bab 2 hidrolis bendung

49
BAB 2 HIDROLIS BENDUNG Dosen : Desi Supriyan Deni Yatmadi JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Upload: ikydoank

Post on 19-Jun-2015

1.821 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Hidrolis Bendung

BAB 2HIDROLIS BENDUNG

Dosen :Desi SupriyanDeni Yatmadi

JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Page 2: Bab 2 Hidrolis Bendung

Langkah Mendisain Bendung1. Menentukan elevasi mercu bendung2. Menetapkan bentuk mercu bendung3. Menetapkan lebar bendung, lebar efektif bendung,

lebar pintu bilas.4. Menentukan tinggi muka air banjir di hulu bendung dan

dihilir bendung5. Menentukan kolam peredam energi6. Menentukan local scouring depth di belakang bendung7. Menentukan tebal lantai kolam peredam energi8. Menentukan panjang lantai muka.9. Menentukan dimensi Intake (bangunan pengambilan)10. Menggambar disain bendung (potongan memanjang)

Page 3: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.1 Elevasi Mercu Bendung

Cara menentukan elevasi mercu bendung yangdimanfaatkan untuk irigasi :

Elevasi muka air di Bangunan Bagi 1,Kehilangan energi pada saluran primer akibat gesekan (Jarak BB1 x kemiringan dasar saluran), Kehilangan energi pada bangunan pembilas, penangkap sedimen (bila ada) dan bangunan pengambil,Faktor keamanan (angin dan gelombang)

Page 4: Bab 2 Hidrolis Bendung

Sebagai pendekatan untuk beberapa kehilangan tinggi tekan dapat diambil besaran dibawah ini sebagai asumsi :

Hilang tinggi tekan pada saluran Primer : 0,15 mHilang tinggi tekan pada bangunan pengambilan : 0,20 mHilang tinggi tekan pada alat ukur : 0,40 mHilang tinggi tekan untuk eksploitasi (keamanan) : 0,10 m

Page 5: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.2 Bentuk MercuBentuk mercu dapat didesain dengan:

mercu berbentuk bulat dengan satu radius,mercu berbentuk bulat dengan dua radius,mercu berbentuk Ogee.

Perkiraan berbagai harga koefisien pengaliran, untuk bentuk-bentuk mercu adalah:• Mercu dengan bentuk lancip : C = 1,8• Mercu dengan bentuk persegi : C = 1,75• Mercu dengan bentuk bulat : C = 2,0 - 2,2• Mercu dengan bentuk Ogee : C = 1,9 – 2,1

Page 6: Bab 2 Hidrolis Bendung

Mercu bulata. Mercu bulat berdasarkan KP 02

Page 7: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.3. Tekanan pada mercu bendung bulat sebagai fungsi perbandingan H/r

Page 8: Bab 2 Hidrolis Bendung

b. Mercu bulat tipe Bunchu

Salah satu mercu bulat tipe lain adalah tipe Bunchu, dengan rumus pengaliran, sbb :

dgdbmQ ....= (Soenarno, Ir., Bendung Tetap)

Dimana :Q : debit bandir rencana (m3/det)m : koefisien pengaliran, dengan persamaan

2

5.018,049,1 ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−=

rhm

b : lebar efektif mercu Bandung (m)d = 2/3.H

Page 9: Bab 2 Hidrolis Bendung

H = h + kh : tinggi air diatas mercu bendung (m)k : tinggi kecepatan, dengan persamaan

p : tinggi mercu bendung diukur dari lantai muka bendung

r : jari-jari mercu bendung, yang diperoleh dengan pendekatan Kragten, yaitu :H/r = 3,80

232 1...

274

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

=ph

hmk

Page 10: Bab 2 Hidrolis Bendung

Mercu Ogee

Gambar 2.4 Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee (U.S. Army

Corps of Engineers, Waterways Experimental Station)

Page 11: Bab 2 Hidrolis Bendung

persamaan berikut :

Y/hd = 1/K (X/Hd)n

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir (lihat Gambar 2.4) dan Hd adalah tinggi energi rencana di atas mercu. Harga-harga K dan n adalah parameter. Harga-harga ini bergantung pada kecepatan dan kemiringan permukaan belakang. Tabel 3.1 menyajikan harga-harga K dan n untuk berbagai kemiringan hilir dan kecepatan pendekatan yang rendah.

