asuhan keperawatan pada anak dengan anemia

80
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian a. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) . b. Anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) . c. Anemia adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit ) dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) . d. Anemia aplastik adalah tidak berfungsinya sum – sum tulang ( Gayton & Hall . 1997 : 154 ) . e. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , asam folat yangv memperlihatkan perubahan – perubahan sum – sum tulang dan darah perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) . f. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ) .

Upload: zulkifli-coy

Post on 26-Jun-2015

724 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

a. Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau

hematokrit dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) .

b. Anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan

perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) .

c. Anemia adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan

konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit )

dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) .

d. Anemia aplastik adalah tidak berfungsinya sum – sum tulang ( Gayton & Hall . 1997 :

154 ) .

e. Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 ,

asam folat yangv memperlihatkan perubahan – perubahan sum – sum tulang dan

darah perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) .

f. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang

memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ) .

g. Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang disebabkan oleh defek Hb dan

berkenaan dengan serangan nyeri (Suddarth dan Brunner

2. Fisiologi

Struktur dan fungsi sel darah merah yang normal

Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang

kira-kira berdiameter 8 m. Tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m

atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalannya melalui mikrosirkulasi

konfigurasi berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari anti gen

kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang.

Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2

dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler.

Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem,

masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran

gas yang sangat sempurna.

Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta per millimeter kubik darah pada rata-rata orang

dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

dan penggantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah diransang oleh

hormon glikoprotein, eritropoitin, yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan

eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

perubahan 02 atmosfer, berkurangnya kadar 02 darah arteri, dan berkurangnya

konsentrasi hemoglobin. Eritropoetin meransang sel induk untuk memulai proliferasi dan

pematangan sel-sel darah merah. Selanjutnya pematangan tergantung pada jumlah zat-zat

makanan yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12 , asam folat,

protein-protein, enzim-enzim, dan mineral seperti dan tembaga.

Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsung tulang dan melalui semua stadium

pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang.

Retikolosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum

matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikuler. Sejumlah kecil

hemoglobin masih dihasilkan selam 24 sampai 48 jam pematangan; retikulum kemudian

larut dan menjadi sel-sel darah merah yang matang.

Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan menjadi lebih rapuh,

akhirnya pecah. Hemoglobin di fagositosis terutama di limpa. Hati dan sumsum tulang.

Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali kedalam sumber asam

amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma

transperin ke sumsung tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Sisa besi

disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin,

simpanan ini akan digunakan lagi dokemudian hari. Sisa hem direduksi kembali menjadi

karbon monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin,

dan dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi menjadi bilirubin bebas;

yang berlahan-lahan dikeluarkan kedalam plasma. Dimana bilirubin bergabung ke albumin

plasma kemudian diangkut kedalam sel-sel hati untuk diekskresi ke dalam kanalikuli

empedu. Bila ada penghancuran aktif sel-sel darah merah seperti hemolisis, pembebasan

jumlah bilirubin yang cepat kedalam cairan ekstraselular menyebabkan kulit dan

konjungtiva kuning, keadaan ini disebut ikterus

3. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel

darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat

kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis

(destruksi), hal ini dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan

ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin

yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,

kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan

hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila

konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk

hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam

glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh

penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi

biasanya dapat diperleh dengan dasar:

1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;

2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara

pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi;

3. ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Bila defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses

pembentukan Hb. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang

anak – anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan bergizi baik ,

memiliki cukup persedian zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi 2x lipat ,

umumnya berusia 4 – 6 bulan , sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk

memenuhui kebutuhan anak

Jika asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi

besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini ( sebelum

usia 4 – 6 bulan ) , dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI

sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan tanpa tambahan

makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi dengan perdarahan prenatal

yang berlebihan , atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan zat besi . juga tidak memiliki

cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia

defisiensi zat besi sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik .

pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein susu sapi dan

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari

saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi .pada anak

remaja putrid anemia defisiensi besi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

4. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk

sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan

akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik,

keracunan obat, dan sebagainya.

a. Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Penyakit Kronik (menahun)

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)

Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia (Burton, 1990).

b. Penyebab lain :

Obat – obatan dan zat kimia

- agen kemoterapi

- anticonvulsant

- antimetabolis

- kontrasepsi

- zat kimia toksik

nutrisi

- defisiensi besi, asam folat

- defisiensi cobal

- alkoholis

perdarahan

Efek fisik

- Trauma

- Luka bakar

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Penyinaran

infeksi

- Hepatitis

- Cytomedalovirus

- Clostridia

- Sepsis gram negatif

- Malaria

- Toksoplasmosis

Penyakit kronis dan maligna

- Penyakit ginjal , hati

- Infeksi kronis

- neoplasma

Perdarahan

Imunologi

Genetic

- Hemoglobinopati

- Thalasemia

- Abnormal enzim glikolitik

- Fangoni anemia

Tromboti trombositopenia purpura dan sindrom uremik hemolitik

5. Klasifikasi

a. Anemia karena hilangnya SDM , terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab

seperti perlukaan , perdarahan gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan

hidung , perdarahan akibat operasi .

b. Anemia karena menurunya produksi SDM , dapat disebabkan karena kekurangan

unsur penyusun SDM ( asam folat , vitamin B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum –

sum tulang ( adanya tumor , pengobatan, toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena

berkurangnya erittropoitein ( pada penyakit ginjal kronik ) .

