bab i - cucuzakariyya.files.wordpress.com file · web viewmeningkatkan minat belajar sains (ipa)...
TRANSCRIPT
PROPOSAL PTK
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) SEKOLAH DASAR NEGERI 234/IX SEI AUR
TAHUN PELAJARAN 2009/201
Oleh :
NAMA NAMA : GREGRORINA B.G.S
NIM : A12D108012
PROGRAM STUDI : S 1 PGSD
JURUSAN : GURU KELAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAMBI
2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
SDN 234/IX Sei Aur terletak di desa kubu kandang kecamatan kumpeh kabupaten
Muaro Jambi. Siswa kelas IV berjumlah 10 orang. 4 orang laki-laki dan 6 orang
perempuan. Umur mereka berkisar 9 sampai 11 tahun. Sebagian besar mereka berasal dari
keluarga pra sejahtera. Latar belakang pekerjaan orangtua mereka adalah petani. Motivasi
belajar siswa sangat rendah, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian orangtua siswa
terhadap siswa dirumah karena rata-rata orangtua siswa hanya mengenyam pendidikan di
SD.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata guru kelas
di Sekolah Dasar Negeri 234/IX Aur dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau
hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan masih bersifat tradisional, yaitu
seperti metode ceramah dan metode pemberian tugas. Guru tidak menggunakan model dan
metode pembelajaran yang lebih variatif untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Cara belajar siswa sangat tergantung kepada guru. Guru merupakan satu-satunya
sumber belajar. Siswa sangat pasif dalam kegiatan belajar mengajar, pada saat diminta
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau persaan secara lisan siswa tidak bisa
menjawab. Hal ini disebabkan karena Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang
menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium juga menjadi faktor yang
mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar yang diperoleh siswa. Ruang kelas yang
terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah siswa juga sangat berpengaruh pada proses
pembelajaran.
Banyak guru yang mengeluhkan prestasi siswa yang tidak mengalami peningkatan
dari tahun ketahun. Hal ini dikarenakan guru tidak mau melakukan refleksi terhadap cara
mengajar dan melakukan perubahan yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi siswa.
Banyak sekali masalah yang dihadapi guru pada saat pembelajaran berlangsung. Masalah
tersebut sangat beragam untuk setip mata pelajaran. Pada pelajaran Bahasa Indonesia,
siswa sangat pasif, ketika diminta untuk menyampaikan gagasan, fikiran dan pendapat.
Pada mata pelajaran Matematika banyak siswa yang belum bisa mengerjakan
penjumlahan, perkalian dan pembagian. Sedangkan pada pelajaran IPS dan PKn beberapa
siswa tidak malas untuk mengerjakan tugas. Dan untuk pelajaran Sains, minat belajar
siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh Tidak adanya sarana dan prasarana belajar
yang menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium yang dapat mempengaruhi
minat siswa maupun hasil belajara siswa.
Dari masalah-masalah yang dihadapi disekolah peneliti menemui hambatan dalam
pembelajaran sains. Pada saat proses pembelajaran Sains, siswa ribut, siswa tidak
memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, ketika di adakan evaluasi siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan peneliti
dapat mengidentifikasi beberapa factor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan dalam
proses pembelajaran, yaitu guru tidak bisa membuat suasana belajar yang dapat
meningkatkan minat belajar siswa, misalnya dengan menggunakan alat peraga. Metode
pembelajaran yang digunakan monoton sehingga membuat anak bosan, siswa tidak
memiliki motivasi belajar dan ruang kelas terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah
siswa, ini sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan strategi pembelajaran
yang berguna untuk meningkatkan minat siswa secara optimal yaitu dengan menggunakan
pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan strategi
ini, diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi, 2002: 1).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul
adalah: “bagaimana meningkatkatkan minat belajar siswa kelas IV dengan
menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) pada pelajaran Sains di SDN 234/IX
Sei Aur?” .
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan minat belajar siswa terhadap Sains (IPA) pada pokok bahasan cahaya dengan
menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti :
Berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang strategi
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).
Membantu dan mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa
2. Bagi Guru,
Diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan
pokok bahasan yang akan disampaikan
Memacu para guru untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran dengan
metode yang bervariasi dan sarana yang mendukung.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Sains
(IPA).