Page 12: Bab 2 Hidrolis Bendung

Tabel 2.1 Harga-harga K dan n

Kemiringan permukaan hilir K nvertikal 2,000 1,850

3 : 1 1,936 1,836

3 : 2 1,939 1,810

3 : 1 1,873 1,776

Bagian udik mercu bervariasi sesuai dengankemiringan permukaan hilir (lihat Gambar 2.4).

Page 13: Bab 2 Hidrolis Bendung

Lebar MercuLebar mercu bendung, yaitu jarak antara tembok pangkal (abutment) yang merupakan lebar bruto (Bb), sebaiknya sama dengan dan sebaiknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas/bagian yang stabil.

Lebar efektif mercu (Bef) ( )HKKnBB apneff +−= 2

dimana:Bn = lebar netto ( m )n = jumlah pilar Kp = koefisien kontraksi pilarKa = koefisien kontraksi pangkal bendungH = tinggi energi di udik bendung ( m )

Page 14: Bab 2 Hidrolis Bendung

Tabel 2.2 Harga-harga koefisien kontraksi

1 Kondisi pilar Kpa Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-

sudut yang dibulatkan pada jari-jari yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar

0,02

b Untuk pilar berujung bulat 0,01

c Untuk pilar berujung runcing 0

2 Kondisi tembok pangkal bendung Kaa Untuk tembok pangkal segi-empat dengan tembok

udik pada 900 ke arah aliran0,20

b Untuk tembok pangkal bulat dengan bagian udik pada 900 ke arah aliran dengan 0,5 H > r > 0,15 H

0,10

c Untuk tembok pangkal bulat di mana r . 0,5 H dan tembok udik tidak lebih dari 450 ke arah aliran

0

Page 15: Bab 2 Hidrolis Bendung

Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan bagian depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana, untuk mengkompensasi perbedaan koefisien debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri. Lihat Gambar 2.5.

Page 16: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.3 Tinggi muka air di atas mercuPersamaan tinggi energi - debit untuk bendung ambang pendek dengan pengontrol segi empat adalah:

2/3..32

32 HBgCQ effd=

dengan:Q = debit desain (m3/s)Cd = koefisien debit, Cd = C0 C1 C2g = percepatan gravitasi (m/s2 9,8)Bef = lebar efektif mercu ( m )H = tinggi energi di atas mercu ( m )

Page 17: Bab 2 Hidrolis Bendung

Koefisien debit Cd adalah hasil dari :C0 yang merupakan fungsi dari H/r, lihat Gambar 3.6C1 yang merupakan fungsi dari p/H, lihat Gambar 3.7C2 yang merupakan fungsi dari p/H dan kemiringan

muka udik bendung, lihat Gambar 2.8.

Gambar 2.6 Harga-harga koefisien Co untuk bendung mercu

bulat sebagai fungsi perbandingan H/r

Page 18: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.7 Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan p/H1.

Page 19: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.8 Harga-harga koefisien C2, untuk bendung mercu Ogee

dengan muka udik melengkung (menurut USBR, 1960).

Page 20: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.9 Faktor pengurangan aliran tenggelam sebagai

fungsi H2/H1.

Page 21: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.4 Bangunan Peredam Energi

tipe Vlugter, tipe Schoklitsch,tipe MDO dan MDS,tipe USBR,tipe SAF.tipe bak tenggelam, tipe MDL,

Page 22: Bab 2 Hidrolis Bendung

Dalam memilih dan menentukan tipe peredam energi, perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain :

jenis material dasar sungai/angkutan sedimenyang terbawa aliran sungai, keadaan geoteknik tanah dasar misalnya jenisbatuan, lapisan, diameter butir,tinggi pembendungan,kemungkinan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung,kondisi aliran yang terjadi pada peredam energi, seperti aliran sempurna/tidak sempurna kedalaman konjugasi yang lebih rendah, lebih tinggi atau sama dengan kedalaman air di hilir (tail water).

