as dentin baru
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 as Dentin Baru
1/18
BAB 1
PENDAHULUAN
Gigi sensitif merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien. Gigi sensitif atau
hipersensitifitas dentin umumnya dikeluhkan pasien setelah merasakan
rasa sakit yang diakibatkan oleh salah satu dari pelbagai rangsang seperti
rangsang termal, mekanik dan bahan kimia. (1) Reaksi rasa sakit setiap
individu adalah berbeda dan bervariasi. Kondisi ini sering terjadi pada
permukaan fasial gigi yang berdekatan bagian servikal dan sering
ditemukan pada gigi premolar dan kaninus.
Teori yang sering digunakan untuk menjelaskan mekanisme
terjadinya hipersensitifitas dentin adalah teori hidrodinamik Brannstrom's
dkk. Dokter gigi akan menggunakan berbagai teknik diagnostik untuk
mengetahui penyebab gigi sensitif karena hipersensitifitas dentin, hanya
dapat diobati jika diketahui penyebab dan faktor- predisposisinya. Terdapat
dua macam pilihan perawatan yaitu perawatan invasif atau non-invasif.
First line treatment pada kasus ini adalah dentrifice yang mengandungbahan aktif desensitifitas misalnya kalium nitrat atau stannous fluoride. (1)
Penanggulangan masalah hipersensitifitas dentin membutuhkan dokter gigi
untuk mengenal pasti penyebabnya dan mengedukasi pasien mengenai
asupan makanan tertentu yang dapat mengakibatkan hipersensitifitas
dentin dan cara menyikat gigi yang benar. (2)
-
7/31/2019 as Dentin Baru
2/18
BAB 2
2.1 Definisi(3)
Hipersensitifitas dentin adalah reaksi rasa sakit yang tajam dan
singkat, terjadi karena bagian dentin yang terbuka mengenai stimuli
mekanikal (saat sikat gigi), stimuli termal (es), atau stimuli bahan kimia.
Hipersensitifitas dentin sering berhubungan dengan dentin yang
terbuka tetapi tidak semua dentin yang terbuka akan mengalami rasa
sensitif.
Dentin terbuka adalah bagian dentin yang terlihat dan mengenai oral
kavitas disebabkan karena tidak adanya enamel (mahkota) atau sementum
(akar) yang biasanya menutupi bagian dentin ini. Dentin dapat terbuka
pada daerah yang kecil atau meluas pada gigi. Rasa sakit hipersensifitas
dentin bersifat tidak tetap dimana pasien dapat merasakan rasa sakit ini
pada saat tertentu sedangkan pada saat lain pasien tidak merasakannya.
2.2 Insidensi dan prevalensi hipersensitifitas dentin
Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan (2000,2007)
ditemukan bahwa hipersensitifitas dentin mengenai 8 - 57 % dari populasi
orang dewasa dan sering kali terkait dengan dentin yang terbuka terhadap
lingkungan oral. (2)
Hipersensitifitas dentin sering ditemukan pada usia 20 sampai 30
tahun dan timbul kembali pada usia 50 tahun. Sering kali mengenai
permukaan fasial gigi pada daerah servikal terutama pada gigi premolar
dan kaninus. (1) Daerah servikal gigi rentan terhadap sensitifitas karena
sementum pada daerah ini sangat tipis dan prosedur scalling dan root
planning dapat mengakibatkan jaringan sementum ini terangkat.(4)
Sedangkan insidensi pada gigi insisif sangat sedikit sekali.(5)
Daripenelitian yang telah dilakukan ditemukan juga insidensi hipersensitifitas
-
7/31/2019 as Dentin Baru
3/18
dentin yang lebih tinggi dikalangan wanita dibandingkan pasien laki-laki.
Hubungan antara hipersensitifitas dentin dengan usia masih tidak
diketahui dengan jelas, tetapi ada pendapat yang mengatakan seiring
dengan bertambahnya umur prevalensi hipersensitifitas dentin akan
bertambah karena umumnya akan terjadi resesi gingiva, hilangnya enamel
dan sementum secara fisiologis pada orang tua. Namun terdapat juga
penelitian yang mengatakan bahwa hipersensitifitas dentin akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia. Pendapat ini dikuatkan dengan teori
berkurangnya permeabilitas dentin dan sensitifitas neural akibat proses
degenerasi dan terjadinya desensitifitas natural akibat sclerosis dan
pembentukan dentin sekunder.