Membantu sekolah untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
Meningkatkan mutu sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proses Belajara IPA
A. Tinjauan Tentang Belajar
Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar
psikologi, antara lain:
1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman.
2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar
merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik
atau pengalaman.
3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar
merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar
merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung
selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari
proses pertumbuhan.
Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.
Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi
sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan
perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3).
Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60)
dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut
dengan ranah belajar, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan
kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman,
penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk,
merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini
berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini
mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai
dengan pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih
dengan ranah kognitif dan afektif
Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan
karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.
B. Hakikat IPA
Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong anusia
mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam.Hal ini mendorong
munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikirandilakukan secara terpola
sehingga dipahami oleh orang lain. Doronganingin tahu meningkat untuk mencari
kepuasan dan penggunaannya.Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang
lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan
berkembangmenjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui
percobaan,didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara sistematis
dapatditerima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut
produk,sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses.
Langkahlangkahatau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara
atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubunganantara
fakta dan gagasan. Pola memecahkan masalah denganmenggunakan metode ilmiah
dianut orang secara umum. Orang yangterbiasa menggunakan metode ilmiah
berarti mempunyai sikap ilmiah.(Wahyana, 1977 : 291-293)
Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991 : 3-5) IPA dapat dipandang
sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahamiberbagai gejala alam. Untuk
itu diperlukan cara tertentu yang sifatnyaanalisis, cermat, lengkap dan
menghubungkan gejala alam yang satudengan gejala alam yang lain. IPA dapat
dipandang sebagai suatu produkdari upaya manusia memahami berbagai gejala alam.
IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan
pandangan yangmitologis menjadi sudut pandang ilmiah.Mata pelajaran IPA adalah
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap
dan nilai ilmiah padasiswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan
Yang MahaEsa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA
pada siswa, tetapi juga ikut membina kepribadian anak.
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :
a. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan
dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan seharihari.
b. Mengembangkan keterampilan proses.
c. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswauntuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara kemajuan IPA dan teknologi.
e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yanglebih tinggi. (Depdikbut, 1997 : 87)
C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya
dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek disekitar
lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti
berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan
dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir
kebalikan, melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.
Anak SD sudah mampu mengklasifikasikan bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir
kebalikan misalnya merpati termasuk burung, burung itu bertelur maka anak dapat
menyimpulkan bahwa merpati dapat bertelur. Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia
dapat membuat hipotesis sederhana. (Wahyana, 1997 : 298). Ruang lingkup IPA di SD
mencangkup mahluk hidup dan proses kehidupannya, materi sifat-sifat dan keghunaannya,
kesehatan dan makanan, penyakit dan pemecahannya, membudayakan alam dan kegunaannya,
pemeliharaan dan pelestariannya. Alokasi waktu yang diberikan berturut-turut dari kelas III
sampai VI adalah 3, 6, 6, 6 jam pelajaran per minggu. (Depdikbud, 1994 : 117)
D. Tinjauan Tentang Minat
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat seperti halnya.
Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) menekankan bahwa
minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu.
Sedangkan menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat
adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang
pada individu.
Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi minat senantiasa
erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas dan situasi. Selain itu, minat
sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak
akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya.
Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan
sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan
yang dilakukannya cukup menarik minatnya.
Indrafachrudi, Soekarto (1970: 96) dalam bukunya menyatakan bahwa prinsip umum
dari minat ialah bahwa minat seorang anak itu berpusat pada aktivitas yang menimbulkan
kepuasan yang mengurangi ketegangan (tension). Sehingga, apabila aktivitas yang dilakukan
oleh anak menarik perhatiannya, maka akan timbul minat pada anak tersebut dan mendapat
suatu kepuasan.
Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan, kesadaran, dan
perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar siswa tidak akan optimal. Namun,
dalam pengukuran minat, aspek kesenangan tidak disertakan.
Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:
1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang dalam beraktivitas.
2. Minat dapat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap masalah yang dihadapi.
3. Minat sebagai pembantu dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam
mencapai suatu kematangan dan kedewasaan serta cita-cita.
Selain itu, ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran
terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat anak-anak.
b. Untuk memelihara minat yang baru timbul.
c. Untuk mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan
studi/pekerjaan yang cocok baginya.
