bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00782-mc...

34
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Teori Dasar/Umum 2.1.1.1 KOMUNIKASI Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini kemudian dikembangkan menjadi, komunikasi adalah sebuah proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Komala, 2009: 73). Komala menambahkan dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses dan Konteks, Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut dengan komunikasi. Orang yang sedang berbicara disebut komunikator, yang merupakan sumber (source). Sementara orang yang mendengarkan disebut dengan komunikan, atau yang sering disebut sebagai sasaran, audience atau pendengar. Apa yang disampaikan oleh komunikator disebut pesan, dan disampaikan melalui udara yang disebut dengan saluran (channel). Dengan demikian, komunikasi berarti suatu proses di mana terjadi sesuatu tanggapan/reaksi (response) karena adanya pengiriman pesan/informasi (message). Terdapat 3 komponen penting dalam komunikasi, yaitu: mengirim pesan, menerima pesan dan reaksi terhadap pesan.

Upload: trinhque

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Teori Dasar/Umum

2.1.1.1 KOMUNIKASI

Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu

penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini

kemudian dikembangkan menjadi, komunikasi adalah sebuah proses di mana dua orang

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya,

yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Komala, 2009:

73).

Komala menambahkan dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses dan

Konteks, Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan

sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses

transmisi itulah yang biasa disebut dengan komunikasi.

Orang yang sedang berbicara disebut komunikator, yang merupakan sumber

(source). Sementara orang yang mendengarkan disebut dengan komunikan, atau yang

sering disebut sebagai sasaran, audience atau pendengar. Apa yang disampaikan oleh

komunikator disebut pesan, dan disampaikan melalui udara yang disebut dengan saluran

(channel). Dengan demikian, komunikasi berarti suatu proses di mana terjadi sesuatu

tanggapan/reaksi (response) karena adanya pengiriman pesan/informasi (message).

Terdapat 3 komponen penting dalam komunikasi, yaitu: mengirim pesan, menerima

pesan dan reaksi terhadap pesan.

11

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin Communis yang artinya

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya

membagi (Komala, 2009: 72). Jadi, jika ada dua orang yang terlibat komunikasi, berarti

dapat membangun sebuah kebersamaan, baik bahasa maupun makna. Namun, dapat

menciptakan kebersamaan bahasa, belum tentu pula dapat menciptakan kebersamaan

makna. Perbincangan kedua orang tersebut baru dapat dikatakan komunikatif apabila

dapat menciptakan kebersamaan bahasa dan makna. Dan komunikasi yang efektif akan

tercipta apabila audience (penerima) menerima pesan, pengertian, bahasa, makna, dan

lain-lain yang sama seperti apa yang dikehendaki si komunikator.

Komunikasi yang efektif ini tentu bergantung pada prosesnya. Pengertian dari

kata “Proses” sendiri berarti sebuah fenomena yang dinamis. “Dinamis” merupakan

lawan kata dari “statis” atau ”istirahat”. Proses berjalan seiring waktu dan ada gerakan

kontinyu (bersambungan). Menurut Komala (2009: 86-87), Proses komunikasi dapat

dilihat dari model komunikasi. Ada 5 langkah dalam model komunikasi, yaitu:

1. Penciptaan ide/gagasan. Ide/gagasan merupakan landasan bagi sebuah pesan

yang akan disampaikan.

2. Encoding, encoding adalah penerjemahan ide/gagasan oleh sumber dalam wujud

kata-kata, lambang-lambang, atau tanda-tanda yang disengaja untuk

menyampaikan informasi yang diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.

3. Saluran (channel), Pesan yang telah diterjemahkan tadi, disampaikan kepada

penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar, ataupun dengan sebuah

tindakan tertentu. Terdapat 2 saluran komunikasi, yaitu: lisan dan tulisan.

12

Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.

Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis adalah seperti televisi atau kaset

video. Sumber berusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan

atau hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima sesuai dengan

yang dikehendaki.

4. Decoding, yaitu penerima pesan memberikan penafsiran terhadap pesan yang

diterimanya. Pemahaman merupakan kunci utama untuk melakukan decoding,

dan hanya terjadi dalam pikiran penerima.

5. Umpan balik (feedback), yaitu kemungkinan untuk memberikan respons kepada

sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima

dapat mengabaikan pesan tersebut atau menyimpannya. Umpan balik inilah yang

dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektifitas komunikasi.

Kini, semakin mapannya ilmu komunikasi, objek material komunikasi pun tidak

hanya manusia (masyarakat), tetapi juga media. Media sebagai objek material ilmu

komunikasi tidak lagi sebagai alat, tetapi sudah menjadi perspektif baru dalam kajian

komunikasi, sehingga muncul bermacam-macam kajian media. Media sangat ampuh

dalam memberikan serta mempengaruhi informasi kepada masyarakat. Banyak yang

berasal dari televisi ditiru oleh masyarakat.