Pasien yang telah menjalani perawatan periodontal sangat rentan
terhadap hipersensititas dentin karena terjadinya resesi gingiva setelah
tindakan bedah periodontal atau hilangnya sementum pada terapi
periodontal non-bedah. Penyakit periodontal dan cara sikat gigi yang tidak
benar juga dapat mengakibatkan terjadinya resesi sehingga terjadinya gigi
sensitif. (1,4)
2.3 Etiologi hipersensitifitas dentin
Umumnya dentin akan ditutupi oleh enamel pada mahkota gigi dan
lapisan protektif yang dikenal sebagai sementum pada akar gigi. Dentin
mengandung beribu-ribu struktur tubuli yang mikroskopik dengan ukuran
0,5 - 2 mikron per diameter. (6)
Hipersensitifitas dentin terjadi saat dentin terbuka disebabkan olehhilangnya jaringan enamel diikuti oleh asam yang bekerja secara terus-
menerus mengakibatkan tubuli-tubuli dentin terbuka atau disebabkan oleh
permukaan akar yang terbuka(denuded) akibat kehilangan jaringan
struktur seperti sementum atau dapat juga disebabkan gabungan dari
faktor-faktor diatas. (2)
-
7/31/2019 as Dentin Baru
4/18
Gambar 1 : Hilangnya jaringan enamel mengakibatkan dentin terbuka dan
mengenai oral kavitas.
Hilangnya jaringan enamel dapat disebabkan oleh abrasi, erosi atau
korosi. Abrasi adalah hilangnya permukaan gigi secara abnormal akibat
gaya friksi antara gigi dengan obyek eksternal sedangkan erosi adalah
hilangnya permukaan gigi akibat bahan kimia seperti regurgitasi asam
lambung. (7)
Gambar 2 : Gigi abrasi sehingga terlihat jaringan dentin.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
5/18
Gambar 3 : Gigi yang erosi akibat dari bahan kimia.
Pada individu tertentu, sementum dan enamel yang biasanya
menutupi jaringan dentin tidak tertutup dan tidak bertemu pada cemento
enamel junction(CEJ) mengakibatkan dentin terbuka karena anomali
perkembangan.
Studi yang dilakukan menunjukkan terbukanya dentin dapat
disebabkan karena : (2)
1-Kurangnya sikat gigi atau sikat gigi yang berlebihan.
Cara sikat gigi yang menimbulkan trauma disebabkan letak sikat gigi
yang salah, tekanan saat menyikat gigi yang berlebihan malah jarangnya
menyikat gigi akan menyebabkan akumulasi plak dan terjadinya inflamasi
jaringan gingiva sehingga mengakibatkan komplikasi pada jaringan
periodontal dan migrasi jaringan gingiva ke arah apikal dengan dentin dan
sementum terbuka. Prosedur oral hygiene yang dikerjakan secaraberlebihan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya rasa sakit.
2.Tingkatan oral hygiene yang rendah.
Pasien dengan oral hygiene yang buruk mempunyai risiko yang tinggi
untuk mengalami kerusakan jaringan periodontal, kehilangan tulang
pendukung dan terbukanya akar gigi.Terbukanya akar gigi terkait dengan
hipersensitifitas dentin dan dapat diperparah dengan kerja asam yangdisekresi oleh bakteri sehingga mengakibatkan tubuli dentin terbuka.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
6/18
3.Terapi periodontal yang terkait dengan hipersensitifitas dentin adalah
terbukanya tubuli dentin selepas pembuangan kalkulus supra dan sub-
gingival. Faktor lain adalah terangkatnya jaringan sementum yang
menutupi akar atau akar dentin saat terapi periodontal.
Hipersensitifitas dentin juga dapat terjadi pada pasien terapi
periodontal yang berhasil sehingga sampai proses penyembuhan tetapi
mengakibatkan sedikit daerah akar gigi terbuka(resesi gingiva). Kondisi ini
sering ditemukan pada terapi bedah periodontal tetapi dapat juga terjadi
pada terapi non-bedah. (3)
4. Terpapar terhadap asam bakteri yang terdapat dalam diet, produk kimia
dan obat-obatan dengan pH yang rendah memicu kepada hilangnya
struktur gigi. Proses ini dikenal sebagai erosi dan akan mengakibatkan zona
enamel menjadi lebih lunak . Pada daerah servikal, jaringan enamel yang
tipis dapat hancur secara perlahan-lahan dan dentin terbuka terhadap
lingkungan oral. Lingkungan yang asam juga dapat menyebabkan tubuli
dentin terbuka dan mengakibatkan gigi menjadi lebih sensitif. Proses ini
dapat dikaitkan dengan abrasi, terutamanya pada kasus diet asam atau
refluks gastrik yang berhubungan dengan sikat gigi sejurus setelah proses
ini terjadi.
