bab iii sejarah pembangunan bendung suwatu dan...

30
60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI WADUK KETRO A. Tinjauan Umum Keputusan Pemerintah Pusat Repelita I dan II Serta Sasaran Pembangunan Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berbagai langkah ditempuh oleh pemerintahan zaman Presiden Soeharto. salah satunya adalah dengan peningkatan produksi pertanian masyarakat. Masyarakat Indonesia yang sebagaian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, kemudian membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak agar sektor pertanian ini dapat berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai faktor yang menentukan kebijakan bertanggung jawab untuk mengarahkan perangkat penyelenggaraan pertanian, baik yang berupa perundangan, pelaksana teknis maupun penyuluhan kepada masyarakat. Faktor krusial dalam pengusahaan pertanian adalah penjaminan infrastruktur yang dapat mendukung pengusahaan pertanian. Pembangunan infrastuktur berupa: waduk, bendungan, dan bendung harus menjadi fokus pembangunan di berbagai daerah dengan potensi pertanian. Bangunan-bangunan ini sangat diperlukan sebagai sarana pendorong penyediaan air yang cukup dalam usaha produksi sektor pertanian. Pembangunan infrastuktur bangunan air yang dilakukan dalam rangka penyediaan air guna mendorong produksi pertanian tidak dilakukan begitu saja. Pembangunan yang dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan dan potensi

Upload: tranduong

Post on 06-Feb-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

60

BAB III

SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU

DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI WADUK KETRO

A. Tinjauan Umum Keputusan Pemerintah Pusat Repelita I dan II Serta

Sasaran Pembangunan

Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berbagai

langkah ditempuh oleh pemerintahan zaman Presiden Soeharto. salah satunya

adalah dengan peningkatan produksi pertanian masyarakat. Masyarakat Indonesia

yang sebagaian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, kemudian

membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak agar sektor pertanian ini dapat

berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai faktor yang menentukan kebijakan

bertanggung jawab untuk mengarahkan perangkat penyelenggaraan pertanian,

baik yang berupa perundangan, pelaksana teknis maupun penyuluhan kepada

masyarakat.

Faktor krusial dalam pengusahaan pertanian adalah penjaminan

infrastruktur yang dapat mendukung pengusahaan pertanian. Pembangunan

infrastuktur berupa: waduk, bendungan, dan bendung harus menjadi fokus

pembangunan di berbagai daerah dengan potensi pertanian. Bangunan-bangunan

ini sangat diperlukan sebagai sarana pendorong penyediaan air yang cukup dalam

usaha produksi sektor pertanian.

Pembangunan infrastuktur bangunan air yang dilakukan dalam rangka

penyediaan air guna mendorong produksi pertanian tidak dilakukan begitu saja.

Pembangunan yang dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan dan potensi

Page 2: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

61

alam yang tersedia. Pengenalan daerah dan curah hujan yang terjadi harus menjadi

patokan dalam pembangunan infrastuktur pertanian yang ada. Keseimbangan

antara supplay dan demand kebutuhan air harus sesuai dengan potensi dan

keadaan alam yang ada agar hasil produksi dari sektor pertanian bisa optimal.

Pada periode tahun 1975-1985 pemerintah fokus terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Berbagai kebijakan digalakkkan demi terwujudnya

kesejahteraan itu. Wujud kesejahteraan yang ingin diterapkan mengacu kepada

kebutuhan pokok berupa: pangan, sandang, dan papan. Kebijakan pemerintah saat

itu adalah meningkatkan daya beli masyarakat dengan investasi besar-besaran

dalam sektor pertanian. Sektor ini dipilih dikarenakan potensi alam yang paling

dapat dijangkau oleh penduduk Indonesia.

Keseriusan pemerintah kemudian diwujudkan dengan terbitnya Keputusan

Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana

Pembangunan Lima Tahun yang berisi visi pembangunan kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian. Strategi pendobrakan

ekonomi yang menjadi rencana andalan pemerintah untuk mengatasi

ketertinggalan ekonomi bangsa Indonesia. Dibawah ini merupakan potongan dari

kepres tentang visi pembangunan kesejahteraan masyarakat yang diterbitkan

pemerintah melalui Departemen Penerangan RI:

Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana,

jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan

lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan

pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian.

Dengan demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian.

Disinilah sasaran sentral diletakkan, ichtiar dipusatkan dan hasil diharapkan.

Pilihan pada sektor pertanian bukanlah sekedar pilihan belaka. Pilihan

didasarkan pada strategi pembangunan untuk mendobrak keterbelakangan

ekonomi kita melalui proses pembaharuan dibidang pertanian. Keadaan

iklim, tanah dan persediaan tenaga kerdja memungkinkan adanja

Page 3: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

62

kemadjuan pesat dibidang pertanian. Lebih-lebih berkat adanja tehnologi

baru, bibit-bibit baru, dan tjara-tjara baru. Peningkatan produksi dibidang

pertanian-pangan ini pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Harga pangan dalam negeri dapat lebih dimantapkan, dan dengan begitu

turut memberi pengaruh jang positif pada stabilisasi ekonomi. Dan hanja

dalam ekonomi jang stabillah dapat diharapkan pertumbuhan ekonomi jang

pesat.1

Berdasarkan kepres di atas, maka dapat dilihat keseriusan pemerintah

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi

pertanian. Peningkatan produksi pertanian didorong dalam berbagai proyek

pengerjaan sarana dan prasarana pertanian. Setelah turunnya kepres, maka di

berbagai daerah yang memiliki potensi pertanian dilakukanlah pembangunan-

pembangunan.

Pada periode Repelita I pembangunan meliputi perbaikan dan

penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan serta

pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah pertanian dan

daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Periode ini pemerintah kemudian

melakukan fokus pembangunan berbagai macam sarana pendukung bangunan

bangunan air.