Anemia defisiensi besi

Penyebab:

a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi

b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises

oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:

a) Atropi papilla lidah

b) Lidah pucat, merah, meradang

c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

Anemia megaloblastik

Penyebab:

· Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

· Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)

infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing

pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

Anemia aplastik

Penyebab:

· agen neoplastik/sitoplastik

· terapi radiasi

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

· antibiotic tertentu

· obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

· benzene

· infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

Gejala-gejala:

· Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

· Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,

perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.

-Morfologis: anemia normositik normokromik

Anemia defisiensi vitamin B12 .

Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang

diproduksi di sel parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin

B12 .

Anemia defisiesi asam folat

Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan

sayuran dan buah – buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat

meningkatkan kebutuhan folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi

asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi .

c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM , dapat terjadi karena

hiperaktifnya RES, Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM

biasanya karena factor – factor :

- kemampuan respon sum – sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena

meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

- meningkatnya SDM yang masih muda dalam sum – sum tulang dibandingkan yang

matur atau matang - ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi

( peningkatan kadar bilirubin

–anemia hemolitik

Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh

destruksi sel darah merah:

· Pengaruh obat-obatan tertentu

· Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik

· Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

· Proses autoimun

· Reaksi transfusi

· Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Tanda dan Gejala

o Lemah, letih, lesu dan lelah

o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi

pucat.

-anemia sel sabit

adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan

pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb .

6. Manifestasi klinik

Area Manifestasi klinis

Keadaan umum Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala

, demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap

dingin , BB turun.

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Kulit Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering

, kuku rapuh , klubbing

Mata Penglihatan kabur , jaundice sclera dan

perdarahan retina

Telinga Vertigo , tinnitus

Mulut Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis

Paru – paru Dipsneu dan orthopnea

Kardiovaskuler Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina ,

hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung

Gastrointestinal Anoreksia dan menoragia,menurunya

fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

Muskuloskletal Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal

System persyarafan Nyeri kepala,binggung,neurupatu perifer,

parastesia,mental depresi,cemas.

7. Komplikasi

Komplikasi umum akibat anemia adalah:

a. Gagal jantung

b. Parestisia

c. Kejang

d. Infeksi

e. Gagal pernafasan

f. Kardiovaskuler

g. fungsi ginjal

h. Gangguan fungsi hati.

8. Pemeriksaan diagnostik

pemeriksaan laboratorium

a. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer

dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC

dan MCH menurun. MCH < style="">red cell distribution width) meningkat yang

menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan

sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah,

tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-

perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis,

poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia.

Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada

kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.1

b. Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-

blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.

c. Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin <>

d. Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya

sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia

defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang

meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari

jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar

feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.

e. TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.

f. Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanu

Nilai Normal Sel Darah

1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7

(4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15),

8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5).

3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun

8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).

Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000,

8 – 12 Tahun 260.000

4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.

9. Penatalaksanaan medik

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang

hilang dengan jalan :

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

1. Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan :

a. Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan

seperti ikan, daging, telur dan sayur.

b. Pemberian preparat fe

c. Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan

d. Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan

dan transfusi darah.

B. Manajemen Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh

(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat

untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih

banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik

diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan

kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan

tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat

(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.

Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda :

-TD; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi

postural

-Disritmia ; abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi

gelombang T; takikardia

-Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB)

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

-Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring,

bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai

keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP)

-Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan

aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi)

-kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB)

-Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

c. Integritas ego

Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan

transfusi darah.

Tanda : depresi.

d. Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).

Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan

haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

e. Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk

sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).

Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas

mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan

sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).

Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang

elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi

bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

f. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,

keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi

manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu

berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :

perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa

getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

g. Nyeri/kenyamanan

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

h. Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

i. Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;

baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran

terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,

penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan

ekimosis (aplastik).

j. Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang

libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun

potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)

meliputi :

a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons

inflamasi tertekan)).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan

untuk pembentukan sel darah merah.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dengan kebutuhan.

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

e. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan neurologist.

f. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan; dan efek samping terapi obat.

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah

interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi

3. Intervensi dan implementasi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,

1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999)

adalah :

a) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons

inflamasi tertekan)).

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

- mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.

- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL

1.Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh

pemberi perawatan dan pasien

1.Mencegah kontaminasi silang / kolonisasi

bakterial

2.Pertahankan teknik aseptic ketat pada

prosedur / perawatan luka

2.Menurunkan risiko kolonisasi / infeksi

bakteri

3.Berikan perawatan kulit perianal dan oral

dengan cermat

3.Menurunkan resiko kerusakan kulit /

jaringan dan infeksi

4.Ajarkan latihan batuk dan nafas dalam 4.meningkatkan ventilasi semua segmen

paru dan membantu memobilisasi sekresi

untuk mencegah pneumonia.

5.tingkatkan masukan cairan yang adekuat 5.membantu dalam pengenceran secret

pernapasan untuk mempermudah

pengeluaran dan mencegah stasis cairan

tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.

6.Pantau / batasi pengunjung, bila 6.membatasi pemajanan pada

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

memungkinkan berikan isolasi bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi

dibutuhkan pada anemia aplastik, bila

respons imun sangat terganggu.

7.Pantau suhu tubuh. Catat adanya

menggigil dan takikardia dengan atau tanpa

demam

7.adanya proses inflamasi/infeksi

membutuhkan evaluasi/pengobatan

8.kolaborasi pemberian antiseptic topical ;

antibiotic sistemik

8.dapat digunakan sebagai profilaktik untuk

menurunkan kolonisasi atau untuk

pengobatan proses infeksi lokal

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan

untuk pembentukan sel darah merah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

- menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium

normal.

