as dentin baru

Upload: yanti-izanti

Post on 05-Apr-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    1/18

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Gigi sensitif merupakan salah satu keluhan yang paling sering

    ditemukan dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Gigi sensitif atau

    hipersensitifitas dentin umumnya dikeluhkan pasien setelah merasakan

    rasa sakit yang diakibatkan oleh salah satu dari pelbagai rangsang seperti

    rangsang termal, mekanik dan bahan kimia. (1) Reaksi rasa sakit setiap

    individu adalah berbeda dan bervariasi. Kondisi ini sering terjadi pada

    permukaan fasial gigi yang berdekatan bagian servikal dan sering

    ditemukan pada gigi premolar dan kaninus.

    Teori yang sering digunakan untuk menjelaskan mekanisme

    terjadinya hipersensitifitas dentin adalah teori hidrodinamik Brannstrom's

    dkk. Dokter gigi akan menggunakan berbagai teknik diagnostik untuk

    mengetahui penyebab gigi sensitif karena hipersensitifitas dentin, hanya

    dapat diobati jika diketahui penyebab dan faktor- predisposisinya. Terdapat

    dua macam pilihan perawatan yaitu perawatan invasif atau non-invasif.

    First line treatment pada kasus ini adalah dentrifice yang mengandungbahan aktif desensitifitas misalnya kalium nitrat atau stannous fluoride. (1)

    Penanggulangan masalah hipersensitifitas dentin membutuhkan dokter gigi

    untuk mengenal pasti penyebabnya dan mengedukasi pasien mengenai

    asupan makanan tertentu yang dapat mengakibatkan hipersensitifitas

    dentin dan cara menyikat gigi yang benar. (2)

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    2/18

    BAB 2

    2.1 Definisi(3)

    Hipersensitifitas dentin adalah reaksi rasa sakit yang tajam dan

    singkat, terjadi karena bagian dentin yang terbuka mengenai stimuli

    mekanikal (saat sikat gigi), stimuli termal (es), atau stimuli bahan kimia.

    Hipersensitifitas dentin sering berhubungan dengan dentin yang

    terbuka tetapi tidak semua dentin yang terbuka akan mengalami rasa

    sensitif.

    Dentin terbuka adalah bagian dentin yang terlihat dan mengenai oral

    kavitas disebabkan karena tidak adanya enamel (mahkota) atau sementum

    (akar) yang biasanya menutupi bagian dentin ini. Dentin dapat terbuka

    pada daerah yang kecil atau meluas pada gigi. Rasa sakit hipersensifitas

    dentin bersifat tidak tetap dimana pasien dapat merasakan rasa sakit ini

    pada saat tertentu sedangkan pada saat lain pasien tidak merasakannya.

    2.2 Insidensi dan prevalensi hipersensitifitas dentin

    Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan (2000,2007)

    ditemukan bahwa hipersensitifitas dentin mengenai 8 - 57 % dari populasi

    orang dewasa dan sering kali terkait dengan dentin yang terbuka terhadap

    lingkungan oral. (2)

    Hipersensitifitas dentin sering ditemukan pada usia 20 sampai 30

    tahun dan timbul kembali pada usia 50 tahun. Sering kali mengenai

    permukaan fasial gigi pada daerah servikal terutama pada gigi premolar

    dan kaninus. (1) Daerah servikal gigi rentan terhadap sensitifitas karena

    sementum pada daerah ini sangat tipis dan prosedur scalling dan root

    planning dapat mengakibatkan jaringan sementum ini terangkat.(4)

    Sedangkan insidensi pada gigi insisif sangat sedikit sekali.(5)

    Daripenelitian yang telah dilakukan ditemukan juga insidensi hipersensitifitas

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    3/18

    dentin yang lebih tinggi dikalangan wanita dibandingkan pasien laki-laki.

    Hubungan antara hipersensitifitas dentin dengan usia masih tidak

    diketahui dengan jelas, tetapi ada pendapat yang mengatakan seiring

    dengan bertambahnya umur prevalensi hipersensitifitas dentin akan

    bertambah karena umumnya akan terjadi resesi gingiva, hilangnya enamel

    dan sementum secara fisiologis pada orang tua. Namun terdapat juga

    penelitian yang mengatakan bahwa hipersensitifitas dentin akan menurun

    seiring dengan bertambahnya usia. Pendapat ini dikuatkan dengan teori

    berkurangnya permeabilitas dentin dan sensitifitas neural akibat proses

    degenerasi dan terjadinya desensitifitas natural akibat sclerosis dan

    pembentukan dentin sekunder.