Proses pembangunan kesejahteraan yang telah dilakukan pemerintah

selama periode Repelita I kemudian dilanjutkan dalam tahan selanjutnya juga

meliputi proses pemerataan. Program yang berkelanjutan terhadap pembangunan

kesejahteraan masyarakat memerlukan rentang waktu yang cukup panjang dalam

1Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang

Rentjana Pembangunan Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman,15.

Data tentang keppres di ambil dari internet dengan alamat:

http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses

pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.

Page 4: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

63

pelaksanaannya. Penyempurnaan yang telah dicapai pada Repelita I mendorong

pemerintah kemudian melanjutkan Repelita II.

Pada Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia yang disampaikan di

depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus

1979 (1974/75-1978/79), Presiden Soeharto menyampaikan pertanggung jawaban

dan laporan kemajuan terhadap Repelita II. Pada pidatonya presiden

menyampaiakan keberhasilan program yang dijalankan pemerintah terhadap DPR.

Berikut ini merupakan sebagian dari pidato presiden dalam sidang itu:

Selama tahun 1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah

diselesaikan perbaikan dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan

513 ribu Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255

ribu Ha, perbaikan dan pengamanan sungai se-luas 62.228 Ha dan 431 ribu

Ha, dan pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas

122.604 Ha dan 200 ribu Ha.

Rehabilitasi irigasi dalam areal seluas 70.498 Ha dan pembuatan irigasi baru

dalam areal seluas 41.715 Ha belum berarti bahwa areal itu akan langsung

berguna secara efektif, sebab baik rehabilitasi maupun pembangunan

saluran tertiernya belum selesai seluruhnya. Kegiatan pembangunan

pengairan dalam Repelita II masih berupa kelanjutan kegiatan-kegiatan

pekerjaan yang dilaksanakan dalam Repelita I yang meliputi perbaikan dan

penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan

serta pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah

pertanian dan daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Selama tahun

1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah diselesaikan perbaikan

dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan 513 ribu Ha,

pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255 ribu Ha,

perbaikan dan pengamanan sungai se- luas 62.228 Ha dan 431 ribu Ha, dan

pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas 122.604 Ha

dan 200 ribu Ha.

Pembangunan saluran-saluran tertier dan kwarter pada dasarnya harus

dilaksanakan oleh masyarakat yang memperoleh manfaat dari irigasi. Tetapi

hasil dari pembangunan saluran-saluran yang dilaksanakan oleh masyarakat

tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi

persoalan ini maka sejak tahun 1976/77 telah ditempuh kebijaksanaan baru,

di mana biaya bangunan air dan sebagian biaya penggalian ditanggung oleh

Pemerintah.2

2 Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Di Depan Sidang Dewan

Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus 1979 (1974/75 -

1978/79) Departemen Penerangan RI. Data tentang keppres di ambil dari internet

Page 5: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

64

Laporan pertanggungjawaban ini memberikan wawasan tentang program

yang dilakukan pemerintah. Program yang terencana dari pusat yang secara

bertahap turun sampai ke daerah terkecil. Pembangunan saluran irigasi tersier

merupakan saluran terkecil yang langsung menuju petak-petak petani. Perbaikan

dan pembentukan saluran irigasi bersamaan dengan penanganan sungai-sungai

besar.

Pembangunan pada tahap-tahap ini, tidak hanya berhenti pada infrastruktur

sarana pertanian yang berupa bangunan. Pembangunan sistem yang diperlukan

untuk mempermudah pembangunan juga dilakukan. Meningkatkan kesuksesan

program melalui survey, penyelidikan, dan perancangan pengembangan sumber-

sumber air. Selain pengusahaan irigasi yang disusun dengan pola induk seperti

dari danau, waduk, bendungan, dll dikembangankan pula air tanah untuk irigasi.

B. Pembangunan Bendung Suwatu

1. Pengertian Bendung

Dalam proses pembangunan jaringan irigasi, pemerintah pusat memiliki

standar yang kemudian dilaksanakan oleh instansi pemerintah terkait.

Perencanaan jaringan irigasi merupakan bagian dari tugas dari Direktorat Jenderal

Sumber Daya Air. Dalam proses selanjutnya, sebagai eksekutor lapangan, ada

instansi-instansi pembantu lainnya. Pada pengerjaan proyek rekonstruksi waduk

Ketro, pengawasan dan pengerjaan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber

dengan alamat http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/dokumen-

perencanaan-dan-pelaksanaan/pidato-kenegaraan-tahun-1979/ Akses pada tanggal

16-03-2015 pada pukul 22.35 WIB.

Page 6: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

65

Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dengan eksekutor proyek

adalah Balai Pengelolaan Sumber daya Air Bengawan Solo.3 Untuk pengerjaan

bendung Suwatu, pengerjaan proyek dari Balai Pengelolaan Sumber daya Air

Bengawan Solo, diserahkan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum Bidang

Pengairan, Kabupaten Sragen.4

Pembangunan sistem irigasi memiliki standar dalam pembuatan

bangunannya. Bangunan tersebut terdiri dari bangunan utama, bangunan

pendukung yang sudah ditetapkan standarnya yaitu: “Semua bangunan yang

direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air ke dalam

jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi, biasanya

dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi sedimen yang

berlebihan serta kemungkinan untuk mengukur air masuk”.5

Pembangunan sarana pendorong produksi pertanian dimulai dari sebuah

bangunan yang disebut bendung. Bendung sendiri adalah suatu bangunan yang

dibangun melintang sungai untuk meninggikan permukaan air sungai dan

membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan

secara gravitasi ke jaringan irigasi daerah yang membutuhkan.6

Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali,

bronjong atau beton yang terletak melintang pada sebuah sungai yang berfungsi

3 Wawancara dengan Vega tanggal 7 November 2014

4 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

5 Direktur Jenderal Pengairan., Standar Perencanaan Irigasi Kriteria

Perencanaan Bagian Bangunan Utama Kp–02, (Jakarta, Perpustakaan PU, 1986),

Halaman 1.

