bab 6 pembahasan1
TRANSCRIPT
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1. Pengetahuan tentang Suspek TB Paru
Suspek TB Paru adalah seorang individu yang merupakan tersangka
penderita TB paru dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis
untuk memastikannya. Seseorang dikatakan tersangka penderita TB paru, dilihat
dari gejala umum yaitu batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau
lebih. Selain itu, didukung dengan gejala lainnya yaitu : dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada. badan lemah, nafsu makan menurun,
berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. (Depkes, 2008).
Dari hasil interview, informan B mengatakan secara spesifik tentang
pengertian suspek TB paru yaitu pasien yang dicurigai dengan infeksi oleh kuman
kuman Mycrobakterium Tuberculosis. Sementara informan lainnya, sependapat
bahwa suspek TB paru adalah seseorang yang dicurigai menderita TB paru.
Gejala yang disebutkan oleh informan B adalah batuk lama dengan
kisaran 2-3 minggu atau lebih, dan tanpa menyebutkan gejala tambahan lainnya.
Informan A dan C juga menambahkan gejala tambahan seperti nafsu makan
menurun, berat badan menurun, suhu tubuh yang meningkat (demam),
berkeringat dingin pada malam hari, dan riwayat keluarga menderita TB paru.
Jawaban dari informan secara keseluruhan masih kurang, dikarenakan jawaban
yang tidak merata antara informan satu dengan informan lainnya. Ada petugas
yang hanya menyebutkan gejala utama saja, tanpa menyebutkan gejala tambahan
lainnya. Sehingga persepsi petugas puskesmas akan suspek TB paru masih belum
sepenuhnya sama. Hal ini dapat dikarenakan karena tidak adanya pelatihan
khusus kepada petugas puskesmas pembantu, mengingat latar belakang
pendidikan informan sebagai bidan.
34
6.2. Cara melakukan penjaringan suspek TB paru
Menurut ketiga informan, penjaringan suspek TB paru didasarkan pada
pasien yang datang berobat ke Puskesmas Pembantu dan Poskesdes dengan
keluhan yang mengarah kepada gejala TB paru, ataupun pasien yang pada
awalnya dikatakan terkena ISPA dengan keluhan utama batuk tetapi tidak sembuh
hingga beberapa minggu (2-3 minggu). Informan B dan C menambahkan pasien
yang datang dilakukan pemeriksaan fisik, dilihat berat badan yang kurus (berat
badan cenderung menurun). Informan A mengatakan untuk penjaringan secara
spesifik terdapat checklist yang didapatkan dari pemegang program TB di
Puskesmas Induk untuk ditujukan pada anggota keluarga yang salah satu
keluarganya menderita TB paru untuk penjaringan suspek TB lebih lanjut.
Petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu sangat terbatas hanya informan
sendiri, tidak ada kesempatan untuk melakukan kunjungan ke rumah secara
khusus.
Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.
Penjaringan tersangkan pasien dilakukan di tempat pelayanan kesehatan. Pada
orang dewasa penjaringan suspek TB Paru dilakukan secara pasif artinya
penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang
berkunjung ke Puskesmas. Setiap pasien yang datang dengan keluhan batuk 2-3
minggu diperlakukan sebagai suspek TB paru. Di samping itu, seluruh kontak
penderita TB Paru BTA positif dan keluarga serta anak penderita TB yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya (3 spesimen dahak dalam
waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi – sewaktu) .Penemuan secara aktif dari rumah
ke rumah, dianggap tidak cost efektif. (Depkes, 2008)
Penjaringan suspek TB yang dilakukan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas Pembantu dan Poskesdes masih belum sama dan kurang sesuai dengan
pedoman. Hanya satu informan yang mengatakan secara spesifik tentang
pemeriksaan kepada anggota kelurga yang terkena kontak dengan pasien BTA
positif. Selain itu, Setiap pasien yang datang dengan keluhan batuk 2-3 minggu
35
atau lebih sudah dianggao sebagai suspek TB paru. Salah satu hal yang menjadi
kendala adalah sangat kurangnya petugas kesehatan, yaitu satu orang setiap
petugas sehingga perhatian petugas juga terbagi karena memiliki tugas yang
bermacam-macam.
