bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00782-mc...
TRANSCRIPT
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Teori Dasar/Umum
2.1.1.1 KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini
kemudian dikembangkan menjadi, komunikasi adalah sebuah proses di mana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya,
yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Komala, 2009:
73).
Komala menambahkan dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses dan
Konteks, Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau proses
transmisi itulah yang biasa disebut dengan komunikasi.
Orang yang sedang berbicara disebut komunikator, yang merupakan sumber
(source). Sementara orang yang mendengarkan disebut dengan komunikan, atau yang
sering disebut sebagai sasaran, audience atau pendengar. Apa yang disampaikan oleh
komunikator disebut pesan, dan disampaikan melalui udara yang disebut dengan saluran
(channel). Dengan demikian, komunikasi berarti suatu proses di mana terjadi sesuatu
tanggapan/reaksi (response) karena adanya pengiriman pesan/informasi (message).
Terdapat 3 komponen penting dalam komunikasi, yaitu: mengirim pesan, menerima
pesan dan reaksi terhadap pesan.
11
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan Latin Communis yang artinya
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya
membagi (Komala, 2009: 72). Jadi, jika ada dua orang yang terlibat komunikasi, berarti
dapat membangun sebuah kebersamaan, baik bahasa maupun makna. Namun, dapat
menciptakan kebersamaan bahasa, belum tentu pula dapat menciptakan kebersamaan
makna. Perbincangan kedua orang tersebut baru dapat dikatakan komunikatif apabila
dapat menciptakan kebersamaan bahasa dan makna. Dan komunikasi yang efektif akan
tercipta apabila audience (penerima) menerima pesan, pengertian, bahasa, makna, dan
lain-lain yang sama seperti apa yang dikehendaki si komunikator.
Komunikasi yang efektif ini tentu bergantung pada prosesnya. Pengertian dari
kata “Proses” sendiri berarti sebuah fenomena yang dinamis. “Dinamis” merupakan
lawan kata dari “statis” atau ”istirahat”. Proses berjalan seiring waktu dan ada gerakan
kontinyu (bersambungan). Menurut Komala (2009: 86-87), Proses komunikasi dapat
dilihat dari model komunikasi. Ada 5 langkah dalam model komunikasi, yaitu:
1. Penciptaan ide/gagasan. Ide/gagasan merupakan landasan bagi sebuah pesan
yang akan disampaikan.
2. Encoding, encoding adalah penerjemahan ide/gagasan oleh sumber dalam wujud
kata-kata, lambang-lambang, atau tanda-tanda yang disengaja untuk
menyampaikan informasi yang diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.
3. Saluran (channel), Pesan yang telah diterjemahkan tadi, disampaikan kepada
penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar, ataupun dengan sebuah
tindakan tertentu. Terdapat 2 saluran komunikasi, yaitu: lisan dan tulisan.
12
Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon.
Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis adalah seperti televisi atau kaset
video. Sumber berusaha untuk membebaskan saluran komunikasi dari gangguan
atau hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima sesuai dengan
yang dikehendaki.
4. Decoding, yaitu penerima pesan memberikan penafsiran terhadap pesan yang
diterimanya. Pemahaman merupakan kunci utama untuk melakukan decoding,
dan hanya terjadi dalam pikiran penerima.
5. Umpan balik (feedback), yaitu kemungkinan untuk memberikan respons kepada
sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima
dapat mengabaikan pesan tersebut atau menyimpannya. Umpan balik inilah yang
dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektifitas komunikasi.
Kini, semakin mapannya ilmu komunikasi, objek material komunikasi pun tidak
hanya manusia (masyarakat), tetapi juga media. Media sebagai objek material ilmu
komunikasi tidak lagi sebagai alat, tetapi sudah menjadi perspektif baru dalam kajian
komunikasi, sehingga muncul bermacam-macam kajian media. Media sangat ampuh
dalam memberikan serta mempengaruhi informasi kepada masyarakat. Banyak yang
berasal dari televisi ditiru oleh masyarakat.
2.1.1.2 KOMUNIKASI MASSA
Setiap orang apapun profesinya, setidaknya ia pernah mendengarkan radio,
menonton televisi atau film, membaca koran, majalah atau tabloid. Ketika seseorang
mendengarkan radio, menonton televisi, atau membaca koran, sebenarnya ia sedang
13
berhadapan dengan media massa, di mana pesan media itu secara langsung atau tidak
langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi
massa, dengan berbagai jenis atau bentuknya, telah menerpa manusia, dan manusia
menerpakan dirinya kepada media massa.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner
(Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages
communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi
tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa.
Meskipun komunikasi disampaikan kepada khalayak yang banyak, jika tidak
menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Sementara definisi lain dari komunikasi massa menurut Maletzke, komunikasi
massa diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara
terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada
publik yang tersebar (Ardianto, 2007, 3). Maletzke memperlihatkan sifat dan ciri
komunikasi massa yang satu arah dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan
media massa, juga sifat pesannnya yang terbuka untuk setiap orang. Istilah tersebar
menunjukkan bahwa komunikasi sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu
tempat saja, tetapi tersebar di berbagai tempat.
