analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

22
ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF I. MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD Mengetahui komposisi serat campuran pada bahan tekstil secara analisa kuantitatif. TUJUAN Mengetahui dan mengamati kelarutan serat yang telah diketahui jenisnya pada pelarut yang sesuai untuk mendapatkan perbandingan berat awal dan berat akhir untuk mengetahui konsentrasinya. II. TEORI DASAR Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi serat. Analisa kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. Cara Mekanika 2. Cara Kimia 3. Cara Mikroskop A. ANALISA KUANTITATIF CARA MEKANIKA Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan apabila jenis benang berbeda maka jenis seratnya juga berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda dengan jenis serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 31-May-2015

1.394 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF DAN KUALITATIF

ANALISA SERAT SECARA KUANTITATIF

I. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Mengetahui komposisi serat campuran pada bahan tekstil secara analisa kuantitatif.

TUJUAN

Mengetahui dan mengamati kelarutan serat yang telah diketahui jenisnya pada pelarut

yang sesuai untuk mendapatkan perbandingan berat awal dan berat akhir untuk

mengetahui konsentrasinya.

II. TEORI DASAR

Analisa kuantitatif serat tekstil berhubungan erat dengan identifikasi serat. Analisa

kuantitatif baru dapat dilakukan setelah dilakukan identifikasi serat. Analisa kuantitatif dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1. Cara Mekanika

2. Cara Kimia

3. Cara Mikroskop

A. ANALISA KUANTITATIF CARA MEKANIKA

Analisa kuantitatif cara mekanika hanya dapat dilakukan apabila jenis benang

berbeda maka jenis seratnya juga berbeda, misalnya jenis serat benang lusi berbeda

dengan jenis serat benang pakan. Pada keadaan ini analisanya dilakukan dengan

memisahkan benang-benang pada jenis serat yang berbeda, kemudian ditimbang.

Analisa cara mekanika juga dapat dilakukan untuk membantu analisa cara lain

pada bahan tekstil yang terdiri dari campuran serat walaupun jenis-jenis serat pada

bahan tekstil tersebut jarang sekali terpisah satu dengan lainnya dengan nyata,

misalnya benang lusi terdiri dari campuran serat yang berbeda jenis-jenisnya dengan

campuran serat dari benang pakan. Apabila kuantitatifnya akan lebih mudah dikerjakan,

jika mulua-mula dilakukan pemisahan benang lusi dengan benang pakan, kemudian

dari masing-masing benang tersebut dilakukan analisa menurut cara lain.

1

Page 2: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

B. ANALISA KUANTITATIF CARA KIMIA

Prinsip analisa kuantitatif cara kimia yaitu dengan cara melarutkan setiap jenis

serat satu per satu dengan pelarut yang sesuai. Kemudian setelah selesai pelarutan

pada setiap jenis serat dilakukan penimbangan sisa seratnya. Pelarut yang digunakan

pada cara ini harus betul-betul dipilih dan memenuhi syarat, karena jika seratnya tidak

larut maka hasilnya akan salah. Kadang-kadang serat yang akan dilarutkan larut kurang

sempurna, sedangkan serat yang seharusnya tidak larut, terlarutkan sedikit, sehingga

dalam hal ini perlu diberi faktor koreksi. Untuk mendapatkan hasil analisa yang teliti,

sebaiknya pengujian-pengujian dilakukan menurut standar.

Analisa cara kimia kadang-kadang tidak bisa digunakan, misalnya jika campuran

serat pada bahan tekstil terdiri sari serat tumbuhan semua, atau serat binatang semua,

sehingga untuk ini terpaksa dilakukan analisa cara mikroskop. Untuk analisa kuantitatif

cara kimia banyak sekali cara-cara yang dapat digunakan. Beberapa standar telah

dikeluarkan dan digunakan oleh lembaga-lembaga misalnya : AATCC, Shirley Institute,

dam ASTM.