5. Kontak oklusal dengan tekanan yang berlebihan dan kontak oklusal yang
prematur. (2,8)
Tekanan yang berlebihan sangat terkait dengan deformasi gigi dan
fleksi sehingga mengakibatkan terjadinya fraktur pada kristal enamel pada
daerah servikal, yang membawa kepada terbukanya korona dentin dan
pada kasus yang lebih parah terbukanya koronal dan dentin gigi. Lesi ini
diklasifikasikan sebagai abfraksi, tidak berhubung dengan asupan diet,
penyakit periodontal atau abrasi. Namun ia dapat menjadi faktor
predisposisi terhadap hipersensitifitas dentin.
2.6 Gejala klinis (5)
Hipersensitifitas dentin akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada
-
7/31/2019 as Dentin Baru
7/18
pasien. Pasien biasanya mengeluh rasa sakit yang ringan atau tajam,
timbul pada waktu yang spesifik atau tidak tentu dan dapat secara
intermitten atau menetap. Gigi yang menunjukkan gejala-gejala yang
sedemikian jarang diperhatikan dibandingkan gigi yang karies dan gigiyang mengalami masalah endodontik atau periodontik.
2.7 Diagnosis dan manajemen klinik hipersensitifitas
dentin
Manajemen klinik hipersensitifitas dentin tergantung pada diagnosis
yang benar dan mempertimbangkan beberapa faktor tertentu seperti
keparahan, lokalisasi, generalisasi atau pencegahan terhadap faktorpenyebab. Untuk menangani kasus ini, dibutuhkan edukasi pada pasien
mengenai tindakan oral hygiene (misalnya tipe dan jenis sikat gigi yang
dipakai serta sikat gigi sebelum atau selepas makan), asupan diet( seperti
kekerapan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
asam) dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain. (2)
Hipersensitifitas dentin memerlukan penegakkan diagnosa yang
benar dan operator harus mengetahui diagnosa banding yang tepat karena
terbukanya dentin akibat karies, inflamasi pulpa atau mahkota yang fraktur
dapat menimbulkan gejala yang sama. (4,5) Selain itu, restorasi yang pecah,
bocornya dinding marginal dan pulpitis juga dianggap sebagai diagnosa
banding hipersensitifitas dentin. (1) Anamnesis yang benar dengan
pemeriksaan klinis dan radiografis yang teliti akan dapat membedakan
hipersensitifitas dentin dengan kondisi patologis lain yang mengenai gigi
tersebut. (2)
Antara alat-alat yang dipakai untuk penegakan diagnosis
hipersensitifitas dentin adalah water syringe (rangsang termal),
explorer(rangsang taktil), tes perkusi, tes tekanan gigitan( oklusal
adjusment) dan tes termal lain seperti es dan pemeriksaan oklusi gigi. (1)
Biasanya dokter akan menggunakan explorer atau udara yang ditekan dari
syringe yang kosong pada permukaan dentin yang terbuka untuk
mendapatkan tindak balas dari pasien. (2)
-
7/31/2019 as Dentin Baru
8/18
Rangsang taktil dengan explorer adalah metode yang paling mudah,
cepat dan tepat untuk mengidentifikasi daerah yang diduga mengalami
hipersensifitas dentin. Metode ini dikerjakan dengan menyentuh daerah
servikal gigi yang terbuka dengan probe bermula dari distal dan menujukearah
mesial, pemeriksaan dilakukan terhadap semua gigi yang dirasakan
sensitif. (2) Pasien dapat membantu dalam penegakkan diagnosis dengan
mengidentifikasi rasa sakit yang ditimbulkan akibat rangsang yang diberi
dan menjelaskan rasa sakit yang dialami. Respon pasien terhadap stimuli
adalah berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada ambang rasa sakit
individu, kondisi mental dan lingkungan yang mempengaruhi variasi rasa
sakit pada setiap pasien. (1)
Untuk memperoleh diagnosis yang benar, evaluasi yang teliti dan
pemeriksaan untuk membandingkan gigi yang sensitif dengan gigi yang
lain serta eliminasi penyebab rasa sakit yang lain sangat penting.