2.1.1.2 KOMUNIKASI MASSA

Setiap orang apapun profesinya, setidaknya ia pernah mendengarkan radio,

menonton televisi atau film, membaca koran, majalah atau tabloid. Ketika seseorang

mendengarkan radio, menonton televisi, atau membaca koran, sebenarnya ia sedang

13

berhadapan dengan media massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak

langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi

massa, dengan berbagai jenis atau bentuknya, telah menerpa manusia, dan manusia

menerpakan dirinya kepada media massa.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner

(Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages

communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi

tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa.

Meskipun komunikasi disampaikan kepada khalayak yang banyak, jika tidak

menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Sementara definisi lain dari komunikasi massa menurut Maletzke, komunikasi

massa diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara

terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada

publik yang tersebar (Ardianto, 2007, 3). Maletzke memperlihatkan sifat dan ciri

komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan

media massa, juga sifat pesannnya yang terbuka untuk setiap orang. Istilah tersebar

menunjukkan bahwa komunikasi sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu

tempat saja, tetapi tersebar di berbagai tempat.

Definisi komunikasi massa secara lebih jelas dan lengkap diungkapkan oleh

Wright. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak

yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan kepada

khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka,

seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas;

14

komunikator cenderung beradaatau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang

melibatkan biaya besar (Ardianto, 2007: 4). Definisi Wright menyebutkan karakteristik

komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan

diterima komunikan secara serentak pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk

media elektronik seperti televisi atau radio).

Anonim disini maksudnya adalah individu yang menerima pesan cenderung

asing satu sama lain, sementara heterogen berarti individu yang menerima pesan

cenderung berkarakteristik dan berbeda satu sama lain, apakah dari pekerjaan, status

atau jabatan.

Dari berbagai definisi yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas, dapat dilihat

bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi tersebut

dapat saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah

komunikasi yang dilakukan dan ditujukan terhadap khalayak yang tersebar, anonim dan

heterogen melalui media massa sehingga pesan dapat diterima secara serentak dan sesaat.

A. Komponen Komunikasi Massa

Proses komunikasi massa melibatkan lebih banyak komponen dibandingkan

dengan bentuk komunikasi lainnya. Menurut Ardianto dalam bukunya Komunikasi

Massa: Sebuah Pengantar (2007: 32-48), komponen komunikasi massa terdiri dari: .

Setiap komponen selanjutnya akan dibahas satu persatu.

1. Komunikator

Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator. Komunikator

komunikasi media massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter,

15

redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan pada media elektronik,

komunikatornya adalah pengisi program, pematok program (rumah produksi),

penulis naskah, produser, aktor, presenter, dan lain-lain.

a. Sifat komunikator

Hiebert, Ungurait, dan Bohn (1974: 78) mengemukakan 3 sifat

komunikator komunikasi massa:

1). Costliness

Program acara pada televisi terhitung cukup membutuhkan biaya

yang besar. Acara yang berdurasi 30 menit saja bisa menghabiskan

puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah. Biaya yang besar tersebut

digunakan untuk biaya operasional, peralatan, honor pengisi acara,

membeli sinteron dari production house, atau membeli film.

2). Complexity

Kegiatan jurnalisme di media cetak maupun media elektronik diawali

dengan rapat redaksi, menghubungi narasumber, mendatangi sebuah

event, menyusun berita, sampai menyiarkan berita. Semua itu

membutuhkan suatu proses yang panjang dan rumit. Dalam media

elektronik televisi, prosesnya akan lebih kompleks karena lebih

banyak melibatkan personel dalam setiap acaranya.

3). Competitiveness

Semua media massa berlomba-lomba menarik perhatian sebanyak

mungkin khalayak. Dengan kata lain, terjadi kompetisi antara media

massa sejenis. Kompetisi ini terus berlangsung setiap hari, bahkan

setiap jam. Hal ini dapat dilihat dari adanya lembaga-lembaga riset

16

seperti AC Nielsen yang menjadi acuan media massa untuk

mengetahui program atau media massa apa yang paling banyak

meraih audiens.

b. Syarat komunikator yang baik

Aristoteles menyebut karakter komunikator sebagai ethos. Ethos

komunikator terdiri dari good will (maksud yang baik), good sense

(pikiran yang baik), dan good moral character (karakter yang baik).

Seorang komunikator yang memiliki ethos akan menghasilkan

komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang dapat menghasilkan

tujuannya. Komunikator yang tidak memiliki good will mungkin dapat

dikategorikan sebagai provokator.

2. Kode dan Isi

Kode adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan

komunikasi, seperti: kata-kata lisan, tulisan, foto, musik, dan lain-lain. Isi

merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi sebuah mengenai

perang atau sebuah lelucon yang dilontarkan oleh seorang komedian.