Definisi komunikasi massa secara lebih jelas dan lengkap diungkapkan oleh
Wright. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak
yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan kepada
khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka,
seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas;
14
komunikator cenderung beradaatau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang
melibatkan biaya besar (Ardianto, 2007: 4). Definisi Wright menyebutkan karakteristik
komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan
diterima komunikan secara serentak pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk
media elektronik seperti televisi atau radio).
Anonim disini maksudnya adalah individu yang menerima pesan cenderung
asing satu sama lain, sementara heterogen berarti individu yang menerima pesan
cenderung berkarakteristik dan berbeda satu sama lain, apakah dari pekerjaan, status
atau jabatan.
Dari berbagai definisi yang telah diungkapkan oleh para ahli diatas, dapat dilihat
bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi tersebut
dapat saling melengkapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah
komunikasi yang dilakukan dan ditujukan terhadap khalayak yang tersebar, anonim dan
heterogen melalui media massa sehingga pesan dapat diterima secara serentak dan sesaat.
A. Komponen Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa melibatkan lebih banyak komponen dibandingkan
dengan bentuk komunikasi lainnya. Menurut Ardianto dalam bukunya Komunikasi
Massa: Sebuah Pengantar (2007: 32-48), komponen komunikasi massa terdiri dari: .
Setiap komponen selanjutnya akan dibahas satu persatu.
1. Komunikator
Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator. Komunikator
komunikasi media massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter,
15
redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan pada media elektronik,
komunikatornya adalah pengisi program, pematok program (rumah produksi),
penulis naskah, produser, aktor, presenter, dan lain-lain.
a. Sifat komunikator
Hiebert, Ungurait, dan Bohn (1974: 78) mengemukakan 3 sifat
komunikator komunikasi massa:
1). Costliness
Program acara pada televisi terhitung cukup membutuhkan biaya
yang besar. Acara yang berdurasi 30 menit saja bisa menghabiskan
puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah. Biaya yang besar tersebut
digunakan untuk biaya operasional, peralatan, honor pengisi acara,
membeli sinteron dari production house, atau membeli film.
2). Complexity
Kegiatan jurnalisme di media cetak maupun media elektronik diawali
dengan rapat redaksi, menghubungi narasumber, mendatangi sebuah
event, menyusun berita, sampai menyiarkan berita. Semua itu
membutuhkan suatu proses yang panjang dan rumit. Dalam media
elektronik televisi, prosesnya akan lebih kompleks karena lebih
banyak melibatkan personel dalam setiap acaranya.
3). Competitiveness
Semua media massa berlomba-lomba menarik perhatian sebanyak
mungkin khalayak. Dengan kata lain, terjadi kompetisi antara media
massa sejenis. Kompetisi ini terus berlangsung setiap hari, bahkan
setiap jam. Hal ini dapat dilihat dari adanya lembaga-lembaga riset
16
seperti AC Nielsen yang menjadi acuan media massa untuk
mengetahui program atau media massa apa yang paling banyak
meraih audiens.
b. Syarat komunikator yang baik
Aristoteles menyebut karakter komunikator sebagai ethos. Ethos
komunikator terdiri dari good will (maksud yang baik), good sense
(pikiran yang baik), dan good moral character (karakter yang baik).
Seorang komunikator yang memiliki ethos akan menghasilkan
komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang dapat menghasilkan
tujuannya. Komunikator yang tidak memiliki good will mungkin dapat
dikategorikan sebagai provokator.
2. Kode dan Isi
Kode adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan
komunikasi, seperti: kata-kata lisan, tulisan, foto, musik, dan lain-lain. Isi
merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi sebuah mengenai
perang atau sebuah lelucon yang dilontarkan oleh seorang komedian.
Sementara kode adalah simbol yang digunakan untuk membawa pesan
tersebut, misalnya kata-kata yang diucapkan atau ditulis, foto, maupun gambar
bergerak. Dalam komunikasi massa, kode dan isi berinteraksi sehingga kode
yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi
khalayak atas pesan, walaupun isi nya sama.
17
3. Gatekeeper
Gatekeeper seringkali diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai
penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari
sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan
dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh
pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung
reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain.
Fungsi gatekeeper adalah untuk mengevaluasi isi media agar sesuai
dengan kebutuhan khalayaknya. Yang terpenting adalah gatekeeper memiliki
wewenang untuk tidak memuat berita yang akan meresahkan khalayak. Setiap
media massa pasti memiliki gatekeeper, tapi kita tidak akan pernah menemukan
jabatan gatekeeper dalam struktur organisasi media massa tersebut karena
gatekeeper adalah sebuah pelaksana fungsi.