2.8 Mekanisma Hipersensitifitas dentin
Beberapa teori telah dikemukakan untuk menjelaskan teori terjadinyahipersensitifitas dentin. Antaranya adalah teori hidrodinamik, teori
odontoblastics transducer dan teori neural. Mekanisma yang paling tepat
mengenai terjadinya hipersensitifitas dentin masih dikaji namun teori yang
paling dipercayai dan diterima adalah teori hidrodinamik yang ditemukan
oleh Brannstrom dkk.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
9/18
Gambar 4 : Rangsang rasa sakit pada syaraf yang berhubung dengan
hipersensitifitas dentin.
Menurut Brannstrom dkk, saat terjadinya perubahan suhu atau
perubahan osmotik, cairan yang terdapat dalam tubuli dentin akanmerangsang syaraf reseptor(baroreseptor) yang sensitif terhadap tekanan
sehingga terjadinya transmisi rangsangan. Dasar kepada teori ini adalah
tubuli dentin yang terisi penuh dengan cairan akan berkontak langsung
terhadap lingkungan oral. (5)
Tubuli dentin secara mikroskopiknya adalah seperti terowongan yang
kecil, panjang dan akan berpenetrasi kedalam jaringan dentin. Sebagian
dari tubuli dentin akan terisi dengan prosesus odontoblas yaitu jaringan
sitoplasma yang berbentuk seperti ekor tipis yang memanjang dari jaringan
pulpa ke dentoenamel junction.(dej) (3)
Gambar 5: Deskriptif mengenai teori hidrodinamik Brannstroms dkk.
Umumnya, serabut syaraf yang dirangsang oleh pelbagai stimuli
dapat dijelaskan dengan teori hidrodinamik. Sebagai contoh pada kasus
dehidrasi dimana terjadi pergerakan air melewati permukaan dentin yang
terbuka mengakibatkan cairan tubuli dentin bergerak kearah permukaan
yang terdehidrasi. Ini akan merangsang serabut syaraf dan akhirnya
menimbulkan rasa sakit.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
10/18
Gambar 6 : Rangsangan rasa sakit akibat pergerakan cairan dalam tubuli dentin.
Perubahan termal dapat mengakibatkan terjadinya ekspansi dan
kontraksi tubuli dentin sehingga cairan tubuli dentin mengalami perubahan
dan serabut syaraf terangsang menyebabkan timbulnya rasa sakit. (6)
Selain dari teori hidrodinamik, terdapat juga teori-teori lain yang
digunakan untuk menjelaskan mengenai mekanisma terjadinya
hipersensitifitas dentin yaitu teori odontoblastic transduction . Menurut teori
ini, prosesus odontoblas terbuka terhadap/berkontak langsung dengan
permukaan dentin dan dapat dirangsang oleh pelbagai stimuli seperti
stimuli kimia atau mekanik. Akibatnya, neurotransmiter akan dilepaskan
dan impuls akan disalurkan ke serabut syaraf.
Menurut teori neural pula, terjadinya hipersensitifitas dentin adalahhampir sama dengan teori odontoblastic tetapi perbedaannya hanya pada
stimuli termal dan mekanik yang langsung mempengaruhi serabut syaraf
didalam tubuli dentin lewat serabut pulpa.
2.9 Perawatan hipersensitifitas dentin
Saat tubuli dentin terbuka, permukaan gigi secara natural akan
-
7/31/2019 as Dentin Baru
11/18
mengalami proses kristalisasi dan oklusi(penghambatan) tubuli dentin yang
terbuka. Proses ini akan mengambil waktu beberapa minggu untuk
berjalan. Banyak obat-obatan telah dicoba dan dipakai untuk menutup
tubuli dentin secara sementara dan memberi waktu kepada proses iniuntuk berjalan. Untungnya kebanyakan kasus hipersensitifitas dentin
biasanya hanya menimbulkan rasa sakit yang sederhana dan akan
membaik sendiri dalam jangka waktu beberapa minggu jika permukaan
akar yang terbuka dipastikan bersih dari plak. Namun pada beberapa kasus
yang parah, hipersensitifitas dentin dapat menyebabkan penderita tidak
dapat melakukan prosedur pembersihan oral hygiene dengan baik.