C. ANALISA KUANTITATIF CARA MIKROSKOP

Analisa kuantitatif cara mikroskop didasarkan terutama pada perhitungan jumlah

serat. Disamping itu perlu pula dilakukan pengukuran diameter serat dan berat jenis

serat.Oleh karena itu cara ini memerlukan waktu yang lama, sukar dan sangat

bergantung dari pengalaman pemeriksa dalam mengidentifikasi serat. Untuk analisa ini

diperlukan mikroskop denga perbesaran 200-250 kali, dengan tempat kaca obyek yang

dapat digeser dan okuler dengan garis silang. Contoh uji berupa kain diambil benang

lusi dan benang pakannya sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan pakan, kemudian

dipotong kecil-kecil.

2

Page 3: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

D. TABEL ANALISA KUANTITATIF

No PelarutSerat

yang larut

Waktu

(menit)

Suhu

(0 C)Penetral Alat

1.HCl 1:1

Asam formiatNylon 30 30 NH4OH 5%

Erlenmeyer

tutup asah

2. H2SO4 70% Kapas 30 30 Na2CO3 5% Piala gelas

3. H2SO4 60%Rayon

viskosa30 30 NaHCO3 5% Piala gelas

4. NaOCl 10% Wool 30 30 AirErlenmeyer

tutup asah

5. NaOH 10% Wool 10 Mendidih CH3COOH 5% Piala gelas

6. KOH 10% Wool 10 mendidih CH3COOH 5% Piala gelas

III. PRAKTIKUM

A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Oven

Eksikator

Penyaring

Pengaduk

Gelas arloji

B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

Kain contoh uji yang sudah diketahui jenis seratnya yaitu kain campuran

Poliester/kapas (T/C).

C. CARA KERJA

Kain contoh uji dipisahkan benang lusi dan benang pakannya (diurai) dan

ditimbang seberat 1 gram = A gram.

Larutkan kedalam 50 ml pelarut yang sesuai.

Aduk-aduk dan diamkan selama waktu yang sesuai dengan pelarut yang

digunakan.

Cuci dengan air bersih.

Netralkan dengan 50 ml penetral yang sesuai dengan pelarut yang digunakan

selama 5-10 menit.

3

Page 4: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

Keringkan dengan oven pada suhu antara 105-1100 C selama 1 jam.

Simpan dalam eksikator selama 10-20 menit.

Timbang berat kain sisa pelarutan = B gram

D. DATA PRAKTIKUM

Sampel kain contoh uji = Poliester/kapas (T/C)

Pelarut yang digunakan = H2SO4 70%

Penetral yang digunakan = Na2CO3

Waktu pelarutan = 30 menit

Waktu penetralan = 30 menit

Waktu Oven = 1 jam

Waktu dalam eksikator = 10 menit

Suhu pelarutan = 30 0 C

Suhu penetralan = 30 0 C

Suhu Oven = 110 0 C

Berat awal = A = 0,5835 gram

Berat akhir = B = 0,3761 gram

Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester

Kain yang larut (serat II) = Kapas

4

Page 5: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

E. PERHITUNGAN

Berat kain awal = A

= 0,5835 gram

Berat kain sisa pelarutan = B

= 0,3761 gram

Kain yang tidak larut (serat I) = Poliester

= (B / A) x 100% = C

= (0,3761 gram / 0,5835 gram) x 100%

= 64,45 %

= C

Kain yang larut (serat II) = Kapas

= 100 % - C % = D %

= 100 % - 64,45 %

= 35,55 %

= D

Serat I = C = Poliester = 64,45 %

Serat II = D = Kapas = 35,55 %

F. DISKUSI

Pada pengujian analisa serat secara kuantitatif, praktikan mendapatkan sample

kain uji yaitu Poliester/Kapas. Tugas praktikan disini adalah untukmenentukan berapa

perbandingan komposisi masing-masing serat dengan menggunakan cara pelarutan.

Pelarut yang digunakan tentunya tidak boleh sembarang karena akan mempengaruhi

hasil yang diperoleh. Karena sampel kainnya adalah Poliester/Kapas maka pelarut yang

harus digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan salah satu jenis serat tetapi

tidak bisa melarutkan serat yang lainnya. Pada analisa kuantitatif dengan sampel kain

Poliester/Kapas praktikan menggunakan pelarut H2SO4 70 % yang dapat melarutkan

kapas 100 % tetapi tidak bisa melarutkan serat Poliester.