Sementara kode adalah simbol yang digunakan untuk membawa pesan

tersebut, misalnya kata-kata yang diucapkan atau ditulis, foto, maupun gambar

bergerak. Dalam komunikasi massa, kode dan isi berinteraksi sehingga kode

yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi

khalayak atas pesan, walaupun isi nya sama.

17

3. Gatekeeper

Gatekeeper seringkali diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai

penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari

sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan

dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh

pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung

reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain.

Fungsi gatekeeper adalah untuk mengevaluasi isi media agar sesuai

dengan kebutuhan khalayaknya. Yang terpenting adalah gatekeeper memiliki

wewenang untuk tidak memuat berita yang akan meresahkan khalayak. Setiap

media massa pasti memiliki gatekeeper, tapi kita tidak akan pernah menemukan

jabatan gatekeeper dalam struktur organisasi media massa tersebut karena

gatekeeper adalah sebuah pelaksana fungsi.

4. Regulator

Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu

proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama

dengan gatekeeper, namun regulator bekerja diluar institusi media yang

menghasilkan berita. Regulator bisa menghentikan aliran berita dan menghapus

suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi, dan

bentuknya lebih seperti sponsor.

Di Indonesia, yang termasuk kategori regulator diantaranya adalah

pemerintah dengan perangkat undang-undangnya, khalayak penonton, pembaca,

pendengar, asosiasi profesi, Lembaga Sensor Film, Dewan Pers yang mengatur

18

media cetak, dan Komite Penyiaran Indonesia (KPI) untuk media elektronik.

Undang-undang produk pemerintah di Indonesia untuk media massa diantaranya

adalah Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers dan Undang-Undang

Penyiaran.

5. Media

Media massa terdiri dari: (1) media cetak, yaitu surat kabar dan majalah;

(2) media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online (internet).

6. Audiens

Marshall McLuhan menjabarkan audiens sebagai sentral komunikasi massa

yang secara konstan dibombardir oleh media. Media mendistribusikan informasi

yang merasuk pada masing-masing individu. Audiens hampir tidak bisa

menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota

audiens yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. Audiens

komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Audiens memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan

kebiasaan dan atas kesadaran sendiri.

b. Audiens berjumlah besar. Menurut Charles Wright, besar disini dalam

artian sejumlah besar khalayak yang dalam waktu singkat dapat

dijangkau oleh komunikator komunikasi massa, di mana jumlah khalayak

tersebut tidak dapat diraih bila komunikasi dilakukan secara tatap muka.

c. Audiens bersifat heterogen, bukan homogen. Individu-individu dalam

audiens mewakili berbagai kategori sosial.

19

d. Audiens bersifat anonim. Meskipun mengetahui karakteristik umum

khalayaknya, komunikator biasanya tidak mengetahui identitas

komunikannya dan pada siapa ia berkomunikasi.

e. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.

7. Filter (saringan)

Filter juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai saringan.

Saringan ini ada yang rapat dan ada juga yang longgar. Dalam konteks fotografi,

filter akan menyaring warna atau intensitas cahaya dari objek foto untuk

mengubah tampilan gambar objek tersebut. Penginderaan kita yang berfungsi

sebagai filter komunikasi dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu: budaya, tatanan

psikologi, dan kondisi fisik.

8. Umpan balik

Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima pesan.

Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak mengirimkan respons

atau tanggapan kepada komunikator terhadap pesan yang disampaikan. Respon

atau tanggapan ini disebut feedback (umpan balik). Umpan balik yang terjadi

dalam proses komunikasi massa dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Internal Feedback

Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator

bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari

komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator

20

menyadari telah melakukan kesalahan atau kekhilafan, kemudian ia

meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.

b. External Feedback

External feedback adalah umpan balik yang diterima komunikator dari

komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga

tidak langsung.

Berdasarkan uraian singkat mengenai komponen komunikasi massa di atas, dapat

dilihat bahwa komunikasi massa selalu berkenaan dengan komunikator, kode dan isi,

gatekeeper, pengatur, media, audiens, filter dan umpan balik. Dalam prosesnya, pesan

bisa mengalami reduksi, defiasi maupun manipulasi oleh berbagai pihak dan

kepentingan dengan tujuan mendapatkan efek yang diinginkan pada audience. Oleh

karena itu, komponen dalam media massa mempunyai peranan yang sangat signifikan

dalam komunikasi massa.

B. Fungsi Komunikasi Massa

Disamping mempunyai komponen-komponen, komunikasi massa juga memiliki

fungsi bagi masyarakat. Nurudin dalam Pengantar Komunikasi Massa (2004: 63-93)

menjabarkan secara lengkap fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

1. Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang yang terdapat

dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi

informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal

21

memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsi-fungsi yang lain.

Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam

tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adalah adanya kejadian

yang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta

tersebut biasa diringkas dalam istilah 5 W + 1 H (What, When, Where, Who, Why

+ How) atau Apa, Kapan, Dimana, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana.