6Ibid, Halaman 3.

Page 7: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

66

meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan.

Tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk keperluan lain selain irigasi,

seperti untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran

suatu kota.

Dalam Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik menyatakan bahwa

untuk bangunan di sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun

sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat

berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian

sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien

sesuai dengan kebutuhannya. Bendung ini dibagi dalam dua tipe, yaitu :

a. Bendung Tetap : Bendung yang dibangun secara permanen.

b. Bendung Gerak (Barrage) adalah bangunan berpintu yang dibuka selama

aliran besar; masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja.

Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar air

yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.7

2. Gambaran Umum Wilayah Bendung Suwatu

Rangkaian kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat dengan memprioritaskan pembangunan ekonomi melalui sektor

pertanian. Tiga agenda besar pemerintah pada sektor ini adalah pencetakan sawah

baru, pembentukan jaringan irigasi baru, dan juga perawatan jaringan irigasi lama.

Fokus pembangunan disesuaikan dengan potensi dan keadaan daerah

pembangunan. Pada tahun 74-an Kecamatan Tanon memiliki fasilitas irigasi yang

7 Ibid, halaman 8.

Page 8: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

67

tidak berjalan dengan baik yaitu waduk Ketro dan juga masih dalam tahap

pembangunan yaitu bendung Suwatu8.

Bendung Suwatu adalah satu dari sekian banyak jaringan irigasi baru yang

dibangun oleh pemerintahan Presiden Soeharto pada periode tahun 1974 – 1979.

Secara bangunan, Bendung Suwatu terletak di Dukuh Suwatu, Kelurahan Tanon,

Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Bendung Suwatu / daerah irigasi Suwatu

membentang dari Kelurahan Trombol, Kelurahan Bendo, Kelurahan Suwatu,

Kelurahan Tanon, dan Kelurahan pengkol. Bendung / Daerah Irigasi Suwatu ini

termasuk daerah pengaliran "Kali Kedung Dowo" yang hilirnya terdapat di

Bengawan Solo.

Dalam pembangunannya, Daerah Irigasi Suwatu dirancang untuk

mangaliri dua daerah, Daerah Irigasi Suwatu kiri yang mengaliri daerah

persawahan di Kelurahan Trombol Kecamatan Mondokan juga Kelurahan Bendo

Kecamatan Sukodono, sedangkan daerah irigasi Suwatu kanan yang mengaliri

Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol dan Kelurahan Tanon di wilayah

Kecamatan Tanon. Panjang sungai Kali Kedung Dowo dari hulu hingga

bendungan Bendung kurang lebih 3 km. Jarak bendungan sampai daerah sungai

Bengawan Solo kurang lebih berjarak 4 km. Daerah yang akan direncanakan

bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi medan datar. Berikut

ini penjelasan lebih mendalam terkait bendung.

8 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 9: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

68

3. Pemilihan Lokasi Bendung

Faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi bendung yaitu :

a. Keadaan topografi daerah yang akan diairi sedemikaian rupa sehingga

seluruh daerah rencana tersebut dapat terairi secara gravitasi.

b. Penempatan lokasi bendung yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan

angkutan sedimen sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan

dan angkutan sedimen yang masuk ke intake dapat terhindari. Untuk

menjamin aliran lancar masuk intake, salah satu syaratnya yaitu bendung

harus terletak di tikungan luar aliran atau di bagian sungai yang lurus dan

harus dihindari penempatan bendung di tikungan sebelah dalam aliran.

c. Bendung harus ditempatkan di lokasi yang tanah pondasinya cukup baik

sehingga bangunan akan stabil.9

4. Kronologi Pembangunan Bendung / Daerah Irigasi Suwatu

Cikal bakal pembangunan bendung Suwatu dimulai dari sebuah

muasyawarah mufakat yang dilakukan oleh masyarakat dari tiga kelurahan di

Kecamatan Tanon. Kelurahan yang terlibat dalam musyawarah itu adalah, 1.

Kelurahan Suwatu, 2. Kelurahan Tanon, 3. Kelurahan pengkol. Musyawarah ini

dilakukan pada tahun 1954 dan pada tahun itu juga dimulai pengerjakan proyek

pengerukan. Latar belakang pembahasan dari ketiga kelurahan dalam menggagas

pembangunan bendung adalah peningkatan pengelolaan tanah pertanian. Pertanian

saat itu masih sulit karena terlalu menggantungkan pada tadah hujan.10

9 Sosrodarsono, Suyono, dan Masateru Tominaga., Perbaikan Dan

Pengaturan Sungai, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), Halaman 207.

10

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

Page 10: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

69

Musyawarah dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat dari ketiga

kelurahan. Di bawah ini tabel tokoh-tokoh penggagas pembangunan bendung

Suwatu.

Tabel 13

Nama Tokoh Masyarakat Penggagas Pembangunan Bendung Suwatu Tahun 1954:

No. Nama Kelurahan Peran dalam Pembangunan

1 Atmo Sukarto Suwatu Lurah

2 Muhammad Umar Suwatu Pujangga

3 Damari Suwatu Pujangga

4 Kumaidi Suwatu Masyarakat

5 Endro Karsono Suwatu Masyarakat

6 Waridi Suwatu Masyarakat

7 Gito Wiyono Pengkol Lurah

8 Pawiro Sumarto Tanon Lurah

9 Darmo Tanon Masyarakat

Sumber: Wawancara dengan Bapak Sardju 19 Maret 2015

Tokoh masyarakat tersebut diatas merupakan orang-orang yang terlibat

aktif dalam pembangunan bendung Suwatu. Peran yang diambil beberapa orang

termasuk sangat penting, diantaranya Atmo Sukarta yang merupakan lurah dari

desa Suwatu, Gito Wiyono lurah dari desa Pengkol dan Pawiro Sumarto adalah

Lurah dari desa Tanon. Para lurah ini yang kemudian mengatur pembagian peran

dan kerja dari masyarakat masing-masing desa.