Page 23: Bab 2 Hidrolis Bendung

Peredam Energi Tipe USBR

Blok miring : Menaikkan pancaran dari lantai ruang olakan Menstabilkan loncatan airBlok tengah : Membantu memecah pancaran yang menabraknyaAmbang hilir : Mengurangi panjang lantai

Kolam olak tipe USBR mempunyai tembok tepi vertikal, dengan lantai yang biasanya panjang dan pada beberapa tipe dilengkapi blok-blok dan ambang hilir biasa atau ambang hilir bergigi.

Fungsi masing-masing bagian, secara garis besar adalah:

Page 24: Bab 2 Hidrolis Bendung

Dalam perencanaan didasarkan pada bilangan Froude di kaki bidang hilir tubuh bendung. Kecepatan awal loncatan air (v1) dapat ditentukan dari:di mana:

v1 = kecepatan awal loncatan ( m/s )g = percepatan gravitasi ( m/s2 = 9,8)H = tinggi energi di atas mercu ( m )z = tinngi jatuh ( m )

Dengan q = v1. y1 dan rumus kedalaman konjugasi dalamlonctan air adalah:di mana:

y2 = kedalamam air di atas ambang ujung ( m )y1 = kedalamam air di atas ambang ujung ( m )Fr = bilangan Froude

Page 25: Bab 2 Hidrolis Bendung

USBR tipe I

• Adalah suatu peredam energi dengan dasar yang datar

• kolam olakan menjadi lebih panjang dan karenanya tipe ini hanya sesuai untuk mengalirkan debit yang relatif kecil dengan kapasitas peredam yang kecil pula sehingga dimensinya akan kecil pula.

Gambar 2.14 Peredam energi USBR Tipe I

Page 26: Bab 2 Hidrolis Bendung

USBR tipe IIperlengkapan lain yang dibuat berupa gigi-gigi pemencar di pinggir udik dasar kolam dan ambang bergerigi di pinggir hilirnya.Kolam olak tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidraustatis yang tinggi dengan debit yang besar (q > 45 m3/det/m, tekanan hidraustatis > 60, dan bilangan Froude > 4,5)

Gambar 2.15 Peredam energiUSBR Tipe II

Page 27: Bab 2 Hidrolis Bendung

USBR tipe IIIsesuai untuk mengalirkan air dengan tekanan hydrostatis yang lebih rendah dan debit yang agak kecil (q < 18,5 m3/det/m ; V < 18,0 m/det dan bilangan froude > 4,5).sesuai untuk mengalirkan air dengan tekanan hydrostatis yang lebih rendah dan debit yang agak kecil (q < 18,5 m3/det/m ; V < 18,0 m/det dan bilangan froude > 4,5).

Gambar 2.16 Peredam energi USBR Tipe III

Page 28: Bab 2 Hidrolis Bendung

USBR tipe IVcocok untuk aliran dengan tekanan hidraustatik yang rendah dan debit yang besar per unit lebar yaitu untuk aliran dalam kondisi superkritis dengan bilangan Froude antara 2,5 – 4,5.Kolam olak USBR tipe IV dirancang untuk mengatasi masalah pencegahan hidrolik yang tidak sempurnadengan menghilangkan gelombang pada sumbernya.

Gambar 2.17 Peredam energi USBR Tipe IV

Page 29: Bab 2 Hidrolis Bendung

Peredam energi tipe USBR yang didesain berdasarkan grafik-grafik pada Lampiran 3, sebenarnya kurang sesuai untuk peredam energi bendung yang relatif rendah, karena:

Lokasi perhitungan loncatan awal (kedalaman konjugasi) tidak selalu terletak pada kaki bidang miring tubuh bendung, Untuk bendung yang relatif rendah lokasi loncatan awal sangat dipengaruhi oleh kedalaman air sungai (tail water)Peredam energi yang dilengkapi dengan balok muka dan balok miring sering bermasalah dengan batu/kerikil yang terbawa aliran sungai.Pengaruh degradasi dasar sungai dan pengaruh bentuk tembok sayap hilir tidak diperhitungkan dalam desain.

