bab i - cucuzakariyya.files.wordpress.com file · web viewmeningkatkan minat belajar sains (ipa)...

38
PROPOSAL PTK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) SEKOLAH DASAR NEGERI 234/IX SEI AUR TAHUN PELAJARAN 2009/201 Oleh : NAMA : GREGRORINA B.G.S NIM : A12D108012 PROGRAM STUDI : S 1 PGSD JURUSAN : GURU KELAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAMBI

Upload: buikhanh

Post on 07-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL PTK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) SEKOLAH DASAR NEGERI 234/IX SEI AUR

TAHUN PELAJARAN 2009/201

Oleh :

NAMA NAMA : GREGRORINA B.G.S

NIM : A12D108012

PROGRAM STUDI : S 1 PGSD

JURUSAN : GURU KELAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAMBI

2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

SDN 234/IX Sei Aur terletak di desa kubu kandang kecamatan kumpeh kabupaten

Muaro Jambi. Siswa kelas IV berjumlah 10 orang. 4 orang laki-laki dan 6 orang

perempuan. Umur mereka berkisar 9 sampai 11 tahun. Sebagian besar mereka berasal dari

keluarga pra sejahtera. Latar belakang pekerjaan orangtua mereka adalah petani. Motivasi

belajar siswa sangat rendah, hal ini dikarenakan kurangnya perhatian orangtua siswa

terhadap siswa dirumah karena rata-rata orangtua siswa hanya mengenyam pendidikan di

SD.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata guru kelas

di Sekolah Dasar Negeri 234/IX Aur dalam mengajar cenderung bersifat informatif atau

hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara

aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan masih bersifat tradisional, yaitu

seperti metode ceramah dan metode pemberian tugas. Guru tidak menggunakan model dan

metode pembelajaran yang lebih variatif untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Cara belajar siswa sangat tergantung kepada guru. Guru merupakan satu-satunya

sumber belajar. Siswa sangat pasif dalam kegiatan belajar mengajar, pada saat diminta

untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau persaan secara lisan siswa tidak bisa

menjawab. Hal ini disebabkan karena Tidak adanya sarana dan prasarana belajar yang

menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium juga menjadi faktor yang

mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar yang diperoleh siswa. Ruang kelas yang

terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah siswa juga sangat berpengaruh pada proses

pembelajaran.

Banyak guru yang mengeluhkan prestasi siswa yang tidak mengalami peningkatan

dari tahun ketahun. Hal ini dikarenakan guru tidak mau melakukan refleksi terhadap cara

mengajar dan melakukan perubahan yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi siswa.

Banyak sekali masalah yang dihadapi guru pada saat pembelajaran berlangsung. Masalah

tersebut sangat beragam untuk setip mata pelajaran. Pada pelajaran Bahasa Indonesia,

siswa sangat pasif, ketika diminta untuk menyampaikan gagasan, fikiran dan pendapat.

Pada mata pelajaran Matematika banyak siswa yang belum bisa mengerjakan

penjumlahan, perkalian dan pembagian. Sedangkan pada pelajaran IPS dan PKn beberapa

siswa tidak malas untuk mengerjakan tugas. Dan untuk pelajaran Sains, minat belajar

siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh Tidak adanya sarana dan prasarana belajar

yang menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium yang dapat mempengaruhi

minat siswa maupun hasil belajara siswa.

Dari masalah-masalah yang dihadapi disekolah peneliti menemui hambatan dalam

pembelajaran sains. Pada saat proses pembelajaran Sains, siswa ribut, siswa tidak

memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, ketika di adakan evaluasi siswa tidak

dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dari hasil pengamatan peneliti

dapat mengidentifikasi beberapa factor yang menjadi penyebab ketidakberhasilan dalam

proses pembelajaran, yaitu guru tidak bisa membuat suasana belajar yang dapat

meningkatkan minat belajar siswa, misalnya dengan menggunakan alat peraga. Metode

pembelajaran yang digunakan monoton sehingga membuat anak bosan, siswa tidak

memiliki motivasi belajar dan ruang kelas terlalu sempit dan tidak sesuai dengan jumlah

siswa, ini sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan strategi pembelajaran

yang berguna untuk meningkatkan minat siswa secara optimal yaitu dengan menggunakan

pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan strategi

ini, diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi, 2002: 1).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang timbul

adalah: “bagaimana meningkatkatkan minat belajar siswa kelas IV dengan

menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) pada pelajaran Sains di SDN 234/IX

Sei Aur?” .