Peran yang sangat awal dijalankan oleh para Lurah yang menjadi awal dari

konsolidasi yang berjalan dari ketiga Desa. Ide awal dari pembangunan Bendung

Page 11: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

70

Suwatu dicetuskan oleh ”Lurah” dari Ketiga desa. Ide yang bersambung antar

”Lurah” kemudian menjadi pembicaraan dan musyawarah desa. Penyepakatan ini

kemudian diteruskan menjadi perencanaan pembangunan. Lurah sebagai simbol

desa, peran dalam pembangunannya adalah memastikan setiap masyarakat di

daerahnya hadir dan ikut bekerjasama dalam pembangunan Bendung Suwatu.

Peran penting dari ”Lurah” yang harus selalu hadir dan menjaga semangat dari

masyarakatnya. Atmo Sukarto sebagai ”Lurah” dari Kelurahan Suwatu dalam

menjalankan perannya dibantu oleh Kumaidi, Endro Karsono, dan Waridi.11

Pengaturan tenaga dalam pembangunan, baik meliputi sumberdaya manusia, alat,

konsumsi dll, merupakan bagian dari peran ketiga asisten dari lurah Suwatu pada

pembangunan Bendung Suwatu. Pembangunan Bendung Suwatu merupakan

pekerjaan yang sangat banyak membutuhkan banyak pembagian kerja agar

semakin efisien tenaga yang dikeluarkan.12

Demikian halnya dengan ”Lurah” dari desa yang lain, memiliki peran yang

sama di masyarakat masing-masing daerah. Peran sebagai simbol daerah dan

masyarakat yang harus selalu hadir dalam pembangunan Bendung Suwatu. Pawiro

Sumarto sebagai ”Lurah” desa Tanon perannya di bantu oleh Darmo, salah satu

masyarakat yang dekat dan dapat membantu pekerjaanya. Letak desa yang sedikit

lebih jauh dari Bendung Suwatu, membuat ”Lurah” desa Pengkol saat itu yaitu

Gito Wiyono memiliki beban yang lebih ringan, sehingga peran dan tanggung

jawabnya dalam pembangunan Bendung Suwatu dapat dikerjakan sendiri.13

11

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

12 Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

13

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

Page 12: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

71

Peran sentral yang lain dalam pembangunan bendung dari Muhammad

Umar dan Damari sebagai ”pujangga” pembangunan bendung Suwatu.

”Pujangga” merupakan penasehat pembangunan, orang ”pintar” yang memiliki

kapasitas lebih dalam menentukan kebijakan menurut perhitungan Jawa.

Muhammad umar dan Damari adalah orang yang melakukan ”tirakat” demi

lancarnya pengerukan Bendung Suwatu. Menurut penuturan bapak Sardju,

Muhammad Umar dan Damari membuat garis diatas tanah yang telah

direncanakan untuk di keruk. Garis itu yang kemudian menjadi dasar pengerjaan

pengerukan saluran irigasi bendung Suwatu.14

Pengerjaan pengerukan bendung Suwatu yang dimulai pada tahun 1954

mengerjakan saluran penampungan sepanjang 3 kilo meter. Pengerjaan bendung

ini memakan waktu sekitar 1 tahun pengerukan. Pengerukan dikerjakan oleh

seluruh warga masyarakat di tiga kelurahan, yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol.

Penggalian saluran ini berlangsung siang-malam dengan pembagian kerja

bergiliran. penggalian saluran irigasi ini bisa dikatakan dalam, bahkan masyarakat

yang melakukan penggalian menamai saluran Bendung Suwatu dengan nama

”Sentono” dikarenakan dalamnya galian saluran tampung bendung. Pada

pengerjaan pengerukan waktu malam hari, masyarakat membawa penerangan

berupa Petromaks. Perempuan memperoleh pembagian kerja sebagai penyedia

konsumsi. Konsumsi disediakan oleh masing-masing desa itu sendiri, dengan

lokasi dapur umum di Kelurahan Suwatu.15

14

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

15

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

Page 13: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

72

Bendung Suwatu dibangun secara swadaya sepenuhnya oleh masyarakar

dari Kelurahan Tanon, Suwatu dan pengkol. Bendung Suwatu dibangun pada

tahun 1954 dan selesai pada tahun 1958. Pembangunan dilakukan diatas tanah kas

desa dan beberapa pembebasan lahan yang biayai oleh ketiga kelurahan tersebut.

Satu tahun pengerjaan, saluran bendung sepanjang tiga kilo meter berhasil

diselesaikan. Pada tahun 1955 - 1958 fokus pengerjaan pada pembuatan konstuksi

bendung. Pengerjaan konstuksi memakan waktu yang lama dikarenakan saat itu

belum ada tenaga ahli dan teknologi bangun yang memadai.16

Pada tahun 1955-1956, bahan yang digunakan untuk menahan air adalah

tanah padas. Dalam beberapa bulan, bendung masih dapat bertahan, namun

memasuki puncak musim penghujan, penahan air jebol karena tidak mampu

menahan limpahan air hujan. Memasuki tahun berikutnya yaitu 1956-1957,

masyarakat bersama membangun kembali bendungan yang jebol dengan bahan

yang lebih kuat, yaitu dengan campuran batu dan aspal. Memasuki musim

penghujan tahun 1958, bangunan penahan air berhasil diselesaikan dan berfungsi

dengan baik.17

Bendungan penahan air dapat berfungsi dengan baik sehingga air dapat

dialirkan kedaerah yang lebih rendah. Pada tahun 1958, bendung Suwatu

dilakukan uji alir air bendung, sesuai dengan rencana aliran air sampai ke

kelurahan paling jauh yaitu Kelurahan Pengkol sekaligus uji saluran buang yang

dialirkan ke sungai Bengawan Solo. Dalam perencanaan pembangunan, air akan

dialirkan untuk kebutuhan pertanian dari 3 kelurahan, yaitu Tanon, Suwatu dan

16

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015 17

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015

Page 14: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

73

Pengkol. Saluran irigasi hanya diperuntukkan dari ketiga daerah yang

merencanakan pembangunan.18

Setelah Pengerukan dan pembangunan bendung selesai dikerjakan,

masyarakat ketiga kelurahan Tanon, Suwatu dan Pengkol mengadakan syukuran.

