bab 2 proposal kuantitatif

26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembahasan Variabel Penelitian 1. Kajian tentang prestasi belajar a. Pengertian Belajar Hilgard dalam Pasaribu & Simandjuntak (1982: 59) mengatakan “belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh petumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat- obatan”. Dan menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dalam penelitian ini yang dimaksud belajar adalah suatu proses yang dapat merubah seseorang dari

Upload: ameerican-ahmedas

Post on 02-Aug-2015

45 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 2 proposal kuantitatif

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembahasan Variabel Penelitian

1. Kajian tentang prestasi belajar

a. Pengertian Belajar

Hilgard dalam Pasaribu & Simandjuntak (1982: 59) mengatakan “belajar

adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan

tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh petumbuhan atau

keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan”.

Dan menurut Slameto (2010: 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Dalam penelitian ini yang dimaksud belajar adalah suatu proses yang

dapat merubah seseorang dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa

menjadi bisa, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Seseorang dapat dikatakan

belajar apabila dalam dirinya mengalami proses perubahan tingkah laku.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni

“prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti

9

Page 2: bab 2 proposal kuantitatif

10

yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian “prestasi belajar”

dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk

mendapatkan pembahasan lebih jauh mengenai makna kata “prestasi” dan

“belajar”. Hal ini juga untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang

pengertian “prestasi belajar” itu sendiri.

“Prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah

dihasilkan selama seseorang tidak melakukan sesuatu kegiatan. Dalam

kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi

penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk

mencapainya. Hanya untuk keuletan dan optimis dirilah yang dapat membantu

untuk mencapainya. Oleh karena itu, wajarlah pencapaian prestasi itu harus

dengan jalan keuletan kerja.

Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka

muncullah berbagai pendapat dari para ahli sesuai keahlian mereka masing-

masing untuk memberikan pengertian mengenai kata “prestasi”. Namun secara

umum mereka sepakat, bahwa “prestasi” adalah “hasil” dari suatu kegiatan.

Djamarah (2012:19).

Syaiful (2012: 20), berpendapat bahwa prestasi adalah “hasil yang

dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)” sedangkan menurut Mas’ud

(2012: 20), “prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaaan,

hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.

Page 3: bab 2 proposal kuantitatif

11

Sedangkan belajar menurut Djamarah (2012:21) adalah “suatu aktivitas

yang sadar akan tujuan”. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu

perubahan dalam diri individual. Perubahan dalam arti menuju ke

perkembangan pribadi individu seutuhnya. Sejalan dengan itu, Sardiman

(2009:22), mengemukakan suatu rumusan, bahwa belajar “sebagai rangkaian

kegiatan jiwa-raga, psikofisik menuju perkembangan pribadi manusia

seutuhnya, yang menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognotif,

afektif, dan psikomotorik”.

Setelah menelusuri uraian diatas, maka dapat dipahami makna kata

“prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari

suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individual, yakni perubahan tingkah laku. Dengan

demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana yakni prestasi belajar

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan

dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Djamarah (2012: 23) mendefinisikan prestasi belajar adalah “hasil yang

diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Sedangkan Arifin (2011: 12)

mengartikan Prestasi Belajar “suatu masalah yang bersifat perenial dalam

sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar diatas, dapat penulis

uraikan bahwa setelah siswa melakukan usaha belajar di sekolah dengan waktu

Page 4: bab 2 proposal kuantitatif

12

tertentu, maka untuk selanjutnya siswa dihadapkan pada suatu test yang biasa

disebut Tes Hasil Belajar. Dari hasil tes tersebut dapat diukur prestasi belajar

siswa dengan standar tertentu. Biasanya ukuran prestasi belajar siswa

dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau kata.

Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai rapot

semester ganjil pada mata pelajaran Ekonomi untuk mengetahui prestasi belajar

siswa kelas XI IPS di SMA Jawaahirul Hikmah Tahun Pelajaran 2014/2015.

c. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2011: 12), prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi

utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para

ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia”

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan

mutu pendidikan.

Page 5: bab 2 proposal kuantitatif

13

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar

dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi

pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan

dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi

fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang

diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Jika dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka penulis

beranggapan bahwa betapa pentingnya untuk mengetahui dan memahami

prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan maupun secara

kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator

keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas

institusi pendidikan.