Saat ini konsep 5 W + 1 H atau straight news (berita singkat) sudah

dikembangkan dengan peliputan jurnalisme investigasi (investigative journalism).

Yakni, suatu bentuk peliputan yang dilakukan secara mendalam. Bahkan

sekarang, banyak media kita (terutama majalah) mengembangkan penulisan

feature, sebuah gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah

jurnalistik. Kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan. Artinya, agar

tulisan itu menarik dan enak untuk dibaca. Sementara kaidah jurnalistik

mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang didapat dilapangan. Penulisan

feature tanpa kaidah sastra akan menghasilkan tulisan yang keras, kering, dan

tidak enak dibaca. Sementara itu, tulisan yang hanya berlandaskan kaidah sastra,

hanya menemukan khayalan yang dituang dalam sebuah tulisan dan tidak ada

fakta yang disajikan. Oleh karena itu, feature menggabungkan keduanya.

2. Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling

tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat

kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga,

televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing

22

anggota keluarga memiliki kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri

kerja seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan

aktifitasnya masing-masing, ketika malam hari dirumah, kemungkinan besar

mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk

berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama

hiburan (untuk melepaskan lelah).

Hal ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak

menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian,

media cetak pun tetap harus memfungsikan hiburan. Gambar-gambar berwarna

yang muncul di setiap halaman, adanya teka-teki, dan cerita bergambar (cergam)

menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga memberikan layanan hiburan.

3. Persuasi

Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi

informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas

hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara jeli, ternyata terdapat

fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca

merupakan contoh tulisan persuasif.

Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi

yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai

macam bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau

nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3)

menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; (4) memperkenalkan etika,

atau menawarkan sistem nilai tertentu.

23

4. Transmisi Budaya

Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang

paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat

dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai

dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi

menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan individu.

Melalui Individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif

kelompok, publik, audiens berbagai jenis, dan individu bagian dari suatu massa.

Hal ini merupakan pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui

bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni,

ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

5. Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa

mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa

merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan

keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti

pentingnya kerurukan hidup umat beragama, sama saja media massa itu

mendorong kohesi sosial.

Dalam bahasa yang populer, kohesi sosial sama artinya dengan integrasi.

Sebab, media massa yang tidak bisa menerapkan prinsip berita berimbang tidak

dapat mendorong penyatuan masyarakat atau dengan kata lain, media massa

hanya menciptakan disintegrasi sosial. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton

pernah mengatakan bahwa media juga mempunyai fungsi narcositing-

24

dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah ini sangat ekstrem, tetapi tidak

bisa dipungkiri media massa yang tidak dikelola secara bijak atau bahkan hanya

mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat. Hal tersebut

tidak bisa mengarahkan masyarakat untuk maju, bersatu, jujur, tetapi justru

sebaliknya menciptakan kemunduran masyarakat, bercerai berai, atau terus

konflik dan melakukan kebohongan.

Oleh karena itu, media massa yang tidak dikelola secara profesional,

berdasarkan moral yang baik sangat berbahaya bagi masyarakat.

6. Pengawasan

Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya,

menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-

kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua,

yakni warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), dan

instrumental surveillance (pengawasan instrumental).

Sebagai contoh, perang antara AS-Irak yang terjadi pada tahun 1991 dan

2003, terlepas dari siapa yang bersalah, berita-berita sekitar kecurigaan AS

terhadap Irak yang menyimpan senjata pemusnah massal dan ngototnya AS ingin

menggulingkan Saddam Hussein (Presiden Irak) merupakan contoh konkret di

mana media sedang melakukan pengawasan peringatan.

Sementara itu, aktualisasi dari fungsi pengawasan instrumental

(instrumental surveillance), adalah penyebaran informasi yang berguna bagi

masyarakat. Harga kebutuhan sehari-hari merupakan informasi penting yang

sangat dibutuhkan masyarakat. Termasuk di sini adalah informasi tentang

25

produk-produk baru yang ada di pasaran dan berita tentang jadwal acara televisi

atau film-film yang diputar di gedung bioskop.

7. Korelasi

Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan

bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya

dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai

komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan seorang reporter akan

menghubungkan narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan

pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat yang lain).

8. Pewarisan Sosial

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang

menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan

atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari

satu generasi ke generasi selanjutnya. Cara berpakaian yang sudah sedemikian

berubah pada anak muda merupakan dampak dari apa yang dipertontonkan

televisi.

Dengan demikian, media massa memiliki peranan pewarisan sosisal dari

satu generasi ke generasi selanjutnya. Bukan mustahil pula, jika kita membaca

buku-buku “aliran kiri”, secara tidak langsung kita sedang melaksanakan

pewarisan atau mentransfer ide itu ke dalam benak kita. Hal ini juga termasuk

fungsi pewarisan dari sebuah buku.