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan minat belajar siswa terhadap Sains (IPA) pada pokok bahasan cahaya dengan

menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti :

Berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang strategi

pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).

Membantu dan mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa

2. Bagi Guru,

Diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan

pokok bahasan yang akan disampaikan

Memacu para guru untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran dengan

metode yang bervariasi dan sarana yang mendukung.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran Sains

(IPA).

Membantu sekolah untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.

Meningkatkan mutu sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proses Belajara IPA

A. Tinjauan Tentang Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar

psikologi, antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik

atau pengalaman.

3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung

selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari

proses pertumbuhan.

Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung tiga unsur utama, yaitu:

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.

Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi

sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan

perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun

psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3).

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60)

dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut

dengan ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan

kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman,

penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk,

merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini

berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini

mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai

dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik

seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih

dengan ranah kognitif dan afektif

Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan

karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

B. Hakikat IPA

Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong anusia

mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam.Hal ini mendorong

munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikirandilakukan secara terpola

sehingga dipahami oleh orang lain. Doronganingin tahu meningkat untuk mencari

kepuasan dan penggunaannya.Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang

lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan

berkembangmenjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui

percobaan,didukung oleh fakta menggunakan metode berfikir secara sistematis

dapatditerima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut

produk,sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses.

Langkahlangkahatau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara

atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubunganantara

fakta dan gagasan. Pola memecahkan masalah denganmenggunakan metode ilmiah

dianut orang secara umum. Orang yangterbiasa menggunakan metode ilmiah

berarti mempunyai sikap ilmiah.(Wahyana, 1977 : 291-293)

Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991 : 3-5) IPA dapat dipandang

sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahamiberbagai gejala alam. Untuk

itu diperlukan cara tertentu yang sifatnyaanalisis, cermat, lengkap dan

menghubungkan gejala alam yang satudengan gejala alam yang lain. IPA dapat

dipandang sebagai suatu produkdari upaya manusia memahami berbagai gejala alam.

IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan

pandangan yangmitologis menjadi sudut pandang ilmiah.Mata pelajaran IPA adalah

program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap

dan nilai ilmiah padasiswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan

Yang MahaEsa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA

pada siswa, tetapi juga ikut membina kepribadian anak.

Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :

a. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan

dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan seharihari.

b. Mengembangkan keterampilan proses.

c. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswauntuk

meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

antara kemajuan IPA dan teknologi.

e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun

untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yanglebih tinggi. (Depdikbut, 1997 : 87)

C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pendidikan di SD disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak, artinya

dengan tingkat kemampuan berfikir anak. Pikiran anak masih terbatas pada obyek disekitar

lingkungan. Pada tingkat ini anak dapat mengenal bagian-bagian dari benda-benda seperti

berat, warna dan bentuknya. Kemampuan yang dikembangkan adalah menggolongkan

dengan berbagai cara, menyusun dan merangkai berurutan, melakukan proses berfikir

kebalikan, melakukan operasi matematika, seperti menambah, mengurangi dan mengalikan.

Anak SD sudah mampu mengklasifikasikan bagian-bagian, struktur dan fungsi. Dia berfikir

kebalikan misalnya merpati termasuk burung, burung itu bertelur maka anak dapat

menyimpulkan bahwa merpati dapat bertelur. Anak belum dapat berfikir abstrak tetapi ia

dapat membuat hipotesis sederhana. (Wahyana, 1997 : 298). Ruang lingkup IPA di SD

mencangkup mahluk hidup dan proses kehidupannya, materi sifat-sifat dan keghunaannya,

kesehatan dan makanan, penyakit dan pemecahannya, membudayakan alam dan kegunaannya,

pemeliharaan dan pelestariannya. Alokasi waktu yang diberikan berturut-turut dari kelas III

sampai VI adalah 3, 6, 6, 6 jam pelajaran per minggu. (Depdikbud, 1994 : 117)

D. Tinjauan Tentang Minat

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat seperti halnya.

Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) menekankan bahwa

minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu.

Sedangkan menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat

adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang

pada individu.

Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi minat senantiasa

erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas dan situasi. Selain itu, minat

sangat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak

akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya.

Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan

sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar, apabila pekerjaan

yang dilakukannya cukup menarik minatnya.

Indrafachrudi, Soekarto (1970: 96) dalam bukunya menyatakan bahwa prinsip umum

dari minat ialah bahwa minat seorang anak itu berpusat pada aktivitas yang menimbulkan

kepuasan yang mengurangi ketegangan (tension). Sehingga, apabila aktivitas yang dilakukan

oleh anak menarik perhatiannya, maka akan timbul minat pada anak tersebut dan mendapat

suatu kepuasan.

Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan, kesadaran, dan

perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar siswa tidak akan optimal. Namun,

dalam pengukuran minat, aspek kesenangan tidak disertakan.

Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:

1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang dalam beraktivitas.

2. Minat dapat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap masalah yang dihadapi.

3. Minat sebagai pembantu dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam

mencapai suatu kematangan dan kedewasaan serta cita-cita.

Selain itu, ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu mengadakan pengukuran

terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan minat anak-anak.

b. Untuk memelihara minat yang baru timbul.

c. Untuk mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan

studi/pekerjaan yang cocok baginya.

Menurut Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 233), salah satu metode pengukuran

minat adalah dengan menggunakan kuesioner yang di dalamnya berisi tentang

pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan keadaan siswa yang harus dipilih

dan kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu. Dari pilihan tersebut

dalam tiap pernyataan akan menghasilkan skor yang mencerminkan minat.

Minat termasuk ranah afektif yang menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai

keberhasilan studi yang optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu setiap guru harus

mampu membangkitkan minat semua siswanya terhadap mata pelajaran yang diajarkan

guru.

Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:

1. Membangkitkan suatu kebutuhan siswa (kebutuhan untuk menghargai keindahan,

memperoleh penghargaan, dsb).

2. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang lampau.

3. Memberi kesempatan siswa untuk mendapat hasil yang baik.

4. Menggunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,

demonstrasi, dsb).

Dari penjelasan di atas, maka supaya minat siswa dapat dibangkitkan untuk

memperoleh hasil yang baik, guru perlu mengusahakan cara-cara tersebut di atas.

C. Tinjauan Tentang Pendekatan Kontekstual ( CTL )

Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang dilakukan

oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang

diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan adanya minat belajar yang tinggi,

diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang optimal.

Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsep belajar

yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan

situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa

pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses

belajar mengajar.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman

berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan

pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).

2. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.

Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk:

a. Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.

b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.

c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran.

d. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk

mempelajarinya.

e. Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan

pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi yang lebih luas.

f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang anak-anak.

g. Menarik perhatian anak atau kelas.

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun penerapannya dalam

kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat diterapkan: antara

siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

menemukan.

Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi, bertanya,

mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun langkah-

langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:

a. Rumusan masalah → hipotesis

b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel,dll.

d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman sekelas,

guru, atau audien yang lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan teknik learning

community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Dalam kelas CTL, guru

disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada

yang pandai dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah

(Nurhadi, 2002: 15).

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau

pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang bisa ditiru.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang

dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh

temannya tentang kegiatan yang akan dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham

apabila diberi contoh oleh temannya (Nurhadi, 2002: 16).

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke

belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Selain itu, refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru

diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks

pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Kunci dari semua itu

adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Pada akhir

pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan

refleksi (Nurhadi, 2002: 18).

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan

penilaian bukanlah mencari informasi tentang belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa

siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang

seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode

pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).

Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan

CTL jika menerapkan komponen-komponen tersebut di atas dalam pembelajarannya.

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah

sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan

dan ketrampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL dapat meningkatkan minat belajar Sains (IPA), karena ilmu dan pengalaman

yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa dapat bertanya maupun

mengajukan pendapat tentang materi yang diajarkan, siswa dapat melakukan kerja

kelompok melalui masyarakat belajar, guru dapat melakukan pemodelan, dan

dilakukan penilaian yang sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian diatas, maka secara teori terdapat hubungan sebab akibat

antara variable dependen dengan variable independent. Semakin tepat penggunaan

suatu model pembelajaran dan adanya pengulangan pada inti materi pembelajaran,

maka diperkirakan akan semakin baik pula minat belajar siswa dalam belajar, yang

akhirnya akan meningkatkan minat belajar terhadap pembelajaran SAINS.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis ini dapat

dirumuskan sebagai berikut : ” Minat belajar siswa pada pelajaran SAINS akan

semakin meningkat dengan menggunakan CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING ( CTL ) “

BAB III

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilakukan dikelas IV SD 234/IX Sei Aur berjumlah 10 siswa,

yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 4 siswa laki – laki. SD 234 Sei Aur terletak di

kabupaten Muaro Jambi. Kawasan ini merupakan kawasan perairan sungai Batanghari,

sehingga 50 % orang tua siswa bekerja sebagai nelayan dan 50 % petani padi.

Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) siklus.

Setiap siklus terdiri dari 4 Tahap, yaitu Perencanaan, Pelaksanaa, Observasi dan Refleksi.

3.2.1 Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Observasi awal dan identifikasi masalah

b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus dan sistem penilaian, rencana

pembelajaran (RP), lembar kerja siswa (LKS) serta alat dan bahan yang terkait dengan

pokok bahasan yang diajarkan.

c. Menyusun lembar kuesioner untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap

mata pelajaran Sains (IPA).

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil kognitif siswa dan

lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik siswa.

e. Menyusun kisi-kisi lembar kuesioner.

f. Menguji coba lembar kuesioner yang dilakukan pada siswa di luar sampel untuk

mendapatkan perangkat kuesioner yang valid dan reliabel.

3.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan lembar kuesioner awal sebelum

dilakukan tindakan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran

Sains (IPA). Setelah itu dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan Benda

dan Sifatnya.

Langkah terakhir setelah dilaksanakan pembelajaran yaitu memberikan lembar

kuesioner akhir untuk mengetahui seberapa besar kenaikan minat siswa terhadap mata

pelajaran Sains (IPA). Selain itu, siswa juga diberikan tes tertulis yang berupa tes pilihan

ganda untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada pokok bahasan Benda dan Sifatnya.

3.2.3 Observasi

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan yang dilakukan siswa selama

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan benda dan sifatnya, kemudian peneliti

mengisi dan kemudian menganalisis lembar observasi afektif dan psikomotorik untuk

mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik siswa.

3.2.4 Refleksi

Kegiatan yang dilakukan adalah merefleksikan kegiatan yang telah dilakukan

siswa selama pelaksanaan pembelajaran apakah siswa mampu berperan secara aktif dalam

pembelajaran, apakah siswa mampu memahami materi yang berikan oleh guru, apakah

terjadi kenaikan minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) dengan menggunakan

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok

bahasan benda dan sifatnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil refleksi ini dapat berguna bagi

siswa maupun guru di masa yang akan datang.

3.2.4 Matriks Metode Penelitian

MATRIK METODE PENELITIAN

Judul : “Meningkatkan minat belajar Sains dengan menggunakan pendekatan kontekstual (contextual Teaching and Learning) pada pokok bahasan Benda dan Sifatnya di kelas IV”.

Nama Peneliti : Gregrorina, A.Ma

No. Rumusan Masalah

Variabel yang

diamataiinstrument Sumber

data

Cara pengambilan

dataAnalisis

1.