4. Regulator
Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu
proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama
dengan gatekeeper, namun regulator bekerja diluar institusi media yang
menghasilkan berita. Regulator bisa menghentikan aliran berita dan menghapus
suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi, dan
bentuknya lebih seperti sponsor.
Di Indonesia, yang termasuk kategori regulator diantaranya adalah
pemerintah dengan perangkat undang-undangnya, khalayak penonton, pembaca,
pendengar, asosiasi profesi, Lembaga Sensor Film, Dewan Pers yang mengatur
18
media cetak, dan Komite Penyiaran Indonesia (KPI) untuk media elektronik.
Undang-undang produk pemerintah di Indonesia untuk media massa diantaranya
adalah Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers dan Undang-Undang
Penyiaran.
5. Media
Media massa terdiri dari: (1) media cetak, yaitu surat kabar dan majalah;
(2) media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online (internet).
6. Audiens
Marshall McLuhan menjabarkan audiens sebagai sentral komunikasi massa
yang secara konstan dibombardir oleh media. Media mendistribusikan informasi
yang merasuk pada masing-masing individu. Audiens hampir tidak bisa
menghindar dari media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota
audiens yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa. Audiens
komunikasi massa memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Audiens memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan
kebiasaan dan atas kesadaran sendiri.
b. Audiens berjumlah besar. Menurut Charles Wright, besar disini dalam
artian sejumlah besar khalayak yang dalam waktu singkat dapat
dijangkau oleh komunikator komunikasi massa, di mana jumlah khalayak
tersebut tidak dapat diraih bila komunikasi dilakukan secara tatap muka.
c. Audiens bersifat heterogen, bukan homogen. Individu-individu dalam
audiens mewakili berbagai kategori sosial.
19
d. Audiens bersifat anonim. Meskipun mengetahui karakteristik umum
khalayaknya, komunikator biasanya tidak mengetahui identitas
komunikannya dan pada siapa ia berkomunikasi.
e. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu.
7. Filter (saringan)
Filter juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai saringan.
Saringan ini ada yang rapat dan ada juga yang longgar. Dalam konteks fotografi,
filter akan menyaring warna atau intensitas cahaya dari objek foto untuk
mengubah tampilan gambar objek tersebut. Penginderaan kita yang berfungsi
sebagai filter komunikasi dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu: budaya, tatanan
psikologi, dan kondisi fisik.
8. Umpan balik
Komunikasi adalah proses dua arah antara pengirim dan penerima pesan.
Proses komunikasi belum lengkap apabila audiens tidak mengirimkan respons
atau tanggapan kepada komunikator terhadap pesan yang disampaikan. Respon
atau tanggapan ini disebut feedback (umpan balik). Umpan balik yang terjadi
dalam proses komunikasi massa dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Internal Feedback
Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator
bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari
komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator
20
menyadari telah melakukan kesalahan atau kekhilafan, kemudian ia
meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.
b. External Feedback
External feedback adalah umpan balik yang diterima komunikator dari
komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga
tidak langsung.
Berdasarkan uraian singkat mengenai komponen komunikasi massa di atas, dapat
dilihat bahwa komunikasi massa selalu berkenaan dengan komunikator, kode dan isi,
gatekeeper, pengatur, media, audiens, filter dan umpan balik. Dalam prosesnya, pesan
bisa mengalami reduksi, defiasi maupun manipulasi oleh berbagai pihak dan
kepentingan dengan tujuan mendapatkan efek yang diinginkan pada audience. Oleh
karena itu, komponen dalam media massa mempunyai peranan yang sangat signifikan
dalam komunikasi massa.
B. Fungsi Komunikasi Massa
Disamping mempunyai komponen-komponen, komunikasi massa juga memiliki
fungsi bagi masyarakat. Nurudin dalam Pengantar Komunikasi Massa (2004: 63-93)
menjabarkan secara lengkap fungsi komunikasi massa sebagai berikut:
1. Informasi
Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang yang terdapat
dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi
informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal
21
memiliki fungsi memberikan informasi di samping fungsi-fungsi yang lain.
Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam
tulisan juga merupakan informasi. Fakta yang dimaksud adalah adanya kejadian
yang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta
tersebut biasa diringkas dalam istilah 5 W + 1 H (What, When, Where, Who, Why
+ How) atau Apa, Kapan, Dimana, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana.
Saat ini konsep 5 W + 1 H atau straight news (berita singkat) sudah
dikembangkan dengan peliputan jurnalisme investigasi (investigative journalism).