Dengan demikian, peredam energi tipe USBR lebih sesuai diterapkan pada pelimpah bendungan yang relatif tinggi.

Page 30: Bab 2 Hidrolis Bendung

Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam (Cekung)

Sungai membawa material batu-batu yang relatif besar dan diperkirakan dapat mengakibatkan kerusakan lantai reredam energi lantai datar,Kedalaman konjugasi hilir relatif tinggi dibandingkan dengan kedalaman air normal hilir.

Peredam energi tipe bak tenggelam diterapkan pada kondisi:

Page 31: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.19 Peredam energi tipe bak tenggelam

;2

3

gqhc =

di mana :hc = kedalaman air kritts ( m )q = debit per lebar satuan( m2/s.m )g = percepatan gravitasi ( m/s2 = 9,8)

Page 32: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.21 Batas minimum tinggi air hilir

Gambar 2.20 Jari-jari minimum cekungan

Page 33: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.5 Bangunan Pembilas

sedimen/material dasar sungai, lebar bendung,dimensi bangunan pengambil.

Bangunan pembilas sebaiknya direncanakan dengan memperhitungkan:

• lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10 dari lebar bruto bendung (jarak antara tembok pangkal) untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 m.

• lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-pilarnya,

• lebar satu pintu pembilas maksimum 2,50 m untuk kemudahan pengoperasian pintu dan sebaiknya jumlah pintu tidak lebih dari tiga buah.

Beberapa pedoman untuk menentukan lebar pembilas :

Page 34: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.6 Local Scouring DepthPerhitungan local scouring depth dimaksudkan untuk mencegah bahaya yang diakibaykan oleh penggerusan yang terjadi pada kaki bendung bagian belakang.Persamaan yang digunakan, diantaranya :

rencanabanjirDebitQdBefQdq

fqR ==⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=

3/12

.34,1

( )mrf 76,1= mr : diameter butir material dasar rata-rata ≈ 0,25 mm

Untuk keamanan harga kedalaman gerusan diambil T = 1,5 . R

Page 35: Bab 2 Hidrolis Bendung

MAB

T

Gambar 2.39 Kaki bendung bagian belakang (Pudel)

Page 36: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.7 Lantai Muka

Lantai muka

H

Gambar 2.37 Lantai muka bendung tetap

• Lantai muka dari suatu bendung berfungsi untuk menenangkan air ketika akan memasuki bangunan pengambilan, namun yang lebih utama dari fungsi lantai muka adalah mengurangi gaya angkat (tekanan keatas) akibat adanya aliran air dibawah tubuh bendung.

Page 37: Bab 2 Hidrolis Bendung

Panjang pendeknya lantai muka sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya tekanan yang terjadi pada bagian bawah tubuh bendung, hal ini sangat berkaitan dengan panjangnya creep line yang terjadi.

a. Teori BlighPerbedaan tekanan sebanding dengan panjang jalannya air dan berbanding terbaik dengan besarnya creep ratio .

H < L/C atau L > H.C

Dimana :H : perbedaan tekanan air antara hulu dan hilir bendungL : panjang creep line = Lv + LhC : Creep ratio

Page 38: Bab 2 Hidrolis Bendung

b. Teori LanePanjang creep line vertical (Lv) 3 kali panjangnyacreep line horizontal

Lv +Lh/3 > H.C

Dari kedua teori diatas, teori Lane sangat dianjurkanuntuk digunakan karena selain memberikan hasilyang cukup aman, juga mudah digunakan.