Menurut Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 233), salah satu metode pengukuran
minat adalah dengan menggunakan kuesioner yang di dalamnya berisi tentang
pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan keadaan siswa yang harus dipilih
dan kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Dari pilihan tersebut
dalam tiap pernyataan akan menghasilkan skor yang mencerminkan minat.
Minat termasuk ranah afektif yang menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
keberhasilan studi yang optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu pelajaran
diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu setiap guru harus
mampu membangkitkan minat semua siswanya terhadap mata pelajaran yang diajarkan
guru.
Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:
1. Membangkitkan suatu kebutuhan siswa (kebutuhan untuk menghargai keindahan,
memperoleh penghargaan, dsb).
2. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang lampau.
3. Memberi kesempatan siswa untuk mendapat hasil yang baik.
4. Menggunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,
demonstrasi, dsb).
Dari penjelasan di atas, maka supaya minat siswa dapat dibangkitkan untuk
memperoleh hasil yang baik, guru perlu mengusahakan cara-cara tersebut di atas.
C. Tinjauan Tentang Pendekatan Kontekstual ( CTL )
Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan
oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang
diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan adanya minat belajar yang tinggi,
diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.
Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsep belajar
yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan
situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa
pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).
2. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.
Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk:
a. Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.
b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.
c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran.
d. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk
mempelajarinya.
e. Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan
pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih luas.
f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang anak-anak.
g. Menarik perhatian anak atau kelas.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun penerapannya dalam
kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan: antara
siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb.
3. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan.
Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun langkah-
langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:
a. Rumusan masalah → hipotesis
b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel,dll.
d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas,
guru, atau audien yang lain.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan teknik learning
community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada
yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah
(Nurhadi, 2002: 15).
5. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau
pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang bisa ditiru.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh
temannya tentang kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham
apabila diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke
belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Selain itu, refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru
diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks
pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu
adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir
pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan
refleksi (Nurhadi, 2002: 18).
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan
penilaian bukanlah mencari informasi tentang belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).
Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
CTL jika menerapkan komponen-komponen tersebut di atas dalam pembelajarannya.
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan
dan ketrampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
CTL dapat meningkatkan minat belajar Sains (IPA), karena ilmu dan pengalaman
yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun
mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja
kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan pemodelan, dan
dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.
2.2 Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian diatas, maka secara teori terdapat hubungan sebab akibat
antara variable dependen dengan variable independent. Semakin tepat penggunaan
suatu model pembelajaran dan adanya pengulangan pada inti materi pembelajaran,
maka diperkirakan akan semakin baik pula minat belajar siswa dalam belajar, yang
akhirnya akan meningkatkan minat belajar terhadap pembelajaran SAINS.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : ” Minat belajar siswa pada pelajaran SAINS akan
semakin meningkat dengan menggunakan CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING ( CTL ) “
BAB III
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dilakukan dikelas IV SD 234/IX Sei Aur berjumlah 10 siswa,
yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 4 siswa laki – laki. SD 234 Sei Aur terletak di
kabupaten Muaro Jambi. Kawasan ini merupakan kawasan perairan sungai Batanghari,
sehingga 50 % orang tua siswa bekerja sebagai nelayan dan 50 % petani padi.
Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) siklus.
Setiap siklus terdiri dari 4 Tahap, yaitu Perencanaan, Pelaksanaa, Observasi dan Refleksi.
3.2.1 Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Observasi awal dan identifikasi masalah
b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus dan sistem penilaian, rencana
pembelajaran (RP), lembar kerja siswa (LKS) serta alat dan bahan yang terkait dengan
pokok bahasan yang diajarkan.
c. Menyusun lembar kuesioner untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap
mata pelajaran Sains (IPA).
d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil kognitif siswa dan
lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik siswa.
e. Menyusun kisi-kisi lembar kuesioner.
f. Menguji coba lembar kuesioner yang dilakukan pada siswa di luar sampel untuk
mendapatkan perangkat kuesioner yang valid dan reliabel.
3.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan lembar kuesioner awal sebelum
dilakukan tindakan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran
Sains (IPA). Setelah itu dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan Benda
dan Sifatnya.
