bab ii tinjauan literatur

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Definisi DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi dan Yuliani, 2006). DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (http//askep blongspot.com/2009). DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh aborvirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Ngastiah, 2006). Dari beberapa pengertian dapat di ambil ke simpulan bahwa DHF adalah penyakit menular yang

Upload: alexxx

Post on 12-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

dspus

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Literatur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi dan Yuliani, 2006).

DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti (http//askep blongspot.com/2009).

DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah infeksi akut yang

disebabkan oleh aborvirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui

gigitan nyamuk aedes aegypti (Ngastiah, 2006).

Dari beberapa pengertian dapat di ambil ke simpulan bahwa DHF

adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus dengue dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti

2. Etiologi

DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) disebabkan oleh virus dengue

yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti oleh virus arbovirus

(Suriadi & Yuliani, 2006).

Page 2: Bab II Tinjauan Literatur

3. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

komplek virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem

komplement. Akibat aktivasi mediator akan dilepas dua peptida yang

berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai

faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangkan plasma mulai endotel dinding itu.

Perdarahan disini mengakibatkan timbulnya manifestasi berupa

anemia, pupura, ptekie dan ekimosis pada kulit dan hematemesis, melena

pada saluran cerna, trombosit menurun saat penderita anak demam dan

mencapai nilai terendah pada saat renjatan.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah yang menyebabkan darah

meningkat, sehingga aliran darah kejaringan melambat, suplai O2

kejaringan pun menurun. Dan hilangnya plasma klien mengalami

hypovolemik, hipoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian

(Suriadi & Yuliani, 2006).

9

Page 3: Bab II Tinjauan Literatur

Adapun klasifikasi DHF menurut WHO , 2006 yaitu:

Derajat I : demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan,

uji turniket positif, trombositopenia, perdarahan spontan

dan hemokonsentrasi meningkat.

Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau

perdarahan lain

Derajat III : kegagalan sirkulasi, kulit dingin lembab, gelisah

Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat

diukur.

4 Manifestasi klinis dari DHF

Menurut Suriadi & Yuliani, 2006 yaitu :

a. Demam Tinggi selama 5-7 hari

b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : hematoma, ptekie,

ekhimosis

c. Hematemis, melena ,epiktasis, hematury

d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan ,diare,konstipasi

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoomen dan ulu hati

f. Sakit kepala

g. Pembesaran hati, limfa dan kelenjar getah bening

h. Tanda-tanda renjatan sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah.

10

Page 4: Bab II Tinjauan Literatur

5 Komplikasi dari DHF

a. Perdarahan saluran cerna

b. Anemia

c. Syok

(http//askep blongspot.com/2009).

6 Pemeriksaan Penunjang dari DHF

Menurut Rampengan, 2007 yaitu :

a. Laboratorium

1) Hematoktif / PVC (Packed Cell Volume) meningkat sama atau

lebih dari 20%

2) Trombosit menurun, sama atau kurang dari 100.000 / mm2.

3) Hemokonsentrasi : meningginya nilai hematokrit atau Ht ≥ 20%

dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesen atau

dibandingkan dengan nilai Hct / Hb rata-rata pada anak tersebut.

4) Hemoglobin menurun, kurang dari normal yaitu 11,5gr/dl –

15,2gr/dl.

7 Penataksanaan

Penatalaksanaan DHF medis dan keperawatan

a. Penatalaksanaan DHF Medis

1) Pemberian cairan intravena (biasanya laktat, NaCL faall)

merupakan cairan yang paling sering digunakan

11

Page 5: Bab II Tinjauan Literatur

2) Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah

pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam

3) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari

4) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen

5) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

(http//askep blongspot.com/2008).

b. Penatalaksanaan DHF Keperawatan

1) Tirah baring atau istirahat baring

2) Diet makan lunak

3) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari

4) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen

5) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

(http// askep blongspot.com/2008).

c. Pencegahan

1) DHF Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh

alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat

sedikitnya terdapatnya kasus DHF

2) Memutuskan penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkatan sangat rendah. Untuk memberikan kesempatan penderita

viremia sembuh secara spontan.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor dipusat daerah penyebaran

yaitu disekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga

disekitarnya.