Awalnya sampel kain harus dipisahkan dan siurai benang lusi dan benang

pakannya kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat awal = A gram. Serat-serat

tersebut kemudian dilarutkan dalam pelarut H2SO4 70 % selama 30 menit kemudian

sisa serat yang tidak larut dinetralkan dengan 50 ml Na2CO3 selama 30 menit. Sisa

serat tersebut kemudian dicuci dan dimasukkan kedalam oven pada suhu 110 0 C

5

Page 6: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

selama 1 jam kemudian dimasukkan dalam eksikator selama 10 menit dan ditimbang

lagi sisa seratnya sehingga diperoleh berat akhir = B gram. Perhitungan dilakukan

dengan cara membandingkan berat awal serat dengan berat sisa serat hasil pelarutan.

G. KESIMPULAN

Serat yang larut adalah serat kapas sedangkan serat yang tidak larut adalah serat

Poliester.

Berat awal serat adalah 0,5835 gram dan berat akhir serat sisa pelarutan adalah

0,3761 gram.

Dari perhitungan diperoleh komposisi serat kapas adalah 35,55 % dan komposisi

serat Poliester adalah 64,45 %.

ANALISA SERAT SECARA KUALITATIF

I. MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD

Mengidentifikasi jenis-jenis serat baik serat alam maupun serat buatan meliputi

karakteristik dan strukturnya dengan cara pengujian serat menggunakan uji

pembakaran, uji pelarutan, dan uji mikroskop.

TUJUAN

1. Memperkirakan golongan serat baik secara umum dengan uji pembakaran.

2. Mengamati kelarutan jenis serat pada beberapa jenis pelarut dengan menggunakan

uji pelarutan.

3. Mengamati morfologi serat baik serat alam maupun serat buatan dengan melihat

penampang melintang dan membujurnya dengan menggunakan uji mikroskop.

II. TEORI DASAR

A. DASAR IDENTIFIKASI

Identifikasi serat didasarkan terutama pada beberapa sifat khusus dari suatu serat

yaitu, morfologi, sifat kimia atau sifat fisikanya. Pada umumnya identifikasi serat

dilakukan menurut gabungan beberapa cara, terutama pengamatan dengan mikroskop

6

Page 7: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

dan cara kimia mikro, untuk mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,

dan tidak boleh dilakukan menurut satu cara yang sederhana saja.

Pada serat alam, morfologi seratnya menunjukkan suatu bentuk dengan

perbedaan yang besar antara satu dan lainnya. Dalam batas tertentu morfologinya

mempunyai bentuk yang tetap, oleh karena itu morfologi dari serat alam sangat

menentukan dalam identifikasi seratnya. Sebaliknya , sifat kimia serat alam

perbedaannya sangat kecil, karena serat tersebut selalu tersusun oleh selulosa atau

protein, sehingga sifat kimia kurang penting untuk identifikasi serat alam.

Pada serat buatan, morfologi serat kurang penting untuk identifikasi serat, karena

morfologi serat ditentukan terutama oleh cara pembuatan dan penarikan seratnya, dan

bukan oleh jenis seratnya. Serat yang dibuat dengan cara pemintalan leleh akan selalu

menghasilkan serat dengan penampang lintang bergerigi, sedangkan pemintalan kering

akan menghasilkan serat dengan penampang lintang berlekuk-lekuk. Sehingga pada

serat buatan, jenis serat yang berbeda dapat mempunyai bentuk serat yang sama,

sebaliknya satu jenis serat dapat mempunyai bentuk serat yang berbeda. Dengan

demikian untuk identifikasi serat buatan sifat kimia dan sifat fisika memegang peranan

lebih penting daripada morfologi seratnya.

B. UJI PEMBAKARAN

Uji pembakaran adalah cara yang paling tua untuk identifikasi serat. Cara ini

adalah cara yang paling mudah dilakukan, tetapi hanya dapat memperkirakan golongan

serat secara umum dan tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk identifikasi serat

campuran. Alat yang diperlukan hanyalah sumber nyala api. Sumber nyala api yang

paling baik adalah nyala api dari pembakar Bunsen yang mempergunakan bahan bakar

gas, atau dapat juga menggunakan nyala api dari

bahan bakar alkohol. Sedangkan korek api merupakan sumber nyala api yang tidak

baik karena korek api sendiri saat terbakar mengeluarkan bau yang keras sehingga

akan mengganggu bahan yang akan diperiksa.