Langkah terakhir setelah dilaksanakan pembelajaran yaitu memberikan lembar
kuesioner akhir untuk mengetahui seberapa besar kenaikan minat siswa terhadap mata
pelajaran Sains (IPA). Selain itu, siswa juga diberikan tes tertulis yang berupa tes pilihan
ganda untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada pokok bahasan Benda dan Sifatnya.
3.2.3 Observasi
Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan yang dilakukan siswa selama
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan benda dan sifatnya, kemudian peneliti
mengisi dan kemudian menganalisis lembar observasi afektif dan psikomotorik untuk
mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik siswa.
3.2.4 Refleksi
Kegiatan yang dilakukan adalah merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan
siswa selama pelaksanaan pembelajaran apakah siswa mampu berperan secara aktif dalam
pembelajaran, apakah siswa mampu memahami materi yang berikan oleh guru, apakah
terjadi kenaikan minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) dengan menggunakan
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok
bahasan benda dan sifatnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil refleksi ini dapat berguna bagi
siswa maupun guru di masa yang akan datang.
3.2.4 Matriks Metode Penelitian
MATRIK METODE PENELITIAN
Judul : “Meningkatkan minat belajar Sains dengan menggunakan pendekatan kontekstual (contextual Teaching and Learning) pada pokok bahasan Benda dan Sifatnya di kelas IV”.
Nama Peneliti : Gregrorina, A.Ma
No. Rumusan Masalah
Variabel yang
diamataiinstrument Sumber
data
Cara pengambilan
dataAnalisis
1.
3.2.6 Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN MINGGU KE ….1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan 2 Proses pembelajaran 3 Evaluasi 4 Pengumpulan data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Hasil 7 Pelaporan Hasil
Lembar Observasi Pembelajaran
Mata Pelajaran / Topik :
Kelas / Sekolah :
Nama Pengajar :
TAHAP / ASPEK INDIKATOR HASIL OBSERVASI
KEGIATAN AWAL
Apersepsi dan
motivasi
1. Apa yang dilakukan guru untuk
menggali pengetahuan awal atau
memotivasi siswa ?
2. Bagimana respon siswa?
Apakah siswa bertanya tentang
sesuatu masalah terkait dengan
apa yang disajikan guru kepada
kegiatan awal ?
KEGIATAN INTI
Materi ajar 3. Apakah guru memberi penjelasan
umum tentang bahan ajar atau
prosedur kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa ?
4. Bagaimana keterkaitan antara
pembelajaran dengan realita
kehidupan, lingkungan dan
pengetahuan lainnya ?
Pengelolaan sumber
belajar/media
5. apakah guru terampil dalam
memanfaatkan dan mampu
memanipulasi media
pembelajaran ?
6. bagaiman interaksi siswa dengan
sumber belajar/media ?
Strategi Pembelajaran 7. Apakah proses pembelajaran
dilaksanakan dengan strategi yang
sesuai secara lancar ?
8. Apakah siswa dapat mengikuti
atur kegiatan belajar ?
9. Bagaimana cara guru memberikan
arahan yang mendorong siswa
untuk bertanya, berfikir dan
berkegiatan ?
10. Apakah siswa aktif melakukan
kegiatan fisik dan mental
( berfikir )? Berapa banyak anak
yang aktif belajar ?
KEGIATAN
PENUTUP
Penguatan /
Konsolidasi
11. Bagaimana cara guru memberikan
penguatan, dengan meriviu,
merangkum atau menyimpulkan ?
12. Apakah guru memberi tugas
rumah untuk remidi atau
penguatan ?
Evaluasi 13. Bagaimana cara guru melakukan
evaluasi pembelajaran ?
14. Bagaimana ketuntusan belajar
siswa ?
KOMENTAR
PENGAMAT
Keterlaksanaan scenario pembelajaran ( berdasarkan RPP) :
Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat :
Lain-lain :
…………………….........Observer,
____________________Jabatan Posisi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan
Sekolah : SDN 234/IX Sei AurMata Pelajaran : SAINSKelas/Semester : IV/IAlokasi Waktu : 2 x 35 menit ( pertemuan 1 )
A. Standar Kompetensi Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
B. Kompetensi DasarMengidentifikasi benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.
C. IndikatorMengidentifikasi sifat-sifat benda cair
D. Materi PokokSifat-sifat benda cair
E. Model PembelajaranDemonstration
F. Langkah-Langkah PembelajaranKegiatan Awal
Guru menjelaskan pada umumnya benda dibagi menjadi 3 macam, yaitu benda cair, padat dan gas. Coba sebutkan benda apa saja yang termasuk benda cair ?