26

9. Melawan Kekuasaaan dan Kekuatan Represif

Dalam kurun waktu lama, komunikasi massa dipahami secara linier

memerankan fungsi-fungsi klasik seperti yang diungkapkan sebelumnya. Hal

yang banyak dilupakan orang adalah bahwa komunikasi massa bisa menjadi

sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi massa

berperan memberikan informasi yang diungkapkannya ternyata mempunyai

motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan. Memang diakui bahwa

komunikasi massa juga bisa berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi juga

sebaliknya.

Pasca-Orba, media massa sangat bombastis memilih kata-kata atau

kalimat atas ketidakadilan yang terjadi, meskipun sangat mungkin apa yang

ditulisnya memiliki motif pribadi atau kelompok. Namun yang jelas, semua itu

harus dilihat dengan munculnya ruang untuk bebas mengekspresikan dirinya,

termasuk untuk melawan kekuasaan.

10. Menggugat Hubungan Trikotonomi

Hubungan trikotonomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara

tiga pihak. Dalam kajian komunikasi, hubungan trikotonomi melibatkan

pemerintah, pers, dan masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah

mencapai sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Oleh

karena itu, bisa disebut dengan hubungan trikotonomi. Hal itu bisa dimaklumi

karena ketiganya memiliki tuntutan yang berbeda satu sama lain ketika

menghadapi suatu persoalan. Pada zaman Orde Baru, pemerintah memposisikan

diri sebagai pihak yang paling berkuasa dan menentukan atas pers dan

27

masyarakat. Jika digambarkan seperti segitiga sama kaki, pemerintah berada

pada posisi paling atas. Kedua kaki pemerintah (analogi dari segitiga sama kaki)

menginjak pers dan masyarakat yang berarti pemerintah memiliki kekuasaan atas

keduanya.

Pasca Orde Baru, hubungan segitiga itu berubah, khususnya dimulai pada

era Gus Dur dan Megawati. Analogi segitiga yang semula segitiga sama kaki,

berubah menjadi segitiga sama sisi, namun masyarakatlah yang menempati

posisi paling atas. Jika pemerintah dan pers macam-macam bisa didemo,

termasuk dengan kekerasan sekalipun. Meskipun tidak dibenarkan secara hukum,

kenyataan tersebut benar-benar terjadi.

Ketika membicarakan fungsi-fungsi komunikasi massa, yang harus ada dalam

benak kita adalah kita juga sedang membicarakan fungsi media massa. Komunikasi

massa berarti komunikasi melalui media massa. Ini berarti, komunikasi massa tidak akan

ditemukan maknanya tanpa menyertakan media massa sebagai elemen terpenting dalam

komunikasi massa. Banyak fungsi-fungsi komunikasi massa yang dikemukakan. Seperti

halnya definisi komunikasi massa, fungsi-fungsi komunikasi massa pun mempunyai

latar belakang dan tujuan yang berbeda. Namun meskipun satu pendapat dengan

pendapat yang lain berbeda, tetapi titik tekan mereka sama dan setidaknya ada benang

merah bahwa fungsi komunikasi massa secara umumdapat dikemukakan seperti pada

poin-poin diatas.

28

C. Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki suatu kekuatan sosial yang dapat menggerakkan

proses sosial sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Namun, untuk

mengetahui secara tepat mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa

dan hasil yang dicapainya tidaklah mudah. Dalam proses komunikasi, pesan dalam

media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2007: 50-58), efek media massa dapat

dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang

berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan

melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa

perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai

perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap

khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek

komunikasi massa.

1. Efek Kehadiran Media Massa

a. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat

menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa

media massa. Misalnya, keberadaan televisi baik televisi pemerintah

maupun televisi swasta dapat memberi lapangan kerja kepada sarjana

ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, dan profesi lainnya.

29

b. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial

sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh, misalnya

kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari pemiliknya.

Majalah yang beredar telah menuntun pembacanya untuk memilih

majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah Gadis umumnya

dikonsumsi oleh remaja putri, majalah Otomotif dikonsumsi oleh para

pecinta otomotif, dan sebagainya.

c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya membaca surat

kabar terlebih dahulu, Anak-anak Sekolah Dasar yang biasanya selalu

mandi pagi pada hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi untuk anak-

anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi menjadi jadwal

menonton televisi.

d. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya

dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya

untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan

sebagainya. Misalnya seorang yang sedang dimabuk cinta akan

mendengarkan lagu-lagu bertema cinta atau melankolis dari siaran radio.

e. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak

nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan

tertentu. Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap

30

harian Kompas daripada harian Media Indonesia. Hal ini dapat dikatakan

bahwa tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa

tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media

massa tersebut.