- tidak mengalami tanda mal nutrisi.

- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau

mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan

yang disukai.

1. mengidentifikasi defisiensi dan

memudahkan intervensi.

2. Observasi dan catat masukkan makanan

pasien

2. mengawasi masukkan kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi makanan

3. Timbang berat badan setiap hari 3. mengawasi penurunan berat badan atau

efektivitas intervensi nutrisi.

4. Berikan makan sedikit dengan frekuensi

sering dan atau makan diantara waktu

makan

4. menurunkan kelemahan, meningkatkan

pemasukkan dan mencegah distensi gaster.

5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang

baik ; sebelum dan sesudah makan,

gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan

yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di

5. meningkatkan nafsu makan dan

pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan

bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

Teknik perawatan mulut khusus mungkin

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

encerkan bila terdapat luka pada mukosa

oral.

diperlukan bila jaringan

rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

rencana diet.

6. membantu dalam rencana diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi individual.

7. Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi.

7. kebutuhan penggantian tergantung pada

tipe anemia dan atau adanya masukkan oral

yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi

c). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman) dan kebutuhan.

Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil :

- melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan

tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kemampuan ADL pasien 1. mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan

2. Kaji kehilangan atau gangguan

keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan

otot.

2. menunjukkan perubahan neurology

karena defisiensi vitamin B12

mempengaruhi keamanan pasien/risiko

cedera.

3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah aktivitas.

3. manifestasi kardiopulmonal dari upaya

jantung dan paru untuk membawa jumlah

oksigen adekuat ke jaringan.

4. Berikan lingkungan tenang, batasi

pengunjung, dan kurangi suara bising,

pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

4. meningkatkan istirahat untuk

menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan

menurunkan regangan jantung dan paru.

d). Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Tujuan : peningkatan perfusi jaringan

Kriteria hasil :

- menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI RASIONAL

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

1. Awasi tanda vital , kaji pengisian kapiler,

warna kulit/membrane mukosa, dan dasar

kuku.

1. memberikan informasi tentang

derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan

membantu menetukan kebutuhan

intervensi.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai

toleransi

2. meningkatkan ekspansi paru dan

memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi

bila ada hipotensi.

3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi

bunyi napas dan perhatikan bunyi

adventisius

3. dispnea, gemericik menununjukkan

gangguan jajntung karena regangan

jantung lama/peningkatan kompensasi

curah jantung.

4. Kolaborasi pengawasan hasil

pemeriksaan laboraturium. Berikan sel

darah merah lengkap/packed produk darah

sesuai indikasi

4. mengidentifikasi defisiensi dan

kebutuhan pengobatan /respons terhadap

terapi

5. Berikan oksigen tambahan sesuai

indikasi

5. : memaksimalkan transport oksigen ke

jaringan

e). Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan neurologist.

Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.

Kriteria hasil :

- mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada

turgor, gangguan warna, hangat local,

eritema, ekskoriasi.

1. kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,

nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat

menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi

dan rusak

2. Reposisi secara periodic dan pijat

permukaan tulang apabila pasien tidak

bergerak atau ditempat tidur.

2. meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,

membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi

hipoksia seluler.

3. Bantu untuk latihan rentang gerak 3. meningkatkan sirkulasi jaringan dan

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

mencegah stasis

f). Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan; efek samping terapi obat.

Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

Kriteria hasil :

- menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab,

factor pemberat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi warna feses, konsistensi,

frekuensi dan jumlah.

1. membantu mengidentifikasi penyebab

/factor pemberat dan intervensi yang tepat

2. Auskultasi bunyi peristaltik usus 2. bunyi peristaltik usus secara umum

meningkat pada diare dan menurun pada

konstipasi

3. Awasi intake dan output (makanan dan

cairan).

3. dapat mengidentifikasi dehidrasi,

kehilangan berlebihan atau acuan dalam

mengidentifikasi defisiensi diet.

4. Dorong masukkan cairan 2500-3000

ml/hari dalam toleransi jantung.

4. : membantu dalam memperbaiki

konsistensi feses bila konstipasi. Akan

membantu memperthankan status hidrasi

pada diare

5. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering,

catat perubahan kondisi kulit atau mulai

kerusakan. Lakukan perawatan perianal

setiap defekasi bila terjadi diare.

5. mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet

siembang dengan tinggi serat dan bulk.

6. serat menahan enzim pencernaan dan

mengabsorpsi air dalam alirannya

sepanjang traktus intestinal dan dengan

demikian menghasilkan bulk, yang bekerja

sebagai perangsang untuk defekasi

g). Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah

interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

rencana pengobatan.

Kriteria hasil :

- pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.

- mengidentifikasi factor penyebab.

- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan informasi tentang anemia secara

spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa

terapi tergantung pada tipe dan beratnya

anemia

1. memberikan dasar pengetahuan

sehingga pasien dapat membuat pilihan

yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat

meningkatkan kerjasama dalam program

terapi.

2. Kaji tingkat pengetahuan klien dan

keluarga tentang penyakitnya

2. megetahui seberapa jauh pengalaman

dan pengetahuan klien dan keluarga

tentang penyakitnya

3. Berikan penjelasan pada klien tentang

penyakitnya dan kondisinya sekarang

3. dengan mengetahui penyakit dan

kondisinya sekarang, klien dan keluarganya

akan merasa tenang dan mengurangi rasa

cemas.