C. UJI PELARUTAN

Asam khlorida = melarutkan serat Nylon

Asam khlorida pekat = pada suhu kamar akan

melarutkan

7

Page 8: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

Rayon viskosa, sutera, sutera tusah (

larut dengan lambat )

Asam sulfat 70% = pada suhu kamar akan

melarutkan

serat selulosa ( kapas, rayon viskosa,

rayon asetat ), nylon dan sutera

Asam nitrat = melarutkan rayon asetat, wol,

poliakrilat dan nylon

Asam nitrat pekat = melarutkan akrilan

Asam asetat glasial = melarutkan rayon asetat

Aseton = melarutkan rayon asetat

Kalium hidroksida (KOH 5%) = semua serat binatang dan

sutera

larut, protein diregenerasi dan sutera

tusah larut sebagian, serat selulosa

dan serat buatan tidak larut

Kuproamonium hidroksida = melarutkan serat selulosa

Natrium hipoklorit = melarutkan wol dan sutera

Natriumhidroksida (NaOH 45%) = melarutkan polyester, wol,

sutera,

Dacron pada suhu mendidih

Khloroform = melarutkan Vinyon HH

Fenol 90% = melarutkan nylon pada suhu 350

C

Metilena dikhlorida = melarutkan vinyon

Metil salisilat = melarutkan poliester

Dimetil formamida (DMF) = melarutkan poliakrilat, poliamida

,

dan rayon asetat, dynel (350C), acrilan

(550C), orlon 41 (710C) dan orlon 81

(990C)

Meta cresol = melarutkan rayon asetat,

poliamida /

8

Page 9: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

nylon

D. UJI MIKROSKOP

Pemeriksaan serat dengan mikroskop terutama dimaksudkan untuk mengetahui

bentuk-bentuk penampang lintang, pandangan membujur, dimensi, struktur bagian

dalam serat dan permukaan serat. Pengamatan dengan mikroskop merupakan satu-

satunya cara yang dapat digunakan untuk identifikasi serat dimana terdapat campuran

serat yang berbeda jenisnya. Oleh karena itu pengamatan dengan mikroskop adalah

cara yang paling penting dan banyak digunakan untuk identifikasi serat. Pada

pengamatan secara melintang, prinsipnya adalah serat dipotong secara melintang

setipis mungkin sehingga dapat diamati dibawah mikroskop. Pembuatan irisan

melintang dapat menggunakan cara gabus, mikroton tangan atau mikroton mekanis,

sedangkan yang paling mudah dilakukan adalah cara gabus.

III. PRAKTIKUM

A. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

1. UJI PEMBAKARAN

Pembakar Bunsen

Pinset

Gunting

Korek api gas

2. UJI PELARUTAN

Tabung reaksi

Pengaduk kaca

Rak tabung

Penjepit tabung

Pembakar Bunsen

Korek api gas

3. UJI MIKROSKOP

Mikroskop

Kaca obyek

Cover glass

Jarum jahit

Benang

9

Page 10: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

Gabus kecil

Silat tajam

Lak

B. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

Kain contoh uji yang belum diketahui jenis seratnya

D. CARA KERJA

1. UJI PEMBAKARAN

Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan

panjang 4-5 cm dan diberi puntiran.

Contoh serat didekatkan pada api dari samping dengan perlahan-lahan.

Waktu serat dekat dengan nyala api diamati apakah bahan meleleh,

menggulung atau terbakar mendadak.

Pada saat serat menyala, supaya diperhatikan dimana terjadinya nyala api,

dan pada saat serat terbakar oleh nyala segera dipindahkan dari nyala api.

Apabila nyala api dari serat segera padam (setelah lepas dari nyala api)

maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar

itu.

Tetapi jika serat tetap menyala, maka nyala diamati dengan jalan meniup

dan dicatat bau yang dikeluarkan oleh serat yang terbakar itu. Setelah nyala

api padam perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak.