6.3. Cara merujuk pasien suspek TB paru
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ketiga informan,
informan A, B dan C mengatakan hal serupa bahwa hal yang dilakukan bila
menemukan suspek TB paru adalah merujuk ke puskesmas induk palaran untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan BTA, dikarenakan
Puskesmas Induk terdapat program yang berkaitan dengan penanggulangan
Tuberkulosis, dan pengobatannya hanya tersedia di puskesmas.
Berdasarkan teori, Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
ikut serta dalam program penanggulangan TB Paru yang mencangkup kegiatan
penemuan penderita (case finding) pengamatan dan monitoring penemuan
penderita didahului dengan penemuan tersangka TB paru. Puskesmas pembantu
merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan kegiatan puskesmas yang ruang lingkupnya lebih
Kecil. Puskesmas palaran terdapat program penanggulangan TB paru yang
menyediakan pelayanan pemeriksaan spuntum dan pengobatan TB. Oleh karena
itu jika ada pasien dicurigai TB paru dikirim atau dirujuk ke puskesmas induk
untuk kepastian diagnosis dan tindak lanjut. Pasien yang diduga TB paru selain
dirujuk juga dilakukan passive promotive case finding (penemuan penderita
secara pasif dengan promosi yang aktif).
Hal ini sudah sesuai dengan teori yaitu setiap suspek TB paru dikirim ke
Puskesmas induk yang memiliki fasilitas laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan dahak sehingga dapat menegakkan diagnosis TB paru.
6.4. Edukasi dan Penyuluhan TB paru yang perlu disampaikan kepada masyarakat
36
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ketiga informan,
informan A mengatakan bahwa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dalam
penyuluhan TB paru yaitu dengan menekankan agar penyakitnya tidak menular
dengan cara tidak membuang dahak sembarangan, selain itu juga bisa dianjurkan
pemakaian masker untuk pasien yang menderita TB paru, sedangkan menurut
informan B dan C memberikan penjelasan tentang TB paru baik gejala maupun
pengobatannya.
Berdasarkan teori ada beberapa hal yang harus disampaikan kepada
masyarakat ketika melakukan penyuluhan mengenai TB paru. Tujuan secara umum
dari penyuluhan yaitu agar masyarakat dapat mengetahui tentang penyakit TB paru,
memahami bagaimana proses penularan dan gejala penyakit TB paru sehingga dapat
menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar. Penyuluhan tentang penyakit TB paru
mulai dari pengertian TB paru itu sendiri yaitu merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Selanjutnya menjelaskan cara
penularan penyakit TB paru. sumber penularan TB Paru adalah dahak penderita TB
paru yang mengandung kuman TB. Penyakit TB biasanya menular melalui udara
yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TB batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TB dewasa (Depkes, 2008).
Selain itu juga menjelaskan gejala-gejala yang dialami penderita TB paru
yaitu batuk yang lama lebih dari 3 minggu, batuk disertai bercak darah, berkeringat
dingin terutama malam hari, badan lemas, berat badan berkurang, nafsu makan
menurun dan demam yang berulang. Selain itu juga mengedukasi hal apa saja yang
perlu diwaspadai jika dalam keluarga ada yang memiliki gejala dan tanda seperti
pasien TB paru yaitu ajak penderita memeriksakan keadaannnya secara seksama
ketempat pelayanan kesehatan untuk kepastian diagnosis TB dengan pemeriksaan
dahak, jika benar TB paru, maka pastikan untuk mengikuti program pemberantasan
TB paru dari pemerintah melalui puskesmas terdekat yaitu dengan minum obat secara
tertaur sesuai dengan ketentuan, jangan sekali-kali memutuskan obat sebelum
37
dinyatakan sembuh oleh petugas puskesmas karena akan menyebabkan penyakit
semakin berat, jaga kebersihan kamar dan rumah secara keseluruhan, pastikan
ventilasi kamar cukup untuk pertukaran udara dan cahaya, sediakan tempat
penampungan dahak tertutup, pastikan setiap batuk penderita menutup mulutnya
dengan masker atau sapu-tangan (Depkes, 2008).
Edukasi tentang TB paru yang diungkapkan informan tidak sepenuhnya sama
dan kurang lengkap. Ada informan yang menekankan kepada penularan saja dan ada
yang menekankan kepada gejala dan pengobatan. Tujuan dari penyuluhan ini sendiri
adalah agar masyarakat memahami tentang TB paru sehingga jika terdapat seseorang
yang meiliki gejala TB paru dapat memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan,
serta pengobatan dan pencegahan penularannya.
38