    Pasien yang telah menjalani perawatan periodontal sangat rentan

    terhadap hipersensititas dentin karena terjadinya resesi gingiva setelah

    tindakan bedah periodontal atau hilangnya sementum pada terapi

    periodontal non-bedah. Penyakit periodontal dan cara sikat gigi yang tidak

    benar juga dapat mengakibatkan terjadinya resesi sehingga terjadinya gigi

    sensitif. (1,4)

    2.3 Etiologi hipersensitifitas dentin

    Umumnya dentin akan ditutupi oleh enamel pada mahkota gigi dan

    lapisan protektif yang dikenal sebagai sementum pada akar gigi. Dentin

    mengandung beribu-ribu struktur tubuli yang mikroskopik dengan ukuran

    0,5 - 2 mikron per diameter. (6)

    Hipersensitifitas dentin terjadi saat dentin terbuka disebabkan olehhilangnya jaringan enamel diikuti oleh asam yang bekerja secara terus-

    menerus mengakibatkan tubuli-tubuli dentin terbuka atau disebabkan oleh

    permukaan akar yang terbuka(denuded) akibat kehilangan jaringan

    struktur seperti sementum atau dapat juga disebabkan gabungan dari

    faktor-faktor diatas. (2)

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    4/18

    Gambar 1 : Hilangnya jaringan enamel mengakibatkan dentin terbuka dan

    mengenai oral kavitas.

    Hilangnya jaringan enamel dapat disebabkan oleh abrasi, erosi atau

    korosi. Abrasi adalah hilangnya permukaan gigi secara abnormal akibat

    gaya friksi antara gigi dengan obyek eksternal sedangkan erosi adalah

    hilangnya permukaan gigi akibat bahan kimia seperti regurgitasi asam

    lambung. (7)

    Gambar 2 : Gigi abrasi sehingga terlihat jaringan dentin.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    5/18

    Gambar 3 : Gigi yang erosi akibat dari bahan kimia.

    Pada individu tertentu, sementum dan enamel yang biasanya

    menutupi jaringan dentin tidak tertutup dan tidak bertemu pada cemento

    enamel junction(CEJ) mengakibatkan dentin terbuka karena anomali

    perkembangan.

    Studi yang dilakukan menunjukkan terbukanya dentin dapat

    disebabkan karena : (2)

    1-Kurangnya sikat gigi atau sikat gigi yang berlebihan.

    Cara sikat gigi yang menimbulkan trauma disebabkan letak sikat gigi

    yang salah, tekanan saat menyikat gigi yang berlebihan malah jarangnya

    menyikat gigi akan menyebabkan akumulasi plak dan terjadinya inflamasi

    jaringan gingiva sehingga mengakibatkan komplikasi pada jaringan

    periodontal dan migrasi jaringan gingiva ke arah apikal dengan dentin dan

    sementum terbuka. Prosedur oral hygiene yang dikerjakan secaraberlebihan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya rasa sakit.

    2.Tingkatan oral hygiene yang rendah.

    Pasien dengan oral hygiene yang buruk mempunyai risiko yang tinggi

    untuk mengalami kerusakan jaringan periodontal, kehilangan tulang

    pendukung dan terbukanya akar gigi.Terbukanya akar gigi terkait dengan

    hipersensitifitas dentin dan dapat diperparah dengan kerja asam yangdisekresi oleh bakteri sehingga mengakibatkan tubuli dentin terbuka.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    6/18

    3.Terapi periodontal yang terkait dengan hipersensitifitas dentin adalah

    terbukanya tubuli dentin selepas pembuangan kalkulus supra dan sub-

    gingival. Faktor lain adalah terangkatnya jaringan sementum yang

    menutupi akar atau akar dentin saat terapi periodontal.

    Hipersensitifitas dentin juga dapat terjadi pada pasien terapi

    periodontal yang berhasil sehingga sampai proses penyembuhan tetapi

    mengakibatkan sedikit daerah akar gigi terbuka(resesi gingiva). Kondisi ini

    sering ditemukan pada terapi bedah periodontal tetapi dapat juga terjadi

    pada terapi non-bedah. (3)

    4. Terpapar terhadap asam bakteri yang terdapat dalam diet, produk kimia

    dan obat-obatan dengan pH yang rendah memicu kepada hilangnya

    struktur gigi. Proses ini dikenal sebagai erosi dan akan mengakibatkan zona

    enamel menjadi lebih lunak . Pada daerah servikal, jaringan enamel yang

    tipis dapat hancur secara perlahan-lahan dan dentin terbuka terhadap

    lingkungan oral. Lingkungan yang asam juga dapat menyebabkan tubuli

    dentin terbuka dan mengakibatkan gigi menjadi lebih sensitif. Proses ini

    dapat dikaitkan dengan abrasi, terutamanya pada kasus diet asam atau

    refluks gastrik yang berhubungan dengan sikat gigi sejurus setelah proses

    ini terjadi.