Syukuran diadakan pada pertengahan musim panas tahun 1958. Penyelenggaraan

syukuran dilakukan atas suksesnya pembangunan Bendung Suwatu dan telah lulus

uji alir. Syukuran diselenggarakan di sekitar Bendung Suwatu agar masyarakat

sekitar juga merasakan kebahagiaan. Syukuran berupa penyembelihan satu ekor

kerbau dan pentas wayang kulit semalam suntuk. Pementasan wayang digelar

dengan lakon “Romo Bendung” oleh dalang “Ki Kabul” dari Desa Tanon.19

Bendung atau daerah irigasi Suwatu pada akhir tahun 1973 mendapat

kunjungan dari Dinas PU Kabupaten Sragen. Kunjungan ini bermaksud untuk

menjadikan bendungan lebih baik dan dapat digunakan untuk lebih banyak

wilayah lagi.20

Pemerintah Sragen merencanakan untuk menjadikan Bendung

Suwatu mengaliri dua wilayah. Wilayah Kanan, adalah daerah yang memang

sejak awal memiliki Bendung Suwatu yaitu Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon

dan Kelurahan Pengkol. Wilayah Kiri adalah wilayah dari Kecamatan Mondokan

yaitu Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo yang merupakan wilayah dari

Kecamatan Sukodono.

Bendung Suwatu kemudian diambil alih oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab.

Sragen untuk kemudian dibangun Bendungan dan pintu pembagi air.

18

Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015 19

Wawancara dengan Mursidan tanggal 26 Oktober 2014

20

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 15: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

74

Pembangunannya oleh pemerintah Kabupaten Sragen melalui Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Sragen di bawah pengawasan Balai Pengelolaan Sumber Daya

Air Bengawan Solo pada tahun 1974.21

Pengerjaan Bendung Suwatu selesai pada

awal tahun 1975 dan telah mendapatkan uji coba aliran pada bulan Januari-

Februari tahun 1975. Pada bulan Maret tanggal 25 tahun 1975, bendung ini

diresmikan oleh Kepala Dinas P.U. Prov. Dati I Jateng Wilayah Surakarta seksi

Sragen yang kebetulan saat itu dijabat oleh Bp. Moengin.22

Menurut penuturan Bapak Edi Widodo, latar belakang pengambilalihan

pembangunan Bendung Suwatu dikarenakan Kelurahan Trombol masih kering

dan belum memiliki sumber daya air untuk pertanian yang letak wilayahnya

hanya berada disebelah kiri Bendung Suwatu. Dari situiasi ini kemudian

pemerintah Kab. Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum mengupayakan

pembangunan pintu pembagi dan penguatan bendungan air agar kapasitas dari

Bendung Suwatu lebih optimal .

Pertanian di wilayah Sragen utara Bengawan Solo hanya bergantung pada

musim hujan. Sedang saat itu tanaman padi masih memiliki masa tanam yang

cukup lama, setelah 6 bulan baru bisa dipanen. Kondisi seperti ini kemudian

mendorong pemerintah Kab. Sragen, khususnya Dinas Pekerjaan Umum untuk

semakin banyak melakukan langkah pembangunan sarana irigasi pertanian.

Langkah yang ditempuh pemerintah Kab. Sragen saat itu adalah dengan banyak

21

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014 22

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 16: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

75

melakukan survey atas laporan masyarakat terhadap kondisi pertanian di daerah

masing-masing.23

Untuk kasus pada Bendung Suwatu proses konsultasi dari masyarakat

sekitar Kelurahan Trombol yang melaporkan belum adanya sumber daya air untuk

kepentingan pertanian. Sementara letak Kelurahan Trombol Kecamatan

Mondokan dekat Bendung Suwatu. Pada saat itu, Bendung Suwatu memang

hanya untuk masyarakat Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon dan Kelurahan

Pengkol. Karena masyarakat dari ketiga desa tersebutlah yang memiliki sejarah

dalam pembangunannya.24

Berdasarkan laporan masyarakat Kelurahan Trombol, kemudian Dinas

P.U. mengirimkan tim yang ditugaskan untuk mensurvei daerah di sekitar

bangunan Bendung. Dari survei ini ditemukan fakta bahwa memang daerah

Kelurahan Trombol merupakan daerah kering yang membutuhkan jaringan irigasi

baru guna keperluan pertanian. Pembangunan jaringan irigasi sangat

memungkinkan bila diambilkan dari Bendung Suwatu. Maka kemudian pada awal

tahun „74an, proyek pembangunan bendungan air dan pintu pembagi air, bendung

Suwatu resmi dikerjakan.25

Proyek ini bernama "Bendung Gotro". Pemberian nama ini berdasarkan

proses pembangunan yang dilakukan bersama antara pemerintah Kab. Sragen dan

masyarakat di Kelurahan Tanon, Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol,

Kelurahan Trombol dan kelurahan Bendo. Bendung Gotro merupakan singkatan

23

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014 24

Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015

25 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 17: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

76

dari bendung gotong royong, pembangunan oleh pemerintah Kab. Sragen bersama

masyarakat kelima Kelurahan tersebut .26

Pembangunan ini terlebih dahulu melewati proses musyawarah mufakat.