Dimana :H : perbedaan tekanan air antara hulu dan hilir

bendungLv : panjang creep line vertikalLh : panjang creep line horizontalC : Creep ratio

Page 39: Bab 2 Hidrolis Bendung

Tabel 2.3 Harga Minimum Creep Ratio (C)

No Material dibawah Bendung Lane Bligh

123456789101112

Pasir sangat halus atau lanauPasir halusPasir sedangPasir kasarKerikil halusKerikil sedangKerikil kasar termasuk berangkalBongkah dengan sedikit berangkal dan kerikilLempung lunakLempung sedangLempung kerasLempung sangat keras

8,57,06,05,04,03,53,02,53,02,01,81,6

18

12

4 a 6

Page 40: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.8 Tebal lantai Kolam Olakan (Peredam Energi)

Gambar 2.38 Tekanan pada lantai kolam olakan (Peredam Energi)

Page 41: Bab 2 Hidrolis Bendung

D x > S. (Px – Wx) / γ (KP-02, halaman 123)

Di mana : dx = tebal lantai pada titik x ( m )Px = gaya angkat pada titik x ( kg/m3 )

= Hx – ( (Lx/L) . ΔH)L = panjang creep line dari ujung hulu sampai ujung

hilir bendung ( m )Lx = panjang creep line dari ujung hulu bendung

sampai titik x Wx = kedalaman air pada titik x ( m )γ = berat jenis bahan ( kg/m3 )S = faktor keamanan ( untuk kondisi normal = 1,5

dan untuk kondisi ekstrim = 1,25 )

Page 42: Bab 2 Hidrolis Bendung

2.9 Bangunan Pengambil

Bangunan pengambil adalah bagian dari bendung yang berfungsi untuk menyadap air sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan masuknya sampah ke bangunan pengambil.

Rumus di bawah ini memberikan perkiraan kecepatan :

ddhv

31

32 ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛≥

di mana :v = kecepatan rata-rata (m/s)h = kedalaman air ( m )d = diameter butir ( m )

Page 43: Bab 2 Hidrolis Bendung

Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi :

5,010 dv ≅

Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 dapat masuk.

Arah bangunan pengambil terhadap sumbu sungai / bendung dapat ditentukan sebagai berikut :

• Tegak lurus membentuk sudut 900 terhadap sumbu sungai

• Menyudut membentuk sudut antara 450 sampai 600

terhadap sumbu sungai

Page 44: Bab 2 Hidrolis Bendung

Kriteria dan Dimensi Hidraulik

Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120 % dari kebutuhan pengambilan (dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.Rumus debit yang dapat dipakai dalam perhitungan pengambilan sebagai aliran aliran bawah (lihat Gambar 2.32) adalah:

zgabQ 2μ= atau zgabkQ 2μ=

Page 45: Bab 2 Hidrolis Bendung

di mana :Q = debit ( m3/s )μ = koefisien debit; untuk bukaan di bawah permukaan

air dengan kehilangan tinggi energi kecil, μ = 0,80 – 0,90.

k = faktor koreksi untuk aliran tenggelam (lihat Gambar)b = lebar bukaan ( m )a = tinggi bukaan ( m )g = percepatan gravitasi ( m/s2 = 9,8) z = kehilangan tinggi energi pada bukaan ( m )

Page 46: Bab 2 Hidrolis Bendung

Penentuan bukaan pintu pengambilan akan dipengaruhi oleh:

a. Kondisi hidraulik aliran pada pintu pengambilan yaitu:

• aliran bebas (tidak tenggelam) yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi muka air di hilir pintu pengambilan (Gambar 2.33 a) atau,

• aliran tenggelam yang dipengaruhi oleh fluktuasi muka

Page 47: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.33 Tipe pintu pengambilan

Untuk kondisi aliran tenggelam, rumus debit yang dipakai dalam perhitungan aliran melalui bawah pintu harus diberikan faktor koreksi (lihat grafik pada Gambar 2.34).

Page 48: Bab 2 Hidrolis Bendung

Gambar 2.34 Koefisien koreksi untuk aliran tenggelam (dari Schmidt)

b. Muka air normal di depan pintu pengambilanUntuk mencegah kehilangan air pada bendung yang diakibatkan oleh angin atau gelombang, elevasi muka air normal yang dibutuhkan harus ditentukan 0,10 m di bawah elevasi mercu bendung.

Page 49: Bab 2 Hidrolis Bendung

c. Elevasi ambang pengambilan Elevasi ambang bangunan pengambil ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang tersebut direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut :

• 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau,• 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil,• 1,50 m kalau sungai mengangkut batu-batu bongkah.

Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus

Gambar 2.35 Geometri bangunan pengambil