4. Minta klien dan keluarga mengulangi

kembali tentang materi yang telah diberikan

4. mengetahui seberapa jauh pemahaman

klien dan keluarga serta menilai

keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan

melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,

1999:28)

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :

1) Infeksi tidak terjadi.

2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

4) Peningkatan perfusi jaringan.

5) Dapat mempertahankan integritas kulit.

6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana

pengobatan.

REFERENSI

1. http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/04/askep-anemia-pada-anak/

2. http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2008/11/bab-i-pendahuluan.html

3. http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-anemia.html

4. http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/anemia-pengertian-anemia-adalah.html

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

a. Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan

pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175)

b. Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum

tulang yang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002

: 248 )

c. Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi

patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam

membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer,

dkk, 2002 : 495)

d. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sum

- sum tulang dan limfa nadi . Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi

sel darah putih dalam sum - sum tulang, menggantikan elemen sum - sum tulang normal. Juga

terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti

meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis dapat disimpulkan bahwa

leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel

leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah

2. Etiologi

a. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell

leukemia-lymphoma virus/HTLV)

b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya

c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzena, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen

anti neoplastik.

d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

f. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G

(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,

Telangiektasis ataksia.

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

g. Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.Penyebab dari sebagian besar jenis

leukemia tidak diketahui.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia

tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko

terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma

Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

3. Insiden

ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi yang terjadi pada anak-

anak yang berusia antara 3-5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih

baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit

dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah.

ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia

pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan

kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi

remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. 50%

anak yang mengalami pencangkokan sum - sum tulang memiliki remisi berkepanjangan.

(Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).

4. Patofisiologi

Proliferasi sel blast dari leukosit

Produksi eritrosit dan platelet terganggu

Anemia dan trombositopenia

Mempengaruhi sistem retikuloendotelial

Gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah terjadi infeksi

Sebagai manifestasi tampak gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ sistem syaraf pusat

Gangguan nutrisi dan metabolisme serta depresi sumsum tulang

Penurunan kadar leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan

Terjadi pembesaran hati, limfe, nodus limfe dan nyeri persendian sebagai manifestasi dari leukemia

Page 24: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

5. Klasifikasi

a. Leukemia Mielogenus Akut ( AML )

AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel

Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat

terkena; insidensi meningkat seiring bertambahnya usia. AML Merupakan leukemia

nonlimfositik yang paling sering terjadi.

b. Leukemia Mielogenus Cronis ( CML )

CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak

sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang

menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi

tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-

tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,di sertai dengan

pembesaran limpa.

c. Luekemia Limfositik Akut ( ALL )

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak.

Insiden pada laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4

tahun, setelah usia 15 tahun, ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur

berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu

perkembangan sel normal.

d. Leukemia Limfositik Cronis ( CLL )

CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.

Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, penyakit dapat di diagnosa saat

pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

6. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :

a. Pilek tidak sembuh-sembuh

b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c. Demam dan anorexia

d. Berat badan menurun

e. Ptechiae, memar tanpa sebab

f. Nyeri pada tulang dan persendian

g. Nyeri abdomen

h. Lumphedenopathy

i. Hepatosplenomegaly

Page 25: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

j. Abnormal WBC

(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)

7. Tanda dan gejala

a. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.

b. Sirkulasi : palpitasi, takikardia, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.

c. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan

haluaran urin.

d. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang,

ansietas.

e. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan

disfagia

f. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia,

aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

g. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah

h. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan

bunyi nafas

i. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam,

infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.

j. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.

8. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari

10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit

lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang

umur.

b. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat

c. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

d. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.

e. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.

f. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.

g. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan, sangat rendah (< 50000/mm)

h. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml

i. Retikulosit : jumlah biasaya rendah

j. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur

Page 26: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

k. PTT : memanjang

l. LDH : mungkin meningkat

m. Asam urat serum : mungkin meningkat

n. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik

o. Copper serum : meningkat

p. Zink serum : menurun

(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).

9. Penatalaksanaan medik

a. Pelaksanaan kemoterapi

Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :

1). Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi

kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan

behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang

ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

2). Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocortison melaui

intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak.

3). Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan

mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,

mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon

sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka

pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

b. Irradiasi cranial

Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami

gangguan sistem saraf pusat.

B. Management keperawatan

Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu metode yang

sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan berfokus pada

respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan yang

potensial maupun aktual. ( Marilynn E. Doengoes, dkk .2000 : 6 ).

Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah-langkah

Page 27: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat

dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,

mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.

(Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi :

a. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya

b. Kaji adanya tanda-tanda anemia :

1). Pucat

2). Kelemahan

3). Sesak

4). Nafas cepat

c. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia

1). Demam

2). Infeksi

d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :

1). Ptechiae

2). Purpura

3). Perdarahan membran mukosa

e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :

1). Limfadenopati

2). Hepatomegali

3). Splenomegali

f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya :

1).Hematuria

2).Hipertensi

3).Gagal ginjal

4).Inflamasi disekitar rektal

5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)

2. Diagnosa keperawatan

Page 28: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association

(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas

terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004 :331)

Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek

samping agen kemoterapi

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,

radioterapi, imobilitas.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita

leukemia.

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.