2. Efek Pesan

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas

tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam

mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan

keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh

informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita

kunjungi secara langsung. Dengan berlangganan surat kabar Pos Kota,

kita akan menduga bahwa dunia ini dipenuhi dengan tindakan perkosaan,

penganiayaan dan pencurian. Dengan menonton acara kriminal di televisi,

kita cenderung mengatakan di sekitar kita sudah tidak aman lagi.

b. Efek Afektif

Efek ini lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi

massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih

dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih,

gembira, marah, dan sebagainya. Contohnya adalah setelah mendengar

atau membaca berita Sumanto atau Robot Gedek, maka muncul perasaan

sebal, kesal, marah, atau senang pada diri khalayak. Perasaan jengkel,

31

atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal dan jijik terhadap

perilakunya. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para

orang tua atas tertangkapnya pelaku. Sedangkan perasaan sedih, dapat

juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan

perbuatan tersebut.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi

atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran

kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan di televisi menyebabkan

para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan-

pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa

pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dewasa ini, media massa telah banyak

melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah

berbagai jenis buku, majalah atau surat kabar yang telah membahas

berbagai macam keterampilan. Dengan demikian, media massa dapat

dijadikan atau digunakan sebagai media pendidikan.

Efek komunikasi massa adalah jelas dan nyata. Dengan melihat pada diri sendiri,

kita dapat merasakan betapa besarnya materi pembicaraan yang kita kemukakan setiap

hari berasal dari atau didasarkan pada saluran komunikasi massa (radio, televisi,

majalah, surat kabar dan internet). Bahkan media massa memungkinkan untuk

meningkatkan taraf hidup manusia secara lebih baik dengan memasok informasi-

32

informasi yang bermutu dan bermanfaat. Pandangan Wilbur Schramm dalam kutipan

oleh Singhal yang diterjemahkan oleh Nuryanto (2011: 13) mengatakan:

“Schramm percaya bahwa media massa dapat memperbaiki kehidupan orang-orang

dengan menambah sumber informasi di sekolah-sekolah lokal, mengalihkan kontak dari

pekerja pengembangan lembaga, dan mendorong orang-orang untuk menbuka diri

mereka sendiri dan anak-anak mereka untuk mendapatkan kesempatan belajar.”

Meskipun belum ada bukti valid penelitian yang mendukung asumsi ini, kita

tetap yakin bahwa efek komunikasi massa begitu besar.

2.1.1.3 TELEVISI

Televisi adalah media siaran yang serumpun dengan radio. Jika radio hanya

menyalurkan suara, televisi mampu menyalurkan suara dan gambar sekaligus, sehingga

televisi dapat dipandang sebagai penggabungan film dengan radio. Itulah sebabnya

televisi disebut sebagai media audio visual, karena siarannya dapat ditangkap oleh mata

dan telinga. Televisi berkembang sebagai media massa, karena suara dan gambar yang

disiarkan itu menyentuh khalayak yang banyak (massa) serta bersifat terbuka. Di dalam

massa itu terdapat publik, karenanya televisi disebut juga sebagai media publik.

Penyiaran televisi berkembang dengan pesat sesudah Perang Dunia II (1945).

Meskipun demikian, televisi telah dimulai dikenal sejak 1920, kemudian berkembang

lagi dengan hadirnya televisi publik pada 1930. Asal mula penemuan televisi berasal

dari Paul Nipkow yang berkebangsaan Jerman pada 1884 dengan menemukan sebuah

alat yang disebut Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Perkembangan televisi tentu tidak

33

lepas dari penemuan-penemuan sebelumnya dalam bidang penyiaran radio dan

penemuan tentang film.

Televisi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1962 ketika pemerintah Indonesia

mendirikan TVRI (Televisi Republik Indonesia), yang mulai melakukan siaran

percobaan tanggal 17 Agustus 1962. Kemudian pada tanggal 24 Agustus 1962 TVRI

melakukan siaran perdana dengan menyiarkan pembukaan Asian Games ke IV di Jakarta.

Tahun 1988 RCTI hadir sebagai lembaga penyiaran televisi swasta pertama di Indonesia,

yang kemudian disusul dengan berdirinya sejumlah lembaga penyiaran televisi swasta

yang lain (Arifin, 2011: 190).

Keunggulan televisi sebagai media audio visual terletak pada daya persuasinya

yang tinggi, karena khalayak dapat melihat gambar bergerak dan suara. Bahkan gambar

dan suara tersebut dapat diterima khalayak dalam sebuah peristiwa langsung. Dengan

demikian televisi memiliki aktualitas yang tinggi serta daya persuasi yang tinggi pula.

A. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio),

yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi

menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan

bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk

memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2007: 137).

34

B. Trend Televisi

Sukses suatu program acara pada media televisi seringkali diikuti oleh stasiun

televisi lainnya dengan acara-acara yang sejenis. Hal ini dinamakan sebagai copycat.