    5. Kontak oklusal dengan tekanan yang berlebihan dan kontak oklusal yang

    prematur. (2,8)

    Tekanan yang berlebihan sangat terkait dengan deformasi gigi dan

    fleksi sehingga mengakibatkan terjadinya fraktur pada kristal enamel pada

    daerah servikal, yang membawa kepada terbukanya korona dentin dan

    pada kasus yang lebih parah terbukanya koronal dan dentin gigi. Lesi ini

    diklasifikasikan sebagai abfraksi, tidak berhubung dengan asupan diet,

    penyakit periodontal atau abrasi. Namun ia dapat menjadi faktor

    predisposisi terhadap hipersensitifitas dentin.

    2.6 Gejala klinis (5)

    Hipersensitifitas dentin akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    7/18

    pasien. Pasien biasanya mengeluh rasa sakit yang ringan atau tajam,

    timbul pada waktu yang spesifik atau tidak tentu dan dapat secara

    intermitten atau menetap. Gigi yang menunjukkan gejala-gejala yang

    sedemikian jarang diperhatikan dibandingkan gigi yang karies dan gigiyang mengalami masalah endodontik atau periodontik.

    2.7 Diagnosis dan manajemen klinik hipersensitifitas

    dentin

    Manajemen klinik hipersensitifitas dentin tergantung pada diagnosis

    yang benar dan mempertimbangkan beberapa faktor tertentu seperti

    keparahan, lokalisasi, generalisasi atau pencegahan terhadap faktorpenyebab. Untuk menangani kasus ini, dibutuhkan edukasi pada pasien

    mengenai tindakan oral hygiene (misalnya tipe dan jenis sikat gigi yang

    dipakai serta sikat gigi sebelum atau selepas makan), asupan diet( seperti

    kekerapan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

    asam) dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. (2)

    Hipersensitifitas dentin memerlukan penegakkan diagnosa yang

    benar dan operator harus mengetahui diagnosa banding yang tepat karena

    terbukanya dentin akibat karies, inflamasi pulpa atau mahkota yang fraktur

    dapat menimbulkan gejala yang sama. (4,5) Selain itu, restorasi yang pecah,

    bocornya dinding marginal dan pulpitis juga dianggap sebagai diagnosa

    banding hipersensitifitas dentin. (1) Anamnesis yang benar dengan

    pemeriksaan klinis dan radiografis yang teliti akan dapat membedakan

    hipersensitifitas dentin dengan kondisi patologis lain yang mengenai gigi

    tersebut. (2)

    Antara alat-alat yang dipakai untuk penegakan diagnosis

    hipersensitifitas dentin adalah water syringe (rangsang termal),

    explorer(rangsang taktil), tes perkusi, tes tekanan gigitan( oklusal

    adjusment) dan tes termal lain seperti es dan pemeriksaan oklusi gigi. (1)

    Biasanya dokter akan menggunakan explorer atau udara yang ditekan dari

    syringe yang kosong pada permukaan dentin yang terbuka untuk

    mendapatkan tindak balas dari pasien. (2)

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    8/18

    Rangsang taktil dengan explorer adalah metode yang paling mudah,

    cepat dan tepat untuk mengidentifikasi daerah yang diduga mengalami

    hipersensifitas dentin. Metode ini dikerjakan dengan menyentuh daerah

    servikal gigi yang terbuka dengan probe bermula dari distal dan menujukearah

    mesial, pemeriksaan dilakukan terhadap semua gigi yang dirasakan

    sensitif. (2) Pasien dapat membantu dalam penegakkan diagnosis dengan

    mengidentifikasi rasa sakit yang ditimbulkan akibat rangsang yang diberi

    dan menjelaskan rasa sakit yang dialami. Respon pasien terhadap stimuli

    adalah berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada ambang rasa sakit

    individu, kondisi mental dan lingkungan yang mempengaruhi variasi rasa

    sakit pada setiap pasien. (1)

    Untuk memperoleh diagnosis yang benar, evaluasi yang teliti dan

    pemeriksaan untuk membandingkan gigi yang sensitif dengan gigi yang

    lain serta eliminasi penyebab rasa sakit yang lain sangat penting.