Yakni, suatu bentuk peliputan yang dilakukan secara mendalam. Bahkan
sekarang, banyak media kita (terutama majalah) mengembangkan penulisan
feature, sebuah gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah
jurnalistik. Kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan. Artinya, agar
tulisan itu menarik dan enak untuk dibaca. Sementara kaidah jurnalistik
mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang didapat dilapangan. Penulisan
feature tanpa kaidah sastra akan menghasilkan tulisan yang keras, kering, dan
tidak enak dibaca. Sementara itu, tulisan yang hanya berlandaskan kaidah sastra,
hanya menemukan khayalan yang dituang dalam sebuah tulisan dan tidak ada
fakta yang disajikan. Oleh karena itu, feature menggabungkan keduanya.
2. Hiburan
Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling
tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat
kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga,
televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing
22
anggota keluarga memiliki kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri
kerja seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan
aktifitasnya masing-masing, ketika malam hari dirumah, kemungkinan besar
mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk
berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama
hiburan (untuk melepaskan lelah).
Hal ini sangat berbeda dengan media cetak. Media cetak biasanya tidak
menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun demikian,
media cetak pun tetap harus memfungsikan hiburan. Gambar-gambar berwarna
yang muncul di setiap halaman, adanya teka-teki, dan cerita bergambar (cergam)
menjadi beberapa ciri bahwa media cetak juga memberikan layanan hiburan.
3. Persuasi
Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas
hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara jeli, ternyata terdapat
fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca
merupakan contoh tulisan persuasif.
Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi
yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai
macam bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau
nilai seseorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3)
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; (4) memperkenalkan etika,
atau menawarkan sistem nilai tertentu.
23
4. Transmisi Budaya
Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang
paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat
dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai
dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi
menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan individu.
Melalui Individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif
kelompok, publik, audiens berbagai jenis, dan individu bagian dari suatu massa.
Hal ini merupakan pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui
bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni,
ilmu pengetahuan, dan masyarakat.
5. Mendorong Kohesi Sosial
Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa
mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa
merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan
keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti
pentingnya kerurukan hidup umat beragama, sama saja media massa itu
mendorong kohesi sosial.
Dalam bahasa yang populer, kohesi sosial sama artinya dengan integrasi.
Sebab, media massa yang tidak bisa menerapkan prinsip berita berimbang tidak
dapat mendorong penyatuan masyarakat atau dengan kata lain, media massa
hanya menciptakan disintegrasi sosial. Paul Lazarfeld dan Robert K. Merton
pernah mengatakan bahwa media juga mempunyai fungsi narcositing-
24
dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah ini sangat ekstrem, tetapi tidak
bisa dipungkiri media massa yang tidak dikelola secara bijak atau bahkan hanya
mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat. Hal tersebut
tidak bisa mengarahkan masyarakat untuk maju, bersatu, jujur, tetapi justru
sebaliknya menciptakan kemunduran masyarakat, bercerai berai, atau terus
konflik dan melakukan kebohongan.
Oleh karena itu, media massa yang tidak dikelola secara profesional,
berdasarkan moral yang baik sangat berbahaya bagi masyarakat.
6. Pengawasan
Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya,
menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-
kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua,
yakni warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), dan
instrumental surveillance (pengawasan instrumental).
Sebagai contoh, perang antara AS-Irak yang terjadi pada tahun 1991 dan
2003, terlepas dari siapa yang bersalah, berita-berita sekitar kecurigaan AS
terhadap Irak yang menyimpan senjata pemusnah massal dan ngototnya AS ingin
menggulingkan Saddam Hussein (Presiden Irak) merupakan contoh konkret di
mana media sedang melakukan pengawasan peringatan.
Sementara itu, aktualisasi dari fungsi pengawasan instrumental
(instrumental surveillance), adalah penyebaran informasi yang berguna bagi
masyarakat. Harga kebutuhan sehari-hari merupakan informasi penting yang
sangat dibutuhkan masyarakat. Termasuk di sini adalah informasi tentang
25
produk-produk baru yang ada di pasaran dan berita tentang jadwal acara televisi
atau film-film yang diputar di gedung bioskop.
7. Korelasi
Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan
bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya
dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai
komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan seorang reporter akan
menghubungkan narasumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan
pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat yang lain).
8. Pewarisan Sosial
Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang
menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan
atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Cara berpakaian yang sudah sedemikian
berubah pada anak muda merupakan dampak dari apa yang dipertontonkan
televisi.
Dengan demikian, media massa memiliki peranan pewarisan sosisal dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Bukan mustahil pula, jika kita membaca
buku-buku “aliran kiri”, secara tidak langsung kita sedang melaksanakan
pewarisan atau mentransfer ide itu ke dalam benak kita. Hal ini juga termasuk
fungsi pewarisan dari sebuah buku.
26
9. Melawan Kekuasaaan dan Kekuatan Represif
Dalam kurun waktu lama, komunikasi massa dipahami secara linier
memerankan fungsi-fungsi klasik seperti yang diungkapkan sebelumnya. Hal
yang banyak dilupakan orang adalah bahwa komunikasi massa bisa menjadi
sebuah alat untuk melawan kekuasaan dan kekuatan represif. Komunikasi massa
berperan memberikan informasi yang diungkapkannya ternyata mempunyai
motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan. Memang diakui bahwa
komunikasi massa juga bisa berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi juga
sebaliknya.