3. Intervensi dan implementasi

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau suhu dengan teliti 1. untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya infeksi

2. Tempatkan anak dalam ruangan

khusus

2. untuk meminimalkan terpaparnya anak

dari sumber infeksi

3. Anjurkan semua pengunjung dan staff

rumah sakit untuk melaksanakan teknik

mencuci tangan dengan baik

3. untuk meminimalkan pajanan pada

organisme infektif

Page 29: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

4. Gunakan teknik aseptik yang cermat

untuk semua prosedur invasif

4. untuk mencegah kontaminasi

silang/menurunkan resiko infeksi

5. Evaluasi keadaan anak terhadap

tempat-tempat munculnya infeksi seperti

tempat penusukan jarum, ulserasi

mukosa, dan masalah gigi

5. untuk intervensi dini penanganan infeksi

6. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia 6. untuk mendukung pertahanan alami

tubuh

7. Berikan antibiotik sesuai instruksi

dokter

7. diberikan sebagai profilaktik atau

mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Evaluasi laporan kelemahan,

perhatikan ketidakmampuan untuk

berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari

1. menentukan derajat dan efek

ketidakmampuan

2. Berikan lingkungan tenang agar dapat

istirahat tanpa gangguan

2. menghemat energi untuk aktifitas dan

regenerasi seluler atau penyambungan

jaringan

3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi

pada aktifitas yang diinginkan atau

dibutuhkan

3. mengidentifikasi kebutuhan individual

dan membantu pemilihan intervensi

4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-

hari dan ambulasi

4. memaksimalkan sediaan energi untuk

tugas perawatan diri

c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

INTERVENSI RASIONAL

1. Gunakan semua tindakan untuk

mencegah perdarahan khususnya pada

daerah ekimosis

1. karena perdarahan memperberat

kondisi anak dengan adanya anemia

2.Cegah ulserasi oral dan rektal 2. karena kulit yang luka cenderung untuk

Page 30: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

berdarah

3. Gunakan jarum yang kecil pada saat

melakukan injeksi

3. untuk mencegah perdarahan

4. Laporkan setiap tanda-tanda

perdarahan (tekanan darah menurun,

denyut nadi cepat, dan pucat)

4. untuk memberikan intervensi dini dalam

mengatasi perdarahan

5. Hindari obat-obat yang mengandung

aspirin

5. karena aspirin mempengaruhi fungsi

trombosit

6. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih

besar ntuk mengontrol perdarahan

hidung

6. untuk mencegah perdarahan

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan :

– Tidak terjadi kekurangan volume cairan

- Pasien tidak mengalami mual dan muntah

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan antiemetik awal sebelum

dimulainya kemoterapi

1. untuk mencegah mual dan muntah

2. Berikan antiemetik secara teratur pada

waktu dan program kemoterapi

2. untuk mencegah episode berulang

3. Kaji respon anak terhadap anti emetik 3. karena tidak ada obat antiemetik yang

secara umum berhasil

4. Hindari memberikan makanan yang

beraroma menyengat

4. bau yang menyengat dapat

menimbulkan mual dan muntah

5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi

sering

5. karena jumlah kecil biasanya ditoleransi

dengan baik

6. Berikan cairan intravena sesuai

ketentuan

6. untuk mempertahankan hidrasi

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek

samping agen kemoterapi

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

INTERVENSI RASIONAL

1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya 1. untuk mendapatkan tindakan

Page 31: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

ulkus oral penanganan yang segera

2. Hindari mengukur suhu oral 2. untuk mencegah trauma

3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut,

aplikator berujung kapas, atau jari yang

dibalut kasa

3. untuk menghindari trauma

4. Hindari penggunaan larutan lidokain

pada anak kecil

4. karena bila digunakan pada faring,

dapat menekan refleks muntah yang

mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat

menyebabkan kejang

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong orang tua untuk tetap rileks

pada saat anak makan

1. jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan

adalah akibat langsung dari mual dan

muntah serta kemoterapi

2. Izinkan anak memakan semua

makanan yang dapat ditoleransi,

rencanakan unmtuk memperbaiki

kualitas gizi pada saat selera makan

anak meningkat

2. untuk mempertahankan nutrisi yang

optimal

3. Berikan makanan yang disertai

suplemen nutrisi gizi, seperti susu

bubuk atau suplemen yang dijual bebas

3. untuk memaksimalkan kualitas intake

nutrisi

4. Izinkan anak untuk terlibat dalam

persiapan dan pemilihan makanan

4. untuk mendorong agar anak mau makan

5. Dorong masukan nutrisi dengan

jumlah sedikit tapi sering

5. karena jumlah yang kecil biasanya

ditoleransi dengan baik

6. Dorong pasien untuk makan diet

tinggi kalori kaya nutrient

6. kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan

begitu juga cairan untuk menghilangkan

produk sisa suplemen dapat memainkan

peranan penting dalam mempertahankan

masukan kalori dan protein yang adekuat

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

Page 32: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat

diterima anak

INTERVENSI RASIONAL

1. kaji tingkat nyeri dengan skala 0

sampai 5

1. informasi memberikan data dasar untuk

mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan

intervensi

2. Jika mungkin, gunakan prosedur-

prosedur (misal pemantauan suhu non

invasif, alat akses vena)