Akhirnya perlu dicatat pula bentuknya, warnanya dan kekerasan dari abu

sisa pembakaran.

2. UJI PELARUTAN

Tabung reaksi yang akan digunakan dibersihkan terlebih daulu.

Memasukkan 5 ml pereaksi kedalam masing-masing tabung reaksi dengan

hati-hati.

Memasukkan beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau

banyak) kedalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.

Mengaduk-aduk serat yang berada didalam larutan pereaksi dan mengamati

kelarutannya selama 5 menit.

10

Page 11: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat dipanaskan

dengan hati-hati.

Setelah 3 menit diamati kelarutan dari masing-masing serat pada masing-

masing pelarutnya.

3. UJI MIKROSKOP

A. Pengamatan Pandangan MembujurDari Serat

Serat diletakkan sejajar diatas kaca obyek dan dipisahkan satu dari yang

lainnya dengan jarum supaya tidak menumpuk.

Kemudian ditututp dengan kaca penutup (cover glass), dan dari salah

satu sisi kaca penutup ditetesi medium.

Jumlah air atau medium tidak boleh terlalau banyak, tetapi juga tidak

boleh terlalu sedikit. Kelebihan medium dapat dikurangi dengan kertas

saring.

Preparat yang telah siap kemudian diamati dibawah mikroskop.

Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.

B. Pengamatan Pandangan Melintang Dari Serat

Jarum jahit yang bersisi benang ditusukkan ditengah-tengah gabus.

Kemudian jarum ditaruk kembali dengan meninggalkan lengkungan

benang pada gabus.

Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak merah

diletakkan didalam lengkungan benang dan dengan hati-hati ditarik

masuk kedalam gabus dengan cara menarik ujung benang sehingga

serat masuk kedalam tengah-tengah gabus.

Setelah laknya kering gabus diiris setipis mungkin dengan silet yang

tajam sehingga serat ditengah gabus ikut terpotong secara melintang.

Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca

penutup dengan ditetesi medium.

Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada

kaca obyek kemudian diamati dibawah mikroskop .

Perbesaran dilakukan mulai dari 5x, 10x, 40x, 45x dan 100x.

11

Page 12: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

E. DATA PERCOBAAN

1. UJI PEMBAKARAN

BenangKarakteristik

pembakaranSampel Awal Sisa Pembakaran Sampel Kain

Lusi

Berbau kertas

terbakar

dijurnal dijurnal

dijurnal

Meneruskan nyala api

Abunya rapuh

Tidak berasap

Pakan

Berbau kertas

terbakar

dijurnal dijurnalMeneruskan nyala api

Abunya rapuh

Tidak berasap

2. UJI PELARUTAN

Pada saat melakukan uji pelarutan praktikan menggunakan tiga macam

pelarut yang memberikan hasil :

H2SO4 70 % = larut

NaOCl 10 % = tidak larut

NaOH 45 % = larut

3. UJI MIKROSKOP

Penampang Keterangan

Membujur Melintang Membujur Melintang

12

Page 13: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

Seperti silinder, terdapat

garis-garis sejajar pada

penampang membujurnya

Bergerigi pada pinggiran

penampang

melintangnya

F. DISKUSI

Pada praktikum analisa kualitatif serat selulosa ini, praktikan diberi 1 sampel

kain oleh dosen yang belum diketahui jenis serat yang menyusun kain tersebut.

Tugas praktikan disini adalah melakukan pengujian serat secara kualitatif dengan

uji pembakaran, uji pelarutan dan uji mikroskop. Untuk melakukan pengujian

tersebut sampel kain harus diurai atau dipisahkan antara benang lusi dan benang

pakannya. Hal ini dilakukan karena kita tidak tahu sampel kain tersebut tersusun

atas serat tunggal atau serat campuran, oleh karena itu perlu dilakukan

pemisahan antara benang lusi dan benang pakannya.

Setelah benang lusi dan benang pakan diurai dan dipisahkan, kemudian

masing-masing benang dipuntir sebanyak beberapa helai kemudian dibakar

dengan pembakar gas dan diamati sifat pembakarannya. Dalam uji pembakaran

ini ada beberapa indikator yang harus diamati oleh praktikan yaitu :

o Bau yang timbul setelah pembakaran.

o Asap yang timbul pada saat pembakaran.

o Sifat pembakaran.

o Abu sisa pembakaran.