3.2.6 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN MINGGU KE ….1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan 2 Proses pembelajaran 3 Evaluasi 4 Pengumpulan data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Hasil 7 Pelaporan Hasil

Lembar Observasi Pembelajaran

Mata Pelajaran / Topik :

Kelas / Sekolah :

Nama Pengajar :

TAHAP / ASPEK INDIKATOR HASIL OBSERVASI

KEGIATAN AWAL

Apersepsi dan

motivasi

1. Apa yang dilakukan guru untuk

menggali pengetahuan awal atau

memotivasi siswa ?

2. Bagimana respon siswa?

Apakah siswa bertanya tentang

sesuatu masalah terkait dengan

apa yang disajikan guru kepada

kegiatan awal ?

KEGIATAN INTI

Materi ajar 3. Apakah guru memberi penjelasan

umum tentang bahan ajar atau

prosedur kegiatan yang harus

dilakukan oleh siswa ?

4. Bagaimana keterkaitan antara

pembelajaran dengan realita

kehidupan, lingkungan dan

pengetahuan lainnya ?

Pengelolaan sumber

belajar/media

5. apakah guru terampil dalam

memanfaatkan dan mampu

memanipulasi media

pembelajaran ?

6. bagaiman interaksi siswa dengan

sumber belajar/media ?

Strategi Pembelajaran 7. Apakah proses pembelajaran

dilaksanakan dengan strategi yang

sesuai secara lancar ?

8. Apakah siswa dapat mengikuti

atur kegiatan belajar ?

9. Bagaimana cara guru memberikan

arahan yang mendorong siswa

untuk bertanya, berfikir dan

berkegiatan ?

10. Apakah siswa aktif melakukan

kegiatan fisik dan mental

( berfikir )? Berapa banyak anak

yang aktif belajar ?

KEGIATAN

PENUTUP

Penguatan /

Konsolidasi

11. Bagaimana cara guru memberikan

penguatan, dengan meriviu,

merangkum atau menyimpulkan ?

12. Apakah guru memberi tugas

rumah untuk remidi atau

penguatan ?

Evaluasi 13. Bagaimana cara guru melakukan

evaluasi pembelajaran ?

14. Bagaimana ketuntusan belajar

siswa ?

KOMENTAR

PENGAMAT

Keterlaksanaan scenario pembelajaran ( berdasarkan RPP) :

Pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh pengamat :

Lain-lain :

…………………….........Observer,

____________________Jabatan Posisi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan

Sekolah : SDN 234/IX Sei AurMata Pelajaran : SAINSKelas/Semester : IV/IAlokasi Waktu : 2 x 35 menit ( pertemuan 1 )

A. Standar Kompetensi Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

B. Kompetensi DasarMengidentifikasi benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.

C. IndikatorMengidentifikasi sifat-sifat benda cair

D. Materi PokokSifat-sifat benda cair

E. Model PembelajaranDemonstration

F. Langkah-Langkah PembelajaranKegiatan Awal

Guru menjelaskan pada umumnya benda dibagi menjadi 3 macam, yaitu benda cair, padat dan gas. Coba sebutkan benda apa saja yang termasuk benda cair ?

Kegiatan Inti Guru menyampaikan TPK ( tujuan pembelajaran khusus ) Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapai Meyiapkan alat dan bahan belajar mengajar Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahanya ( kelompok 2 orang ) Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai scenario yang

telah disipakan Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa. Menjelaskan sifat-sifat benda cair dengan melakukan percobaan

i. Bentuk benda cair sesuai dengan tempatnya Siswa memasukan air berwarna kedalam gelas bening, gelas kimia,

labu elenmeyer dan botol Amati bagaimana bentuk air pada gelas bening, gelas kimia, labu

elenmeyer dan pada botol. Jawaban ditulis pada lembar pengamatan nomor 1

Setiap kolompok memberi kesimpulan dari hasil percobaan di lembar kerja siswa ( LKS )

ii. Benda cair selalu mengalir dari tempat yang rendah Langkah 1

Siswa mengisi selang dengan air berwarna Guru mememgang selang yang telah berisi air kemudian melatakkannya diatas meja dengan posisi mendatar

Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 2.