12

Page 6: Bab II Tinjauan Literatur

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1) Menggunakan insektisida

a) Melation (fogging)

b) Temophos (abate)

2) Tanpa insektisida

Caranya adalah 3 M yaitu :

a) Menguras bak mandi

b) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat

c) Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng, botol pecah

kemungkinan nyamuk bersarang.

(http// asksp blongspot.com/2008).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Data Dasar

Data dasar adalah untuk mengidividualisasikan rencana untuk klien.

Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu

dengan kata lain data pengkajian harus relevan (Potter, 2005)

a. Data Biografi

Informasi biografi sangat membantu menyusun riwayat pada

tempatnya. Informasi tersebut meliputi nama, alamat, jenis kelamin,

status perkawinan, pekerjaan dan asal etnik individu. Dengan maksud

13

Page 7: Bab II Tinjauan Literatur

untuk memperoleh profil yang lebih lengkap dan membina hubungan

saling percaya (Smeltzer, 2002).

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Perawat dapat menyakan apa saja gejala yang timbul, apakah gejala

timbul secara mendadak dan bertahap dan apakah gejala selalu timbul

atau hilang dan timbul lagi. Pada riwayat pasien DHF menunjukkan

adanya sakit kepala, ada sakit pada waktu menelan, lemah, panas,

mual, nafsu makan menurun dan pasien gelisah (Potter, 2005; http//

askep blongspot.com/2008).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien.

Perawat mengkaji apakah klien pernah dirawat di RS atau pernah

menjalani operasi, apakah pasien mempunyai riwayat alergi (obat,

makanan, ataupun bulu-bulu binatang).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mendapatkan data tentang hubungan keluarga langsung dan

hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan penyakit

tersebut bersifat genetik/ familiar serta memberikan informasi tentang

struktur keluarga (Potter, 2005).

14

Page 8: Bab II Tinjauan Literatur

PENGKAJIAN TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ

fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,besar ,dan ukuran

(http//nurrsingiondonesia.com)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang kompleks dalam polo yang teratur dan dapat di

ramalkan, sebagai proses pematangan.(Soetjiningsih)

PERKEMBANGAN MOTORIK

- An M senang berpartisipasi dalam suatu kegiatan, seperti

bermain,menari,senam

- An M berkosentrasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus melalui berbagai aktifitas :

menggambar,menulis surat, atau menul;is surat

PERKEMBANGAN PERSEPTUAL KOGNITIF

- An M dapat mengingat kembali hal yang sudah lama terjadi dengan baik

- An M meyukai tantangan,pemecahan,mencari informasi

PERKEMBANGAN BERBICARA DAN BERBAHASA

- An M senang berbicara dan beragumentasi

- An M menggunakan struktur bahasaq yang lebih panjang dan kompleks

- An M menjadi pendengar yang suka berfikir

PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL

- An M senang dalam mengorganisir permainan kelompok tetapi bisa

mengubah aturan ketika permainan sedang berlangsung

15

Page 9: Bab II Tinjauan Literatur

- An M membicarakan pilihan pekerjaan dan rencana karier dan

membayangkan masa depannya

- An M meniru pakaian,gaya dan sikap dari tokoh yang di kaguminya

2. Pola Fungsional Menurut Gordon

Dalam penulisan karya tulis ilmiah penulis menggunakan pola fungsional

menurut Mayory Gordon dengan dasar bahwa data ini dapat digunakan

untuk perseorangan, keluarga dan komunitas. Pola ini mempunyai aplikasi

yang luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang

beragam. Model pengkajian fungsional kesehatan yang bentuk dan

hubungan antara klien dan lingkungannya setiap pokok merupakan suatu

rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan dan

mengelompokkan data (Potter, 2005).

a. Pola persepsi kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan

Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan

kesejahteraan dan bagaimana kesehatan mereka diatur.

b. Pola Metabolik – Nutrisi

Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan

suplai gizi meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit,

rambut, kuku dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat

badan.