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Cronbach yang dikutip oleh

Arifin (2011:12), bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain

“sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostic,

untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk

keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan

untuk menentukan kebijakan sekolah”.

Page 6: bab 2 proposal kuantitatif

14

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik internal

maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

dapat digolongkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari ;

(b) lingkungan ; (c) faktor instrumental ; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor-

faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan

konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik.

Mulyasa (2004 : 191) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pestasi belajar, antara lain :

1) Pengaruh faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial.

Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam

berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan

keluarga, sekolah teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan

faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial

seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang

belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

a) Faktor Keluarga

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil

pencapaian hasil peserta didik. Situasi keluarga sangat

berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orang tua,

Page 7: bab 2 proposal kuantitatif

15

status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara,

bimbingan orang tua, dukungan orang tua, sangat mempengaruhi

prestasi belajar anak.

b) Faktor Sekolah

Disamping itu, diantara beberapa faktor eksternal yang

mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor

guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya

dalam pembelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan

keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal

ini efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan

instrument sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi

proses dan prestasi belajar, hampi seluruhannya bergantung pada

guru.

Selain faktor guru, yang cukup memegang peranan penting

dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik juga

kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah

mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatur,

merancang dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan di

sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah mempunyai tanggung

jawab yang paling besar dalam menciptakan situasi kerja secara

keseluruhan di sekolah yang dipimpinnya.

Page 8: bab 2 proposal kuantitatif

16

c) Faktor Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang

berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, terutama anak-

anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat

belajar. Sehingga pestasi yang akan diperoleh anak akan

maksimal.

2) Faktor Internal

Sekalipun banyak pengaruh atau rangsangan dari faktor eksternal

yang mendorong individu belajar, keberhasilan belajar itu akan

ditentukan oleh faktor diri (internal) berserta usaha yang

dilakukannya.

Brata (1984: 249-252) dalam mulyasa mengklasifikasikan faktor

internal mencakup:

“(a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, dan (b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri seperti intelegensi, minat, sikap, dan motivasi”.

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan

dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar

yang akan dicapai bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil

belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya.

Semakin tinggi tingkat itelegensi, makin tinggi pula kemungkinan

tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Namun jika intelegensinya

Page 9: bab 2 proposal kuantitatif

17

rendah, maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah.

Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa “taraf prestasi

belajar sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang”,

dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karna itu, minat

dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran

tertentu. Umpamanya, seorang peserta didik yang menaruh minat

besar terhadap kesenian akan memusatkan perhatiannya lebih banyak

daripada yang lain. Pemusatan perhatian yang intensif tersebut

memungkiknkan peserta didik untuk belajar lebih giat, dan akhirnya

mencapai prestasi yang diinginkan.

Dari beberapa faktor yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa berhasil tidaknya seorang anak dalam pencapaian

prestasi belajar terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor

kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang

mendukung setiap usaha dan kegiatannya. Peserta didik akan berhasil kalau

berusaha semaksimal mungkin dengan cara belajar yang efisien sehingga

mempertinggi prestasi belajar. Sebaliknya, jika belajar secara tidak teratur,

hasilnya pun akan sesuai dengan usaha itu, bahkan mungkin tidak menghasilkan

apa-apa. Oleh karena itu, dengan mempergunakan cara belajar yang efisien akan

meningkatkan hasil belajar yang memuaskan.

Page 10: bab 2 proposal kuantitatif

18

2. Kajian Tentang Ekstrakurikuler Marching Band

a. Pengertian Ekstrakurikuler

Yudha M. Saputra (1998: 6) mendefinisikan kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan diluar jam pelajaran sekolah biasa yang dilakukan di sekolah atau

di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa

mengenai hubungan antar pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta

melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ekstrakurikuler

merupakan program yang berupa pengayaan dan perbaikan yang berkaitan

dengan kegiatan intrakurikuler.

Pendapat lain dikemukakan oleh Wahjosumidjo (2007:256) kegiatan

ekstrakurikuler yaitu kegiatan-kegiatan siswa diluar jam pelajaran, yang

dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah, dengan tujuan untuk

memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata

pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka usaha untuk

meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan para siswa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur

dan sebagainya.

b. Prinsip-Prinsip Ekstrakurikuler

1) Prinsip Relevansi

Relevansi kegiatan hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata

disekitar anak. Misalnya sekolah yang berada di lingkungan

perkotaan. Hendaknya kondisi perkotaan diperkenalkan kepada anak

seperti tenis, bola basket dan sebagainya.