Ada juga suatu acara yang sukses di negara asalnya sehingga dibuat versi negara lain,

dinamakan franchise. Contoh dari acara franchise adalah ”Indonesian Idol” (RCTI),

“The Apprentice” (Metro TV) dan lain-lain. Sedangkan contoh acara copycat adalah

“Hidayah” (Trans TV), “Jalan Illahi” (Trans 7), “Pintu Hidayah” (RCTI) yang meniru

“Rahasia Illahi” (TPI), dan lain-lain (Ardianto, 2007: 142-143).

2.1.1.4 TALKSHOW

Program Talkshow adalah program yang dapat memperkaya wawasan penonton

akan sebuah permasalahan. Namun, program tersebut tidak akan menarik apabila tidak

ada upaya-upaya untuk membuat program tersebut menarik. Kunci utama dari

kesuksesan program ini adalah kemampuan moderator (presenter) dalam mengendalikan

dan menjaga pembicaraan agar tetap segar sekaligus tegang.

Program talkshow merupakan pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu

permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling

berbicara mengemukakan pendapat dan presenter bertindak sebagai moderator. Dalam

hal ini presenter harus cekatan dan taktis menghentikan atau membelokkan perdebatan

apabila sudah mengarah pada bahaya kemarahan dan tindakan fisik (Wibowo, 2009: 82).

Talkshow idealnya dilakukan di dalam ruangan, sebab presenter akan memiliki

waktu untuk menambah pertanyaan jika narasumber berusaha menghindari sebuah

pertanyaan. Talkshow memiliki tema yang beragam, tidak hanya mengandung unsur

aktualitas, talkshow biasanya juga menyentuh persoalan-persoalan sosial, budaya, politik,

35

soal-soal yang privat dan sebagainya. Biasanya, tema talkshow ditentukan melalui riset.

Hasil riset yang dianggap memenuhi kriteria materi acara akan diangkat sebagai topik.

Melalui riset pula seorang produser menentukan tokoh-tokoh yang akan diundang dalam

sebuah program talkshow. Tugas presenter adalah mencari sumber-sumber

permasalahan yang akan dibahas. Program talkshow tidak akan efektif jika seorang

presenter tidak mampu menguasai permasalahan itu. Biasanya, akan disiapkan pula

pertanya-pertanyaan kejutan agar dapat mebuat program talkshow menjadi menarik dan

dinamis.

Program talkshow di masa kini tidak lepas dari unsur hiburan. Untuk itu, seorang

presenter juga harus memiliki rasa humor agar penonton tidak merasa jenuh dalam

menonton program talkshow. Berarti, seorang presenter pun harus kreatif dalam

menentukan humornya agar dapat menghibur penonton. Kreatifitas hanya mungkin pada

seseorang yang memiliki kecerdasan serta terus menerus mencari dan belajar.

2.1.1.5 WAWASAN HUMANIORA

Wawasan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang untuk melihat pengetahuan

secara umum dengan memperoleh informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan

harkat kemanusiaannya. Dalam kajian Sistem Komunikasi Indonesia, wawasan

merupakan cara pandang dan kemampuan dalam menganalisis kehidupan sosial politik

yang mencakup komunikasi yang berdasarkan filsafat hidup, gagasan vital dan kondisi

objektif masyarakat itu sendiri (Arifin, 2011: 2).

Sementara humaniora merupakan ilmu pengetahuan yang membuat manusia

menjadi lebih manusiawi, dalam artian lebih berbudaya. Era modern ini, humaniora

berkembang menjadi sebuah makna yang mengacu kepada perasaan dan tingkah laku.

36

Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan,

bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai

konotasi perasaan dan perilaku manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur

dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi

budaya intelektual.

Dengan memilki wawasan humaniora, manusia diharapkan memiliki suatu

pandangan atau pendapat yang bermanfaat baik bagi dirinya ataupun orang lain dalam

kaitannya ketika berhubungan dengan sesama manusia. Dalam penelitian ini, penulis

telah membentuk operasional variabel dari wawasan humaniora yang terdiri dari

wawasan sosial, politik, ekonomi dan budaya.

2.1.2 Teori Khusus

2.1.2.1 USES AND GRATIFICATIONS

Teori uses and gratifications menganggap khalayak secara aktif menggunakan

media untuk memenuhi kebutuhannya. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan

media pada seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap

media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media

untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu,

perilaku khalayak akan dijelaskan melalui kebutuhan dan kepentingan individu.

Katz, Blumler dan Guretvitch menjelaskan asumsi dasar dari teori uses and

gratifications, yaitu:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari

penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan.

37

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan

kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana

kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku

khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota

khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan

kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum

diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Ardianto, 2007: 74).

Penelitian yang menggunakan uses and gratifications memusatkan perhatian

pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan.