2. untuk meminimalkan rasa tidak aman

3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri

dengan derajat kesadaran dan sedasi

3, untuk menentukan kebutuhan

perubahan dosis. Waktu pemberian atau

obat

4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non

farmakologis yang tepat

4. sebagai analgetik tambahan

5. Berikan obat-obat anti nyeri secara

teratur

5. untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,

radioterapi, imobilitas

Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan perawatan kulit yang cemat,

terutama di dalam mulut dan daerah

perianal

1. karena area ini cenderung mengalami

ulserasi

2. Ubah posisi dengan sering 2. untuk merangsang sirkulasi dan

mencegah tekanan pada kulit

3. Kaji kulit yang kering terhadap efek

samping terapi kanker

3. efek kemerahan atau kulit kering dan

pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area

radiasi pada beberapa agen kemoterapi

4. Anjurkan pasien untuk tidak

menggaruk dan menepuk kulit yang

kering

4. membantu mencegah friksi atau trauma

kulit

Page 33: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

5. Dorong masukan kalori protein yang

adekuat

5. untuk mencegah keseimbangan

nitrogen yang negatif

6. Pilih pakaian yang longgar dan lembut

diatas area yang teradiasi

6. untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong anak untuk memilih wig (anak

perempuan) yang serupa gaya dan warna

rambut anak sebelum rambut mulai

rontok

1. untuk membantu mengembangkan

penyesuaian rambut terhadap kerontokan

rambut

2. Berikan penutup kepala yang adekuat

selama pemajanan pada sinar matahari,

angin atau dingin

2. karena hilangnya perlindungan rambut

3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut

yang tipis itu tetap bersih, pendek dan

halus

3. untuk menyamarkan kebotakan parsial

4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh

dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin

warna atau teksturnya agak berbeda

4. untuk menyiapkan anak dan keluarga

terhadap perubahan penampilan rambut

baru

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita

leukemia

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik

atau terapi

INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang

akan dilakukan pada anak

1. untuk meminimalkan kekhawatiran

yang tidak perlu

2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat

berkumpul tanpa gangguan dari staff

2. untuk mendorong komunikasi dan

ekspresi perasaan

3. Bantu keluarga merencanakan masa 3. untuk meningkatkan perkembangan

Page 34: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

depan, khususnya dalam membantu anak

menjalani kehidupan yang normal

anak yang optimal

4. Dorong keluarga untuk

mengespresikan perasaannya mengenai

kehidupan anak sebelum diagnosa dan

prospek anak untuk bertahan hidup

4. memberikan kesempatan pada

keluarga untuk menghadapi rasa takut

secara realistis

5. Diskusikan bersama keluarga

bagaimana mereka memberitahu anak

tentang hasil tindakan dan kebutuhan

terhadap pengobatan dan kemungkinan

terapi tambahan

5. untuk mempertahankan komunikasi

yang terbuka dan jujur

6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

6. untuk mencegah bertambahnya rasa

khawatiran keluarga

k. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak

Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tahapan berduka terhadap anak

dan keluarga

1. pengetahuan tentang proses berduka

memperkuat normalitas perasaan atau

reaksi terhadap apa yang dialami dan

dapat membantu pasien dan keluarga

lebih efektif menghadapi kondisinya

2. Berikan kontak yang konsisten pada

keluarga

2. untuk menetapkan hubungan saling

percaya yang mendorong komunikasi

3. Bantu keluarga merencanakan

perawatan anak, terutama pada tahap

terminal

3. untuk meyakinkan bahwa harapan

mereka diimplementasikan

4. Fasilitasi anak untuk mengespresikan

perasaannya melalui bermain

4. memperkuat normalitas perasaan atau

reaksi terhadap apa yang dialami

4. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang

diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :

Page 35: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan

peningkatan toleransi aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

f. Masukan nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti

ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh

i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak

membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan

menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga

menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga

mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama

anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak

mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap

terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

REFERENSI

1. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-leukimia/

2. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/askep-leukimia.html

Page 36: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN THALASEMIA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

a. Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah

merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari

100 hari). (Ngastiyah, 1997 : 377).

b. Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara

resesif. (Mansjoer, 2000 : 497).

c. Talasemia adalah suatu golongan darah yang diturunkan dan ditandai oleh defisiensi

produksi rantai globin pada hemoglobin. (Suriadi, 2001 : 23).

d. Sindrom thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan herediter dimana

produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu (Kosasih, 2001).

e. Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari

ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang

membentuk hemoglobin (medicastore, 2004)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara

resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin. dimana terjadi

kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi

pendek (kurang dari 100 hari). Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak

normal (hemoglobinopatia)

2. Etiologi

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam

pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan secara

resesif dari kedua orang tua.

Thalasemia termasuk dalam anemia hemolitik, dimana umur eritrosit menjadi lebih pendek

(normal 100-120 hari). Umur eritrosit ada yang 6 minggu, 8 minggu bahkan pada kasus

yang berat umur eritosit bisa hanya 3 minggu.

Pada talasemia, letak salah satu asam amino rantai polipeptida berbeda urutannya

atau ditukar dengan jenis asam amino lainnya.

3. Insiden

Page 37: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Talasemia beta tersebar luas di daerah mediterania seperti Itali, Yunani, Afrika Utara,

Timur Tengah, India Selatan, Srilangka sampai kawasan asia tenggara. Frekuensi

talasemia beta di asia tenggara adalah antara 3-9&. Di dapat pula pada negro Amerika,

daerah-daerah tertentu di Italia dan negara-negara mediterania frekuensi carrier

thalasemia beta dapat mencapai 15-20%. Di Thailand 20% penduduknya mempunyai satu

atau jenis lain thalasemia alfa. Di Indonesia belum jelas, di duga sekitar 3-5% sama seperti

Malasia dan Singapura.