Pasca-Orba, media massa sangat bombastis memilih kata-kata atau
kalimat atas ketidakadilan yang terjadi, meskipun sangat mungkin apa yang
ditulisnya memiliki motif pribadi atau kelompok. Namun yang jelas, semua itu
harus dilihat dengan munculnya ruang untuk bebas mengekspresikan dirinya,
termasuk untuk melawan kekuasaan.
10. Menggugat Hubungan Trikotonomi
Hubungan trikotonomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara
tiga pihak. Dalam kajian komunikasi, hubungan trikotonomi melibatkan
pemerintah, pers, dan masyarakat. Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah
mencapai sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Oleh
karena itu, bisa disebut dengan hubungan trikotonomi. Hal itu bisa dimaklumi
karena ketiganya memiliki tuntutan yang berbeda satu sama lain ketika
menghadapi suatu persoalan. Pada zaman Orde Baru, pemerintah memposisikan
diri sebagai pihak yang paling berkuasa dan menentukan atas pers dan
27
masyarakat. Jika digambarkan seperti segitiga sama kaki, pemerintah berada
pada posisi paling atas. Kedua kaki pemerintah (analogi dari segitiga sama kaki)
menginjak pers dan masyarakat yang berarti pemerintah memiliki kekuasaan atas
keduanya.
Pasca Orde Baru, hubungan segitiga itu berubah, khususnya dimulai pada
era Gus Dur dan Megawati. Analogi segitiga yang semula segitiga sama kaki,
berubah menjadi segitiga sama sisi, namun masyarakatlah yang menempati
posisi paling atas. Jika pemerintah dan pers macam-macam bisa didemo,
termasuk dengan kekerasan sekalipun. Meskipun tidak dibenarkan secara hukum,
kenyataan tersebut benar-benar terjadi.
Ketika membicarakan fungsi-fungsi komunikasi massa, yang harus ada dalam
benak kita adalah kita juga sedang membicarakan fungsi media massa. Komunikasi
massa berarti komunikasi melalui media massa. Ini berarti, komunikasi massa tidak akan
ditemukan maknanya tanpa menyertakan media massa sebagai elemen terpenting dalam
komunikasi massa. Banyak fungsi-fungsi komunikasi massa yang dikemukakan. Seperti
halnya definisi komunikasi massa, fungsi-fungsi komunikasi massa pun mempunyai
latar belakang dan tujuan yang berbeda. Namun meskipun satu pendapat dengan
pendapat yang lain berbeda, tetapi titik tekan mereka sama dan setidaknya ada benang
merah bahwa fungsi komunikasi massa secara umumdapat dikemukakan seperti pada
poin-poin diatas.
28
C. Efek Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki suatu kekuatan sosial yang dapat menggerakkan
proses sosial sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Namun, untuk
mengetahui secara tepat mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa
dan hasil yang dicapainya tidaklah mudah. Dalam proses komunikasi, pesan dalam
media massa tersebut dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2007: 50-58), efek media massa dapat
dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang
berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan
melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa
perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai
perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap
khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek
komunikasi massa.
1. Efek Kehadiran Media Massa
a. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat
menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa
media massa. Misalnya, keberadaan televisi baik televisi pemerintah
maupun televisi swasta dapat memberi lapangan kerja kepada sarjana
ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, dan profesi lainnya.
29
b. Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh, misalnya
kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari pemiliknya.
Majalah yang beredar telah menuntun pembacanya untuk memilih
majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah Gadis umumnya
dikonsumsi oleh remaja putri, majalah Otomotif dikonsumsi oleh para
pecinta otomotif, dan sebagainya.
c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya membaca surat
kabar terlebih dahulu, Anak-anak Sekolah Dasar yang biasanya selalu
mandi pagi pada hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi untuk anak-
anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi menjadi jadwal
menonton televisi.
d. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya
dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya
untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan
sebagainya. Misalnya seorang yang sedang dimabuk cinta akan
mendengarkan lagu-lagu bertema cinta atau melankolis dari siaran radio.
e. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak
nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan
tertentu. Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap
30
harian Kompas daripada harian Media Indonesia. Hal ini dapat dikatakan
bahwa tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa
tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media
massa tersebut.