Teori uses and gratifications ditemukan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun

1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspective on

Gratification Research. Teori ini juga mengasumsikan bahwa pengguna media massa

mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Berarti, pengguna media

berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi

kebutuhannya (Nurudin: 2004: 192). Nurudin menambahkan, Kebutuhan dalam hal ini

meliputi lima kebutuhan yaitu: kebutuhan kognitif, afektif, pribadi secara integratif,

sosial secara integratif dan pelepasan.

38

1. Kebutuhan Kognitif

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan

pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk

memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan

dorongan untuk penyelidikan kita.

2. Kebutuhan Afektif

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman

yang estetis, menyenagkan dan emosional.

3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibiltas, kepercayaan,

stabilitas dan status individual. Hal itu dapat diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi (kerja

sama).

5. Kebutuhan Pelepasan

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan,

ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Teori uses and gratifications lebih menekankan pendekatan manusiawi dalam

melihat media massa. Artinya, manusia memiliki otonomi atau wewenang dalam

memperlakukan media. Konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan

bagaimana atau melalui media mana mereka menggunakan media serta bagaimana

media itu berdampak pada dirinya. Penggunaan teori ini dapat dilihat dalam kasus

39

selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya cocok dengan lagunya,

tetapi juga untuk motif-motif lain seperti; gengsi diri, kepuasan batin, atau sekadar

hiburan.

2.2 Kerangka Pikir

2.2.1 Definisi Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Karakteristik Responden

2.2.1.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu

pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari

“pengaruh” variabel terikat (Bungin, 2006: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel bebas adalah program talkshow “Kick Andy”.

2.2.1.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang “dipengaruhi” oleh variabel bebas. (Bungin,

2006: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah wawasan

humaniora mahasiswa Binus jurusan Marcomm angkatan 2008.

2.2.1.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Usia : Usia dari responden

2. Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (pria/wanita)

3. Peminatan : Peminatan responden mahasiswa Binus jurusan

Marcomm 2008 (Broadcasting/Public Relation)

40

2.2.2 Model Teoritis

GAMBAR 2.1

Variabel bebas (X) : Program Talkshow “Kick Andy”

Variabel terikat (Y) : Wawasan Humaniora Mahasiswa Binus Jurusan

Marcomm angkatan 2008

2.2.3 Operasional Variabel

Operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri

spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya: Agar peneliti dapat

mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di

definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat

ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya

(Chourmain, 2008: 36). Dalam penelitian ini, operasional variabelnya antara lain:

Variabel bebas (X) Program Talkshow “Kick Andy ”

Variabel terikat (Y) Wawasan Humaniora Mahasiswa Binus Jurusan Marcomm angkatan 2008

41

TABEL 2.1

Konsep Variabel Dimensi Indikator

Program

Talkshow

“Kick Andy”

(X)

Tema/materi

acara (x1)

Pemilihan

tema/materi

acara

Cara

penyampaian

tema/materi

acara

Pemilihan

tema/materi

acara dapat

menarik simpati

(1) Tema/materi acara

yang dipilih sangat

menarik untuk

disaksikan

(2) Cara penyampaian

tema/materi acara

menarik perhatian

(3) Tema/materi acara

yang disampaikan

dapat menarik

simpati

Jam tayang

(x2)

Penempatan jam

tayang program

Durasi program

(1) Penempatan jam

tayang program

sudah tepat

(2) Durasi program

sudah sesuai

Penampilan

pembawa

acara dan

narasumber

(x3)

Penampilan

pembawa acara

Andy F. Noya

(1) Penampilan

pembawa acara

Andy F. Noya

menarik untuk

disaksikan

42

Konsep Variabel Dimensi Indikator

Penguasaan

tema/materi

acara oleh

pembawa acara

Pemilihan

narasumber

(2) Andy F. Noya

dapat menguasai

tema/materi acara

(3) Narasumber yang

dihadirkan menarik

untuk disaksikan

(4) Informasi yang

diberikan

narasumber

memuaskan

Wawasan

humaniora

mahasiswa

Binus jurusan

Marcomm

2008 (Y)

Wawasan (y1) Peningkatan

wawasan secara

keseluruhan

(1) Dengan menonton

program talkshow

“Kick Andy”

wawasan menjadi

bertambah

Wawasan sosial

(y2)

Peningkatan

wawasan sosial

(1) Dengan menonton

program talkshow

“Kick Andy”

wawasan mengenai

sosial menjadi

bertambah

43

Konsep Variabel Dimensi Indikator

Wawasan

politik (y3)

Peningkatan

wawasan politik

(1) Dengan menonton

program talkshow

“Kick Andy”

wawasan mengenai

politik menjadi

bertambah

Wawasan

ekonomi (y4)

Peningkatan

wawasan

ekonomi

(1) Dengan menonton

program talkshow

“Kick Andy”

wawasan mengenai

ekonomi menjadi

bertambah

Wawasan

budaya (y5)

Peningkatan

wawasan

budaya

(1) Dengan menonton

program talkshow

“Kick Andy”

wawasan mengenai

ekonomi menjadi

bertambah