Di Indonesia, diperkirakan jumlah pembawa sifat thalasemia sekitar 5-6% dari jumlah

populasi. Palembang; 10%, Makassar; 7,8%, Ambon; 5,8%, Jawa; 3-4%, Sumatera Utara;

1-1,5%

4. Patofisiologi

Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer

adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai

penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena defisiensi

asam folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi,

dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan hati.

Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga

produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis

merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam

usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis.

Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpa dan

dua rantai beta.

Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai Beta dalam molekul

hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen.

Ada suatu kompensator yang meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai Beta

memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defektive.

Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini

menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau

hemosiderosis.

Kelebihan pada rantai alpa pada thalasemia Beta dan Gama ditemukan pada

thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit.

Globin intra-eritrositk yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida

alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul

eritrosit dan menyebabkan hemolisis.

Page 38: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih.

Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoitik

aktif. Kompensator produksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan

cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan

produksi dan distruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah

atau rapuh.

5. Klasifikasi

a. Secara molekuler talasemia dibedakan atas :

1). Thalasemia a (gangguan pembentukan rantai a)

Page 39: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

2). Thalasemia b (gangguan p[embentukan rantai b)

3). Thalasemia b-d (gangguan pembentukan rantai b dan d yang letak gen nya

diduga berdekatan).

4). Thalasemia d (gangguan pembentukan rantai d)

b. Secara klinis talasemia dibagi dalam 2 golongan yaitu :

1).Thalasemia Mayor (bentuk homozigot) Memberikan gejala klinis yang jelas

2).Thalasemia Minor biasanya tidak memberikan gejala klinis

6. Manifestasi klinis

manifestasi Klinis Thalasemia

a. Thalasemia mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1

tahun, yaitu:

Lemah

Pucat

Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur

Berat badan kurang

Tidak dapat hidup tanpa transfusi

b. Thalasemia intermedia : ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk heterozigot.

c. Thalasemia minor/thalasemia trait : ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk

homozigot.

Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:

Gizi buruk

Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba

Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa yang

besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja

Gejala khas adalah:

Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara

kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu

karena penimbunan besi

7. Prognosis

Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang

mencapai usia dekade ke-3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan

pemberian chelating agent untuk mengurangi hemosiderosis (harga mahal). Di negara

maju dengan fasilitas tranfusi yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang

Page 40: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

baik, usia dapat mencapai dekade ke-5 dan kualitas hidup yang lebih baik.

Jika dikemudian hari transplantasi sumsum tulang dapat diterapkan maka prognosisnya

akan menjadi lebih baik

8. Komplikasi

a. Pada talasemia minor, memiliki gejala ringan dan hanya menjadi pembawa sifat.

Sedangkan pada thalasemia mayor, tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup

sehingga harus mendapatkan tranfusi darah seumur hidup.

b. Risiko dari transfusi darah menyebabkan terjadinya pemindahan penyakit dari darah

donor ke penerima, misalnya, penyakit Hepatitis B, Hepatitis C, atau HIV. Reaksi

transfusi juga bisa membuat penderita menggigil dan panas.

c. anak dapat menderita kelebihan zat besi karena transfusi yang terus menerus .

Akibatnya, terjadi deposit zat besi. "Karena jumlahnya yang berlebih, maka zat besi ini

akhirnya ditempatkan di mana-mana." Misalnya, di kulit yang mengakibatkan kulit

penderita menjadi hitam. Deposit zat besi juga bisa merembet ke jantung, hati, ginjal,

paru, dan alat kelamin sekunder, sehingga terjadi gangguan fungsi organ. Misalnya,

tak bisa menstruasi pada anak perempuan karena ovariumnya terganggu. Jika

mengenai kelenjar ginjal, maka anak akan menderita diabetes atau kencing manis.

Tumpukan zat besi juga bisa terjadi di lever yang bisa mengakibatkan kematian

9. Pemeriksaan diagnostik

a. Thalasemia mayor:

1). Darah tepi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik, anisositosis, poikilositosis

dan adanya sel target;

2). jumlah retikulosit meningkat serta adanya sel seri eritrosit muda (normoblas).

3). Hb rendah, resistensi osmotik patologis.

4). Nilai eritrosit rata-rata (MC), volume eritrosit rata-rata (VER/MCV), hemoglobin

eritrosit rata-rata (HER/MCH) dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata

(KHER/MCMC) menurun.

5). Jumlah leukosit normal atau meningkat.

6). Kadar besi dalam serum normal atau meningkat.

7). Kadar bilirubin dalam serum meningkat. SGOT dan SGPT dapat meningkat karena

kerusakan parenkim hati oleh hemosiderosis.

b. Thalasemia minor:

1). Kadar Hb bervariasi.

Page 41: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

2). Gambaran darah tepi dapat menyerupai thalasemia mayor atau hanya sebagian.

3). Nilai VER dan HER biasanya menurun, sedangkan KHER biasanya normal.

4). Resistensi osmotik meningkat.

5). Pemeriksaan lebih maju adalah analisa DNA, DNA probing, gene blotting dan

pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction).

6). Gambaran radiologis tulang akan memperlihatkan medula yang lebar, korteks tipis

dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan pada anak besar

kadang-kdang terlihat brush appearance (menyerupai rambut berdiri potongan

pendek). Fraktur kompresi vertebra dapat terjadi. Tulang iga melebar terutama pada

bagian artikulasi dengan processus transversus.

10. Penatalaksanaan medik

a. Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan pasien thalasemia.

Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari 6 gr%) atau

bila anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.

b. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari pemberian transfusi

darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang

disebut hemosiderosis. Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian

Deferoxamine(desferal).

c. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun sebelum terjadi

pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu diberikan berbagai vitamin tanpa

preparat besi.

B. Management keperawatan

1. Pengkajian

a. Asal Keturunan / Kewarganegaraan

seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai

pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak Thalasemia

banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) diderita.

b. Umur

Page 42: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat

sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor

biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun.

c. Riwayat Kesehatan Anak

Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi

lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.

d. Pertumbuhan dan Perkembangan

Seirng didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang

sejak masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak,

adalah kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan

seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan

anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering

terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

e. Pola Makan

Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan

tidak sesuai usia.

f. Pola Aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak

tidur/istirahat karena anak mudah lelah.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga

Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua

juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia

mayor.

h. Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC)

Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor

resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan

resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.

i. Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia

KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia.

Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai

bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa

pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar.

Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan

Mulut dan bibir terlihat kehitaman

Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung

dan disebabkan oleh anemia kronik.

Page 43: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek

nomegali).

Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal

Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai

dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan

mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik.

Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi

warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya

penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

2. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang

diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan

kebutuhan.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan

untuk pembentukan sel darah merah normal.

d. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan

Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.

f. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

3. Intervensi dan implementasi

a. Dx 1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler

yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel.

Kriteria hasil :

Tidak terjadi palpitasi

Kulit tidak pucat

Membran mukosa lembab

Keluaran urine adekuat

Tidak terjadi mual/muntah dan distensil abdomen

Tidak terjadi perubahan tekanan darah

Orientasi klien baik.

Page 44: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Rencana keperawatan / intervensi :

Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membran mukosa, dasar

kuku.

Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi (kontra indikasi pada pasien dengan

hipotensi).

Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.

Kaji respon verbal melambat, mudah terangsang, agitasi, gangguan memori,

bingung.

Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat sesuai

indikasi.

Kolaborasi pemeriksaan laboratorium, Hb, Hmt, AGD, dll.

Kolaborasi dalam pemberian transfusi.

Awasi ketat untuk terjadinya komplikasi transfusi.

b. Dx. 2 intoleransi aktivitas berhubungan degnan ketidakseimbangan antara suplai O2

dan kebutuhan.

Kriteria hasil :

Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan dan

Tb masih dalam rentang normal pasien.

Intervensi :

Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan

dalam beraktivitas.

Awasi tanda-tanda vital selama dan sesudah aktivitas.

Catat respin terhadap tingkat aktivitas.

Berikan lingkungan yang tenang.

Pertahankan tirah baring jika diindikasikan.

Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.

Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat.

Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas.

Beri bantuan dalam beraktivitas bila diperlukan.

Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai

toleransi.

Gerakan teknik penghematan energi, misalnya mandi dengan duduk.

Page 45: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

c. Dx. 3 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan

untuk mencerna / ketidakmampuan mencerna makanan / absorbsi nutrien yang

diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.

Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan berat badan/ BB stabil.

Tidak ada malnutrisi.

Intervensi :

Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.

Observasi dan catat masukan makanan pasien.

Timbang BB tiap hari.

Beri makanan sedikit tapi sering.

Observasi dan catat kejadian mual, muntah, platus, dan gejala lain yang

berhubungan.

Pertahankan higiene mulut yang baik.

Kolaborasi dengan ahli gizi.

Kolaborasi Dx. Laboratorium Hb, Hmt, BUN, Albumin, Transferin, Protein, dll.

Berikan obat sesuai indikasi yaitu vitamin dan suplai mineral, pemberian Fe tidak

dianjurkan.

d. Dx. 4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dan novrologis.

Kriteria hasil :

Kulit utuh.

Intervensi :

Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, aritema dan

ekskoriasi.

Ubah posisi secara periodik.

Pertahankan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun.

e. Dx. 5. resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat:

penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit.

Kriteria hasil :

Tidak ada demam

Tidak ada drainage purulen atau eritema

Ada peningkatan penyembuhan luka

Intervensi :

Page 46: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

Pertahankan teknik septik antiseptik pada prosedur perawatan.

Dorong perubahan ambulasi yang sering.

Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.

Pantau dan batasi pengunjung.

Pantau tanda-tanda vital.

Kolaborasi dalam pemberian antiseptik dan antipiretik.

f. Dx. 6. Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber

informasi.

Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostika rencana

pengobatan.

Mengidentifikasi faktor penyebab.

Melakukan tindakan yang perlu/ perubahan pola hidup.

Intervensi :

Berikan informasi tentang thalasemia secara spesifik.

Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya thalasemia.

Rujuk ke sumber komunitas, untuk mendapat dukungan secara psikologis.

Konseling keluarga tentang pembatasan punya anak/ deteksi dini keadaan janin

melalui air ketuban dan konseling perinahan: mengajurkan untuk tidak menikah

dengan sesama penderita thalasemia, baik mayor maupun minor.

4. Evaluasi

a. Peningkatan perfusi jaringan

b. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.

c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

d. Dapat mempertahankan integritas kulit.

e. Infeksi tidak terjadi

f. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana

pengobatan.

REFERENSI

1. http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-thalasemia.html

2. http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html

Page 47: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN ANEMIA, LEUKEMIA

DAN THALASEMIA”

DI

S

U

S

U

N

OLEH :

ST. AMINAH IDRIS

PO.71.3.201.08.1.101

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES

MAKASSAR

Page 48: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia

PRODI KEPERAWATAN MAKASSAR

2010