16

Page 10: Bab II Tinjauan Literatur

c. Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan

kulit), termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan,

dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.

d. Pola Aktivitas – Latihan

Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang

dan rekreasi termasuk aktivitas kehidupan sehari-jari dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot, saraf, respirasi, dan

relaksasi).

e. Pola istirahat - Tidur

Menggambarkan pola tidur istirahat dan relaksasi

f. Pola persepsi kognitif

Menggambarkan pola persepsi sensori (penglihatan, pendengaran,

perabaan, pengecapan, penciuman) pada peran menegnai persepsi

nyeri dan kemampuan fungsi koginitif

g. Pola persepsi dan konsep diri

1) Gambaran diri adalah sikap individu tubuhnya baik secara sadar

maupun tidak sadar

2) Ideal diri adalah persepsi individu tentang prilakunya disesuaikan

terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan dan nilai yang

ingin dicapai

17

Page 11: Bab II Tinjauan Literatur

3) Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang di capai

dengan cara menganalisis seberapa jauh yang dicapai dengan cara

menganalis seberapa jauh perilaku individu tersebut.

4) Peran diri adalah pola perilaku sikap, nilai dan aspirasi yang

diharapkan individu berdasarkan individu masyarakat.

5) Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber

diri menggambarkan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek

konsep diri dan menjadi kesehatan yang utuh.

h. Pola hubungan dan peran

Menggambarkan pola keterkaitan peran dan hubungan meliputi

persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi

kehidupan saat ini.

i. Pola sexsual - Reproduksi

Fungsi, kebutuhan dan tingkatan kebahagiaan seksual.

j. Pola penanganan masalah stres-toleransi

Stresor yang dihadapi, tingkat toleransi dan metode dan

penanggulangan masalah.

k. Pola Nilai kepercayaan

Menggambarkan pola nilai tujuan dan kepercayaan (termausk

kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya

hidup. (Priharjo, 2006; Surayo, 2004).

3. Fokus Pengkajian

a. Pengkajian Persistem

18

Page 12: Bab II Tinjauan Literatur

1) Sistem Pernafasan

Dada sesak, perdarahan melalui hidung, pernafasan dangkal,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor dan pada auskultasi

terdengar ronchi.

2) Sistem Persyarafan

Kepala terasa nyeri serta pada grade III pasien gelisah dan terjadi

penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS.

3) Sistem Cardiovaskuker

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji torniquet positif,

trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,

nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan

jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak

dapat diukur.

4) Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang,

asites, penurunan nafsu makan, mual muntah, nyeri saat menelan,

dapat hematemesis, melena, muka tampak kemerahan karena

demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut

didapatkan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada

grade II, III, IV)

19

Page 13: Bab II Tinjauan Literatur

5) Sistem Perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, nyeri saat

kencing dan kencing berwarna merah.

6) Sistem Integumen

Terjadi peningkatan suhu tubuh 39-40 0C, kulit kering, pada grade I

terdapat positif pada uji torniquent, terjadi pethekie, turgor kulit

menurun, munculnya keringat dingin dan lembab, serta pada grade

III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit

7) Sistem Muskuloskletal

Terjadinya nyeri otot, sendi serta tulang.

(Fefendi, 2008; Nur Salam, 2005)

20

Page 14: Bab II Tinjauan Literatur

Pathway

Gigitan nyamuk aedes aygeptiVirus masuk ke dalam tubuh

Aktivitas mediator peradangan

Viremia

Menyebar ke pembuluh darah

Peningkatan permeabilitas vaskuler dan pembuluh

darah

Hepatomegali/splenomegali

Mendesak rongga abdomen

Mual muntah

Anorexia

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Peningkatan cairan serebrospinal

Peningkatan tekanan intra kranial

Nyeri kepala

Nyeri

Ekstravasi cairan vaskuler

Kebocoran cairan plasma

Volume plasma menurun

Resti kekurangan volume cairan

Hipovolemia

Resti syok hipovolemik

Hospitalisasi

Cemas

Kurangnya informasi

Kurang pengetahuan

Mempengaruhi pusat termoregulator (hipotalamus)

Suhu meningkat

Hipertermi

Reaksi anti body

Meningkat destruksi trombosit

Menurunnya agregasi trombosit

Anoksia jaringan

Perfusi jaringan

Resti perubahan perfusi jaringan

Perdarahan berlebih

Trombositopenia

Perdarahan

Asidosis metabolikKematian

CO2 meningkat

O2 menurun

Metabolisme menurun

Pembentukan energi menurun

Kelemahan

Intoleran aktivitas

(Ngastiyah, 2006)

3521

Page 15: Bab II Tinjauan Literatur

C. Masalah Keperawatan serta Fokus Intervensi

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria hasil : - Suhu tubuh normal 36-370C