Gambar 7: Oklusi atau penghambatan tubuli dentin bagi mengurangkan rasa
sakit.
Menurut Grossman(1935), perawatan hipersensitifitas dentin yang
ideal haruslah mencakupi beberapa hal yaitu: perawatan harus dapat
bekerja dengan cepat, efektif untuk jangka waktu yang lama, mudah untuk
diaplikasikan oleh pasien sendiri, tidak mengiritasi pulpa, tidak
menimbulkan rasa sakit dan tidak meninggalkan stain pada gigi. (2)
Penanggulangan atau kontrol hipersensitifitas dentin dapat dilakukan
dengan mengeliminasi faktor penyebab dan juga menggunakan agen
desensitisasi. (8) Jika penyebab hipersensitifitas dentin adalah karena
-
7/31/2019 as Dentin Baru
12/18
kebiasaan oral hygiene atau asupan diet, perlu dilakukan perubahan atau
modifikasi kebiasaan pasien seperti mengurangkan pengambilan makanan
yang mengandung asam dan mengedukasi pasien mengenai cara sikat gigi
yang benar karena salah satu penyebab hipersensitifitas dentin adalah carasikat gigi yang salah. (6) Selain itu, dokter gigi dapat juga merekomendasikan
penggunaan agen desensitisasi dirumah atau dilakukan aplikasi agen
desensitisasi topikal secara profesional di tempat praktek. (1)
Perawatan dapat bersifat invasif atau non-invasif. Prosedur invasif
termasuk bedah gingiva, aplikasi resin atau pulpektomi. Malah dilaporkan 4
tipe laser telah digunakan untuk perawatan hipersensitifitas dentin dengan
persentase keberhasilan antara 5,2 sehingga 100%.
Sedangkan untuk perawatan yang bersifat non-invasif adalah agen
topikal atau dentrifices yang mengandung bahan aktif desensitisasi.
Perawatan ini merupakan first line treatment bagi pasien karena mudah,
menjimatkan biaya dan sangat efektif. Kebanyakan dentrifices
mengandung strontium klorida, kalium nitrat, dan natrium sitrat. (4) Cara
kerja dentrifices adalah dengan menutup tubuli dentin dengan presipitasi
kalsium fosfat pada permukaan dentin. Kalsium merupakan salah satu
komponen dalam dentrifices . (2) Sedangkan Ion kalium dalam kalium nitrat
akan menghambat sinaps antara serabut syaraf dan mengurangkan
rangsangan syaraf yang terkait dengan rasa sakit. (1)
Menurut literatur lain, perawatan hipersensitifitas dentin terbagi
kepada dua yaitu tubular occlusion atau menghambat aktifitas syaraf
dengan cara diffusi ion langsung, meningkatkan konsentrasi ion natriumyang bekerja pada serabut sensorik pulpa.
Terapi oklusi (penghambatan) tubuli dentin sering digunakan karena
diyakini dengan menutupi permukaan dentin dapat menghalang
pergerakan cairan didalam tubuli dentin dan mengurangkan
hipersensitifitas dentin. Untuk perawatan tipe ini bahan yang biasa dipakai
adalah oksalat, klorida dan fluorida. Aplikasi fluor secara topikal oleh dokter
gigi sangat direkomendasi terutamanya setelah perawatan periodontal
-
7/31/2019 as Dentin Baru
13/18
untuk mengurangkan ketidaknyamanan pasien . Produk yang mengandung
fluor seperti dentrifices atau obat kumor terbukti bermanfaat pada pasien
dengan mengurangkan sensitifitas dan solubilitas dentin selain dari
menghambat karies.
Fluor seperti natrium fluoride dan stannous fluoride dapat
mengurangkan hipersensitifitas dentin dengan cara membentuk dinding
dari presipitasi kristal kalsium fluoride yang terbentuk didalam tubuli
dentin.
Presipitasi ini merupakan campuran dari kalsium fluoride dan fluor
apatit. Jika fluor apatit merupakan komponen predominan pada presipitasi
itu, oklusi yang stabil akan terbentuk karena ia lebih jenuh dibandingkan
dengan saliva dan akan terdeposit ditubuli dentin.
Gambar 8: Ion kalsium yang menghambat respon neural terhadap rangsangrasa sakit.