    2.8 Mekanisma Hipersensitifitas dentin

    Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan teori terjadinyahipersensitifitas dentin. Antaranya adalah teori hidrodinamik, teori

    odontoblastics transducer dan teori neural. Mekanisma yang paling tepat

    mengenai terjadinya hipersensitifitas dentin masih dikaji namun teori yang

    paling dipercayai dan diterima adalah teori hidrodinamik yang ditemukan

    oleh Brannstrom dkk.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    9/18

    Gambar 4 : Rangsang rasa sakit pada syaraf yang berhubung dengan

    hipersensitifitas dentin.

    Menurut Brannstrom dkk, saat terjadinya perubahan suhu atau

    perubahan osmotik, cairan yang terdapat dalam tubuli dentin akanmerangsang syaraf reseptor(baroreseptor) yang sensitif terhadap tekanan

    sehingga terjadinya transmisi rangsangan. Dasar kepada teori ini adalah

    tubuli dentin yang terisi penuh dengan cairan akan berkontak langsung

    terhadap lingkungan oral. (5)

    Tubuli dentin secara mikroskopiknya adalah seperti terowongan yang

    kecil, panjang dan akan berpenetrasi kedalam jaringan dentin. Sebagian

    dari tubuli dentin akan terisi dengan prosesus odontoblas yaitu jaringan

    sitoplasma yang berbentuk seperti ekor tipis yang memanjang dari jaringan

    pulpa ke dentoenamel junction.(dej) (3)

    Gambar 5: Deskriptif mengenai teori hidrodinamik Brannstroms dkk.

    Umumnya, serabut syaraf yang dirangsang oleh pelbagai stimuli

    dapat dijelaskan dengan teori hidrodinamik. Sebagai contoh pada kasus

    dehidrasi dimana terjadi pergerakan air melewati permukaan dentin yang

    terbuka mengakibatkan cairan tubuli dentin bergerak kearah permukaan

    yang terdehidrasi. Ini akan merangsang serabut syaraf dan akhirnya

    menimbulkan rasa sakit.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    10/18

    Gambar 6 : Rangsangan rasa sakit akibat pergerakan cairan dalam tubuli dentin.

    Perubahan termal dapat mengakibatkan terjadinya ekspansi dan

    kontraksi tubuli dentin sehingga cairan tubuli dentin mengalami perubahan

    dan serabut syaraf terangsang menyebabkan timbulnya rasa sakit. (6)

    Selain dari teori hidrodinamik, terdapat juga teori-teori lain yang

    digunakan untuk menjelaskan mengenai mekanisma terjadinya

    hipersensitifitas dentin yaitu teori odontoblastic transduction . Menurut teori

    ini, prosesus odontoblas terbuka terhadap/berkontak langsung dengan

    permukaan dentin dan dapat dirangsang oleh pelbagai stimuli seperti

    stimuli kimia atau mekanik. Akibatnya, neurotransmiter akan dilepaskan

    dan impuls akan disalurkan ke serabut syaraf.

    Menurut teori neural pula, terjadinya hipersensitifitas dentin adalahhampir sama dengan teori odontoblastic tetapi perbedaannya hanya pada

    stimuli termal dan mekanik yang langsung mempengaruhi serabut syaraf

    didalam tubuli dentin lewat serabut pulpa.

    2.9 Perawatan hipersensitifitas dentin

    Saat tubuli dentin terbuka, permukaan gigi secara natural akan

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    11/18

    mengalami proses kristalisasi dan oklusi(penghambatan) tubuli dentin yang

    terbuka. Proses ini akan mengambil waktu beberapa minggu untuk

    berjalan. Banyak obat-obatan telah dicoba dan dipakai untuk menutup

    tubuli dentin secara sementara dan memberi waktu kepada proses iniuntuk berjalan. Untungnya kebanyakan kasus hipersensitifitas dentin

    biasanya hanya menimbulkan rasa sakit yang sederhana dan akan

    membaik sendiri dalam jangka waktu beberapa minggu jika permukaan

    akar yang terbuka dipastikan bersih dari plak. Namun pada beberapa kasus

    yang parah, hipersensitifitas dentin dapat menyebabkan penderita tidak

    dapat melakukan prosedur pembersihan oral hygiene dengan baik.