2. Efek Pesan
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas
tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam
mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh
informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung. Dengan berlangganan surat kabar Pos Kota,
kita akan menduga bahwa dunia ini dipenuhi dengan tindakan perkosaan,
penganiayaan dan pencurian. Dengan menonton acara kriminal di televisi,
kita cenderung mengatakan di sekitar kita sudah tidak aman lagi.
b. Efek Afektif
Efek ini lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi
massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih
dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih,
gembira, marah, dan sebagainya. Contohnya adalah setelah mendengar
atau membaca berita Sumanto atau Robot Gedek, maka muncul perasaan
sebal, kesal, marah, atau senang pada diri khalayak. Perasaan jengkel,
31
atau marah dapat diartikan sebagai perasaan kesal dan jijik terhadap
perilakunya. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para
orang tua atas tertangkapnya pelaku. Sedangkan perasaan sedih, dapat
juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan
perbuatan tersebut.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi
atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Siaran
kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan di televisi menyebabkan
para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru. Pernyataan-
pernyataan ini mencoba mengungkapkan tentang efek komunikasi massa
pada perilaku, tindakan dan gerakan khalayak yang tampak dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Dewasa ini, media massa telah banyak
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah
berbagai jenis buku, majalah atau surat kabar yang telah membahas
berbagai macam keterampilan. Dengan demikian, media massa dapat
dijadikan atau digunakan sebagai media pendidikan.
Efek komunikasi massa adalah jelas dan nyata. Dengan melihat pada diri sendiri,
kita dapat merasakan betapa besarnya materi pembicaraan yang kita kemukakan setiap
hari berasal dari atau didasarkan pada saluran komunikasi massa (radio, televisi,
majalah, surat kabar dan internet). Bahkan media massa memungkinkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia secara lebih baik dengan memasok informasi-
32
informasi yang bermutu dan bermanfaat. Pandangan Wilbur Schramm dalam kutipan
oleh Singhal yang diterjemahkan oleh Nuryanto (2011: 13) mengatakan:
“Schramm percaya bahwa media massa dapat memperbaiki kehidupan orang-orang
dengan menambah sumber informasi di sekolah-sekolah lokal, mengalihkan kontak dari
pekerja pengembangan lembaga, dan mendorong orang-orang untuk menbuka diri
mereka sendiri dan anak-anak mereka untuk mendapatkan kesempatan belajar.”
Meskipun belum ada bukti valid penelitian yang mendukung asumsi ini, kita
tetap yakin bahwa efek komunikasi massa begitu besar.
2.1.1.3 TELEVISI
Televisi adalah media siaran yang serumpun dengan radio. Jika radio hanya
menyalurkan suara, televisi mampu menyalurkan suara dan gambar sekaligus, sehingga
televisi dapat dipandang sebagai penggabungan film dengan radio. Itulah sebabnya
televisi disebut sebagai media audio visual, karena siarannya dapat ditangkap oleh mata
dan telinga. Televisi berkembang sebagai media massa, karena suara dan gambar yang
disiarkan itu menyentuh khalayak yang banyak (massa) serta bersifat terbuka. Di dalam
massa itu terdapat publik, karenanya televisi disebut juga sebagai media publik.
Penyiaran televisi berkembang dengan pesat sesudah Perang Dunia II (1945).
Meskipun demikian, televisi telah dimulai dikenal sejak 1920, kemudian berkembang
lagi dengan hadirnya televisi publik pada 1930. Asal mula penemuan televisi berasal
dari Paul Nipkow yang berkebangsaan Jerman pada 1884 dengan menemukan sebuah
alat yang disebut Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Perkembangan televisi tentu tidak
33
lepas dari penemuan-penemuan sebelumnya dalam bidang penyiaran radio dan
penemuan tentang film.
Televisi mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1962 ketika pemerintah Indonesia
mendirikan TVRI (Televisi Republik Indonesia), yang mulai melakukan siaran
percobaan tanggal 17 Agustus 1962. Kemudian pada tanggal 24 Agustus 1962 TVRI
melakukan siaran perdana dengan menyiarkan pembukaan Asian Games ke IV di Jakarta.
Tahun 1988 RCTI hadir sebagai lembaga penyiaran televisi swasta pertama di Indonesia,
yang kemudian disusul dengan berdirinya sejumlah lembaga penyiaran televisi swasta
yang lain (Arifin, 2011: 190).
Keunggulan televisi sebagai media audio visual terletak pada daya persuasinya
yang tinggi, karena khalayak dapat melihat gambar bergerak dan suara. Bahkan gambar
dan suara tersebut dapat diterima khalayak dalam sebuah peristiwa langsung. Dengan
demikian televisi memiliki aktualitas yang tinggi serta daya persuasi yang tinggi pula.
A. Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio),
yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi
menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2007: 137).
34
B. Trend Televisi
Sukses suatu program acara pada media televisi seringkali diikuti oleh stasiun
televisi lainnya dengan acara-acara yang sejenis. Hal ini dinamakan sebagai copycat.