Pada uji pembakaran ini, praktikan hanya akan mengetahui apakah serat

tersebut termasuk kedalam serat alam, serat protein , serat buatan, atau serat

campuran karena uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan

serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Jika

ternyata serat yang diuji adalah serat campuran maka perlu dilakukan pengujian

lanjutan yang akan memperjelas serat apakah yang dimaksud yaitu dengan uji

mikroskop. Pembakaran pada serat-serat benang lusi dan benang pakan

13

Page 14: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

menunjukkan hasil yang sama. Hasil yang diperoleh yaitu pembakaran serat

menghasilkan bau seperti kertas terbakar, sifat pembakarannya meneruskan

nyala api, abunya rapuh, dan tidak berasap. Sehingga hasil sementara yang

diperoleh adalah serat yang menysun sample kain adalah serat alam (selulosa).

Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji pelarutan dengan

bermacam-macam pelarut yang tersedia. Praktikan hanya menggunakan tiga

macam pelarut dalam pengujian ini. Pelarut yang digunakan oleh praktikan adalah

pelarut yang bersifat asam dan basa yaitu H2SO4 70 %, NaOCl 10 %, dan NaOH

45 %. Masing-masing benang lusi dan benang pakan dilakukan uji pelarutan pada

beberapa tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi pelarut dan diamati

kelarutannya selama beberapa menit. Hasilnya menunjukkan bahwa benang lusi

hanya larut pada pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak larut dalam

NaOCl 10 %. Hasil yang sama juga terlihat pada pengujian benang pakan.

Benang pakan hanya larut dalam pelarut H2SO4 70 % dan NaOH 45 % tetapi tidak

larut dalam pelarut NaOCl 10 % . Hasil ini menunjukkan bahwa sampel kain yang

diuji berasal dari serat selulosa.

Pengujian terakhir yang dilakukan untuk memperolah hasil yang spesifik

adalah pengujian dengan mikroskop. Pada uji mikroskop ini benang lusi dan

benang pakan diamati dibawah mikroskop pada penampang membujur dan

penampang melintangnya. Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan

ketelitian agar struktur serat yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat

yang digunakan harus dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop

yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung

udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan

Pada pengamatan membujur benang lusi terlihat serat yang berbentuk

silinder, terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan

pada pengamatan penampang melintang benang lusi terlihat bentuk serat yang

bergerigi pada pinggiran penampang melintangnya. Hasil yang sama juga

diperoleh pada pengamatan benang pakan baik pada penampang membujur dan

penampang melintangnya, sehingga hasil terakhir yang diperoleh menunjukkan

bahwa sample kain yang diuji terdiri dari serat yang sama baik benang lusi

maupun benang pakannya.

14

Page 15: Analisa serat scr kualitatif & kuantitatif

G. KESIMPULAN

Pada uji pembakaran baik benang lusi maupun benang pakan

memperlihatkan hasil yaitu :

Berbau kertas terbakar

Meneruskan nyala api

Abunya rapuh

Tidak berasap

Pada uji pelarutan diperoleh hasil :

H2SO4 70 % = larut

NaOCl 10 % = tidak larut

NaOH 45 % = larut

Pada uji mikroskop hasil pengamatan benang lusi dan benang pakan baik

pengamatan penampang melintang dan penampang membujurnya adalah

sama. Hasilnya adalah penampang membujurnya berbentuk silinder yang

terdapat garis-garis disepanjang penampang membujurnya. Sedangkan

pada penampang melintangnya hasilnya adalah bergerigi pada pinggiran

penampang melintangnya.

Dengan menganalisis hasil yang diperoleh dari uji pembakaran, uji

pelarutan, dan uji mikroskop diperoleh hasil bahwa sampel kain yang diuji

ternyata terdiri dari serat tunggal yang terbuat dari selulosa yaitu serat

Rayon Viskosa.

DAFTAR PUSTAKA

Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi

Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut

Teknologi Tekstil.

Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung :

Institut Teknologi Tekstil.

15