Langkah 2Guru menyuruh siswa menaikkan “ujung selang” yang kanan.Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 3.

Langkah 3Guru menyuruh siswa menaikkan “ujung selang” yang kiri.Guru menugaskan siswa untuk mengamati keadaan air dan menuliskan hasil pengamatannya pada lembar pegamatan nomor 4.

Langkah 4Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya

Kegiatan Akhir Guru memberikan pertanyaan atau memberi tugas kepada siswa untuk mencari

contoh-contoh kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan penerapan dari konsep air mengalir ketempat yang lebih rendah ketempat yang lebih rendah, misalnya seperti hal berikut :a. Atap rumah dibuat miring agar air hujan dapat mengalirb. Mengalirnya air dari kamar mandi ke selokanc. Mengalirnya air dari pancuran/air terjun

Guru memberikan kesimpulan

G. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar Media Pembelajaran

- Gelas kimia- Gelas bening- Selang transparan- Ari berwarna- Labu elenmeyer- Botol - Mangkok

Sumber Belajar Buku Paket Sains 4, hal 47 penerbit Mediatama.

H. Evaluasi

Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Nama Kelompok : 1 …………..2 …………..

Kelas : IV ( empat )

Materi Pokok : Sifat-sifat benda cair

1. Ketika air dimasukkan kedalam gelas , bentuk air seperti …………..Ketika air dimasukkan kedalam botol, bentuk air seperti …………...Ketika air dimasukkan kedalam mangkok, bentuk air seperti …………

Berdasarkan pecobaan dapat kita simpulkan bahwa “ bentuk benda cair selalu mengikuti ……………. “

2. ketika selang dalam keadaan mendatar, apa yang terjadi pada air di dalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………

3. Ketika “ujung selang” yang kanan dinaikkan, apa yang terjadi pada air didalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………

4. Ketika “ujung selang” yang kiri dinaikkan, apa yang terjadi pada air didalamnya ?Jawab ……………………………………………………………………………

Hasil jawaban no 2,3 dan 4 dapat dibuat table sebagai berikut :

Keadaan Selang Yang terjadi pada air dalam selang- Mendatar

- “ ujung” yang kanan dinaikkan

- “ ujung” yang kiri dinaikkan

……………………………….

……………………………….

……………………………….

Berdasarkan rangkuman pada no 2,3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa :Air mengalir dari …………………… ke ……………….

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan

Sekolah : SDN 234/IX Sei AurMata Pelajaran : SAINSKelas/Semester : IV/IAlokasi Waktu : 2 x 35 menit ( pertemuan 2 )

A. Standar Kompetensi Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

B. Kompetensi DasarMengidentifikasi benda padat, cair dan gas memiliki sifat tertentu.

C. IndikatorMengidentifikasi sifat-sifat benda cair

D. Materi PokokSifat-sifat benda cair

E. Model PembelajaranDemonstration

F. Langkah-Langkah PembelajaranKegiatan Awal

a. Guru menjelaskan pada umumnya benda dibagi menjadi 3 macam, yaitu benda cair, padat dan gas. Coba sebutkan benda apa saja yang termasuk benda cair ?

Kegiatan Intib. Guru menyampaikan TPK ( tujuan pembelajaran khusus )c. Guru menyampaikan materi dan kompetensi yang ingin dicapaid. Meyiapkan alat dan bahan belajar mengajare. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahanya ( kelompok 2 orang )f. Guru mendemonstrasikan sesuai scenario yang telah disipakang. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa.h. Menjelaskan sifat-sifat benda cair dengan melakukan percobaan

i. Permukaan air yang tenang selalu datar

1. Langkah 1Guru memperlihatkan gelas kimia berisi air berwarna dalam keadaan mendatar . pada saat didalam gelas kimia diam, guru bersama-sama siswa yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tiggi permukaan air di tiga titik ( titik A, titik B dan titik C ) dan anggota kelompok menyaksikan. Amati berapa tinggi air dari meja ketitik A, B, dan C ? Jawaban ditulis pada lebar pengamatan nomor 1.