Menurut keterangan Bp. Edi Widodo, musyawarah ini adalah untuk

membicarakan pengelolaan Bendung Suwatu. Selama ini, pengelola Bendung

Suwatu adalah perwakilan dari masyarakat Kelurahan Tanon, Keluahan Suwatu

dan Kelurahan Pengkol. Tokoh-tokoh masyarakat dari masing-masing kelurahan

yang terlewati oleh jalur air dari sungai Kedung Dowo. Tokoh masyarakat yang

harus menyatakan kesetujuanya adalah ketiga Lurah. Dari desa Tanon Pawiro

Sumarto, dari desa Suwatu Atmo Sukarto dan dari desa Pengkol Gito Wiyono.

Tokoh ini yang menjadi penggerak pembangunan Bendung Suwatu.27

Pertemuan ini difasilitasi oleh pemerintah dengan mempertemukan tokoh

masyarakat dari Kelurahan Tanon, Suwatu, Pengkol, Trombol, dan Bendo.

Agenda dalam pertemuan itu adalah membahas persetujuan masing-masing

Kelurahan terutama dari desa yang telah memiliki Bendung Suwatu terlebih

dahulu yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol. Setelah mendapat persetujuan dari tiga

desa tersebut, selanjutnya diadakan pembahasan pelaksanaan pengerukan tanah

untuk dijadikan sungai dan pembebasan tanah. Proses ini dilaksanakan agar tidak

terjadi kendala saat proses pengerjaan, baik bagi masyarakat maupun pemerintah

saat pengerjaan proyek.28

26

Wawancara dengan Wagiman tanggal 25 Oktober 2014

27

Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015

28

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 18: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

77

Hasil musyawarah dari tokoh-tokoh masyarakat diatas menghasilkan

kesepakatan dalam proses pengerjaan proyek. Pemerintah bekerja sama dengan

masyarakat sekitar dalam pengerukan sungai. Pemerintah sebagai penyelenggara

proyek dan masyarakat menyediakan tenaga pekerja proyek. Tenaga proyek

diambil dari masyarakat ke-tiga kelurahan. Kelurahan tersebut adalah Suwatu,

Tanon dan Pengkol sebagai pekerja saluran buang menuju Bengawan Solo,

sedang masyarakat Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo mengerjakan

“saluran kiri”. Masing-masing masyarakat mengerjakan pembangunan di

wilayahnya. Setelah itu, pemerintah melakukan seleksi terhadap calon-calon

tenaga. Tenaga yang terpilih menjadi pekerja tetap dalam proyek pembangunan.

Proses pengerjaan dibantu pula oleh masyarakat dengan sistem kerja bakti. Kerja

bakti dilaksanakan berdasarkan daerah yang dilewati proyek. Tenaga kerja bakti

diambilkan dari masyarakat dearah sekitar itu.29

Pembangunan bendung diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Kab.

Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan melibatkan profesional di

dalamnya. Pengerjaan bangun bendungan penampung air memakan waktu sekitar

6 bulan. Pengerjaannya meliputi bangun utama dan saluran pembagi air, baik

yang menuju saluran Bendung Suwatu saluran kanan maupun Bendung Suwatu

saluran kiri. Dikerjakan pula pemasangan pintu kuras pada bangun utama. Pintu

pembagi air di kedua sisi bendung utama yang berfungsi mengatur air untuk

wilayah saluran kanan dan saluran kiri Bendung Suwatu30

.

29

Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

30 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014

Page 19: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

78

Di bawah ini merupakan gambar situasi dari Bendung Suwatu saluran

kanan dan Bendung Suwatu saluran kiri.

Gambar. 3

Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982

Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen.

Page 20: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

79

Gambar. 4

Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982

Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen.

Kesepakatan selanjutnya adalah mengenai pembebasan lahan. Proses

pembebasan lahan dilakukan dengan menjalin komunikasi kepada masyarakat

yang terdampak proyek pembangunan saluran. Komunikasi ini dilakukan di

kantor kelurahan masing-masing desa, Suwatu, Pengkol Trombol dan Bendo.

Untuk Kelurahan Tanon tidak ada tanah dari masyarakatnya yang terdampak,

sehingga tidak ada komunikasi pembebasan lahan. Menurut penuturan Bp. Isban,

masyarakat diberi pengertian berupa kewajiban mengabdikan diri kepada negara.

Negara membutuhkan rakyatnya untuk bisa menjadi kuat. Selain wujud

Page 21: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

80

pengabdian kepada negara, perbuatan ini (memberikan tanah kepada negara)

merupakan wujud amal jariyah yang pahalanya tidak terputus bahkan setelah anda

sekalian meninggal dunia.31

Komunikasi pengabdian kepada negara dan agama

yang dilakukan oleh jajaran pemerintah Kab. Sragen ini, terbukti mampu

mengkondisikan masyarakat kedalam sikap yang penuh penghayatan akan makna

pengabdian.

Melalui komunikasi yang dibangun dengan baik antara pemerintah Kab.

Sragen dengan masyarakat pada proyek pembangunan Bendung Suwatu maka

pengerjaan proyek dapat berjalan dengan baik. Dalam komunikasi yang

berlangsung itu, disepakati pula bahwa pemerintah Kab. Sragen akan memberikan

ganti rugi sebesar Rp. 200,./m2 untuk setiap tanah yang masuk dalam

pembangunan saluran Bendung Suwatu. Dengan demikian, masyarakat yang

memiliki tanah untuk pembangunan saluran air tidak merasa dirugikan.32

Tanah lahan kemudian dikeruk untuk dijadikan sungai. Tanah-tanah yang

kemudian berada di jalur sungai, dibeli pemerintah untuk kemudian dijadikan

sungai. Pembebasan tanah ini, berlangsung cukup baik antara pemerintah dan

masyarakat karena telah terbangun kesadaran bersama akan arti pentingnya

bangunan bendung Bendung Suwatu untuk kemaslahatan hidup bersama.