Kegiatan Inti Guru menyampaikan TPK ( tujuan pembelajaran khusus ) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai Meyiapkan alat dan bahan belajar mengajar Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahanya ( kelompok 2 orang ) Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai scenario yang
telah disipakan Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa. Menjelaskan sifat-sifat benda cair dengan melakukan percobaan
i. Bentuk benda cair sesuai dengan tempatnya Siswa memasukan air berwarna kedalam gelas bening, gelas kimia,
labu elenmeyer dan botol Amati bagaimana bentuk air pada gelas bening, gelas kimia, labu
elenmeyer dan pada botol. Jawaban ditulis pada lembar pengamatan nomor 1
Setiap kolompok memberi kesimpulan dari hasil percobaan di lembar kerja siswa ( LKS )
ii. Benda cair selalu mengalir dari tempat yang rendah Langkah 1
Siswa mengisi selang dengan air berwarna Guru mememgang selang yang telah berisi air kemudian melatakkannya diatas meja dengan posisi mendatar
Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 2.
Langkah 2Guru menyuruh siswa menaikkan “ujung selang” yang kanan.Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 3.
Langkah 3Guru menyuruh siswa menaikkan “ujung selang” yang kiri.Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 4.
Langkah 4Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya
Kegiatan Akhir Guru memberikan pertanyaan atau memberi tugas kepada siswa untuk mencari
contoh-contoh kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan penerapan dari konsep air mengalir ketempat yang lebih rendah ketempat yang lebih rendah, misalnya seperti hal berikut :a. Atap rumah dibuat miring agar air hujan dapat mengalirb. Mengalirnya air dari kamar mandi ke selokanc. Mengalirnya air dari pancuran/air terjun
Guru memberikan kesimpulan
G. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar Media Pembelajaran
- Gelas kimia- Gelas bening- Selang transparan- Ari berwarna- Labu elenmeyer- Botol - Mangkok
Sumber Belajar Buku Paket Sains 4, hal 47 penerbit Mediatama.
H. Evaluasi
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Nama Kelompok : 1 …………..2 …………..
Kelas : IV ( empat )
Materi Pokok : Sifat-sifat benda cair
1. Ketika air dimasukkan kedalam gelas , bentuk air seperti …………..Ketika air dimasukkan kedalam botol, bentuk air seperti …………...Ketika air dimasukkan kedalam mangkok, bentuk air seperti …………
Berdasarkan pecobaan dapat kita simpulkan bahwa “ bentuk benda cair selalu mengikuti ……………. “
2. ketika selang dalam keadaan mendatar, apa yang terjadi pada air di dalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………
3. Ketika “ujung selang” yang kanan dinaikkan, apa yang terjadi pada air didalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………
4. Ketika “ujung selang” yang kiri dinaikkan, apa yang terjadi pada air didalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………
Hasil jawaban no 2,3 dan 4 dapat dibuat table sebagai berikut :
Keadaan Selang Yang terjadi pada air dalam selang- Mendatar
- “ ujung” yang kanan dinaikkan
- “ ujung” yang kiri dinaikkan
……………………………….
……………………………….
……………………………….
Berdasarkan rangkuman pada no 2,3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa :Air mengalir dari …………………… ke ……………….
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan
Sekolah : SDN 234/IX Sei AurMata Pelajaran : SAINSKelas/Semester : IV/IAlokasi Waktu : 2 x 35 menit ( pertemuan 2 )
A. Standar Kompetensi Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.
B. Kompetensi DasarMengidentifikasi benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.
C. IndikatorMengidentifikasi sifat-sifat benda cair
D. Materi PokokSifat-sifat benda cair
E. Model PembelajaranDemonstration
F. Langkah-Langkah PembelajaranKegiatan Awal
a. Guru menjelaskan pada umumnya benda dibagi menjadi 3 macam, yaitu benda cair, padat dan gas. Coba sebutkan benda apa saja yang termasuk benda cair ?