Metode terbaru dalam merawat hipersensitifitas dentin adalah
dengan menggunakan varnis atau agen bonding untuk menghambat tubuli
dentin. Bahan restoratif seperti glass ionomer cement (GIC) dan agen
bonding dentin dapat digunakan jika gigi memerlukan tindakan rekonturing
atau pada gigi yang tidak memberikan reaksi pada perawatan lain. Bahan
restoratif seperti resin, sealant dan varnis hanya berkesan untuk jangka
-
7/31/2019 as Dentin Baru
14/18
waktu yang pendek dan dapat hilang seiring waktu sehingga
hipersensitifitas dentin dapat kambuh kembali. (4) Resin komposit, GIC dan
varnis bekerja sebagai filling , menutup jalan masuk tubuli dentin dan
menghambat sensitifitas dengan membentuk dinding penutup. Namun,terapi dengan bahan restoratif hanya diindikasikan jika terdapat kehilangan
jaringan dental. (2)
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam mengeliminasi atau
mengurangkan hipersensitifitas dentin adalah kontrol plak yang berterusan.
Akumulasi plak pada permukaan akar dapat mengakibatkan terjadinya
demineralisasi pada gigi yang berhubung dengan terbukanya tubuli dentin.
Pasien dengan kontrol plak yang baik, kasus hipersensitifitas dentin sangatsedikit ditemukan dibandingkan pasien dengan oral hygiene yang buruk. (5)
Tabel 1 : Pilihan perawatan hipersensitifitas dentin (2)
-
7/31/2019 as Dentin Baru
15/18
-
7/31/2019 as Dentin Baru
16/18
BAB 3
KESIMPULAN
Hipersensitifitas dentin merupakan satu masalah yang sering terjadi
pada masyarakat umum. Penyebab utama hipersensitifitas dentin adalah
karena dentin terbuka dan disertai faktor -faktor predisposisi yang lain
seperti rangsang rasa manis, dingin dan mekanik.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan mekanisma terjadinya
hipersensitifitas dentin adalah teori hidrodinamik dan teori ini telah
dibuktikan dalam banyak penelitian -penelitian yang dilakukan. Menurut
teori hidrodinamik, cairan yang terdapat pada tubuli dentin yang berperan
menimbulkan rasa sakit. Adanya rangsang termal atau kimiawi akan
mengakibatkan cairan ini bergerak dan menstimulasi baroreseptor
sehingga terjadinya transmisi rangsang pada syaraf dan menimbulkan rasa
sakit.
Prinsip perawatan hipersensitifitas dentin adalah secara tubular
occlusion atau menghambat aktifitas syaraf dengan cara diffusi ion
langsung, meningkatkan konsentrasi ion natrium yang bekerja pada
serabut sensorik pulpa.Selain itu, dentrifices , obat kumor dan pasta gigi
yang mengandung bahan aktif desentisasi juga dapat disarankan kepada
pasien untuk mengurangkan hipersensitifitas dentin.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
17/18
DAFTAR PUSTAKA
1. Patricia A. Walters. Dentinal Hypersensitivity : A Review. The journal of
Contemporary Dental Practice, Vol. 6, No.2, May 15, 2005.
2. Isabel C.C.M, Ana K. M, Marcos A. J. Diagnosis and treatment of dentinal
hypersensitivity. Journal of Oral Science, Vol.51, No. 3, 323-332, 2009.
3. Jill S. Nield-Gehrig, Donald E. Willmann. Foundation of Periodontics for the
Dental Hygienist. 2 nd Ed: Wolters Kluwer Inc; 2008.
4. Newman M G, Takei H, Klollevold P, Carranza F, Odont D R. Carranzas
Clinical Periodontology. 10 th Ed: Saunders Elsevier Inc;2006.
5. PM Bartold. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dental Journal,
Vol. 51, No.3, 212-218, 2006.
6. Chun-hung Chu. Management of Dentine Hypersensitivity. Vol. 15, No.3,March 2010.
7. Theodore M. Roberson, Harald O.H, Edward J.S. Studevant's Art and
Science of Operative Dentistry. 5 th Ed: Mosby Elsevier Inc; 2009.
8. Peter F. Fedi. The Periodontic Syllabus. Lea & Febiger Philadelphia;1985.
-
7/31/2019 as Dentin Baru
18/18
HIPERSENSITIFITAS DENTIN
Nama : Nur Izanti bt Mohd Surat
Nim : 2011 - 16- 126
Pembimbing : Drg Amelia
Kristiani,sp perio.