    Gambar 7: Oklusi atau penghambatan tubuli dentin bagi mengurangkan rasa

    sakit.

    Menurut Grossman(1935), perawatan hipersensitifitas dentin yang

    ideal haruslah mencakupi beberapa hal yaitu: perawatan harus dapat

    bekerja dengan cepat, efektif untuk jangka waktu yang lama, mudah untuk

    diaplikasikan oleh pasien sendiri, tidak mengiritasi pulpa, tidak

    menimbulkan rasa sakit dan tidak meninggalkan stain pada gigi. (2)

    Penanggulangan atau kontrol hipersensitifitas dentin dapat dilakukan

    dengan mengeliminasi faktor penyebab dan juga menggunakan agen

    desensitisasi. (8) Jika penyebab hipersensitifitas dentin adalah karena

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    12/18

    kebiasaan oral hygiene atau asupan diet, perlu dilakukan perubahan atau

    modifikasi kebiasaan pasien seperti mengurangkan pengambilan makanan

    yang mengandung asam dan mengedukasi pasien mengenai cara sikat gigi

    yang benar karena salah satu penyebab hipersensitifitas dentin adalah carasikat gigi yang salah. (6) Selain itu, dokter gigi dapat juga merekomendasikan

    penggunaan agen desensitisasi dirumah atau dilakukan aplikasi agen

    desensitisasi topikal secara profesional di tempat praktek. (1)

    Perawatan dapat bersifat invasif atau non-invasif. Prosedur invasif

    termasuk bedah gingiva, aplikasi resin atau pulpektomi. Malah dilaporkan 4

    tipe laser telah digunakan untuk perawatan hipersensitifitas dentin dengan

    persentase keberhasilan antara 5,2 sehingga 100%.

    Sedangkan untuk perawatan yang bersifat non-invasif adalah agen

    topikal atau dentrifices yang mengandung bahan aktif desensitisasi.

    Perawatan ini merupakan first line treatment bagi pasien karena mudah,

    menjimatkan biaya dan sangat efektif. Kebanyakan dentrifices

    mengandung strontium klorida, kalium nitrat, dan natrium sitrat. (4) Cara

    kerja dentrifices adalah dengan menutup tubuli dentin dengan presipitasi

    kalsium fosfat pada permukaan dentin. Kalsium merupakan salah satu

    komponen dalam dentrifices . (2) Sedangkan Ion kalium dalam kalium nitrat

    akan menghambat sinaps antara serabut syaraf dan mengurangkan

    rangsangan syaraf yang terkait dengan rasa sakit. (1)

    Menurut literatur lain, perawatan hipersensitifitas dentin terbagi

    kepada dua yaitu tubular occlusion atau menghambat aktifitas syaraf

    dengan cara diffusi ion langsung, meningkatkan konsentrasi ion natriumyang bekerja pada serabut sensorik pulpa.

    Terapi oklusi (penghambatan) tubuli dentin sering digunakan karena

    diyakini dengan menutupi permukaan dentin dapat menghalang

    pergerakan cairan didalam tubuli dentin dan mengurangkan

    hipersensitifitas dentin. Untuk perawatan tipe ini bahan yang biasa dipakai

    adalah oksalat, klorida dan fluorida. Aplikasi fluor secara topikal oleh dokter

    gigi sangat direkomendasi terutamanya setelah perawatan periodontal

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    13/18

    untuk mengurangkan ketidaknyamanan pasien . Produk yang mengandung

    fluor seperti dentrifices atau obat kumor terbukti bermanfaat pada pasien

    dengan mengurangkan sensitifitas dan solubilitas dentin selain dari

    menghambat karies.

    Fluor seperti natrium fluoride dan stannous fluoride dapat

    mengurangkan hipersensitifitas dentin dengan cara membentuk dinding

    dari presipitasi kristal kalsium fluoride yang terbentuk didalam tubuli

    dentin.

    Presipitasi ini merupakan campuran dari kalsium fluoride dan fluor

    apatit. Jika fluor apatit merupakan komponen predominan pada presipitasi

    itu, oklusi yang stabil akan terbentuk karena ia lebih jenuh dibandingkan

    dengan saliva dan akan terdeposit ditubuli dentin.

    Gambar 8: Ion kalsium yang menghambat respon neural terhadap rangsangrasa sakit.