Page 11: bab 2 proposal kuantitatif

19

2) Prinsip efektivitas

Efektivitas guru, pembina atau pelatih terutama berkenaan dengan

sejauh mana kegiatan direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Efektivitas gurudalam melaksanakan program ekstrakurikuler sangat

berpengaruh pada efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk itu diperlukan keterampilan guru, pembina atau pelatih dalam

mengelola pelaksanaan kegiatan.

3) Prinsip efisiensi

Untuk menyelesaikan suatu program, guru, pembina atau pelatih

memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu diharapkan

waktu yang digunakan, tenaga yang dikeluarkan dan biaya yang

dialokasikan dalam menghasilkan kegiatan yang optimal. Jadi efisien

merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran

yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang seimbang.

4) Prinsip Kesinambungan

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana belajar yang dinamis perlu

dikembangkan terus menerus dan berkesinambungan. Kesinambungan

dalam kegiatan ekstrakurikuler menyangkut hubungan antara berbagai

jenis program kegiatan atau unit-unit kegiatan. Kesinambungan antar

dan inter berbagai unit kegiatan menunjukkan bahwa dalam

mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler harus memperhatikan

keterkaitan antar dan inter unit kegiatan satu dengan yang lainya.

5) Prinsip Fleksibilitas

Page 12: bab 2 proposal kuantitatif

20

Prinsip fleksibilitas menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

tidak kaku. Oleh karena itu, anak harus mendapatkan kebebasan

memilih unit kegiatan sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhan

lingkungan anak. Disamping itu, harus diberi kebebasan dalam

mengembangkan program kegiatan. Fleksibilitas dalam memilih

program kegiatan dapat berupa diberikanya unit-unit kegiatan.

c. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Wiliamson dalam Yudha M.Saputra (1998: 16) tujuan kegiatan

ekstrakurikuler adalah memberikan sumbangan pada perkembangan

kepribadian anak didik, khususnya bagi mereka yang berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut. Berkaitan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler, Yudha M. Saputra mengemukakan empat tipe yang

termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut.

1. Program sekolah dan masyarakat seperti seni lukis, seni tari, seni

musik, seni tari drama dan sejumlah kegiatan ekstetika lainya.

2. Partisipasi dan observasi kegiatan olahraga diluar atau didalam

ruangan seperti atletik, renang, tenis, sepak bola dan permainan

tradisional.

3. Berdiskusi masalah-masalah sosial dan ekonomi seperti melakukan

kunjungan ke pasar, ke tempat bersejarah, ke kebun binatang dan

sebagainya.

Secara komprehensif kegiatan ekstrakurikuler memiliki berbagi macam

tujuan yang pada dasarnya menyangkut perkembangan kepribadian,

Page 13: bab 2 proposal kuantitatif

21

perkembangan emosional, hubungan sosial serta kemampuan motorik, baik

motorik halus maupun motorik kasar. Optimalisasi kegiatan ekstrakurikuler

yang dilaksanakan secara terencana memiliki pengaruh yang besar bagi

perkembangan siswa.

Wahjosumidjo (2007: 264) terdapat tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam

kegiatan ekstrakurikuler yaitu yang bertujuan:

1. untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, dalam arti

memperkaya, mempertajam serta memperbaiki pengetahuan para

siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran-mata pelajaran sesuai

program kurikuler yang ada.

2. untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan dan pembentukan

nilainilai kepribadian siswa. kegiatan semacam ini dapat diusahakan

melalui baris berbari, kegiatan yang berkaitan dengan usaha

mempertebal ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, latihan

kepemimpinan dan sebagainya.

3. untuk membina dan meningkatkan bakat, minat dan keterampilan.

Kegiatan ini untuk memacu kearah kemampuan mandiri, percaya diri

dan kreatif.

2. Marching band

a. Pengertian Marching band

Reza Qumilar (2010) sejarah marching band bermula dari tradisi purba

sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain music secara

bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan

Page 14: bab 2 proposal kuantitatif

22

ataupun festival. Seiring dengan perjalanan waktu, marching band berevolusi

menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masa-masa awal era negara kota.

Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudian menjadi awal

munculnya marching band saat ini.

Pada awalnya marching band dikenal sebagai nama lain drum band.

Penampilan marching band pada mulanya adalah sebagai pengiring parade atas

perayaan ataupun festival yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk

barisan dengan pola yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars.

Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang

dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personil pemain instrumen. Namun

saat ini permainan marching band dapat dilakukan baik di lapangan terbuka

maupun dalam ruang tertutup sebagai pengisi acara dalam suatu perayaan,

ataupun kejuaraan.

Secara etimologi marching band adalah istilah dalam bahasa Inggris “March”

artinya baris, “Marching”artinya berbaris, “Band” artinya band, orkes, jadi

“Marching band” artinya barisan musik (John M. Echols dalam Khihmawatylyna

F, 2010: 30). Faktor musikalitas dari alat-alat melodis sangat diutamakan, terlebih

didukung dengan kelengkapan alat sehingga memungkinkan lagu untuk

diarasemen menjadi lebih bervariasi.

Dari beberapa jenis progam ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah

kegiatan ekstrakurikuler marching band termasuk dalam program pengembangan

bakat dan minat. Dalam marching band siswa dapat mengembangkan bakat dan

potensi khususnya di bidang kesenian yaitu seni musik dan seni tari.Bidang seni

Page 15: bab 2 proposal kuantitatif

23

musik, siswa dapat mengembangkan kemampuan memainkan alat musik seperti

pianika, drum dan sebagainya. Sementara itu, untuk seni tari dalam marching

band diajarkan melakukan gerakan tertentu bersamaan dengan memainkan alat

musik. Harmonisasi antara permainan alat musik dan koreografer merupakan ciri

khas dari marching band. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat

disimpulkan marching band adalah sekelompok barisan orang yang memainkan

satu atau beberapa lagu dengan menggunakkan sejumlah kombinasi alat musik

(tiup, instrumen, perkusi) secara bersama sama yang dapat dimainkan baik di

lapangan terbuka maupun di dalam ruangan. Komposisi musik yang dimainkan

marching band umumnya bersifat lebih harmonis dan tidak semata-mata

memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang digunakan lebih

kompleks serta formasi barisan lebih dinamis.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi oleh Diana Agustina tahun 2007 dengan judul “Hubungan

Kegiatan Ibadah Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas IX MTS

Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2006/2007”. Variabel dalam penelitian ini

adalah Kegiatan ibadah (X) dan prestasi belajar (Y) dengan indikator nilai

raport mata pelajaran ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini untuk

mengetahui tingkat hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih,

tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang

memang yang sudah ada. Teknik atau metode pengumpulan data dari

penelitian ini adalah angket dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian

Page 16: bab 2 proposal kuantitatif

24

ini adalah seluruh siswa kelas I IX MTS Negeri 17 Medan Tahun Ajaran

2006/2007 yang berjumlah 32 peserta didik. Dari penelitian ini diketahui

bahwa ada hubungan antara kegiatan ibadah dengan prestasi belajar siswa.

2. Musholi (2011) tentang Pengaruh Keaktifan Berorganisasi Ekstrakurikuler

dan motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa S1

Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

secara signifikan secara parsial dan simultan antara keaktifan berorganisasi

ekstrakurikuler dan motivasi belajar terhadap prestasi akademik. Hal ini

dapat terlihat pada hasil uji t untuk masing masing variabel bebas

memperoleh t-hitung lebih besar dari t-tabel, sedangkan untuk taraf

signifikansi <0,05. Nilai uji F memperoleh nilai hitung yang lebih besar

dari F tabel dan mempunyai taraf signifikansi <0,05 (0,000>0,05).

C. Kerangka Berfikir

Dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kajian teori, dapat

disusun kerangka pemikiran dimana kerangka pemikiran merupakan arah ke mana

penelitian akan bermuara. Adapun yang dimaksud kerangka pemikiran dalam

penelitian ini adalah siswa yang memiliki keaktifan dan prestasi yang baik di

ekstrakurikuler marching band maka akan memiliki prestasi akademik yang baik

pula.

D. Hipotesis

Page 17: bab 2 proposal kuantitatif

25

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2008:96). Berdasar kerangka pikir diatas maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah : ada hubungan antara ekstrakurikuler marching band

dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Jawaahirul Hikmah.