- Pasien bebas dari demam

Intervensi :

a. Kaji faktor-faktor terjadinya hipertermia

Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hipertermia.

b. Observasi tanda- tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan pernafasan)

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

c. Anjurkan pasien untuk banyak minum air

Rasional : peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak.

d. Beri kompres air hangat

Rasional : dapat mengurangi demam karena terjadinya vasodilatasi

sehingga mempercepat evaporasi.

e. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari dari kain

katun

Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal

dan tidak dapat menyerap keringat

22

Page 16: Bab II Tinjauan Literatur

f. Libatkan keluarga dalam perawatan

Rasional : membantu perawatan pasien

g. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

antipiretik dan obat kortikosteroid sesuai program terapi dokter

Rasional : Untuk menurunkan panas pada pusat hipotalamus

h. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan infus

RL 10 tetes/ menit

Rasional : Pemberian cairan sangat sangat penting pasien dengan suhu

yang tinggi untuk mencegah terjadinya dehidrasi

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma

Tujuan : volume cairan terpenuhi

Kriteria hasil : - Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan

dengan parameter individual yang tepat

misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit

baik, pengisian kapiler cepat dan tanda vital

stabil

Intervensi :

a. Pantau masukan haluaram urin dan berat jenis

Rasional : penurunan haluaran urin dan berat jenis akan menyebabkan

hipovelemia

b. Kaji membran mukosa bibir, turgor kulit yang kurang baik dan rasa

haus

23

Page 17: Bab II Tinjauan Literatur

Rasional : mengetahui akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi

c. Berikan cairan intra vena

Rasional : sejumlah cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi

hipovolemia

d. Palpasi denyut jantung perifer

Rasional : denyut yang lemah mudah hilang dan menyebabkan

hipovolemia

e. Pantau tekanan darah dan denyut jantung

Rasional : pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat

mengurangi tekanan darah.

3. Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Tujuan : tidak terjadi perdarahan

Kriteria hasil : - Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut

- Jumlah trombosit meningkat normal (150.000-

450.000/mm3)

Intervensi :

b. Memonitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

Rasional : penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran

pembuluh darah

c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Rasional : aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

perdarahan

24

Page 18: Bab II Tinjauan Literatur

d. Monitor jumlah trombosit seiap hari

Rasional : dengan jumlah trombosit dipantau setiap hari dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah

e. Beri penjelasan tentang trombosito penia pada pasien

Rasional : agar pasien / keluarga mengetahui dan membantu

mengantisipasi terjadinya perdarahan

f. Beri penjelasan pada pasien / keluarga untuk melaporkan jika terjadi

perdarahan seperti hematemesis, melena dan apitaksis

Rasional : keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan

terjadinya perdarahan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia

Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : - Kebutuhan nutrisi terpenuhi mampu

menghabiskan makanan sesuai dengan porsi

yang diberikan / dibutuhkan

- Berat badan meningkat/normal

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda-tanda vital

Rasional : meningkatnya suhu atau memanjangnya demam akan

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi.

b. Kaji terjadinya penurunan berat badan pasien.

Rasional : untuk mengetahui berat badan pasien.

25

Page 19: Bab II Tinjauan Literatur

c. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.

Rasional : cara menghidangkan makanan dapat menstimulasi

nafsu makan pasien

d. Beri makan sedikit tapi sering

Rasional : untuk mengurangi mual

e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap

hari.

Rasional : untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien

f. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

antiemetik

Rasional : Untuk mengurangi mual muntah

5. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

Tujuan : Nyeri hilang / skala nyeri 0

Kriteria hasil : - Pasien tampak rileks

- Rasa nyaman pasien terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

b. Beri posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang

Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri

c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

26

Page 20: Bab II Tinjauan Literatur

Rasional : dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan

perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

d. Beri obat-obat analgetik sesuai indikasi dokter

Rasional : untuk mengurangi nyeri pasien

e. Ajarkan teknik distraksi rileksasi distrasi (mengalih perhatian) dengan

rilaksasi (menarik nafas)

Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume

cairan tubuh

Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria hasil :

- Pasien tidak terjadi syok hipovolemik

- Tanda-tanda vital dalam batas normal

(TD : 140/90 mmHg, N : 70-140 x/menit, S : 36-370C RR : 15-24

x/menit)

- Keadaan umum pasien baik

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama

pada saat terjadi perdarahan sehingga diketahui tanda syok dan dapat

segera ditangani.