Ada juga suatu acara yang sukses di negara asalnya sehingga dibuat versi negara lain,
dinamakan franchise. Contoh dari acara franchise adalah ”Indonesian Idol” (RCTI),
“The Apprentice” (Metro TV) dan lain-lain. Sedangkan contoh acara copycat adalah
“Hidayah” (Trans TV), “Jalan Illahi” (Trans 7), “Pintu Hidayah” (RCTI) yang meniru
“Rahasia Illahi” (TPI), dan lain-lain (Ardianto, 2007: 142-143).
2.1.1.4 TALKSHOW
Program Talkshow adalah program yang dapat memperkaya wawasan penonton
akan sebuah permasalahan. Namun, program tersebut tidak akan menarik apabila tidak
ada upaya-upaya untuk membuat program tersebut menarik. Kunci utama dari
kesuksesan program ini adalah kemampuan moderator (presenter) dalam mengendalikan
dan menjaga pembicaraan agar tetap segar sekaligus tegang.
Program talkshow merupakan pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu
permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling
berbicara mengemukakan pendapat dan presenter bertindak sebagai moderator. Dalam
hal ini presenter harus cekatan dan taktis menghentikan atau membelokkan perdebatan
apabila sudah mengarah pada bahaya kemarahan dan tindakan fisik (Wibowo, 2009: 82).
Talkshow idealnya dilakukan di dalam ruangan, sebab presenter akan memiliki
waktu untuk menambah pertanyaan jika narasumber berusaha menghindari sebuah
pertanyaan. Talkshow memiliki tema yang beragam, tidak hanya mengandung unsur
aktualitas, talkshow biasanya juga menyentuh persoalan-persoalan sosial, budaya, politik,
35
soal-soal yang privat dan sebagainya. Biasanya, tema talkshow ditentukan melalui riset.
Hasil riset yang dianggap memenuhi kriteria materi acara akan diangkat sebagai topik.
Melalui riset pula seorang produser menentukan tokoh-tokoh yang akan diundang dalam
sebuah program talkshow. Tugas presenter adalah mencari sumber-sumber
permasalahan yang akan dibahas. Program talkshow tidak akan efektif jika seorang
presenter tidak mampu menguasai permasalahan itu. Biasanya, akan disiapkan pula
pertanya-pertanyaan kejutan agar dapat mebuat program talkshow menjadi menarik dan
dinamis.
Program talkshow di masa kini tidak lepas dari unsur hiburan. Untuk itu, seorang
presenter juga harus memiliki rasa humor agar penonton tidak merasa jenuh dalam
menonton program talkshow. Berarti, seorang presenter pun harus kreatif dalam
menentukan humornya agar dapat menghibur penonton. Kreatifitas hanya mungkin pada
seseorang yang memiliki kecerdasan serta terus menerus mencari dan belajar.
2.1.1.5 WAWASAN HUMANIORA
Wawasan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang untuk melihat pengetahuan
secara umum dengan memperoleh informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan
harkat kemanusiaannya. Dalam kajian Sistem Komunikasi Indonesia, wawasan
merupakan cara pandang dan kemampuan dalam menganalisis kehidupan sosial politik
yang mencakup komunikasi yang berdasarkan filsafat hidup, gagasan vital dan kondisi
objektif masyarakat itu sendiri (Arifin, 2011: 2).
Sementara humaniora merupakan ilmu pengetahuan yang membuat manusia
menjadi lebih manusiawi, dalam artian lebih berbudaya. Era modern ini, humaniora
berkembang menjadi sebuah makna yang mengacu kepada perasaan dan tingkah laku.
36
Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan,
bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai
konotasi perasaan dan perilaku manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur
dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi
budaya intelektual.
Dengan memilki wawasan humaniora, manusia diharapkan memiliki suatu
pandangan atau pendapat yang bermanfaat baik bagi dirinya ataupun orang lain dalam
kaitannya ketika berhubungan dengan sesama manusia. Dalam penelitian ini, penulis
telah membentuk operasional variabel dari wawasan humaniora yang terdiri dari
wawasan sosial, politik, ekonomi dan budaya.
2.1.2 Teori Khusus
2.1.2.1 USES AND GRATIFICATIONS
Teori uses and gratifications menganggap khalayak secara aktif menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhannya. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan
media pada seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap
media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media
untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu,
perilaku khalayak akan dijelaskan melalui kebutuhan dan kepentingan individu.
Katz, Blumler dan Guretvitch menjelaskan asumsi dasar dari teori uses and
gratifications, yaitu:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari
penggunaan media massa diasumsikan memiliki tujuan.
37
2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku
khalayak yang bersangkutan.
4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota
khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan
kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum
diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Ardianto, 2007: 74).
Penelitian yang menggunakan uses and gratifications memusatkan perhatian
pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan.
Teori uses and gratifications ditemukan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun
1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspective on
Gratification Research. Teori ini juga mengasumsikan bahwa pengguna media massa
mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Berarti, pengguna media
berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi
kebutuhannya (Nurudin: 2004: 192). Nurudin menambahkan, Kebutuhan dalam hal ini
meliputi lima kebutuhan yaitu: kebutuhan kognitif, afektif, pribadi secara integratif,
sosial secara integratif dan pelepasan.