Kesadaran akan pentingnya saluran irigasi untuk pertanian. Bahwa saluran ini

akan digunakan oleh masyarakat banyak dan turun tenurun akan menjadi

penopang kegiatan pertanian.33

Di bawah ini merupakan nama-nama penduduk

31

Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015

32

Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015

33

Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015

Page 22: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

81

yang dibebaskan tanahnya oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan

Bendung Suwatu.

Tabel 14

Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,

Kelurahan Trombol, Kecamatan Mondokan

No. Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/ M2

1 Loso al Kasmuri Pondok Sawah 292,50

2 Kasan Munangin Kadisono Sawah 1365,02

3 Dulsirin Pondok Sawah 496,80

4 Sarikun Pondok Sawah 261,60

5 Sumardi Pondok Sawah 912,08

6 Sumbudi Pondok Sawah 1460,11

Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975

Tabel 15

Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,

Kelurahan Tanon, Kecamatan Tanon

No Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/ M2

1 Kasan Munangin Suwatu Pekarangan 414,37

2 Isban/salinem Suwatu Pekarangan 135,40

Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975.

Page 23: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

82

Tabel 16

Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,

Kelurahan Bendo, Kecamatan Sukodono

No Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/M2

1 Dwijidimedjo Mayah Sawah 1.711,02

2 Sukamto/Atmo Mayah Sawah 3.228,75

3 Wiryosurono Sampang Sawah 3.548,76

4 Siti pariyatun Ngablak Sawah 45,.

5 Kartosetu Ganggangan Sawah 2.500,75

6 Sabarsu jarwo Ngablak Sawah 2.500

7 Ibu Mordjo Mayah Sawah 2.435.

8 Maridjo Ganggangan Sawah 32,30

9 Dirjodimedjo Mayah Sawah 288,61

10 Marsono Mayah Sawah 3.341,60

11 Wiryokarsono Mayah Sawah 85,80

12 Martoredjo/Rebo Ngablak Sawah 230,51

13 Djoyosumarno/Marno Ganggangan Sawah 1.455,40

14 Wiryosuwito Ganggangan Sawah 1.455,40

15 Partodikromo Ganggangan Sawah 78,75

16 Supadmi/Sarwanto Ganggangan Sawah 263,29

17 Kartosentono Ganggangan Sawah 620,20

18 Tugiyo Mantup Sawah 56,10

19 Djoyorebin Mayah Sawah 1.112,50

Page 24: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

83

20 Narto/B.Suminem Mayah Pekarangan 54

21 Djojorebin Mayah Pekarangan 576

22 Martotaruno Mayah Pekarangan 259,87

23 Parmin Mayah Pekarangan 88

24 Darno/Sapar Mayah Pekarangan 84

25 Samingun/Sodinomo Mayah Pekarangan 1215

26 Kartono Mayah Pekarangan 233,60

27 Tjiptowidodo Mayah Pekarangan 243

Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975.

Dengan demikian, Bendung Suwatu dapat diselesaikan pengerjaanya.

Bendung Suwatu, menjadi penopang kegiatan pertanian di wilayah Kelurahan

Suwatu, Kelurahan Tanon, Kelurahan Pengkol dan pada perkembangannya

diperluas ke wilayah Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo. Dari data diatas,

maka dapat menjadi sebuah contoh model perubahan sistem pertanian pada daerah

kering.

C. Pemeliharaan Sistem Irigasi Waduk Ketro Tahun 1980an

1. Gambaran Umum Waduk Ketro

Kali Ketro seperti sungai-sungai lainnya di pulau Jawa, pada musim

kemarau debit air yang mengalir kecil sedangkan pada musim penghujan air

melimpah. Dengan kondisi demikian, diperlukan sebuah perencanaan yang baik

dalam pengelolaan potensi sumber daya airnya. Pengelolaan disesuaikan dengan

potensi yang ada, sehingga pemanfaatannya bisa maksimal. Pemanfaatan tersebut

dapat berupa bangunan pengairan. Pada ruas Kali Ketro tersebut terdapat

Page 25: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

84

bendungan Ketro yang berfungsi untuk pengairan dan perikanan darat, sehingga

dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Bendungan Ketro tersebut dibangun pada zaman kependudukan Belanda.

Pembangunan masa itu merupakan pembangunan pengairan dengan perluasan

jaringan irigasi yang berguna untuk menyeimbangkan pemanfaatan air,

melindungi areal produksi, menghindari kerusakan akibat banjir dan kekeringan,

serta mendukung pemanfaatan areal pertanian dan perikanan bagi masyarakat.34

Perjalanan waktu yang terjadi pada waduk ketro sejak dibangun pada zaman

kependudukan Belanda sampai tahun „70an adalah rentang waktu yang cukup

lama. Perubahan yang terjadi tentu saja tidak menguntungkan antara bagi

perkembangaan dunia pertanian di sekitar Waduk Ketro. Potensi sumber air dan

kebutuhan air tidak lagi bisa dicukupi seperti diawal pembangunan. Waktu yang

cukup panjang tanpa pemeliharaan yang cukup, mendorong terjadinya perubahan

kondisi fisik daerah pengaliran sungai.

Kemampuan waduk yang semakin menurun akibat pengelolaan yang buruk.

Banyak dari badan bangunan bendung rusak dan kebocoran yang terjadi di banyak

titik dari bangunan bendungan mengakibatkan banyak terjadi rembesan. Kondisi

ini menyebabkan potensi sumber air dan kapasitas penampunganya semakin

menurun. Sedangkan pada sisi yang lain, kebutuhan air semakin meningkat

dengan pesat. Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan pola hidup

masyarakat mendorong semakin banyaknya kebutuhan air pertanian untuk

menjamin kelangsungan pertanian dan pertahanan pangan.

34 Surono, Tunggul H.N, “Evaluasi Waduk Dan Perencanaan Bendungan

Ketro Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah”, Skripsi Jurusan Teknik Sipil

Ekstensi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, 2005, Halaman 1.