27

Page 21: Bab II Tinjauan Literatur

b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam sampai 3 jam

Rasional : tanda-tanda vital normal menandakan keadaan umum yang

baik

c. Monitor hemoglobin, hematokrit, trombosit

Rasional : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien sehingga sebagai acuan melakukan tindakan

lebih lanjut

d. Lapor dokter bila tampak syok

Rasional : untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera

mungkin

e. Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang

atau posisi datar

Rasional : untuk menghindari kondisi yang lebih buruk

7. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah

Tujuan : kebutuhan aktivitas pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

- Pasien mampu mandiri dalam beraktivitas sehari-hari

- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur,

dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi :

a. Kaji keadaan umum pasien

Rasional : untuk mengetahui keadaan perkembangan pasien

28

Page 22: Bab II Tinjauan Literatur

b. Anjurkan pasien untuk ADL secara bertahap

Rasional : untuk melatih kekuatan otot

Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan oleh pasien

Rasional : untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam

memenuhi kebutuhannya

b. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari

sesuai tingkat keterbatasan pasien

Rasional : pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat

kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab

dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa

mengalami ketergantungan pada perawat

c. Libatkan keluarga pasien dalam perawatan

Rasional : membantu dalam proses penyembuhan

8. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

hypovolemia

Tujuan : perfusi jaringan teratasi

Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan

dengan tanda-tanda vital stabil pengisian kapiler

baik, haluaran urin kuat.

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan

Rasional : menurunkan beban kerja miokard dan O2 memaksimalkan

efektivitas dari perfusi jaringan

29

Page 23: Bab II Tinjauan Literatur

b. Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatatat perkembangan

hipotensi dan perubahan pada tekanan denyut nadi

Rasional : hipotensi akan berkembang bersamaan dengan

mikrooraganisme menyerang aliran darah

c. Kaji frekuensi pernafasan, kelemahan, dan kwalitas

Rasional : peningkatan pernafasan terjadi respon terhadap efek-efek

langsung dari endotoksin pada saat pernafasan di dalam

otot dan juga perkembangan hipoksia, stres dan demam.

d. Pantau tanda-tanpa perdarahan misalnya rembesan dari lokasi

pethekie, ekimosis, hematemesis

Rasional : koagulopati dapat terjadi dihubungkan dengan akselerasi

pada mikro sirkulasi

e. Pantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan

hipotensi dan perubahan pada tekanan denyut.

Rasional : hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikro

oraganisme menyerang aliran darah

9. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan

kurangnnya informasi

Tujuan : pasien tahu / mengerti tentang penyakitnya

Kriteria hasil : Pengetahuan pasien / keluarga paham tentang proses

penyakitnya

30

Page 24: Bab II Tinjauan Literatur

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang penyakitnya

Rasional : untuk memberikan informasi pada pasien / keluarganya

b. Kaji latar belakang pendidikan pasien / keluarga

Rasional : agar perawatan dapat membantu memberikan penjelasan

sesuai dengan pendidikan mereka sehingga penjelasan

dapat dipahami

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan obat-obatan yang

mudah dimengerti

Rasional : dengan mengetahui prosedur / tindakan yang dialami pasien

lebih kooperatif dan kecemasan menurun

d. Menggunakan leaflet / gambar dalam memberikan penjelasan

Rasional : gambar / media leaflet dapat membantu memberikan

penjelasan

e. Berikan petunjuk yang jelas pada keluarga untuk minum obat sesuai

dengan petunjuk :

Rasional : penggunaan obat yang tidak tepat dapat menyebabkan lama

terjadi proses penyembuhan

10. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk

Tujuan : rasa cemas hilang

Kriteria Hasil : ungkapan perasaan pasien senang

31

Page 25: Bab II Tinjauan Literatur

Intervensi :

a. Kaji rasa cemas yang dialami oleh pasien

Rasional : menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien

b. Jalin hubungan salin percaya dengan pasien

Rasional : pasien bersifat terbuka dengan perawat

c. Tunjukkan sikap empati

Rasional : sikap empati akan, pasien merasa diperhatikan dengan baik

d. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : agar segala sesuatu yang disampaikan memberikan hasil

yang efektif

(Doenges, 2000, Efendi, 2008; http//askep.blogspot.com/2008)

32