2. Langkah 2

Guru mengganjal salah satu sisi bagian bawah gelas kimia. Ketika air didalam gelas kimia dalam keadaan diam, guru bersama-sama murid yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tinggi air di dua titik ( titik D dan titik E ). Berapa tinggi air dari meja ketitik D dan berapat tinggi air dari meja ketitik E ?Jawaban ditulis pada lebar pengamatan no 2.

3. Langkah 3Guru mengganjal sisi lain bagian bawah gelas kimia. Ketika air dalam keadaan diam, guru bersama-sama siswa-siswa yang mewakili kelompoknya melakukan pengukuran tinggi permukaan air di dua tempat ( titik F dan titik G ). Berapa tinggi air dari meja ke F dan berapa tinggi dari meja ketitik G ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan nomor urut 3.

4. Langkah 4Guru memperlihatkan selang berisi air ( posisi selang dibuat seperti huruf U ).Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan disbanding yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan no 4.

5. Langkah 5Guru menarik selang yang kiri ke atas dan menurunkan selang yang kanan.Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan dengan selang yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar pengamatan no 5

6. Langkah 6Guru menurunkan selang kiri dan menaikkan selang kanan.Amati, samakah tinggi permukaan air pada selang yang kanan disbanding selang yang kiri ?Jawaban ditulis pada lembar jawaban no 6

7. Langkah 7Guru menugasi setiap kelompok merangkum hasil pengamatan langkah 4,5 dan 6. rangkuman tersebut berupa table yang ditulis pada lembar pengamatan no 7.

8. Langkah 8Tiap kelompok mengemukakan hasil pengamatannya.

i. Kegiatan Akhir

Guru memberikan kesimpalan

G. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar

Media Pembelajaran- Gelas kimia- Gelas bening- Selang transparan- Ari berwarna- Labu elenmeyer- Botol - Mangkok

Sumber Belajar Buku Paket Sains 4, hal 47 penerbit Mediatama

H. Evaluasi

Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Nama Kelompok : 1 …………..2 …………..

Kelas : IV ( empat )

Materi Pokok : Sifat-sifat benda cair

1. Ketika gelas kimia dalam keadaan tegak dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik A ………… Tinggi air dari meja samapi titik B ………… Tinggi air dari meja samapi titik C …………

2. Ketika gelas kimia salah satu bagian bawahnya diganjal dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik D ………… Tinggi air dari meja samapi titik E …………

3. Ketika gelas kimia salah satu bagian bawahnya diganjal dan air tenang. Tinggi air dari meja samapi titik F ………… Tinggi air dari meja samapi titik G …………

Dari jawaban nomor urut 2.3 dan 4 buatlah rangkuman dengan memberi tanda “ √ “ pada table dibawah ini.

Keadaan Gelas Kimia Tinggi Permukaan Air Sama

Tinggi Permukaan Air Tidak Sama

tegak

salah satu bawahnya di ganjal

salah satu bagian bawah lainnya diganjal

…………

…………

…………

…………

…………

…………

4. Ketika “ ujung selang “ sama tinggi dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..

5. Ketika “ ujung selang “ yang kiri dinaikkan dan yang kanan diturunkan dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..

6. Ketika “ ujung selang “ yang kiri diturunkan dan yang kanan dinaikkan dan air tenang, sama atau tidakkah tinggi permukaan air kedua “ ujung selang itu?”Jawab ………………………………………………..

7. Dari jawaban no 4,5 dan 6 dapat disimpulkan dengan memberi tanda “ √ “ pada kolom dibawah ini.

Keadaan Kaki Selang Tinggi Permukaan Air Sama

Tinggi Permukaan Air Tidak Sama

Sama tinggi

Yang kiri dinaikkan dan yang Kanan diturunkan

Yang kiri diturunkan dan yang Kanan dinaikkan

…………

…………

…………

…………

…………

…………

8. Dari hasil rangkuman langkah 7 dapat disipulkan :Permukaan air pada selang kiri dan selang kanan selalu sama …………………. Hal ini menunjukkan bahwa permukaan air selalu ……………