Page 26: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

85

Memelihara berfungsinya sumber daya air, maka perlu adanya langkah-

langkah perbaikan oleh pemerintah. Selain itu peran aktif masyarakat baik secara

swadaya maupun dengan bantuan pemerintah, merupakan sebuah usaha bersama

yang harus dilakukan. Di samping itu, pengelolaan sumber air yang tidak benar

kadang-kadang dapat mengakibatkan bencana dan kekeringan.35

2. Perbaikan Kondisi Fisik Waduk Ketro

Fungsi utama sebagai penyedia kebutuhan air pertanian, waduk Ketro

tidak mampu untuk menyediakan. Kebutuhan petani dan masyarakat tidak akan

dapat dicapai untuk kepentingan peningkatan pangan di masa selanjutnya, apalagi

kebutuhan pangan masyarakat terus meningkat. Waduk Ketro tidak maksimal

dalam peran dan fungsinya, sehingga harus diperbaiki guna mendapatkan fungsi

maksimal dari waduk Ketro.

Masalah yang terjadi pada bendungan dalam masa sampai tahun 1970an di

bendungan Ketro adalah :

a. Adanya sedimen yang tinggi berupa pasir pada bendungan.

b. Terjadinya rembesan di tubuh bendungan.

c. Selama kurun waktu ±40 tahun masa operasional bendungan, sudah terjadi

perubahan tata guna lahan baik di hulu waduk maupun di lingkungan

waduk itu sendiri.

Pada program Repelita I dan II seperti pada pembahasan sebelumnya,

fokus Pemerintah Soeharta adalah pembangunan kesejahteraan masyarakat,

35

Ibid.

Page 27: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

86

dengan meningkatkan produksi bidang pertanian.36

Tiga agenda besar pemerintah

pada sektor ini adalah pencetakan sawah baru, pembentukan jaringan irigasi baru,

dan juga perawatan jaringan irigasi lama. Pada kasus di Waduk Ketro, maka

agenda pemerintah melalui program Repelita demi mensejahterakan rakyat adalah

perawatan jaringan irigasi lama.

Proyek pembangunan kembali Waduk Ketro kemudian dimulai pada tahun

1975. Re-konstruksi Waduk Ketro dalam pengawasan dari Balai PSDA Bengawan

Solo yang berada langsung dalam pengawasan Dinas PSDA Jawa Tengah.

Pembangunan kurang lebih berjalan selama 9 tahun, yaitu dari 1975-1984.

Pembangunan meliputi re-kontruksi pintu-pintu air dan memperbaiki badan

bendung yang rusak. Pengerukan sedimen-sedimen yang berada di dasar waduk.

Sedimen-sedimen ini dikeruk agar penyimpanan air dapat optimal. Dengan

mengatasi masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang timbul pada proses

pemanfaatan debit air khususnya di bendungan Ketro untuk sarana irigasi

diminimalisir.

3. Data Topografi Waduk Ketro

Waduk Ketro terletak di Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Kabupaten

Sragen. Bendungan ini termasuk daerah pengaliran sungai Ketro yang hulunya

36

Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana,

jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan

lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan

pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian. Dengan

demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian. Keputusan Presiden

Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana Pembangunan

Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman, 15. Data bersumber pada

http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses

pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.

Page 28: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

87

terdapat di Bengawan Solo. Panjang sungai Ketro hingga bendungan Ketro

kurang lebih 5 km dengan kemiringan dasar sungai kurang lebih 0,0125. Daerah

yang akan direncanakan bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi

medan datar.37

4. Data Teknis Bendungan Ketro

Data-data teknis Waduk Ketro :

a. Umum

- Nama bendungan : Ketro

- Lokasi desa/Kecamatan : Ketro/Tanon

- Nama sungai : Ketro

- Manfaat : DO 557,5 ha

b. Hidrologi

- Catchment Area : 5 km2

- Curah hujan tahunan : 2500 mm/thn

c. Waduk

Elevasi dan luas muka air (MA) waduk :

- MA banjir : EL + 100 m, Luas genangan: 110 ha

- MA normal : EL + 99 m, Luas genangan: 81.60 ha

- MA minimum : EL + 92,1 m, Luas genangan: 8.00 ha

d. Volume Waduk

- MA banjir : 3.77 juta m3

- MA normal : 2.80 juta m3

- Volume mati : 0,10 juta m3

37

Wawancara dengan Bapak Hartono pada tanggal 14 Maret 2015

Page 29: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

88

- Volume efektif : 2.70 juta m3

e. Bendungan

- Tipe : Komposit pasangan batu dan urugan tanah

- Tinggi di atas dasar sungai : 11 m

- Tinggi di atas galian : 15 m

- Panjang puncak : 1200 m

- Lebar puncak : 3 m

- Elevasi puncak : EL + 102 m dpl

f. Pelimpah

- Tipe : “Ogee” tanpa pintu

- Kapasitas : 22 m3/detik

- Elevasi mercu : El + 99 m.dpl

- Panjang mercu bersih : 11 m

g. Bangunan Pengeluaran untuk Irigasi

- Tipe : Konduit

- Bentuk : Lingkaran

- Garis tengah : 1,20 m

- Jumlah : 1 buah

- Panjang : 35 m

- Tipe alat operasi : Pintu sorong (type romiyn)

- Kapasitas : 0,612 m3/detik38

Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat melalui kebijkakan yang

kemudian dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan langkah nyata dalam

38

Data teknis waduk ketro. Balai PSDA Bengawan Solo.

Page 30: BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0508029_bab3.pdf · 60 BAB III SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI

89

peningkatan kesejahteraan masyarakat memalui pertanian. Pembangunan sektor

pertanian merupakan pembangunan yang efektif dan efisien mengingat potensi

yang ada di Indonesia khusus di pulau Jawa. Dengan mengenali potensi pertanian

dan melakukan pembangunan berdasarkan potensi tanah tersebut menjadi kunci

pembangunan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan pada zaman

pemerintahan Presiden Soeharto.