomali data, yaitu masalah yang timbul sebagai akibat perancangan basis data yang kurang baik, misalnya pengulangan atau duplikasi informasi, ketidak-mampuan merepresentasikan suatu informasi atau kehilangan informasi. Pemunculan anomali harus dihindari pada saat perancangan.

� Insert anomaly, adalah masalah yang timbul pada waktu menyisipkan data, dimana penambahan data harus bersifat konsisten.

� Delete anomaly, adalah masalah yang timbul pada waktu menghapus data, khususnya terhadap tabel yang memiliki relasi dengan tabel yang lain.

� Update anomaly, adalah masalah yang timbul pada waktu meng-update informasi data, dimana perubahan terhadap sebuah informasi data dapat menyebabkan perubahan informasi pada tabel yang lain.

� Functional dependency, adalah istilah matematik yang berkaitan dengan ketergantungan satu/beberapa atribut dengan satu/beberapa atribut lain.

� Super key, adalah kumpulan dari atribut yang bersifat unik.

� Candidate key. Sebuah relasi mungkin mempunyai lebih dari satu key. Masing-masing key itu disebut sebagai candidate key

� Primary key, adalah candidate key yang dipilih untuk mengidentifikasikan baris pada suatu relasi. Nilai dari primary key tidak boleh NULL dan harus unik.

� Foreign key, satu/beberapa atribut yang merujuk pada relasi lain yang merupakan primary key di relasi lain dengan domain yang sama.

Page 58: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 69

Bentuk normal dari hasil proses normalisasi data terdiri dari beberapa bentuk, yaitu : bentuk normal pertama (1NF), bentuk normal kedua (2NF), bentuk normal ketiga (3NF), bentuk normal keempat (4NF), bentuk normal Boyce-Codd (BCNF) dan bentuk normal kelima (5NF) (Elmasri, 1994). 1. Normal Pertama (1NF)

Definisi dari bentuk normalisasi partama adalah sebuah relasi memenuhi 1NF apabila semua atribut nonprime (bukan anggota candidate key) memiliki functional dependency. Ciri-ciri relasi yang memenuhi bentuk normal 1NF adalah nilai setiap atribut bersifat atomik dan memiliki candidate key. Perubahan yang dapat dilakukan terhadap relasi yang tidak normal ke normal 1NF adalah dengan menempatkan atribut-atribut yang memiliki multivalue ke dalam sebuah tabel terpisah bersama dengan primary attribute dari tabel semula dengan cara dekomposisi, yaitu :

� Pisahkan atribut-atribut yang tergantung secara fungsional hanya dengan sebagian dari primary key tabel asal ke dalam tabel baru.

� Primary key tabel baru adalah bagian dari primary

key tabel semula yang menentukan atribut-atributnya secara fungsional.

2. Normal Kedua (2NF)

Sebuah skema relasi disebut berada dalam bentuk normal kedua jika setiap atribut non-prime di relasi tersebut bersifat fully functional dependent terhadap primary key dari relasinya. Ciri-cirinya adalah telah memenuhi bentuk normal pertama (1NF) dan tidak memiliki partial dependency.

Page 59: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 70

Bentuk normal kedua juga masih dapat memiliki update anomaly, insert anomaly, dan delete anomaly yang umumnya disebabkan oleh transitive dependency, yaitu satu atau beberapa atribut nonprime tergantung secara fungsional dengan satu atau beberapa atribut nonprime yang lain. Adapun cara menghilangkan anomali dari bentuk normal 2NF ini adalah :

� Pisahkan atribut-atribut yang memiliki transitive

dependency ke dalam sebuah tabel baru.

� Primary key tabel baru berasal dari atribut non-prime dari tabel semula yang menentukan secara fungisional atribut-atribut lain dalam tabel tersebut secara fungsional.

� Primary key dari tabel asal dimasukkan ke dalam tabel baru dan berfungsi sebagai foreign key.

3. Normal Ketiga (3NF)

Definisi untuk bentuk normal ketiga adalah : untuk setiap X � A, maka X adalah super key atau A adalah atribut prime (bagian dari candidate key). Bentuk normal ketiga ini memiliki ciri : telah memenuhi bentuk normal kedua (2NF) dan tidak memiliki transitive dependency

4. Normal Boyce-Codd (BCNF)

Bentuk normal Boyce-Codd didefinisikan sebagai : untuk setiap X � A, maka X adalah super key. Bentuk normal ini lebih ketat persyaratannya dari bentuk normal ketiga (3NF). Semua atribut tergantung kepada super key dan semua relasi BCNF pasti memenuhi bentuk normal 3NF, tetapi relasi 3NF belum tentu memenuhi BCNF.

Page 60: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 71

Proses normalisasi data yang dilakukan terhadap model data relasi, secara umum dapat dilakukan sesuai langkah-langkah pada gambar 2.18. di bawah ini.

Gambar 2.21. Langkah-Langkah Normalisasi (Elmasri, 1994)

2.6.3. Jaringan Internet dan Informasi Hypertext

Dengan makin pesatnya teknologi informasi di Indonesia, maka sudah sewajarnya agar setiap instansi pemerintah yang bergerak dalam usaha pemberian jasa pelayanan kepada masyarakat meningkatkan mutu pelayanannya dengan meman-faatkan pula kemajuan teknologi sistem informasi. Teknologi sistem informasi pada menjelang abad 21 ini telah berkembang pesat ke arah sistem informasi jaringan komputer global. Sehingga setiap perangkat keras komputer tidak lagi bekerja sendiri mengolah data menjadi informasi, akan tetapi sudah harus merupakan salah satu node atau terminal dalam sebuah jaringan komputer baik jaringan lokal, nasional atau internasional.

Teknologi jaringan komputer global Internet yang saat ini

banyak digunakan oleh orang dan mampu menghubungkan setiap komputer yang ada di dunia merupakan teknologi yang tepat untuk dapat diterapkan dalam kegiatan implementasi perancangan sistem informasi sumber daya air. Dengan teknologi jaringan

Page 61: BAB IBAB II II I TINJAUAN LITERATUR TINJAUAN LITERATUR · ... sistem yang dirancang untuk keperluan data geografi dan pemetaan. ... formalisasi terhadap modul-modul / obyek-obyek

Bab II. Tinjauan Literatur 72

komputer internet dan perkembangan perangkat lunak yang menuju ke arah sistem informasi multi media, data-data mengenai sumber daya air dapat diolah untuk dapat dijadikan informasi yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah yang lebih informatif.

Teknologi informasi multimedia di Internet yang lebih

dikenal sebagai informasi hypertext (berbasis web) dapat menjadi media dalam proses publikasi data tahunan hidrologi atau meteorologi sebagai salah satu model data sumber daya air. Keunggulan lain dari teknologi ini adalah dokumen hypertext dapat dihasilkan secara otomatis melalui proses yang bekerja pada server pada sistem jaringan client-server, sehingga data yang diperoleh dari komputer server dapat ditampilkan dalam dokumen hypertext tersebut kepada komputer client.

Gambar 2.22. Model Pengelolaan Data Client-Server Dengan Hypertext Interface