    Metode terbaru dalam merawat hipersensitifitas dentin adalah

    dengan menggunakan varnis atau agen bonding untuk menghambat tubuli

    dentin. Bahan restoratif seperti glass ionomer cement (GIC) dan agen

    bonding dentin dapat digunakan jika gigi memerlukan tindakan rekonturing

    atau pada gigi yang tidak memberikan reaksi pada perawatan lain. Bahan

    restoratif seperti resin, sealant dan varnis hanya berkesan untuk jangka

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    14/18

    waktu yang pendek dan dapat hilang seiring waktu sehingga

    hipersensitifitas dentin dapat kambuh kembali. (4) Resin komposit, GIC dan

    varnis bekerja sebagai filling , menutup jalan masuk tubuli dentin dan

    menghambat sensitifitas dengan membentuk dinding penutup. Namun,terapi dengan bahan restoratif hanya diindikasikan jika terdapat kehilangan

    jaringan dental. (2)

    Faktor lain yang harus diperhatikan dalam mengeliminasi atau

    mengurangkan hipersensitifitas dentin adalah kontrol plak yang berterusan.

    Akumulasi plak pada permukaan akar dapat mengakibatkan terjadinya

    demineralisasi pada gigi yang berhubung dengan terbukanya tubuli dentin.

    Pasien dengan kontrol plak yang baik, kasus hipersensitifitas dentin sangatsedikit ditemukan dibandingkan pasien dengan oral hygiene yang buruk. (5)

    Tabel 1 : Pilihan perawatan hipersensitifitas dentin (2)

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    15/18

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    16/18

    BAB 3

    KESIMPULAN

    Hipersensitifitas dentin merupakan satu masalah yang sering terjadi

    pada masyarakat umum. Penyebab utama hipersensitifitas dentin adalah

    karena dentin terbuka dan disertai faktor -faktor predisposisi yang lain

    seperti rangsang rasa manis, dingin dan mekanik.

    Teori yang digunakan untuk menjelaskan mekanisma terjadinya

    hipersensitifitas dentin adalah teori hidrodinamik dan teori ini telah

    dibuktikan dalam banyak penelitian -penelitian yang dilakukan. Menurut

    teori hidrodinamik, cairan yang terdapat pada tubuli dentin yang berperan

    menimbulkan rasa sakit. Adanya rangsang termal atau kimiawi akan

    mengakibatkan cairan ini bergerak dan menstimulasi baroreseptor

    sehingga terjadinya transmisi rangsang pada syaraf dan menimbulkan rasa

    sakit.

    Prinsip perawatan hipersensitifitas dentin adalah secara tubular

    occlusion atau menghambat aktifitas syaraf dengan cara diffusi ion

    langsung, meningkatkan konsentrasi ion natrium yang bekerja pada

    serabut sensorik pulpa.Selain itu, dentrifices , obat kumor dan pasta gigi

    yang mengandung bahan aktif desentisasi juga dapat disarankan kepada

    pasien untuk mengurangkan hipersensitifitas dentin.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    17/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Patricia A. Walters. Dentinal Hypersensitivity : A Review. The journal of

    Contemporary Dental Practice, Vol. 6, No.2, May 15, 2005.

    2. Isabel C.C.M, Ana K. M, Marcos A. J. Diagnosis and treatment of dentinal

    hypersensitivity. Journal of Oral Science, Vol.51, No. 3, 323-332, 2009.

    3. Jill S. Nield-Gehrig, Donald E. Willmann. Foundation of Periodontics for the

    Dental Hygienist. 2 nd Ed: Wolters Kluwer Inc; 2008.

    4. Newman M G, Takei H, Klollevold P, Carranza F, Odont D R. Carranzas

    Clinical Periodontology. 10 th Ed: Saunders Elsevier Inc;2006.

    5. PM Bartold. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dental Journal,

    Vol. 51, No.3, 212-218, 2006.

    6. Chun-hung Chu. Management of Dentine Hypersensitivity. Vol. 15, No.3,March 2010.

    7. Theodore M. Roberson, Harald O.H, Edward J.S. Studevant's Art and

    Science of Operative Dentistry. 5 th Ed: Mosby Elsevier Inc; 2009.

    8. Peter F. Fedi. The Periodontic Syllabus. Lea & Febiger Philadelphia;1985.

  • 7/31/2019 as Dentin Baru

    18/18

    HIPERSENSITIFITAS DENTIN

    Nama : Nur Izanti bt Mohd Surat

    Nim : 2011 - 16- 126

    Pembimbing : Drg Amelia

    Kristiani,sp perio.