Kegiatan Intib. Guru menyampaikan TPK ( tujuan pembelajaran khusus )c. Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapaid. Meyiapkan alat dan bahan belajar mengajare. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahanya ( kelompok 2 orang )f. Guru mendemonstrasikan sesuai scenario yang telah disipakang. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa.h. Menjelaskan sifat-sifat benda cair dengan melakukan percobaan
i. Permukaan air yang tenang selalu datar
1. Langkah 1Guru memperlihatkan gelas kimia berisi air berwarna dalam keadaan mendatar . pada saat didalam gelas kimia diam, guru bersama-sama siswa yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tiggi permukaan air di tiga titik ( titik A, titik B dan titik C ) dan anggota kelompok menyaksikan. Amati berapa tinggi air dari meja ketitik A, B, dan C ? Jawaban ditulis pada lebar pengamatan nomor 1.
2. Langkah 2
Guru mengganjal salah satu sisi bagian bawah gelas kimia. Ketika air didalam gelas kimia dalam keadaan diam, guru bersama-sama murid yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tinggi air di dua titik ( titik D dan titik E ). Berapa tinggi air dari meja ketitik D dan berapat tinggi air dari meja ketitik E ?Jawaban ditulis pada lebar pengamatan no 2.
3. Langkah 3Guru mengganjal sisi lain bagian bawah gelas kimia. Ketika air dalam keadaan diam, guru bersama-sama siswa-siswa yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tinggi permukaan air di dua tempat ( titik F dan titik G ). Berapa tinggi air dari meja ke F dan berapa tinggi dari meja ketitik G ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan nomor urut 3.
4. Langkah 4Guru memperlihatkan selang berisi air ( posisi selang dibuat seperti huruf U ).Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan disbanding yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan no 4.
5. Langkah 5Guru menarik selang yang kiri ke atas dan menurunkan selang yang kanan.Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan dengan selang yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan no 5
6. Langkah 6Guru menurunkan selang kiri dan menaikkan selang kanan.Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan disbanding selang yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar jawaban no 6
7. Langkah 7Guru menugasi setiap kelompok merangkum hasil pengamatan langkah 4,5 dan 6. rangkuman tersebut berupa table yang ditulis pada lembar pengamatan no 7.
8. Langkah 8Tiap kelompok mengemukakan hasil pengamatannya.
i. Kegiatan Akhir
Guru memberikan kesimpalan
G. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
Media Pembelajaran- Gelas kimia- Gelas bening- Selang transparan- Ari berwarna- Labu elenmeyer- Botol - Mangkok
Sumber Belajar Buku Paket Sains 4, hal 47 penerbit Mediatama
H. Evaluasi
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Nama Kelompok : 1 …………..2 …………..
Kelas : IV ( empat )
Materi Pokok : Sifat-sifat benda cair
1. Ketika gelas kimia dalam keadaan tegak dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik A ………… Tinggi air dari meja samapi titik B ………… Tinggi air dari meja samapi titik C …………
2. Ketika gelas kimia salah satu bagian bawahnya diganjal dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik D ………… Tinggi air dari meja samapi titik E …………
3. Ketika gelas kimia salah satu bagian bawahnya diganjal dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik F ………… Tinggi air dari meja samapi titik G …………
Dari jawaban nomor urut 2.3 dan 4 buatlah rangkuman dengan memberi tanda “ √ “ pada table dibawah ini.
Keadaan Gelas Kimia Tinggi Permukaan Air Sama
Tinggi Permukaan Air Tidak Sama
tegak
salah satu bawahnya di ganjal
salah satu bagian bawah lainnya diganjal
…………
…………
…………
…………
…………
…………
4. Ketika “ ujung selang “ sama tinggi dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..
5. Ketika “ ujung selang “ yang kiri dinaikkan dan yang kanan diturunkan dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..
6. Ketika “ ujung selang “ yang kiri diturunkan dan yang kanan dinaikkan dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..
7. Dari jawaban no 4,5 dan 6 dapat disimpulkan dengan memberi tanda “ √ “ pada kolom dibawah ini.
Keadaan Kaki Selang Tinggi Permukaan Air Sama
Tinggi Permukaan Air Tidak Sama
Sama tinggi
Yang kiri dinaikkan dan yang Kanan diturunkan
Yang kiri diturunkan dan yang Kanan dinaikkan
…………
…………
…………
…………
…………
…………
8. Dari hasil rangkuman langkah 7 dapat disipulkan :Permukaan air pada selang kiri dan selang kanan selalu sama …………………. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan air selalu ……………