38
1. Kebutuhan Kognitif
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan
pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk
memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan
dorongan untuk penyelidikan kita.
2. Kebutuhan Afektif
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman
yang estetis, menyenagkan dan emosional.
3. Kebutuhan Pribadi Secara Integratif
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibiltas, kepercayaan,
stabilitas dan status individual. Hal itu dapat diperoleh dari hasrat akan harga diri.
4. Kebutuhan Sosial Secara Integratif
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi (kerja
sama).
5. Kebutuhan Pelepasan
Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan,
ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.
Teori uses and gratifications lebih menekankan pendekatan manusiawi dalam
melihat media massa. Artinya, manusia memiliki otonomi atau wewenang dalam
memperlakukan media. Konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan
bagaimana atau melalui media mana mereka menggunakan media serta bagaimana
media itu berdampak pada dirinya. Penggunaan teori ini dapat dilihat dalam kasus
39
selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya cocok dengan lagunya,
tetapi juga untuk motif-motif lain seperti; gengsi diri, kepuasan batin, atau sekadar
hiburan.
2.2 Kerangka Pikir
2.2.1 Definisi Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Karakteristik Responden
2.2.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu
pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari
“pengaruh” variabel terikat (Bungin, 2006: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah program talkshow “Kick Andy”.
2.2.1.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang “dipengaruhi” oleh variabel bebas. (Bungin,
2006: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah wawasan
humaniora mahasiswa Binus jurusan Marcomm angkatan 2008.
2.2.1.3 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Usia : Usia dari responden
2. Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (pria/wanita)
3. Peminatan : Peminatan responden mahasiswa Binus jurusan
Marcomm 2008 (Broadcasting/Public Relation)
40
2.2.2 Model Teoritis
GAMBAR 2.1
Variabel bebas (X) : Program Talkshow “Kick Andy”
Variabel terikat (Y) : Wawasan Humaniora Mahasiswa Binus Jurusan
Marcomm angkatan 2008
2.2.3 Operasional Variabel
Operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri
spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya: Agar peneliti dapat
mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di
definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat
ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya
(Chourmain, 2008: 36). Dalam penelitian ini, operasional variabelnya antara lain:
Variabel bebas (X) Program Talkshow “Kick Andy ”
Variabel terikat (Y) Wawasan Humaniora Mahasiswa Binus Jurusan Marcomm angkatan 2008
41
TABEL 2.1
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Program
Talkshow
“Kick Andy”
(X)
Tema/materi
acara (x1)
Pemilihan
tema/materi
acara
Cara
penyampaian
tema/materi
acara
Pemilihan
tema/materi
acara dapat
menarik simpati
(1) Tema/materi acara
yang dipilih sangat
menarik untuk
disaksikan
(2) Cara penyampaian
tema/materi acara
menarik perhatian
(3) Tema/materi acara
yang disampaikan
dapat menarik
simpati
Jam tayang
(x2)
Penempatan jam
tayang program
Durasi program
(1) Penempatan jam
tayang program
sudah tepat
(2) Durasi program
sudah sesuai
Penampilan
pembawa
acara dan
narasumber
(x3)
Penampilan
pembawa acara
Andy F. Noya
(1) Penampilan
pembawa acara
Andy F. Noya
menarik untuk
disaksikan
42
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Penguasaan
tema/materi
acara oleh
pembawa acara
Pemilihan
narasumber
(2) Andy F. Noya
dapat menguasai
tema/materi acara
(3) Narasumber yang
dihadirkan menarik
untuk disaksikan
(4) Informasi yang
diberikan
narasumber
memuaskan
Wawasan
humaniora
mahasiswa
Binus jurusan
Marcomm
2008 (Y)
Wawasan (y1) Peningkatan
wawasan secara
keseluruhan
(1) Dengan menonton
program talkshow
“Kick Andy”
wawasan menjadi
bertambah
Wawasan sosial
(y2)
Peningkatan
wawasan sosial
(1) Dengan menonton
program talkshow
“Kick Andy”
wawasan mengenai
sosial menjadi
bertambah
43
Konsep Variabel Dimensi Indikator
Wawasan
politik (y3)
Peningkatan
wawasan politik
(1) Dengan menonton
program talkshow
“Kick Andy”
wawasan mengenai
politik menjadi
bertambah
Wawasan
ekonomi (y4)
Peningkatan
wawasan
ekonomi
(1) Dengan menonton
program talkshow
“Kick Andy”
wawasan mengenai
ekonomi menjadi
bertambah
Wawasan
budaya (y5)
Peningkatan
wawasan
budaya
(1) Dengan menonton
program talkshow
“Kick Andy”
wawasan mengenai
ekonomi menjadi
bertambah